analisis pemahaman konsep berdasarkan teori …
TRANSCRIPT
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN TEORI APOS
(ACTION, PROCESS, OBJECT, SCHEME) PADA MATERI ARITMETIKA
DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII
SMPN 34 MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
MASNAENI ALAM SUDMAR
NIM 105361100816
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2021
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Masnaeni Alam Sudmar
Nim : 105361100816
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Analisis Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS
(Action, Process, Object, Scheme) Pada Materi Aritmetika
Ditinjau Dari Kemampuan Matematika Kelas VIII SMPN
34 Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri dan
bukan hasil ciptaan atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Januari 2021
Yang Membuat Pernyataan
Masnaeni Alam Sudmar
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Masnaeni Alam Sudmar
Nim : 105361103416
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Januari 2021
Yang Membuat Perjanjian
Masnaeni Alam Sudmar
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Hidupkanlah dalam hatimu,
Sebuah proses adalah jalan menuju sebuah hal yang kamu raih.
Hidupkanlah dalam pikiranmu,
Bahwa proses adalah suatu hal yang harus lebih kamu hargai.
Hidupkanlah dalam tindakanmu,
Bahwa kamu berhak untuk berproses menjadi lebih baik lagi.
(Panji Ramdana, dalam Buku Menuju Baik Itu Baik)
“Dunia ini ibarat bayangan, kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa
menangkapnya. Balikkan badanmu darinya dan dia tidak punya pilihan lain
kecuali mengikutimu” (Ibnu Al-Qayyim)
Kupersembahkan karya ini buat:
Papa (rahimahullah) sang pendidik di rumah untuk anak-anaknya dan disekolah
untuk orang banyak:’) dan mama tercinta sang pendidik juga untuk anak-anaknya
dan sebagai perempuan yang sangat kuat untuk anak-anaknya:’) serta kakak-
kakakku dan adikku yang tercinta. Karena atas doa, nasehat, perhatian, dorongan,
kasih sayang dan banyak lagi. Juga saya persembahkan karya ini kepada teman-
teman seperjuangan algoritma16, khususnya algoritma16A serta almamater,
Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
ABSTRAK
Masnaeni Alam Sudmar. 2020. Analisis Pemahaman Konsep Berdasarkan
Teori APOS (Action, Process, Object, Scheme) Ditinjau dari Kemampuan
Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 34 Makassar. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Dr. Awi Dassa, M.Si.
dan Pembimbing II Andi Mulawakkan Firdaus, S.Pd., M.Pd.
Tujuan pada penelitian ini yaitu mendeskripsikan pemahaman konsep pada materi
aritmetika berdasarkan Teori APOS (Action, Process, Object, Scheme) pada tiap
kemampuan siswa kelas VIII SMPN 34 Makassar. Penelitian ini menggunakan
metode deskripsi kualitatif dengan mengumpulkan data melalui tes dan
wawancara. Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VIII-C SMPN 34 Makassar.
Adapun teknik analysis data yang dilakukan degan 3 cara yakni reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat pemahaman konsep matematika siswa berbeda-beda pada tiap
kemampuan. Siswa berkemampuan tinggi mampu mencapai seluruh indikator dari
tahap aksi, proses, objek dan skema. Sedangkan siswa berkemampuan sedang,
mampu mencapai indikator tahap aksi dan proses, pada tahap objek hanya mampu
mencapai (2) dari (3) indikator pemahaman, serta masih kurang dalam memenuhi
indikator tahap skema. Adapun siswa berkemampuan rendah hanya mampu
memenuhi indikator tahap aksi, tahap objek hanya memenuhi (1) dari (3)
indikator, dan belum mampu memenuhi seluruh indikator dari tahap proses dan
skema.
Kata kunci: Pemahaman Konsep, Teori APOS, Kemampuan Matematika,
Aritmetika.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim…
Alhamdulillah, rasa syukur kehadirat Allah SWT. yang telah member
kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai dengan
baik. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi tercinta, Nabi
Muhammad SAW yang telah membangkitkan cahaya islam di seluruh dunia.
Teriring harapan semoga kita termasuk umat beliau yang akan mendapatkan
syafa’atnya di hari kemudian. Allahumma Ammin.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada kesuksesan
tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah,
akhirnya penulis sampai di titik akhir penyelesaian karya ini. Dalam penyusunan
ini penulis ingin menyampaikan peghargaan yang tiada ujungnya seperti laut yang
tiada ujungnya kepada Ayahanda (Alm) dan Ibunda tercinta. Karena berkat do’a,
pengorbanan, didikan, bimbingan, dorongan, nasehat dan penuh perhatian
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini.
Tak lupa penulis ucapkan terima kkasih yang tulus dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ayahanda Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
ix
3. Ayahanda Mukhlis, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Ayahanda Ma’rup, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Ayahanda Dr. Andi Syukri Syamsuri, M.Hum., selaku Penasehat Akademik
yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama
menempuh perkuliahan.
6. Ayahanda Dr. Awi dassa, M.Si., dan Ayahanda Andi Mulawakkan Firdaus,
S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah
membimbing, menasehati, dan memotivasi penulis selama menyusun skripsi
ini.
7. Ibunda Ikhbariati Kautsar Qadri, S.Pd., M.Pd. dan Ayahanda Wahyuddin,
S.Pd., M.Pd. selaku validator yang telah memberikan arahan dan petunjuk
terhadap instrument penelitian.
8. Para Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Univeristas Muhammadiyah Makassar yang telah
memberikan ilmu selama penulis menempuh perkuliahan.
9. Kepala sekolah SMP Negeri 34 Makassar dan Wakil Kepala Sekolah yang
dengan senang hati memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
10. Guru matematika (Arwini, S.Pd), para siswa/siswi dengan segala keramahan
dan pengalamannya dalam membantu penulis melakukan dan menyelesaikan
penelitian.
11. Kakak-kakakku dan adikku tersayang serta keluarga besarku yang telah
banyak membantu penulis baik dalam bentuk dukungan, nasehat maupun
x
materi serta do’a demi keberhasilan penulis agar dapat menyelesaikan
penulisan ini.
12. Teman-teman angkatan 2016 di Pendidikan Matematika khususnya 2016 A
dan personil “Hati-hati Salah Hati” tanpa sadar kita berasal dari latar belakang
budaya, adat dan ras yang berbeda tetapi kita mampu barsatu dalam satu
hubungan, hubungan yang membuat kita bisa menantang tantangan yang ada,
hubungan yang tidak akan kita temukan ditempat lain hubungan inilah yang
membuat kita menjadi keluarga. Hubungan itulah yang sering kita sebut
SAHABAT serta mereka yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu
per satu, terima kasih atas solidaritas yang diberikan baik suka maupun duka
yang telah kita bagi bersama.
Hanya kepada Allah SWT, penulis berharap semoga semua bantuan,
arahan, bimbingan, motivasi dan do’a yang diberikan oleh berbagai pihak dapat
menjadi bagian dari ibadah, sehingga memperoleh pahala yang setimpal di sisi
Allah SWT. Dan semoga rahmat dan karunia-Nya yang maha pemurah senantiasa
menyertai kita. Amin Ya Roabbal A’alamin...
Makassar, Januari 2020
Penulis
Masnaeni Alam Sudmar
NIM.105361100816
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………...…………………….. . i
LEMBAR PENGESAHAN…..……………………………………………. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….………………... iii
SURAT PERNYATAAN….……..………….……………………………... iv
SURAT PERJANJIAN..……………………………………………………. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…….…………………………………... vi
ABSTRAK…..……………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR………………………………………….………….... viii
DAFTAR ISI………………………….………………………………….….. xi
DAFTAR TABEL…………….……………………………………………... xiii
DAFTAR GAMBAR.……………………………………………………….. xv
DAFTAR BAGAN……..……………………………………………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………... 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………. 6
E. Batasan Istilah………………………………………………….... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pemahaman Konsep Matematika………………………………... 9
B. Teori APOS……………………………………………………… 11
C. Aritmetika……………………………………………………….. 18
D. Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan Teori APOS pada
Materi Aritmetika………………………………………………... 19
xii
E. Kemampuan Matematika……………………………………...… 20
F. Penelitian Relevan……………………………………………….. 22
G. Kerangka Pikir…………………………………………………... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………………... 29
B. Tempat Penelitian………………………………………………...29
C. Subjek Penelitian………………………………………………… 30
D. Prosedur Penelitian……………………………………………… 31
E. Instrumen Penelitian……………………………………………...32
F. Teknik Pengumpulan Data………………………………………. 35
G. Teknik Analisis Data…………………………………………….. 35
H. Rencana Pengujian Keabsahan Data…………………………….. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian………………………………………………….. 37
B. Paparan Data…………………………………………………….. 39
C. Pembahasan……………………………………………………… 73
D. Keterbatasan Penelitain………………………………………….. 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………… 82
B. Saran……………………………………………………………... 84
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….….. 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………... 88
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
2.1 Indikator Pemahaman Konsep Matematika Siswa Berdasarkan Teori
APOS pada Materi Barisan Aritmetika ................................................. 20
2.2 Kategori Kemampuan Menurut Rofiti .................................................. 21
2.3 Kategori Kemampuan dalam Kategori Sekolah Menurut Rofiti........... 21
2.4 Persamaan dan Perbedaan ..................................................................... 22
2.5 Persamaan dan Perbedaan ..................................................................... 23
2.6 Persamaan dan Perbedaan ..................................................................... 24
2.7 Persamaan dan Perbedaan ..................................................................... 24
2.8 Persamaan dan Perbedaan ..................................................................... 25
3.1 Alokasi Waktu Penelitian ...................................................................... 30
3.2 Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS .............. 32
4.1 Hasil Uji Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII-C
SMPN 34 Makassar .............................................................................. 38
4.2 Daftar Pengkodean Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat
Kemampuan Matematika ...................................................................... 39
4.3 Perbandingan Data Hasil Tes dan Wawancara pada ST1 dengan
Data pada ST2 ....................................................................................... 49
4.4 Perbandingan Data Hasil Tes dan Wawancara pada SS1 dengan
Data pada SS2 ....................................................................................... 71
4.5 Perbandingan Data Hasil Tes dan Wawancara pada SR1 dengan
Data pada SR2 ....................................................................................... 68
xiv
4.6 Persamaan dan Perbedaan Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori
APOS pada Siswa Berkemampuan Tinggi, Sedang dan Rendah .......... 80
xv
DAFTAR GAMBAR
4.1 Jawaban Hasil Tes ST1 pada Tahap Aksi ............................................. 40
4.2 Jawaban Hasil Tes ST1 pada Tahap Proses .......................................... 41
4.3 Jawaban Hasil Tes ST1 pada Tahap Objek ........................................... 42
4.4 Jawaban Hasil Tes ST2 pada Tahap Aksi ............................................. 45
4.5 Jawaban Hasil Tes ST2 pada Tahap Proses .......................................... 46
4.6 Jawaban Hasil Tes ST2 pada Tahap Objek ........................................... 47
4.7 Jawaban Hasil Tes SS1 pada Tahap Aksi ............................................. 51
4.8 Jawaban Hasil Tes SS1 pada Tahap Proses .......................................... 52
4.9 Jawaban Hasil Tes SS1 pada Tahap Objek ........................................... 53
4.10 Jawaban Hasil Tes SS2 pada Tahap Aksi ............................................. 56
4.11 Jawaban Hasil Tes SS2 pada Tahap Proses .......................................... 57
4.12 Jawaban Hasil Tes SS2 pada Tahap Objek ........................................... 58
4.13 Jawaban Hasil Tes SR1 pada Tahap Aksi ............................................. 62
4.14 Jawaban Hasil Tes SR1 pada Tahap Proses .......................................... 63
4.15 Jawaban Hasil Tes SR1 pada Tahap Objek........................................... 65
4.16 Jawaban Hasil Tes SR2 pada Tahap Aksi ............................................. 67
4.17 Jawaban Hasil Tes SR2 pada Tahap Proses .......................................... 68
4.18 Jawaban Hasil Tes SS2 pada Tahap Objek ........................................... 69
xvi
DAFTAR BAGAN
2.1 Alur Kerangka Pikir .............................................................................. 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebanyakan orang menganggap bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit, baik SMP maupun SMA. Hal ini berdampak karena,
memahami konsep dari matematika membutuhkan proses berpikir yang tinggi
karena bersifat abstrak, maka dari itu dalam mempelajarinya perlu tuntunan
terhadap pemahaman konsep-konsepnya agar seseorang dapat berpikir secara
matematis dengan jelas dan sesuai tata cara yang rasional dan terstruktur (Yuliana,
2018).
Cabang matematika pada tingkat SMP salah satunya yaitu aritmetika. Pada
kelas VIII, salah satu materi pada pembelajaran matematika yaitu aritmetika
adapun tujuan pembelajarannya yaitu siswa dapat mengaplikasikan konsep
barisan dan deret aritmetika. Dalam materi aritmatika kemampuan mengubah soal
cerita ke bentuk matematika atau model matematika sangat diperlukan. Ketika
seseorang dapat memecahkan permasalahan pada bentuk soal cerita, maka orang
tersebut dikatakan memiliki daya nalar yang baik untuk menyelesaikan
permasalahan, hal ini merupakan bahasa matematika atau bentuk matematika
(Muslimah, 2018).
Setiap orang memiliki kemampuan berbeda-beda dalam memahami suatu
konsep, sehingga pencapaian memahami suatu konsep bukan hal yang mudah.
2
Jadi, pentingnya kemampuan generalisasi yang sedang maupun tinggi guna, untuk
memaknakan konsep dari matematika (Yuliana, 2018), akan tetapi masih
banyaknya siswa memahami konsep matematika dengan keliru bahkan terbilang
lemah.
Tujuan dalam pembelajaran yang pertama diinginkan tercapai yaitu
memahami sebuah konsep. Menurut Maharaj (2010), belajar difasilitasi jika
individu memiliki struktur mental yang sesuai untuk konsep matematika yang
diberikan. Jika struktur mental yang tepat tidak ada, maka mempelajari konsep itu
hampir mustahil. Apabila konsep yang lebih umum diberikan lebih awal maka
konsep tersebut dapat menjadi perantara untuk informasi baru terhadap kognitif
siswa, sehingga hal tersebut pemahaman konsep siswa menjadi berkembang.
Pemahaman konsep matematika dapat diukur melalui aktivitas aksi, proses, objek
dan kemudian dikoordinasikan dalam suatu skema karena memahami konsep
merupakan hasil konstruksi atau rekonstruksi dari objek-objek matematika.
Menurut Lestari (2018) bahwa teori APOS adalah teori konstruktivitas
yang memungkinkan terjadinya konsep matematika. Teori APOS mengasumsikan
bahwa pemahaman-pemahaman yang muncul pada diri seseorang dari aksi,
proses, objek, dan skema didapatkan dari hubungan dengan orang lain juga hasil
konstruksi-konstruksi mental seseorang ketika memahami ide matematika
(Muslimah, 2018).
Dubinsky (2001) berpendapat mengenai analisis dekomposisi genetik
yakni salah satu analisis yang digunakan ketika seseorang ingin mendeskripsikan
proses kerja pengembangan konsep pada matematika di dalam pikirannya atau
3
mengenai gabungan konsep secara tersusun pada aktivitas fase aksi, proses, objek
serta skema. Artinya, analisis dekomposisi genetik yaitu bentuk analisis seseorang
ketika menceritakan atau mendeskripsikan pada persoalan matematika sesuai
kerangka teori APOS. Maka dengan itu, memahami pembelajaran matematika
baik menggunakan teori APOS.
Berdasarkan hasil observasi (magang) di SMP Negeri 34 Makassar, masih
terdapat siswa dikategorikan kurang pada indikator pemahaman konsep dalam
materi barisan aritmetika. Hal ini ditandai dari, kesulitan siswa menjadikan model
matematika dari soal yang dihadapi, dan konsep mereka dengan materi barisan
aritmetika masih rendah karena masih banyaknya siswa menggunakan cara belajar
hanya sekedar menghafal rumus atau materi yang diberikan, bukan memahami
konsep pada materi tersebut. Permasalahan ini dapat dilihat, bahwa konsep di
awal merupakan kunci utama, ketika memberikan konsep kepada siswa harus
merencanakan dengan matang supaya siswa sadar bahwa konsep bukanlah hal
yang hanya perlu dihafal tetapi harus benar-benar dipahami. Jadi, semua
tergantung dengan konsep di awal untuk memahami konsep pada materi
berikutnya juga kuat.
Kaitan antara teori APOS dengan aritmetika adalah hasil konstruksi atau
rekonstruksi dari pokok-pokok matematika yang telah diselesaikan dengan
prosedur APOS dapat menjadi jembatan untuk pemahaman konsep siswa.
Sedangkan aritmetika memiliki tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu
menerapkan konsep barisan dan deret aritmetika. Maka teori APOS sangat
4
diperlukan untuk menanamkan pemahaman konsep pada materi aritmetika agar
siswa mampu menyelesaikan soal/permasalahan dengan baik.
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ningsih, 2015. Teori APOS
dapat digunakan untuk meneliti lembar aktivitas mahasiswa berbasis teori APOS
dalam memahami konsep matematika pada materi turunan. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa untuk memahami soal turunan, mahasiswa
menyelesaikannya pada empat tahap tertentu dari teori APOS, serta
pemahamannya berada pada tahap bermacam-macam berdasarkan teori APOS.
Juga penelitian yang dilakukan oleh Yuliana, 2018. Hasil yang ditunjukkan
bahwa pemahaman konsep eksponen berbasis teori APOS siswa kelas XI SMA
Theresiana Salatiga beraneka macam. Subjek berkemampuan tinggi dan sedang
telah memenuhi indikator sampai tahap skema. Akan tetapi siswa berkemampuan
rendah belum dapat mencapai indikator tahap skema.
Begitupun pada penelitian yang dilakukan oleh Agustina, 2018.
Kemampuan pemahaman siswa pada tahapan-tahapan APOS (action, process,
object, dan schema) pada materi Persamaan Garis Lurus di Kelas VIII.6 SMP
Negeri 1 Palembang Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016/2017 yakni telah
menjurus baik. Analisisnya menunjukkan, kemampuan menyatakan ulang sebuah
konsep rata-rata siswa mencapai indikator tersebut, sebaliknya terdapat masih
kurangnya siswa pada indikator kemampuan mengaplikasikan konsep atau
algoritma ke pemecahan masalah.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih
jauh mengenai kemampuan memahami konsep matematika berdasarkan teori
5
APOS melalui penelitian yang berjudul “Analisis Pemahaman Konsep
Berdasarkan Teori APOS (Action, Process, Object, Scheme) Pada Materi
Aritmetika ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII SMPN
34 Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pemahaman konsep
berdasarkan Teori APOS (Action, Process, Object, Scheme) pada materi
aritmetika ditinjau dari kemampuan matematika siswa kelas VIII SMPN 34
Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan pemahaman konsep pada materi aritmetika
berdasarkan Teori APOS (Action, Process, Object, Scheme) siswa
berkemampuan tinggi kelas VIII SMPN 34 Makassar.
2. Untuk mendeskripsikan pemahaman konsep pada materi aritmetika
berdasarkan Teori APOS (Action, Process, Object, Scheme) siswa
berkemampuan sedang kelas VIII SMPN 34 Makassar.
6
3. Untuk mendeskripsikan pemahaman konsep pada materi aritmetika
berdasarkan Teori APOS (Action, Process, Object, Scheme) siswa
berkemampuan rendah kelas VIII SMPN 34 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diambil sesuai dengan tujuan penelitian yang
dikemukakan sebelumnya, yakni:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini disemogakan mampu menjadi salah satu faktor untuk
meningkatkan mutu pembelajaran matematika khususnya pada kemampuan
memahami konsep sesuai teori APOS.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru: Untuk menjadi masukan atau bahan ke guru matematika supaya
lebih sering melihat tumbuh kembangnya kemampuan yang dimiliki siswa,
juga terhadap kesulitan siswa dalam pembelajaran agar tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai.
b. Bagi siswa: Untuk menjadi informasi serta masukan kepada siswa tentang
kinerja mereka dalam memahami dan menyelesaikan persoalan berkenaan
dengan materi aritmetika, sehingga dapat dijadikan sebagai bekal atau acuan
bagi mereka agar lebih kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan soal-soal
matematika, khususnya materi aritmetika.
c. Bagi peneliti: Penelitian ini diharapkan mampu menjadi rujukan kajian teori
bagi peneliti yang akan mendalami pemahaman konsep siswa khususnya yang
7
berbasis teori APOS dalam belajar matematika, bisa pada materi yang lain
maupun pada siswa yang lain.
E. Batasan Istilah
1. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman konsep matematika yakni kemampuan seorang siswa ketika
menemukan kemudian menjelaskan hasil temuannya, menafsirkan dan
menyimpulkannya dengan kalimatnya sendiri meskipun susunan kalimat pada
penjelasannya tidak sesuai terhadap konsep yang diajarkan tetapi maknanya sama.
2. Teori APOS
Pada penelitian ini Teori APOS yakni teori yang suatu teori digunakan
sebagai mengukur pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan
fase yaitu:
a. Action (Aksi)
Apabila seorang siswa mampu memfokuskan proses mentalnya atau proses
berpikirnya pada upaya untuk memahami suatu konsep yang diberikan, atau suatu
reaksi yang dicapai siswa dari rangsangan eksternal. Contohnya, siswa dikatakan
mencapai tahap aksi apabila: (1) bila diberikan soal, siswa tersebut mampu
mengetahui yang diketahui dan ditanyakan pada soal, (2) mampu menentukan
suku berikutnya dengan melihat pola dari barisan bilangan tersebut.
b. Process (Proses)
Aksi yang berulang yang terjadi dari dalam diri dibawa kontrol individu
yang melakukannya. Sehingga peneliti mengasumsikan, siswa telah sampai ke
8
jenjang proses jika dapat menguraikan atau bahkan membalikkan langkah-langkah
dari permasalahan yang dihadapi tanpa benar-benar melakukannya. Contoh: siswa
mampu menjelaskan langkah-langkah mencari suku ke-n.
c. Object (Objek)
Apabila siswa tersebut mampu memberikan alasan atau menjelaskan
tentang sifat-sifat terhadap suatu konsep yang dipelajari dan mampu
mengaplikasikannya dengan dua cara atau banyak cara yang berbeda tetapi
dengan permasalahan yang sama, sehingga siswa bisa menafsirkan skema sebagai
fase objek. Contoh: apabila telah menjelaskan barisan tersebut memiliki sifat-sifat
dan ciri khas, tiap suku memiliki kaitan dengan suku lainnya, serta dapat
menjelaskan contoh dan bukan contoh terhadap barisan tersebut.
d. Scheme (Skema)
Skema adalah kumpulan aksi, proses, objek dan skema lainnya yang
berhubungan, jadi memunculkan ide untuk menyelesaikan persoalan matematika.
Di penelitian ini peserta didik dikatakan berada pada tahap skema ketika; pola
bilangan yang dapat dinyatakan sebagai barisan, operasi pada barisan tersebut
dapat didefinisikan, dan sifat-sifat dari operasinya dapat diperiksa.
3. Kemampuan Matematika
Pada penelitian ini, kemampuan matematika adalah tahap di mana seorang
siswa dapat memahami pembelajaran matematika yang sedang dialami dan
mampu memecahkan permasalahannya.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemahaman Konsep Matematika
Pemahaman dan konsep merupakan dua kata yang dapat dijadikan kalimat
pemahaman konsep. Menurut Sudijono (Fadlilah, 2015) arti dari pemahaman
yakni kemampuan yang dimiliki tiap orang untuk mengerti serta memahami suatu
hal sesudah suatu hal tersebut diketahui dan diingat. Adapun menurut Sagala
(2013) konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau kelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi
prinsip, hukum dan teori. Adapun konsep dalam matematika adalah ide abstrak
yang memungkinkan siswa untuk mengelompokkan dan mengklasifikasikan
objek/kejadian.
