nina arista - fkik

226
PENGARUH KESESUAIAN PENEMPATAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Oleh: NINA ARISTA NIM. 1110101000071 PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H

Upload: bomiihayday

Post on 12-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

  • PENGARUH KESESUAIAN PENEMPATAN KERJA

    TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT

    DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2014

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

    Oleh:

    NINA ARISTA

    NIM. 1110101000071

    PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2014 M / 1435 H

  • i

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

  • ii

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

    Skripsi, Juli 2014

    Nina Arista, NIM : 1110101000071

    Pengaruh Kesesuaian Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Sekretariat

    Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014

    x + 176 halaman, 18 tabel, 2 bagan, 9 lampiran

    ABSTRAK

    Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) sumber daya

    manusia, untuk itu setiap perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawai

    dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Salah satu upaya untuk

    mengembangkan kemampuan SDM agar dapat memberikan kontribusi dan kinerja yang

    maksimal bagi perusahaan adalah dengan menempatkan pegawai sesuai dengan pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap kerja yang dimilikinya.

    Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sampel

    dalam penelitian ini adalah pegawai di Sekditjen Bina Gizi dan KIA sebanyak 84 orang

    responden dan 4 orang informan. Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh

    kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap kinerja pegawai. Sehingga melalui

    hasil penelitian ini, diharapkan instansi mampu melakukan analisis terlebih dahulu sebelum

    melakukan penempatan kerja sehingga pegawai lebih menguasai pekerjaannya sesuai dengan

    kemampuannya yang akhirnya dapat memberikan kinerja yang optimal bagi perusahaan.

    Berdasarkan hasil pengolahan data kuantitatif dan kualitatif, diketahui bahwa

    penempatan kerja pegawai saat ini sebagian besar sudah sesuai dengan pengetahuan,

    keterampilan kerja, dan sikap kerja yang dimilikinya, meskipun masih ada beberapa pegawai

    yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kurang sesuai dengan penempatan

    kerjanya tetapi hal itu masih bisa diatasi dengan pelaksanaan training yang dilakukan oleh

    pihak instansi. Selain itu, diketahui pula bahwa sebagian besar kinerja pegawai berdasarkan

    aspek kuantitas, kualitas hasil kerja, serta ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan telah

    sesuai dengan target/standar kerja yang direncanakan. Kemudian, dapat diketahui bahwa

    kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam penempatan kerja dapat berpengaruh

    kuat terhadap kinerja pegawai dan selama ini belum ada kinerja buruk yang disebabkan oleh

    ketidaksesuaian penempatan. Selain faktor kesesuaian penempatan, berdasarkan hasil analisis

    data kualitatif dapat diketahui pula bahwa ada faktor lain seperti peningkatan kesejahteraan

    pegawai, sistem reward, kemauan dalam mengerjakan tugas, serta kesadaran akan dampak

    pencapaian SKP yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai.

    Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian pengetahuan,

    keterampilan, dan sikap dalam penempatan kerja dapat berpengaruh dan memiliki pengaruh

    yang kuat terhadap kinerja pegawai. Oleh karena itu, sebaiknya pihak instansi diharapkan

    dapat mempertahankan penempatan kerja yang telah sesuai dan mengawasi kesesuaian

    penempatan kerja pegawai, kemudian juga menerapkan sistem sharing ilmu untuk mengatasi

    keterbatasan kegiatan diklat, perencanaan kegiatan diklat dengan mengadaptasi penilaian

    kinerja di Singapura, serta lebih memperhatikan seluruh faktor yang mempengaruhi kinerja

    untuk meningkatkan motivasi pegawai.

    Kata Kunci : Kinerja Pegawai, Kesesuaian Penempatan, Kesesuaian Pengetahuan,

    Keterampilan, dan Kesesuaian Sikap

    Sumber Bacaan: 61 (1980-2013)

  • iii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    PUBLIC HEALTH STUDY

    SPECIALISATION MANAGEMENT HEALTH SERVICES

    Thesis, July 2014

    Nina Arista, NIM: 1110101000071

    Influence on Performance Compliance Work Placement Officer at the Secretariat of the

    Directorate General of the Indonesian Ministry of Health Nutrition and MCH 2014

    x + 176 pages, 18 tables, 2 charts, 9 attachments

    ABSTRACT

    The success of an organization is influenced by the performance (job performance) of

    human resources, to any company that will seek to improve the performance of employees in

    achieving organizational objectives that have been set. One of the efforts to develop human

    resource capabilities in order to provide maximum performance and contribution for the

    company is by placing the employees in accordance with the knowledge, skills, and attitudes

    of its work.

    This study is quantitative and qualitative descriptive approach. A sample of this

    research is an employee at Sekditjen Bina Nutrition And KIA as many as 84 people of

    respondents and four people of an informer. This study aims to determine the influence of the

    conformity of work placement through the suitability of knowledge, job skills, and attitudes

    towards the work performance of employees. So, from the results of this research, it is

    expected the agency is able to perform analysis first before doing a work placement so that

    employees more control of the work to be carried out in accordance with his ability that

    ultimately can provide optimal performance for the company.

    Based on the results of the quantitative and qualitative data processing, it can be

    concluded that the placement of employees currently working mostly are in accordance with

    the knowledge, job skills, and attitudes of its work, although there are still some employees

    who have less knowledge and skills appropriate to the work placement but it can still be

    resolved by the implementation of the training conducted by the agency. In addition, it can be

    concluded that the employee's performance based on aspects of quantity, quality of the work,

    as well as the timeliness of completion of the work were in accordance with the target /

    standard of work that is planned. Then, it is known that the suitability of the knowledge,

    skills, and attitudes in a work placement have a strong influence on the performance of

    employe and there has not been a bad performance caused by incompatibility placementes. In addition to the suitability of the placement, based on the analysis of qualitative data it is

    known also that there are other factors such as an increase in the welfare of employees,

    reward systems, and the willingness of employees in a task, and awareness about the impact

    of the achievement of employee assessments that can affect employee performance.

    Based on these results, it can be concluded that the suitability of the knowledge, skills,

    and attitude in work placements can be influential and have a strong influence on the

    performance of employees. Therefore, we recommend that the agencies are expected to

    maintain the work placements that have appropriate and oversee compliance officer job

    placement, then also apply a sharing system to overcome the limitations of training activities,

    planning of training activities by adapting Singapore performance appraisal, as well as more

    attention to all the factors that affect the performance to improve motivation of employees.

    Keywords : Job Performance, Conformity of Employment, Compliance of Knowledge,

    Skills and Attitudes of Conformity

    References : 61 (1980-2013)

  • iv

  • v

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Identitas Pribadi :

    Nama : Nina Arista

    Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 24 November 1992

    Agama : Islam

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Jl. Melati No. 15/ B. 19, Komplek Pondok Jurang Mangu

    Indah, Pondok Aren, Tangerang Selatan, 15222

    No.Hp : +6285711455892 / 021-7352732

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1997 1998 : TK Permata Bunda Jakarta Selatan

    1998 2004 : SDN 010 Pesanggrahan, Jakarta Selatan

    2004 2007 : SMPN 235 Jakarta Selatan

    2007 2010 : SMAN 86 Jakarta Selatan

    2010 sekarang : S1 Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pengalaman Organisasi :

    2007 2010 : Anggota Rohis SMAN 86 Jakarta

    2010 2011 : Anggota Departemen Pendidikan, Penelitian, dan Keilmuan (P2K)

    Persatuan Anggota Muda IAKMI (PAMI) Jakarta

    2012 2013 : Anggota Departemen Pengembangan Ekonomi BEM Jurusan

    Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2013 sekarang : Ketua Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) Health Care

    Management Association (HACAMSA) UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hidayah, nikmat, rahmat, dan

    karunia-Nya yang tiada tara kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penulisan penelitian mengenai Pengaruh Kesesuaian Penempatan Kerja Terhadap

    Kinerja Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kementerian

    Kesehatan RI. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas

    akhir skripsi pada Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan

    Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Dalam penulisan laporan penelitian ini, penulis telah banyak mendapatkan

    bantuan berupa pengalaman, pembelajaran, serta dukungan yang tak terhingga dari

    berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Keluarga penulis. Papah (Haris Bastaman) dan Mamah (Titaningtyas Retnowati) ku

    tersayang yang selalu memberikan semangat, dorongan, dukungan serta doa yang tak

    terhingga kepada penulis. Kakak dan adikku tercinta, Mas Handi Andika dan Yusuf

    Sulaiman, terimakasih atas dukungan-dukungan teknisnya serta doanya sehingga

    penulis dapat lancar dalam mengerjakan penelitian ini. Serta keluarga besar penulis

    yang telah banyak memberikan dukungan, doa, dan perhatiannya kepada penulis.

    2. Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Febrianti, M.Si sebagai Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Fajar Ariyanti SKM, MKM, Ph.D dan dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku

    pembimbing fakultas yang telah sabar dalam membimbing dan memberikan banyak

    pembelajaran, motivasi, serta masukan-masukan yang konstruktif kepada penulis

    sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.

    5. Seluruh dosen di Jurusan Kesehatan Masyarakat, khususnya para dosen di peminatan

    Manajemen Pelayanan Kesehatan yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat

    bermanfaat bagi penulis.

    6. Dr. Kuwat Sri Hudoyo selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA yang

    telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Sekditjen Bina Gizi dan KIA.

    7. Ibu Dra. Sri Mulyani, MM. (Kepala Bagian Kepegawaian dan Umum), Ibu Dra.

    Gusmiati, MM. (Kepala Sub Bagian TU dan Gaji), dan Ibu Enizarti, SKM, MKM

    (Kasubag Kepegawaian) yang telah memberikan banyak bantuan, dukungan, dan

  • viii

    masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan penelitian ini. Serta

    Kabag dan Kasubag lainnya di Sekditjen dan seluruh staff (Ibu Rus, Mba Dian, Mba

    Agnes, Mba Syifa, Mba Yusi, Mba Riri, Mba Windy, Pak Pangkat, Pak Yus, Pak

    Budi, Pak Edi, Pak Pendi, Bu Hilda, Bu Eni, Bu Herlina, Bu Tina, Bu Tini, Bu Sri,

    Bu Ratna, Mas Iman dan seluruh staf lainnya di Sekditjen Gizikia) yang telah

    memberikan banyak dukungan, doa, dan selalu mau berbagi ilmu dan pengalamannya

    selama penulis melakukan penelitian di Sekditjen Bina Gizi dan KIA.

