makalah dan askep epilepsi jadi

38
1 MAKALAH ASUHAN KEPERWATAN SISTEM NEUROBAHAVIOR PADA PASIEN DENGAN EPILEPSI Disusun Oleh: Kelas 3B Lelik Agustrianti 11.0700.S Rizky Metiyas Tuti 11.0739.S STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2013/2014

Upload: rifqi-ari-fajar

Post on 18-Oct-2015

1.351 views

Category:

Documents


218 download

TRANSCRIPT

MAKALAH ASUHAN KEPERWATAN SISTEM NEUROBAHAVIORPADA PASIEN DENGAN EPILEPSI

Disusun Oleh:Kelas 3BLelik Agustrianti11.0700.SRizky Metiyas Tuti11.0739.S

STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGANPROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN2013/2014

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangEpilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP) yang timbul akibat adanya ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak. Ketidak seimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya fokus-fokus iritatif pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang ada di dalam otak. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya).Penyandang epilepsi pada masa anak dan remaja dihadapkan pada masalah keterbatasan interaksi sosial dan kesulitan dalam mengikuti pendidikan formal. Mereka memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan dan kematian yang berhubungan dengan epilepsi. Penanganan terhadap penyakit ini bukan saja menyangkut penanganan medikamentosa dan perawatan belaka, namun yang lebih penting adalah bagaimana meminimalisasikan dampak yang muncul akibat penyakit ini bagi penderita dan keluarga maupun merubah stigma masyarakat tentang penderita epilepsi.

B. Tujuan UmumTujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.Tujuan KhususDengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat :1. Mahasiswa megetahui definisi Epilepsi. 2. Mahasiswa mengetahui etiologi Epilepsi. 3. Mahasiswa megetahui patofisiologi Epilepsi. 4. Mahasiswa megetahui pathway Epilepsi. 5. Mahasiswa mengetahui klasifikasi kejang pada Epilepsi. 6. Mahasiswa megetahui manifestasi klinis dan perilaku pada Epilepsi.7. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostic pada Epilepsi.8. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada Epilepsi.9. Mahasiswa megetahui pencegahan pada Epilepsi.10. Mahasiswa mengetahui pengobatan pada Epilepsi.11. Mahasiswa mengetahui komplikasi pada Epilepsi.

BAB IITINJAUAN TEORIA. Pengertian Epilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat berkaitan dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau gerakan otot, dan gangguan prilaku suasana hati, sensasi dan persepsi (Brunner dan suddarth, 2000).Kejang adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang besifat sementara. Istilah epilepsy biasanya merupakan suatu kelaianan yang bersifat kronik yang timbul sebagai suatu bentuk kejang berulang (Hudak dan Gallo, 1996). Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan serangan,berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat reversible dengan berbagai etiologi.Serangan adalah suatau gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula.B. Klasifikasi.1. Epilepsi Umum.a) Grand mal.Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.b) Petit mal.Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.c) Epilepsi Jenis Focal / Parsial.Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regio setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik setempat atau adanya kelainan fungsional.2. Epilepsi Primer (Idiopatik)Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal. Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik). Sering terjadi pada: Trauma lahir, Asphyxia neonatorum Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf Keracunan CO, intoksikasi obat/alcohol Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia) Tumor Otak Kelainan pembuluh darah(Tarwoto, 2007)3. Epilepsi Sekunder (Simtomatik)Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.Penyebab step / childhood epilepsi / epilepsi anak-anak:

fever / panas genetic causes / faktor genetik head injury / luka di kepala. infections of the brain and its coverings / Radang atau infeksi pada otak dan selaput otak lack of oxygen to the brain/ kekurangan oksigen, terutama saat proses kelahiran. hydrocephalus/pembesaran ukuran kepala (excess water in the brain cavities) disorders of brain development / gangguan perkembangan otak.C. Klasifikasi Kejanga. Kejang MioklonikPada kejang mioklonik terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot, seringkali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumpai pada semua umur.b. Kejang KlonikPada kejang ini tidak terjadi gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal multiple di lengan, tungkai atau torso. Dijumpai terutama sekali pada anak.c. Kejang TonikPada kejang ini tidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku pada wajah dan bagian tubuh bagian atas, flaksi lengan dan ekstensi tungkai. kejang ini juga terjadi pada anak.d. Kejang Tonik-Klonikkejang ini sering dijumpai pada umur di atas balita yang terkenal dengan nama grand mal. Serangan dapat diawali dengan aura, yaitu tanda-tanda yang mendahului suatu kejang. Pasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Kejang kaku berlangsung kira-kira menit diikutti kejang kejang kelojot seluruh tubuh. Bangkitan ini biasanya berhenti sendiri. Tarikan napas menjadi dalam beberapa saat lamanya. Bila pembentukan ludah ketika kejang meningkat, mulut menjadi berbusa karena hembusan napas. Mungkin pula pasien kencing ketika mendapat serangan. Setelah kejang berhenti pasien tidur beberapa lamanya, dapat pula bangun dengan kesadaran yang masih rendah, atau langsung menjadi sadar dengan keluhan badan pegal-pegal, lelah, nyeri kepala.e. Kejang atonik.Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh. Kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini terutama sekali dijumpai pada anak.

