laporan resmi acara vii

21
LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN ACARA VII KUALITAS AIR UNTUK PERTANIAN Disusun oleh : 1. Nurul Fatimah (12645) 2. Verfita Sela R. (12654) 3. Qisthin Awanis (12655) 4. Muhammad Darussalam. T (12696) 5. Fajar Dwi Cahyoko (12720) Golongan / Kelompok : A4/1 Asisten : Yunita Tri Astuti LABORATORIUM AGROHIDROLOGI

Upload: muhammad-darussalam-t

Post on 16-Sep-2015

301 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMPENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIANACARA VIIKUALITAS AIR UNTUK PERTANIAN

Disusun oleh :1. Nurul Fatimah(12645)2. Verfita SelaR.(12654)3. Qisthin Awanis(12655)4. Muhammad Darussalam. T(12696)5. Fajar Dwi Cahyoko(12720)

Golongan / Kelompok : A4/1

Asisten : Yunita Tri Astuti

LABORATORIUM AGROHIDROLOGI JURUSAN TANAHFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2015ACARA VIIKUALITAS AIR UNTUK PERTANIAN

ABSTRAK

Praktikum Pengelolaan Air Untuk Pertanian acara VII yang berjudul Kualitas Air untuk Pertanian dilaksanakan di laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 02 April 2015. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air yang berasal dari Sungai Code, Sungai Winongo Wirobrajan, Sungai Winongo Janabadra, Sungai Gajah Wong Affandi, dan Sungai Gembira Loka. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu pH meter sekaligus Ec meter, gelas ukur, botol plastik, gelas beker, oven, dan timbangan. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya, perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana. Berdasarkan hasil pengamatan, warna sungai yang paling keruh adalah sungai Affandi dan Gembira Loka, nilai pH yang paling asam adalah sungai Wirobrajan (6,95) hal ini menunjukkan jika kadar air disungai tersebut asam, namun tidak asam sama sekali lebih mendekati netral. Hal ini membuktikan jika pencemaran oleh karena limbah masih dalam tingkat yang dapat ditolerir dan pencemaran yang terjadi belum terlalu parah, dan nilai DHL paling tinggi adalah sungai Affandi. Bahan pelarut paling banyak adalah pada sungai Wirobrajan.

Kata kunci : Kualitas air, pH, kekeruhan, DHL, Bahan terlarut.

I. PENDAHULUANA. Latar belakangAir merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting, air akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air, pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai tempat rekreasi.Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya). Pengelolaan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman di lahan dapat dilakukan melalui irigasi. Namun, saat ini pemeliharaan irigasi dan air irigasi di Indonesia kurang diperhatikan. Oleh karena itu, kualitas air irigasi menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik agar produksi pertanian dapat memenuhi standar kuantitas maupun kualitas. Kualitas air untuk pertanian ini, harus tetap dijaga baik sebelum maupun sesudah memasuki areal pertanian.B. TujuanTujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara menghitung kualitas air secara kuantitatif.

