14520171 - repo.apmd.ac.id

134
SKRIPSI MANAJEMEN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta) Disusun Oleh : TEOFILUS HAGlE 14520171 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN STRATA 1 SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA "APMD" YOGYAKARTA 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 14520171 - repo.apmd.ac.id

SKRIPSI

MANAJEMEN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR

(Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)

Disusun Oleh :

TEOFILUS HAGlE

14520171

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN STRATA 1

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA "APMD"

YOGYAKARTA

2019

Page 2: 14520171 - repo.apmd.ac.id

MANAJEMEN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR DI DESA GIRlKERTO, KECAMATAN TURI, KABUPATEN

SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S-l)

Pada Program Studi llmu Pemerintahan

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" Yogyakarta

14520171llP

Program Studi IImu Pemerintahan Strata I

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD"

Yogyakarta

2019

Page 3: 14520171 - repo.apmd.ac.id

HALAMANPENGESAHAN

Skripsi jui telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji W1tuk memenuhi persyaratan memperoJch gelar Sarjana (S1) Pr gram Umu Pemerintaban pada Sekolah Tinggj Pembangunan Ma 'yarakat Desa "APMD" Yogyakarta pada:

Hari Tanggal Pukul Tempat

NAMA

: Selasa : 30 Juli 2019 : 09.00 WlB : Ruang M. Soetopo

Ora. Ii Utallli, M.Si, PengujiIPembimbjrrg

TIM PENG 11

ANDATAN AN

M.engetahui,

Ketua Prodi TImu Pemerintahan

ii

Page 4: 14520171 - repo.apmd.ac.id

MOTTO

DALAM NAMABAPA DAN PUTERA DAN ROH KUDUSAMIN.

-GOD ALWAYS LISTENING ALWAYS UNDERSTANDING-

-SERAHKANLAH PERBUATANMU KEPADA TUHAN, MAKATERLAKSANALAHSEGALARENCANAMU-

AMSAL 16:3

iii

Page 5: 14520171 - repo.apmd.ac.id

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya I1miah Ini Aku Persembahkan Untuk :

1. Kedua orang tllaku tereinta, Mami dan Almarhum Papi ku yang mengalirkan darah daging

nya ke jiwa dan raga ku, yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk ku, yang einta dan

kasih nya tidak berkesudahan.

2. Tuhan Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus.

3. Saudara-saudari ku. Kak Dona, Bang Maxie, Kak Kiki yang tereinta dan tersayang. Yang

membesarkan, merawat, mendidik dan menjaga adik bungsu nya ini, yang selalu mendukung

seluruh kegiatan positifbaik dalam akademis maupun non akademis.

4. Kepada kedua abang ipar ku. Bang Hendro dan Bang Leydin yang tereinta dan tersayang.

Walaupun kita tak sedarah tetapi kalian selalu mendukung dan manjaga ku dalam hal apapun.

5. Untuk keponakan-keponakan ku yang lueu. Revo, Rava, Aeril, Cleyrin yang selalu

memberikan semangat untuk segera menyeJesaikan skripsi ini.

6. Ternan pertama ku di Yogyakarta. Yoel, Sidiq dan Thungkris yang mau menampung ku saat

pertama kaJi menginjak kan kaki di Yogyakarta.

7. Seluruh keluarga besar Sabinus PaJil dan Linggie

8. Sahabat-sahabat nongkrong ku di The Point Coffee and Drama Yogyakarta yang tidak dapat

aku sebutkan satu persatu.

9. Teman-teman kontrakan Gowok.

10. Ternan-ternan KKN ku yang tereinta. Bang Riko, Samuel, Densi, Almarhum Iva, Vero, Ami

dan Matilda.

11. Ikatan Keluarga Besar Kabupaten Sanggau Y ogyakarta dan Sanggar Bukonk Betaja

yang sudah mengajarkan ku berorganisasi dan berseni.

12. Ternan-ternan kontrakan Nologaten yang selalu mensupport ku dalam mengerjakan skripsi

ini.

13. Ternan-ternan ku di Desa tereinta Lape.

14. Partner ku selama kurang lebih 2 Tahun ini sampai selesainya skripsi ku, Kiki Monika.

IS. Ternan-ternan praktikum ku. Deo, Apreda, Bella, Randi, Eva, Tio, Herlina.

16. Dhealieious yang membantu mengerjakan skripsi ini.

17. Kampus STPMD "APMD" Yogyakarta.

18. Keluarga besar Bapak Sunasip, Kepala Padukuhan Sendang dan seluruh masyarakat

Padukllhan Sendang.

iv

Page 6: 14520171 - repo.apmd.ac.id

LEMBARPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana

merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya menyatakan bersedia

menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi lainnya

sesuai peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam

skripsi ini.

Yogyakarta, 30 Juli 2019

14520171

Page 7: 14520171 - repo.apmd.ac.id

KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang

dilimpahkan-Nya sehingga pada akhimya pemilis dapat mel1yelesaikan skripsi ini tanpa ada kendaia dan halangan dengan judul "Manajemen Pemerintab Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa

Y ogyakarta."

Penulisan skripsi ini dimaksud untuk memenuhi kewajiban dan tanggung jawab akademi, untuk mendapat gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

"APMD" Y ogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, dukungan baik secara moril dan spiritual dari semua pihak sangat membantu sekali. Oleh karena itu, penulis inign mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si Selaku Ketua STPMD "APMD" Yogyakarta 2. Bapak Drs. Triyanto Pumomo Raharjo, BE., M.Si Selaku Ketua Prodi Ilmu

Pemerintahan STPMD "APMD" Yogyakarta 3. Dra. Sri Utami, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan baik dan sabar dalam

membimbing, memberi saran - saran selama penulisan skripsi ini. 4. Ibu Ir. Nelly Tiurmida, MPA selaku dosen wali saya 5. Bapak/Ibu Dosen pengajar di Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD "APMD"

Yogyakatia 6. Seluruh Staf dan Karyawan STPMD "APMD" Y ogyakarta 7. Bapak Sumaryanta S.H selaku Kepala Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Y ogyakarta 8. Bapak Krisna Cahyana S.H selaku Sekretaris Desa Girikerto, Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Y ogyakarta 9. Bapak Juliantara selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Girikerto, Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Y ogyakarta 10. Bapak Samirin selaku Kepala Urusan Perencanaan Desa Girikerto, Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Y ogyakarta 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Demikian penulisan skripsi ini . Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan

dan kekurangan dalam penulisan, maka penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun.

Yogyakarta, 22 Juli 2019

Teofilus Hagie

v

Page 8: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 9: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 10: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 11: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 12: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 13: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 14: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 15: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 16: 14520171 - repo.apmd.ac.id
Page 17: 14520171 - repo.apmd.ac.id

i

HALAMAN JUDUL

MANAJEMEN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR DI DESA GIRIKERTO, KECAMATAN TURI, KABUPATEN

SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun Sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S-1)

Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta

Disusun Oleh :

TEOFILUS HAGIE

14520171/IP

Program Studi Ilmu Pemerintahan Strata I

Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakarta

2019

Page 18: 14520171 - repo.apmd.ac.id

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana (S1) Program Ilmu Pemerintahan pada Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 30 Juli 2019

Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Ruang M. Soetopo

TIM PENGUJI

NAMA TANDA TANGAN

Dra. Sri Utami, M.Si .............................................

Penguji/Pembimbing

Ir. Nelly Tiurmida, MPA .............................................

Penguji Samping 1

Dra. B Hari Saptaning Tyas, M.S .............................................

Penguji Samping 2

Mengetahui,

Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan

Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE., M.Si

Page 19: 14520171 - repo.apmd.ac.id

iii

MOTTO

DALAM NAMA BAPA DAN PUTERA DAN ROH

KUDUS AMIN.

~GOD ALWAYS LISTENING ALWAYS

UNDERSTANDING~

~Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN,

maka terlaksanalah segala rencanamu~

Amsal 16:3

Page 20: 14520171 - repo.apmd.ac.id

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah Ini Aku Persembahkan Untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Mami dan Almarhum Papi ku yang mengalirkan darah daging nya

ke jiwa dan raga ku, yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk ku, yang cinta dan kasih nya

tidak berkesudahan.

2. Tuhan Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus.

3. Saudara-saudari ku. Kak Dona, Bang Maxie, Kak Kiki yang tercinta dan tersayang. Yang

membesarkan, merawat, mendidik dan menjaga adik bungsu nya ini, yang selalu mendukung

seluruh kegiatan positif baik dalam akademis maupun non akademis.

4. Kepada kedua abang ipar ku. Bang Hendro dan Bang Leydin yang tercinta dan tersayang.

Walaupun kita tak sedarah tetapi kalian selalu mendukung dan manjaga ku dalam hal apapun.

5. Untuk keponakan-keponakan ku yang lucu. Revo, Rava, Aeril, Cleyrin yang selalu memberikan

semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman pertama ku di Yogyakarta. Yoel, Sidiq dan Thungkris yang mau menampung ku saat

pertama kali menginjak kan kaki di Yogyakarta.

7. Seluruh keluarga besar Sabinus Palil dan Linggie

8. Sahabat-sahabat nongkrong ku di The Point Coffee and Drama Yogyakarta yang tidak dapat

aku sebutkan satu persatu.

9. Teman-teman kontrakan Gowok.

10. Teman-teman KKN ku yang tercinta. Bang Riko, Samuel, Densi, Almarhum Iva, Vero, Ami

dan Matilda.

11. Ikatan Keluarga Besar Kabupaten Sanggau Yogyakarta dan Sanggar Bukonk Betaja

yang sudah mengajarkan ku berorganisasi dan berseni.

12. Teman-teman kontrakan Nologaten yang selalu mensupport ku dalam mengerjakan skripsi ini.

13. Teman-teman ku di Desa tercinta Lape.

14. Partner ku selama kurang lebih 2 Tahun ini sampai selesainya skripsi ku, Kiki Monika.

15. Teman-teman praktikum ku. Deo, Apreda, Bella, Randi, Eva, Tio, Herlina.

16. Dhealicious yang membantu mengerjakan skripsi ini.

17. Kampus STPMD “APMD” Yogyakarta.

18. Keluarga besar Bapak Sunasip, Kepala Padukuhan Sendang dan seluruh masyarakat Padukuhan

Sendang.

Page 21: 14520171 - repo.apmd.ac.id

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang

dilimpahkan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ada

kendala dan halangan dengan judul “Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pembangunan

Infrastruktur Di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta.”

Penulisan skripsi ini dimaksud untuk memenuhi kewajiban dan tanggung jawab

akademi, untuk mendapat gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa

“APMD” Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, dukungan baik secara moril dan spiritual dari semua pihak

sangat membantu sekali. Oleh karena itu, penulis inign mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si Selaku Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta

2. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE., M.Si Selaku Ketua Prodi Ilmu

Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta

3. Dra. Sri Utami, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan baik dan sabar dalam

membimbing, memberi saran – saran selama penulisan skripsi ini.

4. Ibu Ir. Nelly Tiurmida, MPA selaku dosen wali saya

5. Bapak/Ibu Dosen pengajar di Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD”

Yogyakarta

6. Seluruh Staf dan Karyawan STPMD “APMD” Yogyakarta

7. Bapak Sumaryanta S.H selaku Kepala Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

8. Bapak Krisna Cahyana S.H selaku Sekretaris Desa Girikerto, Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

9. Bapak Juliantara selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Girikerto, Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

10. Bapak Samirin selaku Kepala Urusan Perencanaan Desa Girikerto, Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Demikian penulisan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan

dan kekurangan dalam penulisan, maka penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang

membangun.

Yogyakarta, 22 Juli 2019

Penulis,

Teofilus Hagie

Page 22: 14520171 - repo.apmd.ac.id

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................................... ii

MOTTO ................................................................................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. viii

DAFTAR GRAFIK .............................................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. x

INTISARI ............................................................................................................................................. xi

BAB I ...................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian .................................................................................................................... 10

E. Kerangka Teori ......................................................................................................................... 11

1. Manajemen ............................................................................................................................ 11

2. Pemerintah Desa ................................................................................................................... 18

3. Pembangunan Infrastruktur ................................................................................................... 27

F. Ruang Lingkup .......................................................................................................................... 30

G. Metode Penelitian ................................................................................................................. 31

1. Jenis Penelitian ...................................................................................................................... 31

2. Unit Analisis ......................................................................................................................... 31

3. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................................... 34

4. Teknik Analisis Data ............................................................................................................. 36

BAB II .................................................................................................................................................. 39

PROFIL DESA .................................................................................................................................... 39

A. Sejarah Desa Girikerto .............................................................................................................. 39

B. Gambaran Umum Desa Girikerto ............................................................................................. 39

1. Kondisi Umum ...................................................................................................................... 39

2. Kondisi Geografis ................................................................................................................. 41

3. Kondisi Demografis .............................................................................................................. 50

Page 23: 14520171 - repo.apmd.ac.id

vii

4. Kondisi Pendidikan ............................................................................................................... 52

5. Sarana Dan Prasarana............................................................................................................ 53

6. Kondisi Budaya ..................................................................................................................... 58

7. Kondisi Kesehatan ................................................................................................................ 59

8. Kondisi Keamanan dan Ketertiban ....................................................................................... 60

9. Kondisi Partisipasi Masyarakat ............................................................................................. 61

10. Penyelenggaraan Pemerintah Desa ................................................................................... 62

11. Lembaga Pemerintahan ..................................................................................................... 65

BAB III ................................................................................................................................................. 71

ANALISIS DATA ............................................................................................................................... 71

A. Pembahasan ............................................................................................................................... 71

1. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Infrastruktur .................. 71

2. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengorganisasian Pembangunan Infrastruktur .......... 79

3. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur .................. 85

4. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengawasan Pembangunan Infrastruktur .................. 92

BAB IV ................................................................................................................................................. 99

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................................... 99

A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 99

B. SARAN ................................................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 104

LAMPIRAN........................................................................................................................................... 0

Page 24: 14520171 - repo.apmd.ac.id

viii

DAFTAR TABEL

Tabel I. 1 Komposisi Informan Berdasarkan Pekerjaan, Jenis Kelamin, Usia, Dan Pendidikan .......... 32

Tabel II. 1 Nama-nama wilayah di Desa Girikerto ............................................................................... 44

Tabel II. 2 Luas wilayah Tanah Desa dan Tanah Sultan Ground Desa Giriketo .................................. 46

Tabel II. 3 Luas Penggunaan Tanah Warga Desa Girikerto ................................................................. 47

Tabel II. 4 Jumlah Penduduk dan KK di Desa Giriketo ....................................................................... 50

Tabel II. 5 Pendidikan Penduduk Desa Girikerto ................................................................................. 52

Tabel II. 6 Sarana dan Prasarana Desa Girikerto .................................................................................. 54

Tabel II. 7 Data Perangkat Ketertiban dan Keamanan .......................................................................... 60

Tabel II. 8 Jumlah Perangkat Desa ....................................................................................................... 66

Tabel II. 9 Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) .................................................................. 69

Page 25: 14520171 - repo.apmd.ac.id

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik II. 1 Angka Kematian Bayi di Desa Girikerto ........................................................................... 59

Grafik II. 2 Angka Harapan Hidup Tahun 2018/2019 .......................................................................... 59

Page 26: 14520171 - repo.apmd.ac.id

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Struktur Organisasi Desa Girikerto ................................................................................. 40

Gambar II. 2 Peta Administrasi Desa Girikerto .................................................................................... 42

Gambar II. 3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa .............................................................................. 67

Page 27: 14520171 - repo.apmd.ac.id

xi

INTISARI

Pembangunan menjadi landasan atas tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan warga

masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus memiliki berbagai strategi dan

kebijakan di dalam proses pembangunan. Pembangunan infrastruktur desa merupakan upaya

peningkatan kualitas hidup dan kemandirian sebagai wujud kesejahteraan masyarakat desa.

Kebijakan pembangunan yang mengutamakan partisipasi masyarakat di dalam tiap tahapannya

memiliki pengaruh besar dalam memberikan ruang kepada masyarakat untuk ikut serta dalam

meningkatkan kualitas kehidupannya. Usaha untuk mengadakan pembangunan desa yang

dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial

masyarakat desa yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga

pihak, yaitu pemerintah, swasta, dan warga desa. Dalam praktiknya, manajemen dan upaya

pemerintah (desa) masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun meningkatkan

kesadaran serta kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan Desa.

Permasalahan yang diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur

desa masih terdapat masalah dana. Bukan hanya itu, peranan pemerintah dalam membantu

proses pembangunan masih kurang sehingga manfaat dan potensi pembangunan tersebut tidak

dapat terlaksana dengan baik. Kendala yang signifikan sebagai faktor penghambat dalam

pelaksanaan pembangunan infrastruktur yaitu partisipasi pemerintah desa dalam mengelola

dan menyalurkan Dana Desa sebagai upaya pembangunan yang bermanfaat dan peran

pemerintah desa dalam penyelenggara pembangunan masih lambat. Dana Desa yang adapun

terbilang sangat kecil ditambah lagi Sumber Daya Manusia (SDM) yang lemah atau

masyarakat yang kurang respon terhadap kepentingan bersama dalam hal pembangunan dan

kurangnya program pemberdayaan masyarakat dalam urusan pembangunan. Berdasarkan Latar

Belakang Masalah tersebut maka Penulis tertarik untuk meneliti Manajemen Pemerintah Desa

Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penentuan informan

mengunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini terdiri atas Kepala

Desa, Perangkat Desa, Ketua BPD dan Masyarakat. Teknik pengumpulan data meliputi

observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif yang menggunakan langkah–langkah teknis analisis data model Miles dan Huberman

yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dari data yang didapat, baik primer maupun

sekunder, maka dapat dilihat Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur

di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan

Ruang Lingkup sebagai berikut. Pertama Perencanaan Pembangunan Infrastruktur di Desa

Girikerto di musyawarahkan melalui Musyawarah Dusun sampai yang kemudian akan dibawa

ke Musyawarah Desa dengan penentuan skala prioritas sehingga akan ada dalam RPJMDes

dan masyarakat dilibatkan dalam Perencanaan tersebut. Kedua Pengorganisasian

Pembangunan Infrastruktur di Desa Girikerto, pemerintah telah membentuk Tim Pelaksanaan

Kegiatan Pembangunan Infrastruktur (TPK), ketiga Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur

sudah ada yg terlaksana dan ada yang belum terlaksana, keempat Pengawasan Pembangunan

Infrastruktur di Desa Girikerto melibatkan banyak tim untuk mengawasi, dimulai dari tim yang

dibentuk oleh Pemerintah Desa Girikerto, tim dari Kabupaten dan dari Provinsi.

Kata Kunci : Dana Desa, Partisipasi Pemerintah Desa, SDM, Program Pemberdayaan

Masyarakat .

Page 28: 14520171 - repo.apmd.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan menjadi landasan atas tujuan dalam meningkatkan

kesejahteraan warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus

memiliki berbagai strategi dan kebijakan di dalam proses pembangunan. Di dalam

strategi dan proses penentuan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah, maka

kebijakan tersebut dapat dilihat dari sisi pelimpahan kewenangan atau urusan untuk

melaksanakan pembangunan. Terdapat dua pendekatan yang diterapkan pada

sistem kewenangan pembangunan, yaitu pendekatan sentralisasi dan pendekatan

desentralisasi. Pendekatan sentralisasi mengutamakan efisiensi artinya penentuan

arah pembangunan lebih membatasi ruang gerak daerah dan memberikan

wewenang penuh kepada pemerintah pusat, sementara itu pendekatan desentralisasi

lebih mengedepankan kemandirian daerah dalam menentukan arah pembangunan

nya sendiri daripada efisiensi. Dalam konteks kebijakan pembangunan di Indonesia

yang dilaksanakan sejak awal periode pembangunan dapat dimaknai bahwa

pendekatan ini mencoba memadukan antara orientasi efisiensi dengan keadilan dan

kemandirian daerah. Dengan demikian, maka bobot pembagian kewenangan yang

dianut merupakan kolaborasi sehingga melahirkan azas penyelenggaraan

pembangunan yang disebut dekonsentrasi dan desentralisasi.

Dalam prinsip otonomi secara luas, daerah diharapkan mampu

meningkatkan kemandirian nya dengan memperhatikan prinsip keadilan,

demokrasi, pemerataan, serta mampu memanfaatkan potensi dan keanekaragaman

Page 29: 14520171 - repo.apmd.ac.id

2

daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi secara luas ini

biasanya bertolak dari prinsip bahwa semua urusan pemerintahan pada dasarnya

menjadi urusan rumah tangga daerah kecuali yang ditentukan sebagai urusan pusat.

Oleh sebab itu, maka lahir lah regulasi dan peraturan pemerintah tentang desa yang

mengatur segala sesuatu yang dianggap urgen bagi desa. Secara administratif

negara, desa merupakan bentuk pemerintahan terkecil. Desentralisasi ini tidak

hanya terbatas pada tingkat kabupaten kota, tetapi juga desa sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwewenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul

dan adat-istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Pembangunan infrastruktur desa merupakan upaya peningkatan kualitas

hidup dan kemandirian sebagai wujud kesejahteraan masyarakat desa. Kebijakan

pembangunan yang mengutamakan partisipasi masyarakat di dalam tiap

tahapannya memiliki pengaruh besar dalam memberikan ruang kepada masyarakat

untuk ikut serta dalam meningkatkan kualitas kehidupannya. Dalam pembangunan

dikawasan pedesaan lebih dititikberatkan pada upaya pemberdayaan masyarakat

desa, yaitu upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat

dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,

kesadaran, serta memanfaatkan semberdaya melalui penetapan kebijakan, program,

kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas

kebutuhan masyarakat desa. Untuk itu, pemerintah telah menerbitkan UU tentang

Desa sebagai dasar hukum dan bentuk administratif yang mengatur segala sesuatu

Page 30: 14520171 - repo.apmd.ac.id

3

tentang desa. Desentralisasi ini tidak hanya terbatas pada tingkat kabupaten/kota

tetapi juga desa sebagai kesatuan yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.

