arif kurniawan - fkik

169
 GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA TAHUN 2014 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : ARIF KURNIAWAN NIM : 107101001772  PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Upload: romaya-nurin-nisak

Post on 29-Mar-2016

81 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Arif Kurniawan - Fkik

TRANSCRIPT

Page 1: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 1/169

GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI

GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA

TAHUN 2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

ARIF KURNIAWAN

NIM : 107101001772 

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 2/169

Page 3: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 3/169

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, 14 Juli 2014

Arif Kurniawan, NIM : 107101001772

Gambaran Manajemen dan Sistem Proteksi Kebakaran di Gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2014(xvi+ 129 halaman, 22 tabel, 3 bagan, 9 gambar)

ABSTRAKKebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember 2012

mencapai angka 1.008 kejadian, Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK) Universitas Islam Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di

dalamnya mempunyai resiko terjadinya kebakaran.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran manejemen dan sistem

 proteksi kebakaran di gedung FKIK. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kuantitatif dengan desain studi kasus, yaitu membandingkan denganPermen PU No.26/PRT/M/2008, Permen PU No.10/PRT/M/2009, dan SNI (Standar

 Nasional Indonesia), serta standart international yaitu NFPA (1995). Penelitian ini

menggunakan data primer dengan instrumen observasi lapangan dan dokumentasi.Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan, manajemen proteksi kebakaran

yang belum semua terpenuhi adalah prosedur tanggap darurat, organisasi proteksi

kebakaran, dan sumber daya manusia. Rata-rata proteksi aktif di gedung FKIK cukup

 baik artinya terpasang tapi ada beberapa sarana proteksi aktif yang belum terpasang danada yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan (74,4%). Dan rata-rata sarana

 penyelamat jiwa di gedung FKIK adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan (76,25%).

Untuk itu diperlukan pengadaan dan perbaikan bagi manajemen dan sistem

 proteksi kebakaran yang belum memenuhi persyaratan, serta dilakukannya pemeliharaan

terhadap sistem yang telah tersedia.

Kata kunci : Manajemen Proteksi Kebakaran, FKIK .

Daftar Bacaan : 32 (1987 - 2012)

Page 4: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 4/169

iii

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY

Paper, 14 Juli 2014

Arif Kurniawan, NIM : 107101001772

Preview of Management and Fire Protection Systems at The Faculty of Medicine

and Health Sciences UIN Jakarta 2014(xvi + 129 pages, 22 tables, 3 charts, 9 pictures)

ABSTRACTFires in Jakarta from January to December 27, 2012 reached 1,008 occurrences.

Faculty of Medicine and Health Sciences State IslamicUniversity Jakarta is an education

institute which has a risk of fire.This study aims to describe management and fire protection systems in Faculty

of Medicine and Health Sciences building. The research used descriptive quantitative

method with case study design, which compares with regulation of minister PU

 No.26/PRT/M/2008, regulation of minister PU No.10/PRT/M/2009, and SNI(Indonesian National Standard), and international standards NFPA (1995). This study

uses primary data with field observations and documentation instruments.

The results of the study is the management of fire protection which not fulfilledare emergency procedures, fire protection organizations, and human resources. Active

 protection in the building overall is good but there are some active protection that has

not been installed and are not in accordance with the laws and regulations (74.4%). And

the average of life-saving tool in the building had been good but there are some life-saving tool that has not been installed and are not in accordance with the laws and

reglations (76,25%).

It required the procurement and improvementof management and fire protectionsystem which has not fulfilled the regulations, and maintain the available systems.

Keyword : Fire Protection Management, FKIK

References : 32 (1987-2012)

Page 5: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 5/169

Page 6: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 6/169

Page 7: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 7/169

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

 Nama : Arif KurniawanTempat/Tanggal Lahir : Sukosari, 04 Juli 1989

Jenis Kelamin : Laki-lakiAgama : IslamAlamat : Jl. Kramat IV No.24 Kwitang Jakarta Pusat

 No. Telepon : 085664617244 / 081314712299

Email : [email protected] : kurniawan arif

PENDIDIKAN FORMAL

1. SDN 2 Sukosari Way Kanan, Lampung Lulus Tahun 2001

2. MTs Darul A’mal Kota Metro Lampung, Lulus Tahun 2004 

3. MA Darul A’mal Kota Metro Lampung, Lulus Tahun 2007 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014

PENDIDIKAN NON FORMAL

Madrasah Diniyah Salafiyah, Darul A’mal Kota Metro 

PENGALAMAN ORGANISASI

1. 

2007-2008 : Staf Kementerian Kemahasiswaan BEMJ KESMAS

2.  2008-2009 : Menteri Kemahasiswaan BEMJ KESMAS3.  2008-2009 : Sekretaris Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia FKIK

4.  2009-2010 : Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) I UIN JKT

5.  2009-2010 : Pengurus Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia

6.  2010-2011 : Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) II UIN JKT7.  2011-2013 : Ketua Umum Community of Santry Scholar (CSS MoRA) Nasional.

8.  2011-2013 : Sekretaris Lembaga Anti Narkoba PP IPNU

9.  2013-2015 : Direktur Student Crisis Centre PP IPNU

Jakarta, Juli 2014

Arif Kurniawan

Page 8: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 8/169

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang, yang telah memberi kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Laporan Magang ini. Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan

kepada Rosul tercinta, Nabi Muhammad saw yang telah membawa kebenaran yaitu

Islam dan telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Skripsi ini disusun dalam rangka sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penyusunan Skripsi ini, penulis selalu mendapat motivasi, bantuan dan

dukungan selama melaksanakan penyusunan Skripsi ini. Penulis sangat berterima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini,

diantaranya :

1.  Kedua orang tua penulis. Abah Alm. Kasiyono semoga selalu dalam Rahmat

Allah S.W.T dan ibu Tukilah. Terima kasih untuk semua hal yang sudah

diberikan, yang juga senantiasa mendoakan setiap langkah yang penulis kerjakan

demi kesuksesan penulis.

2.  Prof.Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.  Ibu Febrianti, SP, MSi selaku Ketua program studi Kesehatan Masyarakat.

Page 9: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 9/169

viii

4.  Ibu Riastuti Kusumawardani SKM, M.KM selaku Dosen Pembimbing I, terima

kasih penulis ucapkan atas waktunya, semua arahan, inspirasi, dan masukkan

serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini.

5.  Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II,

terima kasih penulis ucapkan atas waktunya, semua arahan, masukan, bimbingan,

inspirasi, serta kebaikan dalam bimbingannya kepada penulis selama penyusunan

skripsi.

6. 

dr Ainun Naimmah Kurniawan, terima kasih atas segala motivasi, kesabaran, dan

meluangkan waktu untuk mendapingi penulis, serta selalu mendoakan agar

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7.  Teman-Teman Kelas K3, Gizi, Kesmas A serta OPUS. Semoga kita dapat

menjadi bagian terdepan dalam mengembangkan profesi Kesehatan Masyarakat

 berbasis islami dan bermanfaat bagi orang banyak, amin.

8.  Rekan-rekan mahasiswa dan segenap pihak yag telah berperan aktif membantu

Penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan

dalam laporan ini.

Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kesalahannya datangnya dari

Penulis selaku manusia yang dhaif, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat

Penulis harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan

datang.

Jakarta, Juli 2014

Penulis 

Page 10: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 10/169

ix

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …............................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………………  61.4.1 Tujuan Umum.................................................................................................. 6

1.4.2 Tujuan Khusus ………………………………………………………………  6

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 61.5.1 Bagi mahasiswa............................................................................................... 6

1.5.2 Bagi FKIK…….…………………………...................................................... 7

1.6. Ruang Lingkup ................................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebakaran……………...................................................................................... 8

2.1.1 Definisi Kebakaran …..…………………………………………………….   8

2.1.2 Teori Segitiga Api………………………. …………………………………  92.1.3 Klasifikasi Kebakaran………………………………………………………  10

2.1.4 Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaran………………………………………..  12

2.1.5 Bahaya-Bahaya Kebakaran…………………………………………………  142.1.6 Penanggulangan Kebakaran………………………………………………... 16

2.2 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung…………………………………….. 18

2.2.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran………………………………………  192.2.2 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung…………………………  19

2.2.3 Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran……  22

2.3 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif……………………………………………..  22

2.3.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)…………………………………………  232.3.2 Hidran………………………………………………………………………... 24

2.3.3 Alarm Kebakaran…………………………………………………………….  27

2.3.4 Sprinkler Otomatis…………………………………………………………. 292.3.5 Sistem Deteksi………………………………………………………………. 32

2.4 Sarana Penyelamat Jiwa……………………………………………………….  33

2.4.1 Pintu Darurat…………………………………………………………………  34

2.4.2 Tangga Darurat………………………………………………………………   342.4.3 Tanda Petunjuk Arah…………………………………………………………  36

2.4.4 Tempat Berhimpun…………………………………………………………... 36

2.5 Kerangka Teori…………………………………………………………………  37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………………   38

3.2 Definisi Operasional……………………………………………………………  41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ………………………………………………………………  48

Page 11: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 11/169

x

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ………………………………………………….   494.3 Pengumpulan Data...………………………………………………………… ... 49

4.3.1 Sumber Data…… ……………………………………………………………   49

4.3.2 Instrumen Penelitian …………………………………………………………  49

4.4 Pengolahan Data ………………………………………………………………  504.5 Analisa Data……………………………………………………………………  51

4.6 Populasi dan Sampel……………………………………………………………   52

BAB V HASIL

5.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran di Gedung FKIK …………………….. 53

5.2 Organisasi Proteksi Kebakaran di Gedung FKIK………… …………………. 595.3 Sumber Daya Manusia…………………………..…………………………….. 62

5.4 Rata-Rata Kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran di GedungFKIK …………………………………………………………………………..  

64

5.5 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK …………………………..  65

5.5.1 

Alat Pemadam Api Ringan (APAR)………………….……………………... 655.5.2 Hidran…………………………………………….………………………….. 70

5.5.3 AlarmKebakaran…………………………………………………………….. 74

5.5.4 Sprinkler……………………………………….……………………………. 76

5.5.5 Detektor Kebakaran …………………………………………………………   80

5.6 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung FKIK ………………  83

5.7 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIK……………………………………  84

5.7.1 Pintu Darurat di Gedung FKIK…………………………………………….. 84

5.7.2 Tangga Darurat di Gedung FKIK………………………………………….. 87

5.7.3 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIK………………………………  90

5.7.4 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK………………………………………  92

5.8 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIK……………  94

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 K eterbatasan Penelitian ………………………………………………………. 95

6.2 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung FK IK………………………  95

6.3 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK ……………….................... 1016.4 Sumber Daya Manusia di Gedung FKIK…………………………………….. 112

6.5 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran di Gedung FKIK………………………….. 113

6.5.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR )………………………………………..  1136.5.2 Hidran……………………………………………………………………… . 114

6.5.3 AlarmKebakaran…………………………………………………………… . 1166.5.4 Sprinkler …………………………………………………………………… .. 117

6.5.5 Detektor Kebakaran…………………………………………………………  119

6.6 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung FKIK……………………………………  1216.6.1 Pintu Darurat di Gedung FKIK……………………………………………. 121

6.6.2 Tangga Darurat di Gedung FKIK…………………………………………. 123

6.6.3 Petunjuk Arah Jalan Keluar di Gedung FKIK………………………………  125

Page 12: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 12/169

xi

6.6.4 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK………………………………………. 126

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan………………………………………………………………………  128

7.2 Saran………………………………………………………………..…………  129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 13/169

xii

DAFTAR TABEL

 Nomor Tabel Halaman

2.1 Jenis APAR dan Kelas Kebakaran……………………..  24

2.2 Penyedian Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan

Klasifikasi Bangunan........................................................

27

2.3 Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut

Jenis, Jumlah lantai, dan Luas Lantai…………….......... 

28

2.4 Kapasitas Minimum Reservoir………............................  30

2.5 Syarat Tekanan Air dan Kapasitas Aliran Pompa pada

Komponen Pemipaan……………………………........... 

31

2.6 Pemilihan Jenis Detektor sesuai dengan Fungsi

Ruangannya…………………………………….............. 

33

4.1 Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan

Oleh Saptaria et al …………………………..................... 

50

5.1 Kesesuaian Prosedur Tanggap Darurat di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No.20/PRT/M/2009……………................................ 

54

5.2 Kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen

PU No.20/PRT/M/2009……………………………........ 

59

Page 14: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 14/169

xiii

5.3 Kesesuain Sumber Daya Manusia di FKIK dengan

Permen PU No.20/PRT/M/2009.......................................

63

5.4 Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan

Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta…………….................... 

64

5.5 Kesesuaian APAR di FKIK dengan Permen PU No.

26/PRT/M/2009................................................................

66

5.6 Kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-

2000…………… 

72

5.7 Kesesuaian Alarm Kebakaran di FKIK dengan SNI 03-

3985-2000………………….. 

75

5.8 Kesesuaian Sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-

2000..................................................................................

77

5.9 Kesesuaian Detektor Kebakaran di FKIK dengan SNI

03-3985-2000....................................................................

81

5.10 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif di Gedung

FKIK.................................................................................

83

5.11 Kesesuain Pintu Darurat di FKIK dengan Permen PU

 No.26/PRT/M/2008..........................................................

85

Page 15: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 15/169

xiv

5.12 Kesesuain Tangga Darurat di FKIK dengan Permen PU

 No.26/PRT/M/2008………….......................................... 

88

5.13 Kesesuaian Tanda Petunjuk Arah Evakuasi Di FKIK

Dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008..........................

91

5.14 Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA

101....................................................................................

93

5.15 Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di

Gedung FKIK...................................................................

94

Page 16: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 16/169

xv

DAFTAR BAGAN

 No. Bagan Halaman

2.1 Struktur Tim Penanggulangan Kebakaran……………………………......  21

2.2 Bagan Kerangka Teori…………………………………………….............  37

3.1 Bagan Kerangka Konsep.............................................................................. 40

Page 17: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 17/169

xvi

DAFTAR GAMBAR

 No. Gambar Halaman

5.1 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK……………………………...  66

5.2 Hidran Gedung…………………………………………….........................  715.3 Hidran Halaman........................................................................................... 72

5.4 Sprinkler Otomatis....................................................................................... 77

5.5 Detektor Asap.............................................................................................. 81

5.6 Pintu Darurat................................................................................................ 845.7 Tangga Darurat............................................................................................ 875.8 Tanda Petunjuk Arah Jalan Keluar.............................................................. 90

5.9 Tempat Berhimpun...................................................................................... 93

Page 18: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 18/169

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang cepat, reaksi eksotermis

dimana bagian dari energy yang dilepaskan menyokong proses tersebut (mehaffey,

1997). Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia nomor 03-3985-2000,

kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai

temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan

 panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida atau produk dan efek

lainnya. Kebakaran dapat terjadi dimana saja baik dihutan, perkotaan, pemukiman

maupun digedung perkantoran. Masalah kebakaran masih banyak terjadi di sekitar

kita. Hal ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap

kebakaran perlu lebih ditingkatkan (Suma’mur, 1994). 

Pada awal abad ke-21, jumlah populasi dunia adalah sebesar 630 juta jiwa,

dimana sebanyak 7-8 juta jiwa dilaporkan pernah mengalami kejadian kebakaran

dan 5-8 juta jiwa kecelakaan akibat kebakaran. Sementara itu populasi manusia di

Eropa pada awal abad ke-21 adalah sebanyak 700.000.000 jiwa dimana sekitar 2

 juta jiwa mengalami kematian akibat kebakaran dan sekitar 2-5 juta jiwa

mengalami kecelakaan akibat kebakaran (Brushlinsky et al.2006).

Karter (2009) melaporkan jumlah kejadian kebakaran di Amerika Serikat

 pada tahun 2009 sebanyak 1.348.500. Di Inggris pada tahun 2009 sampai dengan

Page 19: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 19/169

tahun 2010 peristiwa kebakaran mencapai 242.000 kasus ( Departement for

communities and local government: London, 2010). Di New Zealand, pada tahun

2009 sampai dengan 2010 terjadi 69.579 kejadian kebakaran dengan jumlah

kebakaran diperkotaan sebanyak 53.940 dan dipedesaan sebanyak 15.639 (New

Zealand Fire Service, 2010).

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum faktor-

faktor yang menyebabkan kebakaran yaitu faktor manusia dan faktor teknis

(Ramli,2010). Untuk kasus kebakaran di Indonesia sekitar 62,8% disebabkan oleh

listrik atau adanya hubungan pendek arus listrik. Penataan ruang dan minimnya

 prasarana penanggulangan bencana kebakaran juga berkontribusi terhadap

timbulnya kebakaran, khususnya kebakaran kawasan industri dan permukiman

(Nugroho,2010).

Kerugian yang ditimbulkan oleh kebakaran antara lain kerugian jiwa,

kerugian materi, menurunnya produktivitas, gangguan bisnis, dan kerugian sosial

(Ramli, 2010). Pada tahun 2010, dari 1.331.500 kejadian kebakaran di Amerika

Serikat yang telah disebutkan diatas, jumlah kerugian yang ditimbulkan antara lain

kematian 3.120 jiwa, 17.720 injury, dan kerugian langsung karena rusaknya properti

sebesar 11.593.000.000 dolar (Karter, 2011).

Kebakaran yang terjadi di Jakarta mulai Januari sampai dengan 27 Desember

2012 mencapai angka 1.008 kejadian. Kebakaran ini terjadi di lima wilayah, yaitu

Jakarta Timur, Barat, Selatan, Utara, dan Pusat. Penyebab kebakaran paling besar

diakibatkan oleh korsleting listrik sebanyak 663 kali. Sedangkan kompor menjadi

 penyebab kebakaran di 88 kejadian. Kemudian penyebab lainnya adalah rokok

Page 20: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 20/169

sebanyak 46 kali, lampu 1 kali, dan dengan  penyebab lain-lain seperti anak main

 petasan, sampah, atau obat nyamuk. Dari 1.008 kebakaran tersebut, diperkirakan

total kerugian mencapai Rp 290.304.480.000. Total tersebut hanya perkiraan

kebakaran sampai tanggal 27 Desember 2012 (Rohmah,2012).

Melihat kasus diatas menunjukkan bahwa potensi kebakaran dapat timbul

 baik dari dalam gedung seperti korsleting listrik, kompor ataupun merokok,

sedangkan yang dari luar gedung adalah kebakaran dapat bermula dari semak

meluas dengan cepat hingga sampai ke gedung. Data diatas menunjukkan bahwa

kerugian yang diakibatkan dari bahaya kebakaran tidak sedikit, baik korban jiwa

atau korban secara finansial. Disinilah pentingnya ilmu Kesehatan dan Keselamatan

Kerja dalam bidang pencegahan dan penanggulan kebakaran, agar kerugian-

kerugian ini tidak terjadi.

Kerugian akibat kecelakaan di kategorikan atas kerugian langsung (direct

cost ) dan kerugian tidak langsung (indirect cost ). Kerugian langsung adalah

kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak

terhadap perusahaan seperti biaya pengobatan dan kompensasi korban kebakaran,

dan kerusakan sarana produksi. Disamping kerugian langsung (direct cost ),

kecelakaan juga menimbulkan kerugian tidak langsung (indirect cost ) antara lain

kerugian jam kerja, jika terjadi kecelakaan kebakaran kegiatan pasti akan terhenti

sementara untuk membantu korban yang cedera, kerugian jam kerja yang hilang

akibat kecelakaan kebakaran jumlahnya cukup besar yang dapat mempengaruhi

 produktivitas. Selain itu ada juga kerugian produksi, kerugian sosial, dan kerugian

citra dan kepercayaan konsumen (Ramli.2010).

Page 21: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 21/169

Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam

 Negeri Jakarta merupakan instansi pendidikan dimana di dalamnya terdapat ruang-

ruang perkuliahan, ruang dosen, perpustakaan dan laboratorium yang semuanya ini

mempunyai resiko terjadinya kebakaran. Di dalam gedung ini banyak faktor-faktor

yang dapat menyebabkan terjadinya bahaya kebakaran, diantaranya adalah buku-

 buku di dalam perpustakaan, arsip-arsip dosen, bahan kimia di dalam laboratorium,

instalasi listrik di setiap ruang gedung, yang mana semua ini sangat memungkinkan

dapat terjadinya kebakaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013,

 beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

 penyelamat jiwa, akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya. Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan. Dengan resiko sebesar ini

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) tidak memiliki prosedur tanggap

darurat yang di pahami oleh semua civitas akademika FKIK, sehingga besar

kemungkinan apabila terjadi bahaya kebakaran, tidak ada prosedur penyelamatan

yang efektif dan efisien. Oleh karena itu penulis tertarik mengambil judul penelitian

mengenai “Gambaran manajemen dan sistem proteksi Kebakaran di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu K esehatan Universitas Islam Negeri Jakarta”. 

