14520171 - repo.apmd.ac.id
TRANSCRIPT
SKRIPSI
MANAJEMEN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR
(Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Disusun Oleh :
TEOFILUS HAGlE
14520171
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN STRATA 1
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA "APMD"
YOGYAKARTA
2019
MANAJEMEN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DI DESA GIRlKERTO, KECAMATAN TURI, KABUPATEN
SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Disusun Sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S-l)
Pada Program Studi llmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" Yogyakarta
14520171llP
Program Studi IImu Pemerintahan Strata I
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD"
Yogyakarta
2019
HALAMANPENGESAHAN
Skripsi jui telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji W1tuk memenuhi persyaratan memperoJch gelar Sarjana (S1) Pr gram Umu Pemerintaban pada Sekolah Tinggj Pembangunan Ma 'yarakat Desa "APMD" Yogyakarta pada:
Hari Tanggal Pukul Tempat
NAMA
: Selasa : 30 Juli 2019 : 09.00 WlB : Ruang M. Soetopo
Ora. Ii Utallli, M.Si, PengujiIPembimbjrrg
TIM PENG 11
ANDATAN AN
M.engetahui,
Ketua Prodi TImu Pemerintahan
ii
MOTTO
DALAM NAMABAPA DAN PUTERA DAN ROH KUDUSAMIN.
-GOD ALWAYS LISTENING ALWAYS UNDERSTANDING-
-SERAHKANLAH PERBUATANMU KEPADA TUHAN, MAKATERLAKSANALAHSEGALARENCANAMU-
AMSAL 16:3
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya I1miah Ini Aku Persembahkan Untuk :
1. Kedua orang tllaku tereinta, Mami dan Almarhum Papi ku yang mengalirkan darah daging
nya ke jiwa dan raga ku, yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk ku, yang einta dan
kasih nya tidak berkesudahan.
2. Tuhan Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus.
3. Saudara-saudari ku. Kak Dona, Bang Maxie, Kak Kiki yang tereinta dan tersayang. Yang
membesarkan, merawat, mendidik dan menjaga adik bungsu nya ini, yang selalu mendukung
seluruh kegiatan positifbaik dalam akademis maupun non akademis.
4. Kepada kedua abang ipar ku. Bang Hendro dan Bang Leydin yang tereinta dan tersayang.
Walaupun kita tak sedarah tetapi kalian selalu mendukung dan manjaga ku dalam hal apapun.
5. Untuk keponakan-keponakan ku yang lueu. Revo, Rava, Aeril, Cleyrin yang selalu
memberikan semangat untuk segera menyeJesaikan skripsi ini.
6. Ternan pertama ku di Yogyakarta. Yoel, Sidiq dan Thungkris yang mau menampung ku saat
pertama kaJi menginjak kan kaki di Yogyakarta.
7. Seluruh keluarga besar Sabinus PaJil dan Linggie
8. Sahabat-sahabat nongkrong ku di The Point Coffee and Drama Yogyakarta yang tidak dapat
aku sebutkan satu persatu.
9. Teman-teman kontrakan Gowok.
10. Ternan-ternan KKN ku yang tereinta. Bang Riko, Samuel, Densi, Almarhum Iva, Vero, Ami
dan Matilda.
11. Ikatan Keluarga Besar Kabupaten Sanggau Y ogyakarta dan Sanggar Bukonk Betaja
yang sudah mengajarkan ku berorganisasi dan berseni.
12. Ternan-ternan kontrakan Nologaten yang selalu mensupport ku dalam mengerjakan skripsi
ini.
13. Ternan-ternan ku di Desa tereinta Lape.
14. Partner ku selama kurang lebih 2 Tahun ini sampai selesainya skripsi ku, Kiki Monika.
IS. Ternan-ternan praktikum ku. Deo, Apreda, Bella, Randi, Eva, Tio, Herlina.
16. Dhealieious yang membantu mengerjakan skripsi ini.
17. Kampus STPMD "APMD" Yogyakarta.
18. Keluarga besar Bapak Sunasip, Kepala Padukuhan Sendang dan seluruh masyarakat
Padukllhan Sendang.
iv
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana
merupakan hasil karya tulis saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya menyatakan bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi lainnya
sesuai peraturan yang berlaku, apabila di kemudian hari ditemukan adanya plagiat dalam
skripsi ini.
Yogyakarta, 30 Juli 2019
14520171
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya sehingga pada akhimya pemilis dapat mel1yelesaikan skripsi ini tanpa ada kendaia dan halangan dengan judul "Manajemen Pemerintab Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Y ogyakarta."
Penulisan skripsi ini dimaksud untuk memenuhi kewajiban dan tanggung jawab akademi, untuk mendapat gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
"APMD" Y ogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, dukungan baik secara moril dan spiritual dari semua pihak sangat membantu sekali. Oleh karena itu, penulis inign mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si Selaku Ketua STPMD "APMD" Yogyakarta 2. Bapak Drs. Triyanto Pumomo Raharjo, BE., M.Si Selaku Ketua Prodi Ilmu
Pemerintahan STPMD "APMD" Yogyakarta 3. Dra. Sri Utami, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan baik dan sabar dalam
membimbing, memberi saran - saran selama penulisan skripsi ini. 4. Ibu Ir. Nelly Tiurmida, MPA selaku dosen wali saya 5. Bapak/Ibu Dosen pengajar di Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD "APMD"
Yogyakatia 6. Seluruh Staf dan Karyawan STPMD "APMD" Y ogyakarta 7. Bapak Sumaryanta S.H selaku Kepala Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Y ogyakarta 8. Bapak Krisna Cahyana S.H selaku Sekretaris Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Y ogyakarta 9. Bapak Juliantara selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Y ogyakarta 10. Bapak Samirin selaku Kepala Urusan Perencanaan Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Y ogyakarta 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Demikian penulisan skripsi ini . Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan, maka penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun.
Yogyakarta, 22 Juli 2019
Teofilus Hagie
v
i
HALAMAN JUDUL
MANAJEMEN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DI DESA GIRIKERTO, KECAMATAN TURI, KABUPATEN
SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Disusun Sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S-1)
Pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
Disusun Oleh :
TEOFILUS HAGIE
14520171/IP
Program Studi Ilmu Pemerintahan Strata I
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana (S1) Program Ilmu Pemerintahan pada Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 30 Juli 2019
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Ruang M. Soetopo
TIM PENGUJI
NAMA TANDA TANGAN
Dra. Sri Utami, M.Si .............................................
Penguji/Pembimbing
Ir. Nelly Tiurmida, MPA .............................................
Penguji Samping 1
Dra. B Hari Saptaning Tyas, M.S .............................................
Penguji Samping 2
Mengetahui,
Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan
Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE., M.Si
iii
MOTTO
DALAM NAMA BAPA DAN PUTERA DAN ROH
KUDUS AMIN.
~GOD ALWAYS LISTENING ALWAYS
UNDERSTANDING~
~Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN,
maka terlaksanalah segala rencanamu~
Amsal 16:3
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Ilmiah Ini Aku Persembahkan Untuk :
1. Kedua orang tuaku tercinta, Mami dan Almarhum Papi ku yang mengalirkan darah daging nya
ke jiwa dan raga ku, yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk ku, yang cinta dan kasih nya
tidak berkesudahan.
2. Tuhan Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus.
3. Saudara-saudari ku. Kak Dona, Bang Maxie, Kak Kiki yang tercinta dan tersayang. Yang
membesarkan, merawat, mendidik dan menjaga adik bungsu nya ini, yang selalu mendukung
seluruh kegiatan positif baik dalam akademis maupun non akademis.
4. Kepada kedua abang ipar ku. Bang Hendro dan Bang Leydin yang tercinta dan tersayang.
Walaupun kita tak sedarah tetapi kalian selalu mendukung dan manjaga ku dalam hal apapun.
5. Untuk keponakan-keponakan ku yang lucu. Revo, Rava, Aeril, Cleyrin yang selalu memberikan
semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman pertama ku di Yogyakarta. Yoel, Sidiq dan Thungkris yang mau menampung ku saat
pertama kali menginjak kan kaki di Yogyakarta.
7. Seluruh keluarga besar Sabinus Palil dan Linggie
8. Sahabat-sahabat nongkrong ku di The Point Coffee and Drama Yogyakarta yang tidak dapat
aku sebutkan satu persatu.
9. Teman-teman kontrakan Gowok.
10. Teman-teman KKN ku yang tercinta. Bang Riko, Samuel, Densi, Almarhum Iva, Vero, Ami
dan Matilda.
11. Ikatan Keluarga Besar Kabupaten Sanggau Yogyakarta dan Sanggar Bukonk Betaja
yang sudah mengajarkan ku berorganisasi dan berseni.
12. Teman-teman kontrakan Nologaten yang selalu mensupport ku dalam mengerjakan skripsi ini.
13. Teman-teman ku di Desa tercinta Lape.
14. Partner ku selama kurang lebih 2 Tahun ini sampai selesainya skripsi ku, Kiki Monika.
15. Teman-teman praktikum ku. Deo, Apreda, Bella, Randi, Eva, Tio, Herlina.
16. Dhealicious yang membantu mengerjakan skripsi ini.
17. Kampus STPMD “APMD” Yogyakarta.
18. Keluarga besar Bapak Sunasip, Kepala Padukuhan Sendang dan seluruh masyarakat Padukuhan
Sendang.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang
dilimpahkan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa ada
kendala dan halangan dengan judul “Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pembangunan
Infrastruktur Di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta.”
Penulisan skripsi ini dimaksud untuk memenuhi kewajiban dan tanggung jawab
akademi, untuk mendapat gelar sarjana pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta.
Dalam penulisan skripsi ini, dukungan baik secara moril dan spiritual dari semua pihak
sangat membantu sekali. Oleh karena itu, penulis inign mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si Selaku Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta
2. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE., M.Si Selaku Ketua Prodi Ilmu
Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta
3. Dra. Sri Utami, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan baik dan sabar dalam
membimbing, memberi saran – saran selama penulisan skripsi ini.
4. Ibu Ir. Nelly Tiurmida, MPA selaku dosen wali saya
5. Bapak/Ibu Dosen pengajar di Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD”
Yogyakarta
6. Seluruh Staf dan Karyawan STPMD “APMD” Yogyakarta
7. Bapak Sumaryanta S.H selaku Kepala Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
8. Bapak Krisna Cahyana S.H selaku Sekretaris Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
9. Bapak Juliantara selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
10. Bapak Samirin selaku Kepala Urusan Perencanaan Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Demikian penulisan skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan, maka penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang
membangun.
Yogyakarta, 22 Juli 2019
Penulis,
Teofilus Hagie
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................................... ii
MOTTO ................................................................................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................. viii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. x
INTISARI ............................................................................................................................................. xi
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................................... 10
E. Kerangka Teori ......................................................................................................................... 11
1. Manajemen ............................................................................................................................ 11
2. Pemerintah Desa ................................................................................................................... 18
3. Pembangunan Infrastruktur ................................................................................................... 27
F. Ruang Lingkup .......................................................................................................................... 30
G. Metode Penelitian ................................................................................................................. 31
1. Jenis Penelitian ...................................................................................................................... 31
2. Unit Analisis ......................................................................................................................... 31
3. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................................... 34
4. Teknik Analisis Data ............................................................................................................. 36
BAB II .................................................................................................................................................. 39
PROFIL DESA .................................................................................................................................... 39
A. Sejarah Desa Girikerto .............................................................................................................. 39
B. Gambaran Umum Desa Girikerto ............................................................................................. 39
1. Kondisi Umum ...................................................................................................................... 39
2. Kondisi Geografis ................................................................................................................. 41
3. Kondisi Demografis .............................................................................................................. 50
vii
4. Kondisi Pendidikan ............................................................................................................... 52
5. Sarana Dan Prasarana............................................................................................................ 53
6. Kondisi Budaya ..................................................................................................................... 58
7. Kondisi Kesehatan ................................................................................................................ 59
8. Kondisi Keamanan dan Ketertiban ....................................................................................... 60
9. Kondisi Partisipasi Masyarakat ............................................................................................. 61
10. Penyelenggaraan Pemerintah Desa ................................................................................... 62
11. Lembaga Pemerintahan ..................................................................................................... 65
BAB III ................................................................................................................................................. 71
ANALISIS DATA ............................................................................................................................... 71
A. Pembahasan ............................................................................................................................... 71
1. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Infrastruktur .................. 71
2. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengorganisasian Pembangunan Infrastruktur .......... 79
3. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur .................. 85
4. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengawasan Pembangunan Infrastruktur .................. 92
BAB IV ................................................................................................................................................. 99
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................................... 99
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 99
B. SARAN ................................................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 104
LAMPIRAN........................................................................................................................................... 0
viii
DAFTAR TABEL
Tabel I. 1 Komposisi Informan Berdasarkan Pekerjaan, Jenis Kelamin, Usia, Dan Pendidikan .......... 32
Tabel II. 1 Nama-nama wilayah di Desa Girikerto ............................................................................... 44
Tabel II. 2 Luas wilayah Tanah Desa dan Tanah Sultan Ground Desa Giriketo .................................. 46
Tabel II. 3 Luas Penggunaan Tanah Warga Desa Girikerto ................................................................. 47
Tabel II. 4 Jumlah Penduduk dan KK di Desa Giriketo ....................................................................... 50
Tabel II. 5 Pendidikan Penduduk Desa Girikerto ................................................................................. 52
Tabel II. 6 Sarana dan Prasarana Desa Girikerto .................................................................................. 54
Tabel II. 7 Data Perangkat Ketertiban dan Keamanan .......................................................................... 60
Tabel II. 8 Jumlah Perangkat Desa ....................................................................................................... 66
Tabel II. 9 Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) .................................................................. 69
ix
DAFTAR GRAFIK
Grafik II. 1 Angka Kematian Bayi di Desa Girikerto ........................................................................... 59
Grafik II. 2 Angka Harapan Hidup Tahun 2018/2019 .......................................................................... 59
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Struktur Organisasi Desa Girikerto ................................................................................. 40
Gambar II. 2 Peta Administrasi Desa Girikerto .................................................................................... 42
Gambar II. 3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa .............................................................................. 67
xi
INTISARI
Pembangunan menjadi landasan atas tujuan dalam meningkatkan kesejahteraan warga
masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus memiliki berbagai strategi dan
kebijakan di dalam proses pembangunan. Pembangunan infrastruktur desa merupakan upaya
peningkatan kualitas hidup dan kemandirian sebagai wujud kesejahteraan masyarakat desa.
Kebijakan pembangunan yang mengutamakan partisipasi masyarakat di dalam tiap tahapannya
memiliki pengaruh besar dalam memberikan ruang kepada masyarakat untuk ikut serta dalam
meningkatkan kualitas kehidupannya. Usaha untuk mengadakan pembangunan desa yang
dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial
masyarakat desa yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga
pihak, yaitu pemerintah, swasta, dan warga desa. Dalam praktiknya, manajemen dan upaya
pemerintah (desa) masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun meningkatkan
kesadaran serta kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan Desa.
Permasalahan yang diketahui bahwa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur
desa masih terdapat masalah dana. Bukan hanya itu, peranan pemerintah dalam membantu
proses pembangunan masih kurang sehingga manfaat dan potensi pembangunan tersebut tidak
dapat terlaksana dengan baik. Kendala yang signifikan sebagai faktor penghambat dalam
pelaksanaan pembangunan infrastruktur yaitu partisipasi pemerintah desa dalam mengelola
dan menyalurkan Dana Desa sebagai upaya pembangunan yang bermanfaat dan peran
pemerintah desa dalam penyelenggara pembangunan masih lambat. Dana Desa yang adapun
terbilang sangat kecil ditambah lagi Sumber Daya Manusia (SDM) yang lemah atau
masyarakat yang kurang respon terhadap kepentingan bersama dalam hal pembangunan dan
kurangnya program pemberdayaan masyarakat dalam urusan pembangunan. Berdasarkan Latar
Belakang Masalah tersebut maka Penulis tertarik untuk meneliti Manajemen Pemerintah Desa
Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penentuan informan
mengunakan teknik purposive sampling. Informan dalam penelitian ini terdiri atas Kepala
Desa, Perangkat Desa, Ketua BPD dan Masyarakat. Teknik pengumpulan data meliputi
observasi, dokumentasi dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yang menggunakan langkah–langkah teknis analisis data model Miles dan Huberman
yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dari data yang didapat, baik primer maupun
sekunder, maka dapat dilihat Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur
di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
Ruang Lingkup sebagai berikut. Pertama Perencanaan Pembangunan Infrastruktur di Desa
Girikerto di musyawarahkan melalui Musyawarah Dusun sampai yang kemudian akan dibawa
ke Musyawarah Desa dengan penentuan skala prioritas sehingga akan ada dalam RPJMDes
dan masyarakat dilibatkan dalam Perencanaan tersebut. Kedua Pengorganisasian
Pembangunan Infrastruktur di Desa Girikerto, pemerintah telah membentuk Tim Pelaksanaan
Kegiatan Pembangunan Infrastruktur (TPK), ketiga Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
sudah ada yg terlaksana dan ada yang belum terlaksana, keempat Pengawasan Pembangunan
Infrastruktur di Desa Girikerto melibatkan banyak tim untuk mengawasi, dimulai dari tim yang
dibentuk oleh Pemerintah Desa Girikerto, tim dari Kabupaten dan dari Provinsi.
Kata Kunci : Dana Desa, Partisipasi Pemerintah Desa, SDM, Program Pemberdayaan
Masyarakat .
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan menjadi landasan atas tujuan dalam meningkatkan
kesejahteraan warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus
memiliki berbagai strategi dan kebijakan di dalam proses pembangunan. Di dalam
strategi dan proses penentuan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah, maka
kebijakan tersebut dapat dilihat dari sisi pelimpahan kewenangan atau urusan untuk
melaksanakan pembangunan. Terdapat dua pendekatan yang diterapkan pada
sistem kewenangan pembangunan, yaitu pendekatan sentralisasi dan pendekatan
desentralisasi. Pendekatan sentralisasi mengutamakan efisiensi artinya penentuan
arah pembangunan lebih membatasi ruang gerak daerah dan memberikan
wewenang penuh kepada pemerintah pusat, sementara itu pendekatan desentralisasi
lebih mengedepankan kemandirian daerah dalam menentukan arah pembangunan
nya sendiri daripada efisiensi. Dalam konteks kebijakan pembangunan di Indonesia
yang dilaksanakan sejak awal periode pembangunan dapat dimaknai bahwa
pendekatan ini mencoba memadukan antara orientasi efisiensi dengan keadilan dan
kemandirian daerah. Dengan demikian, maka bobot pembagian kewenangan yang
dianut merupakan kolaborasi sehingga melahirkan azas penyelenggaraan
pembangunan yang disebut dekonsentrasi dan desentralisasi.
Dalam prinsip otonomi secara luas, daerah diharapkan mampu
meningkatkan kemandirian nya dengan memperhatikan prinsip keadilan,
demokrasi, pemerataan, serta mampu memanfaatkan potensi dan keanekaragaman
2
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi secara luas ini
biasanya bertolak dari prinsip bahwa semua urusan pemerintahan pada dasarnya
menjadi urusan rumah tangga daerah kecuali yang ditentukan sebagai urusan pusat.
