288495545 refrat gangguan distimia

30
Refrat Gangguan Distimia Disusun oleh: Dhita Aprilia Anjoti 112014104 Pembimbing: Dr.Evalina SpKj KEPANITRAAN KLINIK ILMU PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA 2015 1

Upload: ana-yusriana-azzahra

Post on 08-Jul-2016

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

bjkbkvkvu

TRANSCRIPT

Page 1: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

Refrat

Gangguan Distimia

Disusun oleh:

Dhita Aprilia Anjoti

112014104

Pembimbing:

Dr.Evalina SpKj

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

JAKARTA

2015

1

Page 2: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada yang Maha Kuasa atas kesempatannya yang telah

diberikan kepada saya untuk membuat refrat ini. Saya juga berterima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu secara langsung maupun secara tidak

langsung. Salah satunya adalah dr. Evalina sebagai pembimbing saya dan sebagai

pemberi informasi, kritikan, dan saran yang membangun saya untuk lebih baik

lagi.

Saya sadar bahwa refrat ini masih banyak kekurangannya. Tetapi saya

telah berusaha untuk membuat refrat yang berguna bagi para pembaca. Karena itu,

saya mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari para

pembaca demi perkembangan saya ke depan.

Saya mengharapkan refrat ini dapat digunakan untuk kepentingan para

pembaca, serta dapat menambah wawasan para pembaca. Akhir kata, saya

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan selamat membaca.

Jakarta, 25 Mei 2015

Penulis

2

Page 3: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan mood mencakup berbagai gangguan emosi yang membuat

seseorang tidak dapat berfungsi- mulai dari kesedihan pada depresi hingga euforia

yang tidak realistis dan iritabilitas pada mania. Gangguan mood adalah suatu

kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan

pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood yang

meninggi (elevated), yaitu mania menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang

meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga

diri, dan gagasan kebesaran.

Orang yang menderita gangguan distimik mengalami depresi kronis.

Selain merasa sedih dan hanya merasakan sedikit kesenangan, kalaupun

merasakannya, dalam berbagai aktivitas dan hobi yang biasa dilakukan, orang

yang bersangkutan mengalami beberapa gejala depresi, seperti insomnia atau

terlalu banyak tidur; merasa tidak mampu, tidak efektif, dan kurang energi;

pesimis, tidak mampu berkonsentrasi dan berpikiran jernih, dan keinginan untuk

menghindari kehadiran orang lain.

Pembeda distimia dan depresi mayor adalah durasi, tipe, dan banyaknya

simptom. Pasien yang memenuhi kriteria distimia dalam DSM-V mengalami tiga

simptom atau lebih (alih-alih diperlukan lima simptom untuk menegakkan depresi

mayor), termasuk mood yang tertekan, namun tanpa keinginan untuk bunuh diri,

dan simptom-simptom tersebut harus berlangsung lebih dari dua bulan.

3

Page 4: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Distimia

2.1.1 Definisi

Gangguan mood merupakan kelompok gangguan psikiatri dimana mood

yang patologis akan mempengaruhi fungsi vegetatif dan psikomotor yang

merupakan gambaran klinis utama dari gangguan tersebut. Dahulu gangguan

mood dikenal dengan gangguan afektif namun sekarang istilah gangguan mood

lebih disukai karena mood lebih merujuk pada status emosional yang meresap dari

seseorang sedangkan afektif merupakan ekspresi eksternal dari emosi saat itu.

Gangguan mood merupakan suatu sindrom yang terdiri dari tanda-tanda dan

gejala-gejala yang berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan yang

mempengaruhi fungsi dan pola kehidupan sehari-hari.3

Menurut PPDGJ III, gangguan suasana perasaan (mood [afektif])

merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi bentuknya. Kelainan

fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan suasana perasaan

(mood) atau afek, biasanya kearah depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan

yang meningkat).4

Gangguan distimik adalah gangguan mood yang terdepresi, dengan

karakteristik perjalanan penyakit kronik dengan onset yang tidak tiba-tiba.

Gangguan distimik harus dibedakan dengan gangguan depresi kronik, karena pada

gangguan distimik tidak pernah ditemukan episode gangguan depresi mayor.

