analisis masalah ezi skenario b blok 19.doc
TRANSCRIPT
I. Analisis Masalah
1. Gangguan pendengaran pada telinga kiri, bertambah berat sejak 4 bulan
yang lalu
a. Apa makna klinis gangguan pendengaran yang bertambah berat sejak 4
bulan yang lalu?
Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / NIHL ) adalah
tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama
dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Secara umum bising adalah bunyi
yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85 desibel ( dB ) atau lebih dapat
menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti pada telinga dalam. Sifat
ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi pada kedua telinga. Banyak hal
yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara lain intensitas
bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi, lebih lama terpapar bising, kepekaan
individu dan faktor lain yang dapat menimbulkan ketulian.
Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum bisa
ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran para
pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen.
Sedangkan bagi pihak industri, bising dapat menyebabkankerugian ekonomi karena biaya
ganti rugi. Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan pengawasan terhadap pabrik
dan pemeriksaan terhadap pendengaran para pekerja secara berkala.
Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin
lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh para pekerja, semakin berat
gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut.
2. Tidak rutin menggunakan alat pelindung telinga ketika bekerja di bagian
mekanik pabrik batubara selama 9 tahun
a. Apa jenis alat pelindung telinga yang cocok untuk pekerja di bagian
mekanik pabrik batubara?
Ada tiga jenis alat pelindung pendengaran (hearing protection), yaitu:
1. Ear Plug dimasukkan untuk memblokir saluran telinga. Ear plug berbentuk
premolded (preformed) atau moldable (busa). Ear plug umumnya dijual sebagai
produk sekali pakai (disposable) atau dapat digunakan kembali (reusable).
2. Semi-insert ear plugs à terdiri dari dua ear plug yang dipasang diujung head band.
3. Ear muff Penutup telinga yang terbuat dari bahan yang lembut yang dapat
menurunkan kebisingan dengan cara menutupi semua bagian telinga dan
ditahan/dipegang oleh head band.
Pilihan alat pelindung pendengaran sangat tergantung pada sejumlah faktor termasuk tingkat
kebisingan, kenyamanan, dan kesesuaian alat pelindung pendengaran bagi pekerja dan
lingkungannya. Yang paling penting, alat pelindung pendengaran harus memberikan
pengurangan kebisingan yang diinginkan. Jika paparan kebisingan adalah intermiten, maka
ear muff lebih tepat digunakan dipabrik, karena mungkin kurnag nyaman untuk memasukan
dan mengeluarkan ear plug.
Ear Muff dapat bervariasi berdasarkan bahan, kedalaman penutup, dan kekuatan ikat kepala
(head band). Penutup yang lebih dalam dan lebih berat, akan semakin memberikan
perlindungan yang lebih baik. Ikat kepala harus cukup erat dan kuat untuk mempertahankan
posisi yang stabil, namun tidak terlalu ketat untuk kenyamanan. Di sisi positif, ear muff
biasanya dapat memberikan perlindungan lebih besar dari pada ear plugs. Ear muff lebih
mudah untuk menyesuaikan, umumnya lebih tahan lama dari ear plugs, dan ear muff
memiliki bagian yang dapat diganti. Di sisi negatif, ear muff lebih mahal, dan sering kurang
nyaman daripada ear plugs, khususnya di wilayah kerja panas. Di daerah di mana tingkat
kebisingan yang sangat tinggi, ear muff dan ear plug dapat dipakai bersama-sama untuk
memberikan perlindungan yang lebih baik.
Tabel berikut merangkum perbedaan antara ear plugs dan ear muff:
Ear Plugs Ear Muff
Keuntungan:
kecil dan mudah dibawa
Nyaman untuk digunakan dengan
peralatan perlindungan pribadi lainnya
(bisa dikenakan dengan ear muff)
Keuntungan:
Variabilitas atunuasi antar pengguna
sedikit.
Dirancang sedemikian rupa sehingga
satu ukuran cocok semua ukuran
Llebih nyaman dipakai untuk waktu
yang lama di tempat yang panas atau
lembab.
Nyaman untuk digunakan di daerah
kerja terbatas
kepala.
Mudah terlihat di kejauhan untuk
membantu dalam pemantauan
penggunaan
Tidak mudah salah tempat atau hilang
Dapat dipakai pada pekerja dengan
infeksi telinga ringan
Kerugian:
Mmbutuhkan lebih banyak waktu
untuk menyesuaikan.
Lebih sulit untuk memasukkan dan
mengeluarkan
Memerlukan praktik kebersihan yang
baik
Dapat mengiritasi saluran telinga
Mudah salah penempatan
Lebih sulit untuk melihat dan
memantau penggunaan
Kerugian:
Kurang portable dan lebih berat
Kurang nyaman untuk digunakan
dengan peralatan pelindung pribadi
lainnya.
Kurang nyaman di tempat yang panas
dan lembab.
