analisis lkpd bekasi 2004

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, yang terletak di lingkungan megapolitan Jabodetabek, dan menjadi kota terbesar kelima di Indonesia. Kota bekasi merupakan kota tujuan masyarakat urban dan saat ini berkembang menjadi kawasan industri. Secara geografis, kota bekasi berada pada ketinggian 19 meter di atas permukaan laut. Kota ini berada di sebelah timur DKI Jakarta dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, dan Kota Depok. Dilihat dari kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), keberadaan kawasan industri di kota ini mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonominya. Keadaan Kota Bekasi yang seperti itu, dibutuhkan adanya inoformasi mengenai keadaan keuangan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk perkembangan pemerintahan daerah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan 1

Upload: herder-bukan-biasa

Post on 24-Jul-2015

282 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis LKPD Bekasi 2004

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di Provinsi Jawa

Barat, yang terletak di lingkungan megapolitan Jabodetabek, dan menjadi kota

terbesar kelima di Indonesia. Kota bekasi merupakan kota tujuan masyarakat

urban dan saat ini berkembang menjadi kawasan industri. Secara geografis, kota

bekasi berada pada ketinggian 19 meter di atas permukaan laut. Kota ini berada di

sebelah timur DKI Jakarta dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor,

Kabupaten Bekasi, dan Kota Depok. Dilihat dari kontribusinya terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD), keberadaan kawasan industri di kota ini mampu

menjadi mesin pertumbuhan ekonominya.

Keadaan Kota Bekasi yang seperti itu, dibutuhkan adanya inoformasi

mengenai keadaan keuangan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk

perkembangan pemerintahan daerah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia

dihadapkan oleh kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan intensitas mereka

masing-masing, tak terkecuali dalam ruang lingkup yang lebih besar seperti dalam

bisnis maupun pemerintahan. Dalam bisnis, posisi keuangan yang ditunjukkan

oleh laporan keuangan sangat berperan dalam melaksanakan rumah tangga

perusahaan tersebut. Sama halnya dengan pemerinatahan yang memiliki ruang

lingkup lebih luas seperti pada pemerintah Kota Bekasi. Laporan keuangan

merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan disusun untuk

menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh

1

Page 2: Analisis LKPD Bekasi 2004

transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode

pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi

(pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan) dengan anggaran yang telah

ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu

entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan

perundang-undangan.

Sejak otonomi daerah pada tahun 2004, Pelaporan keuangan di Indonesia

disusun mulai pada lini terkecil pada pemerintahan, seperti halnya di lingkungan

pemerintah Kota Bekasi. Penyusan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

(LKPD) harus dapat memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan

pemerintah daerah untuk bahan acuan kondisi keuangan dan perekonomian

pemerintah daerah tersebut. Untuk mengetahui baik buruknya kondisi keuangan

Kota Bekasi, maka penulis ingin menganalisis lebih dalam tentang kondisi

keuangan Kota Bekasi, maka penulis menyusun makalah ini dengan mengusung

judul: “Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bekasi Tahun Anggaran

2004”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diangkat adalah tentang bagaimana kondisi keuangan Pemerintah Kota Bekasi

pada tahun anggaran 2004 dan apakah kondisi tersebut menujukkan kinerja

perekonomian Pemerintah Kota Bekasi yang baik (positif).

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat, maka tujuan penulisan

makalah ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kondisi keuangan

2

Page 3: Analisis LKPD Bekasi 2004

pemerintah Kota Bekasi pada tahun anggaran 2004 serta untuk mengetahui

apakah kondisi tersebut menujukkan kinerja perekonomian Pemerintah Kota

Bekasi yang baik (positif).

1.4. Manfaat Penulisan

Dari penulisan makalah ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat antara

lain:

1. Manfaat bagi Akademisi

Sebagai sarana pembelajaran mengenai laporan keuangan pemerintah

daerah dan analisnya sehingga dapat mengetahui baik atau buruknya kondisi

keungan suatu daerah, terutama dalam lingkungan Pemerintah Kota Bekasi.

2. Manfaat bagi Pemerintah

Sebagai acuan pemerintah khususnya Pemerintah Kota Bekasi terhadap

kinerja ekonomi pada tahun 2004 untuk dapat mengevaluasi kinerja ekonomi

pemerintah kota Bekasi dan dapat dijadikan refleksi untuk memperbaiki kinerja

pada tahun-tahun berikutnya.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi mengenai kinerja ekonomi pemerintah Kota

Bekasi untuk dapat dijadikan acuan bagi masyarakat untuk perkembangan

ekonomi masyarakat itu sendiri khususnya masyarakat Kota Bekasi.