D. Etiologi.a. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.b. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.c. Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otakd. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada anak-anak.e. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otakf. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otakg. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (fku), sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.h. Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anakE. PatofisiologiSecara umum, epilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau tosik, yang selanjutnya menyebabkan terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut. Penimbunan acetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi tertentu untuk dapat merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat terjadi.Pada epilepsi (diopatik, tipe grand mal, secara primer muatan listrik dilepaskan oleh nuklea intralaminares talami. Input dari vortex selebri melalui lintasan aferen aspesifik itu menentukan dengan kesadaran bila mana sama sekali tidak ada input maka timbulah koma.Pada grand mal, oleh karena sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminan talamik secara berlebihan. Perangsanagn talamortikalyang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran menerima imfulse aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang F. Gejala Epilepsi1) Gejala kejang berdasarkan sisi otak yang terkena Sisi otak yg terkenaGejala

Lobus frontalisKedutan pada otot tertentu

Lobus oksipitalisHalusinasi kilauan cahaya

Lobus parietalisMati rasa atau kesemutan di bagian tubuh tertentu

Lobus temporalisHalusinasi gambaran dan perilaku repetitif yang kompleks misalnya berjalan berputar-putar

Lobus temporalis anteriorGerakan mengunyah, gerakan bibir mencium

Lobus temporalis anterior sebelah dalamHalusinasi bau, baik yg menyenangkan maupun yg tidak menyenangkan

2) Gejala umum : Tonik : kontraksi otot, tungkai dan siku fleksi, leher dan punggung melengkung, jeritan epilepsi (aura).20 60 detik. Klonik : spasmus flexi berseling relaksasi, hypertensi, midriasis, takikardi, hyperhidrosis, hypersalivasi.40 detik. Pasca Serangan : aktivitas otot terhenti, klien sadar kembali, lesu, nyeri otot dan sakit kepala, klien tertidur 1-2 jam. Sederhana : tidak terdapat gangguan kesadaran. Komplex : gangguan kesadaran.G. Pathways

H. Manifestasi klinisEpilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi sebagai bnerikut : Sawan Parsial (Fokal, lokal) Sawan Parsial Sederhana, sawan parsial dengan kesadaran tetap normal Dengan gejala motorik Fokal motorik tidak menjalar ; sawan terbatas pada satu bagian tubuh. Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari bagian tubuh dan menjalar meluas kedaerah lain. Dengan gejala somatosensoris : sawan disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigi. Somatosensoris : timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarum. Visual : terlihat cahaya Diserti Vertigo Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (Sensasi efigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil) Dengan gejala psikis Disfasia : gangguan bicara misalnya mengulang suku kata, kata atau bagian klimat. Disemnesia ; gangguan proses ingatan misalnya seperti sudah mengalkami, mendengar, melihat atau sebaliknya tidak pernah mengalami Kognitif : gangguan orientasi waktu, meras diri berubnah Apektif : merasa sangat senang, susah, marah, takut Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besar Halusinasi : mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatu penomena tertentu dan lain-lain Sawan Parsial Kompleks (disertai gangguan kesadaran) Serangan Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : keasadaran mula-mula baik kemudian menurun Dengan gejala parsial sederhana Dengan automatisme, yaitu gerakan-gerakan, prilaku yang timbul dengan sendirinya Dengan penurunan kesadaran sejak serangan, kesadaran menurun sejakpermulaan serangan. Hanya dengan penurunan kesadaran Dengan automatisme Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (Tonik klonik, tonik, klonik)1.Sawan parsial sederhana yang berkembang menjasdi bangkitan umum2.Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi nbangkitan umum3.Sawan parsial sedrhan yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum.4.Sawan Umum (Konvulsif atau nonkonvulsif)

II. Sawan UmumA. Sawan Lena (Absance) Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong, bola mata dapat memutar keatas, tidak ada reaksi bila diajak bicara. 1. Lena Tak Khas Dapat disertai, a. Gangguan tonus yang lebih jelasb. Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadakI. Pemeriksaan Diagnostika. Pungsi LumbarPungsi lumbar adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi.

