editan pucil home visit ecce 1.asd
DESCRIPTION
klTRANSCRIPT
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Keluarga bapak Sutrimo yang berbentuk double family (dalam satu rumah
terdapat dua kepala keluarga), dimana terdapat 2 keluarga yang terdiri dari 13
anggota keluarga yaitu keluarga bapak Sutrimo dan keluarga bapak Sutejo. Bapak
Sutrimo berusia 55 tahun sudah menikah dengan ibu Ari Astuti (50) dan
mempunyai 6 orang anak yaitu (1)Feri Eka Permana (29) yang bekerja sebagai
buruh di perusahaan batubara di Kalimantan, (2)Dhani Cahyono (27) seorang
karyawan swasta, (3)Bagus (24), (4)Rina Putri (21) seorang pramuniaga, (5)Bangun
Aji (17) yang masih duduk di bangku SLTA, (6)Rendi Pamungkas (8) seorang
siswa Sekolah Dasar. Bapak sutrimo adalah seorang buruh pengawas di Terminal
Purwokerto, sedangkan ibu Ari Astuti adalah seorang ibu rumah tangga. Tingkat
pendidikan keluarga bapak Sutrimo rata-rata tamatan SLTA.
Dalam satu rumah bapak sutrimo tinggal bersama keluarga adik-adiknya
yaitu bapak Sutejo (40) beserta keluarg. Pak Sutejo adalah seorang TNI yang
sudah menikah dengan ibu Wiwik (38) dan mempunyai 3 orang anak yaitu (1)Meta
(9), (2)Tata (5), dan (3)adel yang masih berusia 9 bulan.
1
KARAKTERISTIK DAN DEMOGRAFI KELUARGA
1. IDENTITAS KK DAN PASANGANNYA
Nama KK : Tn. Sutrimo Nama Pasangan : Ny. Ariastuti
Usia : 55 tahun Usia : 50 thn
Jenis kelamin : laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA Pendidikan : Tamat SLTA
Alamat lengkap : Teluk RT 04 RW 01
Bentuk keluarga : Double family
2. DAFTAR ANGGOTA KELUARGA
No Nama Kedudukan
dalam
keluarga
L /
P
Usia Pendidikan Pekerjaan Ket
1. Sutrimo Kepala
keluarga
( suami )
L 55
thn
Tamat
SLTA
Buruh
2. Ariastuti Istri P 50
thn
Tamat
SLTA
IRT
3. Feri Eka Permana Anak ke-1 L 27
thn
Tamat
SLTA
buruh
4. Dani Cahyono Anak ke-2 L 24
thn
Tamat
SLTA
pegawai
5. Bagus Anak ke-3 L 21thn Tamat
SLTA
6. Rina Putri Anak ke-4 P 17
thn
Tamat
SLTA
Pegawai
toko
7. Bangun Aji Anak ke-5 L 17
thn
STM
8. Rendi Pamungkas Anak ke-6 L 8 thn SD
9. Sutejo Adik ipar
Kepala
L 40
thn
Tamat
SLTA
TNI
2
keluarga
10. Wiwik winasih Adik
kandung
Kepala
Keluarga
P 38
thn
Tamat
SLTA
Pegawai
hotel
11. Meta Keponakan P 9 thn SD
12. Tata Keponakan P 5 thn TK
13. Adel Keponakan P 9 bln
3
BAB II
STATUS PENDERITAAN DAN PROGRESS NOTE
A. PENDAHULUAN
Blok ECCE I merupakan bagian pertama dari rangkaian Blok Early
Clinical and Community Exposure yang menurut rancangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) UNSOED 2005 akan berlangsung dalam 3 blok
dari semester 5 sampai dengan semester 7. Blok ECCE I pada hakikatnya
merupakan blok yang lebih menekankan aplikasi dari pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa baik klinis maupun non-klinis dalam berperan
sebagai dokter layanan primer. Tujuan home visit blok ini adalah:
1. Merupakan kontak pertama dengan pasien
2. Mampu membuat diagnosis medis dan penangannnya,
3. Mamapu membuat diagnosis psikologis dan penangannya,
4. Mampu memberikan dukungan kepada pasien dengan berbagai
latar belakang dan berbagai stadium penyakit
5. Mampu memberikan informasi tentang pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan prognosis,
6. Mampu melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit kronik
dan kecacatan melalui penilaian risiko, pendidikan kesehatan,
deteksi dini penyakit, terapi preventif, dan perubahan perilaku.
Blok ECCE I dengan konsep pendekatan dokter keluarga, menekankan
upaya preventif dan hubungan jangka panjang terutama antara pasien dan
keluarga pasien dengan dokter serta diperluas dengan menjalin hubungan
dengan masyarakat. Pendekatan dokter keluarga menjadi penting mengingat
pendekatan kedokteran keluarga merupakan prioritas untuk pemecahan
masalah kesehatan di masyarakat sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter
(SKD) yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Masalah kesehatan yang dipelajari adalah penyakit-penyakit yang
mempunyai dampak luas ke masyarakat (beban kesehatan), dan disesuaikan
dengan pola epidemiologis yang ada. Dengan penekanan pada aplikasi
4
pengetahuan secara integratif, maka strategi pembelajaran yang dilaksanakan
lebih ditekankan pada proses praktek.
Kasus yang diambil dan diangkat pembahasannya adalah mengenai
hipertensi, pasien tersebut bernama Sutrimo, berjenis kelamin laki-laki dan
berusia 55 tahun, pasien sudah menikah dengan ibu Ari Astuti (50) dan
mempunyai 6 orang anak yaitu Feri Eka Permana (29), Dhani Cahyono (27),
Bagus (24), Rina Putri (21), Bangun Aji (17), Rendi Pamungkas (8). Bapak
sutrimo adalah seorang buruh pengawas di Terminal Purwokerto, sedangkan
ibu Ari Astuti adalah seorang ibu rumah tangga.
Bapak sutrimo adalah pasien post perawatan di RS. Banyumas dengan
diagnosis hipertensi dan saat ini masih menjalani pengobatan. Penyakit
tersebut diketahui sejak 1 bulan belakangan ini. Faktor resikonya
kemungkinan diakibatkan karena kurang memperhatikan gaya hidup sehat,
hal ini tebukti dari kebiasaan pasien yang merokok sejak duduk di bangku
SLTP, kebiasaan makan pasien yang tidak terkontrol dan tidak teratur (hal ini
dikarenakan jadwal kerja pasien yang menguras waktu, sehingga pasien
mengaku kurang memperhatikan waktu makan dan komposisi makanan yang di
makan sehat atau tidak bagi dirinya). tidak memperhatikan aspek gizi dimana
komposisi menu makan setiap hari pasien terlalu banyak mengandung garam,
lemak dan asam urat (kebiasaan makan emping).
Berdasarkan riwayat penyakit dahulu, pasien tidak pernah merasakan
penyakit yang sama sebelumnya. Riwayat mondok di rumah sakit juga belum
pernah dijalani pasien sebelumnya. Pasien punya riwayat operasi usus buntu,
dan pasien tidak punya riwayat kcelakaan. Pasien mengaku bahwa pasein
punya riwayat alergi obat sakit kepala namun tidak dirasa berat.
Berdasarkan riwayat penyakit keluarga, orang tua pasein tidak ada
yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien. Bapak pasien sudah
meninggal dikarenakan penyakit liver, sedangkan ibu pasien sedah meninggal
dikarenakan penyakit Ca Cerviks.
Dalam satu rumah bapak sutrimo tinggal bersama keluarga adik-
adiknya yaitu bapak Sutejo (40) beserta keluargannya. Pak Sutejo adalah
5
seorang TNI yang sudah menikah dengan ibu Wiwik (38) dan mempunyai 3
orang anak yaitu Meta (9), Tata (5), dan adel yang masih berusia 9 bulan.
