askep igd

119

Click here to load reader

Upload: nuriezma

Post on 03-Jan-2016

376 views

Category:

Documents


21 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep igd

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN YANG MENGALAMI PENURUNAN KESADARAN

A.    PENGERTIANKesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. ( Corwin, 2001 )Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus.Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. ( Padmosantjojo, 2000 )Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu :

1. Kompos mentisKompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dalam.

2.  Somnelen / drowsiness / clouding of consciousnessMata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.

3.  Stupor / SoporMata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu dua kata . Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri.

4.  Soporokoma / SemikomaMata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.

5.  KomaDengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik. ( Harsono , 1996 )B.     ETIOLOGIUntuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan – kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah  “ SEMENITE “ yaitu :

1.  S  : SirkulasiMeliputi stroke dan penyakit jantung

2.  E  : EnsefalitisDengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.

3.  M : Metabolik

Page 2: askep igd

Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum4.  E  : Elektrolit

Misalnya diare dan muntah yang berlebihan.5.  N  : Neoplasma

Tumor otak baik primer maupun metastasis6.  I   : Intoksikasi

Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaran

7.  T  : TraumaTerutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada.

8.  E  : EpilepsiPasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan penurunan kesadaran.( Harsono , 1996 )C.    MANIFESTASI KLINISGejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :

1.      Penurunan kesadaran secara kwalitatif2.      GCS kurang dari 133.      Sakit kepala hebat4.      Muntah proyektil5.      Papil edema6.      Asimetris pupil7.      Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif8.      Demam9.      Gelisah10.  Kejang11.  Retensi lendir / sputum di tenggorokan12.  Retensi atau inkontinensia urin13.  Hipertensi atau hipotensi14.  Takikardi atau bradikardi15.  Takipnu atau dispnea16.  Edema lokal atau anasarka17.  Sianosis, pucat dan sebagainya

D.    PATHWAYS  ( terlampir )E.     PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab penurunan kesadaran yaitu :

1.      Laboratorium darah

Page 3: askep igd

Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan keton serum, alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ).

2.      CT ScanPemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak

3.      PET ( Positron Emission Tomography )Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan tumor otak

4.      SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography )Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.

5.      MRIUntuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak.

6.      Angiografi serebralUntuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi arteriovena.

7.      EkoensefalographyUntuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral yang disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral yang luas dan neoplasma.

8.      EEG ( elektroensefalography )Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses, jaringan parut otak, infeksi otak

9.      EMG ( Elektromiography )Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat penyakit lain.F.     PENGKAJIAN PRIMER

1.      Airwaya.  Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebasb.  Terjadi penurunan kesadaranc.   Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dlld.  Penggunaan otot-otot bantu pernafasane.   Gelisahf.  Sianosisg.  Kejangh. Retensi lendir / sputum di tenggorokani.  Suara serakj.  Batuk2.      Breathinga.  Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dllb.  Sianosisc.  Takipnu

Page 4: askep igd

d.  Dispneae.  Hipoksiaf.  Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi3.      Circulationa.  Hipotensi / hipertensib.  Takipnuc.   Hipotermid.  Pucate.  Ekstremitas dinginf.   Penurunan capillary refillg.  Produksi urin menurunh.  Nyerii.   Pembesaran kelenjar getah bening

G.    PENGKAJIAN SEKUNDER1.      Riwayat penyakit sebelumnya

Apakah klien pernah menderita :a.  Penyakit strokeb.  Infeksi otakc.  DMd.  Diare dan muntah yang berlebihane.  Tumor otakf.  Intoksiaksi insektisidag.  Trauma kepalah.  Epilepsi dll.2.      Pemeriksaan fisika.  Aktivitas dan istirahat  Data Subyektif:  kesulitan dalam beraktivitas  kelemahan  kehilangan sensasi atau paralysis.  mudah lelah  kesulitan istirahat  nyeri atau kejang otot  Data obyektif:  Perubahan tingkat kesadaran  Perubahan tonus otot  ( flasid atau spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan

umum.  gangguan penglihatanb. Sirkulasi

Page 5: askep igd

  Data Subyektif:  Riwayat penyakit stroke  Riwayat penyakit jantung

Penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,       endokarditis bacterial.  Polisitemia.  Data obyektif:  Hipertensi arterial  Disritmia  Perubahan EKG  Pulsasi : kemungkinan bervariasi  Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominalc.  Eliminasi  Data Subyektif:  Inkontinensia urin / alvi  Anuria  Data obyektif  Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh )  Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )d.   Makan/ minum  Data Subyektif:  Nafsu makan hilang  Nausea  Vomitus menandakan adanya PTIK  Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan  Disfagia  Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah  Data obyektif:

Obesitas ( faktor resiko )e.   Sensori neural  Data Subyektif:  Syncope  Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub arachnoid.  Kelemahan  Kesemutan/kebas  Penglihatan berkurang  Sentuhan  : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka  Gangguan rasa pengecapan  Gangguan penciuman  Data obyektif:

Page 6: askep igd

  Status mental  Penurunan kesadaran  Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)  Gangguan fungsi kognitif  Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya

reflek tendon dalam  Wajah: paralisis / parese  Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan

berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. )

  Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli taktil  Kehilangan kemampuan mendengar  Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik  Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya positif / negatif, ukuran pupil

isokor / anisokor, diameter pupilf.   Nyeri / kenyamanan  Data Subyektif:

Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya  Data obyektif:  Tingkah laku yang tidak stabil  Gelisah  Ketegangan ototg.  Respirasi

Data Subyektif : perokok ( faktor resiko )h.  Keamanan

Data obyektif:  Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan  Perubahan persepsi terhadap tubuh  Kesulitan untuk melihat objek  Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit  Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali  Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh  Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan  Berkurang kesadaran dirii.  Interaksi sosial

Data obyektif:  Problem berbicara  Ketidakmampuan berkomunikasi3.      Menilai GCS

Page 7: askep igd

Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian  kuantitatif kesadaran yang menggunakan Skala Coma Glasgow :

  Respon motorik  Respon bicara  Pembukaan mata

Ketiga hal di atas masing-masing diberi angka dan dijumlahkan.Penilaian pada Glasgow Coma ScaleRespon motorik

Nillai 6 :  Mampu mengikuti perintah sederhana seperti : mengangkat tangan, menunjukkan jumlah jari-jari dari angka-angka yang disebutkan oleh pemeriksa, melepaskan gangguan.

Nilai 5:     Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada M. Trapezius

Nilai 4 :    Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan , tapi tidak mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan tangannya.

Nilai 3 :     fleksi abnormal .                 Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi pergelangan tangan dan tinju

mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decorticate rigidity )Nilai 2 :    ekstensi abnormal.                 Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan

dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decerebrate rigidity )Nilai 1 :    Sama sekali tidak ada responCatatan :

-  Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat-  Tidak ada  trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negatif

Respon verbal atau bicaraRespon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun). Pemeriksaan ini tidak berlaku bila pasien :

-  Dispasia atau apasia-  Mengalami trauma mulut-  Dipasang intubasi trakhea (ETT)

Nilai 5 :    pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara .     orientasi waktu, tempat , orang, siapa dirinya , berada dimana,  tanggal hari.

Nilai 4 :     pasien “confuse” atau tidak orientasi penuhNilai 3 :     bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi tidak menyambung

dengan apa yang sedang dibicarakanNilai 2 :    bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya (“ngrenyem”), suara-

suara tidak dapat dikenali makna katanyaNilai 1 :    tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri

Page 8: askep igd

Respon membukanya mata :Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua matanyaCatatan:Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata.

Nilai 4 :     Mata membuka spontan misalnya sesudah disentuhNilai 3 :  Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil nama atau diperintahkan

membuka mataNilai 2 :    Mata membuka bila dirangsang kuat atau nyeriNilai 1 :    Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri

4.      Menilai reflek-reflek patologis :a.   Reflek Babinsky

Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan suatu benda yang runcing maka timbullah pergerakan reflektoris yang terdiri atas fleksi kaki dan jari-jarinya ke daerah plantar

b.   Reflek Kremaster :Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada bagian dalam (medial) paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi M.kremaster homolateral yang berakibat tertariknya atau mengerutnya testis. Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan traktus corticulspinal

5.      Uji syaraf kranial :NI.N.     Olfaktorius – penghiduan diperiksa dengan bau bauhan seperti tembakau, wangi-

wangian, yang diminta agar pasien menyebutkannya dengan mata tertutupN.II. N.  Opticus               Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata . digunakan optotipe

snalen yang dipasang pada jarak 6 meter dari pasien . fisus ditentukan dengan kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang ada

N.III/      Okulomotoris.N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN               Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata kesegala

arah , diameter pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasiN.V.       Trigeminus berfungsi sensorik dan motorik,               Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi , pipi, dan rahang

bawah serta goresan kapas dan mata tertutup                Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus

muskulusmasketer  saat diperintahkan untuk gerak menggigitN.VII/    Fasialis fungsi motorik N.VII diperiksa kemampuan mengangkat alis,

mengerutkan dahi, mencucurkan bibir , tersentum , meringis (memperlihatkan gigi depan )bersiul , menggembungkan pipi.fungsi sensorik diperiksa rasa pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula , garam , asam)

Page 9: askep igd

N.VIII/   Vestibulo - acusticus              Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber , Schwabach dengan

garpu tala.N.IX/    Glosofaringeus,N.X/vagus : diperiksa letak ovula di tengah atau deviasi dan kemampuan menelan pasienN.XI /    Assesorius diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan

( kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepalaN.XII/    Hipoglosus diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus ,

gerakan lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam            H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedemaTujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam.Kriteria hasil :

-    Tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK-    Tanda – tanda vital dalam batas normal-    Tidak adanya penurunan kesadaran

Intervensi :Mandiri :

-    Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK

-    Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart-    Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana-    Pantau tekanan darah-    Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan

penglihatan kabur-    Pantau suhu lingkungan-    Pantau intake, output, turgor-    Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah-    Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai-    Tinggikan kepala 15-45 derajat

Kolaborasi :-     Berikan oksigen sesuai indikasi-     Berikan obat sesuai indikasi2.   Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d  obstruksi jalan nafas oleh sekret

Page 10: askep igd

Tujuan : bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam.Kriteria hasil:

-      Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas-   Ekspansi dada simetris-   Bunyi napas bersih saat auskultasi-   Tidak terdapat tanda distress pernapasan-   GDA dan tanda vital dalam batas normalIntervensi:Mandiri :-  Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi

-  Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal

-  Penghisapan sekresi-  Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jamKolaborasi :-  Berikan oksigenasi sesuai advis-  Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi3.   Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan      Tujuan :      Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam      Kriteria hasil:-     RR 16-24 x permenit-     Ekspansi dada normal-     Sesak nafas hilang / berkurang-     Tidak suara nafas abnormal      Intervensi :      Mandiri :-     Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.-     Auskultasi  bunyi nafas.-    Pantau penurunan bunyi nafas.-    Berikan posisi yang nyaman : semi fowler-    Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam    Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan      Kolaborasi :    -    Berikan oksigenasi sesuai advis-    Berikan obat sesuai indikasi4.   Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi

sekunder terhadap hipoventilasi

Page 11: askep igd

      Tujuan :      Setelah diberikan tindakan keperawatan selaama 1 jam, pasien dapat

mempertahankan pertukaran gas yang adekuat      Kriteria Hasil :      Pasien mampu menunjukkan :-Bunyi paru bersih-Warna kulit normal-Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan      Intervensi :      Mandiri :-Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia-Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan

tinmgkat kesadaran pada dokter.-Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam

PaCO2 atau penurunan dalam PaO2-Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau

PEEP.-Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam-Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau

penyimpangan-Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen.-Pantau irama jantung

Kolaboraasi :-Berikan cairan parenteral sesuai pesanan-Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997

2.   Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 19983.   Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ;

20014.    Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach.

Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)

5.   Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8thEdition. Alih bahasa : Waluyo, A.  Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

Page 12: askep igd

6.   Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)

7.   Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)

8.   Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)

9.   Harsono, Buku Ajar Neurologi Klinis, Yokyakarta, Gajah Mada University Press, 1996 )

10. Padmosantjojo, Keperawatan Bedah Saraf, Jakarta, Bagian Bedah Saraf FKUI, 2000

11. Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat Informasi  dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN NYERI DADA

A.    PENGERTIAN

        Nyeri dada adalah perasaan nyeri / tidak enak yang mengganggu daerah dada

dan seringkali merupakan rasa nyeri yang diproyeksikan pada dinding dada

(referred pain)

        Nyeri Coroner adalah rasa sakit akibat terjadinya iskemik miokard karena suplai

aliran darah koroner yang pada suatu saat tidak mencukupi untuk kebutuhan

metabolisme miokard.

        Nyeri dada akibat penyakit paru misalnya radang pleura (pleuritis) karena

lapisan paru saja yang bisa merupakan sumber rasa sakit, sedang pleura viseralis

dan parenkim paru tidak menimbulkan rasa sakit (Himawan, 1996)

B.     ETIOLOGI

Nyeri Dada:

a.       Cardial

-          Koroner

-          Non Koroner

b.      Non Cardial

Page 13: askep igd

-          Pleural

-          Gastrointestinal

-          Neural

-          Psikogenik (Abdurrahman N, 1999)

C.     TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala yang biasa menyertai nyeri dada adalah :

-          Nyeri ulu hati

-          Sakit kepala

-          Nyeri yang diproyeksikan ke lengan, leher, punggung

-          Diaforesis / keringat dingin

-          Sesak nafas

-          Takikardi

-          Kulit pucat

-          Sulit tidur (insomnia)

-          Mual, Muntah, Anoreksia

-          Cemas, gelisah, fokus pada diri sendiri

-          Kelemahan

-          Wajah tegang, m erintih, menangis

-          Perubahan kesadaran

D.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.       EKG 12 lead selama episode nyeri

-          Takhikardi / disritmia

-          Rekam EKG lengkap : T inverted, ST elevasi / depresi, Q Patologis

b.      Laboratorium

-          Kadar enzim jantung : CK, CKMB, LDH

-          Fungsi hati : SGOT, SGPT

-          Fungsi Ginjal : Ureum, Creatinin

-          Profil Lipid : LDL, HDL

Page 14: askep igd

c.       Foto Thorax

d.      Echocardiografi

e.       Kateterisasi jantung

E.     PENGKAJIAN

1.      Pengkajian Primer

a.       Airway

-          Bagaimana kepatenan jalan nafas

-          Apakah ada sumbatan / penumpukan sekret di jalan nafas?