3

Page 4: Analisis LKPD Bekasi 2004

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Laporan Keuangan Pemerintah

Selama 60 tahun Indonesia merdeka, keuangan negara ini dikelola dengan

sebuah aturan yang diterbitkan oleh Belanda pada tahun 1864.  Hingga tahun

2004, keuangan negara dikelola berdasarkan Indonesische Comptabiliteitswet

(ICW) Stbl. 1864 No. 106, dan diundangkan lagi teksnya yang telah diperbaharui

untuk ketiga kalinya dalam Stbl. 1925 Nomor 448, selanjutnya diubah dan

diundangkan dalam Lembara Negara 1954 Nomor 6, Nomor 49 Tahun 1955, dan

terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 tahun 1968.

Walaupun saat itu belum ditetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP), bukan berarti dalam pengelolaan keuangan negara tidak dilakukan

pencatatan sama sekali, selama ini pencatatan transaksi keuangan dilakukan

dengan metode pencatatan tunggal (single entry) sebagaimana yang dahulu

banyak dianut oleh negara-negara kontinental (Eropa). Jadi, meskipun tidak secara

resmi dikatakan sebagai SAP, Indonesia sebenarnya sudah memiliki Sistem

Akuntansi Pemerintahan sejak dulu, hanya saja sistem yang digunakan pada saat

itu dapat dikatakan sebagai akuntansi tradisional yang hanya menghasilkan

laporan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja dengan perhitungan yang

cukup sederhana.

Atas kerjasama berbagai pihak terkait, akhirnya pada tanggal 13 Juni 2005

terbit Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun

4

Page 5: Analisis LKPD Bekasi 2004

2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara. Terbitnya SAP untuk pertama kalinya adalah

Reformasi Akuntansi Pemerintahan Tahap Pertama.

Basis Akuntansi Pemerintahan

Reformasi akuntansi pemerintahan tahap pertama berhasil menerbitkan

SAP berbasis cash toward accrual atau disebut juga semi akrual, dimana laporan

keuangan menerapkan basis kas untuk pos-pos Laporan Realisasi Anggaran dan

Basis Akrual untuk pos-pos Neraca.  Secara sederhana Basis kas dapat diartikan

pencatatan transaksi ketika kas benar-benar diterima atau dikeluarkan oleh suatu

entitas, sedangkan basis akrual adalah pencatatan transaksi ketika transaksi itu

terjadi walaupun kas belum diterima atau dikeluarkan secara nyata.  Oleh karena

SAP menerapkan kedua basis tersebut, maka disebut semi akrual.

1.2. Pengelolaan Keuangan Daerah

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi

keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi

keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas

pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi

keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk

menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan

kepada pemerintah, dengan:

5

Page 6: Analisis LKPD Bekasi 2004

a. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan

ekuitas dana pemerintah;

b. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;

c. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber

daya ekonomi;

d. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

e. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya

dan memenuhi kebutuhan kasnya;

f. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

g. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas

pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan prediktif

dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi

besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan, sumber

daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan

ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi

pengguna mengenai indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan

sesuai dengan anggaran dan indikasi apakah sumber daya diperoleh dan

digunakan sesuai dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

6

Page 7: Analisis LKPD Bekasi 2004

Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan

informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: aset; kewajiban; ekuitas dana;

pendapatan; belanja; transfer; pembiayaan; dan arus kas.

Laporan Keuangan SKPD

Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna

Anggaran menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD pada SKPD yang bersangkutan. Laporan keuangan yang

dihasilkan oleh SKPD selaku pengguna anggaran adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran,

2. Neraca, dan

3. Catatan atas Laporan Keuangan.

1.3. Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Bekasi

Sebagai kawasan industri, Kota Bekasi membutuhkan adanya inoformasi

mengenai keadaan keuangan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk

perkembangan pemerintahannya. Dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih

dari 97 milyar rupiah ditambah dengan pendapatan lainnya, pemasukan Kas Kota

Bekasi lebih dari 600 milyar rupiah. Belanja daerah mencapai lebih dari 460

milyar rupiah dan pengeluaran lainnya termasuk pembiayaan-pembiayaan,

menyebabkan kenaikan kas (surplus) sebesar hamper 40 milyar rupiah.

