metabolik asidosis
DESCRIPTION
metabolik asidosisTRANSCRIPT
ASIDOSIS DAN ALKALOSIS
Keseimbangan Asam Basa yang normal
pH darah akan dipertahankan antara 7.35-7.45 melalui sistem buffer
intraselular dan ekstraselular bersama dengan mekanisme regulasi/pengaturan dari
paru-paru dan ginjal. Pengaturan tekanan CO2 (PaCO2) dilakukan oleh sistem
saraf pusat dan paru-paru/respirasi, sedangkan pengaturan bikarbonat ( HCO3-)
oleh ginjal akan mempertahankan pH darah melalui ekskresi atau retensi asam
atau basa. Komponen metabolik dan respiratorik untuk pengaturan pH
digambarkan melalui persamaan menggunakan rumus Henderson-Hasselbach.
Rumus Henderson-Hasselbach adalah sebagai berikut:
pH = 6.1+ log HCO3-
0.03xPCO2
Persamaan Henderson-Hasselbach menggambarkan hubungan antara pH
darah, tekanan parsial CO2 (PCO2), dan kadar bikarbonat plasma (HCO3-).
Bikarbonat adalah suatu komponen basa, dan CO2 merupakan suatu komponen
asam. Buffer terdiri atas asam lemah dan garam atau basa konjugasinya dan basa
lemah dan garam atau asam konjugasinya. Tubuh menggunakan penyangga buffer
(pH) darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba.
Buffer pH secara kimiawi meminimalkan perubahan pH suatu larutan, Bikarbonat
merupakan buffer pH yang terpenting dalam darah.
Tekanan PaCO2 dipertahankan pada 40 mmHg. Peningkatan CO2
menyebabkan tubuh melakukan kompensasi dengan mengurangi ekskresi
bikarbonat melalui ginjal. Turunnya ekskresi CO2 akan menimbulkan hiperkapnia
yaitu pernapasan yang dangkal sehingga menyebabkan pH darah turun dan
ekskresi CO2 yang meningkat menyebabkan hipokapnia. Sedangkan peningkatan
bikarbonat (HCO3-) menyebabkan tubuh melakukan kompensasi dengan
meningkatkan pengeluaran CO2 melalui paru-paru.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa di Ginjal
2
Sistem ginjal menjaga keseimbangan asam-basa ( kadar HCO3-) untuk
mempertahankan pH darah dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu :
1). Reabsorbsi ion HCO3- yang difiltrasi glomerulus ke dalam darah
2). Ekskresi ion H+ sebagai asam hasil metabolisme
3). Peningkatan ekskresi ammonia dalam urin
Sekitar 80-90% HCO3- akan di reabsorbsi di tubulus proksimalis. Kelebihan
HCO3- akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Kadar
HCO3- dipertahankan pada 22-26 mEq/L. Kadar HCO3
- yang menurun
menyebabkan ginjal mengurangi sekresi HCO3-. Bila kadar CO2 darah meningkat
ginjal akan mereabsorbsi HCO3- dan mengeksresikan H+, dan pada saat kadar CO2
darah menurun, ginjal akan mengeksresikan HCO3- dan menahan H+.
Diagnosis Umum pada Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Gangguan Keseimbangan Asam Basa yang paling sederhana adalah
asidosis atau alkalosis metabolik dan asidosis atau alkalosis respiratorik dengan
pH yang abnormal apabila kompensasi tidak sempurna.