Oleh sebab itu, maka lahir lah regulasi dan peraturan pemerintah tentang desa yang
mengatur segala sesuatu yang dianggap urgen bagi desa. Secara administratif
negara, desa merupakan bentuk pemerintahan terkecil. Desentralisasi ini tidak
hanya terbatas pada tingkat kabupaten kota, tetapi juga desa sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwewenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul
dan adat-istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pembangunan infrastruktur desa merupakan upaya peningkatan kualitas
hidup dan kemandirian sebagai wujud kesejahteraan masyarakat desa. Kebijakan
pembangunan yang mengutamakan partisipasi masyarakat di dalam tiap
tahapannya memiliki pengaruh besar dalam memberikan ruang kepada masyarakat
untuk ikut serta dalam meningkatkan kualitas kehidupannya. Dalam pembangunan
dikawasan pedesaan lebih dititikberatkan pada upaya pemberdayaan masyarakat
desa, yaitu upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan semberdaya melalui penetapan kebijakan, program,
kegiatan dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat desa. Untuk itu, pemerintah telah menerbitkan UU tentang
Desa sebagai dasar hukum dan bentuk administratif yang mengatur segala sesuatu
3
tentang desa. Desentralisasi ini tidak hanya terbatas pada tingkat kabupaten/kota
tetapi juga desa sebagai kesatuan yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.
Pemerintah daerah telah mengakui adanya kewenangan yang dimiliki oleh
desa dan kepada desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari
pemerintah ataupun pemerimtah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah
tertentu, saat ini desa dianggap sebagai basis pembangunan sekaligus penerapan
dari pembangunan yang mencirikan bottom up, dimana semua rencana dan realisasi
pembangunan harus bertumpu pada aspirasi masyarakat, dalam kondisi ini
masyarakat desalah yang menjadi sasaran dalam setiap program pemberdayaan
masyarakat, tujuannya adalah untuk memberikan kemandirian atau daya kepada
masyarakat desa agar dapat mengurus dirinya sendiri, pemerintah hanya bertindak
sebagai fasilitator dan motivator. Hal ini didorong oleh pengalaman bahwa sebagian
masyarakat desa masih hidup di bawah garis kemiskinan dan ketidakadilan,
sehingga membutuhkan pertolongan sejak dini untuk mengubah keadaan tersebut.
Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat terpuruk dan terpaksa harus
hidup dalam standar kualitas hidup yang rendah dan serba kekurangan akibatnya
kemiskinan berlangsung secara sistematis yang sering menimbulkan beragam
masalah, baik dalam segi pendidikan, pelayanan, kesehatan maupun ekonomi.
Dalam usaha pembangunan infrastruktur desa, pemerintah menghadapi kendala
tidak hanya dalam masalah pembiayaan tapi juga penolakan dari masyarakat akibat
ketidaksesuaian antara infrastruktur yang dibangun dan yang menjadi kebutuhan
mereka, maka pelibatan masyarakat merupakan sebuah cara yang efektif. Kendati
4
demikian, mengikutsertakan masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam
program-program pembangunan tidak semudah apa yang dibayangkan. Kondisi ini
semakin diperparah dengan belum ditemukannya solusi oleh pemerintah yang harus
ditempuh untuk memerangi masalah kemiskinan tersebut serta benar-benar
menyentuh substansi masalah yang dihadapi publik. Itu nampak pada banyak
program pembangunan yang mengalami kegagalan ketika berusaha memberantas
kemiskinan yang telah melilit kehidupan sebagian penduduk di desa. Karena itu
masyarakat yang demikian perlu diberdayakan untuk lebih mandiri dalam
menghadapi tantangan hidup yang semakin hari semakin tidak terkendali.
Proses pembangunan saat ini perlu memahami dan memperhatikan prinsip
pembangunan yang berakar dari bawah (grasroots), memelihara keberagaman
budaya, serta menjunjung tinggi martabat dan kebebasan bagi manusia.
Pembangunan yang dilakukan harus memuat proses pemberdayaan masyarakat
yang mangandung makna dinamis untuk mengembangkan dalam mencapai tujuan.
Konsep yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan adalah konsep
kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara sistematis
agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan. Kegagalan
berbagai program pembangunan pedesaan di masa lalu adalah disebabkan antara
lain karena penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi program-program pembangunan
yang tidak melibatkan masyarakat. Proses pembangunan lebih mengedepankan
paradigma politik sentralistis dan dominannya peranan negara pada arus utama
kehidupan bermasyarakat.
5
Beda halnya dengan kondisi pembangunan desa yang ada di luar Pulau
Jawa, di Pulau Jawa khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki wilayah
desa atau padukuhan yang terbilang banyak. Contohnya di Desa Girikerto ini yang
memiliki 13 wilayah padukuhan sehingga dalam mengelola dan membangun
wilayah pedesaan akan sedikit lebih rumit. Misalnya dalam hal pembagian dana
desa untuk pembangunan, pemerintah desa harus mampu mengendalikan dan
membagi administrasi untuk masing-masing wilayah padukuhan. Kemudian
dengan banyaknya wilayah di Desa Girikerto ini akan mempersulit Pemerintah
Desa untuk berpartisipasi dalam urusan pembangunan desa. Selain itu, Sumber
Daya Manusia (SDM) yang ada di Desa Girikerto masih terbilang sangat kurang
ditambah lagi program pemberdayaan untuk menghasilkan masyarakat yang
berkualitas sangat minim adanya.
Pembangunan infrastruktur desa merupakan bentuk dari kepedulian
pemerintah, wujud dari model pembangunan tersebut adalah Program
Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Usaha untuk menggalakan
pembangunan desa yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan tarap
hidup serta kondisi sosial masyarakat desa yang merupakan bagian terbesar dari
masyarakat indonesia melibatkan tiga pihak, yaitu pemerintah, swasta dan warga
desa. Namun dalam praktiknya peran manajerial dan prakarsa pemerintah desa
masih kurang terasa terutama di dalam Pemerintahan Desa Girikerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam pembangunan infrastruktur desa harus lebih didasarkan atau
ditentukan oleh masyarakat itu sendiri sehingga memungkinkan tumbuhnya
6
partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Selain itu, sasaran
pembangunan ini juga dapat dirasakan oleh masyarakat sehingga timbul rasa
tanggung jawab dalam proses pembangunan yang efektif dan efisien. Suatu
pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan
dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan tersebut benar-benar
memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu terjadi, khusunya
pembangunan pedesaan, mutlak diperlukan pemberdayaan masyarakat desa mulai
dari keikutsertaan perencanaan sampai hasil akhir dari pembangunan tersebut.
Infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau
dibutuhkan oleh agen-agen publik sebagai fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyediaan sarana dan prasarana seperti penyediaan air, tenaga listrik,
pembangunan gedung ibadah dan pemerintahan, transportasi serta pelayanan-
pelayanan serupa untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi (Stone dalam
Kodoatie 2005:101). Dalam hal pembangunan fisik atau infrastruktur, Effendi
(2002:48) menyebutkan bahwa pentingnya pembangunan infrastruktur yang
memadai berupa ketersediaan fasilitas pelayanan publik baik sarana pendidikan,
sarana kesehatan, rumah ibadah, litrik, jalan, jembatan, transportasi, air bersih,
pengairan, drainase, teknologi dan komunikasi bertujuan agar masyarakat dapat
bergerak lebih dinamis dan mempermudah kegiatan ekonomi, serta agar para
investor mau menanamkan modalnya di daerah, apabila tidak demikian biaya yang
dikeluarkan untuk penanaman modal menjadi lebih besar dan berpengaruh pada
harga produk yang dihasilkan dan tentunya akan lebih mahal dibandingkan dengan
yang lain, sehingga produk yang dihasilkan tidak kompetitif (Rosalina, 2013:110).
7
Usaha untuk mengadakan pembangunan desa yang dimaksudkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa
yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat Indonesia, melibatkan tiga pihak,
yaitu pemerintah, swasta, dan warga desa. Dalam praktiknya, peran dan upaya
pemerintah (desa) masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun
meningkatkan kesadaran serta kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan
Desa.
Hasil studi pendahuluan peneliti di Desa Girikerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta diketahui bahwa pelaksanaan
pembangunan infrastruktur masih terdapat kendala misalnya masalah dana. Dari
temuan yang peneliti temukan dilapangan bahwa proses pencairan dana dari pusat
ke desa masih terkesan lamban. Bahkan setelah dana itu ada pun akan dibagi pada
setiap wilayah padukuhan dengan jumlah yang terbilang kecil. Bukan hanya itu,
partisipasi pemerintah dalam membantu proses pembangunan masih kurang
sehingga manfaat dan potensi pembangunan tersebut tidak dapat terlaksana dengan
baik. Kendala yang signifikan sebagai faktor penghambat dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur yaitu keterlibatan pemerintah desa dalam mengelola
dan menyalurkan Dana Desa sebagai upaya pembangunan yang bermanfaat dan
peran pemerintah desa dalam penyelenggara pembangunan masih lambat. Dana
Desa yang adapun terbilang sangat kecil ditambah lagi Sumber Daya Manusia
(SDM) yang lemah atau masyarakat yang kurang respon terhadap kepentingan
bersama dalam hal pembangunan dan program pemberdayaan untuk meningkatkan
kualitas masyarakat masih kurang. Keberhasilan dalam pembangunan infrastruktur
8
desa di Desa Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta sangat ditentukan oleh kerjasama, koordinasi, dan sinergitas yang solid
dan saling menguatkan antara pemerintah desa, kecamatan, pemerintah kabupaten
(SKPD), DPRD, bahkan peran partisipatif pemerintah provinsi dan pemerintah
pusat, terutama dukungan dari para pemangku kepentingan lainnya antara lain
tokoh masyarakat, tokoh agama, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), praktisi dan
akademisi serta partisipasi masyarakat desa. Hal ini dilakukan baik mulai dari
proses perencanaan melalui mekanisme forum perencanaan partisipatif
pembangunan desa, pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan. Pengawasan
pembangunan yang didasarkan pada prinsip; semangat dan inisiatif membangun
datang dari masyarakat desa, desa bebas menyusun perencanaan Pembangunan
desanya, penguatan dan pemanfaatan potensi serta kearifan lokalnya, dan
terwujudnya anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) atau dari dana desa.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh Pemerintah Desa Girikerto dalam
pembangunan infrastruktur adalah yang pertama dari segi Dana. Dana desa yang
tidak terlalu besar namun masyarakat ingin semua wilayahnya dibangun. Kedua,
faktor SDM (Sumber Daya Manusia). Sumber Daya Manusia di Desa Girikerto
kebanyakan masih minim pengalaman sehingga membutuhkan pamong yang
profesional dan mampu bekerja secara maksimal, yang ketiga adalah kurangnya
peranan pemerintah terutama Pemerintah Desa Girikerto dalam memberdayakan
masyarakat di bidang pembangunan infrastruktur desa yaitu tidak berjalannya
pemberdayaan masyarakat di desa tersebut, tidak dilibatkannya masyarakat dalam
9
pembangunan desa dan yang keempat adalah kurangnya program pemberdayaan
masyarakat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Kurangnya peranan manajerial pemerintah terutama pemerintah Desa
Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam
memberdayakan masyarakat di bidang pembangunan infrastruktur desa yaitu tidak
berjalannya pemberdayaan masyarakat di desa tersebut dengan tidak melibatkan
masyarakat dalam pembangunan desa, dimana sebagian besar proyek pembangunan
berskala besar seperti pembuatan jalan utama atau aspal di desa tersebut adalah
pemborong yang berasal dari daerah lain, dan hal ini diperoleh dari hasil pra
penelitian dengan melakukan wawancara terhadap beberapa warga dilokasi
penelitian. Sikap pemerintah desa yang tidak peduli terhadap masyarakat dalam
pembangunan desa akan mematikan tradisi gotong-royong masyarakat desa dan
menjadikan masyarakat merasa tidak ikut memiliki dalam pembangunan yang
dilakukan sehingga kemungkinan pembangunan tersebut akan cepat rusak karena
tidak ada rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan
infrastruktur yang dilakukan tersebut. Diantara banyak nya rencana pembangunan
infrastruktur desa, ada beberapa infrastruktur yang belum terlaksana meskipun
sudah masuk kedalam rencana pembangunan. Seperti misalnya pengerasan jalan,
pembangunan jembatan, pembangunan PAUD, pelatihan-pelatihan keterampilan
dan lain sebagainya.
Menurut pengamatan peneliti di Desa Girikerto Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pembangunan infrastruktur desa
seperti pembangunan akses jalan, jembatan, pelatihan keterampilan, talud dan
10
listrik pelaksanaannya belum maksimal dan terkesan lambat. Manajemen
pemerintah desa sampai saat ini dirasakan masih kurang terasa, hal ini berkaitan
erat dengan kemampuan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
dianggap masih kurang adanya kerjasama antara aparat pemerintah terlebih antara
aparat dengan masyarakat. Berkaitan dengan penjelasan di atas, peneliti tertarik
untuk meneliti tentang “Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pembangunan
Infrastruktur di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian mengenai latar belakang masalah tersebut, penyusun
merumuskan masalah adalah “Bagaimanakah manajemen pemerintah desa dalam
pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan manajemen pemerintah desa dalam pembangunan
infrastruktur di Desa Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan di bidang ilmu pemerintahan dan dijadikan acuan atau khasanah
11
kepustakaan sebagai pedoman dalam penelitian yang berkaitan dengan
manajemen pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Dearah Istimewa Yogyakarta.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan bagi
Pemerintah Desa Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam melaksanakan program pembangunan infrastruktur
desa.
E. Kerangka Teori
1. Manajemen
Dalam proses pembangunan infrastruktur desa, sangat diperlukan peran
manajerial atau manajemen untuk mengatur dan mengelola terselenggarakan nya
suatu pembangunan. Pemerintah desa harus memiliki kemampuan untuk
12
memanage atau mengatur proses yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
pembangunan tersebut.
Ricky W. Griffin (dalam Sarinah, 2017:1) mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif danefesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai denganperencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal
Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (dalam Sarinah, 2017:1)
manajemen adalah hal yang dilakukan oleh para manajer. Manajemen melibatkan
aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga
pekerjaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif. Selain itu,
manajemen juga melibatkan tanggung jawab.
Menurut Rakhmat (2013:15), manajemen pembangunan dapat diartikan
sebagai suatu bidang kajian yang membahas peranan manajemen publik dalam
proses pembangunan nasional. Kartasmita (1997) mengatakan bahwa studi
mengenai manajemen telah banyak mengalami perkembangan, namun teori
dasarnya tidak berubah termasuk kegiatan yang dilakukan oleh manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Dari beberapa pendapat tentang definisi yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, serta
pengawasan terhadap penggunaan sumber daya organisasi baik sumber daya
13
manusia, sarana dan prasarana, sumber dana maupun sumber daya lainnya untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Berikut
ini merupakan penjelasan dari fungsi manajemen tersebut :
a. Perencanaan
Pembangunan pada dasarnya berlangsung dalam suatu kurun waktu
sehingga perencanaan yang disusun untuk mencapai tujuan pembangunan
senantiasa sebagai suatu lingkaran proses yang tidak berkeputusan. Perencanaan
merujuk kepada keterkaitan yang tidak terpisahkan antara kebutuhan
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Perencanaan diperlukan
karena kebutuhan pembangunan lebih besar daripada sumber daya yang tersedia.
Dengan perencanaan ingin dirumuskan berbagai kegiatan pembangunan yang
secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam
memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang
tersedia dalam pembangunan. (dalam Rakhmat, 2013:14)
Menurut Waterston, 1967 (dalam Rakhmat, 2013:16) perencanaan
pembangunan (development planning) merupakan fungsi utama dari manajemen
pembangunan. Perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah usaha yang secara
sadar, terorganisir, dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif yang
terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Conyers, 1991 (dalam Rakhmat, 2013:16) perencanaan merupakan penerapan
yang rasional dari pengetahuan manusia terhadap proses pencapaian keputusan
yang berperan sebagai dasar perilaku manusia. Menurut Bryant dan White, 1987
(dalam Rakhmat, 2013:16) hakikatnya, perencanaan adalah upaya pemerintah
14
untuk memperbesar kapasitasnya membuat pilihan guna mempertimbangkan
dan menentukan alternatif yang akan ditempuhnya di antara alternatif-alternatif
yang tersedia.
Schoorl, 1985 (dalam Rakhmat, 2013:16), mengatakan bahwa
perencanaan adalah proses dalam menyiapkan seperangkat keputusan mengenai
tindakan dikemudian hari, yang ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan
menggunakan cara-cara yang optimal. Dari pandangan ini terkandung tujuh
unsur, yaitu : (1) ada kegiatan yang berjalan terus menerus untuk mencapai
keputusan-keputusan tertentu, (2) biasanya institusi yang merencanakan dan
yang melaksanakan itu berbeda, (3) perencanaan itu mencakup bermacam-
macam keputusan tentang kegiatan yang berbeda-beda, (4) menetapkan
keputusan mengenai suatu tindakan, (5) masih ada ketidakpastian mengenai
kemungkinan dan cara-caranya untuk mencapai tujuan yang dimaksud, (6)
perencanaan itu ditujukan untuk mencapai tujuan, dan (7) cara-cara itu harus
diseleksi secara rasional, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan
sebai-baiknya.
Menurut Diana Conyers dan Peter Hills (dalam Umar Nain, 2017:71-
72), perencanaan sebagai suatu proses berkesinambungan yang mencakup
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan
sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan pada masa mendatang. Berdasarkan
pengertian tersebut terdapat empat elemen dasar perencanaan, yaitu : (1)
merencanakan berarti memilih, (2) perencanaan merupakan alat pengalokasian
sumber daya, (3) perencanaan merupaka alat mencapai tujuan, (4) perencanaan
15
untuk mencapai masa depan. Bahwa salah satu implikasi yang paling signifikan
dari keterkaitan antara perencanaan, pembuatan kebijakan dan pelaksanaan
adalah kenyataan bahwa perencanaan tidak dapat dianggap terpisah dari
lingkungan sosial.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan adalah suatu upaya
yang dilakukan untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas dalam
mencapai tujuan secara tepat, terarah dan efisien agar tercapai masa depan.
b. Pengorganisasian
Menurut Wiludjeng (2007:92), yang dimaksud dengan
pengorganisasian adalah suatu proses dimana pekerjaan diatur dan di bagikan
diantara para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
dengan efisiensi.
Pengorganisasian adalah kelompok orang yang bekerja sama, dengan
adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan, serta adanya pendelegasian
wewenang : Pengorganisasian adalah penentuan, pengelompokan dan penyusun
macam-macam kegiatan yang diperlukan umtuk mencapai kegiatan, penempatan
orang-orang (pegawai) terhadap kegiatan-kegiatan dari penyediaan fisik yang
cocok bagi keperluan kerja dan penyuluhan hubungan wewenang yang
dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan
kegiatan yang diharapkan (Salam, 2004:19).
Berdasarkan uraian tersebut diatas yang dimaksud dengan
pengorganisasian (organizing) adalah suatu proses kegiatan penyusunan struktur
16
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.
Pengorganisasian (organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang.
c. Pelaksanaan
Menurut Nurdin Usman (2002:70) Pelaksanaan adalah suatu tindakan
atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah
dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone
dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan
Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan.