Angka-angka dalam laporan keuangan Kota Bekasi yang

sedemikianbesarnya, membutuhkan pengelolaan keuangan yang ketat namun tetap

transparan. Pelaporan keuangan harus disusun dengan jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan. Laporan keuangan harus berisi tentang semua aktivitas-

aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bekasi. Kota Bekasi telah

7

Page 8: Analisis LKPD Bekasi 2004

dapat mengelola keuangan daaerahnya yang tercermin dari penyusunan laporan

keuangan (2004) yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan, serta dapat

dijadikan acuan untuk analisis selanjutnya.

1.4. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang terkandung dalam

laporan keuangan suatu instansi, maka perlu dilakukan analisis. Dengan

melakukan analisis akan diketahui kontribusi dan sumbangan masing-masing

komposisi perkiraan terhadap kualitas laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai upaya untuk

mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan suatu entitas

tertentu. Untuk itu, seseorang yang melakukan analisis atas laporan keuangan

perlu menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi unit informasi yang lebih

rinci dan melihat hubungan antara satu dengan yang lainnya guna mengetahui

kondisi keuangan entitas tersebut untuk dijadikan dasar dalam pengambilan

keputusan. Hasil dari analisis laporan keuangan diharapkan dapat meminimalkan

bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian,

pertimbangan pribadi, dan kesalahan proses akuntansi.

Karakteristik dari analisis laporan keuangan adalah:

a. Fokus pada laporan keuangan utama,

b. Memuat analisis hubungan,

c. Mengandung implikasi dan prediksi, dan

d. Hasilnya tergantung pada kemampuan analisnya.

8

Page 9: Analisis LKPD Bekasi 2004

Secara umum, tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk menilai

kondisi dan kinerja keuangan; sedangkan tujuan analisis laporan keuangan daerah

adalah untuk:

a. Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah serta perubahan-

perubahannya,

b. Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,

c. Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya,

d. Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana untuk

kegiatannya,

e. Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan program-

programnya, dan

f. Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.

1.5. Analisis Perbandingan (Rasio)

Perbandingan pos-pos laporan keuangan sering disebut dengan istilah rasio

keuangan. Oleh karena itu, jika seseorang atau lembaga melakukan perhitungan

dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan suatu entitas, dengan maksud

untuk mengetahui capaian atau kinerja keuangan entitas dimaksud, dikatakan

ia/mereka melakukan analisis rasio keuangan.

Analisis rasio merupakan teknik dan cara yang paling populer dan paling

banyak digunakan dalam melakukan analisis atas laporan keuangan. Analisis rasio

ini lebih banyak mengungkapan hasil berupa matematika, sedangkan

interpretasinya lebih kompleks dan mempunyai banyak makna. Agar lebih

bermakna maka rasio-rasio tersebut harus mengacu kepada pentingnya hubungan

secara ekonomi. Seperti contohnya terdapat hubungan langsung antara harga jual

9

Page 10: Analisis LKPD Bekasi 2004

dengan harga pokok. Dengan demikian rasio harga pokok penjualan terhadap

penjualan adalah sangat penting.

Likuiditas

Rasio likuiditas mengukur kemampuan pemerintah daerah untuk

membayar utang (kewajiban) jangka pendeknya. Rasio ini bisa diukur dengan

rasio lancer dan rasio kas (terhadap utang jangka pendek). Pos persediaan pada

neraca pemerintah daerah umumnya bukan persediaan barang dagang yang

ditujukan untuk dijual tetapi untuk digunakan dalam operasi pemerintah atau

diserahkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, dalam perhitungan rasio lancer

sebaiknya pos persediaan tidak diperhitungkan.

Rasio Lancar=(aktiva lancar−persediaan)

kewajiban jangka pendek

Rasio Lancar=( Rp 108.168 .769.683−Rp 0 )

Rp 3.320 .582.258=32,58

Rasio lancar ini menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar (di luar

persediaan) dengan utang jangka pendek yang besarnya adalah 32,58:1. Hal ini

berarti untuk setiap Rp1 utang, pemerintah daerah mempunyai Rp32,58 aktiva

yang sangat lancar. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan Pemerintah

Kota Bekasi sangat likuid.

