Apa itu rhinovirus?

Rhinovirus (dari bahasa Yunani''rhin''-yang berarti "hidung") adalah genus dari Picornaviridae'' ''keluarga virus.

Telah sekarang bergabung menjadi enterovirus, sekelompok Picornaviridae yang mencakup virus polio, virus Coxsackie A, dan hepatitis A.

Rhinovira adalah agen yang paling umum infeksi virus pada manusia, dan agen penyebab dari flu biasa (sekitar 49,12159% dari kasus flu biasa yang disebabkan oleh virus ini). Hal ini litik di alam. Ada lebih dari 100 jenis yang diakui rhinovira yang berbeda berdasarkan berbagai protein mereka permukaan.

Rhinovira adalah di antara Vira terkecil, dengan diameter sekitar hanya 30 nanometer (Vira Vira lain seperti cacar dan vaccinia adalah 10 kali lebih besar sekitar 300 nanometer).

Rhinovira memiliki untai tunggal RNA genom arti yang positif antara 7,2 dan 8,5 kb panjangnya. Pada 5 'akhir genom adalah protein virus-encoded, dan seperti mRNA mamalia, ada 3' ekor poli-A. protein struktural yang dikodekan dalam 'wilayah genom dan non struktural pada 3' 5 akhir. Ini adalah sama untuk picornavira semua. Partikel virus itu sendiri tidak menyelimuti dan icosahedral dalam struktur.

rhinovirus juga tumbuh terbaik pada suhu antara 33-35 ° C, dan ini mungkin mengapa reproduksi terjadi pada hidung. Hal ini sensitif terhadap lingkungan asam.

Protein virus ditranskripsi sebagai polipeptida, satu panjang, yang dibelah menjadi protein virus struktural dan struktural.

Rhinovirus Struktur

Rhinovira terdiri dari kapsid, yang berisi empat protein virus VP1, VP2, VP3 dan VP4. bentuk VP1, VP2, dan VP3 bagian utama dari protein kapsid. Protein VP4 jauh lebih kecil memiliki struktur yang lebih luas, dan terletak pada antarmuka antara kapsid dan genom RNA. Ada 60 salinan dari masing-masing protein dirakit sebagai sebuah Icosahedron. Antibodi adalah pertahanan utama terhadap infeksi dengan epitop berbaring pada daerah luar VP1-VP3.

Rhinovirus Transmisi dan Epidemiologi

Ada dua cara penularan: melalui aerosol tetesan pernapasan dan dari permukaan yang terkontaminasi, termasuk langsung orang-untuk menghubungi-orang. Mayoritas tinggi flu ditularkan melalui autoinokulasi oleh kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.

Rhinovira terjadi di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama dari masuk angin. Gejala termasuk sakit tenggorokan, pilek, hidung tersumbat, bersin dan batuk, kadang-kadang disertai dengan nyeri otot, kelelahan, malaise, sakit kepala, kelemahan otot, atau kehilangan nafsu

makan. Demam dan kelelahan ekstrim lebih biasa di influenza. Anak-anak mungkin memiliki enam sampai dua belas tahun pilek. Di Amerika Serikat, kejadian masuk angin lebih tinggi pada musim gugur dan musim dingin, dengan sebagian besar infeksi terjadi antara bulan September sampai April. musim ini mungkin karena awal tahun sekolah, atau karena orang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan (sehingga dalam jarak dekat satu sama lain), meningkatkan kemungkinan penularan virus.

Rhinovirus Patogenesis

Rute utama masuk untuk rhinovira adalah saluran pernapasan bagian atas. Setelah itu, virus berikatan dengan ICAM-1 (Inter-Cellular Molekul Adhesi 1) juga dikenal sebagai CD54 (Cluster Diferensiasi 54) reseptor pada sel epitel pernapasan. Sebagai virus bereplikasi dan menyebar, menginfeksi sel-sel sinyal marabahaya rilis dikenal sebagai kemokin dan sitokin (yang pada gilirannya mengaktifkan mediator inflamasi).