1.2 Rumusan Masalah

Bencana kebakaran cenderung meningkat setiap tahun, banyaknya kasus

kebakaran yang terjadi di tempat kerja dan di perkotaan menunjukkan bahwa

Page 22: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 22/169

kebakaran adalah masalah serius bagi kehidupan manusia, khususnya bagi civitas

akademika Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kabag Tata Usaha FKIK tahun 2013,

 beliau menerangkan bahwa FKIK sudah memiliki sarana proteksi aktif dan sarana

 penyelamat jiwa, akan tetapi belum pernah dilakukan pengecekan kembali akan

fungsi-fungsi dari keduanya. Selain itu FKIK belum memiliki organisasi tanggap

darurat dan prosedur tanggap darurat yang diberlakukan. Berdasarkan hal tersebut

 penulis tertarik untuk mengangkat masalah yaitu : Gambaran manajemen dan sistem

 proteksi kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

 Negeri Jakarta.

1.3  Pertanyaan Penelitian

1.  Bagaimana prosedur tanggap darurat kebakaran yang terdapat di gedung FKIK

UIN Jakarta ?

2.  Bagaimana organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta?

3.  Bagaimana Sumber Daya Manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakaran?

4.  Bagaimana sarana proteksi aktif kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta,

meliputi Alarm, Hidran, Detector, Sprinkler, dan APAR?

5. 

Bagaimana sarana penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran digedung FKIK

UIN Jakarta, meliputi pintu darurat, tangga darurat, tempat berhimpun, dan

 petunjuk arah jalan keluar ?

Page 23: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 23/169

1.4  Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Mengetahui manajemen dan sistem proteksi kebakaran aktif di gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.

1.4.2 Tujuan Khusus

1.  Mengetahui prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK UIN

Jakarta

2.  Mengetahui organisasi proteksi kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta.

3. 

Mengetahui Sumber daya manusia dalam manajemen penanggulangan

kebakarn di gedung FKIK

4.  Mengetahui kelengkapan sarana proteksi aktif seperti: Alarm, Hidran,

Detektor, Sprinkler, APAR di gedung FKIK UIN Jakarta.

5.  Mengetahui kelengkapan sarana penyelamat jiwa seperti: pintu darurat,

tangga darurat, tempat berhimpun, petunjuk arah jalan keluar di gedung

FKIK UIN Jakarta.

1.5  Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa

1.  Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan penulis mengenai

keilmuwan K3 khususnya masalah pencegahan penanggulangan

kebakaran digedung.

2.  Membandingkan dan menerapkan ilmu yang didapat pada saat dibangku

kuliah dengan fakta dilapangan.

Page 24: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 24/169

1.5.2 Manfaat bagi civitas akademika FKIK UIN Jakarta

1.  Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan pada

managemen FKIK-UIN Jakarta terkait mengenai sitem pencegahan dan

 penanggulangan kebakaran yang baik dan sesuai dengan standar yang

 berlaku

2.  Mengevaluasi kembali mengenai sistem pencegahan dan penanggulangan

kebakaran di gedung FKIK UIN Jakarta

1.6 

Ruang Lingkup

Melihat manajemen dan sarana proteksi kebakaran di gedung FKIK yang

kurang memadai dan belum pernah diadakan penelitian sebelumnya mengenai

manajemen, sarana proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa. Penelitian ini

 bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pemenuhan pada manajemen

 penanggulangan bahaya kebakaran meliputi prosedur tanggap darurat, organisasi

 proteksi kebakaran, dan sumber daya manusia. Dan juga pemenuhan terhadap

sarana proteksi aktif yang meliputi : Alarm kebakaran, Detector, Sprinkler,

APAR, dan Hidran serta sarana penyelamat jiwa yang meliputi : jalan keluar,

 pintu darurat, tangga darurat, dan tempat berhimpun. Penelitian ini dilakukan

dengan melakukan observasi secara langsung terhadap sarana proteksi

 berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008, Permen PU No.20 PRT/M/2009,

dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan observasional dengan jenis penelitian deskriptif.

Page 25: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 25/169

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebakaran

2.1.1 Definisi Kebakaran

Menurut Soehatman Ramli pada tahun 2010, kebakaran adalah api yang

tidak terkendali artinya diluar kemampuan dan keinginan manusia.

Menurut Standar Nasional Indonesia, kebakaran adalah sebuah fenomena

yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara

kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api,

cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, atau produk dan

efek lainya.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung

dan lingkungan, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh

adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal

terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan.

Menurut Zaini (1998), kebakaran yaitu reaksi kimia yang berlangsung

cepat serta memancarkan panas dan sinar. Kebakaran menurut Perda DKI

Jakarta (1992) adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang

tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.

Page 26: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 26/169

Sedangkan menurut Basri (1998), yang dimaksud dengan kebakaran

adalah suatu hal yang sangat tidak diinginkan. Kebakaran dapat merupakan

 penderitaan dan malapetaka, khususnya terhadap mereka yang mengalami

kebakaran.

2.1.2 Teori Segitiga Api

Menurut Polis Asuransi Kebakaran Indonesia (PSKI), terjadinya

kebakaran memerlukan tiga unsur :

1.  Adanya bahan yang mudah terbakar

2.  Adanya cukup oksigen sebagai oksidator

3.  Adanya suhu yang cukup tinggi dari bahan yang mudah terbakar

(panas)

Konsep model segitiga api tersebut dapat dikembangkan dengan

menambahkan satu unsur baru yaitu reaksi kimia. Dan selanjutnya model

segitiga ini dikenal dengan konsep bidang empat api (tetrahedron). 

Didalam peristiwa terjadinya api/kebakaran terdapat tiga elemen

yang memegang peranan penting yaitu adanya bahan bakar, zat

 pengoksidasi/oksigen dan suatu sumber nyala/panas. Kebakaran adalah

Page 27: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 27/169

10 

suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu

 bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api/penyalaan. Bahan bakar

dapat berupa bahan padat, cair, dan uap/gas. Pada bahan bakar yang

menyala, sebenarnya bukan unsur itu sendiri yang terbakar, melainkan

gas/uap yang dikeluarkan (Depnaker,1987).

Apabila bahan bakar, zat pengoksidasi, dan sumber nyala berada

secara bersama-sam pada kondisi tertentu, maka kebakaran dapat terjadi,

hal ini berarti kebakaran tidak akan terjadi jika:

a. 

Tidak ada bahan bakar atau bahan bakar tersebut tidak dalam jumlah

yang cukup.

 b.  Tidak ada zat pengoksidasi/oksigen atau zat pengoksidasi tidak dalam

 jumlah yang cukup.

c.  Sumber nyala tidak cukup kuat untuk menyebabkan kebakaran.

2.1.3 Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau pembagian kebakaran

 berdasarkan jenis bahan bakarnya. Dengan adanya klasifikasi tersebut akan

lebih mudah, lebih cepat dan lebih tepat pemilihan media pemadaman yang

dipergunakan untuk memadamkan kebakaran. Di Indonesia menganut

klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No.Per.04/Men/1980 yang menurut jenisnya adalah :

Page 28: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 28/169

11 

1.  Kelas A

Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar

dengan sendirinya, kebakaran kelas ini adalah akibat panas yang datang dari

luar, molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas inilah

yang terbakar. Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya

mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan

terbakar.

Sifat utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakarnya

tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam

 bentuk bara. Media pemadam yang cocok adalah dengan dry chemical

sedangkan media pemadaman yang efektif adalah air.

2.  Kelas B

Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat terbakar dengan sendirinya.

Diatas cairan pada umumnya terdapat gas, dan gas ini yang dapat terbakar.

Pada bahan bakar cair ini suatu bunga api sanggup mencetuskan api yang

akan menimbulkan kebakaran.

Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat

lain. Contohnya : solar, minyak tanah, dan bensin. Media pemadaman untuk

 bahan jenis cair adalah sejenis busa (foam), sedangkan jenis gas adalah

 bahan jenis tepung kimia kering (dry chemical), gas halon, dan gas CO2.

3.  Kelas C

Kebakaran pada kawat listrik yang bertegangan, yang sebenarnya kelas

C ini tidak lain dari kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada

Page 29: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 29/169

12 

aliran listrik, kalau aliran diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran

kelas A atau B. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media

 pemadam yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang

yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.

Media pemadamnya adalah bahan jenis kering (dry chemical),  gas

halon gas CO2, dry powder.

4.  Kelas D

Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium,

latium, dan potassium. Proses dari kebakaran kelas ini harus melaui tahapan

yaitu pemanasan awal yang tinggi dan menimbulkan temperatur yang sangat

tinggi pula. Pada kebakaran logam ini perlu dengan alat/media khusus untuk

memadamkannya atau dengan jenis dry chemical multi purpose. 

2.1.4 Sebab-sebab Terjadinya Kebakaran

Kebakaran disebabkan oleh berbagai faktor, namun secara umum dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

a)  Faktor manusia

Sebagian kebakaran disebabkan oleh faktor manusia yang kurang

 perduli terhadap keselamatan dan bahaya kebakaran.

 b)  Faktor teknis

Kebakaran juga dapat disebabkan oleh faktor teknis, khususnya

kondisi tidak aman dan membahayakan (Ramli,2010).

Page 30: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 30/169

13 

Ada tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran yaitu faktor manusia,

faktor teknis, dan faktor alam (Depnaker, 1987 )

1. 

Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran, antara lain :

a.  Faktor pekerja.

1) Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan

kebakaran.

2) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas yang

telah ditentukan.

3) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar

tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran.

4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.

5) Adanya unsur kesengajaan.

 b. 

Faktor pengelola

1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja.

2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja

3) Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik terutama

dalam kegiatan penentuan bahaya dan penerangan bahaya

4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan

5) Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan

udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawasi dengan baik

Page 31: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 31/169

14 

2.  Faktor teknis

a.  Melalui proses fisik/mekanis seperti timbulnya panas akibat kenaikan

suhu atau timbulnya bunga api terbuka.

 b.  Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan,

 penyimpanan, penanganan bahan/barang kimia berbahaya tanpa

memperhatikan petunjuk yang telah ada.

c.  Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehingga

menimbulkan panas atau bunga api dan dapat menyalakan atau

membakar komponen lain.

2.1.5 Bahaya-bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran menurut Depnaker (1987) adalah suatu kejadian

yang sangat merugikan yang dapat berupa korban manusia, kerugian harta

 benda, dampak ekonomi ataupun dampak sosial. Kebakaran yang terjadi

sering mengakibatkan kecelakaan yang berkelanjutan, hal ini disebabkan pada

 peristiwa kebakaran yang dihasilkan asap, panas, nyala, dan gas-gas beracun

yang menyebar kesegala arah dan tempat.

Sedangkan menurut Suma’mur (1981) peristiwa kebakaran adalah suatu

reaksi yang hebat dari zat yang mudah terbakar dengan zat asam. Reaksi

kimia yang terjadi bersifat mengeluarkan panas. Pada beberapa zat, reaksi-

reaksi tersebut mungkin terjadi pada suhu udara biasa. Namun pada umumnya

reaksi tersebut berlangsung sangat lambat dan panas yang ditimbulkannya

hilang ke sekeliling.

Page 32: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 32/169

15 

Adapun bahaya-bahaya kebakaran diantaranya sebagai berikut :

a)  Asap

Asap adalah suatu partikel-partikel zat karbon ukurannya dari 0,5

mikron, sebagai hasil dari suatu pembakaran tak sempurna dari bahan-

 bahan yang mengandung unsur karbon.

Asap dapat mencapai temperatur antara 1000°F-1200°F, oleh efek

 pemanasan menyebabkan asap naik dan membentuk seperti gumpalan

awan kemudian berpencar keseluruh ruangan. Bahaya asap bagi manusia

adalah mungkin menyebabkan iritasi terhadap mata, selaput lendir pada

hidung, dan tenggorokan.

 b)  Panas

Panas adalah suatu bentuk energi yang pada temperatur 300°F

dikatakan sebagai temperatur tertinggi dimana manusia dapat bertahan

hanya dalam waktu yang singkat. Akibat terpapar panas yang tinggi

menyebabkan manusia menderita kehabisan tenaga, kehilangan cairan

tubuh, terbakar atau luka bakar pada pernafasan, dan mematikan kerja

 jantung.

c)  Nyala

 Nyala dapat timbul pada proses pembakaran sempurna dan

membentuk cahaya yang berkilauan.

Page 33: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 33/169

16 

d)  Gas-gas beracun

Pada peristiwa kebakaran banyak gas-gas yang dihasilkan yang

 berasal dari bahan-bahan terbakar (khususnya bahan-bahan kimia).

Beberapa macam gas yang sering dihasilkan dalam proses terjadinya

kebakaran adalah gas CO, SO2, H2S, NH3, HCN, C3H4O, gas dari

 pembakaran plastik, dan gas yang dihasilkan dari bahan seperti kayu,

tekstil dan kertas. Selain itu masih ada bahan kimia lain yang

menghasilkan gas-gas beracun. Oleh karena itu pada peristiwa kebakaran

tidak jarang korban yang timbul akibat terkurung gas-gas beracun

tersebut.

2.1.6 Penanggulangan Kebakaran

Penanggulangan kebakaran adalah suatu upaya untuk mencegah

timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengenalan setiap wujud energi,

 pengadaan sarana proteksi kebakaran, dan sarana penyelamatan serta

 pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran

(Kepmenaker RI No.Kep.186/MEN/1999).

Sedangkan menurut Suma’mur (1981), penanggulangan kebakaran

merupakan semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan,

 pengamatan, dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan

keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan.

Lima prinsip pokok penanggulangan kebakaran dan pengurangan korban

kebakaran :

Page 34: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 34/169

17 

1.  Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik

2.  Pembuatan bangunan yang tahan api

3. 

Pengawasan yang teratur dan berkala

4.  Penemuan kebakaran pada tingkat awal pemadamannya

5.  Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat dan

tindakan pemadamannya

Menurut Depnaker tahun (1987), pada modul-modul prinsip penanggulangan

kebakaran, secara umum dasar dari pemadaman bertujuan agar nyala atau

kobaran api dapat dipadamkan dengan segera, sehingga dampak yang merugikan

dan korban jatuh dapat dihindarkan. Oleh karena itu usaha pemadaman api harus

memerlukan teknik yang tepat serta didukung oleh sistem tanggap darurat yang

 baik agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Teori pemadaman api terdiri dari beberapa cara, yaitu :

a. 

Pemadaman dengan cara pendinginan (cooling) 

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah

dengan cara pendinginan atau menurunkan temperatur bahan bakar sampai

tidak dapat menimbulkan gas untuk pembakaran. Air adalah salah satu

media pemadaman yang baik untuk menyerap panas. Oleh karena itu media

air tidak dianjurkan untuk memadamkan kebaran dari cairan mudah terbakar

dengan flash point  dibawah 100°F (37°C).

Page 35: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 35/169

18 

 b.  Pemadaman dengan cara pengurangan oksigen (smothering) 

Dapat membatasi atau mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api

akan dapat padam. Salah satu contoh adalah memindahkan minyak yang

terbakar di penggorengan dengan menutupi kuali.

c.  Pemadaman dengan cara pengambilan atau pemindahan bahan bakar

(starvation) 

Pemindahan bahan bakar yang efektif, akan tetapi tidak terlalu

 berhasil dalam prakteknya karena sulit.

d. 

Pemadaman dengan cara pemutusan rantai reaksi kimia (builing combustion

chain reaction) 

Merupakan cara terakhir untuk memadamkan api yaitu dengan

mencegah terjadinya rantai reaksi kimia di dalam proses pembakaran.

Contohnya adalah APAR (Alat Pemadam Api Ringan).

2.2 Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan, manajemen

 proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan untuk

mengupayakan kesiapan pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam

 pelaksanaan kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan.

Setiap pemilik / pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan

 pengelolaan resiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri, memitigasi, merespon

Page 36: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 36/169

19 

dan pemulihan akibat kebakaran. Selain itu setiap pemilik/pengguna gedung juga

harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam

izin mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran

(Kementerian Pekerjaan Umum RI, 2009)

2.2.1 Prosedur Tanggap Darurat Kebakaran

Prosedur tanggap darurat kebakaran mencakup kegiatan pembentukan tim

 perencanaan, penyusunan analisis risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman keakaran (fire

 safety plan), dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency plan) 

(Kementerian PU, 2009).

Komponen pokok rencana pengamanan kebakran mencakup rencana

 pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, rencana ketatgrahaan yang baik

(good housekeeping plan) dan rencana tindakan darurat kebakaran  (fire

emergency plan) (Kementerian PU, 2009).

2.2.2 Organisasi Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009

unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri

dari penanggung jawab, personil komunikasi, pemadam kebakaran,

Page 37: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 37/169

20 

 penyelamat/paramedic, ahli teknik, pemegang peran kebakaran lantai, dan

keamanan.

a. 

Kewajiban pemilik/pengguna gedung

Pemilik/pengelola gedung bangunan wajib melaksanakan

manajemenpenanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi

 penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim

Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan

rencana pengamanan kebakaran ( fire safety plan) dan rencana tindakan

darurat kebakaran ( fire emergency plan) (Kementerian PU, 2009).

Besar kecilnya struktur organisasi penanggulangan kebakaran

tergantung pada klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap bahaya

kebakaran, tapak, dan fasilitas yang tersedia pada bangunan. Bila terdapat

unit bangunan lebih dari satu, maka setiap unit bangunan gedung

mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-masing dan

dipimpin oleh koordinator Tim penanggulangan kebakaran unit bangunan

gedung (Kementerian PU, 2009)

Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan

kebakaran bangunan gedung menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

 Nomor 20/PRT/M/2009.

Page 38: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 38/169

21 

Bagan 2.1 bagian penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)

Sumber :Kementerian PU, 2009

b. Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran

Struktu Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari :

1)  Penanggung jawab Tm Penanggulangan Kebakaran (TPK)

2)  Kepala bagian teknik pemeliharaan, membawahi :

a)  Operator ruang monitor dan komunikasi

 b)  Operator lif

c)  Operator listrik dan genset

d)  Operator AC dan ventilasi

e)  Operator pompa

3)  Kepala bagian keamanan, membawahi :

a) 

Tim Pemadam Api (TPA)

 b)  Tim Penyelamat Kebakaran (TPK)

c)  Tim Pengamanan

PEMILIK/PENGELOLA/

PEMIMPIN SATLASKAR

PENANGGUNG

JAWAB TPK (PJ-TPK)

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

KOOR TPK UNIT

BANGUNAN

Page 39: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 39/169

22 

2.2.3 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen Penanggulangan Kebakaran

Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2009, untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai

dasar pengetahuan, pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran,

meliputi :

a.  Keahlian di bidang pengamanan kebakaran (fire safety) 

 b.  Keahlian dalam bidang penyelamatan darurat (P3K dan medical darurat)

c.  Keahlian di bidang manajemen

Kualifikasi masing-masing jabatan dalam manajemenpenanggulangan

kebakaran harus mempertimbangkan kompetensi keahlian diatas, fungsi

 bangunan gedung, klasifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran,

situasi dan kondisi infrastruktur sekeliling bangunan gedung. Sumber daya

manusia yang berada dalam manajemen secara berkala harus dilatih dan

ditingkatkan kemampuannya (Kementerian PU, 2009).

2.3 Sarana Proteksi Kebakaran Aktif

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, sistem

 proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis. Sarana

 proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm, Hidran, Detektor, Sprinkler, dan

APAR.

Page 40: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 40/169

23 

2.3.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Menurut Soehatman Ramli (2010), Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) adalah alat pemadam yang bisa diangkut, diangkat, dan

dioperasikan oleh satu orang.

Menurut Perda NO. 3 tahun 1992 adalah suatu alat untuk

memadamkan kebakaran. Persyaratan teknis Alat Pemadam Api Ringan

(APAR) meliputi :

a.  Setiap alat pemadam api ringan dipasang pada posisi yang mudah

dilihat, dicapai, diambil, serta dilengkapi dengan pemberian tanda

 pemasangan.

 b.  Setiap alat pemadam api ringan harus siap pakai.

c.  Tabung tidak boleh berkarat

d.  Dilengkapi cara-cara penggunaan yang memuat urutan singkat dan jelas

tentang cara penggunaan alat.

e.  Belum lewat masa berlakunya

f.  Warna tabung mudah terlihat

g.  Pemasangan alat pemadam api ringan ditentukan sebagai berikut :

1)  Dipasang pada dinding dengan penguatan dan dalam lemari kaca

serta dapat digunakan dengan mudah pada saat diperlukan

2) 

Dipasang pada ketinggiaan 120 cm dari permukaan lantai, kecuali

CO2 dan bubuk kimia kering 15 cm dari alas APAR ke permukaan

lantai.

Page 41: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 41/169

24 

Menurut Zaini (1998), faktor yang menjadi dasar dalam memilih APAR

sebagai berikut:

1. 