Sehingga kemampuan memahami sebuah konsep adalah hal yang pokok
dalam mempelajari suatu hal, dan salah satu indikator belajar yaitu memahami
materi yang dipelajari. Dasar dari sebuah pemahaman yakni memilah bagian-
bagian pembelajaran terhadap porsinya. Pengetahuan, keterampilan dan sikap
belajar sama dengan nol jika tidak memiliki pemahaman. Belajar dengan hasil
yang baik tidak cukup hanya dengan kemampuan mengetahui saja (Muslimah,
2018).
Menurut Hiebert & Lefevre mengemukakan bahwa pengetahuan yang ada
jika dihubungkan dengan benar terhadap informasi baru dapat memunculkan
10
sebuah pengetahuan (Lestari, 2018). Dengan pendapat di atas, pengetahuan
konseptual serta prosedural merupakan hal yang penting karena apabila siswa
yang bisa mengaitkan kedua pengetahuan tersebut secara bersama-sama artinya
siswa tersebut memiliki pengetahuan matematika yang kuat. Adapun jika siswa
kurang dari salah satu pengetahuan tersebut atau bahkan keduanya maka siswa
tidak seutuhnya bahkan tidak sama sekali mahir ketika menghadapi konsep
matematika.
Menurut Anderson, siswa memiliki kemampuan pemahaman matematis
jika siswa tersebut mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan yang timbul
dalam pengajaran seperti komunikasi lisan, tulisan dan grafik (Muthohar, 2016).
Jika siswa mengembangkan hubungan sebelumnya dengan hubungan yang baru
didapatkan, siswa tersebut sudah memahami suatu konsep dengan baik artinya
siswa tersebut dapat memecahkan masalah dengan memahami konsep dari
masalah yang dihadapi.
Tujuan pembelajaran matematika yang pertama dapat terpenuhi yaitu
kemampuan memahami konsep. Sesuai dengan standar isi dari tujuan
pembelajaran matematika yang dikeluarkan oleh Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 yakni: (1) pemahaman konsep matematis, (2) menggunakan penalaran, (3)
memecahkan masalah, (4) mengomunikasikan gagasan, dan (5) memiliki sifat
menghargai kegunaan matematika (Ningsih, 2016).
Adapun menurut Hudojo indikator yang termuat dalam pemahaman konsep
diantaranya (Muslimah, 2018):
1. Dapat menjelaskan secara verbal tentang pencapaiannya.
11
2. Dapat menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui
perbedaan.
3. Dapat mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya
persyaratan yang membentuk konsep tersebut.
4. Dapat menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur.
5. Dapat memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang dipelajari.
6. Dapat menerapkan konsep secara algoritma.
7. Dapat mengembangkan konsep yang telah dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pemahaman konsep
matematika yakni kemampuan seorang siswa ketika menemukan kemudian
menjelaskan hasil temuannya, menafsirkan dan menyimpulkannya dengan
kalimatnya sendiri meskipun susunan kalimat pada penjelasannya tidak sama
dengan konsep yang diajarkan tetapi maksudnya sama.
B. Teori APOS
Dasar filosofis dari teori APOS (action, process, object dan schema)
adalah konstruktivisme sosial tentang bagaimana individu belajar suatu konsep
matematika. Proses pembelajaran matematika yang terwujud dari teori
konstruktivisme yaitu tantangan masalah, kerja kelompok kecil, dan diskusi kelas.
Teori belajar konstruktivisme dilakukan dengan memfasilitasi siswa agar
memperoleh pengalaman belajar untuk membangun makna terhadap pengetahuan
(Noviana dkk, 2016).
12
Teori APOS didasarkan pada hipotesis bahwa pengetahuan matematika
seseorang adalah kecenderungan untuk mengatasi situasi yang merupakan
masalah matematika dengan membangun tindakan, proses, objek dan
mengaturnya dalam skema untuk memahami situasi dalam menyelesaikan
masalah (Dubinsky & McDonald, 2001). Selanjutnya, Dubinsky (2001)
mengajukan teori konstruksi konsep matematika melalui 4 (empat) tahapan, yaitu
tindakan, proses, objek, dan skema. Keempat tahap ini kemudian disebut kerangka
APOS. Teori APOS adalah teori yang menjelaskan konsep matematika yang
dibangun dalam pembelajaran (Dubinsky, 2001). Asiala et al. (1997) jelaskan
bahwa pengertian mental dibangun oleh struktur mental yang terdiri dari tindakan,
proses, objek, dan skema (dalam Firdaus dkk, 2020).
Maka, dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa teori APOS adalah
singkatan dari Action, Process, Object, and Scheme atau teori yang digunakan
untuk mengukur pencapaian konsep matematika siswa sehingga menghasilkan
penjelasan tentang konstruksi mental dari tahap action (aksi), process (proses),
object (objek), scheme (skema). Selanjutnya akan akan dipaparkan penjelasan dari
tiap-tiap tahap APOS, yaitu sebagai berikut:
a. Aksi (action)
Aksi didefinisikan oleh Ed. Dubinsky (2001) sebagai berikut:
“An action is a transformation of objects perceived by the individual as
essentially external and as requiring, either explicitly or from memory, step
by step instructions on how to perform the operation.”
13
Aksi (action) adalah transformasi dari objek-objek yang dipelajari dan
yang dirasakan oleh siswa sebagai bagian eksternal dan sebagai kebutuhan, secara
eksplisit dari memori, instruksi tahap demi tahap tentang bagaimana melakukan
operasi (Ed. Dubinsky: 2001). Artinya, tahap aksi yaitu transformasi objek
matematika dengan menggunakan beberapa cara sehingga menimbulkan
pengulangan fisik atau manipulasi mental secara implisit dari memori. Adapun
transformasi dalam hal ini yaitu reaksi dari luar yang dibubuhkan secara rinci
terhadap prosedur yang wajib dikerjakan, sehingga tahap aksi berbentuk aktivitas
prosedural. Di tahap ini, untuk melakukan perubahan pada siswa baik secara fisik
ataupun secara mental objek yaitu dengan membimbing siswa pada pengetahuan
awal.
Apabila seseorang sampai pada tahap aksi, artinya seseorang tersebut dapat
memfokuskan proses berpikirnya menghadapi suatu konsep. Jika seseorang
menanamkan pemahaman yang baik terhadap konsep yang dihadapi bisa saja aksi
dapat dilakukan dengan sangat baik tetapi sebaliknya, seseorang bisa juga proses
berpikirnya keluar terhadap konsep yang dihadapi maka aksinya tidak terpenuhi
(Hanifa, 2016). Contohnya, siswa memerlukan pemahaman awal terhadap materi
yang dihadapi yang selanjutnya ditransformasikan untuk memikirkan konsep
materi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aksi adalah apabila
seorang siswa mampu memfokuskan proses mentalnya atau proses berpikirnya
pada upaya untuk memahami suatu konsep yang diberikan, atau suatu reaksi yang
dicapai siswa dari rangsangan eksternal. Contohnya, siswa dikatakan mencapai
14
tahap aksi apabila: (1) bila diberikan soal, siswa tersebut mampu mengetahui yang
diketahui dan ditanyakan pada soal, (2) mampu menentukan suku berikutnya
dengan melihat pola dari barisan bilangan tersebut.
b. Proses (Process)
Proses didefinisikan oleh Ed. Dubinsky (2001) sebagai berikut:
“When an action is repeated and the individual reflects upon it, he or she
can make an internal metal construction called a process which the
individual can think of as performing the same kind of action, but no longer
with the need of external stimuli.”
Proses (Process) didefinisikan sebagai struktur kognitif yang melibatkan
imajinasi tentang transformasi mental atau fisik objek, sehingga siswa merasakan
transformasi menjadi bagian internal dirinya dan mampu mengontrol transformasi
tersebut (Ed. Dubinsky: 2001). Saat seorang individu mengulang dan
merefleksikan suatu tindakan, itu mungkin diinternalisasi ke dalam proses mental.
Suatu proses adalah bentuk mental yang mengerjakan operasi yang sama dengan
tindakan, tapi seutuhnya dalam pikiran seseorang. Secara khusus, individu dapat
membayangkan melakukan transformasi tanpa harus menjalankan setiap langkah
secara eksplisit (Maharaj, 2010).
Apabila terjadi pengulangan dari aksi yang sudah dilakukan, artinya
seseorang tersebut telah masuk fase proses. Menurut Hanifah (2016) bahwa
seseorang telah sampai pada tahap proses pada suatu konsep permasalahan yang
dihadapi, jika berfikirnya terhadap ide matematika yang dihadapi terbatas juga
15
seseorang tersebut mampu menceritakan atau melakukan gambaran dari ide
matematikanya.
Maka disimpulkan bahwa, proses yaitu aksi yang berulang yang terjadi
dari dalam diri dibawa kontrol individu yang melakukannya. Sehingga peneliti
mengasumsikan, siswa telah sampai ke jenjang proses jika dapat menguraikan
atau bahkan membalikkan langkah-langkah dari permasalahan yang dihadapi
tanpa benar-benar melakukannya. Contoh: siswa mampu menjelaskan langkah-
langkah mencari suku ke-n.
c. Objek (Object)
Objek didefinisikan oleh Ed. Dubinsky (2001) sebagai berikut:
“An object is constructed from a process when the individual becomes
aware of the process as a totality and realizes that transformations can act
on it.”
Objek (Object) adalah tahap struktur kognitif di mana siswa menyadari
proses-proses transformasi tersebut sebagai satu kesatuan, dan sadar bahwasanya
transformasi dapat dilakukan dalam satu kesatuan tersebut (Ed. Dubinsky: 2001).
Suatu proses yang baru juga dapat dikoordinasikan sehingga memunculkan proses
baru yang dibentuk dari proses sebelumnya, juga jika hal tersebut
ditransformasikan dari suatu aksi dan menjadi suatu proses sendiri maka proses
tersebut telah menjadi enkapsulasi suatu objek.
Adapun menurut Muslimah (2018) jika suatu proses mengalami perubahan
mental pada suatu objek kognitif terhadap bakat individu yang mengerjakan
gambaran ketika menerapkan operasi pada proses tertentu, sehingga
16
memunculkan kesadaran apabila transformasi dapat dikonstruksi dengan nyata
sebagai transformasi dari proses yang dihadapi, maka dikatakan telah melakukan
enkapsulasi. Menurut Hanifah (2016) bahwa apabila seseorang sudah dapat
menjadikan ide menjadi suatu konsep kognitif dengan kemampuan guna
melakukan aksi terhadap objek juga dapat menjelaskan sifat-sifat dari konsepnya
maka seseorang tersebut memiliki fase objek dari konsep matematikanya.
Maka berdasarkan uraian di atas, objek yaitu apabila siswa tersebut
mampu memberikan alasan atau menjelaskan tentang sifat-sifat terhadap suatu
konsep yang dipelajari dan mampu mengaplikasikannya dengan dua cara atau
banyak cara yang berbeda tetapi dengan permasalahan yang sama, sehingga siswa
bisa menafsirkan skema sebagai fase objek.
Dalam penelitian ini siswa memiliki tahap objek apabila telah menjelaskan
barisan tersebut memiliki sifat-sifat dan ciri khas, tiap suku memiliki kaitan
dengan suku lainnya, serta dapat menjelaskan contoh dan bukan contoh terhadap
barisan tersebut.
d. Skema (Schema)
Skema didefinisikan oleh Ed. Dubinsky (2001: 3) sebagai berikut:
“A schema for a certain mathematical concept in an individual‟s
collection of actions, processes, objects, and other schemas which are linked
by some general principles to form a framework in the individual‟s mind
that may be brought to bear upon a problem situation involving that
concept.”
Skema (Schema) adalah kumpulan aksi, proses, objek dan mungkin skema
lain yang dihubungkan dengan beberapa prinsip umum untuk membentuk
17
kerangka berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
konsep yang dipelajarinya.
Bentuk penghubung aksi, proses, objek secara terpisah untuk objek
terkhusus sehingga memperoleh suatu skema tertentu dinamakan tematisasi
(Muslimah, 2018). Menurut Hanifah (2016) bahwa skema adalah pemahaman
individu secara penuh dengan suatu konsep yang sama, sehingga ditahap ini
individu sudah mampu membedakan yang termasuk ke dalam suatu fenomena dan
yang tidak.
Dari pemaparan di atas mengenai skema maka dapat disimpulkan bahwa
skema adalah kumpulan aksi, proses, objek dan skema lainnya yang berhubungan,
jadi memunculkan ide untuk menyelesaikan persoalan matematika. Di penelitian
ini peserta didik dikatakan berada pada tahap skema ketika; pola bilangan yang
dapat dinyatakan sebagai barisan, operasi pada barisan tersebut dapat
didefinisikan, dan sifat-sifat dari operasinya dapat diperiksa.
Langkah pembelajaran berdasarkan teori APOS menurut Muslimah (2018),
yakni:
a. Aksi. Pada awal pembelajaran, peran guru menyemangati siswa untuk
mengerjakan kegiatan menganalisis masalah atau soal yang berhubungan
dengan konsep yang telah diajarkan dengan memakai konsep yang sudah ada
pada anak sehingga anak dapat fokus memikirkan konsep yang dipelajari.
b. Proses. Pada saat pembelajaran berlangsung, peran guru sebagai fasilitator
guna mengarahkan secara tidak langsung, maka siswa termotivasi dalam
18
melaksanakan pembahasan konsep matematika yang dihadapi secara
mendalam maupun pokok.
c. Objek. Jika diperlukan guru harusnya melakukan campur tangan tetapi tidak
langsung agar anak mampu mendapatkan sifat-sifat dari konsep yang
dihadapi.
d. Skema. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tugas untuk menerapkan
kembali konsep yang telah dipelajari yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
C. Aritmetika
Pola bilangan aritmetika adalah pola bilangan dimana bilangan sebelum
dan sesudahnya memiliki selisih yang sama. Selisih tersebut dinamakan beda atau
disimbolkan b.
Suku pertama dalam bilangan aritmetika disebut dengan suku awal (a) atau
𝑈1, sedangkan suku kedua adalah 𝑈2 dan seterusnya. Jika merupakan suku-suku
barisan aritmetika, maka rumus suku ke-n dari barisan tersebut dinyatakan sebagai
berikut:
𝑈𝑛 = 𝑎 + ( 𝑛 − 1 ) b
Keterangan:
𝑈𝑛 = suku ke-n
𝑎 = 𝑈1 = suku pertama
𝑏 = beda
Rumus beda/selisih adalah:
b = 𝑈2 - 𝑈1 (suku kedua dikurang suku pertama)
19
contoh barisan aritmetika adalah 1, 5, 9, 13, 17, ...
D. Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan Teori APOS pada Materi
Aritmetika
Teori APOS dicetuskan oleh Ed Dubinsky dan koleganya sebagai
perkembangan dari teori konstruktivisme Piaget. konstruksi-konstruksi mental
tersebut adalah aksi (action), proses (process), objek (object) dan skema (scheme)
yang disingkat dengan APOS. Teori tersebut guna untuk mendapatkan
pengalaman belajar sehingga makna dari belajarnya bermakna. Sehingga, teori
APOS merupakan teori pembelajaran matematika yang diidentifikasi dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
Teori ini berguna sebagai analisis data oleh peneliti untuk mengetahui
perbandingan berhasil atau gagalnya siswa ketika menyelesaikan soal matematika
dengan konstruksi mental tertentu. Sehingga teori APOS berguna ketika
mengukur pencapaian proses belajar siswa pada bermacam-macam topik
matematika terlebih topik aritmetika.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep matematika siswa
dibutuhkan indikator. Sehingga pada bagian ini akan dijelaskan indikator
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS pada materi aritmetika sebagai
berikut:
20
Tabel 2.1 Indikator Pemahaman Konsep Matematika Siswa Berdasarkan
Teori APOS pada Materi Barisan Aritmetika (Firdaus dkk,
2020).
Tahap Teori APOS Indikator
Aksi a. Mampu menentukan nilai suku berikutnya
dengan aktivitas prosedural.
Proses
a. Mampu menguraikan metode penyelesaian suatu
barisan bilangan,
b. Mampu menjelaskan cara menentukan nilai suku
berikutnya dari suatu barisan bilangan.
Objek
a. Mampu menunjukkan bahwa barisan tersebut
mempunyai sifat-sifat dan ciri tertentu, suatu
suku mempunyai kaitan dengan suku
sebelumnya.
b. Mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan
pengetahuan sebelumnya.
c. Mampu membedakan contoh dan bukan contoh
barisan aritmetika.
Skema a. Mampu menentukan sifat-sifat barisan aritmetika
dengan menghubungkan aksi, proses, objek dari
suatu konsep ke konsep lain.
E. Kemampuan Matematika
Arti dari kemampuan matematis yang dikemukakan NCTM (1999),
"Mathematical power includes the ability to explore, conjecture and reason
logically to solve non-routine problems, to communicate about and through
mathematics and to connect ideas within mathematics and between mathematics
and other intellectual activity”.
Penalaran matematis, pemecahan masalah matematis, komunikasi
matematis, pemahaman matematis, pemahaman konsep, berpikir kreatif dan
berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan matematis, adapun kemampuan
21
matematis yakni kemampuan yang digunakan ketika menghadapi masalah baik
dalam lingkup matematika maupun kehidupan sehari-hari. (Nuhus, 2012).
Perlunya pengetahuan serta keterampilan awal guna agar dapat
mengerjakan manipulasi pada pemahaman konsep juga pengetahuan prosedural,
hal tersebut dinamakan kemampuan matematika. Kemampuan matematika ini
merupakan kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan
berbagai aktivitas mental, berpikir, menelaah, memecahkan masalah siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika (Wulandari, 2017). Kemampuan matematika
setiap siswa berbeda-beda, ada siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
Rofiti berpendapat (Widarti, 2013) bahwa kriteria tingkat kemampuan
siswa memiliki 3 kategori yakni:
Tabel 2.2 Kategori Kemampuan Menurut Rofiti (dalam Widarti, 2013)
Kemampuan tinggi 80 ≤ nilai yang diperoleh ≤ 100
Kemampuan sedang 65 ≤ nilai yang diperoleh < 80
Kemampuan rendah 0 ≤ nilai yang diperoleh < 65
Tabel 2.3 Kategori Kemampuan dalam Kategori Sekolah Menurut Rofiti
(dalam Widarti, 2013)
Kategori rendah 0 ≤ nilai tes < 65
Kategori sedang 65 ≤ nilai tes < 75
Kategori tinggi 75 ≤ nilai tes < 100
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
matematika adalah tahap dimana seorang siswa dapat memahami pembelajaran
matematika yang sedang dialami dan mampu memecahkan permasalahan
matematika dengan baik, dan dipenelitian ini menggunakan pengkategorian
22
kemampuan matematika menurut KKM SMPN 34 Makassar dan wawancara guru
mata pelajaran matematika.
F. Penelitian Relevan
Berdasarkan penelitian terdahulu menurut:
1. Maharaj. 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep fungsi adalah
salah satu yang sulit dipahami oleh siswa, dan menunjukkan bahwa ini
mungkin hasil dari banyak siswa yang tidak memiliki struktur mental yang
sesuai pada tingkat proses, objek dan skema. Pada soal nomor 1, sekitar 55%
memiliki struktur mental yang sesuai untuk beberapa jenis skema efektif dan
sekitar 21% tidak menunjukkan pilihan apa pun. Pada soal nomor 2, sekitar
38% dari siswa memiliki struktur mental yang sesuai untuk beberapa jenis
skema yang efektif untuk aplikasi pada kontinuitas fungsi yang diwakili dalam
bentuk simbolis dan sekitar 40,6% tidak menunjukkan pilihan apapun.
Tabel 2.4 Persamaan dan Perbedaan
Persamaan Perbedaan
• Penelitian ini untuk mengetahui
pemahaman konsep
• Menggunakan teori APOS
• Penelitian yang dilakukan oleh
maharaj untuk materi fungsi,
sedangkan penelitian ini pada
materi barisan aritmetika
• Penelitian maharaj ditujuan
untuk mahasiswa (universitas),
sedangkan penelitian ini untuk
siswa (sekolah)
• Penelitian maharaj menggunakan
siklus ACE
23
2. Muslimah. 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan
pemahaman konsep matematis pada subjek berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah. (1) Subjek berkemampuan tinggi: memenuhi semua indikator pada
tahap aksi, memenuhi 2 dari 3 indikator pada tahap proses, memenuhi semua
indikator pada tahap objek, memenuhi semua indikator pada tahap skema dan
menyelesaikan masalah program linear dengan benar juga tepat. (2) Subjek
berkemampuan sedang: memenuhi semua indikator pada tahap aksi,
memenuhi 2 dari 3 indikator pada tahap proses, tidak memenuhi semua
indikator pada tahap objek, memenuhi 4 dari 5 indikator pada tahap skema dan
belum menyelesaikan masalah program linear dengan benar dan tepat. (3)
Subjek berkemampuan rendah: memenuhi semua indikator tahap aksi, tidak
memenuhi semua indikator pada tahap proses dan objek, memenuhi 2 dari 5
indikator pada tahap skema dan tidak menyelesaikan masalah program linear
dengan benar dan tepat.
Tabel 2.5 Persamaan dan Perbedaan
Persamaan Perbedaan
• Sama-sama untuk mengetahui
pemahaman konsep
• Menggunakan teori APOS
• Menggunakan pengkategorian
tingkat kemampuan
• Sama-sama penelitian
kualitatif deskriptif
• Penelitian yang dilakukan oleh
Muslimah untuk materi program
linear, sedangkan penelitian ini
pada materi barisan aritmetika
• Subjek pada penelitian Muslimah
dipilih berdasarkan nilai ulangan
harian, sedangkan pada penelitian
ini berdasarkan hasil tes awal
(kemampuan matematika)
• Skala penilaian pengkategorian
kemampuan yang digunakan
Muslimah menurut Ratumanan dan
Laurens, sedangkan penelitian ini
menurut pengkategorian SMPN 34
Makassar (tempat penelitian).
24
• Penelitian muslimah menggunakan
triangulasi metode, sedangkan
penelitian ini menggunakan
triangulasi sumber.
3. Ningsih. 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengkategorian
kemampuan mahasiswa dalam memahami konsep matematika menggunakan
lembar aktivitas mahasiswa berbasis teori APOS dapat dikategorikan cukup.
Tabel 2.6 Persamaan dan Perbedaan
Persamaan Perbedaan
• Sama-sama untuk mengetahui
pemahaman konsep
• Menggunakan teori APOS
• Sama-sama penelitian
kualitatif deskriptif
• Penelitian yang dilakukan oleh
Ningsih untuk materi turunan,
sedangkan penelitian ini pada
materi barisan aritmetika.
• Penelitian Ningsih menggunakan
Lembar Aktivitas Mahasiswa untuk
mengukur pengukur pemahaman
konsep.
• Penelitian Ningsih tidak mengukur
tingkat kemampuan pemahaman
konsep tetapi mengukur kesulitan
dalam memahami konsep.
4. Lestari. 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai
di atas KKM mampu mencapai indikator pemahaman pada tahap aksi, proses,
dan objek. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah KKM hanya
mampu mencapai indikator pada tahap proses. Pada tahap skema, keduanya
belum mampu mencapai indikator pemahaman.
Tabel 2.7 Persamaan dan Perbedaan
Persamaan Perbedaan
• Sama-sama untuk mengetahui
pemahaman konsep
• Menggunakan teori APOS
• Penelitian yang dilakukan oleh
Lestari untuk materi barisan dan
deret, sedangkan penelitian ini
hanya pada materi barisan
25
• Sama-sama penelitian
kualitatif deskriptif
• Sama-sama pada materi
aritmetika
• Menggunakan nilai KKM
sekolah.
aritmetika.
• Penelitian Lestari untuk jenjang
SMA/sederajat, sedangkan
penelitian ini untuk jenjang
SMP/sederajat.