Apabila kondisi ini terjadi pada anak atau remaja, yang perlu diperhatikan

manifestasinya adalah dalam bentuk mudah marah. Hampir sepanjang hari pasien

selalu mengeluhkan keadaan mood terdepresi atau pada anak dan remaja mudah

marah ditemukan, dan keluhan ini sudah berlangsung selama sedikitnya 2 tahun.1

Paling sering pada perempuan ( perempuan : laki-laki = 2-3: 1), sering

muncul untuk pertama kalinya, pada usia akhir 20-an atau 30-an. Prevalensi

selama hidup 6 % dan mulainya berangsur-angsur, sering pada orang yang

mempunyai predisposisi untuk depresi.2

4

Page 5: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

Menurut Freud, faktor psikososial orang rentan terhadap depresi,

tergantung secara oral dan membutuhkan pemuasan narsistik yang terus menerus.

Apabila individu tidak mendapat cinta, kasih saying yang bermakna ia akan

mengalami depresi.1

2.1.2 Epidemiologi

a) Insiden dan Prevalensi

Gangguan distimik memiliki prevalensi 6 % dari keseluruhan gangguan

depresi. Morbiditi dan mortalitas tidak hanya ditandai dengan adanya kejadian

bunuh diri namun juga penyakit fisikyang berkomorbisitas dengan distimik.1

b) Jenis kelamin

Cyranowski (2001) mengatakan angka kejadian distimik pada perempuan

dan laki-laki sebelum masa pubertas dan sesudah masa menopause adalah sama.

Namun memasuki masa dewasa, perempuan mempunyai angka kejadian yang

lebih besar dibandingkan laki-laki, dengan rasio 2:1. Pada orang usia lanjut,

gangguan distimik lebih besar terjadi pada perempuan namun lebih

mempengaruhi kelanjutan hidup laki-laki.1

c) Usia

Gangguan distimik memiliki onset pada usia muda, yaitu pada masa

kanak-kanak dengan keluhan perasaan tidak bahagia yang tidak dapat dijelaskan,

dan terus berlanjut saat memasuki usia remaja dan menginjak usia 20 tahun. Pada

subtipe onset pada usia lanjut, maka gangguan distimik terjadi pada usia

pertengahan dan usia lanjut.1

d) Faktor psikososial.

Menurut Freud orang rentan terhadap depresi, tergantung secara oral dan

membutuhkan pemuasan narsistik yang terus menerus. Apabila individu tidak

mendapatkan cinta, kasing sayang yang bermakna, ia akan mengalami depresi.

5

Page 6: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

Bila mereka kehilangan objek cintanya maka mekanisme pertahanan yang

digunakan adalah internalisasi atau introyeksi objek yang hilang.1

2.1.3 Etiologi

a) Faktor Biologis

Sejumlah studi menenai komponen biologis pada gangguan distimik

menyokong penggolongnnya dengan gangguan mood; studi lain mempertanyakan

hubungan ini. Satu hipotesis yang ditarik dari data adalah bahwa dasar biologis

gejala distimik menyerupai gangguan depresif berat tetapi dasar biologis

patofisiologi yang mendasari kedua gangguan ini berbeda.3

b) Studi Mengenai Tidur

Latensi REM yang menurun dan densitas REM yang meningkat adalah

dua penanda keadaan depresi pada gannguan depresif berat yang juga ada pada

pasien gangguan distimik dengan proporsi yang signifikan. Sejumlah peneliti,

yang melaporkan data awal yang menunjukkan adanya abnormalitas tidur pada

pasien gangguan distimik, memprediksikan respon terhadap obat antidepresan.3

c) Studi Neuroendokrin

Dua aksis neuroendokrin yang paling sering dipelajari pada gangguan

depresif berat dan gangguan distimik adalah aksis adrenal dan aksis tiroid, yang

telah diuji dengan menggunakan uji supresi deksametason dan uji stimulasi

hormon pelepas tirotropin secara berurutan. Walaupun hasil studi ini tidak benar-

benar konsisten, sebagian besar studi menunjukkan bahwa pasien gangguan

distimik lebih jarang memiliki hasil abnormal pada uji deksametason daripada

pasien gangguan depresif berat. Studi uji stimulasi tirotropin yang lebih sedikit

