8 nurlaili jagung hal 19 29 oke

Upload: febrian

Post on 05-Mar-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ggggg

TRANSCRIPT

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    19

    Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) dan Gulma

    Terhadap Berbagai Jarak Tanam

    Oleh: Nurlaili

    Abstract

    This study titled plant growth response of maize (Zea mays L.) and weed to various plant spacing.

    The experiment was conducted at the experimental field of Agricultural Faculty Baturaja, timing

    its implementation in March 2010 to June 2010. The design used was randomized block design

    with 4 treatments and 5 replications. Distance Treatment Plant used are: K1 = 50 x 20 cm, K2 = 50

    x 40 cm, K3 = 50 x 60 cm, and K4 = 50 x 80 cm. Statistically, the influence of plant spacing did not

    significantly affect the growth of corn plants, but a tabulation plant spacing of 50 x 60 cm (K3)

    there is a trend and give the best results of the age of flowering and plant dry weight.

    Key words: Weed, plant spacing

    PENDAHULUAN

    Jagung (Zea mays.L) merupakan bahan pangan yang penting penghasil karbohidrat

    kedua setelah beras. Jagung juga digunakan sebagai bahan makanan dan bahan baku

    industri seperti, kertas, minyak, cat dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa

    dengan pengaturan jarak tanam yang benar dan tapat disertai pengelolaan yang baik maka

    potensi hasil jagung dapat mencapai 4,50 ton/ha (Suprapto.1986).

    Di Indonesia rata-rata produksi tanaman jagung per hektar dinilai masih rendah yaitu

    sekitar 2,8 ton per ha. Sementara jika dibandingkan dengan negara-negara penghasil

    jagung di Asia seperti RRC 4,6 ton/ha, Korea Selatan 4,1 ton/ha dan Thailand 3,7 ton/ha.

    Rendahnya produksi jagung di Indonesia di pengaruhi oleh beberapa faktor penyebab

    antara lain, tingginya harga benih varietas unggul, petani belum memahami penggunaan

    pupuk secara tepat dan benar, minimnya permodalan serta penggunaan pestisida yang

    berlebihan pada areal pertanaman oleh pelaku usaha tani dapat mengakibatkan terjadinya

    resistensi hama terhadap pestisida, dan pada waktu yang sama keberadaan musuh alami

    hama di areal lahan pertanian terancam punah yang membawa dampak negatif yaitu

    terjadinya ledakan serangan hama, akibatnya dapat menurunkan hasil produksi pertanian

    (Suprapato dan Marzuki, 2002).

    Berbagai pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna mendapatkan produksi

    yang optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung dipandang perlu, karena

    untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara yang

    merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan pada

    perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak benih yang

    diperlukan pada saat penanaman.

    Penggunaan jarak tanam yang terlalu rapat antara daun sesama tanaman saling

    menutupi akibatnya pertumbuhan tanaman akan tinggi memanjang karena bersaing dalam

    Dosen Tetap Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Baturaja

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    20

    mendapatkan cahaya sehingga akan menghambat proses fotosentesis dan produksi tanaman

    tidak optimal.

    Menurut Warisno (2002), Penggunaan jarak tanam jagung hibrida sebaiknya 50 x 20

    cm dan 50 x 40 cm dengan dua benih per lubang. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman

    jagung yaitu 50 x 60 cm. Sedangkan menurut Suprapto (1998), penggunaan jarak tanam

    yang baik pada tanaman jagung 50 x 40 cm dan 50 x 80 cm dengan satu tanaman.

    Sebaliknya, menurut Harjadi (1997), penggunaan jarak tanam yang terlalu lebar akan

    mengurangi efektivitas penggunaan lahan dan memberikan kesempatan pertumbuhan

    gulma.

    Rahmat dan Sugandi (1995), mendefinisikan gulma sebagai tumbuhan yang tidak

    dikehendaki keberadaannya pada areal budidaya tanaman, karena gulma dan tanaman

    budidaya mempunyai persyaratan tumbuh yang sama dalam memperoleh cahaya, unsur

    hara, air, suhu udara dan ruang tumbuh sehingga menyebabkan persaingan antara gulma

    pada tanaman budidaya.

    Persaingan atau kompetisi merupakan perjuangan dua organisme atau lebih untuk

    merebut obyek yang sama, kemampuan tanaman bersaing dengan gulma ditentukan oleh

    spesies gulma, kepadatan gulma, saat persaingan, lama persaingan, cara budidaya, varietas

    yang di tanam dan tingkat kesuburan tanah (Seokisman, 1983).

