evapro balita
Post on 10-Aug-2015
77 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PERMASALAHAN “BALITA DITIMBANG” PADA PROGRAM “GIZI”
DI PUSKESMAS JATILAWANG
Disusun Oleh:
Rica Anriz G1A210108
Amma F. Muiza G1A212023
Hamidatul Ulfah G1A212025
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS-
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS STASE 6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS
PERMASALAHAN “BALITA DITIMBANG” PADA PROGRAM “GIZI”
DI PUSKESMAS JATILAWANG
Disusun Oleh:
Rica Anriz G1A210108
Amma F. Muiza G1A212023
Hamidatul Ulfah G1A212025
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas/
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
Telah dipresentasikan dan disetujui
Tanggal ……………….
Preseptor Lapangan
dr. Anwar Hudiono
NIP. 19821224.201001.1.022
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan………………………………………………………… i
Daftar Isi…………………………………………………………………….. ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………….....……………………………… 1
B. Tujuan Penulisan………………………………………………. 2
C. Manfaat Penulisan……………………………………………... 3
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Input…………………………………………………………… 7
B. Proses………………………………………………………….. 8
C. Output…………………………………………………………. 9
D. Effect…………………………………………………………... 9
E. Outcome (Impact)……………………………………………... 9
III. IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT
Analisis SWOT……………………………………………………... 11
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
A. Pembahasan Isu…………………………………………………. 14
B. Alternatif Pemecahan Masalah…………………………………. 16
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………..…… 19
B. Saran……………………………………………….…………... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan baik fisik,
mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat juga dapat diukur dari
produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan atau secara ekonomi. Hal ini juga diatur
dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Batasan Kesehatan dan Keadaan
Sejahtera Badan, Jiwa, dan Sosial yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup
produktif secara sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2007).
Untuk mencapai tujuan kesehatan di atas, diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab
penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Berdasarkan Kepmenkes
no.128 tahun 2004, Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja.
Sebagai pendorong aktivitasnya, puskesmas berpegang pada visi dan misi yang telah
dirumuskan. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat, sedangkan misi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembanguan kesehatan nasional, yaitu; menggerakan pembangunan
berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya; mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya; memelihara dan meningkatkan mutu,
pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas;
memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Salah satu komponen Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar adalah Program Upaya
Gizi Masyarakat. Gizi masyarakat dapat dinilai jika terdapat pencatatan yang kontinu dan
menyeluruh mengenai kondisi dan permasalahannya di masyarakat. Kegiatan yang dapat
dilakukan agar masalah gizi di masyarakat dapat dinilai adalah dengan adanya balita yang
mau datang ke pelayanan kesehatan/ posyandu untuk menimbang. Dengan adanya balita
yang mau ditimbang maka banyak permasalahan gizi yang dapat diamati, dinilai, hingga
dilakukan rencana penanganannya.
Balita yang rutin ditimbang bisa diketahui status gizinya dari kartu KMS yang selalu
rutin diisi. Dengan adanya penimbangan maka status gizi dapat diketahui karena pada
dasarnya keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharaan
kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya
di dalam tubuh.
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2009 jumlah angka kunjungan balita yang
ditimbang belum memenuhi target yang diharapkan sebesar 80%. Target yang tercapai
hanya 69,8 % jauh dari SPM sebesar 80%.
Untuk mewujudkan visi dan misi puskesmas supaya tepat pada sasaran umum
pembangunan, maka perlu dilakukan pemecahan masalah gizi salah satunya adalah balita
yang mau datang ke pelayanan kesehatan untuk menimbang berat badan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui, menganalisis, dan memberi metode pemecahan prioritas masalah
dari 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah Kecamatan
Jatilawang.
b. Mengenal dan mengetahui gambaran umum Puskesmas Jatilawang sebagai pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
c. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Puskesmas Jatilawang.
d. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program-program kesehatan di
Puskesmas Jatilawang.
e. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program-program
Puskesmas Jatilawang.
f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah pada program-
program kesehatan di Puskesmas Jatilawang.