telah dilakukan, tetapi studi ini menghasilkan data awal yang menunjukkan bahwa

abnormalitas aksis tiroid dapat merupakan variasi ciri bawaan akibat penyakit

kronis. Persentase yang lebih tinggi pasien gangguan distimik memiliki

abnormalitas aksis tiroid darpada subjek kontrol normal.3

6

Page 7: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

d) Faktor Psikososial

Teori psikodinamik mengenai timbulnya gangguan distimik menyatakan

bahwa gangguan ini berasal dari perkembangan ego dan kepribadian dan

berpuncak pada kesulitan dalam adaptasi pada masa remaja dan dewasa. Karl

Abraham contohnya, menduga bahwa konflik depresi berpusat pada ciri bawaan

sadistik oral dan anal. Ciri bawaan anal mencakup keteraturan yang berlebihan ,

rasa bersalah, serta kepedulian terhadap orang lain; hal ini dihipotesiskan sebagai

perlawanan terhadap preokupasi akan hal-hal anal dan disorganisasi, hostilitas,

serta preokupasi diri. Mekanisme defensi utama yang digunakan adalah reaction

formation. Harga diri rendah, anhedonia, serat introversi sering dikaitakan dengan

ciri depresif.3

e) Freud.

Didalam “ Mourning and Melancholia” Sigmund Freud menytakan bahwa

kekecewaan intepersonal di awal kehidupan dapat menyebabkan kerentanan

terhadap depresi, menyebabkan ambivalensi hubungan cinta sebagai orang

dewasa; kehilangan atau ancaman akan kehilangan pada kehidupan dewasa

kemudian menyebabkan depresi. Orang yang rentan terhadap depresi secara oral

bergantung dan membutuhkan kepuasan narsistik yang konstan. Ketika

kekurangan cinta, kasih sayang , dan prehatian , meeka menjadi depresi secara

klinis; ketika mereka mengalami kehilangan yang sesungguhnya, mereka

menginternalisasikan dan mengintroyeksi onjek yang hilang serta mengubah

kemarahannya terhadap hal itu dan demikian terhadap diri sendiri.3

f) Teori Kognitif

Teori Kognitif depresi juga berlaku untuk gangguan distimik. Teori ini

berpegang pada perbedaan antara kenyataan dan situasi khayalan mengakibatkan

berkurangnya harga diri dan rasa tidak berdaya. Keberhasilan terapi kognitif di

dalam terapi sejumlah pasien gangguan distimik dapat memberikan dukungan

untuk model teoritis.3

7

Page 8: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

2.1.4 Perjalanan Penyakit

a) Usia awitan

Gangguan distimik seringkali terjadi pada usia sebelum remaja, yang terus

berlanjut hingga memasuki usia 20-an, dengan gejala yang samar-samar.

Prevalensi gangguan distimik dengan late-onset sangat sedikit, yaitu dengan usia

awitan pada usia pertengahan dan usia lanjut. Setelah mengalami satu dekade

gejala biasanya pasien baru mencari bantuan. Dari penelitian diketahui sekitar 20

persen dari mereka yang mengalami neurosis depresi berkembang menjadi

gangguan depresi berat.1

b) Penyesuaian sosial

Pasien dengan gangguan distimik biasanya memiliki fungsi sosial yang

stabil. Namun seringkali kestabilan itu terganggu, biasanya mereka meninggalkan

aktivitas sosial dan kegiatan yang biasanya menyenangkan dan mengkompensasi

dengan terus bekerja sehingga menimbulkan masalah dalam perkawinan. Pasien

dengan gangguan distimia seringkali mengorbankan seluruh waktunya untuk

pekerjaan sebagai bentuk kompesasi dan mekanisme pertahanan. Mereka

seringkali mengeluhkan perasaan kosong dan tidak bahagia untuk kegiatan di luar

pekerjaan.1

c) Perjalanan penyakit

Onset gangguan berlangsung perlahan dimulai sejak akhir masa kanak atau

awal masa remaja, mendahului perjalanan penyakit yang tumpang tindih

(superimposed) dengan gangguan depresi mayor. Pasien dengan gangguan

distimik sering mengeluh selalu merasa sedih sejak lahir atau sepanjang waktu.

