analisis jurnal

17
Analisis Jurnal PENILAIAN LIMA TUGAS KELUARGA PADA KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA BP – 4 MAGELANG Oleh : SGD 2 Komang Tri Budi Utami 1002105001 Ni Luh Gede Prabayati 1002105007 Made A Perama Pradnyani 1002105009 Ni Ketut Rahajeng Intan H 1002105016 Ni Komang Sri Widiani 1002105033 I Gusti Agung Novi Lindaswari 1002105038 Ni Made Indah Hermayoni 1002105039 Ni Made Desy Pratiwi 1002105043 I Putu Septiawan 1002105068 I Made Someita 1002105077 Putu Pamela Kenwa 1002105081 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Upload: accept425

Post on 26-Oct-2015

109 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bsfhsfhsjewerw

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Jurnal

Analisis Jurnal

PENILAIAN LIMA TUGAS KELUARGA PADA KELUARGA DENGAN ANGGOTA

KELUARGA MENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA BP – 4 MAGELANG

Oleh : SGD 2

Komang Tri Budi Utami 1002105001

Ni Luh Gede Prabayati 1002105007

Made A Perama Pradnyani 1002105009

Ni Ketut Rahajeng Intan H 1002105016

Ni Komang Sri Widiani 1002105033

I Gusti Agung Novi Lindaswari 1002105038

Ni Made Indah Hermayoni 1002105039

Ni Made Desy Pratiwi 1002105043

I Putu Septiawan 1002105068

I Made Someita 1002105077

Putu Pamela Kenwa 1002105081

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

2013

Page 2: Analisis Jurnal

Learning Task

Topic : Persoalan dan trend pada perawatan keluarga (analisis jurnal)

Format Makalah :

BAB I : Pendahuluan

• Latar belakang

BAB II : ISI

• Ringkasan jurnal :

1. Tujuan Penelitian

2. Metode Penelitian

3. Hasil Penelitian

4. Kesimpulan

• Tinjauan pustaka

• Analisis jurnal

• Implikasi keperawatan

BAB III : PENUTUP

• Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Analisis Jurnal

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis paru (TB Paru) telah dikenal hamper di seluruh dunia,

sebagai penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik

penderitanya secara serius. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kerusakan

jaringan paru yang bersifat permanen. Di samping proses destruksi terjadi

pula secara simultan proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru

sehingga terjadi perubahan structural yang bersifat menetap serta bervariasi

yang menyebabkan berbagai macam kelainan faal paru (Supardi,2006).

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberkulosis. Keluhan yang dirasakan penderita TB paru

bermacammacam antara lain : demam, batuk/batuk darah, sesak nafas,

nyeri dada, malaise, keluar keringat dingin pada malam hariserta berat

badan turun. Batuk terjadi karena iritasi pada bronkus, batuk ini diperlukan

untuk membuang produk radang yang keluar. Sifat batuk dimulai batuk

kering (non produktif) kemudian setelah terjadi peradangan menjadi

produktif. Keadaan lebih lanjut adalah batuk darah karena ada pembuluh

darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah padaa tuberkulosis pada

kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulcus dinding bronkus (Suyono, 2001).

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), penyakit TBC

merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung dan

penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. Pada tahun 2004,

WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahun terjadi 539.000 kasus baru

TBC dengan kematian karena TBC sekitar 101.000 orang. Angka kesakitan

dan kematian akibat penyakit ini cukup tinggi. Di Indonesia diperkirakan

setiaptahun terjadi 583.000 kasus baru TB dengan kematian 140.000

Page 4: Analisis Jurnal

penderita setiap tahunnya. Angka ini merupakan prevalensi terbesar ketiga

setelah India dan Cina (Muherman. 2003).

