asidosis asma bronkhial.docx

26
ASUHAN KEPERAWATAN ASIDOSIS RESPIRATORIK ASMA BRONKHIAL MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat II Dosen Pembimbing : Ns. Morlina Sitanggang, M.kep Disusun oleh: 1. Arif Risman (30.01.12.00 ) 2. Deko Fernando (30.01.12.00 ) 3. Ernita Sitorus (30.01.12.00 ) 4. Hasmah (30.01.12.00 ) 5. Intan novita (30.01.12.00 ) 6. Made Kasna (30.01.12.00 ) 7. Melinda Fitriana (30.01.12.00 ) 8. Mutiara Magdalena (30.01.12.00 ) 9. Renalia Sari.N (30.01.12.00 )

Upload: yenitarosyani

Post on 16-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: asidosis asma bronkhial.docx

ASUHAN KEPERAWATAN ASIDOSIS RESPIRATORIK ASMA BRONKHIAL

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat II

Dosen Pembimbing : Ns. Morlina Sitanggang, M.kep

Disusun oleh:

1. Arif Risman (30.01.12.00 )

2. Deko Fernando (30.01.12.00 )

3. Ernita Sitorus (30.01.12.00 )

4. Hasmah (30.01.12.00 )

5. Intan novita (30.01.12.00 )

6. Made Kasna (30.01.12.00 )

7. Melinda Fitriana (30.01.12.00 )

8. Mutiara Magdalena (30.01.12.00 )

9. Renalia Sari.N (30.01.12.00 )

10. Rino Budi. S (30.01.12.00 )

11. Rouli Tua (30.01.12.00 )

12. Septi Marlina (30.01.12.00 )

13. Triana .W (30.01.12.00 )

14. Yenita Rosyani (30.01.12.0055)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN PERDHAKI CHARITAS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Page 2: asidosis asma bronkhial.docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini

berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN ASIDOSIS RESPIRATORIK ASMA

BRONKHIAL”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Keperawatan Gawat Darurat II.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ns. Morlina Sitanggang, M.kep yang telah

membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan dan penyempurnaan, baik dari segi

materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu dengan lapang dada penulis akan menerima

kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini dimasa

mendatang.

Demikianlah, semoga makalah ini bermafaat bagi pembaca dan dapat ikut mem-

berikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Palembang, april 2015

Penulis

Page 3: asidosis asma bronkhial.docx

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................

1.2 Rumusan Masalah...............................................................

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................

1.4 Manfaat Penulisan...............................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis...........................................................

2.1.1 Pengertian..................................................................

2.1.2 Anatomi Fisiologi.....................................................

2.1.3 Patofisiologi..............................................................

2.1.4 Patoflow diagram ....................................................

2.1.7 Penatalaksanaan........................................................

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...................................

2.2.1 Pengkajian.................................................................

2.2.2 Diagnosa....................................................................

2.2.3 Intervensi...................................................................

2.2.4 Implementasi.............................................................

2.5.5 Evaluasi ....................................................................

BAB III JURNAL

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.........................................................................

4.2 Saran....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: asidosis asma bronkhial.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang di tandai dengan

mengiepisodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun

terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga

di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini

menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah

dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya.

Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman

yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma(GINA).

Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Hasil penelitian pada anak

sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on

Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 melaporkan prevalensi asma sebesar 2,1%,

sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah

di beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Y

ogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12

tahun) berkisar antara 3,7-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8%.

Berdasarkan gambaran tersebut, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius.

1.2. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1. Mahasiswa/i dapat memahami konsep penyakit asidosis respiratorik asma bronkhial

2. Mahasiswa/i dapat mengerti tentang konsep asuhan keperawatan pada pasien asidosis

respiratorik asma bronkhial

3. Mahasiswa/i dapat mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan

asidosis respiratorik asma bronkkhial

Page 5: asidosis asma bronkhial.docx

1.3. MANFAAT PENULISAN

Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak

dicapai, maka manfaat yang dapat diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan mahasiswa memahami asidosis respiratorik asma bronkhial

2. Bagi Perawat

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi tenaga

kesehatan khususnya perawat agar mengetahui asidosis respiiratorik asma bronkhial

dan mampu menerapkan asuhan keperawatannya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga dapat diaplikasikan pada pelayanan kesehatan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan makalah ini  diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan sebagai

bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.

