abstrak-tindakan operatif pada tumor orofaring dgn transpalatal

24
Laporan Kasus PENATALAKSANAAN TUMOR OROFARING DENGAN PENDEKATAN TRANSPALATAL Sekti Joko S . I , Willy Yusmawan, Dwi Antono Departemen IKTHT-KL FK UNDIP / SMF KTHT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang ABSTRAK Tumor orofaring adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada daerah orofaring. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah bibir, 2/3 lidah anterior, mukosa bukal, dasar mulut, ginggiva atas dan bawah, trigonum retromolar, palatum durum, dan palatum molle. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak (benigna). Tindakan eksterpasi tumor dibutuhkan untuk mengangkat tumor, agar tidak tumbuh lebih besar maupun bermetastase ke tempat lain yang dapat mengganggu kesehatan, fungsi organ dan estetika. Eksterpasi tumor pada daerah orofaring merupakan suatu tantangan bagi ahli THT-KL, karena akses daerah tersebut yang sempit serta banyaknya struktur organ yang penting disekitarnya. Ada beberapa metode tehnik operasi eksterpasi tumor orofaring yaitu dengan pendekatan transoral, transfaringeal, dan transmandibular. Dilaporkan penanganan dari 2 kasus tumor orofaring yang dilakukan tindakan operatif eksterpasi tumor metode transoral dengan pendekatan transpalatal. Hasil pemeriksaan histopatologi pasca operasi pada pasien pertama adalah karsinoma mukoepidermoid palatum mole, sedangkan pasien kedua adalah fibromiksoma palatum mole. Evaluasi pasca operasi selama 2 bulan tampak perbaikan, tidak didapatkan infeksi maupun tanda-tanda kekambuhan, dan secara anatomi fungsi kembali seperti semula. Kata kunci : Tumor orofaring, ekstirpasi tumor, pendekatan transpalatal 1

Upload: sekti-jsi

Post on 25-Jul-2015

266 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Laporan Kasus

PENATALAKSANAAN TUMOR OROFARING

DENGAN PENDEKATAN TRANSPALATAL

Sekti Joko S . I , Willy Yusmawan, Dwi Antono

Departemen IKTHT-KL FK UNDIP / SMF KTHT-KL RSUP Dr. Kariadi Semarang

ABSTRAK

Tumor orofaring adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada

daerah orofaring. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah bibir, 2/3 lidah anterior,

mukosa bukal, dasar mulut, ginggiva atas dan bawah, trigonum retromolar, palatum durum,

dan palatum molle. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak

(benigna). Tindakan eksterpasi tumor dibutuhkan untuk mengangkat tumor, agar tidak tumbuh

lebih besar maupun bermetastase ke tempat lain yang dapat mengganggu kesehatan, fungsi

organ dan estetika.

Eksterpasi tumor pada daerah orofaring merupakan suatu tantangan bagi ahli THT-

KL, karena akses daerah tersebut yang sempit serta banyaknya struktur organ yang penting

disekitarnya. Ada beberapa metode tehnik operasi eksterpasi tumor orofaring yaitu dengan

pendekatan transoral, transfaringeal, dan transmandibular.

Dilaporkan penanganan dari 2 kasus tumor orofaring yang dilakukan tindakan operatif

eksterpasi tumor metode transoral dengan pendekatan transpalatal. Hasil pemeriksaan

histopatologi pasca operasi pada pasien pertama adalah karsinoma mukoepidermoid palatum

mole, sedangkan pasien kedua adalah fibromiksoma palatum mole. Evaluasi pasca operasi

selama 2 bulan tampak perbaikan, tidak didapatkan infeksi maupun tanda-tanda kekambuhan,

dan secara anatomi fungsi kembali seperti semula.

Kata kunci : Tumor orofaring, ekstirpasi tumor, pendekatan transpalatal

1

Page 2: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Case Report

THE MANAGEMENT OF  OROPHARYNX TUMORS

TROUGHT TRANSPALATAL APPROACH

Sekti Joko S . I , Willy Yusmawan, Dwi Antono

Departement of ENT-HNS Medical Faculty of Diponegoro University / Dr. Kariadi Hospital Semarang

ABSTRACT

Oropharynx tumors is an abnormal  tissue  proliferation in  the oropharynx. It  could be

found in  the lips,  2/3 anterior part  of the tongue, buccal mucose,  floor of the mouth, upper

and lower ginggival, retromolar trigone, hard palate and soft palate, and classified  into

malignant  or benign.  Mass extirpation needed to remove the tumor, and prevent from

continued enlargement and metastasic process that could cause organ disfunction, health

and aesthetical problem.