    Rahmat dan Sugandi, 1995, mengelompokkan gulma menjadi 3 golongan

    berdasarkan morfologinya antara lain: 1) golongan rerumputan (gresses); 2) golongan teki

    (sed ges), dan; 3) golongan berdaun lebar (bround leaf weeds). Sedangkan menurut

    habitatnya, gulma terbagi dalam dua golongan yaitu: 1) gulma yang hidup di air (aquatic

    weeds) dan gulma yang hidup di darat (Terrestrial weeds).

    Gulma juga menjadi penyebab hilangnya hasil produksi pertanian yang hampir setara

    dengan resiko serangan hama dan penyakit. Masalah serangan hama dan penyakit tanaman

    umumnya bersifat temporal. Sementara masalah yang ditimbulkan oleh gulma bersifat

    tetap dan berulang (Soekisman, 1983). Sedangkan jenis-jenis gulma yang termasuk dalam

    ketegori sangat merugikan adalah: Ilalang (Imperata cylindrical), pakis kawat (Gleichenia

    Linearis), sambung rambat (Mekania micranta), putihan (Eupatorium adoratum) dan lain-

    lain, (Lembaga Penelitian Perkebunan, 2002).

    Keberadaan gulma pada tanaman budidaya perlu dikendalikan karena bila tidak hasil

    produksi tanaman budidaya akan menurun.

    Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui

    respon pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays. L) dan gulma terhadap jarak tanam.

    Sedangkan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Semakin rapat jarak tanam

    maka semakin rendah pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L) dan 2) Dengan jarak

    tanam 50 cm x 60 cm akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays

    L).terhadap pertumbuhan gulma.

    Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Baturaja.

    Waktu pelaksanaannya pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Juni 2010. Bahan

    yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas hibrida bisi-2, pupuk

    urea, SP 36, KCL, fungisida dan insektisida. Alat yang digunakan meliputi meteran, air,

    cangkul, sprayer, pisau, tali, ember, dan alat-alat tulis.

    METODE PENELITIAN

    a. Pertumbuhan Tanaman

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    21

    Metode Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) di mana pada

    areal lahan dengan panjang 26 meter dan lebar 17 meter dibuat plot atau bedengan

    ukuran masing-masing plot lebar 3 meter, panjang 4 meter dengan jarak dari plot ke

    plot 1 meter dan jumlah plot sebanyak 20 plot dengan model penelitian 4 perlakuan 5

    ulangan. Adapun perlakuan Jarak Tanam yang digunakan adalah:

    K1 = 50 x 20 cm

    K2 = 50 x 40 cm

    K3 = 50 x 60 cm

    K4 = 50 x 80 cm

    b. Pertumbuhan Gulma

    Inventarisasi pertumbuhan gulma pada plot perlakuan perhitungan Summed Dominan

    Ratio (SDR) menggunakan metode kuadrat dimana dalam satu plot masing-masing

    terdiri 5 petak pengamatan gulma dengan ukuran petak 50 cm persegi yang ditentukan

    berdasarkan persilangan garis diagonal. Di inventarisir jenis dan populasi pertumbuhan

    gulma yang tumbuh dalam plot pengamatan.

    Adapun rumus menghitung SDR pada petak perlakuan sebagai berikut :

    1. Kerapatan Mutlak = Individu Mutlak jenis tertentu

    Contoh ( Sub Plot )

    2. Kerapatan Nisbi = Koefesien mutlak jenis tertentu

    Kerapatan mutlak semua jenis x 100

    3. Kelimpahan Rata-Rata = Kerapatan mutlak jenis tertentu

    Sub Plot yang ditumbuhi jenis tertentu

    4. Kelimpahan Nisbi = Kelimpahan rata-rata jenis tertentu

    Kelimpahan rata-rata semua jenis x 100

    5. Frekuensi Mutlak =

    Sub. Plot contoh yang ditumbuhi jenis tertentu

    Semua sub plot yang ditentukan

    6. Frekuensi Nisbi = Frek mutlak jenis tertentu

    Nisbi Frekuensi mutlak semua jenis x 100

    7. Nilai Penting =

    Kerapatan nisbi + kelimpahan nisbi + Frek. Nisbi

    8. Summed Dominan

    Ratio (SDR) =

    Nilai Penting

    3

    Hasil perlakuan berpengaruh nyata atau tidak nyata dapat diketahui dengan

    membandingkan F hitung dengan F tabel. Perlakuan dikatakan berpengaruh tidak nyata

    bila F hitung lebih kecil dari F tabel 0,05% dan dikatakan berpengaruh nyata bila F

    hitung lebih besar dari F tabel 0,05%.