Pemerintah daerah telah mengakui adanya kewenangan yang dimiliki oleh

desa dan kepada desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari

pemerintah ataupun pemerimtah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah

tertentu, saat ini desa dianggap sebagai basis pembangunan sekaligus penerapan

dari pembangunan yang mencirikan bottom up, dimana semua rencana dan realisasi

pembangunan harus bertumpu pada aspirasi masyarakat, dalam kondisi ini

masyarakat desalah yang menjadi sasaran dalam setiap program pemberdayaan

masyarakat, tujuannya adalah untuk memberikan kemandirian atau daya kepada

masyarakat desa agar dapat mengurus dirinya sendiri, pemerintah hanya bertindak

sebagai fasilitator dan motivator. Hal ini didorong oleh pengalaman bahwa sebagian

masyarakat desa masih hidup di bawah garis kemiskinan dan ketidakadilan,

sehingga membutuhkan pertolongan sejak dini untuk mengubah keadaan tersebut.

Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat terpuruk dan terpaksa harus

hidup dalam standar kualitas hidup yang rendah dan serba kekurangan akibatnya

kemiskinan berlangsung secara sistematis yang sering menimbulkan beragam

masalah, baik dalam segi pendidikan, pelayanan, kesehatan maupun ekonomi.

Dalam usaha pembangunan infrastruktur desa, pemerintah menghadapi kendala

tidak hanya dalam masalah pembiayaan tapi juga penolakan dari masyarakat akibat

ketidaksesuaian antara infrastruktur yang dibangun dan yang menjadi kebutuhan

mereka, maka pelibatan masyarakat merupakan sebuah cara yang efektif. Kendati

Page 31: 14520171 - repo.apmd.ac.id

4

demikian, mengikutsertakan masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam

program-program pembangunan tidak semudah apa yang dibayangkan. Kondisi ini

semakin diperparah dengan belum ditemukannya solusi oleh pemerintah yang harus

ditempuh untuk memerangi masalah kemiskinan tersebut serta benar-benar

menyentuh substansi masalah yang dihadapi publik. Itu nampak pada banyak

program pembangunan yang mengalami kegagalan ketika berusaha memberantas

kemiskinan yang telah melilit kehidupan sebagian penduduk di desa. Karena itu

masyarakat yang demikian perlu diberdayakan untuk lebih mandiri dalam

menghadapi tantangan hidup yang semakin hari semakin tidak terkendali.

Proses pembangunan saat ini perlu memahami dan memperhatikan prinsip

pembangunan yang berakar dari bawah (grasroots), memelihara keberagaman

budaya, serta menjunjung tinggi martabat dan kebebasan bagi manusia.

Pembangunan yang dilakukan harus memuat proses pemberdayaan masyarakat

yang mangandung makna dinamis untuk mengembangkan dalam mencapai tujuan.

Konsep yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan adalah konsep

kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara sistematis

agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan. Kegagalan

berbagai program pembangunan pedesaan di masa lalu adalah disebabkan antara

lain karena penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-program pembangunan

yang tidak melibatkan masyarakat. Proses pembangunan lebih mengedepankan

paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan negara pada arus utama

kehidupan bermasyarakat.

Page 32: 14520171 - repo.apmd.ac.id

5

Beda halnya dengan kondisi pembangunan desa yang ada di luar Pulau

Jawa, di Pulau Jawa khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki wilayah

desa atau padukuhan yang terbilang banyak. Contohnya di Desa Girikerto ini yang

memiliki 13 wilayah padukuhan sehingga dalam mengelola dan membangun

wilayah pedesaan akan sedikit lebih rumit. Misalnya dalam hal pembagian dana

desa untuk pembangunan, pemerintah desa harus mampu mengendalikan dan

membagi administrasi untuk masing-masing wilayah padukuhan. Kemudian

dengan banyaknya wilayah di Desa Girikerto ini akan mempersulit Pemerintah

Desa untuk berpartisipasi dalam urusan pembangunan desa. Selain itu, Sumber

Daya Manusia (SDM) yang ada di Desa Girikerto masih terbilang sangat kurang

ditambah lagi program pemberdayaan untuk menghasilkan masyarakat yang

berkualitas sangat minim adanya.

Pembangunan infrastruktur desa merupakan bentuk dari kepedulian

pemerintah, wujud dari model pembangunan tersebut adalah Program

Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Usaha untuk menggalakan

pembangunan desa yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan tarap

hidup serta kondisi sosial masyarakat desa yang merupakan bagian terbesar dari

masyarakat indonesia melibatkan tiga pihak, yaitu pemerintah, swasta dan warga

desa. Namun dalam praktiknya peran manajerial dan prakarsa pemerintah desa

masih kurang terasa terutama di dalam Pemerintahan Desa Girikerto, Kecamatan

Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dalam pembangunan infrastruktur desa harus lebih didasarkan atau

ditentukan oleh masyarakat itu sendiri sehingga memungkinkan tumbuhnya

Page 33: 14520171 - repo.apmd.ac.id

6

partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Selain itu, sasaran

pembangunan ini juga dapat dirasakan oleh masyarakat sehingga timbul rasa

tanggung jawab dalam proses pembangunan yang efektif dan efisien. Suatu

pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan

dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-benar

memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu terjadi, khusunya

pembangunan pedesaan, mutlak diperlukan pemberdayaan masyarakat desa mulai

dari keikutsertaan perencanaan sampai hasil akhir dari pembangunan tersebut.

Infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau

dibutuhkan oleh agen-agen publik sebagai fungsi-fungsi pemerintahan dalam

penyediaan sarana dan prasarana seperti penyediaan air, tenaga listrik,

pembangunan gedung ibadah dan pemerintahan, transportasi serta pelayanan-

pelayanan serupa untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi (Stone dalam

Kodoatie 2005:101). Dalam hal pembangunan fisik atau infrastruktur, Effendi

(2002:48) menyebutkan bahwa pentingnya pembangunan infrastruktur yang

memadai berupa ketersediaan fasilitas pelayanan publik baik sarana pendidikan,

sarana kesehatan, rumah ibadah, litrik, jalan, jembatan, transportasi, air bersih,

pengairan, drainase, teknologi dan komunikasi bertujuan agar masyarakat dapat

bergerak lebih dinamis dan mempermudah kegiatan ekonomi, serta agar para

investor mau menanamkan modalnya di daerah, apabila tidak demikian biaya yang

dikeluarkan untuk penanaman modal menjadi lebih besar dan berpengaruh pada

harga produk yang dihasilkan dan tentunya akan lebih mahal dibandingkan dengan

yang lain, sehingga produk yang dihasilkan tidak kompetitif (Rosalina, 2013:110).

Page 34: 14520171 - repo.apmd.ac.id

7

Usaha untuk mengadakan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk

memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa

yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga pihak,

yaitu pemerintah, swasta, dan warga desa. Dalam praktiknya, peran dan upaya

pemerintah (desa) masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun

meningkatkan kesadaran serta kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan

Desa.

Hasil studi pendahuluan peneliti di Desa Girikerto, Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta diketahui bahwa pelaksanaan

pembangunan infrastruktur masih terdapat kendala misalnya masalah dana. Dari

temuan yang peneliti temukan dilapangan bahwa proses pencairan dana dari pusat

ke desa masih terkesan lamban. Bahkan setelah dana itu ada pun akan dibagi pada

setiap wilayah padukuhan dengan jumlah yang terbilang kecil. Bukan hanya itu,

partisipasi pemerintah dalam membantu proses pembangunan masih kurang

sehingga manfaat dan potensi pembangunan tersebut tidak dapat terlaksana dengan

baik. Kendala yang signifikan sebagai faktor penghambat dalam pelaksanaan

pembangunan infrastruktur yaitu keterlibatan pemerintah desa dalam mengelola

dan menyalurkan Dana Desa sebagai upaya pembangunan yang bermanfaat dan

peran pemerintah desa dalam penyelenggara pembangunan masih lambat. Dana

Desa yang adapun terbilang sangat kecil ditambah lagi Sumber Daya Manusia

(SDM) yang lemah atau masyarakat yang kurang respon terhadap kepentingan

bersama dalam hal pembangunan dan program pemberdayaan untuk meningkatkan

kualitas masyarakat masih kurang. Keberhasilan dalam pembangunan infrastruktur

Page 35: 14520171 - repo.apmd.ac.id

8

desa di Desa Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta sangat ditentukan oleh kerjasama, koordinasi, dan sinergitas yang solid

dan saling menguatkan antara pemerintah desa, kecamatan, pemerintah kabupaten

(SKPD), DPRD, bahkan peran partisipatif pemerintah provinsi dan pemerintah

pusat, terutama dukungan dari para pemangku kepentingan lainnya antara lain

tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), praktisi dan

akademisi serta partisipasi masyarakat desa. Hal ini dilakukan baik mulai dari

proses perencanaan melalui mekanisme forum perencanaan partisipatif

pembangunan desa, pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan. Pengawasan

pembangunan yang didasarkan pada prinsip; semangat dan inisiatif membangun

datang dari masyarakat desa, desa bebas menyusun perencanaan Pembangunan

desanya, penguatan dan pemanfaatan potensi serta kearifan lokalnya, dan

terwujudnya anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) atau dari dana desa.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh Pemerintah Desa Girikerto dalam

pembangunan infrastruktur adalah yang pertama dari segi Dana. Dana desa yang

tidak terlalu besar namun masyarakat ingin semua wilayahnya dibangun. Kedua,

faktor SDM (Sumber Daya Manusia). Sumber Daya Manusia di Desa Girikerto

kebanyakan masih minim pengalaman sehingga membutuhkan pamong yang

profesional dan mampu bekerja secara maksimal, yang ketiga adalah kurangnya

peranan pemerintah terutama Pemerintah Desa Girikerto dalam memberdayakan

masyarakat di bidang pembangunan infrastruktur desa yaitu tidak berjalannya

pemberdayaan masyarakat di desa tersebut, tidak dilibatkannya masyarakat dalam

Page 36: 14520171 - repo.apmd.ac.id

9

pembangunan desa dan yang keempat adalah kurangnya program pemberdayaan

masyarakat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Kurangnya peranan manajerial pemerintah terutama pemerintah Desa

Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

memberdayakan masyarakat di bidang pembangunan infrastruktur desa yaitu tidak

berjalannya pemberdayaan masyarakat di desa tersebut dengan tidak melibatkan

masyarakat dalam pembangunan desa, dimana sebagian besar proyek pembangunan

berskala besar seperti pembuatan jalan utama atau aspal di desa tersebut adalah

pemborong yang berasal dari daerah lain, dan hal ini diperoleh dari hasil pra

penelitian dengan melakukan wawancara terhadap beberapa warga dilokasi

penelitian. Sikap pemerintah desa yang tidak peduli terhadap masyarakat dalam

pembangunan desa akan mematikan tradisi gotong-royong masyarakat desa dan

menjadikan masyarakat merasa tidak ikut memiliki dalam pembangunan yang

dilakukan sehingga kemungkinan pembangunan tersebut akan cepat rusak karena

tidak ada rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan

infrastruktur yang dilakukan tersebut. Diantara banyak nya rencana pembangunan

infrastruktur desa, ada beberapa infrastruktur yang belum terlaksana meskipun

sudah masuk kedalam rencana pembangunan. Seperti misalnya pengerasan jalan,

pembangunan jembatan, pembangunan PAUD, pelatihan-pelatihan keterampilan

dan lain sebagainya.

Menurut pengamatan peneliti di Desa Girikerto Kecamatan Turi,

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pembangunan infrastruktur desa

seperti pembangunan akses jalan, jembatan, pelatihan keterampilan, talud dan

Page 37: 14520171 - repo.apmd.ac.id

10

listrik pelaksanaannya belum maksimal dan terkesan lambat. Manajemen

pemerintah desa sampai saat ini dirasakan masih kurang terasa, hal ini berkaitan

erat dengan kemampuan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang

dianggap masih kurang adanya kerjasama antara aparat pemerintah terlebih antara

aparat dengan masyarakat. Berkaitan dengan penjelasan di atas, peneliti tertarik

untuk meneliti tentang “Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pembangunan

Infrastruktur di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian mengenai latar belakang masalah tersebut, penyusun

merumuskan masalah adalah “Bagaimanakah manajemen pemerintah desa dalam

pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan manajemen pemerintah desa dalam pembangunan

infrastruktur di Desa Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas

pengetahuan di bidang ilmu pemerintahan dan dijadikan acuan atau khasanah

Page 38: 14520171 - repo.apmd.ac.id

11

kepustakaan sebagai pedoman dalam penelitian yang berkaitan dengan

manajemen pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto

Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Dearah Istimewa Yogyakarta.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan bagi

Pemerintah Desa Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan program pembangunan infrastruktur

desa.

E. Kerangka Teori

1. Manajemen

Dalam proses pembangunan infrastruktur desa, sangat diperlukan peran

manajerial atau manajemen untuk mengatur dan mengelola terselenggarakan nya

suatu pembangunan. Pemerintah desa harus memiliki kemampuan untuk

Page 39: 14520171 - repo.apmd.ac.id

12

memanage atau mengatur proses yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

pembangunan tersebut.

Ricky W. Griffin (dalam Sarinah, 2017:1) mendefinisikan manajemen

sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan

pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif danefesien.

Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai denganperencanaan, sementara

efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan

sesuai dengan jadwal

Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (dalam Sarinah, 2017:1)

manajemen adalah hal yang dilakukan oleh para manajer. Manajemen melibatkan

aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga

pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Selain itu,

manajemen juga melibatkan tanggung jawab.

Menurut Rakhmat (2013:15), manajemen pembangunan dapat diartikan

sebagai suatu bidang kajian yang membahas peranan manajemen publik dalam

proses pembangunan nasional. Kartasmita (1997) mengatakan bahwa studi

mengenai manajemen telah banyak mengalami perkembangan, namun teori

dasarnya tidak berubah termasuk kegiatan yang dilakukan oleh manajemen, yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

Dari beberapa pendapat tentang definisi yang telah dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses

kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, serta

pengawasan terhadap penggunaan sumber daya organisasi baik sumber daya

Page 40: 14520171 - repo.apmd.ac.id

13

manusia, sarana dan prasarana, sumber dana maupun sumber daya lainnya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Berikut

ini merupakan penjelasan dari fungsi manajemen tersebut :

a. Perencanaan

Pembangunan pada dasarnya berlangsung dalam suatu kurun waktu

sehingga perencanaan yang disusun untuk mencapai tujuan pembangunan

senantiasa sebagai suatu lingkaran proses yang tidak berkeputusan. Perencanaan

merujuk kepada keterkaitan yang tidak terpisahkan antara kebutuhan

pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Perencanaan diperlukan

karena kebutuhan pembangunan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia.

Dengan perencanaan ingin dirumuskan berbagai kegiatan pembangunan yang

secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam

memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang

tersedia dalam pembangunan. (dalam Rakhmat, 2013:14)

Menurut Waterston, 1967 (dalam Rakhmat, 2013:16) perencanaan

pembangunan (development planning) merupakan fungsi utama dari manajemen

pembangunan. Perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah usaha yang secara

sadar, terorganisir, dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang

terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut

Conyers, 1991 (dalam Rakhmat, 2013:16) perencanaan merupakan penerapan

yang rasional dari pengetahuan manusia terhadap proses pencapaian keputusan

yang berperan sebagai dasar perilaku manusia. Menurut Bryant dan White, 1987

(dalam Rakhmat, 2013:16) hakikatnya, perencanaan adalah upaya pemerintah

Page 41: 14520171 - repo.apmd.ac.id

14

untuk memperbesar kapasitasnya membuat pilihan guna mempertimbangkan

dan menentukan alternatif yang akan ditempuhnya di antara alternatif-alternatif

yang tersedia.

Schoorl, 1985 (dalam Rakhmat, 2013:16), mengatakan bahwa

perencanaan adalah proses dalam menyiapkan seperangkat keputusan mengenai

tindakan dikemudian hari, yang ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan

menggunakan cara-cara yang optimal. Dari pandangan ini terkandung tujuh

unsur, yaitu : (1) ada kegiatan yang berjalan terus menerus untuk mencapai

keputusan-keputusan tertentu, (2) biasanya institusi yang merencanakan dan

yang melaksanakan itu berbeda, (3) perencanaan itu mencakup bermacam-

macam keputusan tentang kegiatan yang berbeda-beda, (4) menetapkan

keputusan mengenai suatu tindakan, (5) masih ada ketidakpastian mengenai

kemungkinan dan cara-caranya untuk mencapai tujuan yang dimaksud, (6)

perencanaan itu ditujukan untuk mencapai tujuan, dan (7) cara-cara itu harus

diseleksi secara rasional, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan

sebai-baiknya.

Menurut Diana Conyers dan Peter Hills (dalam Umar Nain, 2017:71-

72), perencanaan sebagai suatu proses berkesinambungan yang mencakup

keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan

sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan pada masa mendatang. Berdasarkan

pengertian tersebut terdapat empat elemen dasar perencanaan, yaitu : (1)

merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan merupakan alat pengalokasian

sumber daya, (3) perencanaan merupaka alat mencapai tujuan, (4) perencanaan

Page 42: 14520171 - repo.apmd.ac.id

15

untuk mencapai masa depan. Bahwa salah satu implikasi yang paling signifikan

dari keterkaitan antara perencanaan, pembuatan kebijakan dan pelaksanaan

adalah kenyataan bahwa perencanaan tidak dapat dianggap terpisah dari

lingkungan sosial.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan adalah suatu upaya

yang dilakukan untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas dalam

mencapai tujuan secara tepat, terarah dan efisien agar tercapai masa depan.

b. Pengorganisasian

Menurut Wiludjeng (2007:92), yang dimaksud dengan

pengorganisasian adalah suatu proses dimana pekerjaan diatur dan di bagikan

diantara para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai

dengan efisiensi.

Pengorganisasian adalah kelompok orang yang bekerja sama, dengan

adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan, serta adanya pendelegasian

wewenang : Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan penyusun

macam-macam kegiatan yang diperlukan umtuk mencapai kegiatan, penempatan

orang-orang (pegawai) terhadap kegiatan-kegiatan dari penyediaan fisik yang

cocok bagi keperluan kerja dan penyuluhan hubungan wewenang yang

dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan

kegiatan yang diharapkan (Salam, 2004:19).

Berdasarkan uraian tersebut diatas yang dimaksud dengan

pengorganisasian (organizing) adalah suatu proses kegiatan penyusunan struktur

Page 43: 14520171 - repo.apmd.ac.id

16

organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.

Pengorganisasian (organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan,

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang.

c. Pelaksanaan

Menurut Nurdin Usman (2002:70) Pelaksanaan adalah suatu tindakan

atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan

terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah

dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone

dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan

Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang

saling menyesuaikan.

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan

bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.

Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-

sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan

untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan

dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat- alat yang diperlukan,

siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana

cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut

setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan

Page 44: 14520171 - repo.apmd.ac.id

17

keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan

menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu

kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di

lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan

beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat

penunjang.

d. Pengawasan

Di dalam suatu kegiatan, kita harus menyadari bahwa pentingnya suatu

pengawasan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan, pemborosan,

kebocoran dan penyelewengan dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

Pengawasan menurut Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir (dalam

Rahardjo Adisasmita, 2011:127) adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka

untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut

ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai. Selanjutnya, dinyatakan bahwa

pengawasan merupakan sustu proses dengan mana prestasi pekerjaan dipantau.

Tindakan perbaikan diambil manakala prestasi tidak seperti yang direncanakan.

Lebih lanjut diberikan gambaran bahwa pengawasan mempunyai tujuan :

1) Menjamin pekerjaan mengikuti rencana

2) Mencegah kekeliruan

3) Memperbaiki efisiensi

4) Mewujudkan ketertiban pada pekerjaan

Page 45: 14520171 - repo.apmd.ac.id

18

5) Memperbaiki kekeliruan secara lebih mudah dan meyakinkan

6) Mengenali dan menggambarkan prestasi yang maksimal

7) Memperbaiki kualitas manajemen secara keseluruhan

Dengan demikian jelas bahwa tanpa rencana, pengawasan tidak

mungkin dilaksanakan, karena tidak ada pedoman untuk melakukan pengawasan

itu, sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan cenderung memberi peluang

timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan penyelewengan dan lain-lain

kebocoran, tanpa ada alat untuk mencegah, oleh karena itu diperlukan adanya

pengawasan.

Pandangan lain tentang pengawasan dikemukan oleh Sondang P.

Siagian (dalam Rahardjo, 2011:128) menyatakan bahwa pengawasan adalah

proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang

dimaksud dengan pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja

dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang

diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut serta proses

mengawasi dan membimbing untuk menghindari suatu kesalahan penyimpangan

dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

2. Pemerintah Desa

S.E. Finer dalam Sumaryadi (dalaam Umar Nain, 2017:1-2),

mengklarifikasikan pemerintah ke dalam empat pengertian, yakni : Pertama,

Page 46: 14520171 - repo.apmd.ac.id

19

pemerintah mengacu pada proses pemerintah, yakni pelaksanaan kekuasaan oleh

yang berwewenang. Kedua, istilah ini juga bisa dipakai untuk menyebut keberadaan

proses itu sendiri, kepada kondisi adanya tata aturan. Ketiga, pemerintah acap kali

berarti orang-orang yang mengisi kedudukan otoritas dalam masyarakat atau

lembaga, artinya kantor atau jabatan-jabatan dalam pemerintahan. Keempat, istilah

ini juga bisa mengacu pada bentuk, metode, sistem pemerintahan dalam suatu

masyarakat, yakni struktur dan pengelolaan dinas pemerintah dan hubungan antara

yang memerintah dan yang diperintah.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah adalah orang

atau badan yang memiliki otoritas dalam melaksanakan, mengelola dan memerintah

pada proses kegiatan organisasi kemasyarakatan atau lembaga dalam pemerintahan.

