asd

55
PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA MAHASISWA TINGKAT I FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Wella Manovia G0008244 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: auliansyah14

Post on 22-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

asdas

TRANSCRIPT

Page 1: asd

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI BERDASARKAN TIPE

KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA MAHASISWA

TINGKAT I FAKULTAS KEDOKTERAN UNS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Wella Manovia

G0008244

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: asd

ABSTRACT

Wella Manovia, G0008244, 2011. The Difference of Depression Level Based on Extrovert and Introvert Personality Types at First Grade of Medical Faculty’s Student in UNS (Sebelas Maret University).

Objectives: One of the differences between someone with extrovert and introvert personality types is about handling environmental stressor in daily life. If the stressor in not resolved then it becomes depression. This research aims to know the difference of depression level based on extrovert and introvert personality types at first grade of medical faculty’s student in UNS.

Methods: This was an analytic observational research with cross sectional approach. The subjects is at first grade of medical faculty’s student in UNS. The sampling technique using purposive sampling. The research data obtained by three different questionaire, the L-MMPI questionnaire, Eysenck and Wilson personality types questionaire, and Beck Depression Inventory questionnaire (BDI). Statitical analysis using T-test.

Results: Of the totals 66 number of samples consisted of 31 students with extrovert personality type and 35 students with introvert personality type. The student with extrovert personality type is obtained on average depression score of 6.13 and SD 4.31. The student with an introvert personality type is obtained on average depression score of 8.94 and SD 6.77. The difference in level of depression between students with extrovert and introvert personality types generate significant value (p = 0.046).

Conclusion: There are differences in level of depression were statistically significant between students with extrovert personality type and students with introvert personality type (p = 0.046). Depression level for students with introvert personality type is higher than the students with extrovert personality type.

Key words : extrovert, introvert, depression.

v

Page 3: asd

ABSTRAK

Wella Manovia, G0008244, 2011. Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas Kedokteran UNS.

Tujuan: Salah satu perbedaan antara seseorang dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert adalah dalam hal menangani stresor lingkungan yang dialami sehari-hari. Apabila stresor tersebut tidak teratasi maka dapat menjadi depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat depresi berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran UNS.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran UNS. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari tiga macam kuesioner, yaitu kuesioner L-MMPI, kuesioner tipe kepribadian Eysenck dan Wilson, dan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI). Analisis statistik menggunakan uji T .

Hasil: Dari total 66 jumlah sampel terdiri atas 31 mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan 35 mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert. Pada mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert didapatkan rata-rata skor depresi sebesar 6.13 dan SD sebesar 4.31. Pada mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert didapatkan rata-rata skor depresi sebesar 8.94 dan SD sebesar 6.77. Perbedaan tingkat depresi antara mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert menghasilkan nilai signifikansi (p = 0.046).

Simpulan: Terdapat perbedaan tingkat depresi yang secara statistik signifikan antara mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert (p = 0.046). Tingkat depresi pada mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert lebih tinggi daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert.

Kata kunci : ekstrovert, introvert, depresi

iv

Page 4: asd

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe

Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas

Kedokteran UNS

Wella Manovia, G0008244, Tahun 2011

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari , Tanggal 2011

Pembimbing Utama Penguji Utama

H. A. Djoko Suwito, dr., Sp. KJ IGB. Indro Nugroho, dr., Sp. KJ

NIP. 19580223198511 1 00 1 NIP. 19731003200501 1 001

Pembimbing Pendamping Anggota Penguji

Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD Yoseph Indrayanto, dr., M.S., Sp.And., S.H.

NIP. 132125727 NIP. 19560815198403 1 001

Tim Skripsi

Annang Giri Muelyo, dr., Sp. A, M. Kes

NIP: 19730410200501 1 001

ii

Page 5: asd

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan Judul : Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe

Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas

Kedokteran UNS

Wella Manovia, NIM: G0008244, Tahun: 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 16 Juni 2011

Pembimbing Utama

Nama : H. A. Djoko Suwito, dr., Sp. KJ

NIP : 19580223198511 1 00 1 ( _________________ )

Pembimbing Pendamping

Nama : Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD

NIP : 132125727 ( _________________ )

Penguji Utama

Nama : IGB. Indro Nugroho, dr., Sp. KJ

NIP : 19731003200501 1 001 ( _________________ )

Anggota Penguji

Nama : Yoseph Indrayanto, dr., M.S., Sp.And., S.H.

NIP : 19560815198403 1 001 ( _________________ )

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM

NIP: 19660702 199802 2 001 NIP: 19510601 197903 1 002

ii

Page 6: asd

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 9 Juni 2011

Nama: Wella Manovia

NIM. G0008244

iii

Page 7: asd

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan ridho-Nya skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas Kedokteran UNS” dapat terselesaikan.

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu:

1. Prof. Dr. dr. Zainal Arifin Adnan, Sp. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. H. A. Djoko Suwito, dr., Sp. KJ selaku pembimbing utama atas segala bimbingan, masukan, dan jalan keluar dari permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan dan masukan mulai dari awal penyusunan hingga akhir penelitian skripsi ini.

4. IGB. Indro Nugroho, dr., Sp. KJ selaku penguji utama atas segala masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.

5. Yoseph Indrayanto, dr., M.S., Sp. And., S.H. selaku anggota penguji atas masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.

6. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

7. Dr. H. Suhatman, MARS, Dra. Hj. Noverlis, Dr. Fatah Manovito, Drg. Vina Manovita, Doni Lisarman, S. T, Dr. Ririn Febrina, M. Haikal Davin, Iwana Aqillah F. M., serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberi dukungan dan selalu mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, Adelia Kartikasari, Della Kusumaning P., Dewi Ayu A. P., Hida Fitriana R. P., Nurotus Saniyah.

9. Teman-teman angkatan 2010 yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak kekurangan.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 9 Juni 2011

Wella Manovia

vi

Page 8: asd

DAFTAR ISI

PRAKATA............................................................................................................... vi

DAFTAR ISI............................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Perumusan Masalah............................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 6

A. Tinjauan Pustaka................................................................................. 6

B. Kerangka Pemikiran........................................................................... 26

C. Hipotesis............................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 28

A. Jenis Penelitian................................................................................... 28

B. Lokasi Penelitian................................................................................ 28

C. Subyek Penelitian............................................................................... 28

D. Teknik Sampling................................................................................. 28

E. Rancangan Penelitian......................................................................... 30

vii

Page 9: asd

F. Variabel Penelitian............................................................................. 30

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................... 31

H. Instrumen Penelitian........................................................................... 32

I. Cara Kerja........................................................................................... 33

J. Teknik Analisis Data.......................................................................... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 35

A. Deskripsi Sampel ............................................................................... 35

B. Analisis Statistika .............................................................................. 37

BAB V PEMBAHASAN..................................................................................... 40

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 43

A. Simpulan ............................................................................................ 43

B. Saran .................................................................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 44

LAMPIRAN

viii

Page 10: asd

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin...................... 35

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Depresi.................................... 36

