acara iii mpp ri
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
1/24
ACARA III
PENGARUH FAKTOR PERTUMBUHAN TERHADAP POPULASI
MIKROBIA DALAM BAHAN PANGAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi
atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan
tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat.
Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai
pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang
semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut
semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan
jumlah sel mikroba itu sendiri.
Pertumbuhan pada mikroorganisme diartikan sebagai penambahan
jumlah atau total massa sel yang melebihi inokulum asalnya. Pertumbuhan
merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat
dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan
kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan
dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel,
pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil
pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka
terjadi pertumbuhan populasi mikroba.
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu
dan suhu optimum tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran
suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga kelompok sebagai
berikut:1) Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu
pertumbuhan pada suhu 0-20o C. 2) Mesofil, yaitu mikroba yang
mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C. 3) Termofil, yaitu
mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45o
C. Kebanyakan mikroba
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
2/24
perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh baik pada suhu
ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu
optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia.
Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk
pertumbuhan beberapa bakteri pathogen. Mikroba perusak dan pathogen
umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 466oC.
Pencemaran mikrobia pada bahan pangan merupakan hasil
kontaminasi langsung/ tidak langsung dengan sumber sumber pencemar
mikrobia seperti tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan dan pernapasan
manusia/ hewan. Namun demikian, hanya sebagian saja dari berbagai
sumber pencemar yang berperan sebagai sumber mikrobia awal yang
selanjutnya berkembang biak pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.
Hal ini berakibat populasi mikrobia pada berbagai jenis bahan umumnya
sangat spesifik tergantung dari jenis bahan pangannya, kondisi lingkungan
dan cara penyimpanannya. Dalam batas batas tertentu kandungan
mikrobia pada bahan pangan tersebut. Akan tetapi, apabila kondisi
lingkungan memungkinkan mikrobia untuk tumbuh dan berkembang lebih
cepat, maka bahan pangan akan rusak karenanya.
2. Tujuan
Untuk mempelajari pengaruh pemanasan, pendinginan, pH, senyawa
antimikrobia dan hurdle concept terhadap viabilitas dan pertumbuahan
mikrobia pangan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Suhu adalah salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
kehidupan dan pertumbuhan organisme. Suhu dapat mempengaruhi
mikroorganisme dalam dua cara yang berlawanan. 1) apabila suhu naik,
kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan dipercepat. Sebaliknya apabila
suhu turun, kecepatan metabolisme juga turun dan pertumbuhan diperlambat.
2) apabila suhu naik atau turun, tingkat pertumbuhan mungkin terhenti,
komponen sel menjadi tidak aktif dan sel-sel dapat mati (Buckle, 1987).
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
3/24
Bakteri dan virus dapat dipertahanakan pada suhu -20 0C (suhu pesawat
pembeku mekanis), -700C (suhu es kering, yaitu CO2 beku), dan bahkan pada
suhu -1950C (suhu nitrogen cair). Sesungguhnyalah, nitrogen cair seringkali
digunakan untuk mengawetkan biakan banyak virus dan mikroorganisme, juga
persediaan sel sel jaringan mamalia yang digunakan dalam virologi serta
banyak macam riset lainnya. Pada kesemua prosedur ini, pendinginan mula-
mula dapat mematikan sebagian dari sel-sel itu, namun jumlah yang dapat
bertahan lebih besar dan tetap hidup untuk waktu lama. Mikroorganisme yang
dipelihara pada suhu beku atau dibawah suhu beku, dianggap dorman karena
tidak memperlihatkan adanya aktivitas metabolik yang dapat dideteksi. Hal ini
merupakan dasar bagi berhasilnya pengawetan pangan dengan menggunakan
suhu rendah (Pelczar, 1988).
Sebagian besar bakteri dalam bentuk vegetatifnya akan mati pada suhu
82-940C, tetapi banyak spora bakteri yang masih tahan pada suhu air mendidih
1000C selama 30 menit. Untuk sterilisasi yaitu supaya mikroba beserta
sporanya mati diperlukan pemanasan pada suhu yang lebih tinggi misalnya
1210C selama 15 menit atau lebih, tergantung dari jumlah dan mutu
substartnya. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan uap panas
misalnya di dalam autoklaf (Winarno, 1980).
Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastikyang mampu
mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri
Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran
hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara
bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri
Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam
menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp
IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat
pencemaran hidrokarbon (Anonima, 2012).
Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki
kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces
merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbonhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biosurfaktan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Khamirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ragihttp://en.wikipedia.org/wiki/yeasthttp://id.wikipedia.org/wiki/Glukosahttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorofilhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrokarbonhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Biosurfaktan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Khamirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ragihttp://en.wikipedia.org/wiki/yeasthttp://id.wikipedia.org/wiki/Glukosahttp://id.wikipedia.org/wiki/Alkoholhttp://id.wikipedia.org/wiki/Selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Klorofil -
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
4/24
kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa
kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini
cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan
terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan
adaptasi. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan
nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari
penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu
optimum untuk fermentasi antara 28 30 oC (Anonimb, 2012).
Saccharomyces cerevisiae adalah mikroorganisme penghasil etanol
yang paling dikenal saat ini. Efisiensi fermentasi dapat ditingkatkan dengan
cara mengamobilisasi sel mikroorganisme yang digunakan. Amobilisasi sel
bertujuan untuk membuat sel menjadi tidak bergerak atau berkurang ruang
geraknya sehingga sel menjadi terhambat pertumbuhannya dan subtrat yang
diberikan hanya digunakan untuk menghasilkan produk (Elevri, 2006).
