anes
DESCRIPTION
hulahupTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Anestesi inhalasi merupakan obat-obatan yang paling sering digunakan untuk keperluan
anestesi umum. Penambahan obat anestesi inhalasi ke dalam oksigen inspirasi sebanyak 1% saja
dapat menyebabkan ketidaksadaran dan amnesia, yang mana keadaan tersebut adalah komponen
esensial untuk anestesi umum. Peningkatan sedasi/hipnosis dan analgesia dapat dicapai dengan
mengkombinasikan dengan adjuvan intravena, seperti opioid atau benzodiazepin. Anestesi
inhalasi semakin populer digunakan dalam anestesi umum oleh karena kemudahan
penggunaannya (lewat inhalasi), juga karena efeknya dapat dimonitor (contohnya tanda klinis
dan konsentrasi akhir tidal). Pada anestesi inhalasi, konsentrasi jaringan dapat diperkirakan
dengan cara mengetahui konsentrasi akhir tidal dari obat yang bersangkutan, sedangkan hal
serupa tidak didapatkan pada penggunaan anestesi intravena. Sebagai tambahan, gas anestesi
yang mudah menguap relatif murah dibandingkan dengan keseluruhan ongkos perawatan
anestesi si pasien. Kelemahan terpenting dari anestesi inhalasi adalah sempitnya jarak antara
dosis terapeutik dan dosis letal, namun hal ini dapat dengan mudah diatasi dengan memonitor
konsentrasi di jaringan dan dengan melakukan titrasi ke keadaan akhir klinis yang biasanya.
Obat anestesi inhalasi yang paling terkenal poten pada penggunaan untuk operasi bedah
dewasa adalah isofluran, dan dua jenis baru yaitu sevofluran dan desfluran. Untuk anak-anak,
halotan dan sevofluran adalah yang paling banyak digunakan. Walaupun banyak kesamaan
antara obat-obatan anestesi inhalasi dalam hal efek keseluruhan (misalnya memerlukan dosis
tertentu untuk menghasilkan efek penurunan tekanan darah), terdapat perbedaan-perbedaan yang
mempengaruhi pemilihan obat-obat tersebut oleh petugas medis. Untuk memilih obat yang
digunakan tergantung dari kesehatan pasien dan efek yang diinginkan untuk keperluan prosedur
operasinya. Penekanan utama pada bab ini adalah pembahasan mengenai empat obat anestesi
inhalasi yang paling sering digunakan. Juga untuk kelengkapan materi dan berkaitan dengan
masalah metabolisme dan toksisitas ginjal, akan dibahas mengenai enfluran dan metoksifluorin.
BAB II
ISI
A. KEISTIMEWAAN ANESTESI INHALASI
Kecepatan, Wujud Gas, dan Rute Pemberian
Zat-zat anestesi inhalasi tergolong cepat berefek pada tubuh, dan untuk keperluan
anestesi umum, efek yang cepat timbul ini memberikan keamanan. Kemampuan untuk
meningkatkan atau menurunkan level anestesi sesuai kebutuhan dapat mencegah suatu
kecelakaan anestesi. Kecepatan timbulnya efek juga berpengaruh terhadap efisiensi. Proses
induksi yang cepat dapat menghasilkan persiapan operasi yang lebih baik dan cepat.
Penghilangan efek yang cepat berakibat pada singkatnya masa pemulihan dan tentunya lebih
cepat diperbolehkan pulang.
Secara teknis, nitrogen oksida merupakan satu-satunya gas sejati, dengan potensi anestesi
melalui penguapan dari cairan yang mudah menguap. Namun untuk mudahnya, ia disebut gas
saja karena berbentuk gas ketika diberikan melalui paru-paru. Sebagai gas, tidak ada yang
berubah secara signifikan dari keadaan gas ideal. Seluruh agen ini tidak terionisasi dan memiliki
berat molekul yang rendah, yang memungkinkan mereka untuk berdifusi secara cepat tanpa
memerlukan difusi terfasilitasi ataupun transpor aktif dari aliran darah ke jaringan. Keuntungan
lain dari gas adalah bahwa mereka dapat masuk ke aliran darah melalui rute inhalasi, merupakan
rute yang unik karena anestesi inhalasi merupakan “jalur dua arah”pada paru-paru, maksudnya
dimasukkan dan dieliminasi melalui rute yang sama. Kecuali untuk bronkodilator atau
pemasukan obat endotrakeal untuk resusitasi jantung, perkecualian tersebut karena rute mereka
merupakan “jalur satu arah‟, maksudnya rute pemasukan obatnya berbeda dengan rute
eliminasinya.