Penyebaran tuberkolusis paru sangat mudah sekali, yaitu melalui

batuk, bersin, dan bicara. Untuk mengurangi bertambahnya TB paru dan

masalah yang ditimbulkan oleh penyakit TB paru, perlu dilakukan

penanganan awal yang dapat dilakukan di lingkungan terkecil yaitu

keluarga. Karena penyebaran penyakit tuberculosis paru yang sangat

mudah, sehingga keluarga yang anggota keluarganya menderita

tuberculosis paru menjadi sangat rentan. Selain itu keberhasilan pengobatan

dilihat dari kepatuhan pasien meminum obat. Sementara kendala

pengobatan TB Paru di Indonesia meliputi kondisi ekonomi masyarakat dan

kepatuhan menjalani pengobatan yang masih rendah, akibatnya banyak

penderita yang drop out dari pengobatan. Untuk mengatasi masalah

tersebut pemerintah melelui Menteri Kesehatan pada tanggal 5 November

1998 menyatakan perang melawan TB paru dengan melaksanakan program

penanggulangan tuberkulosis melalui strategi DOTS (Directly Observed

Treatment Short-Course). Pemberantasan TB di Indonesia telah dilaksanakan

secara nasional sejak tahun 1969 melalui Program Pemberantasan

Tuberkulosis (P2TB) oleh DepKes, dan sejak tahun 1995 lebih diintensifkan

dengan cara pengobatan yang mempergunakan strategi“DOTS” (Directly

Observed Treatment Shortcourse) yang direkomendasikan oleh WHO. Namun

pada kenyataan setelah berjalan 9-10 tahun program “DOTS”, angka

keberhasihan pengobatan masih belum mencapai target yang ditetapkan

Dep.Kes yaitu dapat menyembuhkan 85% dari penderita TB dengan BTA (+)

yang diobati. Dari hasil surveillance secara global dilaporkan telah terjadi

resistensi kuman TB terhadap OAT pada penderita TB untuk satu jenis OAT

(DR-TB,Drug Resistant- TB) sebesar 12,6% dan untuk lebih dari 2 jenis OAT

(MDR-TB,Multi Drug Resistant-TB) sebesar 2,2%. Prinsip DOTS adalah

pendekatan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara langsung

dapat mengatasi keteraturan meminum obat yang dapat dilakukan oleh

keluarga sebagai unit terdekat dari penderita TB Paru (Muherman. 2003).

Page 5: Analisis Jurnal

Salah satu dari komponen DOTS adalah panduan OAT jangka pendek

dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang pengawas minum obat (PMO). Keluarga dapat dijadikan

sebagai PMO, karena dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas

kesehatan maupun penderita, selain itu harus disegani, dihormati dan

tinggal dekat dengan penderita serta bersedia membantu penderita dengan

sukarela, (Pengurus Pusat Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis

Indonesia, 2000). Sebagai PMO keluarga dapat berpartisipasi langsung

mengawasi penderita TB Paru agar menelan obat secara teratur sampai

selesai pengobatan, memotivasi penderita agar mau berobat teratur serta

mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu yang

telah ditentukan dan mewakili penderita mengambil obat. Anggota keluarga

sebagai pengawas minum obat cukup efektif dan efisien dalam

memaksimalkan peran dan fungsi PMO karena tidak mengedepankan reward

berupa materi sebagai imbalan jasa tetapi dimotivasi oleh kedekatan

keluarga yang disadari oleh pengabdian yang tulus, iklas, sabar, dan

tanggung jawab sebagai implementasi nilai keyakinan. Peran anggota

keluarga sangat diperlukan dalam partisipasi, motivasi serta nilai dalam

keluarga untuk mendukung proses serta keberhasilan pengobatan dan

kesembuhan penderita TB Paru

Dalam jurnal ini di jelaskan bahwa ada 5 tugas keluarga yang sangat

penting untuk menunjang kesehatan pada anggota keluarga yang terkena

TB Paru, penelitian ini menilai bagaimana pelaksanaan 5 tugas keluarga

tersebut. Diantaranya untuk mengetahui keluarga mengenal masalah,

memutuskan melakukan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga

yang sakit, menciptakan lingkungan yang sehat serta memanfaatkan

fasilitas kesehatan terkait dengan anggota keluarga yang menderita TB paru

Page 6: Analisis Jurnal

BAB II

ISI

RINGKASAN JURNAL

TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS JURNAL

Kelebihan dari jurnal ini adalah dalam jurnal membahas tentang penilaian pelaksanaan 5

tugas keluarga diantaranya untuk menilai apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan,

memutuskan melakukan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit,

memodifikasi lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan terkait dengan

anggota keluarga yang menderita TB paru. Jurnal ini menekankan bahwa pentingnya dukungan

keluarga dalam upaya pengobatan pasien, dimana keluarga tetap merupakan pengambil

Page 7: Analisis Jurnal

keputusan dalam perawatan anggota keluarganya yang sakit. Selain itu, hasil dari penelitian ini

membuktikan bahwa peran serta dari keluarga dalam menjalankan 5 tugas keluarga sangat

penting guna meningkatkan kesehatan dan mencegah penularan dari penyakit TB Paru yang

diderita salah satu anggota keluarga. Selain itu, kelebihan lain dari jurnal ini adalah dalam jurnal

membahas mengenai sikap, prilaku dan dukungan keluarga sangat mempengaruhi prilaku

penderita TB paru dalam meminum obat. Dengan adanya perhatian serta motivasi dari keluarga

diharapkan akan mengontrol pasien agar tetap minum obat secara rutin dan menurunkan angka

kejadian drop out dalam pengobatan TB paru.