Proses fermentasi terjadi proses pemecahan disakarida dan hidrolisa
polisakarida menjadi monosakarida atau gula-gula reduksi yang dapat
dimanfaatkan oleh sel Saccharomyces cerevisiae untuk aktivitas kehidupannya.
Selama fermentasi terjadi penurunan konsentrasi gula reduksi karena dipakai
oleh sel Saccharomyces cerevisiae. Dalam rangka mempertahankanhidupnya
sel Saccharomyces cerevisiae menghasilkan enzim tertentu yaitu kelompok
enzim invertase yang berfungsi untuk memecah disakarida menjadi glukosa
atau gula reduksi sehingga kadar gula reduksi di dalam media fermentasi
bertambah. Peningkatan kadar gula reduksi ini menyebabkan peningkatan
konsentrasi etanol(Wignyanto, 2001).
Saccharomyces cerevisiae dilaporkan sebagai spesies yang paling
dipelajari dan biokimia paling baik dipahami dari domain ragi. Hal ini terkenal
karena perannya peliharaan dalam produksi produk fermentasi. Ragi ini
mengubah gula heksosa untuk etanol, CO2, dan berbagai senyawa termasuk
alkohol, ester, aldehid, dan asam, yang berkontribusi terhadap atribut sensorik
dari makanan dan minuman. Fermentasi karbohidrat dalam buah-buahan, biji-
bijian dan biomassa lainnya menjadi etanol oleh S. cerevisiae adalah proses
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eumycetes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ureahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amonium&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepton&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Eumycetes&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Ureahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Amonium&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepton&action=edit&redlink=1 -
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
5/24
penting untuk berbagai macam produk dari anggur berkualitas dengan aditif
bensin. Gliserol adalah gula alkohol diproduksi sebagai produk sampingan dari
proses fermentasi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae. Ini adalah alkohol
ekonomis penting dengan rasa sedikit manis dan dengan aplikasi dalam
makanan, minuman, farmasi, dan industri kimia. Gliserol dapat diproduksi
dengan metode biokimia di mana mikroorganisme yang digunakan (Yalcin,
2008).
Pertumbuhan bakteri adalah pertambahan teratur semua komponen
suatu organisme. Bila suatu perbenihan cair ditanami sel - sel mikroorganisme
maka akan tumbuh sel hidup yang dapat dilihat dalam 6 fase pertumbuhan
yaitu : Fase Penyesuaian, Fase Percepatan, Fase Eksponensial, Fase
Perlambatan, Fase Nol dan Fase Kemunduran. Pertumbuhan akan sangat
dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang ada termasuk pengaruh dari
lingkungan luar misalnya adanya sinar ultraviolet (Ariyadi, 2009).
Spektrum ultraviolet biasanya direkam dengan sampel yang dilarutkan
dalam pelarut tak mengabsorpsi sepeti misalnya etanol atau heksana, dan
kadang-kadang digunakangas murni. Sel basanya dibuat dari kuarsa, karena
kaca tidak meneruskan radiasi ultraviolet dengan baik. Besarnya absorpsi sinar
ultraviolet berbanding lurus dengan jumlah sampel yang dilewati radiasi itu.
Panjang gelombang dari daya absorpsi yang maksimum dinyatakan sebagai
maks, dan keterabsorpsian molnya yang dihitung serta pelarutnya biasannya
ditunjukkan (Pine, dkk, 1988).
Di habitat alaminya organisme uniseluler sering terkena stres atau
kelaparan dan jarang mengalami kondisi yang memungkinkan mereka untuk
tumbuh. Dalam lingkungan yang kompetitif di mana pertumbuhan dan stres
periode alternatif, spesies dengan tingkat waktu rata-rata pertumbuhan terbesar
umumnya akan outcompete yang lain. Untuk mencapai tujuan ini, populasi
uniseluler perlu strategi yang baik meningkatkan kelangsungan hidup selama
stres dan memungkinkan dimulainya kembali yang cepat dari pertumbuhan
segera setelah kondisi membaik. Pengendalian strategi ini penting untuk
perbaikan pengolahan dan bioteknologi dalam industri makanan, di mana
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
6/24
kelangsungan hidup mikroba dan pertumbuhan kembali adalah penyebab
utama pembusukan makanan. Juga latency penyakit infeksi berat seperti
cisteriosis, listeriosis dan TBC tergantung pada kelangsungan hidup dan
pemulihan mikroba, misalnya, di dalam makrofag. Pemahaman yang lebih baik
dari strategi kehidupan mikroba mungkin karena itu juga berkontribusi
terhadap peningkatan perawatan antibiotik (Geisel, 2011).
Khasiat bawang putih (Allium sativum) ataugarlic dalam ketabiban cina
telah lama dikenal. Bawang putih memiliki efek farmakologis yag beragam,
yakni mencegah kanker, antibiotik, antihipertensif, dan mampu menurunkan
kolesterol. Bau spesifik bawang putih disebabkan oleh banyaknya kadar
senyawa sulfur organik yang larut dalam minyak dan air, yang juga merupakan
zat aktif dari tanaman ini. Bawang putih yang masih utuh hanya mengandung
sedikit komponen yang aktif. Bawang putih mentah mengandung 1-2% asam
amino, alliin [S- allyl cysteine sulfoxide; CH2 = CH-CH2-S (O)- CH2-
CH(NH2)COOH], dan peptida -glutamil dari S-allyl cysteine (Silalahi, 2006).
