panduan pemeriksaan lkpd bab %-10

156
Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1 BAB 5 UJI PETIK PEMERIKSAAN (AUDIT SAMPLING) 5.1 Gambaran Umum Uji Petik Pemeriksaan atau Audit Sampling adalah penerapan prosedur pemeriksaan terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Uji petik dapat menjadi alat untuk memperoleh informasi mengenai suatu populasi tanpa melakukan pengkajian terhadap populasi tersebut secara keseluruhan. Namun demikian, uji petik tidak dapat diterapkan pada seluruh prosedur pemeriksaan. Banyak prosedur pemeriksaan yang tidak dapat menerapkan uji petik, diantaranya permintaan keterangan (inquiry), observasi, prosedur analitis, scanning dan reviu catatan- catatan untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak wajar. Uji petik yang dilakukan dalam prosedur pemeriksaan tertentu bertujuan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten dan cukup untuk mendukung kesimpulan hasil pemeriksaan. Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan “Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”. Pelaksanaan uji petik tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan non- statistik dan pendekatan statistik. Uji petik non statistik merupakan pendekatan pemeriksa dalam memilih sampel dan menilai hasil pemeriksaan sampel berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Sedangkan uji petik statistik adalah pendekatan uji petik dengan menggunakan ilmu matematika sebagai sarana untuk menentukan perencanaan, pemilihan, dan evaluasi sampel. Penggunaan kedua pendekatan tersebut memerlukan pertimbangan profesional pemeriksa dalam perencanaan, pemilihan, dan evaluasi hasil sampel serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.

Upload: ds-aji

Post on 04-Jul-2015

1.306 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

Bab 5-105. Audit Sampling6. KKP 7. Formulasi TP8. Penyusunan LHP SPI & Kepatuhan9. Penyusunan Opini10.

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 5 UJI PETIK PEMERIKSAAN (AUDIT SAMPLING)

5.1 Gambaran Umum

Uji Petik Pemeriksaan atau Audit Sampling adalah penerapan prosedur pemeriksaan terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Uji petik dapat menjadi alat untuk memperoleh informasi mengenai suatu populasi tanpa melakukan pengkajian terhadap populasi tersebut secara keseluruhan. Namun demikian, uji petik tidak dapat diterapkan pada seluruh prosedur pemeriksaan. Banyak prosedur pemeriksaan yang tidak dapat menerapkan uji petik, diantaranya permintaan keterangan (inquiry), observasi, prosedur analitis, scanning dan reviu catatan-catatan untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak wajar.

Uji petik yang dilakukan dalam prosedur pemeriksaan tertentu bertujuan untuk memperoleh bukti audit yang kompeten dan cukup untuk mendukung kesimpulan hasil pemeriksaan. Standar pekerjaan lapangan ketiga menyatakan “Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.

Pelaksanaan uji petik tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan non-statistik dan pendekatan statistik. Uji petik non statistik merupakan pendekatan pemeriksa dalam memilih sampel dan menilai hasil pemeriksaan sampel berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Sedangkan uji petik statistik adalah pendekatan uji petik dengan menggunakan ilmu matematika sebagai sarana untuk menentukan perencanaan, pemilihan, dan evaluasi sampel. Penggunaan kedua pendekatan tersebut memerlukan pertimbangan profesional pemeriksa dalam perencanaan, pemilihan, dan evaluasi hasil sampel serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.

Page 2: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

5.2 Penentuan Cakupan (Coverage) Pemeriksaan dan Satker yang Akan Diperiksa

Mengingat karakteristik akuntansi pemerintah daerah yang menggunakan sistem terdistribusi, maka dokumen-dokumen atau unit sampel sebagian besar berada pada satker-satker atau SKPD-SKPD yang merupakan entitas akuntansi. Oleh karena itu, sebelum dapat menentukan jumlah sampel dan unit sampel yang akan dipilih, perlu terlebih dahulu, dengan pertimbangan tertentu dan profesional, menentukan cakupan (coverage) pemeriksaan dan satker yang akan diperiksa, karena dokumen-dokumen atau unit sampel yang akan diuji tersebar di satker-satker. Untuk tujuan pengujian ini, pemeriksa dapat menggunakan hasil analisa risiko yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

Langkah-langkah mengkaitkan hasil penilaian risiko dengan penentuan cakupan (coverage) pemeriksaan dan satker yang akan diperiksa adalah sebagai berikut:

1) Penentuan risiko gabungan untuk masing-masing akun atau kelompok transaksi Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 3 mengenai “Pemahaman dan Penilaian Risiko”, Pemeriksa melakukan penilaian risiko gabungan atas individual accounts atau kelompok transaksi, dengan contoh sebagai berikut.

Akun Risiko Bawaan Risiko Pengendalian Risiko Gabungan

Kas High High High

Piutang Medium Medium Medium

Aset tetap High Medium High

Aset lainnya Medium Low Low

PNBP High High High

Belanja High High High

Page 3: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

Penentuan risiko gabungan tersebut menggunakan matrik formula sebagai berikut.

Risiko Bawaan

Risiko Pengendalian

High Medium Low

High H H M

Medium H M L

Low M L L

2) Penentuan persentase coverage pemeriksaan berdasarkan rating risiko gabungan:

Risiko Gabungan Coverage Pemeriksaan

High > 50% - 100%

Medium > 30% - 50%

Low 20% - 30%

Dengan demikian coverage pemeriksaan untuk masing-masing individual accounts atau kelompok transaksi berdasarkan hasil penilaian risiko gabungan tersebut adalah:

Akun Risiko Gabungan Coverage pemeriksaan

Kas High 100%

Piutang Medium > 30% - 50%

Aset tetap High > 50% - 100%

Aset lainnya Low 20% - 30%

PNBP High > 50% - 100%

Belanja High > 50% - 100%

3) Penentuan basis nilai yang akan dipakai untuk menentukan coverage

pemeriksaan sebaiknya menggunakan basis nilai berupa saldo individual accounts atau kelompok transaksi pada LKPD-unaudited yang akan di uji petik, dengan contoh sebagai berikut.

Page 4: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

Akun Saldo di LKPD (unaudited) % Cov. Coverage*

pemeriksaan

Kas Rp5.000.000.000 60% **

Piutang Rp2.500.000.000 40% Rp100.000.000

Aset tetap Rp600.000.000.000 50% Rp300.000.000.000***

Aset lainnya Rp10.000.000.000 25% Rp2.500.000.000

Pendapatan Daerah

Rp280.000.000.000 50% Rp140.000.000.000

Belanja Daerah Rp300.000.000.000 60% Rp180.000.000.000

* Jika dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan terhadap suatu akun tertentu, Pemeriksa menemukan salah saji yang akan mengubah saldo akun tersebut sangat material, maka pemeriksa dapat merubah overage pemeriksaannya

** Untuk pemeriksaan kas, diambil dari nilai transaksi dari tahun anggaran berjalan (mutasi debet dan kredit) bukan dari saldo akhir pada tanggal pelaporan.

*** Khusus untuk pemeriksaan aset tetap, penentuan coverage pemeriksaan dapat menggunakan basis nilai mutasi aset tetap tahun berjalan, sepanjang berdasarkan hasil pemeriksaan sebelumnya, entitas telah melakukan inventarisasi ulang dan penilaian kembali atas aset tetap serta telah didokumentasikan, dicatat, dan dilaporkan secara memadai.

Untuk masa mendatang, dengan penerapan e-audit (electronic audit), cakupan pemeriksaan untuk akun kas dan pendapatan daerah (khususnya pendapatan transfer) dapat diambil secara populasi, mengingat adanya kemudahan akses data secara elektronik.

4) Berdasarkan perhitungan cakupan pemeriksaan untuk masing-masing akun atau kelompok transaksi tersebut, pemeriksa memilih SKPD yang akan diuji petik untuk dapat memenuhi nilai coverage pemeriksaan. Dalam memilih satker-satker yang akan diuji petik/sampling, pemeriksa harus mempertimbangkan beberapa hal:

(1) Karakteristik akun tersebut, sebagai contoh: akun kas, penentuan coverage pemeriksaan dilakukan secara populasi, hal ini terkait dengan tingkat risiko bawaan dari akun kas yang sangat tinggi. Sedangkan untuk pemeriksaan atau satker yang diuji petik untuk pemeriksaan akun “Belanja Daerah” akan tersebar di semua SKPD, sedangkan untuk pemeriksaan akun “Pendapatan Daerah” akan terpusat di DPPKAD/Dispenda atau satker-satker tertentu yang mengelola pendapatan.

Page 5: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

(2) Hasil pengambilan sampling pada pemeriksaan sebelumnya, baik pemeriksaan pendahuluan, PDTT, dan pemeriksaan kinerja (sepanjang cakupan pemeriksaan sebelumnya meliputi tahun anggaran yang sama dengan tahun pelaporan keuangan). Pemeriksa harus memprioritaskan untuk memilih satker-satker yang belum diuji petik pada pemeriksaan sebelumnya, kecuali terdapat pertimbangan-pertimbangan lain yang cukup signifikan, sehingga mengharuskan pengambilan sampel yang sama dengan pemeriksaan sebelumnya.

(3) SKPD yang memperoleh alokasi anggaran cukup besar dan/atau memiliki risiko kesalahan dan/atau kecurangan yang tinggi.

Contoh :

Sesuai hasil perhitungan tersebut di atas, coverage pemeriksaan untuk akun “Belanja Daerah” adalah Rp180milyar. Pemeriksa harus menentukan SKPD-SKPD yang akan diuji petik untuk dapat memenuhi nilai coverage pemeriksaan Rp180milyar, yaitu :

Beberapa pertimbangan pemilihan satker adalah sebagai berikut.

1) Menetapkan SKPD atau satker lainnya yang akan dipilih sebagai sampel dengan pertimbangan nilai, risiko, sampel pemeriksaan sebelumnya. Misal: SKPD A dipilih karena jumlah satker yang tidak terlalu banyak namun nilai transaksi tinggi, SKPD B dipilih karena dianggap memiliki risiko kesalahan (mungkin ada informasi mengenai kejadian korupsi, dll) meskipun nilainya paling kecil, SKPD C dipilih karena nilai tertinggi, dan SKPD D dipilih karena

Page 6: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

belum pernah diperiksa selama ini. Total nilai cakupan pemeriksaan adalah Rp180milyar. Pemeriksa dapat menambah cakupan pemeriksaan menjadi Rp200milyar, jika hal tersebut dianggap layak dan sumber daya yang ada memadai.

2) Memilih bidang-bidang atau unit-unit dibawah SKPD sehingga nilai coverage pada SKPD terpenuhi, missal: SKPD A, Rp40milyar, sampel terpilih adalah Bidang A1 dan A2 yang memiliki nilai realisasi belanja masing-masing Rp15milyar dan Rp25milyar. Pertimbangan untuk memilih bidang/unit dapat berdasarkan nilai, risiko, jumlah satker, pertimbangan pemeriksaan sebelumnya atau hal lain yang menurut pemeriksa lebih layak.

5.3 Uji Petik Pemeriksaan

Setelah pemeriksa menetapkan cakupan (coverage) pemeriksaan dan satker yang akan diperiksa untuk masing-masing akun atau kelompok transaksi, maka pemeriksa harus menetapkan tujuan pengujian atau asersi yang akan dilakukan. Pemeriksa harus memilih prosedur pemeriksaan yang tepat untuk tujuan pengujian dan asersi yang diuji. Tidak semua pengujian atas suatu asersi menerapkan uji petik, misalnya permintaan keterangan (inquiry), observasi, prosedur analitis, scanning dan reviu catatan-catatan untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak wajar. Pemeriksa harus dapat menentukan, berdasarkan pengalamannya, apakah suatu pengujian menerapkan uji petik atau tidak. Beberapa contoh pengujian yang mengharuskan menggunakan uji petik, yaitu:

1) Dalam pengujian pengendalian atas transaksi belanja, salah satu atribut yang diuji adalah semua SPM yang telah diotorisasi oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. Sedangkan deviasinya adalah SPM yang tidak diotorisasi atau diotorisasi oleh pejabat yang tidak berwenang.

2) Pengujian asersi keberadaan aset tetap kendaraan bermotor, pemeriksa harus melakukan inspeksi langsung dengan cek fisik kendaraan bermotor untuk menghasilkan bukti fisik.

3) Pengujian pengendalian untuk mengetahui hak dan kewajiban aset tetap kendaraan bermotor, pemeriksa dapat memutuskan untuk menggunakan prosedur pemeriksaan inspeksi atas dokumen surat-suratnya dan siapa yang bertanggung jawab atas penyimpanannya. Pada saat inspeksi tersebut akan diketahui apakah terdapat deviasi (penyimpangan) dari kondisi yang ditetapkan. Contoh: kendaraan bermotor tersebut ternyata tidak mempunyai surat-surat, berarti ada deviasi atas pengendalian atas hak dan kewajiban aset tersebut dari yang seharusnya.

Page 7: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

Secara umum tahap-tahap yang harus dilakukan baik dalam pelaksanaan uji petik dengan pendekatan non-statistik maupun statistik adalah sebagai berikut.

1) Penentuan tujuan pengujian

Pemeriksa harus menetapkan tujuan pengujian atau asersi yang akan dilakukan. Asersi akan menentukan pengujian apakah pengujian pengendalian atau pengujian substantif. Pengelompokan ini diperlukan pula untuk menetapkan jenis pendekatan uji petik apa yang akan digunakan (misalnya, jika menggunakan uji petik statistik, apakah atribut atau variabel). Misalnya, untuk asersi keberadaan melalui pengujian substantif atas aset tetap kendaraan bermotor, pemeriksa harus melakukan observasi langsung dengan cek fisik kendaraan bermotor untuk menghasilkan bukti fisik.

2) Pendefinisian populasi dan unit uji petik

Populasi merupakan seluruh data yang ingin digeneralisir oleh pemeriksa. Sedangkan unit uji petik merupakan unsur atau elemen didalam populasi, baik itu dokumen, transaksi, ataupun item-item yang memiliki karakteristik yang akan diukur oleh pemeriksa untuk membuat estimasi mengenai karakteristik seluruh populasi. Berarti berkaitan dengan tujuan menguji keberadaan kendaraan bermotor maka populasinya merupakan seluruh kendaraan bermotor pada akun aset tetap, sedangkan unit uji petiknya bisa berupa kendaraan roda empat dan roda dua.

3) Penentuan ukuran sampel

Dalam tahap ini jumlah ukuran sampel ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Hasil pengujian pengendalian akan mempengaruhi pengujian selanjutnya. Contoh: ketika hasil pengujian pengendalian ternyata kendaraan roda empat tidak memiliki garasi sendiri dan tidak dilengkapi surat kepemilikian, maka pengujian substantif atas kendaraan harus diperbanyak untuk bisa menjawab kecukupan bukti kesimpulan bahwa keberadaan kendaraan roda empat tidak bisa diyakini kebenarannya.

4) Seleksi unit sampel dan pelaksanaan pengujian

Pada tahap ini, pemeriksa harus mempertimbangkan bagaimana sampel akan dipilih sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili populasi dan setiap anggota populasi harus memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Setelah sampel yang mewakili populasi terpilih dilakukan pengujian terhadap unsur-unsur yang terpilih sebagai sampel tersebut.

Page 8: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

Dalam pelaksanaan, pemeriksa harus menentukan teknik pemilihan sampel yang akan dilakukan, misalnya random sampling atau stratified sampling. Keputusan pemeriksa untuk menentukan teknik pengambilan sampel tertentu akan tergantung pada kondisi populasinya. Jika sudah melihat populasi kendaraan bermotor dan bisa dikelompokkan lagi menjadi roda empat jenis sedan atau jenis mobil niaga, maka pemeriksa harus menentukan teknik pemilihan sampelnya, apakah masing-masing kelompok diambil wakilnya (stratified sampling) atau random terhadap seluruh kendaraan bermotor yang berada di kantor pusat saja (teknik pengambilan sampel secara rinci akan dibahas pada bagian berikutnya pada bab ini).

Tahap pemilihan sampel dan pelaksanaan pengujian serta tahap evaluasi merupakan bagian dari tahap pelaksanaan pemeriksaan, yakni dalam rangka mengumpulkan bahan bukti untuk menguji suatu asersi.

5) Evaluasi dan dokumentasi

Tahap evaluasi merupakan tahapan penerjemahan hasil, ekstrapolasi/proyek hasil, pertimbangan aspek kualitatif, sampai pengambilan kesimpulan. Ketika memproyeksikan suatu hasil pada populasi untuk menarik kesimpulan, pemeriksa harus mempertimbangkan risiko uji petik, seperti apakah hasil yang diperoleh.

Uji petik pemeriksaan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan statistik dan non-statistik (judgement). Selain itu kedua pendekatan tersebut dapat diterapkan untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif, dengan uraian sebagai berikut.

5.3.1 Pendekatan Uji Petik Non-Statistik (Judgement)

Dalam menentukan sampel dengan pendekatan non-statistik, pemeriksa harus sudah melakukan atau memiliki:

1) pemahaman yang baik terhadap proses bisnis entitas;

2) reviu internal control telah dilakukan secara memadai; dan

3) prosedur analitis.

Penggunaan metode judgement dapat dilakukan juga untuk pengujian pengendalian maupun pengujian substantif. Proses penentuan uji petik yang dilakukan untuk kedua pengujian tersebut tidak berbeda, tetapi tergantung karakter akun yang akan diuji. Tahapan-tahapan penentuan sampel dengan pendekatan non-statistik adalah sebagai berikut.

Page 9: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

1) Penentuan tujuan pengujian

Dalam hal pengujian pengendalian, misalnya pemeriksa menetapkan tujuan pengambilan uji petik untuk menguji atas approval dan authorization yang terdapat pada penerbitan SPM.

2) Pendefinisian populasi dan unit uji petik/sampel

Berkaiatan dengan tujuan uji petik untuk menguji approval dan authorization dalam penerbitan SPM, maka populasinya adalah jumlah seluruh SPM yang diterbitkan dalam periode tersebut. Sedangkan unit uji petiknya dapat berupa beberapa SPM yang diterbitkan pada bulan-bulan tertentu sesuai dengan pertimbangan pemeriksa.

3) Penentuan ukuran sampel

Setelah pemeriksa menentukan unit sampel yang akan diambil maka pemeriksa menentukan jumlah sampel yang mencukupi berdasarkan pertimbangan profesional. Misalnya: Setelah memilih unit sampel belanja-belanja di akhir tahun sebagai target pemilihan dan pengujian sampel, pemeriksa perlu menentukan berapa belanja di akhir tahun yang akan diuji. Untuk menetapkan besarnya jumlah dan nilai unsur yang akan diambil harus mempertimbangkan hasil penentuan coverage pemeriksaan dan satker yang akan diperiksa seperti yang telah diuraikan di atas untuk akun yang telah ditetapkan, yaitu:

Akun Saldo di LKPD (unaudited) % Cov. Coverage

pemeriksaan

Kas Rp5.000.000.000 60% Rp3.000.000.000*)

Piutang Rp2.500.000.000 40% Rp1.000.000.000

Aset tetap Rp600.000.000.000

50% Rp300.000.000.000*)

Aset lainnya Rp10.000.000.000 25% Rp2.500.000.000

Pendapatan Daerah

Rp280.000.000.000

50% Rp140.000.000.000

Belanja Daerah Rp300.000.000.000

60% Rp180.000.000.000

* Untuk pemeriksaan kas diambil dari nilai transaksi dari tahun anggaran berjalan (mutasi debet dan kredit) bukan dari saldo akhir pada tanggal pelaporan.

Page 10: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

** Khusus untuk pemeriksaan aset tetap, penentuan coverage pemeriksaan dapat menggunakan basis nilai mutasi aset tetap tahun berjalan, sepanjang berdasarkan hasil pemeriksaan sebelumnya, entitas telah melakukan inventarisasi ulang dan penilaian kembali atas aset tetap serta telah didokumentasikan, dicatat, dan dilaporkan secara memadai.

Selain pertimbangan tersebut, pemeriksa juga masih memungkinkan mempertimbangkan kelayakan jumlah sampel disesuaikan dengan kondisi senyatanya, dengan memperhitungkan:

(1) Cost dan benefit

(2) Waktu pemeriksaan

(3) Jumlah SDM yang dimiliki

(4) Signifikansi akun yang diuji terhadap laporan keuangan

Misalnya: Populasi adalah 2000 dokumen senilai Rp2milyar dan risiko gabungan tinggi. Setelah menggunakan pertimbangan sebelumnya, didapatkan jumlah sampel sebesar 10% x 2000 = 200 atau senilai Rp500juta. Namun demikian, waktu pemeriksaan sangat sempit dan SDM yang dimiliki hanya sedikit. Oleh karena itu pemeriksa memutuskan untuk mengurangi sampel menjadi 100 sampel. Jika pemeriksa memutuskan untuk memodifikasi jumlah sampel berdasarkan pertimbangan profesional, maka pemeriksa harus menuangkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dalam kertas kerja pemeriksaan.Pemeriksa dapat memperbesar cakupan pemeriksaan jika berdasarkan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa nilai akun dikoreksi secara signifikan.

4) Menentukan unit-unit sampel yang akan dijadikan target pengambilan sampel

Dalam menentukan unit-unit sampel yang akan dijadikan target pengambilan dan pengujian, pemeriksa mempertimbangkan hasil pemahaman SPI, analytical review, dan analisa risiko yang telah dilakukan.

Contoh–contoh penggunaan judgement dalam menentukan unit sampel yang akan diambil antara lain sebagai berikut:

(1) Jika dari hasil penilaian internal control pemeriksa menemukan adanya kelemahan signifikan yang spesifik dan berpengaruh terhadap laporan keuangan, maka pemeriksa dapat melakukan pengujian yang terfokus pada kelemahan yang ditemukan.

Page 11: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

Contoh :

(1)) Pemeriksa menemukan adanya kelemahan dalam sistem pemungutan dan penyetoran Pendapatan Daerah, maka pemeriksa melakukan uji substantif pada bukti-bukti yang mengarah pada permasalahan, antara lain: Surat Ketetapan Pajak Daerah/SKPD atau SKRD, bukti-bukti setor atau surat tanda setoran, nota debet atau nota kredit, rekening koran dan lain-lain.

(2)) Pemeriksa menemukan adanya kelemahan dalam system pembayaran Belanja Pegawai, maka pemeriksa melakukan uji substantif pada bukti-bukti yang mengarah pada permasalahan, antara lain: SP2D belanja pegawai ke SKPD, jumlah pegawai sesuai data kepegawaian di BKD, daftar nominatif dan kuitansi penerimaan gaji dari pegawai, dan lain-lain.

(3)) Belanja sosial (bansos) tanpa prosedur pertanggung- jawaban, maka pemeriksa melakukan uji substantif pada rincian pengeluaran bansos, dasar/bukti-bukti pengeluaran bansos, dokumen penyerahan bansos ke sasaran dan sebagainya.

(2) Jika pengelolaan kas di Bendahara Pengeluaran tidak tertib atau tidak menyelenggarakan Buku Kas Umum dan buku-buku pembantu lainnya, pemeriksa harus melakukan cash opname dan pengujian atas bukti-bukti pertanggungjawaban uang persediaan dan bukti setor kembali ke Kas Daerah.

(3) Jika tujuan langkah pemeriksaan sudah jelas, misalnya untuk menemukan belanja akhir tahun yang pertanggungjawabannya tidak valid maka sampel yang dipilih adalah dokumen-dokumen belanja yang terjadi akhir tahun.

(4) Jika dalam analytical review, pemeriksa melihat adanya hubungan tidak normal antar akun, misal akun belanja modal dengan aset tetap, atau adanya tren yang tidak normal misal realisasi belanja modal menumpuk di akhir tahun, maka sampel yang akan dipilih difokuskan pada berita-berita acara serah terima di akhir tahun karena kemungkinan besar terdapat proyek yang belum selesai akan tetapi berita acara sudah dibuat selesai dan dibayar. Jika terjadi ketidaksejalanan antara perubahan belanja pegawai dengan perubahan jumlah pegawai entitas, pemeriksa disarankan agar melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja pegawai tersebut untuk bulan-bulan dimana terjadi kondisi tersebut.

Page 12: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

(5) Jika terjadi belanja yang signifikan diluar siklus yang normal, disarankan agar pemeriksa melakukan sampling terhadap belanja tersebut. Contoh: pengeluaran belanja yang signifikan pada Badan Koordinasi Penanganan Bencana umumnya terjadi pada saat terjadi bencana atau satu sampai dengan dua bulan setelah terjadinya bencana. Oleh karena itu, jika terjadi pengeluaran belanja yang signifikan pada periode bulan keempat setelah terjadinya bencana atau sebelum terjadinya bencana, disarankan agar pemeriksa melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja tersebut.

(6) Jika terjadi pola pengeluaran belanja yang tidak biasa, disarankan agar pemeriksa melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja tersebut. Contoh: Pencairan SP2D oleh SKPD di akhir tahun anggaran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan pencairan SP2D bulan-bulan sebelumnya. Jika hal tersebut terjadi, disarankan agar pemeriksa melakukan uji petik pengeluaran belanja pada SKPD A pada bulan-bulan tersebut.

Dalam memilih unit sampel berupa akun yang akan disampel dan diuji, pemeriksa mempertimbangkan siklus akun terkait. Misalnya: ketika pemeriksa memutuskan akan mengambil sampel akun belanja modal, maka pemeriksa sekaligus akan mengambil sampel pada akun aktiva tetap terkait belanja modal tersebut.

5) Evaluasi Hasil Uji Petik

Setelah melakukan pengujian dan menemukan ada beberapa kesalahan. Pemeriksa tidak dapat langsung memroyeksikan kesalahan tersebut ke populasi. Pemeriksa harus menggunakan judgement dengan beberapa pertimbangan:

(1) Besarnya nilai temuan dibandingkan TE. Jika melebihi TE, maka akun tersebut dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini.