C. MANFAAT
a. Sebagai bahan wacana bagi puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang mungkin
masih ada dalam 6 program pokok Puskesmas Jatilawang.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas untuk melakukan evaluasi dalam kinerja
Puskesmas.
c. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik guna
mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat
BAB II
ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Jatilawang merupakan salah satu bagian wilayah kabupaten
Banyumas dengan luas wilayah kurang lebih 43,23 km2 dan berada pada ketinggian
18 – 21 m dari permukaan laut dengan curah hujan 2.272 mm/tahun dengan batas
wilayah sebagai berikut:
A. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Purwojati
B. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Wangon
C. Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Cilacap
D. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Rawalo
Kecamatan Jatilawang terdiri dari 11 desa, 46 dukuh, 56 RW dan 323 RT. Desa
terluas adalah desa Tunjung yaitu 8,32 km2 dan desa tersempit adalah Margasana
dengan luas 1,82 km2. Bila dilihat dari jaraknya maka desa Gunungwetan adalah desa
terjauh dengan jarak 5 km dari pusat kota Jatilawang dan desa Tunjung merupakan
desa terdekat dengan jarak 0,15 km.
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang pada tahun 2011 adalah 57.286 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 28.461 jiwa (49,66%) dan perempuan 28.938 jiwa (50,34%)
dengan jumlah kepala keluarga 17.437 KK dan sex ratio sebesar 1080,99. Jumlah
penduduk terbanyak ada di desa Tinggarjaya yaitu sebesar 9294 jiwa atau sebesar
16,17% dari keseluruhan jumlah penduduk Kecamatan Jatilawang, sedangkan desa
Margasana merupakan desa dengan jumlah penduduk terkecil yaitu 2100 atau hanya
sebesar 3,82%.
Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Jatilawang dibagi
menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu besar. Penduduk
terbanyak ada di kelompok umur 10-14 tahun yaitu sebesar 5.851 jiwa (10,18%) dan
sebagian besar penduduk berada pada usia produktif, hal ini merupakan aset sumber
daya manusia yang besar.
Tabel 1.1. Jumlah penduduk menurut golongan umur
Kelompok Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah
0 – 4 2897 2771 5650
5 – 9 2913 2815 5728
10 – 14 3002 2849 5851
15 – 19 2736 2369 5105
20 – 24 1943 1921 3864
25 – 29 1922 2213 4135
30 – 34 1993 2320 4313
35 – 39 1994 2335 4329
40 – 44 1999 2095 4090
45 – 49 1663 1584 3267
50 – 54 1337 1302 2539
55 – 59 1052 1127 2179
60 – 64 1086 1135 2221
65 – 69 821 892 1713
70 – 74 636 654 1290
> 75 550 556 1106
Jumlah 28.564 28.938 57.485
Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011
Kepadatan penduduk di Kecamatan Jatilawang pada tahun 2011 sebesar
14.278 jiwa/km2. Desa terdapat adalah desa Gentawangi (1912 jiwa/km2) dan desa
Karanglewas merupakan desa dengan kepadatan penduduk terendah (577 jiwa/km2).
Sebagian besar masyarakat Jatilawang adalah pemeluk Agama Islam yaitu
sebesar 62.627 orang ( 99,467%), sisanya adalah pemeluk agama Katolik, Protestan<
Budha dan Hindu.
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kecamatan Jatilawang adalah
petani, baik petani sendiri maupun hanya sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 33.367
orang (58,04%). Mata pencaharian yang lain adalah sebagai pengusaha, buruh
industri, buruh bangunan, pedagang, pengangkutan, PNS dan ABRI. Mata
pencaharian yang paling sedikit adalah sebagai nelayan yaitu 10 orang.
Pendidikan penduduk Kecamatan Jatilawang paling banyak adalah tamat
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 21.986 orang. Penduduk Kecamatan Jatilawang yang
melanjutkan pendidikan hingga tingkat SLTP berjumlah 6752 orang, SLTA berjumlah
7432 orang, dan Universitas berjumlah 605 orang. Penduduk yang tidak atau belum
tamat SD sebesar 12.635 orang. Penduduk yang tidak pernah menjalani pendidikan
berjumlah 1411 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa keinginan atau kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan masih kurang.