Bawang putih (A. sativum) memiliki sifat antimikrobial terhadap S.
aureus. Memiliki aktivitas bakteristatis dan bakterisidal sewaktu diuji in vitro
yang menggunakan bawang putih mentah. Oleh karena itu, bawang putih
dapat digunakan berhasil untuk mengobati keracunan makanan kausatif agen
seperti S. aureus. Selain itu, studi lain juga diperlukan untuk membangun
komponen yang tepat atau standardisasi farmakologi dan evaluasi klinis
bawang putih (Daka, 2011).
Selama bertahun-tahun Profesor Leistner dan rekan-rekannya di pusat
Federal untuk daging penelitian Kulmbach, Jerman, telah menganjurkan
Pengawetan makanan dengan metode gabungan (The Hurdle Concept). Inti
dari pendekatan ini adalah bahwa makanan dapat tetap stabil dan aman bahkan
tanpa refrigerasi, dan dapat diterima secara organoleptik dan bergizi berkat
ringan proses diterapkan (Leistner, 1978).Modus hurdler concept ini mungkin
tambahan atau bahkan sinergis dengan perhatian khusus sebagai sarana untuk
menentukan hambatan sehingga yang mencapai stabilitas mikroba dan
keamanan terbaik (Leistner, 1992 et McMeekin, 2000).
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
7/24
B. METODOLOGI PERCOBAAN
1. Alat
a. Pipet steril 1 ml
b.Penangas air 600 C
c. Cawan petri steril
d.Tabung reaksi steril
e. Propipet
f. Pipet volume
g.Kuvet
h.Spektrofotometer
2. Bahan
a. Pengaruh pemanasan
- 4 tabung PDB (potato dekstrose broth)
- 4 tabung NB (nutrient broth)
- Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas
b. Pengaruh Suhu Rendah
- 3 tabung PDB (potato dekstrose broth)
- 3 tabung NB (nutrient broth)
- Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas
c. Pengaruh pH
- 3 tabung PDB (potato dekstrose broth) dengan pH 3, 7 dan 9
- 3 tabung NB (nutrient broth) dengan pH 3, 7 dan 9
- Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas
d. Pengaruh Antimikroba (Ekstak Bawang Putih)
- 4 tabung PDB (potato dekstrose broth)
- 4 tabung NB (nutrient broth)
- Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
8/24
- Ekstrak bawang putih dengan proporsi bawang putih : air = 1:1; 1:2; 1:3
e. Pengaruh Pemanasan dan Senyawa Antimikrobia
- 4 tabung PDB (potato dekstrose broth)
- 4 tabung NB (nutrient broth)
- Suspensi kulturSaccharomyces danPseudomonas
- Ekstrak bawang putih dengan proporsi bawang putih : air = 1:1; 1:2
3. Cara Kerja
a. Pengaruh pemanasan
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
9/24
c. Pengaruh suhu rendah
b. Pengaruh pH
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
10/24
c. Pengaruh Antimikroba (Ekstrak Bawang Putih)
d. Pengaruh Pemanasan dan Senyawa Antimikrobia
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
11/24
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3.1 Pengaruh Pemanasan
Jenis mikroba Pertumbuhan setelah pemanasan pada suhu 600 C
0 5 10 20
Saccharomyces 0,402 0,047 0,180 0,069
0,402 0,077 0,086 0,078
Pseudomonas 0,262 0,0118 0,105 0,113
Sumber : Laporan Sementara
Pada praktikum ini, dilakukan perlakuan pemanasan untuk mengetahui
pengaruh pemanasan terhadap faktor pertumbuhan populasi mikrobia. Pada
shift 1 mikrobia yang digunakan adalah Saccharomyces dan pada shift 2
mikrobia yang digunakan adalah Pseudomonas. Mikrobia Saccharomyces
sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 4 tabung yang berisi media PDB
(Potato Dekstrose Broth), sedangakan untuk mikrobia Pseudomonas
sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 4 tabung yang berisi media NB
(Nutrient Broth). Salah satu dari tabung disebut dibiarkan tanpa perlakuan
sebagai kontrol dan 3 tabung lain dilakukan pemanasan dengan suhu 60oC
dengan variasi waktu yang berbeda yaitu 5 menit, 10 menit, dan 20 menit.
Setelah itu, keempat tabung tadi diinkubasi pada suhu kamar selama 1 hari.
Setelah proses inkubasi selama 1 hari, keempat tabung tersebut diamati
untuk mengetahui pertumbuhan mikrobia. Pengamatan dilakukan dengan cara
pengukuran menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 500
nm. Pertumbuhan mikrobia diukur berdasarkan kekeruhan tiap tabung media
yang telah ditanami mikrobia. Banyak mikrobia yang tumbuh berbanding
lurus dengan tingkat kekeruhan, jadi semakin keruh tabung, semakin banyak
jumlah mikrobia yang tumbuh.
Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami
mikrobia Saccharomyces yang pertama, diketahui absorbansi tabung dengan
tanpa perlakuan pemanasan adalah 0,402 , absorbansi tabung dengan
pemanasan 5 menit adalah 0,047 , absorbansi tabung dengan pemanasan 10
menit adalah 0,180 , dan absorbansi tabung dengan pemanasan 20 menit
adalah 0,069 . Untuk hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
12/24
ditanami mikrobia Saccharomyces yang kedua, diketahui absorbansi tabung
dengan tanpa perlakuan pemanasan adalah 0,402 , absorbansi tabung
dengan pemanasan 5 menit adalah 0,077 , absorbansi tabung dengan
pemanasan 10 menit adalah 0,086 , dan absorbansi tabung dengan
pemanasan 20 menit adalah 0,078 . Sedangkan dari hasil pengukuran
absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia Pseudomonas yang
pertama diketahui absorbansi tabung dengan tanpa perlakuan pemanasan
adalah 0,262 , absorbansi tabung dengan pemanasan 5 menit adalah 0,118
, absorbansi tabung dengan pemanasan 10 menit adalah 0,105 , dan
absorbansi tabung dengan pemanasan 20 menit adalah 0,113 .
Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/en:yeast yang memiliki
kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces
merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk termasuk
kelompok Eumycetes. Saccharomyces adalah yeast yang tidak tahan pada
suhu panas. Saccharomyces dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30oC
(Anonimb, 2012) Namun, dari hasil pengamatan terjadi beberapa
penyimpangan. Pada pengukuran absorbansi tabung bermedia PDB yang
ditanami Saccharomyces baik yang pengukuran pertama dan kedua, hasil
pengamatan menunjukkan penurunan jumlah mikrobia antara tabung menit
ke-5 bila dibandingkan dengan tabung menit ke-0 (tabung kontrol). Namun,
pada tabung menit ke-10, terjadi kenaikan jumlah mikrobia bila dibandingkan
dengan tabung menit ke-5. Selanjutnya, jumlah mikrobia menurun kembali
pada tabung menit ke-20. Penyimpangan tersebut terjadi mungkin disebabkan
adanya kontaminasi selama proses pemanasan, tidak stabilnya suhu saat
proses pemanasan, atau kurang telitinya praktikan dalam menera angka di
spektrofotometer.
Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu
mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon (Anonima, 2012). Pseudomonas
merupakanbakteri yang tidak tahan panas sehingga akan mati pada suhu
tinggi. Menurut Winarno (1980) sebagian besar bakteri dalam bentuk
vegetatifnya akan mati pada suhu 82-940
C. Pada pengamatan dengan
http://id.wikipedia.org/wiki/Khamirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ragihttp://en.wikipedia.org/wiki/yeasthttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Khamirhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ragihttp://en.wikipedia.org/wiki/yeasthttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1 -
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
13/24
menggunakanPseudomonas ini juga terjadi penyimpangan. Pada pengukuran
absorbansi tabung bermedia NB yang ditanami Pseudomonas, hasil
pengamatan menunjukkan penurunan jumlah mikrobia antara tabung menit
ke-5 bila dibandingkan dengan tabung menit ke-0 (tabung kontrol). Pada
tabung menit ke-10, juga terjadi penurunan jumlah mikrobia bila
dibandingkan dengan tabung menit ke-5. Namun, jumlah mikrobia
mengalami kenaikan pada tabung menit ke-20. Penyimpangan tersebut terjadi
mungkin disebabkan adanya kontaminasi selama proses pemanasan, tidak
stabilnya suhu saat proses pemanasan, atau kurang telitinya praktikan dalam
menera angka di spektrofotometer.
Tabel 3.2. Pengaruh Suhu Rendah
Jenis mikroba Pertumbuhan setelah perlakuan suhu rendah
Suhu kamar Suhu refri Suhu freezer
Saccharomyces 0,337 0,044 0,048
Pseudomonas 0,238 0,061 0,049
Sumber : Laporan Sementara
Pada praktikum ini, dilakukan perlakuan penyimpanan pada suhu rendah
untuk mengetahui pengaruh suhu rendah terhadap faktor pertumbuhan
populasi mikrobia. Pada shift 1 mikrobia yang digunakan adalah
Saccharomyces dan pada shift 2 mikrobia yang digunakan adalah
Pseudomonas. Mikrobia Saccharomyces sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke
dalam 3 tabung yang berisi media PDB (Potato Dekstrose Broth), sedangakan
untuk mikrobia Pseudomonas sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 3
tabung yang berisi media NB (Nutrient Broth). Selanjutnya, ketiga tabung
tersebut masing-masing diinkubasi selama 1 hari di tiga tempat yang
suhunya berbeda yaitu di freezer, refri, dan suhu kamar. Setelah proses
inkubasi selama 1 hari, tabung-tabung tersebut diamati untuk mengetahui
pertumbuhan mikrobia dengan menggunakan spektrofotometer.
Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami
mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung yang diinkubasi pada
suhu kamar adalah 0,337 , tabung yang diinkubasi pada suhu refri adalah
0,044 , dan tabung yang diinkubasi pada suhu
freezer adalah 0,048 .
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
14/24
Sedangkan untuk hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang
ditanami mikrobiaPseudomonas diketahui absorbansi tabung yang diinkubasi
pada suhu kamar adalah 0,238 , tabung yang diinkubasi pada suhu refri
adalah 0,061 , dan tabung yang diinkubasi pada suhu freezeradalah 0,049
.
Bakteri dapat dipertahanakan pada suhu rendah, misal di tempat -200C
(suhu pesawat pembeku mekanis), -700C (suhu es kering, yaitu CO2 beku),
dan bahkan pada suhu -1950C (suhu nitrogen cair). Pendinginan mula-mula
dapat mematikan sebagian dari sel-sel itu, namun jumlah yang dapat bertahan
lebih besar dan tetap hidup untuk waktu lama. Mikroorganisme yang
dipelihara pada suhu beku atau dibawah suhu beku, dianggap dorman karena
tidak memperlihatkan adanya aktivitas metabolik yang dapat dideteksi. Hal
ini merupakan dasar bagi berhasilnya pengawetan pangan dengan
menggunakan suhu rendah (Pelczar, 1988). Jika dibandingkan dengan teori,
terjadi sebuah penyimpangan pada tabung yang ditanami mikrobia
Saccharomyces. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tabung yang
diinkubasi pada freezer yang memiliki suhu di bawah 0oC mengalami
kenaikan jumlah mikrobia bila dibandingkan dengan tabung yang diinkubasi
pada refri yang memiliki suhu lebuh tinggi (diatas 0oC). Hal ini dapat
disebabkan suhu refri yang dgunakan terlalu besar karena Saccharomyces
yang merupakankhamir dapat tumbuh dengan baik pada suhu sekitar 30 0C
(Anonimb,2012).