Pada anak dengan usia > 18 bulan, pungsi lumbar dilakukan jika tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu pungsi lumbar sangat dianjurkan untuk dilakukan.b. EEG (elektroensefalogram)merupakan pemeriksaan yang mengukur aktivitas listrik di dalam otak.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memiliki resiko. Elektroda ditempelkan pada kulit kepala untuk mengukur impuls listrik di dalam otak.c. EKG (elektrokardiogram)dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan irama jantung sebagai akibat dari tidak adekuatnya aliran darah ke otak, yang bisa menyebabkan seseorang mengalami pingsan.d. Pemeriksaan CT scan dan MRIdilakukan untuk menilai adanya tumor atau kanker otak, stroke, jaringan parut dan kerusakan karena cedera kepala.e. Pemeriksaan laboratorium :Pemeriksaan darah rutin, darah tepi dan lainnya sesuai indikasi misalnya kadar gula darah, elektrolit. Pemeriksaan cairan serebrospinalis (bila perlu) untuk mengetahui tekanan, warna, kejernihan, perdarahan, jumlah sel, hitung jenis sel, kadar protein, gula NaCl dan pemeriksaan lain atas indikasi.f. Pemeriksaan radiologis :Foto tengkorak untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal, tanda peninggian TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika dan sebagainya.g. Arteriografi untuk mengetahui pembuluh darah di otak : anomali pembuluh darah otak, penyumbatan, neoplasma / hematome/ abses.J. Penatalaksanaan Penatalaksaan epilepsy direncanakan sesuai dengan program jangka panjang dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan khusus masing-masing klien.Tujuan dari pengobatan adalah untuk menghentikan kejang sesegera mungkin, untuk menjamin oksigenasi serebral yang adekuat, dan untuk mempertahankan klien dalam status bebas kejang.

K. Pencegahan pada EpilepsiUpaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan obat antikonvulsi yang digunakan sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah. Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi) harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada janin selama kehamilan dan persalinan.Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.L. Pengobatan Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) seta beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi, mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th. Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek sama sekali.Penanganan terhadap anak kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di kemudian hari. Kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung seumur hidupnya.M. Komplikasi Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang yang berulang. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas ( Elizabeth, 2001 : 174 )

BAB IIIASKEP TEORI1. DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN.a. ISTIRAHAT & AKTIVITAS Gejala : Keletihan, kelemahan umum.Keterbatasan dalam aktivitas / bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat Tanda : Perubahan tonus / kekuatan otot.Gerakan involunter / kontraksi otot ataupun sekelompok otot.b. SIRKULASIGejala : Iktal : Hypertensi, peningkatan nadi, sianosis.Postiktal : Tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan.c. INTEGRITAS EGOGejala : Stressor eksternal / internal yang berhubungan dengan keadaan dan / atau penanganan.Peka rangsang; perasaan tidak ada harapan / tidak berdaya. Perubahan dalam berhubungan.Tanda : Pelebaran rentang respons emosional.

d. ELIMINASIGejala : Inkontinensia episodik.Tanda : Iktal : peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.Postiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkontinensia (baik urine / fekal).

e. CAIRAN MAKANANGejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual / muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang.Tanda : Kerusakan jaringan lunak / gigi (cedera selama kejang).Hyperplasia gingival (efek samping pemakaian Dilantin jangka panjang).

f. NEUROSENSORIGejala : Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan, pusing. Riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi serebral.Adanya aura (rangsangan visual, auditorius, area halusinogenik).Postiktal : kelemahan, nyeri otot, area parestese / paralisis.Tanda : Karakteristik kejang :Kejang umum.Kejang parsial (kompleks).Kejang parsial (sederhana).