Program kerja puskesmas jatilawang meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB, Perbaikan Gizi,
Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan.
b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan klinik
sanitasi)
c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP)
B. Pencapaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat
Angka kematian bayi baru lahir, berdasarkan laporan kegiatan program KIA
selama tahun 2011 tercatat tidak ada dari 1.050 kelahiran hidup. Bila dibandingkan
dengan Indikator Indonesia Sehat terhitung masih rendah ( IIS 2010 = 40 per 1.000
kelahiran hidup ). Pada tahun 2011 tidak terdapat kematian ibu nifas. Angka kematian
ibu ( AKI ) adalah 86,65 per 100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan IIS
2010 ( AKI = 150/100.000 kelahiran hidup ), AKI di Kecamatan Jatilawang di bawah
IIS.
Berdasarkan data laboratorium pada tahun 2011 tidak terdapat kasus malaria
klinis dan malaria dengan klarifikasi pemeriksaan mikroskopik atau sebesar 0% kasus
per 1.000 penduduk. Pada tahun 2010 juga tidak terdapat kasus malaria klinis. Kasus
TB Paru Positip pada tahun 2011 tercatat 28 kasus CDR sebesar 42,5%. Bila
dibandingkan dengan tahun 2010 ( 13 kasus CDR= 19,66%) berarti terjadi kenaikan
CDR namun dibawah target SPM 2010 yaitu CDR sebesar 70%.
Kasus diare pada tahun 2011 tercatat 555 kasus dengan angka kesakitan
sebesar 9,68 per 1.000 penduduk. Angka ini sebenarnya jauh sekali dari kenyataan
karena angka ini diambil dari kasus yang berobat di puskesmas dan jaringannya
( pustu, polindes / PKD, posyandu ) saja. Sedangkan kasus diare yang berobat di
paramedis, bidan, atau dokter praktek swasta tidak terlaporkan.
Di tahun 2011 terdapat 4 kasus DBD dengan Incidence Rate 0,69% yang
terjadi di desa Tunjung. Hal ini terjadi karena mobilitas masyarakat yang cukup
tinggi,higiene sanitasi masyarakat yang masih kurang dan kegiatan PSN yang tidak
rutin dilaksanakan. Bila dibandingkan dengan tahun 2010 ( 1 kasus Incidence Rate
0,17% ), berarti terjadi kenaikan kasus sebesar 300 %. Pada tahun 2011 di Kecamatan
Jatilawang tidak ditemukan kasus AFP, Campak, HIV dan Hepatitis (angka kesakitan
sebesar 0 per 1.000 penduduk). Lain halnya dengan Tetanus dan Diphteri ditemukan 1
kasus pada penderita dewasa.
Untuk penyakit tidak menular yang diamati dan dicatat selama tahun 2011
terdiri dari Ca Servik 2 kasus, Ca Mammae 2 kasus, Ca Hepar 1 kasus, Ca Colon 1
kasus, Non Insulin Dependent DM 210 kasus, Angina Pektoris 7 kasus, Decomp
Cordis 81 kasus, Hipertensi Essensial 720 kasus, Stroke Hemoragik 12 kasus, Stroke
Non Hemoragik 18 kasus, Asthma Bronchial 87 kasus, PPOK 36 kasus, KLL 144
kasus dan Psikosis 89 kasus. Kasus – kasus penyakit tidak menular ini di dapatkan
dari register Rawat Jalan dan Laboratorium Tahun 2011.