    8. Sahabat-sahabatku tersayang, Fam (Rizka, Bayti, Fika, Sabila, Tuti, Wiwid, Nita)

    dan Pizza (Cici, Rika, Sule, Dina, Putu, Anjar, Agung, Paul), My partner in crime

    (Eliza dan Tata), bat Nia, serta Umi dan Intan yang telah banyak memberikan penulis

    dukungan, doa, perhatian, semangat, serta hiburan ketika penulis merasa kehilangan

    semangat dan putus asa. Semoga kita semua dapat sukses menyongsong masa depan

    ya! Amin.

    9. Seluruh sahabat seperjuangan dalam penimatan MPK 2010 (Bayti, Eliza, Fika,

    Sabella, Tata, Nia, Enno, Ilma, Isni, Mawar, Anin, Fitria, Endah, Angga, Furin, dan

    Yusuf) yang telah banyak memberikan penulis dukungan, perhatian, semangat, doa,

    serta hiburan ketika penulis merasa kehilangan semangat dan putus asa. Semoga kita

    sukses menyongsong masa depan ya! Amin.

    10. Sahabat-sahabat lainnya dari Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

    Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, dan Epidemiologi.

    11. Serta semua pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

    membantu selama proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas budi

    kalian. Amin.

    Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis

    sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih memiliki banyak

    keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan kerendahan hati sangat

    menerima setiap saran dan masukan yang membangun serta membantu untuk perbaikan

    di masa depan. Wassalamualaikum Wr. Wb

    Tangerang, 8 Agustus 2014

    Penulis

    NINA ARISTA

  • ix

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN i

    ABSTRAK ii

    ABSTRACT iii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi

    KATA PENGANTAR vii

    DAFTAR ISI ix

    DAFTAR TABEL vi

    DAFTAR BAGAN vii

    DAFTAR ISTILAH viii

    DAFTAR LAMPIRAN ix

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang 1

    1.2. Rumusan Masalah 6

    1.3. Pertanyaan Penelitian 6

    1.4. Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum 7

    1.3.2 Tujuan Khusus 7

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.3.1. Bagi Institusi 7

    1.3.2. Bagi Peneliti 8

    1.3.3. Bagi Program Studi dan Peneliti Selanjutnya 8

    1.4. Ruang Lingkup Penelitian 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 10

    2.2. Penempatan Kerja 13

    2.2.1 Pengertian Penempatan Kerja 13

    2.2.2 Jenis-Jenis Penempatan Kerja 17

    2.2.3 Prosedur Penempatan Kerja 19

  • x

    2.2.4 Kriteria yang Harus Dipenuhi Dalam Penempatan Kerja 20

    2.3. Kinerja 24

    2.3.1 Pengertian Kinerja 24

    2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 28

    2.3.3 Indikator Kinerja 31

    2.3.4 Penilaian Kinerja 37

    2.4. Pengaruh Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai 40

    2.5. Penelitian Terdahulu 43

    2.6. Kerangka Teori 47

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1. Kerangka Konsep 49

    3.2. Definisi Operasional 51

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    4.1. Desain Penelitian 54

    4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 55

    4.3. Populasi dan Sampel 55

    4.4. Pengumpulan Data 57

    4.4.1. Data Primer 57

    4.4.1.1. Instrumen Penelitian 58

    4.4.1.2. Validitas dan Reliabilitas Data 60

    4.4.2. Data Sekunder 65

    4.5. Manajemen dan Pengolahan Data 65

    4.6. Analisis Data 67

    4.7. Penyajian Data 70

    BAB V HASIL PENELITIAN

    5.1 Gambaran Umum Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI 73

    5.2 Karakteristik Responden

    5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 78

    5.2.2 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja 79

    5.2.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 79

    5.3 Gambaran Kesesuaian Pengetahuan Pegawai Dalam Penempatan Kerja 80

    5.4 Gambaran Kesesuaian Keterampilan Pegawai Dalam Penempatan Kerja 86

  • xi

    5.5 Gambaran Kesesuaian Sikap Pegawai Dalam Penempatan Kerja 91

    5.6 Gambaran Kinerja Pegawai 92

    5.7 Pengaruh Kesesuaian Pengetahuan Dalam Penempatan Kerja Terhadap Kinerja

    Pegawai 97

    5.10 Pengaruh Kesesuaian Keterampilan Kerja Dalam Penempatan Kerja Pegawai

    Terhadap Kinerja Pegawai 102

    5.11Pengaruh Kesesuaian Sikap Kerja Dalam Penempatan Kerja Pegawai Terhadap

    Kinerja Pegawai 106

    BAB VI PEMBAHASAN

    6.1 Keterbatasan Penelitian 111

    6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pegawai 112

    6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja Pegawai 112

    6.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pegawai 113

    6.5 Kesesuaian Pengetahuan Dalam Penempatan Kerja Pegawai 113

    6.6 Kesesuaian Keterampilan Dalam Penempatan Kerja Pegawai 128

    6.7 Kesesuaian Sikap Dalam Penempatan Kerja Pegawai 142

    6.8 Kinerja Pegawai 146

    6.9 Pengaruh Penempatan Kerja Berdasarkan Kesesuaian Pengetahuan Terhadap Kinerja

    Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI 154

    6.10 Pengaruh Penempatan Kerja Berdasarkan Kesesuaian Keterampilan Kerja

    Terhadap Kinerja Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA

    Kemenkes RI 160

    6.11 Pengaruh Penempatan Kerja Berdasarkan Kesesuaian Sikap Terhadap Kinerja

    Pegawai di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI 166

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1. Kesimpulan 173

    7.2. Saran 174

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel

    2.1 Tabel Penelitian Terdahulu 45

    3.1 Tabel Definisi Operasional Variabel Untuk Penelitian Kuantitatif 51

    3.2 Tabel Definisi Operasional Variabel Untuk Penelitian Kualitatif 53

    4.1 Tabel Nilai Z dan Z 55

    4.2 Tabel Perhitungan Besar Sampel Untuk Tiap Variabel Bebas 55

    4.3 Tabel Hasil Uji Validitas 62

    4.4 Tabel Hasil Uji Reliabilitas 64

    4.5 Tabel Cara Penyajian Data 71

    5.1 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pegawaidi Sekditjen Bina

    Gizi dan KIA Tahun 2014 78

    5.2 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja Pegawai di Sekditjen Bina Gizi

    dan KIA Tahun 2014 79

    5.3 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Sekditjen Bina Gizi

    dan KIA Tahun 2014 80

    5.4 Tabel Gambaran Kesesuaian Pengetahuan Dalam Penempatan Kerja Pegawai di

    Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 81

    5.5 Tabel Gambaran Kesesuaian Keterampilan Dalam Penempatan Kerja Pegawai di

    Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 87

    5.6 Tabel Gambaran Kesesuaian Sikap Dalam Penempatan Kerja Pegawai di Sekditjen

    Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 91

    5.7 Tabel Gambaran Kinerja Pegawai di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI

    Tahun 2014 93

  • xiii

    5.8 Tabel Hasil Analisis Uji Korelasi Kesesuaian Pengetahuan Dengan Kinerja Pegawai

    di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 98

    5.9 Tabel Hasil Analisis Uji Korelasi Kesesuaian Keterampilan Dengan Kinerja Pegawai

    di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 102

    5.10 Tabel Hasil Analisis Uji Korelasi Kesesuaian Sikap Dengan Kinerja Pegawai

    di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014 107

  • xiv

    DAFTAR BAGAN

    Nomor Bagan

    2.1 Bagan Kerangka Teori Penelitian 48

    3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian 50

  • xv

    DAFTAR ISTILAH

    BKN Badan Kepegawaian Negara

    CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil

    Diklat Pendidikan dan Pelatihan

    Ditjen Bina Gizi dan KIA Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA

    DUK Daftar Urut Kepangkatan

    ISO International Standard Operasional

    Kabag Kepala Bagian

    Kemenkes RI Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

    KIA Kesehatan Ibu dan Anak

    MPK Manajemen Pelayanan Kesehatan

    PERMENKES Peraturan Menteri Kesehatan

    PNS Pegawai Negeri Sipil

    ROPEG Biro Kepegawaian

    SDM Sumber Daya Manusia

    Sekditjen Sekretaris Direktorat Jenderal

    SKP Sasaran Kerja Pegawai

    Tukin Tunjangan Kinerja

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Perizinan Penelitian dari Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI

    Lampiran 2 Struktur Organisasi

    Lampiran 3 Kuisioner Penelitian

    Lampiran 4 Pedoman Wawancara Penelitian

    Lampiran 5 Output Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuisioner

    Lampiran 6 Output Hasil Uji Univariat

    Lampiran 7 Output Hasil Uji Korelasi

    Lampiran 8 Matriks Wawancara Mendalam

    Lampiran 9 R Tabel

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Suatu instansi tidak bisa bekerja sendiri dalam pencapaian visi, misi dan

    tujuannya, tetapi perlu disokong oleh beberapa indikator yang akan

    menentukan keberhasilannya dalam meraih visi, misi, dan tujuan tersebut.

    Salah satu indikatornya adalah adanya peran aktif dari SDM sebagai salah

    satu komponen sistem organisasi. SDM aparatur negara merupakan asset

    utama organisasi dan mempunyai peran yang strategis di dalam organisasi

    yaitu sebagai pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas organisasi dalam

    penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien.

    Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien menjadi

    tuntutan di era globalisasi saat ini. Penerapan prinsip-prinsip Good

    Governance dalam penyelenggaraan pemerintahan menjadi tuntutan utama,

    karena masyarakat saat ini sudah mulai kritis dalam memonitor dan

    mengevaluasi manfaat serta nilai yang diperoleh atas pelayanan dari instansi

    pemerintah. Kenyataan tersebut menuntut adanya profesionalisme sumber

    daya aparatur dalam pelaksanaan urusan pemerintahan (Atkhan, 2012).