Kekurangan dalam jurnal ini adalah dalam jurnal hanya menilai apakah keluarga

sudah melaksanakan lima tugas keluarga dan hal apa saja yang dilakukan dalam pelaksanaan dari

tugas tersebut. Penelitian dalam jurnal ini tidak memberikan informasi yang lengkap mengenai

TB paru terutama pengobatan dan perawatan termasuk pemberian nutrisi, usaha pencegahan

penularan yang tepat serta upaya menciptakan lingkungan yang sehat bagi penderita karena

pengetahuan akan mempengaruhi perilaku mereka dalam pengobatan dan perawatan anggota

keluarganya yang menderita TB paru, serta keluarga perlu dilibatkan dalam perawatan anggota

keluarga yang menderita TB paru.

Analisis PICOT

Ada pun analisis PICOT dari Penilaian Lima Tugas Keluarga pada Keluarga dengan

Anggota Keluarga Menderita Tb Paru di Wilayah Kerja Bp – 4 Magelang Medan, antara lain:

Population

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penderita TBC di wilayah kerja BP-4 Magelang.

Penelitian ini menggunakan 3 sampel, adapun kriteria sampel adalah keluarga yang salah satu

anggotanya menderita TB Paru yang ditegakkan dengan sputum BTA positif, tinggal di kota

Magelang serta bersedia menjadi sampel dalam penelitian.

Intervention

Dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dimana peneliti hanya melakukan

wawancara kepada responden dan keluarganya tanpa diberikan intervensi khusus. Hasil dari

wawancara tersebut kemudian ditulis dalam hasil penelitian

Page 8: Analisis Jurnal

Comparation

Penelitian ini dilakukan terhadap dua keluarga responden yang menderita TB Paru. Keluarga

responden pertama mengungkapkan mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh anggota

keluarganya, tanda dan gejalanya, cara penularannya, pencegahan penularannya, keputusan

untuk merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan sekitar untuk mencegah penyebaran

serta dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Sedangkan keluarga responden

kedua hanya tidak dapat memodifikasi lingkungan dengan baik untuk mencegah penularan dan

tidak dapat memutuskan untuk perawatan anggota keluarga yang menderita TB Paru akibat

status ekonomi keluarga

Outcome

Dari hasil wawancara dan analisa data yang dilakukan oleh peneliti muncul beberapa tema yang

terkait dengan tugas kesehatan pada keluarga dengan anggota keluarga menderita TB paru, yaitu

1. Mengenal Masalah TB Paru

Pada dasarnya pengetahuan responden tentang TB paru hamper sama. Mereka dapat

mengungkapkan baik pengertian, tanda dan gejala, serta cara penularan berdasarkan

pengalaman mereka. Keluarga mengatakan tanda dan gejala yang nampak pada anggota

keluarga yang menderita TB Paru antara lain batuk yang lama dan mengeluarkan dahak

dan darah, serta penderita tampak pucat. Selain itu, keluarga mampu menjelaskan tentang

penyakit TB yang dialami oleh salah satu anggota keluarganya karena diberikan

pengetahuan oleh petugas kesehatan ketika mereka mengadakan pemeriksaan fisik dan

laboratorium anggota keluarganya yang menderita TB. Keluarga juga dapat

mengungkapkan bahwa penyakit yang diderita anggota keluarganya dapat menular

karena didasarkan oleh pengalaman mereka bahwa penyakit yang disertai batuk bisa

menularkan kepada orang lain.

2. Keputusan yang diambil setelah anggota keluarga menderita TB Paru

Penderita yang dijadikan sampel dalam penelitian ini merupakan anggota keluarga yang

memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Akibat

mengalami penyakit TB Paru, responden tidak dapat menjalankan fungsinya dalam

memenuhi kebutuhan ekonomi sehingga keluarga berupaya mencari pengobatan agar

Page 9: Analisis Jurnal

penderita segera sehat kembali dan dapat menjalankan fungsinya. Keputusan dalam

perawatan sampel diambil oleh keluarga masing – masing responden.

3. Perawatan TB Paru

Menurut pengetahuan keluarga supaya cepat sembuh dari sakit memerlukan makanan

yang bergizi, sehingga keluarga memberikan makanan tambahan berupa telur dan susu

kepada anggota keluarga yang sakit. Hal ini juga bergantung kepada kondisi ekonomi

keluarga pada saat itu. Selain itu, keluarga melakukan tindakan pencegahan penularan

sesuai dengan pengetahuan mereka. Berdasarkan pengetahuan responden bahwa yang

dapat menularkan penyakit TB paru adalah melalui batuk, alat makan, bicara serta tidur

berhadapan. Sesuai hal itu maka keluarga melakukan upaya pencegahan penularan yaitu

menyendirikan alat makan dan minum, tidur disendirikan atau tidak berhadapan dan

dahak dibuang di jamban. Upaya yang dilakukan keluarga agar penderita TB paru rutin

minum obat yaitu membantu menyiapkan obat, member anjuran minum obat rutin,

mengingatkan serta menanyakan apa obat sudah diminum. Dengan adanya perhatian serta

motivasi dari keluarga diharapkan akan mengontrol pasien agar tetap minum obat secara

rutin.

