asd
DESCRIPTION
asdasTRANSCRIPT
![Page 1: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/1.jpg)
PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI BERDASARKAN TIPE
KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA MAHASISWA
TINGKAT I FAKULTAS KEDOKTERAN UNS
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Wella Manovia
G0008244
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
![Page 2: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/2.jpg)
ABSTRACT
Wella Manovia, G0008244, 2011. The Difference of Depression Level Based on Extrovert and Introvert Personality Types at First Grade of Medical Faculty’s Student in UNS (Sebelas Maret University).
Objectives: One of the differences between someone with extrovert and introvert personality types is about handling environmental stressor in daily life. If the stressor in not resolved then it becomes depression. This research aims to know the difference of depression level based on extrovert and introvert personality types at first grade of medical faculty’s student in UNS.
Methods: This was an analytic observational research with cross sectional approach. The subjects is at first grade of medical faculty’s student in UNS. The sampling technique using purposive sampling. The research data obtained by three different questionaire, the L-MMPI questionnaire, Eysenck and Wilson personality types questionaire, and Beck Depression Inventory questionnaire (BDI). Statitical analysis using T-test.
Results: Of the totals 66 number of samples consisted of 31 students with extrovert personality type and 35 students with introvert personality type. The student with extrovert personality type is obtained on average depression score of 6.13 and SD 4.31. The student with an introvert personality type is obtained on average depression score of 8.94 and SD 6.77. The difference in level of depression between students with extrovert and introvert personality types generate significant value (p = 0.046).
Conclusion: There are differences in level of depression were statistically significant between students with extrovert personality type and students with introvert personality type (p = 0.046). Depression level for students with introvert personality type is higher than the students with extrovert personality type.
Key words : extrovert, introvert, depression.
v
![Page 3: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/3.jpg)
ABSTRAK
Wella Manovia, G0008244, 2011. Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas Kedokteran UNS.
Tujuan: Salah satu perbedaan antara seseorang dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert adalah dalam hal menangani stresor lingkungan yang dialami sehari-hari. Apabila stresor tersebut tidak teratasi maka dapat menjadi depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat depresi berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran UNS.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran UNS. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data penelitian diperoleh dari tiga macam kuesioner, yaitu kuesioner L-MMPI, kuesioner tipe kepribadian Eysenck dan Wilson, dan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI). Analisis statistik menggunakan uji T .
Hasil: Dari total 66 jumlah sampel terdiri atas 31 mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan 35 mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert. Pada mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert didapatkan rata-rata skor depresi sebesar 6.13 dan SD sebesar 4.31. Pada mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert didapatkan rata-rata skor depresi sebesar 8.94 dan SD sebesar 6.77. Perbedaan tingkat depresi antara mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert menghasilkan nilai signifikansi (p = 0.046).
Simpulan: Terdapat perbedaan tingkat depresi yang secara statistik signifikan antara mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert (p = 0.046). Tingkat depresi pada mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert lebih tinggi daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert.
Kata kunci : ekstrovert, introvert, depresi
iv
![Page 4: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/4.jpg)
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe
Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas
Kedokteran UNS
Wella Manovia, G0008244, Tahun 2011
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari , Tanggal 2011
Pembimbing Utama Penguji Utama
H. A. Djoko Suwito, dr., Sp. KJ IGB. Indro Nugroho, dr., Sp. KJ
NIP. 19580223198511 1 00 1 NIP. 19731003200501 1 001
Pembimbing Pendamping Anggota Penguji
Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD Yoseph Indrayanto, dr., M.S., Sp.And., S.H.
NIP. 132125727 NIP. 19560815198403 1 001
Tim Skripsi
Annang Giri Muelyo, dr., Sp. A, M. Kes
NIP: 19730410200501 1 001
ii
![Page 5: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/5.jpg)
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan Judul : Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe
Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas
Kedokteran UNS
Wella Manovia, NIM: G0008244, Tahun: 2011
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 16 Juni 2011
Pembimbing Utama
Nama : H. A. Djoko Suwito, dr., Sp. KJ
NIP : 19580223198511 1 00 1 ( _________________ )
Pembimbing Pendamping
Nama : Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD
NIP : 132125727 ( _________________ )
Penguji Utama
Nama : IGB. Indro Nugroho, dr., Sp. KJ
NIP : 19731003200501 1 001 ( _________________ )
Anggota Penguji
Nama : Yoseph Indrayanto, dr., M.S., Sp.And., S.H.
NIP : 19560815198403 1 001 ( _________________ )
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM
NIP: 19660702 199802 2 001 NIP: 19510601 197903 1 002
ii
![Page 6: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/6.jpg)
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 9 Juni 2011
Nama: Wella Manovia
NIM. G0008244
iii
![Page 7: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/7.jpg)
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan ridho-Nya skripsi dengan judul “Perbedaan Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Tingkat I Fakultas Kedokteran UNS” dapat terselesaikan.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Prof. Dr. dr. Zainal Arifin Adnan, Sp. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
2. H. A. Djoko Suwito, dr., Sp. KJ selaku pembimbing utama atas segala bimbingan, masukan, dan jalan keluar dari permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr., MPH, MSc, PhD selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan dan masukan mulai dari awal penyusunan hingga akhir penelitian skripsi ini.
4. IGB. Indro Nugroho, dr., Sp. KJ selaku penguji utama atas segala masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.
5. Yoseph Indrayanto, dr., M.S., Sp. And., S.H. selaku anggota penguji atas masukan dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.
6. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua Tim Skripsi beserta Staf Bagian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
7. Dr. H. Suhatman, MARS, Dra. Hj. Noverlis, Dr. Fatah Manovito, Drg. Vina Manovita, Doni Lisarman, S. T, Dr. Ririn Febrina, M. Haikal Davin, Iwana Aqillah F. M., serta seluruh keluarga tercinta yang telah memberi dukungan dan selalu mendoakan untuk terselesaikannya skripsi ini.
8. Semua sahabat-sahabat tersayang yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, Adelia Kartikasari, Della Kusumaning P., Dewi Ayu A. P., Hida Fitriana R. P., Nurotus Saniyah.
9. Teman-teman angkatan 2010 yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 9 Juni 2011
Wella Manovia
vi
![Page 8: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/8.jpg)
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka................................................................................. 6
B. Kerangka Pemikiran........................................................................... 26
C. Hipotesis............................................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 28
A. Jenis Penelitian................................................................................... 28
B. Lokasi Penelitian................................................................................ 28
C. Subyek Penelitian............................................................................... 28
D. Teknik Sampling................................................................................. 28
E. Rancangan Penelitian......................................................................... 30
vii
![Page 9: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/9.jpg)
F. Variabel Penelitian............................................................................. 30
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................... 31
H. Instrumen Penelitian........................................................................... 32
I. Cara Kerja........................................................................................... 33
J. Teknik Analisis Data.......................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 35
A. Deskripsi Sampel ............................................................................... 35
B. Analisis Statistika .............................................................................. 37
BAB V PEMBAHASAN..................................................................................... 40
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 43
A. Simpulan ............................................................................................ 43
B. Saran .................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 44
LAMPIRAN
viii
![Page 10: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin...................... 35
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Depresi.................................... 36
Tabel 3. Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Kolmogorov Smirnov............38
Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji T........................................................... 38
ix
![Page 11: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ..........................................................................26
Gambar 2. Rancangan Penelitian.........................................................................30
Gambar 3. Gambar Boxplot Perbedaan Rata-Rata Tingkat Depresi ...................39
x
![Page 12: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/12.jpg)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kedokteran
Lampiran 2. Data Pribadi Responden dan Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner L-MMPI
Lampiran 4. Kuesioner Tipe Kepribadian Eysenck dan Wilson
Lampiran 5. Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
Lampiran 6. Data Mentah Hasil Penelitian
Lampiran 7. Uji Normalitas Data dan Uji Analisis Data
![Page 13: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini
sangat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan
ini sangat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang sedang
membangun. Menurut World Health Organization (WHO), 17% pasien-pasien
yang berobat ke dokter adalah pasien dengan depresi dan selanjutnya diperkirakan
prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus
terjadi pada usia produktif, yaitu 20-50 tahun. Depresi berada pada urutan ke-4
penyakit di dunia dan merupakan penyebab utama tindakan bunuh diri sehingga di
Amerika Serikat menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian utama.
Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah pasien semakin meningkat dan menduduki
urutan ke-2 penyakit di dunia (Muchid dkk., 2007; Hawari, 2008).
Di Indonesia sendiri penelitian seberapa banyak pasien depresi belum ada.
Namun pengamatan dari waktu ke waktu kasus-kasus gangguan kejiwaan yang
tergolong depresi semakin bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah
kunjungan pasien yang berobat di pusat-pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga
yang berobat ke dokter (psikiater). Selain itu, kenaikan jumlah pasien depresi
dapat dilihat dari kenaikan obat-obat psikofarmaka (obat antidepresi) yang
diresepkan oleh para dokter (Hawari, 2008).
1
![Page 14: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/14.jpg)
2
Depresi adalah suatu peristiwa yang sering dijumpai sehari-hari. Setiap
orang pasti pernah merasa sedih, lesu, lelah, kecewa, dan tidak tertarik pada
kegiatan apapun sekalipun kegiatan itu menyenangkan. Boleh dikatakan hampir
setiap manusia pernah menderita depresi sampai tingkat tertentu (Atkinson dkk.,
2005). Mahasiswapun cenderung rentan terhadap depresi, terutama pada
mahasiswa baru. Problem mahasiswa baru dapat berupa perbedaan nilai, adat
istiadat, dan sikap antara lingkungan SMA dan perguruan tinggi serta penerimaan
tanggung jawab untuk menentukan kehidupan sendiri. Di mana tidak semuanya
siap menerima penghentian status ketergantungan dan juga persaingan akademik
yang lebih ketat (Maramis, 2005).
Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila yang
bersangkutan tidak mampu menanggulangi stresor psikososial yang dialaminya.
Selain itu, ada juga orang yang lebih rentan (vulnerable) jatuh dalam keadaan
depresi dibandingkan dengan orang lainnya (Hawari, 2008). Depresi dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu, salah satunya adalah faktor kepribadian (Kaplan dan
Saddock, 2010). Jung dalam Suryabrata (2007) berpendapat bahwa kepribadian
manusia berdasarkan sifat jiwanya, dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu
ekstrovert dan introvert.
Individu ekstrovert dikenal sebagai seorang yang dipengaruhi oleh dunia
obyektif, lincah, bersemangat, banyak bicara, bebas dari kekhawatiran, tidak
mudah malu, tidak canggung, banyak teman, ramah tamah, cepat akrab, mudah
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, terus terang, impulsif atau semaunya
![Page 15: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/15.jpg)
3
sendiri, aktif, dan optimis (Irwanto dkk., 1994; Budiharjo, 1997; Sobur, 2003).
Sedangkan individu introvert biasanya dikenal sebagai sebagai seorang yang
lebih dipengaruhi oleh perasaan subyektif, tenang, murung, tidak banyak bicara,
cenderung atau sering diliputi kekhawatiran, mudah malu, canggung, sedikit
teman, tidak mudah dan tidak suka bergaul, ragu-ragu, defensif, tertutup, lebih
bertanggungjawab, pasif, dan pesimis (Irwanto dkk., 1994; Budiharjo, 1997;
Sobur, 2003).
Eysenck dalam Suryabrata (2007) menyatakan bahwa orang yang ekstrovert
memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris yang
ditandai oleh kecenderungan emosi yang meluap-luap sedangkan orang yang
introvert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala
ketakutan dan depresi yang ditandai oleh kecenderungan obsesi mudah
tersinggung.
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2002) yang berjudul Hubungan
antara Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert dengan Toleransi terhadap Stres
menyatakan bahwa orang yang bertipe kepribadian ekstrovert lebih toleran
terhadap stres dibandingkan orang yang bertipe kepribadian introvert. Oleh karena
itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut, tetapi penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis berbeda pada variabel tergantung yang digunakan, yaitu
tingkat depresi.
Berdasarkan hal di atas, didukung pula dengan semakin meningkatnya
kasus-kasus depresi khususnya di Indonesia dan keterkaitan hal tersebut dengan
![Page 16: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/16.jpg)
4
faktor kepribadian, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Perbedaan
Tingkat Depresi Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada
Mahasiswa Tingkat I Fakultas Kedokteran UNS. Hal ini erat kaitannya dengan
penyesuaian diri pada banyak perubahan antara SMA dan perguruan tinggi
sehingga mempengaruhi produktivitas belajar mahasiswa tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian: Adakah perbedaan tingkat depresi berdasarkan tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa tingkat I Fakultas
Kedokteran UNS?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat depresi
berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada mahasiswa tingkat I
Fakultas Kedokteran UNS.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wawasan
psikiatri tentang perbedaan tingkat depresi berdasarkan tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert.
![Page 17: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/17.jpg)
5
2. Manfaat praktis
Bagi praktisi, khususnya di bidang psikiatri, psikologi serta konseling,
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penanganan kasus-
kasus depresi berdasarkan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
![Page 18: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/18.jpg)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Depresi
a. Definisi Depresi
Pengertian depresi sudah ada sejak Hipocrates (460-337 SM). Waktu
itu disebut melancholy, yang digambarkan sebagai pengurungan atau
kesedihan karena kelebihan cairan empedu. Baru pada tahun 1905 istilah
melancholy diganti dengan depresi oleh Meyer dengan alasan etiologi yang
lebih luas (Ardjana, 2007).
Depresi adalah gangguan afek atau emosi dengan komponen
psikologik berupa rasa sedih, susah, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak
ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis, dan komponen somatik,
misalnya anoreksia, konstipasi, kulit lembab (dingin), dan tekanan darah
serta nadi menurun (Maramis, 2005).
Menurut Hawari (2008), depresi adalah gangguan alam perasaan hati
(mood) yang ditandai oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan
berkelanjutan sampai hilangnya gairah hidup, tidak mengalami gangguan
menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA masih baik), kepribadian tetap
utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi
dalam batas-batas normal.
6
![Page 19: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/19.jpg)
7
Beberapa teori tentang depresi yang telah dikemukan oleh beberapa
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan perasaan
(suasana hati/mood) yang dialami oleh individu ditandai individu tersebut
merasa tidak bahagia, tidak berguna, putus asa sampai hilangnya gairah
hidup dan hal ini dapat berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.
Depresi dikatakan normal apabila terjadi dalam situasi tertentu,
bersifat ringan dan dalam waktu yang singkat. Bila depresi tersebut terjadi di
luar kewajaran dan berlanjut maka depresi tersebut dianggap abnormal
(Atkinson dkk., 2005).
b. Epidemiologi Depresi
Menurut WHO, 17% pasien-pasien yang berobat ke dokter adalah
pasien dengan depresi dan selanjutnya diperkirakan prevalensi depresi pada
populasi masyarakat dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia
produktif, yaitu 20-50 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
depresi lebih sering pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 2:1.
Prevalensinya selama kehidupan pada wanita 10-25% dan pada pria 12%
dan terdapat peningkatan pada remaja dan dewasa muda. Depresi berada
pada urutan ke-4 penyakit di dunia dan merupakan penyebab utama tindakan
bunuh diri sehingga di Amerika Serikat menduduki urutan ke-6 dari
penyebab kematian utama. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah pasien
semakin meningkat dan menduduki urutan ke-2 penyakit di dunia (Tomb,
2003; Muchid dkk, 2007; Hawari, 2008).
![Page 20: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/20.jpg)
8
c. Etiologi Depresi
Faktor penyebab depresi dapat dibagi menjadi faktor biologis, genetik,
dan psikososial (Ardjana, 2007; Kaplan dan Saddock, 2010).
1) Faktor biologis
a) Faktor neurotransmiter
Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua
neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan
mood.
(1) Norepinefrin
Hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar
antara turunnya regulasi reseptor β-adrenergik dan respon
antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem
noradrenergik dalam depresi.
(2) Serotonin
Dengan diketahuinya efek Spesific Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI), contoh: fluoxetin dalam pengobatan depresi,
menjadikan serotonin neurotransmitter biogenik amin yang paling
sering dihubungkan dengan depresi.
(3) Dopamin
Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah biogenik amin
yang paling sering dihubungkan dengan patofisiologi depresi,
dopamin juga diperkirakan memiliki peranan dalam depresi.
![Page 21: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/21.jpg)
9
(4) Faktor neurokimia lainnya: GABA dan neuroaktif peptida (terutama
vasopresin dan opiat endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi
gangguan mood.
(Ardjana, 2007; Kaplan dan Saddock, 2010)
b) Faktor neuroendokrin
Hipothalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan
menerima rangsangan neuronal yang menggunakan neurotransmitter
biogenik amin. Bermacam-macam disregulasi endokrin dijumpai pada
pasien gangguan mood (Ardjana, 2007; Kaplan dan Saddock, 2010).
2) Faktor genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetik. Individu yang memiliki
anggota keluarga dengan gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih
tinggi terkena depresi (Kaplan dan Saddock, 2010). Pada penelitian
terhadap anak kembar dengan gangguan depresi berat, angka kesesuaian
pada kembar monozigot 53-69% sedangkan dizigot 19% (Ardjana, 2007).
3) Faktor psikososial
a) Peristiwa hidup dan stres lingkungan
Lingkungan selalu membuat seseorang harus memenuhi tuntutan
dan tantangan, yang karenanya merupakan sumber depresi yang
potensial. Lingkungan yang paling dekat dan sangat mudah
mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang adalah keluarga dan
![Page 22: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/22.jpg)
10
masyarakat (Kaplan dan Saddock, 2010). Lingkungan lebih
berpengaruh terhadap derajat depresi dibandingkan faktor genetik
(Harriet dkk., 2009).
b) Faktor kepribadian
Semua manusia dengan pola kepribadian apapun dapat
mengalami depresi apabila tidak mampu menanggulangi stresor
psikososial yang dialaminya. Namun orang dengan kepribadian
tertentu, seperti obsesif kompulsif, histrionik, dan borderline memiliki
risiko yang lebih besar mengalami depresi (Kaplan dan Saddock,
2010).
d. Gejala Depresi
Seseorang dengan gejala depresi tidak selalu mengalami gangguan
depresi, karena gejala depresi dapat terjadi pada siapapun termasuk orang-
orang yang tidak dapat didiagnosis menderita gangguan depresi. Amir
(2005) mengemukakan bahwa ada beberapa tanda dan gejala depresi, yaitu:
1) Gambaran emosi
a) Mood depresi, sedih atau murung.
b) Iritabilitas dan ansietas.
c) Ikatan emosi berkurang.
d) Menarik diri dari hubungan interpersonal.
e) Preokupasi dengan kematian.
f) Ide-ide bunuh diri atau bunuh diri.
![Page 23: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/23.jpg)
11
2) Gambaran kognitif
a) Kritik keras pada diri sendiri, perasaan tak berharga, rasa bersalah.
b) Pesimis, tak ada harapan, putus asa.
c) Bingung, konsentrasi buruk.
d) Tak pasti dan ragu-ragu.
e) Keluhan somatik.
f) Gangguan memori.
g) Ide-ide mirip waham.
3) Gambaran vegetatif
a) Lesu dan tidak ada tenaga.
b) Tidak dapat tidur atau banyak tidur.
c) Tidak mau makan atau banyak makan.
d) Penurunan berat badan atau penambahan berat badan.
e) Libido terganggu.
4) Psikomotorik
a) Agitasi psikomotorik (gelisah).
b) Retardasi psikomotorik (lemah tak berdaya).
e. Diagnosis dan Skrining Depresi
Diagnosis dan skrining depresi dapat dilakukan dengan melakukan
beberapa instrumen di bawah ini (Durdan dan Barlow, 2003; Ardjana, 2007;
Kaplan dan Saddock, 2010):
1) Skala penilaian depresi antara lain Beck Depression Inventory (BDI),
![Page 24: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/24.jpg)
12
Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD), Montgomery-Asberg
Depression Rating Scale yang digunakan sebagai alat skrining/alat
penunjang.
2) International Statistical Classification of Diseases and Related Health
Problems 10th/ICD-10.
3) Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 4th/DSM-IV.
4) Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia Edisi
III/PPDGJ-III.
Menurut PPDGJ-III (Maslim, 2001), diagnosis dan derajat depresi
berdasarkan:
1) Gejala utama
a) Afek depresif.
b) Kehilangan minat dan kegembiraan.
c) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan hipoaktivitas.
2) Gejala lainnya
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang.
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimis.
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu.
![Page 25: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/25.jpg)
13
g) Nafsu makan terganggu.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan depresi
diperlukan masa sekurang-kurangnya dua minggu untuk penegakan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala
luar biasa berat dan berlangsung cepat. Kategori berikut digunakan untuk
episode depresif tunggal/yang pertama (Maslim, 2001):
1) Episode depresi ringan
a) Sedikitnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi.
b) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya.
c) Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya.
d) Lamanya episode berlangsung sedikitnya 2 minggu.
e) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
dilakukannya.
2) Episode depresif sedang
a) Sedikitnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi.
b) Ditambah sedikitnya 3-4 dari gejala lainnya.
c) Lamanya episode berlangsung sedikitnya 2 minggu.
d) Kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan
urusan rumah tangga.