Mass extirpation in the oropharynx is a challenge for  ENT-HNS practicioner  as

access to a narrow area and the many important structures surrounding organs. There

are several methods of operating techniques extirpation oropharynx tumors, namely  the

transoral approach, transpharingeal, and transmandibular.

We reported 2 cases of oropharynx tumor  that managed through surgery using

transpalatal approach. The results of postoperative histopathologic examination in the first

patient was mucoepidermoid carcinoma palate, while the second patient is fibromyxoma

palate, and we were managed to remove it completely. After 2 months postoperative

evaluation, we couldn’t found the signs of  recurrence or infection, and the anatomical function

is restored  to normal.

Key words:  Oropharynx tumor, mass extirpation, transpalatal approach

2

Page 3: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

PENDAHULUAN

Tumor orofaring adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada

daerah orofaring. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah bibir, 2/3 lidah anterior,

mukosa bukal, dasar mulut, ginggiva atas dan bawah, trigonum retromolar, palatum durum,

dan palatum molle. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak

(benigna). 1,2

Insidensi tumor orofaring di dunia belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan

30.000 kejadian kanker oral pertahun di Amerika Serikat dengan sekitar 4800

kematian per tahun. Pria yang terkena 2-4 kali lebih sering daripada perempuan untuk

semua kelompok ras dan etnis. Insiden kanker mulut meningkat dengan meningkatnya umur.

Di Indonesia angka kejadian relatif rongga mulut sebesar 3,75% dan 90% terjadi jenis

squamous cell carcinoma (SCC). 1,2,3,

Manifestasi klinis tumor orofaring tergantung dari jenisnya. Biasanya berupa tumor

atau massa yang tumbuh lambat, tidak nyeri, terfiksir, dan berbatas tegas. Kadang bila tumor

sudah melewati fase pertumbuhan lambat, tumor dapat membesar dengan cepat. Gambaran

klinis pada mulanya sering kali asimtomatis, dan dianggap sebagai penyakit yang lain.

Gambaran klinis muncul apabila benjolan dalam orofaring sudah mulai membesar. Biasanya

pasien mengeluh terdapat benjolan dalam rongga mulut yang terasa mengganjal, suara

menjadi sengau, sulit menelan, sering tersedak, tidur mengorok, bahkan bisa juga dengan

sesak nafas, tergantung dari besarnya ukuran tumor tersebut. 5

Ekstirpasi tumor pada daerah orofaring merupakan suatu tantangan bagi ahli THT-KL,

karena akses daerah tersebut yang sempit serta banyaknya struktur organ yang penting

disekitarnya. Ada beberapa metode tehnik operasi eksterpasi tumor orofaring yaitu dengan

pendekatan transoral, transfaringeal, dan transmandibular. 5.6.8

Dilaporkan penanganan dari 2 kasus tumor orofaring yang dilakukan tindakan operatif

ekstirpasi tumor metode transoral dengan pendekatan transpalatal. Hasil pemeriksaan

histopatologi pasca operasi pada pasien pertama adalah karsinoma mukoepidermoid palatum

mole, sedangkan pasien kedua adalah fibromiksoma palatum mole. Pada kedua pasien ini

tumor berhasil di ekstirpasi secara utuh. Evaluasi pasca operasi selama 2 bulan tampak

perbaikan, tidak didapatkan infeksi maupun tanda-tanda kekambuhan, dan secara anatomi

fungsi kembali seperti semula.

3

Page 4: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

LAPORAN KASUS

Pasien 1

Seorang perempuan berumur 53 tahun datang dengan keluhan utama timbul

benjolan di langit-langit mulut. Sejak 6 tahun lalu timbul benjolan di langit-langit mulut,

mula-mula kecil makin lama makin membesar. Sekarang benjolan sebesar bola ping

pong. Benjolan tidak nyeri dan tidak mudah berdarah, terasa mengganjal di langit-

langit mulutnya bila makan. sulit menelan terutama makanan padat, sering tersedak,

suara menjadi sengau, sering terbangun saat tidur karena sesak nafas. Tidak ada

keluhan di mata, telinga, hidung, ataupun nyeri telan. Tidak ada benjolan di leher,

ketiak, atau lipat paha.. Karena dirasakan semakin mengganggu, pasien periksa ke

klinik THT-KL RSUP Dr. Kariadi.

