sukma mardiyah pangabean-fkik

204
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: Sukma Mardiyah Panggabean 1111101000139 PEMINATAN EPIDEMIOLOGI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H

Upload: m-satria-sbaztian

Post on 13-Jul-2016

46 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

skripsi tradisi meminum tuak pada masyarakat

TRANSCRIPT

Page 1: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK

DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA

KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

Sukma Mardiyah Panggabean

1111101000139

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M / 1436 H

Page 2: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

i

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, Mei 2015

Nama : Sukma Mardiyah Panggabean, NIM : 1111101000139

Analisis Konsumsi Tuak Pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun

2015

xx + 152 halaman, 15 grafik, 4 tabel, 4 bagan, 6 gambar, 9 lampiran

Abstrak

Desa Lumban Siagian Jae merupakan daerah dimana sebagian besar

penduduknya adalah peminum tuak dengan pola konsumsi yang berlebihan, padahal

konsumsi tuak berlebihan dapat mengakibatkan banyak keluhan kesehatan. Oleh

karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola dan faktor-faktor yang

mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang terjadi pada peminum tuak

di Desa Lumban Siagian Jae. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional

dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel yang diteliti sebanyak 76 orang

yang diperoleh melalui metode simple random sampling. Analisis yang digunakan

adalah analisis univariat dan content analysis untuk mendeskripsikan seluruh variabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan peminum

berat dengan jumlah konsumsi tuak lebih dari 500 ml (89,5%) dan meminum tuak

selama lebih dari delapan tahun (82,9%). Munculnya perilaku konsumsi tuak didorong

oleh faktor pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, kebiasaan keluarga dan peran

petugas kesehatan.

Sebagian besar peminum tuak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

tuak (64,5%) dan lebih banyak memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak (69,7%).

Faktor tradisi dan kepercayaan menjadi faktor pendorong munculnya perilaku

konsumsi tuak karena diketahui bahwa kebiasaan minum tuak telah dilakukan turun

temurun sejak peradaban raja-raja Batak dan hingga saat ini sebagian besar (76,2%)

keluarga peminum tuak masih memiliki kebiasaan mengonsumsi tuak, peminum tuak

juga mempercayai khasiat tuak dapat meringankan keletihan mereka setelah bekerja.

Petugas kesehatan hanya melakukan penanggulangan secara holistik, namun lebih

cenderung kepada individu. Keluhan kesehatan yang dirasakan oleh para peminum

tuak antara lain hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%) dan penyakit saluran

pencernaan (19,7%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi

pemerintah dalam merumuskan kebijakan penanggulangan konsumsi tuak di Desa

Lumban Siagian Jae, dan bagi peminum tuak agar lebih mampu mengendalikan pola

konsumsi tuak.

Kata Kunci: Konsumsi Tuak, Pengetahuan, Sikap, Tradisi, Kepercayaan, Kebiasaan

Keluarga, Peran Petugas Kesehatan, Keluhan Kesehatan

Daftar bacaan: 115 (1972-2015)

Page 3: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH

EPIDEMIOLOGY CONCENTRATION

Undergraduate Thesis, Mei 2015

Name : Sukma Mardiyah Panggabean, ID Number : 1111101000139

Tuak Consumption Analysis of Tuak Drinkers in Lumban Siagian Jae Siatas

Barita District of North Tapanuli, North Sumatra 2015

xx + 152 pages, 15 graphics, 4 tables, 4 schemes, 6 pictures, 9 attachments

Abstract Lumban Siagian Jae is the region which most of its inhabitans are tuak

drinkers, whereas many health complaints are caused by tuak consumption. Recent

research was to determine the patterns and the triggering factors and health

complaints caused by tuak consumption. The research uses a cross-sectional study

with quantitative and qualitative approaches. Samples were examined as many as 76

tuak drinkers that were obtained through a simple random sampling method. Data

analysis used was univariate analysis and content analysis to describe all of variables.

Results of this research show that tuak drinkers most widely are heavy drinkers

that consume tuak above 500 mL (89.5%) and had been drinking tuak for more than

eight years (82.9%). The factors triggering tuak consumption are knowledge, attitude,

tradition and culture, belief, family habit and roles of health worker.

Drinkers’ knowledge about tuak is commonly at sufficient levels (64.5%) and

the proportion of drinkers whose negative attitude toward tuak consumption was

bigger (69.7%) than they whose the positive attitude. Traditions, cultural and belief

become the dominant factors because it is known that tuak consumption had been

made since the days of the Batak kingdom and until today most (76,2%) of tuak

drinkers’ families, still have the habit of tuak consuming, drinkers also believe that

tuak can relieve their fatigue after working in the morning until noon. Local health

authorities did not do a holistic intervention, they are more likely to do individual

intervention by providing counseling when the drinkers come for treatment. Some of

the health complaints that felt by many tuak drinkers are hypertension (25%), tooth

loss (23.7%) and diseases of the digestive tract (19.7%). Thus, the results of recent

research can be used as a reference for the goverment to establish the policy to solve

the behavior of tuak comsumption, the drinkers also should control their behavior in

tuak comsuming.

Keywords: Tuak Consumption, Knowledge, Attitude, Tradition and Culture, Belief,

Family Habits, Role of Health Worker, Health Complaint

References: 115 (1972-2015)

Page 4: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK

DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA

KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juli 2015

Disusun Oleh:

Sukma Mardiyah Panggabean

NIM. 1111101000139

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015 M / 1436 H

Page 5: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

iv

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Juli 2015

Page 6: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

v

RIWAYAT HIDUP

Identitas Personal

Nama : Sukma Mardiyah Panggabean

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Tarutung, 28 November 1993

Alamat Asal : Jalan Marhusa no 25 A, Desa Lumban Siagian

Jae, Kec. Siatas Barita Kab. Tapanuli Utara-

Sumatera Utara

No. Handphone : 085763099815

Alamat Email : [email protected]

Program Studi : Kesehatan Masyarakat (Epidemiologi)

Pendidikan Formal

TK : TK Al Falah Tarutung-Sumatera Utara

SD : SDN 173105 Tarutung- Sumatera Utara

SMP : MTs Darul Mursyid, Tapanuli Selatan –

Sumatera Utara

SMA : MA Darul Mursyid, Tapanuli Selata- Sumatera

Utara

Prestasi

- Peringkat I English Speech Putri Pekan Olahraga dan Seni Anar Pesantren

Daerah Sumatera Utara tahun 2008

- Peringkat I (Regu) Lomba Tingkat 3 Kwartir Cabang Tapanuli Selatan

- Peringkat II English Speech Putri Pekan Olahraga dan Seni Anar Pesantren

Daerah Sumatera Utara tahun 2010

- Peringkat V Semifinal Science Competition Expo se- Sumatera Bagian Utara

cabang Ilmu Kimia tahun 2011

Page 7: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

vi

- Peringkat XIV Final Science Competition Expo se- Sumatera Bagian Utara

cabang Ilmu Kimia tahun 2011

- Peserta Pesta Sains Nasional 2011

- Penerima Beasiswa Santri Berprestasi Kementerian Agama RI 2011-

sekarang

Pengalaman Organisasi

- Koordinator I Asrama Putri 3 Pesantren Darul Mursyid

- Sekretaris Angkatan XIII Vanfeinzure Pesantren Darul Mursyid

- Staff Ahli Pengembangan Masyarakat Persatuan Aksi Mahasiswa IAKMI

(PAMI) Jakarta Raya

- Staff Ahli Informasi dan Komunikasi BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

- Ketua Biro Event Organizer BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi CSS MoRA (Community of Santri

Scholar Ministry of Religious Affair) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Staff Ahli Informasi dan Komunikasi ESA (Epidemiology Students Association)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Plt. Ketua BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu

memberikan rahmat dan ridho sehingga melancarkan proses penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 Kesehatan Masyarakat dengan

judul Analisis Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun

2015.

Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada:

1. Keluarga besar, khususnya Ibunda Hj. L. G. Harahap yang tidak lelah

memberikan semangat dan dukungan kepada penyusun;

2. Bu Yuli Amran dan Bu Minsarnawati selaku dosen pembimbing, dimana

keduanya telah bersedia membimbing dan mengarahkan penyusun hingga

tersusunnya skripsi ini;

3. Ibu Hoirun Nisa selaku penanggung jawab Peminatan Epidemiologi;

4. Puskesmas Siatas Barita, Bidan Desa dan warga Desa Lumban Siagian Jae yang

membantu kelancaran penyusunan skripsi ini;

5. Keluarga besar BEM FKIK periode 2012-2013 dan periode 2013-2014;

6. Keluarga besar CSS MoRA di Indonesia, khususnya CSS MoRA UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta;

7. Keluarga besar Ikatan Alumni Darul Mursyid se-Jabodetabek;

Page 9: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

viii

8. Teman seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat, khususnya di

Peminatan Epidemiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

9. Para sahabat yang selalu memberikan dukungan, khususnya kepada Ikna Qonita,

Niekha Zoelienna, Faizatul Islamiyah, Feela Zaki Safitri, Ika Nur Atikoh, Hatan

Fahledi dan Lailatul Maghfiroh;

10. My sisters from another mother: Kak Surotul Ilmiyah, Astuti Akin, Sri Purwanti

dan Sri Nur Shadrina.

11. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skrispi ini yang tidak

dapat penyusun sebutkan satu per satu.

Permohonan maaf penyusun sampaikan jika terdapat kesalahan, baik pada tata

bahasa dan penulisan pada skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan agar kemudian penelitian ini dilanjutkan kepada tingkat yang lebih

sempurna. Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk kepada kita semua. Amin.

Ciputat, Mei 2015

Penyusun

Page 10: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR GRAFIK......................................................................................... xix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xvii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xix

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 7

D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................10

F. Ruang Lingkup .........................................................................................10

Page 11: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

x

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 12

A. Epidemiologi Konsumsi Alkohol .............................................................12

1. Distribusi Peminum Alkohol ................................................................14

2. Determinan Konsumsi Alkohol ............................................................18

B. Tuak ........................................................................................................20

1. Definisi ..................................................................................................20

2. Kandungan Tuak ...................................................................................22

C. Dampak Konsumsi Tuak ...........................................................................24

1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ..................................................24

2. Diabetes Melitus ....................................................................................27

3. Penyakit Mulut dan Gigi ........................................................................28

4. Penyakit Ginjal ......................................................................................29

5. Penyakit Hati .........................................................................................30

6. Penyakit Pencernaan ..............................................................................32

7. Gangguan Psikologi ...............................................................................33

D. Konsumsi Tuak .........................................................................................34

1. Definisi Konsumsi Tuak ........................................................................34

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tuak ..............................35

E. Kerangka Teori ..........................................................................................51

Page 12: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xi

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......................... 53

A. Kerangka Konsep ......................................................................................53

B. Definisi Operasional ..................................................................................56

C. Definisi Istilah ..........................................................................................62

BAB IV

METODE PENELITIAN .................................................................................. 63

A. Desain Penelitian ......................................................................................63

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................63

C. Populasi, Sampel dan Informan Penelitian .................................................63

1 Populasi ..................................................................................................63

2. Sampel ...................................................................................................64

3. Informan ................................................................................................65

D. Pengumpulan Data ....................................................................................66

E. Manajemen Data ........................................................................................68

F. Triangulasi .................................................................................................70

G. Analisis Data .............................................................................................70

Page 13: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xii

BAB V

HASIL ................................................................................................................. 72

A. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian

Jae ............................................................................................................72

B. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae ................................................................................ 75

C. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi

Tuak .........................................................................................................76

D. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ...............................77

E. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi

Tuak ........................................................................................................ 80

F. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian

Jae ............................................................................................................84

G. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae .................................................................................88

H. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae ................................................................................ 92

BAB VI

PEMBAHASAN ................................................................................................. 94

A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................94

B. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ...94

C. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae ............................................................................... 103

Page 14: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xiii

D. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi

Tuak ........................................................................................................ 106

E. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ............................... 111

F. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi

Tuak ....................................................................................................... 117

G. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian

Jae .......................................................................................................... 120

H. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae ................................................................................. 124

I. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae ................................................................................ 128

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 136

A. Simpulan ................................................................................................. 136

B. Saran ....................................................................................................... 137

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 139

Lampiran .......................................................................................................... 152

Page 15: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xiv

DAFTAR GRAFIK

5.1 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Berdasarkan Jumlah Tuak Yang Dikonsumsi 72

5.2 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Berdasarkan Lama Mengonsumsi Tuak 73

5.3 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Berdasarkan Usia Mulai Mengonsumsi Tuak 73

5.4 Orang yang Mengajak Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak 74

5.5 Waktu Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak 75

5.6 Tingkat Pengetahuan Peminum Tuak Mengenai Konsumsi Tuak di

Desa Lumban Siagian Jae 76

5.7 Sikap Peminum Tuak terkait Konsumsi Tuak di Desa Lumban

Siagian Jae 77

5.8 Alasan Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak di Desa Lumban

Siagian Jae 80

5.9 Dampak Positif Konsumsi Tuak Yang Dipercaya oleh Peminum

Tuak di Desa Lumban Siagian Jae 81

5.10 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak Berdasarkan Jenis Pekerjaan 83

5.11 Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga Peminum Tuak di

Desa Lumban Siagian Jae 84

Page 16: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xv

5.12 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Dukungan Keluarga Terhadap

Konsumsi Tuak 85

5.13 Tanggapan Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Terkait

Konsumsi Tuak pada Keturunan Mereka 86

5.14 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Peran Petugas Kesehatan

dalam Mengatasi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae 89

5.15 Keluhan Kesehatan Yang Dirasakan oleh Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae 92

Page 17: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xvi

DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional 56

3.2 Definisi Istilah 62

4.1 Informan Penelitian 66

5.1 Daftar Penyakit di Puskesmas Siatas Barita Periode Januari-Februari

2015 93

Page 18: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xvii

DAFTAR BAGAN

1 Social/Culture Factors Affecting Perceived Risk (Edberg, 1955) 43

2 Kerangka Teori Green (2005) 52

3 Kerangka Konsep 55

4 Web Causation Konsumsi Tuak Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae

(MacMahon & Pugh, 1970) 134

Page 19: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xviii

DAFTAR GAMBAR

1 Model determinan sosial hilir dan hulu bagi kesehatan individu dan

kesehatan populasi (Kaplan dalam Murti, 2009) 13

2 Distribusi peminum minuman keras di dunia (Sumber: WHO, 2014) 16

3 Mekanisme alkohol menyebabkan penyakit hati 31

4 The Health Belief Model (Strecther dalam Hayden, 2014) 45

5 Piramida Kebuthuhan Dasar Maslow (1954) 47

6 Plak pada Pembuluh Darah 130

Page 20: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xix

DAFTAR ISTILAH

Lapo tuak

: Warung yang dijadikan sebagai tempat jual beli tuak.

Warung ini juga dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul

sambil meminum tuak bersama.

Sopo partungkoan : Rumah atau gubuk yang digunakan oleh para raja-raja Batak

untuk berdiskusi atau rapat.

Dalihan Na Tolu : Kerangka atau sistem kekerabatan masyarakat Batak yang

meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan

hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok.

Terdiri dari 3 kekerabatan, yaitu keluarga pihak Istri (hula-

hula), anak perempuan (boru) dan teman semarga (Dongan

Tubu)

Pisang sitanduk : Pisang tanduk

Manuan ompu-ompu : Upacara menanam tanaman sejenis bunga bakung di atas

kuburan orang yang meninggal oleh cucu dari orang yang

meninggal tersebut. upacara ini bertujuan agar keturunan

orang yang meninggak hidup sejahtera.

Manulangi : Upacara menyuapi orang tua yang lanjut usia dengan

makanan kesukaan atau makanan yang terbaik oleh anak

dan cucunya.

Tuak tangkasan /

tuak na tonggi

: Tuak asli yang diambil langsung dari pohon enau pada pagi

hari tanpa bercampur dengan ramuan lain sehingga rasanya

masih manis, karena rasa manisnya.

Page 21: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

xx

Raru : Sebutan untuk kelompok jenis kulit kayu yang ditambahkan

pada nira aren dan bertujuan untuk mempertahankan

kandungan dan kadar alkohol pada proses fermentasi

menjadi tuak.

Subang : Haram, terlarang atau tidak boleh dikonsumsi.

Awak : Bahasa Melayu yang artinya saya/aku.

Page 22: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Minuman keras sudah lama dikenal di kalangan masyarakat dan telah

menjadi masalah umum di seluruh dunia. WHO (2014) menyebutkan bahwa

sebanyak 61,7% populasi di seluruh dunia telah meminum alkohol selama lebih

dari 12 bulan yang menyebabkan sekitar 3,3 juta kematian atau 5,9% dari seluruh

kematian di seluruh dunia (WHO, 2014).

Konsumsi alkohol juga telah menjadi kebiasaan di Indonesia. WHO tahun

2011 mencatat paling tidak sebesar 4,3% siswa dan 0,8% siswi pernah

mengonsumsi alkohol (Adnyana, 2012). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007,

diketahui bahwa di Indonesia, prevalensi peminum alkohol mencapai 4,6%.

Pengguna alkohol meningkat mulai pada umur antara 15-24 tahun, yaitu sebesar

5,5% yang selanjutnya meningkat menjadi 6,7% pada umur 25-34 tahun, namun

kemudian turun seiring dengan bertambahnya umur (Kemenkes RI, 2007). Hasil

Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012 juga

memberikan informasi bahwa persentase peminum alkohol pada pria berusia 15-

19 tahun sebesar 30,2% dan berusia 20-24 tahun sebesar 52,9%, sementara

persentase wanita berusia 15-19 tahun sebesar 3,5% dan berusia 20-24 tahun

sebesar 7,1% (SDKI, 2012).

Page 23: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

2

Minuman beralkohol tradisional merupakan salah satu jenis minuman

yang marak di beberapa wilayah Indonesia. Minuman beralkohol tradisional

dibuat dan dikemas secara sederhana serta sering dijadikan sebagai jamuan di

acara adat, misalnya Minuman Cap Tikus dari Manado dan Minahasa, Ballo dari

Makassar, Sopi dari Maluku dan sekitarnya, Lapen dari Yogyakarta, Arak Bali

dan lain sebagainya (BPOM, 2014). Tuak juga merupakan salah satu minuman

beralkohol tradisional yang berasal dari daerah Sumatera Utara terutama di daerah

Tapanuli Utara dan sekitarnya. Tuak terbuat dari batang kelapa atau batang aren

dan diambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru. Nira aren yang

merupakan bahan dasar pembuatan tuak mengandung alkohol dengan kadar 4%

(Ilyas, 2013).

Suku Batak sebagai suku utama Provinsi Sumatera Utara menjadikan tuak

sebagai tradisi yang sulit untuk dilepaskan. Tuak sering digunakan sebagai jamuan

dan sajian utama pada acara adat atau upacara. Riskesdas tahun 2007

menyebutkan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi urutan ke-12

dengan peminum alkohol terbanyak, dimana prevalensi peminum alkohol selama

12 bulan terakhir di Provinsi Sumatera Utara sebesar 6,1%, sedangkan peminum

yang masih minum dalam satu bulan terakhir sebesar 4,4% (Kemenkes RI, 2007).

Salah satu desa di Sumatera Utara, yaitu Desa Lumban Siagian Jae,

Kabupaten Tapanuli Utara, memilki proporsi peminum tuak yang cukup tinggi.

Sekretaris Desa, Pak Horas Panggabean, yang juga menjadi salah satu tokoh

masyarakat di desa, mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Lumban

Page 24: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

3

Siagian Jae telah mengonsumsi tuak sejak mereka remaja. Hal tersebut disebabkan

karena tradisi minum tuak yang kental di masyarakat Suku Batak Toba. Selain itu,

hampir semua masyarakat desa tersebut menganut Agama Kristen, sehingga tidak

ada batasan dan larangan untuk mengonsumsi minuman keras.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 45 orang peminum

tuak di Desa Lumban Siagian Jae, diperoleh hasil bahwa 22,7% dari mereka

meminum tuak sebanyak 600 mL per harinya, 52,3% sebanyak 800 mL per

harinya, 20% sebanyak 1000 mL dan 5% sebanyak 1200 mL per harinya. Selain

itu, banyak peminum tuak (45%) yang tidak ingin menghentikan kebiasaannya

untuk konsumsi tuak, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor sosial dan

budaya masyarakat batak. Maka dari itu, promosi dan edukasi kesehatan sangat

penting diberikan kepada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae, terutama bagi

peminum tuak, untuk bisa meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap

terkait konsumsi tuak agar perilaku konsumsi tuak dapat dikendalikan dan tidak

menimbulkan masalah kesehatan bagi peminumnya.

Minuman beralkohol, termasuk tuak, dapat mempengaruhi psikologis

seseorang yang mengonsumsinya. Penelitian Khairiyah tahun 2013 menyebutkan

bahwa remaja yang mengonsumsi minuman keras akan merasakan emosi negatif

sehingga akan semakin mudah marah ketika tujuan yang diinginkan tidak tercapai.

Selain itu, remaja akan sering membangkang pada orang tua, sering bertengkar

dengan teman, sering ugal-ugalan dan terkadang menjadi pendiam dan tidak

banyak bicara (Khairiyah, 2013).

Page 25: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

4

Penyakit yang paling sering diakibatkan oleh konsumsi minuman

beralkohol secara berlebihan adalah hipertensi. Hasil penelitian Suanders di

Sidney menunjukkan bahwa lebih dari 50% peminum alkohol memiliki tekanan

darah di atas 140/90mmHg (Saunders, 1987). Sesso juga menyebutkan terdapat

hubungan positif antara konsumsi alkohol dengan munculnya penyakit hipertensi

baik pada pria maupun wanita (Sesso, 2008).

Konsumsi alkohol juga dapat mengganggu fungsi dari semua bagian

saluran pencernaan. Alkohol konsumsi akut menyebabkan perubahan dalam

motilitas esophagus dan perut yang mendukung terjadinya reflux

gastroesophageal dan refluks esfofagitis sehingga dapat menyebabkan kerusakan

mukosa lambung (Bode & Bode., 1997).

Dental Health Australia menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat terjadi

akibat konsumsi alkohol antara lain adalah kerusakan atau erosi gigi, mulut kering,

buruknya kebersihan mulut, hingga terjadinya kanker mulut (Dental Health

Australia). Selain itu, minuman keras juga akan mengganggu fungsi dan proses

sistem reproduksi. Hasil penelitian eksperimen dari Ilyas membuktikan bahwa

pemberian tuak pada mencit jantan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang

lebih lama cenderung menurunkan kualitas spermatozoa dan menekan jumlah

anak hasil perkawinannya (Ilyas, 2013).

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa banyak penyakit yang

diakibatkan oleh konsumsi tuak yang berlebihan. Hal ini menunjukkan besarnya

pengaruh perilaku konsumsi tuak pada status kesehatan. Perilaku konsumsi tuak

Page 26: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

5

muncul tentu karena adanya faktor-faktor pencetus, penguat dan pendukung. Hal

ini sesuai dengan teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa komponen yang

mempengaruhi perilaku seseorang terdiri dari faktor predisposisi, reinforcing dan

enabling.

Setiawan dalam penelitian kualitatif di Kabupaten Maluku Tengah

membuktikan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat akan membentuk

persepsi dan kontrol yang salah terhadap minuman keras sehingga peluang

munculnya perilaku konsumsi minuman keras akan semakin besar (Setiawan,

2013). Harju dalam Ruslan (2013) menyatakan bahwa sikap memainkan peran

kunci dalam memutuskan munculnya sebuah tindakan atau perilaku.

Tradisi dan kepercayaan juga memberikan pengaruh kuat pada perilaku

seseorang. Mengingat tuak dijadikan sebagai minuman sehari-hari bagi laki-laki

Batak Toba dan wajib menjadi jamuan pada saat upacara atau ibadah (Ikegami,

1997). Di sisi lain, Bapak Haposan Panggabean, sesepuh desa, masyarakat Batak

Toba juga pada umumnya mempercayai adanya kebahagiaan dan persaudaraan

ketika mengonsumsi tuak, dengan kebahagiaan tersebut maka penyakit tidak akan

muncul.

Penelitian Imelda (2010) membuktikan bahwa perilaku kesehatan pada

masyarakat dapat terbentuk karena adanya budaya dan tradisi yang telah mendarah

daging dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam keluarga sebagai unit

terkecil yang dijadikan sebagai contoh dalam berperilaku. Petugas kesehatan juga

seyogyanya mampu memperbaiki pengetahuan dan sikap masyarakat sebagai

Page 27: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

6

langkah awal untuk mengendalikan perilaku konsumsi minuman keras.

Rendahnya pengetahuan mengenai masalah kesehatan, kurangnya kesadaran

untuk sehat, tradisi dan kepercayaan, dan peran keluarga serta keluarga serta

petugas kesehatan terhadap pola konsumsi tuak semakin menguatkan mereka pada

perilaku tersebut dan sebenarnya merugikan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012

memberikan informasi bahwa persentase peminum alkohol pada pria berusia 15-

19 tahun sebesar 30,2% dan berusia 20-24 tahun sebesar 52,9%, sementara

persentase wanita berusia 15-19 tahun sebesar 3,5% dan berusia 20-14 tahun

sebesar 7,1%. Hal ini menunjukkan prevalensi peminum minuman beralkohol

masih tinggi.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, banyak penyakit yang

diakibatkan oleh konsumsi tuak yang berlebihan. Hal ini menunjukkan besarnya

pengaruh pola konsumsi tuak pada status kesehatan. Maka dari itu, penelitian ini

dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana pola dan faktor-faktor yang

mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan peminum tuak

di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

pada tahun 2015.

Page 28: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

7

C. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan- pertanyaan yang akan dijawab pada penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana pola konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian

Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun

2015?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan mengenai tuak pada peminum tuak di Desa

Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Sumatera Utara tahun 2015?

3. Bagaimana sikap peminum tuak terkait konsumsi tuak di Desa Lumban

Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera

Utara tahun 2015?

4. Bagaimana tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae

Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun

2015?

5. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap tuak di Desa Lumban Siagian

Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun

2015?

6. Bagaimana kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak di Desa Lumban Siagian

Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun

2015?

Page 29: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

8

7. Bagaimana peran petugas kesehatan dalam mengatasi pola konsumsi tuak di

Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Sumatera Utara tahun 2015?

8. Bagaimana keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun

2015?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan faktor-faktor yang

mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan

peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita

Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

a. Diketahuinya pola konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban

Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Sumatera Utara tahun 2015

b. Diketahuinya tingkat pengetahuan mengenai tuak pada peminum tuak

di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten

Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015

Page 30: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

9

c. Diketahuinya sikap peminum tuak terkait konsumsi tuak di Desa

Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli

Utara Sumatera Utara tahun 2015

d. Diketahuinya tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban

Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Sumatera Utara tahun 2015

e. Diketahuinya kepercayaan masyarakat terhadap tuak di Desa Lumban

Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Sumatera Utara tahun 2015

f. Diketahuinya kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak di Desa Lumban

Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Sumatera Utara tahun 2015

g. Diketahuinya peran petugas kesehatan dalam mengatasi pola konsumsi

tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten

Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015

h. Diketahuinya keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban

Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara

Sumatera Utara tahun 2015.

Page 31: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

10

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan acuan untuk

melakukan penelitian sejenis yang lebih kompleks, seperti penelitian bivariat

atau multivariat.

2. Manfaat Bagi Pemerintah dan Instansi Kesehatan

Melalui penelitian ini, pemerintah dapat mengetahui faktor penyebab dominan

masalah konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga

pemerintah dapat memberikan penanggulangan yang tepat sasaran dan tepat

guna dalam mengendalikan pola konsumsi tuak tersebut.

3. Manfaat Bagi Peminum Tuak

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai dampak

konsumsi tuak sehingga para peminum tuak memiliki kemauan untuk

mengendalikan perilaku mengonsumsi tuak.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas

Barita Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara pada bulan Desember

2014 sampai Mei 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan

faktor-faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang

Page 32: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

11

dirasakan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita

Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Sampel yang diteliti adalah

pria berusia 17 tahun ke atas yang telah mengonsumsi tuak sekurang-kurangnya

selama satu tahun. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang

menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan

kualitatif serta metode simple random sampling untuk pengambilan sampel

penelitian.

Page 33: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi Konsumsi Alkohol

Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai distribusi,

determinan dan perkembangan dari status atau kejadian kesehatan (WHO, 2015).

Konsumsi alkohol termasuk dalam cabang epidemiologi sosial, yaitu ilmu yang

mempelajari status atau kejadian masalah kesehatan dengan mengintegrasikan

aspek perilaku, struktur sosial, budaya, kepercayaan, agama, politik, ekonomi,

demografi, biologi dan fisiologi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap

munculnya masalah kesehatan tersebut (Hasanbasri, 2012). Berikut ini adalah

model pendekatan epidemiologi sosial untuk menunjukkan hirarki faktor sosial

yang mempengaruhi disparitas kesehatan (Kaplan dalam Murti, 2009):

Page 34: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

13

Gambar 1. Model determinan sosial hilir dan hulu bagi kesehatan individu dan kesehatan

populasi (Kaplan dalam Murti, 2009)

Gambar di atas menunjukkan bahwa status kesehatan seseorang atau

populasi bergantung kepada keadaan patofisiologi, dan patofisiologi tentunya

dipengaruhi oleh lingkungan sosial, seperti tradisi, kebijakan dan sebagainya.

Engel dalam Cwikel (2006) menyebutkan bahwa terapan epidemiologi yang

hanya menggunakan model biomedis tidak sesuai untuk mengidentifikasi

beberapa penyakit, seperti alkoholisme dan skizofrenia. Maka dari itu,

epidemiologi sebaiknya mampu berbaur dengan aspek sosial sehingga tenaga

kesehatan tidak hanya mengetahui bakteri, jamur atau virus sebagai faktor

penyebab penyakit, namun juga faktor-faktor sosial.

Page 35: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

14

Sebagaimana telah disebutkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu tentang

distribusi dan determinan masalah kesehatan, maka berikut ini adalah penjabaran

mengenai distribusi peminum alkohol dan determinan konsumsi alkohol.

1. Distribusi Peminum Alkohol

Distribusi peminum alkohol dapat ditinjau melalui tiga variabel utama, yakni

orang, tempat dan waktu.

a. Menurut Orang

Murray dan Lopez dalam Jernigan (2001) menyatakan bahwa

sebesar 5% dari semua kematian di seluruh dunia yang terjadi pada usia 5

sampai 29 tahun disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol. The Global

Burden of Disease Study mendukung pernyataan tersebut dengan

membuktikan bahwa penyalahgunaan alkohol jauh lebih umum terjadi di

antara orang-orang muda (Jernigan, 2001).

Di seluruh dunia, peminum alkohol berat lebih sering ditemukan

pada kelompok usia 15 sampai 19 tahun (11,7%), dibandingkan dengan

kelompok usia 15 tahun ke atas (7,5%). Menurut jenis kelamin, proporsi

peminum alkohol pada laki-laki lebih besar (21,5%) dari pada perempuan

(5,7%) (WHO, 2014).

Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi

peminum alkohol di Indonesia sebesar 4,6% dimana laki-laki

Page 36: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

15

menyumbang persentase paling besar (4,9%) dari pada perempuan (0,3%).

prevalensi peminum alkohol paling tinggi pada kelompok usia 25-34

tahun, yaitu 6,7% dan disusul oleh kelompok usia 15-24 tahun dan 35-44

tahun, yaitu sebesar 5,5%. SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa

berdasarkan jenis kelamin, prevalensi laki-laki jauh lebih besar (38,8%)

dari pada perempuan (4,6%) dan berdasarkan usia, prevalensi kelompok

usia 20-24 tahun lebih besar (60%) dibandingkan dengan kelompok usia

15-19 tahun (33,7%).

Peminum alkohol, secara nasional maupun global, lebih banyak dari

kalangan laki-laki dari pada perempuan. Namun, terdapat perbedaan

menurut usia dimana peminum alkohol di dunia lebih banyak berasal dari

kelompok usia remaja (15-19 tahun), sementara di Indonesia lebih banyak

dari kelompok usia dewasa (25-34 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa

kesadaran untuk mengendalikan faktor risiko penyakit degeneratif pada

usia dewasa di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan seluruh

dunia.