4. Upaya meningkatkan lingkungan yang sehat

Upaya yang dilakukan keluarga dalam meningkatkan lingkungan yang sehat antara lain

dengan menjaga kebersihan dan mengatur ventilasi. Keluarga berpendapat dengan

mengatur ventilasi udara menjadi segar karena udara bisa masuk dan keluar.Tetapi dalam

penelitian ini masih ditemukan keluarga yang kurang menjaga kebersihan lingkungan

serta kurang memperhatikan keadaan ventilasi. Hal tersebut dikarenakan kesibukan

keluarga dalam mencari nafkah.

Secara psikologis keluarga meningkatkan lingkungan yang sehat dengan menjaga

hubungan baik dengan penderita serta memberikan dukungan moril kepada penderita.

5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Awalnya responden memanfaatkan Rumaah Sakit ataau dokter spesialis, tetapi setelah

mengetahui lamanya pengobatan TB paru sehingga memerlukan biaya yang mahal maka

para responden memanfaatkan BP-4 dalam pengobatan penderitan karena di BP-4

menyediakan pengobatan tuberculosis sesuai dengan program pemerintah secara gratis.

Time

Page 10: Analisis Jurnal

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2008 namun peneliti tidak menyebutkan tanggal

dan bulan penelitian ini dilakukan

IMPLIKASI KEPERAWATAN

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium

tuberkulosis Penyakit yang banyak diderita masyarakat Indonesia khususnya kelas menengah ke

bawah. Kepatuhan meminum obat merupakan kunci keberhasilan pengobatan.. Sementara

kendala pengobatan TB Paru di Indonesia meliputi kondisi ekonomi masyarakat dan kepatuhan

menjalani pengobatan yang masih rendah, akibatnya banyak penderita yang droup out dari

pengobatan tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah melaksanakan program

penanggulangan tuberkulosis melalui strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-

Course). Prinsip DOTS adalah pendekatan pelayanan pengobatan terhadap penderita agar secara

langsung dapat mengatasi keteraturan meminum obat yang dapat dilakukan oleh keluarga

sebagai unit terdekat dari penderita TB Paru.

Dari hasil penelitian didapatkan pada dasarnya pengetahuan responden tentang TB paru hampir

sama. Mereka dapat mengungkapkan baik pengertian, tanda dan gejala serta cara penularan

berdasarkan pengalaman mereka. Menurut pengetahuan keluarga supaya cepat sembuh daari

sakit memerlukan makanan yang bergizi, sehingga keluarga memberikan makanan tambahan

berupa telur dan susu kepada anggota keluarga yang sakit. Tapi ada juga keluargaa yang kurang

memperhatikan masalah nutrisi anggota keluarganya yang menderita TB paru sehingga mereka

cenderung untuk memberikan makanan kepada anggota keluarga apa adanya sesuai dengan

kemampuan mereka. Respon keluarga apabila terdapat anggota keluarga yang sakit adalah sangat

bervariasi mulai tidaak melakukan apa-apa dengan alasan tidaak mengganggu, melakukan

tindakan tertentu seperti mengobati sendiri, mencari fasilitas kesehatan tradisional, mencari

pengobatan di warung obat, mencari pengobatan ke fasiltas kesehatan modern yang

diselenggarakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga swasta seperti balai pengobatan,

Puskesmas, Rumah Sakit sampai dengan mencari pengobataan modern yang diselenggarakan

oleh dokter praktek.

Peran perawat disini penting, baik sebagai health educator, consultant, fasilitator dan

environmental modifier. Sebagai health educator perawat memberikan informasi yang lengkap

Page 11: Analisis Jurnal

tentang TB paru terutama pengobatan dan perawatan termasuk pemberian nutrisi yang

diperlukan oleh penderita TB. Sebagai konsultan perawat dapat memberikan nasehat-nasehat jika

diminta oleh klien, terutama mengenai usaha-usaha dalam pencegahan penularan TB. Perawat

dalam perannya sebagai fasilitator juga dapat memfasilitasi keluarga yang kurang mampu untuk

memperoleh jaminan kesehatan, sehingga pengobatan pasien TB tidak terputus. Sedangkan,

sebagai environmental modifier peran perawat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan

yang sehat bagi penderita.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Page 12: Analisis Jurnal

DAFTAR PUSTAKA

Hutapea, Tahan. 2009. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat

Anti Tuberkulosis. Jurnal Respirologi

Marni & Limbu. 2007. Peran Keluarga Sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) dalam

Mendukung Proses Pengobatan Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata

Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Jurnal MKM, 2(1) : 21-36