Terdapat riwayat operasi papiloma di dada pada tahun 2001. Riwayat

hipertensi, DM, sakit jantung, dan sakit berat lainnya disangkal. Riwayat sakit tumor

di keluarga disangkal. Terdapat faktor risiko kanker pada pasien berupa riwayat

menginang, makan makanan berpengawet dan pemakaian penyedap masakan MSG.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, status generalis dalam batas

normal. Pemeriksaan rutin telinga, hidung dalam batas normal. Pada pemeriksaan

tenggorok tampak massa pada palatum mole kanan yang mendesak uvula, diameter

5 cm, kenyal, terfiksir, batas tegas, permukaan rata dan halus, warna sama dengan

sekitarnya, tidak rapuh, dan tidak mudah berdarah.

Gambar 1. Pemeriksaan fisik didapatkan massa palatum

Pemeriksaan penunjang dilakukan nasofaringoskopi dan biopsi dari massa palatum,

Tidak didapatkan massa di kavum nasi atau nasofaring, tampak massa di palatum,

4

Page 5: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

diameter 5 cm, kenyal, terfiksir, batas tegas, permukaan rata dan halus, warna sama

dengan sekitarnya, tidak rapuh, dan tidak mudah berdarah, kemudian dilakukan

biopsi, hasil PA kesan suatu papiloma palatum mole. Pemeriksaan laboratorium

darah kesan dalam batas normal

Gambar 2. Pemeriksaan endoskopi tidak didapatkan massa di kavum nasi atau di nasofaring, didapatkan massa di palatum.

Dilakukan pemeriksaan foto CT scan nasofaring dengan kontras potongan

axial dan sagital. Kesan tampak massa padat pada palatum molle, aspek posterior

palatum durum, orofaring kanan kiri, yang mendesak pada parafaringeal mucosa

space, retrofaring sampai epiglottis, ukuran 6x5x4cm.

Gambar 3. Pemeriksaan CT Scan tampak massa padat pada palatum molle yang

mendesak parafaringeal mucosa space, ukuran 6x5x4cm

5

Page 6: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien

didiagnosis sementara dengan papilloma palatum mole. Diagnosis banding pasien ini

adalah neoplasma jinak (adenoma, myoepitelioma), dan neoplasma ganas

(adenokarsinoma, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel skuamus, karsinoma

mukoepidermoid). Pasien dirawat dan direncanakan untuk ekstirpasi massa dan

dilakukan pemeriksaan histopatologi pada massa.

Tanggal 16 Maret 2012 dilakukan operasi ekstirpasi massa palatum dengan

anestesi umum. Pendekatan operasi menggunakan metode transoral dengan

pendekatan transpalatal, dengan pemakaian mouthgag Davis-Boyle. Saat operasi

dilakukan insisi vertical pada pertengahan palatum, dilakukan undermining sampai

massa terlepas dari mukosa palatum. Massa dapat diekstirpasi secara utuh ( in toto).

Didapatkan massa padat, kenyal, berwarna merah kecoklatan, ukuran diameter

6x6x4 cm, tidak rapuh, permukaan sedikit berbenjol. Luka ditutup dengan menjahit

otot bagian dalam dengan benang chromic 3-0, dilanjutkan dengan jahitan luar pada

mukosa palatum dengan benang vicryl 2-0.

Gambar 4. Dari kiri atas sesuai jarum jam: pemakaian mouthgag Davis-Boyle dan infiltrasi pehacain, dilakukan insisi dan ekstirpasi massa secara intoto

6

Page 7: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Terapi pasca operasi diberikan: injeksi seftriakson 1x2 gr, deksametason 3x1

amp, ketorolak 3x30 mg, asam traneksamat 3x500mg, dan antiseptik kumur. Sehari

pasca operasi keadaan umum pasien baik, tidak terdapat perdarahan, pasien tidak

mengeluh nyeri. Pasien dipulangkan 2 hari pasca operasi dengan terapi pulang:

sefadroksil 2x500 mg, ketoprofen 2x100 mg, metylprednisolon 2x4mg, roboransia

dan antiseptik kumur. Pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan mulutnya,

menghindari makan makanan yang keras dan mengiritasi sampai lukanya sembuh,

dan kontrol sesuai tanggal yang disarankan untuk mengetahui hasil pemeriksaan

histopatologi.