Page 37: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

16

b. Menurut Tempat

Secara global, konsumsi alkohol paling tinggi berada di wilayah

Eropa dan Amerika. Konsumsi alkohol menengah berada di wilayah

Pasifik Barat dan Afrika. Selanjutnya konsumsi alkohol terendah

ditemukan di Asia Tenggara dan Mediterania Timur (WHO, 2014)

Gambar 2. Distribusi peminum minuman keras di dunia (Sumber: WHO, 2014)

Menurut WHO (2014), perbedaan jumlah peminum alkohol

berbeda-beda di setiap wilayah. Hal tersebut disebabkan karena interaksi

berbagai faktor, baik dari faktor sosial, ekonomi, kepercayaan dan budaya.

Misalnya adanya daerah yang didominasi oleh agama Islam sehingga

larangan mengonsumsi alkohol sangat ditekankan.

Menurut SDKI tahun 2012, di Indonesia, prevalensi peminum

alkohol lebih besar berada di perkotaan (45,7%) dari pada pedesaan

(40,1%). Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa

Page 38: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

17

peminum alkohol lebih banyak berada di pedesaan (5,1%) dari pada di

perkotaan (3,9%). Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya interaksi faktor

baik internal maupun eksternal, misalnya pengetahuan atau budaya.

Suhardi (2011) menyatakan bahwa daerah perkotaan dengan

prevalensi peminum alkohol yang tinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara

Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,

Papua Barat dan Papua. Daerah pedesaan dengan prevalensi peminum

alkohol yang tinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, Bali, Kalimantan

Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku,

Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo dan Sulawesi Utara .

c. Menurut Waktu

Alkohol pada dasarnya dapat diminum kapan saja, tetapi

terdapat beberapa waktu yang dapat meningkatkan jumlah peminum

alkohol. National Single Window Indonesia (2012) menyatakan bahwa

alkohol sering disajikan pada saat pesta dan perayaan, sehingga risiko

meningkatnya jumlah peminum alkohol dapat terjadi pada saat seseorang

mengadakan atau menghadiri pesta. Selain itu, musim liburan juga dapat

meningkatkan jumlah peminum alkohol, karena sebagian orang membuat

keputusan untuk berlibur dan bepergian jauh dari rumah untuk kemudian

Page 39: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

18

membuat pesta dan menyajikan alkohol sebagai jamuan (National Single

Window Indonesia, 2012).

2. Determinan Konsumsi Alkohol

Determinan konsumsi alkohol dapat ditinjau melalui tiga variabel utama,

yakni agent, host dan environment.

a. Agent

Agent adalah penyebab masalah kesehatan yang dapat berupa unsur

hidup, unsur mati atau keadaan hidup seseorang (Budiarto, 2002). Agent

yang berperan dalam pembentukan perilaku mengonsumsi alkohol adalah

keadaan hidup, misalnya adanya masalah keluarga, perasaan tidak

dihargai, terasing dari kelompok sosial atau stress (Cwikel dalam Cwikel,

2006).

b. Host

Host atau pejamu merupakan keadaan manusia yang dapat menjadi

inang (media) agent untuk menimbulkan masalah kesehatan. Interaksi host

dan agent dapat dianalogikan sebagai tanah dan benih dimana tumbuhnya

benih, atau agent, tergantung pada keadaan tanah, atau host. Semakin

rentan keadaan host maka agent akan semakin mudah menimbulkan

masalah kesehatan (Budiarto, 2002).

Page 40: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

19

Berdasarkan distribusi peminum alkohol, dapat diketahui bahwa

secara nasional maupun global, peminum lebih banyak dari kalangan laki-

laki dari pada perempuan. Menurut Kurniawati dkk (2011) hal ini

disebabkan karena pria cenderung lebih tertutup daripada wanita sehingga

masalah lebih sering diselesaikan dengan cara yang menyenangkan dirinya

sendiri. Selain itu, pria juga lebih berani dalam melakukan hal-hal yang

mengandung risiko tinggi.

Peminum alkohol di dunia lebih banyak berasal dari kelompok

usia remaja (15-19 tahun), sementara di Indonesia lebih banyak dari

kelompok usia dewasa (25-34 tahun). Hal ini disebabkan karena penduduk

Indonesia mayoritas beragama Islam dan dilarang mengonsumsi alkohol

sehingga penduduk Indonesia memiliki batasan, terutama remaja, juga

dibatasi oleh adanya pemantauan orang tua, sementara orang dewasa pada

umumnya tidak lagi dipantau oleh orang tua karena telah dianggap mampu

mengendalikan jalan hidup sendiri. Selain itu, orang dewasa juga

cenderung memiliki masalah lebih banyak dari pada usia remaja sehingga

orang dewasa lebih banyak mengonsumsi alkohol untuk melepaskan

bebannya.

c. Environment

Environment atau lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di

luar kehidupan suatu organisme, lingkungan tersebut dapat berupa

Page 41: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

20

lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial (Efendi & Makhfudli, 2009).

Faktor lingkungan yang paling berperan dalam membentuk perilaku

mengonsumsi alkohol adalah lingkungan sosial.

Lingkungan sosial tersebut dapat berupa tradisi, budaya, adat

istiadat, norma, kebijakan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya

hidup, pekerjaan, ekonomi, organisasi dan politik. Masyarakat terpapar

oleh lingkungan sosial karena adanya interaksi dan dukungan media

komunikasi yang telah berkembang (Chandra, 2006).

B. Tuak

1. Definisi

Alkohol adalah cairan transparan yang dapat diperoleh dari

fermentasi karbohidrat dan ragi, mudah menguap, dapat bercampur dengan

air, eter atau kloroform (Iskandar, 2012). Peraturan Presiden nomor 74

tahun 2013 menyatakan bahwa minuman beralkohol merupakan minuman

yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses

dengan cara fermentasi dengan atau tanpa destilasi dari bahan hasil

pertanian. Minuman beralkohol tradisional merupakan minuman

beralkohol yang diproduksi secara tradisional dan dikemas sederhana serta

dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan.

Berdasakan kadar alkoholnya, minuman Beralkohol

diklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yaitu:

Page 42: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

21

a. Golongan A adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol

(C2H5OH) sampai dengan 5% (lima persen);

b. Golongan B adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol

(C2H5OH) 6% (enam persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);

dan

c. Golongan C adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol

(C2H5OH) 21% (dua puluh satu persen) sampai dengan 55% (lima

puluh lima persen).

Tuak adalah minuman beralkohol tradisional di daerah Sumatera

Utara, terutama pada Suku Batak Toba, yang mengandung alkohol dengan

kadar 4% (Ilyas, 2013). Berdasarkan keputusan dan peraturan yang telah

ditetapkan, maka tuak dapat digolongkan sebagai salah satu jenis minuman

keras. Dengan demikian, tuak dapat digolongkan sebagai minuman keras

golongan A. Jika dibandingkan dengan minuman alkohol import, seperti

whisky atau brandy yang mengandung kadar alkohol sebesar 20% - 50%

(golongan C) (Mahkamah Agung, 2012), kadar alkohol tuak jauh lebih

rendah.

Tuak terbuat batang pohon aren (Arenga pinnata) dan diambil

airnya, yaitu air nira, kemudian dicampurkan dengan kayu raru. Menurut

Sunanto, pohon aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi

pada daerah dengan tanah subur pada ketinggian 500 m – 800 m di atas

Page 43: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

22

permukaan laut, termasuk di Indonesia. Maka dari itu tuak dapat dengan

mudah diproduksi di wilayah Indonesia (Ikegami, 1997).

Tuak memiliki posisi sebagai minuman sehari-hari bagi laki-laki

Suku Batak Toba. Tuak juga berperan penting sebagai tradisi dalam adat

Batak Toba, misalnya dalam adat manulangi, yaitu upacara penjamuan

orang tua yang telah bercucu oleh keturunan-keturunannya, tuak menjadi

menu utama dalam jamuan tersebut (Ikegami, 1997). Tuak juga berperan

penting dalam acara manuan ompu-ompu, dimana tuak digunakan untuk

menyiram tanaman yang dinamakan ompu-ompu yang ditanam pada

sawah atau kebun orang yang sudah meninggal. Tuak merupakan sarana

perwujudan silaturahmi dengan adanya jamuan kehormatan bagi Dalihan

Na Tolu, yaitu nama lain yang diberikan bagi tiga garis hubungan yang

dihormati oleh suatu keluarga (Lumban Gaol & Husin, 2013).

2. Kandungan Tuak

Tuak yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Batak Toba dapat

dibuat dari air nira dari batang aren, biasanya resep ini akan turun-temurun

kepada anak-anak pembuat tuak tersebut. Eka pada penelitiannya tahun

2008 menjelaskan bahwa komponen yang dikandung oleh nira antara lain

air 88,4%; gula 11%; protein 0,41%; lemak 0,17% dan asam-asam organik

seperti asam sitrat, asam tartarat, asam malat, asam suksinat, asam laktat,

Page 44: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

23

asam fumarat dan asam piroglutamat sebesar 0,02% (Haryanti & dkk,

2012).

Fermentasi yang terjadi pada nira dibantu oleh adanya bakteri

Saccharomyces sp, nira sangat mudah mengalami fermentasi karena

memiliki ragi liar (Muku & Sukadana, 2009). Fermentasi yang terjadi

mengakibatkan adanya perombakan terhadap senyawa-senyawa

penyusunnya. Perombakan salah satunya terjadi pada gula yang akan

berubah menjadi alkohol dan selanjutnya berubah menjadi asam cuka.

Pada pembuatan tuak, biasanya ditambahkan kulit batang Sonneratia sp.

(kayu raru), penambahan kulit batang tersebut berguna untuk menghambat

proses fermentasi nira khususnya pada proses oksidasi alkohol menjadi

asam cuka (Sinda & Len, 2003).

Setelah melalui proses fermentasi, air nira akan memproduksi tuak

yang mengandung air 88,4%; protein 0,38%; lemak 0,2%; mineral 0,02% dan

karbohidrat 7% dan alkohol 4% (diperoleh dari perombakan gula dalam air

nira) (Noviyanti, 2014). Noviyanti (2014) menjelaskan bahwa air nira yang

baru diambil dari pohonnya memiliki rasa manis dengan pH netral sekitar 7,

akan tetapi karena adanya pengaruh lingkungan dan fermentasi menyebabkan

air nira tersebut terkontaminasi sehingga pH menurun menjadi 5,34 dan rasa

manis pada nira berubah menjadi asam.

Page 45: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

24

C. Dampak Konsumsi Tuak

WHO dalam Putusan Mahkamah Agung (2012) menyebutkan bahwa

terdapat dampak negatif bagi konsumen minuman keras, dampak tersebut

dikelompokkan berdasarkan jangka waktu. Dampak konsumsi minuman keras

berdasarkan jangka waktu konsumsi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Jangka Pendek

Dampak yang dirasakan jika konsumsi minuman keras dalam jangka waktu

pendek antara lain mulut akan terasa kering, pupil mata membesar, detak

jantung lebih kencang, rasa mual dan kesulitan bernafas. Dampak psikis yang

terjadi adalah perasaan merasa hebat, tidak ada rasa malu dan merasa santai

(relax).

b. Jangka Panjang

Dampak yang dirasakan jika konsumsi minuman keras dalam jangka waktu

panjang adalah konsumen akan terancam masalah kesehatan yang serius seperti

kerusakan hati, ginjal, paru-paru, jantung, radang usus, penyakit liver,

kerusakan otak bahkan hingga gangguan jiwa.

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat diakibatkan oleh konsumsi alkohol

secara berlebihan.

1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Konsumsi tuak dan minuman lain yang mengandng alkohol dapat

merusak beberapa sistem organ, salah satunya adalah sistem kardiovaskular.

Page 46: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

25

Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang berfungsi

memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan

tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh, terdiri dari jantung,

komponen darah dan pembuluh darah. Menurut ICD (International

Classification of Disease) menyebutkan bahwa penyakit jantung dan

pembuluh darah terdiri dari rematik akut, jantung rematik kronik, hipertensi,

penyakit hati iskemik, penyakit paru dan sirkulasi, penyakit serebrovaskular,

penyakit pada arteri, arteriola dan kapiler, penyakit pada vena dan sistem limfa

dan lain-lain (Bustan, 2007).

Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa alkohol dengan kadar

sedang dan ringan akan memberikan efek protektif terhadap penyakit

kardiovaskular karena alkohol dapat meningkatkan kadar HDL. Namun, jika

berlebihan, alkohol akan meningkatkan trigliserida dalam darah (Artanti,

2008). Tingginya kadar trigliserida mengakibatkan adanya gangguan kadar

lemak di dalam darah. Kadar lemak akan meningkat dan menumpuk dalam

pembuluh darah sehingga membentuk plak. Hasil penelitian menunjukan

bahwa gangguan kadar lemak dalam darah dapat menjadi salah satu faktor

penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah (Teo dkk, 2011).

Britton menyatakan pada hasil review bahwa hubungan antara

konsumsi minuman keras dan kematian akibat penyakit jantung merupakan

hubungan kausalitas yang memiliki implikasi lebih luas (Britton & McKee,

2000). Penelitian Chenet menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

Page 47: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

26

signifikan antara peningkatan kematian akibat penyakit kardiovaskular dengan

konsumsi alkohol (Chenet & dkk, 1998). Keil menjelaskan bahwa konsumsi

alkohol dalam jumlah yang banyak akan meningkatkan prevalensi penyakit

hipertensi dan stroke hemoragik serta penyakit kardiovaskular (Keil & dkk,

1997).

Salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering mendapat

perhatian dari semua kalangan masyarakat adalah hipertensi. Hipertensi

merupakan gerbang awal yang memicu munculnya penyakit degeneratif

lainnya, seperti penyakit stroke, jantung, diabetes melitus dan ginjal.

Seseorang dikatakan hipertensi jika darahnya mencapai tekanan 140 mmHg

ke atas. Diagnosis hipertensi secara umum mengacu kepada klasifikasi

tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥18 tahun) yang diukur

berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau

lebih kunjungan klinis (Direktorat Bina Farmasi dan Klinis, 2006).

Sesso menyebutkan terdapat hubungan positif antara konsumsi alkohol

dengan munculnya penyakit hipertensi baik pada pria maupun wanita (Sesso,

2008). Beilin juga mendukung pernyataan tersebut dengan menyebutkan

bahwa konsumsi alkohol yang rendah akan menurunkan risiko terjadinya

hipertensi (Beilin & dkk, 1996). Selain hipertensi, penyakit lain yang

disebabkan konsumsi alkohol adalah penyakit jantung koroner. Beberapa studi

menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara konsumsi alkohol

dengan munculnya penyakit jantung koroner (Rimm, 2000).

Page 48: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

27

2. Diabetes Melitus

Konsumsi alkohol secara berlebihan akan mengubah sistem

metabolisme. Tuak sebagai salah satu minuman yang mengandung alkohol

akan memicu risiko munculnya diabetes melitus pada seseorang. Diabetes

melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang muncul karena turunan

keluarga, karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas atau karena tidak

efektifnya insulin yang dihasilkan (WHO, 2015).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa mengonsumsi alkohol

memiliki asosiasi terbalik terhadap risiko penyakit diabetes melitus. Salah

satunya adalah penelitian Ajani yang menunjukkan bahwa peminum alkohol

dengan kadar menengah memiliki risiko diabetes lebih rendah dari pada

dengan kadar tinggi (Ajani, 2000). Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa hal

tersebut karena alkohol memberikan efek hipoglikemi pada peminumnya,

maka peminum dengan riwayat diabetes melitus berisiko lebih rendah terkena

diabetes yang lebih parah. Namun jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan

maka kadar glukosa dalam tubuh akan semakin menurun sehingga seseorang

akan lebih sering mengonsumsi glukosa. Hal ini malah semakin meningkatkan

risiko munculnya diabetes melitus (Hassan & dkk, 2002).

Penelitian Sampfer dan rekan-rekannya menemukan bahwa wanita

yang mengonsumsi alkohol sebanyak 15 gram setiap hari lebih berisiko

menderita diabetes melitus dibandingkan dengan yang tidak meminum alkohol

(Rimm & dkk, 1994). Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian

Page 49: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

28

Hassan dan kawan-kawan yang menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara konsumsi alkohol secara berlebihan dengan munculnya

diabetes melitus pada seseorang (Hassan & dkk, 2002). Penelitian Kao juga

membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan akan meningkatkan

risiko diabetes melitus namun jika dikonsumsi hanya dengan kadar sedang

maka tidak akan meningkatkan risiko diabetes melitus (Kao & dkk, 2002).

3. Penyakit Mulut dan Gigi

Penyakit mulut dan gigi juga dapat diakibatkan oleh konsumsi alkohol. Touyz

menyebutkan bahwa alkohol akan menyebabkan kerusakan pada gigi,

kerusakan tersebut berupa erosi gigi, oklusal dan bruksisme (Touyz, 2010).

Berdasarkan penelitian Noviyanti (2014) membuktikan bahwa

konsumsi tuak dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya erosi

gigi pada peminumnya. Erosi gigi disebabkan oleh kontak langsung

berkelanjutan antara permukaan gigi dengan zat-zat asam. Demineralisasi

email gigi akan terjadi apabila pH lingkungan mulut mencapai tingkat

keasaman 5,5 (Noviyanti, 2014). Diketahui dari penelitian Fadhilah (2012)

menunjukkan bahwa tingkat keasaman tuak adalah 5,34 yang berarti minuman

tuak tersebut bersifat asam dan sangat berpeluang besar menyebabkan erosi

gigi.

Menurut Isidora dkk (2003), seseorang yang mengonsumsi tuak

cenderung memiliki gizi yang buruk. Gizi buruk yang dialami akan

Page 50: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

29

menyebabkan mukosa dari selaput lendir rongga mulut menjadi lemah

sehingga mukosa rongga mulut sangat mudah mengalami mikro lesi baik

akibat trauma mekanis. Mikro lesi dapat berupa sariawan atau bahkan dapat

berdampak lebih besar seperti kanker mulut.

Boyle dalam sebuah review menyebutkan bahwa dalam masa

pengamatan selama 10 (sepuluh) tahun ditemukan adanya hubungan antara

munculnya kanker mulut dengan kebiasaan konsumsi alkohol (Boyle & dkk,

1990). Rothman dan Keller mendukung penelitian tersebut dengan

menyatakan bahwa paparan gabungan antara mengonsumsi alkohol dan

merokok dapat menyebabkan kanker oral (mulut), maka dari itu kedua paparan

tersebut perlu ditiadakan untuk mencegah terjadinya kanker mulut (Rothman

& Keller, 1972).

4. Penyakit Ginjal

Penyakit ginjal kronis atau sering disebut sebagai Chronic Kidney

Disease (CKD) merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya abnormalitas

struktur atau fungsi ginjal selama tiga bulan atau lebih. Penyakit ginjal

dimanisfetasikan oleh salah satu dari beberapa gejala sebagai berikut

(Rahmadi, 2010):

a. Abnormalitas pada komposisi darah atau urin

b. Abnormalitas pada pemeriksaan pencitraan

c. Abnormalitas pada biopsi ginjal.

Page 51: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

30

Mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan mengganggu

mekanisme kerja ginjal, sehingga memunculkan gangguan-gangguan baru

pada sistem perkemihan. Sifat alkohol sebagai diuretik dapat mempengaruhi

keseimbangan elektolit dalam darah. Alkohol akan menekan produksi ADH

(Antidiuretik Hormone) dari kelenjar hipofisis. Selanjutnya tubuh akan

mengeluarkan air terus menerus sehingga tubuh akan kekurangan air dan

proses ekskresi urin dalam ginjal akan terganggu (Dasgupta dalam Adnyana,

2012).

Studi kohort yang dilakukan oleh Shankar dan rekannya membuktikan

bahwa konsumsi alkohol sebanyak empat porsi atau lebih per hari

berhubungan dengan munculnya penyakit ginjal kronik (Shankar & dkk,

2006). Penelitian Yamagata menunjukkan bahwa konsumsi alkohol kurang

dari 20 gram per hari akan mengurangi risiko albuminuria pada pria, namun

efek proteksi tersebut akan hilang jika seseorang mengonsumsi minuman

sebanyak 20 gram atau lebih per harinya (Yamagata & dkk, 2007).

5. Penyakit Hati

Penyakit hati yang paling banyak terjadi akibat penyalahgunaan

alkohol antara lain adalah perlemakan hati, alkoholik hepatitis dan sirosis hati

(Maher, 1997). Pada penelitian Saskara dan Suryadarma (2013) sirosis hati

terjadi karena apanya perkembangan dari penyakit hati kronis yang

disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan. Hal tersebut dikuatkan

Page 52: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

31

oleh pengakuan dari para responden bahwa mereka gemar mengonsumsi arak

tradisional sejak muda. Arak yang diminum sebanyak 1-2 gelas selama 2-3

kali tiap minggu.

Gambar 3. Mekanisme alkohol menyebabkan penyakit hati

Timbulnya penyakit hati akibat alkohol dapat dijelaskan secara

biokimia. Alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme dalam hati

dan berubah menjadi asetaldehida (Adnyana, 2012). Alsetaldehida yang

diperoleh dari interaksi alkohol dengan enzim alkohol dehidrogenase (ALD)

dapat meningkatkan jumah radikal bebas dalam tubuh. Semakin banyak

asetaldehida yang diproduksi maka akan semakin meningkat jumlah radikal

bebas dalam tubuh. Stres oksidatif kemungkinan besar dapat terjadi jika

peningkatan jumlah radikal bebas tersebut melebihi kapasitas tubuh untuk

menetralkannya (Gramenzi dkk, 2006).

Page 53: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

32

Stress oksidatif yang telah terjadi selanjutnya dapat mengakibatkan

rendahnya sistem antioksidan dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan

kepekaan terhadap reaksi senyawa oksigen reaktif (SOR). Peroksidasi lipid

merupakan kerusakan pada proses oksidasi lemak akibat reaktivitas SOR

(Setiawan dan Suhartono, 2007). Gangguan pada proses oksidasi lemak dapat

memicu terjadinya penimbunan lemak dalam hati. Peroksidasi lipid akan

menyebabkan timbulnya inflamasi pada hati karena adanya reaksi pertahanan

tubuh. Inflamasi ini selanjutnya akan berkembang ke arah sirosis hati jika

konsumsi alkohol tetap belanjut (Gramenzi dkk, 2006).

6. Penyakit pada Saluran Pencernaan

Penyakit pada saluran pencernaan sering disebut sebagai

gastrointestinal. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan

penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus

(intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris)

dan pankreas (Hadi, 2002).

Penelitian Kaufman dan rekannya membuktikan bahwa konsumsi

alkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada gastrointestinal,

misalnya gastritis besar dan perdarahan pada duodenum (Kaufman & dkk,

1995). Pronko menjelaskan mengenai dampak konsumsi alkohol terhadap

terjadinya kerusakan mukosa kolon atau rektum, dampak lain yang dapat

Page 54: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

33

terjadi adalah hiper regenatif sehingga terjadi penumpukan pada lokasi

tertentu dan menyebabkan tumor (Pronko & dkk, 2002).

Penyakit gastrointestnal yang sering muncul pada masyarakat adalah

maag. Maag terjadi karena sekresi asam klorida (HCl) yang berlebihan dalam

lambung. Pada dasarnya HCl diperlukan untuk membantu menghancurkan

makanan dalam lambung, akan tetapi akan menjadi masalah ketika produksi

HCl berlebihan atau ketika perut dalam keadaan kosong sementara HCl tetap

bekerja. Hal ini yang dapat menyebabkan terjadinya maag pada seseorang.

Minuman keras, termasuk tuak, dapat memicu munculnya penyakit

maag, hal tersebut karena adanya kandungan alkohol. Menurut Avinash dkk

(2011) dan Andyana (2012), minuman dengan jumah alkohol rendah dapat

dengan cepat merangsang sekresi asam lambung dan mempercepat

pengosongan lambung.

7. Gangguan Psikologi

Dampak umum yang disebabkan oleh konsumsi alkohol adalah

dampak secara psikologis. Menurut Utina, beberapa dampak psikologis akibat

konsumsi alkohol secara berlebihan adalah mudah tersinggung, mudah marah,

gelisah, menghindar dari kegiatan yang tidak memberikan kesempatan untuk

minum seperti belajar atau bekerja, sulit membuat keputusan, tidur terlalu

banyak, hiperbola yaitu berlebihan dalam mengekspresikan suatu perasaan

(Utina, 2011). Wiers dalam penelitiannya membuktikan bahwa alkohol akan

Page 55: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

34

memberikan kepekaan pada peminum berat, sehingga peminum tersebut akan

memberikan respon cepat apabila mendapatkan penawaran hal-hal baru seperti

narkoba (Wiers & dkk, 2002).

Pengaruh alkohol terhadap psikologis berhubungan dengan efeknya

terhadap sistem saraf pusat. Terdapart neurotransmitter yang berperan dalam

menyampaikan rasa senang, yaitu dopamin, yang berpusat pada ventral

tergmental area (VTA) di daerah otak tengah. Alkohol, dengan sifat kimianya,

mampu mengaktivasi pengeluaran dopamin secara langsung sehingga orang

yang meminum alkohol cenderung merasa senang dan lupa akan masalahnya

(Adnyana, 2012).

D. Konsumsi Tuak

1. Definisi Konsumsi Tuak

Konsumsi tuak merupakan salah satu bentuk dari perilaku. Perilaku

adalah segala bentuk kegiatan atau tindakan manusia baik yang dapat diamati

langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar sebagai respon terhadap

stimulus yang didapatkan untuk mencapai suatu tujuan (Sudarma, 2008).

Berdasarkan definisi tersebut, maka konsumsi tuak adalah tindakan seseorang

menghabiskan tuak untuk memenuhi kepuasan sebagai respon terhadap

stimulus yang diperoleh, baik dari dalam diri sendiri maupun dari

lingkungannya.

Page 56: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

35

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Tuak

Konsumsi tuak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun

dari luar subyek. Menurut Lawrence Green, perilaku secara umum terbagi tiga

yang meliputi (Noorkasiani & dkk, 2007):

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah

terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor yang termasuk sebagai

predisposisi antara lain:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi melalui proses

penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan berperan sebagai

landasan dan dasar dalam membuat keputusan termasuk keputusan

untuk berperilaku (Pickett & Hanlon, 2008). Dinata (2013)

menyebutkan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi munculnya perilaku mengonsumsi minuman keras

adalah pengetahuan, baik pengetahuan seputar minuman keras

maupun pengetahuan keagamaan yang melarang konsumsi minuman

keras.

Pengetahuan dalam domain kognitif terdiri dari 6 (enam)

tingkatan, yaitu (Efendi & Makhfudli, 2009):

Page 57: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

36

a) Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tingkatan

ini sama dengan mengingat kembali suatu yang spesifik dari

seluruh bagian yang dipelajari sebelumnya.

b) Memahami

Memahami merupakan kemampuan dalam menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan

objek tersebut dengan benar.

c) Penerapan

Penerapan merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan

informasi yang telah diterima dan dipelajari sbelumnya pada

situasi atau kondisi sebenarnya.

d) Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu

materi kepada beberapa komponen yang masih terdapat pada

suatu struktur atau lingkup yang sama dan saling berkaitan.

e) Sintesis

Sintesis merupakan kebalikan dari analisis, yaitu kemampuan

untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola atau

bentuk yang baru.

Page 58: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

37

f) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek, dimana penilaian yang dilakukan

didasarkan pada kriteria yang telah ada dan telah dipelajari.

Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Efendi

& Makhfudli, 2009):

a) Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya pemberian ilmu dan

pengetahuan dari pendidik kepada didik. Penelitian Asiah

membuktikan bahwa tingkat pendidikan sangat berhubungan

dengan pengetahuan kesehatan seseorang (Asiah, 2010).

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan

cenderung semakin baik.

b) Informasi

Akses terhadap informasi yang baik juga akan

menambah pengetahuan seseorang. Sumber informasi yang

lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih luas.

c) Pengalaman

Hal-hal yang pernah dialami seseorang secara tidak

langsung akan menambah pengetahuan yang bersifat informal.

Page 59: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

38

Semakin banyak pengalaman seseorang maka akan semakin

banyak hal yang dapat dipelajari.

d) Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk bersosialisasi,

bermasyarakat dan memenuhi kebutuhan hidup dapat

menambah tingkat pengetahuan.

2) Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu

rangsangan atau objek. Ekspresi sikap tidak dapat dilihat secara

nyata, namun dapat ditafsirkan. Sikap mengandung penilaian secara

emosional, baik secara afektif, kognitif dan konatif. Sikap dapat

terbentuk dengan adanya interaksi sosial, baik secara fisik maupun

psikis (Maulana, 2007).

Sikap berperan penting dalam kehidupan dan keseharian

seseorang. Terdapat 4 (empat) fungsi sikap pada seseorang, antara

lain sebagai penyesuaian, pertahanan ego, ekspresi nilai dan sebagai

pengetahuan (Simamora, 2008). Fungsi-fungsi tersebut secara

keseluruhan akan mendorong seseorang melakukan tindakan

berdasarkan sikap yang diyakininya.

Page 60: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

39

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki beberapa tingkatan,

antara lain (Simamora, 2008):

a) Receiving, yakni jika seseorang menerima dan memperhatikan

stimulus yang diberikan. Misalnya, sikap seseorang terhadap

konsumsi tuak dapat diketahui dengan kehadiran orang tersebut

di warung tuak setiap hari.

b) Responding, yakni jika seseorang memberikan tanggapan

terhadap stimulus. Misalnya, sikap seseorang menjawab

pertanyaan mengenai perasaan yang dirasakan saat telah

meminum tuak.

c) Valuing, yakni jika seseorang telah merepon suatu stimulus

kemudian membahasnya dengan orang lain atau bahkan

mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk merespon.

Misalnya, ketika seseorang mendapatkan berita mengenai

peraturan penutupan jual beli minuman keras kemudian

mengajak teman-temannya untuk berembuk dan menolak

peraturan tersebut.

d) Responsible, merupakan tingkatan yang paling tinggi dalam

sikap, yaitu jika seseorang mau bertanggung jawab atas jalan

yang dipilihnya dengan risiko yang ada.

Page 61: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

40

Suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam diri

seseorang, sikap muncul karena dibentuk oleh pengaruh dan

intervensi yang terjadi selama perkembangan hidup seseorang.

Pengaruh tersebut dapat muncul dari lingkungan (eksternal) maupun

dari disi seseorang tersebut (internal). Kedua faktor tersebut yang

mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang (Maulana, 2007).

a) Faktor Internal

i. Fisiologis

Faktor penting terkait fisiologis adalah umur dan kesehatan,

misalnya orang muda pada umumnya lebih ceroboh dalam

menentukan tindakan dibandingkan dengan orang tua yang

lebih berhati-hati.

ii. Psikologis

Psikologi seseorang dapat terbentuk melalui interaksi

sosial dan lingkungan. Psikologi secara sosial dapat

mempengaruhi perubahan sikap pada seseorang (Haugtvedt

& dkk, 2004).

Page 62: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

41

b) Faktor Eksternal

i. Pengalaman

Pengalaman terhadap suatu objek akan membentuk

sikap terhadap objek tersebut. Misalnya seseorang yang

biasanya meminum tuak setiap hari akan berhenti jika

mengalami gangguan kesehatan setelah meminum tuak.

ii. Situasi

Situasi atau keadaan seseorang akan membentuk atau

mengubah suatu sikap pada seseorang tersebut. Faktor

situasi mencakup faktor lingkungan dimana manusia

tinggal, baik lingkungan sosial, ekonomi, tradisi atau

budaya. Lindsay menyebutkan dalam artikelnya bahwa

tradisi berperan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku,

karena tradisi setiap negara berbeda, maka akan membentuk

sikap yang berbeda-beda pula (Lindsay, 2005).

iii. Peraturan dan Norma

Peraturan dan norma yang berlaku dan ditetapkan

akan membiasakan sikap seseorang. Peraturan dan norma

diberlakukan pada masing-masing aspek dalam kehidupan

seseorang, dapat berupa peraturan dalam beragama,

peraturan di instansi pendidikan, peraturan dalam wilayah,

Page 63: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

42

dan lain sebagainya. Peraturan baik yang selalu diikuti

masyarakat akan membentuk sikap positif pada masyarakat.

iv. Hambatan dan Pendorong

Hambatan dan dukungan juga penting diperhitungkan

dalam pembentukan sikap seseorang. Dukungan sosial akan

memberikan pengaruh terhadap peraturan, kepatuhan

tersebut akan berdampak pada terbentuknya sikap positif

pada masyarakat (Kusumadewi & dkk, 2011).

