analisis jurnal jiwa

21
PRESENTASI JURNAL Cognitive Behavioral Therapy, Sertraline, or a Combination in Childhood AnxietyDISUSUN OLEH: ANGGUN RISANTI NIPP: 32-113-05-11-2009 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: diawima

Post on 02-Jul-2015

1.026 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS JURNAL JIWA

PRESENTASI JURNAL

“Cognitive Behavioral Therapy, Sertraline, or a Combination in

Childhood Anxiety”

DISUSUN OLEH:

ANGGUN RISANTI

NIPP: 32-113-05-11-2009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS JURNAL JIWA

BAB I

PENDAHULUAN

Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap

stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan

menyimpang bila individu tidak dapat meredam (merepresikan) rasa cemas tersebut dalam situasi

dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.

Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan umum, tekanan

pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut dapat memicu munculnya

kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus

berlangsung lama, terjadi perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh.

Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National

Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan

kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa

penyebab kecemasan neurotik dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu

beranggapan bahwa dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut

akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang dicintainya. Perasaan-

perasaan tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang tidak disadari oleh individu.

Sensasi anxietas / cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut

ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala

otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala

tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.

Dalam praktek sehari-hani anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan

bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi

normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik.

Anxietas sendiri mempunyai rentang yang luas dan normal sampai level yang moderat

misalnya pertandingan sepak bola, ujian, wawancara untuk masuk kerja mempunyai tingkat anxietas

yang berbeda.

Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat

sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal.

Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang

keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat

bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia

akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.

Page 3: ANALISIS JURNAL JIWA

Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang mendadak dan

cepat menghilang. Anxietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama walaupun tidak

seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh pasien biasanya

dirasakan cukup gawat untuk mempenganuhi prestasi kerjanya.

Bila dilihat dan segi jumlah, maka orang yang menderita anxietas kronik jauh lebih banyak

daripada anxietas akut.

Page 4: ANALISIS JURNAL JIWA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KECEMASAN

1. PENGERTIAN

Menurut Capernito (2001) kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok

mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom

dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, non spesifik.

Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan

emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian

dalam hidupnya (Rivai,2000).

Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak diamati

secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidak tahuan dan

didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998). Berdasarkan definisi tersebut

dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak

menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang

spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh ketidak tahuan yang didahului oleh

pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

2. KLASIFIKASI

Menurut Carpenito (2001) klasifikasi tingkat kecemasan dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu:

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsi. Tanda dan gejala

antara lain: persepsi dan perhatian meningkat, waspada, mampu mengatasi situasi

bermasalah dapat mengintegrasikan pengalaman masa lalu, saat ini dan masa yang

akan datang.

2) Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan seseorang pada hal yang nyata dan

mengesampingkan yang lain, sehingga mengetahui perhatian yang sedikit, tetapi

dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

Tanda dan gejala dari kecemasan sedang yaitu persepsi agak menyempit secara

selektif, tidak perhatian tetapi dapat mengarahkan perhatian.

3) Kecemasan berat

Page 5: ANALISIS JURNAL JIWA

Cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat

berfikir tentang hal yang lalin. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Orang tersebut memerlukan pengarahan untuk dapat memusatkan

pada area lain.

Tanda dan gejala dari kecemasan berat yaitu persepsinya sangat kurang,

berfokus pada hal yang detail, tidak dapat berkonsentrasi lebih, sangat mudah

mengalihkan perhatiaan, serta tidak mampu berkonsentrasi.

4) Tingkat panik

Berhubungan dengan terpengaruh ketakutan dan teror. Tanda dan gejala dari

tingkat panik yaitu peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, dan persepsi yang menyimpang.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

1) Umur

Prawirohardjo (2003) menspesifikasikan umur kedalam tiga kategori, yaitu: kurang

dari 20 tahun (tergolong muda), 20-30 tahun (tergolong menengah), dan lebih dari

30 tahun (tergolong tua). Soewandi (1997) mengungkapkan bahwa umur yang lebih

muda lebih mudah menderita stress dari pada umur tua.

2) Keadaan fisik

Menurut Carpenito (2001) penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan

kecemasan. Seseorang yang sedang menderita penyakit akan lebih mudah

mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita

penyakit.

3) Sosil budaya

Menurut Soewardi (1997), cara hidup orang dimasyarakat juga sangat

memungkinkan timbulnya stress. Individu yang mempunyai cara hidup teratur akan

mempunyai filsafat hidup yang jelas sehingga umumnya lebih sukar mengalami

stress. Demikian juga dengan seseorang yang keyakinan agamanya rendah.

4) Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap

sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang akan mempunyai

pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka

yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan

Page 6: ANALISIS JURNAL JIWA

adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian pendidikan yang rendah

menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan (Raystone, cit Meria 2005).

5) Tingkat pengetahuan

Soewandi (1997) mengatakan bahwa pengetahuan yang rendah mengakibatkan

seseorang mudah mengalami stress. Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap

sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan

kecemasan. Stress dan kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat

pengetahuan yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh.

4. Tanda dan Gejala Kecemasan

Menurut Carpenito (2001), sindrom kecemasan berfariasi tergantung tingkat

kecemasan yang dialami seseorang, yang manifestasi gejalanya terdiri dari :

1) Gejala fisiologis

Peningkatan frekuensi nadi, tekanan darah, nafsu, gemetar, mual muntah, sering

berkemih, diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan, kemerahan atau pucat pada

wajah, mulut kering, nyeri (dada, punggung dan leher), gelisah, pingsan dan pusing.

2) Gejala emosional

Individu mengatakan merasa ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya

diri, tegang, tidak dapat rileks, individu juga memperlihatkan peka terhadap rangsang,

tidak sabar, mudah marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik

diri sendiri dan orang lain.

3) Gejala kognitif

Tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan, pelupa

(ketidakmampuan untuk mengingat) dan perhatian yang berlebihan.

5. Kategori Kecemasan

Kategori gangguan kecemasan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders (DSM) IV yang sering dibahas diantaranya adalah;

1) Gangguan panik tanpa agoraphobia

2) Gangguan panik dengan agoraphobiA

3) Agoraphobia tanpa riwayat gangguan panik

4) Phobia spesifik

5) Phobia sosial

6) Gangguan obsesif-kompulsif

Page 7: ANALISIS JURNAL JIWA

7) Gangguan stres pasca traumatik

8) Gangguan stres akut

9) Gangguan kecemasan umum

10) Gangguan kecemasan yang tidak terdefinisi

6. Treatment

a. Terapi obat-obatan

Neurotransmiter utama terhadap gangguan kecemasan dengan melihat hasil

laboratorium dengan mencheck peningkatan norepinefrin, serotonin dan gamma

aminobutryc acid (GABA). Dengan positron emission tomography (PET) juga

ditemukan kelainan (disregulasi) pembuluh darah serebral.

Biasanya untuk kecemasan dokter menganjurkan penggunaan obat psikoleptik, yaitu

benzodiazepines dalam dosis rendah. Jenis obat-obat ini adalah Diazepam,

Klordiazepoksid, Lorazepam, Klobazam, Bromazepam, Oksazolam, Klorazepat,

Alprazolam atau Prazepam.

Penggunaan obat anti kecemasan haruslah melalui kontrol dari dokter secara ketat,

penggunaan obat-obat antiansietas dapat mengakibatkan beberapa efek samping.

Pasien dengan riwayat penyakit hati kronik, ginjal dan paru haruslah diperhatikan

pemakaian obat-obatan ini. Pada anak dan orangtua dapat juga memberikan reaksi

seperti yang tidak diharapkan (paradoxes reaction) seperti meningkatkan

kegelisahan, ketegangan otot, disinhibisi atau gangguan tidur.

Beberapa efek samping penggunaan obat antiansietas

- Sedative (rasa mengantuk, kewaspadaan menurun, kerja psikomotorik menurun,

dan kemampuan kognitif melemah)

- Rasa lemas dan cepat lelah

- Adiktif walaupun sifatnya lebih ringan dari narkotika. Ketergantungan obat

biasanya terjadi pada individu peminum alkohol, pengguna narkoba (maksimum

pemberian obat selama 3 bulan

- Penghentian obat secara mendadak memberikan gejala putus obat (rebound

phenomenon) seperti kegelisahan, keringat dingin, bingung, tremor, palpitasi

atau insomnia.

Page 8: ANALISIS JURNAL JIWA

b. Psikoterapi

Dalam psikoterapi, psikolog, konselor dan ahli terapis berusaha menyusun terapi

psikologis yang beragam untuk pengobatan yang disesuaikan dengan kepribadian

klien. Penerapan metode dapat secara personal maupun group (perkelompok).