Berdasarkan hasil kegiatan program gizi, pada tahun 2011 tercatat 68 bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dari 1.050 bayi lahir hidup atau sebesar 6,47
%. Desa dengan BBLR tertinggi adalah desa Tinggarjaya 1,7% dan Bantar yaitu 1,3%
dari seluruh BBLR di Kecamatan Jatilawang. Pada tahun 2011 tercatat ada 4.667
balita, yang ditimbang sebanyak 3.257 balita atau sebesar 69,8%. Ini berarti masih di
bawah target SPM Kabupaten Banyumas 2011 yaitu sebesar 80 %. Untuk balita yang
ditimbang dan naik berat badannya sebanyak 2.119 atau sebesar 65,1 %, berarti masih
di bawah target SPM 2010 yang sebesar 80 %. Untuk balita bawah garis merah
( BGM ) ditemukan kasus sebanyak 48 balita atau sebesar 1,5 % dari seluruh balita
yang ditimbang, berarti sudah sesuai dengan target SPM tahun 2011 yaitu sebesar
<5%.
Dari penyelenggaraan program puskesmas serta kesesuaian dengan SPM tahun
2011, akan dipilih beberapa permasalahan yang dapat dijadikan alternatif prioritas di
Puskesmas Jatilawang dengan alasan karena masih terdapat gapantara data primer
dengan target SPM Puskesmas tahun 2011.
BAB III
ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Input
Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem sehingga dilihat
apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja) mengalami masalah atau tidak.
Apabila ternyata bermasalah, penyebab masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan
proses kegiatan tersebut.
Input mencakup indikator yaitu man (sumber daya manusia), money (sumber dana),
method (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material (perlengkapan), minute (waktu) dan
market (sasaran). Proses menjelaskan fungsi manajemen yang meliputi tiga indikator
yaitu: P1 (perencanaan), P2 (penyelenggaraan) dan P3 (pengawasan, pemantauan, dan
penilaian).
Man
Jumlah tenaga puskesmas jatilawang yang ada menurut data tahun 2011 berjumlah 53
orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1. Jenis Ketenagaan di Puskesmas Jatilawang Tahun 2011
No Jenis Tenaga PNS PTT Honor
Daerah
Honor
Puskesmas
Jml Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat Umum
Perawat Gigi
Bidan
Apoteker
Pelaksana Gizi
Pelaksana
kesling
Analis
Pekarya Kes.
Juru Imunisasi
TU
Juru masak
Cleaning
2
1
5
1
10
1
1
1
-
-
-
9
-
-
-
-
-
-
14
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
-
-
1
1
1
2
1
9
1
24
1
1
1
-
-
-
10
1
1
2 S1
-
2 SPK, 7
AKPER
DIII
7 DI, 15 DIII,
2DIV
DIII
DIII
SPPH
-
-
-
3 SI, 6 SMA, 2
SD
SD
SMP
15. service
Sopir
- - - 1 1 SMA
Jumlah 31 14 - 7 53
Sumber: Profil Kesehatan Kecamatan Jatilawang Tahun 2011
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa ketenagaan yang terdapat di puksesmas
Jatilawang berjumlah 53 orang yang terdiri dari dokter umum 2 orang, dokter gigi 1
orang, perawat umum 9 orang, perawat gigi 1 orang, bidan 24 orang, apoteker 1
orang, pelaksan gizi 1 orang, pelaksana kesling 1 orang, bagian tata usaha 10 orang,
juru masak 1 orang, cleaning service 1 orang, dan sopir 1 orang. Puskesmas
Jatilawang tidak memiliki analis, pekarya kesehatan, dan juru imunisasi.
Program kerja puskesmas jatilawang meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Program Umum (Basic Six) yaitu Promosi Kesehatan, KIA/KB, Perbaikan Gizi,
Kesehatan Lingkungan, P2M, dan Pengobatan.
b. Program Pengembangan (meliputi konsultasi gigi, laboraturium dan klinik
sanitasi)
c. Puskesmas dengan Tempat Perawatan (Puskesmas DTP).
Money
Sumber dana untuk kegiatan program posyandu berasal dari dana swadaya
masyarakat, sehingga dana tersebut dirasa masih kurang untuk membiayai seluruh
kegiatan operasional puskemas.
Material
Logistik, obat, vaksin berasal dari pihak kantor dinas kesehatan tingkat II dan
BKKBN Kabupaten Banyumas. Jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan perencanaan
yang telah diajukan oleh Puskesmas. Alat-alat kedokteran : 1 unit mobil ambulans, 1 unit
kulkas penyimpan, 7 termos penyimpan vaksin, dan alat laboratorium sederhana.