3) Episode depresif berat
a) Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
b) Ditambah sedikitnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa di
![Page 26: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/26.jpg)
14
antaranya harus berintensitas berat.
c) Bila ada gejala (misalnya agitasi atau retardasi psikomotorik) yang
mencolok, pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu
melaporkan banyak gejalanya secara rinci, maka episode depresif
berat masih dapat dibenarkan.
d) Lama sedikitnya 2 minggu, jika gejala amat berat dan beronset
sangat cepat, masih dibenarkan menegakkan diagnosis kurang dari
2 minggu.
e) Sangat tidak mungkin mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, dan urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
2. Kepribadian
a. Definisi Kepribadian
Tidak jarang istilah kepribadian (personality), watak (character), dan
tabiat (temperament), dipakai secara campur aduk atau bergantian.
Sebaiknya diadakan perbedaan antara ketiga istilah tersebut (Maramis,
2005).
Berdasarkan arti katanya, kepribadian berasal dari bahasa Yunani
persona yang berarti topeng (mask), karena pengertian kepribadian secara
umum dianggap berkaitan dengan penampilan (Sobur, 2003).
Watak ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang
![Page 27: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/27.jpg)
15
menggerakkan kemauan sehingga orang itu bertindak sedangkan tabiat ialah
kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badaniah (Maramis, 2005).
Kepribadian merupakan sesuatu yang sangat rumit dan kompleks,
sehingga tidak mudah dalam mendefinisikannya. Menurut Pervin dan John
(2000) kepribadian merupakan penentu karakteristik dari seseorang yang
menentukan bagaimana dirinya merasa berfikir dan bertingkah laku.
Berbagai pendekatan dapat digunakan dalam penelaahan kepribadian,
seperti pendekatan faktor yang memandang kepribadian terdiri atas
kumpulan trait dan type, ada pula pendekatan psikoanalisis yang
mendeskripsikan mengenai struktur serta sistem kepribadian, pendekatan
yang bersifat eksperimental-korelasional, serta pendekatan yang
menekankan peramalan tingkah laku spesifik (Corsini dalam Abidin dan
Suyasa, 2003).
Pembahasan pakar psikologi tentang kepribadian terutama menyangkut
karakteristik yang membedakan satu individu dari individu yang lain.
Kepribadian didefinisikan sebagai pola perilaku dan cara berfikir yang khas,
yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Khas
di sini menyiratkan adanya konsistensi perilaku bahwa orang cenderung
untuk bertindak atau berfikir dengan cara tertentu dalam berbagai situasi
(Atkinson dkk., 2005).
Menurut Allport dalam Chaplin (2004), kepribadian adalah organisasi
dinamis di dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang
![Page 28: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/28.jpg)
16
menentukan tingkat laku dan pikirannya secara karakteristik. Kata dinamis
menunjukkan bahwa kepribadian bisa berubah-ubah dan antara berbagai
komponen kepribadian (yaitu sistem-sistem psikofisik) terdapat hubungan
yang erat. Hubungan-hubungan itu terorganisir sedemikian rupa sehingga
secara bersama-sama mempengaruhi pola perilakunya dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan (Atkinson dkk., 2005).
Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud
menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang
terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya
selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku (Sobur, 2003).
Kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun
dalam dirinya dan yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan
dirinya terhadap segala rangsang, baik yang datang dari lingkungannya
(dunia luar), maupun yang berasal dari dirinya sendiri (dunia dalam),
sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang
khas bagi manusia itu (Maramis, 2005).
Menurut PPDGJ-III, beberapa dari kondisi dan perilaku berkembang
sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil
interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup sedangkan yang
lainnya didapat (acquried) pada masa kehidupan selanjutnya (Maslim,
2001).
![Page 29: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/29.jpg)
17
Kepribadian menurut Eysenck dalam Suryabrata (2007) adalah
gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme
yang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Kepribadian awal
akan tumbuh melalui interaksi empat macam fungsional, yaitu sektor
kognitif (inteligensi), sektor konatif (karakter), sektor afektif (temperamen),
dan sektor somatis (konstitusi).
Pendekatan tipe kepribadian yang dikemukan Eysenck dilandasi oleh
penelitian ilmiah sehingga hasilnya lebih dapat dipertanggungjawabkan
dibandingkan pendekatan yang hanya menggunakan spekulasi atau intuisi
klinis untuk mengabsahkan asumsinya (Abidin dan Suyasa, 2003).
Kepribadian mempunyai banyak definisi yang disebabkan dalam
penyusunan teori, penelitian, dan pengukuran dari beberapa ahli.
Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates membagi kepribadian menjadi
empat kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi
dan memberikan pengaruh kepada individu tersebut. Empat cairan tubuh
tersebut meliputi: empedu kuning (choleris), empedu hitam (melancholis),
cairan lendir (flegmatis), dan darah (sanguinis). Sedangkan menurut
Shelldon dan Kretchmer kepribadian didasarkan pada bentuk tubuh, yaitu:
endomorf, mesomorf, dan ektomorf (Sobur, 2003).
Berdasarkan aspek psikologis, Jung membagi kepribadian menjadi
ekstrovert dan introvert. Sedangkan menurut Heymans membagi menjadi
emosialitet, aktivitet, dan sekunder (Sobur, 2003).
![Page 30: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/30.jpg)
18
Selain itu juga dikenal adanya kepribadian tipe A dan B yang
diperkenalkan pertama kali oleh Frieldman dan Ray Rosenman. Mereka
menyimpulkan bahwa orang yang mempunyai kepribadian tipe A sangat
kompetitif dan berorientasi pada prestasi, merasa memiliki perasaan
pentingnya waktu, sulit untuk bersantai dan menjadi tidak sabar dan marah
jika berhadapan dengan penundaan atau dengan orang yang dipandang tidak
kompeten. Sedangkan orang dengan kepribadian tipe B dapat santai tanpa
merasa bersalah dan bekerja tanpa tergesa-gesa, orang tersebut tidak
memiliki perasaan pentingnya waktu, marah dan benci jarang terjadi serta
kurang berorientasi pada prestasi (Atkinson dkk., 2005).
Pada penelitian ini, tipe kepribadian yang akan diteliti adalah tipe
kepribadian ekstrovert dan introvert.
2. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Tipologi membagi kepribadian yang normal menjadi kelompok-
kelompok tertentu dengan sifat-sifat tertentu pula. Namun sekarang mulai
banyak orang yang lebih suka menggambarkan kepribadian menurut sifat-
sifatnya. Tipologi terlalu kaku dan dalam praktek tidak ada orang yang
betul–betul ekstrovert murni atau introvert murni, kebanyakan terletak di
antaranya. Kata-kata tipologi dapat saja dipergunakan, tetapi dengan
pengertian bahwa tipe bukan golongan yang berbatas jelas, tetapi di
antaranya terdapat suatu kontinuitas (Maramis, 2005).
Eysenck membagi kepribadian menjadi beberapa dimensi atau tipe
![Page 31: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/31.jpg)
19
kepribadian. Dimensi pertama adalah dimensi E (Ekstroversion-Introversion)
yang berhubungan dengan situasi sosial. Sedangkan dimensi kedua adalah
dimensi N (Neurotic-Stable) yang berhubungan dengan pengendalian
kestabilan emosi seseorang. Dan dimensi ketiga adalah dimensi P
(Psychoticism) yang berhubungan dengan proses berpikir, berperasaan, dan
bertindak tanpa orientasi (Abidin dan Suyasa, 2003).