-          Bagaimana bunyi nafasnya, apakah ada bunyi nafas tambahan?

b.      Breathing

-          Bagaimana pola nafasnya ? Frekuensinya? Kedalaman dan iramanya?

-          Aapakah menggunakan otot bantu pernafasan?

-          Apakah ada bunyi nafas tambahan?

c.       Circulation

-          Bagaimana dengan nadi perifer dan nadi karotis? Kualitas (isi dan tegangan)

-          Bagaimana Capillary refillnya, apakah ada akral dingin, sianosis atau oliguri?

-          Apakah ada penurunan kesadaran?

-          Bagaimana tanda-tanda vitalnya ? T, S, N, RR, HR?

2.      Pengkajian Sekunder

Hal-hal penting yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada (koroner) :

a.       Lokasi nyeri

Dimana tempat mulainya, penjalarannya (nyeri dada koroner : mulai dari sternal

menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan kiri bagian ulna)

b.      Sifat nyeri

Perasaan penuh, rasa berat seperti kejang, meremas, menusuk, mencekik/rasa

terbakar, dll.

c.       Ciri rasa nyeri

Derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka waktu tertentu.

Page 15: askep igd

d.      Kronologis nyeri

Awal timbul nyeri serta perkembangannya secara berurutan

e.       Keadaan pada waktu serangan

Apakah timbul pada saat-saat / kondisi tertentu

f.       Faktor yang memperkuat / meringankan rasa nyeri misalnya sikap/posisi tubuh,

pergerakan, tekanan, dll.

g.      Gejala lain yang mungkin ada atau tidaknya hubungan dengan nyeri dada.

F.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Perubahan kenyamanan nyeri (nyeri akut) b.d iskemia jaringan sekunder

terhadap sumbatan arteri, inflamasi jaringan

2.      Perubahan perfusi jaringan (otot jantung) b.d penurunan aliran darah

3.      Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan

metabolisme jaringan

G.    INTERVENSI KEPERAWATAN

Prinsip-prinsip Tindakan :

1.      Tirah baring (bedrest) dengan posisi fowler / semi fowler

2.      Melakukan EKG 12 lead kalau perlu 24 lead

3.      Mengobservasi tanda-tanda vital

4.     Kolaborasi pemberian O2 dan pemberian obat-obat analgesik, penenang,

nitrogliserin, Calcium antagonis dan observasi efek samping obat.

5.      Memasang infus dan memberi ketenangan pada klien

6.      Mengambil sampel darah

7.      Mengurangi rangsang lingkungan

8.      Bersikap tenang dalam bekerja

9.      Mengobservasi tanda-tanda komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

1.      Abdurrahman, N, Anamnesa dan pemeriksaan Jasmani Sistem Kardiovaskuler

dalam IPD Jilid I, Jakarta: FKUI, 1999.

Page 16: askep igd

2.      Doenges, Marilynn E,Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC, 2000.

3.      Himawan, Buku Kuliah Gangguan Sistem Kardiovaskuler,1994.

4.      Hudak&Gallo, Keperawatan Kritis cetakan I, Jakarta : EGC, 1995

ASKEP KEGAWATDARURATAN AKIBAT ASMA

A.   PengertianAsma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611).Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana peradangan ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan menyebabkan kekambuhan.(Lewis, 2000, hal. 660).Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak berespons terhadap terapi konvensional. Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Ini merupakan situasi yang mengancam kehidupan dan memerlukan tindakan segera.Jenis-jenis Asma :a)  Asma alergikYaitu asma yang disebabkan oleh alergen, misalnya: serbuk sari binatang, marah, makanan dan jamur. Biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergen dan riwayat medis masa lalu, iskemia dan rhinita alergik.b)  Asma idiopatik atau non alergikYaitu tidak berhubungan dengan alergen spesifik, faktor-faktor seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan lingkungan pencetus serangan. Serangan menjadi lebih berat dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan empisema.c)  Asma gabunganYaitu bentuk asma yang paling umum, mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau non alergik.Klasifikasi Asma:

1.      Mid Intermiten

Page 17: askep igd

Yaitu kurang dari 2 kali seminggu dan hanya dalam waktu yang pendek; tanpa gejala, diantara serangan-serangan pada waktu malam kurang dari 2 kali sebulan. Fungsi paru-paru FEV dan PEF diperkirakan lebih dari 80%.

2.      Mid PersistentYaitu serangan lebih ringan tetapi tidak setiap hari, serangan pada waktu malam timbul lebih dari 2 kali sebulan. Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan sebesar 80%.

3.      Moderat PersistentYaitu serangan timbul setiap hari dan memerlukan penggunaan bronkodilator serangan timbul 2 kali atau lebih dalam seminggu dan pada waktu malam timbul gejala berat setiap minggu. Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan 60-80%.

4.      Severe PersistentYaitu gejala muncul terus menerus dengan aktivitas yang terbatas, peningkatan frekuensi serangan dan peningkatan frekuensi gejala pada waktu malam.Penyebab / Faktor resiko serangan asma

1.      Faktor Ekstrinsik       Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dan disebabkan oleh alergen yang diketahui karena kepekaan individu, biasanya protein, dalam bentuk serbuk sari yang hidup, bulu halus binatang, kain pembalut atau yang lebih jarang terhadap makanan seperti susu atau coklat, polusi.

2.      Faktor Intrinsik       Faktor ini sering tidak ditemukan faktor-faktor pencetus yang jelas. Faktor-faktor non spefisik seperti flu biasa, latihan fisik atau emosi dapat memicu serangan asma. Asma instrinsik ini lebih biasanya karena faktor keturunan dan juga sering timbul sesudah usia 40 tahun. Dengan serangan yang timbul sesudah infeksi sinus hidung atau pada percabangan trakeobronchial.PatofisiologiAsma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible yang disebabkan oleh satu atau lebih dari faktor berikut ini.

1.      Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi yang menyempitkan jalan nafas.2.      Pembengkakan membran yang melapisi bronchi.3.      Pengisian bronchi dengan mukus yang kental.

Page 18: askep igd

Selain itu, otot-otot bronchial dan kelenjar membesar. Sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi dengan udara terperangkap di dalam paru.Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti: histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari suptamin yang bereaksi lambat.Pelepasan mediator ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas menyebabkan broncho spasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.Sistem syaraf otonom mempengaruhi paru, tonus otot bronchial diatur oleh impuls syaraf pagal melalui sistem para simpatis. Pada asthma idiopatik/non alergi, ketika ujung syaraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti: infeksi, latihan, udara dingin, merokok, emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat.Pelepasan astilkolin ini secara langsung menyebabkan bronchikonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi.Pada serangan asma berat yang sudah disertai toxemia, tubuh akan mengadakan hiperventilasi untuk mencukupi kebutuhan O2. Hiperventilasi ini akan menyebabkan pengeluaran CO2berlebihan dan selanjutnya mengakibatkan tekanan CO2 darah arteri (pa CO2) menurun sehingga terjadi alkalosis respiratorik (pH darah meningkat). Bila serangan asma lebih berat lagi, banyak alveolus tertutup oleh mukus sehingga tidak ikut sama sekali dalam pertukaran gas. Sekarang ventilasi tidak mencukupi lagi, hipoksemia bertambah berat, kerja otot-otot pernafasan bertambah berat dan produksi CO2 yang meningkat disertai ventilasi alveolar yang menurun menyebabkan retensi CO2 dalam darah (Hypercapnia) dan terjadi asidosis respiratori (pH menurun). Stadium ini kita kenal dengan gagal nafas.Hipotermi yang berlangsung lama akan menyebabkan asidosis metabolik dan konstruksi jaringan pembuluh darah paru dan selanjutnya menyebabkan sunting peredaran darah ke pembuluh darah yang lebih besar tanpa melalui unit-unit pertukaran gas

Page 19: askep igd

yang baik. Sunting ini juga mengakibatkan hipercapni sehingga akan memperburuk keadaan.Tanda dan Gejala -   Batuk produktif-   Wheezing-   Dispnea-   Mengi-   Ekspirasi memanjang-   Barrel chest (dada tong)-   Orthopnea-   Berkeringat-   Tachypnea-   Tachycardia.Pemeriksaan Diagnostika) Test Fungsi paru ( spirometri)Pemeriksaan fungsi paru adalah cara yang paling akurat dalam mengkaji obstruksi jalan napas akut. Fungsi paru yang rendah mengakibatkan dan menyimpangkan gas darah ( respirasi asidosis) , mungkin menandakan bahwa pasien menjadi lelah dan akan membutuhkan ventilasi mekanis, adalah criteria lain yang menandakan kebutuhan akan perawatan di rumah sakit. Meskipun kebanyakan pasien tidak membutuhkan ventilasi mekanis, tindakan ini digunakan bila pasien dalam keadaan gagal napas atau pada mereka yang kelelahan dan yang terlalu letih oleh upaya bernapas atau mereka yang kondisinya tidak berespons terhadap pengobatan awal.b) Pemeriksaan gas darah arteriDilakukan jika pasien tidak mampu melakukan maneuver fungsi pernapasan karena obstruksi berat atau keletihan, atau bila pasien tidak berespon terhadap tindakan. Respirasi alkalosis ( CO2 rendah ) adalah temuan yang paling umum pada pasien asmatik. Peningkatan PCO2 ( ke kadar normal atau kadar yang menandakan respirasi asidosis ) seringkali merupakan tanda bahaya serangan gagal napas. Adanya hipoksia berat, PaO2 < 60 mmHg serta nilai pH darah rendah.c) Arus puncak ekspirasiAPE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan merupakan data yang objektif dalam menentukan derajat beratnya penyakit. Dinyatakan dalam presentase dari nilai

Page 20: askep igd

dungaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai. Apabila kedua nilai itu tidak diketahui dilihat nilai mutlak saat pemeriksaan.d) Pemeriksaan foto thoraksPemeriksaan ini terutama dilakukan untuk melihat hal – hal yang ikut memperburuk atau komplikasi asma akut yang perlu juga mendapat penangan seperti atelektasis, pneumonia, dan pneumothoraks. Pada serangan asma berat gambaran radiologis thoraks memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan diagfragma yang menurun. Semua gambaran ini akan hilang seiring dengan hilangnya serangan asma tersebut.e) ElektrokardiografiTanda – tanda abnormalitas sementara dan refersible setelah terjadi perbaikanklinis adalah gelombang P meninggi ( P pulmonal ), takikardi dengan atau tanpa aritmea supraventrikuler, tanda – tanda hipertrofi ventrikel kanan dan defiasi aksis ke kanan.Penanganan Asma

1.      Agenis Beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan gerakan sililaris. Contoh obat : epinefrin, albutenol, meta profenid, iso proterenoli isoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara parenteral dan inhalasi.

2.      Metil salin untuk bronkodilatasi, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafas. Contoh obat: aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV dan oral.

3.      Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara inhalasi.

4.      Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat: hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara oral dan IV.

5.      Inhibitor sel mast, contoh obat:  natrium kromalin, diberikan melalui inhalasi untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.

6.      Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg.7.      Fisioterapi dada, teknik pernapasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan

batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak.KAJIAN KEPERAWATAN KRITISPengkajiana. Keluhan :– Sesak nafas tiba-tiba, biasanya ada faktor pencetus– Terjadi kesulitan ekspirasi / ekspirasi diperpanjang

Page 21: askep igd

– Batuk dengan sekret lengket– Berkeringat dingin– Terdengar suara mengi / wheezing keras– Terjadi berulang, setiap ada pencetus– Sering ada faktor genetik/familierAIRWAYPengkajian:Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh.Diagnosa keperawatan :Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputumIntervensi :a.    Amankan pasien ke tempat yang aman       R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasienb.   Kaji tingkat kesadaran pasien       R/  dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran pasienc.    Segera minta pertolongan       R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensifd.    Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien       R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan sekrete.    Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah telungkup dan membuka mulutnya       R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napasBREATHINGPengkajian :Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Namun pada status asmatikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak

Page 22: askep igd

efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya mengi.Diagnose keperawatan :Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapasIntervensi :a.  Kaji usaha dan frekuensi napas pasien     R/ mengetahui tingkat usaha napas pasienb.  Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke mulut     pasien     R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasienc.  Pantau ekspansi dada pasien    R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasienCIRCULATIONPengkajian :Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.Diagnosa Keperawatan :Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigenIntervensi :-     pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularisR/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba DAFTAR PUSTAKA1.     Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I, Jakarta, EGC, 20012.     Tucker S. Martin,  Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta, EGC, 19983.     Reeves. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta :

Page 23: askep igd

Salemba Medika; 20014.     Halim Danukusantoso, Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta, Penerbit Hipokrates , 2000

5.     Smeltzer,  C . Suzanne,dkk, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1. Jakarta , EGC,  2002

6.      Krisanty Paula, dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta, Trans Info Media, 2009.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

A.  DefinisiLuka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan

kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Guyton & Hall, 1997).B. Insiden

Perawatan luka bakar mengalami perbaikan / kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya. Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang berat.

Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th) (Rohman Azzam, 2008).C.  EtiologiEtiologi dari luka bakar (Guyton & Hall, 1997) :1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)a. Gasb. Cairanc. Bahan padat (Solid)2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)D.  Fase Luka BakarFase – fase luka bakar (Guyton & Hall, 1997) yaitu :1.  Fase akut.Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan

Page 24: askep igd

mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.2.  Fase sub akut.Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:1. Proses inflamasi dan infeksi.

2. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.3. Keadaan hipermetabolisme.3.  Fase lanjut.Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.E.  Klasifikasi luka bakar (Hudak & Gallo, 1997)1. Dalamnya luka bakarKedalaman Penyebab Penampilan Warna PerasaanKetebalan partial superfisial (tingkat I)

Jilatan api, sinar ultraviolet (terbakar oleh matahari)

Kering tidak ada gelembung, edema minimal atau tidak ada, pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas

Bertambah merah

Nyeri

Lebih dalam dari partial (tingkat II)

-         Superfisial

-         Dalam

Kontak dengan bahan air atau bahan padat. Jilatan api kepada pakaian. Jilatan

Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar. Pucat bila ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali

Berbintik – bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink,

Sangat nyeri

Page 25: askep igd

langsung kimiawi, sinar ultraviolet

daerah merah coklat

Ketebalan sepenuhnya

Kontak dengan bahan cair atau padat. Nyala api, kimia, kontak dengan arus listrik

Kering disertai kulit yang mengelupas. Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar, tidak pucat bila ditekan

Putih, kering, hitam, coklat tua,  hitam, merah

Tidak sakit, sedikit sakit, rambut mudah lepas bila dicabut

2.  Luas luka bakarWallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan

nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:3.  Berat ringannya luka bakarUntuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.2) Kedalaman luka bakar.3) Anatomi lokasi luka bakar.4) Umur klien.5) Riwayat pengobatan yang lalu.6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.

American college of surgeon membagi dalam:A.  Parah – critical:a) Tingkat II : 30% atau lebih.b) Tingkat III : 10% atau lebih.c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.B.  Sedang – moderate:a) Tingkat II : 15 – 30%b) Tingkat III : 1 – 10%C.  Ringan – minor:

Page 26: askep igd

a) Tingkat II : kurang 15%b) Tingkat III : kurang 1%F.  PatofisilogiWOC terlampir (http://www.artanto.com)

G.  Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar (Guyton & Hall, 1997)

Perubahan

Tingkatan hipovolemik (s/d 48-72 jam pertama)

Tingkatan diuretik (12 jam – 18/24 jam pertama

Mekanisme Dampak dari Interstitial ke vaskuler

Hemodilusi

Fungsi renal Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang

Oliguri Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat

Diuresis

Kadar sodium / natrium

Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+melalui eksudat dan tertahan dalam cairan edema

Defisit sodium Kehilangan Na+melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu)

Defisit sodium

Kadar potassium

K+ dilepas sebagai akibat cidera jaringan sel – sel darah merah, K+berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang

Hiperkalemi K+ bergerak kembali dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar)

Hipokalemi

Kadar protein

Kehilangan protein ke dalam

Hipoproteinemia

Page 27: askep igd

jaringan akibat kenaikan permeabilitas

Keseimbangan nitrogen

Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan

Keseimbangan nitrogen negatif

Katabolisme jaringan, kehilangan protein, immobilitas

Keseimbangan nitrogen negatif

Keseimbangan asam basa

Metabolisme anaerob karena perfusi jaringan berkurang, peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum

Asidosis metabolik

Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme

Asidosis metabolik

Aliran darah renal berkurang

Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi

Stres karena luka

Eritrosit Terjadi karena panas, pecah

Luka bakar termal

Tidak terjadi pada hari – hari

Hemokonsentrasi

Page 28: askep igd

menjadi fragil pertamaLambung Curling ulcer

(ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri

Rangsangan central di hipotalamus dan peningkatan jumlah cortison

Akut dilatasi dan paralise usus

Peningkatan jumlah cortison

Jantung MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar

Disfungsi jantung

Peningkatan zat MDF (Miokard Depresant Factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok septic

CO menurun

H.  Indikasi Rawat Inap Luka Bakar (Guyton & Hall, 1997)A.  Luka bakar grade II :1) Dewasa > 20%2) Anak/orang tua > 15%B.  Luka bakar grade IIIC.  Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.I.   Penatalaksanaan (Long, Barbara C, 1996)A. Resusitasi A, B, C.1) Pernafasana)  Udara panas        mukosa rusak        oedem       obstruksi.

b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal nafas.2) Sirkulasi:Gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler  hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.C. Resusitasi cairan  Baxter.Dewasa : Baxter.RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:

Page 29: askep igd

RL : Dextran = 17 : 32 cc x BB x % LB.Kebutuhan faal:< 1 tahun : BB x 100 cc1 – 3 tahun : BB x 75 cc3 – 5 tahun : BB x 50 cc½ à diberikan 8 jam pertama½ à diberikan 16 jam berikutnya.Hari kedua:Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.

( 3-x) x 80 x BB gr/hr100

(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.D. Monitor urine dan CVP.E. Topikal dan tutup luka- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.- Tulle.- Silver sulfadiazin tebal.- Tutup kassa tebal.- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.F. Obat – obatan:o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.o Analgetik : kuat (morfin, petidine)o Antasida : kalau perlu

DAFTAR PUSTAKACarpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. PT EGC. Jakarta.Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku Kedoketran EGC. JakartaHudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik.Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.  Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Page 30: askep igd

Anonim. (2009). Kumpulan Artikel Keperawatan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar (Combustio). (Online) http://www.artanto.com.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIENDENGAN INTOKSIKASI INSEKTISIDA (IFO)

A.    PengertianIntoksikasi (keracunan) adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh

manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.Istilah peptisida pada umumnya dipakai untuk semua bahan yang dipakai manusia untuk membasmi hama yang merugikan manusia. Termasuk peptisida ini adalah insektisida. Ada dua macam insektisida  yang paling banyak digunakan dalam pertanian adalah :

1.      insektisida hidrokarbo khlorin (IHK = chlorinated hydrocarbon)2.      insektisida fosfat organic (IFO = organo phosphate insecticide).

Yang  paling sering digunakan adalah IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat  - sifat dari IFO adalah insektisida poten  yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya adalah Tabun dan Sarin. Bahan ini menembus kulit yang normal (intact), juga dapat diserap di paru dan saluran makanan, namun tidak berakumulasi dalam jaringan tubuh seperti halnya golongan IHK.

Macam – macam IFO adalah Malathion (Tolly), Paraathion, Diazinon, Basudin, Paraoxon dan lain – lain. IFO sebenarnya dibagi 2 macam yaitu IFO murni dan golongan carbamate. Salah satu contoh golongan carbamate adalah baygon.

B.     PatogenesisIFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetilkolinesterase

tubuh (KhE). Dalam  keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis Akh dengan jalan mengadakan ikatan Akh- KhE yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi ikatan IFO – KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan AKh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan AKh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi kemudian depresi SSP).

Pada keracunan IFO, ikatan IFO –KhE bersifat menetap (irreversible), sedangkan pada keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible). Secara farmakologis efek AKh dapat dibagi dalan 3 bagian, yaitu :

1.      Muskarini, terutama pada saluran pencernaan, kelenjar ludah dan keringat, pupil, bronkus dan jantung.

2.      Nikotinik, terutama pada otot – otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot pernapasan.

Page 31: askep igd

3.      SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang – kejang (konvulsi) sampai koma.

C.     Gambaran klinikYang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktivitas kelenjar ludah, keringat dan saluran pencernaan, serta kesukaran bernapas.Keracunan ringan : anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor lidah, kelopak mata, pupil miosis.Keracunan sedang : nausea, muntah – muntah, kejang atau kram perut, hipersaliva, hiperhidrosis, fasikulasi otot dan bradikardi.Keracunan berat : diare, pupil pi – point, reaksi cahaya negatif, sesak napas, sianosis, edema paru, inkontinensia urine dan feses, konvulsi, koma, blokade jantung, akhirnya meninggal.

D.    Pemeriksaan .1.      Laboratorik.

Pengukuran kadar KhE dalam sel darah merah dan plasma, penting untuk memastikan diagosis keracunan IFO akut maupun kronik (menurun sekian % dari harga normal).Keracunan akut : ringan   : 40 – 70 %                            sedang  : 20 – 40 %                            berat     : < 20 %.

Keracunan  kronik bila kadar KhE menurun sampai 25  - 50 %, setiap individu yang berhubungan dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan baru diizinkan bekerja kembali bila kadar KhE telah meningkat > 75 % N.

2.      Patologi Anatomi (PA)Pada keracunan akut, hasil pemeriksaan patologi biasanya tidak khas. Sering hanya ditemukan edema paru, dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ – organ lain.

E.     Penatalaksanaan1.      Resusitasi

Setelah jalan napas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infus dextrose 5 % kecepatan 15 – 20 tts/mnt, napas buatan + oksigen, hisap lendir dalam saluran napas, hindari obat – obat depresan saluran napas, kalau perlu respirator pada kegagalan napas berat. Hindar pernapasan buatan dari mulut ke mulut sebab racun organofosfat  akan meracuni  lewat mulut penolong. Pernapasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

2.      Eliminasi

Page 32: askep igd

Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 –30 ml. Dapat diulan setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksans bila diduga racun telah sampai di usus halus dan tebal. Kumbah lambung (KL atau gastric lavage), pada penderita yang kesadaran yang menurun,  atau pada mereka yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila KL dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.

Keramas rambut dan mandikan seluruh tubuh dengan sabun.Emesis, katarsis dan KL sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang daari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat  tindakan KL sebaiknya  dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia.  

3.      AntidotumAtropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi AKh pada tempat penumpukan.

a.       Mula –mula diberikan bolus iv 1 – 2,5 mgb.      Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menit sampai timbul gejala –

gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis).

c.       Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit, selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 – 8  dan 12 jam

d.      Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 X 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernapasan akut yang sering fatal.

ASUHAN KEPERAWATANA.    Pengkajian

Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan napas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adaya gangguan asam basa, keadaan status jantung, status kesadaran. Riwayat kesehatan : riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama  diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya. 

B.     Masalah keperawatanMasalah keperawatan yang bisa timbul adalah tidak efektifnya pola napas, resiko tinggi kekurangan cairan tubuh, gangguan kesadaran, tidak efektifnya koping indicidu.

Page 33: askep igd

C.     IntervensiPertolongan pertama yang dilakukan meliputi tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup, mencegah penyerapan dan penawar racun (antidotum) yang meliputi resusitasi : air way, breathing dan circulation, eliminasi untuk menghambat absorbsi melalui pencernaan dengan cara kumbah lambung, emesis atau katartasis dan keramas rambut.Berikan antidotum sesuai pesanan dokter minimal 2 X 24 jam yaitu Atropin sulfat (SA).Perawatan suportif meliputi pertahankan agar pasien tidak sampai demam atau mengigil, monitor perubahan – perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat, distress pernapasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda – tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian. Monitor tanda vital setiap 15 menit untuk beberapa jam dan laporkam perrubahannya segera kepada dokter. Catat tanda – tanda seperti muntah, mual dan nyeri abdomen serta monitor semua muntah akan adanya darah. Observasi feses dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan.Jika pernapasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bias diperlukan. Jika keracunan sebagai suatu usaha untuk membunuh diri maka lakukan safety precautions. Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatris klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi, psikosis, neurosis, mental retardasi dan lain – lain. 

SUMBER :1.      Lab./UPF Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo, (1994), “Pedoman

Diagnosis dan Terapi”,Surabaya

2.      Phipps, etc. (1991), ”Medical Surgical Nursing ; Cencept and Clinical Practice”, 4th, Mosby Year Book, Toronto.

3.      Departemen Kesehatan RI, (2000), “Resusistasi Jantung – Paru – Otak ; Bantuan Hidup Lanjut (Advanced Life Support)”, Jakarta.

4.      Emerton, D.M., (1989), “Principles and Practice of Nursing”, University of Queensland Press, Australia

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARUTATAN PADA KLIEN DENGAN EDEMA PARU

Page 34: askep igd

BAB IPENDAHULUAN

A.        Latar BelakangEdema paru terjadi oleh karena adanya aliran cairan dari  darah ke ruang intersisial paru yang selanjutnya ke alveoli paru,  melebihi aliran cairan kembali ke darah atau melalui saluran  limfatik. Edema paru dibedakan oleh karena sebab Kardiogenik dan  NonKardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya sangat berbeda. Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri apapun sebabnya. Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh adanya Payah Jantung  Kiri Akut. Tetapi dengan adanya faktor , dapat  terjadi pula pada penderita Payah Jantung Kiri Khronik.B.    Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan respiratory distress syndrome ?2.      Apa penyebab dari respiratory distress syndrome?3.      Bagaimana manifestasi klinis dari respiratory distress syndrome?4.      Bagaimana patofisiologi dari respiratory distress syndrome?5.      Apa pemeriksaan penunjang untuk respiratory distress syndrome?6.      Bagaimana komplikasi respiratory distress syndrome?7.      Bagaimana penatalaksanaan respiratory distress syndrome ?

8.                  Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan respiratory distress syndrome?C.    TujuanTujuan UmumMenjelaskan tentang RDS dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus RDS.Tujuan Khusus

1.      Menjelaskan tentang  respiratory distress syndrome.2.      Menjelaskan tentang penyebab dari respiratory distress syndrome.3.      Menjelaskan tentang manifestasi klinis dari respiratory distress syndrome.4.      Menjelaskan tentang patofisiologi dari respiratory distress syndrome.5.      Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang untuk respiratory distress

syndrome.6.      Menjelaskan tentang komplikasi respiratory distress syndrome.7.      Menjelaskan tentang penatalaksanaan respiratory distress syndrome.8.      Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan respiratory distress

syndrome.BAB II

TINJAUAN TEORI

Page 35: askep igd

A.        DEFINISIEdema paru adalah akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat peningkatan tekanan intravaskular. (Elizabeth J Corwin, 2001)Edema paru adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya cairan ekstravaskular yang patologis pada jaringan parenkim paru. (Titin Suprihatin, 2000)

B.         ETIOLOGI1.      Ketidak-seimbangan Starling Forces :a.        Peningkatan tekanan kapiler paru :

1)           Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan  fungsi ventrikel kiri (stenosis mitral).

2)           Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh karena  gangguan fungsi ventrikel kiri.

