acara vii (ok)

20
ACARA VII TITRASI PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEKS (PENETAPAN KESADAHAN AIR) A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1.Tujuan Praktikum a. Standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl 2 . b. Menentukan kesadahan total dalam sampel air. 2.Waktu Praktikum Kamis, 5 Desember 2013 3.Tempat Praktikum Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi yang meliputi reaksi pembentuakn ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi kompleks biasa seperti diatas dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat disebut ligan dan dalam larutan air reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan (Ibnu, 2005 : 129). M n+ + H 2 Y 2- MY (n-4)+ + 2H + ; M = Ca 2+ , Mg 2+ , Al 3+ , Zn 2+ , Th 4+ 64

Upload: oltantia

Post on 15-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

DKA

TRANSCRIPT

Page 1: Acara Vii (Ok)

ACARA VII

TITRASI PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEKS

(PENETAPAN KESADAHAN AIR)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum

a. Standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2.

b. Menentukan kesadahan total dalam sampel air.

2. Waktu Praktikum

Kamis, 5 Desember 2013

3. Tempat Praktikum

Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks

membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi yang meliputi reaksi pembentuakn ion-

ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain

titrasi kompleks biasa seperti diatas dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai

titrasi kelatometri yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion

pusat disebut ligan dan dalam larutan air reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan (Ibnu,

2005 : 129).

Mn+ + H2Y2-→MY(n-4)+ + 2H+ ; M = Ca2+, Mg2+, Al3+, Zn2+, Th4+

Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks,

jadi membentuk hasil berupa senyawa kompleks. Reaksi kompleks yang terbentuk

dianggap sebagai reaksi asam basa Lewis dengan ligan bertindak sebagai basa, dengan

menyumbangkan sepasang elektronnyakepada kation yang merupakan asamnya. Ikatan

atom yang terbentuk antara atom logam pusat dan ligan sering disebut kovalen. Titrasi

harus dilakukan pada pH diatas minimunm dan harus dengan campuran penahan agar pH

tidak turun selama titrasi belangsung (Yusrin, 2008).

64

Page 2: Acara Vii (Ok)

Etelen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan ligan penitrasi yang banyak dipakai

pada titrasi kompleksometri. Molekul EDTA mempunyai 6 sisi ikatan dengan ion logam,

yaitu 4 gugus karbonil dan 2 gugus amino, yang masing-masing mempunyai pasangan

elektron yang tidak berpasangan. Sehingga EDTA merupakan ligan heksadentat. EDTA

(H4Y) dapat terionisasi/terdissosiasi menjadi beberapa spesies antara lain: H3Y-, H2Y2-,

HY3- dan Y4-. Besarnya tetapan dissosiasi dari EDTA masing-masing adalah K1 =

1,02.10-2 K2 = 2,14.10-3 K3 = 6,92.10-7 dan K4 = 5,5.10-11. EDTA dapat membentuk

kompleks dengan berbagai ion logam dengan perbandingan 1: 1 (Suyanta, 2005).

Kesadahan pada air dapat berlangsung sementara (temporary) maupun menetap

(permanent). Kesadahan air yang bersifat sementara disebabkan oleh adanya

persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat, sedangkan yang bersifat

permanen terjadi bila terdapat persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat,

nitrat, dan klorida (Candra, 2005: 47).

Magnetisasi air sadah yang bertujuan menurunkan kesadahan air merupakan

proses fisik guna mencegah terbentuknya kerak (CaCO3) pada sistem perpipaan.

Campuran larutan Na2CO3 dan CaCl2 digunakan sebagai model air sadah sintetik guna

mengamati pengaruh medan magnet terhadap pembentukan partikel CaCO3 dalam air

sadah. Variabel proses meliputi waktu magnetisasi, kuat medan, dan konsentrasi larutan,

sementara parameter yang akan diamati adalah jumlah deposit CaCO3, jumlah presipitasi

total CaCO3, dan morfologi deposit CaCO3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

proses magnetisasi air sadah mendorong terjadinya penurunan ion Ca2+ dalam larutan

akibat adanya peningkatan proses presipitasi total CaCO3. (Saksono, 2006).

Pembentukan kerak sebagai proses presipitasi CaCO3 pada air sadahmerupakan

proses kesetimbangan yang berjalan lambat, di mana kenaikan pH akibat lepasnya CO2 di

larutan akan mendorong terjadinya presipitasi CaCO3 (persamaan (1)). Kenaikan suhu

juga akan mendorong terbentuknya CaCO3.