    Namun pada kenyataannya, Pegawai Negeri Sipil (PNS) hingga kini

    masih dianggap sebagai pegawai yang berkinerja buruk, kurang produktif,

    kurang disiplin serta beretos kerja rendah. Stigma buruk itu umumnya

    ditujukan kepada para PNS di hampir seluruh instansi pemerintah (Anang,

  • 2

    2012). Padahal PNS sebagai unsur utama aparatur pemerintah yang berperan

    strategis dalam menjalankan roda pemerintahan, sangat diharapkan dapat

    memiliki kapasitas yang unggul dan berintegritas (Samratulangi, 2013).

    Ditjen Bina Gizi dan KIA sendiri merupakan instansi yang penting

    dalam pelaksanaan upaya pembangunan kesehatan nasional. Ditjen Bina Gizi

    dan KIA mempunyai tugas untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan

    dan standarisasi teknis di bidang pembinaan gizi dan KIA. Dimana masalah

    gizi dan kesehatan dan ibu dan anak merupakan salah satu indikator derajat

    kesehatan masyarakat di suatu negara. Latar belakang penulis melakukan

    objek penelitian di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI karena

    Sekditjen merupakan pusat administrasi yang memiliki tugas untuk mengurus

    dan mengelola seluruh pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di

    lingkungan Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.

    Hasil pengamatan peneliti selama magang di Sekditjen Bina Gizi dan

    KIA Kemenkes RI memperlihatkan bahwa pegawai pada instansi tersebut

    memiliki kinerja yang berbeda. Adanya perilaku seperti pengumpulan laporan

    yang tidak tepat waktu/tidak sesuai deadline merupakan salah satu indikasi

    adanya sebagian kecil pegawai pada instansi tersebut yang memiliki kinerja

    yang kurang baik/belum sesuai dengan yang diharapkan instansi.

    Hasil pengamatan tersebut, didukung oleh hasil wawancara kepada

    salah satu staff instansi yang menyatakan bahwa tidak sedikit diantara

    pegawai instansi yang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan mereka secara

    tepat waktu. Akibatnya pada waktu-waktu tertentu terjadi penumpukan beban

  • 3

    pekerjaan sehingga mengharuskan pegawai menyelesaikan pekerjaannya di

    luar waktu kerja yang telah ditetapkan. Meskipun sebagian besar pegawai

    instansi tersebut sudah dapat melaksanakan pekerjaan mereka secara baik,

    namun dengan adanya sebagian kecil pegawai yang memiliki kinerja kurang

    baik seperti diatas tentunya dapat memberikan dampak buruk bagi kinerja

    instansi secara keseluruhan dan pencapaian tujuan instansi.

    Kinerja pegawai sebenarnya dapat dicapai secara maksimal jika instansi

    mau memperhatikan dan mengembangkan kemampuan dan pola pikir serta

    perilaku dari pegawai. Saat ini masalah yang masih menjadi penyebab

    buruknya kinerja SDM aparatur pemerintah adalah kurangnya kompetensi

    yang dimiliki SDM dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal tersebut dapat

    juga merupakan salah satu masalah yang ditemui di Sekditjen Bina Gizi dan

    KIA karena berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat magang diketahui

    bahwa masalah ketidaktepatan waktu dalam penyelesaian tugas/laporan dapat

    disebabkan karena adanya ketidaksesuaian antara kompetensi yang dimiliki

    pegawai dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

    Salah satu upaya yang cukup penting untuk menekankan SDM agar

    menjadi SDM yang produktif dan professional dan memiliki kompetensi yang

    memadai dalam pelaksanaan tugasnya adalah dengan menempatkan pegawai

    pada posisi yang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Hal tersebut

    sangat penting bagi instansi Pemerintah karena merupakan salah satu upaya

    pemerintah dalam menjalankan reformasi birokrasi untuk peningkatan

    produktiftas dan profesionalisme SDM aparatur negara (Kemenpan, 2013).

  • 4

    Menurut Bernardin dan Russel (1993) dalam Pessiwarissa (2008),

    terdapat 3 hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penempatan kerja

    yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan. Penempatan yang

    sesuai dan tepat merupakan motivasi yang akan menimbulkan antusias dan

    semangat kerja yang tinggi bagi seseorang dan merupakan salah satu kunci

    untuk memperoleh kinerja yang optimal dari setiap karyawan (Hasibuan,

    2006). Kesesuaian penempatan kerja juga merupakan syarat utama bagi

    terciptanya kondisi yang kondusif bagi pegawai untuk mengeluarkan segala

    kemampuannya dalam menyelesaikan tugas yang dibebankan (Murad,2012).

    Namun, pada saat ini hambatan yang masih sering ditemui di instansi

    pemerintah baik di pusat maupun daerah adalah penempatan yang masih

    belum sesuai dengan kompetensi karyawan (Kemenpan, 2013). Karateristik

    yang berbeda dari setiap pegawai merupakan tantangan bagi setiap instansi

    untuk melakukan penempatan kerja. Selain itu, masalah ketidaksesuaian

    antara formasi yang diajukan dengan formasi yang diberikan merupakan hal

    yang sering ditemui di instansi pemerintah. Kesulitan-kesulitan inilah yang

    terjadi di beberapa instansi pemerintahan dan karena adanya kesalahan dalam

    penempatan kerja ini maka hal tersebut dapat menyebabkan penurunan

    produktifitas dan kinerja pegawai yang juga akan berdampak pada pencapaian

    tujuan dari instansi yang bersangkutan (Yanti,2012).

    Instansi seperti Sekditjen Bina Gizi dan KIA sendiri merupakan sebuah

    instansi yang sangat memperhatikan masalah SDM dengan melakukan

    pembinaan secara terus-menerus untuk mencapai kinerja yang efektif dan

  • 5

    efisien guna mencetak pegawai yang berprestasi sesuai dengan kemampuan

    dan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pengelolaannya, unit kerja tersebut

    memiliki Job desk yang berbeda-beda sehingga membutuhkan kualifikasi

    khusus dan berhubungan langsung dengan masalah penempatan dan kinerja.

    Pembagian kerja oleh pimpinan instansi tersebut dilakukan dengan

    mengalokasikan pegawai pada berbagai bidang pekerjaan yang berbeda.

    Namun berdasarkan hasil telaah awal peneliti terhadap data kepegawaian di

    Sekditjen, dapat diketahui bahwa penempatan pegawai pada instansi tersebut

    belum mengacu pada kesesuaian pengetahuan mereka. Pada Sekditjen Bina

    Gizi dan KIA, terdapat 22% ketidaksesuaian pengetahuan dalam penempatan

    kerja pegawai yang secara nyata terlihat dari tidak adanya konsistensi latar

    belakang pendidikan formal dengan pekerjaan yang dibebankan.

    Penempatan kerja seorang pegawai seharusnya tidak hanya dilihat

    sebagai upaya untuk mendistribusikan pegawai pada bidang pekerjaan yang

    berbeda, akan tetapi juga harus berorientasi pada peningkatan kinerja setiap

    pegawai sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap

    pencapaian tujuan instansi secara keseluruhan. Dengan melihat pertimbangan

    bahwa penempatan pegawai instansi saat ini masih belum mengacu pada

    kesesuaian pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai, maka hal tersebut

    memberikan dampak pada kualitas kinerja pegawai di Sekditjen Bina Gizi

    dan KIA. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan mencoba melihat

    tentang Pengaruh Kesesuaian Penempatan Kerja Terhadap Kinerja

    Pegawai di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI Tahun 2014.

  • 6

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan hasil telaah awal peneliti terhadap struktur organisasi dan

    data kepegawaian di Sekditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI, dapat

    diketahui bahwa penempatan pegawai pada instansi tersebut belum mengacu

    pada kesesuaian pengetahuan mereka. Pada Sekditjen Bina Gizi dan KIA

    Kemenkes RI, terdapat 22% ketidaksesuaian pengetahuan dalam penempatan

    kerja pegawai yang secara nyata terlihat dari tidak adanya konsistensi latar

    belakang pendidikan formal dengan pekerjaan yang dibebankan. Hal tersebut

    memberikan dampak bagi kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan

    KIA Kemenkes RI seperti ketidaktepatan waktu dalam menyelesaikan suatu

    pekerjaan.

    1.3 Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dirumuskan

    beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

    1. Bagaimana kesesuaian penempatan kerja pegawai meliputi kesesuaian

    pengetahuan, keterampilan, dan kesesuaian sikap pegawai di Sekretariat

    Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI ?

    2. Bagaimana kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA

    Kemenkes RI ?

    3. Bagaimana pengaruh kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan

    kesesuaian sikap terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi

    dan KIA Kemenkes RI ?

  • 7

    1.4 Tujuan Penelitian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

    kesesuaian penempatan kerja terhadap kinerja pegawai di Sekretariat

    Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat pada uraian sebelumnya,

    maka tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

    1. Diketahuinya kesesuaian penempatan kerja pegawai meliputi

    kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan kesesuaian sikap pegawai di

    Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI.

    2. Diketahuinya kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA

    Kemenkes RI.

    3. Diketahuinya pengaruh kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan

    sikap terhadap kinerja pegawai di Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA

    Kemenkes RI.

    1.5 Manfaat Penelitian

    1.5.1 Bagi Institusi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA

    Kementerian Kesehatan RI

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan

    masukan kepada organisasi mengenai pengaruh kesesuaian

    penempatan kerja terhadap kinerja untuk pertimbangan manajemen

    dalam hal peningkatan kinerja dan kualitas sumber daya manusia di

  • 8

    organisasi. Selain itu, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

    pertimbangan bagi pihak manajemen instansi untuk mengambil

    keputusan dalam melakukan penempatan kerja karyawan.

    1.5.2 Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

    pengalaman, dan keterampilan peneliti tentang permasalahan

    manajemen sumber daya manusia dalam suatu perusahaan serta dapat

    mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama

    perkuliahan yang berkaitan dengan usaha peningkatan kualitas sumber

    daya manusia.