3)           Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder oleh karena  peningkatan tekanan arteria pulmonalis (over perfusion pulmonary edema).

b.        Penurunan tekanan onkotik plasma.Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal,  hati, penyakit dermatologi atau penyakit nutrisi.

c.        Peningkatan tekanan negatif intersisial :1)           Pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi pleura (unilateral).2)           Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi  saluran napas akut

bersamaan dengan peningkatan end-expiratory volume (asma).d.       Peningkatan tekanan onkotik intersisial.

Sampai sekarang belum ada contoh secara percobaan maupun klinik.2.      Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler (Adult Respiratory Distress

Syndrome)a.        Pneumonia (bakteri, virus, parasit).b.        Bahan toksik inhalan (phosgene, ozone, chlorine, asap  Teflon®, NO2, dsb).c.        Bahan asing dalam sirkulasi (bisa ular, endotoksin bakteri,  alloxan, alpha-

naphthyl thiourea).d.       Aspirasi asam lambung.e.        Pneumonitis radiasi akut.f.         Bahan vasoaktif endogen (histamin, kinin).g.        Disseminated Intravascular Coagulation.h.        Imunologi : pneumonitis hipersensitif, obat nitrofurantoin,  leukoagglutinin.i.          Shock Lung oleh karena trauma di luar toraks.j.          Pankreatitis Perdarahan Akut.3.      Insufisiensi Limfatik :a.        Post Lung Transplant.b.        Lymphangitic Carcinomatosis.

Page 36: askep igd

c.        Fibrosing Lymphangitis (silicosis).4.      Tak diketahui/tak jelasa.        High Altitude Pulmonary Edema.b.        Neurogenic Pulmonary Edema.c.        Narcotic overdose.d.       Pulmonary embolism.e.        Eclampsia

f.    Post Cardioversion.f.         Post Anesthesia.g.        Post Cardiopulmonary Bypass.

C.    PATOFISIOLOGIEdema, pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi ketika cairan dari bagian dalam pembuluh-pembuluh darah merembes keluar pembuluh darah kedalam jaringan-jaringan sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan. Ini dapat terjadi karena terlalu banyak tekanan dalam pembuluh-pembuluh darah atau tidak ada cukup protein-protein dalam aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian dari darah yang tidak megandung segala sel-sel darah).Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru-paru. Area yang langsung diluar pembuluh-pembuluh darah kecil pada paru-paru ditempati oleh kantong-kantong udara yang sangat kecil yang disebut alveoli. Ini adalah dimana oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan karbon dioksida dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan keluar. Alveoli normalnya mempunyai dinding yang sangat tipis yang mengizinkan pertukaran udara ini, dan cairan biasanya dijauhkan dari alveoli kecuali dinding-dindig ini kehilangan integritasnya. Edema Paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai “air dalam paru-paru” ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.D.    MANIFESTASI KLINIKManifestasi dapat dicari dari keluhan, tanda fisik dan perubahan radiografi (foto toraks). Gambaran dapat dibagi 3 stadium, meskipun kenyataannya secara klinik sukar dideteksi dini.1.    Stadium 1.

Page 37: askep igd

Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi.2.    Stadium 2.Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah paru menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor inter-sisial, akan lebih memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering terdapat takhipnea. Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takhipnea juga membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat sedikit perubahan saja.3.    Stadium 3.Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory acidemia. Pada keadaan ini morphin hams digunakan dengan hati-hati (Ingram and Braunwald, 1988).

D.    PEMERIKSAAN PENUNJANG1.      Elektrokardiografi

Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium, tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan,

2.      Laboratoriuma.       Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian

hiperkapnia.b.      Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.c.       Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG, enzim

jantung (CK-MB, Troponin T), angiografi koroner3.      Foto thoraks

Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada. Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus tulang-tulang dari vertebral column,

Page 38: askep igd

dengan bidang-bidang paru yang menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding dada.    X-ray dada yang khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya. Kasus-kasus yang lebih parah dari pulmonary edema dapat menunjukan opacification (pemutihan) yang signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari pulmonary edema, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.F.    PENATALAKSANAAN

1.        Posisi ½ duduk.2.        Oksigen (40 – 50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika

memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah, PaO2 tidak bisa dipertahankan ≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat), maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.

3.        Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.4.        Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral 0,4 – 0,6 mg tiap 5

– 10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa diberikan Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 – 5 ug/kgBB. Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon dengan nitrat, dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik 85 – 90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital.

5.        Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg (sebaiknya dihindari).

6.        Diuretik Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai produksi urine 1 ml/kgBB/jam.

7.        Bila perlu (tekanan darah turun / tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 – 5 ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 – 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respon klinis atau keduanya.

8.        Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infark miokard.9.        Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak

berhasil dengan oksigen.10.    Atasi aritmia atau gangguan konduksi.

Page 39: askep igd

11.    Operasi pada komplikasi akut infark miokard, seperti regurgitasi, VSD dan ruptur dinding ventrikel / corda tendinae.G.    KOMPLIKASIKebanyakan komplikasi-komplikasi dari pulmonary edema mungkin timbul dari komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan penyebab yang mendasarinya. Lebih spesifik, pulmonary edema dapat menyebabkan pengoksigenan darah yang dikompromikan secara parah oleh paru-paru. Pengoksigenan yang buruk (hypoxia) dapat secara potensial menjurus pada pengantaran oksigen yang berkurang ke organ-organ tubuh yang berbeda, seperti otak.H.    PENCEGAHANDalam hal tindakan-tindakan pencegahan, tergantung pada penyebab dari pulmonary edema, beberapa langkah-langkah dapat diambil. Pencegahan jangka panjang dari penyakit jantung dan serangan-serangan jantung, kenaikan yang perlahan ke ketinggian-ketinggian yang tinggi, atau penghindaran dari overdosis obat dapat dipertimbangkan sebagai pencegahan. Pada sisi lain, beberapa sebab-sebab mungkin tidak sepenuhnya dapat dihindari atau dicegah, seperti ARDS yang disebabkan oleh infeksi atau trauma yang berlimpahan.

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIANData umum:

1.        Identitas :Umur : Klien dewasa dan bayi cenderung mengalami dibandingkan remaja/dewasa muda

2.        Riwayat MasukKlien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai etiologi yang mendasar dengan masing-masik tanda klinik mungkin menyertai klien

3.        Riwayat Penyakit DahuluPredileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien

Pemeriksaan fisik1.        Sistem Integumen

Page 40: askep igd

Subyektif : -Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan

2.        Sistem PulmonalSubyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengengObyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.

3.        Sistem CardiovaskulerSubyektif : sakit kepalaObyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan

4.        Sistem NeurosensoriSubyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejangObyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

5.        Sistem MusculoskeletalSubyektif : lemah, cepat lelahObyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan

6.        Sistem genitourinariaSubyektif :Obyektif : produksi urine menurun/normal.

7.        Sistem digestifSubyektif : mual, kadang muntahObyektif : konsistensi feses normal/diarePemeriksaan Laboratorium :

1.        Hb : menurun/normal2.        Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar

karbon darah meningkat/normal.3.        Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.

B.    PRIORITAS MASALAH1.          Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d intubasi, ventilasi, proses penyakit,

kelemahan dan kelelahan.2.          Gangguan pertukaran Gas b.d sekresi tertahan, proses penyakit, atau

pengesetan ventilator tidak tepat.3.          Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang endotrakeal.4.          Resiko tinggi infeksi b.d pemasangan selang endotrakeal.

C.    INTERVENSI  KEPERAWATAN

Page 41: askep igd

Diagnosa Keperawatan :1.          Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d intubasi, ventilasi, proses penyakit,

kelemahan dan kelelahanTujuan : Jalan nafas dapat dipertahankan kebersihannyaKriteria : Suara nafas bersih, ronchii tidak terdengar pada seluruh lapang paruRencana Tindakan

a.       Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jamb.      Lakukan hisap lendir bila ronchii terdengarc.       Monitor humidivier dan suhu ventilatord.      Monitor status hidrasi kliene.       Monitor ventilator tekanan dinamisf.       Beri Lavase cairan garam faali sesuai indikasig.      Beri fisioterapi dada sesuai indikasih.      Beri bronkodilatori.        Ubah posisi, lakukan postural drainage

Rasionala.       Monitor produksi secretb.      Tekanan penghisapan tidak lebih 100-200 mmHg. Hiperoksigenasi dengan 4-5

kali pernafasn dengan O2 100 % dan hiperinflasi dengan 1 ½ kali VT menggunakan resusitasi manual atau ventilator. Auskultasi bunyi nafas setelah penghisapan

c.       Oksigen lembab merangasang pengenceran sekret. Suhu ideal 35-37,8OCd.      Mencegah sekresi kentale.       Peningkatan tekanan tiba-tiba mungkin menunjukkan adanya perlengketan jalan

nafasf.       Fasilitasi pembuangan sekret.g.      Fasilitasi pengenceran dan penge-luaran sekret menuju bronkus utama.h.      Fasilitasi pengeluaran sekret menuju bronkus utama.

2.          Gangguan pertukaran Gas b.d sekresi tertahan, proses penyakit, atau pengesetan ventilator tidak tepatTujuan : Pertukaran gas jaringan paru optimalKriteria : Gas Darah Arteri dalam keadaan normalRencana Tindakan

a.           Periksa AGD 10-30 menit setelah pengesetan ventilator atau setelah adanya perubahan ventilator

b.           Monitor AGD atau oksimetri selama periode penyapihanc.           Kaji apakah posisi tertentu menimbulkan ketidaknyamanan pernafasand.          Monitor tanda hipoksia dan hiperkapnea

Rasional

Page 42: askep igd

a.         AGD diperiksa sebagai evaluasi status pertukaran gas; menunjukkan konsentrasi O2 & CO2 darah.

b.        Periode penyapihan rawan terhadap perubahan status oksigenasi.c.         Dalam berbagai kondisi, ketidak-nyamanan dapat mempengaruhi klinis

penderita.d.        Hipoksia dan hiperkapnea ditandai adanya gelisah dan penurunan kesadaran,

asidosis, hiperventilasi, diaporesis dan keluhan sesak meningkat.3.          Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang endotrakeal

Tujuan : Klien dan petugas kesehatan dapat berkomunikasi secara efektif selama pemasangan selang endotrakealKriteria : Klin dan perawat menentukan dan menggunakan metodayang tepat untuk berkomunikasi, tidak terjadi hambatan komunikasi berarti, menggunakan metode yang tepatRencana Tindakan:

a.          Jelaskan lingkungan, semua prosedur, tujuan dan alat yang berhubungan dengan klien

b.         Berikan bel atau papan catatan serta alat tulis untuk momunikasic.          Ajukan pertanyaan tertutupd.         Yakinkan pasien bahwa suara akan kembali bila endotrakela dilepas.

Rasionala.              Mengurangi kebingungan klien dan meminimalisasi adanya komunikasi yang

sulit antara klien dan perawatb.              Sebagai media komunikasi antara klien dan perawatc.              Menghindari komunikasi tidak efektifd.             Mengurangi kecemasan yang mungkin timbul akibat kehilangan suara

4.      Resiko tinggi infeksi b.d pemasangan selang endotrakealTujuan : Klien tidak mengalami infeksi nosokomialKriteria : tidak terdapat tanda-tanda infeksi nosokomialRencana Tindakan

a.          Evaluasi warna, jumlah, konsistensi dan bau sputum tiap kali penghisapanb.         Tampung spesimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasic.          Pertahankan teknis steril selama penghisapan lenderd.         Ganti selang ventilator tiap 24 – 72 jam

Rasionala.              Infeksi traktus respiratorius dapat mengakibatkan sputum bertambah banyak,

bau lebih menyengat, warna berubah lebih gelapb.              Memastikan adanya kuman dalam sputum/jalan nafasc.              Mengurangi resiko infeksi nosokomiald.             Mengurangai resiko infeksi nosokomial

Page 43: askep igd

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan,  Edisi 8, EGC, Jakarta

Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa Indonesia, EGC, Jakarta

Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA Davis, Philadelphia

Mansjoer Arif:1999: Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga jilid I: Medi Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Suprihatin, Titin (2000), Bahan Kuliah Keperawatan Gawat Darurat PSIK Angkatan I, Universitas Airlangga, 

INTOKSIKASI NAPZA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang

Masalah   penyalahgunaan   Narkotika,   Psikotropika   dan   Zat   Adiktif   lainya (NAPZA)   atau   istilah   yang   populer   dikenal   masyarakat   sebagai   NARKOBA (Narkotika   dan   Bahan/Obat   berbahanya)   merupakan   masalah   yang   sangat kompleks, yang memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner,  multisektor,  dan peran serta masyarakat secara   aktif   yang   dilaksanakan   secara   berkesinambungan,   konsekuen   dan konsisten.   Meskipun   dalam   Kedokteran,   sebagian   besar   golongan   Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila  disalahgunakan atau digunakan tidak menurut   indikasi  medis  atau standar   pengobatan   terlebih   lagi   bila   disertai   peredaran   dijalur   ilegal,   akan 

Page 44: askep igd

berakibat   sangat  merugikan  bagi   individu  maupun masyarakat   luas  khususnya generasi muda.

Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota  besar  saja,   tapi sudah sampai  ke  kota-kota  kecil,  mulai  dari  tingkat  sosial  ekonomi  menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada, penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Bahkan anak sekolah dasar (SD)   pun   sekarang   sudah   menggunakan   narkoba.   Berdasarkan   data   Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan   SD   hingga   tahun   2007   berjumlah   12.305.   Data   ini   begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup   zat-zat   adiktif   (zat   yang  menimbulkan   efek   kecanduan)   ke   dalam lintingan tembakaunya.

Tampaknya   generasi   muda   adalah   sasaran   strategis   perdagangan   gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi  muda.  Sektor  kesehatan memegang   peranan   penting   dalam   upaya   penanggulangan   penyalahgunaan NAPZA.

Promotif, Preventif, Terapi dan Rehabilitasi.

Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu sendiri,   bahkan   para   pengambil   keputusan,   kecuali   mereka   yang   berminat dibidang   kesehatan   jiwa,   khususnya  penyalahgunaan  NAPZA.   Bidang   ini   perlu dikembangkan secara  lebih profesional,  sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh   dari   upaya   penanggulangan   penyalahgunaan   NAPZA.   Kondisi   diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di masyarakat.