Memilih APAR sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan

2.  Harus memperhatikan keparahan yang mungkin terjadi

3.  APAR disesuaikan dengan pekerjaannya.

4.  Memperhatikan kondisi daerah yang dilindungi.

Santoso (2004) membagi jenis APAR dan kelas kebakarannya menjadi empat

yaitu :

Tabel 2.1

Jenis APAR dan Kelas Kebakaran

Kelas  Bahan yang terbakar  APAR  

A Kayu, kertas, teks, plastic, busa,

Styrofoam, file

Tepung kimia serba

guna, air, CO2

B Bahan bakar minyak oil, aspal,

cat, alcohol, elpiji

Tepung kimia biasa, CO2

C Pembangkit listrik Tepung kimia biasa

D Logam,magnesium,titanium,alumunium 

Tepung kimia khususlogam

Sumber: Santoso,2004

2.3.2 Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan

media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran (Depnaker,1987). Hidran biasanya dilengkapi dengan selang ( fire

hose) yang disambungkan dengan kepala selang (nozzle) yang tersimpan

didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah. Untuk menghubungkan

selang dengan kepala selang, digunakan alat yang disebut dengan kopling

Page 42: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 42/169

25 

yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran setempat sehingga bisa

disambung ketempat-tempat yang jauh.

Menurut Kepmen PU No.10/KPTS/2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem

 pemadam kebakaran manual, setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran

yaitu hidran gedung dan hidran halaman.

Berdasarkan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10 mengenai perletakan

hidran, kotak hidran harus mudah dilihat, mudah dicapai, tidak terhalang

oleh benda lain. Kotak hidran dicat warna merah dan di tengah-tengah kotak

Hidran diberi tulisan “HIDRAN” dengan warna putih, tinggi tulisan

minimum 10 cm.

Berdasarkan jenis penempatannya, hidran terbagi menjadi dua, yaitu:

1.  Hidran gedung

Hidran gedung adalah hidran yang terletak di dalam gedung dan

sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang dalam bangunan

gedung tersebut.

2.  Hidran halaman

Hidran halaman adalah hidran yang terletak diluar bangunan,

sedangkan instalasi dan peralatannya disediakan serta dipasang di

lingkungan tersebut.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam hidran yaitu :

a.  Persyaratan teknis

1) Sumber persediaan air harus diperhitungkan minimum untuk

 pemakaian selama 30 menit

Page 43: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 43/169

26 

2) Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai

aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat.

3) 

Selang kebakaran dengan diameter maksimum 1,5 inci harus

terbuat dari bahan yang tahan panas, panjang maksimum selang

harus 30 meter.

4) Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling

dari unit pemadam kebakaran.

 b.  Pemasangan hidran kebakaran

1) 

Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran

2) Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus

dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 2,5 inci

(6,25 cm), minimal debit air 380 liter/menit, kotak hidran gedung

harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh

 benda lain.

3) Hidran halaman, harus disambung dengan pipa induk dengan

ukuran diameternya minimum 6 inci (15cm), debit air hidran 250

galon/menit atau 1,125 liter/menit untuk setiap kopling, hidran

halaman yang memiliki dua kopling pengeluaran harus

menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci

(10cm), dan yang mempunyai tiga kopling pengeluaran harus

menggunakan pembuka berdiameter 6 inci (15 cm), kotak hidran

halaman harus mudah dibuka, mudah dilihat, mudah dijangkau,

dan tidak terhalang oleh benda lain.

Page 44: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 44/169

27 

Tabel 2.2

Penyediaan Hidran Berdasarkan Luas Lantai dan Klasifikasi

BangunanKlasifikasi bangunan  Jumlah lantai  Jumlah dan luas lantai 

A 1 lantai 1 buah per 1000 m2B 2 lantai 1 buah per 1000 m2

C 4 lantai 1 buah per 1000 m2

D 8 lantai 1 buah per 800 m2

E >8 lantai 1 buah per 200 m2

Sumber: Kepmen PU NO.10 tahun 2000

2.3.3 Alarm kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02/Men/1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa:

a)  Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm) 

 b)  Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Komponen alarm kebakaran gedung yang dirangkai dengan instalasi

kabel yaitu :

a.  Titik panggil manual (manual call box) 

Adalah alat yang bekerja secara manual untuk mengaktifan isyarat

adanya kebakaran yang dapat berupa :

1)  Titik panggil manual secara manual (full down) 

2)  Titik panggil manual secara tombol tekan (push bottom) 

Page 45: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 45/169

28 

 b.  Panel indikator kebakaran

Berfungsi untuk mengendalikan bekerjanya sistem yang terletak

diruang operator.

c.  Alat deteksi kebakaran (fire detektor) 

Adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran awal.

Berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 3 tahun 1992, ketentuan untuk alarm

kebakaran adalah sebagai berikut:

a) 

Alat pemadam dan alat perlengkapan lainnya harus ditempatkan pada

tempat yang mudah dicapai dan ditandai dengan jelas, sehingga mudah

dilihat dan digunakan oleh setiap orang pada saat diperlukan (pasal 24

ayat 2).

 b)  Instalasi alarm kebakaran harus selalu dalam kondisi baik dan siap pakai

(pasal 29 ayat 2).

Tabel 2.3

Persyaratan Perancangan Alarm Kebakaran Menurut Jenis, Jumlah Lantai, dan

Luas Lantai

Klasifikasi

Bangunan

Jenis Bangunan Jumlah Lantai Jumlah Luas

Minimum Tiap

Lantai

Tipe Alarm

A Hotel 1

2-4

>4

185

l.a.b

l.a.b

Manual

Otomatis

OtomatisPertokoan &

 pasar

1

2-4

>4

185

l.a.b

l.a.b

Manual

Otomatis

Otomatis

Perkantoran 1

2-4

>4

185

l.a.b

l.a.b

Manual

Otomatis

Otomatis

Rumah sakit &

 perawatan

1

2-4

l.a.b

l.a.b

Manual

Otomatis

Page 46: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 46/169

29 

>4 l.a.b Otomatis

Bangunan industri 1

2-4

>4

l.a.b

l.a.b

l.a.b

Manual

Otomatis

Otomatis

Tempat hiburan

museum

1

2-4>4

l.a.b

l.a.bl.a.b

Manual

OtomatisOtomatis

B Perumahan

 bertingkat

1

2-4

>4

i.d

375

l.a.b

i.d

manual

otomatis

Asrama 1

2-4

>4

i.d

l.a.b

l.a.b

I,d

Manual

Otomatis

Sekolah 1

2-4

>4

i.d

375

l.a.b

i.d

manual

otomatis

Tempat ibadah 1

2-4

>4

i.d

375

l.a.b

I,d

Manual

Otomatis

Sumber Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992

Keterangan : i.d = tidak dipersyaratkan l.a.b =tidak ada batas luas.

2.3.4 Sprinkler  Otomatis

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran,  sprinkler   adalah alat

 pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk

deflector   pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar ke

semua arah secara merata (Kementerian Pekerjaan Umum,2008).

Menurut SNI 03-3989 tahun 2000  sprinkler   otomatis adalah alat

 pemancar untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tundung berbentuk

deflector   pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar

kesemua arah secara merata. Sedangkan yang dimaksud dengan  sprinkler  

otomatis menurut Perda No.3 tahun 1992 adalah suatu sistem pemancar air

Page 47: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 47/169

30 

yang bekerja secara otomatis jika temperatur ruangan mencapai suhu

tertentu.

Instalasi sistem sprinkler  terdiri atas beberapa komponen yaitu :

a)  Komponen persediaan air/ reservoir , untuk sistem sprinkler  cadangan air

dalam reservoir  harus mampu menyediakan air untuk pompa beroperasi

dengan kapasitas penuh selama 1 jam. Untuk menentukan ukuran

kapasitas minimum penampang air (dalam m3) tergantung jenis dan

golongan bahaya kebakaran dari suatu bangunan. Kapasitas minimum

reservoir  dapat dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4

Kapasitas minimum reservoir

Jenis kebakaran Kapasitas minimum reservoir

Bahaya kebakaran ringan 9 m3

Bahaya kebakaran sedang

kel I

12m3

Bahaya kebakaran sedang

kel II

22m3

Bahaya kebakaran sedang

kel III

33m3

Bahaya kebakaran berat 69-290 m3

Sumber : SNI 03-3989 tahun 2000

 b)  Komponen pemompaan, pada dasarnya komponen pemompaan pada

 sprinkler  sama dengan pemompaan sistem hidran yang terdiri dari pompa

listrik, pompa diesel, dan pompa jockey.

c)  Komponen pemipaan, pemipaan mulai dari  gate valve  untuk pipa catu

dalam ruang pompa sampai dengan pemipaan pada pipa-pipa cabang

dimana terdapat atau terpasang alarm control valve. Pada komponen

Page 48: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 48/169

31 

 pemipaan yang harus diperhatikan adalah tekanan air pada pipa dan

kapasitas aliran pompa seperti dalam tabel 2.5.

Tabel 2.5

Syarat tekanan air dan kapasitas aliran pompa pada komponen

pemipaanJenis kebakaran Tekanan air Kapasitas aliran

Bahaya kebakaran

ringan

10 bar 300 liter/menit

Bahaya kebakaran

sedang kel I

12 bar 375 liter/menit

Bahaya kebakaran

sedang kel II

14 bar 725 liter/menit

Bahaya kebakaran

sedang kel III

16 bar 1100 liter/menit

Bahaya kebakaran berat 22 bar 2300-9650 liter/menit

Persyaratan untuk sprinkler otomatis menurut SNI 03-3989 tahun 2000

sebagai berikut :

a.  Jarak maksimal antar sprinkler  untuk bangunan bahaya kebakaran sedang

4-5 meter.

 b.  Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 2,5 inci

c.  Bentuk kopling sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran

d.  Sumber daya sprinkler  minimal berasal dari dua sumber

e.  Kapasitas tanki/reservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3

f.  Kapasitas aliran pompa 375 liter/menit

g. 

Tekanan air pada kepala sprinkler 10 bar

h.  Pemipaan sprinkler  dicat warna merah kecuali kepala sprinkler  

Page 49: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 49/169

32 

2.3.5 Sistem deteksi

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem deteksi

adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran

awal yang terdiri dari :

a.   Detector   asap yaitu : detector   yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu.  Detector   asap ( smoke) dapat

mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dari detector   panas. Persyaratan

untuk detector  asap yaitu :

1) 

Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara  exhaush  dengan detector   dipasang

 pada jarak kurang dari 15 meter

2)  Untuk ruangan dengan luas 92 m2  dengan ketinggian langit-

langit 3 meter harus dipasang 1 buah alat detector .

3)  Jarak detector  pada ruangan efek kurang dari 12 m dengan suhu

ruangan kurang dari dari 38°C

 b.   Detector  panas yaitu : detector  yang bekerja berdasarkan pengaruh panas

(temperatur) tertentu pengindraan panas. Persyaratan untuk detector

 panas yaitu :

1)  Dipasang pada jarak lebih dari 15 meter antara AC dengan

detector sedangkan antara exhaush dengan detector dipasang

 pada jarak kurang dari 15 m

2)  Untuk ruangan dengan luas 46 m2 dengan ketinggian langit-

langit 3 m harus dipasang 1 buah alat detector.

Page 50: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 50/169

33 

3)  Jarak detector pada ruangan sirkulasi kurang dari 10 m.

Tabel 2.6

Pemilihan Jenis Detector  Sesuai Dengan Fungsi Ruangannya

Jenis

detector  

Fungsi ruangan

Asap Ruang peralatan kontrol bangunan,ruangan resepsionis, ruang tamu,

ruang mesin, ruang lift, ruang pompa, ruang AC, tangga, koridor, lobi,

aula, perpustakaan dan gudang

Gas Ruang transformator/diesel, ruang yang berisi bahan yang mudah

menimbulkan gas yang mudah terbakar

 Nyala api Gudang material yang mudah terbakar, ruang kontrol instalasi peralatan

vital

Sumber : SNI 03-6574 tahun 2000

2.4 Sarana Penyelamat Jiwa

Menurut peraturan menteri pekerjaan umum No.26/PRT/M/2008, setiap

 bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan keluar yang dapat

digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu yang cukup

untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan

oleh keadaan darurat. Tujuan dibentuknya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk

mencegah terjadinya kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada

saat keadaan darurat terjadi.

Elemen-elemen yang harus terdapat dalam sarana penyelamatan jiwa adalah :

tangga kebakaran, pintu darurat, dan tanda petunjuk arah (kementerian Pekerjaan

Umum, 2008).

Page 51: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 51/169

34 

2.4.1 Pintu darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, setiap

 pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun,

 pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh.

Menurut SNI 03-1746 tahun 2000, penempatan pintu darurat harus

diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat menjangkau

 pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah ditetapkan. Jumlah pintu

darurat minimal 2 buah pada setiap lantai yang mempunyai penghuni

kurang dari 60, dan dilengkapi dengan tanda atau sinyal yang bertuliskan

keluar menghadap ke koridor, mudah dicapai dan dapat mengeluarkan

seluruh penghuni dalam waktu 2,5 menit.

Pintu darurat harus dilengkapi dengan tanda keluar / exit dengan warna

tulisan hijau di atas putih tembus cahaya dan di bagian belakang tanda

tersebut dipasang dua buah lampu pijar yang selalu menyala

(Depnaker,1987).

2.4.2 Tangga darurat

Tangga darurat adalah tangga yang direncanakan khusus untuk

 penyelamatan bila terjadi kebakaran, tangga terlindung baru yang melayani

tiga lantai/lebih ataupun tangga terlindung yang sudah ada melayani lima

lantai atau lebih. Tangga kebakaran ini harus disediakan dengan tanda

 pengenal khusus di dalam ruang terlindung pada setiap bordes  lantai.

Page 52: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 52/169

35 

Penandaan tersebut harus menunjukkan tingkat lantai, akhir teratas dan

terbawah dari ruang tangga terlindung (kementerian Pekerjaan Umum,2008).

Tangga yaitu alat tersendiri / bagian dari suatu bangunan untuk turun

atau naik dari satu daratan kedaratan lain (Sumam’mur, 1996). Sedangkan

menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah tangga yang

direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran pada

koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan  panic bar sebagai

 pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat.

Menurut SNI 1728 tahun 1989, tiap tangga darurat dilengkapi dengan

kipas penekan/pendorong udara yang dipasang diatap (top) udara pendorong

akan keluar melalui  grill   di setiap lantai yang terdapat di dinding tangga

darurat dekat pintu darurat. Rambu-rambu keluar (exit sign) di tiap lantai

dilengkapi tenaga batrai darurat yang sewaktu-waktu diperlukan bila terjadi

 pemadaman. Bordes antar tangga minimal 8 dan maksimal 18 hal ini karena

 bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan kemiringan tangga menjadi

curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi landai sehingga

melelahkan saat naik maupun turun.

Berdasarkan SNI 03-1746 tahun 1989, tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding, tidak untuk menyimpan barang, terawat dengan baik dan

 bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau cerobong AC, ruang sirkulasi

Page 53: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 53/169

36 

 berhubungan langsung dengan pintu kebakaran, tidak boleh berbentuk

tangga spiral.

2.4.3 

Tanda petunjuk arah

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, selain

dari pintu exit  utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit.

2.4.4  Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah

 pada bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap

kebakaran dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka

waktu selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat

kebakaran.

Sedangkan menurut SNI 03-1746 tahun 2000 yang dimaksud dengan

daerah tempat berlindung adalah suatu tempat berlindung yang

 pencapaiannya memenuhi persyaratan rute sesuai ketentuan yang berlaku.

Menurut Perda No 3 tahun 1992 tempat berkumpul harus dapat

menampung jumlah penghuni lantai tersebut dengan ketentuan luas minimal

0,3 m2 per orang.

Page 54: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 54/169

37 

2.5  Kerangka Teori

Berdasarkan telaah kepustakaan dari berbagai sumber, kerangka teori dapat

dilihat pada Bagan 2.2 dibawah ini :

Sumber : Permen PU No.20/PRT/M/2009, Permen PU No.26/PRT/M/2008, SNI 03-

3985-2000. Dan NFPA 101 (1995)

MANAJEMEN DAN SISTEM PROTEKSI

KEBAKARAN

Manajemen proteksi

kebakaran

1.  Prosedur

tanggap darurat

2.  Organisasi

 proteksi

kebakaran

3. 

Sumber dayamanusia

Sistem proteksi

kebakaran aktif

1.  Alarm

2.  Hidran

3.  Detektor

4.  Sprinkler

5.  APAR

Sarana penyelamat

 jiwa

1.  Pintu darurat

2.  Tangga darurat

3.  Petunjuk arah

4.  Tempat

 berhimpun

Page 55: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 55/169

 

38 

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009

tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan, Setiap pemilik

/pengguna bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko

kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri, memitigasi, merespon dan pemulihan

akibat kebakaran. Selain itu setiap pemilik/pengguna gedung juga harus

memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin

mendirikan bangunan gedung termasuk pengelolaan risiko kebakaran melalui

kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara berkala sistem proteksi

kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian kebakaran.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, sistem

 proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap

terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis. Sarana

 proteksi kebakaran aktif terdiri dari Alarm, Hidran, Detektor, Sprinkler, dan

APAR. Selain itu setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana jalan

keluar yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-

hal yang diakibatkan oleh keadaan darurat.

Page 56: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 56/169

39 

Berdasarkan peraturan diatas, maka penelitian ini menentukan bahwa

variabel prosedur tanggap darurat, organisasi proteksi kebakaran, sumber daya

manusia, sarana proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa masuk di dalam

manajemen dan sistem proteksi kebakaran. Selanjutnya variabel diatas yang berada

di gedung FKIK dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan

melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al   (2005), setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya

diambil kesimpulan dari peneilitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan

manajemen proteksi kebakaran, sarana proteksi aktif dan sarana penyelamat jiwa

dalam penanggulangan kebakaran berdasarkan peraturan yang berlaku.

Page 57: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 57/169

40 

Bagan 3.1 kerangka konsep

Prosedur tanggap darurat

kebakaran

Organisasi proteksi

kebakaran

Sumber daya manusia

Sarana proteksi aktif

Sarana penyelamat jiwa

Manajemen dan sistem proteksi

kebakaran

Page 58: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 58/169

41

3.2 

Definisi Operasional

N

o

Istilah Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Prosedur

tanggap

darurat

Segala kegiatan

yang mencakup

kegiatan pembentukan

tim

 perencanaan,

 penyusunan

analisis risiko

angunan

gedung

terhadap

ahaya

kebakaran,

 pembuatan dan

 pelaksanaan

rencana

 pengaman

keakaran (fire

 safety plan) 

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1) 

Baik : apabila seluruhelemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%

3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman tahun

2005 

Ordinal

Page 59: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 59/169

42

2 Organisasi

 proteksi

kebakaran

Suatu kesatuan

orang yang

terdiri atas

agian-bagian

dan memeiliki

tugas,

ewenang, dan

tanggung

awab yang

dibentuk dalam paya

menanggulangi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman tahun

2005 

Ordinal

3 Sumber

daya

manusia

Orang yang

ertugas dalam

manajemen

 penanggulanga

n kebakaran

mempunyai

dasar

 pengetahuan,

 pengalaman,da

n keahlian

dalam bidang

 proteksikebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%

3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memilikitingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman tahun

2005

Page 60: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 60/169

43

4 APAR Alat pemadam

yang bisa

diangkut,

diangkat, dan

dioperasikan

oleh satu orang

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antara >80%-100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

antra 60%-80%3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis

memiliki tingkat kesesuaian

<60%

Sumber : puslitbang

 pemukiman tahun 2005

Ordinal

5 Hidran Suatu sistem

 pemadam

kebakaran tetap

yang

menggunakan

media

 pemadam air

ertekananyang dialirkan

melalui pipa-

 pipa dan selang

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memilikitingkat kesesuaian antra 60%-

80%

3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang

 pemukiman tahun 2005 

Ordinal

Page 61: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 61/169

44

6 Alarm

Kebakaran

suatu cara

ntuk memberi

 peringatan dini

kepada

 penghuni

gedung atau

 petugas yang

ditunjuk

tentang adanya

kejadiankebakaran

disuatu bagian

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist, Presentase

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman

tahun 2005 

Ordinal

7 Sprinkler

otomatis

Alat pemancar

air untuk

 pemadam

kebakaran yang

mempunyai

tudung yang

erbentuk

deflector pada

 jung mulut

 pancarnya,

sehingga airdapat

memancar

kesemua arah

secara merata

Observasi dan

dokumentasi

Checklist, Presentase

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%

3) 

Kurang : apabila seluruhelemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman

tahun 2005 

Ordinal

Page 62: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 62/169

45

8 Detektor

kebakaran

Alat yang

erfungsi

mendeteksi

secara dini

adanya suatu

kebakaran awal

Observasi dan

dokumentasi

Checklist,

meteran

Presentase tingkat pemenuhan

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman

tahun 2005 

Ordinal

9 Tangga

kebakaran

Tangga yang

direncanakan

khusus untuk

 penyelamatan

ila terjadi

kebakaran;

Observasi dan

dokumentasi

Checklist,

meteran,

Presentase tingkat pemenuhan

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%

3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memilikitingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman

tahun 2005 

Ordinal

Page 63: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 63/169

46

10 Tempat

 berhimpun

Daerah pada

angunan yang

dipisahkan dari

ruang lain dari

 penghalang

asap kebakaran

dimana

lingkungan

yang dapat

dipertahankandijaga untuk

angka waktu

selama daerah

tersebut masih

dibutuhkan

ntuk dihuni

 pada saat

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist ,

meteran 

Presentase tingkat pemenuhan

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman

tahun 2005 

Ordinal

11 Pintu

darurat

Pintu-pintu

yang langsung

menuju tangga

dan hanya

digunakan

apabila terjadi

kebakaran

Observasi dan

dokumentasi

Checklist ,

meteran 

Presentase tingkat pemenuhan

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-80%

3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman

tahun 2005 

Ordinal

Page 64: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 64/169

47

12 Petunjuk

arah

sebuah tanda

yang disetujui

 pemilik

gedung yang

mudah

terlihat dari

setiap arah

akses keluar

gedung

Observasi dan

dokumentasi

Checklist Presentase tingkat pemenuhan

1)  Baik : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antara >80%-

100%

2)  Cukup : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian antra 60%-

80%3)  Kurang : apabila seluruh

elemen yang dianalisis memiliki

tingkat kesesuaian <60%

Sumber : puslitbang pemukiman

tahun 2005 

Ordinal

Page 65: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 65/169

48 

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan desain studi kasus, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah

dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan

adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric  (angka),

dengan menggunakan metode penelitian ini akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti, sehingga menghasilkan kesimpulan yang

akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiono (2005) memberikan pendapat mengenai metode deskriptif

sebagai berikut :

Metode Deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

dapat menggambarkan perbandingan manajamen dan sistem proteksi kebakaran di

gedung FKIK dengan peraturan yang berlaku yaitu dengan Standar Nasional

Indonesia, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2009 tentang

 pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran di perkotaan, Peraturan Menteri

Page 66: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 66/169

49 

Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi

kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014, Penelitian

ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

Jakarta.