Tabel 3.3. Pengaruh pH
Jenis mikroba Pertumbuhan pada media berbeda pH
Asam Netral Basa
Saccharomycess 0,224 0,475 0,267
Pseudomonas 0,037 0,209 0,002
Sumber : Laporan Sementara
Pada praktikum ini, dilakukan perlakuan perbedaan pH untuk mengetahui
pengaruh pH terhadap faktor pertumbuhan populasi mikrobia. Pada shift 1
mikrobia yang digunakan adalah Saccharomyces dan pada shift 2 mikrobia
yang digunakan adalahPseudomonas. Mikrobia Saccharomyces sebanyak 0,1
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
15/24
ml disuspensikan ke dalam 3 tabung yang berisi media PDB (Potato
Dekstrose Broth) yang tiap tabungnya memiliki pH yang berbeda yaitu asam,
netral dan basa. Untuk mikrobia Pseudomonas, sebanyak 0,1 ml
disuspensikan ke dalam 3 tabung yang berisi media NB (Nutrient Broth) yang
juga tiap tabungnya memiliki pH yang berbeda yaitu asam, netral dan basa..
Selanjutnya, semua tabung tersebut diinkubasi selama 1 hari pada suhu
kamar. Setelah proses inkubasi selama 1 hari, tabung-tabung tersebut diamati
untuk mengetahui pertumbuhan mikrobia dengan menggunakan
spektrofotometer.
Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami
mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung dengan pH asam
adalah 0,224 , absorbansi tabung dengan pH netral adalah 0,475 , dan
absorbansi tabung dengan pH basa adalah 0,267 . Sedangkan untuk hasil
pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia
Pseudomonas diketahui absorbansi tabung dengan pH asam adalah 0,037 ,
absorbansi tabung dengan pH netral adalah 0,209 , dan absorbansi tabung
dengan pH basa adalah 0,02 .
Kondisi pH berpengaruh pada jenis mikrobia yang tumbuh.
Saccharomyces dapat tumbuh dengan baik pada pH 4,8 (Anonimb,2012). Jika
dibandingkan dengan teori, data yang didapat tidak sesuai karena jumlah
mikrobia paling banyak ada di tabung dengan pH netral, bukan pH asam. Hal
ini mungkin disebabkan adanya kontaminasi pada saat penanaman atau tidak
sterilnya peralatan yang digunakan. Bakteri dapat tumbuh optimum pada pH
sekitar 6,5 -7,5 dan tidak dapat tumbuh dengan baik pada pH dibawah 5,0
atau diatas 8,5 kecuali bakteri asam asetat (Acetobacter suboxydans) dan
bakteri yang mengoksidasi sulfur. Pseudomonas adalah salah satu jenis
bakteri. Jika dibandingkan dengan teori, data pengamatan sudah sesuai karena
jumlah mikrobia paling banyak ada di tabung dengan pH netral.
Tabel 3.4. Pengaruh Antimikroba (Ekstrak Bawang Putih)
Jenis mikroba Pertumbuhan setelah penambahan senyawa
antimikroba
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
16/24
kontrol 1:1 1:2 1:3
Saccharomycess 0,463 0,364 0,472 0,465
Pseudomonas 0,199 0,286 0,238 0,224Sumber : Laporan Sementara
Pada praktikum ini, dilakukan penambahan ekstrak bawang putih untuk
mengetahui pengaruh antimikroba terhadap faktor pertumbuhan populasi
mikrobia. Pada shift1 mikrobia yang digunakan adalah Saccharomyces dan
pada shift 2 mikrobia yang digunakan adalah Pseudomonas. Mikrobia
Saccharomyces sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 4 tabung yang berisi
media PDB (Potato Dekstrose Broth). Salah satu tabung tidak diberi
penambahan ekstrak bawang putih yang berfungsi sebagai sebagai tabung
kontrol dan 3 tabung lain diberi penambahan ekstrak bawang putih dan air
dengan proporsi yang berbeda-beda antara lain 1:1, 1:2, dan 1:3. Untuk
mikrobia Pseudomonas, sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke dalam 4 tabung
yang berisi media NB (Nutrient Broth). Salah satu tabung tidak diberi
penambahan ekstrak bawang putih yang berfungsi sebagai tabung kontrol
dan 3 tabung lain diberi penambahan ekstrak bawang putih dan air dengan
proporsi yang berbeda-beda antara lain 1:1, 1:2, dan 1:3. Selanjutnya, semua
tabung tersebut diinkubasi selama 1 hari pada suhu kamar. Setelah proses
inkubasi selama 1 hari, tabung-tabung tersebut diamati untuk mengetahui
pertumbuhan mikrobia dengan menggunakan spektrofotometer.
Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami
mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung kontrol adalah 0,463
, absorbansi tabung dengan perbandingan 1:1 adalah 0,364 , absorbansi
tabung dengan perbandingan 1:2 adalah 0,472 dan absorbansi tabung
dengan perbandingan 1:3 adalah 0,472 . Sedangkan untuk hasil pengukuran
absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia Pseudomonas,
diketahui absorbansi tabung kontrol adalah 0,199 , absorbansi tabung
dengan perbandingan 1:1 adalah 0,286 , absorbansi tabung dengan
perbandingan 1:2 adalah 0,238 dan absorbansi tabung dengan
perbandingan 1:3 adalah 0,224 .