Ca2+ + 2HCO3 CO2(aq) + CaCO3(s) + H2O .... (1)

Saat ini pengolahan air sadah dan pencegahan pembentukan kerak umumnya

dilakukan secara kimiawi, yaitu menggunakan resin penukar ion (menekan jumlah ion Ca

pada larutan) dan penambahan inhibitor kerak. Metode secara kimiawi ini dapat

mengubah sifat kimia larutan sehingga tidak cukup aman untuk penggunaan rumah-

tangga maupun industri makanan (Manaf, 2007)

65

Page 3: Acara Vii (Ok)

Penentuan kesadahan total dilakukan terhadap larutan perendaman mortar (air laut

dan akuades) menggunakan metoda kompleksometri dengan larutan standar EDTA.

Pertama dipipet 25 mL larutan uji (larutan rendaman mortar) uji secara duplo, kemudian

dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 250 mL, encerkan dengan akuades sampai volume

100 mL. Ditambahkan 1-2 mL larutan penyangga pH 10. Tambahkan 2 tetes indikator

EBT. Dilakukan titrasi dengan larutan standar EDTA 0,02 M secara perlahan sampai

terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru. Dicatat volume larutan standar

EDTA yang terpakai (Refnita, 2012)

Sebagian besar ion logam merupakan spesies yang memiliki kemampuan bereaksi

dengan pasangan elektron dari suatu spesies donor (ligan). Reaksi tersebut dikenal

sebagai reaksi kompleksasi. Spesies donor dapat berupa ion atau molekul yang mampu

membentuk ikatan kovalen dengan suatu kation atau atom logam netral dengan cara

mendonorkan sebuah pasangan elektron untuk digunakan bersama. Jumlah ikatan

kovalen yang dibentuk dikenal sebagai bilangan koordinasi. Senyawa kompleks dapat

mengandung lebih dari satu jenis ion logam pusat (kompleks) yaitu dua ion logam

(kompleks binuclear). Proses pembentukan kompleks poli inti ini terutama terjadi pada

konsentrasi ion logam yang tinggi (Widodo, 2009: 65).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM

1. Alat-Alat Praktikum

a. Gelas kimia 250 mL

b. Gelas kimia 1000 mL

c. Erlenmeyer 250 mL

d. Labu takar 500 mL

e. Corong kaca

f. Pipet gondok 1 mL

g. Pipet gondok 5 mL

h. Pipet tetes

i. Spatula

j. Gelas ukur 100 mL

k. Gelas ukur 25 mL

l. Buret 25 mL

m. Statif

66

Page 4: Acara Vii (Ok)

n. Klem

o. Timbangan analitik

p. Gelas arloji

q. Rubber bulb

r. Erlenmeyer 100 mL

2. Bahan-Bahan Praktikum

a. Larutan buffer NH4Cl – NH4OH

b. Larutan HCl: H2O (1:1)

c. Kristal MgCl2.6H2O

d. Indikaton EBT (Eriochrom Black T)

e. Bubuk Na-EDTA

f. Aquades (H2O(l))

g. Bubuk kapur (CaCO3)

h. Air keran

D. SKEMA KERJA

1. Standarisasi Larutan Na-EDTA

0,4 gr CaCO3 yang telah dikeringkan dalam oven (110 °C)

Dimasukkan kedalam gelas kimia

+ aquades:HCl (1:1) hingga jernih

Diencerkan hingga 500 mL

Hasil

67

2 gram Na-EDTA

- + 0,1gram MgCl2.6H2O- dilarutkan dengan aquades

- diencerkan hingga 1000 ml

Larutan Na-EDTA (Pentiter)

Page 5: Acara Vii (Ok)

50 ml larutan CaCl2

Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL

+ 5 mL buffer NH4Cl-NH4OH

+ 1ml indikator EBT

Dititrasi dengan Na-EDTA hingga warnanya menjadi biru

Hasil

2. Penentuan Kesadahan Total Air

50 ml sampel air

Dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 mL

+ 5 mL buffer NH4Cl-NH4OH

+ 1 mL indikator EBT

Hasil

Dititrasi dengan EDTA dan diulang sampai 3 kali

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel perubahan fisik yang terjadi