Saat kontrol tampak perbaikan, nyeri pasca operasi tidak ada, suara sengau

sudah tidak ada, makan dan minum baik, tidak tersedak, pasien merasa sudah

nyaman. Dari pemeriksaan fisik jahitan operasi tampak baik, tidak terlepas, luka

operasi membaik dan menutup, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat tanda-

tanda infeksi. Hasil pemeriksaan histopatologi pasca operasi kesan karsinoma

mukoepidermoid palatum molle. Untuk penatalaksanan selanjutnya pada pasien akan

dilakukan program radioterapi.

Gambar 5. Pasca operasi 1 bulan, jahitan operasi baik, tidak terlepas, luka

operasi menutup, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat

tanda-tanda infeksi

7

Page 8: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Pasien 2

Seorang laki-laki berumur 31 tahun datang dengan keluhan utama benjolan

dalam mulut . Sejak ± 6 tahun yang lalu pasien mengeluh terdapat benjolan dalam

mulut, bertambah besar, tidak nyeri dan tidak sulit telan, pasien merasa tidak

terganggu sehingga tidak berobat. Sekitar ± 2 th timbul suara sengau, masih bisa

makan padat, tidak tersedak. Keluhan hidung tersumbat, telinga gembrebeg dan

benjolan leher sulit menelan disangkal. Pasien khawatir karena benjolan semakin

membesar, sehingga pasien berobat ke RSUD Slawi, kemudian dirujuk ke RSUP

Dr.Kariadi.

Riwayat hipertensi, DM, sakit jantung, dan sakit berat lainnya disangkal.

Riwayat sakit tumor di keluarga disangkal. Terdapat faktor risiko pasien seorang

perokok aktif 1 bungkus/hari selama 14 tahun, sering terpapar insektisida dan asap.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, status generalis dalam batas

normal. Pemeriksaan rutin telinga, hidung dalam batas normal. Pada pemeriksaan

tenggorok tampak massa pada dinding orofaring lateroposterior dextra, mendesak

arcus faring dan uvula, diameter 3x4 cm, kenyal, terfiksir, batas tegas, permukaan

rata dan halus, warna sama dengan sekitarnya, tidak rapuh, dan tidak mudah

berdarah.

Gambar 1. Pemeriksaan fisik didapatkan massa orofaring

8

Page 9: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Pemeriksaan penunjang dilakukan nasofaringoskopi, tidak didapatkan massa

di nasofaring dan hipofaring, massa terletak pada dinding orofaring lateroposterior

dextra, mendesak arcus faring dan uvula, diameter 3x4 cm, kenyal, terfiksir, batas

tegas, permukaan rata dan halus, warna sama dengan sekitarnya, tidak rapuh, dan

tidak mudah berdarah. Pemeriksaan laboratorium darah kesan dalam batas normal

Gambar 2. Pemeriksaan endoskopi tidak didapatkan massa di kavum nasi atau di nasofaring, didapatkan massa di palatum.

Dilakukan pemeriksaan foto CT scan nasofaring dengan kontras potongan

axial. Kesan tampak massa padat pada dinding orofaring lateroposterior dextra, yang

mendesak arcus faring dan uvula.

9

Page 10: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Gambar 3. CT Scan nasofaring dengan kontras, kesan tumor solid berbatas tegas

di regio orofaring dextra

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien

didiagnosis sementara dengan massa orofaring curiga jinak. Diagnosis banding

pasien ini adalah neoplasma jinak (fibroma, adenoma, myoepitelioma), dan

neoplasma ganas (adenokarsinoma, karsinoma adenoid kistik, karsinoma sel

skuamus, karsinoma mukoepidermoid). Pasien dirawat dan direncanakan untuk

ekstirpasi massa dan dilakukan pemeriksaan histopatologi pada massa.

• Tanggal 19 Maret 2012 dilakukan operasi ekstirpasi massa palatum dengan anestesi

umum. Pendekatan operasi menggunakan metode transoral dengan pendekatan

transpalatal, dengan pemakaian mouthgag Davis-Boyle. Saat operasi dilakukan insisi

vertical sekitar 2cm pada pertengahan palatum mole, dilakukan undermining massa

dan mukosa ditelusuri sampai dinding orofaring posterior pisahkan massa sampai

massa terlepas dari mukosa palatum. Massa dapat diekstirpasi secara utuh ( in toto).