3) Tradisi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi

merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang

masih dijalankan oleh masyarakat sebagai keturunannya (Setiawan,

2015). Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak

Toba karena tuak merupakan kebiasaaan yang diturunkan oleh nenek

moyang dan dapat digunakan sebagai sarana keakraban serta sebagai

pengungkapan rasa terima kasih. Hal ini menjadi salah satu dasar

pemikiran mengapa tuak dijadikan sebagai tradisi masyarakat Batak

Toba.

Marzuki (2011) menyebutkan bahwa tradisi dan budaya

merupakan dua aspek yang menjadi acuan masyarakat untuk

Page 64: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

43

menampilkan perilaku atau tindakan. Suryoputro dkk (2006)

menyebutkan dalam penelitiannya bahwa karakter tradisi dalam

suatu wilayah berpengaruh terhadap perilaku masyarakat setempat,

misalnya perilaku seksual atau perilaku kesehatan.

Menurut Edberg (1955) dalam Edberg (2013), berikut ini adalah alur

tradisi membentuk perilaku mengonsumsi tuak pada masyarakat.

Bagan 1. Social/Culture Factors Affecting Perceived Risk (Edberg, 1955)

Bagan di atas menunjukkan bahwa tradisi memegang peran penting

dalam membentuk perilaku masyarakat, karena pada dasanya

manusia ingin diterima oleh masyarakat sekitar sehingga akan

mengikuti apa yang menjadi tradisi masyarakat tersebut.

Tuak adalah minuman beralkohol yang dapat

meningkatkan risiko penyakit

Konsumsi tuak adalah kebiasaan yang diturunkan oleh

nenek moyang. Masyarakat Batak Toba yakin bahwa

segala sesuatu yang diturunkan oleh nenek moyang

adalah hal yang baik.

Kekhawatiran tidak memperoleh teman dan

kehilangan status sosial dalam masyarakat jika tidak

ikut mengonsumsi tuak

Risk Behavior on Public Health

Perspective

Mediating Social/Cultural Factor

Primary Perceived Risk (by spesific

individual)

Page 65: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

44

4) Kepercayaan

Tradisi tidak hanya memberikan warna pada perilaku

masyarakat, tetapi juga berpengaruh dalam keyakinan dan

kepercayaan (Marzuki, 2011). Menurut Johannes dan Diya (2012),

keyakinan atau kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang dianut

seseorang mengenai suatu hal. Seseorang yang telah memiliki

kepercayaan terhadap sesuatu akan merasakan efek berupa kepuasan

psikologis jika dia melakukan tindakan berdasarkan kepercayaan

tersebut.

Kepercayaan berperan dalam membentuk suatu perilaku

atau tindakan. Retor (2014) dalam penelitiannya membuktikan

bahwa kepercayaan seseorang terhadap suatu produk akan

mempengaruhi tindakan untuk menolak atau menerima. Maas (2004)

mendukung pernyataan tersebut dengan penelitiannya yang

menemukan bahwa selain tradisi, kepercayaan dan keyakinan

masyarakat juga dapat mempengaruhi perilaku kesehatan ibu dan

anak. Berikut adalah bagaimana kepercayaan berperan dalam

pembentukan perilaku seseorang yang digambarkan oleh Hayden

(2014).

Page 66: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

45

Gambar 4. The Health Belief Model (Stretcher dalam Hayden, 2014)

Gambar di atas menggambarkan bahwa usia, jenis kelamin,

tradisi, sosial dan ekonomi, pengetahuan seseorang, yang disebut

sebagai faktor predisposisi, akan mempengaruhi persepsi mengenai

perbandingan manfaat dan kerugian suatu objek. Komponen

predisposisi tersebut bersama dengan faktor pendukung akan

membentuk persepsi terhadap ancaman dari suatu objek. Persepsi

ancaman, manfaat dan kerugian ini yang kemudian akan membentuk

perilaku seseorang.

Page 67: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

46

b. Faktor Pendukung (Enabling)

Faktor pendukung merupakan faktor yang memungkinkan atau

memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti warung jual beli tuak.

Misalnya, seorang pemuda sudah mengetahui bahaya dari mengonsumsi

tuak, namun karena warung penjual tuak masih banyak dan tersebar

merata di desanya, pemuda tersebut akan semakin mudah terpengaruh

untuk ikut meminum tuak.

c. Faktor Penguat (Reinforcing)

Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat

terjadinya perilaku antara lain:

1) Kebiasaan keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang

terdiri dari kepala dan anggota keluarga yang berkumpul dan tinggal

dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (UU RI dalam

BKKBN, 2011). Pola pengasuhan keluarga dan enkulturasi

merupakan faktor penting dalam pembentukan watak individu,

sehingga masing-masing individu berperilaku sesuai dengan aturan

dan norma budaya yang ada dalam masyarakat.

Page 68: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

47

Berbicara mengenai peranan keluarga dalam membentuk

perilaku anggota keluarga, maka teori yang dapat menjelaskan hal

tersebut adalah teori kebutuhan dasar Abraham Maslow (1954)

(Rahmah, 2013). Berikut ini adalah piramida Maslow yang

menunjukkan tingkatan kebutuhan dasar manusia.

Gambar 5. Piramida Kebutuhan Dasar Maslow (1954)

Menurut Maslow terdapat 5 (lima) kebutuhan dasar manusia.

Lima kebutuhan dasar manusia adalah sebagai berikut 1) kebutuhan

fisiologis dan biologis seperti pangan dan rekreasi; 2) kebutuhan

keamanan dan keselamatan seperti aman dari ancaman; 3) kebutuhan

sosial seperti cinta dan kasih sayang; 4) kebutuhan penghargaan diri

dan 5) kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan untuk

bertindak sesuai keinginan (Rahmah, 2013).

Page 69: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

48

Kebutuhan pertama adalah kebutuhan fisiologis yang

merupakan kebutuhan primer yang wajib untuk dipenuhi seperti

pangan, sandang dan papan, kebutuhan ini diperlukan pada saat masa

pertumbuhan (Rahmah, 2013). Selain asupan kebutuhan fisiologis,

kebutuhan biologis juga seyogyanya diperhatikan oleh keluarga untuk

memaksimalkan manfaat dari keberadaan kebutuhan fisiologi,

misalnya dengan menyediakan waktu untuk tidur atau rekreasi.

Kebutuhan keamanan dan keselamatan juga penting

diperhatikan oleh keluarga, salah satunya dengan memperhatikan

ancaman penyakit akibat konsumsi minuman keras (Rahmah, 2013).

Setiap anggota keluarga pada dasarnya menginginkan kebebasan,

namun peran orang tua adalah membatasi kebebasan tersebut dengan

berbagi pengetahuan mengenai bahaya minuman keras.

Keluarga selanjutnya memperhatikan kebutuhan sosial anggota

keluarga. Setiap orang memiliki keinginan untuk berhubungan dengan

orang lain agar dapat diterima dan berbagi pada saat kesulitan

(Rahmah, 2013). Dewasa ini, banyak orang tua yang telah memahami

adanya kebutuhan tersebut, akan tetapi mereka terkadang keliru dalam

bergaul, misalnya terpengaruh untuk mengonsumsi tuak.

Salah satu ciri manusia adalah mempunyai harga diri, karena

itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya

oleh orang lain (Mendari, 2010). Memberikan tantangan kepada

Page 70: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

49

seseorang dan kemudian memberikan feedback yang mendukung

mengenai hasil kerjanya terbukti efektif untuk memotivasi kinerja dan

performa seseorang menjadi lebih baik (Lianto, 2013). Keluarga dalam

hal ini berperan untuk memberikan pengakuan yang baik terhadap

hasil kerja yang diperoleh oleh anggota. Pengakuan tersebut

dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan

sehingga kemungkinan besar anggota keluarga tidak lagi

membutuhkan tuak sebagai sarana untuk meningkatkan semangat

kerja.

Kebutuhan yang terakhir adanya kebutuhan untuk aktualisasi

diri atau melakukan tindakan sesuai dengan keinginan (Rahmah,

2013). Terpenuhinya kebutuhan fisiologi, biologi, perhatian dan rasa

memiliki, cinta dan kasih sayang serta saling menghargai akan

membentuk perilaku yang baik. Semakin baik peran keluarga dalam

memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarganya, maka semakin baik

pula aktualisasi diri yang akan terbentuk.

Kebiasaan konsumsi tuak keluarga maupun keluarga terdekat

menjadi contoh yang buruk bagi anak nantinya. Keluarga seharusnya

membiasakan diri untuk melakukan perilaku bersih dan sehat,

sehingga keturunan akan mengikuti kebiasaan tersebut dan terhidar

dari kebiasaan buruk seperti konsumsi tuak dan minuman keras

lainnya.

Page 71: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

50

2) Dukungan Petugas Kesehatan

Undang-undang nomor 36 tahun 2014 menyebutkan bahwa

petugas kesehatan, yang sering disebut sebagai tenaga kesehatan,

adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan yang

memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan.

Berdasarkan peran dan fungsi pokok Puskesmas, maka peran

tenaga kesehatan secara umum adalah (Purwatiningsih, 2008):

a) Sebagai role model di masyarakat dalam menerapkan

perilaku hidup bersih dan sehat sebagai perwujudan

pembangunan kesehatan

b) Membina peran serta masyarakat sebagai perwujudan dari

pemberdayaan masyarakat

c) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat.

Dukungan dan peran petugas kesehatan merupakan salah satu

faktor penguat yang mempengaruhi timbulnya perilaku kesehatan.

Penelitian Supiyah dkk (2012) membuktikan bahwa peran petugas

kesehatan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku

seseorang. Maka dari itu, petugas kesehatan seharusnya mampu

mengemban peran dan tugas yang telah dipercayakan dalam

Page 72: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

51

mengubah perilaku seseorang yang membahayakan kesehatannya,

contohnya konsumsi tuak.

E. Kerangka Teori

Teori yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan analisis konsumsi

tuak adalah Teori Lawrence Green (2005). Teori Green dijadikan sebagai acuan

karena teori ini membahas perilaku tidak hanya dari aspek internal individu namun

juga mempertimbangkan faktor eksternal.

Green (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya perilaku seseorang terdiri dari faktor predisposisi, pemungkin dan

penguat. Faktor predisposisi perilaku konsumsi tuak terdiri dari pengetahuan,

sikap, kepercayaan, tradisi, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Faktor

pemungkin terdiri dari ketersediaan saran pelayanan kesehatan dan warung tuak.

Faktor penguat terdiri dari dukungan petugas kesehatan dan kebiasaan keluarga.

Konsumsi tuak dinilai melalui lama konsumsi dan jumlah tuak yang

dikonsumsi. Semakin lama konsumsi dan semakin banyak jumlah tuak yang

dikonsumsi tentu akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan. Dampak

tersebut yaitu munculnya penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus,

erosi gigi, sariawan, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, gangguan psikologis

dan penyakit lainnya:

Page 73: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

52

Bagan 2. Kerangka Teori Green (2005)

Konsumsi Tuak

1. Lama

konsumsi tuak

2. Jumlah tuak

yang diminum

Faktor pemungkin:

1. Sarana dan prasarana

kesehatan

2. Keberadaan warung tuak

Faktor predisposisi:

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Kepercayaan

4.Tradisi

6. Umur

7. Jenis kelamin

8. Pendidikan

9. Pekerjaan

Faktor penguat:

1. Kebiasaan keluarga

2. Peran petugas kesehatan

Keluhan Kesehatan:

1. Tidak ada keluhan

2. Hipertensi

3. Diabetes melitus

4. Erosi gigi/Gigi keropos

5. Sariawan

6. Gangguan Ginjal

7. Gangguan Saluran

Pencernaan

8. Gangguan pada Hati

9. Gangguan Psikologi

10. Penyakit lainnya

Page 74: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

53

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola perilaku dan faktor-

faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan

peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae tahun 2015. Faktor yang tidak diteliti

dalam penelitian ini adalah keberadaan warung tuak dan sarana pelayanan

kesehatan. Kedua faktor tersebut tidak dijadikan sebagai variabel karena

penelitian ini hanya dilakukan di satu area dan sempit sehingga tidak terdapat

variasi pada kedua faktor tersebut.

Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan,

sikap, keluhan kesehatan, kebiasaan keluarga dan peran petugas kesehatan. Tradisi

serta kepercayaan juga akan dibahas secara kualitatif sebagai faktor yang

mempengaruhi perubahan pengetahuan dan sikap pada masyarakat Desa Lumban

Siagian Jae. Variabel umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan yang

termasuk dalam faktor predisposisi sudah termasuk faktor demografi yang juga

akan dibahas pada penelitian ini.

Pengetahuan diteliti karena pengetahuan merupakan salah satu aspek

kognitif yang mempengaruhi baik buruknya perilaku seseorang. Semakin baik

pengetahuan seseorang tentang tuak, maka akan seseorang tersebut akan semakin

mampu untuk mengendalikan perilakunya untuk mengonsumsi tuak.

Page 75: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

54

Sikap menjadi salah satu variabel yang diteliti sebagai pembentuk

perilaku pada seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu objek dinilai sebagai

penentu tindakan seseorang terhadap objek tersebut. Apabila seseorang

menunjukkan sikap mendukung terhadap konsumsi tuak maka hal tersebut akan

mendorongnya untuk mengonsumsi tuak.

Tradisi dan kepercayaan juga merupakan salah satu variabel yang

membentuk perilaku seseorang. Tradisi minum tuak di Desa Lumban Siagian Jae

akan membiasakan masyarakat tersebut untuk mengonsumsi tuak. Selain itu,

kepercayaan juga akan tertanam seiring dianutnya tradisi tersebut. Sehingga

masyarakat Desa Lumban Siagian Jae semakin terdorong untuk mengonsumsi

tuak.

Kebiasaan keluarga juga akan membentuk perilaku seseorang.

Keluarga merupakan unit terkecil dalam kelompok masyarakat yang sangat

berpengaruh karena akan memberikan contoh yang baik atau buruk kepada

seseorang yang menjadi anggota keluarganya. Semakin baik contoh yang

diberikan maka akan semakin baik pula perilaku anggota keluarga yang terbentuk.

Petugas kesehatan berperan dalam mengatasi perilaku kesehatan

masyarakat di wilayah kerjanya. Pada masalah konsumsi tuak, petugas kesehatan

seharusnya dapat mengatasi maraknya perilaku konsumsi tuak karena akan

membahayakan kesehatan masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Jika petugas

kesehatan dapat memberikan intervensi yang baik, maka masyarakat juga akan

dapat mengendalikan konsumsi tuak dengan baik.

Page 76: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

55

Perilaku konsumsi tuak dengan jumlah dan lama konsumsi di atas batas

standar akan menyebabkan munculnya penyakit, terutama penyakit degeneratif.

Penyakit akibat konsumsi tuak sangat penting untuk diulas dalam penelitian ini

sebagai gambaran bagi masyarakat, sehingga masyarakat Desa Lumban Siagian

Jae dengan kebiasaan konsumsi tuak dapat mengevaluasi dan mengendalikan

kebiasaan buruk tersebut.

Bagan 3. Kerangka Konsep

Predisposisi:

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Kepercayaan

4.Tradisi

Penguat:

1. Kebiasaan keluarga

2. Peran petugas kesehatan

3.

Konsumsi Tuak

1. Lama

konsumsi tuak

2. Jumlah tuak

yang diminum

Keluhan Kesehatan:

1. Tidak ada keluhan

2. Hipertensi

3. Diabetes melitus

4. Erosi gigi/Gigi keropos

5. Sariawan

6. Gangguan Ginjal

7. Gangguan Saluran

Pencernaan

8. Gangguan pada Hati

9. Penyakit lainnya

Page 77: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

56

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Ko

nsu

msi

Tuak

Jumlah tuak

yang

dikonsumsi

Banyaknya tuak yang dikonsumsi

dalam sehari yang diukur

berdasarkan satuan mL sesuai

dengan jenis gelas yang digunakan.

Kuesioner

dan gelas

peraga

1. Pertanyaan terstruktur

2. Jumlah tuak diukur

dengan gelas dalam satuan

mL.

1. Ringan, jika meminum < 210

mL tuak

2. Sedang, jika meminum 210-

500 mL tuak

3. Berat, jika meminum >500

mL tuak.

Sumber: Institute of Alcohol

Studies (2013)

Ordinal

Lama

konsumsi tuak

Selisih antara usia pertama kali

mengonsumsi tuak dengan usia saat

penelitian dilakukan dalam

hitungan tahun.

Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur

2. Lama konsumsi dihitung

dalam tahun dan

dikategortikan

berdasarkan interval kelas

(kuartil).

1. Baru, jika responden telah

mengonsumsi tuak selama 1-

4 tahun.

2. Sedang, jika responden telah

mengonsumsi tuak selama 5-

8 tahun.

3. Lama, jika responden telah

mengonsumsi tuak lebih dari

8 tahun.

Ordinal

Page 78: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

57

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Pengetahuan Jawaban benar responden atas

pertanyaan peneliti yang diberikan.

Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur

2. Perhitungan skor dari

pertanyaan yang dijawab

dengan benar.

1. Baik, jika responden meraih

skor ≥80 dari pertanyaan

yang diberikan.

2. Cukup, jika responden

meraih skor 40-79 dari

pertanyaan yang diberikan.

3. Kurang, jika responden

meraih skor <40 dari

pertanyaan yang diberikan.

Sumber: Khomsan dkk (2009)

Ordinal

Sikap Tanggapan responden terhadap

pernyataan yang diberikan oleh

peneliti.

Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur

2. Sikap dihitung dengan

skala likert yang dihitung

berdasarkan skor yang

telah ditentukan oleh

peneliti pada setiap

jawaban.

1. Positif, jika skor responden

>20 dari pernyataan yang

diberikan.

2. Negatif, jika skor responden

≤ 20 dari pernyataan yang

diberikan.

Ordinal

Page 79: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

58

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Tradisi Tanggapan masyarakat bahwa

konsumsi tuak merupakan

kebiasaan yang diturunkan oleh

nenek moyang dan menjadi adat

istiadat hingga saat ini.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika rensponden

tidak menganggap tuak

sebagai tradisi.

1. Ada, jika responden

menganggap tuak sebagai

tradisi.

Ordinal

Kepercayaan Keyakinan masyarakat Desa

Lumban Siagian Jae bahwa tuak

membawa dampak positif baik

secara fisik maupun psikis.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden

meyakini tuak tidak memiliki

dampak positif.

1. Ada, jika responden

meyakini minuman tuak

memiliki dampak positif.

Ordinal

Kebiasaaan

Keluarga

Pengakuan responden terkait

kebiasaan mengonsumsi tuak yang

dimiliki oleh keluarganya.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden

tidak memiliki anggota

keluarga dengan kebiasaan

meminum tuak

1. Ada, jika responden memiliki

anggota keluarga dengan

kebiasaan meminum tuak

Ordinal

Page 80: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

59

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Peran Petugas

Kesehatan.

Pengakuan responden terkait peran

dan penanggulangan dari petugas

kesehatan dalam mengatasi

perilaku konsumsi tuak.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden

tidak merasa ada peran

petugas kesehatan dalam

mengatasi perilaku konsumsi

tuak

1. Ada, jika responden merasa

ada peran petugas kesehatan

dalam mengatasi perilaku

konsumsi tuak

2. Tidak ada respon, jika

responden menganggap

bahwa petugas kesehatan

tidak memperhatikan

masalah perilaku konsumsi

tuak.

Ordinal

Keluhan Kesehatan Gangguan atau keluhan kesehatan

yang dirasakan oleh responden

setelah mengonsumsi tuak.

Kuesioner Pertanyaan terstruktur

1. Tidak ada keluhan, jika

peminum tidak mengalami

gangguan kesehatan.

Nominal

Page 81: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

60

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

2. Hipertensi, atas hasil

diagnosis dokter setelah

mengonsumsi tuak.

3. Erosi gigi/Gigi Keropos, jika

terdapat struktur gigi yang

tidak kuat.

4. Gangguan Saluran

Pencernaan, jika responden

merasa sakit pada

gastrointestinal, misalnya

maag.

5. Gangguan Ginjal, atas hasil

diagnosis dokter setelah

mengonsumsi tuak.

6. Sariawan, jika responden

menderita sariawan secara

terus menerus.

Page 82: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

61

Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

7. Diabetes Melitus, atas hasil

diagnosis dokter setelah

mengonsumsi tuak.

8. Penyakit lain, keluhan

lainnya yang dirasakan oleh

responden selain pilihan yang

diberikan, misalnya TBC

atau flu yang berkelanjutan.

Page 83: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

62

C. Definisi Istilah

Tabel 3.2

Definisi Istilah

Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Sumber Informasi

Tradisi Sejarah, adat istiadat dan kebiasaaan konsumsi tuak pada

masyarakat Desa Lumban Siagian Jae.

Panduan

wawancara

Wawancara

mendalam

1. H. Panggabean, sesepuh

Desa Lumban Siagian Jae

2. Masyarakat, dari salah satu

responden terpilih.

Kepercayaan Keyakinan masyarakat Desa Lumban Siagian Jae bahwa

tuak membawa dampak positif baik secara fisik maupun

psikis.

Panduan

wawancara

Wawancara

mendalam

1. H. Panggabean, sesepuh

Desa Lumban Siagian Jae

2. Masyarakat, dari salah satu

responden terpilih.

Kebiasaaan

Keluarga

Kebiasaan mengonsumsi tuak dalam keluarga di Desa

Lumban Siagian Jae

Panduan

wawancara

Wawancara

mendalam

1. Ibu Rumah Tangga dari

keluarga yang memiliki

kebiasaan konsumsi tuak

2. Anggota keluarga (suami

atau anak laki-laki di atas 17

tahun) dari ibu rumah

tangga.

Peran Petugas

Kesehatan

Peran dan penanggulangan dari petugas kesehatan dalam

mengatasi perilaku konsumsi tuak pada masyarakat Desa

Lumban Siagian Jae dalam mengonsumsi tuak.

Panduan

Wawancara

Wawancara

mendalam

Petugas Puskemas Kecamatan

Siatas Barita

Page 84: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

63

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif yang menggunakan

desain cross sectional study dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Pendekatan kuantitatif digunakan pada distribusi pengetahuan, sikap, keluhan

kesehatan, peran petugas kesehatan dan kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak.

Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk menggali lebih dalam peran petugas

kesehatan dan kebiasaan keluarga, selain itu digunakan juga untuk memperoleh

informasi mengenai tradisi dan kepercayaan masyarakat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lumban Siagian Jae Kabupaten Tapanuli Utara

Sumatera Utara pada bulan Desember 2014 - Mei 2015.

C. Populasi, Sampel dan Informan Penelitian

1. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh peminum tuak di Desa

Lumban Siagian Jae. Populasi studi penelitian yaitu pada peminum tuak laki-laki

berusia 17 tahun ke atas yang berdomisili dan telah mengonsumsi tuak sekurang-

kurangnya selama dua belas bulan.

Page 85: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

64

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini sama dengan populasi studi yang telah

disebutkan, yaitu peminum tuak yang berusia 17 tahun ke atas yang telah

mengonsumsi tuak sekurang-kurangnya selama 12 bulan. Pengambilan sampel

pada penelitian ini adalah dengan metode simple random sampling melalui

kerangka sampel yang tersedia. Sampel yang terpilih secara acak harus

memenuhi kriteria untuk dapat menjadi responden, apabila sampel terpilih tidak

memenuhi kriteria maka sampel tersebut tidak dapat menjadi responden.

Berikut ini adalah perhitungan besar sampel untuk penelitian ini.

𝑛 =𝑍1−𝛼

2⁄2 𝑃(1 − 𝑃)𝑁

𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑍1−𝛼2⁄

2 𝑃(1 − 𝑃)

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal

𝑍1−𝛼2⁄

2 = nilai Z pada derajat

kepercayaan 1 − 𝛼2⁄ =

1,96

α = derajat kemaknaan = 5%

P = proporsi = 6% (0,06)*)

N = jumlah populasi studi

d = presisi mutlak = 5%

*) P ditentukan dari proporsi konsumen minuman beralkohol di Sumatera Utara

selama 12 bulan terakhir (6,1%) yang diperoleh dari data Riskesdas 2007.

Page 86: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

65

𝑛 = 1,962. 0,06 (0,94). 192

0,052. (191) + 1,962. 0,06 (0,94)

𝑛 = 41,6

0,69

𝑛 = 60, 04 = 61 orang

Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel diperoleh jumlah sampel

minimal adalah sebanyak 61 responden. Namun, peneliti mempertimbangkan

faktor non-respon sebesar 25%, sehingga jumlah sampel menjadi 77 orang dan

dibulatkan menjadi 80 orang. Faktor non-respon bertujuan untuk

mengantisipasi adanya sampel yang tidak dapat menjadi responden atau tidak

memenuhi kriteria sebagai responden.

3. Informan

Informan, sebagai sumber informasi dalam penelitian kualitatif,

berjumlah 8 (delapan) orang. Pemilihan informan ini disesuaikan dengan

prinsip penelitian kualitatif yaitu kesesuaian (appropriateness) dan

kecukupan (adequacy). Prinsip kesesuaian merupakan prinsip dimana

informan penelitian dipilih berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian. Prinsip kecukupan

merupakan prinsip dimana informasi yang didapatkan harus bervariasi dan

memenuhi kriteria yang berkaitan dengan penelitian.

Pada penelitian ini ada beberapa kategori informan penelitian yang harus

terpenuhi agar informasi didapatkan bervariasi yaitu:

Page 87: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

66

1. Kelompok Informan Utama dalam penelitian ini adalah Tokoh

Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae, Kepala Puskesmas Kecamatan

Siatas Barita dan Ibu Rumah Tangga dari keluarga yang memiliki

kebiasaan mengonsumsi tuak.

2. Kelompok Informan Pendukung dalam penelitian ini adalah

masyarakat Desa Lumban Siagian Jae dan Bidan Desa Lumban Siagian

Jae.

Tabel 4.1

Informan Penelitian

No. Istilah Informan Utama Informan Pendukung

1. Tradisi Tokoh Masyarakat:

Sesepuh Desa Lumban

Siagian Jae

(H. Panggabean)

Masyarakat: salah satu

responden terpilih

(D. Pasaribu)

2. Kepercayaan Tokoh Masyarakat:

Sesepuh Desa Lumban

Siagian Jae

(H. Panggabean)

Masyarakat: salah satu

responden terpilih

(D. Pasaribu)

3 Kebiasaan keluarga Ibu Rumah Tangga:

(L. Sitompul)

Ibu Rumah Tangga:

(M. Sinaga)

4. Peran petugas kesehatan Kepala Puskesmas Bidan Desa Lumban

Siagian Jae

D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data primer yang diperoleh

melalui kuesioner dan wawancara mendalam.

Page 88: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

67

2. Cara Pengumpulan Data

Pada pendekatan kuantitatif, responden yang terpilih diminta

kesediaannya untuk diwawancara secara terstruktur dengan kuesioner.

Pertanyaan dalam kuesioner berupa pertanyaan semi tertutup dengan

bahasa yang disesuaikan dan dipahami oleh masyarakat Desa Lumban

Siagian Jae. Kemudian pada pendekatan kualitatif, peneltiti melakukan

wawancara secara mendalam mengenai tradisi, kepercayaan, kebiasaan

keluarga mengonsumsi tuak dan peran petugas kesehatan kepada para

informan yang telah disebutkan sebelumnya.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen penelitian yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai

pengetahuan, sikap, keluhan kesehatan, tradisi, kepercayaan, peran petugas

kesehatan dan kebiasaan keluarga responden mengonsumsi tuak. Sebelum

digunakan, kuesioner tersebut dilakukan uji coba terlebih dahulu pada

populasi lain yang memiliki karakteristik sama dengan responden. Hal ini

dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

kepada responden dapat dimengerti atau tidak.

Selain itu, instrumen penelitian lainnya adalah panduan wawancara

yang digunakan untuk mengetahui tradisi, kepercayaan, peran petugas

kesehatan dan kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak. Peneliti akan

Page 89: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

68

melakukan probing pada poin-poin pertanyaan saat mewawancarai

informan untuk memperoleh informasi mengenai istilah-istilah tersebut

secara mendalam.

E. Manajemen Data

Kuesioner yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan melalui tahapan-

tahapan berikut ini sehingga siap untuk dianalisis:

a. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan

member kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner

b. Menyunting data (data editing), yaitu kuisioner yang telah diisi dilihat

kelengkapan jawabannya, sebelum dilakukan proses pemasukan data ke

dalam computer

c. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu

membuat template sesuai dengan format kuesioner yang digunakan

d. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam

template yang telah dibuat

e. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek

kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan,

baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode.

Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk

dianalisis.

f. Skoring data, yaitu memberikan skor terhadap jawaban yang

menyangkut variabel pengetahuan dan sikap. Penentuan tingkat

Page 90: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

69

pengetahuan responden dibagi berdasarkan jumlah benar jawaban

responden atas pertanyaan yang diberikan. Nilai 1 diberikan kepada

jawaban yang benar dan nilai 0 diberikan kepada jawaban yang salah.

Skala pengukuran untuk sikap disesuaikan dengan pernyataan yang

diberikan semakin setuju terhadap pernyataan positif maka skor akan

semakin besar, demikian sebaliknya.

Pada pendekatan kualitatif, tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Reduksi

Perolehan informasi akan ditulis dan dilaporkan dalam bentuk

transkrip. Transkrip merupakan uraian dalam bentuk tulisan yang rinci

dan lengkap mengenai apa yang dilihat dan didengar baik secara

langsung maupun dari hasil rekaman. Laporan disusun berdasarkan data

yang diperoleh kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang

pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.

2. Display

Data yang telah dikategorisasikan menurut pokok permasalahan

dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk

melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.

3. Verifikasi

Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan

makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang

singkat, padat dan mudah dipahami. Dilakukan dengan meninjau

kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi

Page 91: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

70

dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang

ada.

F. Triangulasi

Penilaian validitas informasi pada penelitian kualitatif dapat

dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan terdiri dari

triangulasi sumber dan triangulasi metode.

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan cross check

informasi dan fakta dari sumber lainnya untuk menggali topik yang

sama. Triangulasi sumber yang dilakukan yaitu dengan melakukan

wawancara mendalam kepada informan lainnya yang dapat

mendukung informasi dari informan utama.

2. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cross check metode dalam

melakukan pengumpulan informasi, yaitu melalui pertanyaan

terstruktur kepada responden untuk mendukung hasil wawancara

mendalam mengenai tradisi, kepercayaan, kebiasaan keluarga

mengonsumsi tuak dan peran petugas kesehatan.

G. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisa secara univariat untuk mendeskripsikan

seluruh variabel.

Page 92: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

71

Data kuantitatif yang diperoleh akan diolah dengan software pengolah

data tabular dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Data kualitatif akan

dianalisa dengan model content analysis, yang mencakup kegiatan klarifikasi

lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi dan menggunakan teknik

analisis dalam memprediksikan.

Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan

informasi mengenai:

a. Jumlah tuak yang dikonsumsi pada peminum tuak di Desa Lumban

Siagian Jae;

b. Lama konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae;

c. Pengetahuan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae mengenai

tuak;

d. Sikap peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait konsumsi tuak;

e. Tradisi konsumsi tuak pada masyarakat di Desa Lumban Siagian Jae;

f. Kepercayaan masyarakat terhadap konsumsi tuak di Desa Lumban

Siagian Jae;

g. Kebiasaan keluarga terhadap konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian

Jae;

h. Peran petugas kesehatan dalam mengatasi konsumsi tuak di Desa

Lumban Siagian Jae;

i. Keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae setelah

mengonsumsi tuak.

Page 93: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

72

BAB V

HASIL

Responden pada penelitian ini merupakan warga Desa Lumban Siagian Jae

yang berjenis kelamin laki-laki dan berusia 17 tahun ke atas. Jumlah seluruh

responden sebanyak 76 orang. Informan untuk penelitian kualitatif sebanyak

delapan orang untuk memberikan penjelasan secara mendalam mengenai beberapa

variabel yang diteliti. Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh.

A. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Pola konsumsi tuak pada peminum secara umum dapat digambarkan melalui

jumlah tuak yang dikonsumsi dan lama konsumsi tuak.

Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Berdasarkan

Jumlah Tuak Yang Dikonsumsi Per Hari

010.5

89.5

0102030405060708090

100

Ringan (<210 mL) Sedang (210-500 mL) Berat (>500 mL)

Per

senta

si

Jumlah Tuak

Page 94: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

73

Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (89,5%) peminum tuak di

Desa Lumban Siagian Jae merupakan peminum berat, yaitu mengonsumsi tuak

dalam jumlah yang banyak (lebih dari 500 mL).

Grafik 5.2 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Berdasarkan

Lama Mengonsumsi Tuak

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar

(82,9%) peminum tuak paling banyak telah mengonsumsi tuak selama lebih

dari 8 tahun. Berikut ini adalah grafik yang memberikan informasi mengenai

usia peminum tuak memulai konsumsi tuak.

*) Kategori usia berdasarkan Depkes RI (2009)

Grafik 5.3 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Berdasarkan

Usia Mulai Mengonsumsi Tuak

3.911.8

77.6

5.3 1.30

102030405060708090

100

<13 tahun 13-16 tahun 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun

Per

sen

tasi

Usia Mulai Mengonsumsi Tuak*)

7.9 9.2

82.9

0102030405060708090

100

1-4 tahun 5-8 tahun >8 tahun

Per

sen

tasi

Lama Konsumsi

Page 95: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

74

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar (77,6%)

peminum tuak memulai untuk mengonsumsi tuak pada saat remaja akhir (17-

25 tahun).

Grafik 5.4 Orang yang Mengajak Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak

Sejak remaja, para peminum tuak memutuskan untuk

mengonsumsi tuak karena adanya ajakan dan dorongan baik dari diri sendiri

maupun orang lain. Berdasarkan grafik di atas, proporsi peminum yang

mengonsumsi tuak karena kemauan sendiri lebih besar (71,1%) dari pada

karena ajakan teman (28,9%).

Para peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae biasanya meminum tuak

pada sore sampai malam hari. Ny. Martha Sinaga menyebutkan bahwa:

“Kebiasaannya ya tiap sore sudah ke lapo tuak mereka kan, disitulah

sampai malam”

Penyataan dari Ny. Martha juga didukung oleh data yang diperoleh dari

responden, yaitu sebagai berikut:

28.9

71.1

0102030405060708090

100

Teman Diri Sendiri

Per

sen

tasi

Orang Yang Mengajak

Page 96: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

75

Grafik 5.5 Waktu Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak

Grafik di atas menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak

(65,8%) memilih untuk mengonsumsi tuak pada malam hari Peminum tuak

lebih memilih waktu malam karena pada pagi hingga siang hari mereka lebih

memilih untuk bekerja dan malam dijadikan sebagai waktu untuk bersantai dan

melepaskan keletihan.

B. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

munculnya perilaku mengonsumsi tuak. Adapun hal-hal yang ditanyakan

dalam menentukan pengetahuan adalah mengenai pengertian, kandungan,

dampak dan manfaat tuak.

13.221.1

65.8

0102030405060708090

100

Sore Sore-Malam Malam

Per

sen

tasi

Waktu

Page 97: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

76

Grafik 5.6 Tingkat Pengetahuan Peminum Tuak Mengenai Konsumsi Tuak di Desa Lumban

Siagian Jae

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa peminum tuak di Desa

Lumban Siagian Jae paling banyak memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai tuak (64,5%) dan hanya 7,9% dari peminum tuak yang memiliki

pengetahuan yang baik.

C. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi

Tuak

Sikap juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola konsumsi

tuak di Desa Lumban Siagian Jae. Sikap masyarakat terhadap tuak diukur

dengan tanggapan terhadap pernyataan seputar tuak.

27.6

64.5

7.9

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kurang Cukup Baik

Per

senta

si

Tingkat Pengetahuan

Page 98: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

77

Grafik 5.7 Sikap Peminum Tuak Terkait Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Grafik di atas menggambarkan bahwa proporsi peminum tuak yang memiliki

sikap negatif terkait konsumsi tuak lebih besar (69,7%) dari pada proporsi

peminum dengan sikap positif (30,3%).

D. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Faktor lain yang mendorong konsumsi tuak yaitu tradisi. Hampir semua

masyarakat Desa Lumban Siagian Jae menganggap bahwa tuak sudah menjadi

tradisi di desa tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh informan utama dan

informan pendukung.

Informan 1: “Minum tuak itu ya sudah jadi kebiasaan disini”.

Informan 2: “Tuak itu minuman tradisional orang Batak. Sejak zaman

dulu, tuak ini sudah dijadikan sebagai minuman untuk menjamu

tamu”.

69.7

30.3

0102030405060708090

100

Negatif Positif

Per

sen

tasi

Sikap

Page 99: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

78

Data yang diperoleh membuktikan bahwa 96,1% peminum tuak di Desa

Lumban Siagian Jae menganggap bahwa minum tuak merupakan tradisi

Masyarakat Suku Batak Toba.

Jika ditanyakan mengenai kaitan tradisi dengan konsumsi tuak yang

marak di Desa Lumban Siagian Jae, kedua informan menyebutkan bahwa

konsumsi tuak pasti dipengaruhi oleh tradisi.

Informan 1: “Jelas ada, dari dulu sudah dilakukan itu minum tuak

oleh oppung kita. Tidak mungkin kita melakukan hal-hal yang sudah

jadi kebiasaan sampai sekarang tanpa ada dorongan dari masa lalu,

iya kan”.

Informan 2: “Tradisi ya, ada kaitannya pasti. Kalau disini, tuak itu

memang rada-rada sudah mendarah daging. Dari dulu itu sudah jadi

minuman yang diistimewakan, seperti itu”.

Konsumsi tuak sudah menjadi kebiasaan yang telah diturunkan oleh

nenek moyang masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga menjadi tradisi

hingga saat ini. Menurut Bapak Haposan Panggabean, selaku informan

pertama, dahulu para raja selalu mengonsumsi tuak jika sedang berkumpul dan

melakukan musyawarah di Sopo Partungkoan, tuak tersebut juga sering

diminum sambil menikmati Buah Pisang Sitanduk.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dahulu tuak juga disajikan

sebagai jamuan untuk tamu, namun sekarang tuak hanya dapat diminum di

lapo tuak karena menurut Bapak Dohar Pasaribu, selaku informan kedua,

Page 100: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

79

sekarang tamu lebih menikmati kopi atau teh sebagai jamuan. Pada

penyelenggaraan upacara adat, seperti pesta pernikahan, para undangan,

terutama Dalihan Na Tolu, juga sebenarnya dijamu dengan tuak, akan tetapi

sekarang tuak sudah tidak dipakai untuk jamuan, maka tuak tersebut diganti

dengan uang.

Menurut Bapak Haposan Panggabean, tuak memiliki cerita yang

dipercaya oleh masyarakat sebagai asal usul munculnya tuak di Tanah Batak,

meskipun cerita tersebut tidak diketahui kebenarannya.

Informan 1: “Dulu ada cerita begini, tapi ini cuma mitos ya. Dulu ada

perempuan Boru Sitompul yang dijodohkan dengan laki-laki, tapi si

Boru Sitompul ini enggak suka dia. Nah, karena itu, dia kabur dari

rumah terus nangis dan berdiam diri dia di suatu tempat dan jadi pohon

enau. Air dari pohon enau ini, itulah air nira itu, disebut dari air mata

si Boru Sitompul itu tadi, makanya orang-orang banyak yang

meminumnya”.

Berdasarkan cerita tersebut, dapat diketahui bahwa tuak berasal dari air mata

seorang wanita yang menangis karena tidak ingin dijodohkan dengan laki-laki

yang tidak dicintainya.

Kesimpulan yang diperoleh dari pemaparan dan informasi responden

dan informan penelitian adalah bahwa konsumsi tuak merupakan tradisi

masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Kebiasaan minum tuak sudah dilakukan

sejak peradaban kerajaan Batak dan masih menjadi kebiasaan hingga saat ini.

Page 101: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

80

Faktor tradisi konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae menjadi salah satu

faktor yang mendorong konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae.

E. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi

Tuak

Para peminum tuak menyebutkan bahwa konsumsi tuak untuk

melepaskan beban atau masalah. Hasil penelitian yang diperoleh mengenai

kepercayaan terhadap tuak menunjukkan bahwa 73,7% peminum tuak

mempercayai adanya dampak positif terhadap tuak.

Selain untuk mempererat persaudaraan, alasan masyarakat

mengonsumsi tuak juga untuk melepaskan beban/masalah dan untuk

melestarikan konsumsi tuak sebagai kebiasaan. Berikut ini merupakan alasan

peminum tuak mengapa konsumsi tuak diperlukan.

Grafik 5.8 Alasan Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian

Jae

55.361.8

55.3

6.6 9.2

0102030405060708090

100

Melepaskan

beban/masalah

Mempererat

persaudaraan

Budaya Coba-coba Ingin terlihat

jantan

Pro

pors

i

Alasan

Page 102: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

81

Peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae mempercayai tuak

memiliki khasiat. Khasiat yang dipercaya oleh para peminum jika mereka

mengonsumsi tuak adalah sebagai berikut:

Grafik 5.9 Dampak Positif Konsumsi Tuak Yang Dipercaya oleh Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae

Khasiat tuak yang banyak dipercayai adalah sebagai minuman yang

meningkatkan semangat, menyegarkan dan menyehatkan badan.

Informan 1: “Memang kan tuak ini dianggap sebagai obat. Karena

dari dulu nenek-nenek kita sudah meminum ini dan badannya semakin

sehat, jadi orang-orang sekarang jadi terikut”.

Informan 2: “Kalau saya memang menganggap tuak ini sebagai

minuman pelengkap, sama seperti yang saya bilang tadi. Kalau tak ada

tuak, rasanya kurang lengkap gitu ya. Badan kurang enak”.

23.7

1.3

19.826.3

2.6

0102030405060708090

100

Badan terasa

segar

memperlancar

pikiran

Badan terasa

sehat

meningkatkan

semangat

Menyenyakkan

tidur

Per

senta

si

Dampak Positif

Page 103: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

82

Masyarakat Lumban Siagian Jae meyakini bahwa tuak adalah obat yang

memiliki efek yang dapat meringankan beban dan merasa tidak lengkap jika

tidak meminum tuak dalam sehari.

Informan 1: “Orang-orang disini kan kerjanya berat-berat, jadi

setelah minum itu kan memang badan jadi terasa ringan, makin

semangat. Orang-orang jadi senang minum tuak itu. Tapi kan mereka

tidak minum banyak-banyak jadi cukup untuk menghangatkan badan

saja itu”.

Informan 2: “Nah, kita tahu sendiri kan, masyarakat disini memang

selain bertani ya jadi kuli bangunan, yang lebih banyak mata

pencahariannya ya yang dua itu tadi. Setelah minum tuak itu badan

itu terasa ringan gitu. Beban itu terasa ringan semua. Yang pikiran

suntuk, badan capek, udah lepas itu sama tuak itu. Makanya kalau

enggak ada tuak, orang-orang sini merasa ada yang kurang, badan

pun terasa tidak enak”.

Menurut pemaparan dari para informan, para peminum tuak

mengonsumsi tuak karena sebagian besar dari mereka memiliki pekerjaan

yang membutuhkan tenaga yang besar, sehingga mereka membutuhkan tuak

yang dapat melepaskan keletihan mereka. Sebagian besar pekerjaan para

peminum tuak adalah petani dan kuli bangunan. Hal tersebut didukung dari

data penelitian sebagai berikut:

Page 104: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

83

Grafik 5.10 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa dua pekerjaan paling banyak

yang dimiliki oleh peminum tuak adalah petani (61,8%) dan kuli bangunan

(15,8%).

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pemaparan dan informasi dari

responden dan informan penelitian adalah bahwa para peminum tuak

mempercayai khasiat tuak untuk meringankan keletihan mereka setelah

bekerja sebagai petani dan kuli bangunan pada pagi hingga siang hari. Selain

itu, tuak juga dipercaya untuk meningkatkan semangat dan menyehatkan

badan sehingga akan menambah tenaga untuk bekerja keesokan harinya.

Berdasarkan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa faktor kepercayaan

terhadap khasiat tuak merupakan faktor yang mendorong konsumsi tuak pada

peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae.

6.6 7.9

61.8

15.87.9

0102030405060708090

100

Pegawai

Negeri

Pegawai

Swasta

Petani Kuli Bangunan Lainnya

Per

sen

tasi

Pekerjaan

Page 105: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

84

F. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian

Jae

Kebiasaan keluarga juga menjadi salah satu faktor yang mendorong konsumsi

tuak.

Grafik 5.11 Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga Peminum Tuak di Desa Lumban

Siagian Jae

Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (76,2%) peminum

tuak, sebagai anak dalam keluarga, menyatakan bahwa keluarganya memiliki

kebiasaan mengonsumsi tuak karena melihat ayahnya mengonsumsi tuak.

Beberapa keluarga yang memiliki kebiasaan meminum tuak tentu memiliki

alasan masing-masing mengenai kebiasaan tersebut.

Informan 1: “Tuak ini kan katanya obat, ya tapi jangan ditambahi

minuman yang beralkohol. Kalau cuma tuak aja memang obat, untuk

penyakit gula katanya, tapi jangan terlalu banyak diminum”.

Menurut informan pertama, alasan keluarganya mengonsumsi tuak

karena minuman tersebut telah dianggap sebagai obat jika tidak dicampur

dengan minuman beralkohol. Berdasarkan pemaparan tersebut, asumsi yang

76.2

23.8

0102030405060708090

100

Ya Tidak

Per

sen

tasi

Kebiasaan Keluarga

Page 106: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

85

diperoleh adalah bahwa informan pertama menganggap bahwa tuak tidak

beralkohol dan dapat menjadi obat untuk penyakit diabetes melitus.

Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan tanggapan peminum tuak

mengenai dukungan keluarganya terhadap konsumsi tuak.

Grafik 5.12 Tanggapan Peminum Mengenai Dukungan Keluarga terhadap Konsumsi Tuak

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa peminum tuak paling

banyak (59,2%) merasa tidak didukung oleh keluarganya untuk mengonsumsi

tuak.

Konsumsi tuak telah menjadi kebiasaan sejak dulu dalam keluarga para

informan, yaitu sejak para suami menginjak usia remaja. Anak-anak mereka

juga memulai kebiasaan tersebut ketika menginjak usia remaja. Pada dasarnya,

sebagian besar dari mereka tidak mendukung keturunan mereka untuk ikut

mengonsumsi tuak. Hal tersebut diketahui melalui data yang diperoleh dari

responden sebagai berikut.

17.1

59.2

23.7

0102030405060708090

100

Ya Tidak Tidak ada respon

Per

sen

tasi

Dukungan Keluarga

Page 107: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

86

Grafik 5.13 Tanggapan Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi Tuak

pada Keturunan Mereka

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa peminum tuak paling

banyak tidak setuju jika keturunannya mengonsumsi tuak. Hal tersebut juga

didukung dengan data pada Grafik 5.4 yang menyebutkan bahwa peminum

tuak mengonsumsi tuak bukan atas ajakan keluarganya melainkan atas

kemauan sendiri atau ajakan teman. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga

sebenarnya tidak memberikan dukungan kepada keturunannya untuk

meminum tuak, namun karena konsumsi tuak telah menjadi tradisi masyarakat

Desa Lumban Siagian Jae dan dipercaya dapat menyehatkan badan, maka para

keluarga membiarkan keturunan mereka untuk mengikuti kebiasaan konsumsi

tuak.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa peminum tuak

mengonsumsi tuak karena ingin melepaskan keletihan dan masalah. Hal

tersebut juga diungkapkan oleh informan, dimana informan akan mendukung

kebiasaan tersebut selama tidak membahayakan kesehatan.

6.6 7.9

57.9

27.6

0102030405060708090

100

setuju sedikit setuju tidak setuju sangat tidak setuju

Per

sen

tasi

Tanggapan

Page 108: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

87

Informan 1: “Ya kita mendukung. Kita pun enggak kasih contoh yang

enggak baik buat keluarga. Kan tuak ini kan bagus buat kesehatan.

Keluarga kan kerja berat, ya mesti masuk itu tuak untuk meringankan

badan, biar badan tetap fit. Tetap kita dukung keluarga minum tuak”.

Informan 2: “Keluarga harusnya bisa memberikan yang terbaik buat

keluarga. Kasih contoh yang baiklah gitu. Kalau untuk minum tuak,

dikasih contoh yang baik kalau minum tuak itu tidak boleh berlebihan,

tidak boleh membuat kerusuhan. Tuak itu sudah jadi obat orang itu kan.

Kalau kita larang makin sakit orang itu kita juga yang repot. Kecuali

kalau udah larangan dari dokter, kan biasanya dikasih tahu itu

subangnya kalau sakit.”

Pemaparan informan di atas menunjukkan bahwa mereka mendukung

keluarganya mengonsumsi tuak agar keletihan yang dirasakan saat bekerja

dapat terasa lebih ringan. Mereka tidak dapat melarang perilaku tersebut

karena menurut mereka perilaku tersebut akan bermanfaat bagi mereka asal

tidak berlebihan dan tidak menimbulkan dampak negatif.

Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan

keluarga tidak secara keseluruhan dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga.

Keluarga di satu sisi tidak memberikan dukungan kepada anggota keluarganya

untuk meminum tuak karena mereka mengkhawatirkan dampak negatif tuak

jika dikonsumsi berlebihan, namun di sisi lain mereka mendukung karena

konsumsi tuak telah menjadi tradisi masyarakat Desa Lumban Siagian Jae dan

Page 109: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

88

dipercaya dapat menyehatkan badan, maka dari itu para keluarga memilih

untuk membiarkan keturunan mereka untuk mengikuti kebiasaan konsumsi

tuak.

G. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae

Petugas kesehatan memegang peran penting dalam mengatasi perilaku

konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Kedua informan

menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak berperan banyak dalam mengatasi

perilaku konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae.

Informan 1: “Kita enggak berperan banyak ya, karena memang ini

sudah jadi kebiasaan di masyarakat. Jadi kami cuma berperan saat

konsumsi itu mendatangkan penyakit, jadi secara individual, kalau

masyarakat belum”.

Informan 2: “Ya, enggak ada lah. Tapi kalau memang ada orang disini

yang sakit, pasti dinasehati biar enggak banyak-banyak minum lagi

kan”.

Pernyataan kedua informan tersebut didukung dengan data yang diperoleh dari

responden.

Page 110: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

89

Grafik 5.14 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Peran Petugas Kesehatan dalam

Mengatasi Perilaku Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada responden

yang merasakan peran petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi

tuak. Proporsi peminum tuak yang menyatakan bahwa tidak ada respon dari

petugas kesehatan lebih besar (76,3%) dari pada proporsi yang menyatakan

bahwa petugas kesehatan tidak berperan dalam mengatasi perilaku konsumsi

tuak (23,7%).

Petugas kesehatan tidak berperan banyak dalam melakukan

pengendalian terhadap perilaku konsumsi tuak. Petugas kesehatan tidak

melakukan penanggulangan kepada masyarakat (holistik), namun lebih

cenderung kepada individu, yaitu dengan memberikan konseling saat para

peminum datang untuk berobat.

Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae mengonsumsi tuak karena

pekerjaan berat yang telah dilakukan pada siang hari sehingga tuak diperlukan

sebagai pelepas letih. Petugas kesehatan setempat juga memaklumi perilaku

23.7

76.3

0102030405060708090

100

Tidak Tidak ada respon

Per

sen

tasi

Tanggapan

Page 111: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

90

konsumsi tuak pada masyarakat karena beban kerja yang berat. Hal tersebut

dipaparkan oleh informan kedua sebagai berikut.

Informan 2: “Ya wajar ajalah ya, kan orang ini kan sering ke sawah,

kerja pula. Namanya udah capek siangnya, dari pada dengar suara

anaknya cengeng kan mending keluar dulu bentar, entah ketawa, entah

nyanyi-nyanyi”.

Penanggulangan secara khusus dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak

pada masyarakat belum diadakan. Anggapan masyarakat bahwa tuak

merupakan minuman tradisional menjadi salah satu hambatan untuk

melakukan penanggulangan terhadap perilaku konsumsi tuak, namun menurut

beliau, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara telah merencanakan peraturan

terkait pengendalian konsumsi tuak pada masyarakat. Peraturan tersebut masih

dalam bentuk arahan, informasi dan belum dalam bentuk instruksi. Peraturan

tersebut sedang dalam proses untuk menjadi kebijakan baku dan tertulis.

Informan 1: “Jadi pemerintah sekarang, Bupati, sedang membuat

kebijakan baru mengenai pembatasan waktu untuk lapo tuak, jadi lapo

tuak nanti buka hanya sampai jam 8 malam”.

Solusi yang ditawarkan oleh informan kedua untuk mengatasi perilaku

konsumsi tuak adalah dengan melakukan musyawarah desa dengan melibatkan

semua pihak di Desa Lumban Siagian Jae, misalnya sesepuh desa, petugas

kesehatan dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Musyawarah tersebut

Page 112: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

91

diharapkan dapat membantu untuk memperoleh sebuah mufakat yang dapat

membantu petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak di Desa

Lumban Siagian Jae. Hal tersebut dipaparkan oleh informan kedua, yaitu

sebagai berikut.

Informan 2: “Ya memang seharusnya melibatkan semua pihak di desa

ini ya. Sesepuh desa, Bidan Desa juga kan. Tapi awak juga jarang

dipanggil. Harusnya disini sering dibuat musyawarah desa, biar

dibahas disitu semuanya. Walaupun sekali setahun kan, setidaknya

ada usaha pasti ada perubahan walaupun dikit. Tapi kan, sedikit demi

sedikit lama-lama jadi berubah 360 derajat kan”.

H. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae

Konsumsi tuak secara berlebihan akan menimbulkan masalah

kesehatan pada konsumennya. Menurut Kepala Puskesmas Siatas Barita,

masalah kesehatan yang sering dialami oleh para peminum tuak dalam lingkup

wilayah Kecamatan Siatas Barita adalah hipertensi, diabetes melitus dan

gastritis. Sementara menurut Bidan Desa Lumban Siagian Jae, masalah

kesehatan yang dialami oleh peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae

adalah penyakit di saluran pencernaan, namun sangat jarang terjadi.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa proporsi peminum tuak yang

memiliki keluhan kesehatan setelah mengonsumsi tuak lebih besar (52,6%)

dari pada peminum tuak yang tidak memiliki keluhan kesehatan. Berikut ini

Page 113: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

92

merupakan keluhan-keluhan kesehatan yang dirasakan oleh para peminum

tuak.

Grafik 5.15 Keluhan Kesehatan Yang Dirasakan oleh Peminum Tuak di Desa Lumban

Siagian Jae

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa 3 (tiga) besar

keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan oleh peminum tuak adalah

hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%) dan penyakit pada saluran pencernaan

(19,7%). Data penyakit dari Puskesmas Siatas Barita juga mendukung data di

atas. Berikut adalah data penyakit yang diperoleh:

25

1.3

23.7

7.91.3 3.9

19.7

0102030405060708090

100

Hipertensi Diabetes

Melitus

Gigi Keropos Sering

sariawan

Penyakit

ginjal

Infeksi

pernafasan

Peny. Sal.

Pencernaan

Pro

po

rsi

Keluhan Kesehatan

Page 114: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

93

Tabel 5.1

Daftar Penyakit di Puskesmas Siatas Barita Periode Januari-Februari 2015

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 5 (lima) besar

penyakit paling banyak pada bulan Januari-Februari 2015 di Puskesmas Siatas

Barita adalah hipertensi, ISPA, tukak lambung (maag), karies gigi dan TB

paru. Ketiga penyakit yang menjadi keluhan kesehatan pada peminum tuak

termasuk ke dalam lima besar penyakit di Puskesmas Siatas Barita.

No Penyakit Januari Februari

1 ISPA 75 66

2 Tukak Lambung 46 60

3 Hipertensi 75 74

4 Karies Gigi 27 11

5 Penyakit kulit alergi 1 -

6 Penyakit tulang, reumatik 1 -

7 Diare 9 10

8 Penyakit kulit infeksi 8 6

9 Peny. Pulpa & Jaringan periodental 7 4

10 TB Paru 19 16

11 Dispepsia 5 1

12 Penyakit mata 1 -

13 Diabetes Melitus 8 10

14 Cacar air 1 4

15 Penyakit lainnya 114 166

Page 115: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

94

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat

dihindari ketika penelitian dilakukan. Beberapa keterbatasan penelitian

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya keakuratan alat ukur untuk mengukur jumlah tuak yang

dikonsumsi, karena alat yang digunakan adalah gelas ukur dengan batas

pengukuran terendah ± 5 mL;

2. Adanya bias informasi yang kemungkinan terjadi pada saat responden

menentukan usia mulai mengonsumsi tuak.

B. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Konsumsi tuak adalah tindakan seseorang menghabiskan tuak untuk

memenuhi kepuasan seseorang tersebut sebagai respon dari stimulus, baik dari

diri sendiri maupun lingkungannya. Pola konsumsi tuak dapat diukur

berdasarkan jumlah tuak yang dikonsumsi dan lama waktu mengonsumsi tuak.

Pola konsumsi juga dianalisis secara mendalam mengenai orang yang

mengajak untuk mengonsumsi tuak dan waktu mengonsumsi tuak. Selanjutnya

pola konsumsi tuak akan dijabarkan dan dijelaskan sebagai berikut:

Page 116: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

95

1. Jumlah Tuak yang Dikonsumsi

Berdasarkan data penelitian, diperoleh informasi bahwa sebagian

besar (89,5%) peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae meminum

tuak dengan jumlah yang banyak, yaitu lebih dari 500 mL Besarnya

jumlah tuak yang dikonsumsi diduga karena para peminum merasa betah

duduk di lapo tuak bersama teman-temannya sambil berdiskusi dan

bermain kartu atau domino, sehingga tuak yang diminum semakin

banyak.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Anggraeny (2013) di

Pattingalloang Kota Makassar yang menunjukkan bahwa responden

yang meminum alkohol sebanyak ≥ 3 (tiga) gelas (kurang lebih >500 ml)

lebih banyak (52,8%) dari pada responden yang meminum alkohol < 3

(tiga) gelas (47,2%). Pola konsumsi responden pada penelitian

Anggraeny sama dengan responden pada penelitian ini, dimana minuman

alkohol yang dikonsumsi sebanyak kurang lebih 3-5 gelas per hari.

Kesamaan pola perilaku tersebut diduga karena adanya tradisi dan

kebiasaan konsumsi minuman keras di kedua lokasi tersebut. Seperti

halnya masyarakat Batak Toba, masyarakat Bugis juga memiliki

kebiasaan meminum tuak, yang sering disebut sebagai ballo. Ballo

adalah minuman yang selalu ada dalam pelaksanaan ritual tradisional dan

sering digunakan sebagai minuman pelengkap pesta adat di Sulawesi

Selatan (BPOM, 2014). Sejak peradaban Kerajaan Gowa, pohon lontar

disebut sebagai simbol maskulinitas bagi pria, maka ballo juga diyakini

Page 117: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

96

sebagai minuman tradisional yang dapat memaksimalkan energi untuk

bekerja dan memunculkan keberanian untuk menghadapi lawan (Mae,

2012).

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa peminum tuak

mengonsumsi tuak dalam jumlah yang berlebihan, hasil tersebut berbeda

dengan penelitian Handayani dkk (2009) yang menyebutkan bahwa

kebanyakan penduduk Indonesia yang berdomisili di pedesaan

meminum minuman berlakohol pada batas standar dan tidak berlebihan

karena status ekonomi marginal. Perbedaan ini kemungkinan terjadi

karena menurut Handayani, kata ‘berlebihan’ diukur berdasarkan

dampak psikologis yang ditimbulkan minuman keras, sementara

penelitian ini mengukur kata ‘berlebihan’ secara kuantitatif, yaitu

berdasarkan jumlah tuak yang dikonsumsi dalam satuan mL.

Mengonsumsi tuak dengan jumlah yang berlebihan akan memicu

munculnya penyakit-penyakit degeneratif. Menurut NHS United

Kingdom (2008), masalah kesehatan akibat minuman beralkohol,

termasuk tuak, didasarkan kepada jumlah yang diminum per hari. WHO

(2014) mendukung pernyataan tersebut dengan menyatakan adanya

hubungan dose-response antara jumlah konsumsi dan penyakit atau

cidera yang diakibatkan oleh minuman beralkohol seperti tuak. Hal ini

didukung oleh konsep Biology Gradient dalam Teori Kausalitas Hills

yang menyatakan bahwa peningkatan level, intensitas, durasi atau total

Page 118: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

97

paparan agen akan meningkatkan risiko masalah kesehatan secara

progresif (Gertsman, 2003).

Beberapa zat yang terkandung dalam tuak akan memberikan

dampak yang semakin besar jika zat tersebut semakin banyak

dikonsumsi. Misalnya adalah protein yang terkandung sebesar 0,38%

(Noviyanti, 2014), dalam jumlah yang sesuai, protein dapat berperan

sebagai bahan dasar untuk membangun tubuh. Namun apabila tuak

dikonsumsi secara berlebihan, maka protein yang masuk ke dalam tubuh

juga akan melebihi batas dan menimbulkan efek negatif dalam tubuh.

Menurut Shinya (2008), protein yang berlebihan pada awalnya

akan merusak DNA dalam sel, kemudian jika dikonsumsi semakin

banyak, maka protein tersebut akan merusak seluruh bagian sel, sehingga

sel-sel yang normal berubah menjadi abnormal, termasuk sel darah putih.

Sel darah putih yang berfungsi sebagai komponen pertahanan terhadap

virus dan bakteri menjadi tidak berfungsi, sehingga tubuh menjadi sangat

rentan mengalami infeksi dan kemudian infeksi tersebut pada akhirnya

memunculkan sel-sel kanker. Sel-sel kanker tersebut berkembang biak

dengan sendirinya, hal ini menyebabkan penyakit kanker pada peminum

tuak.

2. Lama Mengonsumsi Tuak

Selain jumlah tuak yang dikonsumsi, perilaku konsumsi tuak juga

diukur berdasarkan lama konsumsi tuak. Hasil penelitian menunjukkan

Page 119: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

98

bahwa responden paling banyak telah mengonsumsi tuak dalam jangka

waktu lebih dari delapan tahun. Hal ini diduga karena tradisi dan

kebiasaan yang dianut oleh masyarakat Desa Lumban Siagian Jae

sehingga masyarakat telah mengonsumsi tuak sejak remaja bahkan sejak

anak-anak. Pernyataan tersebut didukung oleh data yang menunjukkan

bahwa peminum tuak paling banyak memulai mengonsumsi tuak pada

saat remaja akhir, 77,5% peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae

telah mengonsumsi tuak sejak usia 17 sampai 25 tahun.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Setiawan (2013)

di Maluku Tengah yang menyebutkan bahwa responden yang meminum

sopi (minuman tradisional beralkohol khas Maluku Tengah) selama 5

sampai 10 tahun lebih banyak dari pada responden yang meminum sopi

selama kurang dari 5 tahun. Menurut Setiawan (2013), penduduk Maluku

Tengah telah memiliki kebiasaan mengonsumsi sopi sejak lama karena

letak lokasi berada dibawa kaki gunung sehingga suhu terasa sangat

dingin, konsumsi sopi menjadi salah satu upaya untuk menghangatkan

tubuh. Sama halnya dengan masyarakat Desa Lumban Siagian Jae,

masyarakat Maluku Tengah juga menganggap konsumsi sopi sebagai

kebiasaan adat masyarakat sejak dulu. Sopi dikonsumsi sebagai obat,

rempah-rempah makanan dan dapat dijual sebagai salah satu sumber

ekonomi masyarakat.