No. Perlakuan Hasil pengamatan

1. Standarisasi larutan Na-EDTA

Na-EDTA + MgCl2.6H2O

+ aquades dan diencerkan

hingga 500 mL

0,4 gr CaCO3 + H2O : HCl

lalu diencerkan

50 CaCl2 + 5 mL buffer

NH4Cl – NH4OH

+ 15 tetes indikator EBT

Warna awal padatan putih

Terbentuk larutan yang berwarna

putih keruh

Larutan awalnya berwarna putih dan

terdapat buih (busa), semakin + H2O :

HCl menjadi bening

Larutan tetap bening

Larutan berwarna merah anggur

(ungu)

68

Page 6: Acara Vii (Ok)

Dititrasi dengan Na-EDTA Setelah dititrasi larutan tetap tidak

berubah warna, seharusnya larutan

akan berwarna biru

2. Penentuan kesadahan total air

50 mL sampel air keran +

5 mL buffer NH4Cl –

NH4OH

+ 15 tetes indikator EBT

Dititrasi dengan Na-EDTA

Diulangi hingga 3 kali

Warna larutan tetap bening

Warna larutan menjadi merah anggur

(ungu)

Larutan berwarna biru pada titik akhir

titrasi.

Diperoleh larutan berwarna biru untuk

setiap pengulangan yang dilakukan.

2. Penentuan Kesadahan Total Air

No. Perlakuan Hasil pengamatan

1.

2.

Standarisasi larutan Na-EDTA

Dititrasi dengan Na-EDTA

Penentuan kesadahan total air

Dititrasi dengan Na-EDTA

Volume titrasi = 3,7 mL

V1 = 5,2 mL

V2 = 4,9 mL

V3 = 5 mL

F. ANALISIS DATA

1. Persamaan Reaksi

a. Reaksi pembuatan CaCl2

CaCO3(s) + 2HCl(aq)→CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)

b. Standarisasi larutan Na-EDTA

Ca2+ + EBT →Ca2+-EBT (merah anggur)

Ca2+-EBT + EDTA → Ca2+-EDTA + EBT (biru)

CaIn- (merah anggur) + H2Y2- → CaY2- (tak berwarna) + HIn2- (biru) + H+

Mg2+ + H2Y2- ⇌ MgY2- + 2H+

69

Page 7: Acara Vii (Ok)

Ca2+ + H2Y2- ⇌CaY2- + 2H+

MgIn- + H2Y2- ⇌MgY2- + HIn2- (biru) + H+

2. perhitungan

a. Standarisasi Larutan EDTA dengan CaCl2

Diketahui : gr CaCO3 = 0,4 gr

Mr CaCO3 = 100 gr/mol

Mr CaCl2 = 111 gr/mol

V EDTA = 3.7 mL = 3,7 x 10-3 L

Ditanyakan : N EDTA = ...?

Penyelesaian:

mek CaCO3 = mek CaCl2

gr CaCO3

BE CaC O3=

gr CaCl2

BE CaC l2

grCaC O3

Mr CaC O3

2 =

grCaC l2

Mr CaC l2

2

0.4 gr100 gr /mol

2 =

gr CaC l2

111gr /mol2

gr CaCl2 = 0.4 . 55.5

50

= 0.444 gr

= 444 mg

mek EDTA = mek CaCl2 x faktor pengenceran

(N x V) EDTA = gr CaCl2

BE CaC l2

x1

10

N EDTA =

gr CaC l2

Mr CaC l2

2xV EDTA

x1

10

=

444111

2x 3,7

¿x

110

¿

70

Page 8: Acara Vii (Ok)

= 0,2162 N

b. Penentuan Kesadahan Total Air

Diketahui : V EDTA1 = 5,2 mL = 5,2 x 10-3 L

V EDTA2 = 4,9 mL = 4,9 x 10-3 L

V EDTA3 = 5 mL = 5 x 10-3 L

V sampel = 50 mL = 50 x 10-3 L

Ditanyakan : gr CaCO3 =...?

Penyelesaian:

V = V 1+V 2+V 3

3

= 5,2 x 10−3+4,9 x10−3+5 x10−3

3

= 15,1 x 10−3

3

= 5,033 x 10-3 L = 5,033 mL

mgC O3

L =

V EDTA x N EDTAV sampel

= 5,033 x 0,2162

50

= 0,0217 mg/ml

G. PEMBAHASAN

Salah satu metode yang dipakai untuk penentapan kadar logam adalah

kompleksometri. Metode ini didasarkan atas pembentukan senyawa komplek antara

logam dengan zat pembentuk komplek. Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak

digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamina tetra

asetat (dinatrium EDTA). Untuk mendapatkan titik akhir titrasi (TAT) digunakan

indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion

logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan

kompleks larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang

berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam

titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon karboksilat, hitam eriokrom-T dan

jingga xilenol.