Page 6: asidosis asma bronkhial.docx

BAB II

TINJAUAN TIORI

2.1. KONSEP DASAR MEDIS

2.1.1. PENGERTIAN

Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis, fisiologis dan patologis. Ciri-ciri klinis

yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai

batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah mengi. Ciri-ciri utama

fisiologis adalah episode obstruksi saluran napas, yang ditandai oleh keterbatasan arus udara

pada ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri patologis yang dominan adalah inflamasi saluran napas

yang kadang disertai dengan perubahan struktur saluran napas.

Asma bronkhial adalah penyakit nafas obstruksi intermiten, reversible di mana

trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronkhial adalah

suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai

rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas berupa penyempitan ini

bersifat dinamis dan derajat penyempitannya dapat berubah-ubah, baik secara spontan

maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan dasarnya, tampaknya suatu perubahan

status imunologis si penderita ( The American Thoracic Society)

( Sumber : Adam 2011 )

Page 7: asidosis asma bronkhial.docx

Asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu genetik dan lingkungan, mengingat

patogenesisnya tidak jelas, asma didefinisikan secara deskripsi yaitu penyakit inflamasi

kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai

rangsangan, dengan gejala episodik berulang berupa batuk, sesak napas, mengi dan rasa berat

di dada terutama pada malam dan atau dini hari, yang umumnya bersifat reversibel baik

dengan atau tanpa pengobatan.Karena dasar penyakit asma adalah inflamasi, maka obatobat

antiinflamasi berguna untuk mengurangi reaksi inflamasi pada saluran napas. Kortikosteroid

merupakan obat antiinflamasi yang paten dan banyak digunakan dalam penatalaksanaan

asma. Obat ini dapat diberikan secara oral, inhalasi maupun sistemik

2.1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi Sistem Pernafasan

a) Hidung

Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi),

dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang

berguna untuk menyaring udara, debu yang masuk ke dalam hidung

( Syaifuddin,2009)

b) Sinus paranasalis, rongga dalam tengkorak yang terletak di dekat hidung dan

mata.terdapat empat sinus yaitu: sinus frontalis, etmoidalis, sfenoidalis, dan

maksilaris ( Brunner and Suddarth, 2001)

c) Faring atau tenggorok adalah rongga yang menghubungkan antara hidung dan rongga

mulut ke laring. Faring dibagi menjadi nasofaring,orofaring dan hipofaring ( Brunner

and Suddarth, 2001)

d) Laring Merupakan unit organ terakhir pada jalan nafas atas. Laring juga disebut kotak

suara karena pita suara terdapat di sini. Terdapat juga kartilago tiroid yang merupakan

kartilago terbesar pada faring (Syaifuddin,2009)

e) Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-

20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda.

Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang berbulu getar yang disebut sel bersilia

(Syaifuddin, 2009 )

f) Bronkus, merupakan lanjutan dari trakea terletak pada ketinggian vertebra torakalis

IV dan V. bronkus mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan terletak

mengarah ke paru-paru ( Syaifudd in, 2009 ).

Page 8: asidosis asma bronkhial.docx

g) Bronkheolus adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih halus dan

dindingnya lebih tipis. Bronkheolus kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3,

percabangan ini akan membentuk cabang yang lebih halus seperti pebuluh.

h)  Alveolus berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara,

dindingnya tipis setebal selapis sel, lembab dan berlekatan dengan kapiler darah.

Alveolus berfungsi sebagai permukaan respirasi, luas total mencapai 100 m2 (50 x

luas permukaan tubuh) cukup untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.

2. Fisiologi Sistem Pernafasan

Bernafas adalah proses keluar masuknya udara ke dalam dan keluar paru. Proseses

bernafas diawali dengan memasukan udara ke dalam rongga paru untuk kemudian diedarkan

ke dalam sirkulasi serta pengeluaran zat sisa (CO2) dari sirkulasi menuju keluar tubuh

melalui paru.

a) Ventilasi adalah proses pergerakan udara masuk dan keluar paru.ventilasi terdiri

dari dua tahap yaitu,inspirasi dan ekspirasi

b) Difusi gas adalah proses ketika terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida

pada tempat pertemuan udarah – darah.

c) Tranportasi gas( oksigen dan karbon dioksida ) dari paru menuju ke sirkulasi

tubuh ( Syaifuddin, 2009 ).

( Sumber : Syaifuddin, 2009 )

Page 9: asidosis asma bronkhial.docx

2.1.3. PATOFISIOLOGI

Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen,

virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma dapat terjadi melalui

2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis didominasi oleh antibodi

IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase

lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah

antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi,

antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang

berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil.

Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut

meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast

dan menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa

mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan

bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil,

sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus,

sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas.

Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit

setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap mediator

sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat,

reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16--24 jam, bahkan

kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel T , sel mast

dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam patogenesis asma.

Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag

alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal

menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast

dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen

masuk ke dalam submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi.

Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya

peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan

menyebabkan terjadi asidosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler (hipoventilasi)

yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru

tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang

karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan

terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenisasi

Page 10: asidosis asma bronkhial.docx

ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia dan hipoksia yang akan

menimbulkan berbagai manifestasi klinis diantaranya sesak nafas, pucat, kapila refil >3 mnt,

pernafasan cuping hidung, tampak kelelahan, turgor kulit, pernafasaan dada, sianosis dll

Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan

reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi

udara dingin, asap, kabut dan SO2 Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks

saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa menyebabkan dilepasnya neuropeptid

sensorik senyawa P neurokinin Adan Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP).

Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus,

eksudasi plasma hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.

Hipereaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya hipereaktivitas bronkus

tersebut dapat diukur secara tidak langsung, yang merupakan parameter objektif beratnya

hipereaktivitas bronkus. Berbagai cara digunakan untuk mengukur hipereaktivitas bronkus

tersebut, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen,

maupun inhalasi zat nonspesifik.

Dan pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien- pasien dengan Asma

Bronkhial diantaranya :

1. Spirameter

2. Peak flow meter

3. Xray dada/ torak

4. Pemeriksaan IgE

5. Uji hiperktifitas bronkus

6. Pemeriksaan AGD

7. Pemeriksaan laboratorum

8. Pemeriksaan sputum

Page 11: asidosis asma bronkhial.docx

2.1.4. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat hidup normal, bebas

dari serangan asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifasi saluran

napas, sehingga menurunkan angka perawatan dan angka kematian akibat asma. Untuk

pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat yang tepat, cara

untuk menghindari faktor pencetus. Dalam penanganan pasien asma penting diberikan

penjelasan tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor

alergi. Faktor alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah, alergen dari

hewan, jamur, dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari, jamur,

polusi udara. Obat aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus asma.

Olahraga dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma.

Psikoterapi dan fisioterapi perlu diberikan pada penderita asma.

Obat asma digunakan untuk menghilangkan dan mencegah timbulnya gejala dan

obstruksi saluran pernafasan. Pada saat ini obat asma dibedakan dalam dua kelompok besar

yaitu reliever dan controller. Relievera dalah obat yang cepat menghilangkan gejala asma

yaitu obstruksi saluran napas. Controller adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan

asma yang persisten. Obat yang termasuk golongan reliever adalah :

a) Agonis beta-2

Agonis beta-2 adalah bronkodilator yang paling kuat pada pengobatan asma. Agonis Beta-2

mempunyai efek bronkodilatasi, menurunkan permeabilitas kapiler dan mencegah pelepasan

mediator dari sel mast dan basofil. Golongan agonis beta-2 merupakan stabilisator yang kuat

bagi sel mast, tapi obat golongan ini tidak dapat mencegah respon lambat maupun

menurunkan hiperresponsif bronkus. Obat agonis beta-2 seperti salbutamol, terbutalin,

fenoterol, prokaterol dan isoprenalin, merupakan obat golongan simpatomimetik . Efek

samping obat golongan agonis beta-2 dapat berupa gangguan kardiovaskuler, peningkatan

tekanan darah, tremor, palpitasi, takikardi dan sakit kepala . Pemakaian agonis beta-2 secara

reguler hanya diberikan pada penderita asma kronik berat yang tidak dapat lepas dari

bronkodilator.

b) Antikolinergik

Antikolinergik dapat digunakan sebagai bronkodilator, misalnya ipratropium bromid dalam

bentuk inhalasi. Ipratropium bromid mempunyai efek menghambat reseptor kolinergik

sehingga menekan enzim guanilsiklase dan menghambat pembentukan cGMP. Efek samping

ipratropium inhalasi adalah rasa kering di mulut dan tenggorokan. Mula kerja obat ini lebih

cepat dibandingkan dengan kerja obat agonis beta- 2 yang diberikan secara inhalasi.