Infeksi terjadi dengan cepat, dengan virus mengikuti permukaan reseptor dalam waktu 15 menit memasuki saluran pernafasan. Hanya lebih dari 50% orang akan mengalami gejala gejala dalam waktu 2 hari infeksi. Hanya sekitar 5% dari kasus akan memiliki masa inkubasi kurang dari 20 jam, dan, pada ujung yang lain, diharapkan bahwa 5% dari kasus akan memiliki masa inkubasi lebih dari empat setengah hari.

Rhinovira preferentially tumbuh pada 32 ° C sebagai lawan 37 ° C, maka menginfeksi saluran pernapasan bagian atas.

Novel rhinovirus Obat Antiviral

Interferon-alfa yang digunakan intranasal terbukti efektif terhadap infeksi rhinovirus. Namun, relawan diobati dengan obat ini mengalami beberapa efek samping, seperti pendarahan hidung, dan mulai mengembangkan resistensi terhadap obat tersebut. Selanjutnya, penelitian pengobatan ini ditinggalkan.

Pleconaril adalah obat antivirus secara lisan bioavailable sedang dikembangkan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh picornavirus. Obat ini bekerja dengan cara mengikat saku hidrofobik di VP1, dan menstabilkan protein kapsid sedemikian rupa sehingga virus tidak bisa rilis genom RNA ke dalam sel target. Saat diuji pada sukarelawan, selama uji klinis, obat ini menyebabkan penurunan yang signifikan dalam sekresi lendir dan gejala penyakit terkait. Pleconaril saat ini tidak tersedia untuk pengobatan infeksi rhinoviral, sebagai kemanjurannya dalam mengobati infeksi ini sedang dalam evaluasi lebih lanjut.

Ada berpotensi zat lain seperti Iota-karaginan yang dapat menyebabkan penciptaan obat-obatan untuk memerangi rhinovirus.

Rhinovirus Vaksin

Tidak ada vaksin terhadap Vira ini sebagai ada sedikit-untuk-tidak-perlindungan silang antara serotipe. Setidaknya 99 serotipe dari rhinoviruses mempengaruhi manusia telah diurutkan.

Namun, penelitian terbaru tentang protein VP4 telah menunjukkan itu menjadi sangat dilestarikan antara banyak serotipe rhinovirus, membuka potensi vaksin rhinovirus masa depan pan-serotipe.

Artikel ini berlisensi di bawah Lisensi Dokumentasi Bebas GNU . Ini menggunakan bahan dari artikel Wikipedia pada " rhinovirus "Semua bahan yang digunakan diadaptasi dari Wikipedia tersedia sesuai dengan ketentuan dari Lisensi Dokumentasi Bebas GNU . Wikipedia ® itu sendiri adalah merek dagang terdaftar dari Wikimedia Foundation, Inc

http://www.news-medical.net/health/What-is-Rhinovirus-%28Indonesian%29.aspx

What is Rhinovirus?Rhinovirus (from the Greek ''rhin''- which means "nose") was a genus of the ''Picornaviridae'' family of viruses.

It has been now merged into Enteroviruses, a group of Picornaviridae that includes Poliovirus, Coxsackie A virus, and Hepatitis A.

Rhinovira are the most common viral infective agents in humans, and a causative agent of the common cold (about 49.12159% of the cases of the common cold are caused by this virus). It is lytic in nature. There are over a 100 recognized types of rhinovira that differ based on their varying surface proteins.

Rhinovira are among the smallest vira, with diameters of about only 30 nanometers (other vira such as smallpox and vaccinia vira are 10 times larger at about 300 nanometers).