Psikiater berusaha mengkombinasi pengobatan medis dan psikoterapi secara

bersamaan. Perlu untuk diketahui bahwa tidak ada pengobatan jenis gangguan

kecemasan ini hanya menggunakan satu cara saja, dibutuhkan lebih kombinasi

untuk menyembuhkan gangguan kompleks ini.

Terapi yang paling sering digunakan dalam perawatan kecemasan adalah cognitive-

behavioural therapy (CBT). Pada CBT diberikan teknik pelatihan pernafasan atau

meditasi ketika kecemasan muncul, teknik ini diberikan untuk penderita kecemasan

yang disertai dengan serangan panik.

Support group juga diberikan dalam CBT, individu ditempatkan dalam group support

yang mendukung proses treatment. Group support dapat berupa sekelompok orang

yang memang telah dipersiapkan oleh konselor/terapis untuk mendukung proses

terapi atau keluarga juga dapat diambil sebagai group support ini.

7. Mencegah Kemunculan Gangguan Kecemasan

a. Kontrol pernafasan yang baik

Rasa cemas membuat tingkat pernafasan semakin cepat, hal ini disebabkan otak

"bekerja" memutuskan fight or flight ketika respon stres diterima oleh otak.

Akibatnya suplai oksigen untuk jaringan tubuh semakin meningkat,

ketidakseimbangan jumlah oksigen dan karbondiosida di dalam otak membuat

tubuh gemetar, kesulitan bernafas, tubuh menjadi lemah dan gangguan visual.

Ambil dalam-dalam sampai memenuhi paru-paru, lepaskan dengan perlahan-lahan

akan membuat tubuh jadi nyaman, mengontrol pernafasan juga dapat menghindari

srangan panik.

c. Melakukan relaksasi

Kecemasan meningkatkan tension otot, tubuh menjadi pegal terutama pada leher,

kepala dan rasa nyeri pada dada. Cara yang dapat ditempuh dengan melakukan

teknik relaksasi dengan cara duduk atau berbaring, lakukan teknik pernafasan,

usahakanlah menemukan kenyamanan selama 30 menit.

d. Intervensi kognitif

Page 9: ANALISIS JURNAL JIWA

Kecemasan timbul akibat ketidakberdayaan dalam menghadapi permasalahan,

pikiran-pikiran negatif secara terus-menerus berkembang dalam pikiran. caranya

adalah dengan melakukan intervensi pikiran negatif dengan pikiran positif, sugesti

diri dengan hal yang positif, singkirkan pikiran-pikiran yang tidak realistik. Bila tubuh

dan pikiran dapat merasakan kenyamanan maka pikiran-pikiran positif yang lebih

konstruktif dapat meuncul. Ide-ide kreatif dapat dikembangkan dalam

menyelesaikan permasalahan.

e. Pendekatan agama

Pendekatan agama akan memberikan rasa nyaman terhadap pikiran, kedekatan

terhadap Tuhan dan doa-doa yang disampaikan akan memberikan harapan-harapan

positif. Dalam Islam, sholat dan metode zikir ditengah malam akan memberikan rasa

nyaman dan rasa percaya diri lebih dalam menghadapi masalah. Rasa cemas akan

turun. Tindakan bunuh diri dilarang dalam Islam, bila iman semakin kuat maka

dorongan bunuh diri (tentamina Suicidum) pada simtom depresi akan hilang.

Metode zikir (berupa Asmaul Husna) juga efektif menyembuhkan insomnia.

f. Pendekatan keluarga

Dukungan (supportif) keluarga efektif mengurangi kecemasan. Jangan ragu untuk

menceritakan permasalahan yang dihadapi bersama-sama anggota keluarga.

Ceritakan masalah yang dihadapi secara tenang, katakan bahwa kondisi Anda saat

ini sangat tidak menguntungkan dan membutuhkan dukungan anggota keluarga

lainnya. Mereka akan berusaha bersama-sama Anda untuk memecahakan masalah

Anda yang terbaik.

g. Olahraga

Olahraga tidak hanya baik untuk kesehatan. Olaharaga akan menyalurkan tumpukan

stres secara positif. Lakukan olahraga yang tidak memberatkan, dan memberikan

rasa nyaman kepada diri Anda.

B. TERAPI PERILAKU KOGNITIF (COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY)

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah suatu bentuk psikoterapi yang digunakan untuk

mengobati berbagai gangguan mental. Pasien, selalu disebut sebagai klien, bekerja dengan

para terapis untuk mempelajari cara untuk mengidentifikasi masalah dan kemudian

memecahkan masalah tersebut.