• Subjek penelitian Lestarai yakni
guru dan siswa kelaa IX, sedangkan
penelitian ini untuk 6 siswa pada 2
siswa tiap kemampuan.
• Penelitian Ningsih menggunakan
teriangulasi metode, penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber.
• Penelitian Ningsih hanya
menggunakan satu kali tes,
sedangkan penelitian ini
menggunakan dua kali tes.
5. Hakim, dkk. 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan pendekatan M-
APOS dan pembelajaran ekspositori. Hal ini juga menyatakan bahwa
kemampuan penalaran matematis siswa yang diberi perlakuan pendekatan M-
APOS lebih tinggi dibandingkan kemampuan penalaran matematis siswa yang
diberi pendekatan ekspositori.
Tabel 2.8 Persamaan dan Perbedaan
Persamaan Perbedaan
• Menggunakan teori APOS
• Penelitian yang ditujukan
kepada SMP/sederajat.
• Jenis penelitian yang digunakan
Hakim dkk yakni kuantitatif
sedangkan jenis penelitian ini yakni
kualitatif.
• Tujuan penelitian Hakim dkk untuk
mengetahui pengaruh pendekatan
M-APOS terhadap kemampuan
penalaran matematis siswa,
sedangkan penelitian ini untuk
mendeskripsikan pemahaman
konsep berdasarkan teori APOS.
26
G. Kerangka Pikir
Pada observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMPN 34 Makassar,
menunjukkan bahwa masih banyaknya siswa belum memiliki konsep yang
matang pada materi aritmetika. Hal ini ditandai dengan kesulitan siswa dalam
mengubah soal cerita ke dalam bentuk matematika dan penanaman konsepnya
hanya sekedar menghafal. Semua tergantung konsep di awal, jika konsep pada
materi sebelumnya lemah maka tidak menutup kemungkinan konsep pada materi
selanjutnya juga akan lemah.
Menurut Hiebert & Lefevre (dalam lestari, 2018) mengemukakan bahwa
sebuah pemahaman dapat terlaksana apabila informasi baru dihubungkan secara
tepat dengan pengetahuan yang ada. Menurut Anderson (dalam Muthohar, 2016),
siswa dikatakan memiliki kemampuan pemahaman matematika jika siswa tersebut
mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan yang timbul dalam pengajaran
seperti komunikasi lisan, tulis, dan grafik.
Akan tetapi tingkat kemampuan matematika siswa berbeda-beda. Terdapat
tiga kategori siswa yang dibedakan dalam kemampuan matematikanya, yaitu;
siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa
berkemampuan rendah. Kemampuan tersebut tentunya dilihat dari bagaimana
siswa dapat mengenal dan memahami konsep dasar matematika, struktur-struktur
dan algoritma-algoritma matematika. Hanya saja kemampuan berpikir setiap
siswa akan berbeda, hal ini tergantung dari bagaimana siswa dapat mengasah dan
melatih kemampuan berpikir matematikanya. Oleh karena itu, guru harus
27
mengetahui tingkatan-tingkatan perkembangan mental dan kemampuan berpikir
matematis setiap siswanya.
Menurut Noviana dkk (2016), dasar filosofis dari teori APOS (action,
process, object and schema) adalah konstruktivisme sosial tentang bagaimana
individu belajar suatu konsep matematika. Sehingga dengan ini teori APOS
merupakan suatu teori yang dipakai untuk mengetahui pemahaman konsep
matematika siswa yang meliputi suatu tahapan yaitu; aksi, proses, objek dan
skema.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian untuk
mendeskripsikan alur pemahaman konsep matematika siswa berdasarkan teori
APOS pada siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Berikut bagan alur
kerangka pikir dalam penelitian ini yang disajikan pada Bagan 2.1.
28
Bagan 2.1 Alur Kerangka Pikir
Kemampuan Matematika Siswa
SMPN 34 Makassar
Siswa
Berkemampuan
Tinggi
Siswa
Berkemampuan
Rendah
Siswa
Berkemampuan
Sedang
Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Berdasarkan Teori APOS
Action
(Aksi) Process
(Proses) Scheme
(Skema)
Object
(Objek)
Analisis Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Berdasarkan Teori APOS pada Materi Aritmetika
Deskripsi Pemahaman Konsep Matematika Siswa Berdasarkan Teori
APOS pada Materi Aritmetika Untuk Tiap-Tiap Kemampuan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitiannya yaitu penelitian kualitatif yang memiliki karakteristik
deskriptif, sebab tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan pemahaman
konsep matematika siswa berdasarkan Teori APOS pada materi aritmetika.
Menurut Muslimah (2018) penelitian kualitatif yaitu mendeskripsikan baik berupa
kata-kata dan bahasa untuk memahami kejadian yang dihadapi oleh subjek
penelitian, contohnya; karakteristik subjek. Adapun menurut Sugiyono (2016),
metode penelitian kualitatif berdasarkan pada filsafat postpositivisme, peneliti
sebagai instrumen utama, cara mengambil sampel sumber data secara purposive
dan snowball, teknik pengumpulan data menggunakan triagulasi, analisis data
bersifat kualitatif, dan hasil penelitiannya lebih memfokuskan makna daripada
generalisasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini berada di SMP Negeri 34 Makassar, di Jalan Terpedo
3 No. 2, Sudiang Raya Kec. Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Penelitian ini berlangsung di semester ganjil tahun ajaran 2020/2021. Alokasi
waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
30
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian
No Pelaksanaan Penelitian Juni 2020 Juli 2020
Agustus
2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
dan instrumen penelitian
September
2020
Oktober
2020
November
2020
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan proposal
dan instrumen penelitian
2 Pelaksanaan tes dan
wawancara
3 Pelaporan
Desember
2020
1 2 3 4
3 Pelaporan
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian berjumlah enam siswa kelas VIII-C SMPN 34 Makassar
tahun ajaran 2020/2021 yang sementara atau sudah selesai pada materi aritmetika.
Subjek dipilih berdasarkan nilai tes awal serta rekomendasi guru matematika
yakni dua siswa berkemampuan tinggi, dua siswa berkemampuan sedang, dan dua
siswa berkemampuan rendah. Adapun pengambilan subjeknya menggunakan
31
teknik purposive sampling. Di mana, purposive sampling adalah teknik
pengambilan subjek sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016).
D. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Meminta izin kepada kepala sekolah SMP Negeri 34 Makassar untuk meneliti
di sekolah tersebut..
b. Menyusun dan menyiapkan instrumen tes penelitian.
c. Melakukan validasi instrumen kepada validator (ahli)
d. Mengurus surat penelitian kepada wakil kepala sekolah SMPN 34 Makassar
dan tata usaha sekolah.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Konsultasi dengan guru matematika untuk memberikan tes kemampuan
matematika pada kelas yang diberikan dan menetapkan jadwal siswa untuk
dilakukan tes.
b. Melaksanakan tes kemampuan matematika guna mengelompokkan tingkat
kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah.
c. Menetapkan 2 siswa untuk masing-masing tingkat kemampuan matematika
dari hasil tes dan wawancara guru matematika.
d. Melaksanakan tes pemahaman konsep berbasis APOS sesuai jadwal yang
ditetapkan dilakukan dengan via online jika keadaan belum memungkinkan
32
dan melaksanakan wawancara kepada subjek penelitian yang telah
dikelompokkan.
e. Memeriksa jawaban dari hasil masing-masing siswa serta mengidentifikasi
pemahaman konsep berbasis APOS dan membandingkan hasil wawancara
tinggi 1 dengan tinggi 2, sedang 1 dengan sedang 2 dan rendah 1 dengan
rendah 2.
f. Mengumpulkan data keseluruhan
a) Menafsirkan dan menelaah hasil analisis data
b) Menarik kesimpulan
3. Tahap Akhir
a. Mendeskripsikan hasil penelitian
b. Melaporkan kepada kepala SMP Negeri 34 Makassar bahwa penelitian telah
selesai, dan meminta surat bukti telah meneliti di sekolah tersebut.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama kemudian kelapangan
atau tempat penelitian dalam mengumpulkan data, analisis serta penarikan
kesimpulan. Adapun instrumen lainnya dalam penelitian ini yaitu:
1. Instrumen Tes
Instrumen tes pada penelitian ini yaitu tes kemampuan matematika dan tes
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS. Tes - tes tersebut divalidasikan oleh
dosen matematika dan guru di sekolah demi kevalidan isi (soal).
33
a. Tes Kemampuan Matematika
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes kemampuan matematika
sebagai tes awal untuk menentukan subjek. Peneliti membuat soal dari materi
kelas VII yang mencakup materi kalkulus, aritmetika, aljabar, geometri, statistika.
Jenis tes yang digunakan yaitu pilihan ganda tetapi disertakan alasannya.
b. Tes Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS
Dalam penelitian ini peneliti memilih tes tertulis untuk diteskan. Peneliti
membuat soal dan disesuaikan dengan indikator pemahaman konsep berdasarkan
teori APOS. Jenis tes yang digunakan yaitu soal uraian (essay test). Adapun
instrumen tesnya dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS
Tahap
APOS Indikator Butir Soal
Aksi
(Action)
● Mampu menentukan
nilai suku berikutnya
dengan aktivitas
prosedural.
a. Berapa banyak kancing baju yang
dibutuhkan untuk menentukan
pola gambar ke (5) dari pola
gambar di atas?
(1) (2) (4) (3)
34
Proses
(Process)
● Mampu menguraikan
metode penyelesaian
suatu barisan bilangan,
● Mampu menjelaskan
cara menentukan nilai
suku berikutnya dari
suatu barisan bilangan.
b. Bagaimana cara Anda
menentukan banyak kancing baju
untuk membentuk pola gambar ke
(10) dari pola gambar di atas?
c. Bagaimana cara Anda
menentukan banyak kancing baju
untuk membentuk pola gambar ke
(35) dari pola gambar di atas?
Objek
(Object)
● Mampu menunjukkan
bahwa barisan tersebut
mempunyai sifat-sifat
dan ciri tertentu, suatu
suku mempunyai
kaitan dengan suku
sebelumnya.
● Mampu mengaitkan
pengetahuan saat ini
dengan pengetahuan
sebelumnya.
● Mampu membedakan
contoh dan bukan
contoh barisan
aritmetika.
d. Dari pola gambar di atas, jelaskan
apa yang anda ketahui dari pola
gambar tersebut? Jelaskan!
e. Adakah keterkaitan dari pola
gambar di atas dengan materi
yang telah anda pelajari
sebelumnya!
f. Setelah menjawab pertanyaan
bagian (a) sampai bagian (e).
Menurut anda, apakah susunan
kancing baju pada gambar diatas
membentuk barisan aritmetika?
2. Instrumen Pedoman Wawancara
Pada tahap ini peneliti memilih pedoman wawancara yang bebas tidak
terstruktur, jadi instrumen pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu tetapi
disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden.
(1) (2) (4) (3)
(1) (2) (4) (3)
35
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah tes dan wawancara. Wawancara digunakan untuk memperoleh data yang
mendalam dari hasil tes tertulis siswa dan mengetahui secara terperinci letak
kesulitan siswa dalam memahami konsep aritmetika.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan tiga langkah yakni:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses memilih hal-hal pokok, penyederhanaan, dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dalam hal ini peneliti menganalisis
penyelesaian siswa berdasarkan pemahaman teori APOS yang meliputi: aksi,
proses, objek dan skema. Data yang tidak sesuai dengan pemahaman siswa
berdasarkan teori APOS akan dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian.
Setelah menganalisis, selanjutnya peneliti mengkategorikan pemahaman siswa
berdasarkan teori APOS.
b. Penyajian Data
Setelah direduksi, kemudian menyajikan data guna memudahkan untuk
memahami kejadian, merencanakan yang akan dilakukan selanjutnya dari apa
yang telah dipahami tersebut. Disarankan ketika mendisplay data, menurut
Sugiyono (2016) selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik,
network dan chart. Pada penelitian ini, peneliti menyusun, meringkas dan
mengatur data dalam bentuk teks naratif yang telah terkumpul berdasarkan
36
tahapan-tahapan pada teori APOS guna untuk perencanaan kerja selanjutnya dan
mudah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
(Sugiyono, 2016) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang tidak disertai bukti yang kuat dan mendukung maka dapat berubah untuk
pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi jika kesimpulan baik pada tahap awal
maupun berikutnya telah didukung dengan bukti yang valid ketika kembali
mengumpulkan data, sehingga kesimpulan data dapat dikatakan kesimpulan
kredibel.
Maka dari itu peneliti dalam melakukan penarikan kesimpulan dengan
mengumpulkan data terkait indikator pemahaman konsep berdasarkan Teori
APOS pada materi Aritmetika ditinjau dari kemampuan matematika siswa kelas
VIII SMPN 34 Makassar yang telah direduksi dan display datanya setelah itu
ditarik kesimpulannya.
H. Rencana Pengujian Keabsahan Data
Rencana pengujian Keabsahan dilakukan dengan triangulasi. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber. Data tentang pemahaman
konsep berdasarkan teori APOS pada materi Aritmetika yang diperoleh melalui
tes dengan sumber yang sama di cek kembali dengan menggunakan wawancara
membandingkan tinggi 1 dan tinggi 2, sedang 1 dengan sedang 2 dan rendah 1
dengan rendah 2.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Kemampuan siswa yang diharapkan dapat tercapai pada tujuan
pembelajaran matematika yaitu kemampuan memahami sebuah konsep. Sehingga,
pemahaman konsep harus diperhatikan oleh pendidik karena pemahaman
merupakan bagian dari pemecahan masalah. Dengan itu, tanpa pemahaman
konsep yang baik maka siswa tidak dapat memecahkan sebuah masalah.
Sedangkan teori APOS merupakan hasil rekonstruksi dari objek-objek matematika
yang telah dikerjakan dengan aktivitas APOS serta dapat menjadi jembatan untuk
pemahaman konsep siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti berusaha mencari kesalahan
pemahaman konsep pada siswa yang akan menjadi acuan bagi pendidik. Akan
tetapi sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari rujukan-
rujukan terkait pemahaman konsep berdasarkan teori APOS dan membuat
proposal dan instrumen berupa tes pemahaman konsep beserta pedoman
wawancara berdasarkan indikator pemahaman konsep berdasarkan teori APOS.
Tes kemampuan matematika sebagai tes awal untuk mengkategorikan
siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya, tes pemahaman
konsep berdasarkan teori APOS terdiri dari 6 pertanyaan dan pedoman wawancara
yang disesuaikan dengan soal tes dan hasil jawaban siswa. Setelah instrumen
38
disusun kemudian melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan
tentang pemahaman konsep siswa berdasarkan teori APOS dalam memecahkan
masalah aritmetika. Penelitian ini dilaksanakan kepada siswa kelas VIII-C SMPN
34 Makassar. Pemberian tes kemampuan matematika sebagai tes awal
dilaksanakan pada hari Rabu, 11 November 2020 dan Kamis, 12 November 2020
yang berjumlah 21 siswa, jumlah soalnya sebanyak 15 nomor, soal tesnya
berbentuk pilihan ganda disertakan alasannya/proses pengerjaannya. Adapun hasil
tes awal pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Uji Kemampuan Matematika Siswa Kelas VIII-C
SMPN 34 Makassar
Kemampuan Matematika Siswa
Jumlah Tinggi
(84 < x ≤ 100)
Sedang
(69 < x ≤ 84)
Rendah
(0 ≤ x ≤ 69)
5 orang 9 orang 7 orang 21
Berdasarkan pada tabel 4.1 yaitu hasil uji kemampuan matematika siswa
kelas VIII-C SMPN 34 Makassar, maka peneliti mengambil 2 siswa kategori
tinggi, 2 siswa kategori sedang dan 2 siswa kategori rendah berdasarkan
pertimbangan guru matematika untuk dilakukan tes dan wawancara pemahaman
konsep berdasarkan teori APOS pada materi barisan aritmetika.
Tes pemahaman konsep berdasarkan teori APOS dan wawancara
dilaksanakan pada hari Rabu, 18 November 2020 sampai Jum’at, 21 November
2020 yang berjumlah 6 subjek, tes dan wawancaranya dilakukan melalui virtual
(video call) juga melalui tatap muka langsung kepada siswa yang terkendala untuk
39
melakukan virtual. Dari hasil pekerjaan siswa maka diperoleh data pemahaman
konsep siswa berdasarkan teori APOS dalam menyelesaikan soal aritmetika
ditinjau dari kemampuan matematikanya yang disesuaikan dengan indikator
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS pada materi barisan aritmetika dalam
penelitian ini.
Setelah dilakukan tes dan wawancara, peneliti mengoreksi serta
menganalisis pekerjaan siswa. Untuk memudahkan analisis data dan menjaga
privacy subjek, maka dilakukan pengkodean pada masing-masing subjek sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Daftar Pengkodean Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat
Kemampuan Matematika
Tingkat Kemampuan Matematika Siswa Kode Subjek
Tinggi ST1 GR
ST2 MT
Sedang SS1 NA
SS2 ZA
Rendah SR1 SJ
SR2 MK
B. Paparan Data
Berikut akan dipaparkan hasil tes dan wawancara pada penelitian ini:
1. Siswa Yang Memiliki Kemampuan Matematika Kategori Tinggi
a. Paparan data hasil tes dan wawancara ST1 dalam menyelesaikan soal
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS
40
Tahap Aksi: Berikut ini hasil tes ST1 pada indikator tahap aksi yaitu siswa
mampu menentukan nilai suku berikutnya dengan aktivitas prosedural.
Gambar 4.1 Jawaban Hasil Tes ST1 pada Tahap Aksi
Dari hasil tes di atas, ST1 memakai rumus Un = a + (n – 1) dalam
menentukan jumlah kancing yang dibutuhkan pada pola gambar ke (5) yaitu 21.
Selanjutnya dari hasil pekerjaan subjek ST1, akan dipaparkan hasil wawancara
oleh peneliti (P) kepada ST1.
Kode Uraian Wawancara
P-01 Oke. Sekarang untuk pertanyaan bagian (a). Apa yang dicari
pada soal tersebut?
ST1-01 Banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola
gambar ke (5) dari pola gambar di atas kak.
P-02 Bagaimana carata dapatkan pola ke (5)nya?
ST1-02 Dengan memakai rumus yang ini kak
P-03 Rumus yang mana?
ST1-03 Un = a + (n – 1) b
P-04 Jadi berapa hasil jawabanta?
ST1-04 21 kak
Berdasarkan hasil wawancara ST1 pada soal bagian (a), ST1 dapat
menyebutkan yang ditanyakan pada soal, serta ST1 dapat menentukan dan
menjelaskan dengan benar pola gambar berikutnya dengan rumus Un = a + (n – 1)
b dengan aturan prosedural.
41
Tahap Proses: Berikut ini hasil tes ST1 pada indikator tahap proses yaitu (1)
Siswa mampu menguraikan metode penyelesaian suatu barisan bilangan, (2) siswa
mampu menjelaskan cara menentukan nilai suku berikutnya dari suatu barisan
bilangan.
Gambar 4.2 Jawaban Hasil Tes ST1 pada Tahap Proses
Dari hasil tes ST1 di atas, ST1 dapat menentukan dengan benar pola
gambar ke (10) dan pola gambar ke (35) akan tetapi ST1 tidak menuliskan rumus
yang digunakan, maka selanjutnya akan di paparkan hasil wawancara terhadap
ST1 sebagai berikut
Kode Uraian Wawancara
P-05 Selanjutnya soal bagian (b). Bagaimana carata tentukan pola ke
(10)nya?
ST1-05 Dengan menggunakan rumus kak
P-06 Di jawabatanta tdk ada rumus kita tuliskan, jadi rumus apa
yang kita gunakan?
ST1-06 Rumus mencari Un kak yaitu Un = a + (n – 1) b.
P-07 Oke, dari mana itu 5, 10, 1 dan 4?
ST1-07 5 itu kak dari pola kesatu, 10 itu pola yang ditanyakan,1 itu dari
rumusnya, 4 itu bedanya kak.
P-08 Kalau mencari pola ke (35) bagaimana?
ST1-08 Samaji kak, caranya mencari pola ke (10)
Dari hasil wawancaranya, ST1 dapat menjelaskan rumus yang digunakan
untuk menentukan pola gambar ke (10) dan pola gambar ke (35) yakni Un = a +
(n – 1) b, juga pada soal bagian (a) ST1 sudah mampu menuliskan “a” yaitu suku
pertama, “b” yaitu selisih, “n” yaitu banyak suku, dan “Un” yaitu suku ke-n dan
42
menjelaskan sesuai pada hasil tesnya bahwa 5 merupakan pola pertama, 10
merupakan pola yang ditanyakan atau Un, dan 4 merupakan beda atau selisihnya.
Tahap Objek: Berikut ini hasil tes ST1 pada indikator tahap objek yaitu (1)
Siswa mampu menunjukkan bahwa barisan tersebut mempunyai sifat-sifat dan ciri
tertentu, suatu suku mempunyai kaitan dengan suku sebelumnya, (2) siswa
mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan pengetahuan sebelumnya, (3)
siswa mampu membedakan contoh dan bukan contoh barisan aritmetika.
Gambar 4.3 Jawaban Hasil Tes ST1 pada Tahap Objek
Pada hasil tesnya, ST1 menuliskan yang diketahui dari pola gambarnya
yaitu “selisih = 4”. Selanjutnya pada soal bagian (e) ST1 menjawab ada
keterkaitan dari soal tersebut, tetapi alasannya tidak dituliskan. Pada soal bagian
(f), ST1 mampu menjelaskan dengan baik pengertian dari barisan aritmetika.
Selanjutnya diberikan wawancara sebagai penjelas dari hasil tes ST1, berikut
paparan hasil wawancara ST1:
Kode Uraian Wawancara
P-09 Sekarang perhatikanki dulu pola gambarnya dek. Coba
sebutkanki apa-apa saja yang diketahui dari pola gambarnya?
ST1-09 Setiap suku berselisih 4 atau bedanya 4 kak
P-10 Ada lagi dek yang diketahui? Perhatikanki baik-baik pola
43
gambarnya, sebutkan semuami dek yang kita dapatkan dari pola
gambarnya!
ST1-10 Pola pertamanya 5, bisa begitu kak?
P-11 Iye dek, sebutkan mki semua yang kita dapatkan!
ST1-11 Pola ke duanya 9, pola ketiganya 13, pola ke empatnya 17.
P-12 Ada lagi?
ST1-12 Ituji kak
P-13 Oke. Sekarang bagian (e). Ada kaitan yang kita dapatkan dari
gambar polanya dengan materi yang pernah kita pelajari?
ST1-13 Ada kak
P-14 Apa keterkaitannya menurutta?
ST1-14 Menggunakan rumus yang sama.
P-15 Perhatikanki lagi polanya dulu nah. Coba sebutkan ulangki apa-
apa yang diketahui dari polanya!
ST1-15 Pola pertamanya 5, pola kedua 9, pola ketiga 13, pola ke empat
17.
P-16 Oke, sekarang kalau bukanmi di jadikan pola gambar tapi
dalam bentuk angkanyami, disebut apa? Atau termasuk dalam
materi apa yang pernah kita pelajari?
ST1-16 Berarti 5,9,13,17 kak?
P-17 Iye dek, materi apa itu?
ST1-17 Barisan kak
P-18 Oke dek mantap. Jadi bisa mki ini jelaskanki menurutta apa itu
barisan aritmetika?
ST1-18 Barisan angka yang tiap sukunya merupakan hasil pengurangan
atau penjumlahan dengan satu bilangan yang sama dari suku
sebelumnya ke suku berikutnya
Berdasarkan wawancara di atas, pada soal bagian (d) ST1 mampu
menyebutkan semua yang diketahui berdasarkan pola gambarnya yaitu pola ke-1
= 5, pola kedua = 9, pola ketiga = 13 dan pola keempat = 17. Pada soal bagian (e),
awalnya jawaban ST1 kurang tepat tetapi setelah diberikan gambaran mengenai
soalnya, maka ST1 dapat menjawab kaitan dari pola gambar tersebut, yaitu dapat
membentuk sebuah barisan aritmetika. Pada soal bagian (f), ST1 mampu
menjelaskan dengan baik pengertian dari barisan aritmetika.
