askep epilepsi

30
BAB I PENDAHULUAN I. Konsep Teoritis A. Latar belakang Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta bersifat episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang paling sering terjadi pada pederita epilepsy. Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsi. Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita, yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap. 1

Upload: rima-okda-hafizah

Post on 14-Jul-2016

67 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

askep epilepsi

TRANSCRIPT

Page 1: askep epilepsi

BAB IPENDAHULUAN

I. Konsep Teoritis

A. Latar belakang

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi

otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa

gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan

sistem otonom, serta bersifat episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang

paling sering terjadi pada pederita epilepsy.

Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi.

Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik

mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya

mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris,

satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsi.

Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan

bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada

wanita, yaitu 1-3% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika

Serikat, satu di antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih

2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut

World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep teorirtis dari epilepsi pada usia anak?

2. Bagaimana asuhan keperawatan dari epilepsy pada usia anak ?

C. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa

mengetahui tentang konsep teoritis dan asuhan keperawatan epilepsy pada usia

anak-anak.

1

Page 2: askep epilepsi

BAB II

PEMBAHASAN

A. DefinisiEpilepsi merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi berulang-

ulang. Diagnose ditegakkan bila seseorang mengalami paling tidak dua kali kejang

tanpa penyebab (Jastremski, 1988).

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang

akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat reversibel

(Tarwoto, 2007).

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang

datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan

listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi

(Arif, 2000).

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan

ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik

neuron-neuron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi klinik dan

laboratorik.

Epilepsi adalah suatu gejala atau manifestasi lepasnya muatan listrik yang

berlebihan di sel neuron saraf pusat yang dapat menimbulkan hilangnya kesadaran,

gerakan involunter, fenomena sensorik abnormal, kenaikan aktivitas otonom dan

berbagai gangguan fisik.

Epilepsy adalah merupakan sindrom yang ditandai oleh kejang yang terjadi

berulang-ulang. Diagnosa ditegakkan paling tidak dua kali kejang tanpa penyebab

(Jastremski, 1988).

Bangkitan epilepsi adalah manifestasi gangguan otak dengan berbagai gejala

klinis, disebabkan oleh lepasnya muatan listrik dari neuron-neuron otak secara

berlebihan dan berkala tetapi reversibel dengan berbagai etiologi.

B. EtiologiEpilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kroni kejang berulang yang

muncul tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan bangkitan listrik jaringan

saraf yang tidak terkontrol baik sebagian maupun seluruh bagian otak. Keadaan ini

2

Page 3: askep epilepsi

bisa diindikasikan sebagai disfungsi otak. Gangguan fungsi otak yang bisa

menyebabkan lepasnya muatan listrik berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa

disebabkan oleh adanya faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gabungan

faktor tersebut. Tiap-tiap penyakit atau kelainan yang dapat menganggu fungsi otak

atau fungsi sel neuron di otak, dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang atau

serangan epilepsi. Diantara gejala lainnya adalah sebagai berikut:

1. Idiopatik.

2. Acquerit : kerusakan otak, keracunan obat, metabolik, bakteri.

Trauma lahir

trauma kepala

tumor otak

stroke

cerebral edema

hypoxia

keracunan

gangguan metabolik

infeks

C. Anatomi FisiologiSistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta

terdiri terutama dari jaringan saraf yang berfungsi untuk menyelenggarakan

kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh.

Sistem saraf terdiri atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia dan sel

schwann). Kedua jenis sel tersebut berkaitan erat satu sama lain sehingga bersama-

sama berfungsi sebagai suatu unit.

Susunan saraf pusat manusia terdiri atas sekitar 100 miliar neuron. Neuron

adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan fungsional sistem persarafan.

Neuron terdiri dari:

a. Badan sel

Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nukleus yang

didalamnya terdapat nukleolus. Disekelilingnya terdapat perikarion yang

berisi neurofilamen yang berkelompok yang disebut neurofibril. Diluarnya

3

Page 4: askep epilepsi

terhubungkan dengan dendrit dan akson yang memberikan dukungan

terhadp proses-proses fisiologis.

b. Dendrit

Dendrit adalah tonjolon yang menghantarkan informasi menuju badan sel.