Rasio Kas= kasdan setara kaskewajiban jangka pendek

Rasio Kas=Rp 79.300 .166 .926Rp 3.320 .582 .258

=23,88

Rasio kas menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari rasio lancar,

dalam hal ini perbandingan antara kas dengan utang jangka pendek adalah

23,88:1. Hal ini berarti untuk setiap Rp 1 utang, pemda mempunyai Rp23,88 kas

10

Page 11: Analisis LKPD Bekasi 2004

dan setara kas. Kondisi ini menunjukkan bahwa kodisi keuangan pemerintah

sangat likuid. Artinya tanpa harus menunggu ditagihnya piutang, Pemerintah Kota

Bekasi sudah dapat melunasi utang jangka pendek tersebut pada saat ini.

Solvabilitas

Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah

daerah untuk membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa

diukur dengan rasio aktiva terhadap utang atau rasio ekuitas dana terhadap utang.

Rasio Solvabilitas= total aktivatotalutang (kewajiban)

Rasio Solvabilitas= Rp1.717 .267 .895 .691Rp 107.537 .575 .622

=15,97

Rasio solvabilitas menunjukkan perbandingan antara total aktiva dengan

total utang yang besarnya adalah 15,97:1. Hal ini berarti untuk setiap Rp1 utang,

pemerintah mempunyai Rp15,97 aset. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi

keuangan Pemerintah Kota Bekasi masih sangat solvable atau mampu membayar

semua utangnya pada saat jatuh tempo.

Rasio solvabilitas juga dapat digunakan untuk mengetahui solvabilitas

jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang pemerintah daerah.

Rasio Solvabilitas Jk Pendek= total aktivatotalutang (kewajiban ) jk pendek

Rasio Solvabilitas Jk Panjang= total aktivatotal utang (kewajiban ) jk panjang

Baik rasio solvabilitas jangka pendek maupun jangka panjang akan

menunjukkan kemampuan pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Kota

Bekasi untuk dapat melunasi utang(kewajiban)-nya baik utang jangka pendek

maupun jangka panjang pada saat jatuh tempo.

11

Page 12: Analisis LKPD Bekasi 2004

Leverage (Soliditas)

Rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara ekuitas

dana (kekayaan bersih pemerintah daerah) dengan total utang. Rasio leverage

selama ini hanya digunakan di sektor perusahaan untuk mengukur komposisi

sumber pembiayaan yang berasal dari kreditor dan investor. Di pemerintah

daerah, rasio ini mungkin belum (tidak) merupakan rasio yang penting sebab

tingkat utang daerah yang masih relatif kecil dan syarat penarikan pinjaman

daerah menggunakan DSCR dan rasio maksimum pinjaman.

Rasio Leverage= total ekuitasdanatotal utang(kewajiban)

Rasio Leverage= Rp 1.609.730 .320 .069Rp 107.537 .575.622

=14,97

Rasio leverage menunjukkan perbandingan antara kekayaan bersih

(ekuitas dana) dengan utang, yang besarnya adalah 14,97:1. hal ini menunjukkan

bahwa kondisi keuangan Pemerintah Kota Bekasi sangat solid.

Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur efektivitas pemerintah daerah

dalam menggunakan semua sumber daya yang ada di bawah pengendalian

pemerintah daerah itu sendiri. Rasio ini menunjukan seberapa jauh pemerintah

menggunakan total aktiva secara efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran berarti

semakin efisien pemerintah dalam mengelola aktivanya.

Tingkat Perputaran Aktiva= realisasi PADtotal aktiva

Tingkat Perputaran Aktiva= Rp 97.912 .047 .348Rp1.717 .267 .895 .691

=0,057

12

Page 13: Analisis LKPD Bekasi 2004

Rasio tingkat perputaran aktiva (aset) menunjukkan perbandingan antara

total pendapatan dengan total asset yang dimiliki pemerintah daerah, yang

besarnya adalah 0,057:1, atau dengan kata lain, untuk setiap Rp1 dalam asset,

Pemerintah Kota Bekasi akan memperoleh PAD sebesar Rp0,057.

Pengelolaan Belanja

Rasio pengelolaan belanja digunakan untuk mengukur pengelolaan

prasarana oleh pemerintah daerah. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan

rasio pendapatan terhadap pengeluaran untuk kegiatan belanja pemerintah daerah.

Rasio yang rendah menunjukan bahwa prasarana telah dikelola dengan baik

Rasio Pengelolaan Belanja=reali sasi total pendapatanrealisasi totalbelanja

Rasio Pengelolaan Belanja=Rp 640.655 .998 .524Rp 600.405 .640 .486

=1,067

Rasio pengelolaan belanja menunjukkan perbandingan antara total

pendapatan dengan total belanja pemerintah daerah yang besarnya 1,067. Rasio

ini tergolong relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kota

Bekasi cukup baik dalam mengelola prasarana yang ada di Kota Bekasi.

