tantangan mewujudkan lkpd kab.docx

Upload: diostovel-febi

Post on 02-Mar-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    1/12

    Tantangan Mewujudkan LKPD Kab/Kota Memperoleh

    Opini WTP dari26 August 2015

    A. PENDAHULUAN

    Tulisan ini terlahir dari renungan hasil rapat koordinasi pembahasan Tindak Lanjut

    Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) pada

    Semester II tahun 2014, tanggal 8 Desember 2014 di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

    Perwakilan Provinsi Jawa Tengah, bahwa BPK baru memberikan opini WTP kepada 10

    Kabupaten/Kota dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Adapun LKPD

    Kabupaten/Kota yang meraih prestasi WTP pada tahun 2013 adalah Kabupaten Banyumas,

    Kabupaten Kebumen, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang, Kabupaten Jepara, Kabupaten

    Temanggung, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Kudus, Kota Semarang dan Kota Surakarta.

    Oleh karena itu, Pemerintah Daerah yang LKPD nya belum mendapatkan opini WTP

    sedang berusaha bekerja keras untuk memperbaiki dengan langkah-langkah strategis dan

    komitmen. Sedangkan komitmen menjadi kata kunci yang yang selalu dipergunakan dalam

    setiap kesempatan pembinaan, namun belum diwujudkan dalam bentuk sikap dan tindakan yang

    konkrit oleh para pengelola keuangan dan pengguna anggaran. Komitmen

    berbentukteknisadalah upaya sungguh-sungguh untuk mewujudkan penyusunan/penyajian

    LKPD dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK. Sedangkan komitmennon teknisadalah

    sikap sungguh-sungguh pengelola keuangan dan pengguna anggaran yang dilakukan pada saatpemriksaan LKPD dalam bentuk tindakan melayani, mempermudah, memperlancar pemeriksaan

    dan sekaligus sebagai tuan rumah yang baik dan profesional.

    Berdasarkan hasil pengakuan dan penilaian tim pemeriksa BPK terhadap LKPD yang selalu

    memperoleh opini WTP pada umumnya jajaran PPKD/BUD/SKPKD/DPPKAD dan seluruh

    Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Entitas bersikap sungguh-sungguh dan

    kooperatif, sehingga pantas mendapatkan opini BPK sesuai kreteria. Sedangkan kreteria yang

    dimaksud berdasarkan Undang Undang Nomor 15 tahun 2004, tentang Pemeriksaan

    Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara, dibangun dari 4 (empat) kreteria

    yaitu :

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    2/12

    1.Kesesuaian dengan SAP (Standar Akuntansi Pemerintah);

    2.Kecukupan Pengungkapan;

    3.Kepatuhan terhadap peraturan perundangan-undangan;

    4.Efektifitas SPI (Standar Pengendalian Internal).

    B. PENYUSUNAN LKPD

    1. Keuangan daerah dikelompokkan kedalam 4 sistem utama, yaitu :

    a.Sistem Perencanaan dan Penganggaran;

    b.Sistem Pelaksanaan Anggaran;

    c.Sistem Akuntansi Keuangan Daerah; dan

    d.Sistem Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.

    Keempat sitem tersebut merupakan satu kesatuan managemen yang tidak dapat

    terpisahkan, dan merupakan satu siklus yang berurutan, sehingga tidak boleh terbolak

    balik. LKPD disusun dengan suatu sistem managemen keuangan daerah yang

    memenuhi unsusr-unsur pengendalian internal dan menjamin kepatuhan terhadap

    peraturan-perundangan.

    2. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) secara bertahap ada 3 level sistem

    penyusunan, yaitu:

    a.Level Sistem Akuntansi Tingkat PEMDA (BUD/PPKD/SKPKD/DPPKAD);

    b.Level Sistem Akuntansi SKPD (Pengguna Anggaran dan Kuasa Pengguna Anggaran);

    c.Level Sistem Akuntansi Bendahara Daerah (seluruh Bendahara yang ditunjuk KDH)

    LKPD disusun dan disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) untuk

    menyediakan informasi (pengungkapan) yang relevan mengenai :

    a.Posisi Keuangan (keberadaan);

    b.Seluruh (kelengkapan) transaksi yang dilakukan (keterjadian) oleh suatu Entitas

    Pelaporan (PPKD/BUD/DPPKAD) selama periode pelaporan (hak dan kewajiban;

    c.LKPD terutama digunakan untuk :

    i. membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan dengan anggaran

    yang digunakan (alokasi);

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    3/12

    ii. menilai kondisi keuangan (penilaian);

    iii. mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan (efektifitas SPI); dan

    iv. membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangan (ketaatan).