4.3 Pengumpulan Data

4.3.1 Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data adalah data primer, karena data yang

diambil langsung dari lapangan melalui metode kuantitatif. Data primer dalam

 penelitian ini berupa organisasi proteksi kebakaran, prosedur tanggap darurat,

sumber daya manusia, sarana proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa.

4.3.2 Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2005) teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga,

yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Cara pengumpulan data dalam

 penelitian ini melalui observasi secara langsung, yaitu melakukan

 pengamatan secara langsung di lokasi untuk memperoleh data yang

diperlukan dan dengan melakukan dokumentasi. Selain itu peneliti juga

melakukan wawancara untuk memperkuat hasil penelitian. Instrumentasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah : meteran, kamera digital, dan

lembar checklist .

Page 67: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 67/169

50 

4.4 Pengolahan Data

Pengolahan data untuk penelitian ini dilakukan dengan :

1. 

Mengumpulkan hasil observasi dan dokumentasi

2.  Melakukan perbandingan antara peraturan perundang-undangan dengan hasil

observasi dengan cara melakukan teknik scoring data terhadap hasil observasi

dengan ketentuan nilai scoring berdasarkan rata-rata nilai sebagai berikut :

a)  ≥ rata-rata maka tingkat pemenuhan = baik

 b)  ≤ rata-rata maka tingkat pemenuhan = kurang baik

3. 

Menarik kesimpulan berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang

dilakukan oleh Saptaria et al (2005) adalah pada tabel 4.1 :

Tabel 4.1

Tingkat Penilaian Audit Kebakaran yang Dilakukan Oleh Saptaria et al

Nilai  Kesesuaian  Keandalan 

>80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

 persyaratan

Cukup (C)

<60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber: Pustlitbang pemukiman tahun 2005

Page 68: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 68/169

51 

4.5 Analisa Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif

dengan metode studi kasus, yaitu mengungkapkan suatu masalah dan keadaan

sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta (Warsito,

1992: 10). Penelitian ini merupakan analisis univariat, yang menggambarkan dan

membandingkan manajemen dan sistem proteksi aktif di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan terhadap Permen PU No.26/PRT/M/2008, Permen

PU No.10/PRT/M/2009, dan SNI (Standar Nasional Indonesia).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

melalui observasi dan dokumentasi, kemudian dideskripsikan dengan cara

menggunakan analisis persentase. Untuk menghitung persentase kesesuaian gedung

FKIK dengan peraturan yang ada. Penulis menggunakan rumus tabel tingkat

 penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al (2005), adalah sebagai

 berikut :

Nilai  Kesesuaian  Keandalan 

>80- 100 Sesuai persyaratan Baik (B)

60-80 Terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai

 persyaratan

Cukup (C)

<60 Tidak sesuai sama sekali Kurang (K)

Sumber: Pustlitbang pemukiman tahun 2005

Page 69: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 69/169

52 

Setelah elemen manajemen dan sistem proteksi kebakaran dibandingkan dengan

 peraturan-peraturan tersebut, dilakukan penilaian dalam bentuk keterangan, yaitu

sesuai bila item yang dilihat pada masing-masing elemen memenuhi semua item

 pada peraturan-peraturan pembanding, kurang sesuai bila sebagian elemen program

memenuhi semua item pada peraturan-peraturan pembanding, tidak sesuai bila

semua elemen program yang diteliti tidak memenuhi semua item pada peraturan-

 peraturan pembanding.

4.6 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah manajemen dan sistem proteksi kebakaran di

seluruh gedung FKIK yang meliputi prosedur tanggap darurat, organisasi proteksi

kebakaran, sumber daya manusia, sistem proteksi aktif, dan sarana penyelamat jiwa.

Dalam penelitian ini tidak terdapat sampel, hal ini dikarenakan peneliti

melakukan penelitian pada seluruh gedung FKIK dan tidak melakukan sampling.

Page 70: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 70/169

53 

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada, alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran. Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran,

 prosedur tanggap darurat kebakaran, dan sumber daya manusia dalam

 penanggulangan kebakaran.

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai prosedur tanggap darurat dalam

upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di gedung FKIK yang

dibandingkan dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.

Page 71: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 71/169

54 

Tabel 5.1

kesesuaian prosedur tanggap darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidaksesuai

1 Tidak terdapat tim

 perencanaan

 pengamanan kebakaran

Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat rencana

 pemeliharaan

Terdapat rencana pemeliharaan sistem

 proteksi kebakaran dalam rencana

 pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat rencana

ketatagrahaan

Terdapat rencana ketatagrahaan yang

 baik (good housekeeping plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

4 Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

 prosedur inspeksi, uji

coba, dan pemeliharaan

Terdapat prosedur inspeksi, uji coba, dan

 pemeliharaan sistem proteksi kebakaran.

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat jadual

inspeksi, uji coba, dan

 pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

Terdapat jadual inspeksi, uji coba, dan

 pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai

Page 72: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 72/169

55 

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

7 Tidak terdapat

 prosedur tatagraha dan

 pemberian izin

Terdapat prosedur tatagraha dan

 pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai

8 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

 pengguna bangunan dalam setiap

keadaan darurat

Tidak sesuai

9 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai

10 Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi:

a)  Alarm kebakaran dan titik

 panggil manual

 b)  Jalan keluar

c)  Rute evakuasi

Tidak sesuai

Page 73: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 73/169

56 

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

11 Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai

12 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai

13 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

 peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai

14 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman, bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai

15 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 prosedur pemberitahuaan, peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai

16 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai

17 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 prosedur evakuasi, penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai

Page 74: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 74/169

57 

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

18 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai

19 Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 prosedur penghentian darurat

 peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai

20 Tidak ada kebijakan

 pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai

21 Tidak ada audit sistem

 proteksi kebakaran

Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas, audit awal, dan

audit lengkap

Tidak sesuai

22 Tidak ada audit sistem

 proteksi kebakaran

Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operator/teknisi yang berpengalamaan.

Tidak sesuai

23 Tidak ada audit sistem

 proteksi kebakaran

Audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai

Page 75: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 75/169

58 

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

24 Tidak ada audit sistem

 proteksi kebakaran

Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai

25 Tidak ada sosialisasi

 pentingnya proteksi

kebakaran

Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran.

Tidak sesuai

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran. Gedung FKIK

mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.

5.2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi

kebakaran, organisasi proteksi kebakaran seharusnya terdiri dari karyawan dan

mahasiswa yang berada didalam gedung FKIK. Organisasi proteksi kebakaran di

FKIK belum terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan,

Page 76: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 76/169

59 

dalam hal ini adalah Dekanat FKIK. Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di

gedung FKIK bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi

kebakaran, karena organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai  job

deskription nya dalam menangani kejadian kebakaran.

Berikut ini adalah hasil checklist mengenai organisasi proteksi kebakaran

digedung FKIK yang dibandingkan dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009 tentang

 pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran diperkotaan.

Tabel 5.2

kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

1 Tidak terdapat Tim

 penanggulangan

kebakaran

Pengelola bangunan gedung membentuk tim

 penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak terdapat tim

 penanggulangan

kebakaran

Setiap unit bangunan gedung memiliki tim

 penanggulangan kebakaran masing-masing

Tidak sesuai

3 Tidak terdapat

struktur tim

 penanggulangan

kebakaran

Terdapat penanggung jawab yang

membawahi seluruh pimpinan tim

 penanggulangan kebakaran setiap unit

 bangunan gedung

Tidak sesuai

Page 77: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 77/169

60 

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

4 Tidak terdapat

struktur tim

 penanggulangan

kebakaran

Terdapat coordinator tim penanggulangan

kebakaran unit bangunan yang membawahi

kepala bagian teknik pemeliharaan dan

kepala bagian keamanan

Tidak sesuai

5 Tidak terdapat

struktur tim

 penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian teknik pemeliharaan

 pada struktur organisasi tim penanggulang

kebakaran

Tidak sesuai

6 Tidak terdapat

struktur tim

 penanggulangan

kebakaran

Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

7 Tidak terdapat

operator

komunikasi

Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai

8 Tidak terdapat

struktur tim damkar

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai

9 Tidak terdapat

struktur tim

 penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai

Page 78: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 78/169

61 

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

10 Tidak terdapat

struktur tim

 penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

 pemadam api

Tidak sesuai

11 Tidak terdapat

struktur tim

 penanggulangan

kebakaran

Kepala bagian keamanan membawahi tim

 pemadam api

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat tim

 penyelamat

kebakaran

Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran. Gedung

FKIK mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan

data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.

Page 79: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 79/169

62 

5.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan, office boy, karyawan,

mahasiswa dan dosen, akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim, oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

 perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran. Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran.

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sumber daya manusia yang diikut

sertakan dalam upaya pencegahan kebakaran digedung FKIK dengan peraturan

Menteri Pekerjaan Umum NO. 20/PRT/M/2009.

Page 80: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 80/169

63 

Tabel 5.3

kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU

 No.20/PRT/M/2009

No Kondisi Aktual Peraturan Menteri Pekerjaan UmumNo.20/PRT/M/2009 

Sesuai/tidaksesuai

1 Belum adanya

Tim untuk

 penanggulangan

 bahaya kebakaran,

sehingga

kompetensi ini

tidak tercapai

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

 pengetahuan, pengalaman, dan

keahlian dibidang kebakaran

Tidak sesuai

2 Tidak adanya tim

 penanggulangan

kebakaran

menyebabkan

tidak

dilaksakannya

training

Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

 pengetahuan, pengalaman, dan

keahlian dibidang penyelamatan

Tidak sesuai

3 Tidak pernah

dilakukan

 pelatihan

 penanggulangan

kebakaran.

Diadakan pelatihan dan peningkatan

kemampuan secara berkala bagi

sumber daya manusia yang berada

dalam manajemen penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai

Page 81: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 81/169

64 

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

 No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran. Gedung FKIK mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan

data mengenai sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

 No.20/PRT/M/2009.

5.4  Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

Tabel 5.4Rata-rata kesesuaian Manajemen Penanggulangan Kebakaran Di Gedung

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta

No Manajemen Penanggulangan Kebakaran Nilai Skoring1 Prosedur tanggap darurat di Gedung FKIK 0%

2 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung

FKIK

0%

3 Sumber Daya Manusia 0%

Rata-rata 0%

Maka berdasarkan tabel 4.1 rata-rata kesesuaian Manajemen

Penanggulangan Kebakaran di gedung FKIK yaitu 0% artinya tidak sesuai

sama sekali dengan peraturan perundangan.

Page 82: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 82/169

65 

5.5 Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sarana proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR, Hidran, Alarm

kebakaran, Sprinkler otomatis, dan detektor kebakaran

5.5.1 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) digedung FKIK ada 20 buah,

disetiap lantai terdapat empat APAR, APAR yang pertama diletakkan

didekat tangga sayap kanan gedung FKIK, APAR kedua diletakkan didekat

 pintu masuk sayap kanan gedung FKIK, APAR yang ketiga diletakkan

didekat kamar mandi, dan APAR yang keempat diletakkan di ujung sayap

kiri gedung FKIK, pada lima lantai gedung FKIK peletakan APAR nya sama

disetiap lantainya. Menurut hasil wawancara peletakan APAR disamakan

agar para pengguna gedung dapat dengan mudah mengingat posisi APAR,

selain itu posisi-posisi yang telah ditentukan terlihat jelas dan tidak terhalang

oleh benda yang lainnya.

Berikut adalah keterangan Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

1.  Jenis APAR : Dry chemical

2.   Nama manufaktur : CV. Muda Karya Jaya

3. 

Penempatan APAR : APAR ditempatkan di sisi-sisi jalan

4.  Jarak antar APAR : 15 m

5.  Jarak dengan lantai : 1,2 m

6.  Masa berlaku APAR : 10 desember 2013 - 10 desember 2014

Page 83: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 83/169

66 

Berikut adalah APAR di gedung FKIK

Gambar 5.1 Alat Pemadam Api Ringan di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuaian APAR digedung FKIK dengan

 peraturan Menteri Pekerjaan Umum NO. 26/PRT/M/2009.

Tabel 5.5

Kesesuaian APAR di FKIK dengan permen PU No. 26/PRT/M/2009

No Kondisi Aktual Permen PU

No.26/PRT/M/2009

Sesuai/

tidak

sesuai

1 Tersedia Alat

Pemadam Api

Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai

2 Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

 pemadam api terbukti

efektif

Terdapat klasifikasi APAR

yang terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api

dimana alat pemadam api

terbukti efektif

Sesuai

Page 84: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 84/169

67 

No Kondisi Aktual Permen PU

No.26/PRT/M/2009

Sesuai/

tidak

sesuai

3 APAR diletakkan

disetiap sudut

 bangunan dan di jalur

tangga

APAR diletakkan ditempat

yang menyolok mata yang

mana alat tersebut mudah

dijangkau dan siap dipakai

Sesuai

4 APAR tidak

terhalangi dan jelas

APAR tampak jelas dan

tidak dihalangi

Sesuai

5 APAR kokoh

digantungannya

APAR selain jenis APAR

 beroda dipasang kokoh pada

 penggantung atau

manufaktur, atau pengikat

yang terdaftar dan disetujui

untuk tujuan tersebut

Sesuai

6 Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

Jarak antara APAR dan

lantai ≥ 10 cm 

Sesuai

7 Instruksi

 pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Instruksi pengoperasian

harus ditempatkan pada

 bagian depan dari APAR

dan harus terlihat jelas

Sesuai

Page 85: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 85/169

68 

No Kondisi Aktual Permen PU

No.26/PRT/M/2009

Sesuai/

tidak

sesuai

8 Label diletakkan

dibagian samping

APAR

Label sistem identifikasi

 bahan berbahaya, label

 pemeliharaan enam tahun,

label uji hidrostastik atau

label lain harus tidak boleh

ditempatkan dibagian depan

dari APAR atau

ditempelkan pada bagian

depan APAR

Sesuai

9 Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

APAR harus mempunyai

label yang ditempelkan

untuk memberikan

informasi nama manufaktur

atau nama agennya, alamat

surat dan no telefon

Sesuai

10 APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secara

elektronik

APAR diinspeksi secara

manual atau dimonitor

secara elektronik

Sesuai

Page 86: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 86/169

69 

No Kondisi Aktual Permen PU

No.26/PRT/M/2009

Sesuai/

tidak

sesuai

11 Tidak dilakukan

inspeksi

APAR diinspeksi pada

setiap interval waktu kira-

kira 30 hari

Tidak

sesuai

12 Arsip terkait APAR

disimpan

Arsip dari semua APAR

yang diperiksa (termasuk

tindakan korektif yang

dilakukan) disimpan.

Sesuai

13 Dilakukan

 pemeliharaan pada

 jangka waktu 1 tahun

Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu ≤ 1 tahun 

Sesuai

14 Terdapat label yang

menunjukkan bulan

dan tahun

 pemeliharaan

Setiap APAR mempunyai

kartu atau label yang

dilekatkan dengan kokoh

yang menunjukkan bulan

dan tahun dilakukannya

 pemeliharaan

Sesuai

15 Terdapat identifikasi

 petugas

Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

Sesuai

Page 87: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 87/169

70 

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No.

26/PRT/M/2009, sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 93%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai APAR

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut

 penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan Permen PU No.

26/PRT/M/2009

5.5.2  Hidran

Hidran di gedung FKIK ditempatkan baik didalam gedung maupun

diluar gedung. Jumlah hidran didalam gedung berjumlah  15 hidran, yang

masing-masing setiap lantai terdapat tiga hidran. Hidran yang pertama

diletakkan di dekat tangga disayap kanan gedung FKIK, hidran yang kedua

diletakkan didekat pintu masuk sayap kanan gedung FKIK, dan hidran

yang ketiga diletakkan didekat kamar mandi. Letak hidran ini sama disetiap

lantainya yang mana gedung FKIK memiliki lima lantai. Peletakan hidran

ini diharapkan dapat memudahkan proses pemadaman kebakaran disetiap

lantainya, dan hidran diletakkan ditempat terbuka agar mudah dijangkau

siapa saja yang berada di lantai tersebut. Berikut ini adalah gambar hidran

dalam gedung

Page 88: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 88/169

71 

Gambar 5.2 Hidran gedung

Sedangkan hidran diluar gedung terdapat empat hidran yang mana

hidran ini diletakkan disepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran.

Jarak penempatan hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam

kebakaran ≤ 50 m. Tipe hidran yang digunakan untuk hidran halaman dan

hidran gedung sama, yaitu tipe hidran ruangan. Kotak hidran dicat merah

dan tidak terkunci, hal diatas dilakukan agar apabila terjadi kebakaran, para

 pengguna gedung dapat dengan mudah menemukan kotak hidran dan

membukanya, selain itu hidran diletakkan di akses jalan mobil berfungsi

untuk menyambungkan antara selang hidran dengan mobil pemadam

kebakaran.

Hidran halaman ditempatkan di sisi-sisi jalur/jalan disekitar

gedung. Hidran halaman bertekanan 4 kg/cm3 atau 55 psi.. berikut ini

adalah gambar hidran halaman di gedung FKIK.

Page 89: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 89/169

72 

Gambar 5.3 Hidran halaman

Dari empat hidran halaman yang ada di gedung FKIK, hanya satu yang

memiliki selang kebakaran dan nozel, tiga yang lainnya hanya terdapat kotak

hidran tanpa isi selang dan nozel didalamnya. Selang hidran dan nozel sengaja

disimpan agar tidak hilang.

Berikut ini adalah tabel kesesuaian Hidran di gedung FKIK dengan SNI

03-3985-2000 

Tabel 5.6

kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak

sesuai

1 Lemari hidran

 berisi slang

kebakaran, nozel,

dan kran penutup

Lemari hidran hanya

digunakan untuk

menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai

Page 90: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 90/169

73 

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak

sesuai

2 Lemari hidran

 berwarna merah

menyolok

Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai

3 Sambungan slang

dan kotak hidran

tidak terhalang

Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai

4 Slang kebakaran

dilekatkan dan

siap digunakan

Slang kebakaran dilekatkan

dan siap digunakan

Sesuai

5 Terdapat nozel Terdapat nozel Sesuai

6 Terdapat hidran

halaman

Terdapat hidran halaman Sesuai

7 Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil

 pemadam

kebakaran

Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

 pemadam kebakaran

Sesuai

Page 91: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 91/169

74 

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak

sesuai

8 Jarak hidran

dengan sepanjang

akses mobil

 pemadam

kebakaran ≤ 50

meter dari hidran

Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

 pemadam kebakaran ≤ 50

meter dari hidran

Sesuai

9 Hidran halaman

 bertekanan 3,79

 bar

Hidran halaman bertekanan

3,5 bar

Sesuai

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000 , seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100%.

skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia.

5.5.3 

Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan, alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1, apabila terjadi bahaya

Page 92: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 92/169

75 

kebakaran staf yang bertugas tinggal menekan buzzer pada titik panggil

manual, maka sirine akan terdengar ke seluruh ruangan. selain itu FKIK

menggunakan  fire alarm  yang berada disetiap hidran yang terpasang

didalam gedung. Hal ini dilakukan agar apabila terjadi bahaya kebakaran

seluruh penghuni gedung FKIK dapat mendengarkan suara sirine

kebakaran dan dapat dengan cepat melakukan evakuasi.