(2) Frekuensi terjadinya kesalahan. Jika kesalahan yang ditemukan hanya kasus yang terjadi pada satu waktu tertentu maka kesimpulan akan berbeda dengan kesalahan yang sudah umum terjadi dan frekuensi keterjadiannya pada beberapa waktu tertentu dalam satu tahun. Misalnya, kesalahan yang terjadi 3 kali dalam setahun dan umum terjadi seperti kesalahan mata anggaran belanja barang ke belanja modal akan menyebabkan pemeriksa berkesimpulan kesalahan serupa banyak terjadi dan mempengaruhi kewajaran akun. Sedangkan kesalahan yang tidak umum terjadi dan hanya terjadi dalam satu waktu tertentu mungkin menyebabkan pemeriksa berkesimpulan kesalahan sejenis tidak banyak terjadi dan tidak mempengaruhi kewajaran akun.

Page 13: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

(3) Unsur tindak pidana. Jika terdapat unsur tindak pidana dalam satu temuan maka pemeriksa harus waspada dan berupaya memperluas pengujian untuk mendapatkan keyakinan awal bahwa indikasi tindak pidana eksis atau tidak. Pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan bahwa tindak pidana tersebut mempengaruhi kewajaran akun.

(4) Penyebab kesalahan apakah disebabkan oleh sistem aplikasi atau kesalahan personil. Jika kesalahan disebabkan karena kelemahan sistem aplikasi maka kemungkinan besar kesalahan akan mempengaruhi kewajaran akun.

6) Mendokumentasikan perencanaan, pemilihan, pengujian dan evaluasi hasil.

Pemeriksa mendokumentasikan setiap langkah penetapan uji petik dan hasilnya dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP). Dokumentasi setidaknya berisi dasar penentuan lokasi/satker yang akan diperiksa, pendekatan sampel yang digunakan dan alasannya, tujuan pengujian, definisi populasi dan unit sampling, ukuran sample, pemilihan sampel, hasil pelaksanaan pengujian, dan evaluasi hasil pengujian.

5.3.2 Pendekatan Uji Petik Statistik

Berbeda dengan pendekatan non-statistik (judgement), dalam melakukan pengujian pengendalian (Control Testing) dan pengujian substantif (substantive testing) metode uji petik yang digunakan berturut-turut adalah Attribute Sampling dan Monetary Unit Sampling/Variable Sampling. Berikut merupakan tabel hubungan metode uji petik dengan jenis pengujian yang digunakannya.

No. Metode Uji Petik Jenis Pengujian

1. Attribute Sampling Pengujian Pengendalian

2. Variable Sampling Pengujian Substantif

3. Monetary unit Sampling Pengujian Substantif

Apakah dalam setiap pemeriksaan pengujian pengendalian harus selalu dilakukan? Jawabannya tidak. Pemeriksa dapat melihat kaitan antara risiko pengendalian awal yang telah ditetapkan dengan pendekatan yang digunakan dalam strategi pemeriksaan sebagai berikut.

Page 14: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

Risiko Pengendalian Pendekatan Pemeriksaan

High (Maximum) Sangat tidak mengandalkan pengendalian. Pemeriksa dapat melakukan pengujian substantif langsung tanpa test of control (substantive approach).

Medium Sebagian mengandalkan pengendalian. Pemeriksa dapat melakukan test of control yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian substantif. (Test of control and substantive approach)

Low Sangat mengandalkan pengendalian. Pemeriksa dapat melakukan test of control saja. Jika diperlukan, pengujian substantif sangat terbatas seperti analytical substantive procedure. (Test of control approach)

Dengan mempertimbangkan risiko pengendalian awal dan kaitannya dengan pendekatan pemeriksaan, maka pemeriksa dapat menentukan apakah melakukan pengujian pengendalian dan atau substantif.

Berikut merupakan tahapan-tahapan penentuan sampel dengan pendekatan statistik dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif:

1) Pengujian Pengendalian (Attribute Sampling)

Pengujian pengendalian meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Penetapan tujuan pengujian

Dalam attribute sampling, tujuan pengujian adalah untuk mengetahui apakah sampel-sampel yang mewakili populasi telah sesuai dengan atribut yang sebelumnya telah didefinisikan.

(2) Pendefinisian populasi dan unit uji petik/sampel

Atribut merupakan kualitas/sifat yang berkaitan dengan populasi yang diuji petik, sedangkan deviasi merupakan atribut yang negatif atau defektif, terkadang disebut pula sebagai kekeliruan (error). Misalnya, di dalam pengujian pengendalian dan substantif atas transaksi belanja, salah satu atribut yang diuji adalah bahwa semua SPM telah diotorisasi oleh Pengguna Anggaran, sedangkan deviasinya adalah jika ada SPM yang dicairkan namun tidak diotorisasi atau diotorisasi oleh pejabat yang tidak berwenang.

Misalnya, di dalam pengujian pengendalian atas transaksi belanja, ditetapkan populasi adalah seluruh SPM yang telah diterbitkan dan telah dicairkan melalui penerbitan SP2D dari KPPN selama tahun anggaran

Page 15: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

yang diperiksa. Dalam hal ini diketahui bahwa jumlah SPM yang telah diterbitkan adalah 20.000 lembar sehingga populasinya adalah 20.000 dan unit samplingnya adalah dokumen SPM beserta dokumen pendukungnya.

(3) Penentuan ukuran sampel

Untuk menentukan ukuran sampel, pemeriksa terlebih dahulu menentukan parameter-parameter sebagai berikut.

(1)) Penetapan tolerable exception rate (TER)

Tolerable Exception Rate (TER) atau Upper Error Limit (UEL) merupakan tingkat kekeliruan di dalam sampel yang diuji yang masih dapat diterima untuk tetap menyimpulkan bahwa pengendalian berjalan efektif dan/atau jumlah salah saji di dalam transaksi yang ditemukan masih dapat diterima.

Contoh, jika untuk atribut adanya otorisasi dari Pengguna Anggaran pada SPM, pemeriksa menetapkan TER atau UEL 5%, hal ini berarti pemeriksa memutuskan bahwa jika ditemukan 5% dari sampel SPM tidak diotorisasi, maka pengendalian masih efektif sesuai dengan risiko pengendalian yang ditetapkan pada perencanaan pemeriksaan. Penentuan besarnya TER sangat tergantung pada penilaian pemeriksa terhadap keandalan pengendalian intern. Dalam juknis ini terdapat tiga tingkatan TER yang disarankan untuk masing-masing tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

Risiko Pengendalian Awal TER

High (Maximum) Tidak melakukan pengujian pengendalian

Medium 6%-10%

Low 3%-5%

(2)) Penetapan tingkat keandalan atau tingkat keyakinan

Tingkat keandalan atau tingkat keyakinan merupakan probabilitas benar dalam mempercayai efektivitas pengendalian intern. Tingkat keandalan atau tingkat keyakinan merupakan kebalikan dari Accepted Risk of Assesing Control Risk Too Low (ARACR). ARACR merupakan tingkat risiko yang masih dapat diterima oleh pemeriksa karena telah menyimpulkan bahwa pengendalian masih berjalan efektif ketika pada

Page 16: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16

kenyataannya pengendalian tidak berjalan efektif. Dalam pengujian pengendalian, umumnya pemeriksa dapat menggunakan tingkat keandalan sebesar 90%, 95% atau 99%. Penentuan besarnya tingkat keandalan yang akan digunakan akan tergantung kepada kepercayaan pemeriksa terhadap pengendalian intern entitas yang diperiksa.

(3)) Penetapan expected error rate (EER)

Expected Error Rate (EER) merupakan jumlah kesalahan yang diperkirakan akan terjadi dalam populasi. Hal ini biasanya ditetapkan berdasarkan pengalaman pemeriksa sehingga memerlukan pertimbangan professional Misalnya, berdasarkan pengalaman tahun lalu pemeriksa memperkirakan bahwa kesalahan yang ditemukan tidak lebih dari 2%, dengan demikian EER adalah 2%. Namun dalam hal pemeriksa tidak memiliki pengalaman mengenai besarnya kesalahan dalam suatu populasi, maka ia dapat mengambil 50 sampel awal untuk menaksir tingkat kesalahan yang terdapat dalam populasi. Misalnya dari pemeriksaan atas 50 sampel, ditemukan satu penyimpangan, maka taksiran expected error rate-nya adalah sebesar 2% (1:50). Setelah menetapkan parameter-parameter diatas, ukuran sampel dapat ditetapkan dengan menggunakan software pemeriksaan seperti ACL dengan menggunakan perintah Size setelah memasukkan parameter jumlah populasi, tingkat keandalan, EER dan UEL, atau secara manual dengan menggunakan tabel Penentuan Ukuran Sampel sesuai dengan tingkat keandalan seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 5.1.

Dari penentuan ukuran sampel ini sekaligus akan diperoleh jumlah kesalahan yang masih dapat diterima (NTE) oleh pemeriksa tanpa harus menurunkan atau menaikkan tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada tabel Penentuan Ukuran Sampel, NTE ditunjukkan dengan angka dalam tanda kurung.

(4) Pemilihan Sampel dan Pelaksanaan Pengujian

Setelah mendapatkan jumlah sampel, Pemeriksa dapat melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan metode random (probabilistic approach) secara otomatis di ACL, metode sistematik dengan menggunakan penambahan nilai tertentu (mis: incremental 10 angka), stratifikasi atau menggunakan judgment untuk memilih item-item mana saja yang akan dipilih.

Page 17: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17

(5) Evaluasi Hasil Uji Petik

Jika dari hasil uji petik ditemukan kesalahan/deviasi lebih kecil atau sama dengan NTE, maka hasil uji petik tersebut mendukung kesimpulan tentang tingkat keandalan (ARACR) serta tingkat UEL. Misalnya, jika dengan tingkat keyakinan 95%, EER 2% serta UEL 5% yang ditetapkan didapatkan nilai NTE sama dengan 6, dan hasil uji petik ditemukan deviasi sebanyak 5, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif namun terdapat risiko sebesar 5% bahwa pemeriksa salah memberikan kesimpulan. Bila tidak demikian, misalnya ditemukan deviasi lebih dari pada 6, maka pemeriksa perlu memperbaiki tingkat EER ataupun ARACR yang ditetapkan. Baik deviasi yang ditemukan lebih besar maupun lebih kecil daripada NTE, pemeriksa perlu meng-update matriks penilaian risiko terutama jika ada perubahan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan pada tahap penilaian risiko.

Contoh penggunaan metode uji petik atribut (attribute sampling) dapat dilihat pada Boks 1 di bawah ini.

Boks 1 CONTOH PENERAPAN METODE UJI PETIK ATRIBUT (ATTRIBUTE SAMPLING) Sebagai bagian dari pengujian atas pos belanja, pemeriksa melakukan pengujian pengendalian terhadap otorisasi Surat Perintah Membayar (SPM).

Penetapan tujuan pengujian: uji petik ini dilakukan untuk menguji apakah proses pengendalian dalam penerbitan SPM sebagai dokumen otorisasi untuk transaksi belanja berjalan efektif.

Penetapan atribut dan deviasi: Karena pengujian ditujukan untuk mengetahui pengendalian terhadap otorisasi SPM, maka atributnya yang ditetapkan adalah SPM telah diotorisaasi oleh Pengguna Anggaran, sedangkan deviasinya adalah jika ada SPM yang dicairkan namun tidak diotorisasi atau diotorisasi tapi tidak oleh pejabat yang berwenang.

Pendefinisian populasi dan unit sampling: Populasi yang akan diambil sampelnya berupa 20.000 lembar SPM.

Penentuan metode pemillihan sampel: simple random sampling. Penetapan TER: Pemeriksa menetapkan tingkat tolerable error (TER) sebesar 5%. Penetapan tingkat keandalan: Pemeriksa menetapkan tingkat keandalan sebesar 95%,

atau tingkat ARACR (risiko menilai risiko pengendalian terlalu rendah) sebesar 5%. Penetapan EER: Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya pemeriksa menetapkan

expected error rate (EER) sebesar 2%. Penentuan ukuran sampel ditetapkan dengan merujuk pada table ukuran sampel untuk uji

petik atribut dengan tingkat keandalan/keyakinan 95% seperti yang tercantum pada Lampiran 5.1. Pada tabel tersebut dengan tingkat keyakinan 95%, pilih EER sebesar 2%

Page 18: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 18

dan TER sebesar 5%, diperoleh jumlah sampel sebesar 181 unsur. Dengan melihat tabel tersebut, selain diperoleh ukuran sampel, juga diperoleh nilai NTE (kesalahan yang masih dapat diterima) yang ditunjukkan dengan angka dalam kurung disamping ukuran sampel, yaitu 4.

Pemilihan sampel: Setelah jumlah sampel yang harus dipilih diketahui, maka pemeriksa harus memilih sampel tersebut dari keseluruhan populasi. Dalam hal ini pemeriksa harus memilih 181 unsur diantara 20.000 lembar SPM yang ada. Teknik penyeleksian 181 unsur dari 20.000 dapat dilakukan dengan memilih teknik pemilihan sampel tertentu, misalnya simple random sampling.

. Pelaksanaan pengujian: Setelah 181 SPM terpilih sebagai sampel, pemeriksa memeriksa atribut yang ditetapkan sebelumnya, berupa SPM yang ditandatangani oleh Pengguna Anggaran. Pemeriksa harus mencatat berapa kali ia menemukan SPM yang tidak diotorisasi dengan semestinya. . Evaluasi hasil uji petik: Misalnya, setelah memeriksa 181 SPM, pemeriksa menemukan terdapat 3 lembar SPM yang tidak diotorisasi dengan semestinya, jumlah kesalahan tersebut kemudian dibandingkan dengan NTE yang diperoleh sebelumnya, yaitu 4. Karena jumlah kesalahan yang diperoleh masih lebih kecil dari nilai NTE, maka pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif namun terdapat risiko sebesar 5% bahwa pemeriksa salah memberikan kesimpulan.

2) Pengujian Substantif (Monetary Unit Sampling)

Pengujian substantif meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Penetapan tujuan pengujian

Dalam juknis ini, uji petik satuan mata uang ditetapkan untuk digunakan dalam pengujian substantif. Karena itu tujuan yang ditetapkan adalah menguji apakah akun-akun yang terdapat pada laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

(2) Mendefinisikan populasi dan unit samplingnya. Misalnya, untuk pengujian substantif atas transaksi belanja, ditetapkan populasi adalah seluruh SPM yang telah diterbitkan dan telah dicairkan melalui penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dari BUD selama tahun anggaran yang diperiksa. Dalam hal ini diketahui bahwa jumlah SPM yang telah diterbitkan adalah 20.000 lembar sehingga populasinya adalah 20.000 dan unit sampling-nya adalah dokumen SPM beserta dokumen pendukungnya.

(3) Menentukan tingkat reliability factor untuk risk of incorrect acceptance (β risk). Risk of incorrect acceptance (β risk) adalah risiko yang masih dapat diterima oleh pemeriksa karena telah menerima bahwa hasil uji petik mendukung kesimpulan bahwa saldo yang tercatat tidak mengandung

Page 19: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 19

salah saji material padahal sebenarnya terdapat salah saji material. Untuk memilih nilai β risk auditor harus menggunakan judgment dan mempertimbangkan risiko. Namun, mengingat kondisi akuntabilitas pemerintah yang saat ini masih banyak memiliki kelemahan sistem pengendalian dalam hampir semua kegiatan/transaksi maka β risk yang layak dipilih adalah 1-10%. Namun juga auditor memiliki pertimbangan lain yang layak maka auditor dapat memiliki tingkat risiko β yang lain.

(4) Menentukan tolerable misstatement, expected misstatement, dan expansion factor. Tolerable misstatement adalah sama dengan tolerable error per akun yang telah dialokasikan pada saat penentuan tolerable error. Expected misstatement adalah perkiraan nilai kesalahan yang mungkin terjadi. Untuk menentukan EM maka auditor harus mempertimbangkan temuan-temuan tahun sebelumnya atau hasil pemeriksaan interim. Jika auditor menghitung EM maka Expansion Factor harus dipilih menggunakan tabel pada lampiran 5.2.

(5) Penentuan ukuran sampel

Rumus menentukan besarnya sampel adalah:

Keterangan:

N : Ukuran Sampel

BV : Nilai buku (Nilai yang tercatat untuk setiap unsur)

RF : Faktor keandalan (Reliability Factor), yaitu suatu faktor untuk menyatakan risiko atas penerimaan yang salah, dengan asumsi tidak ada kekeliruan (nol kekeliruan). RF0 (untuk kekeliruan yang diharapkan = nol, atau U) disajikan pada Lampiran 5.2.

TM : Salah saji yang dapat diterima (Tolerable Misstatement), yaitu salah saji maksimum yang boleh ada dalam populasi tanpa membuat laporan keuangan dianggap memberikan pandangan/ pengarahan yang salah (misleading).

EM Salah saji yang diharapkan (Expected Misstatement), yaitu estimas Pemeriksa pemeriksa atas salah saji moneter dalam populasi. Biasanya hal ini diestimasikan berdasarkan pengalaman masa lalu dan pengetahuan mengenai entitas yang diperiksa

EF : Faktor ekspansi (Expansion Factor), yaitu suatu faktor atas salah saji yang diharapkan, juga menggambarkan penerimaan yang salah. Nilai faktor ekspansi disajikan pada Lampiran 5.2.

Page 20: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 20

(6) Pemilihan Sampel dan Pelaksanaan Pengujian

Tahap pemilihan sampel dan pelaksanaan pengujian pada monetary unit sampling meliputi:

(1)) Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan software pemeriksaan seperti ACL dengan memasukkan perintah random setelah memasukkan beberapa parameter seperti yang telah disebutkan di atas, atau secara manual dengan menggunakan tabel nomor acak seperti telah diilustrasikan pada bagian metode pemilihan sampel.

(2)) Melakukan prosedur pemeriksaan

Lakukan prosedur pemeriksaan terhadap sampel yang terpilih sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang ingin dicapai.

(7) Evaluasi Hasil Uji Petik

Setelah auditor menyelesaikan pengujian pemeriksaan atas unit fisik yang terkait dengan unit moneter yang dipilih, ia akan mengevaluasi kekeliruan yang ditemukan. Untuk mengevaluasi kekeliruan yang ditemukan langkah yang dilakukan adalah mengevaluasi nilai salah saji moneter maksimum (Max) yang kemudian dibandingkan dengan nilai salah saji yang dapat diterima (TM). Apabila nilai max sama atau lebih kecil dari nilai TM, maka hasil pemeriksaan sampel akan mendukung kesimpulan pemeriksa, bahwa populasi yang terwakili dengan sampel tersebut tidak mengandung salah saji.

Cara menghitung nilai max adalah:

Ket:

Max : Salah saji moneter maksimum

BV : Nilai buku

UMLx : Batas atas salah saji (upper misstatement limit)

N : Jumlah/ukuran sampel

Page 21: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 21

Estimasi nilai salah saji moneter maksimum di dalam populasi dapat disaring kembali dengan menggunakan informasi tambahan yang diperoleh di dalam sampel, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Batasan dasar (Basic bound)

Jika tidak ditemukan adanya salah saji, pemeriksa akan mengestimasikan Max sebagai.

Dengan tidak adanya salah saji, nilai tersebut akan merupakan batasan dasar (basic bound). Apapun hasil pengujian sampel, pemeriksa akan selalu mengestimasikan jumlah moneter maksimum dari overstatement setidaknya sebesar batasan dasar (basic bound) untuk tingkat risiko yang telah ditetapkan.

2) Kesalahan (tainting)

Tentukan nilai tainting t untuk setiap unit fisik yang mengandung kesalahan, catat setiap t dalam salah satu dari dua kelompok berikut: understatement atau overstatement. Setelah seluruh tainting ditentukan, urutkan setiap kelompok mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil (t1 = tainting dengan nilai salah saji relatif yang terbesar, t2 = tainting dengan nilai salah saji relatif terbesar kedua, dan seterusnya). Kemudian hitung Max, setelah memperhitungkan tainting.

3) Overstatement saja

Peningkatan dalam Pemeriksaan dengan ditemukannya satu overstatement adalah:

Page 22: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 22

4) Overstatement dan understatement

Ketika ditemukan baik overstatement maupun understatement dalam sampel yang dipilih, apabila ukuran sampel telah cukup memadai, maka nilai bersih overstatement maksimum adalah:

Jika auditor menemukan bahwa dengan menerapkan pendekatan di atas ternyata menghasilkan nilai bersih yang lebih kecil dari batasan dasar (basic bound) atau jumlah kesalahan understatement melebihi jumlah kesalahan overstatement, maka auditor perlu secara teliti menguji kembali pertimbangannya dalam menggunakan pendekatan Monetary Unit Sampling (MUS). Jika diperlukan, auditor perlu mengganti pendekatan MUS yang digunakannya dengan pendekatan yang menggunakan sampel variabel. Jika auditor memutuskan, setelah melakukan pengujian ulang, bahwa penggunaan pendekatan MUS tetap sesuai, maka auditor akan mengestimasi NetMaxo/s setidak-tidaknya sebesar batasan dasar (basic bound), untuk tingkat risiko yang telah ditetapkan.

Dalam melakukan evaluasi, auditor harus menyimpulkan apakah nilai buku yang dilaporkan dapat diterima dengan membandingkan antara max atau NetMaxo/s, yang relevan dengan TM.

Page 23: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 23

Contoh penggunaan metode MUS dapat dilihat pada Boks di bawah ini.

Boks 2 :

CONTOH PENERAPAN METODE UJI PETIK SATUAN MATA UANG (MONETARY UNIT SAMPLING)

Pemeriksa menggunakan metode uji petik satuan mata uang untuk menilai kewajaran saldo piutang. Akun piutang bernilai Rp50.000.000.000, pemeriksa mentolerir risiko beta sebesar 5%, Besarnya kesalahan maksimum yang dapat ditolerir adalah Rp600.000.000 pemeriksa memperkirakan adanya kesalahan sebesar Rp50.000.000.

Diasumsikan bahwa pekerjaan lapangan menunjukkan bahwa terdapat dua overstatement, yaitu Rp5.000.000 dari nilai buku Rp10.000.000 dan Rp16.000.000 dari nilai buku Rp20.000.000.

Dari contoh tersebut, maka diketahui:

BV = 50.000.000.000

TM = 600.000.000

β = 5%

EM = 50.000.000

RF = 3 (Lihat lampiran 5.2 RF dengan risiko 5%)

EF = 1,6 (Lihat lampiran 5.2 EF dengan risiko 5%)

UML0 = 3 (Lihat lampiran 5.3 UML dengan risiko 5%)

UML1 = 4,8 (Lihat lampiran 5.3 UML dengan risiko 5%)

UML2 = 6,3 (Lihat lampiran 5.33 UML dengan risiko 5%)

1. Hitung ukuran sampel n:

= 288 unsur

2. Hitung tainting t1 dan t2:

t1 = Rp5.000.000/10.000.000 = 0,5

t2 = Rp16.000.000/20.000.000 = 0,8

3. Hitung Max :

Page 24: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 24

= 885.416.667

4. Kesimpulan

Dengan hasil di atas, auditor 95 persen yakin bahwa nilai moneter dari overstatement dalam akun piutang tidak melebihi Rp885.416.667. Namun karena nilai ini melebihi TM, yaitu Rp600 juta, maka pemeriksa mungkin menolak BV berdasarkan hasil pengujiannya.

Page 25: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 25

Lampiran 5.1

Page 26: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 26

Lampiran 5.2

Page 27: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 5 Uji Petik Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 27

Lampiran 5.3

Page 28: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 6 KERTAS KERJA PEMERIKSAAN

6.1 Gambaran Umum

Dalam rangka melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja pemeriksaan (KKP). Dokumentasi pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Selain itu dokumentasi pemeriksaan harus mendukung opini, temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksaan.

6.2 Fungsi dan Manfaat Dokumentasi Kertas Kerja Pemeriksaan

Dokumentasi pemeriksaan berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa, bahan penilaian kualitas pemeriksaan, serta satu di antara sumber atau referensi pemeriksaan berikutnya. Manfaat dokumentasi pemeriksaan adalah untuk:

1) Dasar penyusunan laporan hasil pemeriksaan atau alat penghubung antara pekerjaan pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.

2) Alat mereviu, mengendalikan dan mengawasi pekerjaan para pelaksana pemeriksaan.

3) Alat pembuktian yang mendukung laporan hasil pemeriksaan.

4) Sarana mengevaluasi seluruh atau sebagian hasil pemeriksaan.

5) Sumber data atau informasi bagi kelanjutan pemeriksaan dan perencanaan pemeriksaan berikutnya.

Page 29: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

6.3 Lingkup Dokumentasi KKP

Dokumentasi pemeriksaan meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa (perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan), bukti-bukti pemeriksaan yang kompeten, relevan, dan cukup untuk mendukung catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa.

6.4 Syarat dan Unsur-Unsur Dokumentasi Pemeriksaan

Agar KKP sesuai dengan fungsi dan manfaat, KKP harus memenuhi syarat akurat atau tepat, relevan, lengkap, ringkas, kompeten, cukup, jelas, sistematis, rapi, aman, mudah diakses dan bersih. Untuk memenuhi syarat tersebut, dokumentasi pemeriksaan perlu dibuat dengan kode dan simbol tertentu secara konsisten dan sistematik. Kode dan simbol tersebut meliputi indeksasi dokumentasi pemeriksaan, simbol analisis (tickmark), referensi silang (cross reference) antar dokumentasi pemeriksaan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan serta dokumentasi pemeriksaan sebelumnya.

6.5 Tahapan Pendokumentasian Pemeriksaan LKPD

Tahapan pendokumentasian pemeriksaan LKPD meliputi perencanaan indeksasi KKP, penyusunan KKP, pemberian tanda simbol analisis, pemberian referensi silang, pereviuan KKP, pelabelan KKP, penyerahan KKP, pengendalian mutu KKP, dan penyimpanan KKP.