15-20 persen anak yang mengalami gangguan distimik akan menjadi hipomanik,

manik, atau gangguan mood campuran setelah pubertas. Gangguan distimik pada

orang dewasa seringkali bersifat unipolar dengan atau tanpa gangguan depresi

mayor dan jarang menjadi hipomanik atau manik. Gejala hipomanik dapat terjadi

pada saat peningkatan dosis antidepresan.1

8

Page 9: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

2.1.5 Kriteria Diagnosis

Kriteria diagnosis distimik dalam DSM-V. Dalam kriteria ini perlu ada

mood yang terdepresi sekurang-kurangnya 2 tahun (satu tahun untuk anak dan

remaja). Gejala-gejala tersebut tidak boleh memenuhi gejala depresi berat. Tidak

boleh ada episode manik atau hipomanik. Dalam DSM-V diperoleh awitan awal

(sebelum usia 21 tahun) atau akhir (usia 21 tahun dan lebih). Juga memungkinkan

ditemukan ciri atipikal dalam gangguan distimik.1

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Distimik.

A. Mood terdepresi sepanjang hari. Lebih banyak hari-hari dia

mengalami mood terdepresi di bandingkan tidak terdepresi, diperoleh

dari penjelasan subjektif atau pengamatan orang lain, sekurang-

kurangnya 2 minggu. Catatan: pada anak dan remaja mood-nya dalam

bentuk mudah tersinggung (irritabel) dan lamanya harus 1 tahun.

B. Saat mood terdepresi ditemukan dua atau lebih gejala berikut:

1) Nafsu makan yang menurun atau makan berlebih

2) Insomnia atau hiperinsomnia.

3) Energy menurun atau lelah

4) Harga diri yang menurun

5) Konsentrasi buruk atau sulit menngambil keputusan

6) Perasaan putus asa

C. Selama periode 2 tahun gangguan (1 tahun untuk anak-anak dan

remaja), mereka tidak pernah bebas gejala criteria A dan B selama

lebih dari 2 bulan pada suatu waktu.

D. Tidak pernah ada episode depresif berat selama 2 tahun pertama

gangguannya (1 tahun untuk anak dan remaja) tidak dalam bentuk

9

Page 10: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

gangguan depresi berat kronis ataupun gangguan depresi berat dalam

remisi partial. Catatan: mungkin terdapat episode depresi mayor

sebelumnya asalkan terdapat remisi lengkap (tidak ada tanda atau

gejala bermakna selama 2 bulan) sebelum perkembangan gangguan

distimik. Selain hal tersebut, setelah 2 tahun sejak awal terjadinya

gangguan distimik (1 tahun pada anak dan remaja) dapat saja timbul

episode gangguan depresi berat timpang tindih pada distimik, maka

kedua diagnosis dapat ditegakkan asalkan memenuhi kriteria untuk

episode depresi mayor.

E. Tidak pernah terdapat episode manik, episode campuran atau episode

hipomanik, dan tidak pernah memenuhi criteria untuk gangguan

siklotimik.

F. Gangguan tidak terjadi bersamaan dengan gangguan psikotik kronis,

seperti skizofrenia atau gangguan waham.

G. Gejala bukan merupakan efek fisiologis langsung dari suatu zat

(missal obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi

medis umum (missal hipotiroidisme)

H. Gejala menyebabkan penderita bermakna secara klinis atau gangguan

dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Juga disebutkan bila:

Onset awal : jika onset sebelum usia 21 tahun

Onset lambat : jika onset pada usia 21 tahun atau lebih

Untuk 2 tahun terakhir gangguan distimik dengan ciri atipikal

Gambaran gangguan distimik tumpang tindih dengan gambaran gangguan

depresif berat tetapi berbeda yaitu gejalanya cenderung melebihi tandanya (lebih

merupakan depresi subyektif daripada obyektif). Hal ini berarti gangguan nafsu

makan dan libido tidak khas, dan agitasi atau retardasi psikomotor tidak terlihat.