Metode
Metode kegiatan posyandu adalah 5 meja yaitu Pendaftaran, Penimbangan,
Pencatatan, Penyuluhan, dan Pelayanan. Metode kegiatan minimal terdapat 3 meja.
Kegiatan 5 meja tersebut sudah dilakukan secara berkesinambungan pada setiap kegiatan
puskemas.
Minute
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan besarnya kasus dan
demografi/wilayah terdapatnya kasus.
Minute
Sasaran masyarakat pada program Gizi berupa penimbangan berat badan balita
ditujukan kepada seluruh balita di wilayah kerja Puskesmas Jatilawang.
B. Proses
Perencanaan (P1) :
Arah : Terwujudnya KECAMATAN JATILAWANG SEHAT 2011. Untuk
mempermudah mencapai tersebut, perencanaan mengacu pada Standard Pelayanan
Minimal (SPM) untuk program Kesehatan Lingkungan yang sudah ditetapkan di tingkat
Provinsi.
Pengorganisasian (P2)
1. Penggalangan kerjasama dalam Tim Promosi Kesehatan
2. Penggalangan kerjasama lintas sektoral
3. Penggalangan kerjasama dengan bidan desa Kecamatan Jatilawang
4. Penggalangan Desa Siaga
Mempertimbangkan jumlah tenaga, beban kerja dan sarana Penggerakan dan
pelaksanaan program. Tim Puskesmas Jatilawang bekerjasama dengan masyarakat
khususnya bagian KIA dan kader untuk menindaklanjuti masalah pemberian tablet Fe
pada ibu hamil trimester III sehingga angka pemberian tablet Fe minimal mencapai target
SPM.
Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan
1. Dinas Kesehatan wilayah Bayumas
2. Puskesmas Jatilawang khususnya bagian Promosi Kesehatan
3. Bidan Desa Kecamatan Jatilawang
4. PWS = Pemantauan wilayah setempat
5. Kader atau perangkat desa setempat
C. Output
Sebagian besar masyarakat di wilayah Puskesmas Jatilawang kurang peduli terhadap
pentingnya Program Upaya Gizi Masyarakat dalam bentuk penimbangan balita setiap
bulan.
D. Effect
Jumlah balita yang ditimbang setiap bulan belum mencapai taget SPM
E. Outcome
Balita yang tidak ditimbang tidak dapat diketahui status gizinya sehingga tidak dapat
diambil pencegahan jika terdapat balita BGM dengan gizi buruk.
BAB IV
IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT
A. SWOT
1. Strength
a. Memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai
b. Memiliki tenaga kesehatan yang cukup memadai dan kompeten dalam bidangnya.
2. Weakness
Kurangnya promosi kesehatan dari pihak puskesmas sehingga ketertarikan
masyarakat untuk melakukan penimbangan di pelayanan kesehatan/posyandu masih
rendah
3. Opportunity
a. Banyak warga Jatilawang yang mudah dijadikan kader kesehatan, saat ini sudah
terbentuk kader kesehatan di bidang Imunisasi, KB, dan Posyandu, baik balita
maupun lansia.
b. Memiliki kader posyandu yang berdedikasi tinggi
4. Threat
a. Wilayah di Jatilawang tidak semua mudah dijangkau.
b. Tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu dan keluarga yang beragam sehingga
terdapat perbedaan perlakuan ibu terhadap balita.
c. Warga Jatilawang masih sulit diajak kerjasama dalam masalah kesehatan, tampak
dari mereka yang tidak mudah dikumpulkan dalam acara kesehatan, seperti
penyuluhan dan posyandu.
d. Peran serta tokoh masyarakat yang kurang.
BAB V
PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DARI HASIL ANALISIS SWOT
Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa permasalahan yang muncul pada Program
Gizi Masyarakat adalah masih rendahnya jumlah balita yang ditimbang di posyandu pada
wilayah kerja Puskesmas Jatilawang. Hal ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan
memaksimalkan Strength dan Opportunity serta mengubah Weakness dan Threat menjadi
peluang untuk meningkatkan target balita ditimbang.