B. FOLLOW UP PASIEN POST HOZPITALIZATION
Diagnosis pasien pertama kali di RS DKT Wijayakusuma pada tanggal 27
Oktober 2008
a. Keluhan utama : sakit kepala dan pandangan kosong
Onset : 1 minggu
Progressi : semakin berat (awalnya keluhan hilang dengan obat
warung dan istirahat, namun semakin lama tidak
keluhan tidak menghilang dengan obat warung dan
istirahat)
Lokasi : kepala bagian kanan
Kualitas : hilang timbul dan sangat mengganggu aktivitas kerja
pasien
Kuantitas : dirasa pagi hari (saat bangun tidur) dan siang hari (di
tempat kerja)
Faktor yang memperberat: saat bekerja
Faktor yang memperingan: minum obat (poldanmig)
Keluhan lainnya: keringat dingin malam hari
Tegang di bagian leher
Pegal-pegal dipinggang dan kaki (pagi hari)
b. Diagnosis Kerja : Hipertensi derajat 2
c. Penatalaksanaan/Pengobatan (dari RS) :
Dirawat (27 Oktober 2008 – 31 Oktober 2008)
Pengobatan/ drugs yang diberikan:
- Mondok selama 5 hari
- Penanganan Infus
- Tirah baring sampai dengan Tensi 180/110 mmHg pasien di
anjurkan pulang
6
Setelah menjalani perawatan di RS. DKT pasien merasa dirinya tidak
mengalami perbaikan kondisi dan keluhannya tidak berkurang. Kemudian
pasien mencari pertolongan medis kepada dokter lainnya (1 November 2008)
Diagnosis kerja : Hipertensi derajat 2
Penatalaksanaan/pengobatan ( dari dr. O)
- Hiblok (atenolol) 100mg golongan beta bloker dengan indikasi
hipertensi
- Farmalat 10mg golongan antagonis kalsium dengan indikasi
pengobatan PJK, angina pektoris kronik dan stabil, angian pektoris
tidak stabil.
- Prednison kortikosteroid sebagai obat anti inflamasi
- KSR elektrolit dan mineral sebagai pencegahan dan pengobatan
hipokalemi
- Potassium chloride 600mg obat cardiovaskular (cadrioplegia)
Pada hari yang sama pasien melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan
tujuan kontrol tekanan darah. Hal ini dikarenakan pasien mengeluh sakit
kepala pada siang hari pada saat di tempat kerja sehingga pasein datang ke
balai pengobatan dan didapatkan tekanan darahnya 170/90 mmHg.
Setelah menjalani pengobatan, pak Sutrimo masih merasakan hal yang sama
dengan hari-hari sebelumnya. Keluhan yang dirasakan masih sama dan pak
sutrimo merasa pengobatan yang dijalani tidak membuahkan hasil yang
positif dan tidak ada perbaikan kesehatan pada diri pak Sutrimo.
Merasa tidak ada perubahan yang berarti, lalu pasien memutuskan untuk
berobat kepada dr. O (2 November 2008).
Penatalaksanaan/ obat yang di berikan adalah:
- Hiblok (atenolol) 100mg golongan beta bloker dengan indikasi
hipertensi
- Farmalat 10mg golongan antagonis kalsium dengan indikasi
pengobatan PJK, angina pektoris kronik dan stabil, angian pektoris
tidak stabil.
- Prednison kortikosteroid sebagai obat anti inflamasi
7
- KSR elektrolit dan mineral sebagai pencegahan dan pengobatan
hipokalemi
- Potassium chloride 600mg obat cardiovaskular (cadrioplegia)
Selama 1 minggu menjalani pengobatan pasien masih merasa tidak
mengalami perbaikan kesehatan yang berarti sehingga pasein memutuskan ke
Rs. Margono poli penyakit dalam.
Diagnosis pasien di RS. Margono pada tanggal 9 November 2008
a. Keluhan utama : Sakit kepala dan pandangan kosong
Onset : 1 minggu
Progressi : semakin berat (awalnya keluhan hilang dengan obat
warung dan istirahat, namun semakin lama tidak
keluhan tidak menghilang dengan obat warung dan
istirahat)
Lokasi : kepala bagian kanan
Kualitas : hilang timbul dan sangat mengganggu aktivitas kerja
pasien
Kuantitas : dirasa pagi hari (saat bangun tidur) dan siang hari (di
tempat kerja)
Faktor yang memperberat: saat bekerja
Faktor yang memperingan: minum obat (poldanmig)
Keluhan lainnya: keringat dingin malam hari
Tegang di bagian leher
Pegal-pegal dipinggang dan kaki (pagi hari)
a. Diagnosis kerja : Hipertensi derajat 2
b. Penatalaksanaan/ pengobatan (dari RS):
Dirawat (9 November 2008– 16 November 2008)
- Mondok selama 8 hari
- Infus
- Tirah baring sampai Tensi pasien 180/110 mmHg, pasein
dibolehkan pulang ke rumah
Pasien kembali ke RS. Margono (18 November 2008) namun di tolak oleh
pihak Rumah Sakit, hal ini dikarenakan pada hasil pemeriksaan vital sign
8
oleh pihak Rumah sakit masih sama dengan keadaan sebelumnya, dan
dianggap sudah normal.
Hari berikutnya (19 November 2008) pasien memutuskan untuk berobat ke
RS. Banyumas, penanganan yang dberikan oleh pihak RS (poli penyakit
dalam) berdasarkan pemeriksaan penunjang pemeriksaan lab darah dan
Rongten thoraks maka :
Diagnosis kerja : Hipertensi
Jantung
Asam urat
Kolesterol tinggi
Penatalaksanaan oleh pihak Rumah sakit adalah:
- Rawat inap 8 hari (19 oktober 2008-26 Oktober 2008)
- Evothyl (300 mg) 1 x 1 obat antihiperlipidemia dengan indikasi
hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia
- Caps NF 1 x 1
- Losartan Potasium 50 mg (1 x 2) termasuk antagonis angiotensin
II dan kombinasinya dan diindikasikan untuk hipertensi
- Alprazolam 0,5 mg ( 1x 1)
- Bisoprolol 5 mg ( 1 x 1) termasuk golongsn beta bloker, dan
diindikasikan untuk terapi tunggal atau kombinasi dengan anti
hipertensi lainnya
- norvasic ( 1 X 1) termasuk golongan ACE inhibitor yang di
indikasikan untuk hipertensi
- Captopril- Dexacap 25 mg ( 1x 1) merupakan ACE inhibitor yang
di indikasikan untuk hipertensi sedang dan berat.
Setelah itu pasien disarankan untuk melakukan rawat jalan, dan kami
melakukan follow up pada hari Minggu, 31 November 2008, di dapatkan
hasil sebagai berikut:
9
FOLLOW UP
Hari/
Tanggal
Subjective (S) Objective (O) Assessment (A) Plan (P)
Minggu, 31-
11-08
-Pusing (+)
- Pegal, lutut
kaku (+)
- Leher sakit saat
bangun tidur
(+)
- Pinggang sakit
saat bangun
tidur (+)
-Sakit kepala (+)
- T: 160/100
mmHg
-RR:
30x/menit
-Nadi:
84x/menit
-suhu: 35,5 C
-BB: 67 kg
- Hipertensi
derajat 2
- Periksa urin
lengkap untuk
mengetahui fungsi
ginjal.
- Meminta pasien
untuk terus teratur
konsumsi obat dan
dokter/RS
Edukasi
-Jangan terlalu
berpikir berat.
-Kurangi frekuensi
maupun jumlah
konsumsi
makanan yang
asin.
- Istirahat cukup.
-Diet makanan
dengan
mengurangi
gorengan / daging-
dagingan
(terutama hindari
konsumsi daging
kambing), dengan
diberikan menu
antihipertensi dan
rendah asam urat.
10
- Melakukan
olahraga teratur
dan semampunya,
minimal 30 menit,
2-3 x/minggu
Senin, 1-12-
08
-Pusing (+)
- Pegal, lutut
kaku (+)
- Leher sakit
saat bangun
tidur (+)
- Pinggang
sakit saat
bangun tidur
(+)
-Sakit kepala
(-)
- T: 130/90
mmHg
-RR:
32x/menit
-Nadi:
80x/menit
-suhu: 35,5 C
-BB: 67 kg
- Hipertensi
derajat 2 yang
mengalami
perbaikan.
- Meminta pasien
untuk terus teratur
konsumsi obat dan
dokter/RS
Edukasi
-Jangan terlalu
berpikir berat.
-Kurangi frekuensi
maupun jumlah
konsumsi
makanan yang
asin.
- Istirahat cukup.
-Kurangi
gorengan / daging-
dagingan
(terutama hindari
konsumsi daging
kambing).
Rabu, 3-12-
08
- Pusing (-)
- Pegal, lutut
kaku (+)
- Leher sakit
saat bangun
tidur (-)
- T: 170/90
mmHg
-RR:
16x/menit
-Nadi:
68x/menit
- Hipertensi
derajat 2
- Periksa urin rutin
dan lengkap untuk
mengetahui
adanya komplikasi
ke ginjal/tidak.