II. TINJAUAN PUSTAKA Air merupakan kebutuhan pokok bagi hajat hidup orang banyak dan merupakan sumber daya alam sehingga keberadaannya perlu dimanfaatkan. Disamping itu air dapat menjadi perantara beberapa penyakit menular, oleh karenanya keberdaannya dan pemanfaatanya perlu diawasi agar kualitasnya tetap terjaga dan tidak membahayakan bagi kesehatan. Agar kualitas air baik secara fisik, bakteriologi, kimia dan radioaktif tetap terjadi perlu ditetapkan syarat-syarat kualitas air dan diadakan upaya-upaya pengawasan yang bertujuan untuk mengetahui gambar mengenai keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian rekomendasi untuk pengamanan kualitas air (Depkes, 1977).Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air, adalah mengetahui kondisi air, untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna) (Anonim, 2010). Kualitas air dapat dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu, parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD), parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri) (Sahabuddin dkk., 2014).Kualitas air dijabarkan dalam kekeruhan yang dinyatakan dalam satuan NTU nephelometric turbidity units. Semakin banyak padatan tersuspensi dalam air, air terlihat semakin kotor dan semakin tinggi pula nilai NTU. pH air mengindikasikan apakah air bersifat basa atau asam. Tingkat pH yang baik untuk air minum adalah antara 6,5 dan 8,5. pH dibawah 6,5 akan terlalu asam dan pH diatas 8,5 akan terlalu basa. Khlor digunakan untuk mematikan bakteri (Anonim, 2005).Peraturan pemerintah nomor 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut (Effendi, 2003) :1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.Secara global dinyatakan bahwa hanya 3% dari total air di bumi adalah air bersih. Sisanya adalah laut atau lautan. Dari 3% tersebut 79% merupakan es dan gletser, dan hanya 1% yang merupakan air permukaan. Dari air permukaan ini 52% terdapat di danau, 1% di sungai, 38% di dalam tanah (soil moisture), 8% adalah uap air dan sisanya air yang ada dalam kehidupan organism. Tiap tahun, 40.000 km3 tersedia untuk keperluan manusia, kira-kira sekitar 4.000 km3 yang benar-benar di eksplorasi (water withdrawal). Untuk keperluan pertanian 70%, industri 22% dan domestik (keperluan rumah tangga) 8%. Dalam pengelolaan sumber daya air terdapat beberapa masalah pokok yang sangat serius sebagai berikut: (1) kecenderungan penggunaan air yang belum efisien, (2) kerusakan lahan di daerah tangkapan hujan, (3) erosi dan sedimentasi, (4) fluktuasi debit pada musim kemarau dan musim hujan, (5) bertambahnya limbah yang masuk sungai, (6) berkurangnya kemampuan pemulihan kembali sungai (Arsyat dan Rustiadi, 2008).Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air disebutkan bahwa untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan kualitas air. Upaya pengelolaan kualitas air pada sungai antara lain dengan menetapkan daya tampung sungai, menetapkan peruntukan sungai yang disertai dengan penerapan baku mutu perairan. Daya tampung beban pencemaran sungai adalah kemampuan air pada suatu sumber air (dalam hal ini sungai), untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air sungai tersebut menjadi cemar (Fatmawati, 2012). Sumber pencemaran air berdasarkan karakteristik limbah yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi sumber limbah domestik dan sumber limbah non domestik. Sedangkan untuk sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan dapat berasal dari buangan yang diklasifikasikan: (1) point source discharges, yaitu sumber titik pencemar yang dapat diketahui secara pasti dapat berupa suatu lokasi seperti air limbah industri domestik atau saluran drainase; (2) non point discharges, yaitu sumber yang tidak diketahui secara pasti. Pencemar masuk ke perairan melalui limpasan (run off) dari wilayah pertanian, permukiman dan perkotaan (Sahabuddin dkk., 2014). Dalam studi sebelumnya, penggunaan lahan/tutupan lahan yang bermacam-macam, termasuk pertanian, kehutanan, dan area rerumputan telah menunjukkan memiliki hubungan dengan sumber polutan non point discharges. Contohnya, penggunaan lahan pertanian sering menunjukkan korelasi secara positif dengan nutrisi, sedimen, dan pestisida yang ditemukan di wilayah perairan (Zhao et al., 2015).

III. METODOLOGIPraktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian, Acara VII yang berjudul Kualitas Air untuk Pertanian, dilaksanakan pada hari Kamis, 2 April 2015 di Laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan pada acara ini adalah pH meter, Ec meter, tabung nesla, gelas ukur, pipet volumetrik, dan reagen warna. Bahan yang digunakan adalah air yang bersumber dari Sungai Code, Sungai Winongo Wirobrajan, Sungai Winongo Janabadra, Sungai Gajah Wong Affandi, dan Sungai Gembira Loka.Praktikum ini sebelumnya dilakukan pengambilan sampel air untuk ini diperoleh setiap kelompok yang dilakukan secara mandiri di 5 titik tempat yang berbeda. Setiap air sampel diambil dari 3 titik sungai irigasi yakni pojok kiri, pojok kanan, dan tengah, kemudian dijadikan satu dengan perbandingan yang sama dalam satu gelas beker. Air dari gelas beker tersebut kemudian ditentukan perbandingan nilai pH, DHL, kekeruhan, warna dan kadar endapannya. Nilai pH diukur dengan pH meter, DHL diukur dengan Ec meter, kekeruhan dan warna diurutkan berdasarkan tingkat kekeruhannya mulai dari yang paling jernih sampai yang paling yang keruh. Adar endapan diukur dengan metode pengovenan (gravimetri), menggunakan rumus b-a (hasil penimbangan setelah dioven dikurangi hasil penimbangan cawan kosong).