Pengertian Desa menurut UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa (dalam Umar

Nain, 2017:27) , Desa adalah desa dan Desa ada atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemeritahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya penjelasan umum UU No. 6 tahun 2014 (dalam Umar Nain,

2017:28) menyatakan, dengan digabungkannya fungsi self-governingcommunity

dengan local self-government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang

selama ini merupakan bagian dari wilayah desa, ditata sedemikian rupa menjadi

desa dan desa adat. Desa dan desa adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir

Page 47: 14520171 - repo.apmd.ac.id

20

sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asal-usul,

terutama menyangkut pelestarian sosial desa adat, pengaturan dan pengurusan

wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban

bagi masyarakat hukum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan

berdasarkan susunan asli.

Apabila membicarakan “desa” di Indonesia, menurut Mashuri Maschab

(2013:1) maka sekurang-kurangnya akan menimbulkan tiga macam penafsiran dan

pengertian. Pertama, pengertian secara sosiologis, yang menggambarkan suatu

bentuk kesatuan masyarakat atau suatu komunitas penduduk yang tinggal dan

menetap dalam suatu lingkungan, di mana antara mereka saling mengenal dengan

baik dan corak kehidupan mereka relatif homogen, serta banyak bergantung pada

kebaikan-kebaikan alam. Dalam pengertian sosiologis tersebut, desa diasosiasikan

dengan suatu masyarakat yang hidup secara sederhana, pada umumnya hidup dari

sektor pertanian, memiliki ikatan sosial dan adat atau tradisi yang masih kuat,

sifatnya jujur dan bersahaja, pendidikannya relatif rendah dan lain sebagainya.

Kedua, pengertian secara ekonomi, desa sebagai suatu lingkungan

masyarakat yang berussaha memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dari apa

yang disediakan alam sekitarnya. Dalam pengertian yang kedua ini, desa

merupakan suatu lingkungan ekonomi, di mana penduduknya berusaha untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber daya alam yang mereka miliki yang ada

kalanya sangat besar berupa tanah pertanian, hutan, danau, laut dalam batas tertentu

bisa memenuhi kebutuhan mereka untuk bertahan hidup (survival). Aktivitas-

aktivitas seperti bertani, berburu dan merambah hutan, menangkap ikan, beternak,

Page 48: 14520171 - repo.apmd.ac.id

21

menenun pakaian dan anyaman-anyaman lainnya merupakan bagian dari usaha

mereka membangun kehidupan. Batas-batas dalam aktivitas ekonomi ini kemudian

diklaim menjadi hak milik desa. Pihak lain tidak boleh menggunakan, mengambil

hasil, apalagi mengambil alih segala seusatu yang dianggap hak milik mereka, tanpa

izin atau persetujuan warga desa. Hubungan ekonomi atau perdagangan dengan

pihak lain dalam sistem perekonomian subsistence ini acap kali dilakukan secara

barter (tukar menukar barang) yang saling dibutuhkan.

Ketiga, pengertian secara poliitk, di mana “desa” sebagai suatu organisasi

pemerintahan atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang

tertentu karena merupakan bagian dari pemerintahan negara. Dalam pengertian

yang ketiga ini, desa ditulis dengan huruf awal ‘d’ besar “Desa”. Desa sering

dirumuskan sebagai “suatu kesatuan masyarakat hukum yang berkuasa

menyelenggarakan pemerintahan sendiri”. Sebagai kesatuan masyarakat hukum,

makadesa mempunyai kewenangan dalam lingkungan wilayahnya untuk mengatur

dan memutuskan sesuatu sesuai kepentingan masyarakat hukum yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, untuk membuat kewenangan tersebut absah atau

legitimate, pemerintah pusat mengaturnya dalam undang-undang. (dalam Umar

Nain, 2017:18-20).

Pengertian Desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai

komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antar komunitas saling mengenal

dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung

secara langsung dengan alam. Oleh karena itu Desa diasosiasikan sebagai

masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan

Page 49: 14520171 - repo.apmd.ac.id

22

sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang rendah

(Juliantara, 2005: 18).

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan

pelaksanaan Undang -Undang ini didalamnya mengatur tentang penataan Desa,

kewenangan, pemerintahan desa, tata cara penyusunan peraturan desa, keuangan

dan kekayaan desa, pembangunan desa, dan pembangunan kawasan perdesaan,

Badan Usaha Milik Desa, Kerjasama Desa, Lembaga Kemsyarakatan Desa dan

Lembaga Adat Desa, dan Pembinaan dan Pengawasan Desa oleh Camat atau

sebuatan yang lainnya. (Dikutip dari Skripsi Junaidi Soamole, 2018, Peran

Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Potorono,

Kecamatan Banguntapn, Kabupaten Bantul, DIY)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa desa merupakan adalah

suatu wilayah yang terbentuk secara alamiah dan di bawah pemerintahan

kota/kabupaten. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memerhatikan asal

usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Desa dapat dikatakan

sebagai satuan administrasi pemerintahan yang mencakup kehidupan sosial budaya,

ekonomi dan politik.

Adapun kepala desa merupakan penanggungjawab penyelenggaraan

Pemerintah Desa yang dipilih melalui pemilihan langsung oleh warga desa. Masa

jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk

satu kali masa jabatan berikutnya. Kepala Desa merupakn penyelenggara utama

dibidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan urusan pemerintahan

Page 50: 14520171 - repo.apmd.ac.id

23

umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban di desa. (dalam Kansil,

1983:197).

Dalam pelaksanaan Pemerintah Desa, Kepala Desa selaku Pemerintah

Desa memiliki wewenang sebagai berikut :

1. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

3. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

4. Menetapkan Peraturan Desa;

5. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

6. Membina kehidupan masyarakat Desa;

7. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

8. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya

agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya

kemakmuran masyarakat Desa;

9. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

10. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

11. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

12. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

13. Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

14. Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum

untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

Page 51: 14520171 - repo.apmd.ac.id

24

15. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 pada pasal yang ke 2 (dua)

menyatakan :

(1) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa.

(2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Sekretaris Desa;

b. Pelaksana Kewilayahan;dan

c. Pelaksana Teknis.

(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkedudukan sebagai

unsur pembantu Kepala Desa.

Sedangkan pada Pasal 6, mengatakan :

(1) Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin

penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

(2) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa

memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

a) menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja Pemerintahan,

penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan

ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat,

administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.

Page 52: 14520171 - repo.apmd.ac.id

25

b) melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana

perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehata.

c) pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban

masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat,

keagamaan, dan ketenagakerjaan.

d) pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi

masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,

pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.

e) menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga

lainnya.

Berdasarkan kajian yang mencakupi tentang peran pemerintah desa adalah

proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Terkait

dengan manajemen pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur di Desa

Girikerto ini dapat kita uraikan satu persatu.

Manajemen pemerintah desa dalam proses perencanaan, yaitu suatu

upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Girikerto untuk mengalokasikan Sumber

Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas dalam

mencapai tujuan secara tepat, terarah dan efisien agar tercapai masa depan

masyarakat dalam meningkatkan aktivitas ekonomi, sosial, politik dan lain

sebagainya melalui pembangunan infrastruktur. Yang kedua adalah manajemen

pemerintah desa dalam proses pengorganisasian, yaitu suatu proses kegiatan

penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan

lingkungannya sehingga mekanisme dan tujuan pembangunan dapat lebih terarah.

Page 53: 14520171 - repo.apmd.ac.id

26

Pengorganisasian (organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan,

menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang. Ketiga

adalah pelaksanaan, yaitu aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Desa Girikerto untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan

pembangunan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat- alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat

pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses

rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan

yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun

operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari

program yang ditetapkan semula. Dari pengertian yang dikemukakan di atas

dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program

yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik

itu di lapangan maupun di luar lapangan. Keempat adalah proses pengawasan,

yaitu proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang

dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang

telah ditetapkan tersebut serta proses mengawasi dan membimbing untuk

menghindari suatu kesalahan penyimpangan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen pemerintah desa merupakan salah

satu bagian yang sangat penting perangkat desa dalam melibatkan tugas dan

kewajibannya sehingga begitu pentingnya kedudukan perangkat desa dalam

melaksanakan tugas pemerintahannya, maka sangat dibutuhkan sekali perangkat

yang mempunyai kemampuan yang baik, bahwa peran dapat diartikan sebagai

Page 54: 14520171 - repo.apmd.ac.id

27

keterlibatan, keikutsertaan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

Manajemen Pemerintah Desa diatas adalah untuk merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi proses-proses serta dinamika

yang tumbuh di dalam masyarakat terlebih dalam proses pembangunan yang

memungkinkan untuk membangun pola hubungan ekonomi, sosial budaya dan

politik masyarakat Desa Girikerto.

3. Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur menjadi landasan penting dibanyak negara

berkembang yang lebih mendorong kemajuan ekonomi melalui usaha pertumbuhan

ekonomi. Karena pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi

ternyata tidak serta merta menghasilkan sebuah tetesan ke bawah (trickel down

effect), sehingga menimbulkan kesenjangan ekonomi, sosial, dan politik yang

semakin melebar. Pemikiran strukturalis klasik menghendaki intervensi pemerintah

dalam melakukan koreksi terhadap ketidaksempurnaan pasar dan melakukan

perbaikan struktur ekonomi secara inkremental. Dalam pendekatan ini perbaikan

struktur kekuasaan dan struktur sosial tidak dilakukan secara radikal. (dalam

Rakhmat, 2013:3).

Menurut Esman (dalam Rakhmat, 2013:2), pembangunan merupakan

proses menuju taraf hidup masyarakat secara menyeluruh dan bersifat dinamis.

Dalam perkembangan pembangunan, konsep pembangunan mengandung empat

makna yaitu : (1) pembangunan merupakan suatu proses, dalam arti suatu kegiatan

yang terus menerus dilaksanakan dan berkesinambungan, (2) pembangunan

merupakan suatu usaha yang secara sadar dilaksanakan, karena dipandang sebagai

Page 55: 14520171 - repo.apmd.ac.id

28

suatu kebutuhan, (3) pembangunan dilaksanakan secara berencana yang beorientasi

pada pertumbuhan dan perubahan, dan (4) pembangunan terkait dengan dimensi

modernisasi, dalam arti sebagai cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya.

Konsep manajemen pembangunan (management of development)

merupakan sebuah perrspektif dan istilah lain dari konsep administrasi

pembangunan (administration of development), karena melihat peran administrasi

dalam mewujudkan pembangunan (Bryant dan White, 1987 dan Esman, 1991).

Karena itu pada dasarnya dapat dikatakan bahwa masalah administrasi

pembangunan adalah juga masalah manajemen pembangunan (Mustopadidjaja,

1989). (dalam Rakhmat, 2013:15).

Secara spesifik oleh Stone (dalam Kodoatie, 2005:101), infrastruktur

didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau yang

dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam

penyediaan air ,tenaga listrik,pembangunan limbah ,transportasi dan pelayanan-

pelayanan similar untuk menfasilitas tujuan-tujuan ekonomi. Dalam hal

pembangunan fisik atau infrastruktur, Effendi (2002:48) menyebutkan bahwa

pentingnya pembangunan infrastruktur yang memandai yang berupa keretsediaan

fasilitas pelayanan publik baik sarana pendidikan, sarana kesehatan, rumah ibadah,

listrik, jalan, jembata, transportasi, air bersih, drainase, teknologi dan komunikasi

bertujuan agar masyarakat dapat bergerak lebih dinamis dan mempermudah

kegiatan ekonomi, serta agar para investor mau menanamkan modalnya di daerah,

apabila tidak demikian biaya yang dikeluarkan untuk penanaman modal menjadi

lebih besar dan berpengaruh pada harga produk yang dihasilkan dan tentunya akan

Page 56: 14520171 - repo.apmd.ac.id

29

lebih mahal dibandingkan dengan yang lain, sehingga produk yang dihasilkan tidak

kompetitif.

Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang

dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau

kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini

tidak lain karena masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang dirasa

kurang ideal. Namun demikian perlu disadari bahwa pembangunan adalah sebuah

proses evolusi, sehingga masyarakat yang perlu melakukan secara bertahap sesuai

dengan sumber daya yang dimiliki dan masalah utama yang sedang dihadapi.

Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber

daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Suatu pembangunan infrastruktur akan tepat mengenai sasaran, terlaksana

dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan infrastruktur tersebut

benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu

terjadi, maka yang diperlukan adalah pemberdayaan masyarakat didalam

pembangunan tersebut, mulai dari penyusunan rencana sampai pada proyek

pembangunan tersebut selesai. Jadi pembangunan perlu menjadikan

peemberdayaan menjadi nilai dan pilihan kebijakan sekaligus sebagai pembelajaran

sosial, dalam arti selalu belajar bagaimana melakukan pemberdayaan yang semakin

hari semakin baik. Karena seperti apa yang dikemukakan oleh Soedjatmoko

(Ketaren, 2008:187), bahwa pembangunan tidak lain adalah belajar untuk hidup

lebih baik daripada kemarin. Pembelajaran adalah bagian inti dari pembangunan

pada masa kini dan mungkin sampai pada kurun waktu yang panjang di masa depan.

Page 57: 14520171 - repo.apmd.ac.id

30

Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto,

Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, maka

diperlukan adanya kemampuan dari perangkat pemerintah desa. Kemampuan yang

dimaksud adalah kemampuan di dalam perencanaan pembangunan infrastruktur,

kemampuan pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan kemampuan memotivasi

masyarakat. Dari setiap kemampuan tersebut diharapkan bahwa perangkat

pemerintah desa dapat mengatasi dan memecahkan segala persoalan yang berkaitan

erat dengan pembangunan desa. Namun disisi lain kemampuan perangkat

pemerintah desa harus didukung dari peran serta masyarakat untuk melaksankan

pembangunan desa. Diharapkan dengan adanya pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan infrastruktur desa dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang dibuat.

Pada dasarnya pembangunan desa merupakan pembangunan yang melibatkan

seluruh lapisan masyarakat. Semakin tinggi peran serta masyarakat Desa Girikerto,

maka semakin cepat pula pembangunan desa dapat terealisasi.

F. Ruang Lingkup

1. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Infrastruktur

Desa

2. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengorganisasian Pembangunan

Infrastruktur Desa

3. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur

Desa

4. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengawasan Pembangunan Infrastruktur

Desa

Page 58: 14520171 - repo.apmd.ac.id

31

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yakni pengamatan dan

penyelidikan secara kritis untuk mendapatkan keterangan yang tepat terhadap

suatu persoalan dan obyek tertentu di daerah kelompok komunitas atau lokasi

tertentu akan ditelaah atau menggambaran atau uraian atas sesuatu keadaan

sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Ruslan,

2004:55).

2. Unit Analisis

Dalam penelitian di Lapangan, peneliti mengambil obyek manajemen

pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur desa, subyeknya adalah

orang-orang yang berkaitan dengan proses pembangunan infrastruktur desa,

adapun Teknik Penentuan Informannya adalah Purposive. Berikut merupakan

Informan dalam penelitian ini adalah :

a. Kepala Desa

b. Perangkat Desa

- Kepala Seksi Kesejahteraan : 1 orang

- Sekretaris Desa : 1 orang

- Kepala Urusan Perencanaan : 1 orang

- Kepala Dusun : 1 orang

- Ketua LPMD : 1 orang

- Ketua Karang Taruna : 1 orang

Page 59: 14520171 - repo.apmd.ac.id

32

c. Ketua BPD : 1orang

d. Tokoh Masyarakat : 1 orang

e. Masyarakat

- Ibu Rumah Tangga : 1 orang

- Petani : 3 orang

- Pegawai : 1 orang

Untuk mengetahui komposisi informan berdasarkan pekerjaan, jenis

kelamin, usia, dan pendidikan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel I.1

di bawah ini.

No Nama Pekerjaan Jenis

kelamin

(L/P)

Usia

(tahun)

Tingkat

pendidikan

Jumlah

1 Sumaryanta

S.H

Kepala Desa L 63 S1 1

2 Krisna

Cahyana S.H

Sekretaris Desa L 27 S1 1

3 Samirin Kepala Urusan

Perencanaan

dan Ketua

Karang Taruna

L 28 SMA 1

4 Wignyo

Santosa

Ketua BPD L 66 SMA 1

5 Pratignyo Ketua LPMD L 68 SMA 1

6 Syaifudin

Zuhfri

Zulkarnain

Tokoh Pemuda

dan ASN

L 23 S1 1

7 Sutrisno Petani L 30 SMP 1

Page 60: 14520171 - repo.apmd.ac.id

33

Tabel I. 1 Komposisi Informan Berdasarkan Pekerjaan, Jenis Kelamin, Usia,

Dan Pendidikan

Sumber : Data LPPD Girikerto 2018/2019

Tabel I.1 di atas menjelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pekerjaan

informan bervariasi. Informan diatas kebanyakan berpendidikan SMA/sederajat

dan sebagian besar lagi tingkat pendidikan nya adalah Sarjana, SMP dan SD.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan informan juga bervariasi yaitu

sebagai Perangkat Desa yang tediri atas Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur

Perencanaan, Kasi Kesejahteraan, serta Kepala Dukuh. Kemudian ada Ketua

BPD, Ketua LPMD, Tokoh Masyarakat dan masyarakat yang berprofesi sebagai

Petani. Peneliti memilih Pemerintah Desa sebagai informan dalam penelitian ini

karena peran Pemerintah Desa dianggap penting dan sangat besar dalam

menentukan arah dari sebuah pembangunan, sehingga peneliti ingin mengetahui

hal-hal apa saja yang dilakukan untuk mendukung berjalannya manajemen

pembangunan infrastruktur desa di Desa Girikerto.

Peneliti memilih tokoh masyarakat dan masyarakat lain sebagai

informan yang menjadi perbandingan atau triangulasi terhadap informasi yang

didapat dari pihak pemerintah desa.

8 Saham Petani L 65 SMP 1

9 Priyono Petani L 46 SMP 1

10 Marina IRT P 60 SD 1

11 Samija Kepala Dukuh L 51 SMA 1

12 Juliantara Kepala Seksi

Kesejahteraan

L 61 SMA 1

Page 61: 14520171 - repo.apmd.ac.id

34

Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 12 orang, dengan jumlah

informan laki-laki sebanyak 11 orang dan jumlah informan perempuan 1 orang.

Informan pada penelitian ini didominasi oleh laki-laki. Hal ini dikarenakan

dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur di desa yang dimulai dari

perencanaan sampai pengawasan di laksanakan oleh laki-laki yang menduduki

jabatan dalam pemerintah desa serta dalam aktivitas pembangunan desa.

Usia rata-rata dari informan yang diwawancarai adalah yang berusia 28-

68 tahun. Hal ini dikarenakan informan yang terdiri atas perangkat desa tersebut

didominasi oleh angkatan kerja yang masih dalam usia produktif sehingga proses

pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Informan terbanyak adalah informan lulusan SMA, S1 dan SMP yaitu

dengan jumlah 5 informan lulusan SMA, 3 informan lulusan S1 dan 3 informan

lulusan SMP. Hal ini karena dalam penelitian ini informan nya kebanyak terdiri

atas pemerintah dan perangkat desa.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian, disamping manggunakan metode yang tepat

diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik

pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun

teknik pengumpulan data ini akan sangat mempengaruhi objektivitas hasil

penelitian (Nawawi, 2007:100)

a. Wawancara (interview)

Page 62: 14520171 - repo.apmd.ac.id

35

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan kepada responden secara langsung. Di dalam wawancara yang

memegang kendali utama adalah peneliti/pewawancara dan responden,

dimana peneliti harus memperkenalkan diri kepada responden,

menyampaikan maksud melakukan wawancara, dengan demikian respon

tidak merasa kuatir, juga termotivasi untuk menanggapi wawancara dari

peneliti tersebut. (Victorianus Aries Siswanto, 2012:58).

Metode wawancara (interview) digunakan peneliti sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin menemukan jawaban tentang hal

yang akan diteliti, dan juga wawancara digunakan peneliti apabila ingin

mengetahui hal-hal yang mendalam terhadap manajemen pemerintah desa

dalam pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto.

Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai beberapa narasumber

di Desa Girikerto, yaitu Kepala Desa, perangkat desa, Ketua BPD, Tokoh

Masyarakat, Kepala Dusun dan Masyarakat setempat.

b. Observasi

Metode pengamatan yang peneliti gunakan untuk memperoleh

informasi mengenai keadaan dilapangan sesuai dengan hasil pengamatan

yang dilakukan oleh peneliti. Hasil pengamatan didapat berdasarkan hasil

diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan pemerintah desa yang

bersangkutan untuk mengetahui makna yang terdapat dibalik masalah-

masalah yang ada. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah bagaimana

manajemen yang telah dilakukan oleh pemerintah desa yang ada di Desa

Page 63: 14520171 - repo.apmd.ac.id

36

Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta dalam pembangunan infrastruktur.

c. Dokumentasi

Sugiyono ( 2017: 329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi

merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari

dokumen untuk mendapatkan data atau informasiyang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan meminta

data-data dari pihak Desa Girikerto mengenai data dokumentasi foto

infrastruktur di Desa Girikerto, profil pemerintah Desa Girikerto, LPJ

pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto, pada saat penelitian. Hal ini

dilakukan agar informasi yang didapatkan benar-benar bersumber dari objek

yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dapat dilakukan dengan model deskriptif kualitatif

diamana intinya adalah interaksi antar komponen penelitian maupun proses

pengumpulan data selama proses penelitian. Analisa data dilakukan untuk

menganalisis manajemen pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur di

Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Analisis data kualitatif yang

dilakukan meliputi (Sugiyono, 2017:67).

a. Keabsahan Data (Triangulasi)

Page 64: 14520171 - repo.apmd.ac.id

37

Dalam Moleong, 2017:330-331, Keabsahan data dalam penelitian

ini menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik memeriksa

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain. Penelitian ini

menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti membandingkan dan

mengoreksi ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu

dicapai dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan suatu

dokumen yang berkaitan.

b. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, atau

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang mengacu

dari catatan lapangan, reduksi data berlangsung terus menerus selama

penelitian berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak

perlu, mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu

kesimpulan.

c. Penyajian Data

Penyajian data merupakan upaya penyusunan, pengumpulan

informasi ke dalam suatu matriks atau konfigurasi yang mudah dipahami.

