nina arista - fkik
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
-
PENGARUH KESESUAIAN PENEMPATAN KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NINA ARISTA
NIM. 1110101000071
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M / 1435 H
-
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
-
ii
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Juli 2014
Nina Arista, NIM : 1110101000071
Pengaruh Kesesuaian Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Sekretariat
Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014
x + 176 halaman, 18 tabel, 2 bagan, 9 lampiran
ABSTRAK
Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) sumber daya
manusia, untuk itu setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawai
dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Salah satu upaya untuk
mengembangkan kemampuan SDM agar dapat memberikan kontribusi dan kinerja yang
maksimal bagi perusahaan adalah dengan menempatkan pegawai sesuai dengan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang dimilikinya.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sampel
dalam penelitian ini adalah pegawai di Sekditjen Bina Gizi dan KIA sebanyak 84 orang
responden dan 4 orang informan. Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh
kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap kinerja pegawai. Sehingga melalui
hasil penelitian ini, diharapkan instansi mampu melakukan analisis terlebih dahulu sebelum
melakukan penempatan kerja sehingga pegawai lebih menguasai pekerjaannya sesuai dengan
kemampuannya yang akhirnya dapat memberikan kinerja yang optimal bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil pengolahan data kuantitatif dan kualitatif, diketahui bahwa
penempatan kerja pegawai saat ini sebagian besar sudah sesuai dengan pengetahuan,
keterampilan kerja, dan sikap kerja yang dimilikinya, meskipun masih ada beberapa pegawai
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kurang sesuai dengan penempatan
kerjanya tetapi hal itu masih bisa diatasi dengan pelaksanaan training yang dilakukan oleh
pihak instansi. Selain itu, diketahui pula bahwa sebagian besar kinerja pegawai berdasarkan
aspek kuantitas, kualitas hasil kerja, serta ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan telah
sesuai dengan target/standar kerja yang direncanakan. Kemudian, dapat diketahui bahwa
kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam penempatan kerja dapat berpengaruh
kuat terhadap kinerja pegawai dan selama ini belum ada kinerja buruk yang disebabkan oleh
ketidaksesuaian penempatan. Selain faktor kesesuaian penempatan, berdasarkan hasil analisis
data kualitatif dapat diketahui pula bahwa ada faktor lain seperti peningkatan kesejahteraan
pegawai, sistem reward, kemauan dalam mengerjakan tugas, serta kesadaran akan dampak
pencapaian SKP yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam penempatan kerja dapat berpengaruh dan memiliki pengaruh
yang kuat terhadap kinerja pegawai. Oleh karena itu, sebaiknya pihak instansi diharapkan
dapat mempertahankan penempatan kerja yang telah sesuai dan mengawasi kesesuaian
penempatan kerja pegawai, kemudian juga menerapkan sistem sharing ilmu untuk mengatasi
keterbatasan kegiatan diklat, perencanaan kegiatan diklat dengan mengadaptasi penilaian
kinerja di Singapura, serta lebih memperhatikan seluruh faktor yang mempengaruhi kinerja
untuk meningkatkan motivasi pegawai.
Kata Kunci : Kinerja Pegawai, Kesesuaian Penempatan, Kesesuaian Pengetahuan,
Keterampilan, dan Kesesuaian Sikap
Sumber Bacaan: 61 (1980-2013)
-
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY
SPECIALISATION MANAGEMENT HEALTH SERVICES
Thesis, July 2014
Nina Arista, NIM: 1110101000071
Influence on Performance Compliance Work Placement Officer at the Secretariat of the
Directorate General of the Indonesian Ministry of Health Nutrition and MCH 2014
x + 176 pages, 18 tables, 2 charts, 9 attachments
ABSTRACT
The success of an organization is influenced by the performance (job performance) of
human resources, to any company that will seek to improve the performance of employees in
achieving organizational objectives that have been set. One of the efforts to develop human
resource capabilities in order to provide maximum performance and contribution for the
company is by placing the employees in accordance with the knowledge, skills, and attitudes
of its work.
This study is quantitative and qualitative descriptive approach. A sample of this
research is an employee at Sekditjen Bina Nutrition And KIA as many as 84 people of
respondents and four people of an informer. This study aims to determine the influence of the
conformity of work placement through the suitability of knowledge, job skills, and attitudes
towards the work performance of employees. So, from the results of this research, it is
expected the agency is able to perform analysis first before doing a work placement so that
employees more control of the work to be carried out in accordance with his ability that
ultimately can provide optimal performance for the company.
Based on the results of the quantitative and qualitative data processing, it can be
concluded that the placement of employees currently working mostly are in accordance with
the knowledge, job skills, and attitudes of its work, although there are still some employees
who have less knowledge and skills appropriate to the work placement but it can still be
resolved by the implementation of the training conducted by the agency. In addition, it can be
concluded that the employee's performance based on aspects of quantity, quality of the work,
as well as the timeliness of completion of the work were in accordance with the target /
standard of work that is planned. Then, it is known that the suitability of the knowledge,
skills, and attitudes in a work placement have a strong influence on the performance of
employe and there has not been a bad performance caused by incompatibility placementes. In addition to the suitability of the placement, based on the analysis of qualitative data it is
known also that there are other factors such as an increase in the welfare of employees,
reward systems, and the willingness of employees in a task, and awareness about the impact
of the achievement of employee assessments that can affect employee performance.
Based on these results, it can be concluded that the suitability of the knowledge, skills,
and attitude in work placements can be influential and have a strong influence on the
performance of employees. Therefore, we recommend that the agencies are expected to
maintain the work placements that have appropriate and oversee compliance officer job
placement, then also apply a sharing system to overcome the limitations of training activities,
planning of training activities by adapting Singapore performance appraisal, as well as more
attention to all the factors that affect the performance to improve motivation of employees.
Keywords : Job Performance, Conformity of Employment, Compliance of Knowledge,
Skills and Attitudes of Conformity
References : 61 (1980-2013)
-
iv
-
v
-
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi :
Nama : Nina Arista
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 24 November 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Melati No. 15/ B. 19, Komplek Pondok Jurang Mangu
Indah, Pondok Aren, Tangerang Selatan, 15222
No.Hp : +6285711455892 / 021-7352732
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1997 1998 : TK Permata Bunda Jakarta Selatan
1998 2004 : SDN 010 Pesanggrahan, Jakarta Selatan
2004 2007 : SMPN 235 Jakarta Selatan
2007 2010 : SMAN 86 Jakarta Selatan
2010 sekarang : S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi :
2007 2010 : Anggota Rohis SMAN 86 Jakarta
2010 2011 : Anggota Departemen Pendidikan, Penelitian, dan Keilmuan (P2K)
Persatuan Anggota Muda IAKMI (PAMI) Jakarta
2012 2013 : Anggota Departemen Pengembangan Ekonomi BEM Jurusan
Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013 sekarang : Ketua Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) Health Care
Management Association (HACAMSA) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hidayah, nikmat, rahmat, dan
karunia-Nya yang tiada tara kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan penelitian mengenai Pengaruh Kesesuaian Penempatan Kerja Terhadap
Kinerja Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian
Kesehatan RI. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
akhir skripsi pada Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan berupa pengalaman, pembelajaran, serta dukungan yang tak terhingga dari
berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga penulis. Papah (Haris Bastaman) dan Mamah (Titaningtyas Retnowati) ku
tersayang yang selalu memberikan semangat, dorongan, dukungan serta doa yang tak
terhingga kepada penulis. Kakak dan adikku tercinta, Mas Handi Andika dan Yusuf
Sulaiman, terimakasih atas dukungan-dukungan teknisnya serta doanya sehingga
penulis dapat lancar dalam mengerjakan penelitian ini. Serta keluarga besar penulis
yang telah banyak memberikan dukungan, doa, dan perhatiannya kepada penulis.
2. Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M.Si sebagai Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fajar Ariyanti SKM, MKM, Ph.D dan dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku
pembimbing fakultas yang telah sabar dalam membimbing dan memberikan banyak
pembelajaran, motivasi, serta masukan-masukan yang konstruktif kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
5. Seluruh dosen di Jurusan Kesehatan Masyarakat, khususnya para dosen di peminatan
Manajemen Pelayanan Kesehatan yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
6. Dr. Kuwat Sri Hudoyo selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA yang
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Sekditjen Bina Gizi dan KIA.
7. Ibu Dra. Sri Mulyani, MM. (Kepala Bagian Kepegawaian dan Umum), Ibu Dra.
Gusmiati, MM. (Kepala Sub Bagian TU dan Gaji), dan Ibu Enizarti, SKM, MKM
(Kasubag Kepegawaian) yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, dan
-
viii
masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan penelitian ini. Serta
Kabag dan Kasubag lainnya di Sekditjen dan seluruh staff (Ibu Rus, Mba Dian, Mba
Agnes, Mba Syifa, Mba Yusi, Mba Riri, Mba Windy, Pak Pangkat, Pak Yus, Pak
Budi, Pak Edi, Pak Pendi, Bu Hilda, Bu Eni, Bu Herlina, Bu Tina, Bu Tini, Bu Sri,
Bu Ratna, Mas Iman dan seluruh staf lainnya di Sekditjen Gizikia) yang telah
memberikan banyak dukungan, doa, dan selalu mau berbagi ilmu dan pengalamannya
selama penulis melakukan penelitian di Sekditjen Bina Gizi dan KIA.