Dendrit merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan menjalar

kesegala arah. Khususnya dikorteks serebri dan serebellum, dendrit

mempunyai tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit.

Neuron tertentu juga mempunyai akson fibrosa yang panjang yang berasal

dari daerah yang agak tebal dibadan sel yaitu akson hilok (bukit akson).

c. Akson

Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari

badan sel disebut akson.

Dendrit dan akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau

tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan

menerusakan pesan-pesan neural disebabkan saraf khusus membran sel

neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan

elektrokimia.

Serangan epilepsi akan muncul apabila sekelompok kecil neuron abnormal

mengalami depolarisasi yang berkepanjangan berkenaan dengan cetusan

potensial aksi secara tepat dan berulang-ulang. Secara klinis serangan

epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari sejumlah besar neuron

abnormal muncul secara bersamaan.

D. PatofisiologiMenurut para penyelidik bahwa sebagian besar bangkitan epilepsi berasal dari

sekumpulan sel neuron yang abnormal di otak, yang melepas muatan secara

berlebihan dan hypersinkron. Kelompok sel neuron yang abnormal ini, yang disebut

juga sebagai fokus epileptik mendasari semua jenis epilepsi, baik yang umum

maupun yang fokal (parsial). Lepas muatan listrik ini kemudian dapat menyebar

melalui jalur-jalur fisiologis-anatomis dan melibatkan daerah disekitarnya atau

daerah yang lebih jauh letaknya di otak.

Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan

epilepsi klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron

4

Page 5: askep epilepsi

diserebellum di bagian bawah batang otak dan di medulla spinalis, walaupun

mereka dapat melepaskan muatan listrik berlebihan, namun posisi mereka

menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi. Sampai saat ini belum

terungkap dengan pasti mekanisme apa yang mencetuskan sel-sel neuron untuk

melepas muatan secara sinkron dan berlebihan (mekanisme terjadinya epilepsi).

Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus

merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-

juta neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah

aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.

Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Asetilkolin dan

norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA

(gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik

sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik di

otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan

menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian

seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik

berlebih (depolarisasi).

Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat

selanjutnya akan menyebar ke bagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi

tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami

depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada

talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain

dan dengan demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan

kesadaran.

E. Manisfestasi Klinis Dan Prilaku

a) Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau

gangguan penginderaan

b) Kelainan gambaran EEG

c) Bagian tubuh yang kejang tergantung lokasi dan sifat fokus epileptoge

d) Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik

(aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-

bauan tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit

kepala dan sebagainya)

5

Page 6: askep epilepsi

e) Napas terlihat sesak dan jantung berdebar

f) Raut muka pucat dan badannya berlumuran keringat.

g) Satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik

khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa

yang tidak normal seperti pada keadaan normal

h) Individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, dan

terkadang individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus

tersebut lewat

i) Di saat serangan, penyandang epilepsi terkadang juga tidak dapat berbicara

secara tiba- tiba

j) Kedua lengan dan tangannya kejang, serta dapat pula tungkainya

menendang-menendang

k) Gigi geliginya terkancing

l) Hitam bola matanya berputar- putar

F. Klasifikasi Dan Gambaran Klinis

1. Bangkitan Parsial/fokal Bangkitan parsial sederhana (tanpa gangguan

kesadaran)

a) Dengan gejala motorik.

b) Dengan gejala sensorik.

c) Dengan gejala otonomik.

d) Dengan gejala psikis.

2. Bangkitan parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)

a) Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran.

b) Dengan gangguan kesadaran sejak awal bangkitan.

3. Bangkitan umum sekunder (tonik-klonik, tonik atau klonik)

a) Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi bangkitan umum

b) Bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan umum

c) Bangkitan parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan

berkembang menjadi bangkitan umum

d) Bangkitan umum (konvulsi atau non-konvulsi)

6

Page 7: askep epilepsi

4. Bangkitan lena (absence)

Ciri khas serangan lena adalah durasi singkat, onset dan terminasi

mendadak, frekuensi sangat sering, terkadang disertai gerakan klonik pada mata,

dagu dan bibir.

5. Bangkitan mioklonik

Kejang mioklonik adalah kontraksi mendadak, sebentar yang dapat umum

atau terbatas pada wajah, batang tubuh, satu atau lebih ekstremitas, atau satu

grup otot. Dapat berulang atau tunggal.

6. Bangkitan tonik

Merupakan kontraksi otot yang kaku, menyebabkan ekstremitas menetap

dalam satu posisi. Biasanya terdapat deviasi bola mata dan kepala ke satu sisi,

dapat disertai rotasi seluruh batang tubuh. Wajah menjadi pucat kemudian

merah dan kebiruan karena tidak dapat bernafas. Mata terbuka atau tertutup,

konjungtiva tidak sensitif, dan pupil dilatasi.

7. Bangkitan atonik

Berupa kehilangan tonus. Dapat terjadi secara fragmentasi hanya kepala

jatuh ke depan atau lengan jatuh tergantung atau menyeluruh sehingga pasien

terjatuh.

8. Bangkitan klonik

Pada kejang tipe ini tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang

kelojot. dijumpai terutama sekali pada anak.

9. Bangkitan tonik-klonik

Merupakan suatu kejang yang diawali dengan tonik, sesaat kemudian

diikuti oleh gerakan klonik.

7

Page 8: askep epilepsi

A. PenatalaksanaanSetelah diagnosa ditetapkan maka tindakan terapeutik diselenggarakan. Semua

orang yang menderita epilepsi, baik yang idiopatik maupun yang non-idiopatik, namun

proses patologik yang mendasarinya tidak bersifat progresif aktif seperti tumor serebri,

harus mendapat terapi medisinal. Obat pilihan utama untuk pemberantasan serangan

epileptik jenis apapun, selain petit mal, adalah luminal atau phenytoin. Untuk

menentukan dosis luminal harus diketahui umur penderita, jenis epilepsinya, frekuensi

serangan dan bila sudah diobati dokter lain. Dosis obat yang sedang digunakan. Untuk

anak-anak dosis luminal ialah 3-5 mg/kg/BB/hari, sedangkan orang dewasa tidak

memerlukan dosis sebanyak itu. Orang dewasa memerlukan 60 sampai 120 mg/hari.

Dosis phenytoin (Dilatin, Parke Davis) untuk anak-anak ialah 5 mg/kg/BB/hari dan

untuk orang dewasa 5-15 mg/kg/BB/hari. Efek phenytoin 5 mg/kg/BB/hari (kira-kira

300 mg sehari) baru terlihat dalam lima hari. Maka bila efek langsung hendak dicapai

dosis 15 mg/kg/BB/hari (kira-kira 800 mg/hari) harus dipergunakan.

Efek antikonvulsan dapat dinilai pada ‘follow up’. Penderita dengan frekuensi

serangan umum 3 kali seminggu jauh lebih mudah diobati dibanding dengan penderita

yang mempunyai frekuensi 3 kali setahun. Pada kunjungan ‘follow up’ dapat dilaporkan

hasil yang baik, yang buruk atau yang tidak dapat dinilai baik atau buruk oleh karena

frekuensi serangan sebelum dan sewaktu menjalani terapi baru masih kira-kira sama.

Bila frekuensinya berkurang secara banding, dosis yang sedang dipergunakan perlu

dinaikan sedikit. Bila frekuensinay tetap, tetapi serangan epileptik dinilai oleh orangtua

penderita atau penderita epileptik Jackson motorik/sensorik/’march’ sebagai ‘enteng’

atau ‘jauh lebih ringan’, maka dosis yang digunakan dapat dilanjutkan atau ditambah

sedikit. Jika hasilnya buruk, dosis harus dinaikan atau ditambah dengan antikonvulsan

lain.

B. KomplikasiKerusakan otak akibat hypoksia dan retardasi mental dapat timbul akibat

kejang berulang. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas.

8

Page 9: askep epilepsi

C. Pemeriksaan Diagnostik

a) CT Scan dan Magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada

otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif

serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak

yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI)

maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah

antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas  

Elektroensefalogram(EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang, waktu

serangan

b) Kimia darah: hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.

mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah

c) menilai fungsi hati dan ginjal

d) menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan

adanya infeksi).

e) Pungsi lumbal utnuk mengetahui apakah telah terjadi infeksi otak

9

Page 10: askep epilepsi

B. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

Perawat mengumpulkan informasi tentang riwayat kejang pasien. Pasien

ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang dapat menimbulkan kejang. Asupan

alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup dikaji:

- Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang?

- Apakah pasien mempunyai program rekreasi? Kontak sosial?

- Apakah pengalaman kerja?

- Mekanisme koping apa yang digunakan?

Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam

mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.

1. Selama serangan :

- Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan.

- Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.

- Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.

- Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik,

kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.

- Apakah pasien menggigit lidah.

- Apakah mulut berbuih.

- Apakah ada inkontinen urin.

- Apakah bibir atau muka berubah warna.

- Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.

- Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu

sisi atau keduanya.

2. Sesudah serangan

- Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan

bicara

- Apakah ada perubahan dalam gerakan.

- Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum,

selama dan sesudah serangan.

10

Page 11: askep epilepsi

- Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi

denyut jantung.

- Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.

3. Riwayat sebelum serangan

- Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi.

- Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.

- Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik,

olfaktorik maupun visual.

4. Riwayat Penyakit

- Sejak kapan serangan terjadi.

- Pada usia berapa serangan pertama.

- Frekuensi serangan.

- Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang

tidur, keadaan emosional.

- Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai

dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang.

- Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak

- Apakah makan obat-obat tertentu

- Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

5. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat keluarga dengan kejang

b. Riwayat kejang demam

c. Tumor intrakranial

d. Trauma kepal terbuka, stroke

6. Riwayat Kejang

a. Berapa sering terjadi kejang

b. Gambaran kejang seperti apa

c. Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal

d. Apa yang dilakuakn pasien setelah kejang

7. Riwayat Penggunaan Obat

a. Nama obat yang dipakai

b. Dosis obat

c. Berapa kali penggunaan obat

11

Page 12: askep epilepsi

d. Kapan putus obat

8. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat kesadaran

b. Abnormal posisi mata

c. Perubahan pupil

d. Garakan motorik

e. Tingkah laku setelah kejang

f. Apnea

g. Cyanosis

h. Saliva banyak

9. Psikososial

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Pekerjaan

d. Peran dalam keluarga

e. Strategi koping yang digunakan

f. Gaya hidup dan dukungan yang ada

10. Pengetahuan pasien dan keluarga

a. Kondisi penyakit dan pengobatan

b. Kondisi kronik

c. Kemampuan membaca dan belajar

11. Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium

b. Radiologi

B. diagnose

1. Resiko cedera b.d aktivitas kejang yang tidak terkontrol (gangguan keseimbangan).

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sumbatan lidah di

endotrakea, peningkatan sekresi saliva

3. Isolasi sosial b.d rendah diri terhadap keadaan penyakit dan stigma buruk penyakit

epilepsi dalam masyarakat

4. Ketidakefektifan pola napas b.d dispnea dan apnea

5.  Intoleransi aktivitas b.d penurunan kardiac output, takikardia

12

Page 13: askep epilepsi

C. Intervensi

no Diagnose NOC NIC

1. Resiko cedera b.d

aktivitas kejang yang

tidak terkontrol

(gangguan

keseimbangan).

Kejadian jatuh

- Jatuh ketika berdiri (1/3)

- Jatuh ketika berjalan(1/3)

- Jatuh ketika berdiri(1/3)

- Jatuh dari tempat tidur(1/3)

- Jatuh ketika melangkah naik

tangga(1/3)

- Jatuh ketika menurun

tangga(1/3)

- Jatuh saat kekamar mandi(1/3)

Kekerasan cedera fisik

- Lecet pada kulit

- Luka memar

- Laserasi

- Luka bakar

- Keseleo pada ektremitas

- Patah pada ekstremitas

- Patah pada pelvis

Pencegahan jatuh

- Kenali defisit kognitif atau fisik

dari pasien yang bisa

meningkatkan potensial jatuh di

lingkungan

- Kenali sifat dan factor yang

menyebabkan resiko jatuh

- Tinjau pengalaman jatuh pasien

dan keluarga

- Kenali karakteristik lingkungan

yang bsa meningkatkan potensi

jatuh

- Monitor gaya berjalan,

keseimbangan dan tingkat

kelelahan dengan ambulansi

- Minta pasien untuk

menyeimbangkan persepsi jika di

perlukan

- Anjurkan mengubah gaya jalan

kepada pasien

2. Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas

berhubungan dengan

sumbatan lidah di

endotrakea,

peningkatan sekresi

saliva

Status respirasi : kepatenan jalan

nafas

1. Kecepatan respirasi(1/3)

2. Irama pernapasan (1/3)

3. Dalamnya pernapasan (1/3)

4. Kemampuan mengeluarkan

secret(1/3)

Manajemen jalan napas

1. Membuka jalan napas

menggunakan teknik dorongan

dengan membuka dagu atau rahang

2. Mengeluarkan secret dengan

dorongan batuk atau isapan

3. Dorongan pelan, pernapasan dalam

13

Page 14: askep epilepsi

5. Batuk(1/3) dan batuk

4. Ajarkan batuk efektif

Peningkatan batuk

1. Dorong pasien untuk melakukan

bebrapa pernapasan dalam

2. Bantu pasien untuk duduk dengan

posisi kepala sedikit fleksi, bahu

rilek, dan lutut fleksi

3. Ajarkan pasien mengikuti batuk

dengan beberapa tarikan napas

maksimal

Memantau pernapasan

1. Pantau kecepatan, kedalaman, dan

usaha pernapasan

2. Memantau suara pernapasan

seperti dengkuraan

3. Isolasi sosial b.d

rendah diri terhadap

keadaan penyakit dan

stigma buruk penyakit

epilepsi dalam

masyarakat

Kekerasan terhadap diri sendiri

- Perasaan takut

- Perasaan putus asa

- Perasaan lelah yang berlebihan

- Perasaan kehilangan harapan

- Perasaan isolasi social

- Perasaan tidak bias mengerti

- Kesulitan dalam membuat

rencana

- Kesulitan menjalin kontak

dengan orang lain

- Fluktuasi suasana hati

- Gangguan tidur

Interaksi social

- Interaksi dengan teman dekat

- Interaksi dengan tetangga

- Interaksi dengan keluarga

Terapi aktivitas

- Menentukan kemampuan pasien

untuk berpartisipasi dalam

aktivitas perawat khusus

- Tentukan komitmen pasien untuk

meningkatkan prekuensi dan

jumlah aktivitas

- Bantu pasien untuk menggali

kepribadian dengan membiasakan

aktivitas dan aktivitas favorit

pada waktu luang

- Bantu pasien memilih aktivitas

dan tujuan akhir dari kosistensi

aktivitas dengan fisik psikologis

dan social

- Bantu pasien untuk menyatukan

focus jika mengalami deficit

14

Page 15: askep epilepsi

- Bantu pasien untuk mendapatkan

aktivitas transportasi jika

dibutuhkan

4. Ketidakefektifan pola

napas b.d dispnea dan

apnea

Status respirasi

1. Frekuensi respirasi (kondisi

yang dialami pasien /

peningkatan yang diharapkan)