Konfigurasi semacam ini akan memudahkan dalam penarikan kesimpulan

atau penyederhanaan insormasi yang komplek kedalam suatu bentuk yang

dapat dipahami. Penyajian data yang sederhana dan mudah dipahami adalah

cara utama untuk menganalisis data deskriptif kualitatif yang valid.

Page 65: 14520171 - repo.apmd.ac.id

38

d. Menarik Kesimpulan

Berawal dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari

makna dari data-data yang terkumpul. Selanjutnya peneliti mencari arti dan

penjelasannya kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu dalam

suatu kesatuan yang mudah dipahami dan ditafsirkan.

Page 66: 14520171 - repo.apmd.ac.id

39

BAB II

PROFIL DESA

A. Sejarah Desa Girikerto

Girikerto adalah sebuah desa di Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa

Girikerto merupakan wilayah yang terdiri dari empat kelurahan, yakni:

Kelurahan Tanggung, Kelurahan Ngandong, Kelurahan Nangsri Lor, dan

Kelurahan Kemirikebo. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah

Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan

Kelurahan, maka Kelurahan-Kelurahan tersebut kemudian digabung

menjadi satu Desa otonom dengan nama Desa Girikerto. Girikerto

kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah

Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan

Daerah-Daerah Kelurahan.

B. Gambaran Umum Desa Girikerto

1. Kondisi Umum

Desa Girikerto dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama

Sumaryanta S.H. Seperti desa yang lain, Desa Girikerto mempunyai

visi dan misi yang disusun untuk kemajuan desa nya, visi Desa

Girikerto adalah terwujudnya masyarakat Desa Girikerto yang lebih

pintar dan lebih sejahtera lahir batin pada tahun 2020. Visi tersebut akan

dicapai melalui misi yang meliputi :

Page 67: 14520171 - repo.apmd.ac.id

40

a. Meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar

b. Meningkatkan kualitas kehidupan dan kesehatan masyarakat

c. Meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia

d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan pendapatan

asli desa

e. Meningkatkan kehidupan beragama, pemuda, olahraga serta sosial

budaya

f. Meningkatkan tata pemerintahan yang dinamis

g. Meningkatkan ketertiban dan keamanan masyarakat

Gambar II. 1 Struktur Organisasi Desa Girikerto

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

Kepala Desa

Sumaryanta S.H

Sekretaris Desa

Krisna Cahyana S.H

Kasi

Pemerintahan

Edy Sunarno

S.T

Kasi

Kesejahteraan

Juliantara

Kasi

Pelayanan

Teguh

Raharjo S.Pt Kaur

Perencanaan

Samirin

Kaur

Keuangan

Dwi Rahmat

Raharjo, STP

Kaur TU dan Umum

Haryana

13 Dukuh-Dukuh

Page 68: 14520171 - repo.apmd.ac.id

41

Dari gambar struktur organisasi diatas dapat dilihat bahwa Desa

Girikerto dikepalai oleh seorang Kepala Desa yang bernama

Sumaryanta S.H dengan memiliki Sekretasis Desa nya yaitu Krisna

Cahyana S.H. Desa Girikerto memiliki 3 (tiga) Kepala Seksi yakni

Kepala Seksi Pemerintahan, Kepala Seksi Kesejahteraan dan Kepala

Seksi Pelayanan. Selain itu Pemerintahan Desa Girikerto memiliki 3

(tiga) Kepala Urusan yakni Kepala Urusan TU dan Umum, Kepala

Urusan Keuangan dan Kepala Urusan Perencanaan. Desa Girikerto

memiliki 13 (tiga belas) jumlah wilayah Padukuhan yang masing-

masing juga di pimpin oleh para Kepala Dukuh.

2. Kondisi Geografis

a. Orientasi dan Batas Administrasi

Girikerto adalah sebuah desa di Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa

Girikerto merupakan wilayah yang terdiri dari empat kelurahan, yakni:

Kelurahan Tanggung, Ngandong, Nangsri Lor, dan Kemirikebo.

Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang

diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka

Kelurahan-Kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu Desa

otonom dengan nama Desa Girikerto. Girikerto kemudian secara resmi

ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa

Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah

Page 69: 14520171 - repo.apmd.ac.id

42

Kelurahan. Desa Girikerto terletak di wilayah ibukota kecamatan Turi

dengan batas wilayah sebagai berikut :

Gambar II. 2 Peta Administrasi Desa Girikerto

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

1) Sebelah utara : Gunung Merapi

2) Sebelah timur : Desa Purwobinangun, Kecamatan

Pakem

3) Sebelah selatan : Desa Donokerto

4) Sebelah barat : Desa Wonokerto

Luas wilayah Desa Girikerto mencapai 13.07 km2 dengan

ketinggian rata-rata 600 m diatas permukaan laut. Alamat Desa

Girikerto adalah Soprayan, Nangsri, Girikerto, Turi, Sleman DIY

55551 dengan koordinat lokasi 7037`27”S 110023’28”E. Jumlah

Page 70: 14520171 - repo.apmd.ac.id

43

penduduk Desa Girikerto s.d Tahun 2016 adalah 7.712 jiwa. Sebagian

besar penduduk Desa Girikerto mempunyai mata pencaharian pokok

sebagai petani dan buruh tani.Wilayah Desa Girikerto merupakan

wilayah agraris yang subur sehingga hampir semua penduduknya

bersawah dan berkebun. Tanaman yang menjadi komoditas utama

adalah salak dan padi. Buah-buahan lain juga tumbuh dengan subur di

wilayah ini. Selain itu, beberapa warga juga beternak. Salah satu yang

terkenal adalah peternakan kambing PE (Peranakan Etawa) di Dusun

Nganggring. Kambing ini memiliki postur yang bagus dan berukuran

besar serta menghasilkan susu yang bermanfaat bagi kesehatan.

1) Letak Geografis

Keberadaan Desa Girikerto di bagian utara wilayah

Kabupaten Sleman. Seluruh wilayah dapat dicapai dengan

kendaraan bermotor roda dua dan atau roda empat. Jarak dengan

pusat pemerintahan adalah 3 Km dari Ibu Kota Kecamatan, 11 Km

dari Ibu Kota Kabupaten, dan 22 Km dari Ibu Kota Provinsi.

Page 71: 14520171 - repo.apmd.ac.id

44

Wilayah Desa Girikerto terbagi dalam 13 Padukuhan, yaitu:

Tabel II. 1 Nama-nama wilayah di Desa Girikerto

No Nama Padukuhan Nama Kampung dan Perumahan

1 Ngandong Ngandong, Tritis, Relokasi Pelem

2 Nganggring Nganggring, Sidorejo, Tegalsari, Bening

3 Kloposawit Kloposawit, Pelem, Jineman

4 Kemirikebo Kemirikebo

5 Sukorejo Sukorejo, Cepit, Tegalpanggung

6 Pancoh Pancoh Wetan, Pancoh Kulon

7 Nangsri Nangsri Lor, Nangsri Kidul, Soprayan

8 Bangunmulyo Kuncen, Bangunmulyo

9 Babadan Babadan, Sorowangsan

10 Glagahombo

Glagahombo Kulon, Glagahombo Wetan,

Tanggung

11 Daleman Somoitan, Ponosaran Lor, Daleman

12 Surodadi Surodadi Lor, Nglempong, Bayan

13 Karanggawang Karanggawang, Ponosaran Kidul

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

Page 72: 14520171 - repo.apmd.ac.id

45

Dapat didilihat bahwa Desa Girikerto terbagi menjadi 13 dusun

atau wilayah yang satu sama lain saling berdekatan dan saling menjadi

unsur untuk memperkuat pembangunan di Desa Girikerto.

2) Kondisi Alam

Kondisi alam Desa Girikerto merupakan daerah pertanian,

perkebunan, tegalan/lading, dan hutan. Daerah hutan berada pada posisi

paling utara di kaki gunung Merapi, yang dikenal sebagai TNGM

(Taman Nasional Gunung Merapi). Arah selatannya didominasi tegalan

yang sebagian besar dari 3 (tiga) padukuhan yaitu; Ngandong,

Nganggring, dan Kemirikebo, sebagian kecil Padukuhan Kloposawit

dan Sukorejo. Selebihnya berupa daerah pertanian subur yang berada di

8 (delapan) Padukuhan.

b. Kondisi Fisik Wilayah

Desa Girikerto berada di wilayah Kabupaten Sleman tepatnya

di Kecamatan Turi. Desa Girikerto letaknya persis dekat Gunung

Merapi, wilayah ini termasuk dalam daerah rawan bencana gunung

meletus. Wilayah ini cukup sejuk karena berada pada ketinggian 900

mdpl yang membuat suasana cukup sejuk dan subur untuk ditanami

berbagai macam sayuran dan buah-buahan, khususnya salak.

Luas wilayah Desa Girikerto adalah 1.002.9726 Ha. Luasan tersebut

terdiri dari :

Page 73: 14520171 - repo.apmd.ac.id

46

(a) Tanah Desa dan Tanah Sultan Ground :

Tabel II. 2 Luas wilayah Tanah Desa dan Tanah Sultan Ground Desa Giriketo

No Pemanfaatan Tanah Luas (Ha)

1 Sawah 23,5078

2 Tegalan 25,6885

3 Lapangan 1,6735

4 Sultan Ground 24,0515

5 Tanah Kuburan 1,2515

6 Jalan dan sungai 70

7 Wedi kengser 9,7443

8 Balai Desa 0,12

9 SD 1,03

10 Puskesmas 0,05

11 Barak pengungsian 0.3

12 Relokasi 5,555

13 Embung 0.28

Sumber : Data LPP Desa Girikerto2018/2019

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa di Desa Girikerto

tidak hanya terdapat tanah dari warga desa tetapi juga terdapat tanah

Page 74: 14520171 - repo.apmd.ac.id

47

sultan atau disebut sultan ground yang jumlah luasnya lebih luas dari

luas sawah yang ada di Desa Girikerto.

(b) Tanah warga seluas 927.8460 Ha terdiri dari :

Tabel II. 3 Luas Penggunaan Tanah Warga Desa Girikerto

No Jenis Peruntukan Tanah Luas (Ha)

1 Sawah 277,5475

2 Tegal 388,9425

3 Pekarangan 261,356

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

Di Desa Girikerto Tegal lebih banyak menggunakan tanah dari

pada aspek lain seperti pekarangan dan sawah, hal itu bisa dilihat bahwa

di Desa Girikerto masih terdapat banyaknya tanah tegal di Desa ini.

c. Topografi

Ketinggian dari permukaan air laut ± 400 – 800 m dengan

kemiringan sekitar 30˚. Pola penggunaan lahan di Desa Girikerto lebih

didominasi oleh kegiatan pertanian terutama salak dan padi. Selain itu,

peternakan juga menjadi mata pencaharian warga Desa Girikerto, salah

satunya yaitu peternakan kambing PE (Peranakan Etawa).

Dari keterangan diatas bisa disimpulkan bahwa Desa Girikerto

terletak pada dataran tinggi, sehingga menjadikan pertanian dan

perkebunan menjadi mayoritas mata pencaharian warga desa tersebut,

Page 75: 14520171 - repo.apmd.ac.id

48

hal itu dilakukan karena di dataran tinggi sangat cocok untuk

perkebunan dan pertanian.

d. Hidrologi

Secara umum kondisi hidrologi wilayah Desa Girikerto terbagi

dalam dua kondisi yaitu wilayah kering dan wilayah basah. Wilayah

kering yang dimaksud tidak memiliki sungai permanen, meliputi 3

(tiga) Padukuhan bagian utara yaitu Ngandong, Kemirikebo, dan

Nganggring. Wilayah ini memiliki sumber mata air, tetapi kondisi

morfologi dan topografinya tidak dapat mengalir ke daerahnya sendiri,

sehingga saat musim kemarau sering terjadi kekeringan. Padukuhan

yang memiliki wilayah kering dan wilayah basah, yaitu Kloposawit dan

Sukorejo.

Delapan Padukuhan yang merupakan wilayah basah dengan

kondisi air yang mencukupi bahkan pada musim kemarau. Sumber-

sumber mata air yang ada mengalir beberapa sungai seperti Pengging,

Sempor, Adem, Duren, dan Denggung yang mencukupi kebutuhan

irigasi pertanian 10 (sepuluh) Padukuhan yang berada di bagian lebih

rendah. Sumber air tanah dimanfaatkan oleh warga di hamper seluruh

Padukuhan untuk mencukupi kebutuhan air bersih rumah tangga.

Iklim di Desa Girikerto termasuk tropis basah (daerah medium)

dengan curah hujan rata-rata 22 mm. Sedangkan temperature udara

terendah mencapai 17˚C dan tertinggi 31˚C.

Page 76: 14520171 - repo.apmd.ac.id

49

e. Geologi

Secara geologi wilayah Desa Girikerto merupakan daerah

lereng di kaki Gunung Merapi yang secara keseluruhan permukaannya

tersusun oleh endapan vulkanik Gunung Merapi, yang telah mengalami

pelapukan rendah sampai tinggi. Lima Padukuhan bagian utara

memiliki kondisi tanah berpasir dengan porositas sedang sampai tinggi.

Delapan Padukuhan yang lain didominasi tanah hasil pelapukan tinggi

endapan vulkanik dan menjadi daerah pertanian yang subur.

f. Flora dan Fauna

Desa Girikerto mempunyai kondisi tanah yang subur dan

memungkinkan segala jenis tanaman tumbuh dengan baik. Selain salak

pondoh, yang menjadi komoditas utama, sayuran, buah-buahan, dan

berbagai tanaman keras tumbuh dengan baik.

Jenis fauna berupa hewan peliharaan, sedangkan hewan liar

berupa jenis burung. Namun populasi dan jenis burung liar saat ini

tidaklah banyak. Pemerintah setempat mengantisipasi dengan aturan

pelarangan perburuan untuk hewan yang dilindungi.

Page 77: 14520171 - repo.apmd.ac.id

50

3. Kondisi Demografis

a. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Desa Girikerto Tahun 2019 berdasarkan jenis

kelamin dan jumlah Kepala Keluarga (KK) berdasarkan jenis kelamin,

yaitu :

Tabel II. 4 Jumlah Penduduk dan KK di Desa Giriketo

No Padukuhan

Jumlah Penduduk Jumlah KK

2019 2019

L P J L P J

1 Ngandong 491 487 978 276 53 326

2 Nganggring 429 440 869 239 38 277

3 Kloposawit 273 245 518 148 25 173

4 Kemirikebo 322 302 624 182 29 211

5 Sukorejo 311 301 612 167 34 201

6 Pancoh 258 261 519 139 27 166

7 Nangsri 314 336 650 167 33 200

8 Bangunmulyo 234 219 453 134 30 164

9 Babadan 442 446 888 247 48 295

10 Glagahombo 179 178 357 98 21 119

11 Daleman 327 304 631 168 43 211

12 Surodadi 294 292 586 152 25 177

13 Karanggawang 240 257 497 137 37 174

Jumlah 4.114 4.068 8.182 2.254 443 2.697

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

Page 78: 14520171 - repo.apmd.ac.id

51

Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk paling banyak

adalah di Padukuhan Ngandong dengan jumlah seluruh

penduduknya 978 jiwa dan memiliki 326 KK. Jumlah laki-laki di

Dusun Ngandong adalah 491 dan perempuan 487 jiwa. Sedangkan

penduduk paling sedikit terdapat di Padukuhan Glagahombo dengan

jumlah penduduk 357 yang terdiri atas laki-laki 179 dan perempuan

178. Dari data diatas menunjukan bahwa jumlah seluruh penduduk

di Desa Girikerto yang terdiri dari 13 padukuhan yaitu 8.182 jiwa

dengan total laki-laki 4.114 dan perempuan 4.068 dan total seluruh

KK berjumlah 2.697 dengan KK laki-laki 2.254 dan KK perempuan

443. Dari tabel diatas dengan penelitian dilapangan dapat dilihat

bahwa partisipasi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan

lebih didominasi oleh laki-laki. Mata pencaharian perempuan yang

lebih dominan pada pertanian menyebabkan keterlibatan perempuan

di bidang infrastruktur sedikit kurang. Nampak pada struktur

pemerintahan desa yang didominasi oleh laki-laki.

Page 79: 14520171 - repo.apmd.ac.id

52

4. Kondisi Pendidikan

Tabel II. 5 Pendidikan Penduduk Desa Girikerto

No Keterangan Tahun 2018 Tahun 2019

Jml Jml

1 Tidak Tamat SD 93 94

2 Tamat SD 862 860

3 Tidak Tamat SMP - -

4 Tamat SMP 1072 1072

5 Tidak Tamat SMA - -

6 Tamat SMA 1666 1668

7 D1 - -

8 D2 - -

9 D3 395 396

10 D4 - -

11 S1 229 231

12 S2 - -

13 S3 - -

Sumber : Profil Desa Girikerto 2018/2019

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang

tama SMA memiliki jumlah terbanyak di Desa Girikerto dengan jumlah

1668. Tabel ini juga menunjukan bahwa penduduk yang memiliki

tingkat pendidikan yang cukup tinggi akan seimbang dengan penduduk

yang memiliki pendidikan rendah (dibawah SMA).

Page 80: 14520171 - repo.apmd.ac.id

53

5. Sarana Dan Prasarana

Perbaikan kesejahteraan rakyat sangat ditentukan oleh dukungan

infrastruktur atau sarana dan prasarana dalam pembangunan. Kondisi

pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana yang meliputi: transportasi,

ketenagalistrikan, pos, telekomunikasi, informatika, sumber daya air,

perumahan, dan penyehatan lingkungan belum memenuhi kuantitas maupun

kualitasnya.

Pembangunan infrastruktur dihadapkan pada terbatasnya kemampuan

pemerintah untuk menyediakan, terutama untuk infrastruktur yang perlu

mendapat perhatian, yaitu : jaringan irigasi dan pelayanan transportasi

terutama dibidang sarana dan prasarana, pemeliharaan dan pembangunannya

masih menjadi kewajiban dan tanggung jawab pemerintah. Serta masih

adanya rumah yang tidak layak huni.

Kurang lancarnya transportasi terutama jalan dan jembatan (dan

gorong-gorong) dibeberapa ruas jalan Desa Girikerto. Kondisi tersebut sangat

mempengaruhi aktifitas perekonomian, aksesibilitas pelayanan secara umum,

sehingga diperlukannya peningkatan jalan dan jembatan maupun

pemeliharaannya. Hal ini disebabkan wilayah Desa Girikerto berada dalam

Kawasan Rawan Bencana Erupsi Gunung Merapi yang sewaktu-waktu

diperlukan untuk evakuasi warga.

Page 81: 14520171 - repo.apmd.ac.id

54

Tabel II. 6 Sarana dan Prasarana Desa Girikerto

No. Sarana dan Prasarana Relasi

2018 2019

1. Pengerasan Jalan - -

2. Saluran Irigasi √ -

3. Jembatan - -

4. Pos Keamaan √ -

5. Talud √ -

6. Lapangan Olahraga - √

7. Masjid √ -

8. PAUD - -

9. Saluran Air Bersih - -

10. DAM / Bendungan - √

11. Pelatihan Komputer √ -

12. Pelatihan Sadar Lingkungan - -

13. Pelatiham Keterampilan - -

14. Pelatihan Kepemimpinan √ -

15. Pelatihan Kewirausahaan √ -

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

Dari tabel II.6 diatas dapat disimpulkan bahwa infrastruktur desa

atau sarana dan prasarana desa mencakup 15 program tersebut yang

masuk kedalam RKPDes atau rencana pembangunan selama satu tahun

anggaran. Pembangunan infrastruktur yang mencakup sarana dan

prasarana diantaranya adalah pengerasan jalan, pembuatan saluran

irigasi, pembuatan jembtatan, pembangunan pos keamanan, pembuatan

talud, renovasi lapangan olahraga, pembangunan tempat ibadah

(masjid), pembuatan saluran air bersih, pembangunan

Page 82: 14520171 - repo.apmd.ac.id

55

DAM/bendungan, pelatihan komputer, pelatihan sadar lingkungan,

pelatihan keterampilan dalam bidang infrastruktur, pelatihan

kepemimpinan perangkat desa, dan pelatihan kewirausahaan dalam

pertanian dan peternakan.

Dari rencana pembangunan ini ada beberapa program yang belum

berjalan sebagaimana mestinya. Itu disebabkan oleh banyak faktor

terutama faktor kurangnya dana, tenaga ahli, ketersediaan bahan

material dan minat masyarakat dalam mengembangkan potensi diri

diantaranya adalah pengerasan jalan, pembuatan jembatan,

pembangunan PAUD, pembuatan saluran air bersih, pelatihan sadar

lingkungan dan pelatihan keterampilan dibidang infrastruktur.

Peran Pemerintah di bidang sarana dan prasarana.

Penyaluran dana desa telah mampu merubah keadaan pembangunan

sarana dan prasarana Desa Girikerto dengan terbangunnya jalan desa,

saluran irigasi, talut jalan dan gorong-gorong saluran drainase. Peran

Pemerintah di bidang kemasyarakatan. Pembanguanan desa seperti

adanya penganggaran untuk pemenuhan pelayanan sosial pelatihan

kepada perangkat desa dan kelompok masyarakat juga menjadi

prioritas. Peran Pemerintah di bidang Pemerintah masyarakat

mampu meningkatkan kemampuan dan keahliannya sehingga akan

meningkatkan kesejahteraannya.