1.2 Tujuan

1.2.1    Tujuan Umum

      Untuk mengetahui tentang  kasus keracunan NAPZA (Overdosis)

Page 45: askep igd

1.2.2    Tujuan Khusus

         Untuk mengetahui tentang definisi NAPZA

         Untuk mengetahui tentang penyebab penyalahgunaan NAPZA

         Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis pengguna NAPZA

         Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan pada penyalahgunaan NAPZA

         Untuk mengetahui tentang definisi Overdosis

         Untuk mengetahui tentang penyebab Overdosis

         Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis Overdosis

         Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan pada Overdosis

Page 46: askep igd

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi NAPZA

Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan   /  psikologi   seseorang   (   pikiran,  perasaan  dan  perilaku   )   serta  dapat menimbulkan ketergantungan fisik  dan psikologi.  Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika terdiri dari 3 golongan :

1. Golongan   I   :   Narkotika   yang   hanya   dapat   digunakan   untuk   tujuan pengembangan   ilmu   pengetahuan   dan   tidak   digunakan   dalam   terapi,   serta mempunyai   potensi   sangat   tinggi   mengakibatkan   ketergantungan.   Contoh   : Heroin, Kokain, Ganja.2. Golongan   II   :  Narkotika  yang  berkhasiat  pengobatan,  digunakan  sebagai pilihan   terakhir   dan   dapat   digunakan   dalam   terapi   dan   /   atau   untuk   tujuan pengembangan   ilmu   pengetahuan   serta   mempunyai   potensi   tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis  bukan  narkotika,  yang  berkhasiat  psikoaktif  melalui  pengaruh selektif   pada   susunan   saraf   pusat   yang  menyebabkan   perubahan   khas   pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan :

Page 47: askep igd

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,  serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi, shabu, LSD2. Golongan   II   :   Psikotropika   yang   berkhasiat   pengobatan   dan   dapat digunakan   dalan   terapi   dan   /   atau   untuk   tujuan   ilmu   pengetahuan   serta mempunyai   potensi   kuat   mengakibatkan   sindroma   ketergantungan.   Contoh: Amphetamine, metilfenidat atau ritalin3. Golongan   III   :   Psikotropika   yang   berkhasiat   pengobatan   dan   banyak digunakan   dalam   terapi   dan   /   atau   untuk   tujuan   ilmu   pengetahuan   serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital, flunitrazepam4. Golongan   IV   :  Psikotropika  yang  berkhasiat  pengobatan  dan sangat   luas digunakan   dalam   terapi   dan   /   atau   untuk   tujuan   ilmu   pengetahuan   serta mempunyai  potensi   ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.  Contoh  : Diazepam,  Nitrazepam   (   BK,   DUM   ),   bromazepam,   fenobarbital,   klonazepam, klordiazepoxide, seperti pil BK, pil Koplo, Rohipnol, Dumolid, MogadonYang   termasuk  Zat  Adiktif   lainnya  adalah   :   bahan   /   zat   yang  berpengaruh 

psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :1. Minuman  Alkohol   :  mengandung   etanol   etil   alkohol,   yang   berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari   –   hari   dalam   kebudayaan   tertentu.   Jika   digunakan   bersamaan   dengan Narkotika  atau  Psikotropika  akan  memperkuat  pengaruh  obat   /   zat   itu  dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol :a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ).b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % ( Berbagai minuman anggur )c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % ( Whisky, Vodca, Manson House, Johny Walker ).2. Jenis alkohol  lain,  Contoh: Metanol,  terdapat pada: Spiritus,  desinfektan, zat pelarut atau pembersih. Jika disalahgunakan, dapat berakibat fatal meskipun dalam konsentrasi rendah.2. Inhalasi   (  gas yang dihirup )  dan solven (  zat  pelarut  )  mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.

Page 48: askep igd

Dalam   upaya   penanggulangan   NAPZA   di   masyarakat,   pemakaian   rokok   dan alkohol   terutama  pada   remaja,  harus  menjadi  bagian  dari  upaya  pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.4. Kafein:  merupakan   zat   stimulansia,   dapat  menimbulkan   ketergantungan jika dikonsumsi  melebihi  100 mg /hari  atau  lebih dari  dua cangkir  kopi,  dapat menyebabkan   ketergantungan   psikologis.   Minuman   energi   sering   kali menambahkan kafein dalam komposisinya.Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari  NAPZA dapat 

digolongkan menjadi 3 golongan :1. Golongan   Depresan   (   Downer   ). Adalah   jenis   NAPZA   yang   berfungsi mengurangi  aktifitas fungsional  tubuh.  Jenis   ini  membuat pemakainya menjadi tenang   dan   bahkan  membuat   tertidur   bahkan   tak   sadarkan   diri.   Contohnya: Opioda ( Morfin, Heroin, Codein ), sedative ( penenang ), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas ).2. Golongan Stimulan ( Upper ). Adalah jenis NAPZA yang merangsang fungsi tubuh   dan   meningkatkan   kegairahan   kerja.   Jenis   ini   menbuat   pemakainnya menjadi  aktif,  segar  dan bersemangat.  Contoh:  Amphetamine (Shabu,  Ekstasi), Kokain.3. Golongan Halusinogen. Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi  yang bersifat  merubah perasaan,  pikiran dan seringkali  menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis ( ganja ).

Penyalahgunaan adalah : penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara   berkala   atau   teratur   diluar   indikasi   medis,   sehingga   menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.

Ketergantungan adalah  :  keadaan dimana telah terjadi  ketergantungan fisik dan psikis,  sehingga tubuh memerlukan  jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus obat (withdrawal symptom).

Di dalam masyarakat NAPZA / NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah :

1. Opioda, terdapat 3 golongan besar :a. Opioda alamiah ( Opiat ) : Morfin, Opium, Codein.

Page 49: askep igd

b. Opioda semisintetik : Heroin / putauw, Hidromorfin.c. Opioda sintetik : Metadon.Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan. Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses   tertentu   dihasilkan   putauw,   yang   kekuatannya   10   kali   melebihi morfin. Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang   sakit   yang   sangat   kuat,  misalnya   pada   operasi,   penderita   cancer. Reaksi  dari  pemakaian  ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin   menyendiri   untuk   menikmati   efek   rasanya   dan   pada   taraf   kecanduan pemakai  akan kehilangan  percaya  diri  hingga   tak  mempunyai  keinginan  untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa bahwa lingkungannya menjadi musuh.

2. Kokain :Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut. Nama jalanan:   koka,   coke,   happy   dust,   chalie,   srepet,   snow   /   salju.Cara   pemakaiannya   :   membagi   setumpuk   kokain   menjadi   beberapa   bagian berbaris   lurus   diatas   permukaan   kaca   atau   alas   yang   permukaannya   datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek pemakain kokain   :   pemakai   akan   merasa   segar,   kehilangan   nafsu   makan,   menambah percaya diri, dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.3. Kanabis :Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.

Cara   penggunaan   :   dihisap   dengan   cara   dipadatkan  menyerupai   rokok   atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung  merasa   lebih   santai,   rasa   gembira   berlebihan   (   euphoria   ),   sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering pada mulut dan tenggorokan.

4.   Amphetamine :

Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.

Page 50: askep igd

Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.Cara   penggunaan   :   dengan   cara   dihirup.   Sedangkan   yang   berbentuk   tablet diminum dengan air.

Ada 2 jenis Amphetamine :

a.       MDMA ( methylene dioxy methamphetamine )

Nama jalanan : Inex, xtc.

Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.

b.   Metamphetamine ice

Nama jalanan : SHABU, SS, ice.

Cara   penggunaan   dibakar   dengan  mengunakan   alumunium   foil   dan   asapnya dihisap  atau  dibakar  dengan  menggunakan  botol   kaca  yang  dirancang  khusus (boong).

4. LSD ( Lysergic Acid ) :Termasuk dalam golongan halusinogen.Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.

Bentuk   :  biasa  didapatkan dalam bentuk  kertas  berukuran kotak  kecil   sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil  dan kapsul.  Cara penggunaan : meletakkan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian, menghilang setelah 8 – 12 jam. Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat   indah   dan   bahkan   menyeramkan   dan   lama   –   lama   menjadikan penggunaanya paranoid.

5.      Sedatif – Hipnotik (Benzodiazepin) :

Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).

Nama   jalanan   :   Benzodiazepin   :   BK,   Dum,   Lexo,   MG,   Rohyp.Cara   pemakaian   :   dengan   diminum,   disuntikan,   atau   dimasukan   lewat   anus. Digunakan   di   bidang  medis   untuk   pengobatan   pada   pasien   yang  mengalami kecemasan, kejang, stress, serta sebagai obat tidur.

6.      Solvent / Inhalasi :

Page 51: askep igd

Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner, Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.

Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di  bawah umur, pada golongan yang kurang mampu.

Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru, jantung dan hati.

7.      Alkohol :

Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia

Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100 %.

Nama jalanan : booze, drink.

Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran

2.2 Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

Penyalahgunaan narkoba disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal.

1.   Faktor Internal

Faktor  internal  adalah faktor yang berasal  dari  dalam diri  seseorang. Faktor internal yang dapat mempengaruhi seseorang menyalahgunakan narkoba, antara lain faktor keluarga, ekonomi dan kepribadian.

a.       Keluarga

Jika hubungan antar anggota keluarga kurang harmonis (broken home), dapat mengakibatkan seseorang mudah merasa putus asa dan frustasi. Sehingga orang tersebut mencari kompensasi di luar rumah dengan menjadi konsumen narkoba. Kurangnya perhatian dari anggota keluarga juga akan membuat seseorang merasa 

Page 52: askep igd

kesepian, dan tidak berguna, sehingga menjadi lebih suka untuk berteman dengan kelompok   sebaya,   yang   mungkin   saja   mereka   mengkonsumsi   narkoba   dan mempengaruhi untuk mencoba-coba.

b.     Ekonomi

Sempitnya lapangan pekerjaan sering menimbulkan keinginan untuk menjadi pengedar narkoba.  Dan sebaliknya,  seseorang dengan ekonomi cukup mampu, tapi   kurang  mendapatkan   perhatian   dari   keluarga,   dapat  menjadi   pengguna narkoba.

c.     Kepribadian

Kepribadian   seseorang   sangat   berpengaruh   terhadap   tingkah   laku   orang tersebut.  Apabila   kepribadian   seseorang   kurang  baik,   labil,   dan  mudah   sekali dipengaruhi   orang   lain,   maka   akan   lebih   mudah   untuk   menjadi   pengguna narkoba.   Bagus   tidaknya   kepribadian   seseorang,   juga   dipengaruhi   oleh   dasar pemahaman agama dan keyakinan seseorang, semakin taat seseorang beribadah, maka akan semakin sulit untuk menyalahgunakan narkoba.

Berikut   merupakan   beberapa   hal   yang   dapat   menyeret   seseorang   yang kepribadiannya kurang kuat ke dalam narkoba:

         Adanya   kepercayaan   bahwa   narkoba   dapat   mengatasi   masalah/semua persoalan

         Harapan  dapat  memperolah  kenikmatan  dari  efek  narkoba  yang  ada  untuk menghilangkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang dirasakan

         Merasa kurang/tidak percaya diri

         Bagi   generasi   muda,   adanya   tekanan   kelompok   sebaya   untuk   dapat diterima/diakui dalam kelompoknya

         Pada   usia   remaja,   kemampuan  mereka   untuk  menolak   ajakan   negatif   dari teman   umumnya  masih   rendah. Mereka   kurang  mampu  menghindari   ajakan tersebut, apalagi keinginan yang sangat kuat untuk mencoba hal baru

         Sebagai pernyataan sudah dewasa atau ikut zaman (mode)

         Coba-coba ingin tahu

2.      Faktor Eksternal

Page 53: askep igd

Faktor   eksternal   cukup   kuat   mempengaruhi   seseorang   untuk menyalahgunakan narkoba. Faktor ini berasal dari luar seseorang, seperti faktor pergaulan dan sosial/masyarakat.

a.   Pergaulan

Salah memilih teman dapat berakibat fatal. Teman sebaya dapat memberikan pengaruh   yang   positif   dan   negatif.   Pengaruh   yang   negatif   dapat   membawa seseorang menjadi pemakai narkoba.

b.   Sosial/masyarakat

Sebagaimana faktor pergaulan, faktor sosial masyarakat juga memiliki  peran penting  menjadi   penyebab   penyalahgunaan   narkoba.   Lingkungan  masyarakat yang baik,   terkontrol  dan memiliki  organisasi  yang baik  akan dapat  mencegah terjadinya  penyalahgunaan  narkoba,   sebaliknya   jika   seseorang   yang  tinggal   di masyarakat   yang   sebagian   besar   bukan   orang   baik-baik,   dapat   membawa seseorang kepada penyalahgunaan narkoba.

2.3 Manifestasi Klinis Pengguna NAPZA

Secara umum   gejala-gejala   pada   pengguna   NAPZA   dapat   diamati   dengan terjadinya perubahan fisik, emosi dan perilaku.

1.          Fisik

         Berat badan turun drastis.

         Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.

         Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan ada   tanda  bekas   luka   sayatan. Goresan  dan  perubahan  warna  kulit  di   tempat bekas suntikan.

         Buang air besar dan kecil kurang lancar.

         Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.

2.      Emosi

         Sangat sensitif dan cepat bosan.

Page 54: askep igd

         Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang.

         Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya.

         Nafsu makan tidak menentu.

3.      Perilaku

         Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.

         Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.

         Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.

         Suka   mencuri   uang   di   rumah,   sekolah   ataupun   tempat   pekerjaan   dan menggadaikan   barang-barang   berharga   di   rumah. Begitupun   dengan   barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang.

         Selalu kehabisan uang.

         Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya.

         Takut air, jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka jadi malas mandi.

         Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala “putus zat”.

         Sikapnya   cenderung   jadi  manipulatif   dan   tiba-tiba   tampak  manis   bila   ada maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat.

         Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan.

         Bicara cedal atau pelo.

         Jalan sempoyongan

         Mengalami jantung berdebar-debar.

         Sering menguap.

         Mengeluarkan air mata berlebihan.

Page 55: askep igd

         Mengeluarkan keringat berlebihan.

         Sering mengalami mimpi buruk.

         Mengalami nyeri kepala.

         Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi

Gejala penyalahgunaan narkoba berdasarkan  jenis  narkoba yang   digunakan adalah sebagai berikut:

1.          Kelompok Narkotika

a.       Jenis Opiat

Narkoba yang termasuk jenis opiat adalah opium, morfin, heroin dan kodein.

Penyalahgunaan obat jenis ini ditandai dengan gejala-gejala berikut ini:

             Perasaan senang dan bahagia

             Acuh tak acuh (apatis)

             Malas bergerak

             Mengantuk

             Rasa mual

             Pupil mata mengecil sehingga pandangan menjadi kabur

             Gangguan perhatian dan daya ingat

             Nafas lemah

             Bicara cadel

b.      Jenis Koka

Narkoba yang termasuk jenis koka adalah kokain dan papaverin.

Tanda-tanda penyalahgunaan koka sebagai berikut:

             Rasa senang berlebihan

             Semangat tinggi

Page 56: askep igd

             Pupil mata melebar

             Tekanan darah meningkat

             Jantung berdebar-debar

             Insomnia (sulit tidur)

             Kehilangan nafsu makan

             Agitasi psikomotor/gelisah

             Euforia/rasa gembira berlebihan

             Rasa harga diri meningkat

             Banyak bicara

             Kewaspadaan meningkat

             Kejang

             Berkeringat, tetapi merasa dingin

             Mual/muntah

             Mudah tersinggung sehingga mudah bertengkar dan berkelahi

c.       Jenis Ganja

Ganja termasuk salah satu narkoba yang sudah cukup lama dikenal. Nama lain ganja adalah mariyuana.

Tanda-tanda penyalahgunaan narkoba jenis ini sebagai berikut:

             Rasa senang dan bahagia

             Acuh tak acuh

             Mata merah

             Pengendalian diri kurang

             Konsentrasi melemah/menurun

             Selalu merasa mengantuk

Page 57: askep igd

             Selalu merasa malas, lemah dan santai

             Mengalami insomnia (sulit tidur)

             Tidak tahu apa yang harus dikerjakan

             Mengalami depresi

             Sulit mengendalikan diri dan hiperaktif

2.          Kelompok Psikotropika

a.       Golongan I (Jenis Halusinogen/Psikomimetika)

Narkoba yang tergolong di dalam kelompok ini adalah obat-obatan yang dapat menimbulkan khayalan, ilusi dan imajinasi. Contoh: DOM, Lisergid dan Psilosibin.

Tanda-tanda penyalahgunaan obat-obatan ini sebagai berikut:

             Terjadi ilusi dan halusinasi

             Kemampuan melihat dan mengingat menjadi berubah. Misalnya kepala orang terlihat sebagai bola atau sebaliknya, hewan yang dilihat jadi berubah bentuk dan lain sebagainya

             Hilangnya kesadaran diri

             Tertawa atau menangis tanpa sebab

b.   Golongan II (Jenis Psikostimulan)

Contoh   narkoba   jenis   ini   adalah   amphetamin   dan   turunannya,   termasuk ekstasi dan shabu-shabu, metamfetamin, fenitilin, amfepramon dan fenfluramin.

Tanda-tanda penyalahgunaan narkoba jenis ini sebagai berikut:

             Terlalu waspada sampai timbul rasa curiga yang berlebihan

             Bergairah dan meraa senang

             Pupil mata melebar

             Jantung berdebar dan tekanan darah meningkat

             Lesu, kurang nafsu makan dan insomnia (sulit tidur)

Page 58: askep igd

c.   Golongan III dan IV (Jenis Antidepresant)

Contoh narkoba jenis ini adalah fenobarbital, prazepan, nitrazepan, barbiturat, benzodiazepin, (pil nipam, BK dan mogadon)

Tanda-tanda penyalahgunaan yang dialami pemakai narkoba jenis ini sebagai berikut:

             Kehilangan konsentrasi

             Banyak bicara serta bicaranya kacau dan cadel

             Tingkah laku kacau seperti orang mabuk dan jalan sempoyongan

             Wajah kemerahan

             Mudah marah

             Gangguan pemusatan perhatian

2.4 Penatalaksanaan pada Penyalahgunaan NAPZA

Pertolongan   pertama   penderita   dimandikan   dengan   air   hangat,   minum banyak, makan makanan bergizi  dalam jumlah sedikit  dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter.

Upaya kuratif bagi pemakai narkoba secara lebih rinci dilaksanakan melalui beberapa tahapan berikut:

1.      Detoksifikasi

Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dapat dilakukan secara medis dan nonmedis. Secara medis, terapi detoksifikasi dilakukan menggunakan berbagai macam cara. Cara pertama dengan melakukan   pengurangan   dosis   secara   bertahap   dan   mengurangi   tingkat ketergantungan. Cara yang kedua dengan menggunakan antagonis morfin, yaitu suatu senyawa yang dapat mempercepat proses neuroregulasi (pengaturan kerja saraf).  Cara yang ketiga dengan penghentian total.  Tetapi,  cara yang ketiga  ini cukup berbahaya untuk dilakukan karena penghentian total pemakaian obat akan dapat menimbulkan gejala putus obat (sakaw) sehingga pada cara ini perlu diberi terapi untuk menghilangkan gejala-gejala yang timbul. Detoksifikasi bisa dilakukan 

Page 59: askep igd

dengan berobat jalan atau dirawat di rumah sakit. Biasanya proses detoksifikasi dilakukan terus menerus selama satu sampai tiga minggu, hingga hasil tes urin menjadi  negatif  dari   zat   adiktif.  Detoksifikasi   nonmedis   yang   sering  dilakukan adalah   dengan   cara-cara   yang   kurang  manusiawi,   seperti   disiram   air   dingin, dipasung dan lain sebagainya.

2.   Rehabilitasi

Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh secara  fisik  memang  tidak   “ketagihan”   lagi.  Namun   secara  psikis,   pada  bekas pemakai  narkoba biasanya sering timbul  keinginan terhadap zat  tersebut  yang terus  membuntuti alam pikiran  dan perasaannya.  Sehingga  sangat   rentan dan sangat   besar   kemungkinan   kembali  mencandu   dan   terjerumus   lagi.Untuk   itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan memasukkan mantan pecandu ke pusat rehabilitasi.

Rehabilitasi dilakukan agar pasien yang telah menempuh proses pengobatan, dapat kembali ke dalam kondisi seperti semula. Rehabilitasi atau pemulihan ini mencakup rehabilitasi secara fisik dan mental/psikis serta rehabilitasi secara sosial seperti memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman-teman dan orang-orang lain di lingkungan sekitar.

2.5 Definisi Overdosis

Overdosis (OD) atau kelebihan dosis terjadi apabila tubuh mengabsorbsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya (lethal doses). Biasanya, hal ini terjadi akibat adanya proses toleransi tubuh terhadap obat yang terjadi terus menerus, baik yang digunakan oleh para pemula maupun para pemakai yang kronis.

2.6 Penyebab Overdosis

Penyebab overdosis / intoksikasi bermacam – macam, yaitu pemakaian yang berlebihan   setelah   berhenti  menggunakan   narkoba   karena   dipenjara,   dirawat detoksifikasi,   rehabilitasi,  bisa   juga  karena  pemakaian  napza  dicampur  dengan jenis   napza   yang   lain   dan   masih   banyak   lagi.Overdosis   sering   terjadi   pada penggunaan NARKOBA golongan narkotik bersamaan dengan alkohol  dan obat 

Page 60: askep igd

tidur/anti   depresan,   misalnya   golongan   barbiturat   luminal,   valium,   xanax, mogadon/BK, dan lain-lain.

 Bahkan ada yang over dosis karena tidak merasakan efek dari  napza yang digunakan, sehingga karena tidak merasakan efek yang diharapkan penggunanya menambah   takaran   dosisnya   bahkan   sampai   dosis   lethal         (   berbahaya menyebakan kematian )

2.7 Manifestasi Klinis Overdosis

Gejala overdosis berdasarkan jenis narkoba yang dikonsumsi sebagai berikut:

1.              Kelompok Narkotika

a.   Jenis Opiat

Narkoba yang termasuk jenis opiat adalah opium, morfin, heroin dan kodein.

Overdosis obat jenis ini ditandai dengan gejala-gejala berikut ini:

             Nafas tersengal-sengal

             Kulit lembab

             Pupil mata melebar

             Tertawa tidak wajar

             Koma sampai meninggal dunia

b.   Jenis Koka

Narkoba yang termasuk jenis koka adalah kokain dan papaverin.

Gejala overdosis koka sebagai berikut:

             Perdarahan pada otak

             Penyumbatan pembuluh darah

             Mata bergerak tidak terkendali (Nystagmus horizontal)

             Perasaan labil dan selalu berubah-ubah (Distonia)

Page 61: askep igd

             Suhu badan naik (demam)

             Tertawa tidak wajar

             Muncul ilusi dan halusinasi serta sering berkhayal

             Gelisah dan cemas

             Dalam kondisi parah dapat meninggal dunia

c.   Jenis Ganja

Ganja termasuk salah satu narkoba yang sudah cukup lama dikenal. Nama lain ganja adalah mariyuana.

Gejala overdosis narkoba jenis ini sebagai berikut:

             Kemampuan otak melemah

             Rasa letih yang berlebihan

             Takut yang berlebihan dan tidak terkendali

             Bisa terjadi gangguan kejiwaan (schizoprenia)

             Organ reproduksi kurang berfungsi dengan baik

2.       Kelompok Psikotropika

a.   Golongan I (Jenis Halusinogen/Psikomimetika)

Narkoba yang tergolong di dalam kelompok ini adalah obat-obatan yang dapat menimbulkan khayalan, ilusi dan imajinasi. Contoh: DOM, Lisergid dan Psilosibin.

Gejala  overdosis obat-obatan ini sebagai berikut:

             Berkhayal

             (schizoprenia) (terjadi gangguan jiwa/gila)

             Koma (tidak sadarkan diri), sampai meninggal dunia

b.   Golongan II (Jenis Psikostimulan)

Contoh   narkoba   jenis   ini   adalah   amphetamin   dan   turunannya,   termasuk ekstasi dan shabu-shabu, metamfetamin, fenitilin, amfepramon dan fenfluramin.

Page 62: askep igd

Gejala overdosis narkoba jenis ini sebagai berikut:

             Gelisah dan cemas

             Demam

             Timbul ilusi dan khayalan

             Tertawa tidak wajar

             Dalam kondisi parah dapat meninggal dunia

c.   Golongan III dan IV (Jenis Antidepresant)

Contoh narkoba jenis ini adalah fenobarbital, prazepan, nitrazepan, barbiturat, benzodiazepin, (pil nipam, BK dan mogadon)

Gejala overdosis yang dialami pemakai narkoba jenis ini sebagai berikut:

             Jantung berdebar, denyut nadi cepat, dan melemah

             Nafas tersengal-sengal

             Pupil mata melebar

             Koma, sampai meninggal dunia

Ciri-ciri korban Overdosis:

             Tidak ada respon

             Tidur mendengkur

             Bibir dan kuku membiru

             Tubuh dingin dan kulit lembab

             Kejang-kejang

Gejala klinis   pada   kegawatdaruratan   yang  muncul   akibat  Overdosis   adalah sebagai berikut:

             Penurunan kesadaran

Page 63: askep igd

             Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit

             Pupil miosis (sering kali pin point)

             Adanya riwayat pemakaian morfin/ heroin/ terdapat tanda bekas jarum suntik (needle track sign)

2.8 Penatalaksanaan pada Overdosis

Prosedur Penanganan  Overdosis   Opiat   Di   Instalasi   Gawat   Darurat   Rumah Sakit. Sekitar 70% pengguna narkoba menggunakan suntikkan sebagai alat/media (Intravena Drug User/  IDU).  2% pengguna narkoba dengan  suntikan meninggal setiap tahunnya karena mengalami overdosis atau terinfeksi penyakit berbahaya.

1. Pertolongan pertama:         Baringkan penderita di tempat tidur dan angkat dagunya.         Tekan hidungnya dengan jari.

         Tiup napas bantuan sebanyak dua kali secara perlahan.

         Pastikan dadanya bergerak naik turun.

         Goyangkan badannya untuk mendapatkan respon.

         Bila tidak ada respon, bawa penderita ke rumah sakit terdekat.

         Jangan panik dan jangan menunda waktu.

2.      Tindakan yang dapat dilakukan pada kegawatdaruratan:

a.       Penanganan Kegawatan

         Bebaskan jalan nafas

         Berikan oksigen 100% sesuai kebutuhan

         Pasang infus D5% emergensi atau NaCl 0,9%; cairan koloid bila diperlukan

b.      Pemberian Antidotum Nalokson.

         Tanpa hipoventilasi : Dosis awal diberikan 0,4 mgiv

         Dengan hipoventilasi : Dosis awal diberikan 1-2 mgiv

Page 64: askep igd

         Bila tidak ada respon dalam 5 menit, diberikan nalokson 1-2 mgiv hingga timbul respon  perbaikan  kesadaran  dan  hilangnya  depresi   pernapasan,  dilatasi   pupil, atau telah mencapai dosis maksimal 10 mg. Bila tidak ada respon lapor konsulen ke Tim Narkoba.