10

Page 11: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

Semua ini diartikan depresi dengan simtomatologi yang dilemahkan. Meskipun

demikian, ciri anhedonia secara khas memburuk dipagi hari. Karena pasien secara

klinis sering menunjukan fluktuasi saat dan di luar depresi berat, inti kriteria

DSM-V gangguan distimik cenderung menekankan pada disfungsi vegetatif,

sedangkan kriteria B alternatif gangguan distimik pada lampiran DSM-V

memeasukkan gejala kognitif.3

Riset alternatif krietria B DSM-V untuk gangguan distimik:

B. Ketika depresi, terdapat tiga (atau lebih) hal berikut:

1) Harga diri atau percaya diri yang rendah, atau rasa tidak adekuat.

2) Rasa pesimis, hilang harapan, atau putus asa.

3) Hilang minat atau kesenangan menyeluruh.

4) Penarikan diri dari sosial.

5) Letih atau lelah kronis.

6) Rasa bersalah, terus-menerus memikirkan masa lalu.

7) Rasa iritabilitas atau marah berlebihan yang subyektif.

8) Aktivitas, efektivitas atau produktivitas berkurang.

9) Sulit berpikir, dicerminkan dengan konsentrasi buruk, memori buruk atau

keragu-raguan.

Berdasarkan Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia

III (PPDGJ-III):

F34.1 Distimia

Pedoman Diagnostik

Ciri esensial ialah depresi suasana perasaan (mood) yang berlangsung

sangat lama yang tak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk

memenuhi criteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang ( F33.0

atau F33.1)

Biasanya mulai dini dalam masa kehidupan dewasa dan berlangsung

sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu

11

Page 12: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

yang tidak terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini

sering kali merupakan kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32)

dan berhubungan dengan masa berkabung atau stress nyata lainnya.4

2.1.6 Tanda dan Gejala

Depresi menimbulkan perubahan dalam pikiran, perasaan perilaku dan

kesehatan fisik.1

a) Perubahan dalam pikiran :

Sulit berkonsentrasi dan membuat keputusan. Beberapa orang mengeluh

masalah dengan ingatan jangka pendek, lupa berbagai hal sepanjang waktu.

Pikiran negative,pesimis, rendah diri, rasa bersalah, kritik diri.1

b) Perubahan dalam perasaan:

Kebanyakan merasa sedih tanpa alasan yang jelas, tidak dapat menikmati

aktivitas yang menyenangkan. Motivasi menurun sampai apati, merasa lamban

dan mudah lelah,sulit mengontrol amarah. Sering gangguan distimik

menunjukkan ketidakmampuan dan ketidakberdayaan.1

c) Perubahan dalam perilaku.

Pasien terlihat apati. Hal ini sejalan dengan perasaanya. Mereka merasa

tidak nyaman berhubungan dengan orang lain, hal ini umumnya menimbulkan

penarikan diri dari pergaulan sosial. Ada perubahan selera makan, dalam bentuk

meningkat atau menurun. Akibat kesedihan berjalan kronik, timbul menangis

secara berlebihan. Mereka sering marah dalam ekspresi kekerasan. Dorongan

seksual menurun, dalam bentuk aktivitas seks yang berkurang.1

d) Perubahan dalam kesehatan fisik.

Perasaan emosi yang negative sejalan dengan perasaan fisik yang negative.

Timbul kelelahan kronik sehingga banyak waktu yang disia-siakan dan banyak

12

Page 13: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

tidur. Beberapa orang banyak mengalami sulit tidur. Mereka juga mengeluh

banyak sakit dan nyeri. Timbulnya keluhan fisik berdampak pasien sering

membolos. Pada gangguan distimia, beberapa gejala ada sepanjang waktu dapat

sampai 2 tahun. Tidak semua gejala-gejala ini harus ditemukan semua.

Pada pasien dengan gangguan distimik tidak ditemukan adanya gejala

psikotik. Pasien dengan gangguan distimia memiliki gejala yang mirip dengan

gangguan depresi mayor namun lebih banyak bersifat subjektif. Oleh karena itu,

gangguan pada libido dan nafsu tidak karakteristik, dan psikomotor yang retardasi

atau agitasi tidak teramati. Namun gejala-gejala endogenik sepeti letargi,inersia

dan anhedonia seringkali dapat diamati terutama pagi hari.1

Gangguan distimik seringkali dialami oleh pasien yang menderita

gangguan fisik yang kronik terutama pada orang usia lanjut.