Peran Pemerintah dalam fasilitasi desa ramah anak, fasilitasi

distribusi serta, fasilitasi tim penanggulangan kemiskinan, dan simulasi

Page 83: 14520171 - repo.apmd.ac.id

56

pembangunan padukuhan. Penyelenggaraan pemerintahan desa,

pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa sudah

penyelenggara dari Pemerintah. Masyarakat yang selama ini kurang

berpartisipasi dalam pembangunan oleh pemerintah desa difasiliasi atau

partisipasinya dalam forum Musyawarah Desa (Musdes) perencanaan

pembangunan desa sehingga masyarakat mempunyai kesempatan

menyampaikan kebutuhan dalam forum tersebut. Pemerintah desa

menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi kepada masyarakat

terutama tentang keuangan desa seperti pemasangan tentang APBDesa.

Masyarakat lebih dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan yang didanai

APBDesa sehingga masyarakat benar-benar merasakan sebagai subyek

pembangunan. Dana desa telah digunakan untuk memfasilitasi

terselenggaranya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK baik

bagi pengajarnya dan siswanya. Namun, saat ini pemerintah dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat utama yaitu pendidikan. Banyak

anggota masyarakat yang mengeluh dan merasa tidak puas tidak

ketersediaannya dengan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas

milik pemerintah ini, baik itu dari segi pemeriksaan yang kurang di

perhatikan oleh petugas kesehatan. Jadi pemerintah juga siapkan para

suster-suster atau dokter spesialis sehingga dapat terjangkau, supaya

bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sosial budaya

masyarakat akibat adanya pembangunan ataupun aktivitas kegiatan,

akan menilai sosial budaya yang mengalami perubahan atau untuk

Page 84: 14520171 - repo.apmd.ac.id

57

mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Peran pemerintah di bidang kelembagaan, Pemerintah Desa

tidak menyediakan ruang kerja (kantor) di semua lembaga dan semua

kelembagaan yang ada di Desa Girikerto tidak mempunyai seragam

karena dana yang di berikan dari Pemerintah Desa tidak mencukupi

untuk pengadaan pakaian seragam kelembagaan yang ada di Desa

Girikerto. Pemerintah desa juga tidak mendirikan BUMDes. Untuk

mengelolah SDM yang ada di Desa Girikerto, Pemerintah Desa tidak

memberikan dana kepada lembaga-lembaga yang ada di Desa

sehinggan SDM yang ada di Desa Giriketo masih Minim. Minimnya

SDM mengakibatkan karena bencana alam (merapi) yang terus

menerus terjadi akhirnya dana yang diberikan dari pemerintah

kabupaten, pemerintah desa memfokuskan pada bencana tersebut.

Peran pemerintah di bidang Ekonomi dan Koperasi.

Pemerintah Desa hanya memberikan modal pada padukuhan-

padukuhan untuk membuka usaha sedangkan masyarakat yang di Desa

Girikerto tidak mempunyai usaha di bidang ekonomi karena kurangnya

modal. Padahal masyarakat ingin sekali membuka usaha di bidang

tersebut. Pemerintah Desa tidk memberi modal pada masyarakat karena

volume/jumlah masyarakat yang ada di Desa Girikerto sangat banyak

sehingga pemerintah hanya memfokuskan pada Padukuhan-Padukuhan

yang ada di Desa Girikerto.

Page 85: 14520171 - repo.apmd.ac.id

58

6. Kondisi Budaya

Kirab Budaya Ngrowod atau Ngleluri Ombyaking Warga

Hametri Kuncara Desa merupakan rangkaian kegiatan bersih desa

untuk mensyukuri karunia dari Tuhan. Rangkaian acara diantaranya

adalah membersihkan lingkungan, pentas seni, dialog budaya, lomba

kesenian dan juga kegiatan pengajian. Acara juga ditandai dengan

kegiatan kirab kirab dan arak-arakan 13 kendi yang berisi air dari

Sendang Panguripan, dam tumpeng Ngrowod. Sebelum kirab, akan

dilakukan pengambilan air dari Sendang Panguripan, yang terletak di

kampung Nangsri.

Ditempat tersebut dipercaya masyarakat setempat bersemayam

arwah Kyai dan Nyai Guno Yudo, Nawang Wulan, Nawang Sari dan

Nawang Sih. Jumlah 13 kendi melambangkan jumlah padukuhan di

Desa Girikerto. Selanjutnya kendi-kendi ini dibawa oleh putra-putri

domas yang menggunakan pakaian kebaya menuju Umbul Nangsri.

Dengan dikawal oleh barisan prajurit lengkap dengan seragam dan

senjata lengkap prajurit adat Jawa, rombongan berjalan kaki sekitar 1,5

km.

Sedangkan Tumpeng Ngrowot dibuat dari hasil bumi yang

berasal dari krowotan (umbi-umbian) antara lain uwi, gembili, gadung,

tela, garut, suweg dan lainnya yang dikemas dalam satu tatanan.

Ngrowot dalam pengertian Masyarakat Jawa berkaitan dengan kegiatan

menjalankan puasa dengan hanya makan umbi-umbian.

Page 86: 14520171 - repo.apmd.ac.id

59

7. Kondisi Kesehatan

Grafik II. 1 Angka Kematian Bayi di Desa Girikerto

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa angka kematian bayi

sangat rendah. Perbandingan angka kematian dan kelahiran cukup jauh.

Dengan jumlah bayi 108 jiwa dan angka kematian nya hanya 1-2 jiwa

saja. Itu membuktikan bahwa kondisi kesehatan di Desa Girikerto

cukup baik.

Grafik II. 2 Angka Harapan Hidup Tahun 2018/2019

120

100

80

60

40

20

0

Jmlh bayi lahir jmlh bayi mati jmlh Bayi

2018

2019

1 2

108 108 107 108

Page 87: 14520171 - repo.apmd.ac.id

60

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup

Masyarakat Desa Girikerto sangat baik. Dari nilai 80, angka harapan

masyarakat Desa Girikerto pada posisi 76 yang berarti kondisi

kesehatan masyarakat dengan pemenuhan kebutuhan pembangunan

infrastruktur di bidang kesehatan sangat baik.

8. Kondisi Keamanan dan Ketertiban

Tabel II. 7 Data Perangkat Ketertiban dan Keamanan

No Nama Jumlah (2018) Jumlah (2019)

1 Pos Kamling 67 67

2 HT 100 102

3 Linmas 60 60

4 Tagana 23 23

5 Bhabinkamtibmas 1 1

6 SAR 1 1

7 Kelompok Ronda 67 67

8 Barak Pengungsian 1 2

9 Sirina/EWS 3 3

10 Mobil Evakuasi - 1

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

80 76 76

70

60

50 angka harapan hdp(dlm th)

40

30

20

10

0

Th 2018 Th 2019

Page 88: 14520171 - repo.apmd.ac.id

61

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan perangkat

ketertiban dan keamanan cukup baik dengan ditunjang oleh fasilitas-

fasilitas seperti infrastruktur Pos Kamling, HT, Linmas, Tagana,

Bhabinkamtibmas, SAR, Kelompok Ronda, Barak Pengungsian,

Sirina/EWS dan Mobil Evakuasi.

9. Kondisi Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat desa Girikerto ditunjukan melalui

keikutsertaan masyarakat Desa Girikerto dalam acara Musrenbangdes,

dalam Musrenbangdes masyarakat dapat menyampaikan pendapatan,

masukan dan rekomendasi kepada pemerintah desa untuk kemajuan

pembangunan desa Girikerto. Selain dalam acara Musrenbangdes

partispasi masyarakat ditunjukan pula dalam hal gotong royong

pembangunan desa, kegiatan pelestarian desa dan penanggulangan

bencana. Dalam hal hak pilih partisipasi masyarakat desa Girikerto

ditujukan dalam hal :

a. Pemilu legislatif dari 5.887 penduduk yang memiliki hak pilih

terdapat 5.210 penduduk yang menggunakan hak pilihnya.

b. Pemilihan presiden dari 5.839 penduduk yang memiliki hak pilih

terdapat 5.127 penduduk yang menggunakan hak pilihnya.

c. Pemilihan kepala desa Girikerto tahun 2013 dari 5.932 penduduk

yang memiliki hak pilih terdapat 4.152 penduduk yang

menggunakan hak pilihnya.

Page 89: 14520171 - repo.apmd.ac.id

62

10. Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Penyelenggaraan pemerintah desa meliputi banyak sekali

kegiatan khususnya dalam bidang pembangunan infrastruktur desa

yang berbentuk fisik dan nonfisik. Adapun semua penyelenggaraan di

bidang pembangunan infrastruktur desa ini akan masuk ke Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) selama 6 tahun.

Adapun pembangunan infrastruktur fisik dan nonfisik di Desa Girikerto

yaitu :

a. Bidang Pembangunan Infrastruktur Desa

- Pelaksanaan bidang pembangunan desa antara lain :

1) Kegiatan pembangunan talud camping ground

2) Kegiatan pembangunan lapangan olahraga

3) Kegiatan pembangunan talud jalan dan MCK

4) Kegiatan pemeliharaan wajah desa (gapura)

5) Kegiatan pemeliharaan tanaman desa

6) Kegiatan pembangunan pembuatan bronjong

7) Kegiatan penanam tanaman ciri khas Desa Girikerto

8) Kegiatan pembangunan PAUD

9) Kegiatan pembangunan masjid

10) Kegiatan pembangunan saluran air bersih

11) Kegiatan pembangunan DAM/Bendungan

12) Kegiatan pembangunan saluran irigasi

13) Kegiatan perlindungan mata air

Page 90: 14520171 - repo.apmd.ac.id

63

14) Pembentukan kelompok sadar lingkungan dan pemeliharaan

daerah aliran kali adem dan sempor

15) Bantuan stimulant pembangunan sarana dan prasarana

padukuhan

16) Kegiatan pembangunan kawasan wisata Ngumbul Nangsri

- Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa antara lain :

1) Kegiatan pendidikan dan pelatihan Kepala Desa dan Perangkat

(Desa Wisata)

2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan Kepala Desa dan Perangkat

(komputerisasi pelayanan)

3) Kegiatan bimbingan teknis pembuatan laporan

pertanggungjawaban

4) Kegiatan pelatihan las

5) Kegiatan pelatihan wirausaha

6) Kegiatan sosialisasi dan pembentukan kelompok usaha tani

7) Kegiatan pemberdayaan BUMDes

8) Kegiatan pelatihan pemasaran hasil usaha tani

9) Kegiatan pelatihan kelembagaan usaha tani

10) Kegiatan pelatihan SLPHT salak pondoh

11) Kegiatan pelatihan pengembangan tanaman pala

12) Kegiatan pelatihan penanganan pasca panen

13) Kegiatan pelatihan usaha pembibitan ikan rakyat

14) Kegiatan pelatihan perikanan pemula

Page 91: 14520171 - repo.apmd.ac.id

64

15) Kegiatan pembentukan pokdarkum

16) Kegiatan pelatihan menjahit

17) Kegiatan lomba kebersihan lingkungan

18) Kegiatan gelar potensi

19) Kegiatan pengukuhan kelompok perikanan, peternakan,

kehutanan, dan perkebunan

20) Kegiatan pelatihan pengurangan resiko bencana

Dari semua pembangunan infrastruktur desa di Desa Girikerto

tersebut tentunya tidak akan berjalan sesuai dengan rencana. Proses

penyelenggaraan pembangunan infrastruktur desa ini memiliki kendala

serta masalah-masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Desa Girikerto.

Permasalahan pelaksanaan pemerintahan desa yang dihadapi selama ini

sangatlah kompleks. Dengan keterbatasan sumber daya yang ada

tentunya tidak dapat menyelesaikan secara tuntas segenap

permasalahan yang ada. Berdasarkan kajian masalah dan penjaringan

yang dilakukan disetiap Dusun terdapat masalah-masalah diantaranya :

1. Bidang Pembangunan (Sarana prasarana)

a) Banyak jalan desa, jalan lingkungan, jalan evakuasi, dan jalan

ekonomi yang rusak

b) Talud-talud jalan secara umum belum keseluruhan ada, yang

sudah ada dalam kondisi rusak.

c) Banyak jembatan yang tidak memenuhi syarat

d) Gorong-gorong rusak dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya

Page 92: 14520171 - repo.apmd.ac.id

65

e) Dam dan saluran irigasi banyak yang kondisi rusak

f) Kurangnya infrastruktur dasar yang tersedia (jalan, irigasi) yang

memadai

g) Belum tergalinya SDA dan SDM dalam bidang pariwisata

h) Masih banyak sarana ibadah yang perlu perbaikan dan perawatan

yang optimal

i) Kurangnya anggaran untuk pengembangan gedung (serbaguna)

j) Belum adanya PJU ditempat yang rawan kecelakaan (tikungan,

persimpangan), dan di tempat sarana umum

2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

a) SDM yang masih gagap teknologi sehingga mengurangi minat

dalam kegiatan pelatihan komputer

b) Tingkat pendidikan yang masih kurang sehingga program-

program pemberdayaan yang terselenggara masih kurang

c) Kurang sadarnya masyarakat terhadap kebersihan lingkungan

d) Nilai dan ilmu dari pelatihan yang tidak direalisasikan langsung

11. Lembaga Pemerintahan

a. Pemerintahan Desa

Untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, didukung dengan

perangkat desa sebanyak 27 orang. Perangkat desa diangkat melalui

mekanisme penyaringan melalui ujian tertulis yang diselenggarakan

oleh Panitia Pengisian Perangkat Desa. Perangkat desa di Desa

Girikerto memiliki tingkat pendidikan yang masih rata-rata wajib

Page 93: 14520171 - repo.apmd.ac.id

66

belajar Dua Belas Tahun, hal ini akan menuntut pemerintah desa

berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tersedia.

Tabel II. 8 Jumlah Perangkat Desa

No Nama Jabatan Pendidikan

Terakhir

1 Sumaryanta, SH Kepala Desa S 1

2 Krisna Cahyana, SH Sekretaris Desa S 1

3 Edy Sunarno, ST Kepala Seksi Pemerintahan S 1

4 Juliantara Kepala Seksi Kesejahteraan SMU

5 Teguh Raharjo, S.Pt Kepala Seksi Pelayanan S 1

6 Haryana Kepala Urusan TU dan Umum SMU

7 Dwi Rahmad Raharjo,

STP Kepala Urusan Keuangan

S 1

8 Samirin Kepala Urusan Perencanaan SLTA

9 Ngadimin Dukuh Ngandong SMU

10 Samijo Dukuh Nganggring SMU

11 Amrirudin Dukuh Kloposawit SMU

12 Sidik Priyono Dukuh Kemirikebo SMU

13 Endi Wiratmo Dukuh Sukorejo SMU

14 Purwadi Dukuh Pancoh SMU

15 Suwarsono Dukuh Nangsri SMP

16 Sihana Dukuh Bangunmulyo Sarmud

17 Sudiharjo Dukuh Babadan Sarmud

18 Maridi Dukuh Glagahombo SMU

19 R. Wijayatmo Dukuh Daleman SMU

20 Ig. Jumadi Dukuh Surodadi SMU

21 Supriyono Dukuh Karanggawang SMU

22 Ani Lusiana Suwarna Staf Sekretaris Desa SMU

23 Supardi Staf TU dan Umum SMU

24 Sudrajat Staf Pelayanan SMU

25 Drs. Martono Teguh P Staf Kesejahteraan S 1

26 Fitri Rahayu, S.Si Staf Pemerintahan S 1

27 Emy Rahayu, S.I.Pust Staf Keuangan S 1

Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019

Dari tabel II.8 diatas dapat diketahui bahwa Desa Girikerto

memiliki Pemerintahan Desa dengan jumlah 27 Perangkat Desa. yang

termasuk dalam Perangkat Desa ini diantaranya adalah Kepala Desa

Page 94: 14520171 - repo.apmd.ac.id

67

yang menjadi jabatan tertinggi pada Struktur Pemerintahan Desa.

Kemudian ada seorang Sekretaris Desa, 3 (tiga) Kepala Seksi yakni

Kepala Seksi Pemerintahan, Kesejahteraan dan Pelayanan. Selain itu

ada 3 (tiga) Kepala Urusan yaitu Kepala Urusan TU dan Umum,

Keuangan dan Perencanaan. Dibawahnya ada 6 (enam) orang staff dan

13 orang Kepala Dukuh.

Dilihat dari tingkat pendidikan nya, mayoritas Perangkat Desa

di Desa Girikerto ini berpendidikan terakhir SMU/Sederajat dan

Sarjana.

a. Struktur Pemerintah Desa

Gambar II. 3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa

----------------

BADAN

PERMUSYAWARATAN

DESA (BPD)

KEPALA

DESA

Kaur TU

dan

Umum

SEKRETARIS

DESA

Kaur

Perencanaan

Kaur

Keuangan Kasi

Kesejahteraan

Kasi

Pelayanan

Kasi

Pemerintahan

DUKUH

Dukuh

Pancoh Dukuh

Nangsri

Dukuh

Bangunmulyo

Dukuh

Sukorejo Dukuh

Kemirikeb

bo

Dukuh

Kloposawit

Dukuh

Nganggring

Dukuh

Ngandong

Dukuh

Surodadi Dukuh

Karanggawang

Dukuh

Glagahombo

Dukuh

Babadan

Dukuh

Daleman

Page 95: 14520171 - repo.apmd.ac.id

68

Sumber data : LPP Desa Girikerto 2018/2019

Kemudian untuk melihat lebih jelas mengenai struktur

kepengurusan Kantor Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta :

1) Kepala Desa : Sumaryanta S.H

2) Sekretaris Desa : Krisna Cahyana S.H

3) Kepala Seksi Pemerintahan : Edi Sunarno S.T

4) Kepala Seksi Kesejahteraan : Juliantara

5) Kepala Seksi Pelayanan : Teguh Raharjo, S.Pt

6) Kepala Urussan TU dan Umum : Haryana

7) Kepala Urusan Keuangan : Dwi Rahmad Raharjo, STP

8) Kepala Urusan Perencanaan : Samirin

9) Kepala Dukuh

Ngandong : Ngadimin

Nganggring : Samijo

Kloposawit : Amirudin

Kemirikebo : Sidik Priyono

Sukorejo : Endi Wiratmo

Pancoh : Purwadi

Nangsri : Suwarsono

Bangunmulyo : Sihana

Page 96: 14520171 - repo.apmd.ac.id

69

Babadan : Sudiharjo

Glagahombo : Maridi

Daleman : R. Wijayatmo

Surodadi : Ig. Jumadi

Karanggawang : Supriyono

2. Visi dan Misi Desa Girikerto

a. Visi

“Terwujudnya masyarakat Desa Girikerto yang lebih pintar dan

lebih sejahtera lahir batin pada tahun 2020”.

b. Misi

1) Meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar

2) Meningkatkan kualitas kehidupan dan kesehatan masyarakat

3) Meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia

4) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan

pendapatan asli desa

5) Meningkatkan kehisupan beragama, pemuda, olahraga serta

sosial budaya

6) Meningkatkan tata pemerintahan yang dinamis

7) Meningkatkan ketertiban dan keamanan masyarakat

3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Tabel II. 9 Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

No Nama Jabatan

Page 97: 14520171 - repo.apmd.ac.id

70

1 Wignyo Santosa Ketua

2 Wagimin Wakil Ketua

3 Try Dady Widiyanto Sekretaris

4 Sugiyono, Bsc Ketua Pokja

5 Nurwiyanto, S.Ag Ketua Pokja

6 Agus Setyawan Ketua Pokja

7 Andry Widyantara Anggota

8 Widayati Anggota

9 Erwan Efendi Anggota

10 Singgih Sigit Susanto Anggota

11 Farida Andria, S.Pd Anggota

Sumber data : LPP Desa Girikerto 2018/2019

4. Lembaga Desa

a. LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)

b. TPPKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga)

c. Karang Taruna

d. RT (Rukun Tetangga)

e. RW (Rukun Warga)

Page 98: 14520171 - repo.apmd.ac.id

71

BAB III

ANALISIS DATA

Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa

Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa

Yogyakarta

A. Pembahasan

1. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan

Infrastruktur

Manajemen pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur

desa memang sangat penting untuk merencanakan seluruh program

kerja dan aktivitas pembangunan yang berkaitan dengan infrastruktur.

Manajemen pemerintah desa itu akan lebih mudah jika keterlibatan

semua masyarakat cukup aktif. Untuk mendukung manajemen

pemerintah dalam perencanaan pembangunan dibutuhkan perekrutan

awal agar nanti nya masing-masing daerah dapat di koordinir dengan

baik.

Perencanaan merujuk kepada keterkaitan yang tidak terpisahkan

antara kebutuhan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan.

Perencanaan diperlukan karena kebutuhan pembangunan lebih besar

daripada sumber daya yang tersedia. Dengan perencanaan ingin

dirumuskan berbagai kegiatan pembangunan yang secara efisien dan

Page 99: 14520171 - repo.apmd.ac.id

72

efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber

daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang tersedia dalam

pembangunan.

Menurut Kepala Desa Girikerto, Sumaryanta S.H , mengatakan

bahwa semua perencanaan yang nanti nya akan dilaksanakan harus

dilakukan Musyawarah Dusun (Musdus) yang dipimpin oleh LPMD

Padukuhan karena Desa Girikerto ini memiliki wilayah yang cukup luas

yang terdiri atas 13 Padukuhan. Berbagai elemen masyarakat mulai dari

Kepala Dukuh, LPMD Padukuhan, RT/RW dan Tokoh Masyarakat

berkumpul bersama merencanakan kegiatan pembangunan infrastruktur

yang ada di wilayah masing-masing Padukuhan. Kemudian hasil dari

Musyawarah Dusun (Musdus) di bawa ke Musyawarah Desa (Musdes)

dan Musyawaran Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes)

dan selanjutnya hasil dari musyawarah tersebut akan masuk ke

RPJMDes secara administrasi dan setiap tahun nya masuk ke RKPDes.

