acara iii

19
ACARA III PENETAPAN AMILASE ( WOHLGEMUTH ) A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum Untuk menentukan kadar amylase (diastase) air seni. 2. Waktu Praktikum Kamis, 2 April 2015 3. Tempat Praktikum Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem pencernaan manusia adalah enzim amilase. Amilase merupakan enzin hidrolase yang menguraikan golongan karbohidrat yaitu menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu disakarida) ( Hardjono, 2003: 26 ). 2 (C 6 H 10 O 5 )n + n H 2 O n C 12 H 22 O 11 Amilase merupakan enzyme yang termasuk dalam kelas hidrolase, yang menghidrolisis amilum menjadi monosakaridanya. Enzime amilum memecah ikatan-ikatan amilum amila amilu malto

Upload: lili-nurmalasari

Post on 26-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

lporan

TRANSCRIPT

ACARA IIIPENETAPAN AMILASE ( WOHLGEMUTH )

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan PraktikumUntuk menentukan kadar amylase (diastase) air seni.1. Waktu PraktikumKamis, 2 April 20151. Tempat PraktikumLantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.B. LANDASAN TEORI

Tubuh manusia menghasilkan berbagai macam enzim yang tersebar di berbagai bagian dan memiliki fungsi tertentu. Salah satu enzim yang penting dalam sistem pencernaan manusia adalah enzim amilase. Amilase merupakan enzin hidrolase yang menguraikan golongan karbohidrat yaitu menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu disakarida) ( Hardjono, 2003: 26 ).

amilase

maltosaamilum2 (C6H10O5)n + n H2O n C12H22O11 Amilase merupakan enzyme yang termasuk dalam kelas hidrolase, yang menghidrolisis amilum menjadi monosakaridanya. Enzime amilum memecah ikatan-ikatan amilum hingga membentuk maltosa. Ada 3 macam enzim amilase yaitu -amilase, -amilase, dan -amilase. -amilase terdapat pada saliva dan pancreas. Enzyme ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat pada amilum dan disebut endoamilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. -amilase teutama terdapat pada tumbuhan dan dinamakan ekso-amilase sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga terbentuk maltosa. -amilase telah diketahui terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glokosa (Poedjadi, 1994: 155).

Enzim amilase mempunyai kemampuan untuk memotong ikatan -1,4 amilosa dan amilopektin dengan cepat pada larutan pati yang kental yang mempunyai gelahtinasi. Proses ini juga dikenal dengna nama proses Likufikasi pati, produk akhir yang dihasilkan dari aktivitasnya adalah dekstrin beserta sejumlah kecil glukosa dan malkosa. Menurut Forgaty dan Whitaker, alpha amilase akan menghidralis ikatan alfa -1,4 glukoksida pada polisakarida dengan hasil degradasi secara acak dibagian tengah atau bagian dalam molekul (Richana, 2000).

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat ( Trioktavia,2010: 30 ).