Page 10: ANALISIS JURNAL JIWA

Terapi perilaku kognitif pada dasarnya digunakan untuk mengubah pemikiran

seseorang, perilaku dan emosional terhadap masalah dan ini membantu orang melihat

masalah dalam perspektif yang berbeda dan positif.

Meskipun CBT sangat populer dan dianggap sebagai salah satu terapi terbaik bagi

banyak gangguan mental seperti gangguan obsesif kompulsif, kecemasan, fobia, depresi,

post traumatic stress disorder, bulimia dan skizofrenia.

Pendiri terapi perilaku kognitif Aaron T. Beck, MD, yang lulus dari Brown University

dan Yale Medical School. Dr Beck terapi perilaku kognitif yang dikembangkan pada awal

1960-an ketika ia adalah seorang psikiater di University of Pennsylvania.

Dr Beck, awalnya, adalah seorang psikoanalis yang melakukan banyak penelitian

untuk menguji konsep psikoanalisis depresi. Sementara pelaksanaan eksperimen, ia yakin

bahwa penelitian akan memvalidasi konsep psikoanalisis tetapi terkejut melihat sebaliknya.

Kemudian dia mulai mencari lebih banyak cara konseptualisasi depresi dan ini membuatnya

bekerja dengan pasien depresi.

Sementara Dr Beck sedang bekerja dengan pasien depresi, ia menemukan bahwa

mereka mengalami serangkaian pikiran negatif yang datang secara spontan. Pikiran ini ia

disebut sebagai pikiran otomatis. Dia juga menemukan bahwa isi pikiran otomatis ini dapat

ditempatkan dalam tiga kategori, yaitu pikiran negatif tentang diri mereka sendiri, pikiran

negatif tentang dunia dan pikiran negatif tentang masa depan. Di sini Dr Beck mulai

membantu pasien mengidentifikasi pikiran negatif dan kemudian mengevaluasi mereka. Hal

ini menyebabkan pasien yang mampu berpikir jauh lebih realistis dan pada gilirannya

digunakan untuk pasien merasa lebih baik secara emosional dan mereka cenderung

berperilaku dalam cara yang lebih fungsional.

Terapi perilaku kognitif berfokus pada masa kini masalah yang Anda hadapi

ketimbang memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang menyebabkan rasa sakit dan

penderitaan Anda di masa lalu. Terapi ini adalah tentang seseorang memperbaiki keadaan

pikiran dalam pikiran.

Bagaimana Cognitive Behavioral Therapy :

Terapi perilaku kognitif (CBT) membantu seseorang mengambil masalah dapat

diatasi dan pecah menjadi potongan-potongan kecil sehingga orang dapat memahami

masalahnya. Dengan memecahkan masalah besar menjadi potongan-potongan yang lebih

kecil memungkinkan orang untuk melihat bagaimana semua bagian yang terhubung dan

bagaimana mereka mempengaruhi dia. Biasanya masalah dipecah menjadi potongan kecil

berikut:

Page 11: ANALISIS JURNAL JIWA

Situasi

Thoughts

Emosi

Perasaan fisik

Tindakan

Masing-masing disebutkan di atas potongan-potongan yang lebih kecil dapat

mempengaruhi yang lain. Bagaimana seseorang tinjauan suatu masalah dapat mempengaruhi

secara fisik dan emosional. Ini dapat juga mempengaruhi cara orang bereaksi terhadap

masalah. Reaksi dapat membantu atau tidak membantu, tergantung pada bagaimana Anda

berpikir tentang masalah.

Sebagai contoh, anda berjalan di jalan dan seseorang yang Anda kenal berjalan

melewati anda tanpa memandang Anda adalah sebuah situasi. Sekarang Anda dapat

mematahkan situasi ini menjadi lebih kecil seperti yang disebutkan di atas.

Thoughts: Anda dapat berpikir tentang kejadian ini positif atau negatif. Anda dapat

berpikir bahwa orang yang mengabaikan Anda karena dia tidak menyukai Anda. Atau, Anda

dapat berpikir bahwa orang tampak tenggelam dalam / pikirannya dan sekarang Anda

bertanya-tanya apakah semuanya baik-baik saja dengan orang.

Perasaan emosional: Anda merasa sedih dan ditolak. Atau, Anda bisa mulai khawatir

tentang orang

Fisik: Anda mungkin mendapatkan kram perut dan merasa Anda tidak memiliki energi.