Tabel 3. Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Kolmogorov Smirnov............38

Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji T........................................................... 38

ix

Page 11: asd

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ..........................................................................26

Gambar 2. Rancangan Penelitian.........................................................................30

Gambar 3. Gambar Boxplot Perbedaan Rata-Rata Tingkat Depresi ...................39

x

Page 12: asd

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran

Lampiran 2. Data Pribadi Responden dan Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI

Lampiran 4. Kuesioner Tipe Kepribadian Eysenck dan Wilson

Lampiran 5. Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)

Lampiran 6. Data Mentah Hasil Penelitian

Lampiran 7. Uji Normalitas Data dan Uji Analisis Data

Page 13: asd

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini

sangat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan

ini sangat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang sedang

membangun. Menurut World Health Organization (WHO), 17% pasien-pasien

yang berobat ke dokter adalah pasien dengan depresi dan selanjutnya diperkirakan

prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus

terjadi pada usia produktif, yaitu 20-50 tahun. Depresi berada pada urutan ke-4

penyakit di dunia dan merupakan penyebab utama tindakan bunuh diri sehingga di

Amerika Serikat menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian utama.

Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah pasien semakin meningkat dan menduduki

urutan ke-2 penyakit di dunia (Muchid dkk., 2007; Hawari, 2008).

Di Indonesia sendiri penelitian seberapa banyak pasien depresi belum ada.

Namun pengamatan dari waktu ke waktu kasus-kasus gangguan kejiwaan yang

tergolong depresi semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah

kunjungan pasien yang berobat di pusat-pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga

yang berobat ke dokter (psikiater). Selain itu, kenaikan jumlah pasien depresi

dapat dilihat dari kenaikan obat-obat psikofarmaka (obat antidepresi) yang

diresepkan oleh para dokter (Hawari, 2008).

1

Page 14: asd

2

Depresi adalah suatu peristiwa yang sering dijumpai sehari-hari. Setiap

orang pasti pernah merasa sedih, lesu, lelah, kecewa, dan tidak tertarik pada

kegiatan apapun sekalipun kegiatan itu menyenangkan. Boleh dikatakan hampir

setiap manusia pernah menderita depresi sampai tingkat tertentu (Atkinson dkk.,

2005). Mahasiswapun cenderung rentan terhadap depresi, terutama pada

mahasiswa baru. Problem mahasiswa baru dapat berupa perbedaan nilai, adat

istiadat, dan sikap antara lingkungan SMA dan perguruan tinggi serta penerimaan

tanggung jawab untuk menentukan kehidupan sendiri. Di mana tidak semuanya

siap menerima penghentian status ketergantungan dan juga persaingan akademik

yang lebih ketat (Maramis, 2005).

Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila yang

bersangkutan tidak mampu menanggulangi stresor psikososial yang dialaminya.

Selain itu, ada juga orang yang lebih rentan (vulnerable) jatuh dalam keadaan

depresi dibandingkan dengan orang lainnya (Hawari, 2008). Depresi dipengaruhi

oleh faktor-faktor tertentu, salah satunya adalah faktor kepribadian (Kaplan dan

Saddock, 2010). Jung dalam Suryabrata (2007) berpendapat bahwa kepribadian

manusia berdasarkan sifat jiwanya, dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu

ekstrovert dan introvert.

Individu ekstrovert dikenal sebagai seorang yang dipengaruhi oleh dunia

obyektif, lincah, bersemangat, banyak bicara, bebas dari kekhawatiran, tidak

mudah malu, tidak canggung, banyak teman, ramah tamah, cepat akrab, mudah

menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, terus terang, impulsif atau semaunya

Page 15: asd

3

sendiri, aktif, dan optimis (Irwanto dkk., 1994; Budiharjo, 1997; Sobur, 2003).

Sedangkan individu introvert biasanya dikenal sebagai sebagai seorang yang

lebih dipengaruhi oleh perasaan subyektif, tenang, murung, tidak banyak bicara,

cenderung atau sering diliputi kekhawatiran, mudah malu, canggung, sedikit

teman, tidak mudah dan tidak suka bergaul, ragu-ragu, defensif, tertutup, lebih

bertanggungjawab, pasif, dan pesimis (Irwanto dkk., 1994; Budiharjo, 1997;

Sobur, 2003).

Eysenck dalam Suryabrata (2007) menyatakan bahwa orang yang ekstrovert

memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris yang

ditandai oleh kecenderungan emosi yang meluap-luap sedangkan orang yang

introvert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala

ketakutan dan depresi yang ditandai oleh kecenderungan obsesi mudah

tersinggung.

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2002) yang berjudul Hubungan

antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dengan Toleransi terhadap Stres

menyatakan bahwa orang yang bertipe kepribadian ekstrovert lebih toleran

terhadap stres dibandingkan orang yang bertipe kepribadian introvert. Oleh karena

itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut, tetapi penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis berbeda pada variabel tergantung yang digunakan, yaitu

tingkat depresi.

Berdasarkan hal di atas, didukung pula dengan semakin meningkatnya

kasus-kasus depresi khususnya di Indonesia dan keterkaitan hal tersebut dengan

Page 16: asd

4

faktor kepribadian, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Perbedaan

Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada

Mahasiswa Tingkat I Fakultas Kedokteran UNS. Hal ini erat kaitannya dengan

penyesuaian diri pada banyak perubahan antara SMA dan perguruan tinggi

sehingga mempengaruhi produktivitas belajar mahasiswa tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian: Adakah perbedaan tingkat depresi berdasarkan tipe

kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa tingkat I Fakultas

Kedokteran UNS?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat depresi

berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa tingkat I

Fakultas Kedokteran UNS.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wawasan

psikiatri tentang perbedaan tingkat depresi berdasarkan tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert.

Page 17: asd

5

2. Manfaat praktis

Bagi praktisi, khususnya di bidang psikiatri, psikologi serta konseling,

penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penanganan kasus-

kasus depresi berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

Page 18: asd

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Depresi

a. Definisi Depresi

Pengertian depresi sudah ada sejak Hipocrates (460-337 SM). Waktu

itu disebut melancholy, yang digambarkan sebagai pengurungan atau

kesedihan karena kelebihan cairan empedu. Baru pada tahun 1905 istilah

melancholy diganti dengan depresi oleh Meyer dengan alasan etiologi yang

lebih luas (Ardjana, 2007).

Depresi adalah gangguan afek atau emosi dengan komponen

psikologik berupa rasa sedih, susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak

ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis, dan komponen somatik,

misalnya anoreksia, konstipasi, kulit lembab (dingin), dan tekanan darah

serta nadi menurun (Maramis, 2005).

Menurut Hawari (2008), depresi adalah gangguan alam perasaan hati

(mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan

berkelanjutan sampai hilangnya gairah hidup, tidak mengalami gangguan

menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA masih baik), kepribadian tetap

utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi

dalam batas-batas normal.