Jung dalam Suryabrata (2007) mengatakan bahwa sikap jiwa
merupakan arah dan energi psikis umum yang menjelma dalam bentuk
orientasi manusia terhadap dunianya, yaitu keluar individu (ekstrovert) dan
ke dalam individu (introvert). Tiap orang mengadakan orientasi terhadap
dunia sekitarnya, namum dalam caranya mengadakan orientasi itu orang
yang satu berbeda dari yang lainnya. Apabila orientasi itu sedemikian rupa
sehingga putusan-putusan dan tindakannya kebanyakan dan terutama tidak
dikuasai oleh pendapatan-pendapatan subyektivitasnya, maka individu
tersebut mempunyai orientasi ekstrovert. Dan jika orientasi itu menjadi
kebiasaan, maka individu tersebut mempunyai tipe ekstrovert. Sebaliknya
individu yang introvert, minatnya justru ke arah dari subyek itu sendiri.
Jung dalam Suryabrata (2007) membagi kepribadian manusia
berdasarkan sifat jiwanya menjadi dua tipe, yaitu ekstrovert dan introvert.
Keduanya mempunyai hubungan kompensatoris.
Individu ekstrovert dikenal sebagai seorang yang dipengaruhi oleh
dunia obyektif, lincah, bersemangat, banyak bicara, bebas dari kekhawatiran,
![Page 32: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/32.jpg)
20
tidak mudah malu, tidak canggung, banyak teman, ramah tamah, cepat
akrab, mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, terus terang,
impulsif atau semaunya sendiri, aktif, dan optimis (Irwanto dkk., 1994;
Budiharjo, 1997; Sobur, 2003).
Jung dalam Suryabrata (2007) berpendapat bahwa orang yang
ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar
dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar, pikiran, perasaan, serta
tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan non sosial. Orang yang ekstrovert bersikap positif
terhadap masyarakatnya, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan
orang lain lancar. Bahaya bagi tipe ekstrovert ini ialah apabila ikatan kepada
dunia luar itu terlampau kuat, sehingga dapat tenggelam di dalam dunia
obyektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subyektifnya sendiri.
Orang introvert biasanya dikenal sebagai sebagai seorang yang lebih
dipengaruhi oleh dunia subyektif, tenang, murung, tidak banyak bicara,
cenderung atau sering diliputi kekhawatiran, mudah malu, canggung, sedikit
teman, tidak mudah dan tidak suka bergaul, ragu-ragu, defensif, tertutup,
lebih bertanggungjawab, pasif, dan pesimis (Irwanto dkk., 1994; Budiharjo,
1997; Sobur, 2003).
Jung dalam Suryabrata (2007) berpendapat bahwa orang yang introvert
terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya
sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan, serta
![Page 33: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/33.jpg)
21
tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.
Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar
bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati
orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvert
ini ialah kalau jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, sehingga orang lepas
dari dunia obyektifnya.
Jung menegaskan bahwa tidak ada orang yang murni ekstrovert atau
introvert. Setiap orang memiliki kedua sifat ekstrovert dan introvert dalam
dirinya, dan kedua faktor tersebut mengandung variasi yang kompleks
(Budiharjo, 1997).
Eysenck dalam Suryabrata (2007) menyatakan bahwa orang yang
ekstrovert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-
gejala histeris yang ditandai oleh kecenderungan emosi yang meluap-luap
sedangkan orang yang introvert memperlihatkan kecenderungan untuk
mengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi yang ditandai oleh
kecenderungan obsesi mudah tersinggung.
Menurut Eysenck dalam Irwanto dkk. (1994), ekstrovert dan introvert
merupakan dua kutub dalam satu skala. Kebanyakan orang akan berada di
tengah-tengah skala itu, dan hanya sedikit orang yang benar-benar ekstrovert
maupun introvert.
Inventarisasi Kepribadian Eysenck (EPI/EPQ) dikembangkan oleh
Eysenck dan Wilson. Eysenck memperkenalkan konsep psikotokisme, yaitu
![Page 34: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/34.jpg)
22
suatu sifat kepribadian dasar yang ditemukan dalam berbagai derajat pada
semua orang. Skala kepribadian yang dinilai oleh diri sendiri ini mengukur
emosionalitas lawan stabilitas, ekstroversi lawan introversi, kekerasan hati,
kemampuan sosial, dan kecenderungan beberapa subyek untuk membuat
jawaban baik yang berpura-pura (Kaplan dan Saddock, 2010).
3. Hubungan Tingkat Depresi dengan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan
Introvert
Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila yang
bersangkutan tidak mampu menanggulangi stresor psikososial yang dialaminya.
Selain itu, ada juga orang yang lebih rentan (vulnerable) jatuh dalam keadaan
depresi dibandingkan dengan orang lainnya. Orang yang lebih rentan (berisiko
tinggi) biasanya mempunyai corak kepribadian depresif, yang ciri-cirinya
antara lain: pemurung, pemalu, tidak percaya diri, tidak banyak bicara, tidak
suka dan tidak mudah bergaul, mudah merasa bersalah, mudah tersinggung,
mudah mengalah, mudah sedih, mudah tegang, agitasi, sering mengeluh, tidak
bersemangat, pesimis, sering merasa cemas, khawatir, dan takut (Hawari,
2008). Corak kepribadian depresif di atas cenderung menyerupai tipe
kepribadian introvert.
Menurut Eysenck dalam Boeroee (2006) seseorang yang ekstrovert
memiliki kendali diri yang kuat. Ketika dihadapkan pada rangsangan-
rangsangan traumatik, otak ekstrovert akan menahan diri, artinya tidak akan
![Page 35: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/35.jpg)
23
terlalu memikirkan trauma yang dialami sehingga tidak akan terlalu teringat
dengan apa yang telah terjadi. Sebaliknya, orang introvert memiliki kendali diri
yang buruk. Ketika mengalami trauma, otak tidak terlalu sigap melindungi diri
dan berdiam diri, akan tetapi justru membesar-besarkan persoalan dan
mempelajari detail-detail kejadian, sehingga orang ini dapat mengingat apa
yang terjadi dengan sangat jelas.
Penelitian ini menggunakan salah satu dimensi tipe kepribadian menurut
Eysenck, yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Tipe kepribadian
ekstrovert adalah sikap seseorang yang memiliki kendali diri yang kuat
sedangkan tipe kepribadian introvert adalah sikap seseorang yang memiliki
kendali diri yang buruk.
4. Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)
Merupakan tes kepribadian yang banyak penggunaannya di dunia sejak
tahun 1942. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley
(psikiater) dari Universitas Minnesota, Mineapolis, USA sejak tahun 1930-an
(Butcher, 2005).
Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L dalam keseluruhan tes
MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran subyek
termasuk kesengajaan subyek dalam menjawab pertanyaan supaya dirinya
terlihat baik (Graham, 2005). Dalam skala ini dikemukan kesalahan-kesalahan
kecil yang terdapat pada setiap orang, yang baginya tidak ada alasan untuk
![Page 36: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/36.jpg)
24
menyembunyikannya. Bila pada kekurangan-kekurangan kecil ini orang tidak
mau jujur atau tidak mau mengakuinya, maka tampak adanya skor yang tinggi
(Hawari, 2009).
Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil yang
mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subyek penelitian. Tes
terdiri dari 15 soal dengan jawaban “ya” atau “tidak” atau “tidak menjawab”
dengan nilai batas skala adalah 10, artinya apabila responden mempunyai nilai
≥ 10 maka responden tersebut dinyatakan invalid.
5. Beck Depression Inventory (BDI)
Beck Depression Inventory (BDI) diperkenalkan pada tahun 1961 oleh A.
T. Beck, Ward, Mendelson, Mock, Erbaugh, direvisi pada tahun 1971 dan
dihakciptakan pada tahun 1978 (Groth, 2009). Beck Depression Inventory
merupakan gold standard skala penilaian diri, yang awalnya dikembangkan
untuk menilai keberhasilan dari analisis psikologi pada psikoterapi pasien
depresi. Skala ini dirancang untuk mengukur tingkat keparahan gejala depresi
pada subyek yang mengalami depresi saat penilaian tersebut (Baer dan Blais,
2010).
Skala BDI merupakan skala pengukuran interval yang mengevaluasi 21
gejala depresi, 15 di antaranya menggambarkan emosi, 4 perubahan sikap, 6
gejala somatik. 21 item tersebut menggambarkan kesedihan, pesimistik,
perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah, harapan akan hukuman,
![Page 37: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/37.jpg)
25
membenci diri, menangis, iritabilitas, penarikan diri dari masyarakat, tidak
dapat mengambil keputusan, perubahan bentuk tubuh, masalah bekerja,
kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan, preokupasi somatik, dan
penurunan libido (Extrema dan Fernάndez, 2006). Setiap gejala dirangking
dalam skala intensitas 4 poin (0-3) dan nilainya ditambahkan untuk memberi
total nilai dari 0-63. Batasan nilai untuk depresi, 0-9 mengindikasikan tidak ada
depresi, 10-18 untuk depresi ringan, 19-29 depresi sedang, dan 30-63
mengindikasikan adanya depresi berat.
![Page 38: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/38.jpg)
26
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tipe Kepribadian
Introvert
Kepribadian (Jung dalam Suryabrata, 2007)
Tipe Kepribadian
Ekstrovert
Tingkat Depresi Lebih Tinggi
Kendali diri yang kuat
(Eysenck dalam Boeroee, 2006)
Tingkat Depresi Lebih Rendah
a. Lebih dipengaruhi oleh perasaan subyektif
b. Tenang c. Murung d. Tidak banyak bicara e. Cenderung/sering diliputi
kekhawatiran f. Mudah malu g. Canggung h. Sedikit teman i. Tidak mudah dan tidak suka
bergaul j. Ragu-ragu k. Defensif l. Tertutup m. Lebih bertanggungjawab n. Pasif o. Pesimis
1. Dipengaruhi dunia obyektif 2. Lincah 3. Bersemangat 4. Banyak bicara 5. Bebas dari kekhawatiran 6. Tidak mudah malu 7. Tidak canggung 8. Banyak teman 9. Ramah tamah 10. Cepat akrab 11. Mudah menyesuaikan diri
dengan berbagai situasi 12. Terus terang 13. Impulsif 14. Aktif 15. Optimis
Faktor penyebab depresi:
1) Perubahan antara SMA dan perguruan tinggi
2) Penerimaan tanggung jawab
3) Persaingan akademik yang lebih ketat
B. Kerangka Pemikiran
Kendali diri yang buruk
(Eysenck dalam Boeroee, 2006)
![Page 39: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/39.jpg)
27
C. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka diajukan
hipotesis sebagai berikut: Terdapat perbedaan tingkat depresi antara tipe
kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert.
![Page 40: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/40.jpg)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik, yaitu penelitian yang
hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan
sampai taraf pengambilan simpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji
statistik untuk menganalisis data yang diperoleh (Arief, 2004). Yang dimaksud
dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan pengumpulan data
yang dinilai secara simultan pada satu saat, sehingga dalam studi ini tidak ada
follow up (Pratiknya, 2001).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
C. Subyek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
D. Teknik Sampling
Sampel diambil dari populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi,
28
![Page 41: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/41.jpg)
29
kemudian diambil dengan purposive sampling. Besar sampel menurut patokan
umum (rule of thumb), setiap penelitian yang datanya akan dianalisis secara
statistik dengan analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 subyek
penelitian (Murti, 2010).
Kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
1. Aktif sebagai mahasiswa tingkat I FK UNS.
2. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
3. Usia 16-21 tahun.
4. Bersedia mengisi kuesioner.
Sedangkan kriteria eksklusi, yaitu:
1. Skor L-MMPI ≥ 10.
2. Obesitas.
3. Memiliki riwayat gangguan psikiatri.
4. Dalam 2 minggu terakhir terdapat anggota keluarga yang meninggal.
![Page 42: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/42.jpg)
30
E. Rancangan Penelitian
Mahasiswa Tingkat I FK UNS
Isian Data Pribadi
L-MMPI < 10
Sampel memenuhi syarat
Kuesioner Ekstrovert-Introvert
Kuesioner Beck Depression Inventory
Hasil
Uji T
Gambar 2. Skema Penelitian Gambar 2. Rancangan Penelitian
F. Variabel Penelitian
1. Variabel tergantung : Tingkat Depresi.
2. Variabel bebas : Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert.
3. Variabel luar :
a. Variabel terkendali meliputi tingkat pendidikan, umur dan riwayat kesehatan.
b. Variabel tidak terkendali meliputi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya.
![Page 43: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/43.jpg)
31
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert
Responden dikelompokkan menjadi ekstrovert dan introvert menurut skor
tes kepribadian Eysenck (EPI/EPQ). Skala tipe kepribadian ini merupakan
adaptasi dari Eysenck dan Wilson (Marliana, 2005).
Menurut Azwar (2006), responden dikelompokkan dalam kategorisasi
berdasarkan signifikasi perbedaan yang dikelompokkan ke dalam tiga kategori,
yaitu:
a. Kecenderungan tipe introvert
yaitu subyek yang memperoleh skor 0-29
b. Kecenderungan tipe ambivert
yaitu subyek yang memperoleh skor 30-36
c. Kecenderungan tipe ekstrovert
yaitu subyek yang memperoleh skor 37-66
Skala yang digunakan nominal.
2. Variabel tergantung : Tingkat Depresi
Skala penilaian depresi adalah dengan menggunakan Beck Depression
Inventory (BDI). Batasan nilai untuk depresi, 0-9 mengindikasikan tidak ada
depresi, 10-18 depresi ringan, 19-29 depresi sedang, dan 30-63
mengindikasikan adanya depresi berat. Namun dalam penelitian ini subyek
tidak diidentifikasi berdasarkan pembagian depresi tersebut. Pengambilan
![Page 44: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/44.jpg)
32
simpulan dari skor depresi adalah bahwa nilai yang lebih tinggi mewakili
depresi yang lebih berat.
Skala yang digunakan interval.
H. Instrumen Penelitian
1. Isian Data Pribadi
Untuk mengetahui identitas responden.