Niculescu dan Akisal mengemukakan 2 subtipe gangguan distimik:

1. Distimik anksietas dengan gejala berupa rasa rendah diri, kegelisahan yang

tidak berarah dan sensitif terhadap penolakan dalam berelasi dengan orang

lain. Pasien subtipe ini cenderung untuk mencari pertolongan.

2. Distimik anergik dengan gejala energi yang rendah, hipersomnia dan

ahedonia.

Subtipe ini berespon lebih baik dengan antidepresan yang dapat

meningkatakan dopamin dan norepinefrin.1

2.1.7 Pemeriksaan Status Mental

Pada pemeriksaan status mental menyerupai status mental yang ditemui

pada pasien dengan gangguan depresi.

Pembicaraan yang terbata-bata dengan volume suara yang pelan. Mood

yang turun sesuai dengan afek. Pasien juga memperlihatkan kontak mata dan

ekspresi wajah yang terbatas. Pada pemeriksaan status mental perlu dievaluasi

mengenai ide bunuh diri.1

13

Page 14: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

2.1.8 Pemeriksaan Fisik

Tidak ada yang patognomik untuk gangguan distimik namun dapat ditemukan:

Adanya peningkatan atau penurunan berat badan (BB) yang bermakna

Temperatur tubuh yang menurun, reflek yang lambat dan gejala lain untuk

hipotiroid. Untuk hal ini dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan hormon

tiroid.1

2.1.9 Diagnosis Banding

1. Gangguan depresif ringan

Gangguan depresi ringan ditandai dengan episode gejala depresif

yang lebih ringan daripada gejala yang ditemukan pada depresif berat.

Perbedaannya adalah sifat episodik gejala gangguan depresif ringan.

Antara episode, pasien gangguan depresif ringan memiliki mood eutimik,

sedangkan pasien gangguan distimik tidak memiliki gangguan periode

eutimik.3

2. Gangguan depresif singkat berulang

Gangguan depresif singkat berulang ditandai dengan periode

singkat

(< 2 minggu) timbulnya episode depresif. Pasien dengan gangguan ini

memenuhi kriteria dignostik gangguan depresif berat jika episodenya

bertahan lebih lama. Perbedaannya: pasien gangguan depresif singkat

berulang memiliki gangguan episodik dan keparahan gejalanya lebih

berat.3

3. Depresi ganda

Sekitar 40% pasien dengan depresif berat juga memuhi kriteria gangguan

distimik, suatu kombinasi yang sering disebut depresi ganda.3

14

Page 15: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

4. Penyalahgunaan alkohol dan zat

Pasien dengan gangguan distimik cenderung membentuk metode koping

untuk kedaan depresi kronisnya. Sehingga mereka cenderung

menggunakan alkohol atau stimulan seperti kokain.3

2.1.10 Penatalaksanaan

Kombinasi farmakoterapi dan terapi kognitif maupun perilaku mungkin

merupakan pengobatan yang paling efektif untuk gangguan.

1) Terapi Kognitif

Terapi Kognitif adalah suatu teknik dimana pasien diajarkan cara berpikir

dan berkelakukan yang baru untuk manggantikan sikap negatif yang salah

terhadap dirinya sendiri, dunia dan masa depan. Terapi ini merupakan program

terapi jangka pendek yang diarahkan pada masalah saat ini dan pemecahannya.3

2) Terapi perilaku

Terapi perilaku untuk gangguan depresif didasarkan pada teori bahwa

depresi disebabkan oleh hilangnya pendorong positif sebagai akibat perpisahan,

kematian, atau perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Berbagai metode pengobatan

berpusat pada tujuan spesifik untuk meningkatkan aktivitas, untuk mendapatkan

pengalaman menyenangkan dan untuk mengajarkan pasien bagaimana cara

bersantai. Mengganti perilaku pribadi pasien terdepresi dipercaya merupakan cara

paling efektif untuk mengubah pikiran dan perasaan depresi yang menyertai.