Kecepatan, wujud gas, dan rute administrasi. Semuanya bersama-sama memberikan
keuntungan dan keistimewaan dalam anestesi inhalasi–kemampuan untuk menurunkan
konsentrasi dalam plasma secara cepat semudah meningkatkan konsentrasinya.
B. KARAKTERISTIK FISIK GAS ANESTESI INHALASI
Tujuan pemberian anestesi inhalasi adalah untuk menghasilkan keadaan anestesi dengan
cara memasukkan molekul anestesi dalam konsentrasi spesifik ke dalam sistem saraf pusat
(SSP). Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan obat ke paru-paru yang kelak akan
terdistribusi dan mencapai keseimbangan dengan otak dan sumsum tulang belakang. Tercapainya
keseimbangan terpengaruh oleh tiga faktor :
1. Perpindahan dua arah anestesi inhalasi melalui paru-paru dari dan ke aliran darah, dan
sesudahnya dari dan ke jaringan SSP ketika tekanan parsial mencapai keseimbangan.
2. Plasma dan jaringan memiliki kapasitas yang rendah untuk menyerap obat dibandingkan
dengan jumlah yang bisa masuk lewat paru-paru, sehingga akibatnya kita dapat dengan
cepat menambah atau mengurangi konsentrasi obat di aliran darah dan SSP.
Metabolisme, ekskresi, dan redistribusi obat inhalasi tergolong sedikit bila dibandingkan
dengan tingkat pemasukkan atau pengeluarannya dari paru-paru. Hal ini memudahkan kita untuk
memelihara konsentrasi di darah dan jaringan SSP.
C. TINJAUAN KLINIS PENGGUNAAN ANESTESI INHALASI
a. Halotan
Halotan, cairan yang relatif tidak mudah terbakar, merupakan anestesi volatil
yang paling banyak digunakan sekarang. Halotan merupakan alkana, suatu derivat
halogen dengan substitusi etana (gambar 15-1) yang mulai digunakan tahun 1956.
Struktur halogen didalamnya membuat halotan tidak mudah terbakar. Derajat
kelarutannya dalam darah tergolong sedang dan relatif tidak berbau, sehingga dapat
diinhalasi melalui sungkup wajah facemask. Agar halotan tidak terbakar diperlukan suatu
ikatan karbon-fluorin dan golongan trifluorokarbon untuk menjasa kestabilan
molekulnya. Meskipun stabil, halotan dapat teroksidasi dan pecah bila terpapar sinar ultra
violet dan terurai menjadi asam klorat (HCl), asam hidrobomid (HBr) klorida (Cl -),
bromida (Br-) dan phosgene (COCl2). Untuk mencegah pemecahan tersebut halotan
sebaiknya disimpan di dalam botol berwarna kecoklatan dan ditambahkan pengawet
(timol 0,01%) untuk mencegah terjadinya oksidasi. Dengan timol penguapan halotan
menjadi berkurang dibandingkan penggunaannya pada jenis anestesi volatil lain. Halotan
akan terabsorbsi bila kontak dengan dry soda lime dan terurai menjadi BCDFE (2-bromo-
2kloro-1,1-difluoroetana) yang bersifat toksik pada model binatang.Pada manusia,
halotan diduga menyebabkan immune-mediated hepatitis dan sensitisasi terhadap
epinefrin yang menyebabkan aritmia, selain itu diduga pula menyebabkan bradikardia
jika digunakan untuk anak-anak.
b. Enfluran
Enfluran, suatu halogenasi eter dengan metil-etil, merupakan isomer isofluran.