- Periksa darah
11
- Pinggang
sakit saat
bangun tidur
(+)
-Sakit kepala
(-)
- Kedinginan
(+)
- Lemas (+)
-Bengkak (-)
-Nafsu makan
berkurang
-mual,muntah
(-)
-kembung(-)
- BAB normal
- Kembung
normal
-suhu: 37,6 C
-BB: 67 kg
lengkap untuk
mengetahui kadar
asam urat dan
kolesterol.
- Meminta pasien
untuk terus teratur
konsumsi obat dan
dokter/RS
Edukasi
-Jangan terlalu
berpikir berat.
-Kurangi frekuensi
maupun jumlah
konsumsi
makanan yang
asin.
- Istirahat cukup.
-Kurangi
gorengan / daging-
dagingan
(terutama hindari
konsumsi daging
kambing).
-Dikasih menu
antihipertensi dan
rendah asam urat.
Saran
-Kurangi asupan
asin berlebih.
-Rajin kontrol
12
-Jangan berpikir
terlalu berat.
-Hindari konsumsi
daging kambing
-Kalo sedikit pegal-
pegal lebih baik
istirahat.
-Jangan
mengkonsumsi
makanan seperti
bayam, kangkung,
kacang panjang,
emping, kol,
durian, alpukat,
sirsak.
FLOW SHEET
Kondisi Pasien
NO KOMPONEN
PEMERIKSAAN
HASIL PEMERIKSAAN KETERANGAN
1. Keluhan utama Sakit kepala
2. Riwayat penyakit
sekarang
Onset 1 minggu
Durasi 1 minggu
Progresivitas Intermitten
Lokasi Kepala sebelah kanan
Radiasi Leher (tengkuk)
Kualitas
Kuantitas
Faktor memperingan Obat warung
13
Faktor memperberat
Gejala penyerta Keringat dingin, pegel-pegel
3. Riwayat penyakit
dahulu
Sakit yang pernah
diderita
Hipertensi
Riwayat pengobatan Pengobatan dari Rumah
Sakit, dan konsumsi obat
warung
Riwayat mondok di
rumah sakit
-
Riwayat alergi Alergi obat bintang 7 dan
poldan mig
Riwayat
kecelakaan/operasi
Jatuh dari motor/ operasi
usus buntu
4. Riwayat penyakit
keluarga
Orang tua Bapak : Liver, Ibu : Ca.
Cerviks
Saudara kandung
Anggota keluarga lain
5. Riwayat sosial
Masyarakat sekitar -
Keadaan rumah
Pekerjaan Buruh terminal
Hobi Olahraga
Kebiasaan personal Pijat
Diet Kopi : Jarang
Pemakaian obat-
obatan
Lainnya Rokok : dari smp, semenjak
sakit tidak merokok.
14
No. KOMPONEN
PEMERIKSAAN
HASIL PEMERIKSAAN KETERANGAN
1. Keadaan umum Composmentis
2. Tanda vital BB= 67 kg, T= 35,5º C, TB=
170cm, TD = 130/90, Nadi=
80x/menit, RR= 32x/menit
3. Kepala Normal ( Rambut tidak
mudah patah)
4. Mata Visus mata bagian kanan
menurun, Konjungtiva sub
anemis.
5. Telinga Dbn
6. Hidung Dbn
7. Mulut Dbn
8. Leher Dbn ( tidak ada pembesaran
klenjar tiroid, limfe, tidak ada
defiasi trakea)
9. Toraks Bentuk Dada simetris
a. Jantung
Inspeksi Dbn
Perkusi Dbn
Palpasi Dbn
Auskultasi Dbn
b. Paru
Inspeksi Dbn
Perkusi Dbn
Palpasi Dbn
Auskultasi Dbn
10. Abdomen :
15
Inspeksi Dbn
Auskultasi Dbn
Perkusi Dbn Tidak ditemukan
nyeri ketok
Palpasi Dbn
11. Urogenitalia Dbn
12. Ekstremitas Kekuatan: 5N 5N
5N 5N
Reflek Fisiologis:
N N
N N
Reflek Patologis:
- -
- -
Sensibilitas:
N N
N N
Status neurologik Tidak ditemukan tremor.
13. Status lokalis :
Regio
Pedis
Dbn
16
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Pasien berusia 55 tahun telah menikah dengan seorang isteri dan
telah memiliki 6 orang anak, selain itu di rumah pasien tinggal berserta
keluarga dari adik pasien dengan istri beserta 3 orang anaknya.
2. Fungsi Psikologis
Keluarga pasien merupakan double family karena dalam satu
rumah terdapat dua keluarga yaitu keluarga pasien dengan istri dan 6 orang
anak, serta keluarga dari adik pasien dengan suami, dan memiliki 3 orang
anak. Pasien dipandang cukup mampu untuk beradaptasi dengan
masalahnya, namun pasien belum mampu untuk menguasai masalah. Hal
ini terbukti dengan adanya pasien yang masih sulit mengendalikan emosi
menghadapi masalah-masalahnya sehingga penyakit pasien sering
kambuh. Keseharian pasien saat ini masih bekerja sebagai seorang supir,
sehingga hal ini menjadi stressor tersendiri bagi pasien.
3. Fungsi Sosial
Pasien tidak dapat bersosialisasi di masyarakat karena tuntutan
pekerjaan yang jadwalnya tidak menentu, sehingga jarang mengikuti
kegiatan – kegiatan di masyarakat.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien adalah seorang buruh pengawas bis di terminal Purwokerto
dengan penghasilan per-bulan 2,5 – 3 juta. Dari segi ekonomi, pasien
termasuk kelas menengah. Meskipun sakit pasien terkadang masih
memaksa untuk bekerja, karena harus terus mengeluarkan biaya untuk
pengobatannya, biaya keseharian masih di tanggung oleh pasien dengan 2
orang anak yang masih sekolah. Pasien merasa cukup berat dengan
masalah ekonomi ditambah lagi setelah pasien sakit.
17
Kesimpulan :
Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga adalah Tn. S,
umur 55 tahun dengan Hipertensi yang sedang mendapatkan pengobatan
dan fungsi sosial ekonomi kurang baik karena kurangnya perhatian tentang
pentingnya kesehatan dari masing-masing anggota keluarga, tinggal
berdekatan dengan tetangga yang pernah memiliki riwayat penyakit TB,
dan kondisi ekonomi yang lemah.
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =
baik.
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan
dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu
masalah selalu menceritakan kepada istrinya. Penyakitnya ini kadang
mengganggu aktivitasnya sehari-hari sebagai kepala keluarga untuk
menghidupi kebutuhan keluarga.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa
singkat. Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga
lainnya, komunikasi dengan istri dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.
GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat mengurusi kebutuhan rumah
tangganya.
AFFECTION
18
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan kedua
anaknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu
pula sebaliknya.
RESOLVE
Pasien merasa kuas dengan kebersamaan diantara keluarganya meskipun
pasien tidak menentu selalu ada di rumah karena tuntutan pekerjaanya yang
jadwalnya tidak menentu.
A.P.G.A.R Tn. S Terhadap Keluarga Hamp
ir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir
tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8
Bpk.Sutrimo adalah seorang kepala keluarga yang memiliki pekerjaan
yang jadwalnya tidak menentu, sehingga ia hanya mempunyai sedikit waktu
untuk mengurus rumah dan memperhatikan anak-anaknya.
A.P.G.A.R Ny. N Terhadap Keluarga Hamp
ir
Kadang
-kadang
Hampir
tidak
19
selalu pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8
Ny.Ari astuti adalah sebagai ibu rumah tangga, Ny.Ari berusaha meluangkan
waktu untuk keluarganya untuk mendiskusikan hal-hal yang ada dalam keluarga.
A.P.G.A.R Feri (anak pertama) Terhadap
Keluarga
Hamp
ir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir
tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
20
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
√
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8
Feri adalah anak sulung dari Bpk.Surimo, setelah lulus dari sekolah
menengah atas ia langsung mencari pekerjaan ke luar kota untuk membantu
ayahnya membiayai kebutuhan keluarga tapi setelah mengetahui ayahnya sering
sakit-sakitan, dia memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
A.P.G.A.R Rina (anak perempuan satu-
satunya) Terhadap Keluarga
Hamp
ir
selalu
Kadang
-kadang
Hampir
tidak
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
√
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin =7
21
Rina adalah anak perempuan satu-satunya dari Bpk. Sutrimo, setelah
lulus dari sekolah menengah atas ia langsung mencari pekerjaan untuk
membantu hidupnya supaya tidak ketergantungan pada orang tuanya.