6

Page 19: asd

7

Beberapa teori tentang depresi yang telah dikemukan oleh beberapa

ahli di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan perasaan

(suasana hati/mood) yang dialami oleh individu ditandai individu tersebut

merasa tidak bahagia, tidak berguna, putus asa sampai hilangnya gairah

hidup dan hal ini dapat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.

Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam situasi tertentu,

bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila depresi tersebut terjadi di

luar kewajaran dan berlanjut maka depresi tersebut dianggap abnormal

(Atkinson dkk., 2005).

b. Epidemiologi Depresi

Menurut WHO, 17% pasien-pasien yang berobat ke dokter adalah

pasien dengan depresi dan selanjutnya diperkirakan prevalensi depresi pada

populasi masyarakat dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia

produktif, yaitu 20-50 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

depresi lebih sering pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 2:1.

Prevalensinya selama kehidupan pada wanita 10-25% dan pada pria 12%

dan terdapat peningkatan pada remaja dan dewasa muda. Depresi berada

pada urutan ke-4 penyakit di dunia dan merupakan penyebab utama tindakan

bunuh diri sehingga di Amerika Serikat menduduki urutan ke-6 dari

penyebab kematian utama. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah pasien

semakin meningkat dan menduduki urutan ke-2 penyakit di dunia (Tomb,

2003; Muchid dkk, 2007; Hawari, 2008).

Page 20: asd

8

c. Etiologi Depresi

Faktor penyebab depresi dapat dibagi menjadi faktor biologis, genetik,

dan psikososial (Ardjana, 2007; Kaplan dan Saddock, 2010).

1) Faktor biologis

a) Faktor neurotransmiter

Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua

neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan

mood.

(1) Norepinefrin

Hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar

antara turunnya regulasi reseptor β-adrenergik dan respon

antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem

noradrenergik dalam depresi.

(2) Serotonin

Dengan diketahuinya efek Spesific Serotonin Reuptake

Inhibitor (SSRI), contoh: fluoxetin dalam pengobatan depresi,

menjadikan serotonin neurotransmitter biogenik amin yang paling

sering dihubungkan dengan depresi.

(3) Dopamin

Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah biogenik amin

yang paling sering dihubungkan dengan patofisiologi depresi,

dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam depresi.

Page 21: asd

9

(4) Faktor neurokimia lainnya: GABA dan neuroaktif peptida (terutama

vasopresin dan opiat endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi

gangguan mood.

(Ardjana, 2007; Kaplan dan Saddock, 2010)

b) Faktor neuroendokrin

Hipothalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan

menerima rangsangan neuronal yang menggunakan neurotransmitter

biogenik amin. Bermacam-macam disregulasi endokrin dijumpai pada

pasien gangguan mood (Ardjana, 2007; Kaplan dan Saddock, 2010).

2) Faktor genetik

Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam

perkembangan gangguan mood adalah genetik. Individu yang memiliki

anggota keluarga dengan gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih

tinggi terkena depresi (Kaplan dan Saddock, 2010). Pada penelitian

terhadap anak kembar dengan gangguan depresi berat, angka kesesuaian

pada kembar monozigot 53-69% sedangkan dizigot 19% (Ardjana, 2007).

3) Faktor psikososial

a) Peristiwa hidup dan stres lingkungan

Lingkungan selalu membuat seseorang harus memenuhi tuntutan

dan tantangan, yang karenanya merupakan sumber depresi yang

potensial. Lingkungan yang paling dekat dan sangat mudah

mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang adalah keluarga dan

Page 22: asd

10

masyarakat (Kaplan dan Saddock, 2010). Lingkungan lebih

berpengaruh terhadap derajat depresi dibandingkan faktor genetik

(Harriet dkk., 2009).

b) Faktor kepribadian

Semua manusia dengan pola kepribadian apapun dapat

mengalami depresi apabila tidak mampu menanggulangi stresor

psikososial yang dialaminya. Namun orang dengan kepribadian

tertentu, seperti obsesif kompulsif, histrionik, dan borderline memiliki

risiko yang lebih besar mengalami depresi (Kaplan dan Saddock,

2010).

d. Gejala Depresi

Seseorang dengan gejala depresi tidak selalu mengalami gangguan

depresi, karena gejala depresi dapat terjadi pada siapapun termasuk orang-

orang yang tidak dapat didiagnosis menderita gangguan depresi. Amir

(2005) mengemukakan bahwa ada beberapa tanda dan gejala depresi, yaitu:

1) Gambaran emosi

a) Mood depresi, sedih atau murung.

b) Iritabilitas dan ansietas.

c) Ikatan emosi berkurang.

d) Menarik diri dari hubungan interpersonal.

e) Preokupasi dengan kematian.

f) Ide-ide bunuh diri atau bunuh diri.

Page 23: asd

11

2) Gambaran kognitif

a) Kritik keras pada diri sendiri, perasaan tak berharga, rasa bersalah.

b) Pesimis, tak ada harapan, putus asa.

c) Bingung, konsentrasi buruk.

d) Tak pasti dan ragu-ragu.

e) Keluhan somatik.

f) Gangguan memori.

g) Ide-ide mirip waham.

3) Gambaran vegetatif

a) Lesu dan tidak ada tenaga.

b) Tidak dapat tidur atau banyak tidur.

c) Tidak mau makan atau banyak makan.

d) Penurunan berat badan atau penambahan berat badan.

e) Libido terganggu.

4) Psikomotorik

a) Agitasi psikomotorik (gelisah).

b) Retardasi psikomotorik (lemah tak berdaya).

e. Diagnosis dan Skrining Depresi

Diagnosis dan skrining depresi dapat dilakukan dengan melakukan

beberapa instrumen di bawah ini (Durdan dan Barlow, 2003; Ardjana, 2007;

Kaplan dan Saddock, 2010):

1) Skala penilaian depresi antara lain Beck Depression Inventory (BDI),

Page 24: asd

12

Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD), Montgomery-Asberg

Depression Rating Scale yang digunakan sebagai alat skrining/alat

penunjang.

2) International Statistical Classification of Diseases and Related Health

Problems 10th/ICD-10.

3) Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th/DSM-IV.

4) Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi

III/PPDGJ-III.

Menurut PPDGJ-III (Maslim, 2001), diagnosis dan derajat depresi

berdasarkan:

1) Gejala utama

a) Afek depresif.

b) Kehilangan minat dan kegembiraan.

c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah dan hipoaktivitas.

2) Gejala lainnya

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang.

b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis.

e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f) Tidur terganggu.

Page 25: asd

13

g) Nafsu makan terganggu.

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan depresi

diperlukan masa sekurang-kurangnya dua minggu untuk penegakan

diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala

luar biasa berat dan berlangsung cepat. Kategori berikut digunakan untuk

episode depresif tunggal/yang pertama (Maslim, 2001):

1) Episode depresi ringan

a) Sedikitnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi.

b) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.

c) Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya.

d) Lamanya episode berlangsung sedikitnya 2 minggu.

e) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

dilakukannya.