Pada temperatur kamar relatif tidak mudah terbakar, namun berbau. Dengan dosis tinggi
diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada EEG). Metabolisme
enfluran dalam tubuh meningkatkan kadar fluor darah dan jarang menyebabkan
penurunan kadarnya pada ginjal. Penggunaannya lebih luas dibandingkan isofluran
karena terbukti memiliki efek samping lebih sedikit. Akhir-akhir ini penggunaannya
mulai berkurang, dan obat anestesi baru dengan kelarutan rendah lebih banyak
digunakan.
c. Isofluran
Isofluran, suatu halogenasi eter dengan metil-etil, berupa cairan bening, berbau
sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar. Pada penggunaan klinis isofluran
menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan
sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari dan merupakan gold standard sejak
anestesi mulai dikenalkan pada tahun 70an. Pada sebuah peride dilaporkan adanya
kemungkinan terjadinya coronary steal karena efek vasodilatasi yang kuat pada pasien
dengan penyakit jantung koroner, meskipun pada kenyataannya kejadian ini hampir tidak
pernah terjadi.
d. Desfluran
Desfluran merupakan fluorinasi eter dengan metil-etil yang berbeda 1 atom
dengan isofluran ;yaitu penggantian atom klor dengan fluor pada komponen α-etil.
Fluorinasi tersebut menyebabkan perbedaan efek, kelarutan dalam darah dan jaringan
lebih rendah (darah : kelarutan desfluran sama dengan NO) dan menghilangkan potensi
( MAC desfluran 5 kali lebih tinggi dibandingkan isofluran), selain itu fluorinasi metil
etil secara lengkap akan meningkatkan tekanan penguapan (mengurangi ikatan antar
molekul).
Sekarang dikembangkan teknologi penguapan agar konsentrasi gas desfluran tetap
terjaga, disini diperlukan adanya penghangatan dan pengaturan penguapan dengan tenaga
listrik. Satu keunggulan desfluran adalah tidak adanya metabolisme terhadap
trifluoroasetat dalam serum sehingga tidak menyebabkan immune-mediated hepatitis.
Karena berbau sangat kuat maka desfluran tidak dapat diberikan melalui facemask karena
dapat menimbulkan batuk, salivasi, penderita akan menahan nafasnya dan terjadi spasme
laring. Dalam CO2 yang sangat kering, desfluran dapat terurai menjadi karbon
monoksida, begitu pula dengan isofluran dan enfluran (namun lebih rendah). Desfluran
memiliki tingkat kelarutan paling rendah diantara golongan anestesi volatil, terlebih
kelarutannya dalam lemak hanya setengah dari jenis volatil yang lain. Secara teoritis
desfluran baik digunakan untuk pembedahan yang lama dengan saturasi jaringan yang
rendah. Desfluran diduga menyebabkan aktivasi simpatis (sementara), hipertensi dan
takhikardia bila digunakan dengan konsentrasi tinggi atau diinspirasi secara sering/cepat.
e. Sevofluran
Sevofluran merupakan isoprofil eter dengan fluorinasi metil dan berbau. Tekanan
penguapannya hampir sama dengan enfluran dan dapat digunakan pada evaporizer
konvensional, kelarutan sevofluran dalam darah sedikit lebih rendah dibandingkan
desfluran namun tetap lebih unggul dari golongan volatil lainnya. Potensi sevofluran
sekitar setengah dari isofluran dan perubahan strukturnya (kecuali fluorinasi) paling
sering disebabkan oleh lepasnya rantai profil pada molekul eternya. Sevofluran tidak
terlalu berbau (tidak menusuk) dan memiliki efek bronkodilator sehingga banyak dipilih
untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa. Efek vasodilator
koroner sevofluran sama degan isofluran tetapi lebih cepat 10-20x dimetabolisme. Seperti
halnya isofluran dan metoksifluran, metabolisme sevofluran akan menghasilkan fluorida
namun peninggian kadar fluride oleh metabolisme sevofluran diduga tidak menyebabkan
penurunan kadarnya pada ginjal seperti yang terjadi pada metabolisme metoksifluran.