    3. LKPD secara prinsip merupakan pernyataan pemerintah daerah bahwa:

    a.Informasi keuangan yang tersaji dalam LKPD meliputi :

    i. Tentang keberadaan dan keterjadian;

    ii. Pernyataan bahwa semua telah disajikan secara lengkap;

    iii. Pemisahan hak dan kewajiban secara jelas;

    iv. Penilaian dan alokasi yang tepat; dan

    v. Telah disajikan sesuai SAP (Standar Akuntansi Pemerintah)

    b. Semua informasi keuangan telah diungkapkan secara cukup;

    c. Semua informasi keuangan telah disajikan dengan proses pengendalian yang efektif; dan

    d. Semua informasi keuangan merupakan gambaran transaksi yang taat pada ketentuan

    peraturan perundang-undangan.

    C. DIMENSI PEMERIKSAAN LKPD

    Sejak Pemerintah Daerah mengenal dan menyusun Laporan Keuangan terdapat beragam

    cara pandang terhadap pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dan

    Laporan Keuangannya. Cara pandang yang beragam atas Laporan Keuangan Pemerintah

    Daerah (LKPD) dan Laporan Keuangannya melahirkan berbagai paradigma/dimensi yang dapat

    digolongkan sebagai berikut :

    1.Dimensi Pragmatis.

    Pada umumnya pemeriksaan diartikan sebagai tahap mencari kesalahan atau kelemahan darisuatu yang telah dilakukan. Tentu saja hal ini membuat banyak orang yang terperiksa menjadi

    takut dan memasang ancang-ancang untuk melawan dan/atau menghindar. Oleh karena itu,

    seluruh entitas perlu memahami kembali apa sesungguhnya pemeriksaan itu.

    2.Dimensi Teoritis.

    Pemeriksaan adalah suatu kegiatan menyerap, mengolah, dan merespon data yang dilakukan

    oleh pihak yang dapat dipercaya dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk

    ditindaklanjuti. Oleh karenanya pemeriksaan sebagai sebuah kegiatan adalah menyerap,

    mengolah dan merespon data, yaitu:

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    4/12

    a.Penyerapan data dilakukan dengan berbagai cara, baik secara langsung/tidak langsung;

    b.Pengolahan data dilakukan dengan menguji, menilai dan membahas apakah data

    tersebut akurat, baik, tepat, dan andal dan untuk menentukan keandalan data tersebut

    harus ada pembanding data yang akurat, baik, dan tepat.

    c.Merespon dilakukan dengan menunjuk, memilih, memberitahukan hal-hal yang tidak

    sesuai dengan kualifikasi dan menyampaikannya kepada pihak yang berkepentingan,

    baik secara lisan maupun secara tertulis.

    3.Dimensi Yuridis.

    Secara yuridis, Undang Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

    Pertanggungjawaban Keuangan Negara, pasal 1 angka 1 mendifinisikan pemeriksaan adalah

    proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif

    dan profesional berdasarkan standar, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dankeandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

    Pengertian pemeriksaan tersebut dapat dipahami dalam beberapa fokus :

    a.Proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,

    obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan.

    b.Menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai

    pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

    c.Kondisi/fakta versus standar/kreteria.

    Bagi pemeriksa, kreteria/standar mencakup 2 (dua) hal yaitu kreteria yang tertulis dan kreteria

    yang tidak tertulis meliputi kepatutan dan praktik yang umum yang sehat.

    Pada kondisi/fakta versus standar kreteria yang tertulis, pemeriksa tidak mau terlibat dalam

    perdebatan ketentuan peraturan-perundangan dan pemahaman atas peraturan perundang-

    undangan dikarenakan sudah merupakan domain dari para ahli hukum.

    Namun demikian ahli hukum telah memberikan pedoman yang dikenal 7 prinsip yaitu :

    a.Peraturan perundangan selalu diasumsikan diketahui oleh masyarakat umum;

    b.Peraturan perundangan tidak pernah berlaku surut;

    c.Peraturan perundangan tidak berlaku lagi apabila telah dicabut/dibatalkan dan/atau

    bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi;

    d.Apabila suatu keadaan tidak diatur dalam peraturan-perundangan, gunakanlah analogi.