    1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat dan Peneliti

    Selanjutnya

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan

    tentang kajian SDM sehingga dapat memberikan masukan bagi

    peneliti di masa mendatang mengenai pengaruh kesesuaian

    penempatan kerja terhadap kinerja pegawai di institusi pemerintah dan

    dapat melakukan penelitian terkait dengan masalah ini secara lebih

    lanjut. Selain itu, penelitian ini juga merupakan bahan masukan untuk

    pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang telah ada guna

    mencapai ilmu yang lebih tinggi, khususnya dalam penelitian masalah

    SDM.

  • 9

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini terfokus pada kajian masalah sumber daya manusia yaitu

    mengenai pengaruh kesesuaian penempatan kerja terhadap kinerja pegawai di

    Sekretariat Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI pada bulan Juni-Juli

    tahun 2014. Sasaran penelitian yaitu pegawai yang bekerja di Sekretariat

    Ditjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI. Penelitian ini menggunakan metode

    penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan mengambil data primer melalui

    kuisioner dan wawancara mendalam, dan data sekunder yang diperoleh dari

    data profil kepegawaian, SKP (Sasaran Kerja Pegawai), serta PERMENKES

    No.1144 Tahun 2010 tentang organisasi dan tata kerja Kementerian

    Kesehatan RI.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

    Dalam mencapai visi, misi dan tujuan, suatu instansi tidak bisa bekerja

    sendiri, tetapi perlu disokong oleh beberapa indikator yang akan menentukan

    keberhasilannya dalam meraih visi, misi, dan tujuan tersebut. Salah satu

    indikatornya adalah adanya peran aktif dari karyawan sebagai salah satu

    komponen sistem organisasi. Karyawan merupakan asset utama organisasi

    dan mempunyai peran yang strategis didalam organisasi yaitu sebagai

    pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas organisasi (Blau & Scott, 1962;

    Katz & Kahn, 1966 dalam Lucky, 2011). SDM merupakan komponen kritis

    yang berarti tingkat manfaat sumber daya lainnya tergantung kepada

    bagaimana kita memanfaatkan dan memanajemen SDM (Ilyas, 2011).

    Menurut Hasibuan (2006) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur

    proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya

    secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen

    ini terdiri dari enam unsur yaitu: men, money, methode, materials, machines,

    dan market. Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu

    manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia. Manajemen

    sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu instrumen penting bagi

    organisasi dalam mencapai berbagai tujuannya.

  • 11

    Manajemen SDM diperlukan dalam pengelolaan sebuah perusahaan,

    terutama dalam mengelola, mengatur, dan mengurus sumber daya manusia

    yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan akan dapat berjalan

    dengan baik, efektif, dan effisien apabila terdapat manajemen sumber daya

    manusia yang baik. Manajemen SDM yang baik adalah yang menekankan

    pada kemampuan untuk memacu sumber daya manusia sebagai anggota

    organisasi untuk dapat memberikan hasil dan pelayanan yang terbaik. Jika

    manajemen SDM tidak dilaksanakan dengan baik, maka pengelolaan,

    penggunanaan, dan pemanfaatan sumber daya lainnya menjadi tidak berdaya

    guna (Septiani,2008).

    Menurut Dessler (1984), manajemen sumber daya manusia merupakan

    lima fungsi dasar yang dilaksanakan para manajer yaitu perencanaan,

    penggorganisasian, pengisian staff, dan pengawasan dalam mendapatkan

    sumber daya manusia organisasi yang efektif dan effisien.

    Kemudian, menurut Notoadmodjo (2009) manajemen sumber daya

    manusia pada hakikatnya adalah penerapan manajemen khusus untuk sumber

    daya manusia, sehingga dapat didefinisikan manajemen sumber daya manusia

    adalah seni untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,

    mengawasi kegiatan-kegiatan sumber daya manusia atau pekerja dalam

    rangka mencapai tujuan organisasi. Secara garis besar fungsi manajemen

    sumber daya manusia dikelompokkan menjadi dua yaitu fungsi manajerial

    (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) dan fungsi

    operasional (pengadaan sumber daya manusia, pengembangan, kompensasi,

  • 12

    integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan kerja) (Notoatmodjo,

    2009). Dengan adanya kegiatan-kegiatan dan fungsi MSDM ini, diharapkan

    seluruh SDM yang ada di perusahaan dapat menjadi SDM yang produktif dan

    professional, serta dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap

    organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yang

    bersangkutan (Notoatmodjo, 2009).

    Melihat penjelasan-penjelasan diatas mengindikasikan bahwa

    kedudukan sumber daya manusia yang begitu esensial dalam kelangsungan

    hidup organisasi sehingga dibutuhkan pemberdayaan untuk SDM tersebut.

    Dengan pemberdayaan manajemen sumber daya yang efektif dan efisien,

    akan melahirkan pekerja yang lebih berkualitas dibandingkan saat pekerja

    tersebut baru masuk ke perusahaan dan kepuasan pekerja akan tercapai dan

    berdampak juga bagi keberhasilan organisasi tersebut. Berdasarkan uraian

    yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen

    sumber daya manusia merupakan suatu ilmu dan seni yang sangat penting

    bagi suatu organisasi dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya

    manusia dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menerapkan

    fungsi-fungsi manjemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

    dan pengawasan, pengadaan, penempatan, pengembangan, serta kompensasi.

    Manajemen sumber daya manusia yang dimaksud dalam pembahasan

    ini lebih memfokuskan pada manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS).

    Manajemen Pegawai Negeri Sipil menurut UU No.43 Tahun 1999 pasal 1

    adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan

  • 13

    derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi dan kewajiban

    kepegawaian yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas,

    penempatan, promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian. Tujuan

    Manajemen Pegawai Negeri Sipil yaitu untuk menjamin penyelenggaraan

    tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasilguna

    dengan dukungan PNS yang professional, bertanggung jawab, jujur, dan adil

    melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi

    kerja/kinerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja

    (Sedamaryanti, 2007).

    2.2 Penempatan Kerja

    2.3.1 Pengertian Penempatan Kerja

    Kegiatan penempatan karyawan merupakan salah satu fungsi

    manajemen SDM dalam proses pengadaan pegawai. Menurut Hasibuan

    (2006), pengadaan adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi,

    dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang efektif dan effisien guna

    membantu tercapainya tujuan perusahaan. Pengadaan merupakan fungsi

    operasional pertama MSDM dan juga merupakan masalah yang penting, sulit,

    dan kompleks karena untuk mendapatkan dan menempatkan orang-orang

    yang kompeten, serasi, serta efektif tidaklah semudah membeli dan

    menempatkan mesin.

    Penempatan merupakan proses menempatkan orang-orang yang tepat

    pada tempat yang tepat. Penempatan tenaga kerja merupakan proses keempat

  • 14

    dari fungsi manajemen tenaga kerja. Penempatan tersebut dilakukan setelah

    proses analisis pekerjaan, perekrutan dan seleksi tenaga kerja dilaksanakan.

    Menurut Faustino (2000) dalam Yanti (2012), penempatan kerja merupakan

    salah satu fungsi terpenting dalam manajemen sumber daya manusia, karena

    tepat tidaknya seseorang ditempatkan pada suatu posisi tertentu yang akan

    berdampak pada keproduktifan kerjanya tergantung pada fungsi penempatan

    ini. Jika fungsi ini dilaksanakan dengan tidak baik maka akan berdampak

    terhadap pencapaian tujuan organisasi.

    Penempatan karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada

    posisi kerja tertentu (Rivai dan Sagala, 2009). Mathis & Jackson (2002)

    menyatakan bahwa Penempatan adalah menempatkan posisi seseorang ke

    posisi pekerjaan yang tepat, seberapa baik seorang karyawan cocok dengan

    pekerjaanya yang akan mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan.

    Karyawan yang ditempatkan pada posisi tertentu harus memiliki kompetensi

    yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efissien.

    Proses penempatan pegawai yang tidak tepat akan menyebabkan kinerja yang

    kurang optimal (Naliebrata, 2007).

    Menurut Sastrohadiwiryo (2005), penempatan (placement) merupakan

    salah satu aspek yang penting dalam proses perencanaan sumber daya

    manusia, karena mempunyai hubungan yang erat dengan efisiensi dan

    keadilan (setiap pegawai diberikan peluang yang sama untuk berkembang).

    Menurut Sastrohadiwiryo (2005), penempatan kerja adalah proses pemberian

    tugas dan pekerjaan kepada karyawan yang lulus seleksi untuk dilaksanakan

  • 15

    sesuai ruang lingkup yang telah ditetapkan, serta mampu

    mempertanggungjawabkan segala resiko dan kemungkinan-kemungkinan

    yang terjadi atas tugas dan pekerjaan, wewenang serta tanggung jawab.

    Rivai (2006) menyatakan bahwa penempatan terdiri dari dua cara: (1)

    pegawai baru dari luar instansi dan (2) penugasan di tempat yang baru bagi

    pegawai lama yang disebut inplacement atau penempatan internal. Tujuan

    penempatan pegawai ini adalah untuk menempatkan orang yang tepat pada

    jabatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan pegawai, sehingga sumber

    daya manusia yang ada menjadi produktif. Penempatan yang tepat merupakan

    suatu cara yang bukan hanya untuk mengoptimalkan kemampuan dan

    keterampilan menuju prestasi kerja yang tinggi bagi pegawai itu sendiri, akan

    tetapi juga merupakan bagian dari proses pengembangan pegawai di masa

    depan (Murad,2012).

    Penempatan pegawai dalam sistem sumber daya manusia merupakan

    hal yang menarik untuk diperhatikan, karena berhubungan dengan

    kepentingan perusahaan maupun kepentingan pegawai itu sendiri. Kegiatan

    penempatan dimulai setelah instansi melaksanakan kegiatan penarikan dan

    seleksi yaitu pada saat seorang calon pegawai yang berasal baik dari luar

    maupun dari dalam instansi dinyatakan diterima dan siap untuk ditempatkan

    pada jabatan atau unit kerja yang sesuai dengan kualifikasinya. Hasibuan

    (2006) menyatakan penempatan (placement) karyawan adalah tindak lanjut

    dari seleksi yaitu menempatkan calon karyawan yang diterima (lulus seleksi)

    pada jabatan/pekerjaan yang membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan

  • 16

    authority kepada orang tersebut, dengan demikian calon karyawan itu akan

    dapat mengerjakan tugas-tugasnya di jabatan yang bersangkutan.