6.5.1 Indeksasi KKP

Pemeriksaan LKPD diklasifikasikan dalam tiga kelompok indeksasi yaitu:

1) KKP Indeks A

KKP Indeks A meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dalam tahap perencanaan pemeriksaan yang menghasilkan surat tugas, P2, PKP, Pemahaman Entitas, Stuktur Organisasi, Peraturan-peraturan terkait LKPD, Pemahaman Sistem Pengendalian Intern, Pemahaman dan Penilaian Risiko, dan Prosedur Analitikal Awal.

Page 30: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi A.1, A.2, A3,…,A19. Indeksasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

2) KKP Indeks B

KKP Indeks B meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dalam pelaksanaan pemeriksaan yang menghasilkan simpulan dan temuan pemeriksaan (TP) serta pengakhiran pemeriksaan.

Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi B.1, B.2, B3,….,B11. Indeksasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

Pengujian akun-akun Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran yang dibuat KKP-nya adalah akun dengan indeks tiga digit. Setiap akun tersebut disusun satu kesatuan dengan urutan sebagai berikut:

(1) Lembar Sampul (cover sheet) disingkat CS, format dapat dilihat pada Lampiran 6.2;

(2) Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan disingkat HP3, format dapat dilihat pada Lampiran 6.3;

(3) Lembar Utama (lead schedule) disingkat LS, format dapat dilihat pada Lampiran 6.4;

(4) Lembar Pendukung (supporting schedule) disingkat SS, format dapat dilihat pada Lampiran 6.5;

(5) Lembar Pelaksanaan Pengujian Substantif (substantive test) disingkat ST;

(6) Lembar Pelaksanaan Pengujian Pengendalian (control test) disingkat CT ;

(7) Lembar Pelaksanaan Pengujian Penyajian dan Pengungkapan disingkat PD;

(8) Dokumen/bukti relevan yang diperoleh dari auditee disingkat BA;

(9) Berita Acara Pengujian Cek Fisik/Opname disingkat BF;

(10) Hasil konfirmasi dari pihak ketiga disingkat BK;dan

(11) Hasil wawancara secara tertulis disingkat BW.

Page 31: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

Sebagai contoh KKP pengujian akun Kas di Kas Daerah dengan kode indeks B.1.1.1 mempunyai dua lembar pendukung dan enam prosedur pengujian substantif, penomoran KKP-nya adalah sebagai berikut:

Tabel 6.1 Kode Indeksasi akun Kas di Kas Daerah

No Keterangan Kode KKP No Keterangan Kode KKP

1 Lembar Sampul B.1.1.1.CS.01 7 Lembar Pelaksanaan Pengujian Penyajian dan Pengungkapan

B.1.1.1.PD.01

2 Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan

B.1.1.1.HP.01 8 Dokumen/bukti yang diperoleh dari auditee

B.1.1.1.BA.01 B.1.1.1.BA.02 ….dst.

3 Lembar Utama B.1.1.1.LS.01 9 Berita Acara Cash Opname

B.1.1.1.BF.01

4 Lembar Pendukung

B.1.1.1.SS.01 B.1.1.1.SS.02

10 Hasil konfirmasi dari pihak ketiga

B.1.1.1.BK.01

5 Lembar Pelaksanaan Pengujian Substantif

B.1.1.1.ST.01 B.1.1.1.ST.02 ….dst B.1.1.1.ST.06

11

Hasil wawancara secara tertulis

B.1.1.1.BW.01

6 Lembar Pelaksanaan Pengujian Pengendalian

B.1.1.1.CT.01

Setiap bukti/dokumen yang diperoleh dari entitas, analisis yang dibuat oleh pemeriksa dan diperoleh dari pihak ketiga harus diberikan nomor indeksasi.

Untuk setiap koreksi atas akun harus didokumentasikan pada lembar induk, jurnal-jurnal tersebut akan dikumpulkan dalam KKP Daftar Jurnal Koreksi yang terlebih dahulu disetujui oleh Pengendali Teknis sebelum diajukan kepada auditee. Jurnal koreksi yang diajukan oleh pemeriksa diberi kode PAJE#XX (XX= nomor dua digit)

Page 32: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

dan jurnal reklasifikasi diberi kode PRJE#XX. Contoh dapat dilihat pada KKP dalam bentuk CD yang merupakan satu kesatuan dengan panduan ini. Sedangkan jurnal koreksi yang diajukan oleh entitas diberi kode CAJE#XX. Namun demikian pengajuan jurnal oleh auditee belum ada dasar hukum yang mengatur apakah diperbolehkan audite mengajukan jurnal koreksi setelah dilakukannya penyerahan LKPD oleh kepala daerah untuk diperiksa.

3) KKP Indeks C

KKP Indeks C meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dalam tahap pelaporan pemeriksaan.

Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi C.1, C.2, C3, dan C.4 Indeksasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.

6.5.2 Penyusunan KKP

KKP disusun memuat informasi mengenai identitas BPK (simbol dan nama), pernyataan “Kertas Kerja Pemeriksaan”, entitas dan tahun yang diperiksa, nomor kode indeks KKP, nama/initial, tanggal dan paraf, simbol analisis (tickmark) dan pemberian referensi Silang (cross reference).

6.5.3 Pemberian Tanda Simbol Analisis (Tickmarks)

Tickmarks adalah tanda berupa simbol/huruf/angka yang digunakan untuk menandakan bahwa suatu prosedur pemeriksaan telah dilakukan oleh pemeriksa, atau menandakan pemberian penjelasan lebih lanjut atas suatu informasi. Tickmarks digunakan untuk menyederhanakan pendokumentasian pekerjaan yang telah dilakukan dan kondisi yang ditemukan selama pelaksanaan pemeriksaan. Tanda tickmarks ini diletakan di dekat/di sebelah data yang dijelaskannya. Penulisan tanda tickmark sebaiknya menggunakan warna yang berbeda dengan warna tulisan yang merupakan isi dari dokumen pemeriksaan tersebut. Setiap penggunaan tanda tickmark ini harus disertai dengan label keterangan (legenda) yang menjelaskan maksud dari penggunaan tanda tersebut pada kertas kerja. Legenda tersebut sebaiknya singkat dan cukup dapat menjelaskan hasil dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan. Tickmark tidak boleh diberikan apabila prosedur tersebut tidak atau tidak dapat dilakukan oleh pemeriksa. Contoh tickmarksdapat dilihat pada tabel 6.2 berikut.

Page 33: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

Tabel 6.2 Daftar Tickmarks

No Tickmark Keterangan Penempatan

1 ∧ Footing Penambahan dan Pengurangan)

Ditempatkan di bawah angka total

2 < Cross Footing (Penambahan dan Pengurangan)

Ditempatkan di samping kanan angka total

3 PY Prior Year Sudah sesuai dengan saldo tahun lalu

Ditempatkan di bawah angka total

4 L Ledger Telah dicocokkan dengan buku besar

Diletakkan disamping kanan angka

5 / Telah dicocokkan dengan buku pembantu

Diletakkan disamping kanan angka

6 D Document Telah diperiksa dokumen (perjanjian, polis, kontrak)

Diletakkan disamping kanan angka

7 Vo Vouching Vouching Diletakkan disamping kanan angka

8 J Journal Telah dicocokkan dengan Jurnal

Diletakkan disamping kanan angka

9 C Chaque Pemeriksaan cek batal Diletakkan disamping kanan angka

10 CB Confirm Balance Jawaban Konfirmasi yang cocok

Diletakkan disamping kanan angka

11 RD Report Different Jawaban Konfirmasi yang tidak cocok

Diletakkan disamping kanan angka

12 RPO Return Post Office Jababan konfirmasi dikembalikan oleh Kantor Pos

Diletakkan disamping kanan angka

13 NR No Respon Bila tidak ada jawaban untuk tujuan lain

Diletakkan disamping kanan angka

14 PBC Prepared By Client Untuk menadakan bahwa schedule dibuat oleh auditee

Diletakkan disudut kiri atas dan ditulis tanggal terimanya

Page 34: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

6.5.4 Pemberian Referensi Silang (Cross Reference)

Catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dapat saling berkaitan antara satu KKP dengan KKP yang lain. Anggota Tim pemeriksa memberikan referensi silang pada KKP yang disusunnya. Referensi silang tersebut menghubungkan KKP dalam satu indeks dengen KKP indeks lain yang relevan antara lain sebagai berikut:

1) KKP Indeks A dengan KKP Indeks B, sesama KKP Indeks B, serta KKP Indeks B dengan KKP Indeks C.

2) Lembar Sampul dengan Lembar Utama/Lembar Pendukung.

3) Lembar Utama dengan Lembar Pendukungnya.

4) Lembar Utama dengan Lembar Pendukung dari Lembar Utama yang lain

5) Lembar Pengujian dengan dokumen yang dicopy dari auditee/konfirmasi dari pihak ketiga.

Gambar 6.1 Contoh Hubungan antar KKP & Referensi Silang

Indek: A.3.1

Akun Prosedur KKP Ref Catatana. Kas.. 1. periksa fisik B.1

2.tarik mundurb. Piutang kasdst

PROGRAM KERJA PERORANGANNama Pemeriksa: XXXXXXXX

Indek: B.1

Akun yang diperiksa: KASHasil Pemeriksaan:

lihat B.1.1

Usulan jurnal koreksi:D Piutang PegawaiK Kas di BendaharaKesimpulan:

LEMBAR SAMPUL

Akun disajikan secara wajar.

Terjadi selisih karena penggunaan kas untuk dipinjam oleh karyawan sebesar Rp 400

INDEKS A INDEKS B INDEKS C

Indek: A.2

Akun Prosedur KKP Ref Catatana. Kas.. 1. periksa.. A.3.1b. Piutangdst

PROGRAM PEMERIKSAAN

Indek: B.1.1

Nama Akun Kode Akun KKP Ref Saldo AJE (D) AJE (K) AuditedKAS 121.001 B.1.1.1 15.000 0 400 14.600

KERTAS KERJA UTAMAAKUN KAS

Indeks: B.1.1.1.a

ke B.1.1.1

Berita Acara Pemeriksaan Kas

Terdapat selisih fisik kas sebesar Rp 400

Indeks: B.1.1.1.1

Prosedur:Pemeriksaan fisik kas di bendaharaTujuan:

Hasil Pemeriksaan: selisih kas Rp 400Kesimpulan: .......................

Hasil PelaksanaanProsedur Pemeriksaan

Menguji asersi keberadaan dan kelengkapan saldo kas di bendahara

Indek: C.1

Kondisi Lihat B.1KrteriaSebabAkibat

Draft Laporan Hasil Pemeriksaan

PKP a.1.B.1.1.1.a

Indeks: C.2

Temuan 1 & 2 digabungPerbaikan substansi kondisi ke C.3

Risalah Diskusi

Indek: B.1.1.1

Nama Akun Kode Akun KKP Ref Saldo AJE (D) AJE (K) AuditedKas di PK 121.001 B.1.1.1.1 650 0 400 250 Kas di BPD 122.001 B.1.2 4.500 0 0 4.500 dst... dst... dst... dst... dst... dst... dst..Total 15.000 14.600

KERTAS KERJA PENDUKUNGAKUN KAS

Ke B.1.1

Indek: C.3

Gabungan TP 1 dan 2 Lihat C.2

Draft FinalLaporan Hasil Pemeriksaan

Page 35: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

Langkah-langkah yang dimuat dalam P2 dihubungkan dengan PKP masing-masing anggota tim yang ada di indeks A. Prosedur pemeriksaan yang dituangkan dalam PKP dihubungkan dengan KKP lembar muka atau HP3 yang ada di indeks B. Referensi silang ini untuk mempermudah kontrol atas pelaksanaan P2/PKP.

KKP lembar muka untuk pemeriksaan keuangan dihubungkan dengan KKP Utama. KKP utama dihubungkan dengan KKP Pendukung, KKP Pendukung dihubungkan dengan HP3, dan HP3 dihubungkan dengan bukti-bukti pendukungnya.

Konsep final Temuan Pemeriksaan (TP) dihubungkan dengan masing-masing lembar muka yang relevan. Kriteria dalam TP pun dapat dihubungkan dengan permanent file atau KKP tentang kriteria yang digunakan dalam pemeriksaan.

KKP Indeks B yang memuat temuan pemeriksaan diberikan referensi silang dengan KKP Indeks C tentang konsep final LHP yang memuat temuan pemeriksaan tersebut. Demikian pula, pada KKP Indeks C diberikan referensi silang KKP Indeks B tersebut.

6.5.5 Pereviuan KKP

Pereviuan KKP dilakukan oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan/atau Penanggung Jawab Pemeriksaan sesuai dengan kewenangannya. Hasil reviu dituangkan dalam lembar reviu (review sheet) dan/atau lembar muka KKP dengan membuat catatan dan simpulan reviu. Apabila digunakan lembar reviu tersendiri, lembar reviu tersebut digabungkan dalam lembar KKP yang direviu. Contoh lembar reviu dapat dilihat pada Lampiran 6.6.

Pereviu KKP memberikan identitas nama/initial, paraf, dan tanggal penyampaian hasil reviunya untuk ditindaklanjuti oleh Anggota Tim apabila diperlukan atau tanggal penyampaian ke jenjang lebih tinggi untuk pereviuan dan/atau persetujuan.

6.5.6 Pelabelan KKP

KKP yang telah selesai direviu oleh Pengendali Teknis, dimasukan ke dalam kardus sesuai dengan urutan/ hasil pekerjaan pemeriksa (perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan) dan setiap kardus diberikan label kardus seperti gambar 6.2 berikut.

Page 36: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

Gambar 6.2 Label Kardus

Setiap kardus dan odner juga dibuatkan daftar isi (Lampiran 6.7) untuk mempermudah pencarian dokumen. Daftar isi kardus berisi rangkuman dokumen apa saja yang tersimpan dalam kardus tersebut seperti gambar 6.3.

Gambar 6.3 Daftar Isi Kardus

Jika dalam satu odner terdiri dari beberapa dokumen KKP, maka untuk mempermudah pencarian KKP, diberikan penanda batas untuk setiap KKP sepeti gambar 6.4.

Gambar 6.4 Penanda Batas KKP

Page 37: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

6.5.7 Penyerahan KKP

Ketua Tim pemeriksaan menyerahkan seluruh KKP dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan kepada Kepala Sub Auditorat dengan tembusan kepada pemberi tugas paling lama 15 hari kerja setelah tanggal surat keluar LHP. Penyerahan KKP dilakukan sesuai dengan Berita Acara Serah Terima KKP seperti pada Lampiran 6.8.

6.5.8 Pengendalian Mutu KKP

KKP yang telah diserahkan kemudian direviu untuk memperoleh keyakinan mutu, dan diberikan tanda TPRM pejabat. Pengendalian mutu dibahas lebih lanjut pada BAB X tentang Pengendalian dan Penjaminan Mutu atas pemeriksaan.

6.5.9 Penyimpanan KKP

KKP yang telah diberi tanda TPRM kemudian disimpan dalam tempat penyimpanan satuan kerja pelaksana BPK yang bersangkutan secara rapi, sistematis dan aman selama dua tahun dari tahun pemeriksaan.

Dokumetasi pemeriksaan disusun harus memenuhi syarat akurat atau tepat, relevan, lengkap, ringkas, kompeten, cukup, jelas, sistematis, rapi, aman, mudah diakses dan bersih untuk mendukung opini, temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan secara utuh mulai dari perencanaan, pelaksanan dan pelaporan pemeriksaan dapat dilihat pada CD yang merupakan satu kesatuan dengan penduan ini. Dalam CD ini tetap menyajikan seluruh KKP pengujian akun-akun Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Namun, tim pemeriksa hanya membuat KKP atas akun dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan pengujian.

6.5.10 Hubungan Panduan tentang KKP dengan Sistem Aplikasi LKPD (SiAp LKPD)

Pada saat ini, BPK sedang mengembangkan sebuah sistem aplikasi berbasis teknologi informasi (IT) guna membantu mengefisienkan dan mengefektifkan pelaksanaan pemeriksaan atas LKPD, yang dinamakan dengan SiAP LKPD. SiAP LKPD ini nantinya akan membantu memfasilitasi dan mendokumentasikan seluruh proses pemeriksaan LKPD, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pekerjaan lapangan, dan pelaporan. Diharapkan KKP elektronis yang difasilitasi dengan SiAP LKPD tersebut dapat dilakukan sinkroninasi dengan substansi materi tentang KKP sebagaimana diatur dalam Panduan Pemeriksaan LKPD ini.

Page 38: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

6.6 Penutup

Kertas kerja pemeriksaan berguna sebagai dasar penyusunan laporan hasil pemeriksaan, sarana mengevaluasi seluruh atau sebagian hasil pemeriksaan, dan sumber informasi bagi kelanjutan pemeriksaan dan perencanaan pemeriksaan berikutnya. Untuk itu, pendokumentasikan keseluruhan proses pemeriksaan dalam bentuk KKP yang memadai, merupakan sebuah keharusan.

Page 39: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

Lampiran 6.1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

Matriks KKP Indeks A

INDEKS A

Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh

Surat Tugas A.1 Dalam CD

Program Pemeriksaan A.2 Lihat BAB.....

Program Kerja Perseorangan A.3 Dalam CD

Indeks Kertas Kerja Pemeriksaan A.4 Dalam CD

Struktur Organisasi Entitas A.5

Peraturan-Peraturan & Perjanjian A.6

Peraturan Negara [UU, PP, Perpu, Kepres, Inpres, Permen, dll] A.6.1 Dalam CD

Peraturan Daerah [Perda, SK Gubernur, dll ] A.6.2

Kontrak/Perjanjian Jangka Panjang/MOU A.6.3

Hasil Pemeriksaan BPK & APIP Sebelumnya A.7

Pemantauan Tindak Lanjut LHP Sebelumnya A.8 Dalam CD

Rencana Aksi Peningkatan Opini dan Pemantauannya A.9 Dalam CD

Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan A.10

Pemahaman atas Entitas A.11 Dalam CD

Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern A.12

Pemahaman dan Penilaian Risiko A.13 Lihat BAB III

Pengujian Teknologi Informasi A.14

Penentuan Tingkat Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir

[PM dan TE]

A.15 Lihat BAB IV

Penentuan Metode Uji Petik Pemeriksaan A.16 Lihat BAB V

Laporan Keuangan Unaudited A.17 Dalam CD

Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal A.18 Lihat BAB II

Surat Pemberitahuan Pemeriksaan dan Permintaan Data Awal A.19 Dalam CD

Page 40: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

Matriks KKP Indeks B

INDEKS B

Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh

Pengujian Akun-Akun Neraca B.1

Aset Lancar B.1.1

Kas di Kas Daerah B.1.1.1 Dalam CD

Kas di Bendahara Pengeluaran B.1.1.2 Dalam CD

Kas di Bendahara Penerimaan B.1.1.3 Dalam CD

Kas di BLUD B.1.1.4 Dalam CD

Investasi Jangka Pendek B.1.1.5 Dalam CD

Piutang B.1.1.6 Dalam CD

Bagian Lancar Pinjaman Jangka Panjang B.1.1.7 Dalam CD

Bagian Lancar TP TGR B.1.1.8 Dalam CD

Persediaan B.1.1.9 Dalam CD

Belanja Dibayar Dimuka B.1.1.10 Dalam CD

Investasi Jangka Panjang B.1.2

Investasi Non Permanen B.1.2.1 Dalam CD

Investasi Permanen (Penyertaan Modal Pemerintah Daerah) B.1.2.2 Dalam CD

Aset Tetap B.1.3

Aset Tetap B.1.3.1 Dalam CD

Dana Cadangan B.1.4

Dana Cadangan B.1.4.1 Dalam CD

Aset Lainnya B.1.5

Aset Lainnya B.1.5.1 Dalam CD

Kewajiban B.1.6

Kewajiban Jangka Pendek B.1.6.1 Dalam CD

Kewajiban Jangka Panjang B.1.6.2 Dalam CD

Pengujian Akun-Akun Laporan Realisasi Anggara (LRA) B.2

Pendapatan B.2.1

Pendapatan PAD B.2.1.1 Dalam CD

Pendapatan Transfer Pusat B.2.1.2 Dalam CD

Page 41: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

Lampiran 6.1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

INDEKS B

Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh

Pendapatan Transfer Pusat Lainnya B.2.1.3 Dalam CD

Pendapatan Transfer Provinsi *) B.2.1.4 Dalam CD

Pendapatan Transfer Provinsi Lainnya *) B.2.1.5 Dalam CD

Lain-lain Pendapatan yang Sah B.2.1.6 Dalam CD

Belanja B.2.2

Belanja secara Umum B.2.2.0 Dalam CD

Belanja Pegawai B.2.2.1 Dalam CD

Belanja Barang dan Jasa B.2.2.2 Dalam CD

Belanja Bunga B.2.2.3 Dalam CD

Belanja Subsidi B.2.2.4 Dalam CD

Bantuan Hibah B.2.2.5 Dalam CD

Belanja Bansos B.2.2.6 Dalam CD

Belanja Modal B.2.2.7 Dalam CD

Belanja Tidak Terduga B.2.2.8 Dalam CD

Transfer B.2.3

Transfer /Bagi Hasil Pendapatan B.2.3.1 Dalam CD

Transfer Lainnya /Bantuan Keuangan B.2.3.2 Dalam CD

Pembiayaan B.2.4

Penerimaan Pembiayaan B.2.4.1 Dalam CD

Pengeluaran Pembiayaan B.2.4.2 Dalam CD

Ikhtisar Jurnal Koreksi Persetujuan Pengendali Teknis B.3 Dalam CD

Ikhtisar Jurnal Koreksi Persetujuan Entitas B.4 Dalam CD

Worksheet B.5 Dalam CD

Notulen Pertemuan Awal B.6 Dalam CD

Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pembatasan Audit B.7 Dalam CD

Penyelesaian Penugasan & Cakupan Pemeriksaan B.8 Dalam CD

Penyelesaian Penugasaan B.8.1 Dalam CD

Cakupan Pemeriksaan B.8.2 Dalam CD

Reviuw Sheet KKP B.9 Dalam CD

Konsep Temuan Pemeriksaan B.10

Page 42: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

INDEKS B

Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh

Surat Pengantar Penyampaian Konsep TP B.10.1 Dalam CD

Konsep Temuan Pemeriksaan B.10.2 Dalam CD

Risalah Diskusi TP/Notulen Pertemuan Akhir B.10.3 Dalam CD

Daftar Konsep TP Batal B.10.4 Dalam CD

Surat Pengantar Penyampaian LTP B.10.5 Dalam CD

Laporan Temuan Pemeriksaan [TP Final dan Komentar Instansi] B.10.6

Laporan Pelaksanaan Kerja Pemeriksa B.11 Dalam CD

*) Hanya ada di Kabupaten/Kota

Page 43: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

Lampiran 6.1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

Matriks KKP Indeks C

INDEKS C

Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh

Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan C.1

Risalah Diskusi Penyusunan Konsep LHP C.1.1 Dalam CD

Nota Penyampaian & Konsep LHP C.1.2 Dalam CD

Analisa/reviu Konsep LHP oleh Pengendali Teknis C.1.3 Dalam CD

Analisa/reviu Konsep LHP oleh Tim Reviuw C.1.3

Analisa/reviu Konsep LHP oleh Penanggung Jawab C.1.3

Laporan Kendali Pelaksanaan Laporan C.1.4

Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Hasil Analisis C.1.5

Surat Pengantar Penyampaian Konsep LHP kepada Entitas C.1.6 Dalam CD

Tanggapan atas Konsep LHP oleh Pimpinan Entitas dan Rencana Aksi

C.1.7 Dalam CD

Risalah Pembahasan Konsep LHP dengan Pemberi Tugas C.1.8 Dalam CD

Nota Penyampaikan Kembali Konsep LHP Final C.1.9 Dalam CD

Laporan Hasil Pemeriksaan C.2

Surat Keluar LHP C.2.1 Dalam CD

Surat Representasi Manajemen C.2.2 Dalam CD

Laporan Hasil Pemeriksaan C.2.3

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan [Bahan Hapsem] C.3

Matriks Hasil Pemeriksaan C.3.1

Berita Acara Serah Terima KKP C.4 Dalam CD

Page 44: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

Lampiran 6.2

LEMBAR SAMPUL Nama Akun : (7) Kode Akun : (8) Deskripsi Akun : (9) Saldo Akun : a. saldo sebelum pemeriksaan : ....... (10)

b. penyesuaian : ....... c. saldo setelah penyesuaian : .......

(Lembar sampul merupakan kertas kerja yang berisi ringkasan hasil pemeriksaan atas akun yang diperiksa. Lembar sampul ini dibuat setelah seluruh prosedur pemeriksaan telah dilakukan dan angka dalam laporan keuangan sudah dinyatakan final. Lembar sampul ini diletakkan di bagian terdepan dari setiap akun yang diperiksa, dilampiri dengan Kerta Kerja Utama, Kertas Kerja Pendukung dan Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan ) 1. Hasil Pemeriksaan (11)

………………………………………………………………………………………….... …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………(Ref:…..)

2. Simpulan (12) ………………………………………………………………………………………….... …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………

Keterangan: (1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa. (2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa. (3) : Diisi dengan nomor indeks. (4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut. (5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut. (6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP

tersebut. (7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok

akun, contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah.

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan…..(1)

Tahun…..(2)

No. Indeks : (3) Dibuat oleh : (4) Direviu oleh : (5) Disetujui oleh : (6)

BPK RI

Page 45: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

Lampiran 6.2

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

(8) : Diisi dengan kode akun. (9) : Diisi dengan keterangan singkat mengenai akun dan saldo normal akun. (10) : Diisi dengan saldo atas akun sebelum diperiksa (unaudited), nilai koreksi atas saldo

(koreksi pemeriksaan) dan saldo akhir setelah diperiksa (audited) (11) : Diisi dengan hasil pemeriksaan dan dilengkapi dengan referensi indeks KKP.