    Asas ini menganjurkan bahwa secara bertingkat gunakan peraturan yang bersifat umum

    atas kondisi yang sejenis pada entitas lain, maupun praktik sehat yang berlaku;

    e.Peraturan yang lebih tinggi mengalahkan peraturan yang lebih rendah/dibawahnya;

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    5/12

    f. Peraturan khusus mengalahkan peraturan yang bersifat umum, konsepsinya aturan

    khusus akan mengatur suatu kondisi yang paling mendekati kondisi yang ada;

    g.Peraturan terbaru mengalahkan peraturan lama, sehingga konsepsinya sesuai dengan

    kondisi terkini.

    D. MEMAHAMI PEMERIKSAAN LKPD

    Sebagaimana diketahui bahwa pemeriksaan LKPD dimulai setelah Pemerintah Daerah

    menyerahkan LKPD kepada BPK yang selanjutnya dilakukan proses analisis, pengujian, dan

    pengajuan koreksi. Berdasarkan hasil pengujian, pemeriksa BPK akan memberikan opini

    pemeriksaan yang dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

    1. Mekanisme Pemeriksaan LKPD

    Undang Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab

    Keuangan Negara,Pasal 10, menyatakan bahwa dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan,

    pemeriksa dapat :

    a.Meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh Pejabat atau pihak lain yang berkaitan

    dengan pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara;

    b.Mengakses semua data yang disimpan diberbagai media, asset, lokasi dan segala jenis

    barangatau dokumen dalam penguasaan atau kendali dari entitas yang menjadi obyek

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    6/12

    pemeriksaan/entitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan tugas

    pemeriksaannya

    c.Melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang dan dokumen pengelolaan

    keuangan negara;

    d.Meminta keterangan kepada seseorang;

    e.Memotret, merekam dan/atau mengambil sampel sebagai alat bantu pemeriksaan.

    Pasal 11, Undang Undang Nomor 15 tahun 2004 menyatakan : dalam rangka meminta

    keterangan sebagaimana dimaksud dalamPasal 10, BPK dapat melakukan pemanggilan

    kepada seseorang/terperiksa. Kegagalan pihak terperiksa dalam memberikan keterangan, data,

    informasi, penjelasan LKPD yang tepat dan cepat akan berdampak pada akurasi kesimpulan

    dan penilaian pemeriksa dalam memberikan pendapat/opini BPK. Disisi lain ada

    sebagianterperiksayang tidak memahami keterbatsan waktu pemeriksaan dengan

    menghalangi pemeriksa memperoleh keterangan, data, penjelasan dan informasi, hal ini

    dilakukan antara lain :

    a.Menyampaikan data dan/atau informasi yang dicicil-cicil;

    b.Pemegang data/pejabatnya tidak dapat dihadirkan/sulit dimintai penjelasan/keterangan;

    c.Informasi dan/atau data yang berubah-ubah;

    d.Data baru atau diduga tidak resmi /tidak sah/fraud/curang;

    e.Pemegang data/pejabatnya cuti panjang dalam waktu pemeriksaan/saat diperlukan; dan

    f. Mudus lain yang biasa dilakukan terperiksa untuk menghalangi pemeriksa.

    Bagi pemeriksa, adanya modus tersebut diatas menjadi bukti bahwa Sistem Pengendalian

    Internal (SPI) pada tingkat PPKD/BUD/SKPKD/DPPKAD dan SKPD selaku Pengguna Anggaran

    tidak berjalan baik atau tidak efektif/lemah. Oleh karena itu, Undang Undang Nomor 15 tahun

    2004 mengatur ketentuan sanksi pidana dalam Pasal 24 sbb:

    o Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjalankan kewajiban menyerahkan dokumen

    dan/atau menolak memberikan keterangan yang diperlukan untuk kepentingan

    kelancaran pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1

    (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus

    juta rupiah).

    o Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalangi, dan/atau menggagalkan

    pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan

    pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak

    Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    7/12

    o Setiap orang yang menolak pemanggilan yang dilakukan oleh BPK sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 11 tanpa menyampaikan alasan penolakan secara tertulis

    dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau

    denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    o Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan atau membuat palsu dokumen yang

    diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling

    lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rpl.000.000.000 (satu miliar rupiah).