2. Irama pernapasan

3. Kedalaman pernapasan

4. Auskultasi suara nafas

5. Kepatenan jalan nafas

Manajemen jalan napas

1. Auskultasi suara napas, tidak ada

peningkatan atau penurunan

ventilasi dan dan keberadaan

suara napas

2. Melakukan terapy fisik dada,

dengan tepat

3. Posisikan pasien dengan potensi

pernapasan maksimal

Memantau pernapasan

1. Pantau kecepatan, kedalaman,

dan usaha pernapasan

2. Memantau suara pernapasan

seperti dengkuraan

5. Intoleransi aktivitas b.d

penurunan kardiac

output, takikardia

Toleransi aktivitas

1. Kecepatan respirasi saat

beraktivitas (kondisi yang

dialami pasien / peningkatan

yang diharapkan)

2. Denyut nadi saat beraktivitas

3. Tekanan sistol darah saat

beraktivitas

4. Tekanan diastole darah saat

beraktivitas

Manajement energy

1. Gunakan peralatan yang valid

untuk menentukan keletihan jika

terindikasi

2. Pilih perencanaan peningkatan

keletihan dengan berkolaborasi

dengan pharmakologi atau

nonpharmakologi dengan tepat

3. Tntukan apa dan bagaimana

banyaknya aktivitas yang

diperlukan untuk membangun daya

tahan

4. Memantau intek nutrisi untuk

menjamin keadekuatan sumber

energy

15

Page 16: askep epilepsi

5. Konsultasi dengan ahli gizi tetang

bagaimana untuk meningkatkan

intek dengan makanan tinggi

energy

6. Bantu pasien untuk menetukan

pilihan aktivitas

7. Hindari aktivitas perawatan selama

jadwal priode tidur

8. Gunakan ROM aktif dan pasif

untuk mengurangi tekanan otot

Terapi aktivitas

1. Tentukan kemamapuan pasien

dengan aktivitas latihan spesifik

2. bantu pasien untuk mengetahui

pilihan aktivitas yng tepat

3. bantu pasien dan kelurga untuk

mengenal penurunan tingakat

aktivitas

D. Implementasi dan evaluasi

no Diagnose Implementasi Evaluasi

1 Resiko cedera b.d

aktivitas kejang

yang tidak

terkontrol

(gangguan

keseimbangan).

Pencegahan jatuh

- Kenali defisit kognitif atau fisik dari

pasien yang bisa meningkatkan

potensial jatuh di lingkungan

- Kenali sifat dan factor yang

menyebabkan resiko jatuh

- Tinjau pengalaman jatuh pasien dan

keluarga

- Kenali karakteristik lingkungan yang

bsa meningkatkan potensi jatuh

- Monitor gaya berjalan,

S: pasien merasa seimbang dalam

barjalan

O: pasien mengalami keseimbang

A: masalah teratasi, masalah teratasi

sebagian atau masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi atau tidak

16

Page 17: askep epilepsi

keseimbangan dan tingkat kelelahan

dengan ambulansi

- Minta pasien untuk

menyeimbangkan persepsi jika di

perlukan

- Anjurkan mengubah gaya jalan

kepada pasien

2. Ketidakefektifan

bersihan jalan

nafas

berhubungan

dengan sumbatan

lidah di

endotrakea,

peningkatan

sekresi saliva

Manajemen jalan napas

5. Membuka jalan napas menggunakan

teknik dorongan dengan membuka

dagu atau rahang

6. Mengeluarkan secret dengan

dorongan batuk atau isapan

7. Dorongan pelan, pernapasan dalam

dan batuk

8. Ajarkan batuk efektif

Peningkatan batuk

4. Dorong pasien untuk melakukan

bebrapa pernapasan dalam

5. Bantu pasien untuk duduk dengan

posisi kepala sedikit fleksi, bahu rilek,

dan lutut fleksi

6. Ajarkan pasien mengikuti batuk

dengan beberapa tarikan napas

maksimal

Memantau pernapasan

3. Pantau kecepatan, kedalaman, dan

usaha pernapasan

Memantau suara pernapasan seperti

dengkuraan

S: pasien merasa tidak lagi terhalangi

jalan nafasnya

O: pasien tidak lagi terhalangi jalan

nafasnya

A: masalah teratasi, masalah teratasi

sebagian, masalah belum teratasi.

