asidosis respiratorik (konsul iss)

12
ASIDOSIS RESPIRATORIK A. Pengertian Asidosis Respiratorik Asidosis adalah satu keadaan yang menggambarkan individu mengalami atau beresiko mengalami ketidakseimbangan asam-basa karena peningkatan asam atau kehilangan basa berlebihan. Gangguan respiratorik adalah keadaan dimana perubahan primer terletak pada kadar karbondioksdia (asam karbonat). Asidosis Respiratorik adalah gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar dari paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO3 yang kemudian menyebakan peningkatan ion hydrogen (H + ). B. Etiologi 1. Penyakit paru 2. Depresi pusat pernapasan 3. Kerusakan saraf atau otot yang menhambat kemampuan bernapas 4. Tindakan sederhana, seperti menahan napas Asidosis respiratorik akut, disebabkan oleh kegagalan ventilasi mendadak. Penyebab umumnya adalah depresi pusat pernapasan oleh penyakit serebral, gangguan neuromuscular, dan henti kardiopulmoner.

Upload: aseiciret

Post on 20-Jan-2016

48 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

ASIDOSIS RESPIRATORIK

A. Pengertian Asidosis RespiratorikAsidosis adalah satu keadaan yang menggambarkan individu mengalami

atau beresiko mengalami ketidakseimbangan asam-basa karena peningkatan asam atau kehilangan basa berlebihan. Gangguan respiratorik adalah keadaan dimana perubahan primer terletak pada kadar karbondioksdia (asam karbonat).

Asidosis Respiratorik adalah gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar dari paru berkurang, terjadi peningkatan H2CO3 yang kemudian menyebakan peningkatan ion hydrogen (H+).

B. Etiologi1. Penyakit paru2. Depresi pusat pernapasan3. Kerusakan saraf atau otot yang menhambat kemampuan bernapas4. Tindakan sederhana, seperti menahan napas

Asidosis respiratorik akut, disebabkan oleh kegagalan ventilasi mendadak. Penyebab umumnya adalah depresi pusat pernapasan oleh penyakit serebral, gangguan neuromuscular, dan henti kardiopulmoner.

Asidosis resiratorik kronik, disebabkan oleh penyakit paru misalnya emfisema kronik dan bronchitis.

C. Manifestasi Klinis1. Napas dangkal2. Adanya tanda-tanda depresi system saraf pusat3. Gangguan kesadaran4. Disorientasi5. pH plasma <7,35 ; pH urine <66. PCO2 tnggi (>45mmHg)

D. Factor Resiko1. Hipoventilasi

Page 2: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

2. Edema paru akut3. Obstruksi jalan napas4. Pneumonia berat5. PPOK6. Asma7. Lesi system saraf pusat8. Gangguan system pernapasan

E. Patofisiologi

F. Penatalaksanaan

Hipoventilasi

Peningkatan PCO2

Stimulasi refleks dari kemoreseptor arteri

Kompensasi pernapasan

Sekresi HCO3- mempertaha

nkan H+

Penurunan PCO2

Peningkatan HCO3

Asidosis respirator

ik

Kompensasi ginjal

Sekresi ion H+

mempertahankan HCO3

Sistem penyangga dari

sistem asam karbonat

menerima ion H+

Keseimbangan asam-

basa normalHOMEOSTASI

SKeseimbangan asam-basa

normal

Keseimbangan asam-

basa normal

Page 3: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

1. Pantau tanda dan gejala asidosis respiratorik seperti : takikardia, disritmia, mial/muntah, gelisah, disapnea.

2. Perbaiki ventilasi dengan cara pengubahan posisi tempat tidur dengan kepala tempat tidur ke atas.

3. Latih pasien untuk bernapas dengan ekspirasi memanjang.4. Berikan oksigen setelah pasien bernapas lebih baik.

G. Pengkajian1. Aktivitas/istirahat

a. Kelelahan dan kelemahanb. Ataksiac. Kehilangan koordinasi (kronik)

2. Sirkulasia. Hipotensib. Takikardiac. Disritmiad. Diaphoresise. Nadi kuat

3. Makanan/cairana. Mual/mntah

4. Neurosensoria. Sakit kepala dangkal, mual, pusingb. Gangguan pengihatanc. Ketakutand. Kacau mentale. Gelisahf. Somnoleng. Koma (akut)h. Tremori. Penurunan refleks