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    22

    Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh perlakuan jarak tanam terhadap pertumbuhan

    gulma dan pertumbuhan tanaman jagung dilihat dari tabulasi hasil masing masing perlakuan dimana menujukkan pengaruh nyata atau tidak nyata pada tiap tiap perlakuan.

    c. Peubah yang Diamati

    - Peubah Pertumbuhan tanaman jagung adalah: Tinggi Tanaman, Umur Berbunga dan Berat Kering Tanaman;

    - Peubah Pertumbuhan Gulma: 1) Inventarisasi gulma pada lahan sebelum dilakukan penanaman, yang meliputi: daun sempit, teki dan daun lebar sebelum dilakukan

    penyiangan pada pertumbuhan tanaman jagung berumur 30 hst (hari setelah

    tanam); 2) Inventarisasi gulma pada saat penutupan kembali, dilakukan pada saat

    pertumbuhan tanaman jagung berumur 70 hst, dan; 3) Menimbang berat kering

    gulma, dilaksanakan pada penyiangan umur jagung 30 hst dan 70 hst.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kelompok Peubah Pertumbuhan Tanaman

    Hasil analisis sidik ragam pada semua peubah yaitu tinggi tanaman umur berbunga,

    berat kering tanaman menunjukkan berpengaruh tidak nyata dapat dilihat pada tabel 1. di

    bawah ini:

    Tabel 1.

    Data Hasil Analisis Sidik Ragam Respon Pertumbuhan Tanaman Jagung

    Pada Berbagai Jarak Tanam

    No. Peubah Perlakuan KK.

    1

    2

    3

    Tinggi Tanaman

    Umur Berbunga

    Berat Kering Tanaman

    1,19 tn

    2,13 tn

    0,12 tn

    8,72 %

    9,66 %

    4,59 % Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

    KK = koefisien keragaman

    1. Tinggi Tanaman

    Dari tabel 1 didapatkan bahwa parameter tinggi tanaman jagung dari berbagai jarak

    tanam menunjukkan tidak nyata berpengaruh. Secara tabulasi hasil perlakuan K2

    menunjukkan pertumbuhan tanaman tertinggi 72,96 cm sedangkan terendah pada

    perlakuan K3 66,30 cm.

    2. Umur Berbunga

    Dengan pengaturan jarak tanam pada pertumbuhan tanaman jagung terhadap

    pertumbuhan gulma, hasil pemantauan semua perlakuan menunjukkan berpengaruh

    tidak nyata terhadap umur berbunga pada tanaman jagung. Secara tabulasi hasil

    perlakuan K1 merupakan perlakuan terlama umur berbunga (50,72 hst) dan tercepat

    pada perlakuan K3 (47,96 hst).

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    23

    3. Berat Kering Tanaman

    Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada pengaturan jarak tanam dari empat

    perlakuan menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman hasil

    penimbangan. Secara tabulasi tergambar bahwa pada perlakuan K3 menunjukan hasil

    tertinggi (148,044 gram) sedangkan hasil terendah K2 (138,378 gram) disajikan pada

    Gambar di bawah ini.

    Gambar 1.

    Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Hasil Penimbangan Berat Kering

    Tanaman Jagung Pada Beberapa Perlakuan

    Hasil olah data respon pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays. L) dan gulma

    terhadap berbagai jarak tanam dari beberapa pengukuran parameter yang diamati baik pada

    parameter peubah pertumbuhan tanaman jagung maupun parameter peubah pertumbuhan

    gulma, hasil yang didapat secara tabulasi maupun Analisis sidik ragam tidak terjadi

    pengaruh yang nyata pada penentuan masing-masing jarak tanam baik pada jarak tanam

    50 x 20 cm, 50 x 40 cm, 50 x 60 cm dan 50 x 80 cm.

    Semua peubah yang diamati pada pertumbuhan tanaman jagung yaitu tinggi tanaman,

    umur berbunga dan berat kering tanaman pada semua tingkat perlakuan jarak tanam tidak

    terjadi pengaruh yang nyata ini artinya respon tanamn terhadap semua perlakuan adalah

    sama.