Seperti pada kutipan dibawah ini :

“...RKPDes itu ditentukan dengan skala prioritas untuk pertahun. Mana yang

harus di prioritaskan terlebih dahulu dan mana yang akan mundur sedikit

mundur sedikit itu artinya di dalam Musyawarah Desa itu di simpulkan seperti

itu di masing-masing Dusun. Nah, setelah itu masuk di RKP Desa kita sortir

lagi kan akan masuk ke APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa).

otomatis itu juga tidak semua nya di masuk di RKP Desa itu bisa terbiayai oleh

dana yang dipunyai oleh desa sehingga juga prioritas lagi itu nanti mana yang

lebih penting dan mana yang mendesak, bukan sebuah keinginan, namun yang

menjadi dasar kita adalah kebutuhan”.

Dari keterangan wawancara diatas dapat diuraikan bahwa

Pemerintah Desa Girikerto melakukan pembangunan infrastruktur

dengan dasar kebutuhan masyarakat. Untuk melakukan perencanaan

Page 100: 14520171 - repo.apmd.ac.id

73

pembangunan infrastruktur tersebut harus melalui beberapa tahap yaitu

dengan mengadakan musyawarah terlebih dahulu di tingkat Padukuhan

sehingga nantinya hasil dari musyawarah tersebut dibawa ke desa atau

Musyawarah Desa. Hal ini dilakukan agar pemerintah desa tahu apa saja

yang menjadi kebutuhan yang harus didahulukan pembangunannya.

Penentuan Pembangunan ini harus didasari atas skala prioritas artinya

kebutuhan mana yang harus di dahulukan agar efektifitas pembangunan

yang telah di rencanakan dapat dirasakan dengan baik oleh masyarakat.

Ada pula pendapat yang disampaikan oleh bapak Krisna

Cahyana S.H selaku Sekretaris Desa, mengatakan bahwa semua

kegiatan Pemerintah Desa yang sifatnya Pembinaan, Pembangunan,

Pemberdayaan masuk ke RPJMDes. Sehingga sebelum semua kegiatan

desa ini terealisasikan maka akan dilakukan tahapan-tahapan yang

berkenaan dengan perencanaan baik itu di bidang pembangunan

infrastruktur. Seperti pada kutipan di bawah ini :

“... Intinya dari awal tadi. Kegiatan desa itu harus masuk RPJMDes. Melalui

aspirasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan juga dalam penyusunan

RPJMDes itu di dasari yang namanya Musdus (Musyawarah Dusun). Di

Musdus itu ada beberapa unsur masyarakat. Yang satu dari LPMD, dari

RT/RW, Tokoh Pemuda dan BPD. Itu semua dari Musdus dulu. Setelah

melakukan Musdus, dikumpulkan baru menjadi RPJMDes (Rencana

Pembangunan Menengah Desa)”.

Berdasarkan wawancara di atas dapat diuraikan bahwa

program-program pembangunan infrastruktur yang ada di Desa berasal

dari usulan-usulan dari setiap padukuhan yang ada di Desa Girikerto

melalui Musyawarah Dusun. Usulan-usulan tersebut di musyawarahan

melalui BPD dan disepakati oleh setiap elemen-elemen masyarakat

Page 101: 14520171 - repo.apmd.ac.id

74

yaitu Kepala Dukuh, LPMD, RT/RW, serta Tokoh Mayarakat. Setelah

semua usulan tersebut disepakati, maka akan dituangkan menjadi

RPJMDes. RPJMDes merupakan usulan-usulan dari masing-masing

Padukuhan dan termasuk program infrastruktur fisik dan non fisik yang

dimuat dalam RPJMDes.

Bapak Samirin selaku Kepala Urusan Perencanaan mengatakan

bahwa semua perencanaan desa terpampang jelas secara konkrit kalau

program desa sudah ada dalam RPJMDes. Dapat dilihat pada kutipan di

bawah ini :

“... Terkait perencanaan infrastruktur ini dari 13 Padukuhan yang ada di Desa

Girikerto masing-masing padukuhan memiliki perwakilan BPD. BPD itu

sendiri memiliki forum yang namanya Musyawarah Desa. Musyawarah Desa

itu adalah forum dimana aspirasi masyarakat itu di tuangkan dalam forum yang

resmi sebelum pelaksanaan ataupun penentuan sidang di APBDes. Karena

setelah RPJMDes itu selesai, itu nanti setiap tahun nya kita membuat atau

membentuk tim yang wujudnya adalah tim verifikasi , tim pelaksanaan

kegiatan untuk menyusun rencana kerja pemerintah desa selama satu tahun

yang akan berjalan. Itu disitu fungsi BPD nanti akan menjaring aspirasi lewat

Musdes. Namun sebelum nya itu di tingkat Padukuhan diadakan Musdus

(Musyawarah Dusun) untuk menjaring setiap dusun ketika sudah final dan

sudah ada program yang tertulis baru nanti di sampaikan di Musdes. Setelah

itu nanti ada pertimbangan-pertimbangan dan selanjutnya nanti dari Musdes

akan dilaporkan ke Desa dan juga ke Pemerintah Daerah itu nanti dalam bentuk

advokat. Jadi dalam prosesnya nanti setelah RPJMDes itu kan pada waktu

penentuan RPJMDes itu juga udah ada eee prosedur nya bagaimana

menciptakan produk dari RPJMDes itu harus ada beberapa unsur diantaranya

adalah LPMD, PKK, Karang Taruna, RT/RW, terus ada juga Tokoh Agama,

terus Perangkat Desa juga harus ada disitu, Kepolisian juga harus ada, banyak

mas”.

Dari hasil wawancara diatas dapat diuraikan bahwa semua

pembangunan terkait perencanaan pembangunan infrastruktur itu

dijaring melalui Musyawarah Dusun dengan perwakilan BPD di setiap

Padukuhan. Setelah itu, BPD mempunyai forum Musyawarah Desa

yang memuat seluruh aspirasi masyarakat untuk di bawa ke forum yang

Page 102: 14520171 - repo.apmd.ac.id

75

resmi sebelum pelaksanaan sidang APBDes. Setelah masuk ke

RPJMDes, Pemerintah Desa membentuk tim verifikasi dan tim

pelaksana kegiatan untuk menyusun RKPDes selama setahun ke depan.

Perencanaan ini melibatkan beberapa unsur diantaranya adalah LPMD,

PKK, Karang Taruna, RT/RW, Tokoh Agama, Perangkat Desa, dan

Kepolisian.

Bapak Wignyo Santosa Selaku Ketua Badan Permusyawaratan

Desa mengatakan bahwa perencanaan pembangunan infrastruktur itu

dimulai dari penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh tim

BPD pada setiap Padukuhan. Seperti pada kutipan di bawah ini :

“... Semua bentuk perencanaan pembangunan infrastruktur selalu di awali dari

Musyawarah Dusun dengan melibatkan LPMD Padukuhan dengan masing-

masing wilayah kita memiliki anggota yang kalau diperlukan mengawasi. Nah

nanti pada waktu sidang perencanaan di desa itu kita memprioritaskan sesuai

dengan kemampuan desa. Kami sebagai BPD ini sebagai jembatan antara

masyarakat dengan Pemerintah Desa. Mengenai penjaringan aspirasi akan kita

sinkronkan melalui rapat yang kami buat di masing-masing Padukuhan dengan

apa yang sudah mereka usulkan melalui Musyawarah Dusun. Kadang-kadang

begini mas, di RPJMDus belum muncul tapi dalam penjaringan aspirasi bisa

muncul atau mereka sudah menyadari yang sudah diusulkan 5 (lima) program

kerja tetapi di Padukahan lain minta usulan lain mungkin bisa di dukung nanti

apabila ada perencanaan lagi.”

Berdasarkan keterangan diatas dapat diuraikan bahwa tahapan-

tahapan perencanaan pembangunan tersebut selalu di awali dengan

proses Musyawarah. Desa Girikerto memiliki 13 wilayah Padukuhan

yang sangat luas. Oleh sebab itu Pemerintah Desa bekerja sama dengan

Perangkat Desa dan masyarakat untuk melakukan musyawarah di

tingkat dusun atau Musyawarah Dusun (Musdus). Posisi BPD disini

adalah sebagai jembatan antara masyarakat dengan Pemerintah Desa

untuk menjaring dan manyalurkan aspirasi masyarakat sehingga sampai

Page 103: 14520171 - repo.apmd.ac.id

76

ke Pemerintah Desa. Aspirasi-aspirasi tersebut akan di sinkronkan

dengan seluruh padukuhan yang ada di Desa Girikerto agar penentuan

program kerja dapat dilihat yang mana yang menjadi prioritas utama

pembangunan.

Senada juga pendapat yang di sampaikan oleh Bapak Pratignyo

selaku Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Desa

Girikerto, yang mengatakan bahwa :

“... Perencanaan Pembangunan itu langsung dari aspirasi masyarakat yang

ditampung RT/RW dan selanjutnya ke tingkat Dusun dan disusulkan lagi ke

Desa termasuk LPMD juga ikut menjembatani dari dusun untuk pengusulan-

pengusulan perencanaan pembangunan yang ada di Dusun dan masuk ke

RPJMDes.”

Dari pernyataan diatas dapat diuraikan bahwa tahapan

perencanaan pembangunan itu terorganisir mulai dari tahapan paling

bawah melalui RT/RW ke tingkat Dusun dan dilanjutkan dengan usulan

ke Desa sehingga usulan perencanaan pembangunan ini dapat di

bawakan dalam Musyawarah Desa dan masuk ke RPJMDes.

Menurut Syaifudin Zuhfri Zulkarnain S.Psi selaku Tokoh

Pemuda dan seorang Pegawai Negeri menjelaskan perencanaan

pembangunan infrastruktur itu hasil dari musyawarah masyarakat dan

koordinasi antara perangkat padukuhan termasuk BPD, RT/RW dan

Kepala Dukuh yang kemudian akan di sampaikan dalam Musyawarah

Desa.

“... Perencanaan Pembangunan itu ya masukan masyarakat juga yang

disampaikan kepada BPD, RT/RW dan Kepala Dukuh termasuk Tokoh-Tokoh

Masyarakat berkerja sama seterusnya di koordinasikan ke Musdes.”

Dari kutipan wawancara di atas dapat diuraikan bahwa setiap

perencanaan pembangunan yang di musyawarahkan di tingkat dusun

Page 104: 14520171 - repo.apmd.ac.id

77

dan desa merupakan usulan-usulan dari masyarakat melalui BPD,

RT/RW dan Kepala Dukuh serta Tokoh-Tokoh Masyarakat.

Hal serupa juga yang di sampaikan oleh Mas Sutrisno selaku

Masyarakat, mengatakan bahwa :

“... Biasanya perencanaan pembangunan itu diadakan rapat bapak-bapak gitu

mas setiap sebulan sekali, setiap malam Senin Legi. Rapat ini ada perencanaan

pembangunan talud di kidul dusun, masih rencana ini.”

Berdasarkan wawancara diatas dapat diuraikan bahwa

perencanaan pembangunan itu merupakan agenda bulanan masyarakat

khsusunya di setiap padukuhan untuk memusyawarahkan kebutuhan

pembangunan yang dibutuhkan masyarakat setempat.

Ada pula pendapat yang di sampaikan oleh Pak Saham selaku

Masyarakat, mengatakan bahwa :

“... Ya itu dari ini dari masyarakat misalnya mau pengerasan jalan gitu, dari

masyarakat itu mengusulkan mengajukan itu. Seperti yang saya bilang itu tadi,

kalau ya tadi saya bilang kalau proposal yang dari masyarakat dan setiap dukuh

diterima ya nanti mungkin ada bantuan dari Kelurahan atau dari Kabupaten.

Tapi kalau endak ya endak mas.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa segala bentuk

pembangunan yang direncanakan dan yang sudah terlaksana merupakan

usulan dari masyarakat.

Ada pula pendapat yang disampaikan oleh Bapak Samija selaku

Kepala Dukuh Nganggring, yang mengatakan bahwa pembangunan

infrastruktur itu terdiri atas fisik dan nonfisik. Pada infrastruktur fisik

nya terdapat talud jalan, cor jalan dan irigasi sedangkan nonfisik adalah

pembinaan keterampilan. Seperti kutipan dibawah ini :

“... Infrastruktur itu ada dua yaitu fisik dan nonfisik. Kalau yang fisik itu ada

talud jalan, cor jalan, ada irigasi. Yang nonfisik itu ada pembinaan

keterampilan.”

Page 105: 14520171 - repo.apmd.ac.id

78

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diuraikan bahwa

bentuk usulan pembangunan yang ada adalah infrastruktur fisik dan

nonfisik.

Ada juga pendapat yang disampaikan oleh Bapak Juliantara

selaku Kepala Seksi Kesejahteraan, mengatakan bahwa :

“... Itu pertama, pertamakan ada Musdus (Msuyawarah Dusun). Musyawarah

Dusun itu mengadakan musayawarah masalah pembangunan fisik dan

nonfisik. Itu yang hadir biasanya ada Pak Dukuh, LPMD, ada Karang Tarunan,

ada PKK, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat. Itu terus membuat

kesepakatan program kerja menurut bidang nya sendiri-sendiri. Terus nanti

setelah selesai di Padukuhan nanti terus di bawa ke desa. 13 (tiga belas)

Padukuhan itu nanti terus dari Padukuhan tadi dikumpulkan jadi satu untuk

Musdes (Musyawarah Desa). dalam Musyawarah Desa itu nanti kan dari

Padukuhan itu mengambil prioritas pembangunan mana saja yang di

dahulukan. Mungkin pembangunan fisiknya apa terus nonfisik nya apa itu

sesuai urutan nya. Setelah itu ada Musyawarah tingkat Desa ada BPD, LPMD

Desa, ada PPL, terus ada dari Kecamatan, terus dari 13 Padukuhan itu

mengambil skala prioritas.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa segala bentuk

perencanaan itu di awali dengan Musyawarah Dusun (Musdus) karena

wilayah Desa Girikerto terbagi atas 13 (tiga belas) Padukuhan yang

membahas tentang pembangunan fisik dan non fisik yang terdiri atas

oleh Kepala Dukuh, LPMD Padukuhan, Karang Taruna, PKK, Tokoh

Agama dan Tokoh Masyarakat. Dalam Musdus tersebut membuat

kesepakatan dengan bidang nya masing-masing. Setelah proses di

masing-masing Padukuhan dikumpulkan menjadi satu dan masuk ke

dalam Musyawarah Desa. Di dalam musyawarah desa akan ditentukan

yang menjadi skala prioritas pembangunan.

Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti di lapangan, dapat

diuraikan bahwa manajemen Pemerintah Desa Girikerto dalam

Page 106: 14520171 - repo.apmd.ac.id

79

perencanaan pembangunan infrastruktur adalah dengan menggerakan

seluruh elemen-elemen masyarakat dalam melakukan penjaringan

aspirasi melalui musyawarah di setiap wilayah padukuhan. Tahapan

perencanaan ini di awali dengan dilakukan nya Musyawarah di tingkat

Dusun (Musdus) yang selanjutnya akan di tampung dalam forum

Musyawarah Desa agar semua usulan yang menjadi rencana

pembangunan tersebut dapat di musyawarahkan untuk menentukan

skala prioritas pembangunan yang benar-benar menjadi kebutuhan

masyarakat.

2. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengorganisasian

Pembangunan Infrastruktur

Manajemen pemerintah desa dalam pengorganisasian

pembangunan infrastruktur sangatlah penting sebagai upaya

penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-

sumber, dan lingkungannya agar dapat mencapai tujuan organisasi yang

efisien.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Desa Girikerto Bapak

Sumaryanta S.H, pada kutipannya mengatakan bahwa dalam

pembangunan infrastruktur itu memerlukan yang namanya

pengorganisasian. Pengorganisasian ini berfungsi sebagai tim

pengelolaan atau pelaksana kegiatan yang sesuai dengan tujuan-tujuan

serta fungsi pembangunan agar apa yang ingin dicapai dapat terorganisir

dengan baik. Seperti pada kutipan di bawah ini :

Page 107: 14520171 - repo.apmd.ac.id

80

“... Pembentukan TPK itu wajib, sangat wajib dibentuk. Itu tim TPK

pengelolaan atau pelaksana kegiatan itu wajib dibentuk untuk menjalankan

tugas dan fungsi pembangunan. Tim tersebut terdiri dari minimal itu kan

Kepala Desa sebagai penanggung jawab, Kepala Seksi Kesejahteraan sebagai

ketua kemudian LPMD Desa itu termasuk, kemudian juga kalau di wilayah

Padukuhan itu Kepala Dukuh termasuk tim ya, terus Tokoh Masyarakat ya,

terus itu tim TPK ya seperti itu. Artinya Tokoh Masyarakat itu tidak hanya

terdiri dari satu orang karena tim tersebut nantinya terdiri dari minimal 7 orang

dan maksimal 11 orang. Nah, tim ini kalau ini sudah ke pelaksanaan lo dek ya,

tim TPK ini sudah merencanakan. Artinya bahwa tim ini teknisn ya adalah

sebelum pelaksanaan ee dilapangan dilaksanakan, mereka berkumpul,

berembuk merencanakan kegiatan itu model nya seperti apa. Kemudian di

masing-masing tim tersebut diberikan tanggung jawab, jadi di masing-masing

personal kamu tanggung jawab masalah ini masalah ini masalah ini. Setelah

itu nantikan masing-masing anggota tim ada tanggung jawab haa termasuk

pengawasan juga harus terus di awasi.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa dalam pembangunan

infrastruktur itu memerlukan suatu badan organisasi untuk menjalankan

fungsi dan tujuan pembangunan. Pengorganisasian itu berfungsi sebagai

upaya Pemerintah Desa dalam mengoptimalkan perencanaan,

pelaksanaan sampai kepada pengawasan pembangunan yang telah di

rencanakan. Adapun tim yang dibentuk dalam satu organisasi ini adalah

TPK atau Tim Pelaksanaan dan atau Pengelolaan Kegiatan. Tim ini

terdiri atas Kepala Desa sebagai penanggung jawab, Kepala Seksi

Kesejahteraan sebagai Ketua, serta anggota tim lain seperti LPMD,

Tokoh Masyarakat dan Kepala Dukuh disetiap wilayah Padukuhan.

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Krisna Cahyana S.H

selaku Sekretaris Desa, Ia mengatakan bahwa :

“... Kepala Desa membentuk yang namanya Tim Pelaksana Kegiatan atau

TPK. Tim Pelaksana Kegiatan itu diketuai atau dikoordinatori di masing-

masing Kasi ataupun Kaur. Kalau dalam hal pembangunan itu biasanya Kasi

Pembangunan atau sekarang Kesejahteraan. Tugas tim tersebut pertama adalah

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, penatausahaan. Tim

tersebut dibentuk secara bergantian sesuai dengan kegiatan nya. Untuk contoh,

ketika itu berkaitan dengan ada yang namanya pemberdayaan wanita ataupun

kesehatan, disitu yang punya data-data berkaitan dengan wanita, lansia itu kan

Page 108: 14520171 - repo.apmd.ac.id

81

Kasi Pelayanan, terus pelaksanaan nya di Padukuhan mana. Itu yang dilibatkan

adalah kewilayahan, kan ada yang namanya di proposal jenengan pasti juga

tertulis yang namanya Pemerintah Desa itu ada Kepala Desa, Sekretaris sampai

dengan pelaksana kewilayahan toh?.”

Dari wawancara di atas dapat diuraikan bahwa Kepala Desa

sebagai Pemerintah Desa membentuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)

yang memiliki tugas yaitu perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,

pelaporan, penatausahaan. Dalam proses pembangunan infrastruktur,

tim ini di ketuai oleh Kepala Seksi Kesejahteraan. Namun, tim tersebut

di bentuk secara bergantian berdasarkan kepentingan atau program kerja

masing-masing sehingga ketersediaan data dapat lebih akurat dalam

bidangnya.

Menurut Bapak Samirin selaku Kepala Urusan Perencanaan

mengatakan bahwa peran pemerintah desa dalam penggorganisasian

pembangunan infrastruktur itu sangat penting. Kemudian melalui

Kepala Seksi Kesejahteraan dibentuk Tim Pelaksana Kegiatan karena

itu adalah tugas, pokok dan fungsi dari Kepala Seksi Kesejahteraan.

Seperti pada wawancara dibawah ini :

“... Ya itu lewat Kasi Kesejahteraan karena itu adalah tugas, pokok dan fungsi

dari Kasi Kesejahteraan. Disitu nanti bapak Kasi akan membuat tim pelaksana

kegiatan ataupun pengelolaan kegiatan lewat surat keputusan Kepala Desa

yang di sahkan oleh Kepala Desa. kalau tim nya banyak sekali, karena kita

dalam penentuan tim pelaksana kegiatan itu juga harus mmenuhi unsur

diantaranya kan harus ada Ketua Pelaksana, Koordinator pelaksana terus nanti

ada unsur masyarakatnya. Unsur masyarakat itu di ambil dari LPMD, PKK,

Karang Taruna, terus ada juga Tokoh Masyarakat setempat yang sudah

dibangun dan ada juga anggota-anggota. Tugasnya beda-beda. Ada yang

sebagai leader disitu, terus ada juga sebagai nanti bisa dikatakan kayak apa

namanya arsitek nya yang nanti mengetahui tentang bangunan, konstruksi nya

bagaimana, seeperti itu sudah ada orang nya sendiri terus pembantunya,

pembantu administrasi untuk menyelesaikan LPJ seperti itu juga ada.”

Hal serupa yang disampaikan oleh Bapak Wignyo Santosa

selaku Ketua BPD, Ia mengatakan bahwa :

Page 109: 14520171 - repo.apmd.ac.id

82

“... Dalam pengorganisasian dibentuk tim. Fungsi dari tim itu mendampingi

mulai dari perencanaan, mendampingi mulai dari pelaksanaan ya seperti

pengawas lah yang nanti setiap saat dia harus melakukan evaluasi dan

mendampingi pertanggung jawaban nanti. Untuk tim ini melihat pada

kebutuhan mas, tapi sementara ini, satu periode agak panjang ini memang tetap

itu karena juga susah mas, yang mau juga susah, yang memang memang mau

kalau bekerja oleh lembaga desa jadi pendamping itu kan mesti tidak fokus,

artinya tidak mencari orang-orang yang ‘nyambi’, tau nyambi kan mas?