Berikut ini adalah tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Tabel 5.7

kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak

sesuai

1 Alarm

Kebakaran

terdapat pada

titik panggil

manual dan

hidran

Terdapat alarm kebakaran sesuai

2 Suara alarm

sama dengan

suara alarm

lainnya

Sinyal suara alarm kebakaran

 berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai

Page 93: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 93/169

76 

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu, seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya. Alarm Kebakaran di FKIK

mendapatkan nilai 50%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

alarm kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan standar nasional

Indonesia.

5.5.4 Sprinkler

Didalam gedung FKIK terdapat sprinkler otomatik, setiap sistem

sprinkler otomatik harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang bekerja secar otomatis, bertekanan dan

 berkapasitas cukup serta dapat diandalkan setiap saat. FKIK memiliki sistem

 penyediaan air yang bekerja secara otomatis, hal ini dikuatkan dengan hasil

observasi bahwa terdapat sistem penyediaan air yang terletak di dekat parkir

kendaraan motor.

Sprinkler di FKIK berjarak ± 2m dengan sprinkler yang lainnya,

 penentuan jarak ini agar air yang dikeluarkan melalui sprinkler dapat

menyebar ke segala arah dan dapat memadamkan api. Air yang digunakan

disistem sprinkler tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi dan sistem penyediaan air harus dibawah penguasaan

Page 94: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 94/169

77 

 pemilik gedung, hal ini dikuatkan oleh hasil observasi bahwasanya air yang

digunakan dalam sistem sprinkler merupakan air biasa yang tidak

mengandung bahan kimia. Walaupun belum pernah terjadi kebakaran,

sprinkler ini berfungsi dengan baik.

Berikut adalah gambar dari sistem sprinkler di gedung FKIK

Gambar 5.4 Sprinkler otomatis

Berikut ini adalah tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-

3989-2000

Tabel 5.8

kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak

sesuai

1 Terpasang

sprinkler otomatik

Terpasang sprinkler otomatik Sesuai

Page 95: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 95/169

78 

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak

sesuai

2 Sprinkler tidak

diberi ornament,

cat, atau diberi

 pelapisan

Sprinkler tidak diberi

ornament, cat, atau diberi

 pelapisan

Sesuai

3 Air yang

digunakan tidak

mengandung

 bahan kimia

Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai

4 Air yang

digunakan tidak

mengandung serat

Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

 bekerjanya sprinkler

Sesuai

5 Tersedia sisitem

 penyediaan air

Setiap sistem sprinkler

otomatis harus dilengkapi

dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan

air yang bekerja secara

otomatis, bertekanan dan

 berkapasitas cukup, serta dapat

diandalkan setiap saat

Sesuai

Page 96: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 96/169

79 

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak

sesuai

6 Sistem

 penyediaan

didalam

manajemen FKIK

Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai

7 Tersedia

sambungan

disistem sprinkler

Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

 pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai

8 Jarak antar

sprinkler 2 m

Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler ≤ 2 m 

Sesuai

9 Kepala sprinkler

tahan korosi

Kepala sprinkler yang

terpasang merupakan kepala

sprinkler yang tahan korosi

Sesuai

10 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan ≤ 38°C 

Tidak sesuai

Page 97: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 97/169

80 

No Kondisi Aktual SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak

sesuai

11 Tidak terdapat

kepala sprinkler

cadangan

Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ≥36 

Tidak sesuai

12 Tidak terdapat

sprinkler

cadangan

Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai

13 Tidak tersedia

kunci khusus

Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000, sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 69%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai persyaratan

dengan standar nasional Indonesia.

5.5.5  Detektor kebakaran

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan, setiap detektor yang terpasang berjarak ± 3m dengan detektor yang

Page 98: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 98/169

81 

lainnya, detektor kebakaran digedung FKIK berjarak ± 4m dari lantai,

 penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk pemeliharaan

dan untuk pengujian secara periodik. detektor kebakaran yang terdapat

digedung FKIK adalah detektor asap. Penentuan jenis detektor ini dipilih agar

dapat mendeteksi kebakaran secara dini, maksudnya sebelum terjadinya api,

ketika keluar asap maka sudah dapat diketahui bahwa terdapat kebakaran

dititik tersebut. walaupun belum pernah terjadi kebakaran sistem detektor

kebakaran ini berfungsi dengan baik.

Berikut adalah gambar detector asap di FKIK

Gambar 5.5 detektor asap

Berikut ini adalah tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan

SNI 03-3985-2000

Page 99: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 99/169

82 

Tabel 5.9

kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No Kondisi Aktual SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak

sesuai1 Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang

diseluruh ruangan

Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai

2 Detector dapat

dijangkau

Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

 pemeliharaan dan untuk

 pengujian secara periodic

Sesuai

3 Detector

ditempatkan di

tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai

4 Tidak dilakukan

inspeksi

Dilakukan inspeksi, pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai

5 Tidak dilakukan

inspeksi, sehingga

tidak ada rekaman

Rekaman hasil dari semua

inspeksi, pengujian, dan

 pemeliharaan, harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

Tidak sesuai

Page 100: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 100/169

83 

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 , sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai

scoring 60%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai detektor

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.. Menurut

 penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak

sesuai persyaratan dengan standar nasional Indonesia.

5.6  Rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di gedung FKIK

Tabel 5.10Rata-Rata Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Di Gedung FKIK

No Sarana Proteksi Aktif Nilai Skoring

1 APAR 93%

2 Hidran 100%

3 Alarm kebakaran 50%

4 Sprinkler 69%

5 Detektor kebakaran 60%

Rata-rata 74,4%

Maka berdasarkan tabel 4.1 rata-rata kesesuaian sarana proteksi aktif di

gedung FKIK yaitu 74,4% adalah cukup baik artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana proteksi aktif yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

 peraturan perundangan.

Page 101: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 101/169

84 

5.7 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat,

tangga darurat, petunjuk arah jalan keluar, dan tempat berhimpun.

5.7.1 Pintu darurat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun, jenis

engsel sisi atau pintu ayun dipilih agar pintu mampu berayun dari posisi

manapun sehingga mencapai posisi terbuka penuh. Pintu darurat di FKIK

tersambung oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses

evakuasi apabila terjadi bahaya kebakaran.

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung, sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK, dilatai dua terdapat dua pintu

darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi disayap

sebelah kanan gedung, dan terakhir terdapat satu pintu darurat di lantai tiga

dekat ruang dosen kesehatan masyarakat.

Pintu darurat selalu dikunci setiap sore hari, dan ada beberapa pintu

yang sengaja dikunci, pintu dikunci setiap sore hari agar gedung FKIK tetap

terjaga aman, dan satu pintu di lantai dua disayap kanan gedung sengaja

dikunci karena pintu itu jarang digunakan.

Berikut adalah gambar pintu darurat di gedung FKIK.

Page 102: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 102/169

85 

Gambar 5.6 Pintu Darurat FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan

Permen PU No.26/PRT/M/2008

Tabel 5.11

Kesesuain Pintu Darurat Di FKIK Dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008

No Kondisi Aktual Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak

sesuai

1 Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel

atau pintu ayun

Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

 pintu ayun

Sesuai

2 Pintu darurat

mampu berayun

dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

 posisi manapun hingga mencapai

 posisi terbuka penuh

Sesuai

Page 103: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 103/169

86 

No Kondisi Aktual Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak

sesuai

3 Pintu darurat

membuka kearah

 jalan keluar

Pintu darurat membuka kearah

 jalur jalan keluar

Sesuai

4 Pintu darurat ada

 beberapa yang

sengaja dikunci

Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci, alat atau

 pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai

5 Grendel pintu

darurat

ditempatkan

100cm diatas

lantai

Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai

6 Pintu darurat

selalu dalam

 posisi tertutup

Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai

7 Pintu darurat tidak

menutu secara

otomatis

Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis.

Tidak sesuai

Page 104: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 104/169

87 

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

 No.26/PRT/M/2008, sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 71%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai pintu

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut

 penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah cukup baik yang artinya  terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU

 No.26/PRT/M/2008

5.7.2  Tangga Darurat di gedung FKIK

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga

darurat, dua didalam gedung yaitu dibagian tengah gedung dan disayap kanan

gedung yang menghubungkan lantai satu sampai lantai lima, dan dua diluar

gedung yaitu berada dilantai dua dekat dengan ruang auditorium FKIK dan

satu lagi terdapat dibagian luar sayap kanan gedung.

Tangga darurat di gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yang

 berjumlah 10-11 bordes, jumlah bordes ini sengaja dibuat 10-11 bordes karena

 jika jumlah bordes terlalu banyak maka dapat menyebabkan kelelahan, dan

apabila bordes terlalu sedikit, tangga darurat akan menjadi curam.

Page 105: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 105/169

Page 106: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 106/169

89 

No Kondisi Aktual Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak

sesuai

3 Bordes antar

tangga diatas 8

Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18

Sesuai

4 Tangga tidak

dibatasi dengan

dinding

tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai

5 Ruang kosong

dibawah tangga

tidak digunakan

untuk

menyimpan

 barang

Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai

6 Tangga utama

tidak berbentuk

spiral

tidak boleh berbentuk tangga spiral

sebagai tangga utama

Sesuai

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

 No.26/PRT/M/2008, sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

nilai scoring 83%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tangga

darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut

 penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

Page 107: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 107/169

90 

kesesuainnya adalah baik yang artinya  sesuai persyaratan Permen PU

 No.26/PRT/M/2008

5.7.3 Petunjuk arah jalan keluar di Gedung FKIK

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

 jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat, pemasangan ini

dimaksudkan agar arah jalan keluar dapat terbaca dengan jelas dan penghuni

gedung dapat mengetahui jalan keluar.

Tanda petunjuk arah dengan iluminasi eksternal dan internal dapat dibaca

 pada kedua mode pencahayaan normal atau darurat, yang dimaksud mode

normal dan darurat yaitu pencahayaan normal seperti biasa terbaca dengan

 bantuan cahaya, dan mode pencahayaan darurat apabila dalam keadaan

darurat dan tidak ada cahaya yang menerangi ruangan, maka tanda arah jalan

keluar harus bisa terbaca pada kondisi seperti ini.

Berikut adalah gambar tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK.

Gambar 5.8 tanda petunjuk arah jalan keluar

Page 108: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 108/169

Page 109: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 109/169

92 

No Kondisi Aktual Permen PU No. 26/M/2008 Sesuai/tidak

sesuai

6 Lebar huruf pada

kata EXIT ≥ 5cm 

Lebar huruf pada kata ‘EXIT’ ≥ 5

cm, kecuali huruf ‘I’ 

Sesuai

7 Spasi ≥ 1 cm  Spasi minimum antara huruf pada

kata ‘EXIT’ ≥ 1 cm 

Sesuai

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

 No.26/PRT/M/2008, sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

scoring 85%. Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai petunjuk

arah yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut

 penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah baik yang artinya  sesuai persyaratan Permen PU

 No.26/PRT/M/2008

5.7.4 Tempat Berhimpun di Gedung FKIK

Tempat berhimpun di gedung FKIK berada pada satu titik, tempat

 berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus/ berada

dihalaman utama gedung FKIK. Tempat berhimpun sudah memiliki petunjuk

tempat berhimpun yang berada disisi lapangan / halaman gedung.

Page 110: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 110/169

93 

Halaman utama FKIK dipilih menjadi tempat berhimpun dikarenakan

halaman memiliki luas yang dapat menampung seluruh pengguna gedung,

selain itu halaman utama FKIK dapat diakses dari berbagai arah,baik dari

tangga darurat di sayap kanan gedung, maupun tangga darurat yang berada

ditengah gedung.

Berikuta adalah gambar tempat berhimpun digedung FKIK.

Gambar 5.9 tempat berhimpun di gedung FKIK

Berikut ini adalah tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan

 NFPA 101 (1995)

Tabel 5.14

Kesesuai Tempat Berhimpun Di FKIK Dengan NFPA 101

No Kondisi Aktual NFPA 101 Sesuai/tidak

sesuai

1 Terdapat tempat

 berhimpun

Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai

2 Terdapat petunjuk

meeting point,

Tersedia petunjuk tempat

 berhimpun

Tidak sesuai

3 Tempat berhimpun

sangat luas.

Luas tempat berhimpun sesuai,

minimal 0,3 m/orang

Sesuai

Page 111: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 111/169

94 

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101,

sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 66%.

 Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun

yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah

terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan NFPA

101 (1995).

5.8 Rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di gedung FKIK

Tabel 5.15

Rata-Rata Kesesuaian Sarana Penyelamat Jiwa Di Gedung FKIK

No Sarana Penyelamat Jiwa Nilai Skoring

1 Pintu Darurat 71%

2 Tangga Darurat 83%

3 Tempat Berhimpun 66%

4 Petunjuk Arah 85%

Rata-rata 76,25%

Maka berdasarkan tabel 4.1 rata-rata kesesuaian sarana penyelamat jiwa di

gedung FKIK yaitu 76,25%, adalah cukup artinya terpasang tapi ada beberapa

sarana penyelamat jiwa yang belum terpasang dan ada yang tidak sesuai dengan

 peraturan perundangan.

Page 112: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 112/169

95 

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai manajemen dan sistem proteksi

kebakaran dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008, Permen PU

 No.20/PRT/M/2009, Standar Nasional Indonesia, dan Standar Internasional yaitu

 NFPA (1995), akan tetapi hanya mengacu pada beberapa elemen saja, hal ini

disebabkan karena terdapat beberapa element yang tidak bisa dibandingkan karena

tidak adanya informasi mengenai elemen tersebut, selain itu keterbatasan waktu dan

 biaya penelitian juga menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.

6.2 Prosedur Tanggap Darurat kebakaran di gedung Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK)

Dari 25 persyaratan mengenai prosedur tanggap darurat kebakaran menurut

Permen PU No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan

gedung FKIK tidak memiliki prosedur tanggap darurat kebakaran. Gedung FKIK

mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai prosedur

tanggap darurat yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang

Page 113: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 113/169

96 

dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009

Menurut Permen PU No.20/PRT/M/2009 Prosedur tanggap darurat kebakaran

mencakup kegiatan pembentukan tim perencanaan, penyusunan analisis risiko

 bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan rencana

 pengaman keakaran (fire safety plan), dan rencana tindak darurat kebakaran (fire

emergency plan).

Prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK belum ada, alasanya

dikarenakan tidak pernah terjadi kebakaran. Prosedur tanggap darurat kebakaran

dianggap tidak terlalu penting mengingat aktifitas di gedung FKIK jauh dari

aktifitas yang menimbulkan api. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yaitu

tidak adanya struktur organisasi dalam penanggulangan bahaya kebakaran, prosedur

tanggap darurat kebakaran, dan sumber daya manusia dalam penanggulangan

kebakaran.

Dikarenakan belum adanya prosedur tanggap darurat kebakaran di gedung

FKIK, penulis mencoba untuk membuat prosedur tanggap darurat kebakaran

digedung FKIK yang nantinya dapat menjadi usulan dan diimplementasikan dalam

sistem tanggap darurat kebakaran di gedung FKIK.

Prosedur tanggap darurat kebakaran digedung FKIK antara lain:

a.  Prosedur mengenai hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi kebakaran

Page 114: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 114/169

97 

1)  Tekan tombol bahaya kebakaran yang terdekat dengan area terjadinya

 bahaya kebakaran sampai lampu merah berkedip-kedip

2) 

Lakukan pemadaman api segera dengan alat yang sudah tersedia disekitar

tempat kejadian dengan kekuatan yang ada sambil menunggu bantuan

datang

3)  Berikan informasi yang berbunyi “sedang terjadi kebakaran di area……,

harap tim pemadam bertindak segera

4)  Berikan informasi sekali lagi

5) 

Melakukan pengamanan seperlunya ditempat kejadian dan minta bantuan

ke instansi luar

6)  Periksa persedian air untuk boks hidran dan lain-lain untuk kelancaran

hidran

7)  Apabila api semakin besar dan tidak padam :

a)  Berikan informasi sekali lagi melalui mic dan isi beritanya tergantung

situasi yang sedang terjadi.

 b)  Bila perlu meminta bantuan dari pihak luar (pemadam kebakaran kota)

8)  Apabila api sudah padam monitoring dan mencari informasi mengenai

sebab terjadinya kebakaran.

Prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi kebakaran kepada

seluruh civitas akademika tersebut disampaikan pada saat pelatihan

tanggap darurat dan dipasang pada papan informasi disetiap bangunan

gedung yang ada di FKIK.

Page 115: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 115/169

98 

 b.  Prosedur evakuasi

1)  Bila situasi kebakaran tidak terkendali dan membahayakan keselamatan

 pengguna gedung, maka lakukan tindakan untuk evakuasi

2)  Tindakan evakuasi diputuskan oleh ketua organisasi penanggulangan

kebakaran (OPK), berdasarkan laporan situasi dan kondisi dari petugas

 pemadam lapangan

3)  Evakuasi dipimpin oleh atasan masing-masing seksi dengan cara sebagai

 berikut:

a) 

Keluar melalui pintu darurat dan berkumpul ditempat yang telah

ditentukan (assembly point) 

 b) Atasan memastikan tidak ada anggota yang tertinggal dilokasi

kebakaran dengan cara menghitung ulang anggotanya.

c.  Pelatihan tanggap darurat bagi pengguna gedung

Pelatihan tanggap darurat bagi seluruh pengguna gedung diadakan setiap 3

 bulan sekali. Pengguna gedung yang diikutsertakan setiap pelatihan harus

 berbeda-beda, dengan target selama satu tahun seluruh pengguna gedung

mendapatkan satu kali pelatihan. Pelatihan  fire drill yang diberikan yaitu

 pelatihan pemadaman api dengan menggunakan karung basah, Alat Pemadam

Api Ringan (APAR), dan hidran.

d. 

Inspeksi dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran.

1) Pompa hidran 

Page 116: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 116/169

99 

Inspeksi dan pemeriksaan dilakukan minimal satu kali dalam dua minggu

oleh komandan gedung, komandan lantai,dan komandan pemadam

kebakaran. Poin-poin yang harus diperiksa antara lain:

a)  Kondisi diesel hidran selalu mudah dihidupkan

 b)  Kondisi peralatan diesel harus baik

c)  Kondisi bahan bakar harus selalu penuh

2)  Box hydrant

Inspeksi minimal dua kali dalam satu tahun. Poin-poin yang harus diperiksa

antara lain :

a)  Stop kran : tidak bocor dan mudah dibuka

 b)  Hose : kopling dan seal bagus (tidak bocor)

c)   Nozzle : tidak rusak, kopling dan seal bagus (tidak bocor)

d)  Water blow setiap box hydrant

3) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) harus di inspeksi minimal satu kali

selama enam bulan. Poin-poin yang harus diperiksa adalah :

a)  Segel

 b)  Tekanan dalam tabung (untuk yang dilengkapi pressure gauge)

c)  Berat tabung dan kecocokan dengan nilai yang tertera pada tabung

(untuk APAR CO2)

d)  Cartridge

e.  Audit sistem proteksi kebakaran

Audit dan pemeriksaan sistem proteksi kebakaran terdiri dari :

Page 117: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 117/169

100 

1) Audit keselamatan sekilas

Audit keselamatan sekilas dilakukan oleh Organisasi Penanggulangan

Kebakaran (OPK) minimal satu kali selama satu minggu. Inspeksi yang

dilakukan adalah inspeksi kondisi fisik Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan hidran.

2) Audit awal

Audit awal dilakukan setiap enam bulan sekali oleh vendor Alat Pemadam

Api Ringan (APAR) dan hidran.

3) 

Audit lengkap

Audit lengkap dilakukan oleh pihak eksternal minimal satu tahun sekali.

Dalam audit ini tidak hanya sistem proteksi kebakaran saja yang diperiksa,

akan tetapi seluruh aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

Menurut kementerian Pekerjaan Umum (2009) Setiap pemilik / pengguna

 bangunan gedung wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan resiko kebakaran

meliputi kegiatan bersiap diri, merespon dan pemulihan akibat kebakaran. Selain itu

setiap pemilik/pengguna gedung juga harus memanfaatkan bangunan gedung sesuai

dengan fungsi yang ditetapkan dalam izin mendirikan bangunan gedung termasuk

 pengelolaan risiko kebakaran melalui kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan

 pemeriksaan secara berkala sistem proteksi kebakaran serta penyiapan personil

terlatih dalam pengendalian kebakaran.