44
Tahap Skema: Berikut ini paparan hasil wawancara ST1 pada indikator tahap
skema yaitu siswa mampu menentukan sifat-sifat barisan aritmetika dengan
menghubungkan aksi, proses, objek dari suatu konsep ke konsep lain.
Kode Uraian Wawancara
P-19 Menurutta dek, apakah jawabanta dari pertanyaan (a) sampai
(f) sudah benar?
ST1-19 Iye kak kayanya (sambil ketawa)
P-20 Oke, terakhir.
Coba ceritakanki yang kita temukan pada soal bagian (a)
sampai (f)
ST1-20 Rumus yang digunakan untuk mencari pola ke-n adalah Un = a
+ (n – 1) b, pola tersebut termasuk barisan aritmetika karena
memiliki beda yang sama dari suku sebelumnya ke suku
berikutnya.
Dari paparan hasil wawancara di atas, ST1 dapat menyimpulkan yang
didapatkan dari soal bagian (a) sampai bagian (f) yaitu “rumus yang digunakan
untuk mencari pola ke-n adalah Un = a + (n – 1) b, serta pola gambar tersebut
termasuk barisan aritmetika karena memiliki beda yang sama dari suku
sebelumnya ke suku berikutnya”.
Untuk memvalidasikan hasil tes dan wawancara yang berkaitan dengan
tahapan APOS (aksi, proses, objek dan skema) maka dilakukan pengambilan hasil
tes dan wawancara kepada subjek ST2 untuk dijadikan pembanding terhadap
subjek ST1.
b. Paparan data hasil tes dan wawancara ST2 dalam menyelesaikan soal
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS
Tahap Aksi: Berikut ini hasil tes ST2 pada indikator tahap aksi yaitu siswa
mampu menentukan nilai suku berikutnya dengan aktivitas prosedural.
45
Gambar 4.4 Jawaban Hasil Tes ST2 pada Tahap Aksi
Pada hasil tes di atas, ST2 menuliskan yang kancing yang dibutuhkan yaitu
4, karena bedanya adalah 4, jawaban dari hasil tes ST2 kurang tepat sehingga
dilakukan wawancara, berikut adalah paparan wawancaranya;
Kode Uraian Wawancara
P-01 Perhatikanki bagian (a). Apa yang ditanyakan dari soal
tersebut?
ST2-01 Berapa banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan
pola gambar ke (5)
P-02 Jadi berapa banyak kancing baju yang dibutuhkan?
ST2-02 21 kak (sambil menghitung)
P-03 Kenapa dijawaban testa 4?
ST2-03 (sambil lihat jawaban) bedanya ku maksud kak
P-04 Jadi bagaimana carata dapatkan banyak kancing bajunya?
ST2-04 Dari kelipatan 4 kak, di tambah 4 dari suku sebelumnya.
Karenakan pola satunya 5, pola duanya 7, pola tiganya 13, pola
empatnya 17, jadi pola ke limanya 21 kak
Pada hasil wawancaranya, ST2 dapat menyebutkan yang ditanyakan pada
soal, dan menjelaskan cara menentukan pola gambar yang ditanyakan yaitu “dari
kelipatan 4 kak, di tambah 4 dari suku sebelumnya. Karenakan pola satunya 5,
pola duanya 7, pola tiganya 13, pola empatnya 17, jadi pola ke limanya 21 kak”.
Tahap Proses: Berikut ini hasil tes ST2 pada indikator tahap proses yaitu (1)
Siswa mampu menguraikan metode penyelesaian suatu barisan bilangan, (2) siswa
mampu menjelaskan cara menentukan nilai suku berikutnya dari suatu barisan
bilangan.
46
Gambar 4.5 Jawaban Hasil Tes ST2 pada Tahap Proses
Dari hasil tes yang telah dipaparkan di atas, ST2 dapat menjawab dengan
benar dan proses penyelesaian dengan baik untuk menentukan pola gambar ke
(10) = 41 dan pola gambar ke (35) = 141 dengan rumus Un = a + (n – 1) b.
Selanjutnya dilakukan wawancara guna mendapatkan penjelasan proses
pengerjaan, berikut paparan hasil wawancara ST2 pada tahap proses,
Kode Uraian Wawancara
P-05 Sekarang perhatikanki bagian (b). Bagaimana carata dapatkan
pola ke (10)nya?
ST2-05 Rumus Un = a + (n – 1) b
P-06 Kalau carata dapatkan pola ke (35)nya?
ST2-06 Dengan rumus Un = a + (n – 1) b juga kak
P-07 Oke selanjutnya dari rumus yang kita gunakan. a itu apa? n itu
apa? dan b itu apa?
ST2-07 a itu pola pertama kak yaitu 5, n itu pola yang ditanyakan
seperti bagian b yang ditanyakan itu pola ke (10)nya jadi n-nya
10, kalau b itu selisihnya kak karena suku ke satu ke suku ke dua
itu 4
Dari hasil wawancara di atas, ST2 dapat menjelaskan dengan baik untuk
mendapatkan pola gambar ke (10) dan pola gambar ke (35) menggunakan rumus
yang sama “Un = a + (n – 1) b”. ST2 juga menjelaskan dengan baik bahwa “a itu
pola pertama kak yaitu 5, n itu pola yang ditanyakan seperti bagian b yang
47
ditanyakan itu pola ke (10)nya jadi n-nya 10, kalau b itu selisihnya kak karena
suku ke satu ke suku kedua itu 4”.
Tahap Objek: Berikut ini hasil tes ST2 pada indikator tahap objek yaitu (1)
Siswa mampu menunjukkan bahwa barisan tersebut mempunyai sifat-sifat dan ciri
tertentu, suatu suku mempunyai kaitan dengan suku sebelumnya, (2) siswa
mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan pengetahuan sebelumnya, (3)
siswa mampu membedakan contoh dan bukan contoh barisan aritmetika.
Gambar 4.6 Jawaban Hasil Tes MT pada Tahap Objek
Dari jawaban hasil tes ST2 di atas, pada bagian (d) ST2 menuliskan yang
diketahui dari pola gambarnya yaitu “suku pertama = U1 = a = 5, dan beda = 4”.
Pada soal bagian (e) ST2 tidak menjawab. Pada soal bagian (f), ST2 menuliskan
bahwa pola tersebut merupakan barisan aritmetika karena selisih tiap polanya
sama. Selanjutnya diberikan wawancara, berikut adalah paparan hasil wawancara
ST2,
Kode Uraian Wawancara
P-08 Sekarang coba perhatikanki dulu pola gambarnya dek,
menurutta apa saja yang diketahui dari pola tersebut?
ST2-08 Pola satu = 5, pola dua = 9, pola tiga = 13, pola empat = 17.
P-09 Masih ada yang diketahui dek?
48
ST2-09 Untuk rumusnya, rumus yang digunakan Un = a + (n – 1) b
untuk mencari suku.
P-10 Masih ada lagi?
ST2-10 Bedanya = 4, karena dari pola 1 ke pola berikutnya bertambah
4 kak
P-11 Masih ada lagi?
ST2-11 Menurutku tidak adami kak
P-12 Selanjutnya bagian (e). Dijawabanta tdk kita jawab di’
pertanyaan bagian (e).
ST2-12 Iye kak, tidak pahamka soalnya
P-13 Coba perhatikanki lagi pola gambarnya. Menurutta pola
gambar tersebut dapat membentuk sebuah apa?
ST2-13 Pola kesatu = 5, pola kedua = 9, pola ketiga = 13, pola keempat
= 17 kak.
P-14 Oke, sekarang untuk susunan angka-angkanya dapat dikatakan
apa?
ST2-14 Angka 5, 9, 13, 17 kak
P-15 Iye dek, apa namanya itu angka-angkanya?
ST2-15 Barisan kak
P-16 Jadi, paham mki apa kaitannya pola gambarnya dengan materi
yang pernah kita pelajari?
ST2-16 Angka-angkanya bisa menjadi barisan kak.
P-17 Jadi pola gambarnya dapat membentuk sebuah barisan
aritmetika di’ dek?
ST2-17 Iye kak
P-18 Jadi menurutta apa itu barisan aritmetika?
ST2-18 Barisan aritmetika adalah barisan yang memiliki selisih yang
sama atau beda.
Pada soal bagian (d), paparan wawancara di atas, ST2 mampu menjelaskan
semua yang diketahui pada pola gambarnya. Pada soal bagian (e), awalnya ST2
tidak paham dengan soalnya tapi ketika wawancara diberikan sedikit penjelasan
mengenai bentuk lain dari pola gambarnya sehingga ST2 dapat menjawab kaitan
dari pola gambarnya yaitu angka-angka dari tiap pola dapat membentuk suatu
barisan. Pada soal bagian (f), ST2 mampu menjelaskan pengertian barisan
aritmetika menurut pemahamannya.
49
Tahap Skema: Berikut ini paparan hasil wawancara ST2 pada indikator tahap
skema yaitu siswa mampu menentukan sifat-sifat barisan aritmetika dengan
menghubungkan aksi, proses, objek dari suatu konsep ke konsep lain.
Kode Uraian Wawancara
P-19 Apa yang kita temukan dek dari pertanyaan bagian (a) sampai
bagian (f)?
ST2-19 Barisan aritmetika terbentuk jika selisihnya sama dari suku
sebelumnya ke suku selanjutnya yaitu selisihnya 4, dan rumus
yang digunakan Un = a + (n – 1) b.
P-20 Masih ada dek?
ST2-20 Ituji kak
Berdasarkan paparan hasil wawancara, ST2 menjelaskan bahwa “barisan
aritmetika terbentuk jika selisihnya sama dari suku sebelumnya ke suku
selanjutnya yaitu selisihnya 4, dan rumus yang digunakan Un = a + (n – 1) b”.
c. Validasi Data Hasil Tes dan Wawancara pada Pemahaman Konsep
Berdasarkan Teori APOS
Pada bagian ini, dilakukan validasi data dari hasil tes dan wawancara ST1
dan ST2 dalam memahami konsep barisan aritmetika berdasarkan teori APOS.
Validasi data pada bagian ini untuk mendapatkan data valid serta kredibel yaitu
membandingkan data pada ST1 dengan data pada ST2. Adapun perbandingan data
pada ST1 dengan data pada ST2 ditunjukkan pada tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Perbandingan Data Hasil Tes dan Wawancara pada ST1
dengan data pada ST2
ST1 ST2
ST1 dapat menyebutkan yang
ditanyakan pada (ST1-01). ST1
ST2 menyebutkan bahwa yang
ditanyakan pada soal yaitu “berapa
50
menentukan dan menjelaskan dengan
benar pola gambar berikutnya
menggunakan rumus Un = a + (n – 1)
b dengan cara prosedural [(ST1-02),
(ST1-03), (ST1-04)].
banyak kancing baju yang dibutuhkan
untuk menentukan pola gambar ke-5”
(ST2-01). Untuk menentukan pola
gambar ke-5, ST2 menambah 4 dari
suku sebelumnya (ST2-04).
Sebagai langkah awal dalam tahap
proses, ST1 dapat menjelaskan bahwa
“a = 5” yaitu pola gambar pertama, “n
= 10” yaitu pola/suku yang
ditanyakan, dan “b = 4” yaitu beda
(ST1-07). ST1 menggunakan rumus
Un = a + (n – 1) b untuk
menyelesaikan soal pada tahap proses
[(ST1-06), (ST1-08)].
ST2 menggunakan rumus Un = a + (n
– 1) b untuk menyelesaikan soal
[(ST2-05), (ST2-06)]. Selanjutnya,
ST2 menjelaskan proses penyelesaian
dari rumus yang digunakan dengan
mengetahui “a” atau pola pertama = 5,
“n” atau pola gambar yang ditanyakan
= 10 dan 35, “b” atau beda = 4. (ST2-
07).
ST1 menuliskan dan menjelaskan
yang diketahui dari pola gambar yaitu
“setiap suku berselisih 4 atau bedanya
4, pola pertamanya 5, pola keduanya
9, pola ketiganya 13, pola keempatnya
17” [(ST1-09), (ST1-10), (ST1-11)].
ST1 menyebutkan bahwa ada kaitan
dari gambar polanya dengan materi
yang pernah dipelajari (ST1-13),
meskipun awalnya jawaban dari GR
kurang dipahami yaitu “menggunakan
rumus yang sama” (ST1-14), tetapi
pada wawancara diberikan sedikit
penjelaskan mengenai soalnya
sehingga ST1 dapat menjelaskan
dengan menyusun angka dari tiap pola
dan mampu menjawab kaitan dari pola
gambarnya dengan benar [(ST1-15),
(ST1-16), (ST1-17). Sehingga ST1
dapat menjelaskan pengertian dari
barisan aritmetika yaitu “barisan
angka yang tiap sukunya merupakan
hasil pengurangan atau penjumlahan
dengan satu bilangan yang sama dari
suku sebelumnya ke suku berikutnya”
(ST1-18).
ST2 menuliskan dan menjelaskan
yang diketahui dari pola gambar yaitu
pola pertama = 5, pola kedua = 9, pola
ke-tiga = 13, pola ke-empat = 17,
beda=4, dan rumus yang digunakan
untuk menentukan suku ke-n yaitu Un
= a + (n – 1) b [(ST2-08), (ST2-09),
(ST2-10)]. Awalnya ST2 tidak paham
pada soal bagian e yaitu menyebutkan
kaitan pola gambar dengan materi
yang telah dipelajari, tetapi setelah
diberikan pemahaman mengenai
soalnya, ST2 dapat menyebutkan
kaitan dari pola gambarnya dengan
menyusun angka-angka dari pola
gambarnya, “kaitannya itu toh kak
pola gambarnya bisa menjadi
barisan” [(ST2-13), (ST2-14), (ST2-
15), (ST2-16)]. Jadi, ST2 menjelaskan
pengertian barisan aritmetika
“Barisan aritmetika adalah barisan
yang memiliki selisih yang sama atau
beda.” (ST2-18).
ST1 menceritakan yang ditemukan
pada soal bagian (a) sampai bagian (f)
yaitu “Rumus yang digunakan untuk
mencari pola ke-n adalah Un = a + (n
– 1) b, pola tersebut termasuk barisan
aritmetika karena memiliki beda yang
ST2 menyebutkan yang ditemukan
dari pertanyaan bagian (a) sampai
bagian (f) yaitu “Barisan aritmetika
terbentuk jika selisihnya sama dari
suku sebelumnya ke suku selanjutnya
yaitu selisihnya 4, dan rumus yang
51
sama dari suku sebelumnya ke suku
berikutnya.” (ST1-20).
digunakan Un = a + (n – 1) b” (ST2-
19).
Dari perbandingan data pada ST1 dengan data pada ST2 dalam memahami
konsep barisan aritmetika berdasarkan teori APOS yang dipaparkan di atas, maka
disimpulkan bahwa data diatas merupakan data valid dan kredibel.
2. Siswa Yang Memiliki Kemampuan Matematika Kategori Sedang
a. Paparan data hasil tes dan wawancara SS1 dalam menyelesaikan soal
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS
Tahap Aksi: Berikut ini hasil tes SS1 pada indikator tahap aksi yaitu siswa
mampu menentukan nilai suku berikutnya dengan aktivitas prosedural.
Gambar 4.7 Jawaban Hasil Tes SS1 pada Tahap Aksi
Dari hasil tes di atas, SS1 menentukan pola gambar berikutnya dengan
menambahkan 4 dari pola sebelumnya yaitu 17 + 4 = 21. Selanjutnya paparan
hasil wawancara SS1 pada tahap aksi yaitu:
Kode Uraian Wawancara
P-01 Apa yang ditanyakan dari soal bagian (a)?
SS1-01 Berapa banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan
pola gambar ke (5)
P-02 Bagaimana carata dapatkan?
SS1-02 Eh, gambar pertama kancingnya ada 5, gambar kedua ada 9,
gambar ketiga 13, gambar keempat 17, jadi gambar kelima 21
P-03 Bagaimana carata dapatkan 21?
SS1-03 Gambar sebelumnya di tambah 4
52
Dari paparan di atas, SS1 mampu mengetahui yang ditanyakan pada soal
dan mampu menjelaskan cara mendapatkan banyak kancing baju yang dibutuhkan
untuk membentuk pola gambar ke (5) yaitu dengan menambahkan “4” dari pola
gambar sebelumnya.
Tahap Proses: Berikut ini hasil tes SS1 pada indikator tahap proses yaitu (1)
Siswa mampu menguraikan metode penyelesaian suatu barisan bilangan, (2) siswa
mampu menjelaskan cara menentukan nilai suku berikutnya dari suatu barisan
bilangan.
Gambar 4.8 Jawaban Hasil Tes SS1 pada Tahap Proses
Pada hasil jawaban SS1 di atas, SS1 dapat menjawab dengan benar pola
gambar ke 10 dan pola gambar ke 35, akan tetapi SS1 tidak menuliskan rumus
yang digunakan. Selanjutnya paparan hasil wawancara SS1 untuk memperjelas
hasil jawaban tesnya, sebagai berikut:
Kode Uraian Wawancara
P-04 Sekarang pertanyaan untuk soal bagian (b). Langkah apa yang
kita gunakan untuk mencari banyak kancing pada pola gambar
ke (10)?
SS1-04 Menggunakan rumus Un = a + (n – 1) b
P-05 Tapi di jawabanta yang kita tulis itu “4 × (10 – 1) + 5”, jadi
rumus apa yang kita gunakan?
SS1-05 Rumus yang tadiji kak cuman kubalikki “a” dan “b”nya
P-06 Menurutta, tidak berpengaruhji itu nilainya kalau rumusnya
53
dibalik?
SS1-06 Tidakji kak menurutku karena perkalian duluan ku kerjakan
baru tambahnya
P-07 “a” itu apa? “n”itu apa? “b” itu apa?
SS1-07 “a” suku pertama, “n” suku yang ditanyakan, “b” beda kak
P-08 Oke lanjut soal bagian (c).
Kalau pola gambar ke (35), bagaimana carata dapatkan?
SS1-08 Samaji kak
P-09 Coba jelaskan carata dapatkan dek!
SS1-09 Rumus yang digunakan Un = a + (n – 1) b, jadi U35 = 5 + (35-1)
4 hasilnya 141, jadi banyak kancing yang dibutuhkan untuk pola
gambar (35) adalah 141
Dari paparan wawancara di atas, SS1 mampu mengetahui langkah yang
digunakan untuk mencari pola gambar ke (10) dan pola gambar ke (35) yaitu
memakai rumus Un = a + (n – 1) b, serta SS1 mampu menjelaskan proses untuk
mendapatkan U10 = 41 dan U35 = 141 meskipun proses penyelesaiannya dengan
membalikkan rumus yang digunakan.
Tahap Objek: Berikut ini hasil tes SS1 pada indikator tahap objek yaitu (1)
Siswa mampu menunjukkan bahwa barisan tersebut mempunyai sifat-sifat dan ciri
tertentu, suatu suku mempunyai kaitan dengan suku sebelumnya, (2) siswa
mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan pengetahuan sebelumnya, (3)
siswa mampu membedakan contoh dan bukan contoh barisan aritmetika.
Gambar 4.9 Jawaban Hasil Tes SS1 pada Tahap Objek
54
Pada hasil tes SS1, (d) SS1 menjawab yang diketahui dari pola gambarnya
yaitu setiap pola ditambahkan dan termasuk pola aritmetika, (e) SS1 menjawab
ada kaitan dari pola gambarnya yaitu rumus pola bilangan, dan (f) SS1 menjawab
pola tersebut termasuk barisan aritmetika karena susunannya tersusun. Dari hasil
tes SS1, masih belum jelas untuk indikator tahap ini, sehingga dilakukan
wawancara terhadap hasil tesnya, berikut hasil wawancara SS1 pada tahap objek,
Kode Uraian Wawancara
P-10 Oke. Sekarang perhatikanki pola gambarnya.
Apa saja yang diketahui dari pola tersebut? (sambil menunjuk
gambar polanya)
SS1-10 Tersusun
P-11 Ada lagi?
SS1-11 Termasuk pola aritmetika, bedanya = 4, U1 = 5, U2 = 9, U3 =
13, U4 = 17
P-12 Iye oke. Untuk soal bagian (e). Adakah keterkaitannya pada
pola gambar tersebut secara umum?
SS1-12 Ada
P-13 Apa keterkaitannya?
SS1-13 Rumus pola bilangan kak
P-14 Iye. Begini dek, kan tadi pola gambarnya sudah kita kasi bentuk
angka toh? Yang U1 = 5, U2 tadi berapa?
SS1-14 9 kak
P-15 U3?
SS1-15 13
P-16 U4?
SS1-16 17
P-17 Oke. Menurutta susunan angkanya itu dikatakan apa?
SS1-17 Barisan kak
P-18 Jadi keterkaitannya?
SS1-18 Pola gambarnya bisa dijadikan barisan.
P-19 Jadi, pola gambarnya itu membentuk sebuah barisan di’?
SS1-19 Iye kak
P-20 Jadi, apa yang dimaksud dengan barisan aritmetika?
SS1-20 Barisan yaitu angka yang tersusun
P-21 Masih ada tambahannya?
SS1-21 Tidak adami kak
Dari wawancara di atas, pada soal bagian (d) SS1 dapat menyebutkan
semua yang diketahui pada pola gambarnya. Pada soal bagian (e), SS1 dapat
55
menyebutkan kaitan dari pola gambarnya yaitu dapat membentuk suatu barisan.
Pada soal bagian (f), SS1 menyebutkan bahwa “barisan yaitu angka yang
tersusun”.
Tahap Skema: Paparan hasil wawancara SS1 pada indikator tahap skema yaitu
siswa mampu menentukan sifat-sifat barisan aritmetika dengan menghubungkan
aksi, proses, objek dari suatu konsep ke konsep lain.
Kode Uraian Wawancara
P-22 Yang terakhir. Coba ceritakan dek, yang kita dapatkan dari
mulai pertanyaan (a) sampai bagian (f)!
SS1-22 Pada pertanyaan bagian (a), karena yang dicari pola ke (5) jadi
pola sebelumnya ditambah 4, kalau pertanyaan (b) dan (c)
menggunakan rumus karena pola yang dicari banyak, pola
gambar kancing baju nya dapat dijadikan angka-angka atau
disebut barisan aritmetika
Dari paparan di atas, SS1 menjelaskan bahwa untuk menentukan pola
berikutnya yaitu dengan menambahkan 4, dan menyelesaikan suku ke-n
menggunakan rumus Un = a + (n – 1) b, dan pola gambarnya dapat dijadikan
angka-angka yang biasa disebut barisan aritmetika.
Selanjutnya, dilakukan pengambilan data pada SS2 sebagai pembanding
terhadap data SS1, gunanya untuk memvalidasikan hasil tes dan wawancara yang
berhubungan dengan tahapan APOS (aksi, proses, objek, dan skema). Berikut
paparan hasil tes dan wawancara SS2.
56
b. Paparan data hasil tes dan wawancara SS2 dalam menyelesaikan soal
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS
Tahap Aksi: Hasil tes SS2 pada tahap aksi yaitu siswa mampu menentukan nilai
suku berikutnya dengan aktivitas prosedural.
Gambar 4.10 Jawaban Hasil Tes SS2 pada Tahap Aksi
Dari hasil tes di atas, SS2 menuliskan pola gambar ke 5 yaitu 21, akan
tetapi SS2 tidak menuliskan rumus yang digunakan. Sehingga, dilakukan
wawancara untuk memperjelas hasil tes SS2, berikut paparan hasil wawancara
SS2:
Kode Uraian Wawancara
P-01 Untuk soal bagian (a). Apa yang ditanyakan dari soal tersebut?
SS2-01 Pola gambar ke (5) kak
P-02 Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (5)nya?
SS2-02 Menggunakan rumus aritmetika
P-03 Apa rumusnya dek?
SS2-03 Un = a + (n – 1) b
Dari hasil tes di atas, SS2 mampu menyebutkan yang ditanyakan pada soal
dan menjelaskan rumus yang digunakan untuk menentukan suku ke-n yaitu Un =
a + (n – 1) b.
57
Tahap Proses: Hasil tes SS2 pada indikator tahap proses yaitu (1) Siswa mampu
menguraikan metode penyelesaian suatu barisan bilangan, (2) siswa mampu
menjelaskan cara menentukan nilai suku berikutnya dari suatu barisan bilangan.
Gambar 4.11 Jawaban Hasil Tes SS2 pada Tahap Proses
Pada hasil tes di atas, SS2 tidak menuliskan rumus yang digunakan untuk
menentukan pola gambar ke (10) dan pola gambar ke (35), tetapi SS2 dapat
menyelesaikan dengan benar soal tersebut. Untuk memperoleh penjelasan
terhadap hasil tes, selanjutnya berikut paparan hasil wawancara SS2,
Kode Uraian Wawancara
P-04 Oke. Lanjut bagian (b).
Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (10)nya?
SS2-04 Samaji kak yang ku gunakan untuk mencari pola ke-5
P-05 Apa rumusnya?
SS2-05 Un = a + (n – 1) b
P-06 “a” itu apa? “n” itu apa? dan “b” itu apa?
SS2-06 “a” itu suku pertama, “n” suku yang dicari, “b” itu bedanya
kak
P-07 Di jawabanta tidak ada kita tuliskan rumus di’. Coba jelaskanki
dek cara dapatkan pola ke (10)nya menggunakan rumus yang
kita gunakan!
SS2-07 Rumus yang ku gunakan kak U10 = a + (n – 1) b, jadi, a = 5, n =
10 dan b = 4 kak, jadi U10 = 41
P-08 Kalau banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk pola ke (35)
bagaimana dek?
SS2-08 Samaji kak dengan pola ke (10)
58
Dari hasil wawancara di atas, SS1 mampu menyebutkan rumus yang
digunakan yaitu Un = a + (n – 1) b dan menjelaskan dengan tersusun proses
mendapatkan U10 dan U35.
Tahap Objek: Berikut ini hasil tes SS2 pada indikator tahap objek: (1) Siswa
mampu menunjukkan bahwa barisan tersebut mempunyai sifat-sifat dan ciri
tertentu, suatu suku mempunyai kaitan dengan suku sebelumnya, (2) siswa
mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan pengetahuan sebelumnya, (3)
siswa mampu membedakan contoh dan bukan contoh barisan aritmetika.
Gambar 4.12 Jawaban Hasil Tes SS2 pada Tahap Objek
Pada hasil tesnya, SS2 menuliskan yang diketahui yaitu “setiap pola
menambahkan 4 anggota dan termasuk pola bilangan aritmetika”. Selanjutnya
SS2 menuliskan ada kaitan dari pola gambarnya dan pola gambarnya termasuk
barisan aritmetika. Selanjutnya paparan hasil wawancara SS2 untuk memperjelas
hasil tes:
Kode Uraian Wawancara
P-09 Oke, sekarang perhatikanki dulu pola gambarnya dek,
menurutta apa saja yang diketahui dari pola gambarnya?
SS2-09 Setiap pola ditambah 4
P-10 Masih ada?
SS2-10 Merupakan pola bilangan aritmetika, pola pertamanya = 5, pola
59
kedua = 9, pola ketiga = 13 dan pola keempat = 17.
P-11 Masih ada lagi dek?
SS2-11 Ituji kak
P-12 Oke. Jadi menurutta dek, ada keterkaitan dari pola gambarnya
dengan materi yang pernah kita pelajari?
SS2-12 Iye kak, materi pola bilangan pada bab 1
P-13 Kalau misalkan, pola gambarnya di jadikan ke dalam bentuk
angka?
SS2-13 Berarti pola kesatunya 5, pola keduanya 9, pola ketiganya 13,
pola keempatnya 17 kak.
P-14 Oke, jadi susunan angka-angkanya itu dapat dikatakan apa dek?
SS2-14 (berpikir) barisan kak
P-15 Jadi, kita taumi apa keterkaitan pola gambarnya dek secara
umum?
SS2-15 Pola gambarnya dapat membentuk suatu barisan kak
P-16 Jadi, susunan kancing baju pada pola gambarnya dapat
membentuk barisan aritmetika di’?
SS2-16 Iye kak
P-17 Jadi, apa itu barisan aritmetika? Menurut pemahamanta dek
dari jawaban-jawabanta
SS2-17 Barisan terbentuk dari sebuah pola
SS2 mampu menyebutkan semua ciri-ciri dari pola gambarnya. Pada soal
bagian (e), awalnya SS2 masih keliru tetapi setelah diberikan sedikit pemahaman
mengenai soalnya, SS2 mampu menjawab keterkaitan dari pola gambarnya yaitu
“pola gambarnya dapat dijadikan sebuah barisan kak”. Pada soal bagian (f), hasil
wawancara SS2 mengenai pengertian barisan yaitu barisan terbentuk dari sebuah
pola.
Tahap Skema: Berikut ini hasil tes SS1 pada indikator tahap skema yaitu siswa
mampu menentukan sifat-sifat barisan aritmetika dengan menghubungkan aksi,
proses, objek dari suatu konsep ke konsep lain.
Kode Uraian Wawancara
P-18 Terakhir, dari soal bagian (a) sampai bagian (f), apa yang kita
dapatkan dek?
60
SS2-18 Soal bagian (a) sampai bagian (c),cara mencari pola ke-n nya
dengan menggunakan rumus aritmetika. Rumusnya yaitu Un = a
+ (n – 1) b. Pola sebelumnya ke pola selanjutnya ditambahkan
4.
P-19 Masih ada?
SS2-19 Pola-pola tersebut dapat membentuk barisan
Dari hasil wawancara di atas, SS2 mampu menceritakan dan mengaitkan
kembali mulai dari tahap aksi hingga tahap objek. Meskipun sebelumnya pada
tahap objek, pengertian dari barisan aritmetika yang SS2 paparkan kurang
lengkap.
c. Validasi Data Hasil Tes dan Wawancara pada Pemahaman Konsep
Berdasarkan Teori APOS
Pada bagian ini, dilakukan validasi data dari hasil tes dan wawancara SS1
dan SS2 dalam memahami konsep pola bilangan berdasarkan teori APOS.
Validasi data pada bagian ini, untuk memperoleh data yang valid dan kredibel
dengan cara membandingkan data pada SS1 dengan data pada SS2. Adapun
perbandingan data pada SS1 dengan data pada SS2 ditunjukkan pada tabel 4.4
sebagai berikut.
Tabel 4.4 Perbandingan Data Hasil Tes dan Wawancara pada SS1
dengan data pada SS2
SS1 SS2
SS1 dapat menyebutkan yang
ditanyakan pada soal (SS1-01) dan
mampu menentukan dan menjelaskan
nilai pada pola gambar ke-5, yaitu
dengan menambah “+4” dari pola
gambar sebelumnya [(SS1-02), (SS1-
SS2 menuliskan dan menjelaskan
cara mendapatkan kancing baju
untuk pola gambar ke (5)
“menggunakan rumus aritmetika
kak, Un = a + (n – 1) b (SS2-03).
61
03)].
Langkah yang digunakan SS1 untuk
menyelesaikan soal pada tahap proses
yaitu dengan menggunakan rumus Un
= a + (n – 1) b (SS1-04). Terlihat pada
hasil tes serta wawancara SS1 mampu
membalikkan rumus yang digunakan
dan menjelaskan penjelasan dari yang
digunakan, yaitu “rumus yang tadiji
kak cuman kubalikki “a” dan “b”nya.
“a” suku pertama, “n” suku yang
ditanyakan, “b” beda kak” [(SS1-05),
(SS1-06), (SS1-07), (SS1-08), (SS1-
09)].
Berdasarkan petikan wawancara
“samaji kak yang ku gunakan untuk
mencari pola ke 5, rumusnya Un = a
+ (n – 1) b” [(SS2-04), (SS2-05),
(SS2-08)] SS2 menyebutkan rumus
yang digunakan untuk menentukan
nilai pola gambar ke-10 dan pola
gambar ke-35. Selanjutnya SS2
menyebutkan bahwa “a itu suku
pertama, n suku yang dicari, b itu
bedanya kak” (SS2-06) selanjutnya
diperjelas pada (SS2-07) “rumus
yang ku gunakan kak U10 = a + (n –
1) b, jadi a = 5, n = 10 dan b = 4
kak, jadi U10 = 41” SS2 dapat
menjelaskan proses pengerjaan yang
digunakan pada tahap ini.
SS1 mampu menyebutkan dan
menuliskan yang diketahui pada pola
gambarnya “termasuk pola aritmetika,
bedanya = 4, U1 = 5, U2 = 5, U3 = 13,
U4 = 17” (SS1-11). Dari susunan
angka yang disebutkan SS1
berdasarkan pola gambar pada soal,
selanjutnya SS1 menjelaskan kaitan
pada soal tersebut yaitu dapat
membentuk suatu barisan “pola
gambarnya bisa dijadikan barisan”
[(SS1-14), (SS1-15), (SS1-16), (SS1-
17), (SS1-18)]. Kemudian SS1
menjelaskan pengertian dari barisan
yaitu “angka yang tersusun” (SS1-20).
SS2 menyebutkan yang diketahui
pada pola gambar ini yaitu “setiap
pola ditambah 4” (SS2-09),
“merupakan pola bilangan
aritmetika, pola pertamanya = 5,
pola keduanya = 9, pola ketiganya =
13 dan pola keempatnya = 17” (SS2-
10). SS2 masih keliru dengan
jawaban dari kaitan pola gambarnya
“iye kak, materi pola bilangan pada
bab 1” (SS2-12), akan tetapi setelah
diberikan penjelasan mengenai
soalnya, SS2 mampu menjelaskan
cara mendapatkan kaitan dari pola
gambarnya “berarti pola kesatunya
5, pola keduanya 9, pola ketiganya
13, pola keempatnya 17 kak” (SS2-
13), “pola gambarnya dapat
membentuk suatu barisan kak” (SS2-
15), dari paparan wawancara
sebelumnya, SS2 masih bingung
terhadap kaitan dari pola gambarnya,
tetapi setelah diberikan sedikit
penjelasan SS2 dapat menjawab
kaitan dari pola gambarnya. Akan
tetapi SS2 masih kurang dalam
menjelaskan pengertian dari barisan
aritmetika menurut pemahamannya
62
pada soal ini “barisan terbentuk dari
sebuah pola” (SS2-17).
SS1 menceritakan yang didapatkan dari
soal aksi, proses, dan objek yaitu
“pada pertanyaan bagian-a, karena
yang dicari pola ke-5 jadi pola
sebelumnya ditambah 4, kedua
pertanyaan-b dan pertanyaan-c
menggunakan rumus karena pola yang
dicari banyak, pola gambar kancing
bajunya dapat dijadikan angka-angka
atau disebut barisan” (SS1-22).
Dari hasil wawancara, SS2
menjelaskan yang didapatkan dari
soal bagian a, b, c, d, e, dan f yaitu
“soal bagian-a sampai bagian-c cara
mencari pola ke-nnya dengan
menggunakan rumus aritmetika.
Rumusnya itu kak Un = a + (n – 1) b.
pola sebelumnya ke pola selanjutnya
ditambahkan 4. Pola-polanya dapat
membentuk barisan” [(SS2-18),
(SS2-19)].
Berdasarkan perbandingan data pada SS1 dengan data pada SS2 dalam
memahami konsep pola bilangan berdasarkan teori APOS yang dipaparkan
sebelumnya, maka data ini dapat dikatakan valid dan kredibel.
3. Siswa Yang Memiliki Kemampuan Matematika Kategori Rendah
a. Paparan data hasil tes dan wawancara SR1 dalam menyelesaikan soal
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS
Tahap Aksi: Hasil tes SR1 pada indikator tahap aksi: siswa mampu menentukan
nilai suku berikutnya dengan aktivitas prosedural.
Gambar 4.13 Jawaban Hasil Tes SR1 pada Tahap Aksi
63
Pada hasil tes di atas, SR1 menentukan pola gambar berikutnya dengan
menambah 4 dari pola sebelumnya. Selanjutnya paparan hasil wawancara SR1
pada tahap aksi,
Kode Uraian Wawancara
P-01 Apa yang ditanyakan pada soal tersebut?
SR1-01 Kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola gambar
ke (5)
P-02 Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (5)nya?
SR1-02 Saya tambahkan 4 dari pola sebelumnya.
Berdasarkan paparan di atas, SR1 mampu mengetahui yang ditanyakan
pada soal yaitu “kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola gambar ke
(5), dan SR1 mampu menjelaskan cara menentukan pola gambar ke (5) yaitu
dengan “menambahkan 4 dari pola sebelumnya”.
Tahap Proses: Berikut ini hasil tes SR1 pada indikator tahap proses yaitu (1)
Siswa mampu menguraikan metode penyelesaian suatu barisan bilangan, (2) siswa
mampu menjelaskan cara menentukan nilai suku berikutnya dari suatu barisan
bilangan.
Gambar 4.14 Jawaban Hasil Tes SR1 pada Tahap Proses
Pada hasil tes di atas, rumus yang digunakan SR1 untuk menentukan pola
gambar ke 10 dan pola gambar ke 35 kurang tepat, sehingga hasilnya pun juga
64
tidak benar. Tetapi, dilakukan wawancara terhadap hasil tes, berikut ini paparan
hasil wawancara SR1 pada indikator tahap proses,
Kode Uraian Wawancara
P-03 Selanjutnya bagian (b). Bagaimana carata dapatkan pola
gambar ke (10)nya?
SR1-03 Menggunakan rumus aritmetika
P-04 Apa rumusnya?
SR1-04 Un = n + (n – 1) b
P-05 Yakin mki dengan rumusnya dek?
SR1-05 Iye kak
P-06 “n” itu apa? “b” itu apa dek?
SR1-06 “n” itu nilai suku yang ditanyakan kak, kalau “b” itu bedanya
kak
P-07 Jadi “b”nya berapa? Di jawaban testa tidak ada kita tuliskan
di’
SR1-07 Iye kak lupaka, “b”nya itu 4.
P-08 Kalau pola ke (35), bagaimana carata dapatkan?
SR1-08 Samaji kak dengan pola ke (10)
Berdasarkan paparan di atas, SR1 keliru dalam menggunakan rumus untuk
menentukan pola gambar ke-10 dan pola gambar ke-35, sehingga hasil yang
diperoleh juga salah. Akan tetapi SR1 mampu menjelaskan bahwa “n itu nilai
suku yang ditanyakan dan b yaitu beda”.
Tahap Objek: Hasil tes SR1 pada tahap objek yaitu: (1) Siswa mampu
menunjukkan bahwa barisan tersebut mempunyai sifat-sifat dan ciri tertentu, suatu
suku mempunyai kaitan dengan suku sebelumnya, (2) siswa mampu mengaitkan
pengetahuan saat ini dengan pengetahuan sebelumnya, (3) siswa mampu
membedakan contoh dan bukan contoh barisan aritmetika.
65
Gambar 4.15 Jawaban Hasil Tes SR1 pada Tahap Objek
Dari paparan di atas, (d) SR1 menuliskan yang diketahui dari pola
gambarnya yaitu “membentuk barisan pola bilangan berurutan +4, dan termasuk
pola bilangan ganjil”. (e) SR1 menjawab ada keterkaitan dari pola gambarnya. (f)
SR1 menuliskan bahwa “susunan kancing tersebut termasuk pola bilangan
aritmetika”. Dari hasil jawaban SR1, masih diperlukan untuk dilakukan
wawancara. Berikut hasil wawancara SR1:
Kode Uraian Wawancara
P-09 Perhatikanki polanya nah, apa saja yang diketahui dari pola
tersebut?
SR1-09 Pola barisan tersebut membentuk pola barisan yang berurutan
P-10 Masih ada yang diketahui?
SR1-10 Pola bilangan tersebut termasuk pola bilangan ganjil
P-11 Ada lagi?
SR1-11 Pola pertamanya 5, pola kedua 9, pola ketiga 13, pola keempat
17 dan bedanya 4.
P-12 Oke. Sekarang menurutta apa keterkaitan dari pola gambarnya?
SR1-12 Mempelajari pola bilangan.
P-13 Kalau pola gambarnya dijadikan kedalam bentuk angka-
angkanya, menurutta susunan angkanya disebut apa?
SR1-13 pola bilangan kak
P-14 Kan jawabanta di kertas jawaban bagian f, kancing baju
tersebut termasuk barisan aritmetika di’?
SR1-14 Iye kak
P-15 Jadi, apa itu barisan aritmetika?
SR1-15 (berfikir) tidak ku tauki kak
Pada soal bagian (d), pada hasil wawancaranya SR1 mampu menambahkan
ciri-ciri lain yang terdapat pada pola gambarnya yaitu “pola pertamanya 5, pola
kedua 9, pola ketiga 13, pola keempat 17 dan bedanya 4”. Pada soal bagian (e)
66
SR1 menjelaskan bahwa kaitan dari pola gambarnya yaitu membentuk pola
bilangan, dan pada soal bagian (f), SR1 tidak mampu menjelaskan pengertian
barisan aritmetika.
Tahap Skema: Berikut hasil wawancara SJ pada indikator pemahaman tahap
skema yaitu siswa mampu menentukan sifat-sifat barisan aritmetika dengan
menghubungkan aksi, proses, objek dari suatu konsep ke konsep lain.
Kode Uraian Wawancara
P-16 Coba pale ceritakanki yang kita dapatkan dari soal bagian (a)
sampai bagian (f)?
SR1-16 Pola gambar tersebut bertambah 4
Dari paparan hasil wawancara di atas, SR1 mengatakan bahwa “pola
gambar tersebut bertambah 4”, jawaban dari SR1 masih kurang lengkap untuk
memenuhi indikator tahap skema.
Untuk memvalidasikan hasil tes dan wawancara yang berkaitan pada
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS (aksi, proses, objek, skema) maka
dilakukan pengambilan hasil tes dan wawancara kepada SR2 untuk dijadikan
pembanding terhadap SR1. Maka, berikut ini hasil tes dan wawancara SR2.
b. Paparan data hasil tes dan wawancara SR2 dalam menyelesaikan soal
pemahaman konsep berdasarkan teori APOS
Tahap Aksi: Berikut hasil tes SR2 terhadap indikator tahap aksi yaitu siswa
mampu menentukan nilai suku berikutnya dengan aktivitas prosedural.
67
Gambar 4.16 Jawaban Hasil Tes SR2 pada Tahap Aksi
Untuk menentukan banyak kancing baju yang dibutuhkan pada pola
berikutnya, SR2 menambah 4 dari pola sebelumnya. Berikut paparan hasil
wawancara SR2 pada tahap aksi,
Kode Uraian Wawancara
P-01 Oke, untuk soal bagian (a). Apa yang ditanyakan pada soalnya?
SR2-01 Banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola
gambar ke (5) dari pola gambarnya kak.
P-02 Jadi bagaimana carata dapatkan pola ke (5)nya?
SR2-02 17 ditambah 4 kak jadi 21, setiap pola ditambah 4.
Berdasarkan hasil wawancara, SR2 mengetahui yang ditanyakan pada soal
yaitu “banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola gambar ke
(5) dari pola gambarnya”, serta SR2 dapat menjelaskan cara menentukan pola ke-
5nya “17 ditambah 4 jadi 21, setiap pola ditambah 4”.
Tahap Proses: Berikut ini hasil tes SR2 berdasarkan indikator pada tahap proses
yaitu (1) Siswa mampu menguraikan metode penyelesaian suatu barisan bilangan,
(2) siswa mampu menjelaskan cara menentukan nilai suku berikutnya dari suatu
barisan bilangan.
68
Gambar 4.17 Jawaban Hasil Tes SR2 pada Tahap Proses
Pada hasil tes di atas, SR2 menggunakan rumus untuk menentukan nilai
dari pola ke-10 dan pola ke-35, akan tetapi nilai yang SR2 dapatkan kurang tepat
untuk pola ke-10 dan pola ke-35. Sehingga dilakukan wawancara menurut hasil
tes, berikut paparan hasil wawancara SJ pada tahap proses,
Kode Uraian Wawancara
P-03 Oke dek, selanjutnya untuk bagian (b).
Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (10)nya?
SR2-03 Pake rumus a + (n – 1) b.
P-04 “a” itu apa? “n” itu apa? “b” itu apa?
SR2-04 “a” itu banyak kancing baju pola pertama kak, “n” itu yang di
cari kak, “b” itu bedanya kak
P-05 Jadi berapa hasilta?
SR2-05 56 kak
P-06 Yakin mki benar jawabanta?
SR2-06 Iye kak (sambil melihat jawabannya)
P-07 Kalau pola ke (35) bagaimana carata dapat?
SR2-07 Samaji kak, pake rumus a + (n – 1) b.
P-08 Yakin mki juga jawabanta dek?
SR2-08 Iye kak yakinma (sambil melihat jawabannya)
Pada hasil wawancaranya, SR2 menjelaskan untuk mendapatkan nilai dari
pola gambar ke-10 dan pola gambar ke-35, SR2 menggunakan rumus “a + (n – 1)
b” akan tetapi pada hasil tesnya proses penyelesaian SR2 mengalami kesalahan
sehingga hasil yang diperoleh juga salah. Pada wawancaranya SR2 mengatakan
sudah yakin dari jawabannya setelah mengecek kembali hasil jawabannya.
69
Tahap Objek: Berikut hasil tes SR2 berdasarkan indikator tahap objek yaitu (1)
Siswa mampu menunjukkan bahwa barisan tersebut mempunyai sifat-sifat dan ciri
tertentu, suatu suku mempunyai kaitan dengan suku sebelumnya, (2) siswa
mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan pengetahuan sebelumnya, (3)
siswa mampu membedakan contoh dan bukan contoh barisan aritmetika.
Gambar 4.18 Jawaban Hasil Tes SR2 pada Tahap Objek
SR2 menuliskan bahwa yang diketahui adalah pola bilangan, dan
menjawab bahwa ada kaitan dari pola gambarnya. SR2 juga menjawab bahwa
pola gambar tersebut membentuk barisan aritmetika karena membentuk garis
aritmetika dan selisih barisan yaitu 4. Selanjutnya dilakukan wawancara dari hasil
tes SR2, berikut paparan hasil wawancara SR2 pada tahap objek yaitu,
Kode Uraian Wawancara
P-09 Ohiye oke dek.
Selanjutnya perhatikanki dulu pola gambarnya dek, menurutta
apa saja yang diketahui dari pola gambarnya?
SR2-09 Yang diketahui adalah pola bilangan
P-10 Apa saja dek pola-polanya?
SR2-10 Pola kesatu = 5, pola kedua = 9, pola ketiga = 13, pola keempat
= 17.
P-11 Masih ada dek?
SR2-11 Dari pola satu ke pola berikutnya ditambah 4 kak.
P-12 Masih ada?
SR2-12 Tidak adami kak.
P-13 Oke. Selanjutnya ada kaitannya pola gambarnya dengan materi
yang pernah kita pelajari?
SR2-13 Iye ada kak
P-14 Apa kaitannya dek?
70
SR2-14 Materinya itu dapat diselesaikan dengan ditambah 4 kak
P-15 Masih ada jawaban lainta?
SR2-15 Tidak ada kak, tdk pahamka.
P-16 Iye pale dek.
Kalau pengertiannya barisan bisaki jelaskan?
SR2-16 Iye kak, barisan itu gambar membentuk garis aritmetika dan
selisihnya 4
P-17 Ada lagi dek?