2) Episode depresif sedang

a) Sedikitnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi.

b) Ditambah sedikitnya 3-4 dari gejala lainnya.

c) Lamanya episode berlangsung sedikitnya 2 minggu.

d) Kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan

urusan rumah tangga.

3) Episode depresif berat

a) Semua 3 gejala utama depresi harus ada.

b) Ditambah sedikitnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa di

Page 26: asd

14

antaranya harus berintensitas berat.

c) Bila ada gejala (misalnya agitasi atau retardasi psikomotorik) yang

mencolok, pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu

melaporkan banyak gejalanya secara rinci, maka episode depresif

berat masih dapat dibenarkan.

d) Lama sedikitnya 2 minggu, jika gejala amat berat dan beronset

sangat cepat, masih dibenarkan menegakkan diagnosis kurang dari

2 minggu.

e) Sangat tidak mungkin mampu meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan, dan urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat

terbatas.

2. Kepribadian

a. Definisi Kepribadian

Tidak jarang istilah kepribadian (personality), watak (character), dan

tabiat (temperament), dipakai secara campur aduk atau bergantian.

Sebaiknya diadakan perbedaan antara ketiga istilah tersebut (Maramis,

2005).

Berdasarkan arti katanya, kepribadian berasal dari bahasa Yunani

persona yang berarti topeng (mask), karena pengertian kepribadian secara

umum dianggap berkaitan dengan penampilan (Sobur, 2003).

Watak ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang

Page 27: asd

15

menggerakkan kemauan sehingga orang itu bertindak sedangkan tabiat ialah

kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badaniah (Maramis, 2005).

Kepribadian merupakan sesuatu yang sangat rumit dan kompleks,

sehingga tidak mudah dalam mendefinisikannya. Menurut Pervin dan John

(2000) kepribadian merupakan penentu karakteristik dari seseorang yang

menentukan bagaimana dirinya merasa berfikir dan bertingkah laku.

Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam penelaahan kepribadian,

seperti pendekatan faktor yang memandang kepribadian terdiri atas

kumpulan trait dan type, ada pula pendekatan psikoanalisis yang

mendeskripsikan mengenai struktur serta sistem kepribadian, pendekatan

yang bersifat eksperimental-korelasional, serta pendekatan yang

menekankan peramalan tingkah laku spesifik (Corsini dalam Abidin dan

Suyasa, 2003).

Pembahasan pakar psikologi tentang kepribadian terutama menyangkut

karakteristik yang membedakan satu individu dari individu yang lain.

Kepribadian didefinisikan sebagai pola perilaku dan cara berfikir yang khas,

yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Khas

di sini menyiratkan adanya konsistensi perilaku bahwa orang cenderung

untuk bertindak atau berfikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi

(Atkinson dkk., 2005).

Menurut Allport dalam Chaplin (2004), kepribadian adalah organisasi

dinamis di dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang

Page 28: asd

16

menentukan tingkat laku dan pikirannya secara karakteristik. Kata dinamis

menunjukkan bahwa kepribadian bisa berubah-ubah dan antara berbagai

komponen kepribadian (yaitu sistem-sistem psikofisik) terdapat hubungan

yang erat. Hubungan-hubungan itu terorganisir sedemikian rupa sehingga

secara bersama-sama mempengaruhi pola perilakunya dalam menyesuaikan

diri dengan lingkungan (Atkinson dkk., 2005).

Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud

menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang

terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya

selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku (Sobur, 2003).

Kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun

dalam dirinya dan yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan

dirinya terhadap segala rangsang, baik yang datang dari lingkungannya

(dunia luar), maupun yang berasal dari dirinya sendiri (dunia dalam),

sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang

khas bagi manusia itu (Maramis, 2005).

Menurut PPDGJ-III, beberapa dari kondisi dan perilaku berkembang

sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil

interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup sedangkan yang

lainnya didapat (acquried) pada masa kehidupan selanjutnya (Maslim,

2001).

Page 29: asd

17

Kepribadian menurut Eysenck dalam Suryabrata (2007) adalah

gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme

yang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Kepribadian awal

akan tumbuh melalui interaksi empat macam fungsional, yaitu sektor

kognitif (inteligensi), sektor konatif (karakter), sektor afektif (temperamen),

dan sektor somatis (konstitusi).

Pendekatan tipe kepribadian yang dikemukan Eysenck dilandasi oleh

penelitian ilmiah sehingga hasilnya lebih dapat dipertanggungjawabkan

dibandingkan pendekatan yang hanya menggunakan spekulasi atau intuisi

klinis untuk mengabsahkan asumsinya (Abidin dan Suyasa, 2003).

Kepribadian mempunyai banyak definisi yang disebabkan dalam

penyusunan teori, penelitian, dan pengukuran dari beberapa ahli.

Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates membagi kepribadian menjadi

empat kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi

dan memberikan pengaruh kepada individu tersebut. Empat cairan tubuh

tersebut meliputi: empedu kuning (choleris), empedu hitam (melancholis),

cairan lendir (flegmatis), dan darah (sanguinis). Sedangkan menurut

Shelldon dan Kretchmer kepribadian didasarkan pada bentuk tubuh, yaitu:

endomorf, mesomorf, dan ektomorf (Sobur, 2003).

Berdasarkan aspek psikologis, Jung membagi kepribadian menjadi

ekstrovert dan introvert. Sedangkan menurut Heymans membagi menjadi

emosialitet, aktivitet, dan sekunder (Sobur, 2003).

Page 30: asd

18

Selain itu juga dikenal adanya kepribadian tipe A dan B yang

diperkenalkan pertama kali oleh Frieldman dan Ray Rosenman. Mereka

menyimpulkan bahwa orang yang mempunyai kepribadian tipe A sangat

kompetitif dan berorientasi pada prestasi, merasa memiliki perasaan

pentingnya waktu, sulit untuk bersantai dan menjadi tidak sabar dan marah

jika berhadapan dengan penundaan atau dengan orang yang dipandang tidak

kompeten. Sedangkan orang dengan kepribadian tipe B dapat santai tanpa

merasa bersalah dan bekerja tanpa tergesa-gesa, orang tersebut tidak

memiliki perasaan pentingnya waktu, marah dan benci jarang terjadi serta

kurang berorientasi pada prestasi (Atkinson dkk., 2005).

Pada penelitian ini, tipe kepribadian yang akan diteliti adalah tipe

kepribadian ekstrovert dan introvert.

2. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Tipologi membagi kepribadian yang normal menjadi kelompok-

kelompok tertentu dengan sifat-sifat tertentu pula. Namun sekarang mulai

banyak orang yang lebih suka menggambarkan kepribadian menurut sifat-

sifatnya. Tipologi terlalu kaku dan dalam praktek tidak ada orang yang

betul–betul ekstrovert murni atau introvert murni, kebanyakan terletak di

antaranya. Kata-kata tipologi dapat saja dipergunakan, tetapi dengan

pengertian bahwa tipe bukan golongan yang berbatas jelas, tetapi di

antaranya terdapat suatu kontinuitas (Maramis, 2005).