Berbeda dari golongan volatil lainnya, sevofluran tidak dimetabolisme menjadi
trifluoroasetat, namun metabolitnya berupa asil halide (hexafluoro-isopropanol) yang
tidak menstimuli pembentukan antibodi sehingga tidak pernah dilaporkan kejadian
immune-mediated hepatitis setelah penggunaannya. Sevofluran tidak membentuk karbon
monoksida (CO) bila terpapar CO2 absorbents. Bila terpapar CO2 sevofluran akan terurai
menjadi vinil halida yang disebut unsur (compound) A, yang dalam dosis tertentu
bersifak nefrotoksik pada percobaan (tikus) namun diduga tidak berhubungan dengan
gagal ginjal pada manusia bahkan dengan aliran (gas flow) 11/menit atau kurang.
f. Xenon
Xenon merupakan suatu gas inert, namun sulit didapat dan mahal karena dianggap
memenuhi kritera sebagai anestesi inhalasi yang ideal. Koefisien partisinya dalam darah
mencapai 0,14 dan tidak seperti anestesi volatil lain (kecuali metoksifluran), xenon
memiliki beberapa tingkat analgesi. Namun pada MAC 71% efek tersebut akan
menghilang. Xenon tidak eksplosif dan tidak berbau sehingga dapat diinhalasi dengan
mudah, selain itu tidak menyebabkan depresi myokardium. Karena dapat meninggalkan
bekas dan harganya yang mahal, diperlukan sistem anestesi baru untuk mendaur ulang
xenon, bila hal tersebut sulit dilakukan maka sebaiknya xenon diberikan dalam aliran
yang sangat kecil atau dengan sistem tertutup sehingga mengurangi sisa metabolitnya.
g. Nitrogen Oksida
N2O merupakan suatu gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak
mudah terbakar dan relatif tidak larut dalam darah. N2O paling banyak digunakan sebagai
anestesi tambahan pada kombinasi opioid atau volatil pada anestesi umum. Meskipun
tidak mudah terbakar, N2O akan membantu suatu pembakaran. Tidak seperti penggunaan
anestesi volatil lainnya, N2O tidak menghasilkan efek relaksasi otot namun dikatakan
memiliki efek analgesi. Sejauh ini penggunaan N2O masih kontroversi, diantaranya:
menimbulkan mual dan muntah post-operatif, efek toksik terhadap fungsi sel karena
inaktivasi vitamin B-12, efeknya terhadap absorbsi dan ekspansi terhadap struktur
(rongga tubuh) yang berisi udara dan efeknya terhadap perkembangan embrio. Absorbsi
dan expansinya ke dalam rongga tubuh merupakan hal yang paling banyak disorot dan
diduga disebabkan oleh kelarutannya dalam darah jauh lebih besar daripada nitrogen.
Beberapa ruang/organ secara normal berisi udara seperti usus dan telinga tengah, namun
bila terdapat pada ruang lain (seperti pada pneumothoraks) maka diasumsikan sebagai
keadaan yang patologis (bisa karena penyakit ataupun suatu tindakan bedah). Nitrogen
dalam darah tidak berpindah secara mudah ke dalam ruang/rongga tersebut, namun
sebaliknya N2O akan berdifusi dengan mudah sehingga meningkatkan tekanan dalam
ruang tersebut dan menyebabkan pembesaran. Perpindahan N2O ke dalam jaringan akan
terus berlangsung sampai tekanan parsialnya pada darah dan alveoli relatif seimbang,
sehingga sampai pada suatu keadaan yang seimbang aliran tersebut akan terhenti dengan
sendirinya. Semakin tinggi kadar N2O yang dihirup maka semakin tinggi pula tekanan
parsial yang dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan tersebut.
Penggunaan 75% N2O dapat menyebabkan pneumothoraks yang membesar 2-3
kali dalam 10-30 menit, selain itu kateter arteri pulmonal yang berisi gas serta ETT dapat
turut mengembang. Keadaan tersebut diduga menyebabkan kerusakan pada jaringan dan
meningkatkan tekanan dalam arteri pulmonal dan trakea. Pada percobaan terhadap
kelinci, dengan penambahan N2O maka jumlah udara yang diperlukan untuk
menimbulkan emboli udara yang menyebabkan gangguan kardiovaskuler adalah lebih
sedikit. Akumulasi N2O pada telinga tengah dapat mengurangi pendengan post-operatif
dan dikontraindikasikan pada timpanoplasti karena dapat meningkatkan tekanan dan
merubah graft timpani.