Pada kolom ini juga dapat diisi dengan temuan pemeriksaan yang berkaitan dengan SPI maupun kepatuhan, yang diperoleh pada saat pemeriksaan.

(12) : Diisi dengan simpulan atas hasil pemeriksaan. Simpulan ini berisi tentang penilaian pemeriksa atas kewajaran penyajian saldo akun dalam laporan keuangan.

Page 46: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

Lampiran 6.3

HASIL PELAKSANAAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

Prosedur Pemeriksaan : (7) (KKP tentang Hasil Pelaksanaan Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan ini berisi analisis dan kesimpulan dari suatu prosedur pemeriksaan yang telah dilakukan oleh pemeriksa). 1. Tujuan Pemeriksaan (8)

………………………………………………………………………………………….... …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………(Ref:…..)

2. Hasil Pemeriksaan (9) ………………………………………………………………………………………….... …………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………(Ref:…..)

3. Simpulan (10) ………………………………………………………………………………………….... …………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………

Keterangan: (1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa. (2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa. (3) : Diisi dengan nomor indeks. (4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut. (5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut. (6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP

tersebut. (7) : Diisi dengan kode referensi silang dengan P2/PKP, sesuai dengan kode numbering

prosedur tersebut dalam P2/PKP yang dilakukan dan dianalisis pada lembar ini. Contoh: Apabila dalam PKP, prosedur/langkah-langkah pemeriksaan ini sudah disebut, dengan kodering 2.1 sampai dengan 2.4, maka pada kolom prosedur ini dapat ditulis referensi silang ke PKP tersebut dengan menulis ”lihat PKP 2.1 s/d 2.4”.

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan…..(1)

Tahun…..(2)

No. Indeks : (3) Dibuat oleh : (4) Direviu oleh : (5) Disetujui oleh : (6)

BPK RI

Page 47: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

Lampiran 6.3

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

(8) : Diisi dengan kode referensi silang dengan P2/PKP, sesuai dengan kode numbering tujuan tersebut dalam P2/PKP tentang prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan dianalisis pada lembar ini.

(9) : Diisi dengan hasil pemeriksaan dan dilengkapi dengan referensi indeks KKP ke dokumen pendukungnya.

(10) : Diisi dengan simpulan atas hasil pemeriksaan. Simpulan pemeriksaan ini merupakan jawaban dari tujuan dari prosedur yang dilakukan.

Page 48: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

Lampiran 6.4

KERTAS KERJA UTAMA

Debet Kredit Debet Kredit(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

Nama Akun Saldo Akun Tahun XKKP Ref

Saldo setelah

diperiksaKode Akun

Saldo Akun Tahun X-1

Koreksi PemeriksaJurnal Penyesuaian Jurnal Reklasifikasi

Keterangan:

(1) : Diisi dengan nama entitas yang diperiksa. (2) : Diisi dengan tahun laporan keuangan yang diperiksa. (3) : Diisi dengan nomor indeks. (4)-(6) : Diisi dengan nama dan paraf pemeriksa yang membuat, yang mereviu dan yang

menyetujui KKP disertai dengan tanggal pelaksanaan kegiatan tersebut. (7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok

akun, contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah. (8) : Diisi dengan kode akun. (9) : Diisi dengan referensi indeks KKP. (10) : Diisi dengan saldo akun tahun berjalan yang belum diperiksa (unaudited current year

balance). (11), (12) : Diisi dengan jurnal koreksi penyesuaian hasil pemeriksaan (adjustment journal entries). (13), (14) : Diisi dengan jurnal koreksi reklasifikasi hasil pemeriksaan (reclassification journal

entries). (15) : Diisi dengan saldo akhir setelah diperiksa (audited balance). (16) : Diisi dengan saldo akun yang telah diperiksa tahun sebelumnya (prior year audited

balance).

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan…..(1)

Tahun…..(2)

No. Indeks : (3) Dibuat oleh : (4) Direviu oleh : (5) Disetujui oleh : (6)

BPK RI

Keterangan: Digunakan untuk Pemeriksaan Keuangan

Page 49: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

Lampiran 6.5

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan…..(1)

Tahun…..(2)

No. Indeks : (3) Dibuat oleh : (4) Direviu oleh : (5) Disetujui oleh : (6)

BPK RI

KERTAS KERJA PENDUKUNG Nama Akun : (7) Kelompok Akun : (8) Saldo Akun : (9)

Uraian Kode Akun Saldo

Tahun Berjalan

Koreksi Pemeriksa Saldo setelah

diperiksa KKP Ref Jurnal Penyesuaian Jurnal Reklasifikasi Debet Kredit Debet Kredit

(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Kantor Pusat …………………... …………………... Total Kantor Pusat …………………... Kantor Perwakilan …………………... …………………... …………………... Total Kantor Perwakilan …………………...

(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) Total Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan

…………………...

Saldo per buku …………………... Selisih (dalam rupiah)

…………………...

Selisih (dalam Persen)

…………………...

Penjelasan selisih : (20) Kesimpulan : (21)

Keterangan: (1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa. (2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa. (3) : Diisi dengan nomor indeks. (4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut. (5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut. (6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut. (7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok akun,

contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah. (8) : Diisi dengan kelompok akun, misalnya kelompok akun Kas, Aset Tetap, dan sebagainya. (9) : Diisi dengan saldo akun tahun yang diperiksa .

Keterangan: Digunakan untuk Pemeriksaan Keuangan

Page 50: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

(10)

:

Lampiran 6.5

Cukup jelas (11) : Diisi dengan rincian dari akun (sub akun) (12) : Diisi dengan kode tiap rincian dari sub akun (13) : Diisi dengan saldo tahun berjalan yang belum diperiksa

(14)-(15) : Diisi dengan nilai jurnal penyesuaian pemeriksaan (16)-(17) : Diisi dengan nilai jurnal reklasifikasi pemeriksaan (18) : Diisi dengan saldo akhir setelah koreksi pemeriksaan (19) : Diisi dengan referensi indeks KKP atas kertas kerja pendukung yang lebih rinci (20) : Diisi dengan penjelasan pemeriksa atas selisih yang ditemukan berdasarkan hasil analisanya

(bila ada) (21) : Diisi dengan kesimpulan pemeriksa tentang akun ini, berdasarkan hasil pemeriksaannya.

Page 51: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

Lampiran 6.6

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

Pemeriksaan Atas .....…..

Tahun…..

BPK RI

LEMBAR REVIU KKP (Review Sheet)

Prosedur Pemeriksaan : ......................................................................

No. Catatan Pereviu Paraf & tanggal

Tindak Lanjut Paraf & tanggal

Persetujuan Pereviu

Uraian & tanggal Ref. 1. Ketua Tim:

a. ……….. b. ………..

2. Pengendali teknis a. ………. b. ……….

3. Penanggung jawab a. ………. b. ……….

Keterangan: Pereviu dapat menggunakan P2 atau Program Kerja Perorangan, untuk memonitor apakah prosedur yang ditentukan telah dipenuhi oleh pemeriksa

Page 52: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

Lampiran 6.7

DAFTAR ISI KKP

KKP Indeks A

Dokumen-dokumen yang dikelompokkan dalam KKP Indeks A:

Index Judul Kertas Kerja Pemeriksaan A.1 Surat Tugas A.2 Program Pemeriksaan A.3.1 Program Kerja Perorangan – A A.3.2 Program Kerja Perorangan – B Dan seterusnya

Keterangan: 1. Untuk daftar isi yang dilekatkan pada ordner /map, daftar isi KKP ini diletakkan di bagian dalam

sampul ordner/map. Isi KKP dalam daftar isi ini harus sesuai dengan setiap judul KKP yang dikelompokkan dalam kelompok KKP ini.

2. Untuk daftar isi yang dilekatkan pada kardus, daftar isi KKP ini diletakkan pada bagian samping kardus. Isi KKP dalam daftar isi cukup diisi dengan jenis/kelompok akun yang diperiksa, untuk pemeriksaan keuangan, atau jenis area kunci/obyek tertentu untuk pemeriksaan kinerja atau PDTT.

Pemeriksaan Atas .....…..

Tahun…..

BPK RI

Page 53: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD

Lampiran 6.8

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

Pemeriksaan Atas

.....…..

Tahun…..

BPK RI

BERITA ACARA SERAH TERIMA KERTAS KERJA PEMERIKSAAN BPK

Pada hari ini, ............ tanggal ............. kami menyerahkan berkas-berkas KKP yang sudah diberi nomor kode indeks dan direviu secara berjenjang, kami nyatakan telah sesuai standar yang diatur dalam pedoman pemeriksaan BPK. Pihak yang menyerahkan : Nama : _________________ NIP : _________________ Jabatan : Ketua Tim Pemeriksaan Pihak yang menerima : Nama : _________________ NIP : _________________ Jabatan: Kasubaud....................... Pihak yang Menerima Pihak yang Menyerahkan _________________ __________________ NIP. NIP.

Keterangan: Berita Acara Penyerahan KKP ini sebaiknya dilampiri dengan Daftar Indeks KKP yang berisi tentang seluruh isi KKP yang diserahterimakan beserta indeksasinya.

Page 54: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 7 FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD

7.1 Gambaran Umum

Sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK bertugas memeriksa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).

Output dari pemeriksaan BPK yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), yang didalamnya terdapat opini atas LKPD serta temuan-temuan hasil pemeriksaan. Berdasarkan Keputusan BPK RI No.5/K/I-XIII.2/8/2010 tanggal 27 Agustus 2010 tentang Petunjuk Teknis Kodering Temuan Pemeriksaan, temuan pemeriksaan terdiri dari Temuan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan Temuan Ketidakpatutan terhadap peraturan perundang-undangan serta Temuan 3 E (Ekonomis, Efisien dan Efektif).

Temuan SPI yaitu temuan yang berhubungan dengan kelemahan struktur/design sistem pengendalian intern dan aplikasi sistem pengendalian intern.

Temuan kepatuhan yaitu temuan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pengelolaan keuangan daerah terhadap peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah maupun peraturan daerah terkait lainnya. Temuan kepatuhan terdiri dari empat jenis yaitu temuan yang mengindikasikan terjadinya kerugian negara, potensi kerugian negara, kekurangan penerimaan, dan administrasi temuan 3E yang merupakan bagian dalam pelaporan temuan kepatuhan.

Menurut Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP), yang dikeluarkan oleh BPK tahun 2008, TP merupakan temuan atau indikasi permasalahan yang diperoleh selama pemeriksaan. Pada dasarnya, TP terkait dengan:

1) Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan, penyimpangan, dan ketidakpatutan yang material untuk dilaporkan;

2) Kelemahan sistem pengendalian intern yang material untuk dilaporkan;

Page 55: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

3) Kegagalan suatu program yang diperiksa; dan

4) Ketidaksesuaian kondisi dengan kriteria yang ditetapkan.

Temuan pemeriksaan yang dihasilkan oleh BPK sebaiknya memenuhi beberapa prinsip, antara lain:

1) Prinsip Keadilan, maksudnya temuan pemeriksaan BPK tidak boleh merugikan suatu pihak demi menguntungkan pihak yang lain. Karena pada dasarnya, temuan pemeriksaan itu harus memberikan manfaat langsung dan tidak langsung terhadap proses pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik.

2) Prinsip Kejujuran, artinya setiap temuan pemeriksaan BPK harus mengungkapkan secara menyeluruh (full disclosure) atas fakta dan data yang ditemukan oleh auditor selama melaksanakan pemeriksaan tanpa ada yang ditutup-tutupi.

3) Prinsip Profesionalisme, artinya temuan pemeriksaan BPK harus dihasilkan oleh auditor yang kompeten dan menguasai bidang/obyek pemeriksaan yang menjadi temuan. Supaya, kualitas temuan pemeriksaan menjadi lebih tinggi.

Untuk memberikan panduan dalam membuat laporan atas temuan hasil pemeriksaan LKPD supaya setiap auditor BPK memiliki persamaan persepsi tentang penyusunan temuan pemeriksaan yang berkualitas, maka dinilai perlu untuk menyusun formulasi TP atas LKPD tersebut.

Formulasi TP atas LKPD ini bertujuan untuk:

1) Memudahkan penyusunan temuan pemeriksaan LKPD oleh anggota tim pemeriksa;

2) Mempermudah ketua tim dalam menyusun dan mengkonsolidasikan temuan pemeriksaan;

3) Memberi pedoman mengenai informasi yang seharusnya diungkapkan dalam temuan terkait.

Walaupun demikian, tim pemeriksa hendaknya selalu menyesuaikan template tersebut dengan kondisi dan data yang paling relevan di entitas terkait. Template ini juga tidak membatasi kemungkinan adanya permasalahan lain yang seharusnya dilaporkan dalam laporan hasil pemeriksaan atas LKPD.

Page 56: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

Penyusunan formulasi TP LKPD dilakukan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut:

1) Temukan permasalahan yang signifikan atas penyajian akun dalam laporan keuangan. Serta tentukan efek kumulatif ketidakwajaran penyajian akun tersebut terhadap laporan keuangan secara menyeluruh;

2) Bedakan permasalahan tersebut dalam permasalahan yang sedang berjalan (current) dan permasalahan saldo awal (past). Hal ini penting untuk menghindari adanya akumulasi temuan yang berulang serta membedakan apakah temuan tersebut terjadi atas saldo awal atau penyajian saldo pada tahun berjalan;

3) Identifikasi temuan-temuan yang berulang kali terjadi dan temuan-temuan yang terjadi di banyak LKPD berdasarkan hasil pemeriksaan LKPD dan PDTT pada tahun-tahun sebelumnya;

4) Penelaahan atas laporan hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya untuk mengetahui kekurangan dalam pengungkapan temuan pemeriksaan sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan;

5) Pemutakhiran peraturan-peraturan yang menjadi kriteria TP LKPD; dan

6) Menentukan informasi minimal yang perlu dicantumkan dalam TP LKPD.

7.2 Panduan Umum Penulisan TP LKPD

Unsur-unsur TP terdiri judul, kondisi, kriteria, sebab dan akibat. Saat TP disusun dalam Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (KLHP) yang nantinya akan direviu secara berjenjang untuk menjadi LHP, perlu ditambahkan unsur rekomendasi. Kendala dalam penulisan TP adalah bagaimana mensinkronkan bahasa pada setiap unsur TP tersebut sehingga TP menjadi lebih mudah dipahami oleh pembaca LHP serta memberikan keseragaman metode dan teknik penulisan TP antar auditor BPK.

Salah satu cara yang paling mudah adalah untuk mempermudah penyusunan dan mensinkronkan tiap unsur TP yaitu membuat matriks temuan pemeriksaan. Lihat lampiran 7.1. Dengan membuat matriks, pemeriksa akan lebih mudah mengidentifikasi adanya ketidaksesuaian penulisan dan pengungkapan dari tiap-tiap unsur TP.

Page 57: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

7.2.1 Panduan Penulisan Judul

Judul merupakan unsur awal dalam penyusunan TP, judul memberikan gambaran awal kepada pembaca TP untuk memperoleh informasi yang singkat dan jelas tentang permasalahan yang dimuat dalam TP tersebut. Salah satu teknik pengungkapan Judul yaitu memberikan simpulan/gambaran atas kondisi permasalahan yang terjadi, atau dapat juga mengkombinasikan antara kondisi dengan akibat, menggunakan bahasa yang singkat dan jelas.

Penyajian Investasi Permanen dalam Neraca Pemerintah Daerah Kabupaten A TA 2009 sebesar Rp123.456.789,00 Tidak Berdasarkan Metode Ekuitas

7.2.2 Panduan Penulisan Kondisi

Kondisi adalah gambaran tentang situasi yang ada. Kondisi yang diungkapkan dalam TP harus berisi data/informasi/bukti atas suatu keadaan yang disajikan secara obyektif dan relevan berdasarkan fakta yang ditemukan pemeriksa di lapangan. Pelaporan lingkup atau kedalaman dari kondisi dapat membantu pengguna laporan dalam memperoleh perspektif yang wajar.

Untuk menuangkan kondisi agar mudah dipahami dalam TP, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1) Dalam pemeriksaan atas laporan keuangan, paragraf awal TP harus menjelaskan saldo atas akun yang menjadi TP serta tentukan berapa anggaran dan realisasinya serta bandingkan dengan saldo tahun sebelumnya. Hal ini penting, agar pembaca TP dapat memahami posisi saldo awal atas akun tersebut;

2) Pemeriksa dapat menguraikan hasil telaahan atas akun atau asersi tertentu terkait akun tersebut disertai penjelasan atas bukti-bukti relevan yang ditemukan di lapangan;

3) Sebutkan pula pihak-pihak yang terkait langsung dengan permasalahan yang ada dalam TP tersebut. Gunakan insial dalam menulis nama orang, perusahaan atau organisasi tertentu;

4) Pilihlah bahasa yang mudah dipahami dan langsung pada pokok permasalahan supaya tidak meluas pada permasalahan lainnya yang tidak berhubungan.

Page 58: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

Berikut ini contoh pengungkapan kondisi dalam TP.

Temuan – Sistem Pencatatan dan Pelaporan Aset Tetap pada Pemerintah Kabupaten X Belum Memadai dan Belum didukung Bukti Kepemilikan sebesar Rp . . . . Pemerintah Kabupaten X menyajikan aset tetap senilai Rp443.485,97 juta dalam Neraca per 31 Desember 2010. Jumlah yang tersaji tersebut meningkat sebesar Rp57.980,00 juta atau 15,03% dibandingkan saldo aset tetap dalam Neraca audited per 31 Desember 2009 senilai Rp385.505,97. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Pemerintah Kabupaten X Tahun 2010 pada Paragraf 3.e.5 menyatakan bahwa Aset Tetap tersebut terdiri dari 1) Tanah, 2) Peralatan dan Mesin, 3) Gedung dan Bangunan, 4) Jalan, Irigasi dan Jaringan, 5) Aset Tetap Lainnya, dan Konstruksi dalam Pengerjaan. Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa sistem pengendalian atas aset tetap pada Pemerintah Kabupaten X belum memadai sebagai berikut. 1) Nilai aset tetap yang diungkapkan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten X belum

didasarkan pada inventarisasi aset tetap dan belum didukung bukti kepemilikan sebesar Rp . . . . .

7.2.3 Panduan Penulisan Kriteria

Kriteria memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan hasil pemeriksaan untuk menentukan keadaan seperti apa yang diharapkan. Kriteria akan mudah dipahami apabila dinyatakan secara wajar, eksplisit, lengkap, dan sumber dari kriteria dinyatakan dalam laporan hasil pemeriksaan. Kriteria, harus detail dan rinci tidak boleh menggunakan kriteria yang bersifat umum (general) agar tidak membiaskan kriteria utama yang dilanggar dalam temuan pemeriksaan.

Hal penting yang perlu dipahami pemeriksa dalam menentukan kriteria adalah hal-hal apa saja yang dilanggar atau tidak dilaksanakan sehingga muncul permasalahan yang ada dalam kondisi. Dalam pemeriksaan atas LKPD, kriteria yang bisa digunakan pemeriksa yaitu Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), Buletin Teknis SAP, Peraturan perundang-undangan yang berlaku sehubungan dengan penyusunan LKPD, kontrak pengadaan barang/jasa sehubungan dengan kewajaran penyajian belanja dalam LKPD serta kebijakan dan prosedur lain yang terkait dengan asersi laporan keuangan yang dinilai pemeriksa.

Untuk menyajikan kriteria dalam TP, pemeriksa dapat mengutip kriteria dari satu atau lebih kriteria yang paling spesifik dan relevan dengan permasalahan yang diungkapkan.

Page 59: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

Salah satu hal yang terpenting dalam menentukan kriteria adalah hindari menggunakan aturan “sapu jagat”, yang mencakup hal-hal yang terlalu umum sehingga pelanggaran dalam temuan tersebut menjadi sulit dipahami oleh pembaca laporan.

Berikut ini contoh pengungkapan kriteria dalam TP yang spesifik.

Tabel 7.1 Tabel Kriteria TP yang spesifik

No Judul TP Kriteria TP

1 Aset tetap Tanah yang disajikan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten B tanpa ada bukti kepemilikan aset tetap sebesar Rp123.456.789,00

Keadaan diatas tidak sesuai dengan PSAP No.7 tentang Aset Tetap paragraph 20 yang menyatakan bahwa “Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah”

2 Temuan kekurangan volume pekerjaan atau keterlambatan penyelesaian pekerjaan

Kontrak pekerjaan yang bersangkutan, disesuaikan dengan pasal-pasal yang dilanggar

3 Belanja Perjalanan Dinas Ganda Pada Beberapa Kegiatan Di Dinas Kesehatan Sebesar Rp123.456.789,00

Keadaan tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Bupati A Nomor 78 Tahun 2007 Pasal 7 yang menyatakan bahwa Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, dan Pegawai Tidak Tetap dilarang menerima biaya perjalanan dinas rangkap (dua kali atau lebih) untuk perjalanan dinas yang dilakukan dalam waktu yang sama

4 Pengendalian Internal Dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Hibah, Bantuan Sosial, Bantuan Keuangan Dan Bagi Hasil Ke Desa Sebesar Rp123.456.789,00 Tidak Memadai

Keadaan di atas tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15 Mei 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 133 Ayat (2) Penerima subsidi, hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan bertanggungjawab atas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawabannya penggunaannya kepada Kepala Daerah dan Ayat (3) yang menyebutkan bahwa Tata Cara Pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.

Page 60: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

Berikut ini contoh pengungkapan kriteria dalam TP yang terlalu umum (bias).

Tabel 7.2 Tabel kriteria TP yang umum

No Judul TP Kriteria TP

1 Pengadaan Barang Dan Jasa Pada Kegiatan Di Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, Perdagangan Dan Pertanian Kota Cimahi Melebihi Ketetapan Harga Tertinggi Sebesar Rp123.456.789,00

Permasalahan tersebut melanggar Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 4 ayat (1) yang menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

2 Kekurangan Volume Pekerjaan pada Kegiatan pembangunan Gedung Sekolah pada Dinas Pendidikan Kota D Tahun Anggaran 2009 Senilai Rp123.456.789,00

Keadaan tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

3 Nilai Penyertaan Modal Berupa Aset Tetap ke PD Pasar Bermartabat Sebesar Rp123.456.789,00 Tidak Dapat Diyakini Kewajarannnya

Hal tersebut bertentangan dengan PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Lampiran II, yg menyatakan bahwa Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dpt memenuhi tujuannya. Salah satunya pada poin (b) Andal yaitu Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan

Kriteria yang sering digunakan dalam pemeriksaan LKPD dapat dilihat

Lampiran 7.2

Page 61: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

7.2.4 Panduan Penulisan Akibat

Akibat merupakan pengungkapan yang memberikan hubungan yang jelas dan logis untuk menjelaskan dampak dari adanya perbedaan antara apa yang ditemukan oleh pemeriksa dilapangan (kondisi) dengan keadaan yang diharapkan (kriteria).

Akibat lebih mudah dipahami bila dinyatakan secara jelas, terinci, dan apabila memungkinkan, dinyatakan dalam angka. Signifikansi dari akibat yang dilaporkan ditunjukkan oleh bukti yang meyakinkan. Akibat dapat terdiri dari dua hal yaitu :

1) Permasalahan finansial (dalam bentuk angka) atas dampak yang ditimbulkan menurut kondisi;

2) Permasalahan non-finansial seperti tidak tercapainya suatu tujuan/program ataupun aktivitas pengendalian yang diterapkan.

Hal penting lainnya dalam teknik pengungkapan akibat yaitu adanya hubungan yang logis, termasuk perhitungan angka secara matematis, antara judul dengan akibat serta adanya kemudahan dalam pemberian rekomendasi pada saat TP menjadi LHP.

Berikut ini contoh pengungkapan akibat dalam TP.

Hal tersebut mengakibatkan : 1) Penyajian akun Penyertaan Modal senilai Rp123.456.789,00 tidak dapat diyakini

kewajarannya; 2) Penyertaan Modal kurang saji sebesar Rp123.456.789,00.

7.2.5 Panduan Penulisan Sebab

Sebab memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang menjadi sumber utama perbedaan antara kondisi dan kriteria, jadi harus benar-benar dari akar permasalahan utama (rootcause) bukan faktor yang bersifat umum. Dalam melaporkan sebab, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah KKP (bukti) yang diperoleh oleh pemeriksa cukup memadai atau tidak, sehingga memberikan argumen yang meyakinkan dan memadai bahwa sebab yang diungkapkan merupakan faktor utama terjadinya perbedaan. Sebab dapat terdiri dari dua hal yaitu :

1) Sumber daya manusia yaitu orang yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan tersebut, seperti kepala daerah, kepala dinas, bendahara, ataupun pihak lainnya yang terkait.

Page 62: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

2) Sistem/prosedur yang mengakibatkan kelemahan permasalahan tersebut terjadi. Seperti tidak dilaksanakannya prosedur, ataupun ketiadaan prosedur/sistem tersebut.

Dalam pengungkapan sebab, Pemeriksa juga perlu memperhatikan apakah sebab yang diungkapkan tersebut nantinya dapat dilanjutkan untuk menjadi dasar pemberian rekomendasi. Dalam situasi temuan terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dimana tidak dapat ditetapkan dengan logis penyebab temuan tersebut, pemeriksa tidak diharuskan untuk mengungkapkan unsur sebab ini. Salah satu hal yang penting yaitu tidak memaksakan orang-perorangan untuk menjadi sebab, sehingga nantinya akan berdampak pada sulitnya pemberian rekomendasi.

Berikut ini contoh pengungkapan sebab dalam TP.

Hal tersebut terjadi karena Kepala Bidang Aset DPKBD belum melakukan rekonsiliasi aset tetap secara memadai dengan Pengguna Barang SKPD.