         Efek nalokson akan berkurang 20 -  40 menit  dan pasien dapat   jatuh dalam keadaan   overdosis   kembali,   sehingga   perlu   pemantauan   ketat   tanda-tanda penurunan kesadaran, pernapasan dan perubahan pada pupil  serta tanda vital lainnya selama 24  jam. Untuk pencegahan dapat  diberikan drip  nalokson satu ampul dalam 500cc D5% atau NaCl 0,9% diberikan dalam 4 - 6 Jam

c.       Simpan sampel urin dan lakukan foto toraks

d.      Pertimbangan pemasangan ETT (endotracheal  tube) bila penanganan dengan pemberian nalokson lebih dari 3 jam masih terjadi hal-hal sebagai berikut:

         Pernapasan tidak adekuat

         Oksigenasi kurang meski ventilasi cukup

         Hipoventilasi menetap setelah pemberian nalokson ke-2

e.       Pasien  dipuasakan  selama 6   jam untuk  menghindari  aspirasi   akibat   spasme pirolik

Pasien dirawat   dan   dikonsultasikan   ke   Tim   Narkoba   Bagian   Ilmu   Penyakit Dalam   untuk   penilaian   keadaan   klinis   dan   rencana   rehabilitasi.Dalam  menjalankan   semua   tindakan,   harus   tetap   diperhatikan   prinsip-prinsip kewaspadaan universal  oleh karena tingginya angka prevalensi  hepatitis C dan HIV/AIDS. Dianjurkan setiap IGD mempunyai persediaan 5 ampul nalokson untuk tindakan segera.

BAB III

KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan

Page 65: askep igd

Narkoba atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan   /  psikologi   seseorang   (   pikiran,  perasaan  dan  perilaku   )   serta  dapat menimbulkan ketergantungan fisik  dan psikologi.  Yang termasuk dalam NAPZA adalah   :  Narkotika,   Psikotropika  dan   Zat  Adiktif   lainnya.  Overdosis   (OD)   atau kelebihan dosis terjadi apabila tubuh mengabsorbsi obat lebih dari ambang batas kemampuannya (lethal doses).

Penyalahgunaan narkoba disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor internal (keluarga,   ekonomi,   kepribadian)   maupun   eksternal   (pergaulan, sosial/masyarakat).   Sedangkan   penyebab   overdosis   adalah pemakaian   yang berlebihan   setelah   berhenti  menggunakan   narkoba,   karena   pemakaian   napza dicampur dengan jenis napza yang lain, penggunaan NARKOBA golongan narkotik bersamaan   dengan   alkohol   dan   obat   tidur/anti   depresan,  misalnya   golongan barbiturat luminal, valium, xanax, mogadon/BK, dan lain-lain.

Secara umum   gejala-gejala   pada   pengguna   NAPZA   dapat   diamati   dengan terjadinya perubahan fisik, emosi dan perilaku. Namun ada pula tanda-tanda yang diperlihatkan sesuai dengan narkoba yang dikonsumsi oleh pengguna, sedangkan gejala overdosis dapat juga diketahui menurut narkoba yang digunakan.

Pada   dasarnya   penatalaksanaan   pada   pengguna   Napza   adalah dengan detoksifikasi dan rehabilitasi, sedangkan pada overdosis, harus dibawa ke RS jika pertolongan pertama tidak berhasil dilakukan.

3.2 Saran

             Kita sebagai petugas kesehatan harus berusaha untuk mencegah penyebaran narkoba di masyarakat.

             Sebagai perawat seharusnya kita meningkatkan ilmu pengetahuan agar dapat menurunkan angka kematian akibat narkoba.

DAFTAR PUSTAKA

Handoyo,   Ida   Listyarini.   2004. NARKOBA Perlukah Mengenalnya?.   PT.Pakar   Raya. Yogyakarta

Page 66: askep igd

http://gilar-remaja.webnode.com/news/mengenal-jenis-dan-faktor-penyebab-penyalahgunaan -napza/

http://korananakindonesia.wordpress.com/2009/11/18/masalah-narkoba-pada-anak-dan-remaja/

http://zenc.wordpress.com/2007/06/13/napza-narkotika-psikotropika-dan-zat-aditif/

http://ictjogja.net/kesehatan/D2_3.htm

http://www.mediaindonesia.com/webtorial/ycab_old/?ar_id=NDk5

Asuhan Keperawatan pada Intoksikasi2.1 Definisi

Intoksikasi bahan kimia adalah suatu kondisi keracunan akibat masuknya bahan kimia tertentu ke dalam tubuh yang menyebabkan timbulnya kelainan pada tubuh. (Akatsuki, 2010).

Intoksikasi obat dapat timbul akut atau kronis. Dapat terjadi akibat bunuh dini ( tentamen suicide ) atau pembunuhan ( homicide ), maupun kecelakaan tidak   sengaja   (accidental ).Pada   orang   dewasa   keracunan   obat   umumnya   akibat   usaha   bunuh   diri, kebanyakandilakukan oleh wanita muda ( usia 10 – 30 tahun ). Sedang pada anak-anak kebanyakan karena kecelakaan

2.2 Klasifikasi

1. Mencerna (menelan) racun

Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum   diabsorbsi,   untuk   memberikan   perawatan   pendukung,   untuk memelihara   system   organ   vital,   menggunakan   antidote   spesifik   untuk menetralkan   racun,   dan   memberikan   tindakan   untuk   mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.

2. Keracunan melalui inhalasi

3. Keracunan makanan

Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi

Page 67: askep igd

4. Gigitan ular

Bisa (racun)   ular   terdiri   dari   terutama   protein   yang   mempunyai   efek fisiologik   yang   luas   atau   bervariasi.   Sisitem   multiorgan,   terutama neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.

5. Sengatan serangga

Manifestasi klinis bervariasi  dari urtikaria umum, gatal,  malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang lebihpendek diantara sengatan dan kejadian dari  gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk.

Anatomi dan Fisiologi Sistem Digestivus

1. Cavum oris (rongga mulut)2. Farink (tekak)3. Oesofagus (kerongkongan)4. Gaster (lambung)5. Intestinum tinue (usus halus)

Page 68: askep igd

6. Intestinum crasum (usus besar)7. Anus

ORIS

Philtrum: cekungan yang terletak di tengah di bibir atas Labium superior: bibir atas Labium inferior: bibir bawah Rima oris: garis yang terbentuk pada tautan bibir atas dan bibir bawah

CAVUM ORIS

Palatum durum (langit-langit keras, terbuat dari tulang) Palatum molle (langit-langit lunak, terbuat dari membran) Uvula (Jawa: intil-intil) Arcus palatofaringius anterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan farink, bagian depan

Arcus palatofaringius posterior: lengkung yang membatasi antara palatum dan farink, bagian belakang

Tonsila palatine (amandel) Lingua (lidah) Dents (gigi)

DENTS

Dents dibagi menjadi empat kuadran: superior dextra, superior sinistra, inferior dextra dan inferior sinistra

Dents diberi nomor mulai dari depan ke belakang, nomor 1 s/d 8 Dents permanent: gigi sulung, jumlahnya 32 buah Dents deciduas: gigi susu, jumlahnya 20 buah (tidak ada geraham besar-molar)

Dents insicivus: gigi seri, nomor 1 dan 2 Dents caninus: gigi taring, nomor 3 Dents premolar: gigi geraham kecil, nomor 4, 5 dan 6 Dents molar: gigi geraham besar, nomor 7 dan 8

GLANDULA SALIVATORIUS

Glandula salivatorius: kelenjar ludah, terdiri 3 kelenjar

Page 69: askep igd

1. Glandula parotis: paling besar, terletak di bagian depan bawah telinga, jika infeksi menimbulkan penyakit parotitis (gondongen)

2. Glandula sublingualis: terletak di bawah lidah3. Glandula submandibularis: terletak di bawah tulang rahang bawah (os mandibula)

LINGUA

Permukaan lidah kasar karena ada tonjolan-tonjolan yang tersebar di permukaan lidah, tonjolan ini merupakan tempat receptor gustatorius, tonjolan ini disebut: papilla lingualis, diberi nama berdasarkan bertuknya:

a. Papilla lingualis sircumvalata: berbentuk bundar seperti sircuitb. Papilla lingualis fungiformis: berbentuk seperti jamurc. Papilla lingualis filiformis: mempunyai filid. Tonsila lingualis: tonsil duduk

OESOFAGUS

Merupakan saluran yang menghubungkan farink dan gaster Terdapat 3 tempat penyempitan di oesofagus

a. Atas: selalu menutup, karena ada sfinkter oesofagus superiorb. Tengah: pada percabangan bronkusc. Bawah: selalu menutup, karena ada sfinkter oesofagus inferior

GASTER

Lambung merupakan tempat penyimpanan makanan, bagian dari lambung: Kardia: tempat pertemuan antara gaster dan esofagus Fundus: bagian dari lambung yang berbentuk seperti kubah (bagian atas) Corpus: badan lambung Pilorus: bagian ujung (ekor) lambung Kurvatura major: lengkung lambung yang panjang Kurvatura minor: lengkung lambung yang pendek Antrum piloricum: ruangan dalam pilorus

Pada kardia terdapat sfinkter oesofagus inferior berfungsi mencegah refluk makanan ke oesofagus

Pada antrum pilorikum terdapat Sfinkter pilorikum yang berfungsi mengatur makanan ke duodenum (satu porsi akan habis selama 6 jam)

Page 70: askep igd

Plika gastrika merupakan lapisan mucosa bagian dalam lambung yang berfungsisebagai kelenjar yang menghasilkan getah lambung

PLIKA GASTRIKA

Plika gastrika merupakan lipatan mukosa pada ruang dalam gaster yang berfungsi sebagai kelenjar dan menghasilakan getah lambung

Lapisan Lambung: terdiri 3 lapisan

1. Tunica mucosa

2. Tunica submucosa

3. Tunica muscularis (otot)

M. sircularis (internal) berfungsi untuk gerak menyempit

M. longitudinal (eksternal) berfungsi untuk gerak memendek

INTESTINUM TINUE

 Usus halus dibagi 3 bagian

1. Duodenum

2. Jejunum

3. Ilium

Secara anatomis ketiganya sama, bedanya hanya ada pada besarnya lumen, makin kebawah makin besar, dan setiap tambah besar diberi nama berbeda, secara fisiologis ketiganya mempunyai fungsi yang sama

SALURAN EMPEDU DAN PANKREAS

Empedu Dan pancreas menghasilkan getah yang dialirkan kedalam duodenum, salurannya adalah sbb:

1. Ductus hepaticus sinistra (saluran hati kiri)

2. Ductus hepaticus dextra (saluran hati kanan)

Page 71: askep igd

3. Ductus hepaticus communis (saluran gabungan antara ductus hepaticus dextra dan sinistra)

4. Ductus sisticus (saluran empedu)

5. Ductus choleducus (saluran gabungan antara ductus sisticus dan ductus hepaticus communis)

6. Vesica biliaris/felea (kandung empedu)

7. Ductus pancreaticus (saluran pancreas)

8. Ampula vateri (pertemuan antara ductus choleducus dan ductus pankreaticus)

9. Papilla vateri (tonjolan ampula Vateri, tempat bermuaranya getah empedu dan pancreas kedalam duodenum

Duodenum (usus dua belas jari)

INTESTINUM CRASUM

Intestinum crasum atau colon hádala usus besar, permukaannya bergelombang yang disebut Haustra, bagian dari usus besar hádala:

1. Caecum: bagian colon yang terletak dibawah ileum, didalam cecum terdapat appendix vermicularis (usus buntu)

2. Colon ascenden: bagian colon yang naik keatas, diatas ileum

3. Colon transversum: bagian colon yang berjalan mendatar

4. Colon descenden: bagian colon yang berjalan menurun, terletak disebelah kiri

5. Colon sigmoid: bagian colon yang berbelok, membentuk huruf s (sigmoid)

6. Rectum; bagian terakhir dari colon yang terletak pada ujung coclon sebelum anus

7. Anus: merupakan pintu keluar dari colon

Page 72: askep igd

Permukaan colon yang menggembung disebut haustra, serta ada bentukan seperticacing pada permukaan colon yang disebut: taenia coli, ini merupakan kumpulan otot colon longitudinal (tidak semua permukaan colon ada otot tsb, hanya ada di tiga tempat)

Sepanjang taenia coli terdapat tonjolan jaringan yang disebut: appendix epiploika

Tempat pertemuan antara ileum dan colon, terdapat sfinkter yang disebut: sfinkter ileosecal, yang berfungsi mencegah refluk sisa makanan yang sudah masuk colon kembali ke ileum

ANUS

Anus merupakan pintu keluar dari colon, anus selalu tertutup karena dijaga oleh dua sfinkter, yaitu:

1. Sfinkter ani internum, yang terletak sebelah dalam, sifatnya involunter (tidak sadar, artinya diluar kendali otak) dan membuka secara reflek, jika ada feses masuk rectum, terjadi reflek defekasi

2. Sfinkter ani eksternum, yang terletak disebelah luar sfinkter ani internum, sifatnya volunter (sadar, artinya gerakannya atas perintah otak)

2.3 Etiologi

Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, berdasarkan wujudnya, zat yang dapat menyebabkan keracunan antara lain : zat padat (obat-obatan, makanan), zat gas (CO2), dan zat cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/ racun hewan)

Racun racun tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, diantaranya :

1. Melalui kulit

2. Melalui jalan napas (inhalasi)

3. Melalui saluran pencernaan (mulut)

4. Melalui suntikan

Page 73: askep igd

5. Melalui mata (kontaminasi maata)

2.4 Manifestasi Klinis

Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah status kesadaran. Alat ukur yang paling sering digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale). Apabila pasien tidak sadar dan tidak ada keterangan apapun, maka diagnosis keracunan dapat dilakukan pereksklusionam dan semua penyebab penurunan kesdaran seperti meningoensefalitis, trauma, perdarahan subaraknoid/ intrakranial, subdural/ ekstradural haematom, hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia, ensefalopati.

Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi napas dan denyut nadi mungkin dapat membantu penegakan diagnosis pada pasien dengan penurunan kesadaran.

Tanda dan Gejala

Yang paling menonjol adalah kelainan visus,hiperaktifitas kelenjar ludah,keringat dan ggn saluran pencernaan,serta kesukaran bernafas. Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah,rasa takut, tremor pada lidah,kelopak mata,pupil miosis.Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut, hipersaliva, hiperhidrosis,fasikulasi otot dan bradikardi. Keracunan berat : diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif ,sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi,koma, blokade jantung akhirnya meninggal.