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Namun, kita dapat mengetahui berbagai penyakit dari perubahan warna urin. Misalnya, urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Di samping itu diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Hal yang dilakukan untuk menguji apakah seseorang menderita diabetes adalah dengan melakukan uji glukosa pada urin orang tersebut. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat ( Novalia, 2011: 12).Urine sering dijadikan sampel dari pasien participating dalam studi klinis dan metabolomic.Biologis homeostasis terjadi pada manusia, tetapi sedikit yang diketahui tentang variabilitas metabolit yang ditemukan dalam air seni.Hal ini penting untuk mendefinisikan antar dan intra-individu metabolit varians dalam populasi normal sebelum ilmiah atau klinis kesimpulan yang dibuat mengenai patofisiologi berbeda. Studi ini mengkaji variabilitas urin yang dipilih metabolit dalam kelompok 60 pria dan wanita sehat selama jangka waktu 30 hari.Untuk memantau variasi individu, 6 perempuan dari populasi normal yang dipilih secara acak dan diikuti selama 30 hari.Untuk mengetahui pengaruh ekstra factor lingkungan-barang urin dikumpulkan dari 25 marmut dengan genetika yang sama, diet, dan lingkungan hidup ment.Untuk kedua studi, 24 metabolit diidentifikasi dan dihitung menggunakan resolusi tinggi magnetik nuklir spektroskopi (NMR) (Saude,2007).Perubahan karakteristik urine sangar dipengaruhi oleh peningkatan sekresi ADH. ADH dikeI uarkan pada saai rekanan osmolaritas plasma 280 rnosm/kg, H20, sedangkan rasa haus akan tirnbul setelah tekanan osmolalitas plasma 290 mosm/kg. Jadi. Dalam kondisi normal ADH akan secant konstan berada di dalam darah sedangkan persepsi haus bersifat intermiten, Sensitivitas dan ambang batas dari sistern osmoregulatori berbeda pada seriap individu (Suprida,2007).Hipoalbuminemia terjadi akibat meningkatnya penyerapan ulang (reabsorbsi) dan katabolisme albumin oleh tubulus proksimalis, meskipun hal ini masih diperdebatkan (kontroversial). Peningkatan pengambilan (intake) protein tidak meningkatkan metabolisme karena tanggap (respon) hemodinamik. Pada peningkatan pengambilan (intake) adalah naiknya tekanan glomerulus, berakibat terjadi peningkatan jumlah protein yang lolos ke dalam air kemih (urin), sehingga serum albumin akan menurun. Hipoalbuminemia ini juga disebabkan oleh karena produksi albumin oleh hepar tidak dapat mengimbangi jumlah protein yang dibuang (ekskresi) ke ginjal (Handayani,2010).Sapi disamakan dengan ibu dalam tradisi India dan dia obat mujarab urin dari semua penyakit.Urin sapi adalah obat ilahi dan digunakan untuk pengobatan diabetes, tekanan darah, asma, psoriasis, eksim, serangan jantung, penyumbatan di arteri, cocok, kanker, AIDS, tumpukan, sujud, arthritis, migrain, tiroid, maag, keasaman, sembelit, masalah ginekologi, Hal ini juga digunakan sebagai bio-penambah, meningkatkan kandungan nitrogen dari tanah, untuk pemeliharaan yang lebih baik lebah madu, mempercepat usia pubertas dari sapi terkena urin sapi dan sebagai pestisida dan larvasida untuk tanaman pakan ternak.Urin sapi mengandung semua zat, yang secara alami terdapat dalam tubuh manusia.Dengan demikian, konsumsi urine sapi mempertahankan keseimbangan zat ini dan ini membantu menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Itu wajar, tanpa efek residu ramah lingkungan, ekonomis dan mudah tersedia, maka dapat dimanfaatkan sebagai potensi (Mohanty,2014).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat-alat Praktikum:1. Tabung reaksi1. Rak tabung reaksi1. Pipet tetes1. Gelas kimia 1000 mL1. Gelas kimia 600 mL1. Gelas kimia 250 mL1. Penangas Air1. Penjepit kayu1. Pipet volum 5 mL1. Rubber bulb1. Labu takar 10 mL

1. Bahan-bahan Praktikum1. Air seni (urin)1. Aquades1. Amilum 0,1%1. Larutan iod

D. SKEMA KERJA

Air Seni Dibagi 2

Diencerkan (1:10) Tidak diencerkan

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6 Tabung 7 Tabung 8 Tabung 9 Tabung 10 10 tetes 12 tetes 14 tetes 16 tetes 18 tetes 2 tetes 4 tetes 6 tetes 8 tetes 10 tetes

Masing-masing diencerkan dengan aquades hingga totalnya 20 tetes0. + 40 tetes amilum0. 37oC selama 30 menit dalam penangas air0. didinginkan 5 menit0. + beberapa tetes larutan iodin (hingga berubah warna)Hasil

E. HASIL PENGAMATAN

LANGKAH KERJAHASIL PENGAMATAN

1. Urin yang diencerkan dimasukkan dalam tabung 1-5 masing-masing dengan volume berbeda, dan urin yang tidak diencerkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 6-10 dengan volume berbeda-beda. Kemudian masing-masing + aquades + amilum 0.1%1. Dipanaskan dalam penangas air pada suhu 37C selama 30 menit