8. Sahabat-sahabatku tersayang, Fam (Rizka, Bayti, Fika, Sabila, Tuti, Wiwid, Nita)
dan Pizza (Cici, Rika, Sule, Dina, Putu, Anjar, Agung, Paul), My partner in crime
(Eliza dan Tata), bat Nia, serta Umi dan Intan yang telah banyak memberikan penulis
dukungan, doa, perhatian, semangat, serta hiburan ketika penulis merasa kehilangan
semangat dan putus asa. Semoga kita semua dapat sukses menyongsong masa depan
ya! Amin.
9. Seluruh sahabat seperjuangan dalam penimatan MPK 2010 (Bayti, Eliza, Fika,
Sabella, Tata, Nia, Enno, Ilma, Isni, Mawar, Anin, Fitria, Endah, Angga, Furin, dan
Yusuf) yang telah banyak memberikan penulis dukungan, perhatian, semangat, doa,
serta hiburan ketika penulis merasa kehilangan semangat dan putus asa. Semoga kita
sukses menyongsong masa depan ya! Amin.
10. Sahabat-sahabat lainnya dari Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, dan Epidemiologi.
11. Serta semua pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
membantu selama proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas budi
kalian. Amin.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis
sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih memiliki banyak
keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan kerendahan hati sangat
menerima setiap saran dan masukan yang membangun serta membantu untuk perbaikan
di masa depan. Wassalamualaikum Wr. Wb
Tangerang, 8 Agustus 2014
Penulis
NINA ARISTA
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR BAGAN vii
DAFTAR ISTILAH viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Pertanyaan Penelitian 6
1.4. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum 7
1.3.2 Tujuan Khusus 7
1.4 Manfaat Penelitian
1.3.1. Bagi Institusi 7
1.3.2. Bagi Peneliti 8
1.3.3. Bagi Program Studi dan Peneliti Selanjutnya 8
1.4. Ruang Lingkup Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 10
2.2. Penempatan Kerja 13
2.2.1 Pengertian Penempatan Kerja 13
2.2.2 Jenis-Jenis Penempatan Kerja 17
2.2.3 Prosedur Penempatan Kerja 19
-
x
2.2.4 Kriteria yang Harus Dipenuhi Dalam Penempatan Kerja 20
2.3. Kinerja 24
2.3.1 Pengertian Kinerja 24
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 28
2.3.3 Indikator Kinerja 31
2.3.4 Penilaian Kinerja 37
2.4. Pengaruh Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai 40
2.5. Penelitian Terdahulu 43
2.6. Kerangka Teori 47
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep 49
3.2. Definisi Operasional 51
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian 54
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 55
4.3. Populasi dan Sampel 55
4.4. Pengumpulan Data 57
4.4.1. Data Primer 57
4.4.1.1. Instrumen Penelitian 58
4.4.1.2. Validitas dan Reliabilitas Data 60
4.4.2. Data Sekunder 65
4.5. Manajemen dan Pengolahan Data 65
4.6. Analisis Data 67
4.7. Penyajian Data 70
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI 73
5.2 Karakteristik Responden
5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 78
5.2.2 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja 79
5.2.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 79
5.3 Gambaran Kesesuaian Pengetahuan Pegawai Dalam Penempatan Kerja 80
5.4 Gambaran Kesesuaian Keterampilan Pegawai Dalam Penempatan Kerja 86
-
xi
5.5 Gambaran Kesesuaian Sikap Pegawai Dalam Penempatan Kerja 91
5.6 Gambaran Kinerja Pegawai 92
5.7 Pengaruh Kesesuaian Pengetahuan Dalam Penempatan Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai 97
5.10 Pengaruh Kesesuaian Keterampilan Kerja Dalam Penempatan Kerja Pegawai
Terhadap Kinerja Pegawai 102
5.11Pengaruh Kesesuaian Sikap Kerja Dalam Penempatan Kerja Pegawai Terhadap
Kinerja Pegawai 106
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian 111
6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pegawai 112
6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Pegawai 112
6.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pegawai 113
6.5 Kesesuaian Pengetahuan Dalam Penempatan Kerja Pegawai 113
6.6 Kesesuaian Keterampilan Dalam Penempatan Kerja Pegawai 128
6.7 Kesesuaian Sikap Dalam Penempatan Kerja Pegawai 142
6.8 Kinerja Pegawai 146
6.9 Pengaruh Penempatan Kerja Berdasarkan Kesesuaian Pengetahuan Terhadap Kinerja
Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI 154
6.10 Pengaruh Penempatan Kerja Berdasarkan Kesesuaian Keterampilan Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI 160
6.11 Pengaruh Penempatan Kerja Berdasarkan Kesesuaian Sikap Terhadap Kinerja
Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI 166
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan 173
7.2. Saran 174
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
2.1 Tabel Penelitian Terdahulu 45
3.1 Tabel Definisi Operasional Variabel Untuk Penelitian Kuantitatif 51
3.2 Tabel Definisi Operasional Variabel Untuk Penelitian Kualitatif 53
4.1 Tabel Nilai Z dan Z 55
4.2 Tabel Perhitungan Besar Sampel Untuk Tiap Variabel Bebas 55
4.3 Tabel Hasil Uji Validitas 62
4.4 Tabel Hasil Uji Reliabilitas 64
4.5 Tabel Cara Penyajian Data 71
5.1 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pegawaidi Sekditjen Bina
Gizi dan KIA Tahun 2014 78
5.2 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja Pegawai di Sekditjen Bina Gizi
dan KIA Tahun 2014 79
5.3 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Sekditjen Bina Gizi
dan KIA Tahun 2014 80
5.4 Tabel Gambaran Kesesuaian Pengetahuan Dalam Penempatan Kerja Pegawai di
Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 81
5.5 Tabel Gambaran Kesesuaian Keterampilan Dalam Penempatan Kerja Pegawai di
Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 87
5.6 Tabel Gambaran Kesesuaian Sikap Dalam Penempatan Kerja Pegawai di Sekditjen
Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 91
5.7 Tabel Gambaran Kinerja Pegawai di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI
Tahun 2014 93
-
xiii
5.8 Tabel Hasil Analisis Uji Korelasi Kesesuaian Pengetahuan Dengan Kinerja Pegawai
di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 98
5.9 Tabel Hasil Analisis Uji Korelasi Kesesuaian Keterampilan Dengan Kinerja Pegawai
di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 102
5.10 Tabel Hasil Analisis Uji Korelasi Kesesuaian Sikap Dengan Kinerja Pegawai
di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 107
-
xiv
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
2.1 Bagan Kerangka Teori Penelitian 48
3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian 50
-
xv
DAFTAR ISTILAH
BKN Badan Kepegawaian Negara
CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil
Diklat Pendidikan dan Pelatihan
Ditjen Bina Gizi dan KIA Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA
DUK Daftar Urut Kepangkatan
ISO International Standard Operasional
Kabag Kepala Bagian
Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
MPK Manajemen Pelayanan Kesehatan
PERMENKES Peraturan Menteri Kesehatan
PNS Pegawai Negeri Sipil
ROPEG Biro Kepegawaian
SDM Sumber Daya Manusia
Sekditjen Sekretaris Direktorat Jenderal
SKP Sasaran Kerja Pegawai
Tukin Tunjangan Kinerja
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan Penelitian dari Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI
Lampiran 2 Struktur Organisasi
Lampiran 3 Kuisioner Penelitian
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Penelitian
Lampiran 5 Output Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuisioner
Lampiran 6 Output Hasil Uji Univariat
Lampiran 7 Output Hasil Uji Korelasi
Lampiran 8 Matriks Wawancara Mendalam
Lampiran 9 R Tabel
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu instansi tidak bisa bekerja sendiri dalam pencapaian visi, misi dan
tujuannya, tetapi perlu disokong oleh beberapa indikator yang akan
menentukan keberhasilannya dalam meraih visi, misi, dan tujuan tersebut.
Salah satu indikatornya adalah adanya peran aktif dari SDM sebagai salah
satu komponen sistem organisasi. SDM aparatur negara merupakan asset
utama organisasi dan mempunyai peran yang strategis di dalam organisasi
yaitu sebagai pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas organisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien.
Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien menjadi
tuntutan di era globalisasi saat ini. Penerapan prinsip-prinsip Good
Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan menjadi tuntutan utama,
karena masyarakat saat ini sudah mulai kritis dalam memonitor dan
mengevaluasi manfaat serta nilai yang diperoleh atas pelayanan dari instansi
pemerintah. Kenyataan tersebut menuntut adanya profesionalisme sumber
daya aparatur dalam pelaksanaan urusan pemerintahan (Atkhan, 2012).
Namun pada kenyataannya, Pegawai Negeri Sipil (PNS) hingga kini
masih dianggap sebagai pegawai yang berkinerja buruk, kurang produktif,
kurang disiplin serta beretos kerja rendah. Stigma buruk itu umumnya
ditujukan kepada para PNS di hampir seluruh instansi pemerintah (Anang,
-
2
2012). Padahal PNS sebagai unsur utama aparatur pemerintah yang berperan
strategis dalam menjalankan roda pemerintahan, sangat diharapkan dapat
memiliki kapasitas yang unggul dan berintegritas (Samratulangi, 2013).