Kurang nyaman untuk digunakan di
daerah kerja terbatas
Dapat terganggu jika memakai
kacamata keselamatan: aka ada celah
antara seal ear muff dengan kulit
karena terganjal frame kaca mata yang
berakibat penurunan perlindungan
pendengaran
LI
Aspek Klinis:
- Penegakan Diagnosis
Didalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesis yang teliti,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik. Dari anamnesis didapati riwayat penah
bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama,
biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan
kelainan.
Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasil Rinne positip, Weber lateralisasi ke telinga
yang pendengarannya lebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya adalah
tuli sensorineural yang biasanya mengenai kedua telinga.
Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya
terjadi dalam 8 – 10 tahun pertama paparan.5 Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan
tuli sensorineural pada frekwensi tinggi ( umumnya 3000 – 6000 Hz ) dan pada frekwensi
4000 Hz sering terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.
Sedangkan pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( Short Increment Sensitivity Index ),
ABLB ( Alternate Binaural Loudness Balance ) dan Speech Audiometry menunjukkan
adanya fenomena rekrutmen ( recruitment ) yang khas untuk tuli saraf koklea. Untuk
menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bising
dan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan
faktor-faktor berikut :
1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.
2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.
3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.
4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi bising yang
menyebabkan ketulian.
5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja. Pentingnya
mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan melakukan pemeriksaan
audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram menunjukkan ketulian, maka dapat
diperkirakan berkurangnya pendengaran tersebut akibat kebisingan di tempat kerja.
6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non industrial seperti
riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit sebelumnya.
Diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik atau otoskopi telinga, hidung dan
tenggorok, tes pendengarn, yaitu tes bisik, tes garputala dan tes audiometri dan pemeriksaan
penunjang. Tes bisik merupakan suatu tes pendengaran dengan memberikan suara bisik
berupa kata-kata kepada telinga penderita dengan jarak tertentu. Hasil tes berupa jarak
pendengaran, yaitu jarak antara pemeriksa dan penderita di mana suara bisik masih dapat
didengar enam meter. Pada nilai normal tes berbisik ialah 5/6 – 6/6.
Tes garputala merupakan tes kualitatif. Garputala 512 Hz tidak terlalu dipengaruhi suara
bising disekitarnya. Menurut Guyton dan Hall, cara melakukan tes Rinne adalah penala
digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoideus. Setelah tidak terdengar penala
dipegang di depan teling kira-kira 2 ½ cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif. Bila
tidak terdengar disebut Rinne negatif.
Cara melakukan tes Weber adalah penala digetarkan dan tangkai garputala diletakkan di garis
tengah kepala (di vertex, dahi, pangkal hidung, dan di dagu). Apabila bunyi garputala
terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut.
Bila tidak dapat dibedakan ke arah teling mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber
tidak ada lateralisasi.
Cara melakukan tes Schwabach adalah garputala digetarkan, tangkai garputala diletakkan
pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai garputala segera
dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila
pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat
mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya, yaitu garputala diletakkan pada
prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila penderita masih dapat mendengar bunyi
disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama
mendengarnya disebut Schwabach sama dengan pemeriksa (Medicastore, 2006).
Tes audiometri merupakan tes pendengaran dengan alat elektroakustik. Tes ini meliputi
audiometri nada murni dan audometri nada tutur. Audiometri nada murni dapat mengukur
nilai ambang hantaran udara dan hantaran tulang penderita dengan alat elektroakustik. Alat
tersebut dapat menghasilkan nada-nada tunggal dengan frekuensi dan intensitasnya yang
dapat diukur. Untuk mengukur nilai ambang hantaran udara penderita menerima suara dari
sumber suara lewat heaphone, sedangkan untuk mengukur hantaran tulangnya penderita
menerima suara dari sumber suara lewat vibrator.
Manfaat dari tes ini adalah dapat mengetahui keadaan fungsi pendengaran masing-masing
telinga secara kualitatif (pendengaran normal, gangguan pendengaran jenis hantaran,
gangguan pendengaran jenis sensorineural, dan gangguan pendengaran jenis campuran).
Dapat mengetahui derajat kekurangan pendengaran secara kuantitatif (normal, ringan,
sedang, sedang berat, dan berat) (Bhargava, Bhargava dan Shah, 2002).
- Diagnosis Kerja
Tn. Amran, 38 tahun mengalami tuli sensorineural karena terpapar kebisingan selama 9
tahun.
- Manifestasi Klinis
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara ( speech
discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan
kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi,
seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian
biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya
dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.
Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss )
adalah :
1. Bersifat sensorineural
2. Hampir selalu bilateral
3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )
Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.
4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang
signifikan.
5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz,
dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.
6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz
akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun. Selain pengaruh terhadap
pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyai pengaruh non auditory
seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai
memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi
Klasifikasi dan Penyebab Gangguan Pendengaran(konduktif, sensorineural, mix)
Ada tiga jenis gangguan pendengaran, yaitu konduktif, sensorineural, dan campuran.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention ada gangguan pendengaran konduktif
terdapat masalah di dalam telinga luar atau tengah, sedangkan pada gangguan pendengaran
sensorineural terdapat masalah di telinga bagian dalam dan saraf pendengaran. Sedangkan,
tuli campuran disebabkan oleh kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Menurut
WHO-SEARO (South East Asia Regional Office)Intercountry Meeting (Colombo, 2002)
faktor penyebab gangguan pendengaran adalah otitis media suppuratif kronik (OMSK), tuli
sejak lahir, pemakaian obat ototoksik, pemaparan bising, dan serumen prop.