1. Gangguan keseimbangan asam basa sederhana
Mekanisme kompensasi fisiologi dapat diprediksi dari gambaran tabel dibawah ini
Tabel 1: Jenis gangguan keseimbangan asam basa sederhana
Jenis Gangguan pH pCO2 HCO3
Asidosis Respiratorik
- Tidak kompensasi
- Kompensasi sebagian
- Kompensasi sempurna
Menurun
Menurun
Normal
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Normal
Menurun
Menurun
Alkalosis Respiratorik
- Tidak kompensasi
- Kompensasi sebagian
- Kompensasi sempurna
Meningkat
Meningkat
Normal
Menurun
Menurun
Menurun
Normal
Menurun
Menurun
3
Asidosis Metabolik
- Tidak kompensasi
- Kompensasi sebagian
- Kompensasi sempurna
Menurun
Menurun
Normal
Normal
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Alkalosis Metabolik
- Tidak kompensasi
- Kompensasi sebagian
- Kompensasi sempurna
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
2. Gangguan keseimbangan asam basa campuran
Gangguan keseimbangan asam basa campuran didefinisikan sebagai
adanya gangguan asam basa yang terjadi secara bersamaan namun
bukan merupakan respon kompensasi. Hal ini sering dijumpai pada
pasien-pasien di ICU dan hal tersebut dapat menyebabkan perubahan
pH yang ekstrim. Pada pasien diabetik ketoasidosis (asidosis
metabolik) dapat terjadi asidosis atau alkalosis respiratorik. Bila
asidosis dan alkalosis metabolik terjadi bersamaan pada pasien yang
sama, pH darah akan mendekati normal. Pada pH yang normal,
peningkatan anion gap menunjukkan adanya asidosis metabolik.
ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolik timbul karena adanya peningkatan produksi asam
endogen (laktat, asam keton), hilangnya bikarbonat,dan akumulasi asam endogen
(pada gagal ginjal). Rendahnya pH darah digambarkan dengan peningkatan
ventilasi /pernapasan Kussmaul, kontraktilitas intrinsic jantung menurun
sedangkan fungsi inotropik normal karena adanya pelepasan katekolamin.
Gambaran klinis asidosis metabolik terdiri dari dua kategori yaitu:
4
a) Asidosis Metabolik anion gap yang disebabkan oleh:
asidosis laktat akibat perfusi jaringan yang buruk /tipe A dan
adanya gangguan aerob/ tipe B
ketoasidosis yaitu ketoasidosis diabetika (adanya peningkatan
metabolism asam lemak tubuh) dan ketoasidosis alkoholik
keracunan/ asidosis akibat racun atau oBat
gagal ginjal (renal failure)
b) Asidosis Metabolik Hiperkloremia (non anion gap) disebabkan oleh:
kehilangan bikarbonat dari gastrointestinal (diare)
kehilangan bikarbonat dari ginjal (asidosis tubulus renalis)
hiperkalemia akibat obat
sehingga terdapat peningkatan kadar Cl- dan penurunan HCO3-
ALKALOSIS METABOLIK
Manifestasi alkalosis metabolik dimanifestasikan dengan adanya
peningkatan pH, peningkatan HCO3- dan pCO2 sebagai akibat dari hasil
kompensasi hipoventilasi alveolar disertai dengan hipokloremia dan hipokalemia.
Alkalosis metabolik kadang muncul berkaitan dengan gangguan lain seperti
asidosis respiratoik atau asidosis metabolik.
Patogenesis alkalosis metabolik:
Metabolik alkalosis terjadi karena adanya peningkatan HCO3- atau
kehilangan ion H+ (asam) yang berlebihan dari cairan ekstraselular. Pada stadium
generatif-alkalosis metabolik terjadi kehilangan/pengeluaran asam (H+) yang
berlebihan. Sedangkan pada stadium maintenance/ lanjut merupakan kegagalan
ginjal dalam mengkompensasi pengeluaran HCO3- penurunan H+ dan
peningkatan HCO3. Pada keadaan normal ginjal mampu mengeksresi
HCO3- ,sehingga apabila terjadi alkalosis metabolik menandakan bahwa ginjal
gagal mengeliminasi HCO3-.