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (8+8+8+7)/4=7,75
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah
31, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 7,75. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologisyang dimiliki keluarga pasien dalam
keadaan sedang.
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Bpk.Sutrimo dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
22
Keterangan :
Social (+) artinya keluarga Bpk Sutrimo kurang berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan.
23
SUMBER PATOLOGI KET
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan
kemasyarakatan kurang aktif.
+
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan
bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
_
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik,
hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang
rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid.
-
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, untuk
kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum
mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas
untuk pemenuhan kebutuhan hidup
+
Education Pendidikan anggota keluarga hanya sampai sekolah
menengah atas. .Pendidikan dan pengetahuan penderita
kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki
fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas.
+
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
kartu ASKIN untuk berobat.Tapi pasien tidak percaya
obat ASKIN, akhirnya pasien tidak menggunakan
pelayanan ASKIN.
-
Economic (+) artinya keluarga Bpk Sutrimo masih menghadapi
permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat
dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan belum dapat
memnuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.
Education (+) artinya keluara Bpk Sutrimo masih memiliki
pengetahuan yang kurang, khususnya mengenai hipertensi
Kesimpulan :
Dalam keluarga Bpk Sutrimo fungsi patologis yang positif adalah fungsi
sosial, ekonomi dan pendidikan.
D. Informasi Pola Interaksi Keluarga
Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Tn. S
Sumber : Data Primer,1 Desember 2008
24
Rina, 21thn
Ny. Ari Astuti, 50th
Bpk. Sutrimo, 55 thn
Feri, 29 thn
Rendi, 8 thn
Bangun, 17 thn
Bagus, 24 thn
Dani,27 thn
Keterangan : hubungan baik
Kesimpulan :
Hubungan antara Bpk Sutrimo dengan istri dan keenam anaknya baik
dan dekat. Antara ayah dan keenam anaknya baik. Antara keenam anak baik.
Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar
anggota keluarga.
25
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
Perilaku pasien yang cenderung tertutup dalam keluarga mengenai
masalah-masalah ataupun penyakit yang sedang dirasakan pasien mungkin
berpengaruh terhadap kondisi pasien, selain itu pasien juga pekerja keras
dengan jadwal yang tidak menentu di terminal yang harus menafkahi ke enam
anaknya dan satu orang istrinya sehingga waktu istirahat pasien berkurang
yang kemungkinan sangat berpengaruh terhadap kondisi sakit pasien, selain
itu juga kebiasaan pasien yang merokok sejak duduk di bangku SLTP,
kebiasaan makan pasien yang tidak terkontrol dan tidak teratur, tidak
memperhatikan aspek gizi dimana komposisi menu makan setiap hari pasien
terlalu banyak mengandung garam, lemak dan asam urat (kebiasaan makan
emping). Akan tetapi setelah mendapatkan pendidikan dari dokter selama
pengobatan, pengetahuan keluarga dan pasien mulai bertambah hal ini
tampak dari pernyataan pasien maupun keluarga dengan menyebutkan
beberapa makanan yang tidak boleh dimakan yang rata-rata memang
mengandung banyak garam, lemak maupun asam urat. Dan selain itu, tidak
ada riwayat keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
Dilihat dari aspek psiko-sosio-kultural-spiritualnya., secara psikologis
pasien cenderung tertutup dalam masalah, tidak puas dengan hasil
pemeriksaan kesehatan yang berbeda-beda, cenderung terburu-buru dalam
pengambilan keputusan dan pasien maupun keluarga cenderung kurang
percaya dengan pengobatan yang menggunakan kartu Askeskin ataupun kartu
Jamsostek karena merasa bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas
kesehatan dibeda-bedakan. Secara social, pasien kurang biasa bergaul dengan
lingkungan sekitarnya dikarenakan jadwal bekerja yang tidak menentu, tetapi
26
pasien juga hobbi bermain badminton dan bela diri dengan warga sekitar
ketika merasa tidak ada keluhan. Secara cultural, pasien menggunakan bahasa
jawa, tidak percaya pada dukun dan lebih percaya pada tenaga kesehatan
dalam masalah kesehatan. Dan secara spiritual, pasien beragama islam, tidak
percaya pada mitos-mitos, dan jarang beribadah dan mengikuti kegiatan
keagamaan ditempat ibadah.
Perilaku pasien di dalam merespon sakit cukup baik dimana jika ada
anggota keluarga yang sakit yang pertama dilakukan adalah datang langsung
ke dokter, pasien juga dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan mudah
dimana pasien dapat berobat ke dokter-dokter praktek swasta yang tidak jauh
dari rumahnya. Selain itu pasien juga mengakses pelayanan kesehatan di
rumah sakit wijayakusuma yang kemudian dirujuk karena penayakit
hipertensi ini ke rumah sakit margono soekarjo kemudian dipulangkan, akan
tetapi pasien merasa bahwa keluhannya tidak berkurang dan kemudian balik
lagi ke rumah sakit magono sukarjo akan tetapi dari pihak rumah sakit
margono menolaknya dikarenakan data pemeriksaan dirumah sakit masih
sama, kemudian pasien memutuskan untuk mengakses ke rumah sakit
banyumas dengan tidak menggunakan kartu askeskin. Dan di rumah sakit
banyumas ini, pasein bisa mengetahui beberapa penyakit yang dideritanya
mulai dari hipertensi, kolesteronemia, sampai asam urat.
2. Faktor Non Perilaku
Kaitan antara kondisi sakit pasien dengan dukungan ekonomi yaitu
dengan pendapatan pasien yang lebih kurang Rp 2.500.000 setiap
bulannya dimana pendapatan ini untuk memenuhi kebutuhan kedelapan
anggota keluarganya dan ditambah dengan pemenuhan pembayaran cicilan
uang kredit (motor dan tivi), akan tetapi pasien merasa tidak bermasalah
dengan pembayaran untuk berobat dengan tidak memanfaatkan fasilitas
Askeskin ataupun Jamsostek. Dukungan dari lingkungan masyarakat
sekitar tempat tinggal pasien cukup baik dimana pasien dapat dengan
mudah memperoleh kartu Askeskin ataupun kartu Jamsostek ketika pasien
membutuhkannya walaupun belakangan ini pasien sudah mulai tidak
27
percaya dengan penggunaan kartu Askeskin ataupun Jamsostek, selain itu
dukungan dari lingkungan kerja juga cukup baik dimana pasien diberikan
cuti kerja selama pasien sedang sakit untuk pengobatan dan istirahat.
Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku
28
Keluarga Tn. Sutrimo
Pengetahuan :
Pasien dan keluarga mempunyai tingkat
kesadaran untuk mencapai pelayanan kesehatan saat sakit
Lingkungan: Rumah pasien
rentan akan polusi debu dan asap
kendaraan bermotor (depan
jalan raya)
Keturunan:
Tidak ada faktor keturunan
Pelayanan Kesehatan:
Jika sakit Tn.sutrimo berobat ke dokter yang tidak jauh dari rumah, dan ke rumah sakit
Tindakan:
Keluarga mengantarkan Tn.
Sutrimo untuk periksa ke dokter, menemani pasien
pada saat mondok di rumah sakit
Sikap:
Perhatian keluarga terhadap penyakit penderita cukup
baik, dengan selalu mendukung
pendanaan maupun secara psikologis
Keterangan:
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Rumah pasien berada tepat di samping jalan raya besar di daerah
perumahan biasa, bentuk bangunan tidak bertingkat, kepemilikan rumah
milik orang tua pasien, lantai rumah terbuat dari keramik dan semen,
dinding rumah dari tembok, atap rumah dari seng dan genteng, dimana
pembagian ruangan rumah ada ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga,
dan ruang tidur. Dimana perbandingan luas lanatai dan jendela pada
masing-masing ruangan lebih dari 25%, dan tanpa bantuan sinar lampu
listrik pada siang hari kita dapat membaca huruf/ tulisan, hal ini
menunjukan penerangan didalam rumah cukup baik. Kebersihan dalam
rumah cukup dimana tata letak barang barang-barang dalam rumah cukup
rapih, sumber air minum berasal dari PAM, sumber air untuk cuci dan
masak berasal dari PAM dan sumur pompa listrik. Dimana saluran
pembuangan air limbah melalui got dengan kondisi saluran pembuangan
air limbah yaitu tergenang, jalan didepan rumah lebarnya yaitu sekitar 5
meter dan terbuat dari tanah, dan terdapat kandang biatang piaraan yang
letaknya dibelakang dapur yang kondisinya cukup kotor.