Ditjen Bina Gizi dan KIA sendiri merupakan instansi yang penting
dalam pelaksanaan upaya pembangunan kesehatan nasional. Ditjen Bina Gizi
dan KIA mempunyai tugas untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan
dan standarisasi teknis di bidang pembinaan gizi dan KIA. Dimana masalah
gizi dan kesehatan dan ibu dan anak merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan masyarakat di suatu negara. Latar belakang penulis melakukan
objek penelitian di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI karena
Sekditjen merupakan pusat administrasi yang memiliki tugas untuk mengurus
dan mengelola seluruh pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di
lingkungan Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.
Hasil pengamatan peneliti selama magang di Sekditjen Bina Gizi dan
KIA Kemenkes RI memperlihatkan bahwa pegawai pada instansi tersebut
memiliki kinerja yang berbeda. Adanya perilaku seperti pengumpulan laporan
yang tidak tepat waktu/tidak sesuai deadline merupakan salah satu indikasi
adanya sebagian kecil pegawai pada instansi tersebut yang memiliki kinerja
yang kurang baik/belum sesuai dengan yang diharapkan instansi.
Hasil pengamatan tersebut, didukung oleh hasil wawancara kepada
salah satu staff instansi yang menyatakan bahwa tidak sedikit diantara
pegawai instansi yang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan mereka secara
tepat waktu. Akibatnya pada waktu-waktu tertentu terjadi penumpukan beban
-
3
pekerjaan sehingga mengharuskan pegawai menyelesaikan pekerjaannya di
luar waktu kerja yang telah ditetapkan. Meskipun sebagian besar pegawai
instansi tersebut sudah dapat melaksanakan pekerjaan mereka secara baik,
namun dengan adanya sebagian kecil pegawai yang memiliki kinerja kurang
baik seperti diatas tentunya dapat memberikan dampak buruk bagi kinerja
instansi secara keseluruhan dan pencapaian tujuan instansi.
Kinerja pegawai sebenarnya dapat dicapai secara maksimal jika instansi
mau memperhatikan dan mengembangkan kemampuan dan pola pikir serta
perilaku dari pegawai. Saat ini masalah yang masih menjadi penyebab
buruknya kinerja SDM aparatur pemerintah adalah kurangnya kompetensi
yang dimiliki SDM dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal tersebut dapat
juga merupakan salah satu masalah yang ditemui di Sekditjen Bina Gizi dan
KIA karena berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat magang diketahui
bahwa masalah ketidaktepatan waktu dalam penyelesaian tugas/laporan dapat
disebabkan karena adanya ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki
pegawai dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Salah satu upaya yang cukup penting untuk menekankan SDM agar
menjadi SDM yang produktif dan professional dan memiliki kompetensi yang
memadai dalam pelaksanaan tugasnya adalah dengan menempatkan pegawai
pada posisi yang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Hal tersebut
sangat penting bagi instansi Pemerintah karena merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam menjalankan reformasi birokrasi untuk peningkatan
produktiftas dan profesionalisme SDM aparatur negara (Kemenpan, 2013).
-
4
Menurut Bernardin dan Russel (1993) dalam Pessiwarissa (2008),
terdapat 3 hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penempatan kerja
yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan. Penempatan yang
sesuai dan tepat merupakan motivasi yang akan menimbulkan antusias dan
semangat kerja yang tinggi bagi seseorang dan merupakan salah satu kunci
untuk memperoleh kinerja yang optimal dari setiap karyawan (Hasibuan,
2006). Kesesuaian penempatan kerja juga merupakan syarat utama bagi
terciptanya kondisi yang kondusif bagi pegawai untuk mengeluarkan segala
kemampuannya dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan (Murad,2012).
Namun, pada saat ini hambatan yang masih sering ditemui di instansi
pemerintah baik di pusat maupun daerah adalah penempatan yang masih
belum sesuai dengan kompetensi karyawan (Kemenpan, 2013). Karateristik
yang berbeda dari setiap pegawai merupakan tantangan bagi setiap instansi
untuk melakukan penempatan kerja. Selain itu, masalah ketidaksesuaian
antara formasi yang diajukan dengan formasi yang diberikan merupakan hal
yang sering ditemui di instansi pemerintah. Kesulitan-kesulitan inilah yang
terjadi di beberapa instansi pemerintahan dan karena adanya kesalahan dalam
penempatan kerja ini maka hal tersebut dapat menyebabkan penurunan
produktifitas dan kinerja pegawai yang juga akan berdampak pada pencapaian
tujuan dari instansi yang bersangkutan (Yanti,2012).
Instansi seperti Sekditjen Bina Gizi dan KIA sendiri merupakan sebuah
instansi yang sangat memperhatikan masalah SDM dengan melakukan
pembinaan secara terus-menerus untuk mencapai kinerja yang efektif dan
-
5
efisien guna mencetak pegawai yang berprestasi sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pengelolaannya, unit kerja tersebut
memiliki Job desk yang berbeda-beda sehingga membutuhkan kualifikasi
khusus dan berhubungan langsung dengan masalah penempatan dan kinerja.
Pembagian kerja oleh pimpinan instansi tersebut dilakukan dengan
mengalokasikan pegawai pada berbagai bidang pekerjaan yang berbeda.
Namun berdasarkan hasil telaah awal peneliti terhadap data kepegawaian di
Sekditjen, dapat diketahui bahwa penempatan pegawai pada instansi tersebut
belum mengacu pada kesesuaian pengetahuan mereka. Pada Sekditjen Bina
Gizi dan KIA, terdapat 22% ketidaksesuaian pengetahuan dalam penempatan
kerja pegawai yang secara nyata terlihat dari tidak adanya konsistensi latar
belakang pendidikan formal dengan pekerjaan yang dibebankan.
Penempatan kerja seorang pegawai seharusnya tidak hanya dilihat
sebagai upaya untuk mendistribusikan pegawai pada bidang pekerjaan yang
berbeda, akan tetapi juga harus berorientasi pada peningkatan kinerja setiap
pegawai sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap
pencapaian tujuan instansi secara keseluruhan. Dengan melihat pertimbangan
bahwa penempatan pegawai instansi saat ini masih belum mengacu pada
kesesuaian pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai, maka hal tersebut
memberikan dampak pada kualitas kinerja pegawai di Sekditjen Bina Gizi
dan KIA. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan mencoba melihat
tentang Pengaruh Kesesuaian Penempatan Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014.
-
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil telaah awal peneliti terhadap struktur organisasi dan
data kepegawaian di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, dapat
diketahui bahwa penempatan pegawai pada instansi tersebut belum mengacu
pada kesesuaian pengetahuan mereka. Pada Sekditjen Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI, terdapat 22% ketidaksesuaian pengetahuan dalam penempatan
kerja pegawai yang secara nyata terlihat dari tidak adanya konsistensi latar
belakang pendidikan formal dengan pekerjaan yang dibebankan. Hal tersebut
memberikan dampak bagi kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan
KIA Kemenkes RI seperti ketidaktepatan waktu dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan
beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana kesesuaian penempatan kerja pegawai meliputi kesesuaian
pengetahuan, keterampilan, dan kesesuaian sikap pegawai di Sekretariat
Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI ?
2. Bagaimana kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI ?
3. Bagaimana pengaruh kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan
kesesuaian sikap terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi
dan KIA Kemenkes RI ?
-
7
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kesesuaian penempatan kerja terhadap kinerja pegawai di Sekretariat
Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.
1.4.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat pada uraian sebelumnya,
maka tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Diketahuinya kesesuaian penempatan kerja pegawai meliputi
kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan kesesuaian sikap pegawai di
Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.
2. Diketahuinya kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI.
3. Diketahuinya pengaruh kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan
sikap terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA
Kementerian Kesehatan RI
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan
masukan kepada organisasi mengenai pengaruh kesesuaian
penempatan kerja terhadap kinerja untuk pertimbangan manajemen
dalam hal peningkatan kinerja dan kualitas sumber daya manusia di
-
8
organisasi. Selain itu, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak manajemen instansi untuk mengambil
keputusan dalam melakukan penempatan kerja karyawan.
1.5.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengalaman, dan keterampilan peneliti tentang permasalahan
manajemen sumber daya manusia dalam suatu perusahaan serta dapat
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama
perkuliahan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas sumber
daya manusia.
1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Peneliti
Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan
tentang kajian SDM sehingga dapat memberikan masukan bagi
peneliti di masa mendatang mengenai pengaruh kesesuaian
penempatan kerja terhadap kinerja pegawai di institusi pemerintah dan
dapat melakukan penelitian terkait dengan masalah ini secara lebih
lanjut. Selain itu, penelitian ini juga merupakan bahan masukan untuk
pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah ada guna
mencapai ilmu yang lebih tinggi, khususnya dalam penelitian masalah
SDM.