    2.Obyek, Data dan Informasi Pemeriksaan LKPD

    a.Obyek Pemeriksaan LKPD berdasarkan Undang Undang No. 17 tahun 2003, pada Pasal

    31 setidak-tidaknya meliputi:

    Laporan Realisasi (LRA) APBD;

    Neraca;

    Laporan Arus Kas (LAK) ; dan

    Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

    Sebagai gambaran dapat disampaikan :

    LRA : mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah yang menunjukkan ketaatan

    terhadap peraturan perundangan; menggambarkan perbandingan APBD dengan

    realisasinya; dan disertai penjelasan pencapaiannya

    Neraca : menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai Asset, Kewajiban,

    Ekuitas pada tanggal tertentu.

    LAK : menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara

    kas selama 1 periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.

    CaLK : menyajikan informasi/penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka

    pengungkapan yang memadai

    b. Data dan informasi minimal yang diperlukan dalam pemeriksaan LKPD sbb:

    No Data dan informasi Kegiatan Pemeriksaan

    1) 1. LKPD Serah terima LKPD

    1. Surat pernyataan tanggungjawab KDH

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    8/12

    2) 1. Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) !na"isis LKPD

    1. !P#D tahun pemeriksaan

    1. Penjabaran LKPD $an !P#D

    1. Per$a pertanggungjawaban !P#D tahun "a"u

    %) 1. D&kumen transaksi Pengujian transaksi

    1. #uku 'urna"

    1. #uku #esar

    1. Kertas Kerja

    1. ekening k&ran

    1. #ank Statement

    ) 1. 'awaban*tanggapan atas k&reksi + temuan Pengajuan k&reksi temuan

    1. en,ana perbaikan*a,ti&n p"an

    -) 1. LKPD sete"ah pembahasan k&reksi Penetapan Opini $an

    1. Tanggapan KDH tentang temuan pemeriksaan Penyusunan LHP

    1. en,ana perbaikan

    3.Pengujian Transaksi Keuangan

    a.Pengujian transaksi keuangan yang disajikan dalam LKPD dapat dipastikan

    menggunakan teknik sampling dan konsepsi materialitas.

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    9/12

    b.Ketentuan mengharuskan pemeriksa menggunakan profesional judgement dalam

    penetapan kedua konsep tersebut, sehingga sampling yang diambil cukup representatif.

    c.Pemeriksa yang kurang profesional cenderung gagal mengimplementasikan judgement

    dan dampaknya bahwa pemeriksa dapat menyimpulkan hal yang berbeda untuk kondisi

    yang sama dibeberapa entitas/SKPD atau dengan kata lain tidak varifiable.

    d.Teknik pemeriksaan dalam melakukan pengujian transaksi keuangan yang diketahui

    antara lain dengan melakukan wawancara, tanya jawab, cek fisik, observasi maupun

    questioner dan pengujian melalui dummy data.

    Perlu disadari bahwa disetiap pertemuan dengan pemeriksa, obrolan terasa bukan terkait obyek

    pemeriksaan pun dapat diarahkan menjadi bagian pertimbangan pemeriksaan dalam

    menyimpulkan hal yang diperiksanya. Disisi lain, pemeriksa yang memiliki kemampuan cek

    fisik/observasi yang baik akan memiliki agenda yang jelas dan kemampuan teknis yang dapat

    diandalkan serta pihak yang diperiksa tetap diminta mengikuti proses pengujian fisik tersebut.

    Penjelasan yang akurat dari pejabat/entitas dan diskusi yang logis secara intensif untuk

    menganalisis hasil cek fisik/observasi di lapangan.