1. Didinginkan dalam airWarna campuran:1. Tabung 1-5: bening sedikit kuning 1. Tabung 6-10: bening kekuningan

Warna campuran:1. Tabung 1-8: bening 1. Tabung 9-10: bening sedikit kekuninganWarna campuran:1. Tabung 6-10: bening kekuningan

Hasil pengamatan untuk penambahan larutan iod pada masing-masing tabung reaksiurinJumlah tetesan larutan iodHasil pengamatan

DiencerkanTidak Diencerkan

18 tetes6 tetesLarutan berwarna ungu pekat

16 tetes5 tetesLarutan berwarna jingga

14 tetes3 tetesLarutan berwarna jingga

12 tetes4 tetesLarutan Berwarna ungu bening

10 tetes3 tetesLarutan berwarna ungu kebiruan

2 tetes3 tetesLarutan berwarna ungu

4 tetes7 tetesLarutan berwarna bening kekuningan

6 tetes7tetesLarutan berwarna kuning bening

8 tetes7 tetesLarutan berwarna kuning bening

10 tetes12 tetesLarutan berwarna kuning bening

F. ANALISIS DATA1. Persamaan Reaksi 1. Reaksi Kimia Amilum + H2O(l) Amilum(aq) (putih keruh)Amilum + Iodin Amilodestrin (biru tua) Amilodestrin + Amilase Eritrodestrin(aq) (merah)Amilodekstrin (aq) + H2O Eritodekstrin (aq) (merah)Eritodekstrin (aq) + H2O Akrodekstrin (aq) ( kuning bening samapai tidak berwarna)Akrodekstrin (aq) + H2O Maltosa (aq) (tidak berwarna)

1. Proses Hidrolisis

Reaksi Hidrolisis

OCH2OHOHOHOHOOCH2OHOHOHOHOOHOHHCH2OHOOOHOHHCH2OHO+namilumHOHOCH2OHOHOHOCH2OHO+OCH2OHOHOHOOCH2OH Dekstrin

G. PEMBAHASAN Enzim merupakan protein berbentuk bundar yang diperlukan untuk semua reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh. Sebagian kecil enzim diproduksi di kelenjar liur di bagian mulut. Namun kebanyakan enzim pencernaan diproduksi oleh kelenjar pankreas. Ada dua golongan enzim, yaitu enzim pencernaan yang berfungsi sebagai katalisator, dan enzim metabolisme yang bertanggung jawab untuk menyusun, memperbaiki dan membentuk kembali sel-sel dalam tubuh. Enzim pencernaan yang utama terdiri dari enzim protease (merombak protein), enzim lipase (merombak lemak) dan enzim amilase (merombak hidrat arang).Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar amylase dalam urine. Amilase merupakan enzyme yang termasuk dalam kelas hidrolase, yang menghidrolisis amilum menjadi monosakaridanya. Enzime amilum memecah ikatan-ikatan amilum hingga membentuk maltosa (Poedjiadi, 1994: 155).Selain dalam air liur atau saliva, amilase juga terdapat dalam urine yang dikeluarkan oleh tubuh. Telah diketahui sebelumnya bahwa di dalam urine terdapat adanya enzim amylase. Enzim amylase menghidrolisis amilum menjadi maltosa secara bertahap. Tahapan hidrolisis amilum adalah sebagai berikut. Amilum-amilum terlarutamilodekstrin- eritodekstrin-akrodekstrin-maltosa. Masing-masing tahap ini akan menghasilkan warna yang berbeda jika larutan ditambahkan larutan iod, yang awalnya biru Karena terbentuknya kompleks antara amilosa dengan iod, dan semakin keci seperti eritodekstrin akan memberikan warna merah dengan larutan iod (Poedjiadi,1994). Enzim amylase sendiri hanya memecah ikatan (1-4) glikosida bukan memecah ikatan (1-6) glikosida, jadi untuk memecahkanya di perlukan suatu Enzim lain yang disebut glokusidase. Dekstrin sendiri yang dapat di identifikasi dalam praktikum ini adalah berupa campuran oligosakarida yang memiliki ikatan (1-4) dan (1-6) glikosida (Fessenden, 1989).Untuk mengetahui adanya amylase dan kadarnya dalam urine, maka urine dapat direaksikan dengan larutan amilum. Apabila enzim amilase yang terkandung dalam urine tersebut direaksikan dengan amilum maka, enzim amilase akan membantu proses hidrolisis amilum menjadi molekul yang lebuh kecil yaitu maltosa yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dengan bantuan larutan iod yang membentuk kompleks dengan golongan sakarida.