-
9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terfokus pada kajian masalah sumber daya manusia yaitu
mengenai pengaruh kesesuaian penempatan kerja terhadap kinerja pegawai di
Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI pada bulan Juni-Juli
tahun 2014. Sasaran penelitian yaitu pegawai yang bekerja di Sekretariat
Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan mengambil data primer melalui
kuisioner dan wawancara mendalam, dan data sekunder yang diperoleh dari
data profil kepegawaian, SKP (Sasaran Kerja Pegawai), serta PERMENKES
No.1144 Tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian
Kesehatan RI.
-
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam mencapai visi, misi dan tujuan, suatu instansi tidak bisa bekerja
sendiri, tetapi perlu disokong oleh beberapa indikator yang akan menentukan
keberhasilannya dalam meraih visi, misi, dan tujuan tersebut. Salah satu
indikatornya adalah adanya peran aktif dari karyawan sebagai salah satu
komponen sistem organisasi. Karyawan merupakan asset utama organisasi
dan mempunyai peran yang strategis didalam organisasi yaitu sebagai
pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas organisasi (Blau & Scott, 1962;
Katz & Kahn, 1966 dalam Lucky, 2011). SDM merupakan komponen kritis
yang berarti tingkat manfaat sumber daya lainnya tergantung kepada
bagaimana kita memanfaatkan dan memanajemen SDM (Ilyas, 2011).
Menurut Hasibuan (2006) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen
ini terdiri dari enam unsur yaitu: men, money, methode, materials, machines,
dan market. Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu
manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia. Manajemen
sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu instrumen penting bagi
organisasi dalam mencapai berbagai tujuannya.
-
11
Manajemen SDM diperlukan dalam pengelolaan sebuah perusahaan,
terutama dalam mengelola, mengatur, dan mengurus sumber daya manusia
yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan akan dapat berjalan
dengan baik, efektif, dan effisien apabila terdapat manajemen sumber daya
manusia yang baik. Manajemen SDM yang baik adalah yang menekankan
pada kemampuan untuk memacu sumber daya manusia sebagai anggota
organisasi untuk dapat memberikan hasil dan pelayanan yang terbaik. Jika
manajemen SDM tidak dilaksanakan dengan baik, maka pengelolaan,
penggunanaan, dan pemanfaatan sumber daya lainnya menjadi tidak berdaya
guna (Septiani,2008).
Menurut Dessler (1984), manajemen sumber daya manusia merupakan
lima fungsi dasar yang dilaksanakan para manajer yaitu perencanaan,
penggorganisasian, pengisian staff, dan pengawasan dalam mendapatkan
sumber daya manusia organisasi yang efektif dan effisien.
Kemudian, menurut Notoadmodjo (2009) manajemen sumber daya
manusia pada hakikatnya adalah penerapan manajemen khusus untuk sumber
daya manusia, sehingga dapat didefinisikan manajemen sumber daya manusia
adalah seni untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengawasi kegiatan-kegiatan sumber daya manusia atau pekerja dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Secara garis besar fungsi manajemen
sumber daya manusia dikelompokkan menjadi dua yaitu fungsi manajerial
(perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) dan fungsi
operasional (pengadaan sumber daya manusia, pengembangan, kompensasi,
-
12
integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja) (Notoatmodjo,
2009). Dengan adanya kegiatan-kegiatan dan fungsi MSDM ini, diharapkan
seluruh SDM yang ada di perusahaan dapat menjadi SDM yang produktif dan
professional, serta dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap
organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2009).
Melihat penjelasan-penjelasan diatas mengindikasikan bahwa
kedudukan sumber daya manusia yang begitu esensial dalam kelangsungan
hidup organisasi sehingga dibutuhkan pemberdayaan untuk SDM tersebut.
Dengan pemberdayaan manajemen sumber daya yang efektif dan efisien,
akan melahirkan pekerja yang lebih berkualitas dibandingkan saat pekerja
tersebut baru masuk ke perusahaan dan kepuasan pekerja akan tercapai dan
berdampak juga bagi keberhasilan organisasi tersebut. Berdasarkan uraian
yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen
sumber daya manusia merupakan suatu ilmu dan seni yang sangat penting
bagi suatu organisasi dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya
manusia dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menerapkan
fungsi-fungsi manjemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan, pengadaan, penempatan, pengembangan, serta kompensasi.
Manajemen sumber daya manusia yang dimaksud dalam pembahasan
ini lebih memfokuskan pada manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Manajemen Pegawai Negeri Sipil menurut UU No.43 Tahun 1999 pasal 1
adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
-
13
derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban
kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas,
penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian. Tujuan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil yaitu untuk menjamin penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna
dengan dukungan PNS yang professional, bertanggung jawab, jujur, dan adil
melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi
kerja/kinerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja
(Sedamaryanti, 2007).
2.2 Penempatan Kerja
2.3.1 Pengertian Penempatan Kerja
Kegiatan penempatan karyawan merupakan salah satu fungsi
manajemen SDM dalam proses pengadaan pegawai. Menurut Hasibuan
(2006), pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi,
dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang efektif dan effisien guna
membantu tercapainya tujuan perusahaan. Pengadaan merupakan fungsi
operasional pertama MSDM dan juga merupakan masalah yang penting, sulit,
dan kompleks karena untuk mendapatkan dan menempatkan orang-orang
yang kompeten, serasi, serta efektif tidaklah semudah membeli dan
menempatkan mesin.
Penempatan merupakan proses menempatkan orang-orang yang tepat
pada tempat yang tepat. Penempatan tenaga kerja merupakan proses keempat
-
14
dari fungsi manajemen tenaga kerja. Penempatan tersebut dilakukan setelah
proses analisis pekerjaan, perekrutan dan seleksi tenaga kerja dilaksanakan.
Menurut Faustino (2000) dalam Yanti (2012), penempatan kerja merupakan
salah satu fungsi terpenting dalam manajemen sumber daya manusia, karena
tepat tidaknya seseorang ditempatkan pada suatu posisi tertentu yang akan
berdampak pada keproduktifan kerjanya tergantung pada fungsi penempatan
ini. Jika fungsi ini dilaksanakan dengan tidak baik maka akan berdampak
terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Penempatan karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada
posisi kerja tertentu (Rivai dan Sagala, 2009). Mathis & Jackson (2002)
menyatakan bahwa Penempatan adalah menempatkan posisi seseorang ke
posisi pekerjaan yang tepat, seberapa baik seorang karyawan cocok dengan
pekerjaanya yang akan mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan.
Karyawan yang ditempatkan pada posisi tertentu harus memiliki kompetensi
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efissien.
Proses penempatan pegawai yang tidak tepat akan menyebabkan kinerja yang
kurang optimal (Naliebrata, 2007).
Menurut Sastrohadiwiryo (2005), penempatan (placement) merupakan
salah satu aspek yang penting dalam proses perencanaan sumber daya
manusia, karena mempunyai hubungan yang erat dengan efisiensi dan
keadilan (setiap pegawai diberikan peluang yang sama untuk berkembang).
Menurut Sastrohadiwiryo (2005), penempatan kerja adalah proses pemberian
tugas dan pekerjaan kepada karyawan yang lulus seleksi untuk dilaksanakan
-
15
sesuai ruang lingkup yang telah ditetapkan, serta mampu
mempertanggungjawabkan segala resiko dan kemungkinan-kemungkinan
yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang serta tanggung jawab.
Rivai (2006) menyatakan bahwa penempatan terdiri dari dua cara: (1)
pegawai baru dari luar instansi dan (2) penugasan di tempat yang baru bagi
pegawai lama yang disebut inplacement atau penempatan internal. Tujuan
penempatan pegawai ini adalah untuk menempatkan orang yang tepat pada
jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan pegawai, sehingga sumber
daya manusia yang ada menjadi produktif. Penempatan yang tepat merupakan
suatu cara yang bukan hanya untuk mengoptimalkan kemampuan dan
keterampilan menuju prestasi kerja yang tinggi bagi pegawai itu sendiri, akan
tetapi juga merupakan bagian dari proses pengembangan pegawai di masa
depan (Murad,2012).
Penempatan pegawai dalam sistem sumber daya manusia merupakan
hal yang menarik untuk diperhatikan, karena berhubungan dengan
kepentingan perusahaan maupun kepentingan pegawai itu sendiri. Kegiatan
penempatan dimulai setelah instansi melaksanakan kegiatan penarikan dan
seleksi yaitu pada saat seorang calon pegawai yang berasal baik dari luar
maupun dari dalam instansi dinyatakan diterima dan siap untuk ditempatkan
pada jabatan atau unit kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Hasibuan
(2006) menyatakan penempatan (placement) karyawan adalah tindak lanjut
dari seleksi yaitu menempatkan calon karyawan yang diterima (lulus seleksi)
pada jabatan/pekerjaan yang membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan
-
16
authority kepada orang tersebut, dengan demikian calon karyawan itu akan
dapat mengerjakan tugas-tugasnya di jabatan yang bersangkutan.