    Minimalnya ketersediaan air untuk melakukan penyiraman berakibat tidak

    optimalnya pertumbuhan tanaman jagung, dimana unsur hara yang tersedia di dalam tanah

    proses penyerapan terganggu sehingga proses fotosintesis menjadi terhambat dan asimilat

    yang tersedia di dalam tubuh tanaman tidak tercukupi, secara fisiologis tampak

    pertumbuhan tanaman jagung terhambat merana dan kerdil.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    K1 K2 K3 K4

    K1

    146,378 138,378 148,044 143,564

    Perlakuan

    Berat kering tanaman (gram)

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    24

    Peubah Pertumbuhan Gulma

    1. Jenis dan tingkat dominasi gulma pada awal penelitian 30 hari sebelum lahan dilakukan penanaman berdasarkan hasil hitungan Summed Dominance Ratio (SDR)

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2.

    Inventarisasi Jenis Gulma

    Pada Lahan Sebelum Dilakukan Penanaman dari Nilai SDR

    No. Jenis Gulma Summed Dominance Ratio (SDR) Jumlah

    Total P1 P2 P3 P4 P5

    1. Imperata cylindrica 42,2 44,4 39,1 31,3 34,5 191,5

    2. Eupatorium odoratum L. 21,7 24,0 21,1 24,7 26,8 118,3

    3. Mekania micrantha 18,4 19,9 22,6 22,9 22,4 106,2

    4. Mimosa pudica 9,1 6,1 10,5 9,7 7,4 42,8

    5. Cypirus kylingia 8,2 5,2 4,5 4,6 7 29,5 Keterangan: P1 P5 = Petak pengamatan gulma dengan metode kuadrat yang ditentukan dengan sistim persilangan garis diagonal sehingga dalam suatu hamparan lahan di dapat lima

    titik pengamatan, luas petakan dimulai dari ukuran 0,5 meter x 0,5 meter inventarisasi gulma

    berhenti sampai kerapatan gulma tidak ditemukan lagi.

    2. Jenis dan dominasi gulma pada tanaman jagung berumur 30 hst dan 70 hst (penyiangan

    I) berdasarkan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.

    Tabel 3.

    Jenis dan Dominasi Gulma pada Tanaman Jagung Berumur 30 hst

    Pada Tiap Perlakuan Berdasarkan Nilai SDR (penyiangan I)

    No. Jenis Gulma

    Summed Dominance Ratio

    (SDR) Jumlah

    K1 K2 K3 K4

    1. Borreria SP 42,7 1,4 2,7 37,7 164,5

    2. Imperata cylindrica 12,1 10,3 15,5 13,7 51,6

    3. Digitaria 8,6 9,1 6,6 9,8 34,1

    4. Cypirus kyllingia 6,8 7,1 5,7 9,0 28,6

    5. Mimosa pudica 4,3 6,6 6,4 5,2 22,5

    Tabel 4.

    Jenis dan Dominasi Gulma pada Tanaman Jagung Berumur 70 hst

    Pada Tiap Perlakuan Berdasarkan Nilai SDR (penyiangan II)

    No. Jenis Gulma

    Summed Dominance Ratio

    (SDR) Jumlah

    K1 K2 K3 K4

    1. Borreria SP 55,6 52,6 70,7 57,4 236,3

    2. Imperata cylindrica 10,4 22,9 12,4 16,9 62,6

    3. Digitaria 5,3 9,2 2,8 7,8 25,1

    4. Croton hirtus 4,9 5,2 - 9,2 19,3

    5. Cypirus kyllingia 7,8 0,7 6,7 2,6 17,8

    Hasil analisis tingkat kerapatan gulma pada jarak tanam 50 x 60 cm (K3) saat umur

    tanaman jagung 30 hst menunjukkan hasil lebih baik tercatat 98,1 jika dibandingkan

    dengan jarak tanam 50 x 40 cm (K2) dan jarak tanam 50 x 80 (K4) masing-masing 99,2. Di

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    25

    sisi lain tingkat kerapatan gulma pada umur tanaman jagung 70 hst pada jarak tanam 50 x

    60 cm (K3) menunjukkan hasil terbaik di mana jenis gulma yang muncul jumlahnya paling

    kecil dibanding pada jarak tanam lain.

    Tabel 5.