Atau, Anda tidak bisa mempengaruhi fisik sama sekali.

Aksi: Pulanglah, bermuram dan kemudian menghindari orang sepenuhnya. Atau, Anda

dapat menghubungi orang tersebut untuk check adalah semuanya baik-baik saja dengan dia.

Seperti yang anda lihat bagian pertama dari reaksi Anda dalam setiap potongan-

potongan yang lebih kecil tidak membantu sedangkan bagian kedua sangat membantu. Oleh

karena itu, ini berarti bahwa setiap situasi dapat mengarah pada dua hasil yang berbeda

tergantung pada bagaimana Anda berpikir tentang situasi. Kemudian Anda pikir memiliki efek

pada perasaan Anda dan bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi.

Bila Anda bereaksi secara negatif atau dalam cara yang tidak membantu, itu membuat

Anda merasa lebih buruk dan ini bisa membuat Anda berpikir dan merasa hal-hal yang tidak

menyenangkan tentang diri Anda sendiri seperti Anda harus menjadi orang yang buruk atau

tidak ramah dll

Namun, terapi perilaku kognitif membantu Anda untuk mengubah cara berpikir,

merasa dan berperilaku. Ketika Anda melihat sesuatu di bagian-bagian dari keseluruhan, Anda

Page 12: ANALISIS JURNAL JIWA

dapat mengubah pikiran, perasaan dan perilaku (tindakan). Terapi memungkinkan Anda untuk

latihan Anda sendiri cara unik untuk menangani masalah dan situasi problematis.

Page 13: ANALISIS JURNAL JIWA

BAB III

ANALISIS JURNAL

A. JUDUL PENELITIAN

Cognitive Behavioral Therapy, Sertraline, or a Combination in Childhood Anxiety.

B. NAMA PENELITI

John T.Walkup, M.D.; Anne Marie Albano, Ph.D; John Piacentini, Ph.D; Boris Birmaher, M.D;

Scott N.Compton, Ph.D; Joel T.Sherril, Ph.D; Golda S. Ginsburg, Ph.D; Moira A Rynn, M.D;

James Mc Cacken, M.d; Bruce Waslick, M.D; Satish Lyengar, Ph.D; John S. March, M.D,

M.P.H, and Philip C.Kendall, Ph.D.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Membandingkan efektivitas tiga terapi (sertraline, CBT, dan kombinasi sertraline dengan

CBT) dengan placebo.

2. Membandingkan kombinasi terapi dengan terapi sertraline/ CBT itu sendiri.

3. Mengetahui keamanan dari sertraline, dibandingkan dengan placebo.

D. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2002-2007 di Duke University Medical

Center, New York Psychiatric Institute- Columbia University Medical Center- New York

university, John Hopkins medical Institusions, Temple University, University of California, loa

Angeles, and Western Psychiatric institute and Clinic- University of Pittsburgh Medical

Center.

E. METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian : Multicenter, controlled trial

2. Cara pengambilan sampel: randomized

3. Kriteria Inklusi:

- Anak dan remaja usia 7-17 tahun yang memiliki gangguan kecemasan umum atau

phobia sosial

- IQ ≥ 80

4. Kriteria Eksklusi:

- Anak yang memiliki kondisi medis yang tidak stabil

- Wanita hamil/ aktif berhubungan seksual dan tidak menggunakan metode efektif

untuk mengontrol kelahiran

Page 14: ANALISIS JURNAL JIWA

- Anak yang menerima pengobatan psycoaktif dan yang punya gangguan jiwa yang

membuat partisipasi dalam penelitian ini tidak sesuai.

5. Populasi : 3.066 orang

6. Sampel : Random Sampling sebanyak 488 orang

7. Jalannya penelitian :

Dalam penelitian ini jalannya penelitian kurang dijelaskan secara rinci. Setelah

didapatkan sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi 488 responden,

kemudian diukur tingkat kecemasan dengan Anxiety Disorders Interview Schedule for

DSM-IV-TR, child version. Lalu dibagi ke dalam tiga (3) grup: dengan CBT, Sertraline, dan

kombinasi antara keduanya.