IV. HASIL PENGAMATANTabel 1. Warna, pH, dan DHLLokasi Sampel (Sungai)WarnapHDHL (ms/cm)

Sungai Wirobrajan46,95124

Sungai Affandi17,18198,5

Sungai Gembira Loka27,2545,5

Sungai Code57,18107,5

Sungai Janabadra37,05153

Tabel 2. Bahan TerlarutLokasi Sampel (Sungai)Cawan kosong (gr)Cawan setelah oven (gr)Bahan terlarut (gr)

Sungai Wirobrajan35,923235,923250,002

Sungai Affandi34,130234,13020

Sungai Gembira Loka34,034634,030

Sungai Code33,838333,8380,00065

Sungai Janabadra35,119635,369650,00175

V. PEMBAHASANSungai merupakan permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar yang nantinya aliran tersebut akan menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai lainnya yang lebih besar. Sungai merupakan bagian dari permukaan bumi yang karena sifatnya menjadi tempat mengalir bagi air yang jatuh ke dalamnya. Air yang berada di sungai dapat bersumber dari aliran air dari daratan dan dapat juga berasal dari air hujan yang turun langsung menuju ke sungai tersebut. Aliran sungai yang mengalir melewati beberapa tempat memilki saluran khusus yang dibangun untuk membatasinya dengan wilayah lain. Suatu aliran sungai yang dimulai dari bagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir dinamakan dengan daerah aliran sungai. Secara khusus pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana air yang berada di wilayah tersebut akan mengalir ke outlet sungai utama hingga ke hilir. Daerah aliran sungai ini memilki peranan yang sangat penting bagi seluruh aspek kehidupan misalnya untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, untuk kegiatan pertanian, untuk industri. Daerah aliran sungai dapat terbagi menjadi tiga bagian menurut pengelolaannya yaitu DAS bagian hulu, DAS bagian tengah, dan bagian hilir. Daerah aliran sungai pada bagian hulu sangat penting peranannya sebagai tempat penyimpanan air, penyedia air untuk industri, potensi pembangkit listrik, dan sebagai penyeimbang ekologis di dalam sistem DAS. DAS bagian tengah merupakan wilayah dimana adanya pemukiman serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan DAS pada bagian hilir banyak dimanfaatkan sebagai lokasi-lokasi industri. Pada praktikum kali ini, pengambilan sampel air sungai dilakukan disalah satu daerah aliran sungai pada bagian hilir sungai yang terletak di daerah Wirobrajan. Daerah aliran sungai ini termasuk pada bagian hilir walaupun DAS tersebut berada di sekitar pemukiman masyarakat dan dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat sehari-harinya. Di bagian tepi atau pinggir dari aliran sungai tersebut ditumbuhi oleh beberapa vegetasi atau pepohonan yang tidak begitu besar. Ukuran dari sungai tersebut juga tidak begitu lebar. Aliran air yang ada pada sungai tersebut juga tidak begitu deras karena daerah tersebut merupakan DAS bagian hilir yang sudah jauh dari bagian hulunya. Air yang berada di dalam aliran sungai tersebut bersumber dari air hujan, limbah industri, dan limbah rumah tangga. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan air yang terdapat pada aliran sungai tersebut tidak terlalu keruh, namun juga tidak jernih. Pada saat pengambilan sampel air, air yang terambil tersebut memilki aroma yang kurang sedap terutama sampel air yang berada di tepi kanan dan kiri. Hal tersebut terjadi karena pada bagian tersebut air berasal dari limbah rumah tangga di sekitar sungai yang langsung dibuang ke dalam sungai tersebut. Pada saat limbah rumah tangga tersebut dibuang kesungai, air menjadi keruh dan berbau. Pencemaran air karena limbah rumah tangga memilki dampak negatif yang lebih tinggi daripada pencemaran oleh limbah pabrik, karena limbah rumah tangga dibuang setiap hari ke sungai tersebut. Pada saat pengambilan sampel air, tidak diketahui limbah industri yang di buang ke daerah aliran sungai tersebut karena di sekitar DAS tidak terdapat suatu pabrik. Sehingga pencemaran air yang terjadi di sungai tersebut utamanya disebabkan oleh limbah rumah tangga. Selain pencemaran karena air pembuangan dari perumahan, pencemaran juga terjadi karena sampah yang hanyut di sungai tersebut. Kondisi tersebut akan semakin parah apabila sedang turun hujan karena sampah yang hanyut dan terikut aliran sungai akan semakin banyak. Sampah yang hanyut bukan hanya sampah organik, namun sampah anorganik lebih banyak yang terbawa oleh aliran sungai tersebut misalnya plastik, botol, kain, dan masih banyak lagi. Dari hasil pengujian pH didapat pH pada sungai Winongo sebesar 6,95. Hal ini menunjukkan jika air di sungai tersebut asam, namun tidak asam sekali lebih mendekati netral. Hal ini membuktikan jika pencemaran oleh karena limbah masih dalam tingkat yang dapat ditolerir dan pencemaran yang terjadi belum terlalu parah. pH suatu air sungai dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain limbah organi, limbah anorganik, air hujan