    Penutupan kembali gulma pada awal 30, 70 hst

    Perlakuan Jenis Gulma

    Penyiangan Gulma pada Umur

    Tanaman Jagung (hst)

    Awal 30 70

    K1 Borreria SP -

    Imperata cylindrical

    Digitaria -

    Cypirus kyllingia

    Croton hirtus -

    Mimosa pudica

    Philantum niruri - -

    Panicum repen - -

    Clome aspara - - -

    Ageratum conizoides - -

    Arachis -

    Cypirus rotundus - -

    Eupatorium odoratum - -

    Mekania micrantha - -

    K2 Borreria SP -

    Imperata cylindrical

    Digitaria -

    Cypirus kyllingia

    Croton hirtus -

    Mimosa pudica

    Philantum niruri - - -

    Panicum repen - -

    Clome aspara - - -

    Ageratum conizoides - -

    Arachis -

    Cypirus rotundus - -

    Eupatorium odoratum - -

    Mekania micrantha - -

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    26

    Lanjutan Tabel 5.

    Perlakuan Jenis Gulma

    Penyiangan Gulma pada Umur

    Tanaman Jagung (hst)

    Awal 30 70

    K3 Borreria SP -

    Imperata cylindrical

    Digitaria -

    Cypirus kyllingia

    Croton hirtus - -

    Mimosa pudica

    Philantum niruri - -

    Panicum repen - -

    Clome aspara - -

    Ageratum conizoides - -

    Arachis -

    Cypirus rotundus - -

    Eupatorium odoratum - -

    Mekania micrantha - -

    K4 Borreria SP -

    Imperata cylindrical

    Digitaria -

    Cypirus kyllingia

    Croton hirtus -

    Mimosa pudica

    Philantum niruri - -

    Panicum repen - -

    Clome aspara - -

    Ageratum conizoides - -

    Arachis -

    Cypirus rotundus - -

    Eupatorium odoratum - -

    Mekania micrantha - -

    Keterangan : = ada

    - = tidak ada

    30 = penyiangan I

    70 = penyiangan II

    Tabel 6.

    Hasil Penimbangan Berat Kering Gulma

    Pada Berbagai Perlakuan Jarak Tanam Pada Tanaman Jagung (gram)

    Jarak tanam Berat kering gulma

    30 hst (gram)

    Berat kering gulma

    70 hst (gram)

    Jumlah

    (gram)

    K1 83,55 44,21 127,7

    K2 93,56 46,14 139,7

    K3 88,00 45,77 133,7

    K4 97,52 55,59 153,1

    Total 362,63 192,40 554,2

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    27

    Gambar 2.

    Grafik Hasil Penimbangan Berat Kering Gulma

    Pada Umur Tanaman Jagung 30 dan 70 hst pada Berbagai Perlakuan Jarak Tanam (gram)

    Keterangan:

    Secara tabulasi hasil penimbangan berat kering gulma 30 hst dan 70 hst menunjukkan

    bahwa pada perlakuan jarak tanam 50 x 60 cm (K3) memberikan hasil lebih baik tercatat

    45,59 gram dibandingkan dengan jarak tanam 50 x 40 cm (K2) 46,14 gram dan jarak

    tanam 50 x 80 cm (K4) 55,59 gram, tetapi jika dibandingkan dengan berat kering pada

    perlakuan jarak tanam 50 x 20 cm (K1) 44,21 gram menunjukkan bahwa jarak tanam 50 x

    60 cm (K3) tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 50 x 20 cm (K1).

    Munculnya aneka ragam spesies gulma yang tumbuh pada lokasi penelitian semakin

    memberi tekanan pada pertumbuhan tanaman jagung, di mana kompetisi untuk

    memperebutkan cahaya, suhu, unsur hara, air dan ruang tumbuh semakin ketat. Di sisi lain

    radiasi matahari yang terpancar mempengaruhi naiknya suhu udara di lingkungan lokasi

    penelitian akibatnya terjadi penguapan air baik pada permukaan tanah maupun, pada

    tanaman jagung itu sendiri, dan terlihat jelas pada siang hari permukaan daun-daun

    menggulung dan kondisi ini memberi gambaran bahwa tanaman semakin stres air.

    Sementara gulma-gulma yang tumbuh tidak terpengaruh oleh iklim yang kering,

    lingkungan yang kurang mendukung dan tidak memilih jarak tanam yang rapat maupun

    jarak tanam yang lebar.