2.5 Patofisiologi

IFO bekerja dengan cara menghabat  (inaktivasi)  enzim asetikolinesterase tubuh   (KhE).Dalam   keadaan   normal   enzim   KhE   bekerja   untuk  menghidrolisis arakhnoid   (AKH)   dengan   jalan   mengikat   Akh   –KhE   yang   bersifat   inaktif.Bila konsentrasi   racun   lebih   tinggi   dengan   ikatan   IFO-   KhE   lebih   banyak   terjadi. Akibatnya   akan   terjadi   penumpukan   Akh   ditempat-tempat   tertentu,   sehingga timbul  gejala  gejal;a   ransangan Akh yang  berlebihan   ,yang akan menimbulkan efek  muscarinik,   nikotinik   dan   SSP   (menimbulkan   stimulasi   kemudian   depresi SSP).

Page 74: askep igd

Pada   keracunan   IFO   ,ikatan   Ikatan   IFO   –   KhE   bersifat   menetap (ireversibel)   ,sedangkan   keracunan   carbamate   ikatan   ini   bersifat   sementara (reversible).Secara farmakologis efek Akh dapat dibagi 3 golongan :

1. Muskarini,terutama   pada   saluran   pencernaan,kelenjar   ludah   dan keringat,pupil,bronkus dan jantung.

2. Nikotinik,terutama pada otot-otot skeletal,bola mata,lidah,kelopak mata dan otot pernafasan.

3. SSP,   menimbulkan   nyeri   kepala,perubahan   emosi,kejang-kejang   (Konvulsi) sampai koma.

2.7 Patoflow

IFO

( inaktivasi ) enzim asetikolinesterase tubuh (KhE).

Penumpukan Akh (arakhnoid) ditempat-tempat tertentu,

sehingga timbul gejala-gejala ransangan Akh yang berlebihan

efek muscarinik, nikotinik

depresi SSP

Page 75: askep igd

Muskarini Nikotinik

Efek pada saluran pencernaan Efek pada otot-otot skeletal

kelenjar ludah dan keringat bola mata, lidah

pupil, bronkus dan jantung kelopak mata dan otot pernafasan

Mual muntah

menimbulkan nyeri kepala

Intoleransi aktivitas

Page 76: askep igd

Gangguan pemenuhan nutrisi

perubahan emosi

Cidera fisik

kejang-kejang (Konvulsi)

koma

2.8 Pemeriksaan D iagnostik

Analisis toksikologi harus dilakukan sedini mungkin, hal ini selain dapat membantu penegakan diagnosis juga berguna untuk kepentingan penyidikan polisi pada kasusu kejahatan. Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan dan feses.

1. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi perlu dilakukan terutama bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhilasi atau adanya dugaan perforasi lambung.

Page 77: askep igd

2. Laboratorium klinik

Pemeriksaan ini penting dilakukan terutama analisis gas darah. Beberapa gangguan gas darah dapat membantu penegakan diagnosis penyebab keracunan. Pemeriksaan fingsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula dilakukan karena selain berguna untuk mengetahui dampak keracunan juga dapat dijadiakan sebagai dasar diagnosis penyebab keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan yang mengandung asam jengkol.

1. Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantunmg iskemik.

2.9 Penatalaksanaan Medis

1. Stabilisasi

Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa pembebasan jalan napas, perbaikan fungsi pernapasan, dan perbaikan sistem sirkulasi darah.

2. Dekontaminasi

Dekontaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan pemaparan terhadap racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan.

3. Dekontaminasi pulmonal

Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen lembab 100% dan jika perlu beri ventilator.

Page 78: askep igd

4. Dekontaminasi mata

Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu posisi kepala pasiem ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCL 0,9% perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.

5. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)

Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu dan aksesorisd lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.

6. Dekopntaminasi gastrointestinal

Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi kambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan bvahan toksik

7. Eliminasi

Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang sedang beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam

8. Antidotum

Pada kebanyakan kasus keracunan sangat sedikit jenis racun yang ada obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia secara komersial sangat sedikit jumlahnya

2.10 Penatalaksanaan Keperawatan

A. PengkajianPengkajian.

Page 79: askep igd

Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi   yang   mengancam   jiwa,adanya   gangguan   asam   basa,keadaan   status jantung,status kesadran.

Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui  setelah keracunan,ada masalah  lain sebagi  pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan kegiatan meliputi :A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal.B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekwat.C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan.D: Disability, mengecek status neurologisE: Exposure, enviromental control, buka baju penderita, tapi cegah hipotermia.

Survei   primer   bertujuan   mengetahui   dengan   segera   kondisi   yang mengancam   nyawa   pasien.   Survei   primer   dilakukan   secara   sekuensial   sesuai dengan  prioritas.  Tetapi  dalam prakteknya  dilakukan   secara  bersamaan dalam tempo waktu  yang  singkat   (kurang  dari  10  detik).  Apabila   teridentifikasi  henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan.

Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ke tempat yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral (terlentang) untuk memudahkan pertolongan.

Page 80: askep igd

Penilaian   airway   dan   breathing   dapat   dilakukan   dengan   satu   gerakan   dalam waktu yang singkat dengan metode LLF (look, listen dan feel).

AIRWAY

Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.

Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali terjadi   trauma pada  leher.  Oleh karena  itu   langkah awal  untuk membebaskan 

Page 81: askep igd

jalan nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin lift seperti pada gambar di bawah ini :

Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :

- sianosis (mencerminkan hipoksemia)

- retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)

- pernafasan cuping hidung

- bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)

- tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau henti nafas)

BREATHING

Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekwat.   Inspirasi   dan   eksprasi   penting   untuk   terjadinya   pertukaran   gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi  merupakan tahap ventilasi  pada proses respirasi.  Fungsi  ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma.

Page 82: askep igd

Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :

- pergerakan dada

- adanya bunyi nafas

- adanya hembusan/aliran udara

CIRCULATION

Sirkulasi   yang   adekwat   menjamin   distribusi   oksigen   ke   jaringan   dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi   sistem   kardiovaskuler.Status hemodinamik dapat dilihat dari :

- tingkat kesadaran

- nadi

- warna kulit

Pemeriksaan nadi  dilakukan pada arteri  besar seperti pada arteri  karotis dan   arteri   femoral.

B. Masalah keperawatan. Yang mungkin timbul adalah :

1. Tidak efektifnya pola nafas

Page 83: askep igd

2. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh.

3. Gangguan kesadaran

4. Tidak efektifnya koping individu.

5. C. Intervensi

1. Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun (antidotum) yang meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, atau katarsis dan kerammas rambut.

Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian SA.

2. Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi demamatau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian. Monitir vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah,mual,dan nyeri abdomen serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.

3. Jika pernafasan depresi ,berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa

diperlukan.

2. Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety precautions . Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian,reaksi depresi,psikosis .neurosis, mental retardasi dan lain-lain.

DIAGNOSA I

3. Ketidakefektifan bersihan jalan napasa. Definisi:

Page 84: askep igd

ketidakmampuan utk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna empertahankan jalan napas yg bersihb. Batasan karakteristik1) Bunyi napas tambahan (contoh: ronki basah halus,ronki basah kasar)2) Perubahan irama dan frekuensi pernpasan3) Tidak mampu/tidak efektifnya batuk4) Sianosis5) Sulit bersuara6) Penurunan bunyi napas7) Gelisahc. Faktor yang berubungan1. Obstruksi jalan napas: spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mukus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing, sekresi pada bronki dan eksudat pada alveoli.

2. Fisiologi: disfungsi neuromuskuler, hiperplasia dinding bronkial, PPOK, infeksi, asma, alergi jalan napas dan trauma.d. NOC1) Status pernapasan: pertukaran gas: SaO2 dalam batas normal, mudah bernapas, tidak ada dispnea/sianosis/gelisah, temuan sinar X dada dalam rentang yang diharapkan, pertukaran CO2 atau O2 alveolar untuk memertahankan konsentrasi gas darah arteri.2) Ventilasi: pergerakan udara masuk dan keluar paruContoh penulisan tujuan berdasar Nursing Outcome Classification:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam, pasien akan:1) Mempunyai jalan napas paten2) Dapat mengeluarkan sekret secara efektif3) Irama dan frekuensi napas dalam rentang normal4) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal5) Mampu mendiskripsikan rencana untuk perawatan di rumahe. NIC prioritas1) Pengelolaan jalan napas: fasilitas untuk kepatenan jalan udara2) Pengisapan jalan napas: memindahkan sekresi jalan napas dengan memasukkan sebuah kateter penghisap ke dalam jalan napas oral dan atau trakea.AKTIVITAS:1) Kaji dan dokumentasikan keefektifan pemberian oksigen, pengobatan yang diresepkan dan kaji kecenderungan pada gas darah arteri2) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi tambahan3) Tentukan kebutuhan pengisapan oral dan atau trakea

Page 85: askep igd

4) Pantau status oksigen pasien dan status hemodinamik (tingkat Mean Arterial Pressure dan irama jantung) segera sebelum, selama dan setelah pengisapan5) Catat tipe dan jumlah sekret yang dikumpulkan.PENDIDIKAN UNTUK PASIEN/KELUARGA:6) Jelaskan pengunaan peralatan pendukung dengan benar (misalnya oksigen, pengisapan, spirometer, inhaler)7) Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan9) Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknik napas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi10) Ajarkan untuk mencatat dan mencermati perubahan pada sputum seperti: warna, karakter, jumlah dan bau11) Ajarkan pada pasien atau keluarga bagaimana cara melakukan pengisapan sesuai denan kebutuhan.

AKTIVITAS KOLABORASI12) Konsultasikan dengan dokter atau ahli pernapasan tentang kebutuhan untuk perkusi dan atau alat pendukung13) Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai protap14) Bantu dengan memberikan aerosol, nebulizer dan perawatan paru lain sesuai kebijakan institusi15) Beritahu dokter ketika analisa gas darah arteri abnormal

DIAGNOSA II

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah

1. Meningkatkan /merangsang nafsu makan

– Menghilangkan/mengurangi kondisi / gejala yg menyebabkan penurunan nafsu makan: menjaga kebersihan dan kesehatan kulit, memberikan analgetik dan antipiretik, menganjurkan istirahat untuk mengurangi kelelahan.

– Memberikan makanan yg disukai sedikit demi sedikit dgn memperhatikan kalori dan kontraindikasi.

– Membebaskan ruangan dari bau obat dan bau lain ygmenggangu nafsu makan

Page 86: askep igd

– Menurunkan stress psikologi

2. Memberikan makanan sesuai dg penyakit khusus (diet ginjal, jantung, DM)3. Konseling tentang manfaat nutrisi4. Membantu pasien memenuhi kebutuhan Nutrisi

1. Memberi makan secara oral.

2. Nutrisi enteral dan parenteral

5. Perencanaan pulang

Pendidikan kesehatan tentang memperpersiapkan makanan (nilai gizi setiap jenis makanan, cara memasak, diet pada penyakit ttt)

DIAGNOSA III

Intoleransi   aktivitas   : penurunan   fungsi   fisiologi   atau   psikologi   untuk memenuhi

kebutuhan aktivitas sehari-hari

Faktor yang berhubungan :

Bed rest atau immobilitas

Kelemahan umum

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Gaya/pola hidup yang menetap

Karakteristik :

Melaporkan kelemahan secara verbal

Nadi abnormal atau perubahan tekanan darah saat beraktivitas

Perubahan EKG yang menunjukkan adanya aritmia atau iskemi

Page 87: askep igd

Ketidaknyamanan saat latihan atau dispnea

NOC :

• Konservatif energi : tingkat pengelolaan energi aktif untuk memulai dan

memelihara aktivitas

• Daya tahan :tingkat dimana energi memampukan klien untuk beraktivitas

• Toleransi   aktivitas   : tingkat  dimana  aktiivitas  dapat  dilakukan  klien   sesuai energi

yang dimiliki

Kriteria evaluasi :

•   Bertoleransi   terhadap   sktivitas   yang   biasanya   dapat didemonstrasikan dengan

daya tahan, konservasi energi,dan perawatan diri : aktivitas sehari-hari (

ADL )

• Mendemonstrasikan konservasi energi ditandai dengna :

- Mneyadari keterbatasan energi

- Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat

- Tingkat daya tahan adekuat untuk aktivitas

NIC :

1.   Terapi   Aktivitas   : petunjuk   rentang   dan   bantuan   dalam   aktivitas   fisik, kognitif,

Page 88: askep igd

sosial,  dan spiritual  yang spesifik  untuk  menentukan  rentang  frekuensi  dan durasi

aktivitas individu atau kelompok.

•   Kaji   tanda   dan   gejala   yang   menunjukkan   ketidaktoleransi   terhadap aktivitas dan

memerlukan pelaporan terhadap perawat dan dokter

• Tingkatkan pelaksanaan ROM pasif sesuai indikasi

• Jelaskan pla peningkatan terhadap aktivitas

•   Buat   jadawal   latihan   aktivitas   secara   bertahap   untuk   pasien   dan berikan periode istirahat

• Berkan suport dan libatkan keluarga dalam program terapi

• Berikan reinforcemen untuk pencapaian aktivitas sesuai program latihan

• Kolaborasi ahli fisioterapi

2. Pengelolaan energi : pengaturan penggunaan energi untuk merawat dan

mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi

• Bantu klien untuk mengidentifikasi pilihan-pilihan aktivitas

• Rencanakan aktivitas untuk periode dimana klien mempunyai energi paliing

banyak

• Bantu dengan aktivitas fisik teratur ( misalnya ambulasi, transfer, perubahan

posisi, perawatan personal ) sesuai kebutuhan

Page 89: askep igd

•   Batasi   rangsangan   lingkungan   (   kebisisngan   dan   cahaya   )   untuk meningkatkan

relaksasi

•   Bantu   klien   untuk   memonitor   diri   dengan   mengembangkan   dan menggunakan

dokumetasi tertulis tentang intake kalori dan energi sesuai kebutuhan.