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
17/24
Bawang putih (A. sativum) memiliki sifat antimikrobial contohnya
terhadap S. aureus. Bawang putih juga memiliki aktivitas bakteristatis dan
bakterisidal (Daka, 2011). Jika dibandingkan dengan teori, pada pengamatan
tabung yang ditanami Saccharomyces ada yang sudah sesuai dan ada yang
belum. Urutan penurunan jumlah mikrobia dari terbesar ke terkecil adalah
tabung 1:1 (0,364 ); tabung kontrol (0,463 ); tabung 1:3 (0,465 ); dan
tabung 1:2 (0,472 ). Pengamatan sudah sesuai karena tabung dengan
proporsi 1:1 mengalami penurunan jumlah mikrobia paling banyak. Namun
hasil pengamatan juga ada yang tidak sesuai karena jumlah mikrobia tabung
1:2 (0,472 ) justru lebih besar bila dibandingkan dengan tabung kontrol
(0,463 ) dan tabung 1:3 (0,465).
Sedangkan untuk pengamatan tabung yang ditanami Pseudomonas, jika
dibandingkan dengan teori, hasilnya tidak sesuai Urutan penurunan jumlah
mikrobia dari terbesar ke terkecil adalah tabung kontrol (0,199 ); tabung 1:3
(0,224 ); tabung 1:2 (0,238 ); dan tabung 1:1 (0,286 ). Seharusnya,
semakin pekat bawang putih yang ditambahkan maka semakin menurun pula
jumlah mikrobia yang tumbuh karena aktivitas antimikroba yang dimiliki
semakin besar sehingga semakin besar pula kekuatan bakterisidalnya.
Penyimpangan yang terjadi kemungkinan disebabkan kurang sterilnya alat
yang dipakai atau adanya kesalahan pada teknik aseptis sehingga terjadi
kontaminan
Tabel 3.5. Pengaruh Pemanasan dan Senyawa Antimikrobia
Jenis mikroba
Pertumbuhan setelah pemanasan dan penambahan
senyawa antimikroba
kontrol 1:1 1:2 1:3
Saccharomycess 0,086 - 0,268 0,097
Pseudomonas 0,161 0,067 0,134 0,108
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
18/24
Sumber : Laporan Sementara
Pada praktikum ini, dilakukan kombinasi perlakuan pemanasan dan
penambahan ekstrak bawang putih atau yang disebut hurdle concept untuk
mengetahui pengaruh kombinasi pemanasan dan penambahan antimikroba
terhadap faktor pertumbuhan populasi mikrobia. Pada shift1 mikrobia yang
digunakan adalah Saccharomyces dan pada shift2 mikrobia yang digunakan
adalah Pseudomonas. Mikrobia Saccharomyces sebanyak 0,1 ml
disuspensikan ke dalam 4 tabung yang berisi media PDB (Potato Dekstrose
Broth). Salah satu tabung hanya diberi perlakuan pemanasan saja yang
berfungsi sebagai sebagai tabung kontrol dan 3 tabung lain diberi
penambahan ekstrak bawang putih dan air dengan proporsi yang berbeda-
beda antara lain 1:1, 1:2, dan 1:3 lalu dipanaskan pada suhu 60oC selama 10
menit. Untuk mikrobia Pseudomonas, sebanyak 0,1 ml disuspensikan ke
dalam 4 tabung yang berisi media NB (Nutrient Broth). Salah satu tabung
hanya diberi perlakuan pemanasan saja yang berfungsi sebagai sebagai
tabung kontrol dan 3 tabung lain diberi penambahan ekstrak bawang putih
dan air dengan proporsi yang berbeda-beda antara lain 1:1, 1:2, dan 1:3 lalu
dipanaskan pada suhu 60oC selama 10 menit. Selanjutnya, semua tabung
tersebut diinkubasi selama 1 hari pada suhu kamar. Setelah proses inkubasi
selama 1 hari, tabung-tabung tersebut diamati untuk mengetahui pertumbuhan
mikrobia dengan menggunakan spektrofotometer.
Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami
mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung kontrol adalah 0,086
, absorbansi tabung dengan perbandingan 1:1 adalah 0,364 , absorbansi
tabung dengan perbandingan 1:2 adalah 0,268 dan absorbansi tabung
dengan perbandingan 1:3 adalah 0,097 . Sedangkan untuk hasil pengukuran
absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia Pseudomonas,
diketahui absorbansi tabung kontrol adalah 0,108 , absorbansi tabung
dengan perbandingan 1:1 adalah 0,161 , absorbansi tabung dengan
perbandingan 1:2 adalah 0,067 dan absorbansi tabung dengan
perbandingan 1:3 adalah 0,134 .
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
19/24
Pengawetan makanan dengan metode gabungan (the Hurdle Concept).