P: lanjutkan intervensi atau tidak

3. Isolasi sosial b.d

rendah diri

terhadap keadaan

Terapi aktivitas

- Menentukan kemampuan pasien

untuk berpartisipasi dalam aktivitas

S: pasien merasa kesepian

O: pasien mampu berinteraksi dengan

orang lain

17

Page 18: askep epilepsi

penyakit dan

stigma buruk

penyakit epilepsi

dalam masyarakat

perawat khusus

- Tentukan komitmen pasien untuk

meningkatkan prekuensi dan jumlah

aktivitas

- Bantu pasien untuk menggali

kepribadian dengan membiasakan

aktivitas dan aktivitas favorit pada

waktu luang

- Bantu pasien memilih aktivitas dan

tujuan akhir dari kosistensi aktivitas

dengan fisik psikologis dan social

- Bantu pasien untuk menyatukan

focus jika mengalami deficit

- Bantu pasien untuk mendapatkan

aktivitas transportasi jika dibutuhkan

A: masalah teratasi, masalah teratasi

sebagian, masalah belum teratasi.

P: lanjutkan intervensi atau tidak

4. Ketidakefektifan

pola napas b.d

dispnea dan apnea

Manajemen jalan napas

4. Auskultasi suara napas, tidak ada

peningkatan atau penurunan ventilasi

dan dan keberadaan suara napas

5. Melakukan terapy fisik dada, dengan

tepat

6. Posisikan pasien dengan potensi

pernapasan maksimal

Memantau pernapasan

3. Pantau kecepatan, kedalaman, dan

usaha pernapasan

Memantau suara pernapasan seperti

dengkuraan

S: pasien tidak lagi merasa sesak nafas

O: nafas pasien tidak lagi sesak

A: masalah teratasi, masalah teratasi

sebagian, masalah belum teratasi.

P: lanjutkan intervensi atau tidak

5. Intoleransi

aktivitas b.d

penurunan

kardiac output,

Manajement energy

9. Gunakan peralatan yang valid untuk

menentukan keletihan jika terindikasi

10. Pilih perencanaan peningkatan

S: pasien merasa tidak kelelahan lagi

O: pasien sudah mampu melakukan

aktivitas seperti biasa

A: masalah teratasi, masalah teratasi

18

Page 19: askep epilepsi

takikardia keletihan dengan berkolaborasi

dengan pharmakologi atau

nonpharmakologi dengan tepat

11. Tntukan apa dan bagaimana

banyaknya aktivitas yang diperlukan

untuk membangun daya tahan

12. Memantau intek nutrisi untuk

menjamin keadekuatan sumber energy

13. Konsultasi dengan ahli gizi tetang

bagaimana untuk meningkatkan intek

dengan makanan tinggi energy

14. Bantu pasien untuk menetukan pilihan

aktivitas

15. Hindari aktivitas perawatan selama

jadwal priode tidur

16. Gunakan ROM aktif dan pasif untuk

mengurangi tekanan otot

Terapi aktivitas

4. Tentukan kemamapuan pasien dengan

aktivitas latihan spesifik

5. bantu pasien untuk mengetahui

pilihan aktivitas yng tepat

bantu pasien dan kelurga untuk mengenal

penurunan tingakat aktivitas

sebagian, masalah belum teratasi.

P: lanjutkan intervensi atau tidak

19

Page 20: askep epilepsi

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit : EGC, Jakarta.

Mansjoer, Arif. dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Auskulapius, Jakarta

Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC, Jakarta

Engram, Barbara.1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Vol 2 EdisiVI, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Herman, T. Heather. 2012.diagnosa keperawatan defenisi dan klasifikasi 2012 -2014. Jakarta : EGC

Gloria M. Bulechek. 2013, Nursing Interventions Classification (NIC), Ed 6. Jakarta : EGC

Sue Moorhead. 2012, Nursing Outcomes Classification (NOC), Ed 5. Jakarta : EGC

20