71

Page 9: Acara Vii (Ok)

Reaksi pengomplekan dengan suatu ion logam melibatkan penggantian satu

molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi dengan gugus-gugus nukleofilik lain.

Gugus yang terikat pada ion pusat disebut ligan. Ligan dapat berupa sebuah molekul

netral atau sebuah ion bermuatan, ligan dapat dengan baik diklasifikasikan atas dasar

banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan dapat berupa suatu sneyawa organik

seperti EDTA. Untuk memperoleh ikatan yang stabil, diperlukan ligan yang mampu

membentuk cincin 5– 6 sudut dengan logam misalnya ikatan EDTA dengan Ca. Ion

logam terkordinasi dengan pasangan elektron dari atom-atom Na-EDTA dan juga dengan

keempat gugus karboksil yang terdapat pada molekul EDTA. EDTA merupakan ligan

seksidentat yang berpotensi , mudah larut dalam air, diperoleh dalam keadaan murni.

Praktikum kali ini bertujuan untuk menstandarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2

dan menentukan kesadahan total dalam sampel air. Untuk mencapai kedua tujuan

tersebut, maka dilakukan dua percobaan yaitu standarisasi larutan Na-EDTA dan

penentuan kesadahan total air.

Percobaan pertama, yaitu standarisasi larutan Na-EDTA. Standarisasi merupakan

suatu proses penstandaran suatu larutan oleh suatu larutan baku primer agar diketahui

konsentrasinya sebagia titran. Larutan baku merupakan larutan yang diketahui pasti

konsentrasinya. Sehingga suatu larutan baku haruslah memenuhi syarat seperti dapat

didapat dalam bentuk murni dan stabil. Larutan baku sekunder yang digunakan sebagai

titran adalah Na-EDTA. EDTA merupakan kepanjangan dari ethylene diamin tetra acid

(etilen diamin tetra asetat). EDTA mempunyai rumus molekul

(HO2(CH2)NCH2CH2N(CH2CO2H)), dimana senyawa ini adalah asam amino yang

mampu mengikat ion logam bervalensi dua dan tiga, seperti Mg2+,Ca2+,Mn2+,dan lain

sebagainya. Digunakan EDTA sebagai ligan pada proses titrasi kompleksometri karena

senyawa ini mudah larut dalam air, sehingga dapat digunakan sebagai larutan standar

dalam proses titrasi ini. Senyawa EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang

mantap dengan sejumlah besar ion logam, dalam larutan yang agak asam dapat terjadi

protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam. Sebelum dilakukan

titrasi selanjutnya, harus dilakukan standarisasi terlebih dahulu untuk larutan Na-EDTA

yang akan digunakan, tujuan dilakukannya standarisasi Na-EDTA untuk mengetahui

secara pasti konsentrasi atau normalitas larutan Na-EDTA yang digunakan sebagai titran

untuk penentuan kesadahan air.

72

Page 10: Acara Vii (Ok)

Pada Standarisasi larutan Na-EDTA dengan penambahan MgCl2.6H2O kemudian

diencerkan. Tujuan penambahan Mg2+ dari MgCl2.6H2O untuk menangani kemungkinan

apabila sampel tidak mengandung Mg. kemudian dalam proses standarisasi larutan Na-

EDTA digunakan CaCl2 sebagai larutan baku primer adalah untuk mengetahui

konsentrasi larutan Na-EDTA. Dimana proses titrasi CaCl2 dengan Na-EDTA akan

membentuk senyawa kompleks karena adanya reaksi dari ion logam dan atom-atom

dalam EDTA (ion logam menerima pasangan elektron dari donor elektron (ligan) dalam

hal ini adalah EDTA, sehingga membentuk senyawa koordinasi atau ion kompleks).

Sebelum proses titrasi dengan larutan Na-EDTA, larutan CaCl2 dibuat dengan

melarutkan padatan CaCO3 yang telah dikeringkan dalam oven 110oC. pengeringan ini

bertujuan agar kandungan air dalam CaCO3 dapat terurai dan menguap sehingga

diperoleh CaCO3 dengan kemurnian yang tinggi sehingga dapat ditimbang dengan tepat.