- CBT terdiri dari 14 sesi, 60 menit/ sesi, termasuk melihat dan mengukur tingkat

kecemasannya, respon pada pengobatan, dan perkembangan. Terapi berdasarkan

Coping Cat Program, klien juga menerima ketrampilan untuk memanage kecemasan

- Sertraline: terdiri dari 8 sesi, 60 menit/ sesi. Dimulai dengan dosis 25 mg/hari dan

meningkat menjadi 200 mg/hari sampai minggu ke 8. Pada minggu ke 8 klien yang

dipertimbangkan mengalami kondisi yang tidak semakin parah dan yang memiliki

efek samping minimal obat diberi kesempatan untuk peningkatan dosis

- Kombinasi: terapi antara Sertraline dan CBT

F. ANALISIS DATA

Analisa data menggunakan SAS software, versi 9.1.3 (SAS Institut)

G. HASIL PENELITIAN

- Logistic regression model menunjukkan tiap pengobatan/ terapi dalam penelitian ini

ada dalam tempat yang utama/ baik dibanding dengan placebo: terapi kombinasi v.s

placebo (p<0.001), CBT v.s placebo (p<0.001), sertraline v.s placebo (p<0.001)

- Parrwise comparison memunjukkan bahwa terapi kombinasi lebih baik dibandingkan

terapi tunggal CBT/ sertraline (p<0.001)

- Tidak ada perbedaan yang signifikan antara sertraline dan CBT (p=0.41atau p, 0.05)

H. TEORI YANG RELEVAN

Gangguan kecemasan adalah kondisi yang umum terjadi pada anak-anak dan

remaja. Meskipun terapi kognitif perilaku dan serotonin-reuptake inhibitor

memeperlihatkan efektivitasnya untuk terapi gangguan kecemasan ini, tetapi sedikit sekali

pengetahuan yang membandingkan efektivitas antara keduanya atau efektivitas kombinasi

antara keduanya.

Page 15: ANALISIS JURNAL JIWA

Gangguan kecemasan umum terjadi pada 4 juta orang atau sekitar 2.8% dari

penduduk dunia, gangguan ini merupakan gangguan kesehatan jiwa yang umum terjadi.

Perempuan dua kali lebih rentan terkena gangguan kecemasan ini. CBT (Cognitive Behavioral

Therapy) merupakan terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan kecemasan,

yaitu dengan melakukan konfrontasi terhadap ketidakrasionalan dan ketidaktepatan

perilaku, sehingga akan mengubah pandangan seseorang menjadi adaptif.

I. IMPLIKASI KEPERAWATAN

Terapi kognitif perilaku ini dapat di implementasikan di RSj Magelang, khususnya di

Bangsal Irawan untuk mengubah pemikiran seseorang yang akan mempengaruhi perilaku

orang tersebut. Kemudian terapi ini bertujuan untuk membantu pasien agar dapat

mengendalikan masalah yang dialaminya. Misalnya pada pasien yang mengalami gangguan

kecemasan yang mengakibatkan perubahan pola tidur, sehingga kualitas tidur pun

berkurang. Misalnya dengan terapi relaksasi dan distraksi yang dapat dilakukan oleh pasien,

sehingga kecemasan pun berkurang.

Sehingga terapi kognitif perilaku tidak hanya merupakan satu jenis terapi saja,

melainkan merupakan terapi yang dapat dimodifikasi sesuai dengan masalah yang ada.

J. KESIMPULAN

Kedua terapi yaitu CBT dan sentraline dapat menurunkan derajat gangguan kecemasan

pada anak dengan gangguan kecemasan, tetapi kombinasi antara kedua terapi tersebut

memperlihatkan efek yang paling baik.

K. REFERENSI

- John T.Walkup, M.D.; Anne Marie Albano, Ph.D; John Piacentini, Ph.D; Boris

Birmaher, M.D; Scott N.Compton, Ph.D; Joel T.Sherril, Ph.D; Golda S. Ginsburg, Ph.D;

Moira A Rynn, M.D; James Mc Cacken, M.d; Bruce Waslick, M.D; Satish Lyengar,

Ph.D; John S. March, M.D, M.P.H, and Philip C.Kendall, Ph.D. 2008. Cognitive

Behavioral Therapy, Sertraline, or a Combination in Childhood Anxiety. NEJM.

- http://www.idijakbar.com/prosiding/gangguan_anxietas.htm

- http://www.mitrariset.com/2008/11/kecemasan-atau-ansietas.html

- http://www.pikirdong.org/psikologi/psi18axdi.php

- http://www.scumdoctor.com/Indonesian/psychology/cognitive-therapy/Who-Is-

The-Founder-Of-Cognitive-Behavioral-Therapy.html

- http://www.scumdoctor.com/Indonesian/psychology/cognitive-therapy/How-Does-

Cognitive-Behavioral-Therapy-Work.html