7.2.6 Panduan Penulisan Rekomendasi

Rekomendasi merupakan arahan, saran, dan/atau masukan untuk perbaikan dan peningkatan suatu sistem, proses, prilaku organisasi dan kepemimpinan dari suatu entitas yang diperiksa atas permasalahan-permasalahan yang timbul sehingga dapat memberikan perbaikan atas pelaporan LKPD pada tahun yang akan datang.

Rekomendasi disajikan dalam TP pertama kali yaitu pada saat penyusunan KLHP. Tujuan pemberian rekomendasi yaitu untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan dalam kondisi serta akibat-akibat yang ditimbulkan atas permasalahan tersebut.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyajikan rekomendasi, antara lain:

1) Memberikan arahan kepada entitas yang diperiksa agar dapat meminimalisir akibat yang ada dalam TP serta melakukan tindakan pencegahan supaya akibat yang sama tidak terjadi lagi dimasa yang akan datang;

2) Menghilangkan sebab, artinya rekomendasi dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh sebab serta memberikan langkah-langkah perbaikan supaya sebab tersebut tidak muncul lagi di masa yang akan datang;

3) Memberikan masukan perbaikan sistem pengelolaan keuangan negara sehingga ada nilai tambah (added value) yang bisa diberikan oleh BPK kepada pemerintah pusat dan daerah.

Page 63: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

Berikut ini contoh pengungkapan rekomendasi

BPK merekomendasikan kepada Bupati Kabupaten B untuk menginstruksikan Kepala Bappeda supaya mengembalikan kelebihan pembayaran honorarium sebesar Rp123.456.789,00 ke kas daerah

7.3 Temuan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Berdasarkan Paragraf 20 Standar Pelaporan SPKN, kelemahan

pengendalian intern atas laporan keuangan yang dianggap sebagai ”kondisi yang dapat dilaporkan”. Secara khusus, kondisi yang dapat dilaporkan adalah persoalan yang menarik perhatian auditor, yang menurut pertimbangannya, harus dikomunikasikan dengan auditee, karena merupakan kekurangan material dalam desain atau operasi pengendalian intern, yang berakibat buruk terhadap kemampuan organisasi tersebut dalam mencatat, mengolah, mengikhtisarkan, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi dalam laporan keuangan.

Berdasarkan Juknis Kodering Temuan Pemeriksaan, temuan kelemahan sistem pengendalian intern terbagi atas kelompok temuan sebagai berikut:

1) Kelompok temuan kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan;

2) Kelompok kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja;

3) Kelompok kelemahan struktur pengendalian.

Selain itu, disajikan juga contoh-contoh jenis temuan SPI pada lampiran 7.3 untuk membantu penentuan klasifikasi.

7.4 Temuan Kepatuhan

Sesuai dengan Paragraf 13 Standar Pelaporan SPKN, temuan kepatuhan terdiri dari:

1) ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan baik berupa penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, dan penyimpangan yang mengandung unsur pidana; atau

2) ketidakpatutan yang signifikan.

Page 64: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

Jenis temuan kepatuhan menurut Juknis Kodering yaitu temuan kerugian negara, temuan potensi kerugian, temuan kekurangan penerimaan, temuan administrasi, dan temuan 3E (Ekonomis, Efisien dan Efektif),

Contoh-contoh jenis temuan Kepatuhan dapat dilihat pada lampiran 7.4.

7.5 Panduan Penulisan Temuan Berulang atau Temuan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

Pemeriksa seringkali menemukan permasalahan yang sama dengan permasalahan yang telah diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan tahun sebelumnya. TP tetap dinyatakan berulang walaupun terjadi pada satker yang berbeda. Berulangnya permasalahan tersebut bisa terjadi karena tindak lanjut belum selesai atau belum dilaksanakan oleh pemerintah daerah terkait.

Pemeriksa tetap melaporkan TP berulang dalam LHP agar permasalahan tersebut menjadi perhatian pemerintah daerah terkait untuk menindaklanjutinya. Dalam mengungkapkan TP berulang, pemeriksa harus terlebih dahulu menjelaskan pengungkapan TP dimaksud dalam LHP tahun sebelumnya. Hal-hal yang perlu diungkapkan adalah uraian singkat kondisi, rekomendasi yang diberikan, dan tindak lanjut yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah daerah terkait.

Secara teknis, hal yang harus dilakukan pemeriksa selanjutnya yaitu meng-update data pemantauan tindak lanjut atas temuan sebelumnya, dengan mengklasifikasikannya sebagai temuan yang sudah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi (TS). Sedangkan temuan yang baru akan mengganti temuan sebelumnya dalam pemantauan tindak lanjut.

Pemeriksa juga bisa mengungkapkan temuan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) yang dilaksanakan sebelumnya yang berakibat pada penyajian atas LKPD. Dalam mengungkapkan temuan seperti ini, pemeriksa harus terlebih dahulu menjelaskan pengungkapan TP dimaksud dalam LHP terkait (sebutkan nomor dan judul LHP terkait) yaitu uraian kondisi dan rekomendasinya. Selanjutnya, pemeriksa menguraikan kaitan masalah tersebut dengan pengungkapan salah satu akun di LKPD yang diperiksa.

Page 65: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

Berikut ini contoh pengungkapan TP berulang.

Temuan – Sistem Pencatatan dan Pelaporan Aset Tetap pada Pemerintah Kabupaten X Tidak Memadai

Pemerintah Kabupaten X melaporkan jumlah aset tetap sebesar Rp443.485,97 juta dalam Neraca per 31 Desember 2010. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Pemerintah Kabupaten X Tahun 2010 pada Paragraf 3.e.5 menyatakan bahwa Aset Tetap tersebut terdiri dari 1) Tanah, 2) Peralatan dan Mesin, 3) Gedung dan Bangunan, 4) Jalan, Irigasi dan Jaringan, 5) Aset Tetap Lainnya, dan Konstruksi dalam Pengerjaan. Dalam pemeriksaan atas Pemerintah Kabupaten X Tahun 2009, BPK melaporkan beberapa kelemahan Sistem Pengendalian Intern atas pengelolaan aset yaitu belum seluruh satker pada Pemerintah Kabupaten X melakukan inventarisasi aset tetap serta terdapat aset tetap yang belum memiliki sertifikat hak kepemilikan yang sah.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, BPK menyarankan agar Pemerintah Kabupaten X segera melakukan inventarisasi aset tetap serta mengurus sertifikat hak kepemilikan atas aset miliki pemerintah daerah.

Menindaklanjuti rekomendasi tersebut, selama tahun 2010, Pemerintah Kabupaten X telah menginstruksikan rekomendasi BPK tersebut ke seluruh satker di bawahnya.

Berdasarkan pemeriksaan BPK atas LK Pemerintah Kabupaten X Tahun 2010, masih terdapat kelemahan dalam pengendalian intern atas pengelolaan aset sebagai berikut. 1) Aset tetap pada lima satker masih belum memiliki daftar inventarisasi aset tetap sebesar Rp123.456.789,00; 2) Aset tanah pada pada dua satker sebesar Rp123.456.789,00 masih belum memiliki sertifikat hak kepemilikan yang sah . . . .

Pemeriksa sering menghadapi permasalahan dalam mengelompokkan TP ke dalam temuan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan atau temuan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Sebagai panduan untuk memudahkan pengelompokan TP LKPD, berikut diuraikan pendekatan yang digunakan sesuai dengan SPKN yang juga konsisten dengan klasifikasi temuan dalam penyusunan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran (IHPS).

Page 66: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 7.1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

FORMAT MATRIKS TEMUAN PEMERIKSAAN

Matriks Temuan Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan : Pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Dibuat oleh : Entitas : Pemerintah Kabupaten X Direviue oleh : Tahun Anggaran : 20xx Disetujui oleh :

No Judul Akibat Sebab Rekomendasi 1

2

3

4

Page 67: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 7.2

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

KRITERIA YANG SERING DIGUNAKAN DALAM PEMERIKSAAN LKPD

1. Undang-Undang

a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. b. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. c. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan

tanggung jawab Keuangan Negara. d. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah. 2. Peraturan Pemerintah

a. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

b. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

c. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang SAP. d. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara

atau Daerah. e. Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Perubahannya. f. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah g. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah h. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri

a. Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

b. Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

c. Permendagri No. 25 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010.

d. Permendagri No. 55 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya.

e. Permendagri No. 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

4. Standar Akuntansi Pemerintah a. SAP Pernyataan No. 01 Penyajian Laporan Keuangan b. SAP Pernyataan No. 02 Laporan Realisasi Anggaran c. SAP Pernyataan No. 03 Laporan Arus Kas d. SAP Pernyataan No. 04 Catatan Atas Laporan Keuangan e. SAP Pernyataan No. 05 Akuntansi Persediaan f. SAP Pernyataan No. 06 Akuntansi Investasi g. SAP Pernyataan No. 07 Akuntansi Aset Tetap

Page 68: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 7.2

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

h. SAP Pernyataan No. 08 Akuntansi Kontruksi Dalam Pengerjaan i. SAP Pernyataan No. 09 Akuntansi Kewajiban j. SAP Pernyataan No. 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,

dan Peristiwa Luar Biasa k. SAP Pernyataan No. 11 Laporan Keuangan Konsolidasian l. Buletin Teknis No. 01 Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Pusat m. Buletin Teknis No. 02 Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah n. Buletin Teknis No. 03 Penyajian LKPD sesuai dengan SAP dengan Konversi o. Buletin Teknis No. 04 Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah p. Buletin Teknis No. 05 Akuntansi Penyusutan q. Buletin Teknis No. 06 Akuntansi Piutang r. Buletin Teknis No. 07 Akuntansi Dana Bergulir s. Buletin Teknis No. 08 Akuntansi Utang t. Buletin Teknis No. 09 Akuntansi Aset Tetap u. Buletin Teknis No. 10 Akuntansi Belanja Bantuan Sosial

Page 69: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 7.3

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

JENIS TEMUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

No. Jenis Temuan Contoh Temuan

I Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan

1 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat

2 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan

3 Entitas terlambat menyampaikan laporan

4 Sistem Informasi Akuntansi dan Pelaporan tidak memadai

5 Sistem Informasi Akuntansi dan Pelaporan belum didukung SDM yang memadai

II Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja

1 Perencanaan kegiatan tidak memadai

2 Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan Penerimaan negara/daerah/perusahaan dan hibah tidak sesuai ketentuan

3 Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang teknis tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja

4 Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBN/APBD

5 Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan

6 Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat peningkatan biaya/belanja

7 Kelemahan pengelolaan fisik aset

III Kelemahan struktur

pengendalian intern 1 Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk

suatu prosedur atau keseluruhan prosedur

2 SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati

3 Entitas tidak memiliki Satuan Pengawas Intern

4 Satuan Pengawas Intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan optimal

5 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai

Page 70: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 7.4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

JENIS TEMUAN KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

No. Jenis Temuan Contoh Temuan

I Kerugian Negara/Daerah/Perusahaan

1 Belanja atau pengadaan barang/jasa fiktif 2 Rekanan pengadaan barang/jasa tidak

menyelesaikan pekerjaan

3 Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang

4 Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang

5 Pemahalan harga (Mark up)

6 Penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi

7 Pembayaran honorarium dan/atau biaya perjalanan dinas ganda dan/atau melebihi standar yang ditetapkan

8 Spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak

9 Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan

10 Pengembalian pinjaman/piutang atau dana bergulir macet

11 Kelebihan penetapan dan pembayaran restitusi pajak atau penetapan kompensasi kerugian

12 Penjualan/pertukaran/penghapusan aset negara/daerah tidak sesuai ketentuan dan merugikan negara/daerah

13 Pengenaan ganti kerugian negara belum/tidak dilaksanakan sesuai ketentuan

14 Entitas belum/tidak melaksanakan tuntutan perbendaharaan (TP) sesuai ketentuan

15 Penghapusan hak tagih tidak sesuai ketentuan

16 Pelanggaran ketentuan pemberian diskon penjualan

17 Penentuan HPP terlalu rendah sehingga penentuan harga jual lebih rendah dari yang seharusnya

18 Jaminan pelaksanaan dalam pelaksanaan pekerjaan, pemanfaatan barang dan pemberian fasilitas tidak dapat cairkan

19 Penyetoran penerimaan negara/daerah dengan bukti fiktif

II Potensi kerugian

Negara/Daerah/Perusahaan 1 Kelebihan pembayaran dalam pengadaan

barang/jasa tetapi pembayaran pekerjaan belum dilakukan sebagian atau seluruhnya

2 Rekanan belum melaksanakan kewajiban pemeliharaan barang hasil pengadaan yang telah rusak selama masa pemeliharaan

Page 71: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 7.4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

No. Jenis Temuan Contoh Temuan

3 Aset dikuasai pihak lain

4 Pembelian aset yang berstatus sengketa

5 Aset tidak diketahui keberadaannya

6 Pemberian jaminan dalam pelaksanaan pekerjaan, pemanfaatan barang dan pemberian fasilitas tidak sesuai ketentuan

7 Pihak ketiga belum melaksanakan kewajiban untuk menyerahkan aset kepada negara/daerah

8 Piutang/pinjaman atau dana bergulir yang berpotensi tidak tertagih

9 Penghapusan piutang tidak sesuai ketentuan

10 Pencairan anggaran pada akhir tahun anggaran untuk pekerjaan yang belum selesai

III Kekurangan Penerimaan 1 Penerimaan negara/daerah atau denda

keterlambatan pekerjaan belum/tidak ditetapkan dipungut/diterima/disetor ke kas negara/daerah atau perusahaan milik negara/daerah

2 Penggunaan langsung penerimaan negara/daerah

3 Dana Perimbangan yang telah ditetapkan belum masuk ke kas daerah

4 Penerimaan negara/daerah diterima atau digunakan oleh instansi yang tidak berhak

5 Pengenaan tarif pajak/PNBP lebih rendah dari ketentuan

6 Koreksi perhitungan bagi hasil dengan KKKS

7 Kelebihan pembayaran subsidi oleh pemerintah

IV Administrasi 1 Pertanggungjawaban tidak akuntabel (bukti

tidak lengkap/tidak valid) 2 Pekerjaan dilaksanakan mendahului kontrak

atau penetapan anggaran 3 Proses pengadaan barang/jasa tidak sesuai

ketentuan (tidak menimbulkan kerugian negara)

4 Pemecahan kontrak untuk menghindari pelelangan

5 Pelaksanaan lelang secara proforma

6 Penyimpangan terhadap peraturan per-UU-an bidang pengelolaan perlengkapan atau barang milik negara/daerah/perusahaan

Page 72: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 7.4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

No. Jenis Temuan Contoh Temuan

7 Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang tertentu lainnya seperti kehutanan, pertambangan, perpajakan, dll.

8 Koreksi perhitungan susbsidi/kewajiban pelayanan umum

9 Pembentukan cadangan piutang, perhitungan penyusutan atau amortisasi tidak sesuai ketentuan

10 Penyetoran penerimaan negara/daerah atau kas di bendaharawan ke Kas negara/daerah melebihi batas waktu yang ditentukan

11 Pertanggungjawaban/penyetoran uang persediaan melebihi batas waktu yang ditentukan

12 Sisa kas di bendahara pengeluaran akhir Tahun Anggaran belum/tidak disetor ke kas negara/daerah

13 Pengeluaran investasi pemerintah tidak didukung bukti yang sah

14 Kepemilikan aset tidak/belum didukung bukti yang sah

15 Pengalihan anggaran antar MAK tidak sah

16 Pelampauan pagu anggaran

V Indikasi tindak pidana korupsi 1 Melawan hukum atau menyalahgunakan

kewenangan dan dapat merugikan keuangan negara

2 Suap-menyuap 3 Penggelapan dalam jabatan 4 Pemerasan oleh pegawai negeri 5 Perbuatan curang dalam proses pengadaan

barang/jasa 6 Benturan kepentingan dalam proses

pengadaan barang/jasa 7 Gratifikasi

Page 73: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 8 Penyusunan LHP SPI & Kepatuhan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 8 PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS SPI DAN KEPATUHAN

8.1 Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan

Selain menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang memuat Opini BPK dan Laporan Keuangan entitas yang diperiksa, dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) 03 tentang Standar Pelaporan Keuangan Paragraf 5 b) dan c) juga diatur tentang pelaporan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan dan pelaporan pengendalian intern.

Lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Pemeriksaan Keuangan, disebutkan juga jenis Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Keuangan berupa LHP Atas Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan LHP Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Udangan Dalam Kerangka Pemeriksaan LKPD.

LHP yang memuat opini harus menjelaskan bahwa pemeriksa juga menerbitkan laporan-laporan tersebut, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan. Sebagaimana disebutkan dalam SPKN, apabila pemeriksa menerbitkan laporan atas SPI dan Kepatuhan, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus memuat suatu paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut.

8.2 Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern

Laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”, sebagaimana dinyatakan dalam SPKN. Pengungkapan temuan pengendalian intern yang perlu dilaporkan, dilakukan sebagai berikut.

1) Apabila temuan pengendalian intern tersebut secara material berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan, pemeriksa mengungkapkan uraian singkat temuan tersebut dalam LHP yang memuat opini atas kewajaran laporan keuangan sebagai alasan pemberian opini.

Page 74: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 8 Penyusunan LHP SPI & Kepatuhan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

2) Pengungkapan semua temuan pengendalian intern secara terinci dilaporkan dalam Laporan atas Pengendalian Intern dalam Kerangka Pemeriksaan laporan keuangan.

Beberapa contoh “kondisi yang dapat dilaporkan” adalah sebagai berikut.

1) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian yang layak;

2) Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan akuntansi atau output dari suatu sistem;

3) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva;

4) Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau penggelapan aktiva;

5) Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan cermat sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas yang diperiksa, karena kesalahan penerapan prosedur pengendalian;

6) Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh orang orang yang mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan tujuan menyeluruh sistem tersebut;

7) Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari pengendalian intern, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan rekonsiliasi tidak tepat waktu;

8) Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat kesadaran yang memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut;

9) Kelemahan yang signifikan dalam disain atau pelaksanaan pengendalian intern yang dapat mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan yang berdampak langsung dan material atas laporan keuangan; dan

10) Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pengendalian intern yang sebelumnya telah diketahui.

Format LHP atas SPI dimuat pada Lampiran Suplemen.

Page 75: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 8 Penyusunan LHP SPI & Kepatuhan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

8.3 Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan

Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan

bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.

Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang undangan yang ditemukan dalam pemeriksaan keuangan, dimuat sebagai temuan pemeriksaan dalam LHP atas kepatuhan. Pengungkapan ketidakpatuhan yang perlu dilaporkan dilakukan sebagai berikut.

1) Apabila ketidakpatuhan tersebut secara material berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan, pemeriksa mengungkapkan uraian singkat ketidakpatuhan tersebut dalam LHP yang memuat opini atas kewajaran laporan keuangan sebagai alasan pemberian opini.

2) Pengungkapan semua temuan terkait ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang ditemukan selama pemeriksaan secara terinci dilaporkan dalam Laporan atas Kepatuhan dalam kerangka pemeriksaan laporan keuangan.

LHP tentang kepatuhan dapat mengungkapkan:

1) ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana,

2) dalam hal ditemukan atau diduga ada unsur pelanggaran hukum, pemeriksa mengungkapkan unsur atau dugaan pelanggaran hukum tersebut dalam LHP terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan

3) ketidakpatuhan yang signifikan.

Format LHP atas Kepatuhan dimuat pada Lampiran Suplemen.

Page 76: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 8 Penyusunan LHP SPI & Kepatuhan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

8.4 Pengungkapan Unsur Temuan Pemeriksaan

Sejauh memungkinkan, dalam menyajikan temuan pemeriksaan SPI dan Kepatuhan, pemeriksa harus mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan berupa kondisi, kriteria, akibat, dan sebab untuk membantu manajemen entitas yang diperiksa atau pihak berwenang dalam memahami perlunya mengambil tindakan perbaikan. Apabila pemeriksa dapat mengembangkan secara memadai temuan-temuan tersebut, pemeriksa harus membuat rekomendasi guna tindakan perbaikan.

Berikut ini adalah pedoman dalam melaporkan unsur-unsur temuan pemeriksaan.

1) Kondisi; memberikan bukti mengenai hal-hal yang ditemukan pemeriksa di lapangan. Pelaporan lingkup atau kedalaman dari kondisi dapat membantu pengguna laporan dalam memperoleh perspektif yang wajar.

2) Kriteria; memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan hasil pemeriksaan untuk menentukan keadaan seperti apa yang diharapkan. Kriteria akan mudah dipahami apabila dinyatakan secara wajar, eksplisit, dan lengkap, dan sumber dari kriteria dinyatakan dalam laporan hasil pemeriksaan.

3) Akibat; memberikan hubungan yang jelas dan logis untuk menjelaskan pengaruh dari perbedaan antara apa yang ditemukan pemeriksa (kondisi) dan apa yang seharusnya (kriteria). Akibat lebih mudah dipahami bila dinyatakan secara jelas, terinci, dan apabila memungkinkan, dinyatakan dalam angka. Signifikansi dari akibat yang dilaporkan ditunjukkan oleh bukti yang meyakinkan.

4) Sebab; memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang menjadi sumber perbedaan antara kondisi dan kriteria. Dalam melaporkan sebab, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah bukti yang ada dapat memberikan argumen yang meyakinkan dan masuk akal bahwa sebab yang diungkapkan merupakan faktor utama terjadinya perbedaan. Pemeriksa juga perlu mempertimbangkan apakah sebab yang diungkapkan dapat menjadi dasar pemberian rekomendasi. Dalam situasi temuan terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dimana tidak dapat ditetapkan dengan logis penyebab temuan tersebut, pemeriksa tidak diharuskan untuk mengungkapkan unsur sebab ini.

Page 77: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 9 PANDUAN PENYUSUNAN OPINI

9.1 Gambaran Umum Tujuan dari pemeriksaan laporan keuangan adalah untuk memberiksan

opini atas laporan keuangan. Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam perumusan opini, pemeriksa mengacu kepada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang ditetapkan IAPI, disamping menambahkan enam standar tambahan.

Walaupun SPKN telah mengatur mengenai standar pelaporan, tetapi dalam penerapannya masih mengalami beberapa kendala terutama karena standar tersebut masih menimbulkan penafsiran yang berbeda diantara para pemeriksa, khususnya dalam hal pertimbangan dalam penetapan opini maupun format penyajian opini tersebut.

Untuk itu diperlukan panduan untuk mempersempit perbedaan penafsiran atas standar pelaporan tersebut khususnya dalam pemberian opini LKPD. Panduan berikut secara garis besar memuat dasar pertimbangan opini, jenis opini, mekanisme pemberian opini, dan format opini dalam pemeriksaan atas LKPD

9.2 Dasar Pertimbangan Pemberian Opini Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa

mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam LK yang didasarkan pada (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan, (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. Dengan memperhatikan kriteria pemberian opini tersebut, pada dasarnya terdapat dua kondisi menentukan opini yaitu:

1) Pembatasan lingkup audit atau kecukupan bukti; dan 2) Penyimpangan dari prinsip akuntansi atau salah saji. Kedua hal tersebut harus dikaitkan dengan tingkat materialitas dan dampaknya terhadap LK secara keseluruhan (pervasiveness).

Page 78: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

9.2.1 Pembatasan Lingkup Audit atau Kecukupan Bukti Audit

Dalam standar pekerjaan lapangan dijelaskan bahwa pemeriksa wajib mengumpulkan bukti yang kompeten melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Auditor diharuskan untuk meyakinkan dirinya bahwa prosedur audit yang dilaksanakan pada akhirnya dapat menghasilkan bukti audit yang cukup memadai untuk menyatakan kesimpulan. Ketidakmampuan auditor dalam memeroleh bukti adalah merupakan pembatasan lingkup bagi auditor dalam memenuhi stadar pemeriksaan. Pembatasan lingkup yang mengakibatkan pemeriksa tidak dapat memperoleh cukup bukti dapat terjadi karena tiga hal:

1) Keadaan di luar kendali entitas, misalnya :

(1) Catatan akuntansi hancur (karena kebakaran misalnya)

(2) Catatan akuntansi telah disita oleh aparat pemerintah untuk waktu yang tidak dapat ditentukan.

(3) Adanya ketidakpastian

2) Keadaan terkait sifat dan waktu penugasan, misalnya :

(1) Waktu yang tersedia untuk penghitungan persediaan tidak cukup

(2) Pengendalian entitas tidak efektif dan pemeriksa tidak dapat menerapkan prosedur alternatif untuk memperoleh bukti yang cukup

(3) Ketidakcukupan catatan akuntansi

3) Pembatasan oleh manajemen, misalnya manajemen membatasi auditor melaksanakan prosedur peninjauan fisik, konfirmasi kepada pihak ketiga, ataupun pembatasan lainnya dalam pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan.

Ketidakmampuan auditor dalam menerapkan suatu prosedur tidak boleh dianggap sebagai pembatasan audit apabila auditor dapat melakukan prosedur alternatif untuk mengumpulkan bukti yang diperlukan. Auditor baru boleh berhenti dalam mengumpulkan bukti dan menyimpulkan bahwa bukti yang cukup tidak dapat diperoleh apabila auditor tidak dapat menjalankan prosedur alternatif.

Page 79: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

9.2.2 Penyimpangan dari prinsip akuntansi yang mengakibatkan salah saji.

Pemberian opini atas laporan keuangan harus didasarkan pada keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Penyajian laporan keuangan secara wajar artinya bahwa tidak terdapat salah saji yang material dalam pelaporan keuangan. Salah saji yang mempengaruhi opini adalah salah saji yang tidak dapat dikoreksi dengan alasan (1) entitas tidak bersedia melakukan koreksi akuntansi, (2) secara teknis koreksi tersebut memang tidak bisa dilakukan karena terikat pada peraturan atau kebijakan (sebagai contoh, dalam kebijakan audit BPK, salah saji yang terkait dengan pelampauan atau kesalahan pembebanan tidak dapat dikoreksi).