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan
bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-
sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan
untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan
dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat- alat yang diperlukan,
siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana
cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut
setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan
17
keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan
menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu
kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah
ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di
lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan
beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat
penunjang.
d. Pengawasan
Di dalam suatu kegiatan, kita harus menyadari bahwa pentingnya suatu
pengawasan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan, pemborosan,
kebocoran dan penyelewengan dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Pengawasan menurut Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir (dalam
Rahardjo Adisasmita, 2011:127) adalah setiap usaha dan tindakan dalam rangka
untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut
ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai. Selanjutnya, dinyatakan bahwa
pengawasan merupakan sustu proses dengan mana prestasi pekerjaan dipantau.
Tindakan perbaikan diambil manakala prestasi tidak seperti yang direncanakan.
Lebih lanjut diberikan gambaran bahwa pengawasan mempunyai tujuan :
1) Menjamin pekerjaan mengikuti rencana
2) Mencegah kekeliruan
3) Memperbaiki efisiensi
4) Mewujudkan ketertiban pada pekerjaan
18
5) Memperbaiki kekeliruan secara lebih mudah dan meyakinkan
6) Mengenali dan menggambarkan prestasi yang maksimal
7) Memperbaiki kualitas manajemen secara keseluruhan
Dengan demikian jelas bahwa tanpa rencana, pengawasan tidak
mungkin dilaksanakan, karena tidak ada pedoman untuk melakukan pengawasan
itu, sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan cenderung memberi peluang
timbulnya penyimpangan-penyimpangan dan penyelewengan dan lain-lain
kebocoran, tanpa ada alat untuk mencegah, oleh karena itu diperlukan adanya
pengawasan.
Pandangan lain tentang pengawasan dikemukan oleh Sondang P.
Siagian (dalam Rahardjo, 2011:128) menyatakan bahwa pengawasan adalah
proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja
dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut serta proses
mengawasi dan membimbing untuk menghindari suatu kesalahan penyimpangan
dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
2. Pemerintah Desa
S.E. Finer dalam Sumaryadi (dalaam Umar Nain, 2017:1-2),
mengklarifikasikan pemerintah ke dalam empat pengertian, yakni : Pertama,
19
pemerintah mengacu pada proses pemerintah, yakni pelaksanaan kekuasaan oleh
yang berwewenang. Kedua, istilah ini juga bisa dipakai untuk menyebut keberadaan
proses itu sendiri, kepada kondisi adanya tata aturan. Ketiga, pemerintah acap kali
berarti orang-orang yang mengisi kedudukan otoritas dalam masyarakat atau
lembaga, artinya kantor atau jabatan-jabatan dalam pemerintahan. Keempat, istilah
ini juga bisa mengacu pada bentuk, metode, sistem pemerintahan dalam suatu
masyarakat, yakni struktur dan pengelolaan dinas pemerintah dan hubungan antara
yang memerintah dan yang diperintah.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah adalah orang
atau badan yang memiliki otoritas dalam melaksanakan, mengelola dan memerintah
pada proses kegiatan organisasi kemasyarakatan atau lembaga dalam pemerintahan.
Pengertian Desa menurut UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa (dalam Umar
Nain, 2017:27) , Desa adalah desa dan Desa ada atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemeritahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya penjelasan umum UU No. 6 tahun 2014 (dalam Umar Nain,
2017:28) menyatakan, dengan digabungkannya fungsi self-governingcommunity
dengan local self-government, diharapkan kesatuan masyarakat hukum adat yang
selama ini merupakan bagian dari wilayah desa, ditata sedemikian rupa menjadi
desa dan desa adat. Desa dan desa adat pada dasarnya melakukan tugas yang hampir
20
sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam pelaksanaan hak asal-usul,
terutama menyangkut pelestarian sosial desa adat, pengaturan dan pengurusan
wilayah adat, sidang perdamaian adat, pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban
bagi masyarakat hukum adat, serta pengaturan pelaksanaan pemerintahan
berdasarkan susunan asli.
Apabila membicarakan “desa” di Indonesia, menurut Mashuri Maschab
(2013:1) maka sekurang-kurangnya akan menimbulkan tiga macam penafsiran dan
pengertian. Pertama, pengertian secara sosiologis, yang menggambarkan suatu
bentuk kesatuan masyarakat atau suatu komunitas penduduk yang tinggal dan
menetap dalam suatu lingkungan, di mana antara mereka saling mengenal dengan
baik dan corak kehidupan mereka relatif homogen, serta banyak bergantung pada
kebaikan-kebaikan alam. Dalam pengertian sosiologis tersebut, desa diasosiasikan
dengan suatu masyarakat yang hidup secara sederhana, pada umumnya hidup dari
sektor pertanian, memiliki ikatan sosial dan adat atau tradisi yang masih kuat,
sifatnya jujur dan bersahaja, pendidikannya relatif rendah dan lain sebagainya.
Kedua, pengertian secara ekonomi, desa sebagai suatu lingkungan
masyarakat yang berussaha memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dari apa
yang disediakan alam sekitarnya. Dalam pengertian yang kedua ini, desa
merupakan suatu lingkungan ekonomi, di mana penduduknya berusaha untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber daya alam yang mereka miliki yang ada
kalanya sangat besar berupa tanah pertanian, hutan, danau, laut dalam batas tertentu
bisa memenuhi kebutuhan mereka untuk bertahan hidup (survival). Aktivitas-
aktivitas seperti bertani, berburu dan merambah hutan, menangkap ikan, beternak,
21
menenun pakaian dan anyaman-anyaman lainnya merupakan bagian dari usaha
mereka membangun kehidupan. Batas-batas dalam aktivitas ekonomi ini kemudian
diklaim menjadi hak milik desa. Pihak lain tidak boleh menggunakan, mengambil
hasil, apalagi mengambil alih segala seusatu yang dianggap hak milik mereka, tanpa
izin atau persetujuan warga desa. Hubungan ekonomi atau perdagangan dengan
pihak lain dalam sistem perekonomian subsistence ini acap kali dilakukan secara
barter (tukar menukar barang) yang saling dibutuhkan.
Ketiga, pengertian secara poliitk, di mana “desa” sebagai suatu organisasi
pemerintahan atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang
tertentu karena merupakan bagian dari pemerintahan negara. Dalam pengertian
yang ketiga ini, desa ditulis dengan huruf awal ‘d’ besar “Desa”. Desa sering
dirumuskan sebagai “suatu kesatuan masyarakat hukum yang berkuasa
menyelenggarakan pemerintahan sendiri”. Sebagai kesatuan masyarakat hukum,
makadesa mempunyai kewenangan dalam lingkungan wilayahnya untuk mengatur
dan memutuskan sesuatu sesuai kepentingan masyarakat hukum yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, untuk membuat kewenangan tersebut absah atau
legitimate, pemerintah pusat mengaturnya dalam undang-undang. (dalam Umar
Nain, 2017:18-20).
Pengertian Desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai
komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antar komunitas saling mengenal
dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung
secara langsung dengan alam. Oleh karena itu Desa diasosiasikan sebagai
masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan
22
sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang rendah
(Juliantara, 2005: 18).
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang peraturan
pelaksanaan Undang -Undang ini didalamnya mengatur tentang penataan Desa,
kewenangan, pemerintahan desa, tata cara penyusunan peraturan desa, keuangan
dan kekayaan desa, pembangunan desa, dan pembangunan kawasan perdesaan,
Badan Usaha Milik Desa, Kerjasama Desa, Lembaga Kemsyarakatan Desa dan
Lembaga Adat Desa, dan Pembinaan dan Pengawasan Desa oleh Camat atau
sebuatan yang lainnya. (Dikutip dari Skripsi Junaidi Soamole, 2018, Peran
Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur di Desa Potorono,
Kecamatan Banguntapn, Kabupaten Bantul, DIY)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa desa merupakan adalah
suatu wilayah yang terbentuk secara alamiah dan di bawah pemerintahan
kota/kabupaten. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memerhatikan asal
usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Desa dapat dikatakan
sebagai satuan administrasi pemerintahan yang mencakup kehidupan sosial budaya,
ekonomi dan politik.
Adapun kepala desa merupakan penanggungjawab penyelenggaraan
Pemerintah Desa yang dipilih melalui pemilihan langsung oleh warga desa. Masa
jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk
satu kali masa jabatan berikutnya. Kepala Desa merupakn penyelenggara utama
dibidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan urusan pemerintahan
23
umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban di desa. (dalam Kansil,
1983:197).
Dalam pelaksanaan Pemerintah Desa, Kepala Desa selaku Pemerintah
Desa memiliki wewenang sebagai berikut :
1. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
3. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;
4. Menetapkan Peraturan Desa;
5. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
6. Membina kehidupan masyarakat Desa;
7. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
8. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya
agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya
kemakmuran masyarakat Desa;
9. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;
10. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
11. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;
12. Memanfaatkan teknologi tepat guna;
13. Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;
14. Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum
untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
24
15. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam Permendagri Nomor 84 Tahun 2015 pada pasal yang ke 2 (dua)
menyatakan :
(1) Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu oleh Perangkat Desa.
(2) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a. Sekretaris Desa;
b. Pelaksana Kewilayahan;dan
c. Pelaksana Teknis.
(3) Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berkedudukan sebagai
unsur pembantu Kepala Desa.
Sedangkan pada Pasal 6, mengatakan :
(1) Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang memimpin
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(2) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Kepala Desa
memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
a) menyelenggarakan Pemerintahan Desa, seperti tata praja Pemerintahan,
penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan, pembinaan
ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan masyarakat,
administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan wilayah.
25
b) melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehata.
c) pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat,
keagamaan, dan ketenagakerjaan.
d) pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna.
e) menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan lembaga
lainnya.
Berdasarkan kajian yang mencakupi tentang peran pemerintah desa adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Terkait
dengan manajemen pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur di Desa
Girikerto ini dapat kita uraikan satu persatu.
Manajemen pemerintah desa dalam proses perencanaan, yaitu suatu
upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Girikerto untuk mengalokasikan Sumber
Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas dalam
mencapai tujuan secara tepat, terarah dan efisien agar tercapai masa depan
masyarakat dalam meningkatkan aktivitas ekonomi, sosial, politik dan lain
sebagainya melalui pembangunan infrastruktur. Yang kedua adalah manajemen
pemerintah desa dalam proses pengorganisasian, yaitu suatu proses kegiatan
penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan
lingkungannya sehingga mekanisme dan tujuan pembangunan dapat lebih terarah.
26
Pengorganisasian (organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang. Ketiga
adalah pelaksanaan, yaitu aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa Girikerto untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan
pembangunan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala
kebutuhan, alat- alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat
pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses
rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan
yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun
operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari
program yang ditetapkan semula. Dari pengertian yang dikemukakan di atas
dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program
yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik
itu di lapangan maupun di luar lapangan. Keempat adalah proses pengawasan,
yaitu proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang
dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang
telah ditetapkan tersebut serta proses mengawasi dan membimbing untuk
menghindari suatu kesalahan penyimpangan dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen pemerintah desa merupakan salah
satu bagian yang sangat penting perangkat desa dalam melibatkan tugas dan
kewajibannya sehingga begitu pentingnya kedudukan perangkat desa dalam
melaksanakan tugas pemerintahannya, maka sangat dibutuhkan sekali perangkat
yang mempunyai kemampuan yang baik, bahwa peran dapat diartikan sebagai
27
keterlibatan, keikutsertaan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.
Manajemen Pemerintah Desa diatas adalah untuk merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan dan mengawasi proses-proses serta dinamika
yang tumbuh di dalam masyarakat terlebih dalam proses pembangunan yang
memungkinkan untuk membangun pola hubungan ekonomi, sosial budaya dan
politik masyarakat Desa Girikerto.
3. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur menjadi landasan penting dibanyak negara
berkembang yang lebih mendorong kemajuan ekonomi melalui usaha pertumbuhan
ekonomi. Karena pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi
ternyata tidak serta merta menghasilkan sebuah tetesan ke bawah (trickel down
effect), sehingga menimbulkan kesenjangan ekonomi, sosial, dan politik yang
semakin melebar. Pemikiran strukturalis klasik menghendaki intervensi pemerintah
dalam melakukan koreksi terhadap ketidaksempurnaan pasar dan melakukan
perbaikan struktur ekonomi secara inkremental. Dalam pendekatan ini perbaikan
struktur kekuasaan dan struktur sosial tidak dilakukan secara radikal. (dalam
Rakhmat, 2013:3).
Menurut Esman (dalam Rakhmat, 2013:2), pembangunan merupakan
proses menuju taraf hidup masyarakat secara menyeluruh dan bersifat dinamis.
Dalam perkembangan pembangunan, konsep pembangunan mengandung empat
makna yaitu : (1) pembangunan merupakan suatu proses, dalam arti suatu kegiatan
yang terus menerus dilaksanakan dan berkesinambungan, (2) pembangunan
merupakan suatu usaha yang secara sadar dilaksanakan, karena dipandang sebagai
28
suatu kebutuhan, (3) pembangunan dilaksanakan secara berencana yang beorientasi
pada pertumbuhan dan perubahan, dan (4) pembangunan terkait dengan dimensi
modernisasi, dalam arti sebagai cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya.
Konsep manajemen pembangunan (management of development)
merupakan sebuah perrspektif dan istilah lain dari konsep administrasi
pembangunan (administration of development), karena melihat peran administrasi
dalam mewujudkan pembangunan (Bryant dan White, 1987 dan Esman, 1991).
Karena itu pada dasarnya dapat dikatakan bahwa masalah administrasi
pembangunan adalah juga masalah manajemen pembangunan (Mustopadidjaja,
1989). (dalam Rakhmat, 2013:15).
Secara spesifik oleh Stone (dalam Kodoatie, 2005:101), infrastruktur
didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau yang
dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyediaan air ,tenaga listrik,pembangunan limbah ,transportasi dan pelayanan-
pelayanan similar untuk menfasilitas tujuan-tujuan ekonomi. Dalam hal
pembangunan fisik atau infrastruktur, Effendi (2002:48) menyebutkan bahwa
pentingnya pembangunan infrastruktur yang memandai yang berupa keretsediaan
fasilitas pelayanan publik baik sarana pendidikan, sarana kesehatan, rumah ibadah,
listrik, jalan, jembata, transportasi, air bersih, drainase, teknologi dan komunikasi
bertujuan agar masyarakat dapat bergerak lebih dinamis dan mempermudah
kegiatan ekonomi, serta agar para investor mau menanamkan modalnya di daerah,
apabila tidak demikian biaya yang dikeluarkan untuk penanaman modal menjadi
lebih besar dan berpengaruh pada harga produk yang dihasilkan dan tentunya akan
29
lebih mahal dibandingkan dengan yang lain, sehingga produk yang dihasilkan tidak
kompetitif.
Pembangunan pada prinsipnya adalah suatu proses dan usaha yang
dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi atau
kondisi yang lebih baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini
tidak lain karena masyarakat merasa tidak puas dengan keadaan saat ini yang dirasa
kurang ideal. Namun demikian perlu disadari bahwa pembangunan adalah sebuah
proses evolusi, sehingga masyarakat yang perlu melakukan secara bertahap sesuai
dengan sumber daya yang dimiliki dan masalah utama yang sedang dihadapi.
Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber
daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Suatu pembangunan infrastruktur akan tepat mengenai sasaran, terlaksana
dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan infrastruktur tersebut
benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk memungkinkan hal itu
terjadi, maka yang diperlukan adalah pemberdayaan masyarakat didalam
pembangunan tersebut, mulai dari penyusunan rencana sampai pada proyek
pembangunan tersebut selesai. Jadi pembangunan perlu menjadikan
peemberdayaan menjadi nilai dan pilihan kebijakan sekaligus sebagai pembelajaran
sosial, dalam arti selalu belajar bagaimana melakukan pemberdayaan yang semakin
hari semakin baik. Karena seperti apa yang dikemukakan oleh Soedjatmoko
(Ketaren, 2008:187), bahwa pembangunan tidak lain adalah belajar untuk hidup
lebih baik daripada kemarin. Pembelajaran adalah bagian inti dari pembangunan
pada masa kini dan mungkin sampai pada kurun waktu yang panjang di masa depan.
30
Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, maka
diperlukan adanya kemampuan dari perangkat pemerintah desa. Kemampuan yang
dimaksud adalah kemampuan di dalam perencanaan pembangunan infrastruktur,
kemampuan pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan kemampuan memotivasi
masyarakat. Dari setiap kemampuan tersebut diharapkan bahwa perangkat
pemerintah desa dapat mengatasi dan memecahkan segala persoalan yang berkaitan
erat dengan pembangunan desa. Namun disisi lain kemampuan perangkat
pemerintah desa harus didukung dari peran serta masyarakat untuk melaksankan
pembangunan desa. Diharapkan dengan adanya pemberdayaan masyarakat dalam
pembangunan infrastruktur desa dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang dibuat.
Pada dasarnya pembangunan desa merupakan pembangunan yang melibatkan
seluruh lapisan masyarakat. Semakin tinggi peran serta masyarakat Desa Girikerto,
maka semakin cepat pula pembangunan desa dapat terealisasi.
F. Ruang Lingkup
1. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Infrastruktur
Desa
2. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengorganisasian Pembangunan
Infrastruktur Desa
3. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
Desa
4. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengawasan Pembangunan Infrastruktur
Desa
31
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yakni pengamatan dan
penyelidikan secara kritis untuk mendapatkan keterangan yang tepat terhadap
suatu persoalan dan obyek tertentu di daerah kelompok komunitas atau lokasi
tertentu akan ditelaah atau menggambaran atau uraian atas sesuatu keadaan
sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti (Ruslan,
2004:55).
2. Unit Analisis
Dalam penelitian di Lapangan, peneliti mengambil obyek manajemen
pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur desa, subyeknya adalah
orang-orang yang berkaitan dengan proses pembangunan infrastruktur desa,
adapun Teknik Penentuan Informannya adalah Purposive. Berikut merupakan
Informan dalam penelitian ini adalah :
a. Kepala Desa
b. Perangkat Desa
- Kepala Seksi Kesejahteraan : 1 orang
- Sekretaris Desa : 1 orang
- Kepala Urusan Perencanaan : 1 orang
- Kepala Dusun : 1 orang
- Ketua LPMD : 1 orang
- Ketua Karang Taruna : 1 orang
32
c. Ketua BPD : 1orang
d. Tokoh Masyarakat : 1 orang
e. Masyarakat
- Ibu Rumah Tangga : 1 orang
- Petani : 3 orang
- Pegawai : 1 orang
Untuk mengetahui komposisi informan berdasarkan pekerjaan, jenis
kelamin, usia, dan pendidikan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel I.1
di bawah ini.