Menurut Gomes (2003), efektivitas fungsi seleksi dan penempatan
ditentukan oleh beberapa syarat penting, dan bahkan tergantung pada
informasi-informasi yang diperoleh dari syarat-syarat tersebut. Informasi-
informasi yang diperoleh melalui syarat-syarat tersebut akan dijadikan
masukan bagi seorang manajer dalam mengambil keputusan penerimaan dan
penempatan seorang pekerja. Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Informasi analisis jabatan yang memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi
jabatan dan standar prestasi yang disyaratkan dalam setiap jabatan.
b. Rencana-rencana Sumber Daya Manusia yang akan memberikan informasi
kepada manajer tentang tersedia/tidaknya lowongan pekerjaan dalam
organisasi.
c. Keberhasilan fungsi rekrutmen yang akan menjamin manajer bahwa
tersedia sekelompok orang yang akan dipilih.
Menurut Handoko (2011) dalam hal penempatan karyawan ada
beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Pendidikan, dalam hal ini pendidikan sangat mendukung untuk memangku
suatu jabatan, dan diperlukan demi kelancaran tugas-tugas dan tanggung
jawab yang diemban jabatan tersebut.
-
17
b. Kesehatan, yaitu untuk menjamin kesehatan fisik dan mental sehingga
dalam menempatkan karyawan pada suatu bidang pekerjaan, dapat
disesuaikan dengan kondisi kesehatannya.
c. Pengalaman kerja, ini sangat dibutuhkan perusahaan untuk penguasaan
pekerjaan dan biasanya pengalaman kerja memberikan kecenderungan
yang bersangkutan memiliki keahlian dan ketrampilan kerja yang relatif
tinggi.
Selain memperhatikan persyaratan seperti dijelaskan di atas, agar
upaya penempatan karyawan sesuai dengan yang diharapkan, maka menurut
Hasibuan (2006), penempatan harus didasarkan pada job description dan job
specification yang telah ditentukan serta berpedoman kepada prinsip "The
right man on the right place and the right man behind the job. Hal ini akan
membawa suatu instansi kepada hasil kerja yang optimal karena terdapat
adanya korelasi positif antara penempatan pegawai dengan peningkatan
produktifitas kerja.
2.3.2 Jenis-Jenis Penempatan Kerja
Rivai (2006) menyatakan, dalam hal keputusan penempatan pegawai
biasanya lebih banyak dibuat oleh manajer lini, biasanya supervisor seorang
karyawan berkonsultasi untuk menentukan penempatan pegawai di masa
datang. Peranan departemen SDM adalah memberi nasehat kepada manajer
lini tentang kebijakan perusahaan dan memberikan konseling kepada
karyawan. Jenis jenis penempatan kerja menurut Rivai (2006), antara lain:
-
18
1. Promosi
Promosi terjadi apabila seorang pegawai dipindahkan dari suatu pekerjaan
kepekerjaan lain yang lebih tinggi dalam pembayaran, tanggung jawab dan
atau level. Umumnya diberikan sebagai penghargaan, hadiah (reward system)
atas usaha dan prestasi dimasa lampau.
2. Transfer dan demosi
Transfer dan demosi adalah dua kegiatan utama penempatan pegawai
lainnya yang ada pada perusahaan. Transfer terjadi jika seorang pegawai
dipindahkan dari suatu bidang tugas kebidang tugas lainnya yang
tingkatannya hampir sama baik tingkat gaji, tanggung jawab, maupun tingkat
strukturalnya. Demosi terjadi apabila seorang pegawai dipindahkan dari suatu
posisi keposisi lainnya yang lebih rendah tingkatannya, baik tingkat gaji,
tanggung jawab, maupun tingkatan strukturalnya.
3. Job-Posting Programs
Job-posting programs memberikan informasi kepada pegawai tentang
pembukaan lowongan kerja dan persyaratannya. Pengumuman tentang
lowongan kerja tersebut mengundang para pegawai yang memenuhi syarat
untuk melamar. Tujuan program job-posting adalah untuk memberi dorongan
bagi pegawai yang sedang menari promosi dan transfer serta membantu
departemen SDM dalam mengisi jabatan internal.
-
19
2.3.3 Prosedur Penempatan Kerja
Setiap kegiatan diperlukan tahapan yang harus dilalui dalam
pelaksanaannya. Tahapan tersebut harus dilaksanakan tahap demi tahap (step
by step) tanpa meninggalkan prinsip dan azas yang berlaku. Prosedur
penempatan tenaga kerja merupakan urutan untuk menempatkan tenaga kerja
yang tepat pada posisi yang tepat (the right man on the right place).
Prosedur penempatan karyawan yang diambil merupakan bagian dari
pengambilan keputusan (decision making) yang dilakukan oleh manajer
tenaga kerja, khususnya bagian penempatan tenaga kerja, baik yang telah
diambil berdasarkan pertimbangan rasional maupun obyektif. Perttimbangan
rasional dalam pengambilan keputusan untuk menempatkan tenaga kerja, baik
pengambilan keputusan yang didasarkan atas fakta keterangan maupun data
yang dianggap resperensif. Artinya, pengambilan keputusan dalam
penempatan tenaga kerja tersebut atas dasar hasil seleksi yang telah dilakukan
oleh manajer tenaga kerja.
Pertimbangan obyek ilmiah berdasarkan data dan keterangan tentang
pribadi tenaga kerja, baik atas dasar referensi dari seseorang maupun atas
hasil seleksi tenaga kerja yang pelaksanaannya tanpa mengesampingkan
metode-metode ilmiah. Pelamar yang lulus seleksi harus segera diberi
informasi, begitu juga bagian penempatan tenaga kerja perlu mengetahui agar
dikondisikan dengan keadaan perusahaan sehingga tenaga kerja dapat
ditempatkan berdasarkan kualifikasi yang bersangkutan.
-
20
2.3.4 Kriteria-Kriteria yang Harus Dipenuhi Dalam Penempatan
Karyawan
Penempatan kerja yang dilakukan harus sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki oleh karyawan. Menurut UU No. 13 Tenaga Kerja Tahun 2003,
kompetensi karyawan terdiri dari pengetahuan, keterampilan, serta sikap
pegawai. Pesiwarissa (2008) juga menyatakan bahwa kesesuaian penempatan
kerja bagi seorang pegawai perlu mendapatkan perhatian bagi setiap
pimpinan instansi. Kesesuaian yang dimaksudkan terdiri dari kesesuaian
pengetahuan, keterampilan, dan kesesuaian sikap pegawai dengan pekerjaan
yang diberikan. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat menurut Bernardin
dan Russel (1993) dalam Yanti (2012), bahwa ada beberapa kriteria yang
harus dipenuhi dalam pelaksanaan penempatan pegawai antara lain:
1. Pengetahuan
Merupakan suatu kesatuan informasi terorganisir yang biasanya terdiri
dari sebuah fakta atau prosedur yang diterapkan secara langsung terhadap
kinerja. Sebuah fungsi pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui
pendidikan formal, pendidikan informal, pengalaman, membaca buku dan
lain-lain. Mulyasa (2002) mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah suatu
kesadaran dalam bidang kognitif yang membuat seseorang dapat
mengetahui metode penyelesaian tugas dengan baik. Kemudian, Martopo
(2004) juga menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kompetensi
seseorang, pengetahuan sangat berperan penting dalam mempengaruhi
-
21
tingkat kemampuan penerimaan inovasi, adopsi dan inisiatif dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam suatu organisasi kerja.
Pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai diharapkan dapat membantu dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya, oleh karena itu
pegawai dituntut untuk memiliki pengetahuan yang sesuai dengan
pekerjaannya.
Kesesuaian pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pegawai dengan
kualifikasi pekerjaan yang ditempati paling tidak dapat dilihat dari
indikator-indikator seperti kesesuaian latar pendidikan formal maupun
informal dan penempatan pegawai yang disesuaikan dengan wawasan
pengetahuan pekerjaan yang akan dapat mendukung dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2007) tingkat
pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur
sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Tingkat
pendidikan seorang karyawan dapat membuat karyawan memiliki
pengetahuan konseptual dan teoritis yang membantunya dalam mengerjakan
tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
Menurut Dessler (1984) bahwa pelatihan memberikan pegawai
keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan.
Kemudian, menurut Yanti (2012) bahwa semakin sesuai antara materi
pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh seorang pegawai dengan
-
22
tuntutan tugas yang dibebankan kepadanya akan semakin baik pula kinerja
pegawai tersebut. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya
pendidikan dan pelatihan, diantaranya yaitu pegawai dapat membuat
keputusan dan pemecahan masalah secara lebih baik; internalisasi dan
operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab dan kemajuan;
mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; serta dapat
membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru
(Sirait, 2006 dalam Yuliastuti, 2007).
2. Keterampilan
Mulyasa (2002) mengungkapkan bahwa keterampilan adalah sesuatu
yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Keterampilan merupakan kedalaman psikomotorik
yang dimiliki oleh seseorang, misalnya dengan keterampilan memanfaatkan
alat bantu, pegawai mampu menyelesaikan tugas yang diberikan secara
efektif dan efissien. Mulyasa menjelaskan bahwa keterampilan seseorang
dapat diperoleh melalui diklat-diklat kepemimpinan, diklat teknis/fungsional
dan kursus kursus atau berdasarkan pengalaman kerja.