    Menurut Gomes (2003), efektivitas fungsi seleksi dan penempatan

    ditentukan oleh beberapa syarat penting, dan bahkan tergantung pada

    informasi-informasi yang diperoleh dari syarat-syarat tersebut. Informasi-

    informasi yang diperoleh melalui syarat-syarat tersebut akan dijadikan

    masukan bagi seorang manajer dalam mengambil keputusan penerimaan dan

    penempatan seorang pekerja. Syarat-syarat yang dimaksud adalah sebagai

    berikut:

    a. Informasi analisis jabatan yang memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi

    jabatan dan standar prestasi yang disyaratkan dalam setiap jabatan.

    b. Rencana-rencana Sumber Daya Manusia yang akan memberikan informasi

    kepada manajer tentang tersedia/tidaknya lowongan pekerjaan dalam

    organisasi.

    c. Keberhasilan fungsi rekrutmen yang akan menjamin manajer bahwa

    tersedia sekelompok orang yang akan dipilih.

    Menurut Handoko (2011) dalam hal penempatan karyawan ada

    beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, yaitu:

    a. Pendidikan, dalam hal ini pendidikan sangat mendukung untuk memangku

    suatu jabatan, dan diperlukan demi kelancaran tugas-tugas dan tanggung

    jawab yang diemban jabatan tersebut.

  • 17

    b. Kesehatan, yaitu untuk menjamin kesehatan fisik dan mental sehingga

    dalam menempatkan karyawan pada suatu bidang pekerjaan, dapat

    disesuaikan dengan kondisi kesehatannya.

    c. Pengalaman kerja, ini sangat dibutuhkan perusahaan untuk penguasaan

    pekerjaan dan biasanya pengalaman kerja memberikan kecenderungan

    yang bersangkutan memiliki keahlian dan ketrampilan kerja yang relatif

    tinggi.

    Selain memperhatikan persyaratan seperti dijelaskan di atas, agar

    upaya penempatan karyawan sesuai dengan yang diharapkan, maka menurut

    Hasibuan (2006), penempatan harus didasarkan pada job description dan job

    specification yang telah ditentukan serta berpedoman kepada prinsip "The

    right man on the right place and the right man behind the job. Hal ini akan

    membawa suatu instansi kepada hasil kerja yang optimal karena terdapat

    adanya korelasi positif antara penempatan pegawai dengan peningkatan

    produktifitas kerja.

    2.3.2 Jenis-Jenis Penempatan Kerja

    Rivai (2006) menyatakan, dalam hal keputusan penempatan pegawai

    biasanya lebih banyak dibuat oleh manajer lini, biasanya supervisor seorang

    karyawan berkonsultasi untuk menentukan penempatan pegawai di masa

    datang. Peranan departemen SDM adalah memberi nasehat kepada manajer

    lini tentang kebijakan perusahaan dan memberikan konseling kepada

    karyawan. Jenis jenis penempatan kerja menurut Rivai (2006), antara lain:

  • 18

    1. Promosi

    Promosi terjadi apabila seorang pegawai dipindahkan dari suatu pekerjaan

    kepekerjaan lain yang lebih tinggi dalam pembayaran, tanggung jawab dan

    atau level. Umumnya diberikan sebagai penghargaan, hadiah (reward system)

    atas usaha dan prestasi dimasa lampau.

    2. Transfer dan demosi

    Transfer dan demosi adalah dua kegiatan utama penempatan pegawai

    lainnya yang ada pada perusahaan. Transfer terjadi jika seorang pegawai

    dipindahkan dari suatu bidang tugas kebidang tugas lainnya yang

    tingkatannya hampir sama baik tingkat gaji, tanggung jawab, maupun tingkat

    strukturalnya. Demosi terjadi apabila seorang pegawai dipindahkan dari suatu

    posisi keposisi lainnya yang lebih rendah tingkatannya, baik tingkat gaji,

    tanggung jawab, maupun tingkatan strukturalnya.

    3. Job-Posting Programs

    Job-posting programs memberikan informasi kepada pegawai tentang

    pembukaan lowongan kerja dan persyaratannya. Pengumuman tentang

    lowongan kerja tersebut mengundang para pegawai yang memenuhi syarat

    untuk melamar. Tujuan program job-posting adalah untuk memberi dorongan

    bagi pegawai yang sedang menari promosi dan transfer serta membantu

    departemen SDM dalam mengisi jabatan internal.

  • 19

    2.3.3 Prosedur Penempatan Kerja

    Setiap kegiatan diperlukan tahapan yang harus dilalui dalam

    pelaksanaannya. Tahapan tersebut harus dilaksanakan tahap demi tahap (step

    by step) tanpa meninggalkan prinsip dan azas yang berlaku. Prosedur

    penempatan tenaga kerja merupakan urutan untuk menempatkan tenaga kerja

    yang tepat pada posisi yang tepat (the right man on the right place).

    Prosedur penempatan karyawan yang diambil merupakan bagian dari

    pengambilan keputusan (decision making) yang dilakukan oleh manajer

    tenaga kerja, khususnya bagian penempatan tenaga kerja, baik yang telah

    diambil berdasarkan pertimbangan rasional maupun obyektif. Perttimbangan

    rasional dalam pengambilan keputusan untuk menempatkan tenaga kerja, baik

    pengambilan keputusan yang didasarkan atas fakta keterangan maupun data

    yang dianggap resperensif. Artinya, pengambilan keputusan dalam

    penempatan tenaga kerja tersebut atas dasar hasil seleksi yang telah dilakukan

    oleh manajer tenaga kerja.

    Pertimbangan obyek ilmiah berdasarkan data dan keterangan tentang

    pribadi tenaga kerja, baik atas dasar referensi dari seseorang maupun atas

    hasil seleksi tenaga kerja yang pelaksanaannya tanpa mengesampingkan

    metode-metode ilmiah. Pelamar yang lulus seleksi harus segera diberi

    informasi, begitu juga bagian penempatan tenaga kerja perlu mengetahui agar

    dikondisikan dengan keadaan perusahaan sehingga tenaga kerja dapat

    ditempatkan berdasarkan kualifikasi yang bersangkutan.

  • 20

    2.3.4 Kriteria-Kriteria yang Harus Dipenuhi Dalam Penempatan

    Karyawan

    Penempatan kerja yang dilakukan harus sesuai dengan kompetensi yang

    dimiliki oleh karyawan. Menurut UU No. 13 Tenaga Kerja Tahun 2003,

    kompetensi karyawan terdiri dari pengetahuan, keterampilan, serta sikap

    pegawai. Pesiwarissa (2008) juga menyatakan bahwa kesesuaian penempatan

    kerja bagi seorang pegawai perlu mendapatkan perhatian bagi setiap

    pimpinan instansi. Kesesuaian yang dimaksudkan terdiri dari kesesuaian

    pengetahuan, keterampilan, dan kesesuaian sikap pegawai dengan pekerjaan

    yang diberikan. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat menurut Bernardin

    dan Russel (1993) dalam Yanti (2012), bahwa ada beberapa kriteria yang

    harus dipenuhi dalam pelaksanaan penempatan pegawai antara lain:

    1. Pengetahuan

    Merupakan suatu kesatuan informasi terorganisir yang biasanya terdiri

    dari sebuah fakta atau prosedur yang diterapkan secara langsung terhadap

    kinerja. Sebuah fungsi pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui

    pendidikan formal, pendidikan informal, pengalaman, membaca buku dan

    lain-lain. Mulyasa (2002) mengungkapkan bahwa pengetahuan adalah suatu

    kesadaran dalam bidang kognitif yang membuat seseorang dapat

    mengetahui metode penyelesaian tugas dengan baik. Kemudian, Martopo

    (2004) juga menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kompetensi

    seseorang, pengetahuan sangat berperan penting dalam mempengaruhi

  • 21

    tingkat kemampuan penerimaan inovasi, adopsi dan inisiatif dalam

    menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam suatu organisasi kerja.

    Pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai diharapkan dapat membantu dalam

    melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya, oleh karena itu

    pegawai dituntut untuk memiliki pengetahuan yang sesuai dengan

    pekerjaannya.

    Kesesuaian pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pegawai dengan

    kualifikasi pekerjaan yang ditempati paling tidak dapat dilihat dari

    indikator-indikator seperti kesesuaian latar pendidikan formal maupun

    informal dan penempatan pegawai yang disesuaikan dengan wawasan

    pengetahuan pekerjaan yang akan dapat mendukung dalam pelaksanaan

    pekerjaan.

    Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2007) tingkat

    pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur

    sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari

    pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Tingkat

    pendidikan seorang karyawan dapat membuat karyawan memiliki

    pengetahuan konseptual dan teoritis yang membantunya dalam mengerjakan

    tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

    Menurut Dessler (1984) bahwa pelatihan memberikan pegawai

    keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan.

    Kemudian, menurut Yanti (2012) bahwa semakin sesuai antara materi

    pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh seorang pegawai dengan

  • 22

    tuntutan tugas yang dibebankan kepadanya akan semakin baik pula kinerja

    pegawai tersebut. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya

    pendidikan dan pelatihan, diantaranya yaitu pegawai dapat membuat

    keputusan dan pemecahan masalah secara lebih baik; internalisasi dan

    operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, tanggung jawab dan kemajuan;

    mempertinggi rasa percaya diri dan pengembangan diri; serta dapat

    membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru

    (Sirait, 2006 dalam Yuliastuti, 2007).

    2. Keterampilan

    Mulyasa (2002) mengungkapkan bahwa keterampilan adalah sesuatu

    yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas pekerjaan yang

    dibebankan kepadanya. Keterampilan merupakan kedalaman psikomotorik

    yang dimiliki oleh seseorang, misalnya dengan keterampilan memanfaatkan

    alat bantu, pegawai mampu menyelesaikan tugas yang diberikan secara

    efektif dan efissien. Mulyasa menjelaskan bahwa keterampilan seseorang

    dapat diperoleh melalui diklat-diklat kepemimpinan, diklat teknis/fungsional

    dan kursus kursus atau berdasarkan pengalaman kerja.