Eysenck membagi kepribadian menjadi beberapa dimensi atau tipe

Page 31: asd

19

kepribadian. Dimensi pertama adalah dimensi E (Ekstroversion-Introversion)

yang berhubungan dengan situasi sosial. Sedangkan dimensi kedua adalah

dimensi N (Neurotic-Stable) yang berhubungan dengan pengendalian

kestabilan emosi seseorang. Dan dimensi ketiga adalah dimensi P

(Psychoticism) yang berhubungan dengan proses berpikir, berperasaan, dan

bertindak tanpa orientasi (Abidin dan Suyasa, 2003).

Jung dalam Suryabrata (2007) mengatakan bahwa sikap jiwa

merupakan arah dan energi psikis umum yang menjelma dalam bentuk

orientasi manusia terhadap dunianya, yaitu keluar individu (ekstrovert) dan

ke dalam individu (introvert). Tiap orang mengadakan orientasi terhadap

dunia sekitarnya, namum dalam caranya mengadakan orientasi itu orang

yang satu berbeda dari yang lainnya. Apabila orientasi itu sedemikian rupa

sehingga putusan-putusan dan tindakannya kebanyakan dan terutama tidak

dikuasai oleh pendapatan-pendapatan subyektivitasnya, maka individu

tersebut mempunyai orientasi ekstrovert. Dan jika orientasi itu menjadi

kebiasaan, maka individu tersebut mempunyai tipe ekstrovert. Sebaliknya

individu yang introvert, minatnya justru ke arah dari subyek itu sendiri.

Jung dalam Suryabrata (2007) membagi kepribadian manusia

berdasarkan sifat jiwanya menjadi dua tipe, yaitu ekstrovert dan introvert.

Keduanya mempunyai hubungan kompensatoris.

Individu ekstrovert dikenal sebagai seorang yang dipengaruhi oleh

dunia obyektif, lincah, bersemangat, banyak bicara, bebas dari kekhawatiran,

Page 32: asd

20

tidak mudah malu, tidak canggung, banyak teman, ramah tamah, cepat

akrab, mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, terus terang,

impulsif atau semaunya sendiri, aktif, dan optimis (Irwanto dkk., 1994;

Budiharjo, 1997; Sobur, 2003).

Jung dalam Suryabrata (2007) berpendapat bahwa orang yang

ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar

dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar, pikiran, perasaan, serta

tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial

maupun lingkungan non sosial. Orang yang ekstrovert bersikap positif

terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan

orang lain lancar. Bahaya bagi tipe ekstrovert ini ialah apabila ikatan kepada

dunia luar itu terlampau kuat, sehingga dapat tenggelam di dalam dunia

obyektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subyektifnya sendiri.

Orang introvert biasanya dikenal sebagai sebagai seorang yang lebih

dipengaruhi oleh dunia subyektif, tenang, murung, tidak banyak bicara,

cenderung atau sering diliputi kekhawatiran, mudah malu, canggung, sedikit

teman, tidak mudah dan tidak suka bergaul, ragu-ragu, defensif, tertutup,

lebih bertanggungjawab, pasif, dan pesimis (Irwanto dkk., 1994; Budiharjo,

1997; Sobur, 2003).

Jung dalam Suryabrata (2007) berpendapat bahwa orang yang introvert

terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya

sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta

Page 33: asd

21

tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.

Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar

bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati

orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvert

ini ialah kalau jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, sehingga orang lepas

dari dunia obyektifnya.

Jung menegaskan bahwa tidak ada orang yang murni ekstrovert atau

introvert. Setiap orang memiliki kedua sifat ekstrovert dan introvert dalam

dirinya, dan kedua faktor tersebut mengandung variasi yang kompleks

(Budiharjo, 1997).

Eysenck dalam Suryabrata (2007) menyatakan bahwa orang yang

ekstrovert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-

gejala histeris yang ditandai oleh kecenderungan emosi yang meluap-luap

sedangkan orang yang introvert memperlihatkan kecenderungan untuk

mengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi yang ditandai oleh

kecenderungan obsesi mudah tersinggung.

Menurut Eysenck dalam Irwanto dkk. (1994), ekstrovert dan introvert

merupakan dua kutub dalam satu skala. Kebanyakan orang akan berada di

tengah-tengah skala itu, dan hanya sedikit orang yang benar-benar ekstrovert

maupun introvert.

Inventarisasi Kepribadian Eysenck (EPI/EPQ) dikembangkan oleh

Eysenck dan Wilson. Eysenck memperkenalkan konsep psikotokisme, yaitu

Page 34: asd

22

suatu sifat kepribadian dasar yang ditemukan dalam berbagai derajat pada

semua orang. Skala kepribadian yang dinilai oleh diri sendiri ini mengukur

emosionalitas lawan stabilitas, ekstroversi lawan introversi, kekerasan hati,

kemampuan sosial, dan kecenderungan beberapa subyek untuk membuat

jawaban baik yang berpura-pura (Kaplan dan Saddock, 2010).

3. Hubungan Tingkat Depresi dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan

Introvert

Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila yang

bersangkutan tidak mampu menanggulangi stresor psikososial yang dialaminya.

Selain itu, ada juga orang yang lebih rentan (vulnerable) jatuh dalam keadaan

depresi dibandingkan dengan orang lainnya. Orang yang lebih rentan (berisiko

tinggi) biasanya mempunyai corak kepribadian depresif, yang ciri-cirinya

antara lain: pemurung, pemalu, tidak percaya diri, tidak banyak bicara, tidak

suka dan tidak mudah bergaul, mudah merasa bersalah, mudah tersinggung,

mudah mengalah, mudah sedih, mudah tegang, agitasi, sering mengeluh, tidak

bersemangat, pesimis, sering merasa cemas, khawatir, dan takut (Hawari,

2008). Corak kepribadian depresif di atas cenderung menyerupai tipe

kepribadian introvert.

Menurut Eysenck dalam Boeroee (2006) seseorang yang ekstrovert

memiliki kendali diri yang kuat. Ketika dihadapkan pada rangsangan-

rangsangan traumatik, otak ekstrovert akan menahan diri, artinya tidak akan

Page 35: asd

23

terlalu memikirkan trauma yang dialami sehingga tidak akan terlalu teringat

dengan apa yang telah terjadi. Sebaliknya, orang introvert memiliki kendali diri

yang buruk. Ketika mengalami trauma, otak tidak terlalu sigap melindungi diri

dan berdiam diri, akan tetapi justru membesar-besarkan persoalan dan

mempelajari detail-detail kejadian, sehingga orang ini dapat mengingat apa

yang terjadi dengan sangat jelas.

Penelitian ini menggunakan salah satu dimensi tipe kepribadian menurut

Eysenck, yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Tipe kepribadian

ekstrovert adalah sikap seseorang yang memiliki kendali diri yang kuat

sedangkan tipe kepribadian introvert adalah sikap seseorang yang memiliki

kendali diri yang buruk.

4. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)

Merupakan tes kepribadian yang banyak penggunaannya di dunia sejak

tahun 1942. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley

(psikiater) dari Universitas Minnesota, Mineapolis, USA sejak tahun 1930-an

(Butcher, 2005).

Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L dalam keseluruhan tes

MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran subyek

termasuk kesengajaan subyek dalam menjawab pertanyaan supaya dirinya

terlihat baik (Graham, 2005). Dalam skala ini dikemukan kesalahan-kesalahan

kecil yang terdapat pada setiap orang, yang baginya tidak ada alasan untuk

Page 36: asd

24

menyembunyikannya. Bila pada kekurangan-kekurangan kecil ini orang tidak

mau jujur atau tidak mau mengakuinya, maka tampak adanya skor yang tinggi

(Hawari, 2009).

Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil yang

mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subyek penelitian. Tes

terdiri dari 15 soal dengan jawaban “ya” atau “tidak” atau “tidak menjawab”

dengan nilai batas skala adalah 10, artinya apabila responden mempunyai nilai

≥ 10 maka responden tersebut dinyatakan invalid.

5. Beck Depression Inventory (BDI)

Beck Depression Inventory (BDI) diperkenalkan pada tahun 1961 oleh A.

T. Beck, Ward, Mendelson, Mock, Erbaugh, direvisi pada tahun 1971 dan

dihakciptakan pada tahun 1978 (Groth, 2009). Beck Depression Inventory

merupakan gold standard skala penilaian diri, yang awalnya dikembangkan

untuk menilai keberhasilan dari analisis psikologi pada psikoterapi pasien

depresi. Skala ini dirancang untuk mengukur tingkat keparahan gejala depresi

pada subyek yang mengalami depresi saat penilaian tersebut (Baer dan Blais,

2010).

Skala BDI merupakan skala pengukuran interval yang mengevaluasi 21

gejala depresi, 15 di antaranya menggambarkan emosi, 4 perubahan sikap, 6

gejala somatik. 21 item tersebut menggambarkan kesedihan, pesimistik,

perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah, harapan akan hukuman,

Page 37: asd

25

membenci diri, menangis, iritabilitas, penarikan diri dari masyarakat, tidak

dapat mengambil keputusan, perubahan bentuk tubuh, masalah bekerja,

kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan, preokupasi somatik, dan

penurunan libido (Extrema dan Fernάndez, 2006). Setiap gejala dirangking

dalam skala intensitas 4 poin (0-3) dan nilainya ditambahkan untuk memberi

total nilai dari 0-63. Batasan nilai untuk depresi, 0-9 mengindikasikan tidak ada

depresi, 10-18 untuk depresi ringan, 19-29 depresi sedang, dan 30-63

mengindikasikan adanya depresi berat.

Page 38: asd

26

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Tipe Kepribadian

Introvert

Kepribadian (Jung dalam Suryabrata, 2007)

Tipe Kepribadian

Ekstrovert

Tingkat Depresi Lebih Tinggi

Kendali diri yang kuat

(Eysenck dalam Boeroee, 2006)

Tingkat Depresi Lebih Rendah

a. Lebih dipengaruhi oleh perasaan subyektif

b. Tenang c. Murung d. Tidak banyak bicara e. Cenderung/sering diliputi

kekhawatiran f. Mudah malu g. Canggung h. Sedikit teman i. Tidak mudah dan tidak suka

bergaul j. Ragu-ragu k. Defensif l. Tertutup m. Lebih bertanggungjawab n. Pasif o. Pesimis

1. Dipengaruhi dunia obyektif 2. Lincah 3. Bersemangat 4. Banyak bicara 5. Bebas dari kekhawatiran 6. Tidak mudah malu 7. Tidak canggung 8. Banyak teman 9. Ramah tamah 10. Cepat akrab 11. Mudah menyesuaikan diri

dengan berbagai situasi 12. Terus terang 13. Impulsif 14. Aktif 15. Optimis

Faktor penyebab depresi:

1) Perubahan antara SMA dan perguruan tinggi

2) Penerimaan tanggung jawab

3) Persaingan akademik yang lebih ketat

B. Kerangka Pemikiran

Kendali diri yang buruk

(Eysenck dalam Boeroee, 2006)

Page 39: asd

27

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan

hipotesis sebagai berikut: Terdapat perbedaan tingkat depresi antara tipe

kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert.

Page 40: asd

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross

sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik, yaitu penelitian yang

hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan

sampai taraf pengambilan simpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji

statistik untuk menganalisis data yang diperoleh (Arief, 2004). Yang dimaksud

dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan pengumpulan data

yang dinilai secara simultan pada satu saat, sehingga dalam studi ini tidak ada

follow up (Pratiknya, 2001).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.

C. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I

Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.

D. Teknik Sampling

Sampel diambil dari populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi,

28

Page 41: asd

29

kemudian diambil dengan purposive sampling. Besar sampel menurut patokan

umum (rule of thumb), setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara

statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subyek

penelitian (Murti, 2010).

Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:

1. Aktif sebagai mahasiswa tingkat I FK UNS.

2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

3. Usia 16-21 tahun.

4. Bersedia mengisi kuesioner.

Sedangkan kriteria eksklusi, yaitu:

1. Skor L-MMPI ≥ 10.

2. Obesitas.

3. Memiliki riwayat gangguan psikiatri.

4. Dalam 2 minggu terakhir terdapat anggota keluarga yang meninggal.

Page 42: asd

30

E. Rancangan Penelitian

Mahasiswa Tingkat I FK UNS

Isian Data Pribadi

L-MMPI < 10

Sampel memenuhi syarat

Kuesioner Ekstrovert-Introvert

Kuesioner Beck Depression Inventory

Hasil

Uji T

Gambar 2. Skema Penelitian Gambar 2. Rancangan Penelitian

F. Variabel Penelitian

1. Variabel tergantung : Tingkat Depresi.

2. Variabel bebas : Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert.

3. Variabel luar :

a. Variabel terkendali meliputi tingkat pendidikan, umur dan riwayat kesehatan.

b. Variabel tidak terkendali meliputi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya.

Page 43: asd

31

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Responden dikelompokkan menjadi ekstrovert dan introvert menurut skor

tes kepribadian Eysenck (EPI/EPQ). Skala tipe kepribadian ini merupakan

adaptasi dari Eysenck dan Wilson (Marliana, 2005).

Menurut Azwar (2006), responden dikelompokkan dalam kategorisasi

berdasarkan signifikasi perbedaan yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori,

yaitu:

a. Kecenderungan tipe introvert

yaitu subyek yang memperoleh skor 0-29

b. Kecenderungan tipe ambivert

yaitu subyek yang memperoleh skor 30-36

c. Kecenderungan tipe ekstrovert

yaitu subyek yang memperoleh skor 37-66

Skala yang digunakan nominal.

2. Variabel tergantung : Tingkat Depresi

Skala penilaian depresi adalah dengan menggunakan Beck Depression

Inventory (BDI). Batasan nilai untuk depresi, 0-9 mengindikasikan tidak ada

depresi, 10-18 depresi ringan, 19-29 depresi sedang, dan 30-63

mengindikasikan adanya depresi berat. Namun dalam penelitian ini subyek

tidak diidentifikasi berdasarkan pembagian depresi tersebut. Pengambilan

Page 44: asd

32

simpulan dari skor depresi adalah bahwa nilai yang lebih tinggi mewakili

depresi yang lebih berat.