Inti dari pendekatan ini adalah bahwa makanan dapat tetap stabil dan aman
bahkan tanpa refrigerasi, dan dapat diterima secara organoleptik dan bergizi
(Leistner, 1978 et McMeekin,2000). Pada metode hurdle concept ini
dilakukan penggabungan perlakuan pemanasan dan penambahan ekstrak
bawang putih. Saccharomycess danPseudomonas merupakan mikrobia yang
tidak tahan pada suhu tinggi. Bawang putih memiliki sifat antimikrobial dan
memiliki aktivitas bakteristatis dan bakterisidal (Daka, 2011). Jika
dibandingkan dengan teori, pada pengamatan tabung yang ditanami
Saccharomyces tidak sesuai yaitu jumlah mikrobia paling sedikit justru ada di
tabung kontrol yang hanya diberi perlakuan pemanasan saja. Urutan
penurunan jumlah mikrobia dari terbesar ke terkecil adalah tabung kontrol
(0,086 ); tabung 1:3 (0,097 );dan tabung 1:2 (0,268 ); dan tabung 1:2
(0,472 ). Sedangkan untuk pengamatan tabung yang ditanami
Pseudomonas, jika dibandingkan dengan teori, hasilnya tidak sesuai Urutan
penurunan jumlah mikrobia dari terbesar ke terkecil adalah tabung 1:2 (0,067
); tabung 1:3 (0,134 ); tabung kontrol (0,108 ); dan tabung 1:1 (0,161
). Jika dilihat dari teori, seharusnya tabung yang memiliki jumlah mikrobia
paling sedikit adalah tabung 1:1 karena memiliki antimikroba paling pekat
dengan perlakuan pemanasan yang lama. Penyimpangan yang terjadi
kemungkinan disebabkan kurang sterilnya alat yang dipakai atau adanya
kesalahan pada teknik aseptis sehingga terjadi kontaminan. Secara
keseluruhan, bila data hasil pengamatan perlakuan hurdle concept
dibandingkan dengan data hasil pengamatan penambahan senyawa
antimikroba saja diketahui bahwa jumlah mikrobia yang ada pada perlakuan
hurdle concept lebih sedikit daripada dengan yang ditambahkan antimikroba
saja. Oleh karena itu dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa
penggabungan cara pemanasan dan penambahan senyawa antimikrobia
(hurdle concept) lebih efektif untuk mempertahankan mutu dan daya simpan
suatu bahan pangan.
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
20/24
E. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum Acara III, Pengaruh Faktor Pertumbuhan
terhadap Populasi Mikrobia dalam Bahan Pangan ini adalah:
2. Saccharomyces merupakan genus khamir/ragi/ yeast yang memiliki
kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces
dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30oC
3. Untuk praktikum 3.1 pengaruh pemanasan terhadap faktor
pertumbuhan populasi mikrobia dari hasil pengukuran absorbansi pada
tabung media yang ditanami mikrobia Saccharomyces yang pertama,
diketahui absorbansi tabung dengan tanpa perlakuan pemanasan adalah
0,402 , absorbansi tabung dengan pemanasan 5 menit adalah 0,047 ,
absorbansi tabung dengan pemanasan 10 menit adalah 0,180 , dan
absorbansi tabung dengan pemanasan 20 menit adalah 0,069 . Untuk
hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia
Saccharomyces yang kedua, diketahui absorbansi tabung dengan tanpa
perlakuan pemanasan adalah 0,402 , absorbansi tabung dengan
pemanasan 5 menit adalah 0,077 , absorbansi tabung dengan pemanasan
10 menit adalah 0,086 , dan absorbansi tabung dengan pemanasan 20
menit adalah 0,078 .
4. Pseudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang
mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon dan merupakanbakteri
yang tidak tahan panas sehingga akan mati pada suhu tinggi
5. Hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami
mikrobia Pseudomonas diketahui absorbansi tabung dengan tanpaperlakuan pemanasan adalah 0,262 , absorbansi tabung dengan
pemanasan 5 menit adalah 0,118 , absorbansi tabung dengan pemanasan
10 menit adalah 0,105 , dan absorbansi tabung dengan pemanasan 20
menit adalah 0,113 .
6. Terjadi penyimpangan dalam pengamatan pengaruh pemanasan
terhadap faktor pertumbuhan populasi mikrobia baik tabung yang ditanami
Saccharomyces maupunPseudomonas
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bakteri_hidrokarbonoklastik&action=edit&redlink=1 -
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
21/24
7. Penyimpangan tersebut terjadi mungkin disebabkan adanya
kontaminasi selama proses pemanasan, tidak stabilnya suhu saat proses
pemanasan, atau kurang telitinya praktikan dalam menera angka di
spektrofotometer.
8. Bakteri dapat dipertahankan pada suhu rendah, misal di tempat
-200C (suhu pesawat pembeku mekanis), -700C (suhu es kering, yaitu CO2
beku), dan bahkan pada suhu -1950C (suhu nitrogen cair).
9. Dari hasil pengukuran absorbansi pada tabung media yang
ditanami mikrobia Saccharomyces, diketahui absorbansi tabung dengan
pH asam adalah 0,224 , absorbansi tabung dengan pH netral adalah 0,475
, dan absorbansi tabung dengan pH basa adalah 0,267 .
10. Pengukuran absorbansi pada tabung media yang ditanami mikrobia
Pseudomonas diketahui absorbansi tabung dengan pH asam adalah 0,037
, absorbansi tabung dengan pH netral adalah 0,209 , dan absorbansi
tabung dengan pH basa adalah 0,02 .
11. Saccharomyces dapat tumbuh dengan baik pada pH 4,8
12. Terjadi penyimpangan pada biakan Saccharomyces karena jumlah
mikrobia paling banyak ada di tabung dengan pH netral, bukan pH asam.
13. Penyimpangan mungkin disebabkan adanya kontaminasi pada saat
penanaman atau tidak sterilnya peralatan yang digunakan.
14. Bakteri dapat tumbuh optimum pada pH sekitar 6,5 -7,5 dan tidak
dapat tumbuh dengan baik pada pH dibawah 5,0 atau diatas 8,5 kecuali
bakteri asam asetat (Acetobacter suboxydans) dan bakteri yang
mengoksidasi sulfur.
15. Bawang putih (A. sativum) memiliki sifat antimikrobial dan
memiliki aktivitas bakteristatis dan bakterisidal.