SR2-17 Tidak adami kak
Berdasarkan paparan hasil wawancara di atas, pada soal bagian (d) SR2
menyebutkan yang diketahui dari pola gambarnya yaitu “pola kesatu = 5, pola
kedua = 9, pola ketiga = 13, pola keempat = 17, dari pola satu ke pola berikutnya
ditambah 4”. Pada soal bagian (e), SR2 menjelaskan bahwa kaitan dari pola
gambarnya yaitu “materinya dapat diselesaikan dengan ditambah 4”. Pada soal
bagian (f), SR2 menjelaskan “barisan itu gambar membentuk garis aritmetika dan
selisihnya 4”.
Tahap Skema: Paparan hasil wawancara SR2 terhadap indikator pada tahap
skema yaitu siswa mampu menentukan sifat-sifat barisan aritmetika dengan
menghubungkan aksi, proses, objek dari suatu konsep ke konsep lain.
Kode Uraian Wawancara
P-18 Yang terakhir dek. Coba ceritakan yang kita dapatkan dari
mulai pertanyaan (a) sampai (f)
SR2-18 Selisihnya 4 kak
P-19 Masih ada dek?
SR2-19 Ituji kak
Berdasarkan paparan wawancara di atas, SR2 hanya menyebutkan yang
didapatkan dari pertanyaan (a) sampai (f) yaitu selisihnya 4. Sehingga SR2 belum
71
mampu mengaitkan sifat-sifat dengan aksi, proses, objek dari konsep satu ke
konsep lainnya.
c. Validasi Data Hasil Tes dan Wawancara pada Pemahaman Konsep
Berdasarkan Teori APOS
Dibagian ini, dilakukan validasi data pada hasil tes dan wawancara
terhadap SR1 dan SR2 dalam memahami konsep pola bilangan berdasarkan teori
APOS. Kegunaan validasi data dalam penelitian ini untuk mendapatkan data valid
dan kredibel dengan cara membandingkan data pada SR1 dengan data pada SR2.
Adapun hasil perbandingan data pada SR1 dengan data SR2 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Perbandingan Data Hasil Tes dan Wawancara pada SR1
dengan data pada SR2
SR1 SR2
SR1 menyebutkan bahwa yang
ditanyakan pada soal “kancing baju
yang dibutuhkan untuk menentukan
pola gambar ke-5” (SR1-01),
selanjutnya langkah yang digunakan
SR1 untuk menentukan pola gambar
ke-5 dengan menambahkan 4 dari pola
gambar sebelumnya (SR1-02).
Dari soalnya SR2 menyebutkan yang
ditanyakan yaitu “banyak kancing
baju yang dibutuhkan untuk
menentukan pola gambar ke-5 dari
pola gambarnya kak” (SR2-01). SR2
menuliskan dan menjelaskan yang
digunakan untuk menentukan banyak
kancing yang dibutuhkan untuk pola
gambar ke-5 yaitu “17 ditambah 4 kak
jadi 21, setiap pola ditambah 4” (SR2-
02).
Pada tahap ini, SR1 menggunakan
rumus Un = n + (n – 1) b untuk
menentukan pola gambar ke-10 dan
pola gambar ke-35 [(SR1-04), (SR1-
08)]. SR1 menjelaskan bahwa “n itu
nilai suku yang ditanyakan kak, kalau
b itu bedanya kak” (SR1-06). Pada
hasil tesnya SR1 tidak menuliskan
Untuk menentukan pola gambar ke-10
dan pola gambar ke-35, pada soalnya
dan hasil wawancaranya SR2
menuliskan dan menjelaskan yang
digunakan yaitu rumus “a + (n – 1) b”
(SR2-03) dan menjelaskan “a itu
banyak kancing baju pola pertama, n
itu yang dicari kak, b itu bedanya
72
nilai dari “b” tetapi berdasarkan hasil
wawancaranya SR1 menjelaskan
bahwa “b itu 4” (SR1-07).
kak” (SR2-04). Akan tetapi SR2
mengalami kekeliruan dalam
penjumlahan dan perkaliannya
sehingga hasil dari penyelesaiannya
tidak tepat.
Pada tahap objek, SR1 menjelaskan
dan menuliskan yang diketahui dari
soalnya yaitu “barisan pola
bilangannya membentuk pola barisan
yang berurutan” (SR1-09) selanjutnya
SR1 menambahkan lagi bahwa pola
gambar tersebut termasuk pola
bilangan ganjil dan menyebutkan nilai
dari setiap pola gambar “pola
pertamanya 5, pola kedua 9, pola
ketiga 13, pola keempat 17 dan
bedanya 4” [(SR1-10), (SR1-11)].
Selanjutnya SR1 menuliskan bahwa
pola tersebut memiliki kaitan dengan
materi yang telah dipelajari, tetapi
setelah ditanyakan lebih lanjut
mengenai kaitannya SR1 tidak dapat
menjelaskan kaitannya [(SR1-12),
(SR1-13)]. Pada hasil tes, SR1
menuliskan bahwa susunan kancing
bajunya dapat membentuk barisan
aritmetika, akan tetapi setelah
ditanyakan pengertian barisan
menurut pemahaman SR1 tidak
mampu menjelaskan pengertiannya
(SR1-15).
Kemudian SR2 menyebutkan dan
menuliskan yang diketahui pada pola
gambarnya yaitu “pola bilangan”
(SR2-09) dan diperjelas pada hasil
wawancaranya yaitu “pola kesatu = 3,
pola kedua = 9, pola ketiga = 13,
pola keempat = 17, dan dari pola satu
ke pola berikutnya ditambah 4”
[(SR2-10), (SR2-11)]. SR2
menyebutkan bahwa kaitan dari pola
gambarnya yaitu “materinya dapat
diselesaikan dengan ditambah 4 kak”
(SR2-14). Selanjutnya MK
menjelaskan bahwa barisan yaitu
gambar membentuk garis aritmetika
dengan selisihnya 4 (SR2-16).
Pada tahap ini, SR1 menjelaskan
bahwa yang didapatkan dari soal
bagian a sampai soal bagian f yaitu
“pola gambar tersebut ditambah 4”
(SR1-16).
Setelah menuliskan dan menjelaskan
soal dari bagian (a) sampai bagian (f).
SR2 menjelaskan yang di dapatkan
yaitu selisihnya 4 (SR2-18).
Dari hasil perbandingan data pada SR1 dengan data pada SR2 berdasarkan
pemahaman konsep barisan aritmetika pada teori APOS yang sudah dipaparkan
diatas, sehingga didapatkan data tersebut merupakan data valid dan kredibel.
73
C. Pembahasan
Sesuai dengan pertanyaan pada Bab 1 yaitu “bagaimana pemahaman
konsep berdasarkan teori APOS (Action, Process, Object, Scheme) pada materi
aritmetika ditinjau dari kemampuan matematika siswa kelas VIII SMPN 34
Makassar?”, selanjutnya akan dibahas jawabannya yakni;
1. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Berdasarkan Teori APOS pada
Subjek Berkemampuan Tinggi
Pada tahap aksi, ST1 dapat menjelaskan yang dicari pada soal, dan mampu
menuliskan serta menjelaskan dengan jelas cara menentukan pola berikutnya atau
pola gambar ke (5) dari pola gambar pada soal tersebut. Dapat dilihat dari hasil
wawancara, “dengan memakai rumus yang ini kak, Un = a + (n – 1) b”. Jadi
subjek berkemampuan tinggi mampu menjelaskan yang ditanyakan pada soal,
juga mampu menuliskan cara memperoleh pola gambar berikutnya baik
menggunakan rumus “Un = a + (n – 1) b”. Jadi, aksi yang digunakan pada subjek
berkemampuan tinggi masih dengan aktivitas prosedural. Sehingga siswa
berkemampuan tinggi memenuhi indikator pada tahap ini. Hal ini sejalan
pendapat Ed. Dubinsky (2001) bahwa aksi merupakan transformasi dari objek-
objek yang dipelajari dan dirasakan siswa sebagai bagian eksternal secara implisit
dari memori, instruksi tahap demi tahap tentang bagaimana melakukan operasi.
Pada tahap proses, ST1 mampu menjawab dengan benar pertanyaan
bagian-b dan bagian-c. ST1 dapat menjelaskan rumus yang digunakan untuk
menentukan pola gambar ke (10) dan pola gambar ke (35) meskipun pada
jawaban tesnya ST1 tidak menuliskan rumus yang ia gunakan akan tetapi ketika
74
wawancara ST1 mampu menuliskan rumus yang digunakan dan pada hasil tes
bagian-a, ST1 sudah mampu menuliskan “a” merupakan suku pertama, “b”
merupakan selisih atau beda, “n” merupakan suku ke-n, “Un” merupakan banyak
suku ke-n. Serta dapat juga dilihat pada hasil wawancaranya ST1 mampu
menjelaskan bahwa pola kesatu (a) = 5, pola ke-n (n) = 10, beda (b) = 4. Sehingga
subjek berkemampuan tinggi memenuhi (3) dari (3) indikator tahap proses. Sesuai
dengan pendapat Maharaj (2010) proses yaitu melakukan operasi yang sama
dengan tindakan, tetapi sepenuhnya dalam pikiran individu.
Pada tahap objek, ST1 hanya menuliskan bedanya yaitu 4 dari pola
gambar, akan tetapi pada hasil wawancaranya ST1 mampu menyebutkan semua
yang diketahui berdasarkan pola gambarnya yaitu “pola pertamanya = 5, pola
keduanya = 9, pola ketiganya = 13 dan pola keempatnya = 17”. Pada soal
bagian-e, awalnya jawaban ST1 kurang pas tetapi setelah diberikan gambaran
mengenai soalnya, maka ST1 dapat menjawab kaitan dari pola gambar tersebut,
yaitu dapat membentuk sebuah barisan aritmetika. Pada soal bagian-f, ST1
mampu menjelaskan dengan baik pengertian dari barisan aritmetika, dipertegas
dari hasil wawancaranya yaitu “barisan angka yang tiap sukunya merupakan
hasil pengurangan atau penjumlahan dengan satu bilangan yang sama dari suku
sebelumnya ke suku berikutnya”. Jadi, subjek berkemampuan tinggi pada tahap ini
mampu menjelaskan yang diketahui dari pola gambarnya, suatu suku mempunyai
kaitan dengan suku sebelumnya, meskipun pada hasil tesnya hanya menyebutkan
beberapa tetapi saat wawancara mampu menyebutkan semua ciri-ciri dari pola
gambarnya. Subjek berkemampuan tinggi juga mampu mengaitkan pengetahuan
75
saat ini dengan pengetahuan sebelumnya yakni mengaitkan pola gambar pada soal
dengan barisan aritmetika meskipun terlebih dahulu diberikan sedikit penjelasan.
Dan subjek berkemampuan tinggi juga mampu menjelaskan pengertian aritmetika
berdasarkan pemahaman yang didapatkan setelah menjawab pertanyaan bagian
(a) sampai bagian (e). Jadi, pada penelitian ini siswa berkemampuan tinggi
memenuhi semua indikator tahap objek. Hal ini berdasarkan pendapat Muslimah
(2018) bahwa objek adalah kegiatan yang dilakukan setelah individu melakukan
aksi dan proses sehingga individu dapat menemukan hal lain yang diperoleh dari
aksi dan proses.
Pada tahap skema, siswa berkemampuan tinggi mampu menceritakan
kembali yang ditemukan dengan menghubungkan aksi, proses, objek dari suatu
konsep ke konsep lain yaitu “rumus yang digunakan untuk mencari pola ke-n
adalah Un = a + (n – 1) b, pola tersebut termasuk barisan aritmetika karena
memiliki beda yang sama dari suku sebelumnya ke suku berikutnya”, sehingga
memenuhi indikator tahap skema. Hal tersebut diperkuat sesuai pendapat Lestari
(2018) skema yaitu konstruksi yang mengaitkan aksi, proses, dan objek.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa subjek
berkemampuan tinggi mampu memenuhi semua indikator pada tahap aksi, proses,
objek dan skema meskipun masih ada yang kurang penjelasan pada tahap skema.
2. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Berdasarkan Teori APOS pada
Subjek Berkemampuan Sedang
Tahap aksi, SS1 mampu mengetahui yang ditanyakan pada soal bagian-a
serta mampu menjelaskan proses untuk mendapatkan nilai dari pola gambar ke (5)
76
dengan aktivitas prosedural, dapat dilihat pada hasil tes dan wawancara “gambar
sebelumnya ditambah 4” (SS1-02). Jadi, subjek yang memiliki kemampuan
sedang mampu memenuhi indikator tahap aksi. Sesuai pendapat Hanifah (2016)
bahwa aksi dialami oleh seseorang pada saat menghadapi suatu permasalahan
serta berusaha menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya.
Tahap proses, SS1 menjelaskan langkah yang digunakan untuk mencari
nilai dari pola gambar ke (10) dan pola gambar ke (35) “menggunakan rumus Un
= a + (n – 1) b” (SS1-04). Selanjutnya SS1 menjelaskan nilai-nilai yang diketahui
untuk menyelesaikan rumus yang digunakan “a suku pertama, n suku yang
ditanyakan, b beda kak” (SS1-07). Sehingga hasil yang diperoleh SS1 yaitu “41”.
Pada hasil tesnya terlihat SS1 mampu menjawab soal dengan membalikkan rumus
dan mampu menjelaskan pada saat wawancara alasan membalikkan rumusnya
tanpa melanggar aturan dalam perhitungan. Sehingga, subjek berkemampuan
sedang mampu menjelaskan langkah pertama yang dilakukan untuk
menyelesaikan soal dan menyebutkan rumus serta menjelaskan cara menentukan
nilai dari pola gambar ke (10) dan (35) yaitu dengan menggunakan rumus Un = a
+ (n – 1) b dan hasil dari nilai pola ke (10) dan pola ke (35) sudah benar.
Sehingga, semua indikator terpenuhi untuk tahap ini. Hal ini mendasar pada
pendapat Ed. Dubinsky (2001) proses diartikan sebagai melakukan jenis yang
sama tindakan tetapi tidak lagi dengan kebutuhan stimulus eksternal.
Tahap objek, pada hasil tes SS1 menuliskan yang diketahui dari pola
gambarnya yaitu “dapat mengetahui jumlah setiap pola yang ditambahkan &
77
termasuk pola aritmetika”, akan tetapi pada hasil wawancara SS1 mampu
menambahkan yang diketahui dari pola gambarnya. Kaitan yang dituliskan SS1
pada hasil tesnya, masih kurang untuk memenuhi indikator, tetapi setelah
diberikan sedikit penjelasan pada saat wawancara, SS1 mampu menjelaskan
kaitan dari pola gambarnya yaitu dapat membentuk barisan aritmetika (SS1-14),
(SS1-15), (SS1-16), (SS1-17), (SS1-18). Tapi, pemahaman SS1 hanya mampu
sampai mengaitkan pola gambarnya, SS1 belum mampu menjelaskan pengertian
barisan aritmetika menurut pemahamannya dari hasil tes dan wawancara yang
telah diselesaikan. Jadi, pada tahap objek siswa berkemampuan sedang hanya
memenuhi (2) dari (3) indikator. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanifah (2016)
bahwa seseorang dapat dikatakan telah memiliki sebuah konsepsi objek dari suatu
konsep matematika manakala dia telah mampu memperlakukan ide atau konsep
tersebut sebagai sebuah objek kognitif yang mencakup kemampuan untuk
melakukan aksi atas objek tersebut serta memberikan alasan atau penjelasan
tentang sifat-sifat tersebut.
Tahap skema, SS1 mampu menceritakan kembali yang didapatkan dari
hasil tesnya yaitu dari pertanyaan bagian (a) langkah yang digunakan dengan
menambahkan 4 pola gambar sebelumnya. Pertanyaan bagian (b) dan bagian (c)
menggunakan rumus suku ke-n, serta pola gambarnya dapat membentuk barisan
(SS1-22). SS1 hanya mampu menceritakan kembali yang ditemukan, tetapi belum
mampu menyimpulkan atau menyebutkan sifat-sifat pola gambarnya dengan
mengaitkan mulai dari tahap aksi, proses, objek dari konsep satu ke konsep
lainnya. Hal tersebut masih kurang untuk mencapai dengan yang dikatakan
78
Muslimah (2018) bahwa skema yaitu kegiatan yang dilakukan ketika individu
dapat menggabungkan antara aksi, proses, objek dan skema lain yang saling
berhubungan.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa berkemampuan
sedang mampu mencapai indikator tahap aksi, memenuhi indikator tahap proses,
memenuhi (2) dari (3) indikator di tahap objek, dan masih kurang pada indikator
tahap skema.
3. Pemahaman Konsep Matematika Siswa Berdasarkan Teori APOS pada
Subjek Berkemampuan Rendah
Subjek berkemampuan rendah pada tahap aksi, SR1 mampu menyebutkan
yang ditanyakan pada soal, serta SR1 dapat menuliskan langkah yang digunakan
untuk menentukan pola gambar berikutnya dengan aktivitas prosedural, hal ini
dipertegas sesuai hasil wawancaranya yaitu “saya tambahkan 4 dari pola
sebelumnya” (SR1-02). Jadi, siswa berkemampuan rendah pada tahap aksi dapat
memenuhi indikator. Sesuai dengan yang dikatakan Hanifah (2016) yaitu
seseorang dikatakan mengalami suatu aksi, apabila orang tersebut memfokuskan
proses mentalnya pada upaya untuk memahami suatu konsep yang diberikan.
Subjek berkemampuan rendah pada tahap proses, SR1 menggunakan
rumus Un = n + (n – 1) b untuk memperoleh nilai pola gambar ke-10 dan nilai
pola gambar ke-35, serta SR1 menjelaskan nilai dan keterangan dari rumus yang
digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. Akan tetapi rumus yang digunakan
masih kurang tepat. Sehingga, siswa berkemampuan rendah belum mampu
menjelaskan langkah pertama yang dilakukan untuk menyelesaikan soal, juga
79
belum mampu menyebutkan rumus yang digunakan terlebih menjelaskan cara
menentukan pola gambar ke-n karena dari hasil tes dan wawancaranya siswa
kemampuan rendah kurang tepat rumusnya yaitu “Un = n (n – 1) b” sehingga
belum memenuhi tahap proses. Hal ini bertentangan dengan pendapat Lestari
(2018) bahwa seorang siswa dikatakan mengalami suatu proses tentang suatu
konsep jika pola pikir siswa terbatas pada ide matematika serta ditandai dengan
kemampuan untuk melakukan refleksi terhadap ide matematika tersebut.
Subjek berkemampuan rendah pada tahap objek, SR1 dapat menjelaskan
dan menuliskan yang diketahui dari pola gambarnya yaitu menyebutkan nilai dari
masing-masing pola gambar, dapat dilihat pada hasil wawancara “pola
pertamanya 5, pola kedua 9, pola ketiga 13, pola keempat 17 dan bedanya 4”
[(SR1-10), (SR1-11)]. Pada hasil tes, SR1 menuliskan bahwa pola gambarnya
memiliki kaitan dengan materi yang telah dipelajari, akan tetapi dalam
wawancaranya SR1 tidak mampu menyebutkan maksud dari kaitannya, diperjelas
pada hasil wawancara [(SR1-12), (SR1-13)]. Subjek berkemampuan rendah belum
mampu menjelaskan pengertian barisan aritmetika dengan benar setelah
menyelesaikan masalah bagian (a) sampai bagian (e). Hal ini juga bertentangan
dengan yang dikatakan Lestari (2018) objek atau enkapsulasi proses yaitu siswa
mampu menunjukkan suatu suku mempunyai kaitan.
Subjek berkemampuan rendah pada tahap skema, SR1 menjelaskan bahwa
yang ditemukan dari hasil tes pada pertanyaan bagian (a) sampai bagian (f) yaitu
“pola gambar tersebut ditambah 4” (SR1-16). Sehingga belum mampu
menceritakan yang ditemukan dengan menghubungkan aksi, proses, objek dari
80
suatu konsep ke konsep lain. Hal diatas tidak sejalan dengan pendapat Agustina
(2018) yang mengatakan setelah melakukan tahap aksi, proses, dan objek maka
siswa melakukan tahap skema.
Dapat disimpulkan dari paparan diatas bahwa subjek berkemampuan
rendah, mampu memenuhi indikator pada tahap aksi, belum mampu memenuhi
ketiga indikator pada tahap proses, mampu memenuhi (1) dari (3) indikator pada
tahap objek. Pada tahap skema, subjek berkemampuan rendah belum mampu
memenuhi indikator tahap ini.
Berikut persamaan dan perbedaan dari ketiga kategori tingkat kemampuan
matematika siswa yang mempunyai pemahaman konsep tinggi, pemahaman
konsep sedang dan pemahaman konsep rendah dalam menyelesaikan soal barisan
aritmetika pada tahap-tahap APOS. Adapun uraiannya dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Persamaan dan Perbedaan Pemahaman Konsep
Berdasarkan Teori APOS pada Siswa Berkemampuan
Tinggi, Sedang dan Rendah
Tahap
APOS
Indikator Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS
Subjek
Berkemampuan
Tinggi
Subjek
Berkemampuan
Sedang
Subjek
Berkemampuan
Rendah
Aksi Mampu mencapai
indikator tahap aksi
Mampu mencapai
indikator tahap aksi
Mampu memenuhi
indikator tahap aksi.
Proses Mampu mencapai (2)
dari (2) indikator
tahap proses
Mampu mencapai (2)
dari (2) indikator
tahap proses
Belum mampu
memenuhi (2) dari
(2) indikator tahap
proses.
Objek Mampu mencapai (3)
dari (3) indikator
Mampu mencapai (2)
dari (3) indikator
Mampu memenuhi
(1) dari (3) indikator
81
tahap objek tahap objek. tahap objek.
Skema Mampu mencapai
indikator tahap skema
Masih kurang
terhadap indikator
tahap skema
Belum mampu
memenuhi indikator
tahap skema.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari dalam penelitian ini masih dari kata sempurna. Oleh
karena adanya keterbatasan dan kelemahan dalam pengambilan data penelitian,
yaitu:
1. Penelitian ini hanya terbatas, hanya pada materi pola bilangan/barisan
aritmetika.
2. Yang seharusnya jumlah tes awal disesuaikan dari banyaknya siswa kelas
VIII-C, akan tetapi masa pandemi ini hanya disesuaikan dari siswa yang dapat
merespon via online.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV
sebagai berikut:
1. Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS pada Siswa
Berkemampuan Tinggi
(a)Tahap aksi: subjek berkemampuan tinggi mampu mencapai indikator
pemahaman tahap ini yaitu bisa menentukan nilai suku berikutnya dengan
aktivitas prosedural. (b) Tahap proses: mampu mencapai seluruh indikator
pemahaman pada tahap proses yaitu mampu menguraikan metode penyelesaian
suatu barisan bilangan/pola gambar juga menjelaskan cara memperoleh nilai pola
berikutnya dari pola gambar pada soal. (c) Tahap objek: mampu mencapai seluruh
indikator tahap ini, yaitu dapat membuktikan pada barisan/pola gambarnya
memiliki sifat-sifat atau ciri tertentu, suku yang satu memiliki hubungan dengan
suku/pola sebelumnya, mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan
pengetahuan sebelumnya serta mampu membedakan contoh dan bukan contoh
barisan aritmetika. (d) Tahap skema: mampu mencapai indikator pada tahap
skema yaitu mampu menentukan karakteristik dari barisan aritmetika sambil
mengaitkan aksi, proses, objek dari suatu konsep ke konsep lain.