Seharusnya gedung FKIK memiliki prosedur tanggap darurat yang

didalamnya terdapat tim perencanaan, penyusunan analisis risiko bangunan gedung

Page 118: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 118/169

101 

terhadap bahaya kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan rencana pengaman

kebakaran (fire safety plan), dan rencana tindak darurat kebakaran (fire emergency

 plan). Prosedur tanggap darurat ini penting untuk diketahui dan dipahami oleh

seluruh pengguna gedung, karena prosedur inilah yang nantinya dapat memberikan

keselamatan dan jalan keluar dari bahaya kebakaran. Selain itu apabila prosedur

tanggap darurat dilakukan dengan baik, maka dapat mencegah terjadinya bahaya

kebakaran.

6.3 Organisasi Proteksi Kebakaran Di Gedung FKIK

Dari 12 persyaratan mengenai organisasi penanggulangan kebakaran menurut

Permen PU No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan

civitas akademika FKIK tidak memiliki struktur tim penanggulangan kebakaran.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009 unsur pokok

organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari penanggung

 jawab, personil komunikasi, pemadam kebakaran, penyelamat/paramedic, ahli

teknik, pemegang peran kebakaran lantai, dan keamanan.

Gedung FKIK mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data

mengenai organisasi proteksi kebakaran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah

keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit

tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU

 No.20/PRT/M/2009.

Page 119: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 119/169

102 

Gedung FKIK sampai saat ini belum mempunyai organisasi proteksi kebakaran,

organisasi proteksi kebakaran sebaiknya terdiri dari karyawan dan mahasiswa yang

 berada didalam gedung FKIK. Organisasi proteksi kebakaran di FKIK belum

terwujud dikarenakan belum adanya perhatian dari pembuat kebijakan, dalam hal ini

adalah Dekanat FKIK. Meskipun kebakaran belum pernah terjadi di gedung FKIK

 bukan berarti kita mengabaikan adanya organisasi proteksi kebakaran, karena

organisasi inilah yang nantinya akan bekerja sesuai  job deskription  nya dalam

menangani kejadian kebakaran. Apabila tidak terdapat organisasi proteksi

kebakaran disebuah gedung, maka apabila terjadi bahaya kebakaran, api dapat

dengan cepat membakar seluruh gedung dan menimbulkan kerugian baik material,

social, dan kehilangan jiwa.

Dikarenakan belum adanya organisasi proteksi kabakaran di FKIK, maka

 penulis mencoba memberikan usulan yaitu dalam pelaksanaannya organisasi

 proteksi kebakaran bangunan dibuat oleh penanggung jawab bangunan tersebut

dengan diawasi oleh Dekan FKIK. Setiap pengguna gedung yang tergabung didalam

organisasi proteksi kebakaran memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-

masing. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab tim proteksi kebakaran di

gedung FKIK :

1. 

Penanggung jawab :

a.  Bertanggung jawab terhadap segala kegiatan organisasi proteksi

kebakaran (OPK), dalam hal ini adalah pemimpin tertinggi di

gedung FKIK yaitu Dekan/wakil Dekan.

Page 120: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 120/169

103 

 b.  Memantau dan mengawasi jalannya OPK

c.  Mengkoordinasikan tiap-tiap anggota OPK untuk menjalankan

tugasnya

d.  Dalam keadaan darurat harus berada dipusat pengendalian

(PUSDAL)

e.  Bersama ketua Tim OPK membentuk Tim rehabilitasi paska

keadaan darurat

2.  Ketua OPK

a. 

Melaksanakan upaya untuk meningkatkan kesiagaan seluruh

 penghuni gedung dalam menghadapi keadaan darurat, ketua

OPK sebaiknya dijabat oleh Kabag Tata Usaha yang selalu

 stand by di gedung FKIK.

 b.  Mengkoordinasikan kepada komandan gedung

c.  Berkoordinasi dengan lembaga internal dan lembaga eksternal

d.  Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi

dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni

gedung

e.  Memberikan instruksi dalam setiap tindakan darurat

f.  Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas

Kebakaran, Polisi, Tim SAR dan lain-lain

g.  Melaporkan status keadaan darurat kepada unsure pimpinan

h.  Menyatakan kondisi keadaan darurat sesuai dengan kategori

keadaan darurat

Page 121: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 121/169

104 

i.  Mengkoordinir dan memimpin kegiatan pengendalian dan

 penanggulangan keadaan darurat

 j. 

Menyiapkan regu pemadam kebakaran, evakuasi dan

 penyelamatan

3.  Wakil

a.  Membantu tugas-tugas ketua OPK dalam menentukan langkah-

langkah pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat, wakil

ketua OPK sebaiknya dijabat oleh kepala sekuriti yang mampu

menggerakkan seluruh sekuriti yang berada di gedung FKIK.

 b.  Bertindak sebagai ketua tim OPK apabila ketua bersangkutan

 berhalangan

c.  Membantu mengkoordinir dan memimpin kegiatan

 pengendalian dan penanggulangan keadaan darurat

d.  Bertanggung jawab langsung terhadap teknis pelaksanaan

operasi Pengendalian & Penanggulangan Keadaan Darurat

4.  Komandan Gedung 

a.  Mengkoordinir pelaksanaan evakuasi penghuni gedung dan

mengatur penugasan regu bantuan pemadam kebakaran dan

 penyelamat lantai yang terbakar. Komandan gedung sebaiknya

dijabat oleh Ketua BEMF FKIK. Ketua BEMF dipilih karena

memiliki garis komando dengan ketua BEMJ.

 b.  Berkoordinasi dengan Tim OPK

Page 122: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 122/169

105 

c.  Memberikan saran teknis kepada ketua tim

d.  Menyelenggarakan administrasi sistem pencatatan/pendataan :

daftar abseni penghuni lantai, daftar korban, daftar dokumen

 penting, daftar barang berharga

5.  Komandan Lantai

a.  Mengkoordinir upaya penanggulangan Keadaan Darurat dan

mengkondisikan agar penghuni lantai/ gedung tetap tenang dan

tidak panic. Komandan lantai sebaiknya dijabat oleh Ketua

BEMJ Kesmas.

 b.  Melaporkan ke PUSDAL (Pusat Pengendalian) atau Fire station

Pemda (Eksternal)

c.  Apabila kebakaran tidak teratasi laporkan kepada Ketua Tim

OPK untuk minta bantuan Eksternal

d.  Memecahkan break Glass untuk mengaktifkan Fire Alarm local

e.  Mengkoordinir pelaksanaan Evakuasi dan Penyelamatan

f.  Bertanggung jawab kepada Ketua Tim OPK

g.  Memimpin langsung pelaksanan Latihan Kesiagaan dalam

menghadapi Keadaan Darurat

h.  Koordinasi dengan komandan lantai di atas maupun di

 bawahnya serta tim yang lain yang tergabung dalam OPK

i.  Menghimpun dan menyerahkan daftar absensi evakuasi korban

(bila ada) dan barang berharga fakultas

 j. 

Page 123: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 123/169

106 

6.  Bantuan eksternal

a.  Memberikan bantuan pada saat terjadi Keadaan Darurat,

 bantuan eksternal terdiri dari : Dinkes, Polri, RS, SAR,

PEMDA, dan Dinas Kebakaran.

 b.  Sebagai Rujukan bantuan kesehatan pada saat terjadi Keadaan

Darurat (rumah sakit)

c.  Mendata Jumlah SDM yang ada di semua wilayah kampus

d.  Menginformasikan kepada masyarakat mengenai resiko

Keadaan Darurat yang mungkin terjadi di kampus II

7.  Bantuan internal

a.  Tim Security 

a)  Mengkoordinir operasi sistem pengamanan Keadaan

Darurat

 b)  Memberikan saran Teknis kepada Ketua Tim

c)  Koordinasi dengan anggota Tim yang lain

d)  Koordinasi dengan aparat keamanan dari Instansi

 pemerintah

e)  Membantu kelancaran pelaksanaan operasi

 penanggulangan Keadaan Darurat

 b.  Tim Bantuan Medis

a)  Pertolongan ditempat

 b)  Pengangkutan korban

Page 124: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 124/169

107 

c)  Pertolongan lanjutan/pengiriman korban ke

Poliklinik/Rumah Sakit

d) 

Pencatatan Identitas korban

e)  Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

f)  Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

c.  Tim Bantuan Operasi Teknis

a)  Penyediaan air pemadam kebakaran

 b)  Penyediaan Emergengy Power Supply 

c) 

Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

d)  Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

e)  Pemeliharan/penyempurnaan sarana Penanggulangan

Keadaan Darurat agar selalu dalam keadaan/kondisi

SIAP PAKAI

d.  Tim TI (Teknologi Informasi)

a)  Menyediakan semua fasilitas sarana komunikasi

 b)  Menyediakan saran komunikasi di PUSDAL ( telepon,

sound system, dan lain lain )

c)  Memelihara sarana komunikasi agar selalu dalam

kondisi siap pakai

d) 

Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

e)  Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

e.  Tim Humas

Page 125: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 125/169

108 

a)  Mengkoordinir pelaksanaan liputan mengenai :

  Kejadian

 

Usaha penanggulangan

  Pemanfaatan sumber daya

  Perkembangan situasi/kondisi Keadaan Darurat

 b)  Melayani wawancara terkait dengan kejadian kepada

 pers

c)  Mengatur pelaksanan wawancara Pers bila dianggap

 perlu

d)  Melaksanakan fungsi sebagai pusat informasi dan

 pembuatan dokumentasi peristiwa Keadaan Darurat

e)  Koordinasi dengan anggota Tim OPK yang terkait

lainnya

f)  Koordinasi dengan unsur media masa

g)  Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim OPK

f.  Tim Logistik

a)  Mengkoordinir tugas tugas pelayanan kebutuhan sarana

 penanggulangan Keadaan Darurat meliputi :

 b)  Penyediaan fasilitas Penanggulangan Keadaan Darurat

di PUSDAL

c)  Penyediaan konsumsi, transportasi, bahan/material yang

dibutuhkan berkaitan dengan Keadaan Darurat

d)  Memberikan saran teknis kepada Ketua Tim

Page 126: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 126/169

109 

e)  Koordinasi dengan anggota Tim OPK terkait

8.  Komandan Regu Evakuasi

a. 

Memimpin langsung evakuasi dilantai yang bersangkutan

 b.  Melaksanakan latihan –  latihan evakuasi bagi anggotanya

c.  Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d.  Komandan regu evakuasi di ketuai oleh ketua BEMJ Farmasi

9.  Anggota Regu Evakuasi

a.  Mengatur pelaksanaan Evakuasi disetiap lantai sesuai komando

Komandan Regu lantai

 b.  Melaksanakan koordinasi antar sesama anggota untuk membina

kekompakan regu Evakuasi

10. Komandan Regu Pemadam Kebakaran

a.  Memimpin langsung operasi penanggulangan Kebakaran yang

terjadi dilantai yang bersangkutan

 b.  Melaksanakan latihan – latihan pemadam kebakaran untuk

meningkatkan keahlian dalam penanggulan pemadam

Kebakaran bagi anggotanya

c.  Bertanggung jawab kepada Komandan lantai

d.  Komandan regu pemadam kebakaran diketuai oleh Ketua BEMJ

Keperawatan.

11. Anggota Regu Pemadam Kebakaran

a.  Mengoperasikan langsung peralatan Pemadam Kebakaran

sesuai dengan jenis Keadaan Darurat Kebakaran yang terjadi

Page 127: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 127/169

110 

 b.  Melaksanakan koordinasi dengan sesama anggota untuk

membina/ menjalin kerjasama kekompakan antar regu

c. 

Melaksanakan latihan  –   latihan sesuai komando Komandan

Regu

12. Komandan Regu Penyelamat

a.  Memimpin langsung operasi penyelamatan asset perusahaan

yang berada dilantai untuk menghindari terjadinya kerugian

yang lebih besar

 b. 

Melaksanakan latihan – latihan penyelamatan untuk

meningkatkan kewaspadaan bagi anggotanya

c.  Komandan Regu penyelamatan di ketuai oleh ketua BEMJ

Kedokteran.

13. Anggota Regu Penyelamat

a.  Melaksanakan operasi penyelamatanasset persh yang berada

dilantai, terutama dokumen penting/rahasia atau dokumen

 penting lainnya atas komando Komandan Regu Penyelamat

 b.  Melaksanakan koordinasi antar anggota penyelamat untuk

menjalin kekompakan regu

14. Ketua Kelas Masing-Masing Prodi

a. 

Mencatat mahasiswa yang menjadi tanggung jawabnya

 b.  Apabila ada karyawan/mahasiswa yang terluka, harap segara

melapor kepada First Aider atau Petugas Medis untuk

mendapatkan pengobatan

Page 128: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 128/169

111 

c.  Mengadakan apel checking jumlah Penghuni guna meyakinkan

 bahwa tidak ada yang tertinggal di gedung/area kerja

d. 

Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakit/luka,

 pingsan, meninggal) .

e.  Memeriksa ruangan kantor bila kemungkinan ada personil yang

masih tertinggal.

f.  Bila ternyata ada yang masih tertinggal didalam ruangan, segera

lapor ke tim pemadam selanjutnya laporkan kepada ketua.

g. 

Menghitung berapa jumlah korban (sakit, pingsan, meninggal)

dan berusaha mengevakuasikan korban melalui lift kebakaran,

tangga darurat atau mobil tangga Dinas Kebakaran

h.  Tim Pemadam, Tim Penyelamatan, Tim Evakuasi, Humas serta

OPK

15. PUSDAL (Pusat Pengendalian)

Bisa di Pos security atau disesuaikan dengan situasi, ditentukan oleh

komandan Gedung

16. Civitas Akademika

Siap siaga membantu tugas regu pemadam kebakaran, regu evakuasi,

regu penyelamat, sesuai dengan kebutuhan atas komando komandan

lantai

Page 129: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 129/169

112 

6.4 Sumber Daya Manusia

Dari 3 persyaratan mengenai sumber daya manusia menurut Permen PU

 No.20/PRT/M/2009, seluruhnya tidak terpenuhi. Hal ini disebabkan gedung FKIK

tidak memiliki sumber daya manusia yang khusus untuk menangani bahaya

kebakaran. Menurut Permen PU No. 20/PRT/M/2009, untuk mencapai hasil kerja

yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar

 pengetahuan, pengalamaan dan keahlian dibidang proteksi kebakaran. Gedung

FKIK mendapat nilai 0%, skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

sumber daya manusia yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran

yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat

kesesuainnya adalah tidak sesuai dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.

Sumber daya manusia dalam penanggulangan kebakaran di gedung Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) ada keamanan, office boy, karyawan,

mahasiswa dan dosen, akan tetapi belum dibentuk menjadi sebuah tim, oleh karena

itu penulis mencoba memberikan usulan dibuatnya Tim penanggulangan bahaya

kebakaran yang disebut tim Organisasi Penanggulangan Kebakaran (OPK) sebagai

 perencana dan pengawas terlaksananya program-program penanggulangan

kebakaran. Sumber daya manusia ini diberikan pelatihan-pelatihan untuk

menghadapi dan menanggulangi kejadian kebakaran.

Page 130: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 130/169

113 

Hal ini perlu diperbaiki dan segera mungkin membuat Tim Penanggulangan

 bahaya kebakaran di gedung FKIK, agar ketika terjadi kebakaran, sumber daya

manusia sudah siap melakukan langkah-langkah penanggulangan bahaya

kebakaran dan dapat mengurangi kerugian material dan dapat menyelamatkan

 penghuni gedung. prosedur tanggap darurat dan organisasi proteksi kebakaran

tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak terdapat sumber daya manusia yang

mempunyai pemahaman terhadap penanggulangan bahaya kebakaran.

6.5 Sistem Proteksi Aktif Kebakaran Di Gedung Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan (FKIK)

Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR, Hidran, Alarm

kebakaran, Sprinkler, dan Detektor kebakaran.

6.5.1 

APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Dari 15 persyaratan mengenai APAR menurut Permen PU No.

26/PRT/M/2009,sebanyak 14 persyaratan yang terpenuhi dan mendapatkan

skor 93%. Syarat ini juga sesuai dengan pendapat Soehatman Ramli

(2010), Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang bisa

diangkut, diangkat, dan dioperasikan oleh satu orang. Sedangkan dalam

 pemilihan APAR, hal yang menjadi pertimbangan adalah APAR yang

tersedia sesuai dengan jenis resiko kebakaran yang akan dipadamkan

(santoso,2002).

Page 131: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 131/169

114 

Terdapat satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu APAR harus diinspeksi

setiap 30 hari sekali, sedangkan di FKIK tidak dilakukan inspeksi setiap 30

hari sekali. Skor 93% tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai

APAR yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.

Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang

kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka dapat ditarik

kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik sesuai persyaratan dengan

Permen PU No. 26/PRT/M/2009.

APAR berfungsi untuk memadamkan nyala api yang berskala kecil dan

 baru terjadi kebakaran, hal ini dimaksudkan untuk memadamkan api secara

dini dan agar nyala api tidak meluas ke area sekitar terjadinya kebakaran.

6.5.2  Hidran

Hidran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang

menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-

 pipa dan selang kebakaran (Depnaker,1987). Hidran di FKIK dilengkapi

dengan selang ( fire hose) yang disambungkan dengan kepala selang

(nozzle) yang tersimpan didalam suatu kotak baja dengan cat warna merah.

Untuk menghubungkan selang dengan kepala selang, digunakan alat yang

disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas pemadam kebakaran

setempat sehingga bisa disambung ketempat-tempat yang jauh.

Page 132: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 132/169

115 

Dari Sembilan persyaratan mengenai Hidran menurut SNI 03-3985-

2000, seluruh persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan skor 100%.

Skor tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai Hidran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah baik atau sesuai dengan standar nasional Indonesia.

Syarat diatas juga sesuai dengan SNI-1745-1989 Bab 2 bagian 10

mengenai perletakan hidran, kotak hidran harus mudah dilihat, mudah

dicapai, tidak terhalang oleh benda lain. Kotak hidran dicat warna merah

dan di tengah-tengah kotak Hidran diberi tulisan “HIDRAN” dengan warna

 putih, tinggi tulisan minimum 10 cm.

Gedung FKIK memiliki dua jenis hidran, yaitu hidran didalam gedung

dan hidran halaman, hal ini sudah sesuai dengan Kepmen PU

 No.10/KPTS/2000 bab 5 bagian 3 tentang sistem pemadam kebakaran

manual, setiap bangunan harus memiliki 2 jenis hidran yaitu hidran gedung

dan hidran halaman. Hidran sangat berfungsi untuk memadamkan nyala api

yang besar, dan fungsinya untuk menyambungkan sistem pemadam

kebakaran di gedung dengan sistem yang terdapat pada mobil dinas

 pemadam kebakaran.

Page 133: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 133/169

116 

6.5.3 Alarm Kebakaran

Alarm kebakaran menurut Permenaker No 02/Men/1983 adalah

komponen dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu

kebakaran yang dapat berupa:

a)  Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat berupa bunyi

khusus (audible alarm) 

 b)  Alarm kebakaran yang memberikan tanda atau isyarat yang tertangkap

oleh pandangan mata secara jelas (visible alarm)

Alarm kebakaran di gedung FKIK berupa sirine kebakaran yang

terhubung keseluruh ruangan, alarm berasal dari buzzer pada titik panggil

manual yang terletak diruang administrasi lantai 1. Fungsi sirene sama

dengan bel, namun jenis suara yang dikeluarkan berupa sirene. Sirene

mengeluarkan suara yang lebih keras sehingga sesuai digunakan di tempat

kerja yang luas (Ramli, 2010).

Dari dua persyaratan mengenai alarm kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000 hanya terpenuhi satu, yaitu terdapat alarm kebakaran di sebuah

gedung, dan syarat yang tidak terpenuhi adalah suara alarm kebakaran di

FKIK sama dengan suara alarm apabila terjadi keadaan kegawat daruratan

yang lain, sehingga penghuni bangunan tidak dapat mengetahui keadaan

gawat darurat apa yang sedang terjadi. Seharusnya suara Alarm kebakaran

dibedakan dengan suara alarm yang lainnya.

Page 134: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 134/169

117 

Alarm Kebakaran di FKIK mendapatkan nilai 50%. Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai alarm kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia.

6.5.4  Sprinkler

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008

tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran,  sprinkler  adalah alat

 pemancar air untuk pemadam kebakaran yang mempunyai tudung

 berbentuk deflector   pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat

memancar ke semua arah secara merata.

Dari 13 persyaratan mengenai sprinkler kebakaran menurut SNI 03-

3989-2000, sebanyak 9 persyaratan yang terpenuhi yaitu :

a) Terpasang sprinkler otomatis

 b) Sprinkler tidak diberi ornament, cat, atau diberi pelapis

c) Air yang digunakan tidak mengandung bahan kimia yang dapat

mengakibatkan korosi

d) Air yang digunakan tidak mengandung serat atau bahan lain yang dapat

mengganggu bekerjanya sprinkler

Page 135: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 135/169

118 

e) Setiap sistem sprinkler otomatis dilengkapi dengan sekurang-kurangnya

satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis,

 bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap saat

f)  Sistem penyediaan air didalam manajemen FKIK

g) Tersedia sambungan di sistem sprinkler

h) Jarak minimum antara dua kepala sprinkler ≤ 2 m 

i)  Kepala sprinkler yang terpasang merupakan kepala sprinkler yang tahan

korosi

Sprinkler di gedung FKIK mendapatkan nilai scoring 69%. Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai sprinkler yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

 persyaratan dengan standar nasional Indonesia.