29
2. Denah Rumah
3 m 3 m
3 m
6 m
3 m
3 m 3 3 m
3 m
30
R. Tidur
R. Tidur
R. Tamu
R. Tidur R. Makan
R. Keluarga
Dapur
R. Tidur
sumur
K. Mandi
WC
BAB V
DAFTAR MASALAH
A. Masalah medis :
1. Hipertensi
2. Kolesterol meningkat
B. Masalah non medis
1. Tingkat pengetahuan keluarga Bapak Sutrimo tentang kesehatan kurang.
2. Kondisi lingkungan dan rumah Bapak Sutrimo di depan jalan raya.
3. Pasien merasa kurang puas terhadap hasil pemeriksaan dokter yang
berbeda-beda.
4. Pasien tidak sabar dalam menjalani pengobatan.
5. Pasien merasa frustasi.
C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
31
Tn.S ,55 tahun (Hipertensi)
1. Tingkat pengetahuan
keluarga Bapak
Sutrimo tentang
kesehatan kurang.
2. Kondisi lingkungan dan rumah Bapak Sutrimo di depan jalan raya.
3. Pasien merasa kurang puas terhadap hasil pemeriksaan dokter yang berbeda-beda
4. Pasien tidak sabar dalam menjalani pengobatan
5. Pasien merasa frustasi
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)
No
.
Daftar Masalah I T R Jumlah
IxTxRP S RI Mn Mo Ma
1. Tingkat pengetahuan
keluarga Bapak
Sutrimo tentang
kesehatan kurang
3 3 3 4 3 4 2 2592
2. Kondisi lingkungan
dan rumah Bapak
Sutrimo di depan jalan
raya dan bekerja di
terminal.
3 3 3 3 3 3 3 2187
3. Pasien merasa kurang
puas terhadap hasil
pemeriksaan dokter
yang berbeda-beda
4 3 3 4 3 3 4 5184
4. Pasien tidak sabar
dalam menjalani
pengobatan
5 5 4 4 5 4 4 32000
5. Pasien merasa frustasi 3 3 2 2 3 2 2 432
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
32
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga
Tn. S adalah sebagai berikut :
1. Pasien tidak sabar dalam menjalani pengobatan
2. Pasien merasa kurang puas terhadap hasil pemeriksaan dokter yang
berbeda-beda
3. Tingkat pengetahuan keluarga Bapak Sutrimo tentang kesehatan kurang.
4. Kondisi lingkungan dan rumah Bapak Sutrimo di depan jalan raya dan
bekerja di terminal.
5. Pasien merasa frustasi
Kesimpulan :
Prioritas masalah yang diambil adalah Pasien tidak sabar dalam menjalani
pengobatan sehingga terjadi multifarmasi.
33
BAB VI
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada
pasien maka kelompok kami mengusulkan untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan penunjang yang kami lakukan yaitu pemeriksaan darah
tepi dan pemeriksaan urin rutin.
Hasil pemeriksaan penujang:
I. Pemeriksaan Urin Rutin
Pemerikaan makroskopis
Kekeruhan
Jika ada konstituen-konstituen abnormal yang tidak berwana, maka
makin tinggi konsentrasi urin makin pekat warnanya. Kecepatan ekspresi
pigmen-pigmen urin normal adalah tetap, dan urin yang pucat mempunyai
berat jenis rendah, urin yang gelap mempunyai berat jenis tinggi.
Urin berwarna timbul pada penyakit-penyakit tertentu atau tergangggu
metabolisme, dan setelah pemakaian banyak obat-obatan.
Bau
Urin yang terinfeksi dengan organisme gram negatif seringkali
mempunyai bau yang kurang menyengakan. Sebagai tambahan, urin yang
terinfeksi dengan organisme-organisme pemecah urea menghasilkan bau
amonia. Jika urin yang mempunyai bau normal pada saat tiba di laboratorium
berkembang menjadi bau seperti itu, ini menunjukan dekomposisi bakteri dan
contoh urin tersebut tak dapat dipakai untuk sebagian besar analisis kimia.
Obat-obat tertentu, seperti paraldehid, memberi bau khas, seperti penyakit
urina sirup mapel.
Warna
Urin pasien berwarna kuning jernih hal ini menunjukan bahwa tidak ada
kelainan pada warna urin.
Buih
Buih urin pasein berwarna putih, jernih, lama baru hilang hal ini
kemungkinan urin pasien mengandung protein.
34
Pemeriksaan Kimiawi Urin
Derajat Keasaman (pH) Urin
Pada pemeriksaan urin pasien, pH urin pasien 7. Pada suatu diit campuran
normal, biasanya urin bersifat asam, umumnya bervariasi dalam pH kira-kira 5,5
dan 8,0. diit sayuran menyebabkan kecenderungan alkalosis, sehingga terbentuk
urin alkalis, pH urin pada penyakit dapat mencerminkan keadaan asam-basa
plasma, dan fungsi tubulus-tubulus ginjal. Ini mungkin juga berubah banyak pada
infeksi bakteri pada traktus urinarius, atau secara sengaja dengan obat-obat
pembentuk asam atau alkalis.
Pemeriksaan Glukosa Metode Benedict
Pemeriksaan glukosa dalam urin pasien berwarna tetap biru jernih hal ini
menunjukan glukosa dalam urin negatif. Selain itu penetapan glukosa dapat
dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi
mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor
selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat
dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih
sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi
kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai
250 mg/dl. Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti
galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik
mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar
vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat
terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas
maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus,
tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan
intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal
glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
Contoh urin 24 jam dari orang normal mengandung sejumlah kecil zat
preduksi, umumnya kurang dari 1 gram, darimana diantaranya 20-200mg (0,1-1,1
mmol) adalah glukosa. Glikosuria berarti terdapat glukosa yang mencukupi untuk
bias dideteksi dengan tes klinis yang sederhana, istilah glukosuria yang benar
35
jarang digunakan. Tes komprehensif tergantung atas reduksi tembaga dan ini
bersifat semikuantitatif : tes tradisional meliputi larutan benedict, yang
mengandung tembaga (III) sitrat alkali (kupri sulfat) yang berwarna biru karena
adanya ion tembaga (III). Dengan terreduksinya larutan benedict, oleh glukosa
atau zat-zat lainnya, warna biru hilang dan terbentuklah presipitat jingga merah
dari tembaga (II) oksida (kupri oksida). Warna campuran yang terreduksi
bervariasi dari hijau sampai merah, karena lebih banyak glukosa yang mereduksi
reagen ini maka lebih banyak ion tembaga (III) yang dikonversi menjadi tembaga
(II) oksida.
Banyak zat yang bias mereduksi tembaga, yang dapat berada didalam urin :
reduksi karena gula apapun dinamakan melituria. Glukosa merupakan yang
terpenting dan lazim dan reduksi yang cukup membetuk presipitat harus dianggap
disebabkan oleh glukosa sampai terbukti bukan. Penilaian kuantitatif atas ekskresi
glukosa dalam urin 24 jam sering berguna dalam mengontrol pengobatan diabetes
mellitus, jika pengontrolan glukosa darah tidak dapat dilakukan.
Banyak infeksi urin karena bakteri (misalnya karena E.Coli)menyebabkan
tak adanya glukosa urin. Deteksi glukosa kurang dari 0,03 mmol (5mg) dalam
urin 24 jam telah ditawarkan sebagai sesuatu tes penyaring untuk bakteriuria,
tetapi memberikan proporsi yang tinggi dan tak dapat diterima sebagai hasil
negative palsu.
Penyebab glukosauria bias disebabkan oleh : hiperglikemia disertai dengan
kelemahan toleransi glukosa, hiperglikemia sementara, dan ambang ginjal yang
rendah bagi glukosa. Hiperglikemia tanpa glikosuria bias ditemukan jika ada
peingkatan ambang karena berkurangnya aliran plasma ginjal, karena hal-hal ini
benar-benar sering terlihat pada pasien diabetes berusia lanjut
Protein metode rebus dan sulfosalisilat
Pada pemeriksaan protein urin metode rebus didapatkan hasil positif (+)
satu yang berarti pada urin ditemukan kekeruhan minimal atau mengandung
protein 10-50 mg%. Sedangkan pemeriksaan protein metode sulfosalisilat
ditemukan kekeruhan minimal atau mengandung protein 10-50 mg%.