Menurut Eduard L Pesiwarissa (2008), ketrampilan kerja para
karyawan dalam menduduki jabatannya yaitu:
1. Kemampuan Keterampilan Secara Teknis
Kemampuan secara teknis adalah keahlian seseorang dalam
pengembangan teknik yang dimiliki seperti keterampilan dalam
mengoperasikan computer.
-
23
2. Keterampilan Dalam Hubungan Kemanusiaan
Keterampilan dalam hubungan kemanusiaan dalam hal ini bagaimana
seseorang mampu membangun kerja sama dengan orang lain.
3. Keterampilan Secara Konsepsional
Keterampilan secara konseptual yaitu penguasaan seseorang secara
konseptual terhadap pekerjaan yang dikerjakan.
Oleh karena itu, berdasarkan pendapat Pesiwarissa (2008), maka
indikator yang digunakan dalam mengukur kesesuaian keterampilan dengan
penempatan kerja pegawai terdiri dari keterampilan teknis, hubungan
kemanusiaan, dan keterampilan konseptual, serta kesuaian keterampilan
dengan tuntutan pekerjaan.
c. Sikap
Kriteria selanjutnya yang harus dipenuhi dalam penempatan pegawai
adalah sikap. Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir
melalui gerakan fisik dan tanggapan fikiran terhadap sesuatu keadaan atau
suatu objek (Salim, 2008 dalam Yanti, 2012). Sikap mencerminkan
bagaimana seseorang merasakan sesuatu, Bila seseorang mengatakan saya
menyukai pekerjaan saya , maka orang itu akan menggunakan sikapnya
mengenal pekerjaan (Rivai,2006). Dengan demikian lebih jelas bahwa sikap
adalah pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan maupun yang tidak
menguntungkan, hal ini menyangkut mengenai obyek, orang atau peristiwa
dimana sikap mencerminkan bagaimana merasakan sesuatu. Misalnya sikap
terhadap jenis pekerjaan dan sikap terhadap sesama karyawan.
-
24
Widayasari (2007) dalam Yanti (2012) menyatakan sikap kerja
merupakan faktor psikologis yang sangat penting dalam usaha membentuk
kualitas sumber daya manusia. Faktor psikologis ini merupakan suatu
rangkaian ke arah perilaku, yaitu bagaimana perilaku seorang dalam bekerja.
Sikap kerja dapat pula diartikan sebagai perasaan dan keyakinan melihat
lingkungan kerja yang memberikan pengaruh dalam bekerja. Melalui sikap
kerja yang dimiliki oleh karyawan, maka diharapkan karyawan lebih
menikmati pekerjaan yang dia miliki sehingga mereka mampu menyelesaikan
pekerjaan tersebut dengan pencapaian kerja yang maksimal.
Kesesuaian sikap adalah sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yaitu
sejauhmana pekerjaan yang diemban dianggap menarik atau tidak menarik
oleh karyawan berdasarkan sikap terhadap jenis dari pekerjaan itu sendiri dan
sikap antar karyawan. Indikatornya adalah sikap terhadap jenis pekerjaan itu
sendiri, sikap terhadap sesama karyawan, sikap terhadap kesesuaian
peralatan, dan sikap terhadap kondisi fisik pekerjaan.
2.3 Kinerja
2.3.1 Pengertian Kinerja
Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job
performance) sumber daya manusia, untuk itu setiap perusahaan akan
berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Secara etimologi, kinerja berasal dari
kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukaan oleh
-
25
Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa kinerja Sumber Daya
Manusia merupakan istilah dari kata Job Performance atau Actual
Performance (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan/pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Lebih lanjut Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa
pada umumnya kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu
dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja pegawai
baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja
yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan
dari kinerja individu dan kinerja kelompok.
Menurut Rivai (2006) Kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar
hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
Definisi lain mengenai kinerja menurut Hadari Nawawi (2006)
adalah Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target kerja dapat
diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu
yang disediakan. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui
batas waktu yang disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
-
26
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. Kinerja
merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan dan
minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan
delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja.
Semakin tinggi ketiga faktor diatas, semakin besar pula kinerja
karyawan.
Musanef (1984), menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya
merupakan:
a. Kecakapan di bidang tugas,
b. Keterampilan melaksanakan tugas,
c. Pengalaman di bidang tugas,
d. Bersungguh-sungguh melaksanakan tugas,
e. Kesegaran, kesehatan jasmani, dan rohani,
f. Melaksanakan tugas serta berdaya guna dan berhasil guna,
g. Hasil kerja melebihi yang ditentukan.
Komponen-komponen yang disebutkan oleh Musanef di atas
sesuai dengan komponen-komponen yang dinilai pada prestasi
Pegawai Negeri Sipil menurut Surat Edaran BKN tanggal 11 Februari
1980 No. 02/SE/1980 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil. Di dalam Surat Edaran tersebut didefinisikan
bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai
Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
-
27
Dan kinerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh
kecakapan, kemampuan dan pengalaman serta sikap kesungguhan
Pegawai Negeri Sipil.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kinerja karyawan adalah hasil kerja baik kualitatif maupun kuantitatif
yang dicapai oleh pegawai dan dipengaruhi oleh kecakapan,
kemampuan, pengalaman, dan sikap kesungguhan pegawai sesuai
dengan tanggung jawabnya yang harus diselesaikan pada waktu yang
tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Dengan demikian kinerja
karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting,
yaitu: tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit
organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini
akan memberi arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya
perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel.
Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu
dibutuhkan ukuran, apakah seseorang telah mencapai kinerja yang
diharapkan. Untuk ukuran kuantitatif dan kualitatif standar kinerja
untuk setiap tugas dan jabatan juga memegang peranan yang penting.
Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses
pencapaian tujuan kinerja secara personel, tindakan ini akan membuat
personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku
-
28
kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian, jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan,
ukuran operasional, dan penilaian regular mempunyai peranan penting
dalam merawat dan meningkatkan personel (Ilyas,2002).
Kinerja merupakan perwujudan yang dilakukan oleh pegawai
yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap pegawai atau
organisasi. Kinerja yang baik merupakan langkah menuju tercapainya
tujuan organisasi. Oleh karena itu kinerja merupakan penentu dalam
tercapainya tujuan organisasi. Sehingga perlu diupayakan peningkatan
kinerja, walaupun hal itu tidaklah mudah karena banyak factor yang
menyebabkan tinggi rendahnya kinerja seseorang.
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Malayu S.P. Hasibuan (2006) mengungkapkan bahwa Kinerja
merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat
seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi
tugas, dan peran serta tingkat motivasi pekerja. Kemudian menurut
Simamora (2001) dalam Mangkunegara (2007) dan Gibson (1987)
dalam Ilyas (2002), kinerja dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
a. Faktor Individual yang mencakup kemampuan, keahlian, latar
belakang dan demografi. Menurut Gibson (1987) dalam Ilyas (2002),
kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, sedangkan variabel
-
29
demografis mempunyai efek yang tidak langsung pada perilaku dan
kinerja individu.
b. Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, attitude, personality,
pembelajaran dan motivasi.
c. Faktor Organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,
penghargaan, struktur dan job design
Mangkunegara (2007) dan Mathis dan Jackson (2002)
mengembangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
kinerja yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(motivation).
1. Faktor kemampuan (ability)
Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan
skill) artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (110-120)
dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil
dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah
mencapai kinerja diharapkan. Karyawan yang memiliki
kemampuan yang memadai dan sesuai dengan pekerjaannya, maka
akan terampil dalam melakukan kinerjanya sehingga mampu
memperoleh prestasi kerja yang baik. Sehingga penempatan
pegawai pada posisi yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
(penenrapan the right man in the right place the right man on the
-
30
right on the job) penting bagi perusahaan untuk mencapai kinerja
yang optimal dari setiap pegawai.
2. Faktor motivasi (motivator)
Motivasi dalam Prabu Mangkunegara adalah kondisi yang
menggerakkan diri manusia yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi. Menurut Prabu Mangkunegara (2007) motivasi
terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam
menghadapi situasi kerja. Sikap merupakan kondisi mental yang
mendorong karyawan untuk berusaha mencapai prestasi kerja yang
maksimal.
Kemudian, Alex Soemadji Nitisemito (2001) dalam Yanti
(2012) menyatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan, antara lain:
1) Jumlah dan komposisi dari kompensasi yang diberikan
2) Penempatan kerja yang tepat
3) Pelatihan dan promosi
4) Rasa aman di masa depan (dengan adanya pesangon dan
sebagainya)
5) Hubungan dengan rekan kerja
6) Hubungan dengan pemimpin
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut, dapat
dikatakan bahwa penempatan kerja yang tepat akan mempengaruhi
kinerja seorang pegawai. Dengan adanya penempatan yang sesuai dan
-
31
tepat, maka pegawai dapat memiliki kemampuan yang sesuai dengan
bidang pekerjaannya dan pegawai juga dapat memiliki motivasi yang
tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan penempatan yang
tepat, maka gairah kerja, mental kerja, dan prestasi kerja dapat
mencapai hasil yang optimal bahkan kreativitas serta prakarsa
karyawan dapat berkembang (Hasibuan, 2006).