2. Kuesioner Lie-Minnesota Multiphase Personality Inventory (L-MMPI)
Untuk menilai kejujuran responden, dengan interpretasi bila jawaban
“tidak” kurang dari 10 berarti responden dapat dipercaya.
3. Kuesioner Ekstrovert dan Introvert dari Eysenck dan Wilson
Untuk mengetahui responden ekstrovert atau introvert. Skala kepribadian
ini meliputi beberapa faktor, yaitu: activity, sociability, risk-talking,
impulsiveness, expressiveness, practically, irresponsibility. Setiap item terdiri
dari dua pertanyaan, yaitu favorabel (nomor soal 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13,
15, 17, 19, 22, 24, 26, 27, 30, 32, 33, 34, 36, 38, 40, 43, 46, 49, 52, 54, 55, 57,
61, 62) dan unfavorabel (nomor soal 4, 10, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 25, 28, 29,
31, 35, 37, 39, 41, 42, 44, 45, 47, 48, 50, 51, 53, 56, 58, 59, 60, 63, 64, 65, 66).
Skor yang diberikan bergerak dari angka nol sampai satu, dengan perincian
pertanyaan yang favorabel pada jawaban YA = 1 dan jawaban TIDAK = 1.
Pertanyaan yang unfavorabel pada jawaban YA = 0 dan jawaban TIDAK = 1.
4. Kuesioner Beck Depression Inventory (BDI)
![Page 45: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/45.jpg)
33
Untuk mengetahui tingkat depresi pada responden. Skala BDI merupakan
skala pengukuran interval yang mengevaluasi 21 gejala depresi, 15 di antaranya
menggambarkan emosi, 4 perubahan sikap, 6 gejala somatik. 21 item tersebut
menggambarkan kesedihan, pesimistik, perasaan gagal, ketidakpuasan, rasa
bersalah, harapan akan hukuman, membenci diri, menangis, iritabilitas,
penarikan diri dari masyarakat, tidak dapat mengambil keputusan, perubahan
bentuk tubuh, masalah bekerja, kelelahan, anoreksia, kehilangan berat badan,
preokupasi somatik, dan penurunan libido (Extrema dan Fernάndez, 2006).
Setiap gejala dirangking dalam skala intensitas 4 poin (0-3) dan nilainya
ditambahkan untuk memberi total nilai dari 0-63.
I. Cara Kerja
1. Tiap mahasiswa tingkat I diberi tiga macam kuesioner (Skala L-MMPI, Skala
BDI, dan Skala Ekstrovert-Introvert) secara bersamaan beserta isian data
pribadi. Setiap skala diminta untuk diisi secara lengkap sesuai petunjuk.
2. Skala L-MMPI dihitung terlebih dahulu. Skala ini berisi 15 butir pernyataan
untuk dijawab responden dan dapat dipertanggungjawabkan kejujurannya bila
jawaban ”tidak” berjumlah kurang dari 10. Responden diikutsertakan jika
memenuhi syarat.
3. Kemudian Skala Ekstrovert-Introvert dihitung. Kecenderungan tipe introvert
jika subyek memperoleh skor 0-29, kecenderungan tipe ekstrovert jika subyek
memperoleh skor 37-66, dan di antaranya merupakan kecenderungan tipe
![Page 46: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/46.jpg)
34
ambivert jika subyek memperoleh skor 30-36, tapi dalam penelitian ini tidak
diikutsertakan.
4. Selanjutnya perhitungan Skala BDI. Setiap gejala dirangking dalam skala
intensitas 4 poin (0-3) dan nilainya ditambahkan untuk memberi total nilai dari
0-63, nilai yang lebih tinggi mewakili depresi yang lebih berat.
5. Setelah diperoleh skor, dilakukan uji statistik uji t dan akan diolah dengan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows.
J. Teknik dan Analisis Data
Untuk menguji perbedaan tingkat depresi berdasarkan tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert adalah dengan menggunakan uji statistik uji t dan akan
diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17 for Windows.
![Page 47: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/47.jpg)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Sampel
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011 di Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Subyek penelitian adalah mahasiswa tingkat
I Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada penelitian ini
didapat total sampel sebanyak 120 mahasiswa. Dari 120 mahasiswa tersebut,
mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 66 mahasiswa (55
%), mahasiswa yang gugur sebanyak 28 mahasiswa (23.33 %) dan sisanya 26
mahasiswa (21.67 %) yang tidak mengembalikan kuesioner. 28 sampel gugur
dikarenakan 4 mahasiswa tidak lolos tes kejujuran (L-MMPI), 2 mahasiswa
termasuk dalam kategori obesitas, 3 mahasiswa mempunyai riwayat sakit berat
atau sedang menjalani pengobatan, 2 mahasiswa yang dalam 2 minggu terakhir
terdapat anggota keluarga yang meninggal serta 17 mahasiswa yang memiliki hasil
tes kepribadian ambivert.
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Karakteristik Frekuensi Persen (%)
Umur Ekstrovert Introvert
16 tahun 0 1 1.52
17 tahun 5 4 13.64
18 tahun 16 14 45.45
19 tahun 9 14 34.84
35
![Page 48: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/48.jpg)
36
20 tahun 1 1 3.03
21 tahun 0 1 1.52
Jenis Kelamin
Perempuan 22 18 60.61
Laki-laki 9 17 39.39
Sumber : Data primer 2011
Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah mahasiswa dengan rentang
usia 16-21 tahun agar sampel lebih homogen sehingga hasil penelitian lebih valid.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sampel yang ekstrovert berumur 17 tahun sebanyak 5
orang, 18 tahun 16 orang, 19 tahun 9 orang dan 20 tahun 1 orang. Tidak
didapatkan sampel yang berumur 16 tahun dan 21 tahun pada sampel ekstrovert.
Pada sampel yang introvert berumur 16 tahun sebanyak 1 orang, 17 tahun 4 orang,
18 tahun 14 orang, 19 tahun 14 orang, 20 tahun 1 orang dan 21 tahun 1 orang.
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sampel dengan jenis kelamin perempuan 40
orang dan sampel dengan jenis kelamin laki-laki 26 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Depresi
Jumlah Persen % Tingkat Depresi
Ekstrovert Introvert Total Ekstrovert Introvert Total
Tidak ada depresi
skor 0-9 25 20 45 80.65 57.14 68.18
Depresi ringan
skor 10-18 6 12 18 19.35 34.29 27.27
![Page 49: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/49.jpg)
37
Depresi sedang
skor 19-29 0 3 3 0 8.57 4.55
Depresi berat
skor 30-63 0 0 0 0 0 0
Jumlah 31 35 66 46.97 53.03 100
Sumber: Data primer 2011
Pada tabel 2 dapat digambarkan tingkat depresi pada tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert. Untuk tipe kepribadian ekstrovert tidak didapatkan
depresi berat maupun depresi sedang, depresi ringan sebanyak 6 orang (19.35 %),
dan tidak ada depresi sebanyak 25 orang (80.65 %). Untuk tipe kepribadian
introvert tidak didapatkan depresi berat, depresi sedang sebanyak 3 orang (8.57
%), depresi ringan sebanyak 12 orang (34.29 %) dan tidak ada depresi sebanyak
20 orang (57.14 %).