Adapun syarat yang tidak sesuai dengan SNI 03-3989-2000 adalah :

a)  Tidak terdapat kepala sprinkler cadangan, seharusnya sprinkler harus

memiliki kepala cadangan, hal ini dimaksudkan agar apabila terjadi

kerusakan disalah satu kepala sprinkler, maka dapat dengan cepat

diganti dengan kepala sprinkler cadangan.

Page 136: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 136/169

119 

 b)  Jumlah kepala cadangan sprinkler kurang dari 36 buah, sedangkan

menurut SNI 03-3989-2000 jumlah kepala cadangan sprinkler harus

diatas 36 buah, mengingat jarak sprinkler satu dengan yang lainnya

 berjarak 2 meter, maka kepala cadangan sprinkler harus tersedia dalam

 jumlah yang banyak.

c)  Disyaratkan kepala cadangan sprinkler harus sesuai dengan jenis

sprinkler yang digunakan, karena di FKIK tidak memiliki kepala

cadangan sprinkler,maka syarat ini tidak dapat terpenuhi.

d) 

Tidak terdapat kunci khusus untuk memperbaiki sprinkler, seharusnya

setiap gedung harus memiliki kunci khusus untuk memperbaiki

sprinkler.

6.5.5 Detektor kebakaran

Menurut SNI 03-6574 tahun 2000 yang dimaksud dengan sistem

deteksi adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya suatu

kebakaran.

Digedung FKIK terdapat detektor kebakaran yang terpasang diseluruh

ruangan, setiap detektor yang terpasang berjarak ± 3m dengan detektor

yang lainnya, detektor kebakaran di gedung FKIK berjarak ± 4m dari

lantai, penentuan jarak ini dimaksudkan agar dapat dijangkau untuk

 pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik. Detektor kebakaran

yang terdapat digedung FKIK adalah detektor asap.

Page 137: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 137/169

120 

Dari lima persyaratan mengenai Detektor kebakaran menurut SNI 03-

3985-2000, sebanyak tiga persyaratan yang terpenuhi yaitu : Terdapat

detektor kebakaran yang terpasang diseluruh ruangan, Setiap detektor yang

dipasang dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara

 periodik, dan detektor ditempatkan di tempat yang tidak mudah terkena

gangguan mekanis.

Detektor kebakaran mendapatkan nilai scoring 60%. Skor tersebut

dari hasil penjumlahan data mengenai detektor kebakaran yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data.. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup atau terpasang tetapi ada sebagian yang tidak sesuai

 persyaratan dengan standar nasional Indonesia.

Adapaun syarat detektor kebakaran menurut SNI 03-3985-2000 yang

 belum terdapat di FKIK adalah tidak adanya inspeksi, pengujian, dan

 pemeliharaan terhadap detektor kebakaran, selain itu FKIK tidak memiliki

rekaman hasil inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan. Rekaman ini tidak

ada karena tidak adanya proses inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan.

Sebaiknya pihak civitas akademika FKIK segera melakukan inspeksi,

 pengujian, serta pemeliharaan, disamping untuk memenuhi persyaratan

standar yang berlaku hal ini sangat penting untuk segera dilakukan, karena

Page 138: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 138/169

121 

 bagus dan tidaknya detector kebakaran sangat bergantung dengan inspeksi,

 pengujian, serta pemeliharaan.

6.6 Sarana Penyelamat Jiwa di Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK)

Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat, tangga

darurat, tempat berhimpun, dan petunjuk arah jalan keluar.

6.6.1 Pintu Darurat

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, setiap

 pintu pada sarana jalan keluar harus dari jenis engsel sisi atau pintu ayun,

 pintu harus dirancang dan dipasang sehingga mampu berayun dari posisi

manapun hingga mencapai posisi terbuka penuh.

Pintu darurat di gedung FKIK berjenis engsel sisi atau pintu ayun, pintu

ini dipasang dan dirancang sehingga mampu berayun dari posisi manapun

sehingga mencapai posisi terbuka penuh. Pintu darurat di FKIK tersambung

oleh jalur jalan keluar sehingga memudahkan dalam proses evakuasi apabila

terjadi bahaya kebakaran.

Pintu darurat di FKIK berjumlah delapan pintu yang masing-masing

lima pintu dilantai satu yang terletak di sayap kanan gedung, sayap kiri

gedung dan tiga dibagian tengah gedung FKIK, di lantai dua terdapat dua

 pintu darurat satu di tengah didekat ruang auditorium FKIK dan satu lagi

disayap sebelah kanan gedung, dan terakhir terdapat satu pintu darurat di

Page 139: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 139/169

122 

lantai tiga dekat ruang dosen kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan SNI

03-1746 tahun 2000, yang berbunyi Jumlah pintu darurat minimal 2 buah pada

setiap lantai yang mempunyai penghuni kurang dari 60.

Dari 7 persyaratan mengenai Pintu Darurat menurut Permen PU

 No.26/PRT/M/2008, sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu : Jenis

 pintu darurat adalah jenis engsel atau pintu ayun, Pintu darurat mampu

 berayun dari posisi manapun hingga mencapai posisi membuka penuh, Pintu

darurat membuka kearah jalan keluar, Grendel pintu darurat ditempatkan

100cm diatas lantai, dan pintu darurat selalu dalam posisi tertutup.

Pintu darurat di gedung FKIK mendapatkan skor 71%. Skor 71%

tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan data mengenai pintu darurat yang

sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah cukup baik yang artinya  terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi

yang tidak sesuai persyaratan dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008.

Dua persyaratan yang belum terpenuhi yaitu adalah pintu darurat yang

sengaja dikunci, dengan alasan untuk menjaga keamanan gedung, hal ini tidak

sesuai dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008 tentang pintu darurat yang

 berbunyi Pintu darurat tidak membutuhkan sebuah anak kunci, alat atau

 pengetahuan khusus atau upaya tindakan untuk membukanya dari dalam

Page 140: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 140/169

123 

 bangunan gedung. Persyaratan yang lainnya yang tidak terpenuhi adalah pintu

darurat tidak dapat menutup secara otomatis, menurut penelitian fajar (2010)

 pintu darurat harus dapat menutup secara otomatis, sehingga dapat

menghalangi masuknya asap.

6.6.2 Tangga Darurat

Menurut suma‟mur (1996) tangga darurat yaitu alat tersendiri atau bagian

dari suatu bangunan untuk naik atau turun dari suatu daratan ke daratan yang

lain. Sedangkan menurut SNI 03-1735 tahun 2000 tangga darurat adalah

tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran

 pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat dilengkapi dengan pintu

darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam) dan  panic bar sebagai

 pegangannya sehingga mudah dibuka dari sebelah tangga (luar) untuk

mencegah masuknya asap kedalam tangga darurat.

Gedung FKIK memiliki tangga darurat sebanyak empat tangga darurat,

dua didalam gedung, dan dua diluar gedung. Tangga darurat didalam gedung

terletak disisi kanan gedung FKIK dan satu lagi terletak ditengah-tengah

gedung FKIK, sedangkan tangga darurat diluar gedung juga terletak di sisi

kanan gedung dan ditengah bagian luar gedung.

Dari 6 persyaratan mengenai Tangga Darurat menurut Permen PU

 No.26/PRT/M/2008, sebanyak 5 persyaratan yang terpenuhi yaitu : Terdapat

tanda arah evakuasi menuju tangga darurat, Bordes antar tangga diatas 8,

Page 141: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 141/169

124 

Tangga tidak dibatasi dengan dinding, Ruang kosong dibawah tangga tidak

digunakan untuk menyimpan barang, Tangga utama tidak berbentuk spiral.

Syarat di atas sudah sesuai dengan SNI 03-1746 tahun 1989, tangga

kebakaran tidak dibatasi dengan dinding, tidak untuk menyimpan barang,

terawat dengan baik dan bersih tidak digunakan untuk jalan pipa atau

cerobong AC, ruang sirkulasi berhubungan langsung dengan pintu kebakaran,

tidak boleh berbentuk tangga spiral.

Menurut SNI 1728 tahun 1989, Bordes antar tangga minimal 8 dan

maksimal 18 hal ini karena bila tangga kurang dari 8 akan menyebabkan

kemiringan tangga menjadi curam dan bila lebih dari 18 tangga akan menjadi

landai sehingga melelahkan saat naik maupun turun. Tangga darurat di

gedung FKIK memiliki bordes diatas 8 yaitu berjumlah 11 bordes, hal ini juga

sesuai dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008 yang berbunyi bordes antar

tangga minimal 8 dan maksimal 18.

Tangga darurat di FKIK mendapatkan skor 83%. Skor tersebut dari hasil

 penjumlahan data mengenai tangga darurat yang sesuai dibandingkan dengan

 jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

 penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya sesuai

 persyaratan Permen PU No.26/PRT/M/2008.

Satu syarat yang tidak terpenuhi yaitu tidak ada penanda setiap lantainya,

 penanda ini berfunsi untuk mengetahui posisi lantai disetiap bangunan

gedung. Seharusnya gedung FKIK memberikan penanda disetiap lantainya

Page 142: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 142/169

125 

agar para pengguna gedung dapat mengetahui posisi keberadaan lantai pada

saat terjadi bahaya kebakaran.

6.6.3 Petunjuk Arah Jalan Keluar

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, selain

dari pintu exit   utama di bagian luar bangunan gedung yang jelas dan nyata

harus diberi tanda dengan sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat

dari setiap arah akses exit.

Tanda petunjuk arah jalan keluar di gedung FKIK dipasang sepanjang sisi

 jalan keluar dan dipintu keluar serta di pintu-pintu darurat. Ukuran dan bentuk

tanda petunjuk arah jalan keluar menggunakan standar Permen PU

 No.26/PRT/M/2008. Fungsi tanda petunjuk arah jalan keluar adalah untuk

membantu pengguna gedung untuk menunjukkan arah jalan keluar, baik

dalam keadaan normal maupun dalam keadan gawat darurat, tandan petunjuk

arah jalan keluar harus dapat dibaca pada kedua mode pencahayaan normal

atau darurat, tanda petunjuk arah terbaca „EXIT‟ yang berukuran 10cm. 

Dari 7 persyaratan mengenai tanda petunjuk arah menurut Permen PU

 No.26/PRT/M/2008, sebanyak 6 persyaratan yang terpenuhi yaitu : Terdapat

 petunjuk arah jalan keluar, Terdapat indikator menuju tangga darurat, Tanda

arah dapat dibaca pada kedua mode, Tanda petunjuk arah terbaca EXIT, Lebar

huruf pada kata EXIT ≥ 5cm, dan Spasi minimum antar huruf pada kata EXIT

≥ 1 cm. 

Page 143: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 143/169

126 

Petunjuk arah jalan keluar mendapatkan skor 85%. Skor tersebut dari

hasil penjumlahan data mengenai petunjuk arah yang sesuai dibandingkan

dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat

 penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan saptaria et al (2005), maka

dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik yang artinya  sesuai

 persyaratan Permen PU No.26/PRT/M/2008

Adapun syarat yang tidak terpenuhi adalah warna tanda petunjuk arah

 jalan keluar berwarna hijau dan merah, seharusnya menurut perda DKI Jakarta

 No.3 tahun 1992 tanda petunjuk arah jalan keluar berwarna dasar putih

dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih.

6.6.4 Tempat Berhimpun

Menurut SNI 03-6571 tahun 2001 tempat berhimpun adalah daerah pada

 bangunan yang dipisahkan dari ruang lain dari penghalang asap kebakaran

dimana lingkungan yang dapat dipertahankan dijaga untuk jangka waktu

selama daerah tersebut masih dibutuhkan untuk dihuni pada saat kebakaran

Jumlah tempat berhimpun di gedung FKIK ada dua buah, tempat

 berhimpun tersebut terletak di dekat gerbang masuk kampus/ berada

dihalaman utama gedung FKIK. Kedua tempat berhimpun sudah memiliki

 petunjuk tempat berhimpun yang berada disisi lapangan / halaman gedung.

Dari 3 persyaratan mengenai tempat berhimpun menurut NFPA 101 tahun

1995, sebanyak 2 persyaratan yang terpenuhi yaitu: Tersedia tempat

Page 144: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 144/169

127 

 berhimpun setelah evakuasi, Luas tempat berhimpun sesuai, minimal 0,3

m/orang. Tempat berhimpun di FKIK mendapatkan SKOR 66%. Skor

tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai tempat berhimpun yang sesuai

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian

 berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan

saptaria et al (2005), maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya

adalah terpasang tetapi ada sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai

 persyaratan NFPA 101 (1995).

Syarat yang tidak sesuai adalah gedung FKIK memiliki petunjuk tempat

 berhimpun yang bertuliskan meeting point , seharusnya tulisan yang benar

adalah assembling point. 

Page 145: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 145/169

 

128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1.  Gedung FKIK tidak memiliki Prosedur tanggap darurat kebakaran dan tidak

sesuai sama sekali dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.

2.  Gedung FKIK tidak memiliki Organisasi proteksi kebakaran dan tidak sesuai

sama sekali dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009.

3.  Gedung FKIK tidak memiliki sumber daya manusia dalam manajemen

 penanggulangan kebakaran dan tidak sesuai sama sekali dengan Permen PU

 No.20/PRT/M/2009.

4.  Sistem proteksi aktif di gedung FKIK terdiri dari APAR, Hidran, Alarm

kebakaran, Sprinkler, dan Detektor kebakaran.

a) 

Tingkat kesesuaian Alat Pemadam Api Ringan (APAR) baik sesuai

 persyaratan.

 b)  Tingkat kesesuaian Hidran baik sesuai persyaratan.

c)  Tingkat kesesuaian Alarm Kebakaran tidak sesuai.

d)  Tingkat kesesuaian Sprinkler cukup yaitu terpasang tetapi ada sebagian

kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan.

e)  Tingkat kesesuaian Detektor kebakaran cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan.

5.  Sarana penyelamat jiwa yang terdapat di FKIK terdiri dari pintu darurat, tangga

darurat, petunjuk arah jalan keluar, dan tempat berhimpun.

Page 146: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 146/169

129

a)  Tingkat kesesuaian Pintu Darurat cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan.

 b)  Tingkat kesesuaian tangga darurat baik sesuai persyaratan.

c) 

Tingkat kesesuaian tanda petunjuk arah baik sesuai persyaratan.

d)  Tingkat kesesuaian tempat berhimpun cukup yaitu terpasang tetapi ada

sebagian kecil instalasi yang tidak sesuai persyaratan.

7.2 Saran

1.  Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat prosedur tanggap darurat

kebakaran.

2.  Sebaiknya pengelola gedung FKIK segera membuat organisasi tanggap darurat

kebakaran, agar apabila terjadi kebakaran dapat ditangani dengan efektif dan

efisien, selain itu juga organisasi tanggap darurat dapat mencegah terjadinya

kebakaran melalui perawatan secara berkesinambungan terhadap sistem proteksi

kebakaran.

3.  Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam mencegah

terjadinya bahaya kebakaran di FKIK, sebaiknya Diadakan pelatihan

 penanggulangan bahaya kebakaran, minimal pada saat penerimaan mahasiswa

 baru, hal ini dimaksudkan agar setiap penghuni gedung mempunyai pemahaman

terhadap penanggulangan bahaya kebakaran.

4.  Sistem proteksi aktif digedung FKIK

a)  Sinyal suara alarm kebakaran sebaiknya harus dibedakan dari sinyal suara

yang dipakai untuk penggunaan lain.

Page 147: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 147/169

130

 b)  Hidran sudah sesuai dengan standar yaitu SNI 03-3985-2000, sebaiknya

dilakukan perawatan secara terus menerus, agar ketika digunakan tidak

terjadi masalah.

c) 

Sebaiknya detektor kebakaran di inspeksi dan rekaman hasil inspeksi

disimpan.

d)  Kotak penyimpanan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler

ruangan sebaiknya ditempatkan diruangan ≤ 38°C, Jumlah persediaan

kepala sprinkler cadangan harus lebih dari 36 buah, dan diadakannya

sprinkler cadangan, dan disediakan kunci khusus.

e)  APAR Sebaiknya di inspeksi pada interval 30 hari.

5.  Sarana penyelamat jiwa di FKIK

a)  Sebaiknya pintu darurat tidak dikunci, sehingga memudahkan proses

evakuasi apabila terjadi kebakaran dan pintu darurat sebaiknya dapat

menutup secara otomatis.

 b)  Sebaiknya tangga darurat diberi penanda yang menunjukkan posisi lantai

disetiap lantai.

c)  Sebaiknya warna petunjuk arah jalan keluar diubah menjadi warna dasar

 berwarna hijau dan tulisan berwarna putih agar dapat terlihat dalam

 pencahayaan normal dan dalam pencahayaan keadaan darurat.

d)  Sebaiknya tulisan meeting point  dirubah menjadi assembling point. 

Page 148: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 148/169

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara

 Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk

 Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung . Jakarta:Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara

 Perencanaan, Pemasangan, dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm

 Kebakaran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung .

Jakarta : Badan Standar Nasional Indonesia

Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara

 Perencanaan, Pemasangan Sistem Sprinkler Otomotik Untuk Pencegahan

 Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung . Jakarta : Badan Standar Nasional

Indonesia

Basuki , achmad. Mencermati standar pengamanan gedung untuk antisipasi bahaya

kebakaran, (accesed 8/02/2013). Available

www.http://achmadbasuki.files.wordpress.com/2008/07. 

Bimbingan teknis pencegahan kebakaran, (accesed 8/02/2013). Available

www.http:ciptakarya.pu.go.id/2006/01/19 

Brushlinsky, N. N, et al. 2006. World fire statistic, report No.10 diunduh dari

http://ec.europa.eu/consumers/cons_safe/presentation/21-02/ctif.pdf. (accesed23/02/2013).

Department for communities and local government: London. 2010. Fire statistic

monitor, april 2009 to march 2010, issue No 03/10 diunduh di

http://www.communities.gov.uk./documents/statistic/pdf/1693248.pdf. (accesed

23/02/2013).

Departemen tenaga kerja-UNDP-ILO.1987. Bahan Training Keselamatan Kerja

Penanggulangan Kebakaran. Jakarta : Binawas Depnaker

Dinas Kebakaran DKI Jakarta (accesed 2/5/2013). Availablehttp://www.jakartafire.com/2004/8/3. 

Fire Prevention and protection program, 1998. Jurusan keselamatan dan kesehatan kerja.

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Page 149: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 149/169

ILO. 1991. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia Dan Pengendalian Bahaya

 Besar. Geneva. International Labour

Karter, Michael J. 2010. Fire loss in the united states during 2009. Diunduh dari

http://www.nfpa.org/assets/files/PDF/fireloss2009.pdf. (accesed 12/02/2013)

Karter, Michael J. 2011. Fire loss in the united states during 2009. Diunduh dari

http://www.nfpa.org/assets/files/PDF/os.fireloss2009.pdf. (accesed 12/02/2013)

Mehaffey, James R. dan Joel L. Bert. 1997. Fire Protection, NIOSH Instructional

Module. Ohio: U.S Departemen Health and Human Service. Diunduh dari

http://www.cdc.gov./niosh/docs/2004-101/pcfs/firepro.pdf. (accesed 17/03/2013)

Menteri Negara Pekerjaan umum. Keputusan Menteri No.10/KPTS/2000 tentang

ketentuan persyaratan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada

bangunan gedung dan lingkungan. Jakarta, 2000

Menteri Negara Pekerjaan Umum. Keputusan Menteri No.11/ KPTS/2000 tentang

ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran diperkotaan,

Jakarta,2000.

 National Fire Protection Association. 1995. NFPA 101, Life Safety Codes. USA:

 National Fire Protection Association

 New Zealand fire service. 2010. Emergency incident statistic 2010-2011. Diunduh dari

http://www.fire.org.nz/about-Us/facts-and-figures/documents/stats-09-10.pdf. 

(accesed 02/032013)

 Nugroho, sutopo purwo. 2010. Karakteristik bencana gagal teknologi di Indonesia.

Jurnal dialog penanggulangan bencana vol.1 No.1 diunduh dari

http://www.bnpb.go.id/userfiles/file/jurnal/jurnal%202/04-

%20karakteristik%20bencana%20gagal%20teknologi%20di%20indonesia.pdf. 

(accesed 5/03/2013)

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis

Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan. Jakarta,

2008

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman teknis

manajemen proteksi kebakaran di perkotaan. Jakarta, 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/Men/1980 tentang syarat-syarat

 pemasangan dan pemeliharaan APAR. Jakarta. 1980.

Page 150: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 150/169

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO. Per 02/Men/1983 tentang Instalasi Alarm

 Kebakaran Otomatik . Jakarta. 1983.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per 04/Men/1988 tentang Berlakunya SNI-225-

1987 (PUIL 1987) di Tempat Kerja. Jakarta. 1988.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. Per.05/Men/1996. Tentang

Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Departemen Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Peraturan Daerah DKI Jakarta No.3 tahun 1992 tentang Penanggulangan Bahaya

 Kebakaran Dalam Wilayah DKI Jakarta. Jakarta. 1992.