Hasil yang berbeda diperoleh oleh Kurniawati dkk (2010) melalui

penelitiannya pada mahasiswa D3 Fakultas Teknik Universitas Gadjah

Page 120: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

99

Mada. Hasil penelitian Kurniawati dkk (2010) menunjukkan bahwa

responden paling banyak telah mengonsumsi alkohol dalam jangka

waktu ≤ 1 tahun, sementara hasil yang diperoleh dari penelitian ini

menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak telah mengonsumsi

tuak dalam jangka waktu >8 tahun. Perbedaan tersebut menunjukkan

bahwa jangka waktu konsumsi minuman beralkohol pada penelitian

Kurniawati dkk lebih singkat dari pada durasi konsumsi tuak pada

penelitian ini. Jangka waktu konsumsi alkohol yang singkat disebabkan

oleh karakteristik responden penelitian, dimana responden merupakan

mahasiswa D3 yang sebagian besar masih berusia 19 hingga 20 tahun.

Jangka waktu konsumsi alkohol akan berpengaruh terhadap masalah

kesehatan yang terjadi pada peminumnya.

Konsumsi alkohol dalam jangka waktu yang semakin lama akan

semakin meningkatkan risiko dan menimbulkan masalah kesehatan.

Halim dkk (2006) menyebutkan bahwa gangguan dalam tubuh yang

sering timbul akibat penggunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama

antara lain ulserasi traktus gastrointestinal, pankreatitis, neuropati

perifer, hepatitis alkoholik, fatty liver, hipertensi dan gangguan pada

serebrovaskular.

Atrofi cerebellum (penyusutan otak kecil) merupakan salah satu

contoh gangguan pada serebrovaskular yang berhubungan dengan

penggunaan tuak dalam jangka waktu yang lama. Halim dkk (2006)

menyebutkan bahwa paparan alkohol sebesar 4-5% (Noviyanti, 2014),

Page 121: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

100

sebagai salah satu komponen dalam tuak, dapat menyebabkan lesi pada

pada pembuluh darah dari jantung ke otak. Semakin lama tuak

dikonsumsi maka akan semakin banyak lesi yang terbentuk pada

pembuluh darah, dengan demikian suplai darah dari jantung hanya

digunakan untuk regenerasi pembuluh darah tersebut. Hal tersebut secara

otomatis akan mengurangi suplai darah ke otak sehingga mengakibatkan

terjadinya penurunan volume lapisan granular dan molekular serta

penipisan korteks pada otak kecil.

3. Orang yang Mengajak Peminum untuk Mengonsumsi Tuak

Perilaku konsumsi tuak pada masyarakat Lumban Siagian Jae

terbentuk karena adanya baik dari diri sendiri maupun orang lain. Data

penelitian menyebutkan bahwa sebesar 71,1% peminum tuak

mengonsumsi tuak atas kemauan sendiri dan 28,9% diajak oleh teman.

Kemauan dari diri sendiri untuk mengonsumsi bisa saja terjadi karena

adanya persepsi dan kepercayaan yang telah terbentuk (Stacy dkk, 1994).

Emqi (2013) menyebutkan bahwa keinginan dari dalam diri seseorang

untuk melakukan penyalahgunaan alkohol disebabkan oleh adanya

kepercayaan terhadap manfaat yang akan dimiliki dari alkohol tersebut.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Siswendi (2014) yaitu

responden paling banyak (66,6%) memulai minuman keras dari pengaruh

temannya. Penelitian Kurniawati dkk (2013) juga memberikan hasil yang

berbeda yaitu sebesar 73,3% responden mengonsumsi alkohol karena

Page 122: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

101

ajakan teman. Bremner dkk (2011) mendukung kedua penelitian tersebut

dengan menyatakan bahwa salah satu faktor utama yang mendorong

munculnya perilaku konsumsi alkohol adalah bagaimana mereka

memandang perilaku teman-teman mereka.

Perbedaan tersebut diduga terjadi karena perbedaan lingkungan

sosial dan budaya. Masyarakat di lokasi penelitian Siswendi (2014) di

Riau, dan Kurniawati dkk (2013) di Yogyakarta, sebagian besar tidak

menganut tradisi dan kebiasaan konsumsi minuman beralkohol. Oleh

karena tidak adanya paparan tradisi, maka persepsi dan kepercayaan

terhadap alkohol tentu tidak terbentuk sehingga tidak ada dorongan dari

diri sendiri untuk mengonsumsi alkohol dan cenderung karena ajakan

teman sepergaulan.

Aspek kepribadian akan memberikan respon yang berbeda

terhadap ajakan sehingga membentuk perilaku yang berbeda pula.

Menurut Sigelman dan Shaffer dalam Sumarlin (2009), terdapat dua

aspek kepribadian seseorang yang kemudian membentuk perilakunya.

Pertama, social cognition yaitu keinginan yang berpengaruh kuat

terhadap minatnya untuk memperoleh manfaat atau membentuk

persahabatan. Kedua adalah conformity yaitu keinginan untuk sama

dengan kebiasaan, hobi atau budaya teman sebayanya.

Social cognition dapat dikaitkan dengan hasil penelitian ini,

dimana perilaku konsumsi tuak berasal dari diri sendiri, sebab keinginan

untuk memperoleh manfaat dan membentuk persahabatan berasal dari

Page 123: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

102

diri sendiri. Sementara conformity dikaitkan dengan hasil penelitian yang

menyebutkan bahwa perilaku konsumsi alkohol dipengaruhi oleh teman.

Remaja yang berada di lingkungan peminum akan mengikuti ajakan

meminum alkohol dari temannya dengan tujuan agar bisa diterima oleh

teman-temannya meskipun sebenarnya bertentangan dengan hati nurani

(Sumarlin, 2009).

4. Waktu Mengonsumsi Tuak

Peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae memiliki waktu

khusus untuk mengonsumsi tuak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae paling banyak dilakukan

pada malam hari. Menurut Indraprasti dan Rachmawati (2008), konsumsi

minuman keras dapat dilakukan di segala waktu, baik di pagi hari, siang,

sore maupun malam hari, akan tetapi masyarakat lebih memilih sore

hingga malam hari, karena pada pagi hingga siang hari, para peminum

lebih memilih untuk bekerja dan malam hari merupakan waktu untuk

beristirahat sehingga dimanfaatkan untuk meringankan rasa lelah setelah

bekerja.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Ikegami (1997) yang

menyatakan bahwa biasanya laki-laki di Tapanuli Utara mengonsumsi

tuak pada sore hingga malam hari setelah menyelesaikan pekerjaannya.

Lumban Gaol (2013) juga menyebutkan bahwa masyarakat Batak Toba

lebih sering mengonsumsi tuak pada saat santai, yaitu pada sore hari

Page 124: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

103

setelah pulang dari sawah. Hal tersebut berhubungan dengan

kepercayaan masyarakat tentang pengaruh tuak yang dapat

meningkatkan semangat dan melepaskan keletihan setelah bekerja.

Berdasarkan pembahasan mengenai pola konsumsi tuak, dapat

disimpulkan bahwa perilaku konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa

Lumban Siagian Jae dapat menjadi faktor yang memicu munculnya masalah

kesehatan karena sebagian besar peminum telah mengonsumsi tuak dalam

jangka waktu yang lama dengan jumlah yang banyak. Peminum tuak biasanya

mengonsumsi tuak pada malam hari sebagai upaya untuk menghilangkan

keletihan bekerja. Instansi kesehatan bersama dengan tokoh masyarakat perlu

memperbaiki persepsi masyarakat terhadap konsumsi tuak, sebab faktor yang

paling berpengaruh terhadap munculnya perilaku konsumsi tuak adalah faktor

internal dimana keinginan untuk mengonsumsi berasal dari diri sendiri.

C. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae

Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi melalui proses

penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan berperan dalam membuat

keputusan untuk berperilaku (Pickett & Hanlon, 2008). Pengetahuan para

peminum tuak mengenai tuak merupakan salah satu faktor predisposisi yang

mendorong perilaku mengonsumsi tuak. Pengetahuan mengenai tuak yang

diperoleh melalui informasi yang berkembang tentu akan mempengaruhi

Page 125: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

104

persepsi masyarakat, yang mana hal ini secara perlahan dapat mengubah

perilaku masyarakat.

Pengetahuan pada penelitian ini merupakan hasil tahu para peminum

tuak seputar pengertian, dampak dan manfaat konsumsi tuak yang diperoleh

dari berbagai informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peminum tuak

di Desa Lumban Siagian Jae paling banyak memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai tuak (64,5%) dan hanya 7,9% dari peminum tuak yang memiliki

pengetahuan yang baik. Secara umum, pengetahuan masyarakat Desa Lumban

Siagian Jae mengenai tuak berada pada tingkat ‘tahu’, dimana masyarakat

hanya mengingat sesuatu yang spesifik mengenai tuak, yaitu bahwa tuak

merupakan minuman tradisional yang memiliki khasiat tertentu. Tingkat

pengetahuan masyarakat yang masih berada pada tingkat cukup diduga terjadi

karena minimnya peran instansi kesehatan setempat dalam memberikan

informasi dan edukasi mengenai tuak. Akses dan sumber informasi yang baik

dan memadai akan menambah pengetahuan seseorang.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Siswendi (2014)

yang menyebutkan bahwa pengetahuan remaja di Kelurahan Sungai Salak

Kecamatan Tempuling, Riau, tentang minuman keras sudah baik dan para

remaja sudah mengetahui seluk beluk tentang minuman keras. Hal tersebut

disebabkan karena para remaja tersebut pernah mendapatkan sosialisasi

tentang bahaya minuman keras, akan tetapi mereka tidak memperdulikanya.

Penelitian Faot dkk (2010) juga memberikan hasil yang berbeda, yaitu

Page 126: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

105

masyarakat Desa Oelpuah paling banyak memiliki tingkat pengetahuan yang

rendah mengenai konsumsi minuman keras.

Perbedaan tingkat pengetahuan terjadi karena keterlibatan instansi

kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai minuman keras kepada

masyarakat. Beberapa instansi kesehatan sangat jarang bahkan tidak pernah

menyelenggarakan informasi dan edukasi mengenai minuman keras, terutama

di wilayah yang memegang erat tradisi konsumsi minuman keras, misalnya di

Desa Lumban Siagian Jae.

Selain keterlibatan instansi kesehatan dalam memberikan informasi

dan edukasi, faktor pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan responden.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden paling banyak

menempuh pendidikan sampai SMA (53,9%) dan disusul dengan pendidikan

sampai SMP (28,9%), ada pula beberapa responden yang hanya menempuh

pendidikan sampai SD bahkan tidak sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan yang ditempuh oleh para peminum tuak masih pada belum

memadai. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), faktor utama yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan cenderung semakin

baik. Pratama (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tingkat

pendidikan mempunyai peranan penting dalam menunjang pengetahuan

masyarakat mengenai perilaku konsumsi minuman keras. Penelitian Asiah

membuktikan bahwa tingkat pendidikan sangat berhubungan dengan

pengetahuan kesehatan seseorang (Asiah, 2010).

Page 127: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

106

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan cenderung tidak

memberikan pengaruh yang kuat terhadap munculnya perilaku mengonsumsi

tuak. Hal tersebut dapat dilihat dari proporsi peminum yang meminum tuak

dalam jumlah >500 mL dan dalam jangka waktu > 8 tahun paling banyak

dibandingkan dengan proporsi lainnya, sementara pengetahuan mereka

mengenai tuak paling banyak pada tingkat cukup. Penelitian Salakory (2013)

mendukung hal tersebut dengan menyebutkan bahwa konsumsi minuman

beralkohol pada nelayan di Kelurahan Bitung Kota Manado tidak berhubungan

dengan pengetahuan yang dimiliki oleh para nelayan tersebut. Hal ini

kemungkinan besar disebabkan oleh adanya faktor kepercayaan dan tradisi

konsumsi tuak yang dipegang erat oleh masyarakat Desa Lumban Siagian Jae.

Kepercayaan terhadap khasiat tuak dan kebiasaan yang telah turun temurun

menjadi faktor yang sangat kuat mendorong munculnya perilaku mengonsumsi

tuak.

Pengendalian konsumsi tuak dapat dilakukan melalui peningkatan

pengetahuan mengenai dampak dan manfaat tuak. Pendekatan dan bina

suasana kepada masyarakat sangat penting dilakukan sehingga penyuluhan dan

pengendalian konsumsi tuak, yang berkaitan dengan tradisi Batak Toba dan

kemungkinan sulit diterima oleh masyarakat, dapat dilakukan secara optimal.

D. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi

Tuak

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu rangsangan yang

tidak dapat dilihat secara nyata, namun dapat ditafsirkan. Sikap mengandung

Page 128: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

107

penilaian secara emosional, baik secara afektif, kognitif dan konatif (Maulana,

2007). Menurut Simamora (2008), terdapat 4 (empat) fungsi sikap pada

seseorang, yaitu sebagai penyesuaian, pertahanan ego, ekspresi nilai dan

sebagai pengetahuan, dimana keempat fungsi tersebut secara keseluruhan akan

mendorong seseorang melakukan tindakan berdasarkan sikap yang

diyakininya.

Sikap merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi pola

konsumsi tuak. Sikap terkait konsumsi tuak merupakan respon para responden

terhadap rangsangan yang diberikan, rangsangan tersebut berupa pertanyaan

mengenai konsumsi tuak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peminum tuak

lebih banyak (69,7%) memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak, dengan

kata lain para peminum mendukung dan menyetujui konsumsi tuak di Desa

Lumban Siagian Jae. Berdasarkan tanggapan yang diberikan oleh responden

terhadap pernyataan yang diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa sikap

masyarakat Lumban Siagian Jae terdapat pada tingkat valuing, dimana mereka

sering membahas mengenai konsumsi tuak dengan orang lain dan bahkan

mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk ikut mengkonsumsi tuak

(Simamora, 2008).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Faot dkk (2010) yang

menyebutkan bahwa 65% masyarakat Kelurahan Oelpuah Kota Kupan

memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak. Menurut Faot, sikap negatif

masyarakat berkaitan dengan kecenderungan mereka yang berpendapat bahwa

konsumsi minuman keras sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit

Page 129: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

108

dihilangkan karena sudah merupakan adat turun temurun dari para leluhur

mereka.

Berbeda dengan hasil penelitian Pratama (2013) yang menyebutkan

bahwa kebanyakan remaja Desa Jatigono Kabupaten Lumajang memiliki sikap

positif terkait konsumsi minuman keras, dengan kata lain masyarakat remaja

tidak mendukung dan tidak menyetujui konsumsi minuman keras. Sikap positif

dari remaja kemungkinan dipengaruhi oleh adanya penyelenggaraan pengajian

bagi para remaja yang diadakan oleh tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan

untuk mensosialisasikan gaya hidup sehat, salah satunya mengenai dampak

dan bahaya minuman keras.

Sosialisasi gaya hidup sehat sebenarnya telah dilakukan oleh

Masyarakat Batak, dimana mereka memiliki Lima Kiat Sehat yang tersurat

pada slogan Poda Na Lima (Lima Nasehat) dan kelimanya menyerukan

masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan fisik maupun

non-fisik. Berikut ini adalah isi dari nasehat tersebut Boangmanalu (2008):

1) Paias rohamu (bersihkan hatimu)

2) Paias pamatangmu (bersihkan badanmu)

3) Paias paheanmu (bersihkan pakaianmu)

4) Paias bagasmu (bersihkan rumahmu)

5) Paias alamanmu (bersihkan pekaranganmu).

Nasehat tersebut, salah satunya, menyebutkan agar masyarakat selalu

membersihkan badan. Menurut Aritonang (2007), badan yang bersih tidak

hanya dinilai dari organ luar, namun juga organ dalam. Seluruh sistem organ

Page 130: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

109

manusia juga sebaiknya bersih dari zat-zat berbahaya dan memicu munculnya

penyakit, termasuk tuak dan minuman beralkohol lainnya.

Adanya Poda Na Lima tersebut seharusnya dapat menjadi stimulus

bagi masyarakat untuk membentuk sikap positif terkait konsumsi tuak, akan

tetapi Faot dkk (2010) menyebutkan bahwa sikap negatif terkait suatu objek

dapat terbentuk karena adanya pemahaman dan persepsi masyarakat mengenai

objek tersebut. Sikap negatif masyarakat Batak terbentuk karena adanya faktor

tradisi dan kebiasaan konsumsi tuak yang diturunkan dari nenek moyang

sehingga masyarakat menganggap bahwa konsumsi tuak adalah kebiasaan baik

karena segala sesuatu yang diturunkan oleh para nenek moyang adalah hal-hal

yang baik dan tidak mungkin mendatangkan bahaya.

Selain itu, Poda Na Lima merupakan slogan yang paling banyak dianut

oleh masyarakat Batak Mandailing (Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan,

Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan Mandailing Natal) dan hanya

sebagian kecil masyarakat Batak Toba yang mengetahui slogan tersebut

(Simbolon, 1999) (Boangmanalu, 2008). Maka dari itu, kelima nasehat

tersebut tidak memberikan pengaruh besar atau bahkan tidak berpengaruh

sama sekali terhadap sikap masyarakat Batak Toba karena adanya dominasi

faktor pemahaman dan persepsi yang positif terhadap konsumsi tuak.

Selain tradisi, sikap negatif peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae

juga dipengaruhi oleh faktor agama, dimana hampir semua masyarakat Desa

Lumban Siagian Jae memeluk agama Kristen Protestan. Alkitab, kitab suci

agama Kristen, melarang untuk mabuk-mabukan dan mengonsumsi alkohol

Page 131: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

110

secara berlebihan (Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania,

2013). Sebagaimana disebutkan alkitab pada Efesus pasal 5 ayat 18

disebutkan, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur

menimbulkan hawa nafsu”.

Pendapat lainnya menyebutkan bahwa umat Kristen masih

diperkenankan untuk mengonsumsi alkohol dalam batas wajar karena

meyakini bahwa sejak dulu, hamba-hamba Tuhan sudah terbiasa meminum

anggur (Christian Educational, 2009). Hal tersebut dijelaskan dalam alkitab

pada Kejadian pasal 27 ayat 25 yang menyebutkan, “Lalu berkatalah Ishak:

‘Dekatkanlah makanan itu kepadaku, supaya kumakan daging buruan

masakan anakku, agar aku memberkati engkau’. Jadi didekatkanlah makanan

itu kepada ayahnya, lalu ia makan, dibawanya juga anggur kepadanya, lalu

ia minum”. Berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai pandangan

Kristen mengenai minuman keras, dapat diketahui bahwa masyakat Desa

Lumban Siagian Jae tidak memiliki batasan keras terhadap konsumsi tuak

selama tidak memabukkan sehingga mereka masih tetap mendukung dan

menyetujui adanya tuak.

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa sikap negatif peminum tuak

terhadap konsumsi tuak didasari oleh adanya faktor tradisi dan agama yang

dianut. Pembaharuan sikap masyarakat terhadap konsumsi tuak penting

dilakukan dengan adanya penyuluhan atau penjelasan mengenai dampak,

manfaat dan bagaimana hakikat konsumsi tuak dalam adat istiadat dan agama.

Petugas kesehatan sebaiknya mampu melakukan pendekatan kepada sesepuh

Page 132: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

111

desa, pendeta atau pemuka agama di Desa Lumban Siagian Jae sehingga

penjelasan yang diberikan kepada masyarakat dapat diterima dengan baik

karena adanya sesepuh desa dan pemuka agama sebagai key person dalam

kegiatan penyuluhan tersebut.

E. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang

yang masih dijalankan oleh masyarakat sebagai keturunannya (Setiawan,

2015). Tradisi konsumsi tuak merupakan aspek yang menjadi acuan

masyarakat untuk menampilkan perilaku mengonsumsi tuak. Konsumsi tuak

merupakan salah satu bentuk tradisi yang masih dianut oleh masyarakat Desa

Lumban Siagian Jae. Tradisi minum tuak sudah diakui oleh sebagian besar

masyarakat Batak Toba. Landasan konsumsi tuak berada pada 2 (dua) poin

dari 7 (tujuh) falsafah yang dianut oleh masyarakat Batak dalam menjalankan

kehidupannya, yaitu maradat (punya adat istiadat) dan martutur (punya

kekerabatan) (Tinambunan, 2010). Tuak memiliki arti yang khusus bagi

masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan sebagai sarana

keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga sebagai minuman

persahabatan.

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 96,1% peminum tuak di Desa

Lumban Siagian Jae mengakui bahwa minum tuak merupakan tradisi

Masyarakat Suku Batak Toba. Lumban Gaol (2013) dalam penelitiannya juga

menyebutkan bahwa masyarakat Batak Toba menganggap tuak sebagai

Page 133: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

112

minuman tradisional yang sejak dahulu telah ada dan masih dilestarikan hingga

saat ini, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai upacara

perayaan adat.

Berdasarkan pemaparan kedua informan penelitian, dapat diketahui

bahwa tradisi memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumsi

tuak yang marak di Desa Lumban Siagian Jae. Menurut Bapak Haposan

Panggabean, selaku informan pertama, dahulu para raja selalu mengonsumsi

tuak jika sedang berkumpul dan melakukan musyawarah di Sopo Partungkoan,

tuak tersebut juga sering diminum sambil menikmati Buah Pisang Sitanduk.

Oleh karena itu, masyarakat Desa Lumban Siagian Jae meyakini bahwa

konsumsi tuak sudah menjadi kebiasaan yang telah diturunkan oleh nenek

moyang sehingga menjadi tradisi hingga saat ini.

Sebagai minuman tradisi Batak Toba, tuak juga disajikan sebagai

jamuan untuk tamu, jamuan pada upacara adat dan jamuan untuk para

undangan, terutama untuk Dalihan Na Tolu. Menurut Ikegami (1997), tuak

juga digunakan pada upacara-upacara tertentu seperti manuan ompu-ompu dan

manulangi. Bapak Haposan Panggabean menyebutkan bahwa adat manuan

ompu-ompu tidak pernah ada di Desa Lumban Siagian Jae, penggunaan tuak

pada awalnya hanya digunakan saat manulangi pada upacara pernikahan.

Hingga saat ini tuak sudah tidak dipakai untuk jamuan dan upacara, maka tuak

tersebut dapat diganti dengan uang.

Jenis tuak yang digunakan sebagai minuman adat adalah tuak tangkasan

yaitu tuak yang tidak bercampur dengan raru (Ikegami, 1997). Tuak tangkasan

Page 134: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

113

sering pula disebut sebagai tuak na tonggi. Sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, bahwa dalam penyelenggaraan upacara dan adat istiadat

seharusnya menggunakan tuak sebagai jamuan. Tetapi ternyata adat tersebut

tidak dianut lagi karena tuak na tonggi semakin sulit untuk diperoleh dan

diproduksi. Menurut P. Panggabean, selaku pengolah tuak, kesulitan tersebut

disebabkan karena masyarakat pada umumnya sudah tidak ingin mengonsumsi

tuak tanpa raru karena tidak adanya rasa nikmat dan efek psikologis pada tuak

tersebut. Meskipun tuak tidak lagi digunakan dalam adat dan upacara Batak

Toba, namun tuak tetap dijadikan sebagai kebiasaan sehari-hari.

Konsumsi tuak telah mendarah daging pada masyarakat Batak Toba,

termasuk masyarakat Lumban Siagian Jae. Banyak cerita yang

menggambarkan gaya hidup masyarakat Batak Toba dan selalu dikaitkan

dengan tuak. Salah satunya adalah cerita pendek karangan Guibertus Marbun

dalam buku Geni (1999) yang menceritakan seorang lelaki, dengan panggilan

ama ni Kess (Ayah Kess), yang meminum tuak dan meminta tambahan porsi

saat tuaknya telah habis. Dalam cerita tersebut, lelaki ini meminum tuak sambil

bermain togel, kemudian dipanggil oleh istrinya karena anaknya, Kess,

menangis terus menerus. Terdapat pula lagu yang menggambarkan kebiasaan

masyarakat Batak Toba, lagu tersebut berjudul Lisoi, diciptakan oleh Nahum

Situmorang saat beliau pindah ke Tarutung, Tapanuli Utara. Berikut adalah

lirik lagu tersebut beserta pengertiannya (Situmorang, 2008):

Page 135: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

114

Dongan sa partinaonan, oh parmitu

Teman satu perjuangan, oh peminum tuak

Dongan sa pangkilalaan, oh parmitu

Teman satu perasaaan, oh peminum tuak

Arsak rap mangalupahon, oh parmitu

Kesedihan sama-sama dilupakan, oh peminum tuak

Tolema rap mangandehon, oh parmitu

Maka mari kita sama-sama kita nyanyikan, oh peminum tuak

Lisoi lisoi lisoi lisoi lisoi

Oh parmitu lisoi

Oh peminum tuak, mari bersulang

Lisoi lisoi lisoi lisoi

Inum ma tuak mi

Minumlah tuakmu

Sirup ma sirup ma

Minumlah, minumlah

Dorguk ma dorguk ma

Teguklah, teguklah

Handit ma galasmi

Habiskan isi gelasmu

Sirup ma sirup ma

Minumlah, minumlah

Dorguk ma dorguk ma

Teguklah, teguklah

Ikkon rumar do i

Semua beban akan lepas

Lisoi adalah ungkapan kebahagiaan saat bersulang, sama dengan

ungkapan cheers dalam Bahasa Inggris. Parmitu adalah sebutan masyarakat

Batak Toba bagi peminum tuak. Lagu tersebut menggambarkan kebiasaan

masyarakat Batak Toba yang gemar meminum tuak bersama teman-temannya

Page 136: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

115

untuk melepaskan beban bersama. Melalui lagu tersebut, dapat digambarkan

bahwa masyarakat Batak Toba menjadikan tuak sebagai media untuk

mempererat kekerabatan mereka. Hal ini didukung oleh data penelitian yang

menyebutkan bahwa alasan peminum mengonsumsi tuak paling banyak adalah

untuk mempererat persaudaraan (Grafik 5.8).

Tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Batak Toba memiliki latar

belakang yang dipercaya melalui sebuah dongeng. Bapak Haposan

Panggabean menyebutkan bahwa tuak bermula dari cerita seorang perempuan,

Boru Sitompul, yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki yang tidak

dia cintai. Kemudian dia pergi dari keluarganya dan berdiam diri di suatu

tempat, lama kelamaan perempuan tersebut berubah menjadi pohon aren

(bagot). Masyarakat Batak Toba menganggap bahwa air pohon aren (nira)

tersebut adalah air mata Boru Sitompul sehingga banyak masyarakat yang

meminumnya.

Hasil penelitian Ikegami (1997) juga menyatakan alur cerita yang sama,

namun dengan tokoh yang berbeda. Berikut adalah penjelasan dari Ikegami

(1997) mengenai asal usul tuak pada masyarakat Batak Toba:

“Seorang putri yang disebut sebagai Putri Si Boru Sorbajati dipaksa

menikah oleh orang tuanya dengan seorang lelaki cacat yang tidak

disukainya. Orang tua Boru Sorbajati menerima upah yang banyak dari

lelaki tersebut sehingga orang tuanya selalu memaksa Boru Soebajati

untuk menerima perjodohannya. Oleh karena tekanan tersebut, Boru

Sorbajati meminta untuk menari dengan alunan gendang agar dia dapat

Page 137: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

116

menentukan sikap yang benar. Saat menari, dia kemudian melompat ke

halaman rumah dan terbenam ke dalam tanah. Setelah kejadian

tersebut, Boru Sorbajati menjelma tumbuh sebagai pohon bagot,

sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati.”

Cerita tersebut sesuai dengan cerita dari Siagian (1990) dalam bukunya

Turi-turian Ni Halak Batak. Siagian menyebutkan bahwa air yang berasal dari

pohon aren tersebut adalah air mata Boru Sorbajati yang menangis karena

perjodohan dengan lelaki yang tidak dicintainya. Masyarakat Batak Toba pada

saat itu mempercayai bahwa air nira tersebut dapat menghindarkan seseorang

yang meminumnya dari kesedihan dan tangisan. Mitos tersebut membentuk

sebuah persepsi yang kemudian memicu adanya dorongan dari diri sendiri

untuk mengonsumsi tuak.

Faktor dominan yang mendorong munculnya perilaku konsumsi tuak

adalah faktor internal dimana keinginan untuk mengonsumsi berasal dari diri

sendiri. Keinginan dari diri sendiri berasal dari aspek kognitif, perspektif dan

keyakinan terhadap tuak. Aspek perspektif dan keyakinan merupakan aspek

yang memberikan pengaruh terhadap munculnya perilaku konsumsi tuak,

sementara kognitif, yakni pengetahuan dan sikap peminum tuak, tidak

memberikan pengaruh. Perspektif dan keyakinan dapat muncul karena adanya

tradisi minum tuak yang dianut. Kesimpulan sementara yang diperoleh adalah

bahwa tradisi diyakini sebagai faktor dominan yang mendorong munculnya

perilaku konsumsi tuak pada masyarakat Batak Toba.

Page 138: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

117

Berdasarkan pembahasan mengenai tradisi konsumsi tuak, kesimpulan

yang dapat ditarik adalah bahwa jamuan tuak sudah jarang bahkan tidak pernah

lagi diterapkan dalam upacara adat istiadat Batak Toba, hingga saat ini

penggunaan tuak dalam masyarakat Batak Toba sebagai minuman sehari-hari

lebih menonjol daripada penggunaan dalam upacara adat. Pengaruh tradisi

menjadi faktor utama yang mendorong munculnya perilaku konsumsi tuak

pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae.

F. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi

Tuak

Kepercayaan atau keyakinan adalah pikiran deskriptif yang dianut

seseorang mengenai suatu hal. Seseorang yang telah memiliki kepercayaan

terhadap sesuatu akan merasakan efek berupa kepuasan psikologis jika dia

melakukan tindakan berdasarkan kepercayaan tersebut (Johannes dan Diya,

2012). Maka secara tidak langsung, kepercayaan memiliki peranan dalam

membentuk suatu perilaku atau tindakan seseorang. Kepercayaan terhadap

tuak merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap khasiat tuak tersebut

sehingga mendorong seseorang tersebut untuk mengonsumsi tuak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73,7% peminum tuak

mempercayai adanya dampak positif dari konsumsi tuak. Khasiat tuak yang

banyak dipercayai oleh para peminum tuak adalah sebagai minuman yang

meningkatkan semangat, menyegarkan dan menyehatkan badan. Hal ini

didukung dengan data yang menunjukkan bahwa selain untuk mempererat

Page 139: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

118

kekerabatan, para peminum tuak juga menyebutkan bahwa alasan mereka

mengonsumsi tuak adalah untuk melepaskan beban atau masalah.

Mengingat bahwa sebagian besar penduduk Desa Lumban Siagian Jae

bekerja sebagai petani dan kuli bangunan, maka menurut pemaparan informan,

tuak dibutukan untuk melepaskan keletihan mereka pada malam hari. Adnyana

(2012) menyebutkan bahwa alkohol, dengan sifat kimianya, mampu

mengaktivasi pengeluaran dopamin secara langsung sehingga orang yang

meminum alkohol cenderung merasa senang dan lupa akan keletihan dan

masalahnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae didorong oleh adanya

kepercayaan peminum tuak terhadap khasiat tuak tersebut.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Emqi (2013), dimana hasil

penelitian tersebut menyebutkan bahwa kepercayaan subjek bahwa alkohol

mampu menghilangkan stres dan diterima oleh lingkungan berpengaruh

terhadap munculnya perilaku penyalahgunaan alkohol. Menurut Emqi,

kepercayaan tersebut juga akan menyebabkan perilaku penyalahgunaan

alkohol terus menerus.

Kepercayaan seseorang terhadap suatu objek akan mengontrol

perilakunya terhadap objek tersebut. Berdasarkan pemaparan Radwan (2015)

tersebut, kepercayaan yang membentuk perilaku konsumsi tuak termasuk

sebagai beliefs shape reality, sebagai contoh jika seseorang telah meyakini

bahwa tubuhnya akan merasa tidak sehat jika tidak mengonsumsi tuak maka

Page 140: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

119

ia akan terus menerus mengonsumsi tuak, dan ketika dia tidak mengonsumsi

tuak maka dia akan merasa sakit dan tidak semangat.