B. Analisis Statistika
Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji t-
independent yang merupakan uji parametrik dengan program SPSS 17.00 for
windows. Uji ini digunakan bila skor kedua kelompok tidak berhubungan satu
sama lain. Adapun syarat uji t-independent adalah data berskala numerik,
terdistribusi secara normal, dan variansi kedua kelompok dapat sama atau berbeda
(untuk 2 kelompok). Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak,
maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal
![Page 50: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/50.jpg)
38
jika didapatkan nilai p > 0.05 pada masing-masing kelompok tersebut. Uji
normalitas yang dilakukan pada masing-masing sebaran data dapat dilakukan
dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas
dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam
penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-
Smirnov dilakukan jika sampel lebih dari 50 sampel (Dahlan, 2005).
Tabel 3.Uji Normalitas Penyebaran Data dengan Kolmogorov Smirnov
Sumber : Data primer 2011
Data Nilai p Keterangan
Ekstrovert
Introvert
0.200
0.200
Distribusi normal
Distribusi normal
Pada uji normalitas penyebaran data dengan Kolmogorov-Smirnov, skor
ekstrovert mempunyai nilai p = 0.200 dan introvert p = 0.200. Karena nilai p >
0.05, dapat disimpulkan bahwa distribusi skor ekstrovert dan introvert terdistribusi
normal sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan pengolahan dengan uji t.
Tabel 4. Hasil Analisis Data dengan Uji T
Tipe
Kepribadian n Mean SD t p
Ekstrovert 31 6.13 4.31
Introvert 35 8.94 6.77 2.04 0.046
Sumber : Data primer 2011
Pada tabel 4, hasil data dianalisis dengan uji statistik uji t dengan
menggunakan program SPSS 17.0 for windows untuk mengetahui perbedaan
![Page 51: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/51.jpg)
39
tingkat depresi. Dari uji statistik didapatkan nilai kemaknaan (p) sebesar 0.046 (p
< 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi yang
secara statistik signifikan pada tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian
introvert.
Gambar 3. Gambar Boxplot Perbedaan Rata-Rata Tingkat Depresi
Gambar boxplot di atas menunjukkan dengan lebih jelas perbedaan tingkat
depresi berdasarkan tipe kepribadian. Gambar tersebut memberikan informasi
bahwa mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert memiliki tingkat depresi lebih
tinggi daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dengan rata-rata
skor depresi pada introvert 8.94 dan ekstrovert 6.13.
![Page 52: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/52.jpg)
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011 dengan memberikan
kuesioner kepada 120 mahasiswa tingkat I Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Dari 120 mahasiswa tersebut yang memenuhi kriteria penelitian
sebanyak 66 mahasiswa. 66 mahasiswa ini terbagi menjadi 31 mahasiswa dengan tipe
kepribadian ekstrovert dan 35 mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert.
Sesuai dengan analisis perhitungan statistik yang telah dikemukakan,
didapatkan adanya perbedaan tingkat depresi antara tipe kepribadian ekstrovert dan
introvert. Hasilnya adalah tingkat depresi pada tipe kepribadian introvert lebih tinggi
daripada tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya
yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan tingkat depresi antara tipe kepribadian
ekstrovert dan tipe kepribadian introvert.
Perbedaan tingkat depresi pada kedua tipe kepribadian tersebut dapat
dikarenakan beberapa faktor, yaitu:
1. Orang yang introvert terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di
dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam, pikiran, perasaan,
serta tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif. Sebaliknya,
pada orang yang ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia
di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar, pikiran, perasaan, serta
tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial
40
![Page 53: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/53.jpg)
41
maupun lingkungan non sosial.
2. Orang yang introvert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan
gejala-gejala ketakutan dan depresi yang ditandai oleh kecenderungan obsesi
mudah tersinggung sedangkan pada orang yang ekstrovert memperlihatkan
kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris yang ditandai oleh
kecenderungan emosi yang meluap-luap.
3. Orang yang introvert memiliki kendali diri yang buruk. Ketika mengalami trauma,
otak tidak terlalu sigap melindungi diri dan berdiam diri. Sebaliknya, pada orang
yang ekstrovert memiliki kendali diri yang kuat. Ketika dihadapkan pada
rangsangan-rangsangan traumatik, otak ekstrovert akan menahan diri.
Dari perhitungan skor BDI didapat nilai rata-rata skor depresi sampel dengan
tipe kepribadian ekstrovert adalah sebesar 6.13 dan skor depresi sampel dengan tipe
kepribadian introvert sebesar 8.94 dengan nilai p = 0.046 (p < 0.05). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa skor depresi mahasiswa dengan tipe kepribadian introvert
lebih tinggi bila dibandingkan mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hawari (2008), orang yang lebih rentan
(berisiko tinggi) depresi biasanya mempunyai corak kepribadian depresif, yang ciri-
cirinya antara lain: pemurung, pemalu, tidak percaya diri, tidak banyak bicara, tidak
suka dan tidak mudah bergaul, mudah merasa bersalah, mudah tersinggung, mudah
mengalah, mudah sedih, mudah tegang, agitasi, sering mengeluh, tidak bersemangat,
pesimis, sering merasa cemas, khawatir, dan takut. Corak kepribadian depresif
tersebut cenderung menyerupai sifat-sifat pada tipe kepribadian introvert.
![Page 54: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/54.jpg)
42
Hasil penelitian yang telah dilakukan ini juga didukung oleh penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2002) meneliti tentang
hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan toleransi terhadap
stres. Dari penelitian tersebut didapatkan orang yang bertipe kepribadian ekstrovert
lebih toleran terhadap stres dibandingkan orang yang bertipe kepribadian introvert.
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang bertipe kepribadian ekstrovert lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi sehingga orang yang bertipe kepribadian
ekstrovert lebih toleran terhadap stres daripada introvert.
Hasil penelitian tersebut mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis, yaitu terdapat perbedaan tingkat depresi yang secara statistik signifikan pada
tipe kepribadian ekstrovert dan tipe kepribadian introvert.
Penelitian ini mempunyai kelemahan dalam hal lokasi cakupan yang terlalu
sempit dan masih banyak faktor-faktor lain yang dapat merancukan hasil penelitian
yang digolongkan dalam variabel luar tidak terkendali seperti lingkungan sosial,
ekonomi dan budaya.
![Page 55: asd](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022103005/55cf8fdd550346703ba0ae7d/html5/thumbnails/55.jpg)
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat depresi yang secara statistik signifikan antara
mahasiswa dengan tipe kepribadian ekstrovert dan mahasiswa dengan tipe
kepribadian introvert (p = 0.046). Tingkat depresi pada mahasiswa dengan tipe
kepribadian introvert lebih tinggi daripada mahasiswa dengan tipe kepribadian
ekstrovert.
B. Saran
1. Pada mahasiswa, khususnya mahasiswa tingkat I, yang memiliki tipe
kepribadian introvert sebaiknya lebih membuka diri terhadap dunia luar
sehingga tidak mudah mengalami depresi.
2. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi praktisi, khususnya di bidang psikiatri,
psikologi serta konseling, dalam penanganan kasus-kasus depresi berdasarkan
tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lokasi cakupan penelitian yang
lebih luas, termasuk juga dilakukannya analisis terhadap variabel-variabel
perancu lain, dengan harapan semakin memperkuat simpulan dan semakin
memperkecil bias.
43