Page 12: asidosis asma bronkhial.docx

Ipratropium bromid digunakan sebagai obat tambahan jika pemberian agonis beta-2 belum

memberikan efek yang optimal. Penambahan obat ini terutama bermanfaat untuk penderita

asma dengan hiperaktivitas bronkus yang ekstrem atau pada penderita yang disertai dengan

bronkitis yang kronis.

c) Obat golongan xantin seperti teofilin dan aminofilin

adalah obat bronkodilator yang lemah. Dosis teofilin peroral 4 mg/kgBB/kali, pada orang

dewasa biasanya diberikan 125-200 mg/kali. Efek samping yang ditimbulkan: seperti mual,

muntah, rasa kembung dan nafsu makan berkurang, diuresis. hipotensi , takikardi dan aritmia,

stimulasi sistem saraf pusat .

Obat yang termasuk dalam golongan controller adalah obat anti inflamasi seperti

kortikosteroid, natrium kromoglikat, natrium nedokromil , dan antihistamin aksi lambat.

a) Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan anti inflamasi yang paling kuat. Kortikosteroid menekan respons

inflamasi dengan cara mengurangi kebocoran mikrovaskuler, menghambat produksi dan

sekresi sitokin, mencegah kemotaksis dan aktivitas sel inflamasi, mengurangi sel inflamasi,

dan menghambat sintesis leukotrin. Kortikosteroid dapat meningkatkan sensitifitas otot

pernafasan yang dipengaruhi oleh stimulasi beta-2 melalui peningkatan reseptor beta

adrenergik. Efek samping yang di timbulkan seperti: gastritis, penurunan daya tahan tubuh,

osteoporosis, peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah, gangguan psikiatri,

hipokalemi, moonface, retensi natrium dan cairan, obesitas, cushing syndrom, bullneck

supresi kelenjar adrenal. Sekarang ini tersedia kortikosteroid dalam bentuk inhalasi seperti

budesonide, fluticasone. Dosis budesonide pada orang dewasa bervariasi, dosis awal yang

dianjurkan adalah 400-1600 mikrogram /hari dibagi dalam 2-4 dosis, sedangkan untuk anak

dianjurkan 200-400 mikrogram/hari dibagi dalam 2-4 dosis. Pemberian kortikosteroid secara

inhalasi lebih baik dibandingkan pemberian secara sistemik, karena konsentrasi obat yang

tinggi pada tempat pemberian langsung dibawa melalui pernafasan dan bekerja langsung

pada saluran

b) Natrium kromoglikat

Natrium Kromoglikat dapat mencegah bronkikonstriksi respon cepat atau lambat, dan

mengurangi gejala klinis penderita asma. Natrium kromoglikat lebih sering digunakan pada

anak karena dianggap lebih aman daripada kortikosteroid .

c) Natrium nedoksomil

Natrium nedoksomil digunakan sebagai tambahan pada penderita asma yang sudah mendapat

terapi kortikosteroid tetapi belum mendapat hasil yang optimal.

Page 13: asidosis asma bronkhial.docx

d) Antihistamin

Antihistamin tidak digunakan sebagai obat utama untuk mengobati asma., biasanya hanya

diberikan pada pasien yang mempunyai riwayat penyakit atopik seperti rinitis alergi.

Pemberian antihistamin selama 3 bulan pada sebagian penderita asma dengan dasar alergi

dapat mengurangi gejala asma.

2.2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.2.1. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan gawat darurat pada pasien Asidosis Respiratorik Asma Bronkhial

1. pengkajian primery survey ABCD dengan hasil yang meliputi:

1). Terdapat seckret pada saluran nafas,

2). Terdapat sumbatan jalan nafas,

3). Terdapatbunyi nafas wheezing

4). Hipertensi

5). Akral hangat

6). Turgor kulit

7). Lemas

8). Gelisah

9). Takipnea

10). Bradipnea

11). Pernapasan cheyne stokes

12). Sianosis

2. Pada pengkajian sekundary survey AMPLE ditemukan hasil antara lain

a. keluhan utama

b. Pengkajian head to toe

3. Pengkajian tersier (pemeriksaan penunjang) yang utama adalah:

a. Spirometer .

b. Peak Flow Meter/PFM.

c. FM). X-raydada/thorax

d. Pemeriksaan IgE.

e. Uji Hipereaktivitas Bronkus/HRB.

f. Pemeriksaan sputum

g. Analisa Gas Darah

Page 14: asidosis asma bronkhial.docx

4. Pengkajian riwayat penyakit dahulu dan keluarga juga diperlukan untuk mengetahui

apakah pasien atau keluarga memiliki riwayat penyakit asma bronkhial (Baradero, 2009).