Teori Health Belief Model menunjukkan bahwa seseorang dengan

pengetahuan mengenai konsumsi tuak tentu telah mengetahui manfaat dan

kerugian konsumsi tuak (Hayden, 2014). Efek semangat dan sehat yang

diberikan oleh tuak, terlebih setelah seseorang tersebut melakukan pekerjaan

berat, menjadi stimulus sehingga seseorang cenderung menyatakan bahwa

manfaat tuak lebih banyak dari pada kerugiannya. Selain itu, adanya tradisi

minum tuak dan tidak adanya contoh kasus atau penyakit dari para sesepuh

yang mengonsumsi tuak, menyebabkan persepsi seseorang terhadap ancaman

penyakit tidak terbentuk dan tidak memberikan pengaruh besar pada

pembentukan perilaku konsumsi tuak. Persepsi akan manfaat tuak yang begitu

besar menyebabkan persepsi akan kerugian dan ancaman semakin tertutupi.

Semakin kuat persepsi tersebut akan membentuk kepercayaan atau keyakinan

akan manfaat dan khasiat dari tuak. Kepercayaan ini yang kemudian

membentuk perilaku konsumsi tuak.

Faktor kepercayaan terhadap khasiat konsumsi tuak perlu diperhatikan

oleh para pemangku kebijakan. Petugas kesehatan bersama pemerintah

sebaiknya dapat melakukan pemaparan mengenai perbandingan dampak dan

manfaat konsumsi tuak, agar masyarakat dapat mengendalikan perilaku

konsumsi tuak sehingga kemudian mereka memperoleh manfaat bukan

dampak. Bentuk penanggulangan lain yang perlu dilakukan pemerintah adalah

penanggulangan yang bertujuan untuk mengubah kepercayaan yang irasional

Page 141: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

120

menjadi kepercayaan yang rasional. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat

tidak tergantung pada tuak ketika sedang menghadapi masalah atau untuk

melepaskan beban, misalnya dengan membangun fasilitas rekreasi keluarga

dengan harga terjangkau, mengingat keadaan ekonomi masyarakat yang

minim.

G. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian

Jae

BKKBN (2011) menyebutkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil

dalam masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan

saling ketergantungan. Keluarga sebagai role model utama dalam membentuk

perilaku anggota keluarganya.

Data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (76,2%) peminum

tuak, sebagai anak dalam keluarga, menyatakan bahwa keluarganya memiliki

kebiasaan mengonsumsi tuak karena melihat ayahnya mengonsumsi tuak. Hal

ini mendukung pernyataan bahwa konsumsi tuak merupakan kebiasaan turun

temurun, yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya karena adanya

contoh tindakan konsumsi tuak yang diperoleh anak dari para orang tua.

Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk

perilaku pada anak-anak mereka melalui perilaku yang mereka tunjukkan.

Kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak akan sangat berpengaruh pada

terbentuknya perilaku konsumsi tuak pada anggota keluarganya. Bremner

(2011) menyebutkan bahwa faktor yang mendorong orang-orang untuk

Page 142: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

121

mengonsumsi minuman keras salah satunya adalah karena adanya keluarga

terdekat, terutama orang tua, yang mengonsumsi minuman keras.

Selain kebiasaan keluarga, konsumsi tuak juga dapat muncul karena

adanya dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga merupakan cara keluarga

mendorong anggota keluarganya, baik secara materi maupun moral, untuk

melakukan suatu tindakan sebagai tindak lanjut dari adanya persetujuan.

Teori Maslow (1954) menyebutkan bahwa aktualisasi diri atau perilaku

seseorang bergantung kepada pemenuhan kebutuhannya dalam suatu

lingkungan, terutama keluarga sebagai lingkungan terdekat. Anak-anak dalam

suatu keluarga yang telah mengonsumsi tuak sejak usia muda mungkin

disebabkan karena terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, misalnya

kebutuhan berbagi pengetahuan mengenai bahaya minuman keras, perhatian

dan cinta kasih. Selain penanaman nilai dan pengetahuan, keluarga juga harus

memelihara cinta kasih dalam keluarga sehingga. Cinta dan kasih sayang akan

membantu anggota keluarga untuk lebih memilih keluarga dari pada teman-

temannya, sehingga pengaruh-pengaruh yang muncul dari pergaulan akan

difilter dan anggota keluarga tetap berada pada jalan hidup yang baik sesuai

dengan yang diajarkan oleh keluarganya (Rahmah, 2013).

Dua orang ibu rumah tangga, sebagai informan, menyebutkan bahwa

mereka mendukung perilaku konsumsi tuak pada keluarganya, karena tuak

dapat menghilangkan keletihan yang dirasakan oleh suami dan anaknya setelah

seharian bekerja. Salah satu dari keduanya menyatakan bahwa dia mendukung

konsumsi tuak jika tuak yang diminum tidak dicampur dengan minuman

Page 143: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

122

beralkohol. Hal ini memunculkan dugaan bahwa ibu rumah tangga mendukung

perilaku konsumsi tuak karena tidak mengetahui bahwa tuak mengandung

alkohol.

Adanya dukungan dari keluarga karena mereka mempercayai khasiat

tuak. Para informan menyebutkan bahwa tuak dapat dijadikan sebagai obat

untuk beberapa penyakit, misalnya diabetes melitus. Penelitian Ajani

mendukung pernyataan tersebut dengan hasil yang menunjukkan bahwa

peminum alkohol dengan kadar menengah memiliki risiko diabetes lebih

rendah dari pada dengan kadar tinggi (Ajani, 2000). Namun pada

kenyataannya peminum tuak meminum tuak dengan jumlah yang banyak.

Menurut Hassan dkk (2002), jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan maka

kadar glukosa dalam tubuh akan semakin menurun sehingga seseorang akan

lebih sering mengonsumsi glukosa dan semakin meningkatkan risiko

munculnya diabetes melitus. Maka sebaiknya keluarga memberikan batasan

bagi anggota keluarganya untuk tidak mengonsumsi tuak secara berlebihan.

Menurut pemaparan para informan, selain memberikan dukungan,

mereka juga memberikan peringatan kepada suami atau anaknya untuk

mengonsumsi tuak secukupnya dan tidak sampai menimbulkan kerusuhan.

Akan tetapi, para informan mengaku tidak dapat melarang suami atau anaknya

agar tidak mengonsumsi tuak, karena perilaku tersebut sudah menjadi

kebiasaan sejak lama, yaitu sejak para suami menginjak usia remaja, kecuali

jika nantinya suami atau anaknya telah menderita sakit keras.

Page 144: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

123

Berbeda dengan pemaparan kedua informan, data penelitian

menunjukkan bahwa pada dasarnya sebagian besar dari peminum tuak tidak

mendukung keturunan mereka untuk ikut mengonsumsi tuak. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak tidak didukung oleh

keluarganya untuk mengonsumsi tuak (59,2%). Hasil tersebut juga didukung

dengan data yang menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak (57,9%)

menyatakan tidak setuju jika keturunannya mengonsumsi tuak.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Kurniawati dkk (2010)

yang menunjukkan bahwa mahasiswa D3 Fakultas Teknik Universitas Gadjah

Mada yang mengonsumsi alkohol paling banyak tidak mendapat dukungan

dari keluarga. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Samiasih dan Putra (2010)

yang menunjukkan bahwa proporsi keluarga paling banyak memberikan

dukungan yang rendah terhadap perilaku meminum minuman keras pada

remaja di Sragen. Hal ini diduga dapat terjadi karena setiap keluarga di

Indonesia telah mengetahui bahaya dan dampak yang ditimbulkan oleh

minuman keras. Selain sebagai role model, keluarga juga berperan sebagai

pelindung terhadap anggota keluarganya, termasuk melindungi dari bahaya-

bahaya yang mungkin terjadi akibat perilaku yang salah.

Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan

keluarga tidak secara keseluruhan dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga.

Keluarga di satu sisi tidak memberikan dukungan kepada anggota keluarganya

untuk meminum tuak karena mereka mengkhawatirkan dampak negatif tuak

jika dikonsumsi berlebihan, namun di sisi lain mereka mendukung karena

Page 145: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

124

konsumsi tuak telah menjadi tradisi masyarakat Desa Lumban Siagian Jae dan

dipercaya dapat menyehatkan badan, maka dari itu para keluarga memilih

untuk membiarkan keturunan mereka untuk mengikuti kebiasaan konsumsi

tuak.

Komunikasi yang baik diharapkan dapat terbangun dalam keluarga.

Penelitian Filus dkk (2012) menunjukkan bahwa remaja yang mengonsumsi

alkohol kemungkinan disebabkan karena adanya hubungan antara orangtua

dan anak yang bersifat searah, sering menimbulkan kesalahpahaman dan

ketidak jelasan, sehingga muncul prasangka yang tidak baik. Buruknya

komunikasi pada keluarga berdampak pada beberapa hal salah satunya yaitu

anggota keluarga cenderung akan lebih mudah mencari pelarian dengan

penyalahgunaan minum-minuman beralkohol. Adanya komunikasi yang baik

antar anggota keluarga akan menjaga keharmonisan keluarga dan hal ini dapat

membantu suami atau anak untuk tidak menjadikan tuak sebagai pelarian

untuk melepaskan keletihan atau masalah.

H. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae

Undang-undang nomor 36 tahun 2014 menyebutkan bahwa petugas

kesehatan, yang sering disebut sebagai tenaga kesehatan, adalah setiap orang

yang mengabdikan diri di bidang kesehatan yang memiliki pengetahuan

dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk

melakukan upaya kesehatan. Petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku

konsumsi tuak juga sangat berperan mengingat bahwa perilaku tersebut dapat

Page 146: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

125

meningkatkan risiko munculnya penyakit, baik menular maupun tidak

menular.

Berdasarkan pemaparan dari kedua informan bahwa petugas kesehatan

tidak banyak berperan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak di Desa

Lumban Siagian Jae. Hasil penelitian mendukung pemaparan tersebut dimana

responden menyatakan tidak merasakan adanya peran petugas kesehatan, 58%

peminum tuak menyatakan petugas kesehatan tidak memberikan respon

terhadap konsumsi tuak dan 18% peminum tuak menyebutkan petugas

kesehatan tidak berperan.

Petugas kesehatan di Desa Lumban Siagian Jae tidak berperan dalam

melakukan pengendalian terhadap perilaku konsumsi tuak secara holistik.

Peran petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak lebih

cenderung kepada individu, yaitu dengan memberikan pengobatan dan

konseling saat para peminum yang sakit datang untuk berobat. Berdasarkan

peran dan fungsi pokok Puskesmas (Purwatiningsih, 2008), maka peran

petugas kesehatan di Desa Lumban Siagian Jae belum memberikan pelayanan

kesehatan secara terpadu kepada masyarakat karena penanggulangan

konsumsi tuak hanya dilakukan melalui upaya kuratif saat peminum tuak telah

menderita sakit. Hal ini berkaitan dengan adanya faktor tradisi minum tuak

yang dianut oleh masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga

penanggulangan yang akan dilakukan menjadi dilema besar bagi petugas

kesehatan.

Page 147: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

126

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lumban Gaol (2013) di

Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyebutkan bahwa pemerintah dan

tenaga kesehatan tidak dapat memberikan intervensi atau penanggulangan

terhadap kebiasaan konsumsi tuak pada masyarakat. Sama halnya dengan

alasan petugas kesehatan di Desa Lumban Siagian Jae, alasan di Humbang

Hasundutan juga menyatakan bahwa mereka sulit melakukan penanggulangan

karena adanya faktor tradisi konsumsi tuak yang telah dianut oleh masyarakat

setempat.

Hasil yang berbeda diperoleh oleh Siswendi (2013) di Kecamatan

Tempuling, Riau yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan di daerah

tersebut telah melakukan penyuluhan mengenai minuman keras. Penyuluhan

tersebut berdampak pada perubahan tingkat pengetahuan masyarakat

Tempuling. Hasil yang berbeda juga diperoleh oleh Pratama (2014) di

Lumajang yang menyebutkan bahwa petugas kesehatan bersama tokoh

masyarakat pernah melakukan sosialisasi tentang dampak dan bahaya

minuman keras sehingga sikap masyarakat setempat terkait konsumsi

minuman keras semakin baik.

Dukungan dan peran petugas kesehatan merupakan salah satu faktor

penguat yang mempengaruhi timbulnya perilaku kesehatan. Penelitian

Supiyah dkk (2012) membuktikan bahwa peran petugas kesehatan

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku seseorang. Nuryanti

(2013) juga mendukung dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa

Page 148: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

127

keaktifan peran petugas kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap

terbentuknya perilaku kesehatan masyarakat.

Kepala Puskesmas Siatas Barita, selaku informan pertama, menyatakan

bahwa penanggulangan khusus dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak pada

masyarakat belum diadakan, akan tetapi menurut beliau, Pemerintah

Kabupaten Tapanuli Utara telah merencanakan peraturan terkait pengendalian

konsumsi tuak pada masyarakat. Peraturan tersebut mengenai pembatasan

waktu jual beli tuak hingga pukul 20.00 WIB. Peraturan tersebut masih dalam

bentuk arahan, informasi dan belum dalam bentuk instruksi. Peraturan tersebut

sedang dalam proses untuk menjadi kebijakan baku dan tertulis. Meskipun

telah direncanakan, namun masih terdapat beberapa hal yang menjadi

pertimbangan dan kekhawatiran pemerintah ketika akan mengeluarkan

kebijakan pengendalian konsumsi tuak tersebut.

Selain telah menjadi tradisi, kepercayaan masyarakat terhadap khasiat

tuak juga menjadi faktor yang memunculkan pertimbangan dan dilema saat

akan melakukan intervensi kepada masyarakat. Masyarakat akan menentang

kebijakan yang akan dikeluarkan sehingga akan memunculkan masalah-

masalah baru dalam sistem pemerintahan. Hal tersebut dibenarkan oleh

penelitian Lumban Gaol (2013) yang menunjukkan bahwa sebagian besar

masyarakat menentang keras kebijakan pemerintah untuk memberantas tuak.

Menurut mereka, tuak merupakan minuman khas yang mencirikan tradisi yang

sangat melekat pada masyarakat Batak Toba dan tuak telah diwariskan secara

Page 149: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

128

turun-temurun sebagai warisan dari nenek moyang sebagai minuman pelepas

keletihan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pemerintah sebaiknya dapat

melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan mengoptimalkan peran

tokoh masyarakat sebelum mengeluarkan kebijakan baru mengenai

pembatasan waktu. Hal tersebut ditujukan agar masyarakat secara perlahan

dapat menerima kebijakan baru tersebut. Selain itu, peran petugas kesehatan

juga tentu sangat diperlukan dalam memberikan informasi mengenai manfaat

dan dampak konsumsi tuak agar masyarakat semakin mampu mengendalikan

diri mereka untuk mengurangi jumlah tuak yang dikonsumsi.

I. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa

Lumban Siagian Jae

Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami

gangguan kesehatan atau kejiwaan (BPS, 2012). Keluhan kesehatan akibat

konsumsi tuak didefinisikan sebagai keadaan seseorang yang mengalami

gangguan kesehatan setelah mengonsumsi tuak. WHO dalam Mahkamah

Agung (2012) menyatakan bahwa keluhan yang dirasakan jika konsumsi

minuman keras dalam jangka waktu panjang adalah konsumen akan terancam

masalah kesehatan yang serius seperti kerusakan hati, ginjal, paru-paru,

jantung, radang usus, penyakit liver, kerusakan otak bahkan hingga gangguan

jiwa.

Menurut Kepala Puskesmas Siatas Barita, masalah kesehatan yang

sering dialami oleh para peminum tuak dalam lingkup wilayah Kecamatan

Page 150: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

129

Siatas Barita adalah hipertensi, diabetes melitus dan gastritis. Sementara

menurut Bidan Desa Lumban Siagian Jae, masalah kesehatan yang dialami

oleh peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae adalah penyakit di saluran

pencernaan, namun sangat jarang terjadi.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa proporsi peminum tuak yang

memiliki keluhan kesehatan setelah mengonsumsi tuak lebih besar (52,6%)

dari pada peminum tuak yang tidak memiliki keluhan kesehatan. Data tersebut

juga menunjukkan bahwa 3 (tiga) besar keluhan kesehatan yang paling banyak

dirasakan oleh peminum tuak adalah hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%)

dan penyakit pada saluran pencernaan (19,7%).

Data tersebut didukung dengan data mengenai daftar penyakit

terbanyak di Puskesmas Siatas Barita tahun 2015 yang menunjukkan bahwa 5

(lima) besar penyakit paling banyak pada bulan Januari-Februari 2015 di

Puskesmas Siatas Barita adalah hipertensi, ISPA, tukak lambung (maag),

karies gigi dan TB paru. Ketiga penyakit yang menjadi keluhan kesehatan pada

peminum tuak termasuk ke dalam lima besar penyakit di Puskesmas Siatas

Barita.

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari

semua kalangan masyarakat, mengingat hipertensi sebagai penyebab utama

meningkatnya risiko penyakit stroke, jantung, diabetes melitus dan ginjal.

Page 151: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

130

Seseorang dikatakan hipertensi jika darahnya mencapai tekanan 140

mmHg ke atas.

Tuak dapat memicu munculnya hipertensi karena adanya

kandungan alkohol sebesar 4%-%% di dalamnya (Noviyanti, 2014).

Alkohol dengan kadar sedang dan ringan akan memberikan efek protektif

terhadap penyakit kardiovaskular karena alkohol dapat meningkatkan

kadar HDL, namun jika berlebihan alkohol akan meningkatkan trigliserida

dalam darah (Artanti, 2008). Tingginya kadar trigliserida mengakibatkan

adanya gangguan kadar lemak di dalam darah. Kadar lemak akan

meningkat dan menumpuk dalam pembuluh darah sehingga membentuk

plak. Gangguan kadar lemak dalam darah dapat menjadi salah satu faktor

penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah, salah satunya adalah

hipertensi (Teo dkk, 2011).

Kadar lemak dalam darah akan menumpuk dan membentuk plak

pada sisi pembuluh darah. Plak tersebut tentu akan menghambat aliran

darah dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Darah yang terus menerus

mengalir tentu akan memberikan tekanan yang semakin tinggi karena

adanya plak yang mempersempit saluran pembuluh darah.

Plak

Gambar 6. Plak pada pembuluh darah

Page 152: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

131

Beberapa penelitian membuktikan adanya pengaruh konsumsi tuak

dengan munculnya penyakit hipertensi, salah satunya penelitian Oroh dkk

(2013) yang membuktikan adanya hubungan antara konsumsi alkohol

dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tumaratas Kecamatan langowan

Barat Kabupaten Minahasa, dimana masyarakat yang mengonsumsi

alkohol mempunyai peluang menderita hipertensi 4,3 kali lebih besar dari

pada yang tidak mengonsumsi alkohol. Sesso dalam penelitiannya juga

menunjukkan adanya hubungan positif antara konsumsi alkohol dengan

munculnya penyakit hipertensi baik pada pria maupun wanita (Sesso,

2008). Beilin juga mendukung pernyataan tersebut dengan menyebutkan

bahwa konsumsi alkohol yang rendah akan menurunkan risiko terjadinya

hipertensi (Beilin & dkk, 1996).

Hasil yang berbeda diperoleh oleh penelitian Anggraeny dkk

(2013) yang menyebutkan bahwa konsumsi alkohol bukan merupakan faktor

risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa konsumsi alkohol tidak

berpengaruh terhadap timbulnya penyakit hipertensi. Perbedaan tersebut

diduga terjadi karena responden yang diteliti pada kedua penelitian tersebut

bukan termasuk kepada peminum berat, yaitu peminum yang tidak

mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak.

2. Gigi Keropos

Selain penyakit hipertensi, penyakit yang dapat diakibatkan oleh

konsumsi tuak adalah gigi keropos. Konsumsi alkohol dapat merusak

Page 153: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

132

struktur gigi, hal tersebut sesuai dengan penelitian Touyz (2010) yang

menyebutkan bahwa alkohol akan menyebabkan kerusakan pada gigi,

kerusakan tersebut berupa erosi gigi, oklusal dan bruksisme.

Gigi keropos, yang biasa disebut sebagai erosi gigi merupakan

suatu proses hilangnya jaringan keras gigi yang bersifat irreversible

sebagai akibat dari proses kimiawi tanpa ada campur tangan bakteri atau

karena sebab yang belum diketahui (Pranani, 2008). Erosi gigi disebabkan

oleh kontak langsung berkelanjutan antara permukaan gigi dengan zat-zat

asam.

Penelitian Noviyanti (2014) membuktikan bahwa mengonsumsi

tuak dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya erosi gigi pada

peminumnya. Hal tersebut terjadi karena tuak memiliki pH 5,34 yang

berarti minuman tuak bersifat asam sehingga gigi mengalami

demineralisasi sebagai akibat dari suasana lingkungan mulut yang asam,

demineralisasi ini yang kemudian menyebabkan erosi gigi (Noviyanti,

2014).

3. Gangguan Pencernaan

Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) juga dapat

disebabkan oleh konsumsi tuak. Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau

penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Gangguan pencernaan yang

paling sering terjadi pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae adalah

maag.

Page 154: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

133

Maag dapat terjadi karena meningkatnya kadar asam klorida (HCl)

dalam lambung sehingga menyebabkan iritasi pada selaput lendir pada sisi-

sisi lambung. Menurut Avinash dkk (2011), minuman yang mengandung

alkohol, termasuk tuak, dapat dengan cepat merangsang sekresi asam

lambung dan mempercepat pengosongan lambung. Hal ini sesuai dengan

penjelasan dari Andyana (2012) yang menyatakan bahwa konsumsi

alkohol dapat meningkatkan sekresi asam lambung.

Penelitian Kaufman dan rekannya membuktikan bahwa konsumsi

alkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada

gastrointestinal, misalnya gastritis besar dan perdarahan pada duodenum

(Kaufman & dkk, 1995). Penelitian Rahma dkk (2013) menyatakan bahwa

konsumsi alkohol merupakan faktor risiko kejadian gastritis dimana

responden yang mengonsumsi alkohol berisiko 1,86 kali menderita

gastritis dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi alkohol.

Epilog

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsumsi

tuak secara berlebihan merupakan perilaku yang dapat meningkatkan risiko

masalah kesehatan. Berikut ini adalah jaring-jaring penyebab (web causation)

yang mendorong konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae:

Page 155: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

134

Pengetahuan

Sikap Kebiasaan

Keluarga

Peran Petugas

Kesehatan

Tradisi

Nilai-Nilai dan

Kepercayaan

Masyarakat

Konsumsi Tuak

Bagan 4. Web Causation Konsumsi Tuak Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae (MacMahon & Pugh, 1970)

Keterangan:

Skor variabel dihitung berdasarkan jumlah panah yang keluar,

dari kotak, setiap tanda panah ( ) diberikan skor 1

Page 156: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

135

Berdasarkan bagan di atas, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

mendorong konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae secara

berurutan berdasarkan besarnya pengaruh adalah nilai dan kepercayaan

masyarakat (skor = 6), tradisi konsumsi tuak (skor = 5), peran petugas

kesehatan (skor = 4), sikap (skor = 3), pengetahuan (skor = 2) dan kebiasaan

keluarga (skor = 1).

Faktor yang memberikan pengaruh paling besar adalah nilai dan

kepercayaan, dimana nilai dan kepercayaan masyarakat terhadap konsumsi

tuak akan mempengaruhi faktor lainnya, seperti tradisi, sikap, pengetahuan,

peran petugas kesehatan dan kebiasaan keluarga. Maka intervensi yang

dilakukan terhadap nilai dan kepercayaan masyarakat kemungkinan besar akan

lebih efektif dalam mengubah pola konsumsi tuak pada masyarakat Desa

Lumban Siagian Jae.

Setiap orang berhak untuk sehat, maka setiap orang sebaiknya juga

memelihara kesehatan dan faktor-faktor risiko agar terhindar dari penyakit,

salah satunya dengan mengurangi atau mengendalikan diri terhadap pola

konsumsi tuak atau minuman beralkohol lainnya. Tokoh masyarakat bersama

dengan petugas kesehatan sebaiknya mengadakan diskusi umum untuk

membahas konsumsi tuak pada masyarakat Batak Toba dari aspek agama,

tradisi dan dampaknya terhadap status kesehatan peminum.

Page 157: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

136

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis perilaku

konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar peminum tuak mengonsumsi tuak dengan jumlah yang

banyak yaitu lebih dari 500 mL (89,5%) dan telah meminum tuak selama

lebih dari 8 (delapan) tahun (82,9%).

2. Sebagian besar peminum tuak memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai tuak (64,5%).

3. Peminum tuak yang memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak lebih

banyak (69,7%) dari pada yang memiliki sikap positif.

4. Faktor tradisi konsumsi tuak menjadi salah satu faktor yang mendorong

munculnya perilaku konsumsi tuak. Sebesar 96,1% dari peminum tuak

menyatakan bahwa konsumsi tuak merupakan tradisi Masyarakat Suku

Batak Toba.

5. Faktor kepercayaan terhadap khasiat tuak merupakan faktor pendorong

dominan terhadap munculnya perilaku konsumsi tuak pada peminum tuak

karena sebagian besar peminum mempercayai khasiat tuak untuk

meringankan keletihan setelah bekerja.

6. Sebagian besar (76,2%) menyatakan bahwa keluarganya memiliki

kebiasaan mengonsumsi tuak. Pada dasarnya keluarga tidak memberikan

Page 158: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

137

dukungan kepada keturunannya untuk meminum tuak, akan tetapi karena

konsumsi tuak telah menjadi tradisi masyarakat dan dipercaya dapat

menyehatkan badan, maka para keluarga membiarkan keturunan mereka

untuk mengikuti kebiasaan mengonsumsi tuak.

7. Petugas kesehatan tidak melakukan penanggulangan secara holistik,

namun lebih cenderung kepada individu, yaitu dengan memberikan

konseling saat para peminum datang untuk berobat.

8. Tiga besar jenis keluhan kesehatan yang dirasakan oleh para peminum tuak

antara lain hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%) dan penyakit pada

saluran pencernaan (19,7%).

B. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut seputar tuak

dan dampaknya, misalnya penelitan untuk mengetahui hubungan

konsumsi tuak dengan hipertensi, gigi keropos dan gangguan saluran

cerna, atau penelitian untuk mengetahui faktor dominan yang mendorong

munculnya perilaku konsumsi tuak.

2. Bupati Tapanuli Utara sebaiknya lebih sering melakukan pertemuan

bersama masyarakat dan tokoh masyarakat sebagai salah satu upaya

pendekatan agar masyarakat lebih mudah menerima kebijakan mengenai

pengendalian perilaku konsumsi tuak yang akan dikeluarkan.

Page 159: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

138

3. Puskesmas bersama dengan bidan desa setempat secara aktif memberikan

informasi mengenai masalah kesehatan akibat mengonsumsi tuak kepada

kepala desa agar kemudian kepala desa dan jajarannya dapat mengadakan

musyawarah desa secara berkala, dengan tujuan untuk mempererat

komunikasi antara masyarakat dengan tokoh-tokoh masyarakat desa dan

membahas masalah konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae.

4. Petugas kesehatan sebaiknya menjalin kerjasama yang lebih baik dengan

tokoh agama dan para sesepuh di Desa Lumban Siagian Jae dalam

melakukan edukasi dan informasi mengenai dampak dan manfaat

konsumsi tuak secara komprehensif, dari sisi tradisi, agama dan

kesehatan.

5. Peminum tuak dapat lebih mawas diri dan mengendalikan perilaku

konsumsi tuak dengan adanya informasi penyakit-penyakit yang muncul

sebagai akibat dari konsumsi tuak secara berlebihan.

Page 160: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

139

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, P. 2012. Pengaruh Alkohol terhadap Kesehatan. Singaraja hal 19-23

Ajani, Umed A. 2000. Alcohol Consumption and Risk of Type 2 Diabetes Mellitus

Among US Male Physicians. Arch Intern Med Volume 160 April 2000 hal.

1025-1030

Anggraeny, Rini, dkk. 2013. Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok, dan

Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar

Aritonang, Baharuddin. 2007. Orang Batak Berpuasa. Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia

Artanti, Devi. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pare (Momordica charantia)

Terhadap Kadar Trigliserida Serum Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Diet

Tinggi Lemak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Asiah, M. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi Ibu Rumah Tangga di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala

Banda Aceh.

Avinash, Kaushik, dkk. 2011. Peptic Ulcer: A Review With Emphasis on Plants

from Cucurbetaceae Family With Antiulcer Potential. IJRAP Volume 2

Nomor 6 Hal. 1714-1716

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Sistem Informasi Rujukan Statistik: Keluhan

Kesehatan. diakses dari

http://sirusa.bps.go.id/sirusa2012/index.php?r=variabel/view&id=314

tanggal 8 Mei 2015 pukul 09.17 WIB

Beilin, L. J. & dkk. 1996. Alcohol and Hypertension: Kill or Cure. Journal of

Human Hypertension, Volume 10 hal 1-5

Page 161: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

140

BKKBN. 2011. Data Pemutakhiran Keluarga Batasan dan Pengertian MDK.

Diakses dari http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx tanggal 7

Mei 2015 pukul 09.06 WIB

Boangmanalu, J. 2008. Praeses Pdt. Cyrellus Simanjuntak: Pendidik, Misionaris

dan Motivator. Jakarta: Gunung Mulia

Bode, C. & Bode., C. J. 1997. Alcohol’s Role In Gastrointestinal Tract Disorders.

Alcohol Health and Research World, Volume 21.

Boyle, P. & dkk. 1990. Epidemiology of Mouth Cancer in 1989: a review. Journal

of the Royal Society of Medicine, November.Volume 83 hal. 724-730

BPOM RI. 2014. Topik Sajian Utama: Menilik Regulasi Minuman Beralkohol di

Indonesia. InfoPOM - Vol. 15 No. 3 Mei - Juni 2014

Bremner, Pamela, dkk. 2011. Young people, Alcohol and Influences. Joseph

Rowntree Foundation United Kingdom

Britton, A. & McKee, M. 2000. The relation between alcohol and cardiovascular

disease in Eastern Europe: explaining the paradox. Epidemiology

Community Health, Volume 54 hal. 328-332

Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC

Chenet, L. & dkk. 1998. Alcohol and cardiovascular mortality in Moscow; new

evidence of a causal association. British Medical Journal hal. 772–774

Christian Educational. 2009. Apa kata Alkitab tentang narkoba dan minuman

keras?. Diakses pada:

http://www.truthortradition.com/bahasa/modules.php?name=News&file=ar

ticle&sid=7 tanggal 11 April 2015 pukul 13.30

Page 162: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

141

Cwikel, Julie G. 2006. Social Epidemiology: Strategies for Public Health

Activism. NewYork: Columbia University Press

Dental Health Australia. Tobacco, alcohol &recreational drugs– how do they

affect oral health?

Depkes RI. 2009. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan

2007-2011

Dinata, G. S. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja Mengonsumsi

Minuman Keras. Sosiologique Jurnal Ilmu Sosiologi, Agustus.Volume 1.

Direktorat Jendral Bina Farmasi dan Klinis. 2006. Pharmaceutical Care. Untuk

Penyakit Hipertensi. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Departemen Kesehatan, Bakti Husada.

Edberg, Mark. 2013. Esential of Health, Culture and Diversity: Understanding

People, Reducing Disparities 1st Edition. USA: Jones and Bartlett Learning

Efendi, F. & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Emqi, Zahrah Humaidah. 2013. Belief pada Remaja Penyalahguna Alkohol. Jurnal

Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013

Faot, Nusin, dkk. 2010. Kajian Faktor Predisposisi Perilaku Mengonsumsi

Minuman Keras pada Masyarakat Desa Oelpuah Kabupaten Kupang Tahun

2010. MKM Volume 05 Nomor 01

Filus, Meyra, dkk. 2012. Gambaran Komunikasi dalam Keluarga Pada Remaja

Mengonsumsi Minuman Alkohol

Fadhilah, Dwi. 2012. Efek Minuman Tuak Terhadap Kekerasan Mikro Email Gigi

Manusia (Penelitian In Vitro). Universitas Hasanuddin Makassar

Geni, Wulan Sedhuwuring. 1999. Antologi Cerpen dan Puisi Daerah. Bogor:

PMB-LIPI

Page 163: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

142

Gerstman, B. B. 2003. Epidemiology Kept Smile: in Introduction to Classic and

Modern. Willey Liss. New Jersey

Green, Lawrence dan Marshall W. Kreuter. 2005. Health Program Planning: An

Educational and Ecological Approach 4th Edition. New York: McGraw-Hill

Companies, Inc

Gramenzi, A, dkk. 2006. Review Article: Alcoholic Liver Disease -

Pathophysiological Aspects and Risk Factors. Alimentary Pharmchology and

Therapeutic Volume 24 pp. 1151–1161

Hadi, Sujono. 2002. Ulkus Peptikum (Tukak Peptik). Gastroenterology Edisi 7 hal.