5
Ginjal akan berusaha mempertahankan kelebihan basa dan alkalosis bila:
1) defisiensi volume, K dan Cl terjadi bersamaan disertai adanya
penurunan Glomerulus Fitration Rate (GFR). Cara penanganannya adalah
dengan pemberian NaCl atau KCl
2) terjadinya hipokalemia karena adanya hiperaldoterenisma otonom, yang
diatasi dengan pemberian KCl
Diagnosis banding pada Alkalosis Metabolik :
Dalam penentuan penyebab Alkalosis Metabolik kita perlu menilai keadaan/status
volume cairan ekstraselular, tekanan darah, kadar kalium darah dan sistem renin-
aldosteron. Pasien tanpa pemberian diuretik dengan aktivitas renin palasma yang
rendah serta natrium dan kalium urin normal dapat mengindikasikan adanya
suatu kelebihan mineralkortikoid primer. Kombinasi adanya hipokalemia dan
alkalosis pada pasien normotensi nonedema berhubungan dengan sindroma Batter
dan Gitelmans, defisiensi magnesium, muntah-muntah serta minum obat diuretik.
Pemeriksaan elektrolit urin dan skrining urin dapat membantu penentuan
diagnosis. Urin basa dengan kadar natrium dan kalium serta klorida yang rendah
kemungkinan akibat muntah yang berlebihan (terus menerus) atau keracunan
alkali. Urin yang relatif asam dengan penurunan kadar natrium, kalium dan
klorida dapat disebabkan oleh karena suatu keracunan diuretik, post hiperkapnia
atau muntah-muntah sebelumnya. Sebaliknya perlu dipikirkan adanya sindroma
Batter dan Gitelmans bila disertai natrium, kalium, klorida dan magnesium yang
rendah. Pada sindroma Batter diikuti dengan adanya hipokalsiuria, sedangka
sindroma Gitelmans disertai hipomagnesiumnemia.
Etiologi Alkalosis Metabolik:
1. Exogenous HCO3- load: Acute alkali administration
2. Extracellular fluid volume contraction, kalium depletion and
secondary hyperreninnemic hiperaldosteronism:
6
GI origin vomiting, gastric aspiration
Renal origin diuretics, post hipercapnic, recovery from lactic
acidosis or ketoacidosis,etc
3. Extracellular fluid volume expansion, hypertension, kalium deficiency,
and mineralocorticoid excess High and Low renin
Gejala Alkalosis Metabolik:
Adanya perubahan pada fungsi sistem saraf pusat dan perifer antara lain:
pusing, parestesia, kram otot, kejang, hipoksemia, hipokalemia dan
hipofosfatemia.
Analisis Gas Darah (AGD) adalah pemeriksaan darah yang menggunakan darah
arteri. Bahan pemeriksaan AGD menggunakan arteri radialis, arteri brakialis, dan
arteri femoralis. AGD akan memberikan informasi dan penilaian terhadap
keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh, menilai kecukupan
oksigenasi, pada pasien yang menggunakan ventilator, pasien gawat yang tidak
menggunakan ventilator, pasien operatif, dan pasien yang mendapat terapi
elektrolit.
Parameter yang digunakan untuk mengukur AGD adalah pH, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2), tekanan parsial oksigen (PO2), dan bikarbonat (HCO3-).
Parameter lainnya adalah total CO2 (TCO2), base excess (BE), dan saturasi
oksigen (SO2).
PH adalah suatu logaritma negatif dari konsentrasi ion H dan menjadi ukuran
konsentrasi ion H tersebut dalam air atau cairan lain. Nilai pH darah normal
adalah 7,35-7,45. Agar metabolisme normal terjadi, tubuh harus mempertahankan
nilai pH pada kisaran normal. Nilai pH di bawah 7,35 darah berada dalam keadaan
asam. Perubahan fungsi sistem tubuh yang terjadi dalam keadaan asam termasuk
penurunan kekuatan kontraksi jantung, penurunan respon pembuluh darah untuk
katekolamin. Nilai pH di atas 7,45 darah berada dalam keadaan basa atau
7
alkalosis. Perubahan fungsi sistem tubuh yang terjadi dalam keadaan basa ialah
gangguan oksigenasi jaringan dan fungsi saraf dan otot normal.