Misalnya kuliah tapi juga membant, begitu. Anggota BPD juga banyak yang

seperti itu.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa pengorganisasian

itu sangat penting karena pembentukan suatu tim untuk menjalankan

fungsi lembaga desa dalam perencanaan sampai kepada pelaksanaan

dan pengawasan harus terorganisir dengan baik. Misalnya dengan

adanya pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK).

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Pratignyo selaku

Ketua LPMD, Ia mengatakan bahwa :

“... Pemerintah desa dalam mengorganisasikan tim itu melibatkan Kepala

Dusun, terus LPMD ada, terus dari PKK jelas, Karang Taruna, hampir semua

dilibatkan. LPMD disini mempunyai tim khusus yang menangani infrastruktur

untuk membantu Pak Kasi misalnya dalam pembangunan jalan itu LPMD ada

yang mengawasi, pembangunan jembatan juga LPMD. Yang jelas masyarakat

juga dilibatkan. Tim ini banyak sekali. Ada tim perencanaan jelas ya,

pelaksanaan, terus pengawasan itu jelas ada.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa semua perwakilan

masyarakat turut dilibatkan dalam badan pengorganisasian atau tim

pelaksana kegiatan. Tim tersebut melibatkan diantaranya Kepala Dusun,

LPMD, PKK, Karang Taruna dan perwakilan dari masyarakat. Tim ini

juga terstruktur dengan tugas dan fungsinya masing-masing mulai dari

tim perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Menurut Mas Syaifudin Zuhfri Zulkarnain S.Psi selaku Tokoh

Pemuda dan seorang Pegawai Negeri mengungkapkan bahwa

Pemerintah Desa bersama perwakilan desa sebagai tim pelaksana

Page 110: 14520171 - repo.apmd.ac.id

83

kegiatan tersebut biasanya turut hadir dalam pelaksanaan pembangunan

untuk memantau kerja di lapangan. Seperti pada kutipan di bawah ini :

“... Kalau biasanya hanya pengecekan aja tim nya dari desa itu. Ngecek dibuat

bener apa enggak kayak gitu biasanya. Dari desa ada beberapa lah, tim kecil

mungkin, hanya sebagai pemantau aja, kendalanya di lapangan seperti apa.

Ntah itu kendalanya soal bahan atau apa nanti solusinya dibicarakan. Tim

besarnya itu biasanya ada Kaur Perencanaan, Kasi juga, ya hampir rata-rata

Perangkat Desa.”

Dari kutipan di atas dapat diuraikan bahwa Pemerintah Desa

atau tim juga selalu melakukan pengecekan baik pada saat proses

pembangunan berjalan atau tidak. Dari pengecekan tersebut di

identifikasi apakah terjadi kendala di lapangan atau tidak.

Ada juga pendapat dari Ibu Marina selaku Masyarakat di Desa

Girikerto, Ia mengatakan bahwa :

“... Kalau untuk tim itu ya dari desa. Nek neng kene tekan ngesor yo ra ono toh

paling. Sing medune Kelurahan ngawasi tekan sing Kecamatan ra ono pegawai

ne. Itu semua Perangkat Desa.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa semua tim itu

biasanya ditunjuk dari desa atau pemerintah Desa. Tim atau perangkat

dalam pengawasan tidak ada.

Menurut Bapak Samija selaku Kepala Dukuh Nganggring

mengatakan bahwa disetiap Padukuhan memeliki koordinatornya

masing-masing yaitu Kepala Dukuh untuk koordinasi di tingkat

Padukuhan. Seperti pada kutipan di bawah ini :

“... Kepala Dukuh itu otomatis. Tapi tidak tidak pasti jadi tim. Tapi dukuh

memang nganu disuruh koordinasi ke tingkat Dusun, koordinator tingkat

padukuhan itu Kepala Dukuh. Kami dan tim tadi itu mengawasi segala anu

segala kegiatan, memantau segala kegiatan ya terus terang untuk anu kalo dana

sudah cair, bantuan sudah cair untuk segera melaksanakan pembangunan

tersebut.”

Page 111: 14520171 - repo.apmd.ac.id

84

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa di masing-masing

Padukahan memeiliki koordinator dari tim pelaksanaan kegiatan yaitu

Kepala Dukuh. Dari 13 Padukuhan di Desa Girikerto ini, Kepala Dukuh

selaku koordinator mengarahkan masyarakat dalam segala bentuk

kegiatan untuk didiskusikan lebih lanjut di tingkat Padukuhan sampai

ke tingkat Desa.

Ada pendapat yang disampaikan oleh Bapak Juliantara selaku

Kepala Seksi Kesejahteraan, Ia mengatakan bahwa :

“... Dalam program kerja itu pasti kami bersama Pak Lurah dari Pemerintahan

Desa membentuk suatu organisasi atau tim baru untuk setiap pelaksanaan

kegiatan. Berhubungan dengan pembangunan infrastruktur ini dibentuk lah

Tim Pelaksana Kegiatan (TPK). Yang termasuk dalam tim itu satu Pak Lurah

sendiri, kalau di bidang saya ya saya sendiri Kepala Seksi Kesejahteraan yang

mengurusi urusan pembangunan yang dibantu staf saya, nanti dari LPMD, dari

Tokoh Masyarakat, tim itu biasanya ganjil paling tidak 9 orang. Misalkan

kegiatan tersebut ada kaitannya dengan PKK nanti saya juga ambil dari ibu-

ibu, dari PKK. Tim ini bertugas pertamanya memberi arahan pada Pak Dukuh

dan LPMD Padukuhan untuk pelaksanaan pembangunan. Nanti setelah

menerima bahan bantuan dari desa itu segera dikerjakan. Terus sebelum nanti

dikerjakan kan di anu di hitung dan dikontrol dulu dari 0% (nol persen), terus

abis nanti selesai 15% (lima belas persen) dan sampai 100% (seratus persen)

arahan dari tim itu tadi. Dan tetap dari tim itu setiap saat pasti kontrol ke lokasi

pembangunan tersebut, palingan satu minggu sekali dikontrol kerjaan-kerjaan

itu udah sesuai apa belum.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa setiap program

kerja atau pelaksanaan kegiatan selalu di lakukan pengorganisasian atau

pembentukan tim kerja. Berhubungan dengan pelaksanaan

pembangunan infrastruktur tersebut maka di bentuklah Tim Pelaksana

Kegiatan (TPK) yang terdiri atas Kepala Desa, Kepala Seksi

Kesejahteraan, LPMD, Tokoh Masyarakat. Dari pengorganisasian tim

ini maka tugasnya adalah memberikan arahan kepada koordinator

masing-masing Padukuhan yaitu Kepala Dukuh dan LPMD Padukuhan

Page 112: 14520171 - repo.apmd.ac.id

85

tentang pelaksanaan pembangunan. Kemudian tim tersebut juga terus

mengawasi berjalannya pelaksanaan kegiatan pembangunan

infrastruktur.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan, dapat

diuraikan bahwa manajemen Pemerintah Desa Girikerto dalam

pengorganisasian pembangunan infrastruktur adalah dengan

mengorganisasikan tim pelaksana kegiatan dengan melakukan

pembagian tugas terhadap setiap unsur anggota tim, perangkat desa

maupun masyarakat dan mensosialisasikan terlebih dahulu sebelum

melakukan kegiatan pembangunan. Proses tersebut didukung dengan

keberhasilan pembangunan infrastruktur yang telah dilaksanakan oleh

Pemerintah Desa seperti pengerasan jalan, pembuatan saluran irigasi,

pembuatan talut jalan dan perencanaan pengaspalan jalan. Dari

wawancara ini dapat kita lihat bahwa peran pemerintah desa dalam

pengorganisasian pembangunan infrastruktur sangat baik. Dengan

adanya pembentukan tim pelaksana kegiatan maka tujuan-tujuan dan

arah pembangunan lebih tertata dan efisien.

3. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan

Infrastruktur

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang

dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan

yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala

kebutuhan, alat- alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana

Page 113: 14520171 - repo.apmd.ac.id

86

tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus

dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah

program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan

keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau

kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program

yang ditetapkan semula.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sumaryanta S.H selaku

Kepala Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa beberapa pembangunan

di tahun 2019 sudah banyak yang terlaksana sedangkan untuk program

yang masuk di tahun anggaran 2020 juga sudah terprogram. Hasil dari

pada musyawarah-musyawarah mengenai pembangunan infrastruktur

tadi yang kemudian menjadi Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes)

untuk jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran. Namun dari program-

program kerja ini tentunya banyak kendala yang dihadapi. Seperti pada

kutipan di bawah ini.

“... Beberapa program pembangunan yang sudah terlaksana di tahun 2019

yaitu talud jalan, jembatan, talud irigasi, terus pengerasan jalan, terus jalan-

jalan ke anu Jalan Usaha Tani. Kalau di tahun 2020 udah terprogram juga.

Nanti ada pengaspalan jalan, terus karena luas nya wilayah, yang namanya

talud jalan dan talud irigasi ini juga masih menjadi program di tahun 2020 ya

karena banyak, banyak sekali termasuk embung juga di tahun 2020. Tentunya

program pembangunan ini turut melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan

nya baik itu secara tenaga di bayar maupun tenaga kerja bhakti, karena

memang ada instruksi agar ee karena pembangunan desa itu dilaksanakan

dengan sistem PKT (Padat Karya Tunai) sehingga kami laksanakan itu yang

namanya PKT. Namun hal ini juga tidak lepas dari kendala-kendala dilapangan

nanti dek. Biasanya dek kalau tim perencanaan nya tidak matang dalam rangka

melaksanakan kegiatan itu adalah keterlambatan pesanan material. Kemudian

yang kedua adalah tenaga ahli, masalah hitung menghitung anu opo konstruksi

kekuatan, tenaga konstruksi masih ada tapi jumlah nya baru sedikit dan itu

mestinya kalau kita ambil dari swasta itu mahal bayarnya, ya persentase juga.

Padahal kalau dana yang ada di desa untuk bayar swasta habis untuk bayar

itu.”

Page 114: 14520171 - repo.apmd.ac.id

87

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa program

pembangunan infrastruktur itu secara administratif sudah termuat di

RKPDes agar dapat dijalankan selama 1 tahun anggaran. Beberapa

program di tahun 2019 sudah terlaksana, contohnya pembangunan talud,

jembatan, pengerasan jalan dan Jalan Usaha Tani. Sedangkan

pengaspalan jalan dan pembuatan talud lainnya sudah terprogram di

RKPDes namun untuk pelaksanaan nya akan dilakukan di tahun 2020.

Akan tetapi, rencana pembangunan tersebut memiliki kendala-kendala

teknis. Kendala tersebut adalah ketepatan tim perencanaan dalam

melaksanakan kegiatan karena keterlambatan material dan kurangnya

tenaga ahli dalam pembangunan.

Senada juga dengan pendapat dari Bapak Krisna Cahyana S.H

selaku Sekretaris Desa mengenai kendala-kendala dalam pelaksanaan

pembangunan yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan

pembangunan juga terdapat beberapa kendala yaitu kendala pada

penganggaran dan juga faktor cuaca yang tidak menentu. Seperti pada

kutipan dibawah ini :

“... Berkaitan dengan kendala itu satu kalau dari penganggaran. kadangkala

untuk penganggaran walaupun sudah di perencenaan untuk RAB nya itu

dilapangan ternyata tidak sesuai. Bukan arti kurang matang dalam perencanaan

tidak, tapi kan. Contoh yang kita gunakan awal tu BKK (Bantuan Keuangan

Khusus) contoh seperi sumber dana nya tentukan keuangan khusus yang kita

ajukan 600 juta yang turun 200 juta. Kan itu salah satu kendala. Terus yang

kedua bisa dikatakan faktor ‘X’ yaitu cuaca kalau berkaitan dengan

pembangunan lo ya mas ya. Kalau pada dasarnya ee aturan yang udah

diberikan dari Kementrian Desa berkaitan dengan dana desa yang

pembangunan itu harus 30 persen untuk Padat Karya Tunai dan sebagainya

kita udah menjalankan dan alhamdulillah tidak ada kendala. Cenderung

kendala nya ya faktor ‘X’ itu tadi mas yaitu cuaca yang harus nya seminggu

waktu pembangunannya bisa jadi 15 hari atau lebih.”

Page 115: 14520171 - repo.apmd.ac.id

88

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa pelaksanaan

pembangunan yang terjadi di Desa Girikerto juga memiliki kendala-

kendala yang seringkali terjadi. Kendala itu adalah tentang

penganggaran dan faktor cuaca.

Ada juga pendapat yang disampaikan oleh Bapak Samirin

Selaku Kepala Urusan Perencanaan, Ia mengatakan bahwa pelaksanaan

pembangunan itu pasti melibatkan unsur masyarakat karena walaupun

dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah Desa maupun bantuan dana

khusus Pemerintah Daerah sudah ada, namun pelaksanaan

pembangunan itu tidak terlepas dari bentuk swadaya masyarakat mau

itu dalam bentuk penambahan volume pembangunan, tenaga dan pikiran

masyarakat. Seperti pada kutipan di bawah ini :

“... Keterlibatan masyarakat itu pasti, pasti terlibat. Kalau tidak terlibat itu

tidak mungkin mas karena memang pembangunan itu kan wujudnya adalah

yang pertama adalah di danai dari desa dan mandiri, mandiri dari desa yang

lewat sumber dana apa saja. Ada yang sumber dana nya dari Alokasi Dana

Desa, ada yang dari Dana Desa, ada yang dari Bantuan Keuangan Khusus dari

Pemerintah Daerah. Nah, itu turun ke desa itu pasti akan ada bentuk swadaya

nya dari masyarakat bisa bentuknya adalah penambahan volume yang

dibangun ada juga yang bentuk nya tenaga, pikiran dan yang lain-lain.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan sangat lah penting.

Masyarakat sebagai subjek pembangunan memiliki peran penting

terutama didalam setiap proses pembangunan infrastruktur desa.

Masyarakat mampu menjadi inovator dalam pembangunan dengan

swadaya yang mereka miliki baik dalam pendanaan, tenaga maupun

pikiran.

Page 116: 14520171 - repo.apmd.ac.id

89

Ada pula pendapat yang disampaikan oleh Bapak Wignyo

Santosa selaku ketua BPD, Ia mengatakan bahwa :

“... Untuk pembangunan yang masuk di RKPDes banyak yang sudah

terlaksana sekarang. Mas bisa liat jalan-jalan talud nya sudah utuh dan ini baru

saja dekat lapangan ini talud nya panjang, lalu ini pembuatan saluran irigasi,

yang banyak sekarang itu talud jalan. Sekarang yang belum terlaksana ini

keliatan nya belum tampak, kebanyakan sudah tercover. Itu berdasarkan itu

mas, berdasarkan bahwa mereka bisa menyadari program yang diusulkan itu

terpotong melihat kemampuan desa. Untuk program-program yang belum

terlaksana itu nanti diusulkan untuk prioritas utama di anggaran yang akan

datang.”

Senada juga dengan yang disampaikan oleh Bapak Pratignyo

selaku Ketua LPMD Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa :

“... Kalau dalam RKPDes yang telah ditetapkan hampir semua perencanaan

pembangunan sudah terlaksana. Hanya satu yang belum terlaksana yaitu

pembuatan embung terpadu itu belum, mungkin di tahun 2020 tapi usulan nya

udah masuk provinsi.”

Dari pernyataan diatas dapat diuraikan bahwa dalam RKPDes

yang telah ditetapkan, pembangunan infrastruktur tahun anggaran

2019/2020 untuk pembangunannya hampir semua sudah terlaksana.

Namun ada beberapa pembangunan seperti embung terpadu tersebut

akan segera dilaksankan ditahun 2020.

Ada pula pendapat yang disampaikan oleh Pak Priyono selaku

masyarakat di Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa :

“... Kalau gotong royong itu melibatkan masyarakat. Kalau masyarakat itu

pertama tenaga, kedua nanti kalau ya katakanlah sekedar konsumsi minuman

atau ala kadar nya sama makanan apa gitu biasanya dana dan lain-lain itu dari

masyarakat.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa dalam pelaksanaan

pembangunan, masyarakat itu dilibatkan langsung selain sebagai

pelaksana juga sebagai penyedia konsumsi pembangunan dengan

swadaya sendiri.

Page 117: 14520171 - repo.apmd.ac.id

90

Senada juga dengan pendapat Pak Samija selaku Kepala Dukuh

Nganggring, Ia mengatakan bahwa :

“... Partisipasi masyarakat itu pasti otomatis. Dana dari desa itu hanya stimulan

material, terus pelaksanaan itu masyarakat. Harus ada swadaya nya dari

masyarakat, tapi tukang dan anu nya itu bayaran tetapi tetap melibatkan

masyarakat.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa keterlibatan

masyarakat dalam setiap pembangunan itu pasti ada. Dana yang

diberikan oleh desa itu hanya sebagai stimulan berupa material yang

nantinya akan dilaksanakan dengan swadaya masyarakat maupun

tenaga tukang dan tenaga ahli dalam pembangunan.

Ada pula pendapat yang disampaikan oleh Bapak Juliantara

selaku Kepala Seksi Kesejahteraan yang mengatakan bahwa peran

pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur itu

dimulai dari tahap paling awal yaitu dimulai dari pelaksanaan,

pengorganisasian dan sampai pada waktu pelaksanaan hingga

pengawasan pembangunan nya. Dalam pelaksanaan, selain sebagai

penyedia stimulan berupa dana atau material, pemerintah desa juga ikut

dalam mengawasi atau monitoring dan melaksanakan kegiatan

pembangunan tersebut. Seperti pada kutipan dibawah ini :

“... Sebenernya begini mas. Kalau dalam penetepan RPJMDes itu perencanaan

sampai kepada anu pengawasan pembangunan akan berlangsung selama 6

tahun masa jabatan seorang Kepala Desa. Nah dalam RPJMDes tersebut ada

yang namanya RKPDes yaitu Rencana Kerja Pemerintah Desa yang

berlangsung selama 1 (satu) tahun anggaran yaitu di tahun 2019/2020 itu.

Untuk peran nya seperti yang saya katakan diatas bahwa sebelum ke

pelaksanaan nya pun pemerintah desa sudah menetapkan bersama perangkat

desa yang dibentuk dan masyarakat setempat mengenai penyusunan

perencanaan pembangunan tersebut. Setelah itu dibentuk lah tim pelaksana

kegiatan yang nanti nya akan bertugas sesuai dengan tupoksi nya masing-

masing. Lebih detail nya dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintah desa

Page 118: 14520171 - repo.apmd.ac.id

91

atau tim yang dibentuk tadi akan mengusulkan dana baik itu dari daerah atau

provinsi atupun dari Dana Desa sebagai stimulan berupa dana langsung

maupun material. Selain itu dalam pelaksanaan pembangunan tersebut

pemerintah desa juga memiliki jadwal monitoring lapangan dan juga seringkali

kami sebagai tim ini membantu langsung masyarakat yang sedang

melaksanakan pembangunan.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa itu dokumen perencanaan untuk

periode 6 (Enam) tahun dan merupakan penjabaran dari visi dan misi

Kepala Desa (atau desa) yang memuat arah kebijakan pembangunan

desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, program dan

kegiatan. Selain itu, pemerintah juga harus menyusun Rencana Kerja

Pemerintahah Desa yang berlangsung selama 1 (satu) tahun anggaran

pada 2019/2020. Dari wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

peran pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur

dimulai dari masa perencanaan pembangunan sampai kepada

pengawasan. Lebih rinci nya lagi, dalam pelaksanaan pembangunan

pemerintah desa berperan penting dalam menyediakan sumber dana

yang telah diusulkan baik dari dana desa, daerah maupun provinsi.

Selain itu peran pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan

infrastruktur adalah sebagai pengawas pembangunan dan sebagai

pelaksana lapngan juga.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan, dapat

diuraikan bahwa manajemen pemerintah desa dalam pelaksanaan

pembangunan infrastruktur itu sangat penting. Menimbang banyaknya

kendala-kendala yang terjadi dilapangan seperti faktor cuaca, sedikitnya

sumber daya manusia atau tenaga ahli di bidang yang dibutuhkan,

Page 119: 14520171 - repo.apmd.ac.id

92

keterlambatan dana dan faktor-faktor lain. Maka manajemen pemerintah

desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur itu adalah sebagai

fasilitator dalam penyedian anggaran baik itu dari dana desa maupun

dari pemerintah daerah atau provinsi. Kemudian pemerintah desa dapat

menggali dan mencari sumber daya manusia atau tenaga ahli yang bisa

dan mampu menangani masalah-masalah teknis yang terjadi dilapangan.

Selain itu, dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah desa berperan

dalam monitoring atau pengawas pelaksanaan pembangunan

infrastruktur ini serta pemerintah juga berperan sebagai pelaku atau

pelaksana langsung kegiatan pembangunan bersama swadaya atau

partisipasi masyarakat.

4. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengawasan Pembangunan

Infrastruktur

Di dalam suatu kegiatan, kita harus menyadari bahwa

pentingnya suatu pengawasan untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan, pemborosan, kebocoran dan penyelewengan dalam

pelaksanaan suatu kegiatan. Dapat diartikan bahwa pengawasan adalah

proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan

yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan

kinerja yang telah ditetapkan tersebut serta proses mengawasi dan

membimbing untuk menghindari suatu kesalahan penyimpangan dalam

melaksanakan suatu pekerjaan.