    4.Koreksi Pembukuan dan Temuan Pemeriksaan :

    a.Hasil analisis dan pengujian yang dilakukan pemeriksa pada tahap sebelumnya akan

    disimpulkan dalam suatu koreksi pembukuan dan/atau temuan pemeriksaan;

    b.Pemeriksa disyaratkan untuk meminta tanggapan/komentar dari pihak yang terkait untuk

    validasi dan akurasi kesimpulan yang diambil;

    c.Momen ini merupakan kesempatan teknis terakhir yang dilakukan pemeriksa dengan

    pejabat/entitas yang melaksanakan kegiatan teknis terkait. Oleh karena itu, diskusi harus

    dilakukan untuk membahas detail demi detail yang disimpulkan pemeriksa yang harus di

    ikuti dengan data dan informasi yang mungkin dapat melengkapi tetapi bukan

    memperbaharui data/informasi.

    d.Hasil pembahasan yang dituangkan dalam notulen pembahasan tersebut akan dinalisis

    kembali dan/atau direverifikasi oleh pemeriksa untuk mendapatkan keyakinan yang

    memadai atas kesimpulan yang diambilnya.

    e.Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah Daerah segera memperbaiki LKPD nya dan

    disampaikan kepada BPK untuk menetapkan opini pemeriksaan.

    Tanggapan pimpinan entitas dinyatakan dalam SPKN PSP 03 paragraf 43 sampai 47 yaitu

    Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian internal,

    kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundangan, dan ketidakpatutan, harus

    dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang

    diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    10/12

    5.Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

    Berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan lapangan pemeriksaan LKPD, Tim Pemeriksa BPK

    menyusun kesimpulan akhir pemeriksaan dalamkonsep LHP/NHP untuk dimintai

    komentar/tanggapan entitas. Selanjutnya BPK menganalisis komentar/tanggapan entitas atas

    hasil pemeriksaan dan harus dimuat dalam LHP dengan rincian sbb:

    1.Komentar/tanggapan yang sependapat/menyetujui temuan pemeriksaan akan dimuat

    dalam LHP.

    2.Komentar/tanggapan yang tidak sependapat/tidak menyetujui temuan pemeriksaan akan

    dimuat dalam LHP dan pemeriksa akan menambahkan hasil analisisnya tentang

    komentar entitas tersebut dalam LHP apabila pemeriksa tidak setuju dengan

    tanggapan/komentar tersebut.

    3.Jika pemeriksa setuju dengan tanggapan/komentar entitas yang tidak menyetujui temuanpemeriksaan, maka harus memperbaiki hasil pemeriksaannya dan memuat semua

    informasi dalam kertas kerja pemeriksaannya.

    Berdasarkan LKPD yang telah diperbaiki oleh Pemerintah Daerah, BPK akan meminta Kepala

    Daerah menandatangani Surat Representasi, dan selanjutnya BPK akan menyerahkanLKPD

    auditan BPKkepada Kepala Daerah dan Ketua DPRD dengan menandatangani Berita Acara

    Serah Terima LHP dalam suatu forum yang difasilitasi oleh BPK, sekaligus menyampaikan

    penetapan Opini BPK atas LKPD tahun yang bersangkutan.

    Undang Undang Nomor 15 tahun 2004 Pasal 16 ayat (4) tentang Tanggapan, menyatakan

    bahwa tanggapan pejabat pemerintah yang bertanggungjawab atas temuan, kesimpulan, dan

    rekomendasi pemeriksa, dimuat atau dilampirkan pada laporan hasil pemeriksaan. Penjelasan

    tersebut, menggambarkan bahwa kegiatan pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa tidak dapat

    lepas dari keterlibatan pihak yang terperiksa. Oleh karenanya, hasil pemeriksaan yang tidak tepat

    merupakan juga campurtangan pihak terperiksa. Sebagaimana diketahui bahwa kegagalan

    dalam melakukan hubungan harmonis antara pemeriksa dan terperiksa akan berdampak pada

    kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengambilan kesimpulan pemeriksaan dan pada

    akhirnya dapat saja mempengaruhi pendapat/opini BPK.

    E. OPINI BPK ATAS LKPD

    Dalam penjelasan pasal 16, Undang Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

    Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, disebutkan bahwa pernyataan Pemerintah

    Daerah yang diungkapkan dalam LKPD akandiuji kewajarannya, sehingga pernyataan tersebut

    menjadi kreteria utama dalam pengambilanopini pemeriksa. Sebagai gambaran dapat

    disampaikan bahwa pemeriksaan LKPD secara leksikal banyak yang menterjemahkan mencari

    kebenaran bukan kewajaran sebagaimana dikenal dalam ilmu pemeriksaan. Namun secara

    khusus Pasal 16 ayat (1) menyatakan bahwa Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas LKPD

    memuatOpini.