Puskesmas Jatilawang memiliki tenaga kesehatan dan kader posyandu yang sangat
memadai. Jika tenaga kesehatan dan kader posyandu dimaksimalkan untuk dapat
memberikan promosi dan pengertian kepada warga mengenai pentingnya balita ditimbang
tiap bulannya. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang efisien, seperti
pembuatan poster atau penyuluhan di tempat perkumpulan warga. Promosi yang berhasil
akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga dapat meningkatkan jumlah
angka kunjungan balita ditimbang.
Masyarakat Kecamatan juga memiliki banyak potensi yang dapat dimaksimalkan.
Tokoh masyarakat dapat diajak kerjasama mempromosikan balita ditimbang. Promosi
kesehatan yang dapat disampaikan kepada masyarakat dapat berupa outcome yang timbul
dari kurangnya pemantauan status gizi. Status gizi balita dapat terpantau dari KMS yang
diisi setiap dilakukan penimbangan.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005) kurva pertumbuhan pada
KMS dapat mengikuti tiga arah, yaitu pertumbuhan baik yang ditunjukkan dengan
pergerakan kurva pertumbuhan secara horizontal pada jalur pita hijau. Pertumbuhan
membaik akan tampak bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut
menunjukkan adanya pengejaran (catch-up) pada jalur pertumbuhan normal dengan
gerakan ke arah pita hijau (Depkes, 2005).
Selain pertumbuhan yang baik, pertumbuhan yang memburuk dan gizi kurang juga
dapat terdeteksi dari KMS. Pertumbuhan bayi memburuk bila berat badan hasil
penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan
normalnya. Kurva pertumbuhan akan tampak menunjuk keluar dari jalur pertumbuhan
normalnya, baik ke arah atas (gizi lebih) atau ke arah bawah (BGM) (Depkes, 2005).
Status gizi yang rendah dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan balita. Menurut
Supariasa (2007) dampak gizi kurang pada balita dapat menyebabkan:
1. Perkembangan motorik terganggu.
2. Penyakit malnutrisi berat meliputi marasmus, kwashiorkor, dan marasmus
kwashiorkor.
3. Gangguan tingkat kecerdasan (Supariasa, 2007)
A. Isu Strategis
Masa balita sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka mendapatkan sumber
daya manusia yang berkualitas, terlebih pada periode 2 tahun pertama merupakan masa
emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal. Gambaran keadaan gizi
balita diawali dengan cukup banyaknya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Setiap tahun, diperkirakan ada 350.000 bayi dengan BBLR sebagai salah satu penyebab
utama tingginya kurang gizi pada balita. Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada balita
sebesar 27,5%, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar
37,5%, atau terjadi penurunan sebesar 10% (Susenas, 2003). Sedangkan data yang
didapatkan dari WHO (2012) menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-25
negara dengan tingkat gizi yang cenderung buruk yaitu sebesar 18.6% (WHO, 2012).
Meskipun sampai tahun 2000 penurunan gizi kurang cukup berarti, akan tetapi setelah
tahun 2000 gizi kurang meningkat kembali. Status gizi kurang pada balita dapat
menghambat pertumbuhan fisik, mental, maupun kemampuan berpikir. Balita hidup yang
menderita gizi kurang atau gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan hingga 10
% (Samsul, 2011).