Didapatkan massa padat, kenyal, berkapsul, berwarna putih kecoklatan, ukuran

diameter 5x6x6 cm, tidak rapuh, permukaan halus dan rata, tidak mudah berdarah.

Luka ditutup dengan menjahit otot bagian dalam dengan benang chromic 3-0,

dilanjutkan dengan jahitan luar pada mukosa palatum dengan benang vicryl 2-0.

10

Page 11: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Gambar 4. Dari kiri atas sesuai jarum jam: pemakaian mouthgag Davis-Boyle dan infiltrasi pehacain, dilakukan insisi dan ekstirpasi massa secara intoto, , luka dijahit dengan benang terserap

Terapi pasca operasi diberikan: injeksi seftriakson 1x2 gr, deksametason 3x1

amp, ketorolak 3x30 mg, asam traneksamat 3x500mg, dan antiseptik kumur. Sehari

pasca operasi keadaan umum pasien membaik, nyeri pasca operasi berkurang, tidak

terdapat perdarahan, pasien tidak mengeluh nyeri telan, diet lunak. Pasien

dipulangkan 2 hari pasca operasi dengan terapi pulang: sefadroksil 2x500 mg,

ketoprofen 2x100 mg, metylprednisolon 2x4mg, roboransia dan antiseptic kumur.

Pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan mulutnya, menghindari makan makanan

yang keras dan mengiritasi sampai lukanya sembuh, dan kontrol sesuai tanggal yang

disarankan dan mengambil hasil pemeriksaan histopatologi.

Saat kontrol tampak perbaikan, nyeri pasca operasi tidak ada, suara sengau

sudah tidak ada, makan dan minum baik, tidak tersedak, tidak ada nyeri telan

maupun sulit telan, pasien merasa sudah nyaman. Dari pemeriksaan fisik jahitan

operasi tampak baik, tidak terlepas, luka operasi membaik dan menutup, tidak

terdapat perdarahan, tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Hasil pemeriksaan

histopatologi pasca operasi kesan tidak tampak tanda ganas, sesuai dengan

fibromiksoma palatum. Untuk selajutnya pasien disarankan untuk kontrol dan

diberikan terapi antiseptic kumur dan roboransia

11

Page 12: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Setelah pasien kontrol 1 bulan pasca operasi, keluhan nyeri pasca operasi

sudah tidak ada, suara sengau sudah tidak ada, suara seperti normal lagi, makan

dan minum baik, tidak tersedak, tidak ada nyeri telan maupun sulit telan, pasien

merasa jauh lebih nyaman. Dari pemeriksaan fisik jahitan operasi baik, tidak terlepas,

luka operasi menutup, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

Selanjutnya pasien diedukasi untuk menjaga kebersihan mulutnya, menghindari

makan makanan dan minuman yang mengiritasi, makanan sehat, tidak merokok,

hindari asap, dan memakai masker saat bekerja. Saat ini sudah tidak ada

pananganan lagi di THT, dan disarankan kontrol bila timbul gejala gejala berulang.

Gambar 5. Pasca operasi 1 bulan, jahitan operasi baik, tidak terlepas, luka

operasi menutup, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat

tanda-tanda infeksi

12

Page 13: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

PEMBAHASAN

Tumor orofaring adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada

daerah orofaring. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah bibir, 2/3 lidah anterior,

mukosa bukal, dasar mulut, ginggiva atas dan bawah, trigonum retromolar, palatum durum,

dan palatum molle. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak

(benigna). 1,2

Insidensi tumor orofaring di dunia belum diketahui dengan pasti. Pada pria yang

tertinggi terdapat di Perancis yaitu sebesar 13.0 per 100.000, dan yang rendah di Jepang

yaitu 0.5 per 100.000, sedangkan pada wanita yang tertinggi di India yaitu 5.8 per 100.000

dan yang rendah di Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000. Di India sebesar 20-25 per 100.000

atau 40% dari seluruh kanker, sedangkan di  Amerika dan Eropa sebesar 3-5 per 100.000

atau 3-5% dari seluruh tumor. Pria yang terkena 2-4 kali lebih sering daripada perempuan

untuk semua kelompok ras dan etnis. Insiden kanker mulut meningkat dengan meningkatnya

umur. Di Indonesia angka kejadian relatif rongga mulut sebesar 3,75% dan 90% terjadi jenis

squamous cell carcinoma (SCC). Dari penelitian yang dilakukan oleh Hastin ditemukan

sebesar 227 kasus tumor ganas orofaring, 209 kasus tumor ganas epitel. Tumor orofaring

merupakan pertumbuhan dari berbagai jaringan di dalam dan sekitar mulut termasuk tulang,

otot dan syaraf. 1,2,3,

Menurut penelitian Sundaram dkk tahun 2005 urutan lokasi terbanyak dari tumor

orofaring terdapat di tonsil 50%, dasar lidah 20%, palatum mole 10%, vallecula dan epiglottis