Pada orang sehat sekitar 650 ml plasma (1200 ml darah) melalui jaringan
ekskresi ginjal yang berfungsi setiap menit, dan dibentuk sekitar 125 ml filtrate
36
gomerulus. Pada manusia, hampir seluruh hasil akhir metabolisme diekskresi
melalui glomerulus; ekskresi metabolit-metabolit melalui tubulus kurang penting
kecuali untuk kalium, urat, dan kreatinn pada kadar yang tinggi di dalam
plasma,tetapi ekskresi tubulus dari banyak obat-obatan (seperti penisilin)
mempunyai arti penting. Glukosa, protein, asam-asam amno, dn sebagian besar air
dan ion-ion, direabsorbsi pada bagian proksimal tubulus-tubulus. Filtrasi
glomerulus terhadap protein berbanding terbalik dengan ukurannya, yang
umumnya bervariasi terhadap berat molekulnya, serta bentuk dan muatan
molekulnya juga mempengaruhi filtrasi. Pada umumnya protein-protein dengan
berat molekul lebih besar daripada 70.000 tidak difiltrasi. Urina normal sangat
sedikit mengandung protein (40-120 mg/24 jam), dan konsentrasinya ini tidak
dapat dideteksi denagn tes-tes sederhana. Adanya protein terutama berasal dari
protein-protein plasma. Rasio albumin globulin dari protein urina normal, yang
relatf engandung lebih banyak globulin dengan berat molekul rendah daripada
dalam plasma, kira 1:1. Sebagian kecil protein yang ada dalam urin normal
mengandung sisa-sisa dari 8g protein (kira-kira 4 grm di antaranya albumin) yang
tiap hari masuk ke filtrate glomerulus pada konsentrasi kira-kira 40 mg/l,
kebanyakan telah diabsorbsi dan dikatabolisme di dalam tubulus proksimalis dan
juga mengandung protein yang diekskresikan dari tubulus dan traktus urinarus
bagian bawah. Hemoglobin mempunyai ambang sekitar 1g/l plasma: hemoglobin
yang dibebaskan ke dalam plasma mula-mula berikatan dengan haptoglobin; bila
ini telah jenuh maka hemoglobin bebas sisanya difiltrasi melalui gomerulus.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui
kelainan ginjal dan salurannyajuga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan
dipelbagaiorgan tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks.
Tes-tes klasik terhadap protein urin tergantung pada denaturasi dan
presipitasi protein. Hal ini biasanya dapat dilakukan dengan mendidihkan urin
setelah pengasaman atau dengan menambahkan ke dalam urin suatu asam organik
dengan berat molekul yang tinggi, paling sering digunakan asam sulfosalisilat
25%. Tak ada zat endogen dalam larutan urin selain dari prespitat protein pada
metode rebus dan tetap tak larut setelah urin diasamkan. Obat-obatan tertentu
dengan berat molekul tinggi terpresipitasi dengan asam sulfosalisilat, dan reaksi
37
protein palsu didapatkan bila urin mengandung bahan diagnostik radio-opak atau
tolbutamid. Lebih mudah untuk mengetes urin mereka terhadap protein yang larut
jika bening, dan kekeruhan urun biasanya dapat dihilangkan dengan penyaringan
dan pemusingan.
Dari data di atas didapatkan hasil pemeriksaan protein dengan metode rebus
(asam asetat) dan sulfosalisilat adalah negative. Reagens pita untuk pemeriksaan
protein lebih peka terhadapalbumin dibandingkan protein lain seperti globulin,
hemoglobin,protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu
hasilpemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkankemungkinan
terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin
yang mengandung amoniumkuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman,
dapatmemberikan hasil positif palsu dengan cara ini.
II. Pemeriksaan Darah Khusus
38
Glukosa Darah
Pada pemriksaan gula darah pasien hasil pemeriksaannya adalah 132 mg/dl
pada saat pemerikaan pasien dalam keadaan puasa. Standar GDP adalah 110-125.
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa
akan dikeluarkan melalui air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan
air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam
jumlah yang banyak (poliuri). Akibatnya, maka penderita merasakan haus yang
berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya
ketahanan tubuh selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang gula
darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
39
Peranan utama karbohidrat di dalam tubuh adalah menyediakan glukosa
bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa memegang
peranan sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya
memperoleh energi dari karbohidrat seperti sel darah merah serta sebagian besar
otak dan sistem saraf. Kelebihan karbohidrat dalam tubuh akan diubah menjadi
lemak yang terjadi di hati. Lemak kemudian dibawa ke sel-sel lemak yang dapat
menyimpan lemak dalam jumlah tidak terbatas.
Secara umum glukosa didapat dari makanan sehari-hari (post prandial) atau
dapat pula dari glikogenilisis dan glukoneogenesis (keadaan puasa). Glukosa akan
dimetabolisme melalui oksidasi, dan disimpan dalam bentuk glikogen atau lemak.
Proses yang pertama adalah glikolisis yaitu proses pengubahan glukosa
dengan bantuan berbagai macam enzim dan menghasilkan asam piruvat.
Glikolisis dapat terjadi apabila otot berkontraksi karena digunakan untuk bekerja.
Asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis akan mengalami siklus asam
sitrat (daur Krebs) yaitu serangkaian reaksi kimia dalam mitokondria yang
mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi dalam bentuk
ATP. Apabila jumlah asam piruvat yang terbentuk berlebihan, maka akan akan
direduksi menjadi asam laktat dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase. Asam
laktat akan dibawa oleh darah ke hati dan diubah menjadi glukosa kembali
melalui proses glukoneogenesis. Jumlah glukosa yang terlalu berlebihan akan
disimpan dengan jalan mengubah glukosa menjadi glikogen dalam hati dan
jaringan otot melalui proses glikogenesis.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya
berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar glukosa dalam keadaan puasa
ataupun post prandial diatur oleh interaksi antara insulin dan glukagon. Insulin
merangsang peyimpanan nutrisi melalui glikogenesis, lipogenesis dan sintesa
protein. Sebaliknya glukagon berfungsi untuk mencegah hipoglikemia dengan
merangsang proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. Pencegahaan
hipoglikemia pada keadaan pusa sangat penting karena glukosa berperan penting
sebagai sumber energi untuk system saraf sentral, dan ketidak mampuan system
saraf sentra untuk berfungsi dengan baik akan terjadi bila kadar glukosa < 40
mg/dl. Sebaliknya pencegahan hiperglikemia juga penting untuk menghindari
40
kehilangan kalori karena glikosuria, bila kadarnya > 180 mg/dl (nilai ambang
ginjal).
Kadar gula darah biasanya naik hingga 120-140 mg/dL selama jam 30 atau
satu jam sesudah makan, tetapi system umpan balik yang mengatur kadar glukosa
darah dengan cepat mengembalikan konsentrasi glukosa ke nilai kontrolnya,
biasanya terjadi 2 jam sesudah absorpsi karbohidrat yang terakhir. Pada waktu
kelaparan fungsi glukoneogenesis dari hati menyediakan glukosa yang dibutuhkan
untuk mempertahankan kadar glukosa darah sewaktu puasa. Menurut kriteria
diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang
dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL
dan pada tes sewaktu >200 mg/dL.
Untuk pasien diabetes yang stabil, pemerksaan urin merupakan surveillance
yang sangat memuaskan, baik terapi diet, obat hipoglikemik oral, atau insulin.
Namun, harus diketahui bahwa konsentrasi glukosa urin mencerminkan kadar
glukosa sebelumnya dan mungkin secara akurat menunjukkan perubahan akut
dalam pengaturan glukosa.
Kolesterol Darah
Pada pemriksaan kolesterol darah pasien hasil pemeriksaannya adalah 300 mg/dl
pada saat pemerikaan pasien dalam keadaan puasa. Kolesterol merupakan
substansi lemak, yang secara normal dibentuk di dalam tubuh. Kolesterol dibentuk
di hati dari lemak makanan. Kolesterol memainkan banyak peran penting dalam
fungsi sel tubuh (antara lain produksi hormon). Kolesterol darah dapat dibagi
menjadi 2 bagian utama yaitu kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) yang
dikenal sebagai dan ldquo kolesterol jahat dan rdquo dan kolesterol HDL (High
Density Lipoprotein) yang dikenal sebagaidan ldquo kolesterol baik dan rdquo.
