221152078 batuk darah dr taufik ppgd 17
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
Penatalaksanaan Hemoptisis
TAUFIK, Dr, SpPRSUD Bekasi
Pendahuluan• Merupakan suatu gejala atau tanda dari
suatu penyakit (infeksi, neoplasma,trauma,benda asing, gangguan vascular, dll)
• Yang paling sering membuat pasien atau keluarga mencari pertolongan medis.
• Memerlukan pengawasan medik, karena dapat menjadi fatal (hemoptisis masif)
• Prinsipnya menjaga agar tidak terjadi asfiksia, menghentikan perdarahan, tatalaksana lanjut, tergantung etiologi, dan sumber perdarahan.
Definisi• Hemoptisis adalah ekspektorasi darah atau
dahak bercampur darah yang berasal dari saluran napas dibawah laring
• Antara 200-1000 mL/24 jam (masif), ≥600 mL/24 jam
• Busroh 1978 RS Persahabatan (masif)1.batuk darah sedikitnya 600 ml/24 jam2.batuk darah <600 ml/24 jam, >250
ml/24 jam, Hb<10 gram%, perdarahan masih berlangsung
3. batuk darah <600ml/24 jam, >250ml/24 jam,Hb.10gr%, masih berlangsung dalam 48 jam.
Anatomi Vascularisasi
• A. Pulmoner mengatur pertukaran gas
• Sistolik 15-20 mmHg, diastolik 5-10 mmHg
• Berjalan sepanjang bronkus • Mendarahi bronkiolus terminalis dan
cabang-cabang alveolus• Arteri Pulmonalis membawa darah
dari ventrikel kanan menuju kapiler paru dan ke vena pulmonalis kembali ke atrium kiri
• A. Bronkial pemberi nutrisi paru dan sal.napas
• Berperanan penting dalam patofisiologi hemoptisis (sirkulasi memperdarahi sebagian besar jalan napas)
• Hemoptisis dapat berasal dari kedua sistem tersebut
• Mengancam kematian (asfiksia, hipovolemik)
Etiologi
• Penyebab umum:- tuberkulosis- bekas TB- bronkiektasis- pneumonia bakterial- bronkitis- jamur paru
• Penyebab lain/ jarang:- abses paru- karsinoma paru/ metastasis - penyakit paru kerja- trauma- penyakit vascular sistemik- akibat pengaruh obat
Epidemiologi
• AS 1930-1960 TB paru dan bronkietaksis
• Smiddy dan Elliot 1971-72, bronkitis kronik, bronkietaksis, Ca paru.
• Santiago dkk 1974-81, Ca paru dan bronkitis
• Negara berkembang (Kralingen dkk) TB paru, bekas TB, pneumonia, bronkitis
• RS Persahabatan Jakarta 1999 (Retno dkk), TB paru, bronkietaksis, Ca paru.
Patogenesis• Tuberkulosis, rusaknya parenkim paru
dan pembuluh darah, sehingga terjadi hipervaskularisasi, pelebaran pembuluh darah, dan anastomosis sirkulasi bronkial dan pulmoner
• Kavitas terjadi ulserasi bronkus disertai nekrosis pembuluh darah sekitar alveoli distal, pecahnya pembuluh darah tersebut mengakibatkan hemoptisis.
• Ruptur aneurisma Rassmussen.• Pada bekas TB terjadi erosi lesi kalsifikasi
a.bronkial
• Bronkiektasisdestruksi tulang rawan dinding bronkus atau penarikan oleh fibrosis alveolar (vascular bed)
• Jamur ParuKerusakan parenkim dan struktur vaskuler sehingga menimbulkan infark paru dan perdarahan
• Abses ParuProses nekrosis parenkim dan pembuluh darah.
• NeoplasmaProses nekrosis dan inflamasi pada jaringan tumor
• Hemoptisis iatrogenikTindakan bronkoskopi, biopsi transtorakal, pemasangan kateter Swan-Ganz, terapi laser.
• Stenosis Mitralpeningkatan tek. Atrium kiri dilatasi pleksus sub-mukosa vena bronkial (varises)untuk mengakomodasi peningkatan aliran darah. Jika batuk ,infeksi, peningkatan volume intravaskuler hemoptisis
• Penyakit autoimunantibasement membrane antibody (ABMA), penyakit glomerulonefritis progresif, penyakit vascular kolagen, umumnya perdarahan alveolar
• Fibrosis Kistiksistem a.bronkial mengalami hipervaskularisasi dan anastomosis bronkopulmoner. Jika ada hipertensi pulmoner hemoptisis
DIAGNOSIS
• Dari saluran napas atas (epistaksis), bawah (hemoptisis), saluran cerna (hematemesis), perlu anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan sputum• Pemeriksaan laboratorium• Pemeriksaan radiologi• Bronkoskopi• Pemeriksaan penunjang lain
Penatalaksanaan
• Batuk Darah Non MasifMonitor airway, breathing dan sirkulasi serta pengobatan etiologi
• Batuk Darah MasifMenjaga jalan nafasStabilisasi penderitaMemberi terapi Monitor ketat di HCU/ICU
Langkah 1: Menjaga jalan napas dan stabilisasi penderita- Menenangkan dan mengistirahatkan
penederita agar tidak takut membatukkan darah (penderita duduk ,instruksi cara batuk yang benar)
- Menjaga jalan napas tetap terbukaPengisapan jika ada sumbatanPemberian oksigen
- Resusitasi cairan (kristaloid atau koloid)- Transfusi darah
- Laksan utk menghindari mengedan- Hindari manipulasi dinding dada
berlebihan- Posisi penderita (trendelenberg ringan)
dan miring kesisi yang sakit- Pasang ETT jika terjadi perburukkan- Antitusif ringan
Langkah 2 : Mencari sumber dan penyebab perdarahan
- Radiologi - Angiografi- Bronkoskopi
Langkah 3 : Pemberian terapi spesifik
1. Bronkoskopi terapeutik- Bilas dengan NaCL 0,9 % dingin- Obat topikal (epinefrin) konsentrasi
1:20.000 ? - Tamponade endobronkial (ballon
tamponade catheter) mencegah aspirasi ke paru yang sehat
- Fotokoagulasi laser (Nd-YAG Laser)
2. Terapi Non Bronkoskopi - Vasopresin iV 0,2 – 0,4 unit/menit - Asam traneksamat (aktivasi plasminogen) - Kortikosteroid (perdarahan alveolar penyakit
autoimun) - Hormon (GnRH) pada hemoptisis
katamenial
- Pemberian OAT, anti jamur, antibiotik- Radioterapi (mengurangi
pembengkakan dan induksi nekrosis sumber perdarahan)
3. Embolisasi arteri bronkialis dan pulmoner4. Bedah reseksi parsial dengan (VATS)
PROGNOSIS
- Umumnya baik- Keberhasilan (berhentinya
perdarahan, tidak berulang)
Kesimpulan
1. Perlu penatalaksanan dan pengawasan yang adekuat
2. Hemoptisis masif rawat di RS3. Indonesia (infeksi yang
terbanyak)