Praptono Kartoatmodjo. Teknik pemadaman kebakaran II. Jakarta : PT. Bina Aman

Santosa. 1989.

Prapto Kartoatmodjo. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan-

 Bangunan. Jakarta : PT. Bina Aman Santosa. 1989

Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk praktis manajemen kebakaran (fire management). 

Jakarta: Dian Rakyat

Rohmah. 2012. Kebakaran di Jakarta .

http://megapolitan.kompas.com/read/2012/12/28/02232122/selama.2012.kebakar 

an.di.jakarta

Sanjaya, Farrah aldilla. 2008. Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT. AstraInternational Tbk-Nissan Diesel Sales Operation tahun 2008. UIN. Jakarta

Sikich, Geary.W, All Hazard Crisis Management Planing. Indiana. USA.1996

Soedharto , Gatot. Pencegahan Dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran, Jakarta.

Suma’mur, PK. 1981. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. PT. Toko Gunug

Agung. Jakarta. Hal 51-106.

Page 151: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 151/169

Tabel kesesuaian Organisasi Proteksi Kebakaran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pengelola bangunan gedung membentuk

tim penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat Tim

 penanggulangan

kebakaran

2 Setiap unit bangunan gedung memiliki

tim penanggulangan kebakaran masing-

masing

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

 penanggulangan

kebakaran disetiap

gedung

3 Terdapat penanggung jawab yangmembawahi seluruh pimpinan tim

 penanggulangan kebakaran setiap unit

 bangunan gedung

Tidak sesuai Tidak terdapat strukturtim penanggulangan

kebakaran

4 Terdapat coordinator tim

 penanggulangan kebakaran unit

 bangunan yang membawahi kepala

 bagian teknik pemeliharaan dan kepala

 bagian keamanan

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

5 Terdapat kepala bagian teknik

 pemeliharaan pada struktur organisasi

tim penanggulang kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

6 Terdapat kepala bagian keamanan pada

struktur organisasi tim penanggulangan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

7 Terdapat operator komunikasi Tidak sesuai Tidak terdapat

operator komunikasi8 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator listrik dan genset

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim damkar

Page 152: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 152/169

NO Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

9 Kepala bagian teknik pemeliharaan

membawahi operator pompa

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

10 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

11 Kepala bagian keamanan membawahi

tim pemadam api

Tidak sesuai Tidak terdapat struktur

tim penanggulangan

kebakaran

12 Terdapat tim penyelamat kebakaran Tidak sesuai Tidak terdapat tim

 penyelamat kebakaran

Page 153: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 153/169

Tabel kesesuaian prosedur tanggap darurat kebakaran di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009

No Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tim perencanaan pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat tim

 perencanaan

 pengamanan

kebakaran

2 Terdapat rencana pemeliharaan sistem

 proteksi kebakaran dalam rencana

 pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

 pemeliharaan

3 Terdapat rencana ketatagrahaan yang baik(good housekeeping plan) dalam rencana

 pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencanaketatagrahaan

4 Terdapat rencana tindakan darurat

kebakaran (fire emergency plan) dalam

rencana pengamanan kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat rencana

tindakan darurat

kebakaran

5 Terdapat prosedur inspeksi, uji coba, dan

 pemeliharaan sistem proteksi kebakaran.

Tidak sesuai Tidak terdapat

 prosedur inspeksi, ujicoba, dan

 pemeliharaan

6 Terdapat jadual inspeksi, uji coba, dan

 pemeliharaan setiap sistem proteksi

kebakaran

Tidak sesuai Tidak terdapat jadual

inspeksi, uji coba, dan

 pemeliharaan setiap

sistem proteksi

kebakaran

7 Terdapat prosedur tatagraha dan pemberian izin terhadap pekerjaan yang

menggunakan panas (hot work)

Tidak sesuai Tidak terdapat prosedur tatagraha dan

 pemberian izin

Page 154: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 154/169

No  Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009 

Sesuai/tidak

sesuai 

Kondisi Aktual 

8 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

menjelaskan dengan rinci tentang

rangkaian tindakan (prosedur) yang harus

dilakakukan oleh penanggung jawab dan

 pengguna bangunan dalam setiap keadaan

darurat

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

9 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang daftar panggil

keadaan darurat (emergency call) dari

semua personil yang harus dilibatkan

dalam merespon keadaan darurat setiap

waktu

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

10 Perencanaan tindakan darurat kebakaran

memuat informasi tentang denah lantai

yang berisi:

a) 

Alarm kebakaran dan titik

 panggil manual

 b)  Jalan keluar

c) 

Rute evakuasi

Tidak sesuai Tidak ada perencanaan

tindakan darurat

11 Evakuasi rencana pengamanan terhadap

kebakaran melibatkan seluruh tingkatan

manajemen korporat

Tidak sesuai Tidak ada aturan

tentang evakuasi

terhadap kebakaran

12 Diadakan pelatihan tanggap darurat bagi

mahasiswa

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

13 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

 peran dan tanggung jawab individu

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

14 Pelatihan mahasiswa diarahkan pada

informasi tentang ancaman, bahaya dan

tindakan protektif

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

Page 155: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 155/169

No  Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009 

Sesuai/tidak

sesuai 

Kondisi Aktual 

15 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 prosedur pemberitahuaan, peringatan dan

komunikasi

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

16 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 prosedur tanggap darurat

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

17 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 prosedur evakuasi, penampungan dan

akuntabilitas

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

18 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 pemberitahuan lokasi tempat peralatan

yang biasa digunakan dalam keadaan

darurat dan penggunaannya

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

19 Pelatihan mahasiswa diarahkan kepada

 prosedur penghentian darurat

 peralatan(emergency shutdown prosedur)

Tidak sesuai Tidak ada pelatihan

tanggap darurat bagi

mahasiswa

20 Rencana pengamanan kebakaran

dievaluaasi dan dikaji sedikitnya sekali

dalam setahun

Tidak sesuai Tidak ada kebijakan

 pengkajian terhadap

rencana pengamanan

kebakaran

21 Dilakukan audit sistem proteksi

kebakaran yang terdiri dari audit

keselamatan sekilas, audit awal, dan audit

lengkap

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

 proteksi kebakaran

22 Audit keselamatan sekilas dilakukan

setiap enam bulan sekali oleh para

operator/teknisi yang berpengalamaan.

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

 proteksi kebakaran

Page 156: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 156/169

No  Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No.20/PRT/M/2009 

Sesuai/tidak

sesuai 

Kondisi Aktual 

23 audit awal dilakukan setiap satu tahun

sekali

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

 proteksi kebakaran

24 Audit lengkap dilakukan setiap lima

tahun sekali oleh konsultan ahli yang

ditunjuk

Tidak sesuai Tidak ada audit sistem

 proteksi kebakaran

25 Dilakukan sosialisasi pentingnya proteksi

kebakaran.

Tidak sesuai Tidak ada sosialisasi

 pentingnya proteksi

kebakaran

Page 157: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 157/169

Tabel kesesuain sumber daya manusia di FKIK dengan Permen PU No.20/PRT/M/2009

No Permen PU No.20/PRT/M/2009 Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

 pengetahuan, pengalaman, dan

keahlian dibidang pengamanan

kebakaran

Tidak sesuai Belum adanya Tim

untuk penanggulangan

 bahaya kebakaran,

sehingga kompetensi ini

tidak tercapai

2 Sumber daya manusia dalam

manajemen penanggulangan

kebakaran mempunyai dasar

 pengetahuan, pengalaman, dan

keahlian dibidang penyelamatan

darurat

Tidak sesuai Tidak adanya tim

 penanggulangan

kebakaran menyebabkan

tidak dilaksakannya

training tentang

 penyelamatan darurat

3 Diadakan pelatihan dan

 peningkatan kemampuan secara

 berkala bagi sumber daya manusia

yang berada dalam manajemen

 penanggulangan kebakaran

Tidak sesuai Tidak pernah dilakukan

 pelatihan

 penanggulangan

kebakaran.

Page 158: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 158/169

Tabel kesesuaianAPAR di FKIK dengan permen PU No. 26/PRT/M/2009

No Permen PU

No.26/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tersedia Alat Pemadam Api

Ringan

Sesuai Tersedia Alat

Pemadam Api Ringan

2 Terdapat klasifikasi APAR yang

terdiri dari huruf yang

menunjukkan kelas api dimana

alat pemadam api terbukti

efektif

Sesuai Terdapat klasifikasi

APAR yang terdiri

dari huruf yang

menunjukkan kelas

api dimana alat

 pemadam api terbukti

efektif

3 APAR diletakkan ditempat yang

menyolok mata yang mana alat

tersebut mudah dijangkau dan

siap dipakai

Sesuai APAR diletakkan

disetiap sudut

 bangunan dan di jalur

tangga

4 APAR tampak jelas dan tidak

dihalangi

Sesuai APAR tidak

terhalangi dan jelas

5 APAR selain jenis APAR

 beroda dipasang kokoh pada

 penggantung atau manufaktur,

atau pengikat yang terdaftar dan

disetujui untuk tujuan tersebut

Sesuai APAR kokoh

digantungannya

6 Jarak antara APAR dan lantai ≥

10 cm

Sesuai Jarak APAR dan

Lantai 40 cm

7 Instruksi pengoperasian harus

ditempatkan pada bagian depan

dari APAR dan harus terlihat

 jelas

Sesuai Instruksi

 pengoperasian

diletakkan dibagian

depan

Page 159: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 159/169

 

No 

Permen PU

No.26/PRT/M/2009 

Sesuai/tidak

sesuai 

Kondisi Aktual 

8 Label sistem identifikasi bahan

 berbahaya, label pemeliharaan

enam tahun, label uji

hidrostastik atau label lain harus

tidak boleh ditempatkan

dibagian depan dari APAR atau

ditempelkan pada bagian depan

APAR

Sesuai Label diletakkan

dibagian samping

APAR

9 APAR harus mempunyai label

yang ditempelkan untuk

memberikan informasi nama

manufaktur atau nama agennya,

alamat surat dan no telefon

Sesuai Terdapat label yang

memuat keterangan

manufaktur dan agent

10 APAR diinspeksi secara manual

atau dimonitor secara elektronik

Sesuai APAR diinspeksi

secara manual atau

dimonitor secaraelektronik

11 APAR diinspeksi pada setiap

interval waktu kira-kira 30 hari

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

12 Arsip dari semua APAR yang

diperiksa (termasuk tindakan

korektif yang dilakukan)

disimpan.

Sesuai Arsip terkait APAR

disimpan

13 Dilakukan pemeliharaan

terhadap APAR pada jangka

waktu ≤ 1 tahun 

Sesuai Dilakukan

 pemeliharaan pada

 jangka waktu 1 tahun

Page 160: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 160/169

 

No

Permen PU

No.26/PRT/M/2009

Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi aktual

14 Setiap APAR mempunyai kartu

atau label yang dilekatkandengan kokoh yang

menunjukkan bulan dan tahun

dilakukannya pemeliharaan

Sesuai Terdapat label yang

menunjukkan bulandan tahun

 pemeliharaan

15 Pada label pemeliharaan

terdapat identifikasi petugas

yang melakukan pemeliharaan

Sesuai Terdapat identifikasi

 petugas

Page 161: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 161/169

Tabel kesesuaian Hidran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Lemari hidran hanya digunakan

untuk menempatkan peralatan

kebakaran

Sesuai Lemari hidran berisi

slang kebakaran,

nozel, dan kran

 penutup

2 Setiap lemari hidran dicat

dengan warna yang menyolok

mata

Sesuai Lemari hidran

 berwarna merah

menyolok

3 Sambungan selang dan kotak

hidran tidak boleh terhalang

Sesuai Sambungan slang dan

kotak hidran tidak

terhalang

4 Slang kebakaran dilekatkan dan

siap digunakan

Sesuai Slang kebakaran

dilekatkan dan siap

digunakan

5 Terdapat nozel Sesuai Terdapat nozel

6 Terdapat hidran halaman Sesuai Terdapat hidran

halaman

7 Hidran halaman diletakkan

disepanjang jalur akses mobil

 pemadam kebakaran

Sesuai Hidran halaman

diletakkan

disepanjang jalur

akses mobil pemadam

kebakaran

8 Jarak hidran dengan sepanjang

akses mobil pemadam

kebakaran ≤ 50 meter dari

hidran

Sesuai Jarak hidran dengan

sepanjang akses mobil

 pemadam kebakaran ≤

50 meter dari hidran

9 Hidran halaman bertekanan 3,5

 bar

Sesuai Hidran halaman

 bertekanan 3,79 bar

Page 162: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 162/169

Tabel kesesuaian alarm kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat alarm kebakaran sesuai Alarm Kebakaran

terdapat pada titik

 panggil manual dan

hidran

2 Sinyal suara alarm kebakaran

 berbeda dari sinyal suara yang

dipakai untuk penggunaan lain

Tidak sesuai Suara alarm sama

dengan suara alarm

lainnya

Page 163: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 163/169

Tabel kesesuaian sprinkler di FKIK dengan SNI 03-3989-2000

No SNI 03-3989-2000 Sesuai/tidak

sesuai

Tidak Sesuai

1 Terpasang sprinkler otomatik Sesuai Terpasang sprinkler

otomatik

2 Sprinkler tidak diberi ornament,

cat, atau diberi pelapisan

Sesuai Sprinkler tidak diberi

ornament, cat, atau

diberi pelapisan

3 Air yang digunakan tidak

mengandung bahan kimia yang

dapat mengakibatkan korosi

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

 bahan kimia

4 Air yang digunakan tidak

mengandung serat atau bahan

lain yang dapat mengganggu

 bekerjanya sprinkler

Sesuai Air yang digunakan

tidak mengandung

serat

5 Setiap sistem sprinkler otomatis

harus dilengkapi dengan

sekurang-kurangnya satu jenis

sistem penyediaan air yang

 bekerja secara otomatis,

 bertekanan dan berkapasitas

cukup, serta dapat diandalkan

setiap saat

Sesuai Tersedia sisitem

 penyediaan air

6 Sistem penyediaan air harus

dibawah penguasaan pemilik

gedung

Sesuai Sistem penyediaan

didalam manajemen

FKIK

Page 164: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 164/169

7 Harus disediakan sebuah

sambungan yang

memungkinkan petugas

 pemadam kebakaran

memompakan air kedalam

sistem sprinkler

Sesuai Tersedia sambungan

disistem sprinkler

8 Jarak minimum antara dua

kepala sprinkler ≤ 2 m 

Sesuai Jarak antar sprinkler 2

m

9 Kepala sprinkler yang terpasang

merupakan kepala sprinkler

yang tahan korosi

Sesuai Kepala sprinkler tahan

korosi

10 Kotak penyimpanan kepala

sprinkler cadangan dan kunci

kepala sprinkler ruangan

ditempatkan diruangan ≤ 38°C 

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

11 Jumlah persediaan kepala

sprinkler cadangan ≥36 

Tidak sesuai Tidak terdapat kepala

sprinkler cadangan

12 Sprinkler cadangan sesuai baik

tipe maupun temperature rating

dengan semua sprinkler yang

telah dipasang

Tidak sesuai Tidak terdapat

sprinkler cadangan

13 Tersedia sebuah kunci khusus

untuk sprinkler

Tidak sesuai Tidak tersedia kunci

khusus

Page 165: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 165/169

Tabel kesesuaian detektor kebakaran di FKIK dengan SNI 03-3985-2000

No SNI 03-3985-2000 Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat detector kebakaran

yang terpasang diseluruh

ruangan

Sesuai Terdapat detector

kebakaran yang

terpasang diseluruh

ruangan

2 Setiap detector yang dipasang

dapat dijangkau untuk

 pemeliharaan dan untuk

 pengujian secara periodic

Sesuai Detector dapat

dijangkau

3 Detector diproteksi terhadap

kemungkinan rusak karena

gangguan mekanis

Sesuai Detector ditempatkan

di tempat yang tidak

mudah terkena

gangguan mekanis

4 Dilakukan inspeksi, pengujian

dan pemeliharaan

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi

5 Rekaman hasil dari semua

inspeksi, pengujian, dan

 pemeliharaan, harus disimpan

untuk jangka waktu 5 tahun

untuk pengecekan oleh instansi

yang berwenang

Tidak sesuai Tidak dilakukan

inspeksi, sehingga

tidak ada rekaman

Page 166: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 166/169

Tabel kesesuain pintu darurat di FKIK dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008

No Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Pintu pada sarana jalan keluar

harus berjenis engsel sisi atau

 pintu ayun

Sesuai Jenis pintu darurat

adalah jenis engsel atau

 pintu ayun

2 Pintu dipasang dan dirancang

sehingga mampu berayun dari

 posisi manapun hingga mencapai

 posisi terbuka penuh

Sesuai Pintu darurat mampu

 berayun dari posisi

manapun hingga

mencapai posisi

membuka penuh

3 Pintu darurat membuka kearah

 jalur jalan keluar

Sesuai Pintu darurat membuka

kearah jalan keluar

4 Pintu darurat tidak membutuhkan

sebuah anak kunci, alat atau

 pengetahuan khusus atau upaya

tindakan untuk membukanya dari

dalam bangunan gedung

Tidak sesuai Pintu darurat ada

 beberapa yang sengaja

dikunci

5 Grendel pintu darurat

ditempatkan 87-120 cm diatas

lantai

Sesuai Grendel pintu darurat

ditempatkan 100cm

diatas lantai

6 Pintu darurat tidak dalam kondisi

terbuka setiap saat

Sesuai Pintu darurat selalu

dalam posisi tertutup

7 Pintu darurat menutup sendiri

atau menutup otomatis.

Tidak sesuai Pintu darurat tidak

menutu secara otomatis

Page 167: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 167/169

Tabel kesesuain tangga darurat di FKIK dengan Permen PU No.26/PRT/M/2008

No Permen PU No.26/PRT/M/2008 Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Tangga kebakaran ini harus

disediakan dengan tanda pengenal

khusus

Sesuai Terdapat tanda arah

evakuasi menuju

tangga darurat

2 Penandaan tersebut harus

menunjukkan tingkat lantai

Tidak sesuai Tidak terdapat penanda

tingkat lantai

3 Bordes antar tangga minimal 8

dan maksimal 18

Sesuai Bordes antar tangga

diatas 8

4 tangga kebakaran tidak dibatasi

dengan dinding

Sesuai Tangga tidak dibatasi

dengan dinding

5 Ruang kosong dibawah tangga

tidak untuk menyimpan barang

Sesuai Ruang kosong dibawah

tangga tidak digunakan

untuk menyimpan

 barang

6 tidak boleh berbentuk tangga

spiral sebagai tangga utama

Sesuai Tangga utama tidak

 berbentuk spiral

Page 168: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 168/169

Tabel kesesuaian tanda petunjuk arah evakuasi di FKIK dengan permen PU

 No.26/PRT/M/2008

No Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum No. 26/M/2008

Sesuai/tidak

sesuai

Kondisi Aktual

1 Terdapat tanda petunjuk arah

 pada sarana jalan keluar

Sesuai Terdapat petunjuk arah

 jalan keluar

2 Warna petunjuk arah nyata dan

kontras

Tidak sesuai Warna petunjuk jalan

keluar hijau dan merah

3 Pada setiap lokasi ditempatkan

tanda arah dengan indicator arah

Sesuai Terdapat indicator

menuju tangga darurat

4 Tanda arah dapat dibaca pada

kedua mode pencahayaan normal

dan darurat

Sesuai Tanda arah dapat dibaca

 pada kedua mode

5 Setiap tanda arah diilluminasi

terus menerus

Sesuai Tanda arah diilluminasi

6 Tanda petunjuk arah terbaca

‘EXIT’ atau kata lain yang tepat

 berukuran ≥ 10cm

Sesuai Tanda petunjuk arah

terbaca EXIT

7 Lebar huruf pada kata ‘EXIT’ ≥

5 cm, kecuali huruf ‘I’ 

Sesuai Lebar huruf pada kata

EXIT ≥ 5cm 

8 Spasi minimum antara huruf

 pada kata ‘EXIT’ ≥ 1 cm 

Sesuai Spasi ≥ 1 cm 

Page 169: Arif Kurniawan - Fkik

7/21/2019 Arif Kurniawan - Fkik

http://slidepdf.com/reader/full/arif-kurniawan-fkik 169/169

Tabel kesesuai tempat berhimpun di FKIK dengan NFPA 101

No NFPA 101 Sesuai/tidak Kondisi Aktual

1 Tersedia tempat berhimpun

setelah evakuasi

Sesuai Terdapat tempat

 berhimpun

2 Tersedia petunjuk tempat

 berhimpun

Tidak sesuai Terdapat petunjuk

tempat berhimpun

meeting poin

3 Luas tempat berhimpun sesuai,

minimal 0,3 m/orang

Sesuai Tempat berhimpun

sangat luas.