LDL membawa kolesterol dari hati ke sel, dan HDL berperan membawa
kolesterol dari sel ke hati. Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu
penimbunan kolesterol di sel, yang menyebabkan munculnya atherosclerosis
(pengerasan dinding pembuluh darah arteri) dan penimbunan plak di dinding
pembuluh darah. Hal ini dihubungkan dengan penngkatan risiko penyakit akibat
gangguan pembuluh darah (misalnya: penyakit jantung koroner, stroke, gangguan
pembuluh darah terpi).Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah < 200
41
mg/dl bila > 200 mg/dl berarti risiko untuk terjadinya PJK meningkat. Bila kadar
kolesterol darah berkisar antara 200-239 mg/dl, tetapi tidak ada faktor resiko
lainnya untuk PJK maka biasanya tidak diperlukan penanggulangan yang intensif.
Akan tetapi bila dengan kadar tersebut didapatkan PJK atau faktor risiko lainnya
untuk PJK maka diperlukan pengobatan yang intensif seperti halnya penderita
dengan kadar kolesterol yang tinggi atau > 240 mg/dl. Hal ini menunjukan bahwa
kadar kolesterol darah pasien tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor penyebab kadar kolesterol yang
tinggi adalah genetic, diet tinggi lemak, kelebihan berat badan, kurangnya
aktivitas fisik, dan merokok. Merokok meningkatkan kadar kolesterol LDL dan
menurunkan kadar kolesterol HDL. Kadar kolesterol LDL yang tinggi dapat pula
disebabkan oleh konsumsi alkohol atau obat-obatan (misalnya: steroid atau pil
kontrasepsi).
Asam Urat Darah
Pada pemriksaan Asam urat darah pasien hasil pemeriksaannya adalah 4.2
mg/dl pada saat pemerikaan pasien dalam keadaan puasa. Pada metabolisme
normal, kadar asam urat selalu diatur dalam batasan normal, yaitu 3.4 – 7mg/dl
untuk pria dan 2.4 – 5.7mg/dl untuk wanita. Asupan makanan yang terlalu banyak
atau adanya kelainan fungsi ginjal dapat menyebabkan kadar asam urat
meningkat.. Hal ini menunjukan bahwa kadar asam urat darah pasien normal.
Asam urat adalah salah satu penyakit rematik atau radang sendi yang
disebabkan tingginya kadar asam urat yang ditemukan dalam darah. Asam urat
merupakan bagian normal dalam darah dan urine, tepatnya hasil pemecahan sel
tubuh. Setelah sel tubuh mati, maka purin yang terdapat dalam inti sel akan
mengalami metabolisme lanjutan, dengan hasil akhir asam urat, dan akan
dikeluarkan tubuh melalui ginjal.
Penyebab: Kadar asam urat didlm darah yg meningkat sehingga terjadi
penumpukan kristal sodium urat di dlm sendi, disebabkan :
1. Produksi Asam Urat Berlebihan, karena faktor genetik, penderita leukimia,
asupan tinggi purin, obesitas dan hipertiglideridemia, konsumsi alkohol,
konsumsi fructose dan kurang olahraga.
42
2. Ekskresi/Pengeluaran Asam Urat Berkurang, karena faktor genetik, penyakit
ginjal kronik, obat-obatan dierutik tiazid salisilat pirazinamid, obesitas dan
kurangnya produksi urin.
Berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang maka dapat disimpulkan bahwa pasien Tn.S dapat didiagnosis
hipertensi derajat 2 menurut JNC VII.
Hipertensi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah. Di dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi
mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan
sirkulasi, yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam
jangka panjang. Berdasarkan kecepatan reaksinya, sistem kontrol tersebut
dibedakan dalam sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi kurang cepat, dan
yang bereaksi dalam jangka panjang.
1. Sistem kontrol yang bereaksi segera
Refleks kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang
bereaksi segera, sebagai contoh adalah baroreseptor yang terletak pada sinus
karotis dan arkus aorta berfungsi mendeteksi perubahan tekanan darah.
2. Sistem kontrol yang bereaksi kurang cepat
Perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga interstisial yang
dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin termasuk sistem kontrol
yang bereaksi kurang cepat.
3. Sistem kontrol yang bereaksi dalam jangka panjang
Kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem
yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama
ginjal.
Berbagai faktor yang belum pasti namun diduga faktor genetik yang
menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan
sistem renin-angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan
43
natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta obesitas dan faktor endotel
mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer.
Sementara itu jenis hipertensi lain yaitu hipertensi sekunder terjadi setelah
penyakit lain, misalnya : penyakit ginjal, kelainan hormonal (feokromositoma,
hiperaldosteronisme), obat-obatan (pil KB, siklosporin, eritropoietin,
kortikosteroid), dll.
Berikut ini adalah gambaran secara skematis mekanisme terjadinya hipertensi :
44
Katekolamin Hormon natriuretik
Renin- angiotensin
Insulin
Perubahan fungsi
membran sel
Faktor genetik Faktor autokrin dan parakrin
Kalsium intrasel
Pertukaran Na+/H+
Kontraksi otot polos
Ph
Hipertrofi vaskular
Hipertensi
Tahanan perifer
Obesitas Stress Kelebihan Na Iskemia ginjal
Gb2. Diagram mekanisme terjadinya hipertensi
Bila melihat skema di atas maka dapat dilihat bagaimana mekanisme
terjadinya hipertensi pada pasien. Bahwa, tidak ada dugaan yang mengarah ke
faktor genetik dari keterangan pasien mengenai keluarganya yang juga menderita
hipertensi. Kedua, ada stressor dalam diri pasien yaitu pasien sering memikirkan
hasil pemeriksaan dari tenaga kesehatan yang berbeda-beda. Seperti yang
digambarkan pada skema di atas, stress dapat memicu peningkatan pengeluaran
katekolamin sehingga nantinya mempengaruhi kontraksi otot polos (termasuk otot
polos pembuluh darah) yang akan meningkatkan tahanan perifer, jantung juga
meningkat kerjanya berusaha kompensasi dan dampaknya tekanan darah juga
meningkat. Ketiga, kasus hipertensi pasien juga diduga ada hubungannya dengan
diet pasien yang cukup menyukai makan makanan asin (tinggi kadar natrium),
dimana natrium itu sendiri akan mempengaruhi peningkatan beban jantung dan
pembuluh darah karena adanya kadar natrium yang tinggi akan membuat tubuh
kompensasi dengan pengeluaran hormon ADH yang efeknya akan meretensi air
untuk berusaha mengimbangi kadar natrium yang tinggi.
Hipertensi sendiri menurut JNC VII dibagi sebagai berikut :Tabel 5. Klasifikasi
hipertensi menurut JNC VII
45
≥ 100 ≥ 160 atauHpertensi stage 2
90 – 99140 – 159 atauHipertensi stage 1
80 - 89120 – 139 atauPre hipertensi
< 80< 120 &Normal
Diastolik*Sistolik*Klasifikasi
* mmHg
Prinsip pengobatan hipertensi
Gb3. Diagram prinsip pengobatan hipertensi
46
Hipertensi
Perubahan gaya hidup
Bila tensi tidak turun
Bila tekanan darah tetap
tinggi
Beri obat antihipertensi
Tensi turun tapi sedikit
Tetap tinggi + efek samping
Tambah obat lagi (kombinasi)
Perhatikan ada tidaknya indikasi
rujukan
Bila tekanan darah tetap
tinggi
Ganti jenis obat
Tambah obat yang beda kelas
Untuk pengobatan hipertensi pada sebagian besar pasien pengobatan
dimulai dengan dosis kecil obat anti hipertensi yang dipilih, dan bila perlu
dosisnya secara perlahan-lahan dinaikkan, bergantung pada umur, kebutuhan, dan
hasil pengobatan. Obat antihipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai
efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan
setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih di atas 50% efek
maksimal dengan alasan obat semacam ini dapat memberi perlindungan terhadap
faktor resiko seperti kematian mendadak, serangan jantung dan stroke yang
disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun setelah tidur malam
hari.
Berikut ini dapat menjadi salah satu acuan pemberian terapi farmakologis
hipertensi :
Hipertensi tanpa komplikasi :
Diuretik
Penyekat beta
Indikasi mutlak
DM dengan proteinuria
ACE inhibitor
Gagal jantung
ACE inhibitor
Diuretik
Hipertensi sistolik terisolasi
Diuretik
Antagonis kalsium dihidropiridin jangka panjang
Infark miokard
Penyekat beta non-ISA
ACE inhibitor
Diuretik
Diuretik mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume
ekstravaskuler dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung. Contoh
diuretik yang digunakan adalah golongan tiazid dengan waktu paruh 8-12 jam.