Salah saji dapat diklasifikasikan:

1) Kesesuaian Pilihan Kebijakan Akuntansi

(1) Kebijakan akuntansi yang dipilih tidak konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; atau

(2) Laporan keuangan, termasuk catatan terkait, tidak merepresentasikan transaksi dan kejadian yang sebenarnya (underlying transactions and events) sehingga penyajian yang wajar tidak dapat dilakukan.

2) Penerapan kebijakan akutansi terpilih

(1) Manajemen tidak secara konsisten menerapkan kebijakan akuntansi tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan, termasuk ketika manajemen tidak menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten antarperiode atau antartransaksi yang sejenis (konsistensi penerapan); atau

(2) Terjadi kesalahan penerapan kebijakan akuntansi (misalnya karena kesalahan yang tidak disengaja dalam menerapkan kebijakan akuntansi).

3) Kesesuaian atau kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan

(1) Laporan keuangan tidak memasukkan semua hal yang perlu diungkapkan sesuai yang dipersyaratkan dalam SAP;

(2) Pengungkapan dalam laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan SAP; atau

Page 80: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

(3) Laporan keuangan tidak mengungkapkan hal-hal yang dipersyaratkan untuk mencapai penyajian yang wajar (fair presentation).

Salah saji dapat disebabkan oleh (1) ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; (2) kecurangan (fraud); dan (3) ketidakpatutan (abuse). Ketidakpatutan merupakan perbuatan yang tidak masuk akal dan di luar praktik-praktik yang lazim. Salah saji juga dapat terjadi karena tidak efektifnya pengendalian intern.

Jika kita mengacu pada SPAP, makna dari ketidaksesuaian dengan SAP seyogyanya dapat diperluas bukan hanya untuk hal-hal yang diatur dalam PSAP, akan tetapi dapat diperluas sebagai berikut.

1) Prinsip akuntansi yang sudah diatur dalam PSAP dan Interprestasinya serta Buletin Teknis dalam hal ini termasuk kerangka konseptual.

2) Ketentuan atau peraturan yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, misalnya Permendagri, Peraturan Meteri Keuangan.

3) Praktik atau pernyataan resmi yang sudah diakui secara luas berlaku umum karena sudah merupakan praktik yang lazim dalam pemerintahan.

Untuk itu pemeriksa dapat melihat Kerangka Prinsip Akuntansi yang berlaku umum di SPAP seksi 411 Paragraf 2.

9.2.3 Materialitas

Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

Tingkat materialitas diukur terhadap:

1) Tolerable Error (TE), yaitu tingkat materialitas terhadap suatu akun hanya mempunyai konsekuensi maksimal pengecualian terhadap akun tertentu tersebut (apabila tidak dapat dilakukan koreksi). Akan tetapi, hal ini tidak berpengaruh terhadap penyajian LK secara keseluruhan;

2) Planning Materiality (PM), yaitu tingkat materialitas yang mempunyai konsekuensi maksimal terhadap laporan keuangan secara keseluruhan (apabila tidak dapat dilakukan koreksi).

Page 81: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

Sebuah salah saji dapat dikatakan material apabila kesalahan penyajian tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna laporan. Dalam penerapan konsep materialitas ini, terdapat tiga tingkatan nilai yang digunakan untuk menentukan jenis opini yang akan diterbitkan.

1) Tidak Material

Kesalahan penyajian dapat terjadi tetapi salah saji tersebut tidak mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan. Klasifikasi tidak material ini biasanya menyangkut jumlah-jumlah salah saji yang kecil apabila dibandingkan dengan nilai batas tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (TE).

2) Material tetapi tidak mempengaruhi keseluruhan penyajian laporan keuangan.

Kesalahan penyajian dapat mempengaruhi keputusan seorang pengguna laporan keuangan, tetapi secara keseluruhan laporan keuangan tetap disajikan secara wajar dan tetap dapat digunakan. Sebagai contoh, bila diketahui terdapat kesalahan penyajian aktiva tetap yang bernilai cukup besar, hal ini kemungkinan dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan, misalnya DPRD, untuk membuat keputusan penganggaran. Namun, salah saji tersebut tidak memiliki pengaruh menyeluruh pada kewajaran laporan keuangan, karena dampaknya hanya terjadi pada akun tersebut.

3) Sangat material sehingga mempengaruhi kewajaran penyajian seluruh laporan keuangan

Yang dimaksud dengan salah saji sangat material terhadap keseluruhan laporan keuangan adalah apabila salah saji tersebut secara nilai sangat material dan/atau mempunyai pengaruh secara luas terhadap akun dan/atau laporan lainnya.

Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila terdapat probabilitas yang sangat tinggi bahwa pengguna laporan keuangan akan membuat keputusan yang tidak benar jika dalam pembuatan keputusannya didasarkan pada informasi yang dihasilkan dari keseluruhan laporan keuangan. Pada tingkat ini, salah saji yang terjadi dikatakan sebagai pervasive. Contoh, apabila salah saji terjadi terkait dengan transaksi Kas di Kas Daerah yang jumlahnya sangat besar, salah saji tersebut memiliki pengaruh terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sehingga pengguna laporan keuangan dapat membuat keputusan yang salah. Dalam hal ini, transaksi Kas di Kas Daerah

Page 82: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

memiliki pengaruh yang besar pada laporan keuangan karena menyangkut akun lain seperti SiLPA.

Perlu dipahami bahwa, total salah saji (misstatement) atau pembatasan lingkup yang nilainya di atas PM tidak selalu mengakibatkan opini Tidak Wajar ataupun Tidak Memberikan Pendapat. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah masalah tingkat pervasiveness.

Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian, auditor juga harus mempertimbangkan seberapa besar pengaruh salah saji tersebut terhadap bagian-bagian laporan keuangan lainnya. Pengaruh semacam ini disebut sebagai tingkat resapan atau rembetan (pervasiveness). Suatu salah saji dikatakan pervasive apabila salah saji tersebut memiliki pengaruh pada akun lain. Pertimbangan atas pervasive dapat didasarkan pada 3 faktor berikut.

1) Kompleksitas

Kompleksitas akun diukur dari tingkat pengaruh akun tersebut terhadap akun lain dalam laporan keuangan. Beberapa akun dalam laporan keuangan menurut sifatnya memiliki tingkat kompleksitas tinggi karena pengaruhnya pada akun lain.

Kompleksitas berkaitan dengan dampak permasalahan pada suatu akun terhadap akun lainnya atau laporan lainnya dan atau banyaknya asersi yang terpengaruh. Beberapa akun dalam laporan keuangan menurut sifatnya memiliki tingkat kompleksitas tinggi karena pengaruhnya pada akun lain. Contohnya, suatu pemda dengan anggaran belanja sebesar Rp1,3triliun ditemukan adanya 10 transaksi belanja modal fiktif sebesar Rp75miliar. Hal tersebut dapat mengakibatkan salah saji pada pos belanja modal, aset tetap, dan ekuitas, sehingga dapat dikatakan bahwa temuan terkait belanja modal tersebut bersifat kompleks. Dalam kasus ini, jika tidak diungkapkan dalam CaLK, pemeriksa dapat mempertimbangkan memberikan opini Tidak Wajar walaupun secara proporsi belum mencapai 20% dari nilai akun yang diperiksa. Contoh lain, penerimaan hibah dari negara donor sebesar Rp40miliar dikelola di luar APBD, sehingga pendapatan dan belanja menjadi kurang saji, sisa kas tidak dicatat, dan aset tetap yang dihasilkan juga tidak dicatat. Hal tersebut dapat dipertimbangkan pemeriksa untuk memberikan opini TW atau TMP.

Tingkat kompleksitas akun diuraikan dalam guideline untuk sektor publik sesuai Lampiran 9.1.

Page 83: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

2) Proporsi

Tidak ada ukuran baku yang menjadi besaran proporsi yang bersifat substansial karena ini lebih didasarkan pada pertimbangan auditor. Untuk memudahkan penilaian, auditor bisa menetapkan kebijakan mengenai batasan proporsi yang dianggap fundamental, misanya 20% dari total akun yang diperiksa dapat dianggap berpegaruh secara keseluruhan secara kuantitatif. Sebagai contoh, dampak potensi salah saji (kurang saji) akibat adanya aset yang tidak tercatat dan pemda tidak bersedia dikoreksi adalah sebesar Rp500miliar dari total akun yang diperiksa sebesar Rp1,2triliun. Dampak tersebut dapat dipertimbangkan pervasive karena sudah lebih dari 20% total akun yang diperiksa, sehingga dapat dipertimbangkan untuk opini Tidak Wajar dari pada hanya WDP.

Contoh lain, misalnya pemeriksa menemukan dua permasalahan dari total akun yang diperiksa sebesar Rp1,2 triliun, yaitu (1) piutang tidak ada bukti sebesar Rp50 miliar; dan (2) penyertaan pada BUMD senilai Rp20 miliar dengan kepemilikan di atas 20% masih dicatat dengan harga perolehan karena belum ada laporan keuangan BUMD yang mutakhir. Dalam kondisi ini, pemeriksa dapat mempertimbangkan untuk memberikan opini WDP dari pada TMP.

3) Pengungkapan yang bersifat fundamental

Pengungkapan dikatakan fundamental apabila dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan membuat keputusan atau terdapat penilaian yang berbeda apabila tidak diungkapkan.

Apakah pengungkapan dapat mempengaruhi opini? Jawabannya “ya”. SPAP Seksi 431 paragraf 3 intinya mengatur : Bila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi, termasuk catatan atas laporan keuangan, auditor harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam laporannya.

Contoh: Pemda menolak untuk mengungkapkan adanya aset yang masih dalam sengketa, padahal pada tingkat pengadilan negeri pemda sudah dikalahkan. Jika nilai aset mencapai lebih dari PM, pemeriksa dapat mempertimbangkan untuk tidak memberikan opini WTP.

Page 84: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

9.3 Jenis Opini UU Nomor 15 Tahun 2004 menyatakan bahwa opini atas laporan

keuangan terbagi menjadi empat jenis:

1) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);

2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP);

3) Tidak Wajar (TW);

4) Tidak Memberikan Pendapat (TMP).

9.3.1 Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

Opini WTP menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Standar Akuntansi Pemerintahan).

Opini WTP merupakan penilaian tertinggi atas laporan keuangan, dimana ini bisa tercapai apabila memenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut.

1) Bukti pemeriksaan yang cukup memadai telah terkumpul, dan pemeriksa telah melaksanakan penugasan sedemikian rupa sehingga mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipatuhi;

2) Semua aspek dari standar umum SPKN telah dipatuhi dalam penugasan pemeriksaan;

3) Seluruh laporan keuangan (neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan) telah lengkap disajikan;

4) Laporan keuangan yang disajikan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (Standar Akuntansi Pemerintahan). Hal ini juga berarti bahwa pengungkapan informatif yang cukup telah tercantum dalam catatan atas laporan keuangan serta bagian-bagian lainnya dari laporan keuangan tersebut;

5) Tidak terdapat situasi yang membuat pemeriksa merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasi kalimat dalam laporan pemeriksaan.

Dalam hal terjadi keadaan tertentu yang perlu penjelasan, pemeriksa dapat menambahkan suatu paragraf penjelasan dalam laporan hasil pemeriksaannya.

Page 85: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

Dalam kondisi ini, pemeriksa dapat menyatakan opini modifikasi yaitu WTP Dengan Paragraf Penjelasan. Adapun kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya penambahan penjelasan adalah sebagai berikut.

1) Tidak ada konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum

Suatu paragraf penjelasan diperlukan baik untuk perubahan prinsip akuntansi yang dilakukan secara sukarela maupun yang terjadi kerena adanya pernyataan akuntansi yang baru.

2) Ketidakpastian atas kelangsungan hidup organisasi (going concern)

Meskipun bukan merupakan isu penting dalam sektor publik, persoalan keberlangsungan hidup organisasi pemerintah juga harus menjadi pertimbangan pemeriksa.

3) Ada penekanan pada suatu masalah

Dalam beberapa situasi, pemeriksa mungkin ingin memberikan penekanan pada beberapa masalah tertentu yang terkait dengan laporan keuangan, meskipun ia bermaksud memberikan opini wajar tanpa pengecualian. Biasanya informasi tambahan yang menjelaskan masalah tersebut harus dinyatakan pada suatu paragraf terpisah dalam laporan pemeriksaan. Contohnya, apabila pemeriksa mempertimbangkan bahwa ia harus menjelaskan transaksi dengan pihak lain yang bernilai sangat besar dan terjadi peristiwa penting setelah tanggal neraca.

4) Terkait laporan yang melibatkan pemeriksa lain

Pemeriksa mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan apabila menyandarkan diri pada pemeriksa lain (misalnya kantor akuntan publik) untuk melaksanakan sebagian proses pemeriksaan. Dalam hal ini yang dilakukan biasanya memberikan referensi dalam laporan, karena pemeriksa tidak mungkin melakukan reviu atas pekerjaan pemeriksa lain, terutama apabila proporsi laporan keuangan yang diperiksa oleh pemeriksa lain material terhadap keseluruhan laporan keuangan.

9.3.2 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

Opini WDP menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang yang dikecualikan.

Page 86: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

Kondisi-kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyatakan opini WDP adalah adanya salah saji sebagai berikut:

1) WDP karena adanya penyimpangan dari prinsip akuntasi (salah saji)

Pemeriksa, setelah memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai, menyimpulkan bahwa salah saji yang terjadi baik secara individual maupun agregat, adalah material, tapi tidak pervasive, terhadap laporan keuangan; atau

2) WDP karena adanya pembatasan lingkup (ketidakcukupan bukti)

Pemeriksa tidak dapat memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai untuk dijadikan dasar opini, tetapi pemeriksa menyimpulkan bahwa dampak yang mungkin terjadi (possible effects) pada laporan keuangan atas salah saji yang tidak terdeteksi, apabila ada, adalah material tetapi tidak pervasive.

9.3.3 Tidak Wajar (TW)

Kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyatakan opini TW adalah ketika pemeriksa, setelah memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai, menyimpulkan bahwa penyimpangan dari prinsip akuntansi (salah saji) yang ditemukan, baik secara individual maupun agregat, adalah material dan pervasive pada laporan keuangan. Sifat pervasive (berpengaruh secara keseluruhan) diantaranya dapat dilihat dari kompleksitas, proporsinya terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, dan persyaratan pengungkapan yang bersifat fundamental.

9.3.4 Tidak Memberikan Pendapat (TMP)

Kondisi yang menyebabkan pemeriksa menyatakan opini TMP adalah adanya pembatasan lingkup yang luar biasa sehingga pemeriksa tidak dapat memperoleh bukti yang cukup memadai sebagai dasar menyatakan pendapat (opini).

Dalam kondisi ekstrim yang melibatkan banyak ketidakpastian, pemeriksa menyimpulkan bahwa, terlepas dari perolehan bukti pemeriksaan yang cukup memadai terkait setiap ketidakpastian, pemeriksa tidak mungkin merumuskan opini atas laporan keuangan karena adanya interaksi potensial dan dampak kumulatif yang mungkin terjadi pada laporan keuangan.

Page 87: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

Hubungan antara masing-masing kondisi yang mendasari opini dengan bukti audit dan salah saji material (termasuk pervasiveness) dijabarkan dalam bagan sederhana berikut.

Gambar 9.1 Bagan Alur Opini

Page 88: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

Atau dapat digambarkan dalam bagan alur sebagai berikut :

Ya Tidak

Ya Tidak Tidak Ya

Tidak Ya Tidak

Ya Tidak

Ya

Mulai

Auditor dapat memperoleh

semua bukti audit yang diperlukan?

Auditor menemukan penyimpangan dari prinsip akuntansi

(salah saji) material?

Dampak yang mungkin (possible

effect) atas salah saji yang tidak terdeteksi

material?

Apakah salah saji bersifat pervasive?

Apakah auditor menemukan kondisi

yang perlu dilaporkan?

Dampak yg mungkin atas salah saji yang

tidak terdeteksi bersifat pervasive?

Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP)

WTP dengan paragraf penjelas

Wajar Dengan pengecualian

(WDP)

Tidak Wajar (TW) (adverse)

Tidak Memberikan Pendapat

(Disclamer)

Page 89: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

9.4 Mekanisme dan Matriks Perumusan Opini Berdasarkan temuan pemeriksaan yang telah diungkap dalam Laporan

Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan, masing-masing temuan dijabarkan ke dalam matriks analisa temuan (Lampiran 9.2) untuk kemudian dilakukan analisa dari segi kecukupan bukti, salah saji dan materialitas (termasuk aspek pervasiveness) dengan langkah sebagai berikut.

1) Tentukan apakah temuan berakibat pada terjadinya salah saji, jika berakibat maka tentukan nilai salah saji yang terjadi;

2) Tentukan apakah temuan telah didukung dengan bukti audit yang memadai (ada tidaknya pembatasan lingkup);

3) Tentukan apakah nilai salah saji akun atau dampak potensi adanya salah saji (jika ada) dari adanya pembatasan lingkup bersifat material, yaitu bila melebihi Tolerable Error (TE). TE merupakan materialitas tingkat akun yang merupakan batas kesalahan yang dapat ditolerir;

4) Tentukan apakah akun yang terpengaruh bersifat pervasive dengan mempertimbangkan faktor kompleksitas, proporsi dan pengungkapannya.

Jika seluruh temuan telah dianalisa, auditor menyimpulkan opini dengan langkah sebagai berikut (Lampiran 9.3).

1) Kelompokkan temuan sebagai berikut: (a) kelompok temuan yang mengandung salah saji (misstatement); dan (b) kelompok temuan yang tidak didukung dengan bukti audit yang memadai (pembatasan lingkup);

2) Tentukan materialitas salah saji atau pembatasan lingkup pada tingkat laporan keuangan di masing-masing kelompok temuan, apakah melebihi Planning Materiality yang telah ditentukan; Untuk temuan yang berkaitan dengan ketidakcukupan bukti (pembatasan lingkup), nilai yang diukur adalah kemungkinan dampak salah saji jika ada, atau besarnya nilai yang tidak bisa ditemukan dengan prosedur audit.

3) Tentukan apakah masing-masing kelompok temuan bersifat pervasive atau tidak dengan mempertimbangkan proporsi, pengungkapan dan kompleksitas;

4) Tentukan opini untuk masing-masing kelompok temuan berdasarkan bagan alur opini;

5) Simpulkan opini.

Page 90: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

Jika masing-masing kelompok temuan (masalah mistatement dan pembatasan lingkup) sama-sama pervasive, opini yang diberikan cenderung Tidak Memberikan Pendapat.

9.5 Pertimbangan Temuan Dalam Menentukan Opini Suatu temuan dapat berpengaruh terhadap opini jika temuan tersebut

secara material berkaitan dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan, atau sifat yang membatasi lingkup pemeriksaan pemeriksa. Setiap pengecualian atau keberatan pemeriksa di dalam paragraf opini seyogyanya termuat pula dalam laporan kepatuhan atau laporan pengendalian intern. Sebagaimana diuraikan di atas, temuan akan berpengaruh terhadap opini apabila berkaitan dengan kedua faktor sebagai berikut:

1) Faktor pembatasan ruang lingkup (pembatasan oleh auditee, dokumen tidak lengkap, dan ketidakpastian) yang bararti pemeriksa tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan (penyimpangan dari standar audit)

2) Faktor laporan keuangan tidak disajikan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak diterapkan secara konsisten (penyimpangan dari prinsip akuntansi)

Suatu temuan dapat dikategorikan sebagai temuan yang berkaitan dengan pembatasan lingkup jika temuan tersebut berkaitan dengan ketidakcukupan bukti bagi pemeriksa untuk melakukan prosedur audit, ketidakcukupan catatan akuntansi, dan/atau kelemahan sistem pengendalian intern sehingga pemeriksa berkesimpulan bahwa sistem gagal dalam menyajikan informasi yang wajar. Hal penting yang harus diingat dalam temuan katagori ini adalah bahwa pemeriksa tidak dapat menerapkan prosedur audit secara memadai, dan pemeriksa juga tidak meyakini kewajaran suatu akun. Sebelum menyimpulkan adanya pembatasan lingkup, pemeriksa harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa dia telah melakukan prosedur alternatif. Temuan ini dapat berupa temuan kepatuhan maupun temuan pengendalian intern.

Indikasi-indikasi temuan jenis ini dapat dilihat pada kesimpulan (akibat) pada temuan, misalnya : • Hal ini mengakibat akun …. tidak dapat diyakini kewajarannya • Nilai aktiva tidak dapat diketahui dengan pasti • Adanya potensi asset tidak tercatat minimal sebesar …. • Piutang tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya

Sementara itu, temuan yang berkaitan dengan penyimpangan dari

Page 91: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

prinsip akuntansi haruslah diperoleh setelah pemeriksa dapat melaksanakan audit sesuai dengan standar, dalam arti tidak ada pembatasan lingkup. Pelanggaran terhadap prinsip akuntansi meliputi pertimbangan atas: (1) apakah prinsip akuntansi yang dipilih untuk diterapkan sudah berlaku umum, prinsip akuntansi sudah tepat sesuai keadaan, dan laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi yang cukup dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman dan penafsiran, (2) apakah informasi diiktisarkan dengan semestinya, (3) apakah laporan keuangan mencerminkan peristiwa atau kejadian yang mendasarinya, dan (4) apakah prinsip akuntansi telah diterapkan secara konsisten dengan penjelasan mengenai alasan dan dampaknya.

Beberapa petunjuk yang mengisyaratkan adanya pelanggaran terhadap PABU, misalnya dalam kesimpulan pemeriksa menyatakan:

• Akun …. lebih saji/kurang saji sebesar • Informasi …. yang tidak diungkap dapat menyesatkan pembaca laporan

keuangan • Hal ini tidak sesuai dengan PSAP … • Inkonsistensi tersebut dapat mengakibatnya terganggunya daya banding LK

Untuk temuan ketidakpatuhan, jika pemeriksa yakin bahwa tindakan melanggar hukum yang dilakukan oleh entitas mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan, dan pelanggaran tersebut belum dipertanggungjawabkan/dikoreksikan dan belum diungkapkan secara memadai, pemeriksa harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada tingkat materialitas dan dampak pelanggaran tersebut pada laporan keuangan (pervasiveness). Jika pemeriksa dihalangi atau tidak dapat memperoleh bukti yang cukup untuk mengevaluasi apakah dampak tersebut tersebut telah atau akan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan, pemeriksa dapat memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan, tergantung pada besarnya pos atau kemungkinan dampaknya (pervasiveness) terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.

Untuk temuan pengendalian, jika terdapat pengendalian intern yang lemah mengakibatkan catatan akuntasi yang tidak lengkap dan/atau dokumen yang tersedia tidak memadai dan/atau sistem tidak menghasilkan data akuntasi yang valid. Ketiga hal tersebut merupakan kondisi yang tidak memungkinkan pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan secara memadai sehingga dapat mengakibatkan pemeriksa memberikan opini WDP karena pembatasan lingkup (jika material tetapi tidak pervasive) atau opini TMP (jika material dan pervasive). Demikian juga jika ternyata sistem yang dibangun ternyata didesain tidak sejalan dengan prinsip akuntansi dan entitas tidak mengoreksikan dampak salah saji

Page 92: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16

tersebut, pemeriksa tidak dapat memberikan opini WTP karena adanya pelanggaran terhadap prinsip akuntansi.

9.6 Mengukur Salah Saji atau Potensi Kesalahan yang Terjadi Setelah menetapkan besaran salah saji atau potensi kesalahan dari

permasalahan-permasalahan yang ditemukan, langkah selanjutnya adalah mengukur apakah salah saji/potensi kesalahan tersebut material atau tidak. Pengukuran ini dilakukan dengan membandingkan salah saji atau potensi kesalahan dengan tingkat materialitas yang telah ditetapkan.

Pada saat perencanaan, pemeriksa telah menetapkan dua jenis materialitas sesuai dengan Juknis penetapan batas materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan yaitu:

1) Planning materiality (PM), yaitu materialitas untuk tingkat keseluruhan laporan keuangan.

2) Tolerable error (TE), yaitu materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.

PM dan TE tersebut harus ditetapkan dengan hati-hati dan prudent. Jika ada kesalahan dalam penentuan PM di awal, kesalahannya akan terbawa sampai dengan opini yang diberikan. Panduan penetapan PM dan TE dapat dilihat pada Bab IV.

Pada saat tahap pelaporan, pemeriksa harus mengevaluasi PM tersebut dengan hasil penerapan prosedur audit yang dilakukannya. Pada tahap ini pemeriksa harus mempertimbangkan apakah PM yang ditetapkan semula masih valid, setelah pemeriksa memperoleh pemahaman mengenai risiko audit dan pengendalian intern (termasuk hasil uji pengendalian). Pada saat ini pula pemeriksa harus membuat pertimbangan secara lebih cermat mengenai hal-hal kualitatif. Jika pemeriksa menyimpulkan bahwa pengendalian intern sudah efektif sehingga risiko gabungan menjadi lebih rendah, pemeriksa dapat menaikkan tingkat materialitas.

Setelah mengevaluasi penetapan PM dan TE berdasarkan pemahaman mengenai risiko audit dan pengendalian intern, pemeriksa membandingkan salah saji/potensi kesalahan setiap akun dengan TE dan membandingkan total kesalahan dengan PM yang sudah dievaluasi tersebut.

Page 93: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17

Perbandingan ini harus mempertimbangkan baik aspek materialitas

kuantitatif maupun kualitatif. Panduan pertimbangan materialitas kuantitatif adalah sebagai berikut. 1) Jika total salah saji/potensi kesalahan yang ditemukan lebih kecil dari PM dan

salah saji pada tingkat akun masing-masing tidak lebih besar daripada TE akun tersebut, maka pemeriksa bisa memberikan opini WTP; atau

2) Jika total saji/potensi kesalahan yang ditemukan lebih besar dari PM dan/atau salah saji/potensi salah saji di masing-masing akun lebih besar dari TE, pemeriksa bisa mempertimbangkan untuk tidak memberikan opini WTP. Opini yang bisa dipertimbangkan adalah WDP, Tidak wajar, atau Tidak Memberikan Pendapat. Hal ini tergantung dari nilai salah sajinya/potensi salah sajinya yang mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan atau tidak, asersi yang terpengaruh, dan pertimbangan kualitatif yang relevan menurut tim pemeriksa

Dalam memilih opini yang tepat, pemeriksa perlu mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif sebagai berikut. 1) Penting tidaknya salah saji atau potensi salah saji dikaitkan dengan asersi.