83
2. Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS pada Siswa
Berkemampuan Sedang
(a) Pada tahap aksi, subjek berkemampuan sedang mampu mencapai
indikator tahap ini yakni mampu menentukan nilai suku berikutnya dengan
aktivitas prosedural. (b) Juga tahap proses, siswa memenuhi indikator tahap ini
yakni mampu menguraikan penyelesaian suatu barisan bilangan/pola gambar serta
mampu menjelaskan cara menentukan nilai suku berikutnya pada barisan
bilangan/pola gambar. (c) Pada tahap objek, mampu mencapai (2) dari (3)
indikator tahap objek yakni dapat mengaitkan jika pola gambarnya memiliki sifat-
sifat atau karakteristik serta tiap suku memiliki hubungan satu sama lain, juga
mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan pengetahuan sebelumnya, tetapi
belum mampu membedakan contoh dan bukan contoh barisan aritmetika, masih
ada subjek yang masih kurang dalam menjelaskan barisan aritmetika menurut
pemahamannya. (d) Pada tahap skema, belum mampu menentukan sifat-sifat
barisan aritmetika dengan mengaitkan aksi, proses, objek dari suatu konsep ke
konsep lain, karena masih kurang dalam menceritakan yang ditemukan setelah
menjawab seluruh pertanyaan pada soal atau menghubungkan aksi, proses, objek
dari suatu konsep ke konsep lain.
3. Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS pada Siswa
Berkamampuan Rendah
(a) Tahap aksi, siswa berkemampuan rendah pada tahap ini mencapai
indikator pemahaman yaitu mampu menentukan nilai suku berikutnya dengan
84
aktivitas prosedural. (b) Tahap proses, belum mampu memenuhi (2) dari (2)
indikator tahap ini yaitu belum mampu menguraikan metode penyelesaian suatu
barisan bilangan serta belum mampu menjelaskan cara menentukan nilai suku
berikutnya dari suatu barisan bilangan/pola gambar. (c) Tahap objek, hanya
memenuhi (1) dari (3) indikator tahap ini yaitu siswa menjelaskan jika pola
gambarnya memiliki karakteristik atau ciri khas, tiap pola mempunyai hubungan
dengan pola sebelumnya, belum mampu mengaitkan pengetahuan saat ini dengan
pengetahuan sebelumnya, juga belum mampu membedakan contoh dan bukan
contoh barisan aritmetika. (d) Tahap skema, siswa belum bisa pada indikator
tahap ini yakni belum mampu menentukan karakteristik barisan aritmetika dengan
mengaitkan aksi, proses, objek dari suatu konsep ke konsep lain.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV, maka peneliti memberikan
beberapa saran yakni:
1. Untuk dapat menyelesaikan permasalahan matematika dengan baik,
disarankan agar siswa mampu memerhatikan dengan baik soal yang
dikerjakan.
2. Guru sebaiknya mengarahkan siswa agar banyak berlatih menyelesaikan soal-
soal dan mengulang materi yang telah dipelajari sebelumnya agar kemampuan
siswa lebih baik dan meningkat.
85
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai penelitian relevan, tetapi agar kiranya
penelitian selanjutnya dilengkapi dengan ditinjau dari karakteristik siswa dan
juga penelitian ini tidak hanya dapat digunakan pada jenjang SMP-sederajat.
86
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, N. (2018). Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP pada Materi
Persamaan Garis Lurus dalam Pembelajaran Berbasis
Apos. Histogram, 2(1), 12-20.
Dubinsky, E., & McDonald, M. A. (2001). APOS: A constructivist theory of
learning in undergraduate mathematics education research. In The teaching
and learning of mathematics at university level (pp. 275-282). Springer,
Dordrecht.
Fadlilah, N. (2014). Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Volume Prisma
dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI). Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 20-32.
Firdaus, A. M., Juniati, D., & Wijayanti, P. (2020). Number pattern
generalization process by provincial mathematics olympiad winner
students. Journal for the Education of Gifted Young Scientists, 8(3), 991-
1003.
Hanifah. 2016. Buku Model APOS Inovasi pada Pembelajran Matematika.
Bengkulu: Unit Penerbitan FKIP Universitas Bengkulu. (online)
Lestari, N. P., & Sri Sutarni, M. P. (2018). Analisis Pemahaman Konsep pada
Materi Barisan dan Deret Berdasarkan Teori APOS (Action, Process,
Object, Scheme) di Kelas XI SMK Muhammadiyah Kartasura Tahun
Pelajaran 2017/2018 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Maharaj, A. (2010). An APOS Analysis of Students' Understanding of the
Concept of a Limit of a Function. Pythagoras, 2010(71), 41-52.
Muslimah, M. (2018). Pemahaman Konsep Matematis Siswa Berdasarkan Teori
APOS (Action, Process, Object, Scheme) pada Materi Program Linear
Kelas XI MAN 2 Tulungagung Tahun Ajaran 2017/2018.
Mutohar, A. (2016). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Kelas IX SMP Negeri 1 Pandanarum pada Materi Kesebangunan dan
Kekongruenan (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO).
Ningsih, Y. L. (2016). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Mahasiswa
Melalui Penerapan Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM) Berbasis Teori
APOS pada Materi Turunan. Edumatica: Jurnal Pendidikan
Matematika, 6(01).
87
Noviana, W., Suyono, S., & El Hakim, L. (2018). Pengaruh Pendekatan M-APOS
Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP Negeri di Kota
Tangerang. Jurnal Riset Pendidikan Matematika Jakarta, 1(1), 31-38.
Nuhus, F. F. (2012). Kemampuan-Kemampuan Matematis. (online).
(http://febriana-farrahtan.blogspot.com/2012/04/blog-
post.html#:~:text=Kemampuan%20matematis%20adalah%20kemampuan
%20untuk,berpikir%20kreatif%20dan%20berpikir%20kritis.)
Sagala, S. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta
Widarti, A. (2013). Kemampuan Koneksi Matematis dalam Menyelesaikan
Masalah Kontekstual Ditinjau dari Kemampuan Matematis Siswa. Skripsi.
Jombang: STKIP PGRI Jombang.
Wulandari, E. (2017). Representasi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Materi Lingkaran Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Matematika
Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Cerme (Doctoral Dissertation,
Universitas Muhammadiyah Gresik).
Yuliana, D., & Ratu, N. (2018). Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep
Eksponen Berbasis Teori Apos pada Siswa SMA Theresiana
Salatiga. MAJU: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 5(1).
88
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
INSTRUMEN PENELITIAN
TES KEMAMPUAN MATEMATIKA (TES AWAL)
Nama :
Kelas : VIII
No. Absen :
Waktu : 90 menit
Petunjuk pengerjaan soal:
a. Membaca doa/basmalah sebelum megerjakan soal.
b. Tulis nama dan nomor absen pada tempat yang disediakan.
c. Bacalah setiap soal dan pertanyaan dengan teliti kemudian tuliskan
jawaban anda pada tempat yang disediakan.
d. Jika jawaban anda salah dan akan membetulkan, coret jawaban yang salah
(tidak perlu di type-ex) kemudian tulislah jawaban yang benar.
e. Kerjakan secara mandiri.
1. Manakah di antara bilangan berikut yang merupakan bilangan terkecil?
a. 0,625 c. 0,375
b. 0,25 d. 0,5
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
2. Jika p = 4 dan q = 3 serta r = 𝑝𝑞
𝑝+2𝑞, tentukan hasil dari
𝑝−𝑞
𝑟
a. 5
6 c.
1
6
b. 6
5 d.
1
5
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..
3. Diantara kumpulan berikut yang termasuk himpunan adalah…
a. Kumpulan gunung yang tinggi
b. Kumpulan bunga yang baunya harum
c. Kumpulan hewan berkaki empat
d. Kumpulan siswa yang pandai
Alasannya:
……………………………………………………………………………….…
……………………………………………………………………………….…
…………………………………………………………………………………
4. Dalam suatu kelas terdapat 20 orang siswa senang sepak bola, 15 orang siswa
senang bulutangkis, 5 siswa senang kedua-duanya dan 3 orang siswa tidak
senang keduanya. Banyaknya siswa dalam kelas tersebut adalah…
a. 30 c. 32
b. 31 d. 33
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Suku-suku yang sejenis dari bentuk aljabar 6x2 + 6xy – 4y2 – 7x2 + 2xy + 2y2
adalah…
a. 6x2 dan 6xy c. -4y2 dan 2xy
b. 6xy dan 2xy d. 6x2 dan -4y2
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
6. Bentuk sederhana dari 𝑦
2 +
𝑥 − 3
3𝑦 adalah…
a. 3𝑦2+2𝑥−6
6𝑦 c.
𝑦2+𝑥−3
2𝑦
b. 3𝑦2+𝑥−1
2𝑦 d.
3𝑦2+𝑥−3
6𝑦
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
7. Nilai x yang memenuhi persamaan 𝑥−3
2 =
2𝑥−4
3 adalah…
a. -2 c. 1
b. -1 d. 2
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
8. Bentuk pertidaksamaan berikut yang menyatakan bahwa trapezium di samping
memiliki luas terbesar 100 satuan persegi.
a. 5z + 30 ≤ 100
b. 5z + 30 < 100
c. 10z + 30 ≤ 100
d. 10z + 30 < 100
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
9. Diketahui tabel pasangan nilai x dan y berikut.
Di antara pasangan nilai x dan y pada tabel di atas, yang merupakan
perbandingan senilai y terhadap x adalah…
a. (a) dan (b) c. (b) dan (c)
b. (a) dan (c) d. (a), (b) dan (c)
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
10. Suatu pekerjaan dapat diselesaikan oleh 12 orang dalam 18 hari. jika
pekerjaan itu akan diselesaikan dalam waktu 24 hari, maka banyak pekerja
adalah…
a. 6 orang c. 16 orang
b. 9 orang d. 18 orang
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5
(z + 6)
x 4 5
y 12 15
(a)
x 3 2
y 6 9
(b)
x 4 6
y 10 15
(c)
11. Dimas menabung di bank sebesar Rp. 600.000. Jika bank tersebut member
bunga 12% per tahun, maka besar bunga yang diperoleh Dimas selama 8 bulan
menabung adalah…
a. Rp40.000 c. Rp54.000
b. Rp48.000 d. Rp72.000
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
12. Perhatikan gambar berikut!
6z° 66°
2x° 3y°
Pada gambar di atas, nilai x + y + z = …
a. 66 c. 82
b. 74 d. 90
Alasannya:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
13. Perhatikan gambar berikut!
P Q
S R
Trapesium PQRS di atas siku-siku di S. Jika panjang PQ = 10 cm, SR = 15
cm, PS = 12 cm dan QR = 13 cm, maka luas trapesium tersebut adalah...
a. 150 cm2 c. 300 cm2
b. 162,5 cm2 d. 325 cm2
Alasannya:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
14.
Pada gambar di atas, panjang AB = 8 cm, BC = 11 cm dan AE = 11,3 cm.
Keliling bangun ACDE adalah...
a. 30,3 cm c. 56,3 cm
b. 49,3 cm d. 133,2 cm
Alasannya:
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
15. Perhatikan diagram berikut!
Diagram di atas menunjukkan volume ekspor kopi Indonesia ke Inggris tahun
2009-2014. Jumlah volume ekspor kopi sebelum tahun 2012 adalah...
a. 16.000 ton
b. 35.000 ton
c. 53.000 ton
d. 69.000 ton
Alasannya:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..................................................................................................................
0
10
20
30
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
volu
me
eksp
or
kop
i (r
ibu
to
n)
Tahun
E D
A B C
PEDOMAN PENSKORAN TES KEMAMPUAN MATEMATIKA
No Kunci Jawaban Skor
1. Bilangan terkecil: 0,25 (b) 3
2. Diketahui:
p = 4
q = 3
r = 𝑝𝑞
𝑝+2𝑞 =
(4)(3)
4+2(3) =
12
4+6=
12
10 =
6
5
Penyelesaian: 𝑝−𝑞
𝑟 =
4−36
5
= 16
5
= 1 ×5
6 =
𝟓
𝟔 (a)
8
3. Kumpulan hewan berkaki empat (c)
Alasannya:
anggotanya jelas/nyata
{kucing, sapi, kambing,...}
4
4. Misalkan:
A adalah himpunan semua siswa yang senang sepak bola, n(A) = 20
B adalah himpunan semua siswa yang seang bulu tangkis, n(B) = 15
P adalah himpunan siswa yang hanya senang sepak bola
T adalah himpunan siswa yang hanya senang bulu tangkis
S adalah himpunan keseluruhan jumlah siswa
A ∩ B adalah siswa yang senang keduanya, n(A ∩ B) = 5
A × B adalah siswa tidak senang keduanya, n(A × B) = 3
Penyelesaian:
Sepak bola: n (A) = n(P) + n(A ∩ B)
20 = n(P) + 5
n(P) = 20 – 5
= 15
Bulu tangkis: n(B) = n(T) + n(A ∩ B)
15 = n(T) + 5
n(T) = 15-5
= 10
n(S) = n(P) + n(T) + n(A ∩ B) + n(A × B)
= 15 + 10 + 5 + 3
= 33
Jadi, banyaknya siswa dalam kelas tersebut adalah 33 orang siswa (d)
8
5. 6x2 + 6xy – 4y2 – 7x2 + 2xy + 2y2
Suku yang sejenis: 6xy dan 2xy (b) 5
6. 𝑦
2 +
𝑥 − 3
3𝑦 =
𝑦(3𝑦)
2(3𝑦) +
𝑥 – 3(2)
3𝑦(2)
= 3𝑦2
6𝑦 +
2𝑥−6
6𝑦
= 𝟑𝒚𝟐+ 𝟐𝒙−𝟔
𝟔𝒚 (a)
8
7. 𝑥−3
2 =
2𝑥−4
3
(x - 3)(3) = (2x – 4) (2) 8
3x – 9 = 4x – 8
3x – 4x = -8 + 9
-x = 1
x = -1 (b)
8. Diketahui:
Alas = z + 6 satuan
Tinggi = 5 satuan
Luas terbesar 100 satuan persegi
Penyelesaian:
Alas × tinggi ≤ 100
(z + 6) × 5 ≤ 100
5z + 30 ≤ 100 (a)
8
9. a) 𝑦1
𝑥1 =
𝑦2
𝑥2
12
4 =
15
5
3 = 3
b) 𝑦1
𝑥1 =
𝑦2
𝑥2
6
3 =
9
2
2 = 9
2
c) 𝑦1
𝑥1 =
𝑦2
𝑥2
10
4 =
15
6
5
2 =
5
2
Jadi, yang merupakan perbandingan senilai y terhadap x adalah (a) dan
(c)
8
10. Waktu kerja pekerja
18 12
24 X
18
12 =
24
𝑥
18x = 24 x 12
18x = 288
x = 16 (c)
5
11. Diketahui:
Tabungan = Rp600.000
Bunga = 12% per tahun
Ditanyakan:
Besar bunga selama 8 tahun?
Penyelesaian:
Bunga selama 8 tahun = 8
12 x persen bunga x modal
= 8
12 x
12
100 x 600.000
= 2
3 x 12 x 600.000
10
= 48.000 (b)
12. • 6z⁰ + 66⁰ = 180⁰ (luar sepihak)
6z⁰ = 180⁰ - 66⁰
6z⁰ = 114⁰
z = 19⁰
• 2x⁰ = 66⁰ (luar bersebrangan)
x = 33⁰
• 2x⁰ + 3y⁰ = 180⁰
2(33) + 3y⁰ = 180⁰
66⁰ + 3y⁰ = 180⁰
3y⁰ = 180⁰ - 66⁰
3y⁰ = 114⁰
y = 38⁰
jadi, x + y + z = 19 + 33+ 38 = 90 (d)
10
13. Luas trapesium = 1
2 x (a + b) x t
= 1
2 (15 + 10) x 12
= 1
2 (25)(12)
= 150 cm2 (a)
8
14. Diketahui:
AB = 8 cm
BC = 11 cm
CD = 8 cm
DE = 11 cm
AE = 11,3 cm
Ditanyakan: keliling bangun ACDE?
Penyelesaian:
Keliling ACDE = AB + BC + CD + DE + AE
= 8cm + 11cm + 8cm + 11cm + 11,3cm
= 49,3cm (b)
8
15. Diketahui:
2009 = 16.000 ton
2010 = 22.000 ton
2011 = 15.000 ton
2012 = 16.000 ton
2013 = 20.000 ton
2014 = 15.000 ton
Ditanyakan: jumlah volume ekspor kopi sebelum tahun 2012?
Penyelesaian:
Jumlah volume ekspor kopi sebelum tahun 2012
= 16.000 + 22.000 + 15.000
= 53.000 ton (c)
5
Total 106
MATERI ARITMETIKA
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1 Membuat generalisasi dari pola
pada barisan bilangan dan barisan
konfigurasi objek.
4.1 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan pola pada
barisan bilangan dan barisan
konfigurasi objek.
1. Siswa mampu menentukan suku
selanjutnya dari suatu barisan
bilangan dengan cara
menggeneralisasi pola bilangan
selanjutnya.
2. Siswa mampu menggeneralisasi
pola barisan bilangan menjadi suatu
persamaan.
3. Siswa mengenal macam-macam
barisan bilangan.
(sumber: buku guru matematika SMP/MTs kelas VIII)
Pada penelitian ini, indikator pencapaian kompetensi yang terpenuhi yaitu;
1. Siswa mampu menentukan suku selanjutnya dari suatu barisan bilangan
dengan cara menggeneralisasi pola bilangan selanjutnya.
2. Siswa mampu menggeneralisasi pola barisan bilangan menjadi suatu
persamaan.
INSTRUMEN TES PEMAHAMAN KONSEP
BERDASARKAN TEORI APOS
No Tahap
APOS Indikator Butir Soal
1. Aksi
(Action)
• Mampu menentukan
nilai suku berikutnya
dengan aktivitas
prosedural.
b. Berapa banyak kancing baju yang dibutuhkan
untuk menentukan pola gambar ke (5) dari pola
gambar di atas?
2. Proses
(Process)
• Mampu menguraikan
metode penyelesaian
suatu barisan bilangan,
• Mampu menjelaskan
cara menentukan nilai
suku berikutnya dari
suatu barisan bilangan.
c. Bagaimana cara Anda menentukan banyak
kancing baju untuk membentuk pola gambar ke
(10) dari pola gambar di atas?
d. Bagaimana cara Anda menentukan banyak
kancing baju untuk membentuk pola gambar ke
(35) dari pola gambar di atas?
3. Objek
(Object)
• Mampu menunjukkan
bahwa barisan tersebut
mempunyai sifat-sifat
dan ciri tertentu, suatu
suku mempunyai kaitan
dengan suku
sebelumnya.
• Mampu mengaitkan
pengetahuan saat ini
dengan pengetahuan
sebelumnya.
• Mampu membedakan
contoh dan bukan contoh
a. Dari pola gambar di atas, jelaskan apa yang anda
ketahui dari pola gambar tersebut? Secara detail!
b. Sebutkan keterkaitan pola gambar di atas secara
umum!
f. Setelah menjawab pertanyaan bagian (a) sampai
bagian (e). Menurut anda, apakah susunan
(1) (2) (4) (3)
(1) (2) (4) (3)
(1) (2) (4) (3)
barisan aritmetika. kancing baju pada gambar di atas membentuk
barisan aritmetika?
4. Skema
(Scheme)
• Mampu menentukan
sifat-sifat barisan
aritmetika dengan
menghubungkan aksi,
proses, objek dari suatu
konsep ke konsep lain.
Tidak terdapat soal pada tes
TES PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN TEORI APOS
PADA MATERI ARITMETIKA
Nama Siswa :
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
No. Absen :
Waktu : 90 menit
Petunjuk pengerjaan soal:
f. Membaca doa sebelum megerjakan soal.
g. Tulis nama dan nomor absen pada tempat yang disediakan.
h. Bacalah setiap soal dan pertanyaan dengan teliti kemudian tuliskan
jawaban anda pada tempat yang disediakan.
i. Jika jawaban anda salah dan akan membetulkan, coret jawaban yang salah
(tidak perlu di type-ex) kemudian tulislah jawaban yang benar.
j. Kerjakan secara mandiri.
Perhatikanlah pola gambar berikut!
a. Dari pola gambar di atas, apa yang anda ketahui dari pola gambar tersebut?
Jelaskan!
b. Adakah keterkaitan dari pola gambar di atas dengan materi yang telah anda
pelajari sebelumnya?
c. Berapa banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola gambar ke
(5) dari pola gambar di atas?
(1) (2) (4) (3)
d. Bagaimana cara Anda menentukan banyak kancing baju untuk membentuk pola
gambar ke (10) dari pola gambar di atas?
e. Bagaimana cara Anda menentukan banyak kancing baju untuk membentuk pola
gambar ke (35) dari pola gambar di atas?
f. Setelah menjawab pertanyaan bagian (a) sampai bagian (e). Menurut anda, apakah
susunan kancing baju pada gambar di atas membentuk barisan aritmetika?
JAWABAN:
PEDOMAN PENSKORAN TES
No Kunci Jawaban Skor
a Pola ke (1) = 5
Pola ke (2) = 9
Pola ke (3) = 13
Pola ke (4) = 17
Beda (b) = 4
Pola ke n = a + (n-1) b
20
b Pola bilangan:
Keterkaitannya:
Barisan bilangan; 5, 9, 13, 17, …
20
c • U5 = 21
Jadi, banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk
menentukan pola gambar ke (5) sebanyak 21 buah.
atau
• U5 = a + (n – 1) b
= 5 + (5 – 1) (4)
= 5 + (4) (4)
= 5 + 16
= 21
Jadi, ada 21 kancing baju untuk menentukan pola ke (5)
10
(1) (2) (4) (3)
atau
•
d Diketahui :
a = 5
b = 4
Ditanyakan : U10
Penyelesaian :
U10 = a + (n – 1) b
= 5 + (10 – 1) (4)
= 5 + (9) (4)
= 5 + 36
= 41
20
e Diketahui :
a = 5
b = 4
Ditanyakan : U35
Penyelesaian :
U35 = a + (n – 1) b
= 5 + (35 – 1) (4)
= 5 + (34) (4)
= 5 + 136
= 141
20
f Ya,
Barisan bilangannya yaitu; 5, 9, 13, 17 10
Total 100
(1) (2) (4) (3) (5)
INSTRUMEN WAWANCARA
PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN TEORI APOS
A. Judul Penelitian
Analisis Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori Apos (Action, Process,
Object, Scheme) Pada Materi Aritmetika Ditinjau Dari Kemampuan Matematika
Siswa Kelas Viii Smpn 34 Makassar.
B. Permasalahan
Bagaimana pemahaman konsep berdasarkan Teori APOS (Action, Process,
Object, Scheme) pada materi aritmetika ditinjau dari kemampuan matematika
siswa kelas VIII SMPN 34 Makassar?
C. Tujuan Wawancara
Wawancara dilakukan secara lisan kepada siswa sebagai data pendukung
hasil tes pemahaman konsep berdasarkan teori APOS dan bertujuan untuk
mengetahui secara terperinci letak pemahaman konsep siswa pada tahap-tahap
APOS dalam memahami materi aritmetika.
D. Tata Cara Pelaksanaan Wawancara
Memilih 6 orang siswa sebagai subjek untuk diwawancarai dimana
masing-masing 2 siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 2 siswa yang memiliki
kemampuan sedang, dan 2 siswa yang memiliki kemampuan rendah. Setelah itu
dilakukan wawancara berdasarkan indikator pemahaman konsep berdasarkan teori
APOS terhadap ke-6 subjek tersebut.
E. Metode Wawancara
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur dengan konsep pertanyaan sebagai berikut;
Pertanyaan-pertanyaan:
Tahap
APOS
Nomor
Butir
Soal
Pertanyaan
Aksi c Bagaimana cara anda mendapatkan suku berikutnya pada
soal tersebut?
Proses
d
Apa yang pertama anda lakukan untuk menyelesaikan
soal tersebut?
Bagaimana cara menentukan pola gambar ke (10) pada
soal tersebut?
Apa rumus yang anda gunakan untuk menentukan pola
gambar ke (10) pada soal tersebut?
e
Apa yang pertama anda lakukan untuk menyelesaikan
soal tersebut?
Bagaimana cara menentukan pola gambar ke (35) pada
soal tersebut?
Apa rumus yang anda gunakan untuk menentukan pola
gambar ke (35) pada soal tersebut?
Objek
a Dari pola gambar di belakang, jelaskan apa yang
diketahui dari pola gambar tersebut? Secara detail!
b Sebutkan keterkaitan pola gambar di atas secara umum!
f
Apa yang di maksud dengan barisan aritmetika?
Coba berikan contoh barisan yang bukan termasuk
barisan aritmetika!
Skema Ceritakan yang anda temukan pada soal tersebut!
LAMPIRAN B
B.1 Gambar Hasil Tes Kemampuan Matematika
B.2 Nilai Hasil Tes Kemampuan Matematika
B.3 Gambar Hasil Tes Pemahaman Konsep
Berdasarkan Teori APOS
B.1 Gambar Hasil Tes Kemampuan Matematika
Gambar 1 Hasil Tes Kemampuan Matematika Siswa Kategori Tinggi
Gambar 2 Hasil Tes Kemampuan Matematika Siswa Kategori Sedang
Gambar 3 Hasil Tes Kemampuan Matematika Siswa Kategori Rendah
B.2 Nilai Hasil Tes Kemampuan Matematika
Berikut ini nilai hasil tes kemampuan matematika siswa kelas VIII-C
No Nama Siswa Nilai Tes
1 Gilang Ramadhan 100
2 Aidah Nafisah 92,7
3 Sofia Latifah 88,7
4 Muafiqah Taufid 87,7
5 Raisyah Fadilah 85
6 Sherina Nurul 80,2
7 Azka Azizah 80,2
8 Risma 79,2
9 Andi Nur Fadillah 78,3
10 Reski Amalia 75,5
11 Nur Aisyah 75,5
12 Zahra Amelia 75,5
13 Marifatu Zahra 74,5
14 Nanda Aglesya 72,6
15 Iim Rahmadani 67
16 Alfirah Mutmainnah 65,1
17 Sandra Julia 63,2
18 Marcela Kalua 59,4
19 Fadli R 51,9
20 Chelsya Anggita 50
21 Akemi Zahira 33
Sumber: hasil tes
B.3 Gambar Hasil Tes Pemahaman Konsep Berdasarkan Teori APOS
Gambar 1 Siswa Berkemampuan Tinggi 1
Gambar 2 Siswa Berkemampuan Tinggi 2
Gambar 3 Siswa Berkemampuan Sedang 1
Gambar 4 Siswa Berkemampuan Sedang 2
Gambar 5 Siswa Berkemampuan Rendah 1
Gambar 6 Siswa Berkemampuan Rendah 2
LAMPIRAN C
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Transkip Hasil Wawancara
Siswa Kemampuan Tinggi 1
Kode Uraian Wawancara
P-01 Assalamualaikum dek
ST1-01 Wa’alaikumussalam kak
P-02 Sudah siap mki dek?
ST1-02 Iye kak
P-03 Adaji hasil jawabanta dengan soalnya di depanta?
ST1-03 Iye kak (sambil memperlihatkan)
P-04 Oke, sekarang untuk pertanyaan soal bagian (a). Apa yang
dicari pada soal tersebut?
ST1-04 Banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola
gambar ke (5) dari pola gambar di atas kak.
P-05 Bagaimana carata dapatkan pola ke (5)nya?
ST1-05 Dengan memakai rumus yang ini kak
P-06 Rumus yang mana?
ST1-06 Un = a + (n – 1) b
P-07 Jadi, berapa hasil jawabanta?
ST1-07 21 kak
P-08 Selanjutnya soal bagian (b). Bagaimana carata tentukan pola ke
(10)nya?
ST1-08 Dengan menggunakan rumus kak
P-09 Di jawabatanta tdk ada rumus kita tuliskan, jadi rumus apa
yang kita gunakan?
ST1-09 Rumus mencari Un kak yaitu Un = a + (n – 1) b.
P-10 Oke, dari mana itu 5, 10, 1 dan 4?
ST1-10 5 itu kak dari pola kesatu, 10 itu pola yang ditanyakan,1 itu dari
rumusnya, 4 itu bedanya kak.
P-11 Kalau mencari pola ke (35) bagaimana?
ST1-11 Samaji kak, caranya mencari pola ke (10)
P-12 Sekarang perhatikanki dulu pola gambarnya dek. Coba
sebutkanki apa-apa saja yang diketahui dari pola gambarnya?
ST1-12 Setiap suku berselisih 4 atau bedanya 4 kak
P-13
Ada lagi yang diketahui? Perhatikanki baik-baik pola
gambarnya, sebutkan semuami dek yang kita dapatkan dari pola
gambarnya!
ST1-13 Pola pertamanya 5, bisa begitu kak?
P-14 Iye dek, sebutkan mki semua yang kita dapatkan!
ST1-14 Pola ke duanya 9, pola ketiganya 13, pola ke empatnya 17.
P-15 Ada lagi?
ST1-15 Ituji kak.
P-16 Oke, sekarang bagian (e). Ada kaitan yang kita dapatkan dari
gambar polanya dengan materi yang pernah kita pelajari?
ST1-16 Ada kak
P-17 Apa keterkaitannya menurutta?
ST1-17 Menggunakan rumus yang sama.
P-18 Perhatikanki lagi polanya dulu nah. Coba sebutkan ulangki apa-
apa yang diketahui dari polanya!
ST1-18 Pola pertamanya 5, pola kedua 9, pola ketiga 13, pola ke empat
17.
P-19
Oke, sekarang kalau bukanmi di jadikan pola gambar tapi
dalam bentuk angkanyami, disebut apa? Atau termasuk dalam
materi apa yang pernah kita pelajari?
ST1-19 Berarti 5,9,13,17 kak?
P-20 Iye dek, materi apa itu?
ST1-20 Barisan kak
P-21 Oke dek mantap. Jadi bisa mki ini jelaskanki menurutta apa itu
barisan aritmetika?
ST1-21
Barisan angka yang tiap sukunya merupakan hasil pengurangan
atau penjumlahan dengan satu bilangan yang sama dari suku
sebelumnya ke suku berikutnya
P-22 Menurutta dek, apakah jawabanta dari pertanyaan (a) sampai
(f) sudah benar?
ST1-22 Iye kak kayanya (sambil ketawa)
P-23
Oke, terakhir.
Coba ceritakanki yang kita temukan pada soal bagian (a)
sampai (f)
ST1-23
Rumus yang digunakan untuk mencari pola ke-n adalah Un = a
+ (n – 1) b, pola tersebut termasuk barisan aritmetika karena
memiliki beda yang sama dari suku sebelumnya ke suku
berikutnya.
P-24 Makasih dek, istirahat mki maaf mengganggu waktuta nah
ST1-24 Iye kak sama-sama, tidak menggangguji kak
P-25 Assalamualaikum
ST1-25 Wa’alaikumussalam kak
Siswa Berkemampuan Tinggi 2
Kode Uraian Wawancara
P-01 Assalamualaikum dek
ST2-01 Wa’alaikumussalam kak
P-02 Maaf mengganggu waktuta nah
ST2-02 Tidakji kak
P-03 Sekarang perhatikanki bagian (a). Apa yang ditanyakan dari
soal tersebut?
ST2-03 Berapa banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan
pola gambar ke (5)
P-04 Jadi berapa banyak kancing baju yang dibutuhkan?
ST2-04 21 kak
P-05 Bagaimana carata dapatkan banyak kancing bajunya?
ST2-05 Dari kelipatan 4 kak, di tambah 4 dari suku sebelumnya.
Karenakan pola satunya 5, pola duanya 7, pola tiganya 13, pola
empatnya 17, jadi pola ke limanya 21 kak
P-06 Oke dek. Sekarang perhatikanki bagian (b), bagaimana carata
dapatkan pola ke (10)nya?
ST2-06 Rumus Un = a + (n – 1) b
P-07 Kalau carata dapatkan pola ke (35)nya?
ST2-07 Dengan rumus Un = a + (n – 1) b juga kak
P-08 Oke, selanjutnya. Dari rumus yang kita gunakan. a itu apa? n
itu apa? dan b itu apa?
ST2-08 a itu pola pertama kak yaitu 5, n itu pola yang ditanyakan
seperti bagian b yang ditanyakan itu pola ke (10)nya jadi n-nya
10, kalau b itu selisihnya kak karena suku ke satu ke suku ke dua
itu 4
P-09 Sekarang coba perhatikanki dulu pola gambarnya dek,
menurutta apa saja yang diketahui dari pola tersebut?
ST2-09 Pola satu = 5, pola dua = 9, pola tiga = 13, pola empat = 17.
P-10 Masih ada yang diketahui dek?
ST2-10 Untuk rumusnya, rumus yang digunakan Un = a + (n – 1) b
untuk mencari suku.
P-11 Masih ada lagi?
ST2-11 Bedanya = 4, karena dari pola 1 ke pola berikutnya bertambah
4 kak
P-12 Masih ada lagi?
ST2-12 Menurutku, tidak adami kak
P-13 Selanjutnya bagian (e), dijawabanta tdk kita jawab di’
pertanyaan bagian (e).
ST2-13 Iye kak, tidak pahamka soalnya.
P-14 Coba perhatikanki lagi pola gambarnya. Menurutta pola
gambar tersebut dapat membentuk sebuah apa?
ST2-14 Pola kesatu = 5, pola kedua = 9, pola ketiga = 13, pola keempat
= 17 kak.
P-15 Oke, sekarang untuk susunan angka-angkanya dapat dikatakan
apa?
ST2-15 Angka 5,9,13,17nya kak?
P-16 Iye dek, apa namanya?
ST2-16 Barisan kak
P-17 Jadi, paham mki apa kaitan pola gambarnya dengan materi
yang pernah kita pelajari?
ST2-17 Angka-angkanya bisa menjadi barisan kak.
P-18 Jadi pola gambarnya dapat membentuk sebuah barisan
aritmetika di’ dek?
ST2-18 Iye kak
P-19 Jadi menurutta apa itu barisan aritmetika?
ST2-19 Barisan aritmetika adalah barisan yang memiliki selisih yang
sama atau beda.
P-20 Oke, pertanyaan terakhir. Apa yang kita temukan dek dari
pertanyaan bagian (a) sampai bagian (f)?
ST2-20 Barisan aritmetika terbentuk jika selisihnya sama dari suku
sebelumnya ke suku selanjutnya, dan rumus yang digunakan Un
= a + (n – 1) b.
P-21 Masih ada?
ST2-21 Tidak adami kak.
P-22 Ohiye, terima kasih dek
ST2-22 Iye kak sama-sama
P-23 Assalamualaikum
ST2-23 Wa’alaikumussalam kak
Siswa Berkemampuan Sedang 1
Kode Uraian Wawancara
P-01 Siap mki dek?
SS1-01 Iye kak
P-02 Apa yang ditanyakan dari soal bagian (a)?
SS1-02 Berapa banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan
pola gambar ke (5)
P-03 Bagaimana carata dapatkan?
SS1-03 Eh, gambar pertama kancingnya ada 5, gambar kedua ada 9,
gambar ketiga 13, gambar keempat 17, jadi gambar kelima 21
P-04 Bagaimana carata dapatkan 21?
SS1-04 Gambar sebelumnya di tambah 4
P-05
Oke. Sekarang pertanyaan untuk soal bagian (b).
Langkah apa yang kita gunakan untuk mencari banyak kancing
pada pola gambar ke (10)?
SS1-05 Menggunakan rumus Un = a + (n – 1) b
P-06 Tapi di jawabanta yang kita tulis itu “4 × (10 – 1) + 5”, jadi
rumus apa yang kita gunakan?
SS1-06 Rumus yang tadiji kak cuman kubalikki “a” dan “b”nya
P-07 Menurutta, tidak berpengaruhji itu nilainya kalau rumusnya di
balik?
SS1-07 Tidakji kak menurutku karena perkalian duluan ku kerjakan
baru tambahnya
P-08 “a” itu apa? “n”itu apa? “b” itu apa?
SS1-08 “a” suku pertama, “n” suku yang ditanyakan, “b” beda kak.
P-09 Oke, lanjut soal bagian (c).
Kalau pola gambar ke (35), bagaimana carata dapatkan?
SS1-09 Samaji kak
P-10 Coba jelaskan carata dapatkan dek!
SS1-10
Rumus yang digunakan Un = a + (n – 1) b, jadi U35 = 5 + (35-1)
4 hasilnya 141, jadi banyak kancing yang dibutuhkan untuk pola
gambar (35) adalah 141
P-11
Oke. Sekarang perhatikanki pola gambarnya.
Apa saja yang diketahui dari pola tersebut? (sambil menenjuk
gambar polanya)
SS1-11 Tersusun
P-12 Ada lagi?
SS1-12 Termasuk pola aritmetika, bedanya = 4, U1 = 5, U2 = 9, U3 =
13, U4 = 17
P-13
Iye oke. Untuk soal bagian (e).
Adakah keterkaitannya pada pola gambar tersebut secara
umum?
SS1-13 Ada kak
P-14 Apa itu?
SS1-14 Rumus pola bilangan kak
P-15 Iye. Begini dek, kan tadi pola gambarnya sudah kita kasi bentuk
angka toh? Yang U1 = 5, U2 tadi berapa?
SS1-15 9 kak
P-16 U3?
SS1-16 13
P-17 U4?
SS1-17 17.
P-18 Oke, menurutta susunan angkanya itu dikatakan apa?
SS1-18 Barisan kak.
P-19 Jadi keterkaitannya?
SS1-19 Pola gambarnya bisa dijadikan barisan
P-20 Jadi, pola gambarnya itu membentuk sebuah barisan di’?
SS1-20 Iye kak
P-21 Jadi, apa yang dimaksud dengan barisan aritmetika?
SS1-21 Barisan yaitu angka yang tersusun.
P-22 Masi mauki tambahkan?
SS1-22 Tidakmi kak
P-23 Yang terakhir. Coba ceritakan dek, yang kita dapatkan dari
mulai pertanyaan (a) sampai bagian (f)!
SS1-23
Pada pertanyaan bagian (a), karena yang di cari pola ke (5)
jadi pola sebelumnya ditambah 4, kalau pertanyaan (b) dan (c)
menggunakan rumus karena pola yang dicari banyak, pola
gambar kancing bajunyanya dapat dijadikan angka-angka atau
disebut barisan aritmetika
Siswa Berkemampuan Sedang 2
Kode Uraian Wawancara
P-01 Langsungmi di’?
SS2-01 Iye kak
P-02
Oke, ini wawancaranya dari hasil jawabantaji dek.
Pertama, untuk soal bagian (a). Apa yang ditanyakan dari soal
tersebut?
SS2-02 Pola gambar ke (5) kak
P-03 Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (5)nya?
SS2-03 Menggunakan rumus aritmetika
P-04 Apa rumusnya dek?
SS2-04 Un = a + (n – 1) b
P-05 Oke. Lanjut bagian (b).
Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (10)nya?
SS2-05 Samaji kak yang ku gunakan untuk mencari pola ke-5
P-06 Apa rumusnya?
SS2-06 Un = a + (n – 1) b
P-07 “a” itu apa? “n” itu apa? dan “b” itu apa?
SS2-07 “a” itu suku pertama, “n” suku yang dicari, “b” itu bedanya
kak
P-08
Di jawabanta tidak ada kita tuliskan rumus di’. Coba jelaskanki
dek cara dapatkan pola ke (10)nya menggunakan rumus yang
kita gunakan!
SS2-08 Rumus yang ku gunakan kak U10 = a + (n – 1) b, jadi, a = 5, n =
10 dan b = 4 kak, jadi U10 = 41
P-09 Kalau banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk pola ke (35)
bagaimana dek?
SS2-09 Samaji kak dengan pola ke (10).
P-10 Oke, sekarang perhatikanki dulu pola gambarnya dek,
menurutta apa saja yang diketahui dari pola gambarnya?
SS2-10 Setiap pola ditambah 4
P-11 Masih ada?
SS2-11 Merupakan pola bilangan aritmetika, pola pertamanya = 5, pola
kedua = 9, pola ketiga = 13 dan pola keempat = 17.
P-12 Masih ada lagi dek?
SS2-12 Ituji kak
P-13 Oke. Jadi menurutta dek, ada keterkaitan dari pola gambarnya
dengan materi yang pernah kita pelajari?
SS2-13 Iye kak, materi pola bilangan pada bab 1
P-14 Kalau misalkan, pola gambarnya di jadikan ke dalam bentuk
angka?
SS2-14 Berarti pola kesatunya 5, pola keduanya 9, pola ketiganya 13,
pola keempatnya 17 kak.
P-15 Oke, jadi susunan angka-angkanya itu dapat dikatakan apa dek?
SS2-15 (berpikir) barisan kak
P-16 Jadi, kita taumi apa keterkaitan pola gambarnya dek secara
umum?
SS2-16 Pola gambarnya dapat membentuk suatu barisan kak
P-17 Jadi, susunan kancing baju pada pola gambarnya dapat
membentuk barisan aritmetika di’?
SS2-17 Iye kak
P-18 Jadi apa itu barisan aritmetika? Menurut pemahamanta dek
dari jawaban-jawabanta
SS2-18 Barisan terbentuk dari sebuah pola
P-19 Terakhir, dari soal bagian (a) sampai bagian (f), apa yang kita
dapatkan dek?
SS2-19
Soal bagian (a) sampai bagian (c) cara mencari pola ke-nnya
dengan menggunakan rumus aritmetika. Rumusnya itu kak Un =
a + (n – 1) b. pola sebelumnya ke pola selanjutnya ditambahkan
4.
P-20 Masih ada?
SS2-20 Pola-polanya dapat membentuk barisan
Siswa Berkemampuan Rendah 1
Kode Uraian Wawancara
P-01 Langsungmi di’ dek
SR1-01 Iye kak
P-02 Apa yang ditanyakan pada soal tersebut?
SR1-02 Kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola gambar
ke (5)
P-03 Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (5)nya?
SR1-03 Saya tambahkan 4 dari pola sebelumnya.
P-04 Oke, selanjutnya bagian (b)
Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (10)nya?
SR1-04 Menggunakan rumus aritmetika
P-05 Apa rumusnya?
SR1-05 Un = n + (n – 1) b
P-06 Yakin mki dengan rumusnya dek?
SR1-06 Iye kak
P-07 “n” itu apa? “b” itu apa dek?
SR1-07 “n” itu nilai suku yang ditanyakan kak, kalau “b” itu bedanya
kak
P-08 Jadi “b”nya berapa? Di jawaban testa tidak ada kita tuliskan
di’
SR1-08 Iye kak lupaka, “b”nya itu 4.
P-09 Kalau pola ke (35), bagaimana carata dapatkan?
SR1-09 Samaji kak dengan pola ke (10)
P-10 Oke. Sekarang perhatikanki polanya nah, apa saja yang
diketahui dari pola tersebut?
SR1-10 Pola barisan tersebut membentuk pola barisan yang berurutan
P-11 Masih ada yang diketahui?
SR1-11 Pola bilangan tersebut termasuk pola bilangan ganjil
P-12 Ada lagi?
SR1-12 Pola pertamanya 5, pola kedua 9, pola ketiga 13, pola keempat
17 dan bedanya 4.
P-13 Oke. Sekarang menurutta apa keterkaitan dari pola gambarnya?
SR1-13 Mempelajari pola bilangan.
P-14 Kalau pola gambarnya dijadikan kedalam bentuk angka-
angkanya, menurutta susunan angkanya disebut apa?
SR1-14 Pola bilangan kak
P-15 Kan jawabanta di kertas jawabanta pada bagian f, kancing baju
tersebut termasuk barisan aritmetika di’?
SR1-15 Iye kak
P-16 Jadi, apa itu barisan aritmetika?
SR1-16 (berfikir) tidak ku tauki kak
P-17 Coba pale ceritakanki yang kita dapatkan dari soal bagian (a)
sampai bagian (f)?
SR1-17 Pola gambar tersebut bertambah 4
Siswa Berkemampuan Rendah 2
Kode Uraian Wawancara
P-01 Selamat malam de’
SR2-01 Malam kak
P-02 Maaf mengganggu waktuta nah dek
SR2-02 Tidakji kak.
P-03 Langsungmi di’ dek wawancaranya
SR2-03 Iye kak
P-04 Oke, untuk soal bagian (a). Apa yang ditanyakan pada soalnya?
SR2-04 Banyak kancing baju yang dibutuhkan untuk menentukan pola
gambar ke (5) dari pola gambarnya kak.
P-05 Jadi bagaimana carata dapatkan pola ke (5)nya?
SR2-05 17 ditambah 4 kak jadi 21, setiap pola ditambah 4.
P-06 Oke dek, selanjutnya untuk bagian (b).
Bagaimana carata dapatkan pola gambar ke (10)nya?
SR2-06 Pake rumus a + (n – 1) b.
P-07 “a” itu apa? “n” itu apa? “b” itu apa?
SR2-07 “a” itu banyak kancing baju pola pertama kak, “n” itu yang di
cari kak, “b” itu bedanya kak
P-08 Jadi berapa hasilta?
SR2-08 56 kak
P-09 Yakin mki benar jawabanta?
SR2-09 Iye kak (sambil melihat jawabannya)
P-10 Kalau pola ke (35) bagaimana carata dapat?
SR2-10 Samaji kak, pake rumus a + (n – 1) b.
P-11 Yakin mki juga jawabanta dek?
SR2-11 Iye kak yakinma (sambil melihat jawabannya)
P-12
Ohiye oke dek.
Selanjutnya perhatikanki dulu pola gambarnya dek, menurutta
apa saja yang diketahui dari pola gambarnya?
SR2-12 Yang diketahui adalah pola bilangan
P-13 Apa saja dek pola-polanya?
SR2-13 Pola kesatu = 5, pola kedua = 9, pola ketiga = 13, pola keempat
= 17.
P-14 Masih ada dek?
SR2-14 Dari pola satu ke pola berikutnya ditambah 4 kak.
P-15 Masih ada?
SR2-15 Tidak adami kak.
P-16 Oke. Selanjutnya ada kaitannya pola gambarnya dengan materi
yang pernah kita pelajari?
SR2-16 Iye ada kak
P-17 Apa kaitannya dek?
SR2-17 Materinya itu dapat diselesaikan dengan ditambah 4 kak
P-18 Masi ada jawaban lainta?
SR2-18 Tidak ada kak, tdk pahamka (ketawa)
P-19 Iye pale dek (ketawa).
Kalau pengertiannya barisan bisaki jelaskan?
SR2-19 Iye kak, barisan itu gambar membentuk garis aritmetika dan
selisihnya 4
P-20 Ada lagi dek?
SR2-20 Tidak adami kak
P-21 Iye. Yang terakhir dek. Coba ceritakan yang kita dapatkan dari
mulai pertanyaan (a) sampai (f)
SR2-21 Selisihnya 4 kak
P-22 Masih ada dek
SR2-22 Ituji kak
P-23 Iye pale dek, makasih nah atad waktunya
SR2-23 Iye kak sama-sama
P-24 Selamat malam dek
SR2-24 Malam kak
LAMPIRAN D
D.1 DOKUMENTASI
D.2 IZIN MENELITI
D.3 VALIDASI
D.4 PERSURATAN
D.1 Dokumentasi
D.2 Izin Meneliti
D.3 Validasi
D.4 Persuratan
RIWAYAT HIDUP
Masnaeni Alam Sudmar dilahirkan di Ujung
Pandang pada tanggal 30 Oktober 1997, dari pasangan
Ayahanda Sudirman Pasla (rahimahullah) dan Ibunda
Maryam. Penulis pernah menihbah ilmu di TK Islam
Terpadu Wihdatul Ummah tahun 2002 hingga 2004,
selanjutnya di SD Islam Terpadu Wihdatul Ummah
pada tahun 2004 hingga 2010, kemudian melanjutkan pendidikan di MTs Negeri
Model Makassar tahun 2010 hingga 2013, selanjutnya melanjutkan di MAN 2
Model Makassar pada tahun 2013 hingga 2016. Pada tahun yang sama (2016),
penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.