Perubahan yang signifikan pH darah di atas 7,8 atau di bawah 6,8 akan
mengganggu fungsi seluler, dan jika tidak dikoreksi , dapat menyebabkan
kematian.
PCO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh gas CO2 yang terlarut dalam
darah, dan merupakan indeks dari efisiensi pertukaran gas dalam paru.
PO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh gas O2 yang terlarut dalam darah.
HCO3- adalah kadar bikarbonat dalam darah penderita sesuai dengan PCO2
yang ada.
Total CO2 (TCO2) adalah jumlah CO2 total yang terdapat dalam darah dan
meliputi asam bikarbonat, ion bikarbonat dan gas CO2 yang terlarut.
Base excess (BE) adalah parameter yang digunakan untuk mendeteksi dan
menentukan derajat keseimbangan asam basa komponen metabolik dan
dibutuhkan untuk mentitrasi darah pasien (in vitro) untuk mencapai pH 7,4 pada
pCO2 40 mmHg dan suhu 370C. Base excess (BE) adalah sejumlah asam atau basa
yang harus ditambahkan untuk mengembalikan pH darah 7,40 dan PaCO2 40
mmHg pada keadaan saturasi O2 penuh dan suhu 37oC. Base excess
menggambarkan komponen metabolik dari gangguan asam basa. Nilai positif
menggambarkan alkalosis metabolik dan nilai negatif menggambarkan asidosis
metabolik.
Saturasi Oksigen (SaO2) adalah jumlah O2 yang terikat pada Hb dibandingkan
dengan kemampuan maksimum Hb untuk mengikat O2.
Tabel 1. Nilai normal analisis gas darah.
Arteri Vena < 1 Bulan 1 Bulan – 1 Tahun Satuan
pH 7.35 - 7.45 7.32 - 7.42 7.35 - 7.45 7.35 – 7.45
pCO2 (Pria)
(Wanita)
35 - 48
32 - 4541 - 51 27 - 40 27 – 41 mmHg
8
pO2 80 - 108 25 - 40 - 83 – 108 mmHg
HCO3 22 - 26 24 - 28 17.2 - 23.6 19.0 – 23.9 mEq/L
TCO2 22 - 29 25 - 29 13 - 22 20 – 28 mEq/L
BE ± 2.5 - 0 – (-2)-7 – (-1)
Child : -4 – (+2)mEq/L
Sat O2 95 - 98 40 - 70 40 - 90 95 – 98 %
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa di Paru-Paru
Paru-paru mengatur keseimbangan asam basa melalui mekanisme ventilasi
alveolar. Kadar pH yang tinggi memberikan stimulus bagi pusat pernafasan di
batang otak, sehingga menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar. Bila ventilasi
alveolar meningkat, pengeluaran CO2 melalui paru-paru juga akan meningkat,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan dalam, H2CO3- yang terbentuk lebih
sedikit, sehingga pH darah naik. Pernapasan yang dangkal akan mengurangi
eksresi CO2, menyebabkan pH darah turun. Tekanan parsial adalah kemampuan
paru untuk mengubah tekanan CO2 dalam darah arteri dan menunjukkan kadar
CO2 dalam darah. PCO2 normal yaitu 35 - 45 mm Hg. Kadar PCO2 yang lebih
tinggi merupakan penanda hipoventilasi akibat pernafasan yang dangkal. Kadar
PCO2 yang rendah merupakan penanda suatu hiperventilasi.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa di Ginjal
Sistem ginjal menjaga keseimbangan asam-basa melalui tiga mekanisme yaitu:
1. Reabsorbsi ion HCO3- yang difiltrasi glomerulus ke dalam darah,
2. Ekskresi ion H+ sebagai asam hasil metabolisme, dan
3. Peningkatan ammonia.
9
Kelebihan HCO3- akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
amonia. Kadar HCO3- yang menurun menyebabkan ginjal mengurangi sekresi
HCO3-. Kadar HCO3
- normal 22-26 mEq/L. Bila kadar CO2 darah meningkat
ginjal akan mereabsorbsi HCO3- dan mengeksresikan H+, dan pada saat kadar CO2
darah menurun, ginjal akan mengeksresikan HCO3- dan menahan H+.
Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam basa digunakan untuk menilai keseimbangan asam basa di
dalam tubuh, berdasarkan kadar pH, PCO2 dan HCO3-. Analisis Gas Darah diukur
secara langsung untuk menilai kadar pH dan PCO2, namun kadar HCO3-
digunakan menggunakan rumus Henderson-Hasselbach.
Rumus Henderson-Hasselbach adalah sebagai berikut:
pH = 6.1+ log HCO3/0.3xPCO2
Persamaan Henderson-Hasselbach merupakan metode konvensional yang
menggambarkan hubungan sederhana antara pH darah, tekanan parsial CO2
(PCO2), dan kadar bikarbonat plasma (HCO3-). Bikarbonat adalah suatu
komponen basa, dan CO2 merupakan suatu komponen asam. Buffer terdiri atas
asam lemah dan garam atau basa konjugasinya dan basa lemah dan garam atau
asam konjugasinya. Tubuh menggunakan penyangga buffer (pH) darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Buffer pH secara
kimiawi meminimalkan perubahan pH suatu larutan, Bikarbonat merupakan
buffer pH yang terpenting dalam darah. Peningkatan CO2 menyebabkan tubuh
melakukan kompensasi dengan mengurangi ekskresi bikarbonat melalui ginjal.
Sedangkan peningkatan bikarbonat menyebabkan tubuh melakukan kompensasi
dengan meningkatkan pengeluaran CO2 melalui paru-paru.
Asidosis
Efek asidosis menunjukkan keseimbangan antara efek langsung dengan
rangsangan simpatoadrenal. Pada keadaan asidosis berat (pH 7,20) efek depresi
Produksi CO2PaCO2 = Ventilasi alveoler
10
terlihat jelas. Depresi langsung terhadap otot jantung dan otot polos akan
menyebabkan berkurangnya kontrakstilitas dan resistensi perifer, sehingga terjadi
hipotensi. Asidosis berat menyebabkan hipoksia jaringan meskipun afinitas Hb
terhadap oksigen bergeser ke kanan. Otot jantung dan otot polos pembuluh darah
kurang responsif terhadap katekolamin endogen maupun eksogen dan ambang
untuk terjadinya fibrilasi ventrikel menurun. Terjadi hyperkalemia yang progresif
sebagai akibat keluarnya ion K+ dari dalam sel sebagai pertukaran dengan ion H+
ekstraseluler. K+ plasma akan naik 0,6 mEq/L untuk setiap penurunan pH 0,10.
Depresi susunan saraf pusat lebih berat pada keadaan asidosis respiratorik
daripada asidosis metabolik. Efek ini dikenal sebagai “CO2 narcosis”, sebagai
akibat hipertensi intrakranial sekunder karena bertambahnya aliran darah serebral
dan asidosis intraseluler berat. CO2 bersifat lebih mudah menembus sawar darah
otak dibandingkan ion H+.
Asidosis respiratorik
Asisosis respiratorik adalah kenaikan CO2 primer. Hal ini akan mendorong
kearah kanan reaksi:
H2O + CO2 H2CO3 H+ + HCO3-
Sehingga H+ akan meningkat dan pH darah akan turun.
PaCO2 menggambarkan keseimbangan antara produksi dan eliminasi CO2.
Produksi CO2 adalah hasil metabolism karbohidrat dan lemak. Aktifitas otot, suhu
tubuh, aktifitas hormon tiroid dapat mempengaruhi produksi CO2.