akibat hujan asam. Air sungai yang terlalu asam dapat menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya mati dan tidak dapat bertahan hidup. Berdasarkan hasil pengujian bahan terlarut yang terdapat pada sampel air didapat nilai 0,002 untuk bahan terlarutnya. Hal ini menunjukkan jika tidak banyak bahan terlarut, terutama logam-logam yang terkandung dalam sampel air yang diambil. Hulu dari sungai Winongo tersebut berada di daerah lereng gunung Merapi dimana pada bagian hulunya aliran sungai tersebut dimanfaatkan sebagai sarana irigasi untuk mengairi sawah dan kebun salak yang berada di sekitar sungai tersebut. Bukan hanya dimanfaatkan sebagai air irigasi, namun air yang dari aliran sungai tersebut juga dimanfaatkan sebagai industri, permukiman, kebun campuran, dan tegalan, namun aliran sungai pada bagian hulu tersebut lebih banyak digunakan sebagai irigasi sawah, tegalan, dan kebun. Daerah pertanian yang banyak dialiri oleh air dari sungai Winongo yaitu daerah di Kabupaten Sleman. Pada bagian tengah, aliran sungai Winongo dimanfaatkan untuk permukiman karena pada bagian tengah dari daerah aliran sungai tersebut banyak pemukiman padat. Pada bagian hilirnya aliran sungai tersebut banyak dimanfaatkan sebagai permukiman. Permukiman yang berada di bagian hilir lebih padat dibandingkan pada bagian tengah. Pada daerah hilir, air sungai tidak digunakan untuk irigasi dan mengairi persawahan karena hanya sedikit lahan sawah yang berada di sekitar daerah aliran sungai tersebut bahkan hampir tidak ada lahan persawahan, namun aliran sungai tersebut dimanfaatkan untuk mengairi kebun. Kebun yang memanfaatkan air dari aliran sungai Winongo yaitu Kabupaten Bantul. Dari hasil pengukuran pH yang dilakukan pada 5 sampel air yang diambil dari beberapa sungai di Yogyakarta diketahui jika rata-rata pH sungai di daerah Yogyakarta yaitu 7 atau netral. Sampel air tersebut diambil dari sungai Winongo, Code, Gajah Wong, Janabadra, dan Afandi. Sampel air yang diambil dari lima sungai di Yogyakarta juga tidak terlalu keruh. Berdasarkan hasil pengujian bahan terlarut pada sampel air, diketahui jika kelima sampel air tersebut sangat sedikit mengandung bahan terlarut di dalamnya. Hal tersebut menunjukkan jika kelima sungai tersebut belum mengalami pencemaran yang berat sehingga bahan-bahan terlarut berupa logam berat seperti besi, tembaga, seng tidak terlalu banyak.Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan mahluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam, dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah kedalaman permukaan air tanah, curah hujan, dan jenis tanah. Kedalaman permukaan air tanah merupakan permukaan tertinggi dari air yang naik ke atas, suatu sumuran atau tempat yang rendah. Kedalaman permukaan air tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri coliform secara vertikal. Curah hujan juga dapat mempengaruhi kualitas air karena air hujan yang mengalir di permukaan tanah dapat menyebabkan bakteri coliform yang ada di permukaan tanah tarlarut dalam air tersebut. Semakin banyaknya air hujan yang meresap ke dalam lapisan tanah, semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran. Hujan yang jatuh di permukaan bumi dapat membawa unsur kimia tertentu. Air hujan yang masih di udara kadang-kadang sudah bercampur dengan gas-gas di atmosfer seperti N2, O2, CO2, dan Cl. Faktor yang berpengaruh selanjutnya adalah jenis tanah. Jenis tanah berbeda mempunyai daya kandung dan daya melewatkan air yang berbeda pula. Porositas dan permeabilitas tanah akan berpengaruh pada penyebaran bakteri dan zat lainnya. Makin besar permeabilitas tanah, makin besar kemampuan melewatkan air, yang berarti jumlah bakteri dan zat lainnya yang dapat bergerak mengikuti aliran juga semakin besar. Selain ketiga faktor tersebut, faktor lain yang dapat berpengaruh yaitu temperatur dan tekanan gas. Peran temperatur terhadap kualitas air adalah semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula pelarutan gas, begitu juga sebaliknya. Seperti halnya dengan temperatur, tekanan juga berpengaruh terhadap pelarutan gas. Semakin tinggi tekanan air, maka semakin banyak gas yang larut dalam air dan demikian pula sebaliknya. Manfaat mengetahui kualitas air di suatu perairan atau sumber air adalah untuk mengetahui nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai dengan peruntukannya menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1990, dan menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu. Dengan mengetahui kualitas air pada suatu perairan atau sumber air maka kita dapat mengelola air tersebut dengan tepat dan layak untuk digunakan sebagai apa, apakah untuk air minum, air bersih, atau layak untuk mengairi perairan. Jika kualitas air buruk, kita juga dapat mengetahui cara yang tepat agar air tersebut layak untuk digunakan.