204-247

Halim, Hendry dkk. 2006. Pemberian Alkohol Peroral Secara Kronis Menurunkan

Kepadatan Sel Granula Cerebellum pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus)

Jantan Dewasa. Jurnal Anatomi Indonesia Volume 01 Agustus hal. 19-24

Handayani, Rini Sasanti, dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan

Perilaku Anak dan Remaja dengan Status Ekonomi Marginal yang

Mengonsumsi Minuman Keras. Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan

Haryanti, P. & dkk. 2012. Aplikasi Pengawet Alami Nira Kelapa Bentuk Serbuk

Berbahan Sirih Hijau terhadap Sifat Fisik dan Kimia Gula Kelapa. Jurnal

Pembangunan Pedesaan, Desember.Volume 12.

Hasanbasri, Mubasysyir. 2012. Pengajaran Epidemiologi Sosial dan Social

Determinant of Diseases di Program MPH Universitas Gadjah Mada. Konas

JEN Solo 6-8 November 2012

Hassan, M. M. & dkk. 2002. Risk Factors for Hepatocellular Carcinoma:

Synergism of Alcohol With Viral Hepatitis and Diabetes Mellitus.

Hepatology, Volume XX hal. 1206-1213

Haugtvedt, C. P. & dkk. 2004. Resistance and Persuasion. London: Lawrence

Erlbaum Associates, Inc..

Page 164: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

143

Hayden, Joanna. 2014. Introduction to Health Behavior Theory: 2nd Edition.

USA: Jones and Bartlett Learning

Ikegami, S. 1997. Tuak dalam Masyarakat Batak Toba: Laporan Singkat tentang

Aspek Sosial-budaya Penggunaan Nira. Annual Report of the University of

Shizuoka, Hamamatsu College.

Ilyas, S. 2013. Evaluasi Kualitas Spermatozoa Dan Jumlah Turunan Mencit (Mus

musculus L.) (F1) Setelah Pemberian Tuak. Prosiding Semirata FMIPA

Universitas Lampung.

Imelda, Sandra. 2010. Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku

Kesehatan Masyarakat Menuju Paradigma Sehat: Suatu Studi di Kota

Padang. Tesis: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Indraprasti, Devinthia dan Mira Aliza Rachmawati. 2008. Hubungan Antara

Kontrol Diri dengan Perilaku Minum-Minuman Keras pada Remaja Laki-

Laki. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Yogyakarta

Institute of Alcohol Studies. 2013. Alcohol consumption Factsheet

Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat Bungo

Tanjung Sumatera Barat. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Isidora KS, dkk. 2003. Hubungan antara BBR dengan SGOT Peminum Tuak yang

Menderita SAR (Penelitian Pendahuluan). Dentofasial

Iskandar, Y. 2012. Penentuan Konsentrasi Alkohol dalam Tapai Ketan Hitam

Secara Piknometri Berdasarkan Lama Waktu Fermentasi

Jernigan, David. 2001. Global Status Report: Alcohol and Young People. Geneva:

WHO

Johannes dan Taufik Diya. 2012. Peran Faktor Psikologis Terhadap Keputusan

Investasi Produk Mulia Pada PT.Pegadaian (Persero) di Kota Jambi. Digest

Marketing Vol.1 No.3 Juli-September 2012 hal. 210-219

Page 165: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

144

Kao, W. L. & dkk. 2002. Alcohol Consumption and the Risk of Type 2 Diabetes

Mellitus. American Journal of Epidemiology, Volume 154 hal. 748-757

Kaufman, K. & dkk. 1995. Alcohol consumption and the risk of major upper

gastrointestinal bleeding. The American Journal of Gastroenterology.

Keil, U. & dkk. 1997. The Relation of Alcohol Intake to Coronary Heart Disease

and All-Cause Mortality in a Beer Drinking Population. Epidemiology

Resources Volume 8 nomor 2 hal. 150-156

Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Daerah

Khairiyah, N. 2013. Dampak Psikologis Minuman Keras pada Remaja (Suatu

Kajian di Dusun Talung Pemesun Kec. Jujuhan Kab. Bungo Prov. Jambi).

Khomsan, Ali dkk. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Ibu Peserta

Posyandu. Jurnal Gizi Pangan Maret 2009 Volume 4 Nomor 1 Hal. 33 – 41

Kurniawati, Dyah Esti, dkk. 2010. Gambaran Skrining Keterlibatan Penggunaan

Alkohol, Rokok dan Zat Adiktif pada Mahasiswa D3 Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 26, No. 2, Juni

2010 Hal. 90 - 99

Kusumadewi, S. & dkk. 2011. Hubungan antara Dukungan Social Peer Group

dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan terhadap Peraturan pada Remaja Putri

di Pondok Modern Islam Assalam Sukoharjo.

Lianto. 2013. Aktualisasi Teori Hierarki Kebutuhan Abraham H. Maslow Bagi

Peningkatan Kinerja Individu dalam Organisasi

Lindsay, N. J. 2005. Toward a Culture Model of Indigenous Entrepreneurial

Attitude. Academy of Marketing Science Review, Volume 05.

Lumban Gaol, N. & Husin, D. 2013. Dilema Pemberantasan Minuman Keras

Terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Batak Toba (Studi Kasus di Desa

Page 166: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

145

Ria-Ria Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan). Jurnal

Citizenship hal 101-121

Maas, Linda T. 2004. Kesehatan Ibu dan Anak: Persepsi Budaya dan Dampak

Kesehatannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

MacMahon, B dan Pugh TF. 1970. Epidemiology: Principles and Methods.

Boston: Little Brown

Mae, Indra J. 2012. Minuman Alkohol Tradisional Sulawesi Selatan. Diakses dari

http://www.kabarkami.com/minuman-alkohol-tradisional-sulawesi-

selatan.html tanggal 3 Juni 2015 pukul 12.25 WIB

Maher, Jacquelyn. 1997. Exploring Alcohol’s Effects on Liver Function. Alcohol

Health & Research World Vol. 21, No. 1, 1997 pp. 5-12

Mahkamah Agung. 2012. Putusan 42 P/HUM/2012

Marzuki. 2011. Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa dalam Perspektif Islam.

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Maulana, H. D. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Mendari, Anastasia Sri. 2010. Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. Widya Warta No. 01 Tahun

XXXIV / Januari 2010 ISSN 0854-1981 Hal. 82-91

Muku, I. D. M. K. & Sukadana, I. G. K. 2009. Pengaruh Rasio Kompresi terhadap

Unjuk Kerja Mesin Empat Langkah Menggunakan Arak Bali sebagai Bahan

Bakar. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakra M, April.Volume 3 hal. 26-32

Murti, Bisma. 2009. Determinan Sosio-Ekonomi, Modal Sosial dan Implikasinya

Bagi Kesehatan Masyarakat. Universitas Sebelas Maret

National Single Window (NSW), Department of Education and Communities.

2012. Alcohol: Celebrations and Supply, Information for Parents

Page 167: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

146

NHS United Kingdom. 2008. Alcohol Units: A Brief Guide

Noorkasiani & dkk, 2007. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Noviyanti, Rizki. 2014. Pengaruh Konsumsi Minuman Tuak Terhadap Erosi Gigi

di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang. Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin Makassar

Nuryanti, Erni. 2013. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk di Masyarakat.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 9 No 1 Hal. 15-23

Oroh, Diyan N, dkk. 2013. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Konsumsi

Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik Umum di

Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2013 Tentang

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol

Pickett, G. & Hanlon, J. J. 2008. Kesehatan Masyarakat: Administrasi dan

Praktik. 9 ed. Jakarta: EGC.

Pranani, Dyah. 2008. Pengaruh Paparan Uap Belerang Terhadap Kejadian Erosi

Gigi: Studi pada Pekerja Tambang Belerang di Gunung Ijen Kabupaten

Banyuwangi Jawa Timur. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Pratama, Verdian Nendra Dimas. 2013. Perilaku Remaja Penguna Minuman

Keras di Desa Jatigono Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang. Jurnal

Promkes Volume 1 Nomor 2 Hal. 145-152

Pronko, P. & dkk. 2002. Effect of Chronic Alcohol Consumption on The Ethanol

and Acetaldehyde-Metabolzing System in The Rat Gastrointestinal Tract.

Alcohol and Alcoholism Volume 37 no. 3 hal. 159–166

Purwatiningsih, Rahayu. 2008. Persepsi Masyarakat terhadap Peranan

Puskesmas. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta hal. 3-4

Page 168: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

147

Radwan, M. Farouk. 2015. Belief and the System Belief: How beliefs affect

behavior. diakses dari

http://www.2knowmyself.com/how_beliefs_affect_behavior tanggal 4 Mei

2015 pukul 21:11 WIB

Rahma, Mawaddah dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa

Rahmadi, Dedi. 2010. Penyakit Ginjal Kronik. Departemen Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung

Rahmah, Firstyana Ulya. 2013. Peranan Keluarga dalam Pembentukan Perilaku

dan Perkembangan Emosi Anak Serta Relevansinya Terhadap Nilai-Nilai

Pendidikan Islam. Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Retor, Sisilya Truly. 2014. Analisis Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, Keyakinan

Dan Sikap Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT. Conbloc Indonesia

Surya Manado. Jurnal EMBA Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 664-675

Rimm, E. 2000. Alcohol and Cardiovasculasr Disease. Department of Nutrition.

Harvard School of Public Health.

Rimm, E. B. & dkk. 1994. Prospective study of cigarette smoking, alcohol use,

and the risk of diabetes in men. British Medical Journal

http://www.bmj.com/content/310/6979/555

Rothman, K. & Keller, A. 1972. The Effect of Joint Exposure to Alcohol and

Tobacco on Risk of Cancer of The Mouth and Pharynx. Journal of Chronic

Disease, March.Volume 25 hal. 711-716

Ruslan. 2013. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Persepsi Terhadap Perilaku

Pencarian Pengobatan Penderita Kusta Pada Fasilitas Kesehatan di

Kabupaten Bima. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Page 169: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

148

Salakory, Natalsya M. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang

Mengonsumsi Alkohol dengan Tindakan Konsumsi Minuman Beralkohol

Pada Nelayan di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota

Manado

Samiasih, Asih dan Nanad Triyunadi Putra. 2010. Dukungan Keluarga Terhadap

Perilaku Miras Remaja Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Sragen

Saskara, Pande Made Aditya dan Suryadarma. 2013. Laporan Kasus: Sirosis

Hepatis. Bagian/Smf Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana Denpasar

Saunders, J. 1987. Alcohol: an Important cause of Hypertension. British Medical

Journal, April hal. 1045-1046

SDKI. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja

Sesso, H. D. 2008. Alcohol Consumption and the Risk of Hypertension in Women

and Men. American Heart Association, Inc. hal. 1080-1087

Setiawan, Bambang dan Eko Suhartono. 2007. Peroksidasi Lipid dan Penyakit

Terkait Stres Oksidatif pada Bayi Prematur. Majalah Kedokteran Indonesia,

Volume 57 Nomor 1

Setiawan, Ebta. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Online. Diakses dari

http://kbbi.web.id/tradisi tanggal 15 Februari 2015 pukul 16.58 WIB

Setiawan, H. K. 2013. Aspek Persepsi Masyarakat Mengonsumsi Minuman Lokal

“Sopi” Di Kabupaten Maluku Tengah Kecamatan Kota Masohi Kelurahan

Namaelo Maluku Tengah.

Shankar, A. & dkk. 2006. The Association among Smoking, Heavy Drinking, and

Chronic Kidney Disease. American Journal of Epidemiology, Volume 164

hal. 263–271

Page 170: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

149

Shinya, Hiromi. 2008. The Miracle of Enzyme: Self-Heal Program. Bandung: PT

Mizan Pustaka

Siagian, L.D. 1990. Turi-turian Ni Halak Batak. Medan: Linggom

Simamora, B. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia.

Simbolon, Parakitri T. 1999. Pesona Bahasa Nusantara Menjelang Abad Ke-21.

Jakarta: LIPI, Kepustakaan Populer Gramedia dan The Ford Foundation

Sinda, F. & Len. 2003. Peranan Kulit Kayu Buli Sonneratia sp. dalam Fermentasi

Nira Aren Menjadi Minuman Beralkohol. Marina Chimica Acta,

April.Volume 1.

Siswendi, Agnes. 2014. Perilaku Meminum-Minuman Keras di Kalangan Remaja

di Kelurahan Sungai Salak Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir.

Jom Fisip Volume 1 No.2 Oktober 2014

Situmorang, Junihar. 2008. Youtube: Lisoi. Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=wKdDqpnmq6o diakses tanggal 26 april

2015 pukul 21.00 WIB

Stacy, Alan W, dkk. 1994. Attitudes and Health Behavior in Diverse Populations:

Drunk Driving, Alcohol Use, Binge Eating, Marijuana Use, and Cigarette

Use. The American Psychological Association, Inc. and the Division of

Health Psychology Vol. 13, No. 1 p. 73-85

Sudarma, M., 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta:Salemba Medika.

Suhardi. 2011. Preferensi Peminum Alkohol di Indonesia Berdasarkan Riskesdas

Tahun 2007. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 39 nomor 4 hal. 154 – 164

Sumarlin, Rahayu. 2009. Perilaku Konformitas Pada Remaja Yang Berada di

Lingkungan Peminum Alkohol

Page 171: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

150

Supiyah, dkk. 2012. Pengaruh Pengetahuan Ibu, Paparan Media, Peran Petugas

Kesehatan dan Dukungan Keluarga Terdekat Terhadap Pemberian ASI

Eksklusif di Wilayah Kecamatan Metro Selatan Kota Metro Tahun 2012.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Lampung

Suryoputro, Antono. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Seksualremaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan

Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Makara, Kesehatan, Vol. 10,

No. 1, Juni 2006 hal. 29-40

Teo, Albert S. T., dkk. 2011. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil (VCO)

Terhadap Kadar Trigliserida Penderita Diabetes Melitus di BLU RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado

Tinambunan, Djapiter dan Rayendra Lumban Toruan. 2010. Orang Batak Kasar?:

Membangun Citra dan karakter. Elex Media Komputindo: Jakarta

Touyz, L. Z. G. 2010. Dental Erosion and GORD-Gastro Esophageal Reflux

Disorder. International Dentistry, Volume 12 hal. 18-26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga

Kesehatan

Utina, S. S. 2011. Alkohol dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental.

WHO. 2014. Global Status Report on Alcohol and Health. Switzerland: L’IV Com

Sàrl, Villars-sous-Yens

WHO. 2015. Diabetes mellitus. Diakses dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs138/en/ pada tanggal 14

Februari 2015 pukul 23.01 WIB

WHO. 2015. Health Topic: Epidemiology. diakses dari:

http://www.who.int/topics/epidemiology/en/ tanggal 26 Juni 2015 pukul

11.16 WIB

Page 172: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

151

Wiers, R. & dkk. 2002. Implicit and Explicit Alcohol-Related Cognitions in Heavy

and Light Drinkers. Journal of Abnormal Psychology 2002, Vol. 111, No. 4

p. 648–658

Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. 2013. Pandangan Alkitab:

Alkohol- Salahkah minum minuman beralkohol?. Diakses dari:

http://www.jw.org/id/publikasi/majalah/g201308/salahkah-minum-

minuman-beralkohol/ tanggal 11 April 2015 pukul 13.45

Yamagata, K. & dkk. 2007. Risk factors for chronic kidney disease in a

community-based population: a 10-year follow-up study. International

Society of Nephrology hal. 159–166

Page 173: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

152

LAMPIRAN

Page 174: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

153

Lampiran 2

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM

TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA

KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA

Saya, Sukma Mardiyah Panggabean, selaku mahasiswi semester VII (tujuh) Program

Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian

dengan judul sebagaimana yang tertera di atas. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui pola

dan faktor-faktor yang mendukung munculnya perilaku konsumsi tuak pada peminum tuak di

Desa Lumban Siagian Jae. Kuesioner ini dibagikan agar diisi untuk menyelesaikan studi strata-

1 Kesehatan Masyarakat.

Saya memohon kesediaan Saudara menjadi responden dalam penelitian ini.

Adapun pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat privasi sehingga mungkin dapat

mengganggu kenyamanan saudara, untuk itu saya memohon maaf sebesar-besarnya.

Semua informasi yang Saudara berikan terjamin kerahasiannya. Kejujuran Saudara dalam

menjawab setiap pertanyaan sangat diharapkan demi kevalidan dan kebenaran data. Jika

hendak mememberikan komplain atau mengundurkan diri dari proses penelitian ini,

silahkan hubungi ke nomor 085763099815 (Sukma Mardiyah).

Setelah saudara membaca maksud dan tahapan penelitian di atas, maka saya

mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini sebagai persetujuan. Demikian

lembar persetujuan ini, atas perhatian dan kerjasama saudara, saya ucapkan terimakasih.

No Responden

(Diisi oleh Peneliti)

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah

disediakan dibawah ini dengan sadar tanpa paksaan.

Lumban Siagian, ............................ 2015

Peneliti Responden

( Sukma Mardiyah Panggabean) ( .......................................)

Page 175: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

154

A. Identitas

No Pertanyaan Skor (diisi oleh peneliti)

A1 Nama

A2 Alamat

A3 Tanggal Lahir

A4 Pekerjaan 1. Tidak bekerja

2. Pegawai negeri

3. Pegawai swasta

4. Petani

5. Buruh/Kuli Bangunan

6. Lainnya..........

A5 Pendidikan 1. Tidak sekolah

2. SD

3. SLTP

4. SMA

5. Diploma (D1/D2/D3)

6. Sarjana (S1/S2/S3)

A6 Status Pernikahan 1. Menikah

2. Belum Menikah

3. Cerai hidup

4. Cerai mati

A7 Jika sudah menikah, berapa

jumlah anak anda?

................ orang

A. Pengetahuan

No. Pertanyaan Skor (diisi

oleh peneliti)

B1.

Apa yang bapak ketahui tentang minuman keras?

a. Minuman yang memiliki zat-zat kimia yang keras

b. Minuman yang memberikan efek kesenangan pada peminumnya

c. Minuman yang memabukkan dan akan membahayakan kesehatan jika

dikonsumsi secara berlebihan

d. Minuman yang meningkatkan semangat bagi peminumnya

B2. Apa yang bapak ketahui tentang tuak?

Page 176: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

155

a. Salah satu minuman keras

b. Minuman yang menyebabkan kecanduan

c. Minuman yang diproses oleh bakteri

d. Semua benar

B3.

Apakah minuman tuak mengandung alkohol?

a. Iya

b. Tidak

B4.

Apa dampak kejiwaan dari minum tuak? (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Hilang kesadaran

2. Lupa ingatan

3. Kecanduan

4. Perubahan emosi

B5.

Apa manfaat meminum tuak?

a. Untuk meningkatkan semangat dan tidak mengantuk saat bekerja

b. Untuk menurunkan tekanan darah

c. Untuk mencegah munculnya penyakit diabetes melitus (kencing manis)

d. Manfaat tidak tertera pada ketiga pilihan di atas

B6.

Penyakit apa yang dapat disebabkan oleh konsumsi tuak secara berlebihan dan

jangka waktu lama? (jawaban boleh lebih dari satu)

1. Darah tinggi

2. Demam Berdarah

3. Gigi Keropos

4. Maag

B. Sikap

No. Pernyataan Sikap Skor (diisi

oleh peneliti)

C1. Konsumsi tuak dilarang

0. Sangat tidak

setuju

1. Tidak setuju

2. Setuju

3. Sedikit setuju

4. Sangat Setuju

C2. Jual beli tuak dilarang 0. Sangat tidak

setuju

Page 177: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

156

1. Tidak setuju

2. Setuju

3. Sedikit setuju

4. Sangat Setuju

C3. Harga tuak semakin naik

0. Sangat tidak

setuju

1. Tidak setuju

2. Setuju

3. Sedikit setuju

4. Sangat Setuju

C4. Bapak A mengajak temannya untuk meminum tuak

0. Sangat setuju

1. Setuju

2. Sedikit Setuju

3. Tidak setuju

4. Sangat tidak

setuju

C5.

Hasil pemeriksaan dokter, Tuan B menderita penyakit

hipertensi yang muncul sejak meminum tuak. Meskipun dia

telah mengidap penyakit hipertensi, dia tetap meminum tuak

0. Sangat setuju

1. Setuju

2. Sedikit Setuju

3. Tidak setuju

4. Sangat tidak

setuju

C6.

Hasil pemeriksaan dokter, Tuan B menderita penyakit

hipertensi yang muncul sejak meminum tuak. Meskipun

mengetahui hal itu, bapak masih tetap mengonsumsi tuak

0. Sangat setuju

1. Setuju

2. Sedikit Setuju

3. Tidak setuju

4. Sangat tidak

setuju

C7. Bapak akan tetap mengonsumsi tuak walaupun harganya

mahal

0. Sangat setuju

1. Setuju

2. Sedikit Setuju

3. Tidak setuju

4. Sangat tidak

setuju

Page 178: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

157

C8 Bapak akan mengajak teman bapak untuk mengonsumsi

tuak

0. Sangat setuju

1. Setuju

2. Sedikit Setuju

3. Tidak setuju

4. Sangat tidak

setuju

C9 Keturunan (anak/cucu) bapak mengonsumsi tuak

0. Sangat setuju

1. Setuju

2. Sedikit Setuju

3. Tidak setuju

4. Sangat tidak

setuju

C10

Bapak akan tetap mencari warung untuk

membeli/mengonsumsi tuak jika di sekitar bapak tidak ada

warung tuak

0. Sangat setuju

1. Setuju

2. Sedikit Setuju

3. Tidak setuju

4. Sangat tidak

setuju

C. Perilaku

No. Pertanyaan

Skor (diisi

oleh

peneliti)

D1. Pada usia berapa bapak mulai mengonsumsi tuak?

.............................. tahun

D2.

Berapa gelas tuak bapak minum per harinya? (rata-rata)*

1. Gelas A=............. gelas

2. Gelas B=............. gelas

3. Gelas C=............. gelas

4. Gelas D=............. gelas

5. Gelas E=..............gelas

D3.

Kapan saja bapak meminum tuak? (Jawaban boleh lebih dari satu)

1. Pagi

2. Siang

3. Sore

4. Malam

Page 179: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

158

D4.

Apa alasan bapak mengonsumsi tuak? (boleh menjawab lebih dari satu)

1. Melepaskan beban/masalah

2. Mempererat persaudaraan dan pergaulan

3. Sudah menjadi budaya

4. Coba-coba

5. Ingin terlihat jantan

6. Lainnya.....

D5.

Menurut bapak, apakah meminum tuak merupakan tradisi kental Masyarakat

Batak Toba?

1. Ya

2. Tidak

D6.

Apakah bapak yakin bahwa tuak akan memberikan dampak positif bagi bapak?

1. Ya

2. Tidak

Jika ya, dampak positif apa yang bapak yakini?

D7.

Siapa yang mengajak bapak untuk mengonsumsi tuak? (pilih yang paling

berpengaruh)

1. Teman sepergaulan

2. Keluarga, sebutkan (ayah/ibu/adik/kakak/kakek/nenek/lainnya)

3. Kemauan sendiri

D8.

Apakah bapak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengonsumsi tuak?

1. Ya

2. Tidak

3. Tidak ada respon keluarga

D9

Apakah keluarga bapak memiliki kebiasaan meminum tuak?

1. Ya

2. Tidak

D10.

Apakah bapak merasa didukung oleh petugas kesehatan untuk mengonsumsi

tuak?

1. Ya

2. Tidak

3. Tidak ada respon

D11.

Apakah terdapat dampak (penyakit) yang bapak rasakan selama menjadi

peminum tuak?

1. Ya

2. Tidak (lanjut ke D6)

D11-

1

Penyakit apa yang muncul? (Jawaban boleh lebih dari satu)

1. Darah Tinggi

2. Kencing manis

3. Gigi keropos

4. Sering sariawan/panas dalam

5. Penyakit ginjal

6. Infeksi saluran nafas (seperti batuk-batuk dalam waktu yang lama)

7. Infeksi saluran cerna (seperti maag, kram perut)

Page 180: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

159

8. Penyakit pada paru

9. Lainnya...

D12 Berapa uang yang bapak keluarkan setiap hari untuk meminum mengonsumsi

tuak? Rp ...................

*Gelas ditunjukkan kepada responden:

Gelas A Gelas B Gelas D Gelas C Gelas E

Page 181: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

160

Lampiran 3

PANDUAN WAWANCARA

ANALISIS PERILAKU KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK

DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA

KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015

Tradisi dan Budaya Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi

Tuak

No. Pertanyaan

Tokoh Masyarakat (Haposan Panggabean)

1. Bagaimana pendapat abang mengenai konsumsi tuak?

2. Coba abang ceritakan mengenai asal usul tuak di Tanah Batak.

Probing:

a. Benarkah budaya manuan ompu-ompu itu menggunakan air tuak untuk

menyiram tanamannya?

b. Benarkah tuak digunakan untuk menjamu tamu-tamu?

c. Jadi menurut abang, apakah kebiasaan raja-raja terdahulu menjadi

contoh bagi masyarakat sekarang?

3. Bagaimana kaitan tradisi dan budaya masyarakat Batak Toba dengan minum tuak.

Masyarakat (Dohar Pasaribu)

1. Bagaimana pendapat abang mengenai konsumsi tuak?

2. Coba abang ceritakan mengenai asal usul tuak di Tanah Batak.

Probing:

a. Mengapa sekarang jamuan bagi tamu tidak dengan tuak?

3. Bagaimana kaitan tradisi dan budaya masyarakat Batak Toba dengan minum tuak.

Page 182: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

161

Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi Tuak

No. Pertanyaan

Tokoh Masyarakat (Haposan Panggabean)

1 Bagaimana menurut abang sudut pandang masyarakat Batak Toba terhadap

minum tuak?

2 Bagaimana pendapat abang mengenai kepercayaan terhadap khasiat tuak?

3 Coba abang jelaskan mengapa masyarakat yakin dan percaya terhadap khasiat

tuak tersebut

Probing:

Bagaimana jika mereka tidak minum tuak dalam sehari? Apakah ada perbedaan atau

biasa saja?

Masyarakat (Dohar Pasaribu)

1. Bagaimana menurut abang sudut pandang masyarakat Batak Toba terhadap

minum tuak?

2. Bagaimana pendapat abang mengenai kepercayaan terhadap khasiat tuak?

3. Coba abang jelaskan mengapa masyarakat yakin dan percaya terhadap khasiat

tuak tersebut

Probing:

Mengapa masyarakat harus minum tuak?

Page 183: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

162

Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Perilaku Konsumsi Tuak

No. Pertanyaan

Kepala Puskesmas (Betty A. Sihombing)

1 Bagaimana pendapat ibu mengenai banyaknya masyarakat Desa Lumban Siagian

Jae mengonsumsi tuak?

2 Menurut ibu, bagaimana selama ini peran petugas kesehatan terkait konsumsi tuak

di masyarakat Desa Lumban Siagian Jae?

Probing:

a. Bagaimana dukungan dari Pemerintah Kabupaten dalam mengatasi

konsumsi tuak?

b. Sejak kapan peraturan tersebut akan diterapkan?

c. Adakah dukungan dari petugas kesehatan untuk mengatasi perilaku

konsumsi tuak?

d. Apakah promosi tersebut bersifat melarang?

3 Coba ceritakan mengenai tindakan intervensi apa saja yang telah dilakukan dalam

mengatasi perilaku konsumsi tuak.

4 Coba anda ceritakan mengenai penyakit yang sering muncul di Desa Lumban

Siagian Jae dan diasumsikan sebagai penyakit akibat konsumsi tuak.

Bidan Desa Lumban Siagian Jae (Oktarina Tampubolon)

1 Bagaimana pendapat ibu mengenai banyaknya masyarakat Desa Lumban Siagian

Jae mengonsumsi tuak?

2 Menurut ibu, bagaimana selama ini peran petugas kesehatan terkait konsumsi tuak

di masyarakat Desa Lumban Siagian Jae?

3 Coba ceritakan mengenai tindakan intervensi apa saja yang telah dilakukan

dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak.

Probing:

Apakah pernah dilakukan penyuluhan ke masyarakat?

Bagaimana solusi yang tepat menangani perilaku ini, menurut kakak?

4 Coba anda ceritakan mengenai penyakit yang sering muncul di Desa Lumban

Siagian Jae dan diasumsikan sebagai penyakit akibat konsumsi tuak.

Page 184: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

163

Kebiasaan Keluarga Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Mengonsumsi Tuak

No. Pertanyaan

Ibu Rumah Tangga (Lorita Sitompul)

1 Coba inang ceritakan bagaimana kebiasaan keluarga inang minum tuak.

Probing:

Siapa saja yang minum tuak di keluarga inang?

Apakah jumlah tuak yang diminum banyak?

Kapan saja minum tuak tersebut?

2 Sudah berapa lama keluarga inang terbiasa minum tuak.

Probing:

Saat itu, apakah inang sudah menikah?

3 Bagaimana pendapat inang tentang peran keluarga dalam mengendalikan perilaku

kesehatan seseorang?

Probing:

Apakah pernah menekankan pola konsumsi, misalnya menekan jumlah konsumsi tuak

kepada keluarga?

4 Coba ceritakan dampak yang pernah terjadi di keluarga inang akibat konsumsi tuak.

Ibu Rumah Tangga (Martha Sinaga)

1. Coba inang ceritakan bagaimana kebiasaan keluarga inang minum tuak.

Probing:

Apakah jumlah tuak yang diminum banyak?

Siapa saja yang minum tuak di keluarga kakak?

2. Sudah berapa lama keluarga inang terbiasa minum tuak.

Probing:

Anak kakak yang paling kecil umur berapa kak?

Jadi menurut kakak, kalau anak yang masih di bawah umur masih belum boleh minum

tuak?

3. Bagaimana pendapat inang tentang peran keluarga dalam mengendalikan perilaku

kesehatan seseorang?

Probing:

Apakah kakak pernah melarang keluarga kakak minum tuak?

4. Coba ceritakan dampak yang pernah terjadi di keluarga inang akibat konsumsi tuak.

Page 185: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

164

Lampiran 4

PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN

Kegiatan ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa

Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan

faktor-faktor yang mendorong munculnya perilaku konsumsi tuak pada peminum

tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli

Utara Sumatera Utara tahun 2015.

Kegiatan pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan

menggunakan panduan wawancara kepada informasi mengenai faktor-faktor yang

mendorong perilaku konsumsi tuak, antara lain tradisi dan budaya, kepercayaan,

kebiasaan keluarga dan peran petugas kesehatan. Oleh karena itu, kami berharap

Bapak/Ibu bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Page 186: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

165

Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada

penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai peserta penelitian.

Nama Informan :

Usia :

Tanda Tangan : ______________ Tanggal: ......................................

Jam :

Nama Peneliti : Sukma Mardiyah Panggabean

Tanda Tangan : ______________ Tanggal: …………………………

Jam :

CP: Sukma Mardiyah Panggabean

Handphone: 0857 6309 9815

Page 187: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

166

Lampiran 5

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

Tradisi dan Budaya Masyarakat

1 Bagaimana pendapat bapak mengenai

minum tuak?

Minum tuak itu ya sudah jadi kebiasaan disini,

cuma enggak tahu ya, kalau tumbuhannya kan

bisa tunbuh di seluruh Indonesia. Bukan hanya

disini mungkin di Sulawesi juga ada kan.

Tuak itu minuman tradisional orang Batak.

Jadi ya sewajarnya orang Batak minum

kan. Kalau menurut aku ya setuju aja,

karena memang tuak ini kan bisa

menyembuhkan penyakit.

2 Coba Bapak ceritakan mengenai asal usul

tuak di Tanah Batak.

Dulu ada cerita begini, tapi ini cuma mitos ya.

Dulu ada perempuan Boru Sitompul yang

dijdohkan dengan laki-laki, tapi si Boru

Sitompul ini enggak suka dia. Nah, karena itu,

dia kabur dari rumah terus nangis dan berdiam

diri dia di suatu tempat dan jadi pohon enau. Air

dari pohon enau ini, itulah air nira itu, disebut

Enggak tahu banyak. Yang penting dari

zaman dulu, tuak ini sudah dijadikan

sebagai minuman untuk menjamu tamu.

Kalau orang datang, minumnya dikasih

tuak, iya karena memang katanya tuak ini

minuman yang membuat badan sehat, jadi

obrolan-obrolan kita itu makin enak.

Page 188: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

167

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

dari air mata si Boru Sitompul itu tadi, makanya

orang-orang banyak yang meminumnya.

Kalau sekarang, kenapa tidak pakai tuak?

Oh, enggak. Karena sekarang kan zaman

sudah berganti, dari yang tradisional

kepada yang modern. Orang-orang

sekarang lebih menikmati yang namanya

teh dan kopi. Makanya tuak sekarang cuma

diminum di lapo-lapo saja.

3 Bagaimana kaitan tradisi dan budaya

masyarakat Batak Toba dengan konsumsi

tuak.

Jelas ada, dari dulu sudah dilakukan itu minum

tuak oleh oppung kita. Tidak mungkin kita

melakukan hal-hal yang sudah jadi kebiasaan

sampai sekarang tanpa ada dorongan dari masa

lalu, iya kan.

Tradisi ya, ada kaitannya pasti. Kalau

disini, tuak itu memang rada-rada sudah

mendarah daging. Dari dulu itu sudah jadi

minuman yang diistimewakan seperti itu.

Pernah dengar tuak natonggi? Tuak

natonggi itu artinya tuak yang manis, yang

langsung diambil dari Pohon Bagot itu, itu

dulu dijadikan jadi minuman untuk tamu.

Kalau sekarang karena udah musnah

tradisi seperti itu, ya selalu diuangkanlah,

diganti jadi uang kan.

Tuak natonggi itu sekarang bahkan sampai

jadi istilah dalam masyarakat. Istilahnya

Benarkah budaya manuan ompu-ompu itu

menggunakan air tuak untuk menyiram

tanamannya?

Oh enggak, itu pakai air biasa, bukan pakai

tuak.

Kalau untuk menjamu tamu-tamu?

Iya, itu pakai tuak. Kalau upacara adat, kayak

pesta pernikahan, itu juga sebenarnya menjamu

Page 189: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

168

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

undangan itu pakai tuak, tapi karena nggak bisa

jadinya dibayar pakai uang saja.

Dulu para raja juga kalau sedang kumpul atau

musyawarah di Sopo Partungkoan selalu sambil

minum tuak, makan Pisang Sitanduk juga.

begini, kalau anak saudara datang ke

rumah kita, saat dia akan pulang kan pasti

kita kasih uang kantongnya, apa kita

bilang, “Inilah, nak, untuk beli rokok.

Inilah, nak, sedikit, untuk beli bedak”, kan

gitu. Kalau tuak natonggi juga begitu,

“Inilah, inang, untuk beli tuak natonggi di

perjalanan”, walaupun sebenarnnya uang

itu bukan untuk beli tuak natonggi. Jadi

sudah seperti istilah baku, untuk sekedar

basa basi.

Jadi menurut Bapak, apakah kebiasaan itu

yang menjadi contoh bagi masyarakat

sekarang?

Menurut saya iya, tapi kalau sekarang orang-

orang meminum tuak bukan waktu musyawarah

saja, tapi waktu santai sama kawan-kawan juga

dengan tuak kan.

Kepercayaan Masyarakat

1 Bagaimana sudut pandang masyarakat

Batak Toba terhadap tuak?

Orang-orang sini melihat tuak itu sebagai

minuman sehari-hari. Tapi diminum bukan tiap

saat, biasanya minum pas waktu sore sampai

malam.

Gimana ya aku bilang ya, kalau disini tuak

itu seperti pelengkaplah. Kalau buah kan

makannya habis makan. Tuak ini pun gitu,

diminum jadi seperti pelengkap makannya

aja gitu.

2 Bagaimana pendapat Bapak mengenai

kepercayaan terhadap khasiat tuak?

Memang kan tuak ini dianggap sebagai obat.

Karena dari dulu nenek-nenek kita sudah

Kalau saya memang menganggap tuak ini

sebagai minuman pelengkap, sama seperti

Page 190: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

169

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

meminum ini dan badannya semakin sehat, jadi

orang-orang sekarang jadi terikut.

yang saya bilang tadi. Kalau tak ada tuak,

rasanya kurang lengkap gitu ya. Badan

kurang enak.

3

Coba bapak jelaskan mengapa masyarakat

yakin dan percaya terhadap khasiat tuak

tersebut.

Orang-orang disini kan kerjanya berat-berat,

jadi setelah minum itu kan memang badan jadi

terasa ringan, makin semangat. Orang-orang

jadi senang minum tuak itu. Tapi kan mereka

tidak minum banyak-banyak jadi cukup untuk

menghangatkan badan saja itu.

Nah, kita tahu sendiri kan, masyarakat

disini memang selain bertani ya jadi kuli

bangunan, yang lebih banyak mata

pencahariannya ya yang dua itu tadi. Kalau

siang, kerja terus-terusan banting tulang,

waktu bersama kawan pun kadang tak ada

begitu kan. Kalau sore, kan sudah tak ada

kerja lagi, jadi disempatkanlah ke lapo

untuk kumpul-kumpul gitu kan. Kan orang

batak suka kalau berkumpul, membahas

sesuatu, bernyanyi bersama, itu

kesenangan orang batak disitu. Nah,

sambil minum tuak ya kan.

Bagaimana jika mereka tidak minum tuak

dalam sehari? Apakah ada perbedaan atau

biasa saja?

Kenapa harus minum tuak?

Iya kembali lagi, memang setelah minum

tuak itu badan itu terasa ringan gitu. Beban

itu terasa ringan semua. Yang pikiran

Page 191: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

170

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

Kalau perseorangan aku juga tak tahu itu,

tergantung mereka. Tapi kalau saya pribadi,

kalau tidak minum tuak itu seperti ada yang

kurang begitu, mungkin badan lebih capek,

terasa lebih berat.

suntuk, badan capek, udah lepas itu sama

tuak itu. Makanya kalau enggak ada tuak,

orang-orang sini merasa ada yang kurang,

badan pun terasa tidak enak.

Kebiasaan Keluarga

1 Coba Ibu ceritakan bagaimana kebiasaan

keluarga Ibu minum tuak.

Gimanalah aku jelaskan ya. Ya karena memang

tuak ini kan katanya obat, ya tapi jangan

ditambahi minuman yang beralkohol. Kalau

cuma tuak aja memang obat, untuk penyakit

gula katanya, tapi jangan terlalu banyak

diminum.

Aku juga suka minum tuak dulu, tapi setelah

asam uratku ada, jadi enggak pernah lagi.

Karena setiap minum tuak, kakiku langsung

panas, sakit, kayak ada yang tarik-tarik dari

dalam.

Kita kan sebenarnya ibu rumah tangga ini

hanya mendukung ya, aku enggak

pernahlah minum tuak. Cuma memang

suamiku udah lama sekali jadi peminum

tuak, anakku juga gitulah, ikut-ikut sama

bapaknya.

Kebiasaannya ya tiap sore sudah ke lapo

tuak mereka kan, disitulah sampai malam.

Apakah jumlah tuak yang diminum banyak? Apakah jumlah tuak yang diminum

banyak?

Page 192: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

171

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

Enggaklah, paling dua gelas satu hari, satu

malamlah bisa dibilang. Enggak sampai mabuk

dia.

Enggak tahu ya, tapi kayaknya tidak.

Karena setiap pulang masih belum

tenggen, belum mabuk. Pokonya saya

yang penting jangan sampai tuak ini

membuat kerusuhan, itu aja.

Kapan saja minum tuak tersebut?

Tiap malam orang ini selalu minum tuak Siapa saja yang minum tuak di keluarga

kakak?

Suamiku, anakku itu aja. Kalau anak

perempuanku enggak minum dia. Yang

laki-laki ajanya.

Siapa saja yang minum tuak di keluarga inang?

Suami, anakku juga. Tapi enggak tahulah,

enggak pernah tahu aku kalau anakku, setahuku

dia minum tuak.

2 Sudah berapa lama keluarga Ibu terbiasa

minum tuak.

Kalau suamiku, sudah dari umur 28 tahun.

Berapa lama, aku kurang tahu, setelah

kami menikah pun suamiku sudah minum

tuak. Tapi kalau anakku mungkin udah 5

tahun lebihlah, dia kan sekarang umurnya

32 tahun, mungkin dari umur 25 tahun

udah mulai dia itu. Yang paling kecil ini

belumlah, masih kecil kan.

Saat itu, apakah inang sudah menikah?

Iya, udah, makanya kami sama-sama tahu.

Anak kakak yang paling kecil umur

berapa kak?

Page 193: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

172

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

Umur 15 tahun, udah kelas satu SMA lah

dia sekarang.

Jadi menurut kakak, kalau anak yang

masih di bawah umur masih belum boleh

minum tuak?

Seharusnya gitulah, kalau bisa ya

janganlah, tahu kan kita tuak itu pun pasti

ada beratnya juga. Kalau dia keadaan

tubuhnya sekarang kan masih bagus,

belum ada pikiran, gitulah. Kalau

bapaknya, abangnya kan mungkin udah

capek kerja, capek pikiran, makanya kita

dukung-dukung saja begitu.

3 Bagaimana pendapat Ibu tentang peran

keluarga dalam mengendalikan perilaku

kesehatan seseorang?

Ya mendukung. Kita pun enggak kasih contoh

yang enggak baik buat keluarga. Kan tuak ini

kan bagus buat kesehatan. Keluarga kan kerja

berat, ya mesti masuk itu tuak untuk

meringankan badan, biar badan tetap fit. Tetap

kita dukung keluarga minum tuak.

Perannya ya, harusnya bisa memberikan

yang terbaik buat keluarga. Kasih contoh

yang baiklah gitu. Kalau untuk minum

tuak, dikasih contoh yang baik kalau

minum tuak itu tidak boleh berlebihan,

tidak boleh membuat kerusuhan.

Page 194: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

173

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

Apakah pernah menekankan pola konsumsi,

misalnya menekan jumlah konsumsi tuak

kepada keluarga?

Iyalah, selalu dibilang jangan banyak-banyak,

jangan sampai bikin mabuk.

Apakah kakak pernah melarang keluarga

kakak minum tuak?

Enggaklah, masa kita larang. Itu sudah jadi

obat orang itu kan. Kalau kita larang makin

sakit orang itu kita juga yang repot kan.

Kecuali kalau udah larangan dari dokter,

kan biasanya dikasih tahu itu subangnya

kalau sakit. Enggak boleh makan ini, itu.

Kalau udah begitu, jangan lagi dikasih.

4 Coba ceritakan dampak yang pernah terjadi

di keluarga Ibu akibat konsumsi tuak.

Enggak pernah. Kalau sakit karena tuak aja

enggaklah, masih sehat semua.

Belum pernah ya, masih sehat semua

keluarga. Semoga enggak terjadi apa-apa.

Peran Petugas Kesehatan

1

Bagaimana pendapat ibu mengenai

banyaknya masyarakat Desa Lumban

Siagian Jae mengonsumsi tuak?

Kebiasaan disana harusnya kamu tanya dengan

Bidan yang ada disana, ada kan? Saya enggak

tahu bagaimana kebiasaan masyarakat disana.

Tapi sejauh yang saya tahu, selama ini status

kesehatan masyarakat masih stabil, tapi untuk

memastikan coba kamu tanya ke Bidan

setempat, dia lebih tahu kan kebiasaan dan

keadaan kesehatan disana.

Ya wajar ajalah ya, kan orang ini kan

sering ke sawah, kerja pula. Namanya udah

capek siangnya, dari pada dengar suara

anaknya cengeng kan mending keluar dulu

bentar, entah ketawa, entah nyanyi-nyanyi.

Page 195: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

174

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

2 Menurut ibu, bagaimana selama ini peran

pertugas kesehatan terkait konsumsi tuak

pada masyarakat Desa Lumban Siagian

Jae?

Kita enggak berperan banyak ya, karena

memang ini sudah jadi kebiasaan di masyarakat.

Jadi kami Cuma berperan saat konsumsi itu

mendatangkan penyakit, jadi secara individual,

kalau masyarakat belum. Tapi untuk tuak ini

kan sebenarnya ada program dari Pemkab kan.

Ya, enggak ada lah. Tapi kalau memang

ada orang disini yang sakit, pasti

dinasehati biar enggak banyak-banyak

minum lagi kan.

Bagaimana bentuk dukungan dari Pemerintah

Kabupaten dalam mengatasi konsumsi tuak?

Jadi pemerintah sekarang, Bupati, sedang

membuat kebijakan baru mengenai pembatasan

waktu untuk lapo tuak, jadi lapo tuak nanti buka

hanya sampai jam 8 malam.

Sejak kapan peraturan tersebut akan

diterapkan?

Ini masih dalam bentuk arahan dan informasi,

belum instruksi. Ini belum jadi kebijakan baku

dan tertulis.

Adakah dukungan dari petugas kesehatan untuk

mengatasi perilaku konsumsi tuak?

Page 196: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

175

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

Kalau mendukung kayaknya enggak lah ya.

Kecuali kalau sudah menjadi penyakit, otomatis

dokter yang menangani juga bilang biar

konsumsinya dikurangi. Jangan sampai menjadi

masalah untuk kesehatan, jadi harus benar-

benar menjaga pola konsumsinya.

3 Intervensi apa saja yang telah dilakukan

untuk mengatasi perilaku konsumsi tuak?

Intervensi kita dalam mengatasi itu dalam hal

penyuluhan ya berarti. Sebenarnya ada, secara

umum tapi, kan kalau penyuluhan biasanya

untuk perilaku hidup bersih dan sehat, tapi kalau

program khusus untuk tuak ini tidak ada.

Enggak ada. Ya paling itu lah, kasih

nasehat perseorangan.

Apakah promosi kesehatan tentang tuak ini

bersifat melarang?

Pastinya tidak, karena kita enggak boleh

langsung menghentikan, kan prinsip promosi

seperti itu ya. Kecuali kalau memang nantinya

konsumsi tuak itu sudah menjadi larangan pada

kebijakan pemerintah, disitu berarti kita punya

andil penuh untuk melarang mereka.

Apakah pernah dilakukan penyuluhan ke

masyarakat?

Enggak, kalau ke masyarakat itu enggak

ada. Bisanya individual, itu pun kalau

peminumnya datang berobat. Kan kalau

disini enggak gampang ngasih penyuluhan

begitu, kan udah jadi adat istiadat kan,

bahkan di pesta aja pun tuak jadi

minumnya kan. Makanya kita agak susah.

Page 197: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

176

No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung

Pokoknya, inti dari promosi kesehatan itu

adalah anjuran bukan larangan, gitu.

Bagaimana solusi yang tepat menangani

perilaku ini, menurut kakak?

Ya memang seharusnya melibatkan semua

pihak di desa ini ya. Sesepuh desa, Bidan

Desa juga kan. Tapi awak juga jarang

dipanggil. Harusnya disini sering dibuat

musyawarah desa, biar dibahas disitu

semuanya. Walaupun sekali setahun kan,

setidaknya ada usaha pasti ada perubahan

walaupun dikit. Tapi kan, sedikit demi

sedikit lama-lama jadi berubah 360 derajat

kan.

4 Menurut ibu, penyakit apa yang sering

muncul di Desa Lumban Siagian Jae dan

diasumsikan sebagai penyakit akibat

konsumsi tuak?

Penyakit yang timbul karena tuak, ya biasanya

ya hipertensi, penyakit gula, gastritis.

Enggak ada ya, paling sakit di saluran

pencernaan. Kalau di sini jarang sakit

orang, apalagi cuma gara-gara tuak.

Karena kan orang ini malam minum tuak,

besoknya udah banting tulang ke sawah,

jadi lemak-lemak di tuak itu kan enggak

bertumpuk di badannnya itu.

Page 198: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

177

Lampiran 6

Para peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae

Suasana masyarakat Desa Lumban Siagian Jae saat berkumpul sambil mengonsumsi tuak di

lapo tuak

DOKUMENTASI

Page 199: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

KERANGKA SAMPEL PENELITIAN

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN

JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA

UTARA TAHUN 2015

178

No

Urut NAMA Umur Dusun

1 KERECIA SIMORANGKIR 91 LUMBAN TORUAN

2 JISMAN PANGGABEAN 58 PANCUR SIMIN

3 UNJUR HASIHOLAN SIMATUPANG 38 LUMBAN TORUAN

4 GUSTAF PANGGABEAN 53 LUMBAN TORUAN

5 HARRIMAN PANGGABEAN 33 PANCUR SIMIN

6 SABAR PANGGABEAN 48 LUMBAN TONGATONGA

7 WILSON MANAHAN PANGGABEAN 17 LUMBAN TONGATONGA

8 RONSEN PANGGABEAN 72 LUMBAN TONGATONGA

9 DAVID SOPIAN PANGGABEAN 39 LUMBAN TONGATONGA

10 RINTHO PANGGABEAN 34 LUMBAN TONGATONGA

11 JANTI PANGGABEAN 56 LUMBAN TONGATONGA

12 MARINGAN PANGGABEAN 31 LUMBAN TONGATONGA

13 RAMLI ROBBY PANGGABEAN 23 LUMBAN TONGATONGA

14 NIMROT SIMANGUNSONG 51 LUMBAN TONGATONGA

15 ROBIN SIMANGUNSONG 30 LUMBAN TONGATONGA

16 DORIS SIMANGUNSONG 17 LUMBAN TONGATONGA

17 EVENDI SITANGGANG 60 LUMBAN TONGATONGA

18 BERTON JESEN SIADARI 17 LUMBAN TONGATONGA

19 SANGGUP PANGGABEAN 56 LUMBAN TONGATONGA

20 NOBEL FREDDY PANGGABEAN 25 LUMBAN TONGATONGA

21 PARSAORAN PANGGABEAN 46 LUMBAN TONGATONGA

22 LINTAS SIADARI 62 LUMBAN TONGATONGA

23 MAULIM PANGGABEAN 66 LUMBAN TONGATONGA

24 IRFAN PANGGABEAN 23 TOPI DALAN

25 SAUT PANGGABEAN 67 TOPI DALAN TORUAN

26 FRENGKY PANGGABEAN 34 TOPI DALAN TORUAN

27 NICO LEONARDO PANGGABEAN 32 TOPI DALAN TORUAN

28 HEINCE TULUS AGUSTINUS PANGGABEAN 38 LUMBAN TONGA TONGA NO 19

29 DOMICIUS PANGGABEAN 63 LUMBAN TONGA TONGA NO 19

30 RIKO ERIKSON PANGGABEAN 31 LUMBAN TONGA TONGA NO 19

31 LIUSUSTEN PANGGABEAN 27 LUMBAN TONGA TONGA NO 19

32 PREDDY PARLUHUTAN SIREGAR 47 TOPI DALAN

33 ANDREA RAJA HADIJANTO SIREGAR 18 TOPI DALAN

34 ROBIN PARAPAT 52 TOPI DALAN

35 RAJES NOVIANTO PARDAMEAN PARAPAT 24 TOPI DALAN

36 AMOS ELKANA PARAPAT 21 TOPI DALAN

Page 200: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

KERANGKA SAMPEL PENELITIAN

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN

JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA

UTARA TAHUN 2015

Sumber:

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT

TPS 1)

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT

TPS 2)

No

Urut NAMA Umur Dusun

37 ZULKIFLI PANGGABEAN 52 TOPI DALAN

38 RAJA IMAN PANGGABEAN 20 TOPI DALAN

39 ANGGIAT MANGOLOI PASARIBU 27 TOPI DALAN

40 JOSUA PASARIBU 20 TOPI DALAN JULU

41 DOHAR PASARIBU 48 TOPI DALAN

42 METODIS TAMBUNAN 56 PANCUR SIMIN

43 ISAK TAMBUNAN 24 PANCUR SIMIN

44 MANGASA PANGGABEAN 75 PANCUR SIMIN

45 ROBERT PANGGABEAN 56 PANCUR SIMIN

46 MAJU PANGGABEAN 72 PANSUR SIMIN

47 NIMROD SIMANJUNTAK 55 LUMBAN SIAGIAN

48 ERWIN TRINOBEL SIMANJUTAK 20 LUMBAN SIAGIAN

49 JULES SIHOMBING 46 LUMBAN SIAGIAN

50 APPEN SIMANJUNTAK 52 SIPINGGAN DOLOK I

51 HENDRA SIMANJUNTAK 22 SIPINGGAN DOLOK I

52 TONI HORAS PANGGABEAN 39 SIPINGGAN DOLOK

53 BERNAD POLTAK PANGGABEAN 31 LUMBAN SIAGIAN

54 JEPRI ADI PANGGABEAN 21 LUMBAN SIAGIAN

55 SUDUNG PANGGABEAN 40 SIPINGGAN DOLOK

56 HARIS HUTAPEA 48 SIPINGGAN DOLOK I

57 DAULAD PANGGABEAN 82 SIPINGGAN DOLOK I

58 TRAVEL PANGGABEAN 23 SIPINGGAN DOLOK I

59 SWARDI SAHAT MAROLOP NAINGGOLAN 25 PANOMBURAN

60 SUPARJO NAINGGOLAN 21 PANOMBURAN

61 SUMURUNG PANGGABEAN 60 LUMBAN SIAGIAN

62 ANTO SIANIPAR 31 LUMBAN TORUAN

63 BOBBY SIANIPAR 29 LUMBAN TORUAN

64 CHANDRA SIANIPAR 24 LUMBAN TORUAN

65 BERRY SIANIPAR 20 LUMBAN TORUAN

66 ALBOIN SIMANJUNTAK 64 LUMBAN SIAGIAN

67 ALFREDO SAMUEL ANDERSON PANGGABE 22 LUMBAN TORUAN

68 AUDON ARIANTO PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN

69 RONNI ERWIN PANGGABEAN 36 LUMBAN SIAGIAN

Page 201: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

KERANGKA SAMPEL PENELITIAN

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN

JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA

UTARA TAHUN 2015

Sumber:

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT

TPS 1)

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT

TPS 2)

No

Urut NAMA Umur Dusun

70 SAHAT SIMATUPANG 69 LUMBAN TORUAN

71 JUNGJUNG SIMATUPANG 30 LUMBAN TORUAN

72 HERBIN PANGGABEAN 78 LUMBAN TORUAN

73 LINDUNG PANGABEAN 47 LUMBAN SIAGIAN PEA NADAO

74 HARRY JADIMART PANGGABEAN 35 LUMBAN SIAGIAN PEA NADAO

75 BETMAN LUMBAN TORUAN 62 PANSUR SIMIN

76 LAMHOT LUMBANTORUAN 31 PANSUR SIMIN

77 GOKLAS LUMBANTORUAN 22 PANSUR SIMIN

78 SWARJON LUMBANTORUAN 20 PANSUR SIMIN

79 RUSTAM SIBARANI 40 LUMBAN SIAGIAN

80 RONAL PANGGABEAN 38 LUMBAN SIANTAR

81 JULIANUS PANGGABEAN 38 LUMBAN TONGA-TONGA

82 CATLAN SITUMORANG 48 LUMBAN SIAGIAN

83 ARON SIADARI 33 LUMBAN TONGA-TONGA

84 SARTONO MANALU 46 LUMBAN SIAGIAN

85 ARMAN PARIZON PANGGABEAN 35 LUMBAN SIANTAR

86 MANUMPAK NAINGGOLAN 38 LUMBAN SIAGIAN

87 SYAHRIR PANGGABEAN 35 LUMBAN SIAGIAN

88 ANGGIAT TULUS PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN

89 DARWIN ARIANTO SIANIPAR 32 LUMBAN SIAGIAN

90 BENJAMIN PANGGABEAN 32 LUMBAN SIAGIAN

91 LAMBAS MANAEK PANGGABEAN 28 LUMBAN SIAGIAN

92 AZAN SUBUHI PRATAMA SIREGAR 27 LUMBAN SIAGIAN

93 JOSUA GABE PUTRA 17 LUMBAN SIAGIAN

94 FREDDIN PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN

95 JOEL PANGGABEAN 38 JLN MARHUSA NO 30

96 RUTGULLIT PANGGABEAN 25 JLN.MARHUSA

97 YOPILATUL PANGGABEAN 20 JLN.MARHUSA

98 RIKKY PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA

99 RICARDO PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA

100 SAHAT TAMPUBOLON 45 LUMBAN SIAGIAN

101 JUJUR PANGGABEAN 42 LUMBAN SIAGIAN

102 MANATAP MARULAK NAINGGOLAN 23 JL.MARHUSA PANGGABEAN

Page 202: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

KERANGKA SAMPEL PENELITIAN

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN

JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA

UTARA TAHUN 2015

Sumber:

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT

TPS 1)

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT

TPS 2)

No

Urut NAMA Umur Dusun

103 SARWAN SIADARI 28 LUMBAN SIAGIAN

104 DONALD PANGGABEAN 36 LUMBAN SIAGIAN

105 RUSMAN PANGGABEAN 56 LUMBAN SIAGIAN

106 ROIN PANGGABEAN 36 LUMBAN SIAGIAN

107 FERYWAN RICARDO SIMANJUNTAK 26 LUMBAN SIAGIAN

108 ANTONI PANGGABEAN 38 LUMBAN SIAGIAN

109 JAMES HUTABARAT 66 JL. RAJA MARHUSA PANGGABEAN

110 RIO ROGERS LUMBANTOBING 30 JL. RAJA MARHUSA PANGGABEAN

111 AISEN HOBER MANURUNG 34 LUMBAN SIAGIAN

112 SOTARDUGA PANGGABEAN 45 JLN MARHUSA NO 39

113 BARISMAN PANGGABEAN 43 JLN MARHUSA NO 39

114 HARIANTO PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN

115 ANDRI SAMUEL PANGGABEAN 26 JLN MARHUSA NO 14

116 SAOR TUA PURBA 40 LUMBAN SIAGIAN

117 PARLAUNGAN PANGGABEAN 53 LUMBAN SIAGIAN

118 HARI YANTO PANGGABEAN 26 LUMBAN SIAGIAN

119 CHARLES PANGGABEAN 25 LUMBAN SIAGIAN

120 FERY PANGGABEAN 22 LUMBAN SIAGIAN

121 SANGKOT PANGGABEAN 43 LUMBAN PEA NADAO

122 MANAHAN PANGGABEAN 41 LUMBAN SIAGIAN

123 PARLINDUNGAN PANGGABEAN 53 LUMBAN PEA NADAO

124 EBEN EZER PANGGABEAN 23 LUMBAN PEA NADAO

125 ALBERTUS TAMBUNAN 59 LUMBAN PEA

126 HOTMANGAPUL PANGGABEAN 50 LUMBAN PEA

127 BUTTY PANGGABEAN 63 LUMBAN PEA

128 TAHI PANGGABEAN 59 LUMBAN PEA

129 RUDI PANGGABEAN 21 LUMBAN PEA

130 RAMLI TUA PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA

131 MARTUNAS PANGGABEAN 40 LUMBAN PEA

132 PANTAS PANGGABEAN 63 LUMBAN PEA

133 HOT BARINGIN PANGGABEAN 37 LUMBAN PEA

134 EDISON HERIANTO PANGGABEAN 36 LUMBAN PEA

135 LIBER TONCOAN PANGGABEAN 55 LUMBAN PEA

Page 203: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

KERANGKA SAMPEL PENELITIAN

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN

JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA

UTARA TAHUN 2015

Sumber:

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT

TPS 1)

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT

TPS 2)

No

Urut NAMA Umur Dusun

136 HERMAN PANGGABEAN 26 LUMBAN PEA

137 PUKKA PANGGABEAN 24 LUMBAN PEA

138 ERIKSON JONATHAN PANGGABEAN 22 LUMBAN PEA

139 RIKKY BOY PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA

140 RIKARDO PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA

141 JEFRIN PANGGABEAN 18 LUMBAN PEA

142 AGUS PANGGABEAN 43 LUMBAN SIAGIAN

143 MANANTI SIMAJUNTAK 62 JLN MARHUSA NO 57

144 MANUKKOL SIMATUPANG 62 JLN MARHUSA NO 59

145 ARWAN HEBRIN SIHOL P. SIMATUPANG 23 JLN MARHUSA NO 59

146 JEKSON SIMATUPANG 19 JLN MARHUSA NO 59

147 HAPOSAN PANGGABEAN 63 JLN MARHUSA NO 35

148 MARUBA ERIKSON PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN

149 ROBERT SIMANJUNTAK 47 LUMBAN SIAGIAN

150 TONGAM PANGGABEAN 57 JLN.MARHUSA

151 BINTANG JUNIOR PANGGABEAN 19 JLN MARHUSA NO

152 ADNAN SYAHMADAN PANGGABEAN 42 JLN MARHUSA PANGGABEAN

153 KHAIRUL SYAFI'I P 17 JLN MARHUSA PANGGABEAN

154 GUNAWAN PANGGABEAN 62 JLN MARHUSA NO 30

155 CHRISTOFEL SAHAT PANGIDOAN PANGG 29 JLN MARHUSA NO 30

156 RIYAN SALOMO PARAPAT 17 JIN MARHUSA NC 23

157 SOMBU PANGGABEAN 34 JLN MARHUSA NO 21

158 HORAS PANGGABEAN 57 JLN MARHUSA N024

159 SONI AMRI PANGGABEAN 25 JLN MARHUSA N024

160 DARWIS PANGGABEAN 23 JLN MARHUSA N024

161 TARDAS ANISTAN PANGGABEAN 52 LUMBAN SIAGIAN

162 IRPAN PREDDY PANGGABEAN 23 LUMBAN SIAGIAN

163 HORAS PANGGABEAN 42 LUMBAN SIAGIAN

164 WIWIN OBED PERDANA PANGGABEAN 20 LUMBAN SIAGIAN

165 MARUDUT PANGGABEAN 54 JLN MARHUSA NO 14

166 MARGANDA PANGGABEAN 61 JLN MARHUSA NO

167 ADI PUTRA PANGGANEAN 26 JLN MARHUSA NO

168 JONA PANGGABEAN 24 JLN MARHUSA NO

Page 204: Sukma Mardiyah Pangabean-fkik

KERANGKA SAMPEL PENELITIAN

ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN

JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA

UTARA TAHUN 2015

Sumber:

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT

TPS 1)

http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT

TPS 2)

No

Urut NAMA Umur Dusun

169 MARUAP PANGGABEAN 72 JLN MARHUSA NO 09

170 PERNANDO HENRY PANGGABEAN 46 JLN MARHUSA NO 06

171 HOTMAN PANGGABEAN 50 LUMBAN SIAGIAN

172 HISAR PANGGABEAN 31 LUMBAN SIAGIAN

173 ERIKSON PANGGABEAN 29 LUMBAN SIAGIAN

174 JOSUA PANGGABEAN 43 1UMBAN SIAGIAN

175 EDISON PANGGABEAN 55 LBN TORUAN

176 ALBERT PRASETIA PANGGABEAN 22 LBN TORUAN

177 SAUDARA LUMBANTOBING 46 LUMBAN PEA

178 CASPAR PANGGABEAN 27 JL MARHUSA PBGN

179 RIN RONA EVENDI TAMPUBOLON 49 LBN SIAGIAN

180 A. LAOMOR SWANDI S 38 LBN SIAGIAN

181 POSMAN PANGGABEAN 62 LBN SIAGIAN

182 ANGGIAT SIMATUPANG 40 LUMBAN SIAGIAN

183 DIMPOS PANGGABEAN 49 LBN SIAGIAN

184 DIMAS RIZANO PANGGABEAN 21 LBN SIAGIAN

185 DANIEL PANGGABEAN 18 LBN SIAGIAN

186 MARUDUT SIANIPAR 60 LBN SIAGIAN

187 TOHAP SIANIPAR 29 LBN SIAGIAN

188 RAMSES SIANIPAR 23 LBN SIAGIAN

189 CELEWANTO PANGGABEAN 31 LBN TORUAN

190 MANAGAM RAHMAD PANGGABEAN 32 JL MARHUSA NO 41

191 JON DEY RASMAN SARAGIH 44 LUMBAN SIAGIAN

192 ARSIGANA SARAGIH 20 LUMBAN SIAGIAN