10%, dinding posterior 5 %, dinding leteral 5%. 4

Manifestasi klinis tumor orofaring tergantung dari jenisnya. Biasanya berupa tumor

atau massa yang tumbuh lambat, tidak nyeri, terfiksir, dan berbatas tegas. Kadang bila tumor

sudah melewati fase pertumbuhan lambat, tumor dapat membesar dengan cepat. Gambaran

klinis pada mulanya sering kali asimtomatis, dan dianggap sebagai penyakit yang lain.

Gambaran klinis muncul apabila benjolan dalam orofaring sudah mulai membesar. Biasanya

pasien mengeluh terdapat benjolan dalam rongga mulut yang terasa mengganjal, suara

menjadi sengau, sulit menelan, sering tersedak, tidur mengorok, bahkan bisa juga dengan

sesak nafas, tergantung dari besarnya ukuran tumor tersebut.5 Pada kedua pasien ini,

awalnya tidak mengalami gejala apapun. Gejala timbul setelah benjolan menjadi besar,

dimana timbul suara sengau, terasa terdapat benjolan mengganjal ditenggorok, terkadang

tersedak saat makan.

Pemeriksaan penunjang CT Scan dapat digunakan untuk membantu visualisasi

bentuk dari tumor, menentukan ukuran, ketebalan, kedalaman tumor,mengetahui invasi

perluasan daerah sekitar, struktur tulang, dan menilai metastasis kelenjar getah bening.

Selain itu juga digunakan sebagai panduan perencanaan tindakan selanjutnya, serta evaluasi

setelah tindakan pengobatan.5,6 Pada pasien pertama kesan tampak massa padat pada

palatum molle, aspek posterior palatum durum, orofaring kanan kiri, yang mendesak

13

Page 14: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

pada parafaringeal mucosa space, retrofaring sampai epiglottis, ukuran 6x5x4cm.

pada pasien kedua kesan massa padat pada dinding orofaring lateroposterior dextra,

yang mendesak arcus faring dan uvula.

Histopatologi tumor orofaring dibagi menjadi 2 jenis, yaitu ganas dan jinak.

Tumor ganas orofaring yang terbanyak ada karsinoma squamosa, limfoma non

hodkins, dan tumor kelenjar saliva. Tumor jinak diklasifikasikan berdasarkan asal sel,

epitel atau sel jaringan ikat. Tumor dari sel epitel adalah papiloma, adenoma, dan

adenoma plemorfik, sedangkan yang berasal dari, sel jaringan ikat adalah fibroma,

osteoma,hemangioma, dan lipoma. Pada pasien pertama, hasil PA pasca operasi

adalah suatu tumor ganas carsinoma mukuepidermoid palatum mole, sedangkan

pasien yang kedua kesan suatu tumor jinak tidak tampak tanda ganas, sesuai

dengan fibromiksoma palatum. 7,8

Stadium pada tumor orofaring berdasarkan klasifikasi TNM dari American Joint

Committee on Cancer (AJCC) , sebagai berikut : 7,8

Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan.

T0 Tidak ada bukti adanya tumor primer.

Tis Karsinoma in situ.

T1 Tumor berukuran 2 cm atau kurang dalam ukuran terbesar.

T2 Tumor berukuran lebih dari 2 cm namun tidak lebih besar dari 4 cm.

T3 Tumor berukuran lebih dari 4 cm dalam ukuran terbesar.

T4a Tumor menginvasi struktur sekitar (korteks tulang, otot-otot ekstrinsik lidah, sinus

maksilaris, kulit wajah)

N0 Tidak terdapat metastase regional

N1 KGB Ipsilateral singel, < 3 cm

N2a KGB Ipsilateral singel, >3  -  6 cm

N2b KGB Ipsilateral multipel, < 6 cm

N2c KGB Bilateral /kontralateral, < 6 cm

M0 Tidak ditemukan metastase jauh

M1 Metastase jauh

Pada pasien yang pertama dengan Ca mucoepidermoid palatum molle T4N0M0,

stadium IV, ECOG 1, sedangkan pada pasien yang kedua dengan tumor jinak fobromiksoma

palatum mole.