Asidosis respiratorik biasanya akibat hipoventilasi alveolar dan PaCO2 > 44
mmHg. Pada penderita dengan kapasitas fungsi paru yang terbatas, peningkatan
produksi CO2 dapat menyebabkan asidosis respiratorik.
Asidosis metabolik
11
Asidosis metabolik ialah penurunan primer dari HCO3-.
Penyebabnya ialah :
1. Konsumsi HCO3- oleh asam kuat non volatile.
2. Pengeluaran bikarbonat oleh ginjal dan gastrointestinal.
3. Pengenceran cairan ekstraseluler oleh cairan yang tidak mengandung
bikarbonat.
Penurunan HCO3- plasma tanpa disertai penurunan PaCO2 yang proporsional akan
menurunkan pH darah. Kompensasi pulmoner pada asidosis metabolik tidak akan
menurunkan PaCO2 sampai batas yang dapat mengembalikan pH sampai nilai
normal.
Alkalosis
Alkalosis akan meningkatkan afinitas Hb terhadap oksigen dan kurva disosiasi
oksigen akan bergeser ke kiri sehingga akan lebih sulit unutk melepaskan oksigen
di jaringan. Ion H+ akan keluar dari sel dan ditukar dengan masuknya ion K+
kedalam sel yang akan menyebabkan terjadinya hipokalemia. Alkalosis akan
meningkatkan jumlah ion yang akan berikatan dengan Ca++ dan protein plasma
sehingga jumlah ion Ca++ plasma berkurang yang akan menyebabkan depresi
sirkulasi dan neuromuskuler.
Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik adalah penurunan primer dari PaCO2. Biasanya
disebabkan oleh peningkatan yang tidak sesuai antara ventilasi alveoli dengan
produksi CO2.
Alkalosis respiratorik akan menurunkan aliran darah serebral, resistensi vaskuler
sistemik meningkat, dan dapat menimbulkan vasospasme pembuluh darah
coroner. Alkalosis menyebabkan bronkokonstriksi, tetapi menurunkan resistensi
vaskuler paru-paru.
HCO3- plasma akan turun 2-5 mmol/L untuk setiap 10 mmHg penurunan PaCO2
dibawah 40 mmHg.
12
Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik adalah peningkatan primer dari HCO3- dalam plasma.
Keadaan alkalosis metabolik dapat dibagi menjadi 2 macam:
1. Defisiensi NaCl dan kekurangan cairan ekstraseluler (ECF) sering disebut
sebagai “Chloride Sensitive”
2. Aktifitas mineralokortikoid yang meningkat yang dikenal sebagai
“Chloride Resistant”
Analisis Gas Darah (AGD) adalah pemeriksaan darah yang menggunakan
darah arteri. Bahan pemeriksaan AGD menggunakan arteri radialis, arteri
brakialis, tetapi kadang adalah arteri femoralis. AGD akan memberikan informasi
dan penilaian terhadap keseimbangan asam basa dan elektrolit dalam tubuh,
menilai kecukupan oksigenasi, pada pasien yang menggunakan ventilator, pasien
gawat yang tidak menggunakan ventilator, pasien operatif, dan pasien yang
mendapat terapi elektrolit.
Parameter yang digunakan untuk mengukur AGD adalah pH, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2), tekanan parsial oksigen (PO2), dan bikarbonat
(HCO3-). Parameter lainnya adalah total CO2 (TCO2), base excess (BE), dan
saturasi oksigen (SO2).