g. NYERI / KENYAMANANGejala : Sakit kepala, nyeri otot / punggung pada periode postiktal.Nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal.Tanda : Sikap / tingkah laku yang berhati-hati.Perubahan tonus otot.Tingkah laku gelisah / distraksi.h. PERNAFASANGejala : Fase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun / cepat; peningkatan sekresi mukus.Fase postiktal : apnea. i. KEAMANANGejala : Riwayat terjatuh / trauma, fraktur.Adanya alergi.Tanda : Trauma pada jaringan lunak / ekimosis.Penurunan kekuatan / tonus otot secara menyeluruh.

j. INTERAKSI SOSIALGejala : Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya.Pembatasan / penghindaran terhadap kontak sosial.

k. PEMBELAJARAN & PENYULUHAN Gejala : Adanya riwayat epilepsi pada keluarga. Penggunaan / ketergantungan obat (termasuk alkohol).2. PRIORITAS KEPERAWATAN1. Mencegah / mengendalikan aktivitas kejang.2. Melindungi pasien dari cedera.3. Mempertahankan jalan nafas.4. Meningkatkan harga diri yang positif.5. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan penanganannya.

3. TUJUAN PEMULANGAN1. Serangan kejang terkontrol.2. Komplikasi / cedera dapat dicegah.3. Mampu menunjukkan citra tubuh.4. Pemahaman terhadap proses penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

BAB IVCONTOH KASUS DAN ASKEPPasien a.n F.S berusia 3 tahun 9 bulan, tanggal 8 desember 2011 masuk ke IGD. Alamat, Jl.kemerdekaan surabaya.Berdasarkan anamnesa, diketahui pasien demam sejak 1 hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama kejang 2 menit, pasien memiliki riwayat epilepsy, pernah dirawat ketika umur 20 bulan (8/12/09 sampai 11/12/09), umur 23 bulan (2/02/10 sampai 5/02/10) , umur 32 bulan (8/11/10) dengan riwayat penyakit yang sama. Berdasarkan keterangan keluarga pasien, hanya An F.S yang menderita penyakit epilepsi dari keluarganya.Berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui berat badan pasien 19 kg, suhu tubuh 40.2C. Pasien memiliki riwayat epilepsi.ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian1) Identitas Nama : An. F.SUmur : 3 tahun 9 bulanJenis Kelamin : laki-lakiTanggal masuk : 8 Desember 2011Alamat: Jl. Kemerdekaan Surabaya2) Riwayat penyakita) Keluhan utamaDemam dan kejangb) Riwayat penyakit sekarangpasien demam sejak 1 hari yang lalu, kejang 3 kali dengan lama kejang 2 menit.badannya demam tinggi.c) Riwayat penyakit dahulupasien memiliki riwayat epilepsy, pernah dirawat ketika umur 20 bulan (8/12/09 sampai 11/12/09), umur 23 bulan (2/02/10 sampai 5/02/10) , umur 32 bulan (8/11/10) dengan riwayat penyakit yang sama.d) Riwayat penyakit keluargaMenurut keluarga pasien, hanya An F.S yang menderita penyakit epilepsi dari keluarganya.3) pengkajian selama dan setelah kejang 1. Selama serangan : Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan. Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena. Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai. Apakah disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-klonik, kejang mioklonik, kejang atonik. Apakah pasien menggigit lidah. Apakah mulut berbuih. Apakah ada inkontinen urin. Apakah bibir atau muka berubah warna. Apakah mata atau kepala menyimpang pada satu posisi. Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi atau keduanya.2. Sesudah serangan Apakah pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara Apakah ada perubahan dalam gerakan. Sesudah serangan apakah pasien masih ingat apa yang terjadi sebelum, selama dan sesudah serangan. Apakah terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung. Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.3. Riwayat sebelum serangan Apakah ada gangguan tingkah laku, emosi. Apakah disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar. Apakah ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun visual.4. Riwayat Penyakit Sejak kapan serangan terjadi. Pada usia berapa serangan pertama. Frekuensi serangan. Apakah ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur, keadaan emosional. Apakah penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan kesadaran, kejang-kejang. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak Apakah makan obat-obat tertentu Apakah ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga5. Pemeriksaan fisik Amati penampilan umum klien ; yang meliputi keadaan umum dan kesadaran. Pasien terlihat pucat,demam, kesadaran samnolen. Kaji TTV klien berat badan pasien 19 kg, suhu tubuh 40.2C Kaji sistem integumen klien yang meliputi kuku, kulit, rambut, dan wajah Kuku : panjang , agak kotor Kulit: sawo matang Rambut: pendek, tebal, agak ikal Wajah: pucat, oval Kaji sitem pulmonary Gejala : palpitasi. Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat Aktivitas Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan. Tanda : kelemahan otot, somnolen. Eliminasi Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine. Makanan / cairan Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia. Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut). Integritas ego Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan. Tanda : depresi, ansietas, marah. Neurosensori Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kesemutan. Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang. Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot. Tanda : gelisah, distraksi. Pernafasan Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal. Tanda : dispnea, takipnea, batuk. Keamanan Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal. Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.