    Menurut Eduard L Pesiwarissa (2008), ketrampilan kerja para

    karyawan dalam menduduki jabatannya yaitu:

    1. Kemampuan Keterampilan Secara Teknis

    Kemampuan secara teknis adalah keahlian seseorang dalam

    pengembangan teknik yang dimiliki seperti keterampilan dalam

    mengoperasikan computer.

  • 23

    2. Keterampilan Dalam Hubungan Kemanusiaan

    Keterampilan dalam hubungan kemanusiaan dalam hal ini bagaimana

    seseorang mampu membangun kerja sama dengan orang lain.

    3. Keterampilan Secara Konsepsional

    Keterampilan secara konseptual yaitu penguasaan seseorang secara

    konseptual terhadap pekerjaan yang dikerjakan.

    Oleh karena itu, berdasarkan pendapat Pesiwarissa (2008), maka

    indikator yang digunakan dalam mengukur kesesuaian keterampilan dengan

    penempatan kerja pegawai terdiri dari keterampilan teknis, hubungan

    kemanusiaan, dan keterampilan konseptual, serta kesuaian keterampilan

    dengan tuntutan pekerjaan.

    c. Sikap

    Kriteria selanjutnya yang harus dipenuhi dalam penempatan pegawai

    adalah sikap. Sikap adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir

    melalui gerakan fisik dan tanggapan fikiran terhadap sesuatu keadaan atau

    suatu objek (Salim, 2008 dalam Yanti, 2012). Sikap mencerminkan

    bagaimana seseorang merasakan sesuatu, Bila seseorang mengatakan saya

    menyukai pekerjaan saya , maka orang itu akan menggunakan sikapnya

    mengenal pekerjaan (Rivai,2006). Dengan demikian lebih jelas bahwa sikap

    adalah pernyataan evaluatif baik yang menguntungkan maupun yang tidak

    menguntungkan, hal ini menyangkut mengenai obyek, orang atau peristiwa

    dimana sikap mencerminkan bagaimana merasakan sesuatu. Misalnya sikap

    terhadap jenis pekerjaan dan sikap terhadap sesama karyawan.

  • 24

    Widayasari (2007) dalam Yanti (2012) menyatakan sikap kerja

    merupakan faktor psikologis yang sangat penting dalam usaha membentuk

    kualitas sumber daya manusia. Faktor psikologis ini merupakan suatu

    rangkaian ke arah perilaku, yaitu bagaimana perilaku seorang dalam bekerja.

    Sikap kerja dapat pula diartikan sebagai perasaan dan keyakinan melihat

    lingkungan kerja yang memberikan pengaruh dalam bekerja. Melalui sikap

    kerja yang dimiliki oleh karyawan, maka diharapkan karyawan lebih

    menikmati pekerjaan yang dia miliki sehingga mereka mampu menyelesaikan

    pekerjaan tersebut dengan pencapaian kerja yang maksimal.

    Kesesuaian sikap adalah sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yaitu

    sejauhmana pekerjaan yang diemban dianggap menarik atau tidak menarik

    oleh karyawan berdasarkan sikap terhadap jenis dari pekerjaan itu sendiri dan

    sikap antar karyawan. Indikatornya adalah sikap terhadap jenis pekerjaan itu

    sendiri, sikap terhadap sesama karyawan, sikap terhadap kesesuaian

    peralatan, dan sikap terhadap kondisi fisik pekerjaan.

    2.3 Kinerja

    2.3.1 Pengertian Kinerja

    Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job

    performance) sumber daya manusia, untuk itu setiap perusahaan akan

    berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan

    organisasi yang telah ditetapkan. Secara etimologi, kinerja berasal dari

    kata prestasi kerja (performance). Sebagaimana dikemukaan oleh

  • 25

    Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa kinerja Sumber Daya

    Manusia merupakan istilah dari kata Job Performance atau Actual

    Performance (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan

    kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan/pegawai dalam

    melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

    kepadanya. Lebih lanjut Mangkunegara (2007) menyatakan bahwa

    pada umumnya kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu

    dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja pegawai

    baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja

    yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan

    dari kinerja individu dan kinerja kelompok.

    Menurut Rivai (2006) Kinerja adalah hasil kerja yang dapat

    dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan

    sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam

    upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar

    hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.

    Definisi lain mengenai kinerja menurut Hadari Nawawi (2006)

    adalah Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target kerja dapat

    diselesaikan pada waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu

    yang disediakan. Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui

    batas waktu yang disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan.

    Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa

    Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

  • 26

    melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan

    atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. Kinerja

    merupakan gabungan dari tiga faktor penting yaitu kemampuan dan

    minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan

    delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja.

    Semakin tinggi ketiga faktor diatas, semakin besar pula kinerja

    karyawan.

    Musanef (1984), menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya

    merupakan:

    a. Kecakapan di bidang tugas,

    b. Keterampilan melaksanakan tugas,

    c. Pengalaman di bidang tugas,

    d. Bersungguh-sungguh melaksanakan tugas,

    e. Kesegaran, kesehatan jasmani, dan rohani,

    f. Melaksanakan tugas serta berdaya guna dan berhasil guna,

    g. Hasil kerja melebihi yang ditentukan.

    Komponen-komponen yang disebutkan oleh Musanef di atas

    sesuai dengan komponen-komponen yang dinilai pada prestasi

    Pegawai Negeri Sipil menurut Surat Edaran BKN tanggal 11 Februari

    1980 No. 02/SE/1980 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan

    Pegawai Negeri Sipil. Di dalam Surat Edaran tersebut didefinisikan

    bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang Pegawai

    Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

  • 27

    Dan kinerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh

    kecakapan, kemampuan dan pengalaman serta sikap kesungguhan

    Pegawai Negeri Sipil.

    Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

    kinerja karyawan adalah hasil kerja baik kualitatif maupun kuantitatif

    yang dicapai oleh pegawai dan dipengaruhi oleh kecakapan,

    kemampuan, pengalaman, dan sikap kesungguhan pegawai sesuai

    dengan tanggung jawabnya yang harus diselesaikan pada waktu yang

    tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan dalam rangka

    mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Dengan demikian kinerja

    karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.

    Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting,

    yaitu: tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit

    organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini

    akan memberi arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya

    perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel.

    Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu

    dibutuhkan ukuran, apakah seseorang telah mencapai kinerja yang

    diharapkan. Untuk ukuran kuantitatif dan kualitatif standar kinerja

    untuk setiap tugas dan jabatan juga memegang peranan yang penting.

    Penilaian kinerja secara reguler yang dikaitkan dengan proses

    pencapaian tujuan kinerja secara personel, tindakan ini akan membuat

    personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku

  • 28

    kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan

    demikian, jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan,

    ukuran operasional, dan penilaian regular mempunyai peranan penting

    dalam merawat dan meningkatkan personel (Ilyas,2002).

    Kinerja merupakan perwujudan yang dilakukan oleh pegawai

    yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap pegawai atau

    organisasi. Kinerja yang baik merupakan langkah menuju tercapainya

    tujuan organisasi. Oleh karena itu kinerja merupakan penentu dalam

    tercapainya tujuan organisasi. Sehingga perlu diupayakan peningkatan

    kinerja, walaupun hal itu tidaklah mudah karena banyak factor yang

    menyebabkan tinggi rendahnya kinerja seseorang.

    2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

    Malayu S.P. Hasibuan (2006) mengungkapkan bahwa Kinerja

    merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat

    seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi

    tugas, dan peran serta tingkat motivasi pekerja. Kemudian menurut

    Simamora (2001) dalam Mangkunegara (2007) dan Gibson (1987)

    dalam Ilyas (2002), kinerja dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

    a. Faktor Individual yang mencakup kemampuan, keahlian, latar

    belakang dan demografi. Menurut Gibson (1987) dalam Ilyas (2002),

    kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang

    mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, sedangkan variabel

  • 29

    demografis mempunyai efek yang tidak langsung pada perilaku dan

    kinerja individu.

    b. Faktor Psikologis terdiri dari persepsi, attitude, personality,

    pembelajaran dan motivasi.

    c. Faktor Organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

    penghargaan, struktur dan job design

    Mangkunegara (2007) dan Mathis dan Jackson (2002)

    mengembangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian

    kinerja yaitu faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi

    (motivation).

    1. Faktor kemampuan (ability)

    Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

    kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge dan

    skill) artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (110-120)

    dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil

    dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan lebih mudah

    mencapai kinerja diharapkan. Karyawan yang memiliki

    kemampuan yang memadai dan sesuai dengan pekerjaannya, maka

    akan terampil dalam melakukan kinerjanya sehingga mampu

    memperoleh prestasi kerja yang baik. Sehingga penempatan

    pegawai pada posisi yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

    (penenrapan the right man in the right place the right man on the

  • 30

    right on the job) penting bagi perusahaan untuk mencapai kinerja

    yang optimal dari setiap pegawai.

    2. Faktor motivasi (motivator)

    Motivasi dalam Prabu Mangkunegara adalah kondisi yang

    menggerakkan diri manusia yang terarah untuk mencapai tujuan

    organisasi. Menurut Prabu Mangkunegara (2007) motivasi

    terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam

    menghadapi situasi kerja. Sikap merupakan kondisi mental yang

    mendorong karyawan untuk berusaha mencapai prestasi kerja yang

    maksimal.

    Kemudian, Alex Soemadji Nitisemito (2001) dalam Yanti

    (2012) menyatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang

    mempengaruhi kinerja karyawan, antara lain:

    1) Jumlah dan komposisi dari kompensasi yang diberikan

    2) Penempatan kerja yang tepat

    3) Pelatihan dan promosi

    4) Rasa aman di masa depan (dengan adanya pesangon dan

    sebagainya)

    5) Hubungan dengan rekan kerja

    6) Hubungan dengan pemimpin

    Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut, dapat

    dikatakan bahwa penempatan kerja yang tepat akan mempengaruhi

    kinerja seorang pegawai. Dengan adanya penempatan yang sesuai dan

  • 31

    tepat, maka pegawai dapat memiliki kemampuan yang sesuai dengan

    bidang pekerjaannya dan pegawai juga dapat memiliki motivasi yang

    tinggi dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan penempatan yang

    tepat, maka gairah kerja, mental kerja, dan prestasi kerja dapat

    mencapai hasil yang optimal bahkan kreativitas serta prakarsa

    karyawan dapat berkembang (Hasibuan, 2006).