No Nama Pekerjaan Jenis
kelamin
(L/P)
Usia
(tahun)
Tingkat
pendidikan
Jumlah
1 Sumaryanta
S.H
Kepala Desa L 63 S1 1
2 Krisna
Cahyana S.H
Sekretaris Desa L 27 S1 1
3 Samirin Kepala Urusan
Perencanaan
dan Ketua
Karang Taruna
L 28 SMA 1
4 Wignyo
Santosa
Ketua BPD L 66 SMA 1
5 Pratignyo Ketua LPMD L 68 SMA 1
6 Syaifudin
Zuhfri
Zulkarnain
Tokoh Pemuda
dan ASN
L 23 S1 1
7 Sutrisno Petani L 30 SMP 1
33
Tabel I. 1 Komposisi Informan Berdasarkan Pekerjaan, Jenis Kelamin, Usia,
Dan Pendidikan
Sumber : Data LPPD Girikerto 2018/2019
Tabel I.1 di atas menjelaskan bahwa tingkat pendidikan dan pekerjaan
informan bervariasi. Informan diatas kebanyakan berpendidikan SMA/sederajat
dan sebagian besar lagi tingkat pendidikan nya adalah Sarjana, SMP dan SD.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan informan juga bervariasi yaitu
sebagai Perangkat Desa yang tediri atas Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kaur
Perencanaan, Kasi Kesejahteraan, serta Kepala Dukuh. Kemudian ada Ketua
BPD, Ketua LPMD, Tokoh Masyarakat dan masyarakat yang berprofesi sebagai
Petani. Peneliti memilih Pemerintah Desa sebagai informan dalam penelitian ini
karena peran Pemerintah Desa dianggap penting dan sangat besar dalam
menentukan arah dari sebuah pembangunan, sehingga peneliti ingin mengetahui
hal-hal apa saja yang dilakukan untuk mendukung berjalannya manajemen
pembangunan infrastruktur desa di Desa Girikerto.
Peneliti memilih tokoh masyarakat dan masyarakat lain sebagai
informan yang menjadi perbandingan atau triangulasi terhadap informasi yang
didapat dari pihak pemerintah desa.
8 Saham Petani L 65 SMP 1
9 Priyono Petani L 46 SMP 1
10 Marina IRT P 60 SD 1
11 Samija Kepala Dukuh L 51 SMA 1
12 Juliantara Kepala Seksi
Kesejahteraan
L 61 SMA 1
34
Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 12 orang, dengan jumlah
informan laki-laki sebanyak 11 orang dan jumlah informan perempuan 1 orang.
Informan pada penelitian ini didominasi oleh laki-laki. Hal ini dikarenakan
dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur di desa yang dimulai dari
perencanaan sampai pengawasan di laksanakan oleh laki-laki yang menduduki
jabatan dalam pemerintah desa serta dalam aktivitas pembangunan desa.
Usia rata-rata dari informan yang diwawancarai adalah yang berusia 28-
68 tahun. Hal ini dikarenakan informan yang terdiri atas perangkat desa tersebut
didominasi oleh angkatan kerja yang masih dalam usia produktif sehingga proses
pembangunan dapat berjalan dengan baik.
Informan terbanyak adalah informan lulusan SMA, S1 dan SMP yaitu
dengan jumlah 5 informan lulusan SMA, 3 informan lulusan S1 dan 3 informan
lulusan SMP. Hal ini karena dalam penelitian ini informan nya kebanyak terdiri
atas pemerintah dan perangkat desa.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap penelitian, disamping manggunakan metode yang tepat
diperlukan pula kemampuan memilih dan bahkan juga menyusun teknik
pengumpulan data yang relevan. Kecermatan dalam memilih dan menyusun
teknik pengumpulan data ini akan sangat mempengaruhi objektivitas hasil
penelitian (Nawawi, 2007:100)
a. Wawancara (interview)
35
Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden secara langsung. Di dalam wawancara yang
memegang kendali utama adalah peneliti/pewawancara dan responden,
dimana peneliti harus memperkenalkan diri kepada responden,
menyampaikan maksud melakukan wawancara, dengan demikian respon
tidak merasa kuatir, juga termotivasi untuk menanggapi wawancara dari
peneliti tersebut. (Victorianus Aries Siswanto, 2012:58).
Metode wawancara (interview) digunakan peneliti sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin menemukan jawaban tentang hal
yang akan diteliti, dan juga wawancara digunakan peneliti apabila ingin
mengetahui hal-hal yang mendalam terhadap manajemen pemerintah desa
dalam pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto.
Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai beberapa narasumber
di Desa Girikerto, yaitu Kepala Desa, perangkat desa, Ketua BPD, Tokoh
Masyarakat, Kepala Dusun dan Masyarakat setempat.
b. Observasi
Metode pengamatan yang peneliti gunakan untuk memperoleh
informasi mengenai keadaan dilapangan sesuai dengan hasil pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti. Hasil pengamatan didapat berdasarkan hasil
diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan pemerintah desa yang
bersangkutan untuk mengetahui makna yang terdapat dibalik masalah-
masalah yang ada. Hasil yang didapat dari pengamatan ini adalah bagaimana
manajemen yang telah dilakukan oleh pemerintah desa yang ada di Desa
36
Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam pembangunan infrastruktur.
c. Dokumentasi
Sugiyono ( 2017: 329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
dokumen untuk mendapatkan data atau informasiyang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan meminta
data-data dari pihak Desa Girikerto mengenai data dokumentasi foto
infrastruktur di Desa Girikerto, profil pemerintah Desa Girikerto, LPJ
pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto, pada saat penelitian. Hal ini
dilakukan agar informasi yang didapatkan benar-benar bersumber dari objek
yang dijadikan sebagai tempat penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dapat dilakukan dengan model deskriptif kualitatif
diamana intinya adalah interaksi antar komponen penelitian maupun proses
pengumpulan data selama proses penelitian. Analisa data dilakukan untuk
menganalisis manajemen pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur di
Desa Girikerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Analisis data kualitatif yang
dilakukan meliputi (Sugiyono, 2017:67).
a. Keabsahan Data (Triangulasi)
37
Dalam Moleong, 2017:330-331, Keabsahan data dalam penelitian
ini menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik memeriksa
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain. Penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti membandingkan dan
mengoreksi ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu
dicapai dengan jalan membandingkan hasil wawancara dengan suatu
dokumen yang berkaitan.
b. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, atau
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang mengacu
dari catatan lapangan, reduksi data berlangsung terus menerus selama
penelitian berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak
perlu, mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan.
c. Penyajian Data
Penyajian data merupakan upaya penyusunan, pengumpulan
informasi ke dalam suatu matriks atau konfigurasi yang mudah dipahami.
Konfigurasi semacam ini akan memudahkan dalam penarikan kesimpulan
atau penyederhanaan insormasi yang komplek kedalam suatu bentuk yang
dapat dipahami. Penyajian data yang sederhana dan mudah dipahami adalah
cara utama untuk menganalisis data deskriptif kualitatif yang valid.
38
d. Menarik Kesimpulan
Berawal dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari
makna dari data-data yang terkumpul. Selanjutnya peneliti mencari arti dan
penjelasannya kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu dalam
suatu kesatuan yang mudah dipahami dan ditafsirkan.
39
BAB II
PROFIL DESA
A. Sejarah Desa Girikerto
Girikerto adalah sebuah desa di Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa
Girikerto merupakan wilayah yang terdiri dari empat kelurahan, yakni:
Kelurahan Tanggung, Kelurahan Ngandong, Kelurahan Nangsri Lor, dan
Kelurahan Kemirikebo. Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta yang diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan
Kelurahan, maka Kelurahan-Kelurahan tersebut kemudian digabung
menjadi satu Desa otonom dengan nama Desa Girikerto. Girikerto
kemudian secara resmi ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan
Daerah-Daerah Kelurahan.
B. Gambaran Umum Desa Girikerto
1. Kondisi Umum
Desa Girikerto dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama
Sumaryanta S.H. Seperti desa yang lain, Desa Girikerto mempunyai
visi dan misi yang disusun untuk kemajuan desa nya, visi Desa
Girikerto adalah terwujudnya masyarakat Desa Girikerto yang lebih
pintar dan lebih sejahtera lahir batin pada tahun 2020. Visi tersebut akan
dicapai melalui misi yang meliputi :
40
a. Meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar
b. Meningkatkan kualitas kehidupan dan kesehatan masyarakat
c. Meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan pendapatan
asli desa
e. Meningkatkan kehidupan beragama, pemuda, olahraga serta sosial
budaya
f. Meningkatkan tata pemerintahan yang dinamis
g. Meningkatkan ketertiban dan keamanan masyarakat
Gambar II. 1 Struktur Organisasi Desa Girikerto
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
Kepala Desa
Sumaryanta S.H
Sekretaris Desa
Krisna Cahyana S.H
Kasi
Pemerintahan
Edy Sunarno
S.T
Kasi
Kesejahteraan
Juliantara
Kasi
Pelayanan
Teguh
Raharjo S.Pt Kaur
Perencanaan
Samirin
Kaur
Keuangan
Dwi Rahmat
Raharjo, STP
Kaur TU dan Umum
Haryana
13 Dukuh-Dukuh
41
Dari gambar struktur organisasi diatas dapat dilihat bahwa Desa
Girikerto dikepalai oleh seorang Kepala Desa yang bernama
Sumaryanta S.H dengan memiliki Sekretasis Desa nya yaitu Krisna
Cahyana S.H. Desa Girikerto memiliki 3 (tiga) Kepala Seksi yakni
Kepala Seksi Pemerintahan, Kepala Seksi Kesejahteraan dan Kepala
Seksi Pelayanan. Selain itu Pemerintahan Desa Girikerto memiliki 3
(tiga) Kepala Urusan yakni Kepala Urusan TU dan Umum, Kepala
Urusan Keuangan dan Kepala Urusan Perencanaan. Desa Girikerto
memiliki 13 (tiga belas) jumlah wilayah Padukuhan yang masing-
masing juga di pimpin oleh para Kepala Dukuh.
2. Kondisi Geografis
a. Orientasi dan Batas Administrasi
Girikerto adalah sebuah desa di Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada mulanya Desa
Girikerto merupakan wilayah yang terdiri dari empat kelurahan, yakni:
Kelurahan Tanggung, Ngandong, Nangsri Lor, dan Kemirikebo.
Berdasarkan maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang
diterbitkan tahun 1946 mengenai Pemerintahan Kelurahan, maka
Kelurahan-Kelurahan tersebut kemudian digabung menjadi satu Desa
otonom dengan nama Desa Girikerto. Girikerto kemudian secara resmi
ditetapkan berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 5 Tahun 1948 tentang Perubahan Daerah-Daerah
42
Kelurahan. Desa Girikerto terletak di wilayah ibukota kecamatan Turi
dengan batas wilayah sebagai berikut :
Gambar II. 2 Peta Administrasi Desa Girikerto
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
1) Sebelah utara : Gunung Merapi
2) Sebelah timur : Desa Purwobinangun, Kecamatan
Pakem
3) Sebelah selatan : Desa Donokerto
4) Sebelah barat : Desa Wonokerto
Luas wilayah Desa Girikerto mencapai 13.07 km2 dengan
ketinggian rata-rata 600 m diatas permukaan laut. Alamat Desa
Girikerto adalah Soprayan, Nangsri, Girikerto, Turi, Sleman DIY
55551 dengan koordinat lokasi 7037`27”S 110023’28”E. Jumlah
43
penduduk Desa Girikerto s.d Tahun 2016 adalah 7.712 jiwa. Sebagian
besar penduduk Desa Girikerto mempunyai mata pencaharian pokok
sebagai petani dan buruh tani.Wilayah Desa Girikerto merupakan
wilayah agraris yang subur sehingga hampir semua penduduknya
bersawah dan berkebun. Tanaman yang menjadi komoditas utama
adalah salak dan padi. Buah-buahan lain juga tumbuh dengan subur di
wilayah ini. Selain itu, beberapa warga juga beternak. Salah satu yang
terkenal adalah peternakan kambing PE (Peranakan Etawa) di Dusun
Nganggring. Kambing ini memiliki postur yang bagus dan berukuran
besar serta menghasilkan susu yang bermanfaat bagi kesehatan.
1) Letak Geografis
Keberadaan Desa Girikerto di bagian utara wilayah
Kabupaten Sleman. Seluruh wilayah dapat dicapai dengan
kendaraan bermotor roda dua dan atau roda empat. Jarak dengan
pusat pemerintahan adalah 3 Km dari Ibu Kota Kecamatan, 11 Km
dari Ibu Kota Kabupaten, dan 22 Km dari Ibu Kota Provinsi.
44
Wilayah Desa Girikerto terbagi dalam 13 Padukuhan, yaitu:
Tabel II. 1 Nama-nama wilayah di Desa Girikerto
No Nama Padukuhan Nama Kampung dan Perumahan
1 Ngandong Ngandong, Tritis, Relokasi Pelem
2 Nganggring Nganggring, Sidorejo, Tegalsari, Bening
3 Kloposawit Kloposawit, Pelem, Jineman
4 Kemirikebo Kemirikebo
5 Sukorejo Sukorejo, Cepit, Tegalpanggung
6 Pancoh Pancoh Wetan, Pancoh Kulon
7 Nangsri Nangsri Lor, Nangsri Kidul, Soprayan
8 Bangunmulyo Kuncen, Bangunmulyo
9 Babadan Babadan, Sorowangsan
10 Glagahombo
Glagahombo Kulon, Glagahombo Wetan,
Tanggung
11 Daleman Somoitan, Ponosaran Lor, Daleman
12 Surodadi Surodadi Lor, Nglempong, Bayan
13 Karanggawang Karanggawang, Ponosaran Kidul
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
45
Dapat didilihat bahwa Desa Girikerto terbagi menjadi 13 dusun
atau wilayah yang satu sama lain saling berdekatan dan saling menjadi
unsur untuk memperkuat pembangunan di Desa Girikerto.
2) Kondisi Alam
Kondisi alam Desa Girikerto merupakan daerah pertanian,
perkebunan, tegalan/lading, dan hutan. Daerah hutan berada pada posisi
paling utara di kaki gunung Merapi, yang dikenal sebagai TNGM
(Taman Nasional Gunung Merapi). Arah selatannya didominasi tegalan
yang sebagian besar dari 3 (tiga) padukuhan yaitu; Ngandong,
Nganggring, dan Kemirikebo, sebagian kecil Padukuhan Kloposawit
dan Sukorejo. Selebihnya berupa daerah pertanian subur yang berada di
8 (delapan) Padukuhan.
b. Kondisi Fisik Wilayah
Desa Girikerto berada di wilayah Kabupaten Sleman tepatnya
di Kecamatan Turi. Desa Girikerto letaknya persis dekat Gunung
Merapi, wilayah ini termasuk dalam daerah rawan bencana gunung
meletus. Wilayah ini cukup sejuk karena berada pada ketinggian 900
mdpl yang membuat suasana cukup sejuk dan subur untuk ditanami
berbagai macam sayuran dan buah-buahan, khususnya salak.
Luas wilayah Desa Girikerto adalah 1.002.9726 Ha. Luasan tersebut
terdiri dari :
46
(a) Tanah Desa dan Tanah Sultan Ground :
Tabel II. 2 Luas wilayah Tanah Desa dan Tanah Sultan Ground Desa Giriketo
No Pemanfaatan Tanah Luas (Ha)
1 Sawah 23,5078
2 Tegalan 25,6885
3 Lapangan 1,6735
4 Sultan Ground 24,0515
5 Tanah Kuburan 1,2515
6 Jalan dan sungai 70
7 Wedi kengser 9,7443
8 Balai Desa 0,12
9 SD 1,03
10 Puskesmas 0,05
11 Barak pengungsian 0.3
12 Relokasi 5,555
13 Embung 0.28
Sumber : Data LPP Desa Girikerto2018/2019
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa di Desa Girikerto
tidak hanya terdapat tanah dari warga desa tetapi juga terdapat tanah
47
sultan atau disebut sultan ground yang jumlah luasnya lebih luas dari
luas sawah yang ada di Desa Girikerto.
(b) Tanah warga seluas 927.8460 Ha terdiri dari :
Tabel II. 3 Luas Penggunaan Tanah Warga Desa Girikerto
No Jenis Peruntukan Tanah Luas (Ha)
1 Sawah 277,5475
2 Tegal 388,9425
3 Pekarangan 261,356
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
Di Desa Girikerto Tegal lebih banyak menggunakan tanah dari
pada aspek lain seperti pekarangan dan sawah, hal itu bisa dilihat bahwa
di Desa Girikerto masih terdapat banyaknya tanah tegal di Desa ini.
c. Topografi
Ketinggian dari permukaan air laut ± 400 – 800 m dengan
kemiringan sekitar 30˚. Pola penggunaan lahan di Desa Girikerto lebih
didominasi oleh kegiatan pertanian terutama salak dan padi. Selain itu,
peternakan juga menjadi mata pencaharian warga Desa Girikerto, salah
satunya yaitu peternakan kambing PE (Peranakan Etawa).
Dari keterangan diatas bisa disimpulkan bahwa Desa Girikerto
terletak pada dataran tinggi, sehingga menjadikan pertanian dan
perkebunan menjadi mayoritas mata pencaharian warga desa tersebut,
48
hal itu dilakukan karena di dataran tinggi sangat cocok untuk
perkebunan dan pertanian.
d. Hidrologi
Secara umum kondisi hidrologi wilayah Desa Girikerto terbagi
dalam dua kondisi yaitu wilayah kering dan wilayah basah. Wilayah
kering yang dimaksud tidak memiliki sungai permanen, meliputi 3
(tiga) Padukuhan bagian utara yaitu Ngandong, Kemirikebo, dan
Nganggring. Wilayah ini memiliki sumber mata air, tetapi kondisi
morfologi dan topografinya tidak dapat mengalir ke daerahnya sendiri,
sehingga saat musim kemarau sering terjadi kekeringan. Padukuhan
yang memiliki wilayah kering dan wilayah basah, yaitu Kloposawit dan
Sukorejo.
Delapan Padukuhan yang merupakan wilayah basah dengan
kondisi air yang mencukupi bahkan pada musim kemarau. Sumber-
sumber mata air yang ada mengalir beberapa sungai seperti Pengging,
Sempor, Adem, Duren, dan Denggung yang mencukupi kebutuhan
irigasi pertanian 10 (sepuluh) Padukuhan yang berada di bagian lebih
rendah. Sumber air tanah dimanfaatkan oleh warga di hamper seluruh
Padukuhan untuk mencukupi kebutuhan air bersih rumah tangga.
Iklim di Desa Girikerto termasuk tropis basah (daerah medium)
dengan curah hujan rata-rata 22 mm. Sedangkan temperature udara
terendah mencapai 17˚C dan tertinggi 31˚C.
49
e. Geologi
Secara geologi wilayah Desa Girikerto merupakan daerah
lereng di kaki Gunung Merapi yang secara keseluruhan permukaannya
tersusun oleh endapan vulkanik Gunung Merapi, yang telah mengalami
pelapukan rendah sampai tinggi. Lima Padukuhan bagian utara
memiliki kondisi tanah berpasir dengan porositas sedang sampai tinggi.
Delapan Padukuhan yang lain didominasi tanah hasil pelapukan tinggi
endapan vulkanik dan menjadi daerah pertanian yang subur.
f. Flora dan Fauna
Desa Girikerto mempunyai kondisi tanah yang subur dan
memungkinkan segala jenis tanaman tumbuh dengan baik. Selain salak
pondoh, yang menjadi komoditas utama, sayuran, buah-buahan, dan
berbagai tanaman keras tumbuh dengan baik.