5. Pernapasana. Disapneab. Penurunan frekuensi pernapasan

Page 4: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

c. Krekels, mengi

6. Pemeriksaan diagnostica. pH arteri menurun : <7,35b. bikarbonat normal atau meningkat : >26 mEq/Lc. PCO2 meningkat : >45mmHgd. PO2 normal atau menurune. pH urine menurun : <6f. kalium serum normal atau meningkatg. kalsium serum meningkath. klorida menuruni. asam laktat meningkat

H. Diagnosa1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan

asupan oksigen, hipoventilasi, narcosis CO2.2. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan gangguan konduksi

elektrikal, peningkatan pH sel-sel miokardium.3. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan

peningkatan akut PaCO2, hipoksemia pada pembuluh darah otak.

I. Intervensi

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi CO2, penurunan asupan

oksigen, hipoventilasi, narcosis CO2

Tujuan : dalam waktu 1/24 jam setelah diberikan, gangguan pertukaran gas tidak

terjadi

Intervensi Rasional

Kaji klien yang dicurigai

mengalami asidosis respiratorik

secara cepat dan tepat

Tujuan penanganan asidosis respiratorik akut

adalah memulihkan ventilasi efektif secepatnya

dengan memberikan terapi O2 dan mengatasi

sebab yang mendasarinya

Istirahatkan klien dengan posisi

fowler

Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru

optimal.

Page 5: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

Istirahat akan mengurangi kerja jantung,

meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan

menurunkan tekanan darah.

Cari factor penyebab yang

memperberat asidosis

respiratorik.

Apabila klien hiperkapsnea kronis mengalami

peningkatan PaCO2 secara akut, harus dicari

factor-faktor penyebab seperti pneumonia atau

emboli paru yang dapat memperberat kelainan

yang mendasarinya serta dapat mempercepat

terjadinya krisis.

Manajemen lingkungan :

lingkungan tenang dan batasi

pengunjung

Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus

nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan

membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan

yang akan berkurang apabila banyak pengunjung

yang berada di ruangan.

Evaluasi perubahan tingkat

kesadaran, catat sianosis serta

perubahan warna kulit, termasuk

membrane mukosa dan kuku.

Akumulasi secret dan berkurangnya jaringan

paru yang sehat dapat menggangu oksigenasi

organ vital dan jaringan tubuh.

Pantau kadar hemoglobin Kebanyakan volume O2 ditraspor ke jaringan

dalam ikatan hemoglobin. Bila anemia terjadi,

kandungan O2dalam darah menurun sebagai

akibat ventilasi mekanik dan suplemen akan

minimal. Pengukuran berkala hemoglobin perlu

untuk kalkulasi kandungan O2 yang akan

menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel darah

merah.

Beri O2 4 liter/menit Pemenuhan O2 pada klien yang mengalami

hipoksemia

Kolaborasi pemilihan pemberian

cairan

Mekanisme pathogenesis peningkatan

permeabilitas alveokapiler mengakibatkan

edema interstitial dan alveolar. Pemberian cairan

yang berlebihan pada orang normal dapat

Page 6: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

menyebabkan edema paru dan gagal pernapasan.

Pilihan koloid versus cairan kristaloid unutk

menggantikan terapi  masih controversial.

Meskipun perkembangan teknologi, pengukuran

berat badan harian akurat (kecenderungan)

sering merupakan indicator penting terhadap

ketidakseimbangan cairan.

Tujuan utama terapi cairan adalah untuk

mempertahankan parameter fisiologis normal.

Kolaborasi untuk memantau gas

darah secara ketat

Pemeriksaan secara berkelanjutan dan ketat akan

melihat dengan cepat perkembangan setelah

mendapat intervensi.

Kolaborasi pemberian ventilasi

mekanik.

Pemberian ventilasi mekanik jika terjadi krisis.

Perhatian yang besar harus ditunjukkan dalam

pemberian O2 pada klien-klien hiperkapnea

kronis.

Pola napas tidak efektif yang berhubunagn dengan gangguan konduksi

elektrikal, peningkatan pH sel-sel miokardium.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas

Intervensi Rasional

Auskultasi bunyi napas

(krakles)

Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi

jantung.

Kaji adanya edema. Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.