VI. KESIMPULAN DAN SARANCara menghitung kualitas air secara kualitatif dapat diketahui dari warna, pH, DHL, dan besar bahan pelarut. Warna air yang paling keruh adalah sungai Affandi dan sungai Gembira loka. Nilai pH yang paling asam adalah sungai Wirobrajan yaitu 6,95. Nilai DHL yang paling tinggi adalah sungai Affandi. Bahan terlarut yang paling banyak adalah sungai Wirobrajan.Perlu adanya sosialisasi lebih lanjut mengenai standar baku mutu air baik untuk pertanian maupun kebutuhan lain. Hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan kesadaran pengguna dan perlu adanya upaya untuk menjaga kualitas air.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2005. Water Quality. . Diakses pada tanggal 4 April 2015.Anonim. 2010. Peduli Kualitas Air. . Diakses pada tanggal 4 April 2015.Arsyat, S. dan Rustiadi. 2008. Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.Depkes. 1977. Kualitas Air. . Diakses pada tanggal 4 April 2015.Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.Fatmawati, R., A. Masrevaniah., dan M. Solichin. 2012. Kajian identifikasi daya tampung beban pencemaran kali Ngrowodengan menggunakan paket program QUAL2Kw. Jurnal Teknik Pengairan (3) : 122-131. Sahabuddin, H., D. Harisuseno., dan E. Yuliani. 2014. Analisa status mutu air dan daya tampung beban pencemaran sungai Wanggu Kota Kendari. Jurnal Teknik Pengairan (5) : 19-28.Zhao, J., L. Lin., K. Yang., Q. Liu., and G. Qian. 2015. Influences of land use on water quality in a reticular river network area : A case study in Shanghai, China. Landscape and Urban Planning (137) : 20-29.