Jika hanya menyangkut asersi valuation dan presentation, opini yang diberikan bisa WDP. Namun, jika menyangkut asersi existency atau occurrence, right and obligation dan completeness, opini yang diberikan dapat Tidak Wajar atau Tidak Memberikan Pendapat, dan

2) Luas atau tidaknya akibat dari salah saji atau risiko kemungkinan salah saji baik jumlah akun yang terpengaruh maupun jumlah laporan yang terpengaruh.

Sebagai contoh: (1) Kelemahan pengendalian intern dalam pencatatan aset tetap di satu

satker saja (tidak terjadi di satker lain), tidak mengharuskan pemeriksa melakukan pengecualian atas seluruh akun aset tetap.

(2) Temuan mengenai adanya aset tetap yang belum direvaluasi, harusnya hanya berpengaruh terhadap aset yang diperoleh sebelum tahun 2004. Dengan demikian, kualifikasi dapat dilakukan terhadap aset tetap yang diperoleh sebelum tahun 2004, bukan terhadap keseluruhan aset tetap.

(3) Kelemahan pengendalian dalam pengelolaan Kas di Bendahara Pengeluaran bisa jadi tidak hanya berpengaruh terhadap kewajaran saldo Kas di Bendahara Pengeluaran, tetapi juga mungkin berpengaruh terhadap kewajaran belanja yang dikeluarkan melalui mekanisme Uang Persediaan.

Contoh lain penerapan pertimbangan materialitas kualitatif dalam penentuan opini atas LKPD dapat dilihat pada Lampiran 9.4.

Page 94: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 18

9.7 Format dan Contoh Opini

Untuk memenuhi kesesuaian dengan SPKN, berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan opini pemeriksaan.

1) Panduan umum

(1) Sebelum merumuskan opini, pemeriksa harus mempunyai pemahaman yang cukup mengenai entitas termasuk risikonya;

(2) Jika ada pembatasan lingkup, apakah prosedur alternatif sudah dilakukan;

(3) Jika ada penyimpangan dari SAP, apakah koreksi atau penyempurnaan telah diusulkan oleh pemeriksa;

(4) Pada prinsipnya gunakan format dan bahasa yang diatur (dicontohkan dalam SPAP), kecuali diatur lain oleh juknis, juklak, atau panduan tertulis;

(5) Jika laporan keuangan entitas komparatif, maka sebaiknya opini komparatif;

2) Opini WTP

Untuk opini WTP dapat mengikuti bahasa standar, kecuali untuk hal-hal tertentu yang diatur lain. Sementara itu, apabila diperlukan paragraf penjelasan, pemeriksa dapat memberikan opini WTP Dengan Paragraf Penjelas dengan panduan sebagai berikut:

(1) Bahasa penjelasan sifatnya menjelaskan hal-hal yang sudah ditentukan;

(2) Seyogyanya bahasa penjelasan tidak menjelaskan mengenai keterbatasan lingkup yang material, adanya risiko yang tidak dapat dicover, atau penyimpangan prinsip akuntansi tetapi tidak dapat diterima oleh pemeriksa. Hindari bahasa yang dapat ditafsirkan sebagai pengecualian.

3) Opini WDP

Apabila opini WDP diberikan karena pembatasan lingkup, maka pemeriksa perlu memperhatikan panduan berikut.

(1) Situasi itu harus dijelaskan dalam paragraf penjelasan terpisah sebelum paragraf opini;

(2) Penjelasan sedapat mungkin mengacu pada pos, atau catatan atas laporan keuangan;

Page 95: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 19

(3) Kata-kata pada paragraf opini, harus menunjukkan bahwa pengecualian tersebut berkaitan dengan dampak yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan dan bukan terhadap pembatasan itu sendiri;

(4) Opini harus dimulai dengan prase “kecuali”. Demikian juga dalam paragraf lingkup, harus dimulai dengan prase “kecuali”.

Apabila opini WDP diberikan karena adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi, pemeriksa perlu memperhatikan hal-hal berikut.

(1) Jelaskan semua alasan yang menyebabkan pemeriksa berkesimpulan bahwa terdapat penyimpangan dari PABU dalam paragraf penjelasan terpisah sebelum paragraf opini;

(2) Penjelasan sedapat mungkin mengacu pada pos laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan. Paragraf penjelasan harus menjelaskan dampak dari pemyimpangan tersebut;

(3) Jika laporan keuangan sudah mengungkap penjelasan atas penyimpangan, maka dapat mengacu pada penjelasan tersebut.

(4) Pada paragraf scope tidak perlu ada prase “kecuali”. Pada paragraf opini, yang dikecualikan adalah dampak dari penyimpangan terhadap SAP, bukan akunnya.

4) Opini Tidak Memberikan Pendapat

(1) Diberikan jika pemeriksa tidak dapat merumuskan opini karena tidak dapat melaksanakan audit yang lingkupnya cukup untuk menyatakan pendapat.

(2) Kemukakan semua alasan substantif yang menyebabkan tidak memberikan pendapat.

(3) Tidak boleh ada kalimat yang menyatakan BPK sudah melaksanakan audit sesuai dengan standar.

5) Opini Tidak Wajar

(1) Pemeriksa harus menjelaskan dua hal dalam laporan yaitu, semua alasan yang mendukung dan dampak utama yang menyebabkan pendapat tersebut.

(2) Semua alasan harus dikemukakan pada paragraf terpisah sebelum paragraf opini.

Page 96: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 9 Panduan Penyusunan Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 20

Contoh-contoh mengenai opini dapat dilihat pada Lampiran 9.5. Contoh-contoh tersebut terdiri dari:

1) Opini Wajar Tanpa Pengecualian

2) Opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk Tahun Sekarang dan Opini Wajar Dengan Pengecualian untuk Tahun Lalu

3) Opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk Tahun Sekarang dan Opini Tidak Memberikan Pendapat untuk Tahun Lalu

4) Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan

5) Opini Wajar Dengan Pengecualian (Karena Pembatasan Ruang Lingkup)

6) Opini Wajar Dengan Pengecualian (Karena Adanya Penyimpangan Standar Akuntansi Pemerintahan)

7) Opini Wajar Dengan Pengecualian untuk Tahun Sekarang (Karena Pembatasan Ruang Lingkup) dan Opini Tidak Memberikan Pendapat untuk Tahun Lalu

8) Opini Tidak Wajar

9) Opini Tidak Memberikan Pendapat.

Page 97: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.1

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

GUIDELINE UNTUK SEKTOR PUBLIK

UNTUK TINGKAT KOMPLEKSITAS AKUN

Akun Kompleksitas Akun Kas di Kasda Tinggi Kas di Bendahara Pengeluaran Tinggi Kas di Bendahara Penerimaan Tinggi Kas di BLUD Tinggi Piutang – Pinjaman Rendah Piutang – Non Pinjaman Rendah Persediaan Rendah Investasi Non Permanen Rendah Investasi Permanen Rendah Aset Tetap Rendah Dana Cadangan Rendah Aset Lainnya Rendah Hutang PFK Tinggi Hutang Jk Pendek Lainnya Rendah Hutang Jk Panjang Tinggi Pendapatan Asli Daerah Rendah Pendapatan Transfer Rendah Lain-lain Pendapatan yg Sah Rendah Belanja Pegawai Rendah Belanja Barang dan Jasa Tinggi Belanja Modal Tinggi Belanja Bunga Rendah Belanja Subsidi Rendah Belanja Hibah Rendah Belanja Bansos Rendah Belanja Tak Terduga Rendah Belanja Transfer Rendah Pengeluaran Pembiayaan – Pemberian Pinjaman Rendah Pengeluaran Pembiayaan – Bayar Utang Rendah Pengeluaran Pembiayaan – Penyertaan Modal Rendah Penerimaan Pembiayaan – Silpa Tahun Lalu Tinggi Penerimaan Pembiayaan – Lainnya Rendah

Page 98: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.2

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

MATRIKS ANALISIS TEMUAN PEMERIKSAAN

LKPD PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ………….. TA ……

No Akun yang terpengaruh

Judul Temuan

Nilai (Rp)

Apakah Misstatement?

Apakah Ada Pembatasan

Lingkup?

Batas Materialitas

(Nilai TE) Materialitas

Nilai Unaudited

(Rp)

Pervasiveness

Proporsi Terhadap

FS Pengungkapan

Kompleksitas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Kas di

Kasda SPI No.1

Kepatuhan No.7

2 Pendapatan

Pajak

Total Akun yg diaudit: ……………… Keterangan: Kolom 5 : diisi ya atau tidak (sifat masalah pengakuan, penyajian, atau pengungkapan) Kolom 6 : diisi ya atau tidak Kolom 8 : diisi ya atau tidak, material jika nilai (kolom 4) melebihi nilai TE (kolom 7) Kolom 10 : diisi prosentase nilai akun terpengaruh (kolom 4) terhadap keseluruhan nilai laporan keuangan (akun) yang diperiksa Kolom 11 : diisi apakah terdapat keharusan memerlukan pengungkapan atau tidak (atas permasalahan yang ditemukan) Kolom 12 : diisi apakah dampak permasalahannya (baik misstatement ataupun tidak cukup bukti) bersifat kompleks atau tidak (lihat guideline untuk

sektor publik)

Page 99: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.3

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

MATRIKS KESIMPULAN OPINI

LKPD PROVINSI/KOTA/KABUPATEN …………..TA ……….. A. TEMUAN SALAH SAJI/PELANGGARAN TERHADAP PRINSIP AKUNTANSI (MISTATEMENT)

No Akun yang terpengaruh

Judul Temuan

Nilai (Rp)

Proporsi (%) Pengungkapan Kompleksitas

1 Kas di Kasda 2 Belanja Modal

JUMLAH (A)

PM (B) SELISIH ( = … Kali dari PM) SELISIH (A-B)

B. TEMUAN TIDAK CUKUP BUKTI (PEMBATASAN LINGKUP)

No Akun yang terpengaruh

Judul Temuan

Nilai (Rp)

Proporsi (%) Pengungkapan Kompleksitas

1 Pendapatan Pajak 2 Belanja Modal

JUMLAH (C)

PM (B) SELISIH (= …. Kali dari PM)

SELISIH (C-B) KESIMPULAN:

URAIAN MATERIAL PERVASIVE *) OPINI

SALAH SAJI Tidak Material / Material/sangat Material*

Ya/Tidak* (Proporsi…..%) WTP/WDP/TW*

PEMBATASAN LINGKUP

Tidak Material / Material/sangat Material*

Ya/Tidak* (Proporsi…..%) WTP/WDP/TMP*

KESIMPULAN AKHIR OPINI

WTP/WDP/TW/TMP*

* Pervasive = dipertimbangkan secara keseluruhan, baik masalah proporsi, kompleksitas dan pengungkapan.

Page 100: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

DAFTAR PANDUAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS KUALITATIF DALAM PENENTUAN PENGARUH SUATU MASALAH TERHADAP OPINI LKPD

No Masalah Asersi Terkait

Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas Contoh Paragraf

di Opini yang Pernah Ada 1

Pendapatan yang diguna-kan langsung tanpa mela-lui APBD/LRA (misalnya pendapatan Jamkesmas di RSUD non BLUD, retribusi, pendapatan sewa kekayaan daerah dll)

Kelengkapan - Pada prinsipnya semua pendapatan dan belanja APBD dilaporkan dalam LRA. Jika nilai yang dikelola di luar APBD sudah diadministrasikan dan dipertanggungjawabkan secara tertib serta pemeriksa dapat menguji bukti-bukti, maka : Jika nilainya lebih kecil dari

50% PM, maka cukup dapat dipertimbangkan diungkap-kan dalam CaLK tanpa mempengaruhi opini.

Jika nilainya melebihi 50% dari PM, maka dapat dipertimbang-kan untuk mempengaruhi opini.

Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.1.3.2 Pemerintah Kabupaten ABC menyajikan PAD Tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp55miliar dan Rp54miliar. Jumlah tersebut belum termasuk pendapatan dari pengelolaan dana Jamkesmas pada RSUD masing-masing sebesar Rp10miliar dan Rp8,2miliar, karena pendapatan tersebut digunakan langsung untuk operasional di RSUD non BLUD. Jumlah penggunaan langsung dana Jamkesmas untuk belanja Tahun 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp9miliar dan 8miliar, sehingga masih terdapat sisa dana sebesar Rp1,2miliar. Dalam belanja tersebut diantaranya digunakan untuk membeli aset tetap masing-masing sebesar Rp500juta dan Rp700juta, namun aset tetap tersebut tidak dicatat dalam neraca Pemkab ABC. Jika Pemkab ABC mengakui pendapatan dan belanja dari dana Jamkesmas Tahun 2010 dan 2009 tersebut, maka PAD akan bertambah sejumlah masing-masing sebesar Rp10 miliar dan Rp8,2miliar, serta belanja akan bertambah masing-masing sebesar Rp9 miliar dan Rp8 miliar sesuai dengan jenis belanjanya. Selain itu kas akan bertambah masing-masing sebesar Rp1miliar dan Rp200juta, serta aset tetap akan bertambah sebesar Rp500juta dan Rp700juta.

2 Dalam belanja barang sebesar Rp100 miliar diantaranya sebesar Rp59

Pengungkapan Kelengkapan

- Dalam membuat pertimbangan materialitas pada kasus salah klasifikasi, pemeriksa harus

Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.2.3.1 Pemda ABC menyajikan anggaran belanja barang Tahun 2010 sebesar Rp110miliar

Page 101: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

No Masalah Asersi Terkait

Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas Contoh Paragraf

di Opini yang Pernah Ada miliar digunakan untuk pengadaan aset tetap.

(aset tetap) mepertimbangkan risiko kesalah-an klasifikasi tersebut, serta intensi (niat) mengapa terjadi salah klasifikasi. Jika salah klasifikasi menimbulkan adanya aset tetap yang tidak tercatat, maka materialitasnya dapat menggunakan nilai sekitar 50% dari PM. Jika salah saji tersebut tidak menimbulkan risiko lain, hanya masalah salah klasifikasi (risiko informasi) maka dapat digunakan pertimbangan berikut:

• Jika nilai kesalahan klasifikasi di bawah 10% dari total belanja dan telah diungkapkan dalam CaLK , serta aset tetapnya sudah dicatat di neraca maka tidak perlu mempengaruhi opini. Jika nilai kesalahan klasifikasi di atas 10% dari total belanja, maka dapat dipertimbangkan untuk mempengaruhi opini.

dengan realisasi sebesar Rp100miliar. Dari jumlah realisasi tersebut diantaranya sebesar Rp59miliar merupakan realisasi belanja untuk pengadaan aset tetap pemda. Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur bahwa pengadaan aset tetap diklasifikasikan pada anggaran belanja modal. Adanya kesalahan klasifikasi dapat memberikan informasi yang keliru pada belanja barang dan belanja modal. Lebih lanjut, aset tetap yang diperoleh dari belanja barang tersebut belum disajikan sebagai aset tetap pada Neraca per 31 Desember 2010, sehingga akun aset tetap menjadi kurang saji sebesar Rp59 miliar.

3 Permasalahan klasifikasi belanja barang, belanja sosial dan hibah.

Jika hibah/bantuan sosial dalam bentuk barang dianggarkan dalam belanja barang dan atau belanja modal, maka dapat dipertimbang-

Page 102: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

No Masalah Asersi Terkait

Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas Contoh Paragraf

di Opini yang Pernah Ada kan tidak mempengaruhi opini, karena ada permasalahan pengaturan di Permendagri dan SAP, sepanjang sifat dari pembelian barang tersebut adalah untuk diberikan kepada masyarakat. Namun jika belanja barang dan atau belanja modal digunakan untuk hibah dalam bentuk tunai, maka dapat dipertimbangkan mempengaruhi opini, dengan pertimbangan materialitas sebesar 50% dari PM.

4 Terhadap persediaan per 31 Desember 2010, pemda hanya melakukan stock opname pada 3 SKPD dari 30 SKPD, sehingga persediaan di neraca hanya meliputi 3 SKPD. Diantara SKPD yang tidak melakukan inventarisasi adalah SKPD yang umumnya mem-punyai persediaan dalam jumlah material yaitu Dinas Kesehatan, RSUD dan Dinas Pendidikan. Pemeriksa tidak dapat melakukan perhitungan fisik atas persediaan

Kelengkapan Penilaian

Tidak dapat memperoleh bukti persedia-an per 31 Des 20xx

Terhadap kasus ini, pemeriksa dapat mepertimbangkan material-litas sekitar 50% PM. Karena permasalahan ini adalah pembatasan lingkup, maka pemeriksa harus memperhitung-kan kemungkinan risiko nilai persediaan yang tidak disajikan pada 27 SKPD. Apakah risiko tersebut mungkin menjadi material. Oleh karena itu pemeriksa harus mempertimbang-kan apakah SKPD yang belum melakukan stock opname adalah SKPD yang secara normal memiliki persediaan yang nilainya cukup material. Sebelum memutuskan adanya

Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.1 Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten ABC mencatat persediaan per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp10 miliar dan Rp8miliar. Saldo persediaan per 31 Desember 2010 sebesar Rp10miliar merupakan nilai persediaan pada tiga SKPD dari 30 SKPD yang ada pada Pemkab ABC. Terhdadap 27 SKPD lainnya, Pemkab ABC belum melakukan inventarisasi, sehingga nilai persediaan tidak dapat disajikan dalam neraca per 31 Desember 2010. Nilai persediaan dapat berbeda secara signifikan jika pemerintah kabupaten ABC melakukan inventarisasi persediaan secara menyeluruh dan mencatatannya di dalam neraca. BPK tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang

Page 103: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

No Masalah Asersi Terkait

Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas Contoh Paragraf

di Opini yang Pernah Ada tersebut, karena sistem pencatatan persediaan yang tidak tertib. Seluruh persediaan dinilai ber-dasarkan harga perolehan saat pembelian (bukan nilai perolehan terakhir).

pembatasan lingkup, maka pemeriksa harus menerapkan prosedur alternatif misalnya dengan meminta pemda melakukan stock opname, kemudian nilainya ditarik mundur.

memadai untuk dapat meyakini nilai persediaan karena Pemda Kabupaten ABC tidak menyelenggarakan administrasi persediaan secara memadai.

5 Piutang tidak lengkap dan tidak didukung dengan bukti yang memadai

Eksistensi Kelengkapan Penilaian

Tidak dapat memperoleh bukti kebera-daan dan nilai piutang

Untuk akun piutang yang tidak lengkap dan atau tidak didukung dengan bukti yang memadai pemeriksa dapat mempertimbang-kan menggunakan materialitas sekitar 50% dari PM.

Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.1 Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten ABC menyajikan saldo piutang per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp64miliar dan Rp35miliar. Dalam piutang tersebut diantaranya terdapat piutang pajak daerah yang ditetapkan berdasarkan estimasi, dan tidak dilengkapi dengan bukti-bukti penetapan ataupun penagihan. Jumlah tersebut juga tidak dapat ditelusuri ke rincian piutang untuk masing-masing debitur. Dokumen dan catatan yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk dapat melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk dapat memperoleh keyakinan mengenai piutang per 31 Desember 2010.

6 Inventarisasi dan revaluasi aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004

Eksistensi Penilaian Kelengkapan

Tidak dapat memperoleh data aset tetap dan nilai yang sebenar-nya

Untuk aset tetap jenis ini, pemeriksa dapat menggunakan pertimbangan materialitas sekitar 50% dari PM. Jika masalahnya hanya ini, maka pemeriksa dapat mempertimbangkan bukan sebagai masalah yang perpasive, sehingga cenderung memberikan opini WDP karena pembatasan lingkup.

Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.7 Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABC Tahun 2010, Pemkab ABC mencatat aset tetap per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp800miliar dan Rp700miliar. Dalam jumlah terebut diantaranya termasuk aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004. Pemerintah Kabupaten ABC belum melakukan inventarisasi dan penilaian atas aset tetap yang

Page 104: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.4

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

No Masalah Asersi Terkait

Pembatasan Lingkup Pengaruh terhadap Materialitas Contoh Paragraf

di Opini yang Pernah Ada diperoleh sebelum Tahun 2004 sebagaimana yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi Pemerintah. Nilai aset tetap dapat berbeda secara signifikan jika Pemerintah Kabupaten ABC telah melakukan inventarisasi dan penilaian kembali atas aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004.

7 Administrasi aset tetap tidak tertib. Tidak ada KIB. Aset tetap secara masif tidak dapat ditelusuri rinciannya ke SKPD. Rincian yang ada tidak mencerminkan data yang sebenarnya secara massif.

Eksistensi Kelengkapan Penilaian Hak dan

kewajiban.

Pemeriksa tidak dapat menjalankan prosedur audit untuk meya-kini eksistensi, kelengkapan maupun penilaiannya.

Untuk aset tetap, pemeriksa dapat memberikan pertimbangan kualitatif materialitas sekitar 50% dari PM. Aset tetap biasanya merupakan nilai yang dominan dibanding aset lainnya. Sehingga secara proporsi dapat menjadi perpassive (sangat material), sehingga mungkin dapat mengakibatkan opini TMP.

Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.7.1 Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten ABC mencatat aset tetap per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp450 miliar dan Rp400miliar. Nilai tersebut merupakan nilai aset tetap berdasarkan data yang dimiliki DPKAD. Pemerintah Kabupaten ABC tidak melakukan administrasi asset tetap secara memadai, antara lain tidak adanya kartu inventaris pada masing-masing SKPD, sehingga nilai aset tetap yang disajikan di neraca tidak dapat ditelusuri rinciannya pada masing-masing SKPD. Selain itu, Pemerintah Kabupaten ABC belum melakukan inventarisasi dan penilaian atas aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004 sebagaimana yang disyaratkan oleh Standar Akuntansi Pemerintah. Dokumen dan catatan yang tersedia tidak memungkinkan BPK melakukan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk dapat meyakini nilai aset tetap per 31 Desember 2010 dan 2009.

Page 105: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 1

FORMAT DAN CONTOH OPINI

1. OPINI “WAJAR TANPA PENGECUALIAN”

1.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca

[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal

Page 106: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 2

yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN

TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab] [Nomor Register Akuntan]

Page 107: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 3

1.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Page 108: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 4

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan Provinsi DKI Jakarta Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak. Akuntan, Register Negara No. D-1606

Page 109: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 5

2. OPINI “WAJAR TANPA PENGECUALIAN UNTUK TAHUN SEKARANG” DAN ”WAJAR

DENGAN PENGECUALIAN UNTUK TAHUN LALU”

2.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca

[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN], BPK menyatakan pendapat, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan atas [NAMA DAMPAK YANG DIKECUALIKAN], Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS], menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan

Page 110: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 6

untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan……dst. [NAMA ENTITAS] tidak menyajikan kembali Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] tahun 20X0.

Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN

TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab] [Nomor Register Akuntan]

Page 111: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 7

2.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Dalam Laporan BPK Nomor 12/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK menyatakan pendapat, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan atas Aset Tetap jika Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan inventarisasi dan penilaian kembali yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31

Page 112: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 8

Desember 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan inventarisasi dan penilaian kembali atas seluruh Aset Tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 dan telah disajikan dalam Neraca per tanggal 31 Desember 2008. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak menyajikan kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008.

Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan Provinsi DKI Jakarta Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak. Akuntan, Register Negara No.D-1606

Page 113: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 9

3. OPINI “WAJAR TANPA PENGECUALIAN UNTUK TAHUN SEKARANG” DAN OPINI ”TIDAK MEMBERIKAN PENDAPAT” UNTUK TAHUN LALU”

3.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca

[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

Kecuali dijelaskan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN], BPK tidak menyatakan pendapat atas Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut karena masalah-masalah: (1)….; (2)….; dst

Page 114: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 10

Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan……dst. [NAMA ENTITAS] tidak menyajikan kembali Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] tahun 20X0.

Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN

TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab] [Nomor Register Akuntan]

Page 115: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 11

3.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

Kecuali dijelaskan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Dalam Laporan BPK Nomor 13/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK tidak menyatakan pendapat atas Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut karena masalah-masalah: (1) belum dikonsolidasikannya Laporan Badan Layanan Umum Daerah; (2) belum dikonsolidasikannya neraca pada 12 SKPD; (3) belum dicatatnya pendapatan dan belanja yang berasal dari hibah; (4) tidak dilakukannya inventarisasi

Page 116: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 12

fisik atas persediaan; dan (5) belum dilakukannya Inventarisasi dan penilaian kembali Aset Tetap.

Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan hal-hal berikut, yaitu: (1) Konsolidasi laporan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); (2) mengkonsolidasikan neraca pada seluruh SKPD; (3) mencatat seluruh hibah yang diterima di LRA; (4) inventarisasi persediaan akhir tahun; dan (5) Inventarisasi dan penilaian kembali sebagian Aset Tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak menyajikan kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008.

Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan Provinsi DKI Jakarta

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak. Akuntan, Register Negara No.D-1606

Page 117: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 13

4. OPINI “WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF PENJELASAN” 4.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca

[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Page 118: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 14

Seperti telah dijelaskan dalam Catatan … atas Laporan Keuangan, ….[DITAMBAHKAN

PENJELASANNYA].