Pada percobaan ini digunakan 10 tabung reaksi dimana pada tabung reaksi 1-5 diisi dengan urin yang diencerkan ( 1:10 ) sedangkan pada tabung reaksi 6-10 masing-masing diisi dengan urin yang tak diencerkan dengan kuantitas yang berbeda-beda sesuai dengan tabel. Selanjutnya seluruh tabung tersebut ditambahkan dengan aquades sampai volumenya 1 ml. Kemudian masingmasing tabung tersebut ditambahkan dengan larutan amilum 1% sebanyak 40 tetes yang mengandung NaCl. NaCl ini berfungsi agar larutan tahan (awet), karena amilum cepat rusak saat penyimpanan terlalu lama, amilum mudah rusak karena adanya bakteri di udara bebas. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 37C untuk mengaktivasi enzim. Hal ini dilakukan karena kerja enzim dipengaruhi oleh suhunya, dipilih suhu 37oC yang sesuai dengan suhu dalam tubuh manusia. Pada suhu rendah aktifitas enzim rendah tetapi kemantapannya tinggi, sedangkan pada suhu tinggi aktifitas tinggi sedangkan kematangannya rendah. Jika suhunya terlalu tinggi, maka amilase yang merupakan enzim yang sangat peka atau dipengaruhi oleh suhu bisa menjadi rusak karena terurai oleh suhu tinggi tersebut. Setelah dipanaskan, kemudian larutan didinginkan dan ditambahkan larutan iod encer setetes demi setetes hingga perubahan warna yang terjadi konstan.

Setelah pemanasan tabung reaksi di dinginkan agar reaksi langsung berhenti sehingga diharapkan hasil dapat diamati dengan jelas. Tapi pada hasil pengamatan yang didapat tidak terjadi perubahan pada ke-10 tabung tersebut hanya warnanya menjadi sedikit lebih bening. Uji kualitatif dilanjutkan dengan menambahkan larutan iod pada masing-masing tabung reaksi. Karena diketahui bahwa apabila enzim amilase yang terkandung dalam urine tersebut direaksikan dengan amilum, maka enzim amilase akan membantu proses hidrolisis amilum menjadi molekul yang lebuh kecil yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna. Pada tabung 1-5 penambahan Iod hanya berkisar antara 1-5 tetes hingga diperoleh warna keunguan yang tetap, munculnya warna ini mengindikasikan adanya amilum yang membentuk kompleks biru keunguan dengan iod, hal ini berarti amilum yang di tambahkan diawal tidak terhidrolisis dengan baik sehingga masih memunculkan perubahan warna dengan cepat. Dengan demikian dapat dikatakan mungkin masih terdapat enzim amilase, walaupun konsentrasi enzim amilase pada urin yang telah diencerkan ini sangat kecil sehingga laju hidrolisis amilumnya sulit berjalan sehingga masih tersisa cukup amilum dalam larutan.