47
Golongan penghambat simpatetik
Mekanisme kerja golongan ini antara lain melalui penghambatan aktivitas
simpatik pada pusat vasomotor otak (metildopa dan klonidine) atau pada ujung
saraf perifer (reserpine dan guanetidine). Yang perlu diketahui juga untuk
klonidine adalah efek rebound hypertentionnya.
Beta Blocker
Mekanismenya adalah dengan menghambat reseptor beta 1 (terdapat di
jantung dan jaringan adipositas) dan reseptor beta 2 (terdapat di otot polos
pembuluh darah dan bronkus). Perlu diperhatikan pemberian penghambat beta 2
tidak boleh diberikan pada pasien dengan asma.
ACE Inhibitor
ACE inhibitor adalah antihipertensi yang handal, namun ia mempunyai
kekurangan terutama karena menyebabkan batuk. Hal ini terjadi karena ACE
inhibitor selain menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (efek
antihipertensinya), ternyata juga terlibat dalam menghambat pemecahan
bradikinin.
Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos
yang akan menurunkan resistensi pembuluh darah
Tabel 6. Contoh sediaan obat antihipertensi menurut golongannya
Diuretics
Hydrochlorothiazide
Amiloride-
Hydrochlorothiazide
Chlorthalidone
Triamterene-
hydrochlorothiazide
Methyclothiazide
Bumetanide
Frusemide
Indapamide
Chlorothiazide
Calcium Channel
blockers
Nifedipine
Nicardipine
Isradipine
Nilvadipine
Felodipine
Amlodipine
Lacidipine
Diltiazem
Verapamil
Combined alpha/beta
ACE Inhibitors
Captopril
Enalapril
Lisinopril
Perindopril
Quinapril
Ramipril
Fosinopril
Delapril
Cilazapril
Alpha blockers
Prazosin
48
Beta blockers
Atenolol
Metoprolol
Propranolol
Nadolol
Pindolol
Tertatolol
Timolol
Bisoprolol
Betaxolol
Acebutolol
Sotalol
Oxprenolol
blockers
Labetolol
Carvedilol
Direct vasodilators
Minoxidil
Hydralazine
Sodium Nitroprusside
Nitroglycerin
Combination drug
Atenolol/chlorthalidone
Oxprenolol/chlorthalidone
Pindolol/clopamide
Terazosin
Doxazosin
Centrally acting
drugs
Methyldopa
Clonidine
Reserpine
Angiotensin II
antagonist
Losartan
Pola Makan Sehat yang dianjurkan untuk mencegah hipertensi:
Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah “gizi seimbang”,
dimana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang dari “kuantitas” dan
“kualitas” yang terdiri dari:
Sumber karbohidrat : biji-bijian.
Sumber protein hewani : ikan, unggas, daging putih, putih telur, susu
rendah/bebas lemak.
Sumber protein nabati : kacang-kacangan dan polong-polongan serta
hasil olahannya.
Sumber vitamin dan mineral : sayur dan buah-buahan segar.
1. Capai dan pertahankan berat badan ideal
Daftar Bahan Pangan:
a. Serelia, dan umbi-umbian serta hasil olahannya: beras, jagung,
sorgum, cantle,
b. jail, sagu, ubi, singkong, kentang, talas, mie, roti, bihun, oat.
49
c. Sayuran:
Sayur daun: kangkung, bayam, pucuk labu, sawi, katuk, daun
singkong, daun pepaya, daun kacang, daun mengkudu, dan sebagainya.
Sayur buah: kacang panjang, labu, mentimun, kecipir, tomat, nangka
muda, dan sebagainya.
Sayur akar: wortel, lobak, bit, dan sebagainya.
d. Buah: jambu biji, pepaya, jeruk, nanas, alpukat, belimbing, salak,
mengkudu, semangka, melon, sawo, mangga.
e. Kacang-kacangan dan hasil olahnya (tempe, tahu) serta polong-
polongan.
f. Unggas, ikan, putih telur.
g. Daging merah, kuning telur.
h. Minyak, santan, lemak (gajih), jeroan, margarine, susu dan produknya.
i. Gula, garam.
2. Capai dan pertahankan kadar kolesterol
Konsumsi Target Kadar Kolesterol yang Dicapai
50
1 Makanan hewani <<
2. Telur dan kacang-kacangan < < 300 mg/Hari
*)
1. Makanan hewani <<<
2. Telur dan kacang-kacangan <<<
< 200 mg/hari
*) dianjurkan bagi individu dengan kadar kolesterol LDL yang meningkat
3. Pertahankan tekanan darah normal
Pembagian Makanan Sehari
Bahan Makanan Berat (gram) URT
Pagi : Nasi
Telor ayam/susu
skim
Tempe/tahu
Sayuran
Jam 10.00 :
Buah
Siang : Nasi
Daging/ayam
Tempe/tahu
Sayuran
Buah
Minyak utk
menggoreng
Jam 16.00 :
Buah
Malam :
Nasi
Ikan
Tempe/tahu
Sayuran
100
55/30
25
50
100
100
25
25
50
100
15
100
100
25
25
50
100
¾ gls
1 btr/2 sdk mkn
½ ptg
½ gls
1 potong besar
¾ gls
½ ptg
1 ptg
½ gls
1 ptg bsr
1 sdm
1 potong besar
¾ gls
½ ptg
½ ptg
½ gls
1 ptg bsr
51
Buah
Penatalaksanaan diet untuk penderita hipertensi
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
b. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
c. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis
makanan dalam daftar diet.
1. Dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ sampai ½ sendok teh per
hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
2. Mengatur menu makanan
Makanan yang perlu dihindari adalah:
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
craker, keripik dan makanan kering yang asin).
c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buahbuahan dalam kaleng, soft drink).
d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
g. serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam
natrium.
h. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
i. Stop konsumsi daging kambing dan durian
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki
rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe,
kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam
52
natrium. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan
penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari)
dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu,
pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat
dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram)
dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium),
pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1
gelas (406 mg kalium). Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan
mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju
rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan
kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808 mg.
Pembagian Makanan Sehari
Bahan Makanan Berat (gram) URT
Pagi : Nasi
Telor ayam/susu
skim
Tempe/tahu
Sayuran
Jam 10.00 :
Buah
Siang : Nasi
Daging/ayam
Tempe/tahu
Sayuran
Buah
Minyak utk
menggoreng
Jam 16.00 :
Buah
Malam :
250
55/45
50
100
100
250
50
50
100
150
15
200
200
50
50
1¾ gls
1 btr/3 sdk mkn
1 ptg
1 gls
1 potong besar
1¾ gls
1 ptg
1 ptg
1 gls
1 ½ ptg bsr
1 sdm
2 potong besar
1 ½ gls
1 ptg
1 ptg
53
Nasi
Ikan
Tempe/tahu
Sayuran
Buah
Catatan: konsumsi
garam dapur tidak
lebih dari ¼ - ½ sendok
teh/hari
100
150
15
1 gls
1 ½ ptg bsr
1 sdm
BAB VII
54
PENUTUP
KESIMPULAN
Permasalahan yang dialami pasien yaitu hipertensi derajat 2 tanpa
komplikasi.
Pada kasus pasien tidak ada kecenderungan genetik yang memiliki
penyakit sama seperti pasien.
Faktor stressor yaitu jadwal pekerjaan pasien yang tidak menentu, hasil
pemeriksaan fisik yang berubah-ubah, pengobatan yang tidak
menujukan perbaikan, dan kondisi lingkungan rumah yang berada di
depan jalan raya dapat menjadi faktor kebisingan yang cukup tinggi,
menjadi salah satu faktor yang memperberat hipertensi pasien.
Penatalaksanaan pasien yang utama adalah motivasi dan dukungan
agar pasien tidak terlalu berpikir berat mengenai masalahnya, tentunya
dengan melibatkan keluarga pasien.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada pasien agar tidak memperberat
penyakitnya yaitu, mengurangi asupan garam/makanan asin berlebih,
hindari konsumsi daging kambing, rajin mengontrol penyakitnya pada
pelayanan kesehatan, teratur minum obat, olahraga teratur minimal 30
menit, 2-3 x/minggu, jangan terlalu berat memikirkan masalah serta
menyarankan untuk melibatkan keluarga (anak-anaknya) dalam
memikirkan masalahnya agar masalah lebih terasa ringan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Petrus andrianto. 1995. Patologi Klinik Edisi 5. EGC : Jakarta
56