Setelah itu bubuk CaCO3 ditambahkan dengan aquades : HCl (1:1) yang bertujuan untuk

mengurangi gas (gelembung-gelembung) saat pencampuran yang disebabkan oleh CO2

terlepas ke udara sehingga produk yang dihasilkan dari reaksi tersebut adalah CaCl2

yaang berwarna jernih. Proses pengenceran dilakukan untuk memperoleh volume akhir

yang lebih besar. Hasil pengenceran CaCl2 ditambahkan dengan buffer ammonium

hidroksida-ammonium klorida tidak berwarna (bening). pH buffer yang digunakan adalah

larutan buffer pH 10, tujuannya untuk memelihara agar pH tetap, karena ketika ion

hidrogen lepas pada proses titrasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH dalam

titrasi kompleksometr larutan, dimana sifat larutan buffer adalah tidak merubah pH

larutan jika diencerkan, dan pH larutan tidak akan berubah pula jika ditambahkan

kedalam sedikit asam atau basa. Selain itu untuk mencegah terbentuknya endapan logam

hidroksida, karena pada pH tinggi (basa) akan mengakibatkan lambatnya kerja larutan

EDTA sehingga perlu penambahan ligan kompleks agar pengendapan hidroksida bisa

dicegah sehingga penyangga (buffer) dapat bertindak sebagai zat pembentuk kompleks

tambahannya. Setelah penambahan buffer kemudian dilakukan penambahan indikator

EBT (Erichrome Black-T), dimana larutan yang awalnya berwarna bening berubah

menjadi ungu (merah anggur) yang berasal dari pengikatan Mg oleh EDTA pada larutan,

hal ini terjadi karena indikator EBT yang digunakan peka terhadap perubahan kadar

logam dan pH larutan, indikator EBT dapat memberikan kontras perubahan warna

sehingga mudah diamati. Keuntungan dari penggunaan indikator EBT adalah indikator

ini dapat menjadi indikator logam dan indikator pH. Setelah itu dilakukan titrasi dengan

73

Page 11: Acara Vii (Ok)

Na-EDTA yang sebelumnya menggunakan EBT dan penyangga dengan pH 10. Setelah

CaCl2 dititrasi dengan Na-EDTA, tidak terjadi perubahan warna yang menandakan titk

akhir titrasi, dimana seharusnya larutan akan berubah menjadi warna biru. Hal ini dapat

disebabkan karena bubuk CaCO3 yang digunakan tidak dikeringkan dengan oven 110oC

sehingga CaCO3 yang diperoleh memiliki kemurnian yang rendah, sehingga saat

penimbangan diperoleh berat yang tidak tepat. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis

data diperoleh volume Na-EDTA sebesar 3,7 mL dengan normalitas Na-EDTA sebesar

0,2162 N.

Percobaan selanjutnya adalah penentuan kesadahan total dalam air. Kesadahan

didefinisikan sebagai konsentrasi pada banyaknya kation-kation logam di dalam larutan.

Pada kondisi lewat jenuh, kation-kation kesadahan dapat bereaksi dengan anion-anion di

dalam air untuk membentuk padatan terlarut. Kesadahan pada air pada dasarnya

ditentukan oleh jumlah kandungan kalsium dan magnesiumnya. Pada Percobaan ini,

diggunakan air keran sebagai sampel yang akan diuji kandungan Ca2+ dan Mg2+. Ion Ca2+

akan lebih dahulu bereaksi dan kemudian disusul dengan ion Mg2+ sehingga

menimbulkan perubahan warna dari merah anggur (ungu) ke biru. Kesadahan total yaitu

ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui titrasi EDTA sebagai titran dan

menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Percobaan diulang

sebanyak tiga kali dengan sampel yang sama untuk memperoleh data yang lebih valid.

Proses percobaan dilakukan sama seperti pada percobaan sebelumnya dimana digunakan

larutan buffer dengan pH 10. Jika penggunaan larutan buffer adalah dengan pH dibawah

8 maka indikator didalam titrasi tidak akan berjalan dengan efisien. Dengan larutan buffer

pH 10, maka akan diperoleh kadar Mg dan Ca karena indikator akan berada dalam bentuk

HInd- ( Ind mewakili indikator) dan mengahsilakn kompleks berwarna biru dan

selanjutnya pada saat indikator bereaksi denagn Mg2+ akan memberikan kompleks merah

anggur. Pertama EDTA (H2Y2-) akan kompleks dengan ion kalsium membentuk satu

kompleks merah.