Terapi ini seringkali digunakan untuk mengobati keputusasaan yang dipelajari

pada beberapa pasien yang tampaknya menghadapi setiap tantangan kehidupan

dengan rasa ketidakmampuan.3

15

Page 16: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

3) Psikoterapi berorientasi tilikan (Psikoanalitik)

Pendekatan psikoterapeutik berusaha untuk menghubungkan

perkembangan dan pemeliharaan gejala depresif dan ciri kepribadian maladaptif

dengan konflik yang tidak terpecahkan pada masa anak-anak awal. Tilikan ke

dalam ekivalen depresi (seperti penyalahgunaan zat) atau ke dalam kekecewaan

masa anak-anak sebagai pendahulu terhadap depresi dewasa dapat digali melalui

terapi. Hubungan sekarang yang ambivalen dengan orang tua, teman, dan orang

lain di dalam kehidupan pasien sekarng ini diperiksa.

Gangguan distimik melibatkan suatu keadaan depresi kronis yang menjadi

cara hidup orang tertentu. Mereka secara sadar mengalami dirinya sendiri berada

di dalam belas kasihan dari objek internal yang menyengsarakan yang tidak henti-

hentinya menyiksa mereka.3

4) Terapi interpersonal

Di dalam terapi interpersonal untuk gangguan distimik, pengalaman

interpersonal pasien sekarang ini dan cara mereka mengatasi stres dinilai untuk

menurunkan gejala depresif dan menigkatkan harga diri. Terapi interpersonal

terdiri kira-kira 12-16 sesi mingguan dan dapat dikombinasi dengan medikasi

antidepresan.3

5) Terapi Keluarga dan Kelompok

Terapi keluarga dapat membantu pasien dan keluarganya untuk

menghadapi gejala gangguan, khususnya jika sindrom subafektif yang didasarkan

secara biologis tampaknya akan timbul. Terapi kelompok dapat membantu pasien

yang menarik diri untuk mempelajari cara baru mengatasi masalah

interpersonalnya di dalam situasi sosial.3,5

Farmakoterapi.Antidepresan dibutuhkan untuk mengatasi gangguan

vegetatif yang sering dialami oleh penderita distimik, seperti gangguan tidur, rasa

16

Page 17: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

lelah, anhedonia dan rasa nyeri.5 Respon pengobatan dengan antidepresan sebesar

55 persen. Dari beberapa pelaporan diperoleh bahwa SSRI, tricyclic antidepresant

dan monoamine oksidase inhibitor sama efektif, tetapi diantara obat tersebut SSRI

yang dapat ditoleransi lebih baik. Setelah pasien mengalami perbaikan gejala

dengan menggunakan antidepresan maka ia dapat menggunakan modalitas terapi

lainnya dengan lebih baik. Penggunaan antidepresan harus memperhatikan efek

samping yang ditimbulkan karena obat digunakan dalam jangka panjang. Pasien

usia lanjut dan anak dengan riwayat gangguan perhatian dapat diberikan

psikostimulan seperti amfetamin dan metilfenidat. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan antidepresan adalah:

Efek samping yang harus dihindari oleh individu tersebut.

Individu memiliki riwayat penggunaan antidepresan sebelumnya.

Apabila obat tersebut memiliki efektivitas yang baik bagi anggota

keluarga lainnya yang memiliki gejala yang sama.