    : Jarak tanam (K4)

    : Jarak tanam (K2)

    : Jarak tanam (K3)

    : Jarak tanam (K1)

    10 Hari setelah tanam (hst)

    Ber

    at k

    erin

    g g

    ulm

    a (g

    ram

    )

    20 30 40 50 60 70 80

    160

    150

    140

    130

    120

    110

    100

    90

    80

    70

    60

    50

    40

    30

    20

    10

    0

    K4 = 153,1

    K2 = 139,7

    K3 = 133,7 K1 = 127,7

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    28

    Dari sisi pertumbuhan Gulma terhadap pengaturan jarak tanam yang ada antara

    penyiangan gulma pertama yaitu pada tanaman jagung berumur 30 hst. Tercatat ada 13

    jenis spesies gulma yang tumbuh dan tersebar merata pada semua jarak tanam. Adapun

    jenis gulma yang paling dominan adalah kelompok gulma daun lebar antara lain: Borreria

    alata, Borreria laevis, dan Mimosa pudica. Sebagai pembanding tingkat kerapatan spesies

    gulma pada penyiangan 2 (penutupan kembali) pada tanaman jagung berumur 70 hst

    tercatat ada pengurangan jenis spesies gulma yang tumbuh pada semua perlakuan jarak

    tanam. Di mana jenis gulma yang tumbuh menjadi 8 spesies dan masih di dominasi oleh

    jenis gulma: Borreria alata, Borreria laevis dan Imperata eylindrica.

    Adanya pertumbuhan gulma yang sejenis pada penyiangan 1 dan penyingan 2

    memberi gambaran bahwa jenis gulma seperti Borreria laevis, Borreria alata dan

    Imperata cylindrica, biji-biji gulma tersebut banyak terdapat di permukaan tanah, cepat

    berkecambah, dan mampu berkompetisi baik pada tanaman maupun berkompetisi terhadap

    sesama gulma. Adapun hasil penimbangan berat kering gulma setelah di oven selama 2 x

    24 jam untuk berat kering gulma pada penyiangan 1 total berat seluruh spesies gulma

    tercatat 362,63 gram, sedangkan pada penyingan 2 berat total seluruh tercatat spesies

    gulma tercatat 191,71 gram, sedangkan tingkat pertumbuhan dan kerapatan gulma paling

    banyak pada perlakuan jarak tanam 50 x 60 cm (K3) tercatat pada penyiangan ke dua

    tercatat 55,59 gram.

    Untuk jenis gulma yang dominan antara lain jenis Borreria alata, Borreria laevis dan

    Imperata cylindrica. Menurut Rahmat dan Sugandi, 1995 Umumnya pertumbuhan gulma

    pada lahan kering di dominasi oleh jenis gulma Imperata Cylindrica, Mimosa Pudica,

    Digitaria sp, Cypirus rotundus, dan Aqeratum comizoides.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan uraian hasil pembahasan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan dua

    hal sebagai berikut:

    1. Secara statistik pengaruh jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung, tetapi secara tabulasi jarak tanam 50 x 60 cm (K3) ada kecenderungan

    dan memberikan hasil terbaik terhadap umur berbunga dan berat kering tanaman.

    2. Secara tabulasi hasil penimbangan berat kering gulma pada jarak tanam 50 x 60 cm (K3) memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan jarak tanam 50 x 80 cm (K4)

    dan 50 x 40 (K2) dimana didukung oleh hasil penimbangan berat kering dan umur

    berbunga tanaman jagung.

  • AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 ISSN: 1979 8245X

    Nurlaili, Hal ; 19 - 29

    29

    DAFTAR PUSTAKA

    Effendi S. 1979. Bercocok Tanam Jagung-Proyek Penyuluhan Pertanian Tanaman

    Pangan. Jakarta: Gema Penyuluhan

    Effendi S dan Sulistiati N. 1991. Bercocok Tanam Jagung. Jakarta: Yasaguna

    Harjadi, S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

    Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: Grafindo

    Persada

    Lembaga Penelitian Perkebunan. 2000. Spesies Gulma Tanaman Perkebunan. Jakarta:

    Deptan RI

    Rakhmat, R. dan Sugandi, S. 1995. Gulma dan Teknik Pengendalian. Jakarta: Gramedia

    Pustaka Utama

    Soekisman, T. 1983. Pengolahan Gulma di Perkebunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

    Mattobi. 2004. Pengaruh Pemangkasan Tassel dan Jarak Tanam Pada Pertumbuhan Daun Terhadap Akumulasi Bahan Kering Biji dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays.L). Hasil Penelitian