2.3.3 Penilaian Kinerja
Menurut Ivancevich dalam Trihayu (2008), penilaian kinerja
merupakan bagian dari aktivitas manajemen sumber daya manusia
yang bertujuan menilai seberapa besar kontribusi pegawai kepada
perusahaan agar perusahaan dapat memberikan reward atau
penghargaan bagi pegawai tersebut. Schuler dan Jackson dalam
Trihayu (2008) menyatakan bahwa penilaian kinerja mengacu pada
suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan
mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku
dan hasil, termasuk tingkat kehadiran. Fokusnya adalah untuk
mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa
berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang,
sehingga karyawan organisasi dan masyarakat semuanya dapat
memperoleh manfaat.
Handoko (2011) menyatakan bahwa penilaian kinerja
(perfomance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-
-
32
organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan dimana
dalam kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan
personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan
tentang pelaksanaan kerja mereka.
Adapun menurut Hidayat dan Sucherly (2000), bahwa kinerja
aparat pemerintah pada hakikatnya merupakan hasil kerja sektor
pemerintah yang berupa jasa pelayanan terhadap masyarakat dan
terdiri dari banyak ragam serta sulit untuk dikuantifikasikan serta
dinilai dengan harga. Untuk mengukur karya dan prestasi aparat
pemerintah maka pendekatan yang sering dipakai adalah
memperbandingkan realisasi kegiatan pegawai dan target tujuan yang
ingin dicapai organisasi.
Menurut Mathis dan Jackson (2002), penilaian kinerja dapat
dilaksanakan oleh siapa saja yang mengerti benar tentang penilaian
kinerja pegawai secara individual. Kemungkinannya antara lain adalah
para atasan yang menilai bawahannya, bawahan yang menilai
atasannya, anggota kelompok menilai satu sama sama lain, penilaian
pegawai sendiri, penilaian dengan multisumber, dan sumber-sumber
dari luar.
Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan
umpan balik untuk pegawai, yang merupakan kunci pengembangan
bagi pegawai di masa mendatang. Di saat atasan mengidentifikasi
kelemahan, potensi dan kebutuhan pelatihan melalui umpan balik
-
33
penilaian kinerja, mereka dapat memberitahukan pegawai mengenai
kemajuan pegawai tersebut, mendiskusikan keterampilan apa yang
perlu mereka kembangkan dan melaksanakan perencanaan
pengembangan (Mathis dan Jackson, 2002).
Hal tersebut didukung pula oleh Dessler (1984), bahwa
penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan
faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi yang efektif dan
efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan umpan balik
berkenaan dengan kinerja karyawan tersebut dan penilaian
menyediakan kesempatan untuk meninjau kemajuan pegawai dan
untuk menyusun rencana peningkatan kinerja.
Perusahaan maupun organisasi menggunakan penilaian kinerja
bagi para karyawan atau individu mempunyai maksud sebagai langkah
administratif dan pengembangan. Secara administratif, perusahaan
atau organisasi dapat menjadikan penilaian kinerja sebagai acuan atau
standar di dalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi
pekerjaan karyawan, termasuk untuk promosi pada jenjang karir yang
lebih tinggi, pemberhentian, dan penghargaan atau penggajian.
Sedangkan untuk pengembangannya adalah cara untuk memotivasi
dan meningkatkan keterampilan kerja, termasuk pemberian konseling
pada perilaku karyawan dan menindak-lanjuti dengan pengadaan
training (Gomez, 2001).
-
34
Dipandang dari segi manfaatnya bagi perusahaan, penilaian
kinerja di suatu perusahaan atau instansi pemerintah merupakan
program yang sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka untuk
mengetahui pencapaian target dan sasaran kerja setiap individu
karyawan, selain itu juga membantu bagian personalia dalam
mengambil keputusan yang berkenaan dengan promosi, pelatihan,
kompensasi, serta perencanaan karir karyawan. Program ini juga
sangat dibutuhkan bagi karyawan untuk menciptakan kepuasan kerja,
karena karyawan dapat mengetahui apa yang telah dicapainya, serta
dapat yakin adanya perbedaan kompensasi, sehingga dapat
meningkatkan memotivasi untuk meningkatkan produktivitas
karyawan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan
pada tingkat yang lebih tinggi.
Adapun tujuan pengukuran kinerja secara rinci dikemukakan
oleh Dharma (2001) yaitu :
a). Memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk mengetahui
tingkat prestasi kerja mereka.
b). Berfungsi sebagai target atau sasaran, sebagai informasi yang
dapat digunakan para pegawai dalam mengarahkan usaha mereka
melalui serangkaian prioritas tertentu.
Menurut Sedarmayanti (2007), tujuan dari penilaian kinerja
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keterampilan dan kemampuan pegawai.
-
35
2. Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khusunya
penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
3. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai
seoptimal mungkin, sehingga dapat diarahkan jenjang/ rencana
karirnya, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan.
4. Mendorong terciptanya hubungan timbal baik yang sehat antara
atasan dan bawahan.
5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang
kepegawaian khususnya kinerja pegawai dalam bekerja.
6. Secara pribadi, pegawai mengetahui kekuatan dan kelemahannya
sehingga dapat memacu perkembangannya. Bagi atasan yang menilai
akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahan dan pegawainya,
sehingga dapat lebih memotivasi pegawai.
7. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi
penelitian dan pengembangan di bidang kepegawaian.
Ada terdapat dua metode di dalam penilaian kinerja, yaitu :
1. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal kinerja yang telah
dilakukan dan telah terjadi dan sampai batas tertentu, dapat diukur.
Kelemahannya adalah bahwa kinerja di masa lalu tidak dapat diubah,
tetapi dengan mengevaluasi kinerja di masa lalu, maka para karyawan
mendapatkan bahan masukan mengenai upaya-upaya mereka untuk
-
36
memperbaiki kinerja mereka. Teknik-teknik penilaian tersebut antara
lain yaitu teknik rating scale, checklist, metode peristiwa kritis
(critical incident method), metode peninjauan lapangan (field revie
method), tes dan observasi prestasi kerja, serta metode evaluasi
kelompok.
2. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan
Penilaian yang berorientasi masa depan dilakukan melalui
penilaian potensi karyawan untuk menentukan kinerja diwaktu yang
akan datang atau penetapan sasaran-sasaran kinerja dimasa
mendatang. Metode yang digunakan terdiri dari penilaian diri (self-
appraisal), penilaian psikologis (psychological appraisal), pendekatan
Management By Objective (MBO), serta teknik pusat penilaian.
Metode penilaian kinerja yang dilakukan saat ini di Kementerian
Kesehatan adalah dengan menggunakan SKP (Sasaran Kerja
Pegawai), yaitu metode penilaian yang berorientasi pada masa depan
dengan pendekatan management by objective (MBO). Inti pendekatan
MBO adalah bahwa setiap karyawan dan penyelia (atasan) secara
bersama menentukan tujuan tujuan atau sasaran sasaran
pelaksanaan kerja diwaktu yang akan datang. Management by
Objectives (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang
berorientasi pada pencapaian target kerja. Pada metode MBO, setiap
individu karyawan diberikan target kerjanya masing - masing, yang
bersesuaian dengan sasaran kerja unit dalam satu periode kerja.
-
37
Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode
mengacu pada realisasi target.
2.3.4 Indikator Kinerja
Untuk lebih menjamin keberhasilan dalam penilaian kinerja,
maka sebelumnya harus diterapkan dulu suatu standar dalam
mengukur kinerja. Menurut Dharma (2001) cara pengukuran atau
pelaksanaan standar mempertimbangkan tiga hal, yaitu:
a. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan. Pengukuran ini
melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksana kegiatan.
b. Kualitas yaitu mutu yang dihasilkan. Pengukuran ini berkaitan
dengan bentuk keluaran dan mencerminkan seberapa baik
penyelesaiannya.
c. Ketepatan Waktu. Sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan
Pengukuran ini menentukan ketepatan waktu penyelesaian tugas.
Menurut Mangkunegara (2007) hal yang perlu diperhatikan
oleh manajer sumber daya manusia dalam mengukur kinerja pegawai,
antara lain meliputi :
1. Kualitas kerja (Quantity), adalah menunjukkan hasil kerja yang
dicapai dari segi ketepatan, ketelitian dan keterampilan.
2. Kuantitas kerja (Quantity), adalah menunjukkan hasil kerja yang
dicapai dari segi keluaran atau hasil tugas-tugas rutinitas dan
kecepatan dalam menyelesaikan tugas itu sendiri.
-
38
3. Kerjasama (Cooperation), menyatakan kemampuan karyawan
dalam berpartisipasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam
menyelesaikan tugas.
4. Tanggung Jawab, menyatakan seberapa besar karyawan dalam
menerima dan melaksanakan pekerjaannya.
5. Inisiatif, yakni bersemangat dalam menyelesaikan tugasnya, serta
kemampuan dalam membuat suatu keputusan yang baik tanpa adanya
pengarahan terlebih dahulu.
Sedangkan, Bernardin dan Russel (1993) mengajukan enam
kriteria primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu
sebagai berikut:
1) Quality
Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan
kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang
diharapkan.