Kemandirian

Rasio kemandirian digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian

pemerintah daerah dalam hal pendanaan aktivitasnya. Rasio ini dapat diukur

dengan membandingkan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap jumlah

Dana Alokasi Umum (DAU) ditambah jumlah pinjaman (selain utang PFK dan

utang pajak PPn/PPh).

DAU merupakan dana yang berasal dari APBN yang ditransfer ke pemda

dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana alokasi umum masih merupakan

13

Page 14: Analisis LKPD Bekasi 2004

sumber pembiayaan yang utama bagi pemerintah daerah pada umumnya. Dengan

demikian, dapat dikatakan bila perbandingan sumber pembiayaan dari PAD

terhadap DAU semakin besar, berarti hal ini menunjukkan tingkat kemandirian

yang semakin meningkat pula. Bila pinjaman jumlahnya dianggap material, maka

untuk mengukur kemandirian unsur pinjaman tersebut harus diperhitungkan, akan

tetapi sebaiknya mengeluarkan utang PFK dan utang pajak pusat sebab kedua

jenis utang tersebut tidak dimaksudkan untuk menambah sumber pendanaan

pemda.

Rasio Kemandirian= realisasi PADDAU+ penerimaanlain−lain

Rasio Kemandirian

¿ Rp 97.912 .047 .348Rp 289.374 .784 .000+Rp15.593 .665 .000

¿ Rp 97.912 .047 .348Rp 304.968 .449 .000

¿0,321=32,1%

Rasio Kemandirian menunjukkan perbandingan antara PAD dengan DAU

sebesar 32,1%. Artinya, tingkat kemandirian Pemerintah Kota Bekasi untuk dapat

memenuhi kebutuhannya sendiri sebesar 32,1% atau dapat dikatakan Pemerintah

Kota Bekasi tidak bergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat maupun

propinsi, dan tidak bergantung pula pada dana hibah atau pendapatan lain.

Analisis Umum

Secara garis besar, analisis-anlisis rasio yang telah dibahas di atas

menunjukan adanya kinerja perekonomian Pemerintah Kota Bekasi yang baik

(positif). Hal ini mengindikasi bahwa Pemerintah Kota Bekasi telah mampu

mengelola keuangan daerahnya sendiri pada tahun anggaran 2004 terkait dengan

14

Page 15: Analisis LKPD Bekasi 2004

pelaksanaan Otonomi Daerah yang baru diberlakukan pada saat itu. Kemampuan

Pemerintah Kota Bekasi yang baik dalam pengelolaan keuangan daerahnya ini

telah dapat dibuktikan dengan perhitungan rasio yang secara akurat menghasilkan

analisis tentang kinerja perekonomian Pemerintah Kota Bekasi yang menunjukkan

hasil yang baik.

15

Page 16: Analisis LKPD Bekasi 2004

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang analisis Laporan Keuangan Pemerintah Kota

Bekasi, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

o Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi

keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi

keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas

pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan

mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

o Basis laporan keuangan pemerintah menerapkan basis kas untuk pos-pos

Laporan Realisasi Anggaran dan Basis Akrual untuk pos-pos Neraca.

o Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran

menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

pada SKPD yang bersangkutan. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh SKPD

selaku pengguna anggaran adalah: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan

Catatan atas Laporan Keuangan.

o Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang terkandung dalam laporan

keuangan suatu instansi, maka perlu dilakukan analisis. Dengan melakukan

analisis akan diketahui kontribusi dan sumbangan masing-masing komposisi

perkiraan terhadap kualitas laporan keuangan.

16

Page 17: Analisis LKPD Bekasi 2004

Analisis rasio likuiditas mengukur kemampuan pemerintah daerah untuk

membayar utang (kewajiban) jangka pendeknya. Dan Pemerintah Kota

Bekasi dapat dikatakan likuid.

Analisis rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

pemerintah daerah untuk membayar semua utangnya yang akan jatuh

tempo. Dan Pemerintah Kota Bekasi dapat dikatakan solvabel.

Analisis rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara

ekuitas dana (kekayaan bersih pemerintah daerah) dengan total utang. Dan

Pemerintah Kota Bekasi dapat dikatakan solid.