    2.3.3 Penilaian Kinerja

    Menurut Ivancevich dalam Trihayu (2008), penilaian kinerja

    merupakan bagian dari aktivitas manajemen sumber daya manusia

    yang bertujuan menilai seberapa besar kontribusi pegawai kepada

    perusahaan agar perusahaan dapat memberikan reward atau

    penghargaan bagi pegawai tersebut. Schuler dan Jackson dalam

    Trihayu (2008) menyatakan bahwa penilaian kinerja mengacu pada

    suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan

    mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku

    dan hasil, termasuk tingkat kehadiran. Fokusnya adalah untuk

    mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan apakah ia bisa

    berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang,

    sehingga karyawan organisasi dan masyarakat semuanya dapat

    memperoleh manfaat.

    Handoko (2011) menyatakan bahwa penilaian kinerja

    (perfomance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-

  • 32

    organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan dimana

    dalam kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan

    personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan

    tentang pelaksanaan kerja mereka.

    Adapun menurut Hidayat dan Sucherly (2000), bahwa kinerja

    aparat pemerintah pada hakikatnya merupakan hasil kerja sektor

    pemerintah yang berupa jasa pelayanan terhadap masyarakat dan

    terdiri dari banyak ragam serta sulit untuk dikuantifikasikan serta

    dinilai dengan harga. Untuk mengukur karya dan prestasi aparat

    pemerintah maka pendekatan yang sering dipakai adalah

    memperbandingkan realisasi kegiatan pegawai dan target tujuan yang

    ingin dicapai organisasi.

    Menurut Mathis dan Jackson (2002), penilaian kinerja dapat

    dilaksanakan oleh siapa saja yang mengerti benar tentang penilaian

    kinerja pegawai secara individual. Kemungkinannya antara lain adalah

    para atasan yang menilai bawahannya, bawahan yang menilai

    atasannya, anggota kelompok menilai satu sama sama lain, penilaian

    pegawai sendiri, penilaian dengan multisumber, dan sumber-sumber

    dari luar.

    Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan

    umpan balik untuk pegawai, yang merupakan kunci pengembangan

    bagi pegawai di masa mendatang. Di saat atasan mengidentifikasi

    kelemahan, potensi dan kebutuhan pelatihan melalui umpan balik

  • 33

    penilaian kinerja, mereka dapat memberitahukan pegawai mengenai

    kemajuan pegawai tersebut, mendiskusikan keterampilan apa yang

    perlu mereka kembangkan dan melaksanakan perencanaan

    pengembangan (Mathis dan Jackson, 2002).

    Hal tersebut didukung pula oleh Dessler (1984), bahwa

    penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan

    faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi yang efektif dan

    efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan umpan balik

    berkenaan dengan kinerja karyawan tersebut dan penilaian

    menyediakan kesempatan untuk meninjau kemajuan pegawai dan

    untuk menyusun rencana peningkatan kinerja.

    Perusahaan maupun organisasi menggunakan penilaian kinerja

    bagi para karyawan atau individu mempunyai maksud sebagai langkah

    administratif dan pengembangan. Secara administratif, perusahaan

    atau organisasi dapat menjadikan penilaian kinerja sebagai acuan atau

    standar di dalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi

    pekerjaan karyawan, termasuk untuk promosi pada jenjang karir yang

    lebih tinggi, pemberhentian, dan penghargaan atau penggajian.

    Sedangkan untuk pengembangannya adalah cara untuk memotivasi

    dan meningkatkan keterampilan kerja, termasuk pemberian konseling

    pada perilaku karyawan dan menindak-lanjuti dengan pengadaan

    training (Gomez, 2001).

  • 34

    Dipandang dari segi manfaatnya bagi perusahaan, penilaian

    kinerja di suatu perusahaan atau instansi pemerintah merupakan

    program yang sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka untuk

    mengetahui pencapaian target dan sasaran kerja setiap individu

    karyawan, selain itu juga membantu bagian personalia dalam

    mengambil keputusan yang berkenaan dengan promosi, pelatihan,

    kompensasi, serta perencanaan karir karyawan. Program ini juga

    sangat dibutuhkan bagi karyawan untuk menciptakan kepuasan kerja,

    karena karyawan dapat mengetahui apa yang telah dicapainya, serta

    dapat yakin adanya perbedaan kompensasi, sehingga dapat

    meningkatkan memotivasi untuk meningkatkan produktivitas

    karyawan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan

    pada tingkat yang lebih tinggi.

    Adapun tujuan pengukuran kinerja secara rinci dikemukakan

    oleh Dharma (2001) yaitu :

    a). Memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk mengetahui

    tingkat prestasi kerja mereka.

    b). Berfungsi sebagai target atau sasaran, sebagai informasi yang

    dapat digunakan para pegawai dalam mengarahkan usaha mereka

    melalui serangkaian prioritas tertentu.

    Menurut Sedarmayanti (2007), tujuan dari penilaian kinerja

    adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui keterampilan dan kemampuan pegawai.

  • 35

    2. Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khusunya

    penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.

    3. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai

    seoptimal mungkin, sehingga dapat diarahkan jenjang/ rencana

    karirnya, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan.

    4. Mendorong terciptanya hubungan timbal baik yang sehat antara

    atasan dan bawahan.

    5. Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang

    kepegawaian khususnya kinerja pegawai dalam bekerja.

    6. Secara pribadi, pegawai mengetahui kekuatan dan kelemahannya

    sehingga dapat memacu perkembangannya. Bagi atasan yang menilai

    akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahan dan pegawainya,

    sehingga dapat lebih memotivasi pegawai.

    7. Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi

    penelitian dan pengembangan di bidang kepegawaian.

    Ada terdapat dua metode di dalam penilaian kinerja, yaitu :

    1. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu

    Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal kinerja yang telah

    dilakukan dan telah terjadi dan sampai batas tertentu, dapat diukur.

    Kelemahannya adalah bahwa kinerja di masa lalu tidak dapat diubah,

    tetapi dengan mengevaluasi kinerja di masa lalu, maka para karyawan

    mendapatkan bahan masukan mengenai upaya-upaya mereka untuk

  • 36

    memperbaiki kinerja mereka. Teknik-teknik penilaian tersebut antara

    lain yaitu teknik rating scale, checklist, metode peristiwa kritis

    (critical incident method), metode peninjauan lapangan (field revie

    method), tes dan observasi prestasi kerja, serta metode evaluasi

    kelompok.

    2. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan

    Penilaian yang berorientasi masa depan dilakukan melalui

    penilaian potensi karyawan untuk menentukan kinerja diwaktu yang

    akan datang atau penetapan sasaran-sasaran kinerja dimasa

    mendatang. Metode yang digunakan terdiri dari penilaian diri (self-

    appraisal), penilaian psikologis (psychological appraisal), pendekatan

    Management By Objective (MBO), serta teknik pusat penilaian.

    Metode penilaian kinerja yang dilakukan saat ini di Kementerian

    Kesehatan adalah dengan menggunakan SKP (Sasaran Kerja

    Pegawai), yaitu metode penilaian yang berorientasi pada masa depan

    dengan pendekatan management by objective (MBO). Inti pendekatan

    MBO adalah bahwa setiap karyawan dan penyelia (atasan) secara

    bersama menentukan tujuan tujuan atau sasaran sasaran

    pelaksanaan kerja diwaktu yang akan datang. Management by

    Objectives (MBO) adalah metode penilaian kinerja karyawan yang

    berorientasi pada pencapaian target kerja. Pada metode MBO, setiap

    individu karyawan diberikan target kerjanya masing - masing, yang

    bersesuaian dengan sasaran kerja unit dalam satu periode kerja.

  • 37

    Penilaian kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode

    mengacu pada realisasi target.

    2.3.4 Indikator Kinerja

    Untuk lebih menjamin keberhasilan dalam penilaian kinerja,

    maka sebelumnya harus diterapkan dulu suatu standar dalam

    mengukur kinerja. Menurut Dharma (2001) cara pengukuran atau

    pelaksanaan standar mempertimbangkan tiga hal, yaitu:

    a. Kuantitas yaitu jumlah yang harus diselesaikan. Pengukuran ini

    melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksana kegiatan.

    b. Kualitas yaitu mutu yang dihasilkan. Pengukuran ini berkaitan

    dengan bentuk keluaran dan mencerminkan seberapa baik

    penyelesaiannya.

    c. Ketepatan Waktu. Sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan

    Pengukuran ini menentukan ketepatan waktu penyelesaian tugas.

    Menurut Mangkunegara (2007) hal yang perlu diperhatikan

    oleh manajer sumber daya manusia dalam mengukur kinerja pegawai,

    antara lain meliputi :

    1. Kualitas kerja (Quantity), adalah menunjukkan hasil kerja yang

    dicapai dari segi ketepatan, ketelitian dan keterampilan.

    2. Kuantitas kerja (Quantity), adalah menunjukkan hasil kerja yang

    dicapai dari segi keluaran atau hasil tugas-tugas rutinitas dan

    kecepatan dalam menyelesaikan tugas itu sendiri.

  • 38

    3. Kerjasama (Cooperation), menyatakan kemampuan karyawan

    dalam berpartisipasi dan bekerjasama dengan orang lain dalam

    menyelesaikan tugas.

    4. Tanggung Jawab, menyatakan seberapa besar karyawan dalam

    menerima dan melaksanakan pekerjaannya.

    5. Inisiatif, yakni bersemangat dalam menyelesaikan tugasnya, serta

    kemampuan dalam membuat suatu keputusan yang baik tanpa adanya

    pengarahan terlebih dahulu.

    Sedangkan, Bernardin dan Russel (1993) mengajukan enam

    kriteria primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu

    sebagai berikut:

    1) Quality

    Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan

    kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang

    diharapkan.

    2) Quantity

    Merupakan jumlah yang dihasilkan misalnya : jumlah rupiah, jumlah

    unit, jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan.

    3) Timeliness

    Merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada

    waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi output

    lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain.

  • 39

    4) Cost Effective

    Yaitu tingkat sejauh mana penerapan sumber daya manusia, keuangan,

    teknologi, material dimaksimalkan untuk mencapai hasil tertinggi atau

    pengurangan kerugian dari setiap unit pengguna sumber daya.

    5) Need for Supervisor

    Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan

    suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang

    supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.

    6) Interpersonal Import

    Merupakan tingkat sejauh mana karyawan memelihara harga diri,

    nama baik dan kerja sama di antara rekan kerja dan bawahan.

    Penerapan standar diperlukan untuk mengetahui apakah

    kriteria karyawan telah sesuai dengan sasaran yang telah diharapkan,

    sekaligus melihat besarnya penyimpangan dengan cara

    membandingkan antara hasil pekerjaan aktual dengan hasil yang

    diharapkan. Oleh karena itu adanya suatu standar yang baku

    merupakan tolak ukur bagi kinerja yang akan dievaluasi.

    Mengadopsi dari beberapa pendapat di atas, maka penilaian

    yang dilakukan untuk mengetahui kinerja pegawai yang disesuaikan

    dengan indikator penilaian pada SKP, diantaranya sebagai berikut:

    1) Kualitas kerja

    Mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang ditetapkan atau

    tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati

  • 40

    kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan. Biasanya

    diukur melalui ketepatan, ketelitian, dan ketrampilan.

    2) Kuantitas kerja

    Menunjukkan hasil kerja yang dicapai dari segi keluaran atau hasil

    tugas-tugas rutinitas.

    3) Timeliness (Ketepatan Waktu)

    Merupakan tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada

    waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan koordinasi output

    lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan yang lain.

    2.4 Pengaruh Penempatan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

    Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli yang mengemukakan

    hubungan atau keterkaitan antara penempatan pegawai dengan prestasi

    kerja/kinerja pegawai, antara lain sebagai berikut:

    Menurut Komaruddin yang dikutip oleh Suwatno (2001), menjelaskan

    bahwa:Penempatan pekerjaan karyawan pada jabatan yang tepat akan

    berdampak pada setiap karyawan, mereka dapat bertugas dengan efisien,

    dapat mengembangkan diri untuk berprestasi dan merasa puas. Kemudian

    menurut Yana Octaria (2000) dalam Murad (2012), menjelaskan bahwa

    penempatan karyawan yang tepat merupakan salah satu cara yang menunjang

    kearah terciptanya prestasi, sehingga hal ini dapat mencapai tujuan

    perusahaan karena didapatnya orang-orang yang tepat, dimana orang-orang

  • 41

    tersebut dapat memenuhi kebutuhan masa sekarang dan masa akan datang

    perusahaan serta meningkatkan kinerja di masa yang akan datang.

    Kesesuaian penempatan kerja bagi setiap pegawai dapat berpengaruh

    pada kinerja pegawai yang bersangkutan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat

    Hasibuan (2006) yang menyatakan bahwa prinsip penempatan harus

    dilaksanakan secara konsekuen supaya seorang pekerja bekerja sesuai dengan

    spesialisasinya/keahliannya masing-masing. Dengan penempatan yang sesuai

    dan tepat ini maka gairah kerja, mental kerja, dan prestasi kerja mencapai

    hasil yang optimal bahkan kreativitas serta prakarsa karyawan dapat

    berkembang. Penempatan yang sesuai dan tepat merupakan motivasi yang

    akan menimbulkan antusias dan semangat kerja yang tinggi bagi seseorang

    dalam mengerjakan pekerjaan itu. Jadi penempatan karyawan yang sesuai dan

    tepat merupakan salah satu kunci untuk memperoleh kinerja yang optimal

    dari setiap karyawan selain moral kerja, kreativitas, dan prakarsanya juga

    akan berkembang (Hasibuan, 2006). Selain itu, menurut Siagian (2009)

    bahwa kinerja para pegawai juga merupakan pencerminan prosedur

    pengadaan pegawai yang ditempuh oleh bagian kepegawaian. Artinya, jika

    sistem rekruitmen, seleksi, pengenalan dan penempatan pegawai sudah baik,

    sangat besar kemungkinan kinerja para pegawai pun akan memuaskan.

    Adanya keterkaitan antara kesesuaian pengetahuan dan keterampilan

    dengan kinerja pegawai juga diperkuat oleh pendapat Siagian (2009) yang

    menyatakan bahwa dalam kehidupan organisasional, pengetahuan dan

    keterampilan yang tinggi dalam melaksanakan tugas merupakan modal yang

  • 42

    amat besar. Kepercayaan pada diri sendiri perlu ditanamkan dalam organisasi.

    Karena hal ini akan berpengaruh pada kinerja pegawai. Mutu pekerjaan juga

    berhubungan dengan pendidikan dan kecerdasan dimana peningkatan

    pendidikan dan kecerdasan meningkatkan cara berpikir secara kritis sehingga

    lebih mampu mengekspresikan keinginan menurut persepsi yang harus

    dipenuhi.

    Semakin baik pengetahuan dan ketrampilan kerja seorang pegawai,

    maka kemampuan kerjanya juga semakin baik. Robbins (2008) menyatakan,

    kemampuan merujuk ke kapasitas individu untuk melaksanakan tugas dalam

    bidang pekerjaan tertentu. Semakin baik pengetahuan seorang pegawai akan

    semakin tinggi pula kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Pekerjaan

    membebankan tuntutan-tuntutan berbeda kepada pelaku untuk menggunakan

    kemampuan yang dimiliki.

    Kesesuaian sikap dengan pekerjaan juga dapat berpengaruh pada

    kinerja pegawai. Robbins (2008) menyatakan sikap adalah pernyataan-

    pernyataan evaluatif baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan

    mengenai objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana

    seseorang merasakan sesuatu. Dalam organisasi, sikap bersifat penting karena

    mempengaruhi perilaku. Seseorang dapat mempunyai ribuan sikap, namun

    perilaku organisasi memfokuskan perhatian pada sejumlah kecil sikap yang

    berkaitan dengan pekerjaan. Sikap yang berkaitan dengan pekerjaan ini

    membuka jalan evaluasi positif atau negatif yang dipegang para karyawan

    mengenai aspek lingkungan kerja mereka. Pada akhirnya tinggi rendahnya

  • 43

    kinerja seseorang pegawai juga terkait erat dengan sikap pegawai tersebut

    terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya.

    2.5 Penelitian Terdahulu

    Eduard L. Pessiwarissa dalam jurnal aplikasi manajemen (2008) dengan

    judul Pengaruh Kesesuaian Penempatan Kerja terhadap Prestasi Kerja

    Pegawai (Studi pada Pegawai Kantor BAPPEDA Kabupaten Nabire, Papua).

    Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sample sejumlah populasi yang ada

    yaitu sekitar kurang dari 100 pegawai dengan menggunakan analisis regresi

    linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kesesuaian penempatan kerja

    yang meliputi kesesuaian pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai

    berhubungan positif terhadap prestasi kerja pegawai. Variabel kesesuaian

    pengetahuan merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap

    prestasi kerja.

    Andri Latif Asikin Mansoer (2009) dengan judul Hubungan

    Kesesuaian Penempatan Kerja Terhadap Prestasi Kerja Pegawai (Studi Kasus

    pada Perusahaan Daerah Pasar Tohaga Kabupaten Bogor). Dalam penelitian

    ini, mengambil sampel sebanyak 58 orang. Penelitian ini menggunakan

    teknik analisis data yaitu analisis korelasi Rank Spearman. Hasil dari

    penelitian ini adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai

    berhubungan positif terhadap prestasi kerja pegawai dan kesesuaian

    keterampilan merupakan variabel yang memiliki korelasi yang paling kuat.

    Selain itu, bukan hanya ketiga faktor ini yang berpengaruh dalam prestasi

  • 44

    kerja pegawai, namun kondisi fisik pegawai, peralatan kerja yang memadai

    dan jenis pekerjaan yang dilakukan juga menentukan keberhasilan pegawai

    dalam mencapai prestasi kerja yang tinggi.

    T.Murad (2012) yang berjudul Pengaruh Penempatan Karyawan

    Terhadap Prestasi Kerja Pegawai di Badan Kepegawaian Pendidikan dan

    Pelatihan Kabupaten Aceh Utara. Dalam penelitian tersebut menggunakan

    64 sampel dengan menggunakan regresi linier berganda dan teknik

    pengumpulan data dengan wawancara serta kuisioner. Hasil yang diperoleh

    dari penelitian ini adalah adanya pengaruh secara signifikan variabel bebas

    yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap variabel terikat yaitu

    prestasi kerja. Variabel kesesuaian keterampilan merupakan variabel yang

    paling dominan berpengaruh terhadap prestasi kerja.

    Asri Nur Fadillah, dkk menemukan bahwa terdapat pengaruh positif

    antara penempatan pegawai terhadap kinerja pegawai pada pegawai

    Sekretariat Daerah Kabupaten Gresik. Penelitian ini menggunakan analisis

    regresi linear berganda dengan variabel penempatan kerja adalah kesesuaian

    pengetahuan, kemampuan dan keahlian. Serta variabel kinerjanya adalah

    kuantitas, kualitas, dan waktu.

    Diana Prihartini (2012) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor

    Kebijakan Penempatan SDM Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Dinkes Kota

    Kediri dengan 51 sampel, menemukan bahwa penempatan kerja memiliki

    hubungan dengan prestasi kerja pegawai. Athkan,dkk (2013) juga

    menemukan bahwa terdapat pengaruh positif serta hubungan yang kuat antara

  • 45

    penempatan dengan kinerja pegawai pada Dinas Perkebunan Provinsi

    Kalimantan Timur dengan 109 sampel, yang berarti bahwa semakin besar

    nilai variabel penempatan maka akan semakin besar nilai variabel kinerjanya.

    Hal ini menunjukkan bahwa penempatan merupakan faktor yang berpengaruh

    terhadap kinerja pegawai.

    Soares (2010) juga menemukan bahwa penempatan berpengaruh

    signifikan terhadap kinerja karyawan. Penempatan yang tepat serta didukung

    oleh pengalaman