Istirahatkan klien dengan posisi

fowler

Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru

optimal. Istirahat akan mengurangi kerja jantung,

meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan

menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring

juga meransang dieresis karena berbaring akan

memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga

mengurangi kerja otot pernapasan dan penggunaan

Page 7: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

oksigen. Frekuensi jantung menurun yang akan

memperpanjang waktu diastole pemulihan,

sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.

Ukur intake dan output. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan

perfusi ginjal, retensi air/air, dan penurunan

pengeluaran urine.

Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba pada berat badan menunjukkan

gangguan keseimbangan cairan.

Pertahankan pemasukan total

cairan 2.000 ml/24 jam dalam

toleransi kardiovaskular.

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa,

tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya

dekompensasi jantung

Kolaborasi :

        Pantau data laboratorium

elektrolit kalium.

Hipokalemi dapat membatasi keefektifan terapi.

Penurunan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan peningkatan

akut PaCO2, hipoksemia pada pembuluh darah otak.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 perfusi jaringan otot dapat tercapai secara optimal.

Intervensi Rasional

Baringkan klien (bed rest) total

dengan posisi tidur terlentang

tanpa bantal.

Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat

menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak.

Pantau tanda-tanda neurologis

dengan GCS.

Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.

Monitor tanda-tanda vital seperti

TD, nadi, suhu, respirasi, dan

hati-hati pada hipertensi sistolik.

Pada keadaan normal, autoregulasi

mempertahankan keadaan tekanan darah

sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan

autoreguler akan menyebabkan kerusakan

vascular serebral yang dapat di manifestasikan

dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh

Page 8: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

penurunan tekanan diastolic. Sedankan

peningkatan suhu dapat menggambarkan

perjalanan infeksi.

Bantu pasien untuk membatasi

muntah, batuk. Anjurkan pasien

untuk mengeluarkan napas

apabila bergerak atau berbalik

ditempat tidur.

Aktvitas ini dapat meningkatkan tekanan

intracranial dan intraabdomen. Mengeluarkan

napas sewaktu bergerak atau mengubah posisi

dapat melindungi diri dari efek valsava.

Anjurkan klien untuk

menghindari batuk dan mengejan

berlebihan.

Batuk dan mengejan dapat meningkatkan

tekanan intracranial dan potensial terjadi

perdarahan ulang.

Ciptakan lingkungan yang tenang

dan batasi pengunjung.

Ransangan aktivitas yang meningkat dapat

meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan

ketenangan mungkin diperlukan untuk

pencegahan terhadap perdarahan dalam kasus

stroke hemoragik/perdarahan lainnya.

Kolaborasi :

        Berikan cairan per infuse dengan

perhatian ketat.

        Monitor natrium serum.

Meminimalkan fruktuasi pada beban vascular

dan tekanan intracranial, retriksi cairan dapat

menurunkan edema serebral.

Monitor kadar natrium serum dan dengan

mengobservasi perubahan-perubahan dalam

tanda-tanda neurologis.

J. Evaluasi1. Dx 1 :

Hasil yang diaharapkana. Melaporkan tak adanya /penurunan dipsneab. Klien menunjukkan tidak ada gejala distress pernapasanc. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuatd. Pemeriksaan gas arteri pH 7,40 ± 0,005 : HCO3 24 ± 2 mEq/L, dan

PaCO2 40 mmHg

Page 9: Asidosis Respiratorik (Konsul ISS)

2. Dx 2 :Hasil yang diharapkana. klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit

respons batuk berkurang.

3. Dx 3 :

Hasil yang diharapkan

a.  klien tidak gelisah; tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS

4,5,6; pupil isokor; refleks cahaya (+).

b. Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali per menit, suhu : 36-

36,7o C, pernapasan 16-20 kali permenit),

c. Klien tidak mengalami deficit neurologis seperti lemas, agitasi,

iritabel, hirefleksia, dan spastisitas dapat terjadi serta akhirnya timbul

koma, kejang.

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi dan Praktik Klinis. Edisi 9. EGC. Jakarta .

Harrison. 1999. Prinsip-Prnsip Ilmu Penyakit Dalam . Edisi 13. EGC. Jakarta.

Doengus, Marilynn E, dkk. EGC. Jakarta.Wahit Iqbal Mubarak, Nurul Chayatin.2007. Kebutuhan Dasar Manusia :

Teori & Aplikasi dalam Praktik. EGC. Jakarta.