Jenis fauna berupa hewan peliharaan, sedangkan hewan liar
berupa jenis burung. Namun populasi dan jenis burung liar saat ini
tidaklah banyak. Pemerintah setempat mengantisipasi dengan aturan
pelarangan perburuan untuk hewan yang dilindungi.
50
3. Kondisi Demografis
a. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Girikerto Tahun 2019 berdasarkan jenis
kelamin dan jumlah Kepala Keluarga (KK) berdasarkan jenis kelamin,
yaitu :
Tabel II. 4 Jumlah Penduduk dan KK di Desa Giriketo
No Padukuhan
Jumlah Penduduk Jumlah KK
2019 2019
L P J L P J
1 Ngandong 491 487 978 276 53 326
2 Nganggring 429 440 869 239 38 277
3 Kloposawit 273 245 518 148 25 173
4 Kemirikebo 322 302 624 182 29 211
5 Sukorejo 311 301 612 167 34 201
6 Pancoh 258 261 519 139 27 166
7 Nangsri 314 336 650 167 33 200
8 Bangunmulyo 234 219 453 134 30 164
9 Babadan 442 446 888 247 48 295
10 Glagahombo 179 178 357 98 21 119
11 Daleman 327 304 631 168 43 211
12 Surodadi 294 292 586 152 25 177
13 Karanggawang 240 257 497 137 37 174
Jumlah 4.114 4.068 8.182 2.254 443 2.697
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
51
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk paling banyak
adalah di Padukuhan Ngandong dengan jumlah seluruh
penduduknya 978 jiwa dan memiliki 326 KK. Jumlah laki-laki di
Dusun Ngandong adalah 491 dan perempuan 487 jiwa. Sedangkan
penduduk paling sedikit terdapat di Padukuhan Glagahombo dengan
jumlah penduduk 357 yang terdiri atas laki-laki 179 dan perempuan
178. Dari data diatas menunjukan bahwa jumlah seluruh penduduk
di Desa Girikerto yang terdiri dari 13 padukuhan yaitu 8.182 jiwa
dengan total laki-laki 4.114 dan perempuan 4.068 dan total seluruh
KK berjumlah 2.697 dengan KK laki-laki 2.254 dan KK perempuan
443. Dari tabel diatas dengan penelitian dilapangan dapat dilihat
bahwa partisipasi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan
lebih didominasi oleh laki-laki. Mata pencaharian perempuan yang
lebih dominan pada pertanian menyebabkan keterlibatan perempuan
di bidang infrastruktur sedikit kurang. Nampak pada struktur
pemerintahan desa yang didominasi oleh laki-laki.
52
4. Kondisi Pendidikan
Tabel II. 5 Pendidikan Penduduk Desa Girikerto
No Keterangan Tahun 2018 Tahun 2019
Jml Jml
1 Tidak Tamat SD 93 94
2 Tamat SD 862 860
3 Tidak Tamat SMP - -
4 Tamat SMP 1072 1072
5 Tidak Tamat SMA - -
6 Tamat SMA 1666 1668
7 D1 - -
8 D2 - -
9 D3 395 396
10 D4 - -
11 S1 229 231
12 S2 - -
13 S3 - -
Sumber : Profil Desa Girikerto 2018/2019
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang
tama SMA memiliki jumlah terbanyak di Desa Girikerto dengan jumlah
1668. Tabel ini juga menunjukan bahwa penduduk yang memiliki
tingkat pendidikan yang cukup tinggi akan seimbang dengan penduduk
yang memiliki pendidikan rendah (dibawah SMA).
53
5. Sarana Dan Prasarana
Perbaikan kesejahteraan rakyat sangat ditentukan oleh dukungan
infrastruktur atau sarana dan prasarana dalam pembangunan. Kondisi
pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana yang meliputi: transportasi,
ketenagalistrikan, pos, telekomunikasi, informatika, sumber daya air,
perumahan, dan penyehatan lingkungan belum memenuhi kuantitas maupun
kualitasnya.
Pembangunan infrastruktur dihadapkan pada terbatasnya kemampuan
pemerintah untuk menyediakan, terutama untuk infrastruktur yang perlu
mendapat perhatian, yaitu : jaringan irigasi dan pelayanan transportasi
terutama dibidang sarana dan prasarana, pemeliharaan dan pembangunannya
masih menjadi kewajiban dan tanggung jawab pemerintah. Serta masih
adanya rumah yang tidak layak huni.
Kurang lancarnya transportasi terutama jalan dan jembatan (dan
gorong-gorong) dibeberapa ruas jalan Desa Girikerto. Kondisi tersebut sangat
mempengaruhi aktifitas perekonomian, aksesibilitas pelayanan secara umum,
sehingga diperlukannya peningkatan jalan dan jembatan maupun
pemeliharaannya. Hal ini disebabkan wilayah Desa Girikerto berada dalam
Kawasan Rawan Bencana Erupsi Gunung Merapi yang sewaktu-waktu
diperlukan untuk evakuasi warga.
54
Tabel II. 6 Sarana dan Prasarana Desa Girikerto
No. Sarana dan Prasarana Relasi
2018 2019
1. Pengerasan Jalan - -
2. Saluran Irigasi √ -
3. Jembatan - -
4. Pos Keamaan √ -
5. Talud √ -
6. Lapangan Olahraga - √
7. Masjid √ -
8. PAUD - -
9. Saluran Air Bersih - -
10. DAM / Bendungan - √
11. Pelatihan Komputer √ -
12. Pelatihan Sadar Lingkungan - -
13. Pelatiham Keterampilan - -
14. Pelatihan Kepemimpinan √ -
15. Pelatihan Kewirausahaan √ -
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
Dari tabel II.6 diatas dapat disimpulkan bahwa infrastruktur desa
atau sarana dan prasarana desa mencakup 15 program tersebut yang
masuk kedalam RKPDes atau rencana pembangunan selama satu tahun
anggaran. Pembangunan infrastruktur yang mencakup sarana dan
prasarana diantaranya adalah pengerasan jalan, pembuatan saluran
irigasi, pembuatan jembtatan, pembangunan pos keamanan, pembuatan
talud, renovasi lapangan olahraga, pembangunan tempat ibadah
(masjid), pembuatan saluran air bersih, pembangunan
55
DAM/bendungan, pelatihan komputer, pelatihan sadar lingkungan,
pelatihan keterampilan dalam bidang infrastruktur, pelatihan
kepemimpinan perangkat desa, dan pelatihan kewirausahaan dalam
pertanian dan peternakan.
Dari rencana pembangunan ini ada beberapa program yang belum
berjalan sebagaimana mestinya. Itu disebabkan oleh banyak faktor
terutama faktor kurangnya dana, tenaga ahli, ketersediaan bahan
material dan minat masyarakat dalam mengembangkan potensi diri
diantaranya adalah pengerasan jalan, pembuatan jembatan,
pembangunan PAUD, pembuatan saluran air bersih, pelatihan sadar
lingkungan dan pelatihan keterampilan dibidang infrastruktur.
Peran Pemerintah di bidang sarana dan prasarana.
Penyaluran dana desa telah mampu merubah keadaan pembangunan
sarana dan prasarana Desa Girikerto dengan terbangunnya jalan desa,
saluran irigasi, talut jalan dan gorong-gorong saluran drainase. Peran
Pemerintah di bidang kemasyarakatan. Pembanguanan desa seperti
adanya penganggaran untuk pemenuhan pelayanan sosial pelatihan
kepada perangkat desa dan kelompok masyarakat juga menjadi
prioritas. Peran Pemerintah di bidang Pemerintah masyarakat
mampu meningkatkan kemampuan dan keahliannya sehingga akan
meningkatkan kesejahteraannya.
Peran Pemerintah dalam fasilitasi desa ramah anak, fasilitasi
distribusi serta, fasilitasi tim penanggulangan kemiskinan, dan simulasi
56
pembangunan padukuhan. Penyelenggaraan pemerintahan desa,
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa sudah
penyelenggara dari Pemerintah. Masyarakat yang selama ini kurang
berpartisipasi dalam pembangunan oleh pemerintah desa difasiliasi atau
partisipasinya dalam forum Musyawarah Desa (Musdes) perencanaan
pembangunan desa sehingga masyarakat mempunyai kesempatan
menyampaikan kebutuhan dalam forum tersebut. Pemerintah desa
menjadi lebih terbuka dalam memberikan informasi kepada masyarakat
terutama tentang keuangan desa seperti pemasangan tentang APBDesa.
Masyarakat lebih dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan yang didanai
APBDesa sehingga masyarakat benar-benar merasakan sebagai subyek
pembangunan. Dana desa telah digunakan untuk memfasilitasi
terselenggaranya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK baik
bagi pengajarnya dan siswanya. Namun, saat ini pemerintah dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat utama yaitu pendidikan. Banyak
anggota masyarakat yang mengeluh dan merasa tidak puas tidak
ketersediaannya dengan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas
milik pemerintah ini, baik itu dari segi pemeriksaan yang kurang di
perhatikan oleh petugas kesehatan. Jadi pemerintah juga siapkan para
suster-suster atau dokter spesialis sehingga dapat terjangkau, supaya
bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sosial budaya
masyarakat akibat adanya pembangunan ataupun aktivitas kegiatan,
akan menilai sosial budaya yang mengalami perubahan atau untuk
57
mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peran pemerintah di bidang kelembagaan, Pemerintah Desa
tidak menyediakan ruang kerja (kantor) di semua lembaga dan semua
kelembagaan yang ada di Desa Girikerto tidak mempunyai seragam
karena dana yang di berikan dari Pemerintah Desa tidak mencukupi
untuk pengadaan pakaian seragam kelembagaan yang ada di Desa
Girikerto. Pemerintah desa juga tidak mendirikan BUMDes. Untuk
mengelolah SDM yang ada di Desa Girikerto, Pemerintah Desa tidak
memberikan dana kepada lembaga-lembaga yang ada di Desa
sehinggan SDM yang ada di Desa Giriketo masih Minim. Minimnya
SDM mengakibatkan karena bencana alam (merapi) yang terus
menerus terjadi akhirnya dana yang diberikan dari pemerintah
kabupaten, pemerintah desa memfokuskan pada bencana tersebut.
Peran pemerintah di bidang Ekonomi dan Koperasi.
Pemerintah Desa hanya memberikan modal pada padukuhan-
padukuhan untuk membuka usaha sedangkan masyarakat yang di Desa
Girikerto tidak mempunyai usaha di bidang ekonomi karena kurangnya
modal. Padahal masyarakat ingin sekali membuka usaha di bidang
tersebut. Pemerintah Desa tidk memberi modal pada masyarakat karena
volume/jumlah masyarakat yang ada di Desa Girikerto sangat banyak
sehingga pemerintah hanya memfokuskan pada Padukuhan-Padukuhan
yang ada di Desa Girikerto.
58
6. Kondisi Budaya
Kirab Budaya Ngrowod atau Ngleluri Ombyaking Warga
Hametri Kuncara Desa merupakan rangkaian kegiatan bersih desa
untuk mensyukuri karunia dari Tuhan. Rangkaian acara diantaranya
adalah membersihkan lingkungan, pentas seni, dialog budaya, lomba
kesenian dan juga kegiatan pengajian. Acara juga ditandai dengan
kegiatan kirab kirab dan arak-arakan 13 kendi yang berisi air dari
Sendang Panguripan, dam tumpeng Ngrowod. Sebelum kirab, akan
dilakukan pengambilan air dari Sendang Panguripan, yang terletak di
kampung Nangsri.
Ditempat tersebut dipercaya masyarakat setempat bersemayam
arwah Kyai dan Nyai Guno Yudo, Nawang Wulan, Nawang Sari dan
Nawang Sih. Jumlah 13 kendi melambangkan jumlah padukuhan di
Desa Girikerto. Selanjutnya kendi-kendi ini dibawa oleh putra-putri
domas yang menggunakan pakaian kebaya menuju Umbul Nangsri.
Dengan dikawal oleh barisan prajurit lengkap dengan seragam dan
senjata lengkap prajurit adat Jawa, rombongan berjalan kaki sekitar 1,5
km.
Sedangkan Tumpeng Ngrowot dibuat dari hasil bumi yang
berasal dari krowotan (umbi-umbian) antara lain uwi, gembili, gadung,
tela, garut, suweg dan lainnya yang dikemas dalam satu tatanan.
Ngrowot dalam pengertian Masyarakat Jawa berkaitan dengan kegiatan
menjalankan puasa dengan hanya makan umbi-umbian.
59
7. Kondisi Kesehatan
Grafik II. 1 Angka Kematian Bayi di Desa Girikerto
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa angka kematian bayi
sangat rendah. Perbandingan angka kematian dan kelahiran cukup jauh.
Dengan jumlah bayi 108 jiwa dan angka kematian nya hanya 1-2 jiwa
saja. Itu membuktikan bahwa kondisi kesehatan di Desa Girikerto
cukup baik.
Grafik II. 2 Angka Harapan Hidup Tahun 2018/2019
120
100
80
60
40
20
0
Jmlh bayi lahir jmlh bayi mati jmlh Bayi
2018
2019
1 2
108 108 107 108
60
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup
Masyarakat Desa Girikerto sangat baik. Dari nilai 80, angka harapan
masyarakat Desa Girikerto pada posisi 76 yang berarti kondisi
kesehatan masyarakat dengan pemenuhan kebutuhan pembangunan
infrastruktur di bidang kesehatan sangat baik.
8. Kondisi Keamanan dan Ketertiban
Tabel II. 7 Data Perangkat Ketertiban dan Keamanan
No Nama Jumlah (2018) Jumlah (2019)
1 Pos Kamling 67 67
2 HT 100 102
3 Linmas 60 60
4 Tagana 23 23
5 Bhabinkamtibmas 1 1
6 SAR 1 1
7 Kelompok Ronda 67 67
8 Barak Pengungsian 1 2
9 Sirina/EWS 3 3
10 Mobil Evakuasi - 1
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
80 76 76
70
60
50 angka harapan hdp(dlm th)
40
30
20
10
0
Th 2018 Th 2019
61
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan perangkat
ketertiban dan keamanan cukup baik dengan ditunjang oleh fasilitas-
fasilitas seperti infrastruktur Pos Kamling, HT, Linmas, Tagana,
Bhabinkamtibmas, SAR, Kelompok Ronda, Barak Pengungsian,
Sirina/EWS dan Mobil Evakuasi.
9. Kondisi Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat desa Girikerto ditunjukan melalui
keikutsertaan masyarakat Desa Girikerto dalam acara Musrenbangdes,
dalam Musrenbangdes masyarakat dapat menyampaikan pendapatan,
masukan dan rekomendasi kepada pemerintah desa untuk kemajuan
pembangunan desa Girikerto. Selain dalam acara Musrenbangdes
partispasi masyarakat ditunjukan pula dalam hal gotong royong
pembangunan desa, kegiatan pelestarian desa dan penanggulangan
bencana. Dalam hal hak pilih partisipasi masyarakat desa Girikerto
ditujukan dalam hal :
a. Pemilu legislatif dari 5.887 penduduk yang memiliki hak pilih
terdapat 5.210 penduduk yang menggunakan hak pilihnya.
b. Pemilihan presiden dari 5.839 penduduk yang memiliki hak pilih
terdapat 5.127 penduduk yang menggunakan hak pilihnya.
c. Pemilihan kepala desa Girikerto tahun 2013 dari 5.932 penduduk
yang memiliki hak pilih terdapat 4.152 penduduk yang
menggunakan hak pilihnya.
62
10. Penyelenggaraan Pemerintah Desa
Penyelenggaraan pemerintah desa meliputi banyak sekali
kegiatan khususnya dalam bidang pembangunan infrastruktur desa
yang berbentuk fisik dan nonfisik. Adapun semua penyelenggaraan di
bidang pembangunan infrastruktur desa ini akan masuk ke Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) selama 6 tahun.
Adapun pembangunan infrastruktur fisik dan nonfisik di Desa Girikerto
yaitu :
a. Bidang Pembangunan Infrastruktur Desa
- Pelaksanaan bidang pembangunan desa antara lain :
1) Kegiatan pembangunan talud camping ground
2) Kegiatan pembangunan lapangan olahraga
3) Kegiatan pembangunan talud jalan dan MCK
4) Kegiatan pemeliharaan wajah desa (gapura)
5) Kegiatan pemeliharaan tanaman desa
6) Kegiatan pembangunan pembuatan bronjong
7) Kegiatan penanam tanaman ciri khas Desa Girikerto
8) Kegiatan pembangunan PAUD
9) Kegiatan pembangunan masjid
10) Kegiatan pembangunan saluran air bersih
11) Kegiatan pembangunan DAM/Bendungan
12) Kegiatan pembangunan saluran irigasi
13) Kegiatan perlindungan mata air
63
14) Pembentukan kelompok sadar lingkungan dan pemeliharaan
daerah aliran kali adem dan sempor
15) Bantuan stimulant pembangunan sarana dan prasarana
padukuhan
16) Kegiatan pembangunan kawasan wisata Ngumbul Nangsri
- Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa antara lain :
1) Kegiatan pendidikan dan pelatihan Kepala Desa dan Perangkat
(Desa Wisata)
2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan Kepala Desa dan Perangkat
(komputerisasi pelayanan)
3) Kegiatan bimbingan teknis pembuatan laporan
pertanggungjawaban
4) Kegiatan pelatihan las
5) Kegiatan pelatihan wirausaha
6) Kegiatan sosialisasi dan pembentukan kelompok usaha tani
7) Kegiatan pemberdayaan BUMDes
8) Kegiatan pelatihan pemasaran hasil usaha tani
9) Kegiatan pelatihan kelembagaan usaha tani
10) Kegiatan pelatihan SLPHT salak pondoh
11) Kegiatan pelatihan pengembangan tanaman pala
12) Kegiatan pelatihan penanganan pasca panen
13) Kegiatan pelatihan usaha pembibitan ikan rakyat
14) Kegiatan pelatihan perikanan pemula
64
15) Kegiatan pembentukan pokdarkum
16) Kegiatan pelatihan menjahit
17) Kegiatan lomba kebersihan lingkungan
18) Kegiatan gelar potensi
19) Kegiatan pengukuhan kelompok perikanan, peternakan,
kehutanan, dan perkebunan
20) Kegiatan pelatihan pengurangan resiko bencana
Dari semua pembangunan infrastruktur desa di Desa Girikerto
tersebut tentunya tidak akan berjalan sesuai dengan rencana. Proses
penyelenggaraan pembangunan infrastruktur desa ini memiliki kendala
serta masalah-masalah yang dihadapi oleh Pemerintah Desa Girikerto.