Skala yang digunakan interval.

H. Instrumen Penelitian

1. Isian Data Pribadi

Untuk mengetahui identitas responden.

2. Kuesioner Lie-Minnesota Multiphase Personality Inventory (L-MMPI)

Untuk menilai kejujuran responden, dengan interpretasi bila jawaban

“tidak” kurang dari 10 berarti responden dapat dipercaya.

3. Kuesioner Ekstrovert dan Introvert dari Eysenck dan Wilson

Untuk mengetahui responden ekstrovert atau introvert. Skala kepribadian

ini meliputi beberapa faktor, yaitu: activity, sociability, risk-talking,

impulsiveness, expressiveness, practically, irresponsibility. Setiap item terdiri

dari dua pertanyaan, yaitu favorabel (nomor soal 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,

15, 17, 19, 22, 24, 26, 27, 30, 32, 33, 34, 36, 38, 40, 43, 46, 49, 52, 54, 55, 57,

61, 62) dan unfavorabel (nomor soal 4, 10, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 25, 28, 29,

31, 35, 37, 39, 41, 42, 44, 45, 47, 48, 50, 51, 53, 56, 58, 59, 60, 63, 64, 65, 66).

Skor yang diberikan bergerak dari angka nol sampai satu, dengan perincian

pertanyaan yang favorabel pada jawaban YA = 1 dan jawaban TIDAK = 1.

Pertanyaan yang unfavorabel pada jawaban YA = 0 dan jawaban TIDAK = 1.

4. Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)

Page 45: asd

33

Untuk mengetahui tingkat depresi pada responden. Skala BDI merupakan

skala pengukuran interval yang mengevaluasi 21 gejala depresi, 15 di antaranya

menggambarkan emosi, 4 perubahan sikap, 6 gejala somatik. 21 item tersebut

menggambarkan kesedihan, pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa

bersalah, harapan akan hukuman, membenci diri, menangis, iritabilitas,

penarikan diri dari masyarakat, tidak dapat mengambil keputusan, perubahan

bentuk tubuh, masalah bekerja, kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan,

preokupasi somatik, dan penurunan libido (Extrema dan Fernάndez, 2006).

Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin (0-3) dan nilainya

ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63.

I. Cara Kerja

1. Tiap mahasiswa tingkat I diberi tiga macam kuesioner (Skala L-MMPI, Skala

BDI, dan Skala Ekstrovert-Introvert) secara bersamaan beserta isian data

pribadi. Setiap skala diminta untuk diisi secara lengkap sesuai petunjuk.

2. Skala L-MMPI dihitung terlebih dahulu. Skala ini berisi 15 butir pernyataan

untuk dijawab responden dan dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya bila

jawaban ”tidak” berjumlah kurang dari 10. Responden diikutsertakan jika

memenuhi syarat.

3. Kemudian Skala Ekstrovert-Introvert dihitung. Kecenderungan tipe introvert

jika subyek memperoleh skor 0-29, kecenderungan tipe ekstrovert jika subyek

memperoleh skor 37-66, dan di antaranya merupakan kecenderungan tipe

Page 46: asd

34

ambivert jika subyek memperoleh skor 30-36, tapi dalam penelitian ini tidak

diikutsertakan.

4. Selanjutnya perhitungan Skala BDI. Setiap gejala dirangking dalam skala

intensitas 4 poin (0-3) dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari

0-63, nilai yang lebih tinggi mewakili depresi yang lebih berat.

5. Setelah diperoleh skor, dilakukan uji statistik uji t dan akan diolah dengan

Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows.

J. Teknik dan Analisis Data

Untuk menguji perbedaan tingkat depresi berdasarkan tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert adalah dengan menggunakan uji statistik uji t dan akan

diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows.

Page 47: asd

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Sampel

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011 di Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Subyek penelitian adalah mahasiswa tingkat

I Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada penelitian ini

didapat total sampel sebanyak 120 mahasiswa. Dari 120 mahasiswa tersebut,

mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 66 mahasiswa (55

%), mahasiswa yang gugur sebanyak 28 mahasiswa (23.33 %) dan sisanya 26

mahasiswa (21.67 %) yang tidak mengembalikan kuesioner. 28 sampel gugur

dikarenakan 4 mahasiswa tidak lolos tes kejujuran (L-MMPI), 2 mahasiswa

termasuk dalam kategori obesitas, 3 mahasiswa mempunyai riwayat sakit berat

atau sedang menjalani pengobatan, 2 mahasiswa yang dalam 2 minggu terakhir

terdapat anggota keluarga yang meninggal serta 17 mahasiswa yang memiliki hasil

tes kepribadian ambivert.

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Karakteristik Frekuensi Persen (%)

Umur Ekstrovert Introvert

16 tahun 0 1 1.52

17 tahun 5 4 13.64

18 tahun 16 14 45.45

19 tahun 9 14 34.84

35

Page 48: asd

36

20 tahun 1 1 3.03

21 tahun 0 1 1.52

Jenis Kelamin

Perempuan 22 18 60.61

Laki-laki 9 17 39.39

Sumber : Data primer 2011

Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa dengan rentang

usia 16-21 tahun agar sampel lebih homogen sehingga hasil penelitian lebih valid.

Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel yang ekstrovert berumur 17 tahun sebanyak 5

orang, 18 tahun 16 orang, 19 tahun 9 orang dan 20 tahun 1 orang. Tidak

didapatkan sampel yang berumur 16 tahun dan 21 tahun pada sampel ekstrovert.

Pada sampel yang introvert berumur 16 tahun sebanyak 1 orang, 17 tahun 4 orang,

18 tahun 14 orang, 19 tahun 14 orang, 20 tahun 1 orang dan 21 tahun 1 orang.

Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sampel dengan jenis kelamin perempuan 40

orang dan sampel dengan jenis kelamin laki-laki 26 orang. Hal ini menunjukkan

bahwa sampel dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Depresi

Jumlah Persen % Tingkat Depresi

Ekstrovert Introvert Total Ekstrovert Introvert Total

Tidak ada depresi

skor 0-9 25 20 45 80.65 57.14 68.18

Depresi ringan

skor 10-18 6 12 18 19.35 34.29 27.27

Page 49: asd

37

Depresi sedang

skor 19-29 0 3 3 0 8.57 4.55

Depresi berat

skor 30-63 0 0 0 0 0 0

Jumlah 31 35 66 46.97 53.03 100

Sumber: Data primer 2011

Pada tabel 2 dapat digambarkan tingkat depresi pada tipe kepribadian

ekstrovert dan introvert. Untuk tipe kepribadian ekstrovert tidak didapatkan

depresi berat maupun depresi sedang, depresi ringan sebanyak 6 orang (19.35 %),

dan tidak ada depresi sebanyak 25 orang (80.65 %). Untuk tipe kepribadian

introvert tidak didapatkan depresi berat, depresi sedang sebanyak 3 orang (8.57

%), depresi ringan sebanyak 12 orang (34.29 %) dan tidak ada depresi sebanyak

20 orang (57.14 %).