PH adalah suatu logaritma negatif dari konsentrasi ion H dan menjadi
ukuran konsentrasi ion H tersebut dalam air atau cairan lain. PCO2 adalah tekanan
yang ditimbulkan oleh gas CO2 yang terlarut dalam darah, dan merupakan indeks
dari efisiensi pertukaran gas dalam paru. PO2 adalah tekanan yang ditimbulkan
oleh gas O2 yang terlarut dalam darah. HCO3 adalah kadar bikarbonat dalam
darah penderita sesuai dengan PCO2 yang ada. Total CO2 (TCO2) adalah jumlah
CO2 total yang terdapat dalam darah dan meliputi asam bikarbonat, ion
bikarbonat dan gas CO2 yang terlarut. Base excess (BE) adalah parameter yang
13
digunakan untuk mendeteksi dan menentukan derajat keseimbangan asam basa
komponen metabolik dan dibutuhkan untuk mentitrasi darah pasien (in vitro)
untuk mencapai pH 7,4 pada pCO2 40 mmHg dan suhu 370C. Saturasi Oksigen
(SaO2) adalah jumlah O2 yang terikat pada Hb dibandingkan dengan kemampuan
maksimum Hb untuk mengikat O2.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa di Paru-Paru
Paru-paru mengatur keseimbangan asam basa melalui mekanisme ventilasi
alveolar. Kadar pH yang tinggi memberikan stimulus bagi pusat pernafasan di
batang otak, sehingga menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar. Bila ventilasi
alveolar meningkat, pengeluaran CO2 melalui paru-paru juga akan meningkat,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan dalam, H2CO3 yang terbentuk lebih
sedikit, sehingga pH darah naik. Pernapasan yang dangkal akan mengurangi
eksresi CO2, menyebabkan pH darah turun. Tekanan parsial adalah kemampuan
paru untuk mengubah tekanan CO2 dalam darah arteri dan menunjukkan kadar
CO2 dalam darah. PCO2 normal yaitu 35 - 45 mm Hg. Kadar PCO2 yang lebih
tinggi merupakan penanda hipoventilasi akibat pernafasan yang dangkal. Kadar
PCO2 yang rendah merupakan penanda suatu hiperventilasi.
Pengaturan Keseimbangan Asam Basa di Ginjal
Sistem ginjal menjaga keseimbangan asam-basa melalui tiga mekanisme
yaitu :1). Reabsorbsi ion HCO3- yang difiltrasi glomerulus ke dalam darah, 2).
Ekskresi ion H+ sebagai asam hasil metabolisme, dan 3). Peningkatan ammonia.
Kelebihan HCO3- akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Kadar HCO3- yang menurun menyebabkan ginjal mengurangi sekresi HCO3-.
Kadar HCO3- normal 22-26 mEq/L. Bila kadar CO2 darah meningkat ginjal akan
mereabsorbsi HCO3- dan mengeksresikan H+, dan pada saat kadar CO2 darah
menurun, ginjal akan mengeksresikan HCO3- dan menahan H+.
Keseimbangan Asam Basa
14
Keseimbangan asam basa digunakan untuk menilai keseimbangan asam
basa di dalam tubuh, berdasarkan kadar pH, PCO2 dan HCO3. Analisis Gas
Darah diukur secara langsung untuk menilai kadar pH dan PCO2, namun kadar
HCO3 digunakan menggunakan rumus Henderson-Hasselbach. Rumus
Henderson-Hasselbach adalah sebagai berikut:
pH = 6.1+ log HCO3/0.3xPCO2
Persamaan Henderson-Hasselbach merupakan metode konvensional yang
menggambarkan hubungan sederhana antara pH darah, tekanan parsial CO2
(PCO2), dan kadar bikarbonat plasma (HCO3). Bikarbonat adalah suatu
komponen basa, dan CO2 merupakan suatu komponen asam. Buffer terdiri atas
asam lemah dan garam atau basa konjugasinya dan basa lemah dan garam atau
asam konjugasinya. Tubuh menggunakan penyangga buffer (pH) darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba. Buffer pH secara
kimiawi meminimalkan perubahan pH suatu larutan, Bikarbonat merupakan
buffer pH yang terpenting dalam darah. Peningkatan CO2 menyebabkan tubuh
melakukan kompensasi dengan mengurangi ekskresi bikarbonat melalui ginjal.
Sedangkan peningkatan bikarbonat menyebabkan tubuh melakukan kompensasi
dengan meningkatkan pengeluaran CO2 melalui paru-paru.