Rhinovira have single-stranded positive sense RNA genomes of between 7.2 and 8.5 kb in length. At the 5' end of the genome is a virus-encoded protein, and like mammalian mRNA, there is a 3' poly-A tail. Structural proteins are encoded in the 5' region of the genome and non structural at the 3' end. This is the same for all picornavira. The viral particles themselves are not enveloped and are icosahedral in structure.

The rhinovirus also grows best in the temperatures between 33–35 °C, and this may be why reproduction occurs in the nose. It is sensitive to acidic environments.

The viral proteins are transcribed as a single, long polypeptide, which is cleaved into the structural and nonstructural viral proteins.

Rhinovirus Structure

Rhinovira are composed of a capsid, that contains four viral proteins VP1, VP2, VP3 and VP4. VP1, VP2, and VP3 form the major part of the protein capsid. The much smaller VP4 protein has a more extended structure, and lies at interface between the capsid and the RNA genome. There are 60 copies of each of these proteins assembled as an icosahedron. Antibodies are a major defense against infection with the epitopes lying on the exterior regions of VP1-VP3.

Rhinovirus Transmission and Epidemiology

There are two modes of transmission: via aerosols of respiratory droplets and from contaminated surfaces, including direct person-to-person contact. A high majority of colds are transmitted by autoinoculation by contact with contaminated surfaces.

Rhinovira occur worldwide and are the primary cause of common colds. Symptoms include sore throat, runny nose, nasal congestion, sneezing and cough; sometimes accompanied by muscle aches, fatigue, malaise, headache, muscle weakness, or loss of appetite. Fever and extreme exhaustion are more usual in influenza. Children may have six to twelve colds a year. In the United States, the incidence of colds is higher in the fall and winter, with most infections occurring between September to April. The seasonality may be due to the start of the school year, or due to people spending more time indoors (thus in closer proximity with each other), increasing the chance of transmission of the virus.

Rhinovirus Pathogenesis

The primary route of entry for rhinovira is the upper respiratory tract. Afterward, the virus binds to ICAM-1 (Inter-Cellular Adhesion Molecule 1) also known as CD54 (Cluster of Differentiation 54) receptors on respiratory epithelial cells. As the virus replicates and spreads, infected cells release distress signals known as chemokines and cytokines (which in turn activate inflammatory mediators).

Infection occurs rapidly, with the virus adhering to surface receptors within 15 minutes of entering the respiratory tract. Just over 50% of symptomatic individuals will experience symptoms within 2 days of infection. Only about 5% of cases will have an incubation period of less than 20 hours, and, on the other end, it is expected that 5% of cases would have an incubation period of greater than four and a half days.

Rhinovira preferentially grow at 32°C as opposed to 37°C, hence infect the upper respiratory tract.

Rhinovirus Novel Antiviral Drugs

Interferon-alpha used intranasally was shown to be effective against rhinovirus infections. However, volunteers treated with this drug experienced some side effects, such as nasal bleeding,

and began developing resistance to the drug. Subsequently, research into the treatment was abandoned.

Pleconaril is an orally bioavailable antiviral drug being developed for the treatment of infections caused by picornaviruses. This drug acts by binding to a hydrophobic pocket in VP1, and stabilizes the protein capsid to such an extent that the virus cannot release its RNA genome into the target cell. When tested in volunteers, during the clinical trials, this drug caused a significant decrease in mucus secretions and illness-associated symptoms. Pleconaril is not currently available for treatment of rhinoviral infections, as its efficacy in treating these infections is under further evaluation.

There are potentially other substances such as Iota-Carrageenan that may lead to the creation of drugs to combat the rhinovirus.

Rhinovirus Vaccine

There are no vaccines against these vira as there is little-to-no cross-protection between serotypes. At least 99 serotypes of rhinoviruses affecting humans have been sequenced.

However, recent study of the VP4 protein has shown it to be highly conserved amongst many serotypes of Rhinovirus, opening up the potential for a future pan-serotype Rhinovirus vaccine.

http://www.news-medical.net/health/What-is-Rhinovirus.aspx