B. Analisis Statistika

Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji t-

independent yang merupakan uji parametrik dengan program SPSS 17.00 for

windows. Uji ini digunakan bila skor kedua kelompok tidak berhubungan satu

sama lain. Adapun syarat uji t-independent adalah data berskala numerik,

terdistribusi secara normal, dan variansi kedua kelompok dapat sama atau berbeda

(untuk 2 kelompok). Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak,

maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal

Page 50: asd

38

jika didapatkan nilai p > 0.05 pada masing-masing kelompok tersebut. Uji

normalitas yang dilakukan pada masing-masing sebaran data dapat dilakukan

dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas

dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam

penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-

Smirnov dilakukan jika sampel lebih dari 50 sampel (Dahlan, 2005).

Tabel 3.Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Kolmogorov Smirnov

Sumber : Data primer 2011

Data Nilai p Keterangan

Ekstrovert

Introvert

0.200

0.200

Distribusi normal

Distribusi normal

Pada uji normalitas penyebaran data dengan Kolmogorov-Smirnov, skor

ekstrovert mempunyai nilai p = 0.200 dan introvert p = 0.200. Karena nilai p >

0.05, dapat disimpulkan bahwa distribusi skor ekstrovert dan introvert terdistribusi

normal sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan dengan uji t.

Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji T

Tipe

Kepribadian n Mean SD t p

Ekstrovert 31 6.13 4.31

Introvert 35 8.94 6.77 2.04 0.046

Sumber : Data primer 2011

Pada tabel 4, hasil data dianalisis dengan uji statistik uji t dengan

menggunakan program SPSS 17.0 for windows untuk mengetahui perbedaan

Page 51: asd

39

tingkat depresi. Dari uji statistik didapatkan nilai kemaknaan (p) sebesar 0.046 (p

< 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi yang

secara statistik signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian

introvert.

Gambar 3. Gambar Boxplot Perbedaan Rata-Rata Tingkat Depresi

Gambar boxplot di atas menunjukkan dengan lebih jelas perbedaan tingkat

depresi berdasarkan tipe kepribadian. Gambar tersebut memberikan informasi

bahwa mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat depresi lebih

tinggi daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dengan rata-rata

skor depresi pada introvert 8.94 dan ekstrovert 6.13.

Page 52: asd

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011 dengan memberikan

kuesioner kepada 120 mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Dari 120 mahasiswa tersebut yang memenuhi kriteria penelitian

sebanyak 66 mahasiswa. 66 mahasiswa ini terbagi menjadi 31 mahasiswa dengan tipe

kepribadian ekstrovert dan 35 mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert.

Sesuai dengan analisis perhitungan statistik yang telah dikemukakan,

didapatkan adanya perbedaan tingkat depresi antara tipe kepribadian ekstrovert dan

introvert. Hasilnya adalah tingkat depresi pada tipe kepribadian introvert lebih tinggi

daripada tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya

yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi antara tipe kepribadian

ekstrovert dan tipe kepribadian introvert.

Perbedaan tingkat depresi pada kedua tipe kepribadian tersebut dapat

dikarenakan beberapa faktor, yaitu:

1. Orang yang introvert terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di

dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam, pikiran, perasaan,

serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Sebaliknya,

pada orang yang ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia

di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar, pikiran, perasaan, serta

tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial

40

Page 53: asd

41

maupun lingkungan non sosial.

2. Orang yang introvert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan

gejala-gejala ketakutan dan depresi yang ditandai oleh kecenderungan obsesi

mudah tersinggung sedangkan pada orang yang ekstrovert memperlihatkan

kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris yang ditandai oleh

kecenderungan emosi yang meluap-luap.

3. Orang yang introvert memiliki kendali diri yang buruk. Ketika mengalami trauma,

otak tidak terlalu sigap melindungi diri dan berdiam diri. Sebaliknya, pada orang

yang ekstrovert memiliki kendali diri yang kuat. Ketika dihadapkan pada

rangsangan-rangsangan traumatik, otak ekstrovert akan menahan diri.

Dari perhitungan skor BDI didapat nilai rata-rata skor depresi sampel dengan

tipe kepribadian ekstrovert adalah sebesar 6.13 dan skor depresi sampel dengan tipe

kepribadian introvert sebesar 8.94 dengan nilai p = 0.046 (p < 0.05). Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa skor depresi mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert

lebih tinggi bila dibandingkan mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hawari (2008), orang yang lebih rentan

(berisiko tinggi) depresi biasanya mempunyai corak kepribadian depresif, yang ciri-

cirinya antara lain: pemurung, pemalu, tidak percaya diri, tidak banyak bicara, tidak

suka dan tidak mudah bergaul, mudah merasa bersalah, mudah tersinggung, mudah

mengalah, mudah sedih, mudah tegang, agitasi, sering mengeluh, tidak bersemangat,

pesimis, sering merasa cemas, khawatir, dan takut. Corak kepribadian depresif

tersebut cenderung menyerupai sifat-sifat pada tipe kepribadian introvert.

Page 54: asd

42

Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian

sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2002) meneliti tentang

hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan toleransi terhadap

stres. Dari penelitian tersebut didapatkan orang yang bertipe kepribadian ekstrovert

lebih toleran terhadap stres dibandingkan orang yang bertipe kepribadian introvert.

Hal ini menunjukkan bahwa orang yang bertipe kepribadian ekstrovert lebih mudah

menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi sehingga orang yang bertipe kepribadian

ekstrovert lebih toleran terhadap stres daripada introvert.

Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

penulis, yaitu terdapat perbedaan tingkat depresi yang secara statistik signifikan pada

tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert.

Penelitian ini mempunyai kelemahan dalam hal lokasi cakupan yang terlalu

sempit dan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat merancukan hasil penelitian

yang digolongkan dalam variabel luar tidak terkendali seperti lingkungan sosial,

ekonomi dan budaya.

Page 55: asd

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan tingkat depresi yang secara statistik signifikan antara

mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan mahasiswa dengan tipe

kepribadian introvert (p = 0.046). Tingkat depresi pada mahasiswa dengan tipe

kepribadian introvert lebih tinggi daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian

ekstrovert.

B. Saran

1. Pada mahasiswa, khususnya mahasiswa tingkat I, yang memiliki tipe

kepribadian introvert sebaiknya lebih membuka diri terhadap dunia luar

sehingga tidak mudah mengalami depresi.

2. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi praktisi, khususnya di bidang psikiatri,

psikologi serta konseling, dalam penanganan kasus-kasus depresi berdasarkan

tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lokasi cakupan penelitian yang

lebih luas, termasuk juga dilakukannya analisis terhadap variabel-variabel

perancu lain, dengan harapan semakin memperkuat simpulan dan semakin

memperkecil bias.

43