Sedangkan pada tabung 6-10 yang berisi urine yang tidak diencerkan, setelah ditambahkan larutan iod, tidak memberikan warna biru, terus diteteskan hingga 3-6 tetes Iod (tabung ke-6) baru warna keunguannya muncul secara jelas sedangkan pada tabung ke 7-10 penambahan urin terus dilakukan hinga 12 tetes dan menghasilkan laruan berwarna kuning bening. Hal ini mengindikasikan tidak terdapat lagi amilum dalam larutan atau amilum yang ada telah terhidrolisis oleh enzim amilase yang ada pada urine. Hal ini dikarenakan semua amilum yang ada telah terhidrolisis menjadi maltosa, dimana maltosa tidak memberikan warna pada larutan saat diberi indikator iod. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, pada urine yang tidak diencerkan, konsentrasi enzim amilasenya masih sebanding dengan konsentrasi amilum yang ditambahkan, sehingga proses hidrolisis dapat berlangsung. Jadi dengan langkah tersebut akan dapat digunakan untuk membuktikan adanya enzim amilase pada urin.

Pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul yang lebih kecil yang disebut dengan dekstrin, jadi dekstrin adalah produk antara sebelum terbentuknya maltosa. Tahap dalam hidrolisis amilum serta warna yang terjadi dengan penambahan iodium sebagai berikut : (Poedjadi, 2007)

Tahap hidrolisis Warna dengan iodium

Amilum biru

Amilum terlarut biru

Amilodekstrin lembayung

Eritrodekstrin merah

Akrodekstrin tidak berwarna

Apabila larutan yang dihasilkan berwarna merah maka didalam urine tersebut terkandung cukup banyak amilase yang dapat mencerna larutan 1% amilum terlarut menjadi eritrodekstrin, tetapi bila kadar amilum didalam urine sedikit maka akan tejadi warna biru atau ungu. Dari hasil pengamatan, tabung pertama hingga tabung ke-6 menunjukkan warna ungu, namun warna ungu tersebut terbentuk setelah penambahan larutan iod dengan jumlah yang berbeda. Terlihat pada hasil pengamatan bahwa ketika semakin banyak larutan urine yang diencerkan pada tabung reaksi, maka larutan iod yang dibutuhkan semakin sedikit. Sebaliknya, ketika semakin banyak urine yang tidak diencerkan dalam tabung reaksi, maka semakin banyak pula larutan iod yang dibutuhkan. Hal ini menyatakan bahwa, semakin banyaknya iod yang diperlukan, setara dengan semakin banyaknya kandungan amilase yang ada disana karena semakin banyak hasil hidrolisis amilum yang terbentuk. Jadi, urine yang tidak diencerkan memiliki lebih banyak amilase dibandingkan dengan urin yang telah mengalami pengenceran.

H. KESIMPULAN Enzim amilase yang terdapat pada urine dapat dideteksi dengan menambahkan sejumlah amilum pada urine tersebut kemudian mendeteksi adanya amilum dengan menambahkan Iod ke dalam larutan tersebut setelah diberi perlakuan. Kadar amilase urine yang tidak diencerkan lebih banyak dibandingkan dengan kadar amilase dalam urine yang telah mengalami pengenceran.

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Khairul. 2010. Produksi Enzim Amilase. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Handayani,Irda.dk. 2010. Gambaran Kadar Kolesterol, Albumin dan Sedimen Urin Penderita Anak Sindroma Nefrotik. Makasar : UNHAS.Hardjono. 2003. Biokimia Dasar. Yogyakarta: UGM-Press.Mohanty,Ispita.dkk.2014. Diversified Uses of Cow Urine. University of Agricultur and Technology : Bhubaneswar.Novalia. 2011. Ekskresi. Jakarta: Erlangga.Poejadi, Anna dan F. M Tatin Supriyanti.1994. Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta : UI Press.Saude,Erik.j.dkk. 2007. Variation of Metabolites in Normal Human Urine. LLC : Spinger Science Business Media.Suprida.dkk. 2007. Perbandingan Tingkat Dehidrasi, Kadar Anti Diuretic Hormon (ADH) dan Karakteristik Urin Pada Aktivitas Fisik Maksimal dan Submaksimal. Poltekes Kemenkes Palembang : Palembang.

LAPORAN PRAKTIKUMBIOKIMIA IIPENETAPAN AMILASE ( WOHLGEMUTH )

OLEH:Nama : Amatul AkhirNIM : G1C 012 001

PROGRAM STUDI KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS MATARAM2015