Permasalahan pelaksanaan pemerintahan desa yang dihadapi selama ini
sangatlah kompleks. Dengan keterbatasan sumber daya yang ada
tentunya tidak dapat menyelesaikan secara tuntas segenap
permasalahan yang ada. Berdasarkan kajian masalah dan penjaringan
yang dilakukan disetiap Dusun terdapat masalah-masalah diantaranya :
1. Bidang Pembangunan (Sarana prasarana)
a) Banyak jalan desa, jalan lingkungan, jalan evakuasi, dan jalan
ekonomi yang rusak
b) Talud-talud jalan secara umum belum keseluruhan ada, yang
sudah ada dalam kondisi rusak.
c) Banyak jembatan yang tidak memenuhi syarat
d) Gorong-gorong rusak dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya
65
e) Dam dan saluran irigasi banyak yang kondisi rusak
f) Kurangnya infrastruktur dasar yang tersedia (jalan, irigasi) yang
memadai
g) Belum tergalinya SDA dan SDM dalam bidang pariwisata
h) Masih banyak sarana ibadah yang perlu perbaikan dan perawatan
yang optimal
i) Kurangnya anggaran untuk pengembangan gedung (serbaguna)
j) Belum adanya PJU ditempat yang rawan kecelakaan (tikungan,
persimpangan), dan di tempat sarana umum
2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
a) SDM yang masih gagap teknologi sehingga mengurangi minat
dalam kegiatan pelatihan komputer
b) Tingkat pendidikan yang masih kurang sehingga program-
program pemberdayaan yang terselenggara masih kurang
c) Kurang sadarnya masyarakat terhadap kebersihan lingkungan
d) Nilai dan ilmu dari pelatihan yang tidak direalisasikan langsung
11. Lembaga Pemerintahan
a. Pemerintahan Desa
Untuk menyelenggarakan pemerintahan desa, didukung dengan
perangkat desa sebanyak 27 orang. Perangkat desa diangkat melalui
mekanisme penyaringan melalui ujian tertulis yang diselenggarakan
oleh Panitia Pengisian Perangkat Desa. Perangkat desa di Desa
Girikerto memiliki tingkat pendidikan yang masih rata-rata wajib
66
belajar Dua Belas Tahun, hal ini akan menuntut pemerintah desa
berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tersedia.
Tabel II. 8 Jumlah Perangkat Desa
No Nama Jabatan Pendidikan
Terakhir
1 Sumaryanta, SH Kepala Desa S 1
2 Krisna Cahyana, SH Sekretaris Desa S 1
3 Edy Sunarno, ST Kepala Seksi Pemerintahan S 1
4 Juliantara Kepala Seksi Kesejahteraan SMU
5 Teguh Raharjo, S.Pt Kepala Seksi Pelayanan S 1
6 Haryana Kepala Urusan TU dan Umum SMU
7 Dwi Rahmad Raharjo,
STP Kepala Urusan Keuangan
S 1
8 Samirin Kepala Urusan Perencanaan SLTA
9 Ngadimin Dukuh Ngandong SMU
10 Samijo Dukuh Nganggring SMU
11 Amrirudin Dukuh Kloposawit SMU
12 Sidik Priyono Dukuh Kemirikebo SMU
13 Endi Wiratmo Dukuh Sukorejo SMU
14 Purwadi Dukuh Pancoh SMU
15 Suwarsono Dukuh Nangsri SMP
16 Sihana Dukuh Bangunmulyo Sarmud
17 Sudiharjo Dukuh Babadan Sarmud
18 Maridi Dukuh Glagahombo SMU
19 R. Wijayatmo Dukuh Daleman SMU
20 Ig. Jumadi Dukuh Surodadi SMU
21 Supriyono Dukuh Karanggawang SMU
22 Ani Lusiana Suwarna Staf Sekretaris Desa SMU
23 Supardi Staf TU dan Umum SMU
24 Sudrajat Staf Pelayanan SMU
25 Drs. Martono Teguh P Staf Kesejahteraan S 1
26 Fitri Rahayu, S.Si Staf Pemerintahan S 1
27 Emy Rahayu, S.I.Pust Staf Keuangan S 1
Sumber : Data LPP Desa Girikerto 2018/2019
Dari tabel II.8 diatas dapat diketahui bahwa Desa Girikerto
memiliki Pemerintahan Desa dengan jumlah 27 Perangkat Desa. yang
termasuk dalam Perangkat Desa ini diantaranya adalah Kepala Desa
67
yang menjadi jabatan tertinggi pada Struktur Pemerintahan Desa.
Kemudian ada seorang Sekretaris Desa, 3 (tiga) Kepala Seksi yakni
Kepala Seksi Pemerintahan, Kesejahteraan dan Pelayanan. Selain itu
ada 3 (tiga) Kepala Urusan yaitu Kepala Urusan TU dan Umum,
Keuangan dan Perencanaan. Dibawahnya ada 6 (enam) orang staff dan
13 orang Kepala Dukuh.
Dilihat dari tingkat pendidikan nya, mayoritas Perangkat Desa
di Desa Girikerto ini berpendidikan terakhir SMU/Sederajat dan
Sarjana.
a. Struktur Pemerintah Desa
Gambar II. 3 Struktur Organisasi Pemerintah Desa
----------------
BADAN
PERMUSYAWARATAN
DESA (BPD)
KEPALA
DESA
Kaur TU
dan
Umum
SEKRETARIS
DESA
Kaur
Perencanaan
Kaur
Keuangan Kasi
Kesejahteraan
Kasi
Pelayanan
Kasi
Pemerintahan
DUKUH
Dukuh
Pancoh Dukuh
Nangsri
Dukuh
Bangunmulyo
Dukuh
Sukorejo Dukuh
Kemirikeb
bo
Dukuh
Kloposawit
Dukuh
Nganggring
Dukuh
Ngandong
Dukuh
Surodadi Dukuh
Karanggawang
Dukuh
Glagahombo
Dukuh
Babadan
Dukuh
Daleman
68
Sumber data : LPP Desa Girikerto 2018/2019
Kemudian untuk melihat lebih jelas mengenai struktur
kepengurusan Kantor Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta :
1) Kepala Desa : Sumaryanta S.H
2) Sekretaris Desa : Krisna Cahyana S.H
3) Kepala Seksi Pemerintahan : Edi Sunarno S.T
4) Kepala Seksi Kesejahteraan : Juliantara
5) Kepala Seksi Pelayanan : Teguh Raharjo, S.Pt
6) Kepala Urussan TU dan Umum : Haryana
7) Kepala Urusan Keuangan : Dwi Rahmad Raharjo, STP
8) Kepala Urusan Perencanaan : Samirin
9) Kepala Dukuh
Ngandong : Ngadimin
Nganggring : Samijo
Kloposawit : Amirudin
Kemirikebo : Sidik Priyono
Sukorejo : Endi Wiratmo
Pancoh : Purwadi
Nangsri : Suwarsono
Bangunmulyo : Sihana
69
Babadan : Sudiharjo
Glagahombo : Maridi
Daleman : R. Wijayatmo
Surodadi : Ig. Jumadi
Karanggawang : Supriyono
2. Visi dan Misi Desa Girikerto
a. Visi
“Terwujudnya masyarakat Desa Girikerto yang lebih pintar dan
lebih sejahtera lahir batin pada tahun 2020”.
b. Misi
1) Meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar
2) Meningkatkan kualitas kehidupan dan kesehatan masyarakat
3) Meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia
4) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan
pendapatan asli desa
5) Meningkatkan kehisupan beragama, pemuda, olahraga serta
sosial budaya
6) Meningkatkan tata pemerintahan yang dinamis
7) Meningkatkan ketertiban dan keamanan masyarakat
3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Tabel II. 9 Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
No Nama Jabatan
70
1 Wignyo Santosa Ketua
2 Wagimin Wakil Ketua
3 Try Dady Widiyanto Sekretaris
4 Sugiyono, Bsc Ketua Pokja
5 Nurwiyanto, S.Ag Ketua Pokja
6 Agus Setyawan Ketua Pokja
7 Andry Widyantara Anggota
8 Widayati Anggota
9 Erwan Efendi Anggota
10 Singgih Sigit Susanto Anggota
11 Farida Andria, S.Pd Anggota
Sumber data : LPP Desa Girikerto 2018/2019
4. Lembaga Desa
a. LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)
b. TPPKK (Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga)
c. Karang Taruna
d. RT (Rukun Tetangga)
e. RW (Rukun Warga)
71
BAB III
ANALISIS DATA
Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Desa
Girikerto Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta
A. Pembahasan
1. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur
Manajemen pemerintah desa dalam pembangunan infrastruktur
desa memang sangat penting untuk merencanakan seluruh program
kerja dan aktivitas pembangunan yang berkaitan dengan infrastruktur.
Manajemen pemerintah desa itu akan lebih mudah jika keterlibatan
semua masyarakat cukup aktif. Untuk mendukung manajemen
pemerintah dalam perencanaan pembangunan dibutuhkan perekrutan
awal agar nanti nya masing-masing daerah dapat di koordinir dengan
baik.
Perencanaan merujuk kepada keterkaitan yang tidak terpisahkan
antara kebutuhan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan.
Perencanaan diperlukan karena kebutuhan pembangunan lebih besar
daripada sumber daya yang tersedia. Dengan perencanaan ingin
dirumuskan berbagai kegiatan pembangunan yang secara efisien dan
72
efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber
daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang tersedia dalam
pembangunan.
Menurut Kepala Desa Girikerto, Sumaryanta S.H , mengatakan
bahwa semua perencanaan yang nanti nya akan dilaksanakan harus
dilakukan Musyawarah Dusun (Musdus) yang dipimpin oleh LPMD
Padukuhan karena Desa Girikerto ini memiliki wilayah yang cukup luas
yang terdiri atas 13 Padukuhan. Berbagai elemen masyarakat mulai dari
Kepala Dukuh, LPMD Padukuhan, RT/RW dan Tokoh Masyarakat
berkumpul bersama merencanakan kegiatan pembangunan infrastruktur
yang ada di wilayah masing-masing Padukuhan. Kemudian hasil dari
Musyawarah Dusun (Musdus) di bawa ke Musyawarah Desa (Musdes)
dan Musyawaran Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes)
dan selanjutnya hasil dari musyawarah tersebut akan masuk ke
RPJMDes secara administrasi dan setiap tahun nya masuk ke RKPDes.
Seperti pada kutipan dibawah ini :
“...RKPDes itu ditentukan dengan skala prioritas untuk pertahun. Mana yang
harus di prioritaskan terlebih dahulu dan mana yang akan mundur sedikit
mundur sedikit itu artinya di dalam Musyawarah Desa itu di simpulkan seperti
itu di masing-masing Dusun. Nah, setelah itu masuk di RKP Desa kita sortir
lagi kan akan masuk ke APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa).
otomatis itu juga tidak semua nya di masuk di RKP Desa itu bisa terbiayai oleh
dana yang dipunyai oleh desa sehingga juga prioritas lagi itu nanti mana yang
lebih penting dan mana yang mendesak, bukan sebuah keinginan, namun yang
menjadi dasar kita adalah kebutuhan”.
Dari keterangan wawancara diatas dapat diuraikan bahwa
Pemerintah Desa Girikerto melakukan pembangunan infrastruktur
dengan dasar kebutuhan masyarakat. Untuk melakukan perencanaan
73
pembangunan infrastruktur tersebut harus melalui beberapa tahap yaitu
dengan mengadakan musyawarah terlebih dahulu di tingkat Padukuhan
sehingga nantinya hasil dari musyawarah tersebut dibawa ke desa atau
Musyawarah Desa. Hal ini dilakukan agar pemerintah desa tahu apa saja
yang menjadi kebutuhan yang harus didahulukan pembangunannya.
Penentuan Pembangunan ini harus didasari atas skala prioritas artinya
kebutuhan mana yang harus di dahulukan agar efektifitas pembangunan
yang telah di rencanakan dapat dirasakan dengan baik oleh masyarakat.
Ada pula pendapat yang disampaikan oleh bapak Krisna
Cahyana S.H selaku Sekretaris Desa, mengatakan bahwa semua
kegiatan Pemerintah Desa yang sifatnya Pembinaan, Pembangunan,
Pemberdayaan masuk ke RPJMDes. Sehingga sebelum semua kegiatan
desa ini terealisasikan maka akan dilakukan tahapan-tahapan yang
berkenaan dengan perencanaan baik itu di bidang pembangunan
infrastruktur. Seperti pada kutipan di bawah ini :
“... Intinya dari awal tadi. Kegiatan desa itu harus masuk RPJMDes. Melalui
aspirasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan juga dalam penyusunan
RPJMDes itu di dasari yang namanya Musdus (Musyawarah Dusun). Di
Musdus itu ada beberapa unsur masyarakat. Yang satu dari LPMD, dari
RT/RW, Tokoh Pemuda dan BPD. Itu semua dari Musdus dulu. Setelah
melakukan Musdus, dikumpulkan baru menjadi RPJMDes (Rencana
Pembangunan Menengah Desa)”.
Berdasarkan wawancara di atas dapat diuraikan bahwa
program-program pembangunan infrastruktur yang ada di Desa berasal
dari usulan-usulan dari setiap padukuhan yang ada di Desa Girikerto
melalui Musyawarah Dusun. Usulan-usulan tersebut di musyawarahan
melalui BPD dan disepakati oleh setiap elemen-elemen masyarakat
74
yaitu Kepala Dukuh, LPMD, RT/RW, serta Tokoh Mayarakat. Setelah
semua usulan tersebut disepakati, maka akan dituangkan menjadi
RPJMDes. RPJMDes merupakan usulan-usulan dari masing-masing
Padukuhan dan termasuk program infrastruktur fisik dan non fisik yang
dimuat dalam RPJMDes.
Bapak Samirin selaku Kepala Urusan Perencanaan mengatakan
bahwa semua perencanaan desa terpampang jelas secara konkrit kalau
program desa sudah ada dalam RPJMDes. Dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini :
“... Terkait perencanaan infrastruktur ini dari 13 Padukuhan yang ada di Desa
Girikerto masing-masing padukuhan memiliki perwakilan BPD. BPD itu
sendiri memiliki forum yang namanya Musyawarah Desa. Musyawarah Desa
itu adalah forum dimana aspirasi masyarakat itu di tuangkan dalam forum yang
resmi sebelum pelaksanaan ataupun penentuan sidang di APBDes. Karena
setelah RPJMDes itu selesai, itu nanti setiap tahun nya kita membuat atau
membentuk tim yang wujudnya adalah tim verifikasi , tim pelaksanaan
kegiatan untuk menyusun rencana kerja pemerintah desa selama satu tahun
yang akan berjalan. Itu disitu fungsi BPD nanti akan menjaring aspirasi lewat
Musdes. Namun sebelum nya itu di tingkat Padukuhan diadakan Musdus
(Musyawarah Dusun) untuk menjaring setiap dusun ketika sudah final dan
sudah ada program yang tertulis baru nanti di sampaikan di Musdes. Setelah
itu nanti ada pertimbangan-pertimbangan dan selanjutnya nanti dari Musdes
akan dilaporkan ke Desa dan juga ke Pemerintah Daerah itu nanti dalam bentuk
advokat. Jadi dalam prosesnya nanti setelah RPJMDes itu kan pada waktu
penentuan RPJMDes itu juga udah ada eee prosedur nya bagaimana
menciptakan produk dari RPJMDes itu harus ada beberapa unsur diantaranya
adalah LPMD, PKK, Karang Taruna, RT/RW, terus ada juga Tokoh Agama,
terus Perangkat Desa juga harus ada disitu, Kepolisian juga harus ada, banyak
mas”.
Dari hasil wawancara diatas dapat diuraikan bahwa semua
pembangunan terkait perencanaan pembangunan infrastruktur itu
dijaring melalui Musyawarah Dusun dengan perwakilan BPD di setiap
Padukuhan. Setelah itu, BPD mempunyai forum Musyawarah Desa
yang memuat seluruh aspirasi masyarakat untuk di bawa ke forum yang
75
resmi sebelum pelaksanaan sidang APBDes. Setelah masuk ke
RPJMDes, Pemerintah Desa membentuk tim verifikasi dan tim
pelaksana kegiatan untuk menyusun RKPDes selama setahun ke depan.
Perencanaan ini melibatkan beberapa unsur diantaranya adalah LPMD,
PKK, Karang Taruna, RT/RW, Tokoh Agama, Perangkat Desa, dan
Kepolisian.
Bapak Wignyo Santosa Selaku Ketua Badan Permusyawaratan
Desa mengatakan bahwa perencanaan pembangunan infrastruktur itu
dimulai dari penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan oleh tim
BPD pada setiap Padukuhan. Seperti pada kutipan di bawah ini :
“... Semua bentuk perencanaan pembangunan infrastruktur selalu di awali dari
Musyawarah Dusun dengan melibatkan LPMD Padukuhan dengan masing-
masing wilayah kita memiliki anggota yang kalau diperlukan mengawasi. Nah
nanti pada waktu sidang perencanaan di desa itu kita memprioritaskan sesuai
dengan kemampuan desa. Kami sebagai BPD ini sebagai jembatan antara
masyarakat dengan Pemerintah Desa. Mengenai penjaringan aspirasi akan kita
sinkronkan melalui rapat yang kami buat di masing-masing Padukuhan dengan
apa yang sudah mereka usulkan melalui Musyawarah Dusun. Kadang-kadang
begini mas, di RPJMDus belum muncul tapi dalam penjaringan aspirasi bisa
muncul atau mereka sudah menyadari yang sudah diusulkan 5 (lima) program
kerja tetapi di Padukahan lain minta usulan lain mungkin bisa di dukung nanti
apabila ada perencanaan lagi.”
Berdasarkan keterangan diatas dapat diuraikan bahwa tahapan-
tahapan perencanaan pembangunan tersebut selalu di awali dengan
proses Musyawarah. Desa Girikerto memiliki 13 wilayah Padukuhan
yang sangat luas. Oleh sebab itu Pemerintah Desa bekerja sama dengan
Perangkat Desa dan masyarakat untuk melakukan musyawarah di
tingkat dusun atau Musyawarah Dusun (Musdus). Posisi BPD disini
adalah sebagai jembatan antara masyarakat dengan Pemerintah Desa
untuk menjaring dan manyalurkan aspirasi masyarakat sehingga sampai
76
ke Pemerintah Desa. Aspirasi-aspirasi tersebut akan di sinkronkan
dengan seluruh padukuhan yang ada di Desa Girikerto agar penentuan
program kerja dapat dilihat yang mana yang menjadi prioritas utama
pembangunan.
Senada juga pendapat yang di sampaikan oleh Bapak Pratignyo
selaku Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Desa
Girikerto, yang mengatakan bahwa :
“... Perencanaan Pembangunan itu langsung dari aspirasi masyarakat yang
ditampung RT/RW dan selanjutnya ke tingkat Dusun dan disusulkan lagi ke
Desa termasuk LPMD juga ikut menjembatani dari dusun untuk pengusulan-
pengusulan perencanaan pembangunan yang ada di Dusun dan masuk ke
RPJMDes.”
Dari pernyataan diatas dapat diuraikan bahwa tahapan
perencanaan pembangunan itu terorganisir mulai dari tahapan paling
bawah melalui RT/RW ke tingkat Dusun dan dilanjutkan dengan usulan
ke Desa sehingga usulan perencanaan pembangunan ini dapat di
bawakan dalam Musyawarah Desa dan masuk ke RPJMDes.
Menurut Syaifudin Zuhfri Zulkarnain S.Psi selaku Tokoh
Pemuda dan seorang Pegawai Negeri menjelaskan perencanaan
pembangunan infrastruktur itu hasil dari musyawarah masyarakat dan
koordinasi antara perangkat padukuhan termasuk BPD, RT/RW dan
Kepala Dukuh yang kemudian akan di sampaikan dalam Musyawarah
Desa.