Data penunjang : Pemeriksaan hematologi dan serologi Pencitraan CFT : Type kejangEEG2. Analisa dataNo Data Masalah Penyebab

1.DS: ibu klien mengatakan anaknya batuk,dan nafasnya terlihat sesak.DO:nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal,dispnea, takipnea, batuk.

Pola napas tidak efektifProses terjadinya epilepsi

2.DS: ibu klien mengatakan anaknya demam sudah 3 hari yang lalu,kejang terus menerus.DO: klien demam, penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, , pusing, kesemutan. aktivitas kejang, otot mudah terangsang.

Resiko terhadap cederaperubahan kesadaran, kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri.

3.DS: ibu klien mengatakan anaknya slalu menangis dan wajahnya seperti orang yang sedang kesakitan.DO: secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang dialami,menangis wajah meringis. Dari penilaian PQRST dengan gambar di temukan hasil:P: perubahan metabolisme tubuhQ: - ( klien menangis)R:klien menunjuk abdomen dan kepala.

S: - ( hanya menangis)Nyeriperubahan metabolisme

4.DS: keluarga klen mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang penyakit epilepsy dan penanganannya.DO: * keluarga klien tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh perawat*keluarga klien tidak mengetahui cara penanganan epilepsi pada anaknya.Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan epilepsyketerbatasan kognitif

3. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan epilepsi, yaitu :I. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasanII. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran, kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri.III. Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan : klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang dialami,menangis wajah meringis.IV. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi informasi4. Perencanaan KeperawatanNo Dx kepTujuan/kriteria hasilIntervensi Rasional

1Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, diharapkan klien tidak lagi mengalami gangguan pola napas dengan kriteria hasil :- RR dalam batas normal sesuai umur- Nadi dalam batas normal sesuai umur1. Pantau Ku dan ttv klien2. Tinggalkan pakaian pada daerah leher/dada, abdomen3. Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan.

4. berikan kolaborasi O2 sesuai kebutuhan.1. Mengetahui keadaan klien2. Memfasilitasi usaha bernapas/ekspansi dada3. Dapat mencegah tergigitnya lidah, dan memfasilitasi saat melakukan penghisapan lendir, atau memberi sokongan pernapasan jika diperlukan4. Dapat menurunkan hipoksia serebral

2Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan : klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang dialami,menangis wajah meringis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, diharapkan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil:1. Klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili penurunan rasa nyeri yang dialami2. Klien tidak menangis lagi3. Wajah klien tampak ceria

1. Kaji PQRST dengan menggunakan media gambar2. Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan3. Berikan lingkungan yang nyaman bagi klien4. Kolaborasi untuk pemberian obat analgesic

1. Mengetahui kerkteristik nyeri pasien.2. Posisi yang nyaman dapat memberikan efek malsimal untuk relaksasi otot3. Rangsang yang berlebihan dari lingkungan dapat memperberat rasa nyeri4. Obat analgesic dapat meminimalkan rasa nyeri

3Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran, kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam, diharapkan klien dapat mengurangi risiko cidera pada pasien

1. Kaji karakteristik kejang2. Jauhkan pasien dari benda benda tajam / membahayakan bagi pasien3. Segera letakkan sendok di mulut pasien yaitu diantara rahang pasien4. Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang1. mngetahui seberapa besar tingkatan kejang yang dialami pasien.2. Benda tajam dapat melukai dan mencederai fisik pasien3. Dengan meletakkan sendok diantara rahang atas dan rahang bawah, maka resiko pasien menggigit lidahnya tidak terjadi dan jalan nafas pasien menjadi lebih lancar.4. Obat anti kejang dapat mengurangi derajat kejang yang dialami pasien, sehingga resiko untuk cidera pun berkurang

4Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X3 jam, diharapkan:1) pengetahuan keluarga meningkat2) keluarga mengerti dengan proses penyakit epilepsy3) keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.

1. Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga klien.

2. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.

3. Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes.4. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti.

1. untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang telah mereka ketahui,sehingga pengetahuan yang nantinya akan diberikan dapat sesuai dengan kebutuhan keluarga2. agar keluarga dapat memberikan penanngan yang tepat jika suatu-waktu klien mengalami kejang berikutnnya.3. untuk meningkatkan pengetahuan4. untuk mengetahui seberapa jauh informasi yang sudah dipahami

5. ImplementasiNo Hari/Tgldx.kepImplementasi paraf

1Kamis/8 sep 2011, jam...1 dan 3

1. Pantau Ku dan ttv klien2. Tinggalkan pakaian pada daerah leher/dada, abdomen3. Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan.4. berikan kolaborasi O2 sesuaidan5. Kaji karakteristik kejang6. Jauhkan pasien dari benda benda tajam / membahayakan bagi pasien7. Segera letakkan sendok di mulut pasien yaitu diantara rahang pasienKolaborasi dalam pemberian obat anti kejang

2Jumat/9 sep 20112 dan 31. Kaji PQRST dengan menggunakan media gambar2. Berikan posisi yang nyaman sesuai kebutuhan3. Berikan lingkungan yang nyaman bagi klien4. Kolaborasi untuk pemberian obat analgesicdan1. Kaji karakteristik kejang2. Jauhkan pasien dari benda benda tajam / membahayakan bagi pasien3. Segera letakkan sendok di mulut pasien yaitu diantara rahang pasienKolaborasi dalam pemberian obat anti kejang

3Sabtu/10 sep 201141. Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga klien.

2. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.

3. Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes.4. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti

6. Evaluasi no Dx. KepEvaluasi Paraf

1Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan

RR dalam batas normal sesuai umur Nadi dalam batas normal sesuai umur

2Nyeri berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai dengan : klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili rasa sakit yang dialami,menangis wajah meringis

Klien secara non verbal menunjukkan gambar yang mewakili penurunan rasa nyeri yang dialami, Klien tidak menangis lagi Wajah klien tampak ceria

3Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan perubahan kesadaran, kerusakan kognitif selama kejang, atau kerusakan mekanisme perlindungan diri.

Dapat mengurangi risiko cidera pada pasienKriteria pengkajian fokus makna klinis1. Riwayat kejang2. Tingkatan kejangnya

4Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi

Pengetahuan keluarga meningkat Keluarga mengerti dengan proses penyakit epilepsy Keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.

BAB VIPENUTUP

A. KesimpulanEpilepsy adalah kompleks gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang ditandai dengan terjadinya kejang secara berulang. Dapat berkaitan dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang berlebihan, atau kehilangan tonus atau gerakan otot, Epilepsi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :a. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin/kehamilan ibu, seperti ibu menelan obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi, minum alcohol, atau mengalami cidera.b. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurang oksigen yang mengalir ke otak (hipoksia), kerusakan karena tindakan.c. Cidera kepala yang dapat menyebabkan kerusakan pada otakd. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada anak-anak.e. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otakf. Radang atau infeksi pada otak dan selaput otakg. Penyakit keturunan seperti fenilketonuria (fku), sclerosis tuberose dan neurofibromatosis dapat menyebabkan kejang-kejang yang berulang.h. Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena ambang rangsang serangan yang lebih rendah dari normal diturunkan pada anak Dapat menyebabkan komplikasi antara lain : Kerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang yang berulang. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas Cara penanganan epilepsi atau kejang yaitu lepas semua baju pasien, ganti dengan yang arang, ekstensikan kepala pasien agar aliran O2 dan darah lancar usahakan lidah pasien jangan sampai menggulung ke dalam , karena akan mengganggu jalan nafas. Beri obat anti kejang.B. Saran

Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya mengetahui pengertian, tindakan penanganan awal, serta mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan epilepsi. Oleh karena penyandang epilepsi sering dihadapkan pada berbagai masalah psikososial yang menghambat kehidupan normal, maka seyogyanya kita memaklumi pasien dengan gangguan epilepsi dengan cara menghargai dan menjaga privasi klien tersebut. Hal itu dilaksanakan agar pasien tetap dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan tidak akan menimbulkan masalah pasien yang menarik diri.

DAFTAR PUSTAKA

37