14

Page 15: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

B

B

B

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan tumor orofaring ialah

eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut, serta aspek kosmetik. Untuk lesi

yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja dapat memberikan angka

kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa radioterapi saja pada T2 memberikan angka

kekambuhan yang lebih tinggi daripada tindakan operasi. Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi

15

ST T.N.M. OPERASI RADIOTERAPI KEMOTERAPI

I T1.N0.M0 Eksisi radikal atau Kuratif, 50-70 GyTidak dianjurkan

II T2.N0.M0 Eksisi radikal atau Kuratif, 50-70 GyTidak dianjurkan

IIIT3.N0.M0T1,2,3.N1.M0

Eksisi radikal dan Post op. 30-40 Gy (dan) CT

IVAT4N0,1.M0Tiap T.N2.M0

Eksisi radikal dan Post.op 30-40 Gy

IVBTiap T.N3.M0-operabel-inoperabel

Eksisi radikal danPost.op 30-40GyPaliatif, 50-70 Gy

(dan) CT

IVC TiapT.tiapN.M1 Paliatif Paliatif Paliatif

Residif lokalOperasi untuk residif post RT

RT untuk residif post op

(dan) CT

Metastase Tidak dianjurkan Tidak dianjurkan CT

Page 16: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

operasi dan radioterapi memberikan hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant

radioterapi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker

rongga locally advanced (T3,T4). Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal,

tumor yang eksofitik dengan ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang

endofitik dengan ukuran besar. Peran kemoterapi pada penanganan tumor orofaring masih

belum banyak, dalam tahap penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant pre-

operatif atau adjuvan post-operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikro metastasis.7,8

Tindakan operasi ekstirpasi massa pada tumor orofaring dapat dilakukan dengan

beberapa tehnik operasi tergantung dari letak dan besarnya tumor. Antara lain dengan metode

eksisi transoral, transhyoid pharyngotomy, lateral pharyingotomy dan transmandibular. Metode

transoral untuk pengangkatan massa yang terletak pada daerah tonsil, lengkung faucial, dan

palatum mole.5,6,8 Pada kedua pasien ini dilakukan ektirpasi massa dengan metode transoral

dengan pendekatan transpalatal, karena massa tumor terletak pada daerah palatum molle dan

meluas kedaerah sekitar.

Tehnik operasi transoral dengan pemakaian mouthgag dingman retractor, kemudian

insisi pertengahan palatum dengan irisan vertikan atau horizontal (tergantung letak dan

besarnya massa), dilakukan undermining untuk memisahkan massa dengan mukosa,

pisahkan massa sampai terlepas dari mukosa palatum diusahakan ekstirpasi secara in toto.

Setlah itu dilakukan penutupan luka operasi lapis demi lapis. Pada lapisan yang dalam

jaringan otot dengan tehnik jahitan dalam menggunakan benang yang dapat terserap,

dilanjutkan jahitan luar pada mukosa palatum dengan benang yang dapat terserap. 9

Komplikasi operasi transpalatal pada saat durante operasi yang terbanyak

menyebabkan perdarahan. Sedangkan komplikasi pasca operasi dapat

menyebabkan trauma dentis, oedem pada lidah, obstruksi saluran pernafasan

sekunder karena oedem pasca operasi, sakit menelan serta sulit menelan,

dislokasi temporomadibularjoint, fistul palatum, nekrosis, hematom retrofaring,

disfungsi palatal dan nasolalia.9

Ahmet Ural (2011) melaporkan sebanyak 28 kasus tumor jinak palatum yang

dilakukan metode transoral, evaluasi selama 2 tahun, hasil dari semua pasien baik, tidak

menunjukan gangguan fungsi anatomi pasca operasi. Jarrard Goodwin dkk (2009)

melaporkan 6 pasien dengan tumor orofaring selama lebih dari 16 tahun yang kemudian

dilakukan ektirpasi massa dengan pendekatan transpalatal. Semuanya dengan tumor jinak

kelenjar saliva ( 1 monomorfik dan 5 pleomorfik adenoma) 3 dari 6 pasien gejala asimtomatis.