2) Quantity
Merupakan jumlah yang dihasilkan misalnya : jumlah rupiah, jumlah
unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan.
3) Timeliness
Merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada
waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi output
lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain.
-
39
4) Cost Effective
Yaitu tingkat sejauh mana penerapan sumber daya manusia, keuangan,
teknologi, material dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau
pengurangan kerugian dari setiap unit pengguna sumber daya.
5) Need for Supervisor
Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan
suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang
supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.
6) Interpersonal Import
Merupakan tingkat sejauh mana karyawan memelihara harga diri,
nama baik dan kerja sama di antara rekan kerja dan bawahan.
Penerapan standar diperlukan untuk mengetahui apakah
kriteria karyawan telah sesuai dengan sasaran yang telah diharapkan,
sekaligus melihat besarnya penyimpangan dengan cara
membandingkan antara hasil pekerjaan aktual dengan hasil yang
diharapkan. Oleh karena itu adanya suatu standar yang baku
merupakan tolak ukur bagi kinerja yang akan dievaluasi.
Mengadopsi dari beberapa pendapat di atas, maka penilaian
yang dilakukan untuk mengetahui kinerja pegawai yang disesuaikan
dengan indikator penilaian pada SKP, diantaranya sebagai berikut:
1) Kualitas kerja
Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan atau
tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati
-
40
kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan. Biasanya
diukur melalui ketepatan, ketelitian, dan ketrampilan.
2) Kuantitas kerja
Menunjukkan hasil kerja yang dicapai dari segi keluaran atau hasil
tugas-tugas rutinitas.
3) Timeliness (Ketepatan Waktu)
Merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada
waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi output
lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain.
2.4 Pengaruh Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli yang mengemukakan
hubungan atau keterkaitan antara penempatan pegawai dengan prestasi
kerja/kinerja pegawai, antara lain sebagai berikut:
Menurut Komaruddin yang dikutip oleh Suwatno (2001), menjelaskan
bahwa:Penempatan pekerjaan karyawan pada jabatan yang tepat akan
berdampak pada setiap karyawan, mereka dapat bertugas dengan efisien,
dapat mengembangkan diri untuk berprestasi dan merasa puas. Kemudian
menurut Yana Octaria (2000) dalam Murad (2012), menjelaskan bahwa
penempatan karyawan yang tepat merupakan salah satu cara yang menunjang
kearah terciptanya prestasi, sehingga hal ini dapat mencapai tujuan
perusahaan karena didapatnya orang-orang yang tepat, dimana orang-orang
-
41
tersebut dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang dan masa akan datang
perusahaan serta meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.
Kesesuaian penempatan kerja bagi setiap pegawai dapat berpengaruh
pada kinerja pegawai yang bersangkutan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Hasibuan (2006) yang menyatakan bahwa prinsip penempatan harus
dilaksanakan secara konsekuen supaya seorang pekerja bekerja sesuai dengan
spesialisasinya/keahliannya masing-masing. Dengan penempatan yang sesuai
dan tepat ini maka gairah kerja, mental kerja, dan prestasi kerja mencapai
hasil yang optimal bahkan kreativitas serta prakarsa karyawan dapat
berkembang. Penempatan yang sesuai dan tepat merupakan motivasi yang
akan menimbulkan antusias dan semangat kerja yang tinggi bagi seseorang
dalam mengerjakan pekerjaan itu. Jadi penempatan karyawan yang sesuai dan
tepat merupakan salah satu kunci untuk memperoleh kinerja yang optimal
dari setiap karyawan selain moral kerja, kreativitas, dan prakarsanya juga
akan berkembang (Hasibuan, 2006). Selain itu, menurut Siagian (2009)
bahwa kinerja para pegawai juga merupakan pencerminan prosedur
pengadaan pegawai yang ditempuh oleh bagian kepegawaian. Artinya, jika
sistem rekruitmen, seleksi, pengenalan dan penempatan pegawai sudah baik,
sangat besar kemungkinan kinerja para pegawai pun akan memuaskan.
Adanya keterkaitan antara kesesuaian pengetahuan dan keterampilan
dengan kinerja pegawai juga diperkuat oleh pendapat Siagian (2009) yang
menyatakan bahwa dalam kehidupan organisasional, pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi dalam melaksanakan tugas merupakan modal yang
-
42
amat besar. Kepercayaan pada diri sendiri perlu ditanamkan dalam organisasi.
Karena hal ini akan berpengaruh pada kinerja pegawai. Mutu pekerjaan juga
berhubungan dengan pendidikan dan kecerdasan dimana peningkatan
pendidikan dan kecerdasan meningkatkan cara berpikir secara kritis sehingga
lebih mampu mengekspresikan keinginan menurut persepsi yang harus
dipenuhi.
Semakin baik pengetahuan dan ketrampilan kerja seorang pegawai,
maka kemampuan kerjanya juga semakin baik. Robbins (2008) menyatakan,
kemampuan merujuk ke kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam
bidang pekerjaan tertentu. Semakin baik pengetahuan seorang pegawai akan
semakin tinggi pula kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Pekerjaan
membebankan tuntutan-tuntutan berbeda kepada pelaku untuk menggunakan
kemampuan yang dimiliki.
Kesesuaian sikap dengan pekerjaan juga dapat berpengaruh pada
kinerja pegawai. Robbins (2008) menyatakan sikap adalah pernyataan-
pernyataan evaluatif baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan
mengenai objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana
seseorang merasakan sesuatu. Dalam organisasi, sikap bersifat penting karena
mempengaruhi perilaku. Seseorang dapat mempunyai ribuan sikap, namun
perilaku organisasi memfokuskan perhatian pada sejumlah kecil sikap yang
berkaitan dengan pekerjaan. Sikap yang berkaitan dengan pekerjaan ini
membuka jalan evaluasi positif atau negatif yang dipegang para karyawan
mengenai aspek lingkungan kerja mereka. Pada akhirnya tinggi rendahnya
-
43
kinerja seseorang pegawai juga terkait erat dengan sikap pegawai tersebut
terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Eduard L. Pessiwarissa dalam jurnal aplikasi manajemen (2008) dengan
judul Pengaruh Kesesuaian Penempatan Kerja terhadap Prestasi Kerja
Pegawai (Studi pada Pegawai Kantor BAPPEDA Kabupaten Nabire, Papua).
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sample sejumlah populasi yang ada
yaitu sekitar kurang dari 100 pegawai dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kesesuaian penempatan kerja
yang meliputi kesesuaian pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai
berhubungan positif terhadap prestasi kerja pegawai. Variabel kesesuaian
pengetahuan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap
prestasi kerja.
Andri Latif Asikin Mansoer (2009) dengan judul Hubungan
Kesesuaian Penempatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai (Studi Kasus
pada Perusahaan Daerah Pasar Tohaga Kabupaten Bogor). Dalam penelitian
ini, mengambil sampel sebanyak 58 orang. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis data yaitu analisis korelasi Rank Spearman. Hasil dari
penelitian ini adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai
berhubungan positif terhadap prestasi kerja pegawai dan kesesuaian
keterampilan merupakan variabel yang memiliki korelasi yang paling kuat.
Selain itu, bukan hanya ketiga faktor ini yang berpengaruh dalam prestasi
-
44
kerja pegawai, namun kondisi fisik pegawai, peralatan kerja yang memadai
dan jenis pekerjaan yang dilakukan juga menentukan keberhasilan pegawai
dalam mencapai prestasi kerja yang tinggi.
T.Murad (2012) yang berjudul Pengaruh Penempatan Karyawan
Terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan Kabupaten Aceh Utara. Dalam penelitian tersebut menggunakan
64 sampel dengan menggunakan regresi linier berganda dan teknik
pengumpulan data dengan wawancara serta kuisioner. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini adalah adanya pengaruh secara signifikan variabel bebas
yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap variabel terikat yaitu
prestasi kerja. Variabel kesesuaian keterampilan merupakan variabel yang
paling dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja.
Asri Nur Fadillah, dkk menemukan bahwa terdapat pengaruh positif
antara penempatan pegawai terhadap kinerja pegawai pada pegawai
Sekretariat Daerah Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan analisis
regresi linear berganda dengan variabel penempatan kerja adalah kesesuaian
pengetahuan, kemampuan dan keahlian. Serta variabel kinerjanya adalah
kuantitas, kualitas, dan waktu.
Diana Prihartini (2012) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor
Kebijakan Penempatan SDM Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinkes Kota
Kediri dengan 51 sampel, menemukan bahwa penempatan kerja memiliki
hubungan dengan prestasi kerja pegawai. Athkan,dkk (2013) juga
menemukan bahwa terdapat pengaruh positif serta hubungan yang kuat antara
-
45
penempatan dengan kinerja pegawai pada Dinas Perkebunan Provinsi
Kalimantan Timur dengan 109 sampel, yang berarti bahwa semakin besar
nilai variabel penempatan maka akan semakin besar nilai variabel kinerjanya.
Hal ini menunjukkan bahwa penempatan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja pegawai.
Soares (2010) juga menemukan bahwa penempatan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan. Penempatan yang tepat serta didukung
oleh pengalaman