Penggunaan antidepresan harus berhati-hati untuk pasien dengan

gangguan distimik dengan komorbiditas gangguan kecemasan, karena dosis awal

yang terlalu tinggi atau peningkatan dosis yang terlalu cepat akan memberikan

efek samping yang akan mempengaruhi kepatuhan dalam berobat.1

Antidepresan golongan SSRI yang seringkali diberikan adalah fluoxetin

dengan dosis awal 20 mg(untuk dewasa), sekali sehari pada pagi hari. Dosis dapat

ditingkatkan secara perlahan dalam beberapa minggu sebesar 20 mg dengan dosis

maksimal 80 mg perhari. Selain fluoxetin, dapat diberikan sertralin dengan dosis

awal 50 mg (untuk dewasa) sekali sehari pada pagi hari, dan dosis dapat

ditingkatkan dalam beberapa minggu sebesar 50 mg, dengan dosis maksimal 200

mg perhari. Antidepresan diberikan dengan waktu yang tidak terbatas, namun

dosis dapat diturunkan sesuai dengan evaluasi perbaikan gejala. Namun obat tidak

boleh diturunkan terlebih dahulu sampai 6 bulan setelah gejala membaik.1

17

Page 18: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

Selain psikoterapi dan farmakoterapi kegiatan olahraga juga dapat

memperbaiki gejala. Pasien disarankan berolahraga sebanyak 3-4 kali dalam

seminggu. Olahraga yang digunakan adalah bersifat aerobik.1

2.1.11 Tindak Lanjut

Pasien harus diperiksa secara lanjutan untuk mengevaluasi apakah ada

pikiran dan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Apabila hal tersebut ditemukan maka pasien sebaiknya menjalani rawat inap,

Pada pasien rawat jalan harus dievaluasi:

Perlunya edukasi bagi pasien bahwa obat harus dilanjutkan selama 6 bulan

sebelum dosis diturunkan.

Oleh karena penggunaan antidepresan dalam jangka panjang maka

dievaluasi efektivitasnya. Apabila efektivitasnya kurang maka obat diganti

dengan golongan lainnya.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah gangguan depresi mayor dan bipolar.

Komplikasi lainnya adalah kecenderungan untuk bunuh diri dan mortalitas

akibat gangguan fisik yang menyertainya.1

2.1.12 Prognosis

Prognosisnya bervariasi. Prediksi kedepan tentang prognosis gangguan

distimia dengan adanya tatalaksana obat antidepresan yang baru seperti

fluoxetine, bupropion dan terapi kognitif dan perilaku akan memperlihatkan hasil

yang baik pada prognosis gangguan distimik. Data yang lama menunjukan antara

10-15 persen pasien gangguan distimik dalam kondisi remisi setelah didiagnosis.

Sekitar 25 persen dari gangguan distimia tidak mencapai pemulihan lengkap.

Edukasi yang baik terhadap pasien dan keluarga dapat meningkatkan prognosis

yang baik. Keluarga dikenalkan pada gangguan yang dialami pasien dan gejala

awal bila pasien mengalami kekambuhan serta gejala yang dapat membahayakan

diri sendiri dan orang lain.1

18

Page 19: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

BAB III

KESIMPULAN

Gangguan distimik adalah gangguan mood yang terdepresi,

dikarakteristikan dengan perjalanan penyakit yang kronik dengan onset yang tiba-

tiba. Gangguan distimik harus dibedakan dengan gangguan depresi kronik, karena

pada gangguan distimik tidak pernah ditemukan episode gangguan depresi mayor.

Pasien dengan distimia sering memiliki pandangan yang suram atau

negative dalam hidupnya dengan perasaan ketidakmampuan dalam dirinya.

Berdasarkan defenisinya, kondisi ini telah berlangsung sekurang-kurangnya 2

tahun pada dewasa dan 1 tahun pada anak-anak dan remaja.

Gejala klinis dari distimia diikuti :

a) Berfikiran negatif, pesimistik dan berpandangan suram.

b) Mood terdepresi

c) Gelisah

d) Cemas

e) Gejala Neurovegetative seperti tidur terganggu dan perubahan nafsu

makan,letargi, biasanya kurang ditandai daripada yang terlihat

dalam episode depresi mayor.

f) Anhedonia

Distimia kemungkinan lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-

laki. Gangguan distimia dapat diterapi dengan antidepresan dan kombinasi dengan

psikoterapi akan memberikan prognosis yang baik.

Daftar Pustaka

19

Page 20: 288495545 Refrat Gangguan Distimia

1. Ismail R.Irawati, Siste Kristina. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta; Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia: 2010. h. 223-9.

2. Tomb David M.D. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta; Penerbit Buku

Kedokteran EGC: 2004. h. 52.

3. Kaplan Harold IMD, Sadock Benjamin JMD, Grebb Jack AMD. Jilid I.

Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta;

Penerbit Binarupa Aksara: 2010. h. 855-60.

4. Maslim, Rusdi. Diagnosis gangguan jiwa: rujukan ringkas PPDGJ-III. Cetakan

1. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2001. h. 68.

5. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson: gangguan distimik.

Edisi 15. Jakarta: EGC; 2005.h.107.

20