Analisis rasio aktivitas digunakan untuk mengukur efektivitas pemerintah

daerah dalam menggunakan semua sumber daya yang ada di bawah

pengendalian pemerintah daerah itu sendiri. Dan Pemerintah Kota Bekasi

efisien dalam mengelola aktivanya.

Analisis rasio pengelolaan belanja digunakan untuk mengukur pengelolaan

prasarana oleh pemerintah daerah. Dan Pemerintah Kota Bekasi cukup baik

dalam mengelola prasarana daerahnya.

Analisis rasio kemandirian digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian

pemerintah daerah dalam hal pendanaan aktivitasnya. Dan Pemerintah Kota

Bekasi tidak bergantung pada dana transfer dari pemerintah pusat maupun

propinsi, dan tidak bergantung pula pada dana hibah atau pendapatan lain.

o Secara garis besar, hasil analisis perbandingan terhadap Laporan keuangan

Pemerintah Kota Bekasi menunjukkan adanya kinerja yang baik. Hal ini

mengindikasi bahwa Pemerintah Kota Bekasi telah mampu mengelola

17

Page 18: Analisis LKPD Bekasi 2004

keuangan daerahnya sendiri pada tahun anggaran 2004 terkait dengan

pelaksanaan Otonomi Daerah yang baru diberlakukan pada saat itu.

o Dari analisis-analisis yang telah dilakukan terhadap Laporan Keuangan

Pemerintah Kota Bekasi, dapat diprediksi pula bahwa kinerja perekonomian

Pemerintah Kota Bekasi akan tetap baik hingga beberapa tahun ke depan,

melihat bahwa angka-angka rasio-rasio dalam analisis tersebut menunjukkan

nominal yang signifikan untu tahun-tahun berikutnya.

3.2. Saran

Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan pembahasan tentang

analisis Laporan Keuangan Pemerintah Kota Bekasi ini adalah:

1. Akademisi

Para akademisi seharusnya ikut andil positif dalam menyikapi

permasalahan perokonomian dalam pemerintah daerah, dalam hal ini

Pemerintah Kota Bekasi. Kontribusi tersebut dapat berupa imbal-balik positif

terhadap informasi mengenai pelaporan keuangan pemerintah daerah dan

berperan serta dalam memberikan informasi yang relevan terkait pengelolaan

keuangan pemerintah daerah khususnya Kota Bekasi.

2. Pemerintah

Pemerintah sudah selayaknya menyadari tentang pengelolaan keuangan

daerah yang harus jelas dan transparan dalam penyampaiannya agar tidak

menimbulkan kesalahpahaman baik bagi pemerintah itu sendiri maupun di

lingkungan eksternal pemerintahan. Jika pengelolaan tersebut dapat berjalan

baik dengan penyampaian informasi yang baik pula, perekonomian pemerintah

18

Page 19: Analisis LKPD Bekasi 2004

terutama pemerintah daerah yang melaksanakan otonominya dapat berlangsung

dengan baik pula.

3. Masyarakat

Masyarakat juga harus ikut serta dalam kegiatan perekonomian

pemerintah daerah, karena biar bagaimana pun, masyarakatlha yang terlibat

langsung baik dengan kegiatan perekonomian pemerintah daerah maupun

dalam pemanfaatan hasil positif dari kinerja perekonomian pemerintah yang

baik. Masyarakat harus ikut serta dalam menciptakan sinergi positif untuk

saling bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mencapai perekonomian

yang stabil.

19

Page 20: Analisis LKPD Bekasi 2004

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, Wuryan. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Malang: Bayumedia

Ross, Stephen A., Westerfield, Randolph W., Jordan, Bradford D. 2009.

Pengantar Keuangan Perusahaan, Buku 1, Edisi 8. Jakarta: Penerbit

Salemba Empat

Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. 2007. Analisis Laporan Keuangan

Daerah. Tangerang: Penerbit Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

http://www.stan.ac.id/laporan-keuangan-pemerintah-daerah/109-kota-bekasi.pdf

diakses pada 19 November 2010

http://www.kotabekasi.go.id/ diakses pada 19 November 2010

http://www.wikipedia.co.id/kota-bekasi/ diakses pada 19 November 2010

h t t p : / / b a g j a n a . w o r d p r e s s . c o m / 2 0 1 0 / 1 0 / 1 3 / a k u n t a n s i - p e m e r i n t a h a n - b e r b a s i s - m o r a

l / diakses pada 18 November 2010

20

Page 21: Analisis LKPD Bekasi 2004

LAMPIRAN

21