H2In- + Ca2+ → CaIn- + 2H+

Pada titrasi akhir, EDTA akan kompleks dengan kalsium dan indikator menjadi lepas

yaitu

EDTA + CaIn- + 2H+ → H2In- + Ca EDTA

74

Page 12: Acara Vii (Ok)

Kompleks antara Ca dengan indikator teralu lemah untuk menimbulkan perubahan warna

yang benar. Tetapi magnesium membentuk kompleks yang lebih kuat dengan indikator

dibandingkan kalsium sehingga diperoleh titik akhir yang benar. Perubahan EBT :

Mg2+ + HIn2+ → MgIn- + H+ ( merah)

MgIn- + H2Y2- → MgY2 + HIn- (biru)

+ H+

Pada penambahan larutan buffer yang akan bereaksi dengan larutan logam dimana anion

buffer ammonia akan membentuk ion kompleks dengan logam itu. Pada penambahan

buffer jangan terlalu banyak karena akan menimbulkan kekeliruan pada titrasi yang

hasilnya akan memperumit titik akhir titrasi disebabkan dari efek konsentrasi ammonia.

Indikator EBT peka terhadap kadar logam dan pH larutan. Reaksi dengan indikator EBT

dapat membentuk ikatan kovalen parsial dengan ligand yang diakibatkan oleh adanya

interaksi ion logam pusat dengan ligand yang melibatkan pembagian pasangan elektron

bebas ion logam pada tiap molekul ligand. Bila suatu larutan Na-EDTA ditambahkan

dengan larutan yang mengandung ion-ion logam terbentuklah kompleks-kompleks

disertai pembebasan dua ekuivalen ion hdrogen. Pada pH 10 larutan akan berwarna biru

ketika molekul EDTA ekuivalen dengan jumlah ion logam dalam sampel larutan dan

molekul indikator terlepas dari ion logam. Titrasi harus dilakukan kurang dari 5 menit

untuk mengurangi kemungkinan terjadi endapan. Suhu titrasi paling baik pada suhu

kamar karena pada suhu rendah perubahan warna agak lambat dan pada suhu tinggi akan

terjadi kerusakan indiaktor.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis data didapatkan kadar CaCO3 per

liternya adalah 0,0217 mg/ml dengan volume sampel rata-rata untuk ketiga sampel

tersebut adalah 5,033 x 10-3 L. Hal ini menunjukkan bahwa air tersebut tidak layak

konsumsi. Standar persyaratan konsentrasi Ca yang ditetapkan oleh Departemen

Kesehatan RI sebesar 75-200 mg/L. Hal ini bertujuan untuk menghindari efek yang tidak

diinginkan akibat dari terlalu rendah atau terlalu tingginya kadar Ca.

H.KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1.Standarisasi larutan Na-EDTA dengan CaCl2 bertujuan untuk mengetahui secara pasti

konsentrasi atau normalitas Na-EDTA (titran), dimana pada percobaan ini diperoleh

konsentrasi Na-EDTA sebesar 0,2162 N.

75

Page 13: Acara Vii (Ok)

2.Penentuan kesadahan total air dapat dilakukan dengan titrasi kompleksometri

menggunakan larutan Na-EDTA yang telah distandarisasi. Pada percobaan ini

diperoleh kesadahan total air dalam sampel air kran sebesar 0,0217 mg/L.

DAFTAR PUSTAKA

Candra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Ibnu, M.Sodiq. 2005.Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Manaf. 2007. Efek Medan Magnet pada Penurunan Kesadahan dan Pencegahan

Pembentukan Kerak CaCO3. Depok. Universitas Indonesia.

Refnita. 2012. Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) terhadap Kuat Tekan Mortar

Semen Tipe PCC serta Analisis Air Laut yang digunakan untuk Perendaman. Padang.

Universitas Andalas.

Saksono. 206. Pengaruh Medan Magnet terhadap Proses Presipitasi CaCO3 dalam Air

Sadah. Depok. Universitas Indonesia.

Suyanta. 2005. Penggunaan Esi La Untuk Penentuan Ion Lantanum. Yogyakarta: UNY.

Widodo. 2009. Buku Ajar Analisis Kuantitatif. Semarang: Universitas Diponegoro.

Yusrin. 2008. Penggunaan Metode Kompleksometri pada Penetapan

Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfatdengan Vitamin C. Semarang :

Universitas Muhammadiyah Semarang.

76

Page 14: Acara Vii (Ok)

77