Balita yang mengalami gizi kurang memerlukan waktu yang lebih lama untuk
merehabilitasi kemampuan kognitifnya daripada rehabilitasi keadaan gizinya. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan kognitif pada balita tidak akan segera membaik
meskipun status gizi berhasil diperbaiki. Perkembangan sel otak dan sel-sel saraf akan
berhenti ketika anak berusia 3 tahun sehingga pada periode umur tersebut anak
memerlukan makanan yang cukup mengandung zat gizi makromaupun mikro. Apabila
anak kekurangan gizi maka perkembangan fisik dan kemampuan menyerap rangsangan
ankan terhambat. Akibatnya anak akan lebih lambat beraktivitas dan bereaksi dibanding
anak usia sebaya yang cukup gizi (Latifah, 2008)
B. Alternatif Penyelesaian Masalah
Balita yang ditimbang akan diketahui status gizinya, sebaliknya, pada balita yang tidak
ditimbang, pertumbuhan dan perkembangan balita menjadi tidak terpantau. Tidak
terpantaunya perkembangan status gizi, akan membuat ibu tidak dapat mengambil
langkah awal. Hal ini akan mendorong pentingnya penimbangan secara teratur di
posyandu bagi balita. Upaya peningkatan program Balita Timbang di posyandu dapat
dilakukan dengan cara:
1. Memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas Jatilawang untuk dapat
menggencarkan promosi kesehatan khususnya yang berkaitan dengan Balita
Timbang di Posyandu
2. Pemberian buku Pedoman Pelayanan Gizi Buruk kepada petugas/tenaga kesehatan
sebagai bekal penanggulangan dan promosi kesehatan.
3. Melakukan promosi kesehatan secara bertahap mengenai pentingnya balita timbang
melalui bekerjasama dengan tokoh masyarakat.
4. Membuat dan menempelkan poster mengenai pentingnya balita timbang hingga
akibat jika penimbangan tidak dilakukan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kekuatan internal yang paling mendukung program Gizi di Puskesmas Jatilawang
adalah sarana, prasarana, serta tenaga kesehatan yang kompeten. Sedangkan kekuatan
eksternal yang mendukung program Gizi adalah para kader kesehatan yang aktif dan
berdedikasi.
2. Permasalahan yang muncul adalah tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu di wilayah
Jatilawang yang beragam, kurangnya antusiasme masyarakat, dan kurangnya peran
serta tokoh masyarakat terhadap program kesehatan.
3. Upaya pemecahan masalah dapat berupa:
a. Memberikan motivasi kepada tenaga kesehatan Puskesmas Jatilawang untuk
dapat menggencarkan promosi kesehatan khususnya yang berkaitan dengan Balita
Timbang di Posyandu
b. Pemberian buku Pedoman Pelayanan Gizi Buruk kepada petugas/tenaga
kesehatan sebagai bekal penanggulangan dan promosi kesehatan.
c. Melakukan promosi kesehatan secara bertahap mengenai pentingnya balita
timbang melalui bekerjasama dengan tokoh masyarakat.
d. Membuat dan menempelkan poster mengenai pentingnya balita timbang hingga
akibat jika penimbangan tidak dilakukan.
B. SARAN
1. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan adalah dengan melaksanakan
sosialisasi secara terus-menerus kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektoral.
2. Monitoring dan evaluasi kegiatan secara rutin untuk dapat diketahui perkembangan
kegiatan yang telah dilaksanakan dan segera mengetahui permasalahan yang
ditemukan dalam bentuk laporan.
3. Adapun kegiatan yang perlu disusun dalam Rencana Tindak Lanjut (RTL) dalam
kegiatan Penyusunan Profil Kesehatan antara lain: validasi data, koordinasi lintas
program dan sektoral dan penguasaan data bagi masing-masing pemegang program,
sehingga dalam pemecahan masalah dan penyusunan rencana kegiatan bisa sesuai
dengan kebutuhan yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Latifah, M. 2008. Mengenal Gizi dan Tumbuh Kembang Anak. Accessed on 9 Oktober 2012.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Samsul, 2011. In: Azwar, Azrul. 2005. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Masa Depan. Available at: http://gizi.depkes.go.id/makalah/Makalah%20Dirjen-Sahid%202.PDF. Accessed on 9 Oktober 2012.
Supariasa. 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Pelajar
Susenas. 2003. In: Azwar, Azrul. 2005. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan Masa Depan. Available at: http://gizi.depkes.go.id/makalah/Makalah%20Dirjen-Sahid%202.PDF. Accessed on 9 Oktober 2012.
WHO. 2012 available at: http://www.who.int/gho/publication/world_health_statistics/2012/en/index.html. Accessed on 9 Oktober 2012.
top related