1. Gangguan Pendengaran Jenis Konduktif
Pada gangguan pendengaran jenis ini, transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai
telinga dalam secara efektif. Ini disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal
telinga luar, rantai tulang pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda,
dan tuba auditiva. Pada bentuk yang murni (tanpa komplikasi) biasanya tidak ada kerusakan
pada telinga dalam, maupun jalur persyarafan pendengaran nervus vestibulokoklearis
(N.VIII).
Gejala yang ditemui pada gangguan pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Ada riwayat keluarnya carian dari telinga atau riwayat infeksi telinga sebelumnya.
2. Perasaan seperti ada cairan dalam telinga dan seolah-olah bergerak dengan perubahan
posisi kepala.
3. Dapat disertai tinitus (biasanya suara nada rendah atau mendengung).
4. Bila kedua telinga terkena, biasanya penderita berbicara dengan suara lembut (soft voice)
khususnya pada penderita otosklerosis.
5. Kadang-kadang penderita mendengar lebih jelas pada suasana ramai.
Menurut Lalwani, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, dijumpai ada sekret dalam kanal
telinga luar, perforasi gendang telinga, ataupun keluarnya cairan dari telinga tengah. Kanal
telinga luar atau selaput gendang telinga tampak normal pada otosklerosis. Pada otosklerosis
terdapat gangguan pada rantai tulang pendengaran.
Pada tes fungsi pendengaran, yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara
bisik pada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengandung nada rendah.
Melalui tes garputala dijumpai Rinne negatif. Dengan menggunakan garputala 250 Hz
dijumpai hantaran tulang lebih baik dari hantaran udara dan tes Weber didapati lateralisasi ke
arah yang sakit. Dengan menggunakan garputala 512 Hz, tes Scwabach didapati Schwabach
memanjang (Soepardi dan Iskandar, 2001).
2. Gangguan Pendengaran Jenis Sensorineural
Gangguan pendengaran jenis ini umumnya irreversibel. Gejala yang ditemui pada gangguan
pendengaran jenis ini adalah seperti berikut:
1. Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan penderita
biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang
normal. Perbedaan ini lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari penderita
gangguan pendengaran jenis hantaran, khususnya otosklerosis.
2. Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana
gaduh dibanding suasana sunyi.
3. Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obat-obat ototoksik,
ataupun penyakit sistemik sebelumnya.
Menurut Soetirto, Hendarmin dan Bashiruddin, pada pemeriksaan fisik atau otoskopi, kanal
telinga luar maupun selaput gendang telinga tampak normal. Pada tes fungsi pendengaran,
yaitu tes bisik, dijumpai penderita tidak dapat mendengar percakapan bisik pada jarak lima
meter dan sukar mendengar kata-kata yang mengundang nada tinggi (huruf konsonan).
Pada tes garputala Rinne positif, hantaran udara lebih baik dari pada hantaran tulang. Tes
Weber ada lateralisasi ke arah telinga sehat. Tes Schwabach ada pemendekan hantaran
tulang.
3. Gangguan Pendengaran Jenis Campuran
Gangguan jenis ini merupakan kombinasi dari gangguan pendengaran jenis konduktif dan
gangguan pendengaran jenis sensorineural. Mula-mula gangguan pendengaran jenis ini
adalah jenis hantaran (misalnya otosklerosis), kemudian berkembang lebih lanjut menjadi
gangguan sensorineural. Dapat pula sebaliknya, mula-mula gangguan pendengaran jenis
sensorineural, lalu kemudian disertai dengan gangguan hantaran (misalnya presbikusis),
kemudian terkena infeksi otitis media. Kedua gangguan tersebut dapat terjadi bersama-sama.
Misalnya trauma kepala yang berat sekaligus mengenai telinga tengah dan telinga dalam
(Miyoso, Mewengkang dan Aritomoyo, 1985).
Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen gejala gangguan
pendengaran jenis hantaran dan sensorineural. Pada pemeriksaan fisik atau otoskopi tanda-
tanda yang dijumpai sama seperti pada gangguan pendengaran jenis sensorineural. Pada tes
bisik dijumpai penderita tidak dapat mendengar suara bisik pada jarak lima meter dan sukar
mendengar kata-kata baik yang mengandung nada rendah maupun nada tinggi. Tes garputala
Rinne negatif. Weber lateralisasi ke arah yang sehat. Schwabach memendek (Bhargava,
Bhargava and Shah, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21550/4/Chapter%20II.pdf diakses pada
tanggal 31 Agustus 2015
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28089/5/Chapter%20I.pdf diakses pada
tanggal 31 Agustus 2015
http://healthsafetyprotection.com/alat-pelindung-pendengaran-hearing-protection/ diakses
pada tanggal 31 Agustus 2015