16. Urutan penurunan jumlah mikrobia Saccharomyces dari terbesar ke
terkecil adalah tabung 1:1 (0,364 ); tabung kontrol (0,463 ); tabung 1:3
(0,465 ); dan tabung 1:2 (0,472 ).
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
22/24
17. Urutan penurunan jumlah mikrobia Pseudomonas dari terbesar ke
terkecil adalah tabung kontrol (0,199 ); tabung 1:3 (0,224 ); tabung 1:2
(0,238 ); dan tabung 1:1 (0,286 ).
18. Terjadi penyimpangan pada biakan Saccharomyces dan
Pseudomonas karena seharusnya semakin pekat bawang putih yang
ditambahkan maka semakin menurun pula jumlah mikrobia yang tumbuh
karena aktivitas antimikroba yang dimiliki semakin besar sehingga
semakin besar pula kekuatan bakterisidalnya.
19. Penyimpangan yang terjadi kemungkinan disebabkan kurang
sterilnya alat yang dipakai atau adanya kesalahan pada teknik aseptis
sehingga terjadi kontaminan
20. Pengawetan makanan dengan metode gabungan (the Hurdle
Concept). Inti dari pendekatan ini adalah bahwa makanan dapat tetap stabil
dan aman bahkan tanpa refrigerasi, dan dapat diterima secara organoleptik
dan bergizi.
21. Pada metode hurdle concept ini dilakukan penggabungan
perlakuan pemanasan dan penambahan ekstrak bawang putih.
22. Urutan penurunan jumlah mikrobia biakan Saccharomyces dari
terbesar ke terkecil adalah tabung kontrol (0,086 ); tabung 1:3 (0,097
);dan tabung 1:2 (0,268 ); dan tabung 1:2 (0,472 ).
23. Urutan penurunan jumlah mikrobia untuk tabung biakan
Pseudomonas, dari terbesar ke terkecil adalah tabung 1:2 (0,067 );
tabung 1:3 (0,134 ); tabung kontrol (0,108 ); dan tabung 1:1 (0,161 ).
24. Terjadi penyimpangan pada biakan Saccharomyces dan
Pseudomonas karena seharusnya semakin pekat bawang putih yang
ditambahkan maka semakin menurun pula jumlah mikrobia yang tumbuh
karena aktivitas antimikroba yang dimiliki semakin besar sehingga
semakin besar pula kekuatan bakterisidalnya.
25. Penyimpangan yang terjadi kemungkinan disebabkan kurang
sterilnya alat yang dipakai atau adanya kesalahan pada teknik aseptis
sehingga terjadi kontaminan
-
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
23/24
26. penggabungan cara pemanasan dan penambahan senyawa
antimikrobia (hurdle concept) lebih efektif untuk mempertahankan mutu
dan daya simpan suatu bahan pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2012. Pseudomonas sp. http://id.wikipedia.org/wiki/Pseudomonas.
Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012. Pada pukul 13.06 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pseudomonashttp://id.wikipedia.org/wiki/Pseudomonas -
7/30/2019 Acara III Mpp Ri
24/24
Anonimb, 2012. Saccharomyces. http://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces.
Diakses pada hari Rabu, 18 April 2012. Pada pukul 13.12 WIB .
Ariyadi, T dan Sinto Dewi, 2009. Pengaruh Sinar Ultra Violet Terhadap
Pertumbuhan Bakteri bacillus sp. Sebagai Bakteri Kontaminan. Jurnal
Keaehatan, Vol.2, No.2 Desember 2009.
Buckle, K. A, 1987.Ilmu Pangan. Penerbit UI-Press. Jakarta.
Daka, Deresse. 2011. Antibacterial Effect of Garlic (Allium Sativum) on
Staphyloccus Aureus: An In Vitro Study. African Journal of
Biotechnology Vol. 10 (4), pp. 666-669, 24 January, 2011.
Elevri, Putra Asga dan Surya Rosa Putra. 2006. Produksi Etanol Menggunakan
Saccharomyces Cerevisiae yang Diamobilisasi Dengan Agar Batang.
Akta Kimindo Vol. 1 No. 2 April 2006: 105-114. LaboratoriumBiokimia, jurusan Kimia FMIPA ITS.
Geisel, Nico. 2011. Optimal Resting-Growth Strategies of Microbial Populations
in Fluctuating Environments. Vol. 6 No. 4 15 April 2011. 1
Departament de Fisica Fonamental, Facultat de Fisica, Universitat de
Barcelona, Barcelona, Spain.
McMeekin, Thomas A et al. 2000. Quantifying the Hurdle Concept by Modelling
The Bacterial Growth/No Growth Interface. International Journal of
Food Microbiology 55 (2000) 9398. Tasmania, Australia.
Pelczar, Michael J. dan E.C.S. Chan. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Penerbit UI-
Press. Jakarta.
Pine, Stanley H, dkk. 1988.Kimia Organik 2. Penerbit ITB. Bandung.
Silalahi, Jansen, 2006.Makanan Fungsional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Wignyanto, dkk. 2001.Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi Sari Hati Nanas Dan
Inokulum Saccharomyces Cerevisiae Pada Fermentasi Etanol. Jurnal
Teknologi Pertanian, vol. 2, no. 1, april 2001 : 68-77.
Winarno, dkk. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Penerbit PT Gramedia.
Jakarta.
Yalcin, Seda Karasu. 2008. Effects Of Ph And Temperature On Growth AndGlycerol Production Kinetics Of Two Indigenous Wine Strains Of
Saccharomyces Cerevisiae From Turkey. Vol 39 Hal. 325. Abant Izzet
http://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyceshttp://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces