makalah pemahaman konsep

Upload: age-castaneda

Post on 10-Oct-2015

425 views

Category:

Documents


72 download

DESCRIPTION

Deskripsi Kemampuan pemahaman Konsep matematika

TRANSCRIPT

  • ANALISIS PENELITIAN YANG RELEVAN TENTANG

    MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

    SISWA

    MAKALAH

    Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Matematika

    Diasuh Oleh: Dr. H. Iskandar Zulkarnain, M. Si, Dra. R. Ati Sukmawati, M. Kom,

    Dra. Hj. Noor Fajriah, M. Si, Yuni Suryaningsih, M. Pd

    Oleh:

    Agung Handoko

    NIM. A1C111037

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    MARET 2014

  • i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan karena berkat rahmat dan karunia-Nya

    penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis Penelitian

    Pendidikan Matematika Di Indonesia Tentang Meningkatkan Pemahaman Konsep

    Matematis Siswa .

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar pendidikan

    matematika.

    Dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini tidak lepas dari bantuan

    dan masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Bapak Dr. H. Iskandar Zulkarnain, M. Si.

    2. Ibu Dra. R. Ati Sukmawati, M. Kom.

    3. Ibu Dra. Hj. Noor Fajriah, M. Si.

    4. Ibu Yuni Suryaningsih, M. Pd.

    5. Rekan-rekan yang telah membantu penulisan makalah ini.

    Akhir kata, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis

    harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat,

    khususnya bagi pembaca.

    Banjarmasin, Maret 2014

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 3

    1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3

    1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 4

    2.1 Definisi Pemahaman dan konsep ........................................................................ 4

    2.2 Teori Belajar yang Melandasi Proses Perolehan Konsep ................................... 6

    2.2.1 Teori belajar Kontruktivistik ....................................................................... 6

    2.2.2 Teori belajar menurut Jerome S. Bruner ..................................................... 7

    2.2.3 Teori belajar menurut Jean Piaget ............................................................... 8

    2.3 Pemahaman Konsep Matematika ........................................................................ 9

    2.4 Indikator Pemahaman Konsep .......................................................................... 11

    2.5 Pembelajaran Matematika Untuk Kemampuan Pemahaman Konsep ............... 14

    BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 16

    BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 25

    4.1 SIMPULAN ...................................................................................................... 25

    4.2 SARAN ............................................................................................................. 25

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 26

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Matematika adalah suatu ilmu yang sudah dipelajari mulai dari TK, SD,

    SMP, hingga SMA, Perlunya mata pelajaran matematika ini untuk membekali

    siswa berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja

    sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan

    memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi sehingga bermanfaat dalam

    kehidupan sehari-hari, namun sebagian besar siswa menganggap matematika itu

    tergolong pelajaran yang sulit, bahkan tidak sedikit siswa yang menghindari

    pelajaran matematika, hal demikian terjadi karena siswa kurang memahami konsep

    dalam matematika ketika mempelajari matematika itu sendiri, siswa lebih mengenal

    bahwa matematika adalah hal yang rumit, berhubungan dengan lambang-lambang

    yang abstrak bahkan operasi matematika yang menakutkan.

    Kenyataan yang terjadi di lapangan, proses pembelajaran matematika di

    kelas umumnya menggunakan model pembelajaran ekspositori yang didominasi

    dengan metode caramah, sehingga siswa kurang optimal didorong untuk

    mengembangkan kemampuan berpikir sehingga pembelajaran matematika

    cenderung teacher-centered. Pembelajaran tersebut hanya diarahkan kepada

    kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa mengingat dan

    menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang

    diingatnya . Oleh karena itu sebaiknya siswa diberi kesempatan seluas-luasnya

  • 2

    untuk membangun pengetahuan mereka sendiri dalam memahami konsep dalam

    matematika melalui pengetahuan sebelumnya yang telah mereka pelajari sehingga

    proses pemahaman siswa selalu berkembang secara terus menerus, siswa sebaiknya

    diajak mengalami secara langsung bagaimana kegiatan matematika dalam

    kehidupan sehari-hari agar siswa dapat memaknai manfaat matematika dalam

    kehidupan.

    Pemahaman konsep matematik adalah salah satu tujuan penting dalam

    pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada

    siswa bukan hanya sebagai hafalan. Sejalan dengan itu (NCTM, 2000) menyatakan

    bahwa Pemahaman konseptual merupakan komponen penting pengetahuan yang

    dibutuhkan untuk menangani masalah baru. Pemahaman konsep matematika yang

    rendah mengakibatkan siswa kurang dapat menggunakan konsep tersebut jika

    diberika persoalan yang lebih kompleks.

    Untuk mencapai pemahaman konsep peserta didik dalam matematika

    bukanlah suatu hal yang mudah, karena pemahaman terhadap suatu konsep

    matematika dilakukan secara individual. Setiap peserta didik mempunyai

    kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep konsep matematika. Namun

    demikian peningkatan pemahaman konsep matematika perlu diupayakan demi

    keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi

    permasalah tersebut, guru dituntut untuk profesional dalam merencanakan dan

    melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain

    pembelajaran matematika dengan metode, teori atau pendekatan yang mampu

    menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar.

  • 3

    Berdasarkan pemikiran tersebut, dalam makalah ini panulis mengambil

    judul Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang akan

    dibahas yaitu Cara apa yang efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep

    matematis siswa ?.

    1.3 Tujuan Penulisan

    Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah

    ini adalah untuk mengetahui cara yang efektif untuk meningkatkan pemahaman

    konsep matematis siswa.

    1.4 Manfaat Penulisan

    Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

    semua pihak, khususnya kepada guru maupun calon guru untuk menambah

    pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis

    siswa.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Pemahaman dan konsep

    Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu

    agar siswa mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya.

    Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena

    dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur.

    Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata

    paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Kemampuan memahami

    bisa juga disebut mengerti. Sementara menurut Hamzah B. Uno (Saffrine, 2012)

    mengartikan pemahaman sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan,

    menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri

    tentang pengetahuan yang diperolehnya. Selanjutnya Menurut Sudijono

    (Nurfarikhin, 2010) menyatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang

    untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

    Berdasarkan pengertian pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa

    pemahaman adalah suatu cara yang sistematis dalam mengartikan, menafsirkan,

    menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri setelah sesuatu

    itu diketahui dan diingat.

  • 5

    Menurut erbes hilgard (Toha, 2011) ada enam ciri dari belajar yang

    mengandung pemahaman, yaitu:

    1. Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar,

    2. Pemahaman dipengaruhi pengalaman belajar yang lalu,

    3. Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi,

    4. Pemahaman didahului oleh usaha-usaha coba-coba,

    5. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi, dan

    6. Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi yang lain.

    Setiap materi pembelajaran matematika berisi sejumlah konsep yang harus

    disukai siswa. Sedangkan konsep Menurut Isaack (hartoyo, 2010) adalah suatu

    istilah pengungkapan abstrak yang digunakan untuk mengklasifikasikan atau

    mengkatagorikan satu kelompok dari suatu benda, gagasan atau peristiwa.

    Sementara Rosser (Dahar, 2011) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi

    yang mewakili satu kelas obyek-obyek kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan

    yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Selanjutnya Sudojo (Dewiatmini,

    2010) mengatakan konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan kita

    mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa itu termasuk atau tidak ke

    dalam ide abstrak tersebut.

    Berdasarkan gagasan-gagasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep

    adalah suatu abstraksi atau gagasan yang mewakili ciri-ciri umum suatu/kumpulan

    obyek atau peristiwa dengan ciri-ciri tertentu.

  • 6

    2.2 Teori Belajar yang Melandasi Proses Perolehan Konsep

    2.2.1 Teori belajar Kontruktivistik

    Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan

    mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang

    sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Teori

    Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu

    tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran

    behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat

    mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai

    kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi

    makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme

    sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan

    kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalamandemi pengalaman.

    Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

    Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya

    memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif

    membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat

    memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri kesempatan kepada

    siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar

    siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakanstrategi mereka sendiri untuk

    belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat

    pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis

    dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri (Riyanto, 2012).

  • 7

    Dalam teori belajar konstruktivistik ciri khas belajar kontruktivis adalah

    peserta didik harus menemukan dan mengubah informasi yang kompleks menjadi

    sederhana dan bermakna.

    Suparno (1997) mengidentifikasi prinsip-prinsip kontruktivis dalam belajar

    yakni sebagai berikut;

    1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun

    sosial.

    2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pengajar kepada pembelajar,

    kecuali dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar.

    3. Murid aktif mengkonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi

    perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai

    dengan konsep ilmiah.

    4. Pengajar sekedar membantu pembelajar dengan menyediakan sarana dan

    situasi agar proses konstruksi pebelajar berlangsung secara efektif dan

    efisien.

    2.2.2 Teori belajar menurut Jerome S. Bruner

    Jerome S. Bruner (Dahar, 2011) mengembangkan teori belajar yang dikenal

    dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa

    belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,

    dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner dalam teorinya

    menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran

    diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok

  • 8

    bahasan yang diajarkan (Tim MKPBM, 2001). Bruner juga berpendapat bahwa

    tujuan pendidikan bukan hanya untuk memperbesar dasar pengetahuan siswa, tetapi

    juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan) dan

    discovery (penemuan).

    Dahar (2011) mengatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dengan

    belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu

    bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat, bila dibandingkan

    dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar

    penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya.

    Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif

    seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara

    menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk

    berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-

    keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa

    pertolongan orang lain.

    2.2.3 Teori belajar menurut Jean Piaget

    Piaget berpendapat bahwa setiap anak mengembangkan kemampuan

    berpikirnya menurut tahapan yang teratur. Proses berpikir anak merupakan suatu

    aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju

    abstrak. Menurut Piaget (Huda, 2013), seorang anak akan mencari keseimbangan

    antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang

    diperolehnya.

  • 9

    Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget (Dahar, 2011) dalam

    pembelajaran adalah sebagai berikut:

    (a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu,

    guru dalam mengajar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara

    berpikir anak.

    (b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

    dengan baik. Guru harus membantu anak, mengakomodasikan agar anak dapat

    berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

    (c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan sebagai bahan baru

    tetapi tidak asing.

    (d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

    (e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara

    dan diskusi dengan teman-temannya.

    2.3 Pemahaman Konsep Matematika

    Dalam proses belajar mengajar, mencapai suatu tujuan belajar merupakan

    aspek penting. Tujuan dalam proses belajar mengajar adalah agar siswa mampu

    memahami sesuatu yang diajarkan berdasarkan pengalaman yang telah dialaminya.

    Pada setiap pembelajaran diusahakan lebih ditekankan pada penguasaan konsep

    agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang

    lain seperti penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah.

    Tim Penyusun (Kusumaningtiayas, 2011) menyatakan pemahaman konsep

    adalah kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami definisi, pengertian,

  • 10

    ciri khusus, hakikat, inti/isi dari suatu materi dan kompetensi dalam melakukan

    prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.

    Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat

    mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran

    dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau

    mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari

    suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat

    yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama.

    Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan definisi pemahaman konsep

    adalah Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengemukakan kembali ilmu

    yang diperolehnya baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan kepada orang

    sehingga orang lain tersebut benar-benar mengerti apa yang disampaikan.

    Mengingat pentingnya pemahaman konsep tersebut, Menurut Hiebert dan

    Carpenter (Dafril: 2011). Pengajaran yang menekankan kepada pemahaman

    mempunyai sedikitnya lima keuntungan, yaitu:

    1. Pemahaman memberikan generative artinya bila seorang telah memahami

    suatu konsep, maka pengetahuan itu akan mengakibatkan pemahaman yang

    lain karena adanya jalinan antar pengetahuan yang dimiliki siswa sehingga

    setiap pengetahuan baru melaui keterkaitan dengan pengetahuan yang sudah

    ada sebelumnya.

    2. Pemahaman memacu ingatan artinya suatu pengetahuan yang telah

    dipahami dengan baik akan diatur dan dihubungkan secara efektif dengan

    pengetahuan-pengetahuan yang lain melalui pengorganisasian skema atau

  • 11

    pengetahuan secara lebih efisien di dalam struktur kognitif berfikir sehingga

    pengetahuan itu lebih mudah diingat.

    3. Pemahaman mengurangi banyaknya hal yang harus diingat artinya jalinan

    yang terbentuk antara pengetahuan yang satu dengan yang lain dalam

    struktur kognitif siswa yang mempelajarinya dengan penuh pemahaman

    merupakan jalinan yang sangat baik.

    4. Pemahaman meningkatkan transfer belajar artinya pemahaman suatu

    konsep matematika akan diperoleh siswa yang aktif menemukan keserupaan

    dari berbagai konsep tersebut. Hal ini akan membantu siswa untuk

    menganalisis apakah suatu konsep tertentu dapat diterapkan untuk suatu

    kondisi tertentu.

    5. Pemahaman mempengaruhi keyakinan siswa artinya siswa yang memahami

    matematika dengan baik akan mempunyai keyakinan yang positif yang

    selanjutnya akan membantu perkembangan pengetahuan matematikanya.

    2.4 Indikator Pemahaman Konsep

    Mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika maka

    perlu diadakan penilaian terhadap pemahaman konsep dalam pembelajaran

    matematika. Tentang penilaian perkembangan anak didik dicantumkan indikator

    dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika.

  • 12

    Indikator pencapaian pemahaman konsep menurut Wardhani (Maulida,

    2014) adalah:

    1. Menyatakan ulang sebuah konsep

    2. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya,

    3. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep,

    4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis,

    5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep,

    6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu,

    7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

    Sejalan dengan pendapat di atas Tim PPPG Matematika 2005:86 (Dafril,

    2011) menyatakan Indikator pemahaman konsep tersebut adalah:

    1) Kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa

    untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan

    kepadanya;

    Contoh: pada saat siswa belajar maka siswa mampu menyatakan ulang

    maksud dari pelajaran itu.

    2) Kemampuan mengklafikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai

    dengan konsep adalah kemampuan siswa mengelompokkan suatu objek

    menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam materi.

    Contoh: siswa belajar suatu materi dimana siswa dapat mengelompokkan

    suatu objek dari materi tersebut sesuai sifat-sifat yang ada pada konsep.

    3) Kemampuan member contoh dan bukan contoh adalah kemampuan siswa

    untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi.

  • 13

    Contoh: siswa dapat mengerti contoh yang benar dari suatu materi dan dapat

    mengerti yang mana contoh yang tidak benar

    4) Kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi

    matematika adalah kemampuan siswa memaparkan konsep secara berurutan

    yang bersifat matematis.

    Contoh: pada saat siswa belajar di kelas, siswa mampu

    mempresentasikan/memaparkan suatu materi secara berurutan.

    5) Kemampuan mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu

    konsep adalah kemampuan siswa mengkaji mana syarat perlu dan mana

    syarat cukup yang terkait dalam suatu konsep materi.

    Contoh: siswa dapat memahami suatu materi dengan melihat syarat-syarat

    yang harus diperlukan/mutlak dan yang tidak diperlukan harus dihilangkan.

    6) Kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu

    adalah kemampuan siswa menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan

    prosedur. Contoh: dalam belajar siswa harus mampu menyelesaikan soal

    dengan tepat sesuai dengan langkah-langkah yang benar.

    7) Kemampuan mengklafikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan

    masalah adalah kemampuan siswa menggunakan konsep serta prosedur

    dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

    Contoh: dalam belajar siswa mampu menggunakan suatu konsep untuk

    memecahkan masalah.

  • 14

    2.5 Pembelajaran Matematika Untuk Kemampuan Pemahaman

    Konsep

    Ditjen PMPTK (Ningsih, 2010: 10), pembelajaran matematika bertujuan

    agar peserta didik:

    1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

    mengaplikasikan algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam

    pemecahan masalah.

    2. Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat, melakukan manipulasi

    matematika dalam membuat generalisai, menyusun bukti dan menjelaskan

    gagasan matematika.

    3. Memecahkan masalah, meliputi kemampuan memahami masalah,

    merancang model matematika, menafsirkan solusi yang diperoleh.

    4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, diagram, untuk memperjelas

    masalah.

    5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

    Susanto (Megawati, 2014: 14) mengatakan bahwa pembelajaran

    matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

    mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan

    berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan

    baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi

    matematika.

    Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu mendefinisikan

    konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep,

  • 15

    mengembangkan kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide, memahami

    bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama lain sehingga terbangun

    pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematik dalam konteks di luar

    matematika. Sedangkan siswa dikatakan memahami prosedur jika mampu

    mengenali prosedur (sejumlah langkah-langkah dari kegiatan yang dilakukan)

    yang didalamnya termasuk aturan algoritma atau proses menghitung yang benar.

  • 16

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Penelitian Terdahulu yang Relevan

    Hasil penelitian terdahulu yang relevan Berkaitan dengan

    meningkatkan pemahaan konsep matematis siswa antara lain sebagai berikut.

    1) Lestari (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran

    problem possing tipe post solution possing terhadap peningkatan pemahaman

    konsep matematika siswa SMP, hasil penelitian menunjukan bahwa

    penggunaan model pembelajaran problem possing tipe post solution possing

    berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep matematika siswa kelas

    VII SMP Terpadu Maarif Muntilan. Dapat dilihat dari Rata-rata pencapaian

    kemampuan pemahaman konsep akhir (posttest) untuk kelompok eksperimen

    adalah 79,85% Sedangkan rata-rata pencapaian kemampuan pemahaman

    konsep akhir (posttest) untuk kelompok kontrol adalah 74,43%.

    2) Nuraeni (2011) meneliti pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan tipe

    the power of two untuk meningkatkan pemahaman matematik siswa Madrasah

    Tsanawiyah. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kemampuan pemahaman

    matematik siswa yang pembelajarannya mengunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pada yang menggunakan model

    pembelajaran tipe the power of two. Dapat dilihat dari hasil data rata-rata tes

    awal dan tes akhir ternyata menunjukan adanya suatu perbedaan nilai yang

  • 17

    diperoleh siswa yang belajarnya dengan menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe Jigsaw dan tipe The Power of Two, kelompok kelas tipe Jigsaw

    mempunyai nilai yang lebih dari pada kelas yang menggunakan tipe The Power

    of Two. Hasil pretest dan postest tertera pada tabel dibawah ini.

    Kelas Rata-tara nilai pretest Rata-rata nilai post-test

    Jigsaw 51,0 72,7

    The power of two 50,0 72,0

    3) Salastianto (2012) dalam skripsinya yang berjudul "pengaruh pembelajaran

    dengan pendekatan penemuan terbimbing dalam setting pembelajaran

    kooperatif tipe team-asssisted individualization (TAI) terhadap peningkatan

    kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII MTs P Dipenegoro

    Salaman Magelang tahun pelajaran 2012/2013 materi pokok faktorisasi suku

    aljabar. Dari hasil posttest diperoleh hasil pemahaman konsep yang meningkat

    pada kelas eksperimen. Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan

    terlampauinya 4 dari 7 indikator pemahaman konsep. Sedangkan pada kelas

    kontrol, hanya satu indikator yang terlampaui. Itu menunjukkan bahwa

    pembelajaran pada kelas eksperimen membawa perubahan terhadap

    peningkatan pemahaman konsep siswa. Sedangkan pembelajaran pada kelas

    kontrol kurang.

    4) Aini (2012) meneliti tentang efektifitas model pembelajaran kooperatif Tipe

    Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Team Assisted

  • 18

    Individualzation (TAI) ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa SMP

    pada materi faktorisasi suku aljabar. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa :

    1) model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman

    konsep matematika peserta didik; 2) model pembelajaran kooperatif tipe TAI

    efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika perta didik; 3) model

    pembelajaran kooperatif tipe TAI tidak lebih efektif dibandingkan dengan

    model kooperatif tipe STAD ditinjau dari pemahaman konsep matematika

    peserta didik. Penelitian ini menggunakan 5 indikator pemahaman konsep.

    Terlihat dari rata rata nilai posttest kelas TAI pada indikator ke-1,2,3 dan 4

    lebih tinggi daripada rata rata kelas STAD. Kemudian pada indikator ke-5, rata

    rata nilai posttest kelas STAD lebih tinggi daripada kelas TAI.

    5) Maulida (2014) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Model Penemuan

    Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP

    Negeri 6 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013/2014. Melalui tes evaluasi akhir,

    diperoleh hasil pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol.

    Rangkuman hasil pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kontrol

    disajikan pada tabel distribusi berikut:

    Tabel Distribusi frekuensi hasil pemahaman konsep siswa kelas eksperimen

    dan kontrol

    Nilai

    Kelas

    Eksperimen

    Kelas

    Kontrol Keterangan

    f % f %

    95,00 12 41,38 2 5,88 Istimewa

    80,00-94,99 8 27,59 14 41,18 Amat Baik

    65,00-79,99 3 10,34 10 29,41 Baik

    55,00-64,99 2 6,90 3 8,82 Cukup

    40,00-54,99 2 6,90 4 11,76 Kurang

  • 19

    < 40,00 2 6,90 1 2,94 Amat Kurang

    Jumlah 29 100 34 100

    Bila dianalisis lebih lanjut diperoleh nilai rata-rata siswa kelas eksperimen

    berada pada kualifikasi amat baik, sedangkan rata-rata siswa kelas kontrol

    berada pada kualifikasi baik.

    6) Naim (2012) melakukan penelitian tentang efektifitas pembelajaran matematika

    dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode teams games

    tournament (TGT) terhadap pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa.

    Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pembelajaran matematika dengan

    menggunakan pendekatan kontekstual melalui metode teams games tournament

    (TGT) efektif terhadap pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa. Dilihat

    dari rata-rata nilai post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata nilai

    post-test pada kelas kontrol, kemudian rata-rata skor skala motivasi kelas

    eksperimen lebih tinggi dari skor skala motivasi pada kelas control.

    7) Wardani (2013) dalam skripsinya tentang Upaya Meningkatkan Kemampuan

    Pemahaman Konsep Siswa terhadap Materi Segiempat dengan Pendekatan

    Matematika Realistik melalui Model Pembelajaran Group Investigation di SMP

    N 31 Purworejo ditinjau dari perbandingan hasil tes, diperoleh pada siklus I

    hanya sebesar 9,60% atau sekitar 9 orang siswa dari 32 orang siswa yang lulus

    tes sedangkan pada siklus II, berjumlah 53,12% atau sekitar 17 orang dari siswa

    32 orang siswa yang lulus tes. Kemudian ditinjau dari perbandingan tingkat

  • 20

    pemahaman konsep, data yang diperoleh dari hasil tes siklus I ke siklus II

    menunjukkan peningkatan sebesar 4,19% yaitu dari 60,15% menjadi 64,34%.

    Hal ini menunjukan secara keseluruhan pemahaman konsep siswa terhadap

    Materi Segiempat mengalami peningkatan dengan pendekatan matematika

    realistik melalui model pembelajaran Group Investigation.

    8) Setiyawan (2012) melakukan penelitian tentang Upaya Meningkatkan

    Penguasaan Konsep Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Tutor

    Sebaya Dalam Kelompok Kecil. Hasil penelitian menunjukan bahwa

    pemahamn konsep siswa mengalami peningkatan, dapat dilihat dari

    peningkatan persentase rata-rata penguasaan konsep kaidah pencacahan siswa

    dari siklus I ke siklus II masing-masing adalah: (a) aspek mengetahui ciri-ciri

    suatu konsep pada siklus I adalah 75,12% dan siklus II meningkat menjadi

    82,87%. (b) aspek mengenal beberapa contoh dan bukan contoh dari konsep

    tersebut pada siklus I adalah 56,02% dan siklus II meningkat menjadi 78.33%.

    (c) aspek mengenal sejumlah sifat-sifat esensinya pada siklus I adalah

    72,78%dan siklus II meningkat menjadi 85,19%. (d) aspek dapat menggunakan

    konsep itu untuk mendefinisikan konsep lain pada siklus I adalah 57,87% dan

    siklus II meningkat menjadi 72,22%. (e) aspek dapat mengenal hubungan antar

    konsep pada siklus I adalah 71,76% dan siklus II meningkat menjadi 87,04%.

    (f) aspek dapat mengenal kembali konsep itu dalam berbagai situasi pada siklus

    I adalah 56,02% dan siklus II meningkat menjadi 78,33%. (g) aspek dapat

    menggunakan konsep untuk menyelesaikan masalah matematika pada siklus I

  • 21

    adalah 64,47% dan siklus II meningkat menjadi 76,50%. Kemudian

    berdasarkan hasil angket respons siswa, siswa memberikan respons positif

    terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran tutor sebaya dalam

    kelompok kecil.

    9) Penelitian Hartoyo (2010) tentang upaya meningkatkan pemahaman konsep

    luas bangun datar melalui pendekatan kontekstual pada salah satu sekolah dasar

    di kabupaten pemalang menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat

    meningkatkan pemahaman konsep luas bangun datar siswa. Dilihat dari pra

    siklus nilai rerata siswa 65,45 dengan ketuntasan belajar siswa 36,3 %.

    Sedangkan pelaksanaan PTK pada siklus I nilai rerata yang didapat siswa siswa

    73,9 dengan ketuntasan belajar siswa 72,7 %. Sedangkan pelaksanaan PTK

    pada siklus II hasil nilai rerata siswa 84,5 dan ketuntasa belajar siswa 93,9 %.

    Dengan demikian ketuntasan belajar siswa ada kenaikan yang signifikan.

    hal senada pada studi Safrine (2012) di salah satu SMP di kabupaten Sleman

    mengenai efektifitas pembelajaran kontekstual ditinjau dari pemahaman konsep

    siswa pada materi bangun ruang sisi datar. Dilihat dari tabel rata-rata skor tiap

    indikator pemahaman konsep pada hasil posttest kelas eksperimen dan kelas

    kontrol berikut ini.

    Indikator pemahaman

    konsep

    Rata-rata nilai tiap indikator

    Kelas kontrol Kelas eksperimen

    Menyatakan ulang konsep 8,580645 9,2

  • 22

    Memberikan contoh dan

    non contoh dari suatu

    konsep.

    9,048387 9,457143

    Menyajikan konsep

    dalam berbagai bentuk

    representasi matematis.

    6,870968 7,371429

    Mengembangkan syarat

    perlu atau syarat cukup

    suatu konsep.

    7,677419 8,428571

    Memanfaatkan konsep

    untuk memecahkan suatu

    masalah.

    7,193548 7,714286

    Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata tiap indikator pemahaman

    konsep dari dari kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

    10) Metasari (2012) meneliti pengaruh pendekatan investigasi terhadap

    pemahaman konsep pada topik bentuk pangkat di salah satu SMA di Rembang,

    dan menyimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa yang mendapat

    pembelajaran dengan pendekatan investigasi lebih tinggi dari pada siswa yang

    mendapat pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Analisis data hasil

    post test menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen (kelas X-1) mempunyai

    nilai ratarata 7,861 dengan simpangan baku sebesar 1,415; untuk skor aspek

    pemahaman konsep menyatakan ulang sebuah konsep 110, skor menyajikan

    konsep dalam bentuk representasi matematis 30,75; dan skor mengaplikasikan

    konsep atau algoritma pada pemecahan masalah 199 sedangkan pada kelas

    kontrol (kelas X5)mempunyai nilai rata-rata 6,892 dengan simpangan baku

    sebesar 1,287; untuk skor aspek pemahaman konsep menyatakan ulang sebuah

    konsep 89, skor menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis

    30,25; dan skor mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan

  • 23

    masalah 177. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah

    10, sedangkan nilai terendah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-

    turut adalah 3,54 dan 3,75.

    Penelitain 1 sampai 7 mengimplementasikan model pembelajaran

    kooperatif yang saling berbeda tipe. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan

    oleh Hartoyo (2010) dan Safrine (2012) menggunakan pendekatan kontekstual

    sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Metasari (2012) menggunakan

    pendekatan investigasi. Subjek penelitiannya adalah beberapa siswa SMP atau

    MTsN dan SMA. 6 dari 9 peneliti menggunakan metode eksperimen sedangkan

    sisanya menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Hasil penelitan secara

    umum sama yaitu menyatakan bahwa model atau pendekatan yang digunakan

    efektif untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa.

    Tempat dilaksanakannya penelitian bervariasi diantaranya Banjarmasin,

    Yogyakarta, Magelang, pemalang dan Purworejo. Para peneliti juga berasal dari

    berbagai universitas diantaranya Universitas Lambung Mangkurat, Universitas

    Negeri Yogyakarta, dan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Pada penelitian di atas terlihat bahwa tujuh dari sepuluh penelitian yang

    dilakukan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran

    kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kontruktivistik. Hal ini terlihat

    pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari

    pembelajaran Vigotsky bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul

  • 24

    pada percakapan atau kerjasama antar individu tersebut. Implikasi dari teori

    Vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif.

    Hal tersebut sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa teori

    kontruktivistik yang merupakan dasar teori berkembangnya model pembelajaran

    kooperatif sehingga dianggap paling efektif untuk meningkatka pemahaman konsep

    matematis. Model pembelajaran tersebut dapat dilakukan baik di SD, SMP,

    maupun SMA. Sehingga banyak penelitain yang menggunakan model

    pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

  • 25

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 SIMPULAN

    Pemahaman konsep matematik merupakan bagian yang sangat penting

    dalam proses pembelajaran matematika. Pemahaman konsep matematik juga

    merupakan landasan penting untuk menyelesaikan persoalan-persoalan matematika

    maupun persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

    Cara yang efekif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa

    adalah dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif, pendekatan

    kontekstual dan pendekatan investigasi dalam pembelajaran matematika tersebut.

    Model pembelajaran kooperatif paling umum digunakan karena diangap

    paling efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

    4.2 SARAN

    Sebaiknya perlu dilakukan penelitian yang menggunakan model

    pembelajaran kooperatif, pendekatan kontekstual dan pendekatan investigasi

    lainnya dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep

    matematis siswa. Hal tersebut dilakukan agar dapat membandingkan hasil

  • 26

    penelitian yang sudah ada sehingga dapat dipastikan model pembelajaran tersebut

    efektif meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aini, A. I. N. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

    Teams-Achievement Divisions (Stad) dan Team-Assisted Individualization

    (Tai) Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematika Peserta Didik Kelas

    VIII SMP Negeri 3 Wonosari pada Materi Faktorisasi Suku Aljabar. Jurnal

    Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses melalui

    http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/985/43/180. Pada tanggal 4

    Maret 2014.

    Aji, W. R. 2013. Komparasi Metode Penemuan Terbimbing dalam Setting

    Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai dan Metode Ekspositori Terhadap

    Pemahaman Konsep. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Negeri

    Yogyakarta. Diakses melalui

  • 27

    http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/5039/43/560. Pada tanggal 4

    Maret 2014.

    Dafril, A. 2011. Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Peningkatan

    Pemahaman Matematika Siswa. Palembang: Prosiding PGRI. Hlm. 795-

    796.

    Dahar, R. W. 2006. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Erlangga.

    Dewiatmini, P. 2010. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika pada

    Pokok Bahasan Himpunan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 14 Yogyakarta

    dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

    Achievement Divisions (STAD). Skripsi Sarjana. Diakses melalui

    http://eprints.uny.ac.id/2118/1/pramita_dewiatmini.pdf. Pada tanggal 1

    Maret 2014.

    Ditjen PMPTK. 2008. Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran. Jakarta:

    Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK.

    Hartoyo. 2010. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Luas Bangun Datar

    melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SDN Kalisaleh

    Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang. Diakses melalui

    http://eprints.uns.ac.id/6368/1/139111108201003151.pdf. Pada tanggal 5

    Maret 2014.

    Kusumaningtyas, I. H. 2011. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep

    Matematika melalui Pendekatan Problem Posing dengan Pembelajaran

    Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada Siswa

    Kelas Bilingual VIII C SMP N 1 Wonosari. Diakses melalui

    http://eprints.uny.ac.id/1911. Pada tanggal 2 Maret 2014.

    Lestari, A.C.R. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Posing Tipe Post

    Solution Posing Terhadap Peningkatkan Pemahaman Konsep Matematika

    Siswa Kelas VII SMP Terpadu Maarif Muntilan. Skripsi Sarjana. Diakses

  • 28

    melalui http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/3661/43/418. Pada

    tanggal 4 Maret 2014.

    Maulida, T. 2014. Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman

    Konsep Matematika Siswa Kelas Viii Smp Negeri 6 Banjarmasin Tahun

    Pelajaran 2013/2014. Skripsi Sarjana. Universitas Lambung Mangkurat.

    Tidak dipublikasikan.

    Megawati. 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

    (NHT) pada Pemecahan Masalah Matematika di Kelas VIII SMP Negeri 1

    Gambut Tahun Pelajaran 2013-2014. Skripsi Sarjana. Universitas

    Lambung mangkurat. Tidak dipublikasikan.

    Metasari, D. R. 2012. Pengaruh Pendekatan Investigasi terhadap Pemahaman

    Konsep pada Topik Bentuk Pangkat Siswa SMA N 1 Pamotan Rembang.

    Jurnal pendidikan matematika universitas negeri Yogyakarta. Diakses

    melalui http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/5577/43/604. Pada

    tanggal 5 Maret 2014.

    Naim, I. 2012. Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan

    Pendekatan Kontekstual melalui Metode Teams Games Tournament (TGT)

    terhadap Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana.

    Diakses melalui http://digilib.uin-suka.ac.id/8076. Pada tanggal 4 Maret

    2014.

    NCTM (The National Council of Teacher of Mathematics). (2000). Principle and

    standards for school mathematics. Reston VA: NCTM.

    Ningsih, I. W. 2010. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep dalam Matematika

    Siswa melalui Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dengan Media LKS di

    SMP Negeri 2 Depok, Sleman. Diakses melalui

    http://eprints.uny.ac.id/1853. Pada tanggal 3 Maret 2014.

  • 29

    Nuraeni, Y.2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan

    Tipe The Power Of Two untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman

    Matematik Siswa Mts.Skripsi Sarjana. Diakses melalui

    http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2013/01/Yeyen-Nuraeni.pdf. Pada

    tanggal 4 Maret 2014.

    Nurfarikhin, F. 2010. Hubungan Kemampuan Pemahaman Konsep dan

    Kemampuan Penalaran dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada

    Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Peserta Didik Kelas IX MTS NU 24

    Darul Ulum Pidodo Kulon Patebon Kendal. Skripsi Sarjana. Diakses

    melalui http://i library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=21195.

    Pada tanggal 1 Maret 2014.

    Paul Suparno. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidika, (Yogyakarta: Kanisius.

    1997)

    Purniati, T., K. Yulianti dan R. Sispiyati. 2009. Penerapan Model Siklus Belajar

    (Learning Cycle) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa

    Kapita Selekta Matematika. Jurnal Penelitian Vol. 9 No. 1 April 2009.

    Dapat diakses melalui http://jurnal.upi.edu/file/Tia_Purniati.pdf. Pada

    tanggal 4 Maret 2014.

    Sari, A. 2011. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Persamaan Linear Satu

    Variabel Menggunakan Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament

    (Tgt) dengan Pendekatan Kontekstual di Kelas VII E MTS Negeri

    Mulawarman Banjarmasin Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi sarjana.

    Universitas Lambung Mangkurat. Tidak dipublikasikan.

    Safrine, D. P. 2012. Efektivitas Pembelajaran Kontekstual ditinjau dari

    Pemahaman Konsep Siswa Smp N 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta pada

    Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Pendidikan Matematika

    Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses melalui

  • 30

    http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/243/43/180. pada tanggal 5

    Maret 2014.

    Setiawati, E. 2008. Bahasa Indonesia Keilmuan dalam Karya Tulis Ilmiah. Malang.

    Surya Pena Gemilang.

    Setiyawan, A. 2012. Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika Siswa

    melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil. Jurnal

    Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses melalui

    http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/983/43/180. Pada tanggal 4

    Maret 2014.

    Tim Dosen Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unlam, Banjarmasin. 2013. Petunjuk

    Penulisan Karya Ilmiah. Jurusan PMIPA FKIP Unlam, Banjarmasin.

    Tim MKPBM. 2001. Strategi Belajar Mengajar Kontemporer. Universitas

    Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.

    Wardani, D.A. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep

    Siswa terhadap Materi Segiempat Dengan Pendekatan Matematika

    Realistik melalui Model Pembelajaran Group Investigation di SMP N 31

    Purworejo. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta.

    Diakses melalui http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/3856/43/418.

    Pada tanggal 4 Maret 2014.

  • 31