Page 120: 14520171 - repo.apmd.ac.id

93

Bapak Sumaryanta S.H selaku Kepala Desa Girikerto

mengatakan bahwa dari pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)

sudah dibagi dalam bidangnya masing-masing. Secara umum, tim

pelaksana kegiatan tersebut memiliki tim yang khusus mengawasi

pembangunan secara menyeluruh yaitu Kepala Desa dan Kepala Seksi

Kesejahteraan. Pada setiap kewilayahan, Kepala Dukuh ditunjuk

sebagai orang-orang yang juga mengawasi setiap wilayah nya masing-

masing. Seperti pada kutipan dibawah ini :

“... Pengawasan pembangunan infrastruktur itu akan dibagi juga. Nanti ada di

TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) juga ada yang berkedudukan sebagai

pengawas, terus ada juga Kepala Desa, Kasi Kesejahteraan itu adalah

pengawas juga, pengawas dalam artian segala-gala nya lo dek tidak hanya satu

macam yang di awasi. Kemudian nanti disetiap kewilayahan karena ada 13

Padukuhan juga di awasi oleh masing-masing Kepala Dukuh. Nah tim

pengawas itu akan selalu mengawasi yang pertama dari perencanaan yang

sudah di sepakati. Dalam musyawarah TPK, sebelum melaksanakan tugas kan

TPK itu berembuk, rembukan itu besok pelaksanaan begini begini begini

begini, kemudian yang masing-masing bertanggungjawab ini siapa ini siapa

ini siapa, itu juga termasuk di awasi. Harusnya kerja dari TPK itu bisa efektif

gak? Yang pertama itu. Yang kedua, masalah setoran pembelian material itu

juga diawasi, sesuai dengan ee ee ee pesanan gak? Terus juga masalah

pengawasan sudah sesuai dengan RAB gak? Rencana Anggaran dan Belanja

itu harus diawasi dan juga rencana juga masalah waktu jangka waktu

pengerjaan sesuai gak? Banyak itu.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam

pengawasan pembangunan infrastruktur pemerintah desa membentuk

Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) bukan hanya sebagai tim yang

melaksanakan pembangunan saja, namun dalam tim tersebut telah

dibagi tim yang bertugas untuk mengawasi semua proses pelaksanaan

pembangunan. Secara umum, Kepala Desa dan Kepala Seksi

Kesejahteraan selaku penanggung jawab dan ketua tim pelaksana

merupakan orang yang mengawasi jalannya pembangunan termasuk

Page 121: 14520171 - repo.apmd.ac.id

94

juga Kepala Dukuh yang dibagi dalam 13 wilayah Padukuhan di Desa

Girikerto. Sebelum pelaksanaan pembangunan, tim tersebut juga

melakukan musyawarah agar semua proses dimulai dari perencanaan,

penanggung jawab dan anggaran belanja juga turut di awasi.

Senada juga dengan yang dikatakan oleh Bapak Krisna Cahyana

S.H selaku Sekretaris Desa, Ia mengatakan bahwa :

“... Kita ada yang namanya monitoring kegiatan yang dilaksanakan ataupun

dilakukan TPK dan juga Pendamping Desa seperti itu.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa dalam pengawasan

pembangunan, pemerintah desa bersama Tim Pelaksana Kegiatan dan

Pendamping Desa melakukan monitoring kegiatan.

Hal yang serupa juga di sampaikan oleh Bapak Samirin selaku

Kepala Urusan Perencanaan, Ia mengatakan bahwa :

“... Cara mengawasi nya gini, kalau dari tingkat desa ini kita pengawasannya

adalah karena untuk pelaksana kegiatan itu kan dilaksanakan dalam kepala

seksi kepala seksi. Karena struktur desa itu ada diatas seksi itu nanti ada

sekdes, kades dan ada juga BPD selaku wakil dari masyarakat nah kita

biasanya kita turun ke lapangan crosscheck untuk pembangunannya seperti itu

apakah sudah sesuai dengan apa yang di anggarkan, sesuai dengan rincian

anggaran biaya nya, terus kita juga kadang kita dalam proses sosial nya

masyarakat dalam proses ngobrol kita juga tanya bagaimana tentang

pembangunan, pendapat kritik nya tentang pembangunan yang telah dibangun,

apakah ada yang kurang atau tidak seperti itu.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam pengawasan

pembangunan infrastruktur, Kepala Seksi khususnya Kepala Seksi

Kesejahteraan selaku ketua pelaksana kegiatan bersama Kepala Desa

dan BPD melakukan pemeriksaan kembali atau chrosscheck

pembangunan yang sedang berjalan apakah sudah sesuai dengan apa

yang telah direncanakan.

Page 122: 14520171 - repo.apmd.ac.id

95

Menurut Bapak Wignyo Santosa selaku Ketua BPD mengatakan

bahwa dalam pengawasan pembangunan infrastruktur belum pernah

ditemukan penyimpangan-penyimpangan. Seperti pada kutipan

dibawah ini :

“... Selama ini saya belum pernah menemukan. Karena kalau menyimpang itu

tidak mungkin mas. Sekarang kita liat contoh, anggaran A turun untuk

perbaikan pintu, kebetulan yang rusak jendela nya dulu, dialihkan ke jendela

tidak bisa, harus dengan proses panjang. Jadi kalau sampai terjadi

penyimpangan itu tidak mungkin mas karena kita yang ngawasi dari

Kejaksanaan, dari Kepolisian, Inspektorat, BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

sendiri. Sekarang anda tahu? Polisi desa yang satu orang, Bhabinkamtibmas

itu buku sakunya KPK mas, jadi kalau setiap perencanaan, kalau sidang apapun

Bhabinkamtibmas selalu ikut karena dia ikut mengawasi juga.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam

pengawasan pembangunan infrastruktur, belum ditemukan

penyimpangan-penyimpangan. Segala proses pembangunan

infrastruktur ini berjalan dengan baik karena peran pemerintah desa

dengan didukung oleh pengawasan yang cukup ketat yang melibatkan

Kejaksaan, Kepolisian, Inspektorat, BPK dan Bhabinkamtibmas.

Ada juga pendapat dari Bapak Pratignyo selaku Ketua LPMD

Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa :

“... Masyarakat turut serta dalam menjaga dan mengawasi pembangunan.

Karena dari pembangunan ini kan masyarakat yang dilibatkan supaya

masyarakat itu ikut istilah Jawa nya ‘nggarbeni’, ikut ‘nggarbeni’ memiliki,

saling menjaga.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa partisipasi

masyarakat dalam pembangunan dapat menimbulkan rasa memiliki,

sehingga dari partisipasi itu timbul lah sikap untuk menjaga dan

mengawasi setiap bentuk proses pembangunan.

Page 123: 14520171 - repo.apmd.ac.id

96

Senada juga dengan yang disampaikan oleh Syaifudin Zuhfri

Zulkarnain selaku Tokoh Pemuda, Ia mengatakan bahwa :

“... Masyarakat juga turut mengawasi mas. Ntah itu nanti pengawasan bahan

baku, ntah itu kalau malam kan butuh penjagaan dari segi itu. Selain itu juga

ee nanti penjagaan dibidang misalnya pembuatan, misalnya pembuatannya

rencananya 10 cm nanti jangan sampai dibuat 20cm kan jadi membengkak itu

juga masyarakat ikut terlibat.”

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam proses

pembangunan, masyarakat juga turut mengawasi berjalan nya

pembangunan tersebut. Misalnya pengawasan bahan baku atau material

bangunan dan pengawasan konstruksi bangunan apakah sudah sesuai

dengan yang direncanakan atau tidak.

Ada juga pendapat yang dikemukakan oleh Mas Sutrisno selaku

masyarakat di Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa :

“... Ya Pemerintah Desa langsung turun ngawasi. Kalau untuk di Padukuhan

ya Pak Dukuh ya ngawasi aja, turun langsung. Kadang ya ikut, Pak Dukuh ikut

kerja.”

Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa Pemerintah Desa

selaku penyelenggara pembangunan dan Tim Pelaksana Kegiatan juga

turut langsung mengawasi proses pembangunan. Untuk di wilayah

Padukuhan, Kepala Dukuh merupakan tim yang ikut mengawasi di

kewilayahan nya masing-masing dan ikut melaksanakan proses

pembangunan.

Ada juga pendapat dari Bapak Priyono selaku masyarakat Desa

Girikerto, Ia mengatakan bahwa :

“... Masyarakat itu sudah pasti menjaga pembangunan infrastruktur itu. Kita

yang ngerjain, kita yang menggunakan, ya kita yang harus merawat mas.”

Page 124: 14520171 - repo.apmd.ac.id

97

Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa masyarakat

selaku orang yang mengerjakan, menggunakan dan menikmati sudah

semsetinya merawat dan menjaga pembangunan infrastruktur tersebut.

Menurut Bapak Samija selaku Kepala Dukuh Nganggring

mengatakan bahwa Pemerintah Desa beserta tim selalu melakukan

monitoring terhadap pembangunan. Seperti pada kutipan dibawah ini :

“... Pemerintah Desa beserta tim itu nganu mas, melakukan monitoring

langsung ke setiap titik pembangunan termasuk kami sebagai Kepala Dukuh

juga terutama pada konstruksi bangunan apakah sudah sesuai atau belum.”

Ada juga pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Juliantara

selaku Kepala Seksi Kesejahteraan, Ia mengatakan bahwa ;

“... Dalam pengawasan itu kan ya nanti pengawasan nya dari tim tadi setiap

satu minggu sekali kontrol cek lokasi pembangunan, sudah sesuai anjuran apa

belum. Nanti kalau seandainya kurang pas nanti ditegur. Terus volume nya itu

umpama nya 15 meter umpama nya ya itu harus 15 meter tidak boleh kurang,

tapi kalau lebih malah gak apa-apa karena nanti itu bisa untuk anu di swadaya,

dari dana swadaya masyarakat. Tapi ya harus sesuai dengan aturan atau

perencanaan tadi, kalau kurang gak boleh tapi kalau lebih boleh. Nah nanti

setelah berlangsung nya pembangunan infrastruktur atau setelah selesai

pembangunan, dari tim tadi tetap menerangkan kepada Padukuhan,

masyarakat, Pak Dukuh, LPMD untuk menjaga hasil pembangunan tadi,

karena kalau yang menjaga itu bukan Padukan siapa lagi? Kalau desa kan gak

setiap saat itu mengerti keadaan lingkungan nya itu. Terus nanti dititipkan di

Padukuhan-Padukuhan yang ada di daerah pembangunan itu. Tetap untuk

menjaga merawat untuk pembangunan tadi supaya pembangunan itu utuh,

terus kuat, seandainya nanti ada kekurangan maksud e ada kerusakan-

kerusakan ini kalau bisa di kerjakan oleh masyarakat ya dikerjakan

masyarakat.”

Dari hasil wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam

pembangunan infrastruktur, Tim Pelaksana Kegiatan selalu melakukan

kontrol dan pengecekan ke lokasi pembangunan. Untuk kendala-

kendala yang ada akan di musyawarahkan bersama agar proses

pembangunan tetap berjalan sesuai aturan. Pada saat pembangunan itu

berlangsung dan telah selesai, tim tersebut juga akan menerangkan

Page 125: 14520171 - repo.apmd.ac.id

98

kepada Padukuhan, masyarakat, Kepala Dukuh dan LPMD agar

menjaga dan mengawasi hasil pembangunan yang ada. Hal itu bertujuan

agar Pemerintah Desa dan tim beserta Perangkat desa seperti Kepala

Dukuh, masyarakat dan LPMD bisa bersinergi dan mengcover segala

sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan.

Beranjak dari hasil wawancara peneliti di lapangan, dapat

diuraikan bahwa manajemen Pemerintah Desa Girikerto dalam

pengawasan pembangunan infrastruktur adalah dengan membentuk

forum atau tim pelaksana kegiatan. Dalam tim tersebut dibagi beberapa

bidang yang khusus untuk mengawasi semua jalan nya proses

pembangunan. Secara umum, Kepala Desa selaku penangung jawab dan

Kepala Seksi Kesejahteraan selaku Ketua Tim Pelaksana Kegiatan serta

masing-masing Kepala Padukuhan di wilayahnya yang dibantu oleh

LPMD Padukuhan untuk mengawasi jalan nya pembangunan

infrastruktur. Pemerintah desa bersama tim melakukan monitoring,

crosscheck, controlling dan terlibat langsung dalam pembangunan.

Sebagai satu kesatuan desa, masyarakat juga ikut menjaga

berlangsungnya kegiatan pembangunan tersebut agar beban yang

diberikan kepada Pemerintah Desa dan tim pelaksana dapat sedikit

berkurang. Selama penyelenggaraan pembangunan, belum ditemukan

penyimpangan-peyimpangan baik dalam sosial dan budaya masyarakat.

Page 126: 14520171 - repo.apmd.ac.id

99

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah mengadakan pengamatan langsung membahas dan menganalisis

hasil penelitian, maka dalam bab ini penyusun memberikan kesimpulan sesuai

dengan kajian tentang manajemen pemerintah desa dalam pembangunan

infrastruktur di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

A. Kesimpulan

Manajemen Pemerintah Desa Girikerto dalam pembangunan

infrastruktur di Desa Girikerto terdiri atas 4 (empat) yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Berdasarkan penelitian ini

dapat dilihat bahwa peran pemerintah desa secara umum adalah sebagai

stakeholder atau pelaku pembangunan infrastruktur, pemberi dana,

menyampaikan aspirasi masyarakat desa kepada pemerintah kabupaten atau

provinsi dan sebagai penyalur barang atau jasa. Manajemen tersebut sudah

dijalankan dengan baik oleh pemerintah Desa Girikerto, sehingga dapat

mendorong masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam setiap kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dengan perencanaan ingin dirumuskan berbagai kegiatan pembangunan

yang secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam

Page 127: 14520171 - repo.apmd.ac.id

100

memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi

yang tersedia dalam pembangunan. Perencanaan Pembangunan

Infrastruktur di Desa Girikerto termuat didalam RPJMDes Desa Girikerto.

Perencanaannya meliputi pembangunan talud sungai, jembatan, talud jalan,

saluran irigasi, pengaspalan jalan, bendungan, pengerasan jalan, dan lain

sebagainya. Didalam perencanaan pembangunan, pemerintah desa berperan

penting dalam pembentukan tim khusus umtuk merencanakan

pembangunan, mengadakan MUSDUS di 13 kewilayahan padukuhan yang

kemudian hasil dari MUSDUS tersebut di musyawarahkan dalam

MUSDES agar perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat

terencana dengan baik. Selain pemerintah desa, masyarakat juga ikut terlibat

dalam menyampaikan aspirasi-aspirasi nya. Sinergitas antara masyarakat

dan pemerintah desa dalam perencanaan pembangunan ini yang meliputi

Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Seksi Kesejahteraan, Kepala Urusan

Perencanaan, BPD, LPMD, Tokoh Masyarakat dan Tim Pelaksana Kegiatan

(TPK) serta 13 (tiga belas) Kepala Dukuh di kewilayahan Desa Girikerto.

2. Manajemen pemerintah desa dalam pengorganisasian pembangunan

infrastruktur sangatlah penting sebagai upaya penyusunan struktur

organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya

agar dapat mencapai tujuan organisasi yang efisien. Pengorganisasian

Pembangunan Infrastruktur di Desa Girikerto berfungsi sebagai wadah

pengelolaan atau pelaksana kegiatan yang sesuai dengan tujuan-tujuan serta

fungsi pembangunan agar apa yang ingin dicapai dapat terorganisir dengan

Page 128: 14520171 - repo.apmd.ac.id

101

baik. Didalam pengorganisasian ini, Pemerintah Desa membentuk Tim

Pelaksana Kegiatan pembangunan (TPK) sebagai upaya pelaksanaan yang

terorganisir dengan melibatkan berbagai pihak antara lain Pemerintah Desa,

Tokoh Masyarakat, Badan Permusyawaratan Desa, LPMD, Kepala Dukuh

serta Masyarakat setempat. Dari pengorganisasian ini, segala bentuk urusan

pembangunan dimulai dari pelaksanaan sampai kepada pengawasan dapat

dijalankan dengan baik. Dengan adanya Tim Pelaksana Kegiatan ini arah

dan tujuan pembangunan dapat diselesaikan.

3. Pelaksanaan suatu program pembangunan yang telah ditetapkan harus

sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar

lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur

disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat penunjang.

Manajemen pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur

itu adalah sebagai fasilitator dalam penyedian anggaran baik itu dari dana

desa maupun dari pemerintah daerah atau provinsi. Kemudian pemerintah

desa dapat menggali dan mencari sumber daya manusia atau tenaga ahli

yang bisa dan mampu menangani masalah-masalah teknis yang terjadi

dilapangan. Selain itu, dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah desa

berperan dalam memonitoring atau mengawasi pelaksanaan pembangunan

infrastruktur ini serta pemerintah juga berperan sebagai pelaku atau

pelaksana langsung kegiatan pembangunan bersama swadaya atau

partisipasi masyarakat. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur di Desa

Girikerto sudah berjalan dengan baik dengan perencanaan yang telah

Page 129: 14520171 - repo.apmd.ac.id

102

ditetapkan dalam musyawarah-musyawarah bersama dari setiap

kewilayahan padukahan sampai ke musyawarah desa. Program

pembangunan ini telah termuat dalam RPJMDes. Program pembangunan

infrastruktur itu secara administratif sudah termuat di RKPDes agar dapat

dijalankan selama 1 tahun anggaran. Beberapa program sudah terlaksana,

contohnya pembangunan talud, jembatan, pengerasan jalan dan Jalan Usaha

Tani. Sedangkan pengaspalan jalan dan pembuatan talud lainnya sudah

terprogram di RKPDes namun untuk pelaksanaan nya akan dilakukan di

tahun berikutnya.

4. Di dalam suatu kegiatan, kami harus menyadari bahwa pentingnya suatu

pengawasan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan, pemborosan,

kebocoran dan penyelewengan dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

Manajemen pemerintah desa dalam pengawasanan pembangunan

infrastruktur dimulai dari pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)

yang sudah dibagi dalam bidangnya masing-masing. Secara umum, tim

pelaksana kegiatan tersebut memiliki tim yang khusus mengawasi

pembangunan secara menyeluruh yaitu Kepala Desa dan Kepala Seksi

Kesejahteraan. Pada setiap kewilayahan, Kepala Dukuh ditunjuk sebagai

orang-orang yang juga mengawasi setiap wilayah nya masing-masing.

Dalam pengawasan pembangunan infrastruktur, belum ditemukan

penyimpangan-penyimpangan. Segala proses pembangunan infrastruktur

ini berjalan dengan baik karena manajemen pemerintah desa dengan

Page 130: 14520171 - repo.apmd.ac.id

103

didukung oleh pengawasan yang cukup ketat yang melibatkan Kejaksaan,

Kepolisian, Inspektorat, BPK dan Bhabinkamtibmas.

5. Beberapa kendala dalam pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto

adalah masalah waktu pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan, kurangnya tenaga ahli dalam pembangunan,

faktor cuaca yang tidak menentu, keterlambatan dana desa,partisipasi

pemerintah desa yang kurang dan ketersediaan bahan material yang kurang.

B. SARAN

Setelah menarik kesimpulan atau hasil kajian pada uraian di atas, maka

dibagian akhir penyusun mencoba memberikan saran kepada semua pihak

yang terkait dan berkepentingan pada manajemen pemerintah desa dalam

pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Diharapkan mengadakan perbaikan mutu dalam menjalankan perannya

sebagai Pemerintah Desa Girikerto dalam program pembangunan

infrastruktur dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang

mendorong jiwa kemampuam kreativitas dan kepemimpinan.

2. Pemerintah Desa Girikerto diharapkan dapat mendukung pelaksanaan

pembangunan infrastruktur dengan cara membantu dalam bentuk

mendorong Pemerintah Kabupaten untuk segera merealisasikan

anggaran anggaran yang sudah ditetapkan.

3. Diharapkan lebih meningkatkan pengawasan terhadap pembangunan

infrastruktur agar dapat berjalan sesuai rencana dengan menguatkan lagi

Page 131: 14520171 - repo.apmd.ac.id

104

tim-tim yang telah dibentuk untuk menjalankan tugas dan fungsinya

dengan baik.

4. Diharapkan Pemerintah Desa Girikerto dapat bekerja semaksimal

mungkin agar hasil dari pembangunan dapat mensejahterakan

masyarakat desa dengan menyusun perencanaan yang baik dari

administrasi desa sampai kepada partisipasi.

5. Pemerintah Desa Girikerto diharapkan dapat menyelesaikan

pembangunan infrastruktur tepat pada waktu yang telah ditentukan

dengan membuat jadwal atau time table sehingga memiliki target.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Pemerintah Desa. Yogyakarta: Graha

Ilmu

Page 132: 14520171 - repo.apmd.ac.id

105

C.S.T. Kansil. 1983. Desa Kita Dalam Peraturan Tata Pemerintah Desa. Jakarta:

Ghalia Indonesia

Effendi. Bachtiar. 2002. Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan. Yogyakarta:

Kurnia Alam Semesta, Uhaindo Media dan Offset

Juliantara, Dadang. 2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam

Pelayanan Publik. Yogyakarta, Pembaruan

Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta:

Universitas Indonesia Press

Kodoatie, Robert J. 2005. Pengaturan Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Maschab, Mashuri. 2013. Politik Pemerintahan Desa di Indonesia. Yogyakarata:

POLGOV UGM

Moleong, Lexy J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Namawi, Hadiri. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Wali Pers

Nain, Umar. 2017. Relasi Pemerintah Desa dan Supradesa dalam Perencanaan

dan Penganggaran Desa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rakhmat. 2013. Dimensi Strategis Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Salam, Dharma Setyawan. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta:

Penerbit Djambatan

Sarinah. 2017. Pengaturan Manajemen. Yogyakarta: CV. Budi Utama

Page 133: 14520171 - repo.apmd.ac.id

106

Siswanto, Victorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Soamole, Junaidi. 2018. Skripsi “Peran Pemerintah Desa Dalam Pembangunan

Infrastruktur di Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten

Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD”. Yogyakarta

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta

Sumaryadi, I Nyoman. 2010. Sosiologi Pemerintahan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Bandung :

CV.Sinar Baru

Wiludjeng, Sri. 2007. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu

UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Permendagri No. 84 Tahun 2015 Tentang SOTK Pemerintah Desa

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.

6 Tahun 2014 Tentang Desa

Page 134: 14520171 - repo.apmd.ac.id

0

LAMPIRAN