Tidak ada komplikasi pembedahan dan maupun perdarahan yang hebat selama operasi pada

semua kasus. Satu tumor terulang sebagai adenoma pleomorfik ganas setelah 3  tahun

kemudian. Sutji P (2008) melaporkan 1 kasus dengan tumor yang besar mengisi rongga

nasofaring, orofaring dan hipofaring. Operasi dengan pendekatan transpalal dan transhioid

lateral faringotomi oleh karena sulitnya mengekstirpasi sempurna tumor yang sangat besar.

16

Page 17: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

Keluhan pasca opersi adalah disfagia motorik, karena komplikasi pembedahan yang diduga

dari trauma n.laringeus superior. Pasien harus menjalani fisioterapi untuk memulihkan kembali

fungsi menelan. 10,11,12

Pada kedua pasien ini tumor berhasil di ekstirpasi secara keseluruhan. Evaluasi

pasca operasi selama 2 bulan tampak perbaikan, komplikasi pembedahan tidak ada, nyeri

pasca operasi tidak ada, tidak didapatkan infeksi maupun tanda-tanda kekambuhan, dan

secara anatomi fungsi kembali seperti semula.

RINGKASAN

Dilaporkan penanganan dari 2 kasus tumor orofaring yang dilakukan tindakan operatif

ekstirpasi tumor metode transoral dengan pendekatan transpalatal. Hasil pemeriksaan

histopatologi pasca operasi pada pasien pertama adalah karsinoma mukoepidermoid palatum

mole, sedangkan pasien kedua adalah fibromiksoma palatum mole. Pada kedua pasien ini

tumor berhasil di ekstirpasi secara utuh. Evaluasi pasca operasi selama 2 bulan tampak

perbaikan, tidak didapatkan infeksi maupun tanda-tanda kekambuhan, dan secara anatomi

fungsi kembali seperti semula.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumarto IS, Indra BS. Rekonstruksi free flap setelah bedah ablative maksilofasial.

Medan, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. 2011. h 13 .

2. Carew JF, Shah JP. Cancer of the head and neck. In: Blaad KI, Daly JM, Karakousis CP.

Surgical Oncology-Contemporary Principles &   Practice. Mc.Graw-Hill Co, New York,

2001, p.519-525

3. Sofyana H. Prevalensi tumor ganas rongga mulut di RSUD Dr. Soetomo periode 1995 -

2000. Kumpulan Skripsi. Perpustakaan Universitas Airlangga. Surabaya. 2002.

4. Sundaram MD, Schwartz J. Carcinoma of the oropharynx : factors affecting outcome. In :

The Laryngoscope. Department of Otolaryngology, State University of New York

Downstate Medical Center, New York, 2009, p 1536-1542.

5. Christopher H.R. Oropharyngeal Cancer. In : Bailey, Byron J. Head and Neck Surgery. 4 th

ed : Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2006, vol 118

6. Holger G.G,   Alain N,   Kerry D.O. Oropharyngeal malignancy, In : Cummings :

Otolaryngology: Head & Neck Surgery, 4th ed, Mosby, Inc. Philadelphia, 2005. Chapter:76

17

Page 18: Abstrak-tindakan Operatif Pada Tumor Orofaring Dgn Transpalatal

7. Eveson J.W, Slootweg P. Tumours of the oral cavity and oropharynx. In: World Health

Organization Classification of Tumours : Pathology and Genetics of Head and Neck

Tumours. IARC Press, Franch. 2005. p 163-208

8. Raghav C.D, Peter H.R. Tumors of the Oropharynx. In : Principles and Practice of Head

and Neck Surgery and Oncology. 2nd ed : Informa Healthcare, London, 2009, p 192

9. Eugene N, Myers MD. Transnasal and transoral approaches. In : Operative

Otolaryngology: Head and Neck Surgery. 2nd ed: Sanders Elsevier , Philadelphia, 2008.

10. Ahmet U, Murat L, Devrim B. Approach to benign tumors of the palate : Analysis of 28

cases. Department of Otorhinolaryngology, Karadeniz Technical University School of

Medicine, Turkey, 2011

11. Jarrard G, Ryan C. Transoral excision of lateral parapharyngeal space tumors presenting

intraorally. In : The Laryngoscope. Department of Otolaryngology, State University of New

York Downstate Medical Center, New York, 2009, p 266–269

12. Sutji P.R, Eryadi D. Reseksi tumor pada dinding posterior faring dengan tehnik

pendekatan transpalatal dan transhioid - lateral faringotomi. Medicinus, Dexa Medica,

Jakarta, 2008, Vol 21 no 3

18