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN

TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab]

[Nomor Register Akuntan]

Page 119: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 15

4.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2010, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Page 120: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 16

Seperti telah dijelaskan dalam Catatan 15 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Daerah Kabupaten ABCD sedang menghadapi gugatan dari pihak ketiga atas tanah seluas 20 ha yang saat ini dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Keputusan pengadilan negeri memenangkan Pemerintah Kabupaten ABCD atas kepemilikan aset tersebut, tetapi pihak penggugat saat ini sedang mengajukan banding. Pemerintah Kabupaten ABCD berkeyakinan sesuai dengan dokumen kepemilikan, pemerintah daerah yang bersangkutan adalah pemilik yang sah dari tanah tersebut.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan Provinsi DKI Jakarta Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak.

Akuntan, Register Negara No.D-1606

Page 121: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 17

5. OPINI “WAJAR DENGAN PENGECUALIAN” (KARENA PEMBATASAN RUANG LINGKUP)

5.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca

[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

BPK tidak dapat melakukan ……[DIISI DENGAN HAL-HAL YANG MEMBATASI RUANG

LINGKUP PEMERIKSAAN].

Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika BPK memeriksa [DIISI DENGAN HAL YANG MEMBATASI], Neraca [NAMA

Page 122: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 18

ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA

ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN

TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab]

[Nomor Register Akuntan]

Page 123: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 19

5.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan. Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 13 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten ABCD menyajikan persediaan per 31 Desember 2009 senilai Rp1,76 triliun. Nilai tersebut merupakan nilai persediaan yang dilaporkan oleh 5 dari 20 satuan kerja di Pemerintah Kabupaten ABCD. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak melaksanakan pencatatan yang memadai dan tidak melakukan inventarisasi atas persediaan tersebut. Catatan dan data yang tersedia tidak

Page 124: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 20

memungkinkan BPK untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan atas nilai persediaan per 31 Desember 2009 tersebut.

Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika BPK dapat memeriksa bukti-bukti persediaan per 31 Desember 2009, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal–tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan Provinsi DKI Jakarta Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak. Akuntan, Register Negara No. D-1606

Page 125: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 21

6. OPINI “WAJAR DENGAN PENGECUALIAN” (KARENA ADANYA PENYIMPANGAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN)

6.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca

[NAMA ENTITAS] per 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ....atas Laporan Keuangan,...........................dst.

Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak ……[DIISI PENJELASAN MENGENAI HAL YANG

DIKECUALIKAN] yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara

Page 126: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 22

wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR L APORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN

TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab]

[Nomor Register Akuntan]

Page 127: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 23

6.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, aset tetap per 31 Desember 2009 dan 2008 disajikan masing-masing sebesar Rp15,13 miliar dan Rp13,20 miliar. Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan penilaian aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 sebesar Rp11,93 miliar dan Rp12,00 miliar. Namun demikian hasil penilaian kembali tersebut belum disajikan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 sebagaimana diatur

Page 128: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 24

dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Jika hasil penilaian kembali atas aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 tersebut telah disajikan seluruhnya, maka nilai aset tetap tersebut masing-masing akan menjadi sebesar Rp17,93 miliar dan Rp15,00 miliar per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.

Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak tidak disajikannya aset tetap berdasarkan hasil penilaian kembali seperti yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan Provinsi DKI Jakarta

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak. Akuntan, Register Negara No.D-1606

Page 129: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 25

7. OPINI “WAJAR DENGAN PENGECUALIAN” UNTUK TAHUN SEKARANG (KARENA

PEMBATASAN RUANG LINGKUP) DAN OPINI “TIDAK MEMBERIKAN PENDAPAT” UNTUK TAHUN LALU

7.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca

[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, dan TAHUN], BPK tidak menyatakan pendapat atas Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X0 karena masalah-masalah: (1)….; (2)…; dan (3)…. Dst.

Page 130: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 26

Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan: (1)…..; (2)……; dan (3)…. Dst.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ....atas Laporan Keuangan, [DIISI DENGAN HAL

YANG DIKECUALIKAN KARENA RUANG LINGKUP]...........................dst.

Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan atas [SEBUTKAN HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN], Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, realisasi anggaran, arus kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN

TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab]

[Nomor Register Akuntan]

Page 131: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 27

7.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan. Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Dalam Laporan BPK Nomor 13/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK tidak menyatakan pendapat atas Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang yang berakhir pada tanggal tersebut, karena masalah-masalah berikut: (1) belum dikonsolidasikannya Laporan Badan Layanan Umum Daerah; (2) belum dikonsolidasikannya neraca pada 12 SKPD; (3) belum dicatatnya pendapatan dan belanja yang berasal dari hibah; (4) tidak dilakukannya inventarisasi fisik atas persediaan; dan (5) belum dilakukannya Inventarisasi dan penilaian kembali Aset Tetap. Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan: (1) Konsolidasi laporan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); (2) konsolidasikan neraca pada seluruh SKPD; (3) mencatat seluruh hibah yang diterima di LRA; dan (5) Inventarisasi dan penilaian kembali sebagian Aset Tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak menyajikan kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008. Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 13 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten ABCD menyajikan persediaan per 31 Desember 2009 senilai Rp1,76 triliun. Nilai tersebut merupakan nilai persediaan yang dilaporkan oleh 5 dari 20 satuan kerja di Pemerintah

Page 132: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 28

Kabupaten ABCD. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak melaksanakan pencatatan yang memadai dan tidak melakukan inventarisasi pada akhir tahun atas persediaan tersebut. Catatan dan data yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan atas nilai persediaan per 31 Desember 2009 tersebut. Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika BPK dapat memeriksa persediaan, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan Provinsi ..........

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak. Akuntan, Register Negara No.D-1606

Page 133: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 29

8. OPINI “TIDAK WAJAR” 8.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan .... atas Laporan Keuangan...........................dst.

Catatan …. atas Laporan Keuangan juga mengungkapkan…. dst.

Catatan …. atas Laporan Keuangan juga mengungkapkan…. dst.

Page 134: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 30

Menurut pendapat BPK, karena dampak hal yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN]

tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab]

[Nomor Register Akuntan]

Page 135: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 31

8.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.

BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas Prinsip Akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, aset tetap per 31 Desember 2009 dan 2008 disajikan masing-masing sebesar Rp15,13 miliar dan Rp13,20 miliar. Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan penilaian aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 sebesar Rp17,93 miliar dan Rp15,00 miliar. Namun demikian hasil penilaian kembali tersebut belum disajikan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009

Page 136: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 32

sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Jika hasil penilaian kembali atas aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 tersebut telah disajikan seluruhnya, maka nilai aset tetap tersebut masing-masing akan menjadi sebesar Rp11.925,35 miliar dan Rp12.000,00 miliar per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 10 atas Laporan Keuangan, penerimaan asli daerah lainnya Tahun 2009 dan 2008 masing-msing sebesar Rp11,00 miliar dan 12 miliar. Pemerintah Kabupaten ABCD belum mengakui penerimaan dari 20 SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten ABCD masing-masing sebesar Rp100,00 miliar dan Rp90 miliar. Penerimaan tersebut digunakan langsung oleh SKPD dlingkungan Pemerintah Kabupaten ABCD untuk membiayai operasinya masing-masing sebesar Rp97 miliar dan 96 miliar. Jika Pemerintah Kabupaten ABCD mengakui penerimaan bukan pajak yang digunakan langsung senilai Rp100,00 miliar dan 90 miliar maka pendapatan asli daerah Pemerintah Kabupaten ABCD tahun 2009 dan 2008 akan bertambah senilai tersebut. Sementara itu jika pemerintah daerah mengakui belanja yang digunakan langsung tersebut, maka belanja akan bertambah masing-masing sebesar Rp97 milar dan 96 milair.

Sebagaimana di jelaskan dalam catatan 13 atas laporan keuangan, Pemerintah Kabupaten ABCD mencatat nilai penyertaan sebesar masing-masing Rp75 milair. Penyertaan tersebut merupakan penyertaan kepada dua BUMD sebesar nilai perolehan. Kepemilikan pemerintah daerah atas BUMD tersebut adalah 100%. Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan, nilai investasi tersebut seharusnya dicatat berdasarkan metode ekuitas. Jika Pemerintah Kabupaten ABC mencatat investasi tersebut dengan metode ekuitas, maka nilai investasi akan menjadi sebesar Rp50 milair untuk tahun 2009 dan Rp60 miliar untuk Tahun 2008. Penurunan ekuitas terjadi karena kedua BUMD tersebut mengalami kerugian sesuai dengan laporan keuangan yang telah diaudit pada kedua perusahaan tersebut.

Menurut pendapat BPK, karena dampak hal yang diuraikan dalam Paragraf di atas, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Page 137: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 33

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010

tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Perwakilan Provinsi DKI Jakarta Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak.

Akuntan, Register Negara No.D-1606.

Page 138: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 34

9. OPINI ”TIDAK MEMBERIKAN PENDAPAT” 9.a. Format Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan undang-undang terkait lainnya, [NAMA ENTITAS] pada tanggal …. telah menyampaikan Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] Tahun 20X1 kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diperiksa. Laporan keuangan tersebut terdiri dari Neraca tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan tersebut merupakan tanggung jawab [NAMA ENTITAS].

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan.... atas Laporan Keuangan, ...........................dst.

Catatan.... atas Laporan Keuangan juga mengungkapkan ...........................dst.

Catatan.... atas Laporan Keuangan juga mengungkapkan ...........................dst

Karena permasalahan yang diuraikan dalam Paragraf di atas dan BPK tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan, lingkup pemeriksaan BPK tidak cukup untuk memungkinkan BPK menyatakan, dan BPK tidak menyatakanpendapat atas laporan keuangan [NAMA ENTITAS] Tahun 20X1 dan 20X0.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN]

Page 139: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 35

tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

[Kota kedudukan Perwakilan BPK], [Tanggal]

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Perwakilan [Nama Perwakilan BPK], Penanggung Jawab Pemeriksaan,

[Tanda Tangan]

[Nama Penanggungjawab]

[Nomor Register Akuntan]

Page 140: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 36

9.b. Contoh Opini

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan undang-undang terkait lainnya, Pemerintah Kabupaten ABCD pada tanggal 15 Maret 2010 telah menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2010 kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diperiksa. Laporan Keuangan tersebut terdiri dari Neraca per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan tersebut merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD.

Dalam Tahun Anggaran 2009 dan 2008, Pemerintah Kabupaten ABCD telah menerima hibah luar negeri dalam bentuk dana tunai untuk membiayai kegiatan-kegiatan tertentu yang telah ditetapkan dalam perjanjian dengan pemberi hibah. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak melaporkan dana yang diperolehnya tersebut kepada Menteri Keuangan untuk mendapat pengesahan, sehingga penerimaan hibah dan belanja yang berasal dari hibah tersebut dikelola di luar mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan tidak dipertanggungjawabkan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Sementara itu, saldo kas, persediaan, dan aset tetap yang berasal dari hibah tidak dicatat di neraca maupun diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dari catatan yang diperoleh BPK, jumlah hibah yang diterima Pemerintah Kabupaten ABCD dalam Tahun 2009 dan 2008 adalah sebesar USD2,924,640.52 dan Rp7,10 miliar. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak dapat menyediakan data secara lengkap mengenai jumlah keseluruhan hibah yang diterima selama tahun 2009 dan 2008, dan saldo kas, persediaan, serta aset tetap yang diperoleh dari hibah tersebut per 31 Desember 2009 dan 2008. Akun-akun yang berkaitan dengan hibah tersebut dapat berpengaruh secara signifikan bila informasi dan dokumen yang berkaitan dengan hibah tersebut tersedia. BPK juga tidak dapat memperoleh keyakinan yang memadai atas akun-akun yang berkaitan dengan hibah tersebut melalui prosedur pemeriksaan yang dilakukan BPK.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten ABCD melaporkan persediaan per 31 Desember 2009 dan 2008, masing-masing sebesar Rp25,00 miliar dan Rp9,00 miliar. Satuan Kerja pengelola persediaan di lingkungan Pemerintah

Page 141: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 9.5

BPK RI Perwakilan Provinsi……. 37

Kabupaten ABCD tidak menyelenggarakan kartu persediaan untuk mencatat mutasi persediaan secara memadai. Satuan Kerja juga tidak melakukan inventarisasi fisik atas persediaan yang dimilikinya per 31 Desember 2009 dan 2008. Catatan-catatan dan dokumen yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk melakukan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk meyakini nilai persediaan tersebut.

Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 13 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten ABCD melaporkan Aset Tetap per 31 Desember 2009 dan 2008 masing-masing sebesar Rp272,00 miliar dan Rp256,00 miliar. Dalam tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan inventarisasi dan penilaian kembali atas Aset Tetap yang diperoleh sebelum 31 Desember 2004, namun hasilnya belum dicatat karena masih terdapat permasalahan mengenai hasil penilaian tersebut. Nilai Aset Tetap dapat terpengaruh secara signifikan jika Pemerintah Kabupaten ABCD telah mengakui hasil penilaian kembali atas Aset Tetap yang diperoleh sebelum 31 Desember 2004.

Karena permasalahan yang diuraikan dalam Paragraf di atas dan BPK tidak dapat menerapkan prosedur pemeriksaan, lingkup pemeriksaan BPK tidak cukup untuk memungkinkan BPK menyatakan, dan BPK tidak menyatakan, pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2009 dan 2008.

Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.

Jakarta, 30 April 2010 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA Pewakilan Provinsi DKI Jakarta

Penanggung Jawab Pemeriksaan,

Budi Santoso, Ak. Akuntan, Register Negara No. D-1606

Page 142: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 10

PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam pernyataan standar umum keempat mensyaratkan bagi setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan, untuk memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang berkompeten. Hal ini telah diatur lebih lanjut dalam suatu Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu.

Pengendalian mutu merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa proses pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pemeriksaan dan harapan penugasan pemeriksaan, serta telah memenuhi SPKN. Pengendalian mutu pemeriksaan LKPD terdapat pada berbagai perangkat lunak yang ada di BPK mulai dari SPKN, PMP, Juklak Pemeriksaan Keuangan dan Juknis LKPD. Pengendalian mutu dilaksanakan melalui 2 bentuk pengendalian, yaitu:

1) Pengendalian mutu oleh Tim dilakukan secara berjenjang oleh Ketua Subtim/Ketua Tim, Pengendali Teknis dan Penanggungawab Tim;

2) Pengendalian mutu oleh penanggung jawab untuk memastikan bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai dengan SPKN dan Laporan Hasil Pemeriksaan telah sesuai dengan harapan penugasan.

Sedangkan penjaminan mutu merupakan tindakan untuk memastikan bahwa proses pengendalian mutu telah dilaksanakan. Penjaminan mutu pemeriksaan LKPD terdapat pada berbagai perangkat lunak yang ada di BPK mulai dari SPKN, PMP, Juklak pemeriksaan Keuangan dan Juknis LKPD dan Juklak Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu.

Sesuai dengan PMP, sebelum LHP atas LKPD dari penanggung jawab diterbitkan, BPK melalui pejabat strukturalnya harus memastikan bahwa penjaminan mutu telah berjalan. Penjaminan mutu ini menjadi dasar bagi BPK untuk menerbitkan LHP tersebut. Untuk melaksanakan ini, perwakilan dapat membentuk tim reviu di perwakilan yang hasilnya menjadi dasar bagi kepala perwakilan menerbitkan surat keluar penyampaian LHP.

Page 143: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

TAHAPAN PENJAMINAN MUTU PEMERIKSAAN LKPD

Untuk menjamin adanya sinkronisasi perlakuan pemeriksa atas seluruh LKPD secara nasional. Tortama akan membentuk organisasi pemeriksaan LKPD. Organisasi pemeriksaan LKPD meliputi pengarah, koordinator, komite pengkaji, dan komite ikhtisar permasalahan dan pelaporan, serta sekretariat.

STRUKTUR ORGANISASI TIM PENGKAJI NASIONAL PEMERIKSAAN LKPD

Pembagian tugas pengarah, koordinator, komite pengkaji, komite ikhtisar permasalahan dan pelaporan, serta sekretariat adalah sebagai berikut:

1) Pengarah bertugas untuk mengarahkan pemeriksaan atas LKPD; 2) Koordinator bertugas untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan

pemeriksaan dan menjamin kualitas pemeriksaan yang sesuai dengan SPKN dan kebijakan pemeriksaan BPK.

LKPD diterima Supervisi

Pemeriksaan

Persiapan Pemeriksaan

Pelaksanaan Pemeriksaan

Pelaporan hasil Pemeriksaan

Proses Reviu Tim Reviu

Surat Perintah Persiapan

Pemeriksaan

Surat Tugas Pelaksanaan Pemeriksaan

Selesainya Pelaksanaan

Pemeriksaan Lapangan

Konsep LHP yang telah disetujui

Penanggungjawab

Penerbitan LHP dengan Surat Keluar Kepala Perwakilan

Hot Reviu Cold Reviu

PENGARAH

KOORDINATOR

SEKRETARIAT

KOMITE IKHTISAR

PERMASALAHAN & PELAPORAN

KOMITE PENGKAJI

PENGARAH

KOORDINATOR

SEKRETARIAT

KOMITE PENGKAJI

KOMITE IKHTISAR

PERMASALAHAN & PELAPORAN

1. ANGGOTA V 2. ANGGOTA VI

1. TORTAMA V 2. TORTAMA VI

1. Ka Sub Aud MIA V 2. Ka Sub Aud MIA VI

1. TENAGA AHLI 2. STAF AHLI

1. Ka Aud V B 2. Ka Aud VI B

Page 144: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

3) Komite Pengkaji bertugas untuk mempersiapkan, mengembangkan metodologi, menyediakan hasil kajian, dan memberikan konsep solusi atas semua permasalahan dalam pelaksanaan pemeriksaan.

4) Komite Ikhtisar Permasalahan dan Pelaporan bertugas untuk mempersiapkan ikhtisar nasional atas semua permasalahan dalam pelaksanaan pemeriksaan dan menyusun iktisar nasional atas semua pelaporan hasil pemeriksaan.

5) Tim Sekretariat bertugas untuk membantu kelancaran pemeriksaan melalui penyiapan sarana prasarana serta menampung dan mengkomunikasikan semua informasi pemeriksaan dalam organisasi pemeriksaan.

Hubungan antara tim reviu di perwakilan dan organisasi pemeriksaan LKPD Nasional adalah:

HUBUNGAN ANTARA TIM REVIU DI PERWAKILAN

DAN ORGANISASI PEMERIKSAAN LKPD NASIONAL

Penjaminan mutu dilaksanakan oleh: 1) Penanggung jawab: untuk memastikan bahwa seluruh proses

pengendalian mutu oleh Tim telah dilaksanakan. 2) Itama: untuk memastikan bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai

dengan perencanaan dan telah memenuhi persyaratan yang dimuat dalam SPKN.

3) Pihak lain yang berkompeten: untuk memenuhi ketentuan perundangan dalam rangka peer review.

Tim Pemeriksaan • Penanggungjawab • Pengendali Teknis • Ketua Tim • Ketua Sub Tim • Anggota Tim

Kepala Perwakilan Kepala Sub Auditorat

Kepala Seksi

Tim Reviu Berdasarkan SK

Kepala Perwakilan

Mengajukan permasalahan yang perlu dikaji : - Forum Auditor - Surat ke Helpdesk

Dimoderatori Tenaga Ahli

Tim Nasional (Helpdesk) terdiri dari semua unsur Perwakilan

ND Tortama tentang

hasil kajian

Page 145: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

MEKANISME SISTEM PENGENDALIAN MUTU PEMERIKSAAN LKPD

No

Tahapan

Kegiatan Quality

Ket Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui

A Pemenuhan kebutuhan pemeriksa

Penentuan kebutuhan jumlah auditor

Form Kebutuhan Auditor

Kasie Kasub Kalan

Pertimbangan kompetensi auditor

Daftar kompetensi

Set Kalan Kasub Kalan

Penentuan tim Risalah penetapan

Kasie Kasub Kalan Penerbitan Surat Tugas Konsep Surat Tugas Kasub Kalan Kalan

B Perencanaan Pemeriksaan

1 Penyusunan P2

Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan

Form Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan

KT PT PJ Juklak LK

Pemahaman entitas Form Pemahaman Entitas

AT KT PT Lampiran 4.2 Juknis

Pemantauan tindak lanjut LHP sebelumnya;

Form Pemantauan Tindak Lanjut

AT KT PT Lampiran 4.3. Juknis

Pemahaman sistem pengendalian intern;

Form Pemahaman SPI

AT KT PT Lampiran 4.4 Juknis

Penetapan materialitas Form Penetapan Materialitas

KT PT PJ Bab 3

Page 146: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

No

Tahapan

Kegiatan Quality Control Ket

Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui Penilaian Risiko Form Penilaian

Risiko AT KT PT Bab 2

Penetapan Fokus dan Strategi Pemeriksaan

Form Penetapan Fokus dan Strategi

KT PT PJ Bab 1

Perumusan prosedur Pemeriksaan

Form Prosedur Pemeriksaan per Akun

AT KT PT

Penetapan Metode Sampling

Kertas kerja penentuan uji

AT KT PT Lampiran 4.5 Juknis

Pelaksanaan prosedur analitis awal

Kertas Kerja Prosedur Analitis Awal

AT KT PT Juknis LKPD

Perumusan P2 Program Pemeriksaan

KT PT PJ Lampiran 4.6 dan 4.7 Juknis

2 Pembagian tugas

Pembagian tugas kepada anggota tim

Form Pembagian Tugas

KT PT PT

Penyusunan PKP setiap anggota tim

Program Kerja Perorangan

AT KT KT PMP

3 Persiapan mulai

Penyusunan jadwal Jadwal Pemeriksaan

AT KT KT

Page 147: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

No

Tahapan

Kegiatan Quality Control

Ket Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui

Pemberitahuan Pemeriksaan

Surat Pemberitahuan kepada Auditee

AT KT KT PMP

Perencanaan entry Meeting

Panduan Entry Briefing KT PT PT Bab 1

B Pelaksanaan Pemeriksaan

1 Komunikasi awal (Entry Briefing)

Penyampaian informasi penting kepada pimpinan entitas

Notulen pertemuan awal

AT KT KT PMP

2 Pelaksanaan P2

Pengujian analitis Cover sheet per akun AT KT PT Juknis LKPD

Pengujian pengendalian Cover sheet per akun AT KT PT Juknis LKPD

Pengujian substantif Cover sheet per akun AT KT PT Juknis LKPD Lead Schedule AT KT PT Juknis LKPD Supporting Schedule

AT KT PT Juknis LKPD

Reviu akhir penyelesaian penugasan (kewajiban kontinjensi, komitmen jangka panjang, kejadian setelah tanggal neraca)

Cover Sheet hasil reviu AT KT PT Juknis LKPD

Penyusunan konsep TP Konsep TP AT KT PT Penyusunan ikhtisar Koreksi

Ikhtisar koreksi AT KT PT

Page 148: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

No

Tahapan

Kegiatan Quality Control Ket

Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui Pembahasan TP dan

Koreksi Risalah Pembahasan TP dan Koreksi

AT KT PT

Penyerahan TP Surat Pengantar TP AT KT KT

3 Supervisi dan Reviu Internal Tim

Perubahan P2 Form Usulan Perubahan P2 KT PT PJ

Rapat internal tim (mingguan) Risalah rapat AT KT KT Penyusunan laporan kemajuan pekerjaan (mingguan)

Laporan Kemajuan Pekerjaan AT KT KT

Revew KKP Review Sheet KT PT PJ 4 Komunik

asi akhir (exit

Penyampaian informasi penting kepada pimpinan entitas

Notulen pertemuan akhir AT KT PT

C Pelaporan Pemeriksaan

1 Penyusunan konsep LHP

Penyusunan konsep LHP Konsep LHP AT KT PT Pembahasan konsep LHP dengan PJ

Risalah Pembahasan KT PT PJ

Pembahasan konsep LHP dengan pejabat

Risalah Pembahasan KT PT PJ

2 Finalisasi LHP

Perolehan surat representasi

Permintaan Surat Representasi Manajemen

KT PT PJ

Page 149: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

No

Tahapan

Kegiatan Quality Control

Ket Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui

Penyusunan konsep akhir LHP LHP KT PT PJ

Reviu akhir PJ Form Quality Assurance

KT PT PJ

Penyampaian LHP Surat Keluar KT PT-PJ kalan

Pemantauan tindak Lanjut Risalah Tindak Lanjut Kasub

Kaaud

kalan

2 Pelaksanaan Pemantauan Tim Laporan Kemajuan Pekerjaan Pemeriksaan

AT KT PT

3 Pelaporan Konsinyering III Risalah Pembahasan Opini LKKL

Sekre TPP

PJ dan TPP PJ dan TPP

Quality Assurance LKPD secara uji petik

Form Quality Assurance

Tim Itama Katim Itama Irtama

Page 150: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

CHECKLIST SISTEM PENGENDALIAN MUTU PEMERIKSAAN LKPD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Entitas Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan

Tahun Pemeriksaan

Tahun Yang Diperiksa

Tim Pemeriksa :

Tanggal Reviu

1. Penanggung Jawab :

2. Pengendali Teknis :

3. Ketua Tim :

Penjelasan Sistem Pengendalian Mutu: • Jika kesimpulan pada pertanyaan tertentu positif, tanda harus

dimasukkan dalam kolom "Y (Ya)". • Jika kesimpulannya negatif, tanda harus dimasukkan pada kolom

"T (Tidak)", diikuti dengan alasan/penjelasan yang tepat dalam kolom komentar. Sebagai contoh, apabila ada jawaban tidak, maka komentar harus diisi penjelasan yang masih dalam lingkup memadai. Hal ini berarti ketua tim, pengendali teknis dan penganggung jawab mengetahui dan menyadari adanya situasi seperti itu.

• Jika suatu pertanyaan tidak dapat diaplikasikan, tanda harus dimasukkan dalam kolom "Abstain (tidak dapat diaplikasikan)", bersama dengan penjelasan yang memadai.

Page 151: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

Page 152: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

Page 153: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

Page 154: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

Page 155: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

Page 156: Panduan Pemeriksaan LKPD Bab %-10

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 10 Pengendalian & Penjaminan Mutu

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15