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    11/12

    Opini BPK sebagaimana Undang Undang Nomor 15 tahun 2004 pasal 1 angka 11 ditekankan

    dan diterjemahkan sebagai pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai

    tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan. Dalam pelaksanaan

    pemeriksaan LKPD, konsepsi kewajaran lebih diunggulkan dibandingkan dengan konsepsi

    kebenaran, hal tersebut terdapat 2 (dua) alasan konsepsi yaitu konsepsi materialitas dan

    konsepsi sampling.

    Alasan konsepsinya adalah :

    1. Pemeriksa tidak melakukan pemeriksaan atas semua transaksi (Sampel).

    Pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas semua transaksi yang dilakukan pemerintah

    daerah. Asumsi dasar ini memungkinkan bahwa semua kekeliruan tidak akan dapat diketahui

    oleh pemeriksa, dan oleh karenanya menuntut pemeriksa menentukan sampel yang

    representatif.

    2. Keputusan pemeriksa berorientasi pada hal yang signifikan (Materialitas).

    Keputusan pemeriksa selalu berorientasi pada hal yang signifikan dan terhadap hal yang tidak

    signifikan tidak menjadi pertimbangan pemeriksa dalam keputusannya.

    F. TANTANGAN MEWUJUDKAN OPINI WTP ATAS LKPD KABUPATEN/KOTA DI JATENG.

    Tata kelola keuangan seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2018 diharapkan

    mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK, demikian arahan Sekretaris Daerah

    Provinsi Jawa Tengah dalam Rakor Pembahasan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan

    Semester II tahun 2014, pada tanggal 8 Desember 2014 di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan

    (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan Kepala Perwakilan BPK RI Provinsi Jawa

    Tengah, Dr Cris Kuntadi CA CPA QIA Ak mengungkapkan rekomendasi temuan BPK wajib

    ditindaklanjuti pejabat dan undang undang memberi waktu 60 hari bagi pejabat untuk

    menindaklanjutinya.

    Selanjutnya Kepala Kepala Perwakilan BPK RI Provinsi Jawa Tengah juga berpesan agar

    pemerintah kabupaten/kota menyampaikan data/dokumen yang sudah sesuai aturan agar tidak

    menjadi temuan BPK, mengingat ada belasan ribu temuan/rekomendasi BPK namun yang

    ditindaklanjuti baru 57,7 persen.

    Berdasarkan maping dan hasil evaluasi Pembahasan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil

    Pemeriksaan BPK atas kelemahan LKPD Kabaupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah disarankan

    termasuk Pemerintah Kota Magelang yang belum mendapat opini WTP untuk memperbaiki

    secara skala prioritas sbb :

    1.Menempatkan SDM yang berkapasitas dan berkompeten penatausahaan keuangan

    daerah;

    2.Menindaklanjuti rekomendasi BPK tahun sebelumnya dengan status selesai

    ditindaklanjuti;

    3.Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemeritah (SAP);

    4.Kecukupan pengungkapan atas data, dokumen, keterangan, informasi dan penjelasan;

  • 7/26/2019 Tantangan Mewujudkan LKPD Kab.docx

    12/12

    5.Sistem Pengendalian Internal yang efektif atas :

    a.Penatausahaan aset tetap dan saldo barang persediaan;

    b.Pencatatan realisasi anggaran dan saldo kas;

    c.Penyajian Piutang dan Investasi Non Permanen/Dana Bergulir;

    d.Realisasi dana BOS sesuai dengan kondisi yang sebenarnya;

    e.Standar Operasional Prosedur terhadap pemeliharaan barang/aset;

    f. Standar Operasional Prosedur terhadap Perjalanan Dinas;

    g.Mekanisme pemungutan, penyetoran, pelaporan, penggunaan penerimaan daerah dan

    hibah;

    h.Mekanisme penganggaran belanja hibah dan penatausahaan pemindahtanganan aset.

    6. Kepatuhan terhadap peraturan perundangan guna menghindari :

    a.Temuan material/kerugian daerah yang bernilai besar;

    b.Data, dokumen dan bukti transaksi fraud/curang;

    c.Penyalahgunaan penyaluran BANSOS dan Hibah;

    d.Ketidak efektifan, ketidak efisienan dan ketidak hematan.

    7. Pembayaran pengadaan barang/jasa melalui sistem perbankan/Non Cash Ttransactions.