2.2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum

b. Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

c.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum

d. Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen

2.2.3. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX I : Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum

Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif

Intervensi :

1. Amankan pasien ke tempat yang aman

R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk

pasien

2. Kaji tingkat kesadaran pasien

R/  dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesadaran pasien

3. Segera minta pertolongan

R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih

intensif

4. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasienR/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan

sekret

5. Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien

setengah telungkup dan membuka mulutnya

R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas

DX 2 : Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

Tujuan : pola nafas kebali efektif

Intervensi :

1. Kaji usaha dan frekuensi napas pasien

R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien

Page 15: asidosis asma bronkhial.docx

2. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta

pipi ke mulut pasien

R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien

3. Pantau ekspansi dada pasien

R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien

4. Kolaborasi dalam pemberian obat

R/ membantu dalam proses penyembuhan pasien

DX 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan produksi

sputum

Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat

Intervensi :

1. Timbang berat badan setiap hari

R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet

2. Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh

R/: Meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingnya nutrisi

pada proses pertumbuhan

3. Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering

R/: Meningkatkan nafsu makan, dengan porsi kecil tidak akan cepat bosan

4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang (batasi pengunjung)

R/: Lingkungan yang tenang dan nyaman dapat menurunkan stress dan lebih

kondusif untuk makan

5. Anjurkan menghidangkan makan dalam keadaan hangat

R/: Dengan makanan yang masih hangat dapat merangsang makan dan

meningkatkan nafsu makan

DX 4 : Perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen

Tujuan : jaringa perfusi perifer membaik

Intervensi :

1. Observasi warna kulit

R/Warna kulit khas terjadi pada saat sianosis , kulit dingin.

Page 16: asidosis asma bronkhial.docx

2. Kaji kapila refil >3

R/ untuk mengetahui aliran darah perifer pasien

3. Kaji tanda-tanda fital pasien

R/ untuk melihat keadaan umum pasien

4. Kaji pernafasan pasien

R/ untuk melihat batas kenormalan pernafasan pasien

5. Kolaborasi dalam pemberian O2

R/ memenuhi kebutuhan O2 pasien

2.2.4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Sesuai dengan intervensi yang telah di tentukan dan sesuai dengan keadaan pasien

2.2.5. EVALUASI KEPERAWATAN

Hasil dari evaluasi dari yang diharapkan dalam pemberian tindakan keperawatan

melalui proses keperawatan pada klien dengan Malpresentasi berdasarkan tujuan

pemulangan adalah :

1. Bersihan jalan nafas efektif

2. Pola nafas efektif

3. Pemenuhan nnutrisi adekuat

4. Jaringan perifer membaik

Page 17: asidosis asma bronkhial.docx

BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Bersadarkan pemaparan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa asma bronkhial

sangat berbahaya bagi kehidupan, bahkan komplikasi terbesar dapat mengakibatkan

kematian. Oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat penting mengetahui apa itu asidosis asma

bronkhial ; termasuk etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya. Agar

supaya penanganan yang tepat dapat diberikan dengan baik dan hal-hal yang buruk yang

merugikan kedua belah pihak dapat diatasi

4.2 SARAN

 Hidup terbebas dari penyakit adalah bagian yang membahagiaan bagi manusia

namun terkadang saat hidup mengalami sakit juga merupakan bagian dari kehidupan manusia

yang mencemaskan manusia. Sehingga kerjasama seluruh institusi harus saling terjalin agar

kondisi kesehatan masyarakat yang baik dapat terlaksana. 

Penulis berharap dengan makalah ini, semoga mahasiswa dapat mengerti bagaimana

asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien yang mengalami asidosis respiratorik asma

bronkhial, dan paham bagaimana patofisiologi yang terjadi pada pasien yang mengalami

penyakit tersebut. sehingga bisa berpikir kritis dalam melakukan tindakan keperawatan.

Page 18: asidosis asma bronkhial.docx

DAFTAR PUSTAKA

Hudak & Gallo, 2001. Keperawatan Kritis, Edisi VI,Vol I. Jakarta : EGC

Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 1. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer,  C . Suzanne,dkk. 2002 Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol 1.

Jakarta :EGC

Krisanty Paula, dkk. 2009 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta :

TransInfo Media

Halim Danukusantoso. 2000 Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Jakarta : Penerbit Hipokrates

Tucker S. Martin,  1998 Standart Perawatan Pasien, Jilid 2, Jakarta : EGC.