“... Perencanaan Pembangunan itu ya masukan masyarakat juga yang
disampaikan kepada BPD, RT/RW dan Kepala Dukuh termasuk Tokoh-Tokoh
Masyarakat berkerja sama seterusnya di koordinasikan ke Musdes.”
Dari kutipan wawancara di atas dapat diuraikan bahwa setiap
perencanaan pembangunan yang di musyawarahkan di tingkat dusun
77
dan desa merupakan usulan-usulan dari masyarakat melalui BPD,
RT/RW dan Kepala Dukuh serta Tokoh-Tokoh Masyarakat.
Hal serupa juga yang di sampaikan oleh Mas Sutrisno selaku
Masyarakat, mengatakan bahwa :
“... Biasanya perencanaan pembangunan itu diadakan rapat bapak-bapak gitu
mas setiap sebulan sekali, setiap malam Senin Legi. Rapat ini ada perencanaan
pembangunan talud di kidul dusun, masih rencana ini.”
Berdasarkan wawancara diatas dapat diuraikan bahwa
perencanaan pembangunan itu merupakan agenda bulanan masyarakat
khsusunya di setiap padukuhan untuk memusyawarahkan kebutuhan
pembangunan yang dibutuhkan masyarakat setempat.
Ada pula pendapat yang di sampaikan oleh Pak Saham selaku
Masyarakat, mengatakan bahwa :
“... Ya itu dari ini dari masyarakat misalnya mau pengerasan jalan gitu, dari
masyarakat itu mengusulkan mengajukan itu. Seperti yang saya bilang itu tadi,
kalau ya tadi saya bilang kalau proposal yang dari masyarakat dan setiap dukuh
diterima ya nanti mungkin ada bantuan dari Kelurahan atau dari Kabupaten.
Tapi kalau endak ya endak mas.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa segala bentuk
pembangunan yang direncanakan dan yang sudah terlaksana merupakan
usulan dari masyarakat.
Ada pula pendapat yang disampaikan oleh Bapak Samija selaku
Kepala Dukuh Nganggring, yang mengatakan bahwa pembangunan
infrastruktur itu terdiri atas fisik dan nonfisik. Pada infrastruktur fisik
nya terdapat talud jalan, cor jalan dan irigasi sedangkan nonfisik adalah
pembinaan keterampilan. Seperti kutipan dibawah ini :
“... Infrastruktur itu ada dua yaitu fisik dan nonfisik. Kalau yang fisik itu ada
talud jalan, cor jalan, ada irigasi. Yang nonfisik itu ada pembinaan
keterampilan.”
78
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diuraikan bahwa
bentuk usulan pembangunan yang ada adalah infrastruktur fisik dan
nonfisik.
Ada juga pendapat yang disampaikan oleh Bapak Juliantara
selaku Kepala Seksi Kesejahteraan, mengatakan bahwa :
“... Itu pertama, pertamakan ada Musdus (Msuyawarah Dusun). Musyawarah
Dusun itu mengadakan musayawarah masalah pembangunan fisik dan
nonfisik. Itu yang hadir biasanya ada Pak Dukuh, LPMD, ada Karang Tarunan,
ada PKK, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat. Itu terus membuat
kesepakatan program kerja menurut bidang nya sendiri-sendiri. Terus nanti
setelah selesai di Padukuhan nanti terus di bawa ke desa. 13 (tiga belas)
Padukuhan itu nanti terus dari Padukuhan tadi dikumpulkan jadi satu untuk
Musdes (Musyawarah Desa). dalam Musyawarah Desa itu nanti kan dari
Padukuhan itu mengambil prioritas pembangunan mana saja yang di
dahulukan. Mungkin pembangunan fisiknya apa terus nonfisik nya apa itu
sesuai urutan nya. Setelah itu ada Musyawarah tingkat Desa ada BPD, LPMD
Desa, ada PPL, terus ada dari Kecamatan, terus dari 13 Padukuhan itu
mengambil skala prioritas.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa segala bentuk
perencanaan itu di awali dengan Musyawarah Dusun (Musdus) karena
wilayah Desa Girikerto terbagi atas 13 (tiga belas) Padukuhan yang
membahas tentang pembangunan fisik dan non fisik yang terdiri atas
oleh Kepala Dukuh, LPMD Padukuhan, Karang Taruna, PKK, Tokoh
Agama dan Tokoh Masyarakat. Dalam Musdus tersebut membuat
kesepakatan dengan bidang nya masing-masing. Setelah proses di
masing-masing Padukuhan dikumpulkan menjadi satu dan masuk ke
dalam Musyawarah Desa. Di dalam musyawarah desa akan ditentukan
yang menjadi skala prioritas pembangunan.
Berdasarkan dari hasil wawancara peneliti di lapangan, dapat
diuraikan bahwa manajemen Pemerintah Desa Girikerto dalam
79
perencanaan pembangunan infrastruktur adalah dengan menggerakan
seluruh elemen-elemen masyarakat dalam melakukan penjaringan
aspirasi melalui musyawarah di setiap wilayah padukuhan. Tahapan
perencanaan ini di awali dengan dilakukan nya Musyawarah di tingkat
Dusun (Musdus) yang selanjutnya akan di tampung dalam forum
Musyawarah Desa agar semua usulan yang menjadi rencana
pembangunan tersebut dapat di musyawarahkan untuk menentukan
skala prioritas pembangunan yang benar-benar menjadi kebutuhan
masyarakat.
2. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengorganisasian
Pembangunan Infrastruktur
Manajemen pemerintah desa dalam pengorganisasian
pembangunan infrastruktur sangatlah penting sebagai upaya
penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-
sumber, dan lingkungannya agar dapat mencapai tujuan organisasi yang
efisien.
Seperti yang disampaikan oleh Kepala Desa Girikerto Bapak
Sumaryanta S.H, pada kutipannya mengatakan bahwa dalam
pembangunan infrastruktur itu memerlukan yang namanya
pengorganisasian. Pengorganisasian ini berfungsi sebagai tim
pengelolaan atau pelaksana kegiatan yang sesuai dengan tujuan-tujuan
serta fungsi pembangunan agar apa yang ingin dicapai dapat terorganisir
dengan baik. Seperti pada kutipan di bawah ini :
80
“... Pembentukan TPK itu wajib, sangat wajib dibentuk. Itu tim TPK
pengelolaan atau pelaksana kegiatan itu wajib dibentuk untuk menjalankan
tugas dan fungsi pembangunan. Tim tersebut terdiri dari minimal itu kan
Kepala Desa sebagai penanggung jawab, Kepala Seksi Kesejahteraan sebagai
ketua kemudian LPMD Desa itu termasuk, kemudian juga kalau di wilayah
Padukuhan itu Kepala Dukuh termasuk tim ya, terus Tokoh Masyarakat ya,
terus itu tim TPK ya seperti itu. Artinya Tokoh Masyarakat itu tidak hanya
terdiri dari satu orang karena tim tersebut nantinya terdiri dari minimal 7 orang
dan maksimal 11 orang. Nah, tim ini kalau ini sudah ke pelaksanaan lo dek ya,
tim TPK ini sudah merencanakan. Artinya bahwa tim ini teknisn ya adalah
sebelum pelaksanaan ee dilapangan dilaksanakan, mereka berkumpul,
berembuk merencanakan kegiatan itu model nya seperti apa. Kemudian di
masing-masing tim tersebut diberikan tanggung jawab, jadi di masing-masing
personal kamu tanggung jawab masalah ini masalah ini masalah ini. Setelah
itu nantikan masing-masing anggota tim ada tanggung jawab haa termasuk
pengawasan juga harus terus di awasi.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa dalam pembangunan
infrastruktur itu memerlukan suatu badan organisasi untuk menjalankan
fungsi dan tujuan pembangunan. Pengorganisasian itu berfungsi sebagai
upaya Pemerintah Desa dalam mengoptimalkan perencanaan,
pelaksanaan sampai kepada pengawasan pembangunan yang telah di
rencanakan. Adapun tim yang dibentuk dalam satu organisasi ini adalah
TPK atau Tim Pelaksanaan dan atau Pengelolaan Kegiatan. Tim ini
terdiri atas Kepala Desa sebagai penanggung jawab, Kepala Seksi
Kesejahteraan sebagai Ketua, serta anggota tim lain seperti LPMD,
Tokoh Masyarakat dan Kepala Dukuh disetiap wilayah Padukuhan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Krisna Cahyana S.H
selaku Sekretaris Desa, Ia mengatakan bahwa :
“... Kepala Desa membentuk yang namanya Tim Pelaksana Kegiatan atau
TPK. Tim Pelaksana Kegiatan itu diketuai atau dikoordinatori di masing-
masing Kasi ataupun Kaur. Kalau dalam hal pembangunan itu biasanya Kasi
Pembangunan atau sekarang Kesejahteraan. Tugas tim tersebut pertama adalah
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, penatausahaan. Tim
tersebut dibentuk secara bergantian sesuai dengan kegiatan nya. Untuk contoh,
ketika itu berkaitan dengan ada yang namanya pemberdayaan wanita ataupun
kesehatan, disitu yang punya data-data berkaitan dengan wanita, lansia itu kan
81
Kasi Pelayanan, terus pelaksanaan nya di Padukuhan mana. Itu yang dilibatkan
adalah kewilayahan, kan ada yang namanya di proposal jenengan pasti juga
tertulis yang namanya Pemerintah Desa itu ada Kepala Desa, Sekretaris sampai
dengan pelaksana kewilayahan toh?.”
Dari wawancara di atas dapat diuraikan bahwa Kepala Desa
sebagai Pemerintah Desa membentuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)
yang memiliki tugas yaitu perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pelaporan, penatausahaan. Dalam proses pembangunan infrastruktur,
tim ini di ketuai oleh Kepala Seksi Kesejahteraan. Namun, tim tersebut
di bentuk secara bergantian berdasarkan kepentingan atau program kerja
masing-masing sehingga ketersediaan data dapat lebih akurat dalam
bidangnya.
Menurut Bapak Samirin selaku Kepala Urusan Perencanaan
mengatakan bahwa peran pemerintah desa dalam penggorganisasian
pembangunan infrastruktur itu sangat penting. Kemudian melalui
Kepala Seksi Kesejahteraan dibentuk Tim Pelaksana Kegiatan karena
itu adalah tugas, pokok dan fungsi dari Kepala Seksi Kesejahteraan.
Seperti pada wawancara dibawah ini :
“... Ya itu lewat Kasi Kesejahteraan karena itu adalah tugas, pokok dan fungsi
dari Kasi Kesejahteraan. Disitu nanti bapak Kasi akan membuat tim pelaksana
kegiatan ataupun pengelolaan kegiatan lewat surat keputusan Kepala Desa
yang di sahkan oleh Kepala Desa. kalau tim nya banyak sekali, karena kita
dalam penentuan tim pelaksana kegiatan itu juga harus mmenuhi unsur
diantaranya kan harus ada Ketua Pelaksana, Koordinator pelaksana terus nanti
ada unsur masyarakatnya. Unsur masyarakat itu di ambil dari LPMD, PKK,
Karang Taruna, terus ada juga Tokoh Masyarakat setempat yang sudah
dibangun dan ada juga anggota-anggota. Tugasnya beda-beda. Ada yang
sebagai leader disitu, terus ada juga sebagai nanti bisa dikatakan kayak apa
namanya arsitek nya yang nanti mengetahui tentang bangunan, konstruksi nya
bagaimana, seeperti itu sudah ada orang nya sendiri terus pembantunya,
pembantu administrasi untuk menyelesaikan LPJ seperti itu juga ada.”
Hal serupa yang disampaikan oleh Bapak Wignyo Santosa
selaku Ketua BPD, Ia mengatakan bahwa :
82
“... Dalam pengorganisasian dibentuk tim. Fungsi dari tim itu mendampingi
mulai dari perencanaan, mendampingi mulai dari pelaksanaan ya seperti
pengawas lah yang nanti setiap saat dia harus melakukan evaluasi dan
mendampingi pertanggung jawaban nanti. Untuk tim ini melihat pada
kebutuhan mas, tapi sementara ini, satu periode agak panjang ini memang tetap
itu karena juga susah mas, yang mau juga susah, yang memang memang mau
kalau bekerja oleh lembaga desa jadi pendamping itu kan mesti tidak fokus,
artinya tidak mencari orang-orang yang ‘nyambi’, tau nyambi kan mas?
Misalnya kuliah tapi juga membant, begitu. Anggota BPD juga banyak yang
seperti itu.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa pengorganisasian
itu sangat penting karena pembentukan suatu tim untuk menjalankan
fungsi lembaga desa dalam perencanaan sampai kepada pelaksanaan
dan pengawasan harus terorganisir dengan baik. Misalnya dengan
adanya pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK).
Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Pratignyo selaku
Ketua LPMD, Ia mengatakan bahwa :
“... Pemerintah desa dalam mengorganisasikan tim itu melibatkan Kepala
Dusun, terus LPMD ada, terus dari PKK jelas, Karang Taruna, hampir semua
dilibatkan. LPMD disini mempunyai tim khusus yang menangani infrastruktur
untuk membantu Pak Kasi misalnya dalam pembangunan jalan itu LPMD ada
yang mengawasi, pembangunan jembatan juga LPMD. Yang jelas masyarakat
juga dilibatkan. Tim ini banyak sekali. Ada tim perencanaan jelas ya,
pelaksanaan, terus pengawasan itu jelas ada.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa semua perwakilan
masyarakat turut dilibatkan dalam badan pengorganisasian atau tim
pelaksana kegiatan. Tim tersebut melibatkan diantaranya Kepala Dusun,
LPMD, PKK, Karang Taruna dan perwakilan dari masyarakat. Tim ini
juga terstruktur dengan tugas dan fungsinya masing-masing mulai dari
tim perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Menurut Mas Syaifudin Zuhfri Zulkarnain S.Psi selaku Tokoh
Pemuda dan seorang Pegawai Negeri mengungkapkan bahwa
Pemerintah Desa bersama perwakilan desa sebagai tim pelaksana
83
kegiatan tersebut biasanya turut hadir dalam pelaksanaan pembangunan
untuk memantau kerja di lapangan. Seperti pada kutipan di bawah ini :
“... Kalau biasanya hanya pengecekan aja tim nya dari desa itu. Ngecek dibuat
bener apa enggak kayak gitu biasanya. Dari desa ada beberapa lah, tim kecil
mungkin, hanya sebagai pemantau aja, kendalanya di lapangan seperti apa.
Ntah itu kendalanya soal bahan atau apa nanti solusinya dibicarakan. Tim
besarnya itu biasanya ada Kaur Perencanaan, Kasi juga, ya hampir rata-rata
Perangkat Desa.”
Dari kutipan di atas dapat diuraikan bahwa Pemerintah Desa
atau tim juga selalu melakukan pengecekan baik pada saat proses
pembangunan berjalan atau tidak. Dari pengecekan tersebut di
identifikasi apakah terjadi kendala di lapangan atau tidak.
Ada juga pendapat dari Ibu Marina selaku Masyarakat di Desa
Girikerto, Ia mengatakan bahwa :
“... Kalau untuk tim itu ya dari desa. Nek neng kene tekan ngesor yo ra ono toh
paling. Sing medune Kelurahan ngawasi tekan sing Kecamatan ra ono pegawai
ne. Itu semua Perangkat Desa.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa semua tim itu
biasanya ditunjuk dari desa atau pemerintah Desa. Tim atau perangkat
dalam pengawasan tidak ada.
Menurut Bapak Samija selaku Kepala Dukuh Nganggring
mengatakan bahwa disetiap Padukuhan memeliki koordinatornya
masing-masing yaitu Kepala Dukuh untuk koordinasi di tingkat
Padukuhan. Seperti pada kutipan di bawah ini :
“... Kepala Dukuh itu otomatis. Tapi tidak tidak pasti jadi tim. Tapi dukuh
memang nganu disuruh koordinasi ke tingkat Dusun, koordinator tingkat
padukuhan itu Kepala Dukuh. Kami dan tim tadi itu mengawasi segala anu
segala kegiatan, memantau segala kegiatan ya terus terang untuk anu kalo dana
sudah cair, bantuan sudah cair untuk segera melaksanakan pembangunan
tersebut.”
84
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa di masing-masing
Padukahan memeiliki koordinator dari tim pelaksanaan kegiatan yaitu
Kepala Dukuh. Dari 13 Padukuhan di Desa Girikerto ini, Kepala Dukuh
selaku koordinator mengarahkan masyarakat dalam segala bentuk
kegiatan untuk didiskusikan lebih lanjut di tingkat Padukuhan sampai
ke tingkat Desa.
Ada pendapat yang disampaikan oleh Bapak Juliantara selaku
Kepala Seksi Kesejahteraan, Ia mengatakan bahwa :
“... Dalam program kerja itu pasti kami bersama Pak Lurah dari Pemerintahan
Desa membentuk suatu organisasi atau tim baru untuk setiap pelaksanaan
kegiatan. Berhubungan dengan pembangunan infrastruktur ini dibentuk lah
Tim Pelaksana Kegiatan (TPK). Yang termasuk dalam tim itu satu Pak Lurah
sendiri, kalau di bidang saya ya saya sendiri Kepala Seksi Kesejahteraan yang
mengurusi urusan pembangunan yang dibantu staf saya, nanti dari LPMD, dari
Tokoh Masyarakat, tim itu biasanya ganjil paling tidak 9 orang. Misalkan
kegiatan tersebut ada kaitannya dengan PKK nanti saya juga ambil dari ibu-
ibu, dari PKK. Tim ini bertugas pertamanya memberi arahan pada Pak Dukuh
dan LPMD Padukuhan untuk pelaksanaan pembangunan. Nanti setelah
menerima bahan bantuan dari desa itu segera dikerjakan. Terus sebelum nanti
dikerjakan kan di anu di hitung dan dikontrol dulu dari 0% (nol persen), terus
abis nanti selesai 15% (lima belas persen) dan sampai 100% (seratus persen)
arahan dari tim itu tadi. Dan tetap dari tim itu setiap saat pasti kontrol ke lokasi
pembangunan tersebut, palingan satu minggu sekali dikontrol kerjaan-kerjaan
itu udah sesuai apa belum.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa setiap program
kerja atau pelaksanaan kegiatan selalu di lakukan pengorganisasian atau
pembentukan tim kerja. Berhubungan dengan pelaksanaan
pembangunan infrastruktur tersebut maka di bentuklah Tim Pelaksana
Kegiatan (TPK) yang terdiri atas Kepala Desa, Kepala Seksi
Kesejahteraan, LPMD, Tokoh Masyarakat. Dari pengorganisasian tim
ini maka tugasnya adalah memberikan arahan kepada koordinator
masing-masing Padukuhan yaitu Kepala Dukuh dan LPMD Padukuhan
85
tentang pelaksanaan pembangunan. Kemudian tim tersebut juga terus
mengawasi berjalannya pelaksanaan kegiatan pembangunan
infrastruktur.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan, dapat
diuraikan bahwa manajemen Pemerintah Desa Girikerto dalam
pengorganisasian pembangunan infrastruktur adalah dengan
mengorganisasikan tim pelaksana kegiatan dengan melakukan
pembagian tugas terhadap setiap unsur anggota tim, perangkat desa
maupun masyarakat dan mensosialisasikan terlebih dahulu sebelum
melakukan kegiatan pembangunan. Proses tersebut didukung dengan
keberhasilan pembangunan infrastruktur yang telah dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa seperti pengerasan jalan, pembuatan saluran irigasi,
pembuatan talut jalan dan perencanaan pengaspalan jalan. Dari
wawancara ini dapat kita lihat bahwa peran pemerintah desa dalam
pengorganisasian pembangunan infrastruktur sangat baik. Dengan
adanya pembentukan tim pelaksana kegiatan maka tujuan-tujuan dan
arah pembangunan lebih tertata dan efisien.
3. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan
Infrastruktur
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang
dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan
yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala
kebutuhan, alat- alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana
86
tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus
dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah
program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan
keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau
kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program
yang ditetapkan semula.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sumaryanta S.H selaku
Kepala Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa beberapa pembangunan
di tahun 2019 sudah banyak yang terlaksana sedangkan untuk program
yang masuk di tahun anggaran 2020 juga sudah terprogram. Hasil dari
pada musyawarah-musyawarah mengenai pembangunan infrastruktur
tadi yang kemudian menjadi Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes)
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran. Namun dari program-
program kerja ini tentunya banyak kendala yang dihadapi. Seperti pada
kutipan di bawah ini.
“... Beberapa program pembangunan yang sudah terlaksana di tahun 2019
yaitu talud jalan, jembatan, talud irigasi, terus pengerasan jalan, terus jalan-
jalan ke anu Jalan Usaha Tani. Kalau di tahun 2020 udah terprogram juga.
Nanti ada pengaspalan jalan, terus karena luas nya wilayah, yang namanya
talud jalan dan talud irigasi ini juga masih menjadi program di tahun 2020 ya
karena banyak, banyak sekali termasuk embung juga di tahun 2020. Tentunya
program pembangunan ini turut melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan
nya baik itu secara tenaga di bayar maupun tenaga kerja bhakti, karena
memang ada instruksi agar ee karena pembangunan desa itu dilaksanakan
dengan sistem PKT (Padat Karya Tunai) sehingga kami laksanakan itu yang
namanya PKT. Namun hal ini juga tidak lepas dari kendala-kendala dilapangan
nanti dek. Biasanya dek kalau tim perencanaan nya tidak matang dalam rangka
melaksanakan kegiatan itu adalah keterlambatan pesanan material. Kemudian
yang kedua adalah tenaga ahli, masalah hitung menghitung anu opo konstruksi
kekuatan, tenaga konstruksi masih ada tapi jumlah nya baru sedikit dan itu
mestinya kalau kita ambil dari swasta itu mahal bayarnya, ya persentase juga.
Padahal kalau dana yang ada di desa untuk bayar swasta habis untuk bayar
itu.”
87
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa program
pembangunan infrastruktur itu secara administratif sudah termuat di
RKPDes agar dapat dijalankan selama 1 tahun anggaran. Beberapa
program di tahun 2019 sudah terlaksana, contohnya pembangunan talud,
jembatan, pengerasan jalan dan Jalan Usaha Tani. Sedangkan
pengaspalan jalan dan pembuatan talud lainnya sudah terprogram di
RKPDes namun untuk pelaksanaan nya akan dilakukan di tahun 2020.
Akan tetapi, rencana pembangunan tersebut memiliki kendala-kendala
teknis. Kendala tersebut adalah ketepatan tim perencanaan dalam
melaksanakan kegiatan karena keterlambatan material dan kurangnya
tenaga ahli dalam pembangunan.
Senada juga dengan pendapat dari Bapak Krisna Cahyana S.H
selaku Sekretaris Desa mengenai kendala-kendala dalam pelaksanaan
pembangunan yang mengatakan bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan juga terdapat beberapa kendala yaitu kendala pada
penganggaran dan juga faktor cuaca yang tidak menentu. Seperti pada
kutipan dibawah ini :
“... Berkaitan dengan kendala itu satu kalau dari penganggaran. kadangkala
untuk penganggaran walaupun sudah di perencenaan untuk RAB nya itu
dilapangan ternyata tidak sesuai. Bukan arti kurang matang dalam perencanaan
tidak, tapi kan. Contoh yang kita gunakan awal tu BKK (Bantuan Keuangan
Khusus) contoh seperi sumber dana nya tentukan keuangan khusus yang kita
ajukan 600 juta yang turun 200 juta. Kan itu salah satu kendala. Terus yang
kedua bisa dikatakan faktor ‘X’ yaitu cuaca kalau berkaitan dengan
pembangunan lo ya mas ya. Kalau pada dasarnya ee aturan yang udah
diberikan dari Kementrian Desa berkaitan dengan dana desa yang
pembangunan itu harus 30 persen untuk Padat Karya Tunai dan sebagainya
kita udah menjalankan dan alhamdulillah tidak ada kendala. Cenderung
kendala nya ya faktor ‘X’ itu tadi mas yaitu cuaca yang harus nya seminggu
waktu pembangunannya bisa jadi 15 hari atau lebih.”
88
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa pelaksanaan
pembangunan yang terjadi di Desa Girikerto juga memiliki kendala-
kendala yang seringkali terjadi. Kendala itu adalah tentang
penganggaran dan faktor cuaca.
Ada juga pendapat yang disampaikan oleh Bapak Samirin
Selaku Kepala Urusan Perencanaan, Ia mengatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan itu pasti melibatkan unsur masyarakat karena walaupun
dana yang dikeluarkan oleh Pemerintah Desa maupun bantuan dana
khusus Pemerintah Daerah sudah ada, namun pelaksanaan
pembangunan itu tidak terlepas dari bentuk swadaya masyarakat mau
itu dalam bentuk penambahan volume pembangunan, tenaga dan pikiran
masyarakat. Seperti pada kutipan di bawah ini :
“... Keterlibatan masyarakat itu pasti, pasti terlibat. Kalau tidak terlibat itu
tidak mungkin mas karena memang pembangunan itu kan wujudnya adalah
yang pertama adalah di danai dari desa dan mandiri, mandiri dari desa yang
lewat sumber dana apa saja. Ada yang sumber dana nya dari Alokasi Dana
Desa, ada yang dari Dana Desa, ada yang dari Bantuan Keuangan Khusus dari
Pemerintah Daerah. Nah, itu turun ke desa itu pasti akan ada bentuk swadaya
nya dari masyarakat bisa bentuknya adalah penambahan volume yang
dibangun ada juga yang bentuk nya tenaga, pikiran dan yang lain-lain.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa partisipasi
masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan sangat lah penting.
Masyarakat sebagai subjek pembangunan memiliki peran penting
terutama didalam setiap proses pembangunan infrastruktur desa.
Masyarakat mampu menjadi inovator dalam pembangunan dengan
swadaya yang mereka miliki baik dalam pendanaan, tenaga maupun
pikiran.
89
Ada pula pendapat yang disampaikan oleh Bapak Wignyo
Santosa selaku ketua BPD, Ia mengatakan bahwa :
“... Untuk pembangunan yang masuk di RKPDes banyak yang sudah
terlaksana sekarang. Mas bisa liat jalan-jalan talud nya sudah utuh dan ini baru
saja dekat lapangan ini talud nya panjang, lalu ini pembuatan saluran irigasi,
yang banyak sekarang itu talud jalan. Sekarang yang belum terlaksana ini
keliatan nya belum tampak, kebanyakan sudah tercover. Itu berdasarkan itu
mas, berdasarkan bahwa mereka bisa menyadari program yang diusulkan itu
terpotong melihat kemampuan desa. Untuk program-program yang belum
terlaksana itu nanti diusulkan untuk prioritas utama di anggaran yang akan
datang.”
Senada juga dengan yang disampaikan oleh Bapak Pratignyo
selaku Ketua LPMD Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa :
“... Kalau dalam RKPDes yang telah ditetapkan hampir semua perencanaan
pembangunan sudah terlaksana. Hanya satu yang belum terlaksana yaitu
pembuatan embung terpadu itu belum, mungkin di tahun 2020 tapi usulan nya
udah masuk provinsi.”
Dari pernyataan diatas dapat diuraikan bahwa dalam RKPDes
yang telah ditetapkan, pembangunan infrastruktur tahun anggaran
2019/2020 untuk pembangunannya hampir semua sudah terlaksana.
Namun ada beberapa pembangunan seperti embung terpadu tersebut
akan segera dilaksankan ditahun 2020.
Ada pula pendapat yang disampaikan oleh Pak Priyono selaku
masyarakat di Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa :
“... Kalau gotong royong itu melibatkan masyarakat. Kalau masyarakat itu
pertama tenaga, kedua nanti kalau ya katakanlah sekedar konsumsi minuman
atau ala kadar nya sama makanan apa gitu biasanya dana dan lain-lain itu dari
masyarakat.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa dalam pelaksanaan
pembangunan, masyarakat itu dilibatkan langsung selain sebagai
pelaksana juga sebagai penyedia konsumsi pembangunan dengan
swadaya sendiri.
90
Senada juga dengan pendapat Pak Samija selaku Kepala Dukuh
Nganggring, Ia mengatakan bahwa :
“... Partisipasi masyarakat itu pasti otomatis. Dana dari desa itu hanya stimulan
material, terus pelaksanaan itu masyarakat. Harus ada swadaya nya dari
masyarakat, tapi tukang dan anu nya itu bayaran tetapi tetap melibatkan
masyarakat.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa keterlibatan
masyarakat dalam setiap pembangunan itu pasti ada. Dana yang
diberikan oleh desa itu hanya sebagai stimulan berupa material yang
nantinya akan dilaksanakan dengan swadaya masyarakat maupun
tenaga tukang dan tenaga ahli dalam pembangunan.
Ada pula pendapat yang disampaikan oleh Bapak Juliantara
selaku Kepala Seksi Kesejahteraan yang mengatakan bahwa peran
pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur itu
dimulai dari tahap paling awal yaitu dimulai dari pelaksanaan,
pengorganisasian dan sampai pada waktu pelaksanaan hingga
pengawasan pembangunan nya. Dalam pelaksanaan, selain sebagai
penyedia stimulan berupa dana atau material, pemerintah desa juga ikut
dalam mengawasi atau monitoring dan melaksanakan kegiatan
pembangunan tersebut. Seperti pada kutipan dibawah ini :
“... Sebenernya begini mas. Kalau dalam penetepan RPJMDes itu perencanaan
sampai kepada anu pengawasan pembangunan akan berlangsung selama 6
tahun masa jabatan seorang Kepala Desa. Nah dalam RPJMDes tersebut ada
yang namanya RKPDes yaitu Rencana Kerja Pemerintah Desa yang
berlangsung selama 1 (satu) tahun anggaran yaitu di tahun 2019/2020 itu.
Untuk peran nya seperti yang saya katakan diatas bahwa sebelum ke
pelaksanaan nya pun pemerintah desa sudah menetapkan bersama perangkat
desa yang dibentuk dan masyarakat setempat mengenai penyusunan
perencanaan pembangunan tersebut. Setelah itu dibentuk lah tim pelaksana
kegiatan yang nanti nya akan bertugas sesuai dengan tupoksi nya masing-
masing. Lebih detail nya dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintah desa
91
atau tim yang dibentuk tadi akan mengusulkan dana baik itu dari daerah atau
provinsi atupun dari Dana Desa sebagai stimulan berupa dana langsung
maupun material. Selain itu dalam pelaksanaan pembangunan tersebut
pemerintah desa juga memiliki jadwal monitoring lapangan dan juga seringkali
kami sebagai tim ini membantu langsung masyarakat yang sedang
melaksanakan pembangunan.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa itu dokumen perencanaan untuk
periode 6 (Enam) tahun dan merupakan penjabaran dari visi dan misi
Kepala Desa (atau desa) yang memuat arah kebijakan pembangunan
desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, program dan
kegiatan. Selain itu, pemerintah juga harus menyusun Rencana Kerja
Pemerintahah Desa yang berlangsung selama 1 (satu) tahun anggaran
pada 2019/2020. Dari wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
peran pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur
dimulai dari masa perencanaan pembangunan sampai kepada
pengawasan. Lebih rinci nya lagi, dalam pelaksanaan pembangunan
pemerintah desa berperan penting dalam menyediakan sumber dana
yang telah diusulkan baik dari dana desa, daerah maupun provinsi.
Selain itu peran pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan
infrastruktur adalah sebagai pengawas pembangunan dan sebagai
pelaksana lapngan juga.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan, dapat
diuraikan bahwa manajemen pemerintah desa dalam pelaksanaan
pembangunan infrastruktur itu sangat penting. Menimbang banyaknya
kendala-kendala yang terjadi dilapangan seperti faktor cuaca, sedikitnya
sumber daya manusia atau tenaga ahli di bidang yang dibutuhkan,
92
keterlambatan dana dan faktor-faktor lain. Maka manajemen pemerintah
desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur itu adalah sebagai
fasilitator dalam penyedian anggaran baik itu dari dana desa maupun
dari pemerintah daerah atau provinsi. Kemudian pemerintah desa dapat
menggali dan mencari sumber daya manusia atau tenaga ahli yang bisa
dan mampu menangani masalah-masalah teknis yang terjadi dilapangan.
Selain itu, dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah desa berperan
dalam monitoring atau pengawas pelaksanaan pembangunan
infrastruktur ini serta pemerintah juga berperan sebagai pelaku atau
pelaksana langsung kegiatan pembangunan bersama swadaya atau
partisipasi masyarakat.
4. Manajemen Pemerintah Desa Dalam Pengawasan Pembangunan
Infrastruktur
Di dalam suatu kegiatan, kita harus menyadari bahwa
pentingnya suatu pengawasan untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan, pemborosan, kebocoran dan penyelewengan dalam
pelaksanaan suatu kegiatan. Dapat diartikan bahwa pengawasan adalah
proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan
yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
kinerja yang telah ditetapkan tersebut serta proses mengawasi dan
membimbing untuk menghindari suatu kesalahan penyimpangan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
93
Bapak Sumaryanta S.H selaku Kepala Desa Girikerto
mengatakan bahwa dari pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)
sudah dibagi dalam bidangnya masing-masing. Secara umum, tim
pelaksana kegiatan tersebut memiliki tim yang khusus mengawasi
pembangunan secara menyeluruh yaitu Kepala Desa dan Kepala Seksi
Kesejahteraan. Pada setiap kewilayahan, Kepala Dukuh ditunjuk
sebagai orang-orang yang juga mengawasi setiap wilayah nya masing-
masing. Seperti pada kutipan dibawah ini :
“... Pengawasan pembangunan infrastruktur itu akan dibagi juga. Nanti ada di
TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) juga ada yang berkedudukan sebagai
pengawas, terus ada juga Kepala Desa, Kasi Kesejahteraan itu adalah
pengawas juga, pengawas dalam artian segala-gala nya lo dek tidak hanya satu
macam yang di awasi. Kemudian nanti disetiap kewilayahan karena ada 13
Padukuhan juga di awasi oleh masing-masing Kepala Dukuh. Nah tim
pengawas itu akan selalu mengawasi yang pertama dari perencanaan yang
sudah di sepakati. Dalam musyawarah TPK, sebelum melaksanakan tugas kan
TPK itu berembuk, rembukan itu besok pelaksanaan begini begini begini
begini, kemudian yang masing-masing bertanggungjawab ini siapa ini siapa
ini siapa, itu juga termasuk di awasi. Harusnya kerja dari TPK itu bisa efektif
gak? Yang pertama itu. Yang kedua, masalah setoran pembelian material itu
juga diawasi, sesuai dengan ee ee ee pesanan gak? Terus juga masalah
pengawasan sudah sesuai dengan RAB gak? Rencana Anggaran dan Belanja
itu harus diawasi dan juga rencana juga masalah waktu jangka waktu
pengerjaan sesuai gak? Banyak itu.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam
pengawasan pembangunan infrastruktur pemerintah desa membentuk
Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) bukan hanya sebagai tim yang
melaksanakan pembangunan saja, namun dalam tim tersebut telah
dibagi tim yang bertugas untuk mengawasi semua proses pelaksanaan
pembangunan. Secara umum, Kepala Desa dan Kepala Seksi
Kesejahteraan selaku penanggung jawab dan ketua tim pelaksana
merupakan orang yang mengawasi jalannya pembangunan termasuk
94
juga Kepala Dukuh yang dibagi dalam 13 wilayah Padukuhan di Desa
Girikerto. Sebelum pelaksanaan pembangunan, tim tersebut juga
melakukan musyawarah agar semua proses dimulai dari perencanaan,
penanggung jawab dan anggaran belanja juga turut di awasi.
Senada juga dengan yang dikatakan oleh Bapak Krisna Cahyana
S.H selaku Sekretaris Desa, Ia mengatakan bahwa :
“... Kita ada yang namanya monitoring kegiatan yang dilaksanakan ataupun
dilakukan TPK dan juga Pendamping Desa seperti itu.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa dalam pengawasan
pembangunan, pemerintah desa bersama Tim Pelaksana Kegiatan dan
Pendamping Desa melakukan monitoring kegiatan.
Hal yang serupa juga di sampaikan oleh Bapak Samirin selaku
Kepala Urusan Perencanaan, Ia mengatakan bahwa :
“... Cara mengawasi nya gini, kalau dari tingkat desa ini kita pengawasannya
adalah karena untuk pelaksana kegiatan itu kan dilaksanakan dalam kepala
seksi kepala seksi. Karena struktur desa itu ada diatas seksi itu nanti ada
sekdes, kades dan ada juga BPD selaku wakil dari masyarakat nah kita
biasanya kita turun ke lapangan crosscheck untuk pembangunannya seperti itu
apakah sudah sesuai dengan apa yang di anggarkan, sesuai dengan rincian
anggaran biaya nya, terus kita juga kadang kita dalam proses sosial nya
masyarakat dalam proses ngobrol kita juga tanya bagaimana tentang
pembangunan, pendapat kritik nya tentang pembangunan yang telah dibangun,
apakah ada yang kurang atau tidak seperti itu.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam pengawasan
pembangunan infrastruktur, Kepala Seksi khususnya Kepala Seksi
Kesejahteraan selaku ketua pelaksana kegiatan bersama Kepala Desa
dan BPD melakukan pemeriksaan kembali atau chrosscheck
pembangunan yang sedang berjalan apakah sudah sesuai dengan apa
yang telah direncanakan.
95
Menurut Bapak Wignyo Santosa selaku Ketua BPD mengatakan
bahwa dalam pengawasan pembangunan infrastruktur belum pernah
ditemukan penyimpangan-penyimpangan. Seperti pada kutipan
dibawah ini :
“... Selama ini saya belum pernah menemukan. Karena kalau menyimpang itu
tidak mungkin mas. Sekarang kita liat contoh, anggaran A turun untuk
perbaikan pintu, kebetulan yang rusak jendela nya dulu, dialihkan ke jendela
tidak bisa, harus dengan proses panjang. Jadi kalau sampai terjadi
penyimpangan itu tidak mungkin mas karena kita yang ngawasi dari
Kejaksanaan, dari Kepolisian, Inspektorat, BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
sendiri. Sekarang anda tahu? Polisi desa yang satu orang, Bhabinkamtibmas
itu buku sakunya KPK mas, jadi kalau setiap perencanaan, kalau sidang apapun
Bhabinkamtibmas selalu ikut karena dia ikut mengawasi juga.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam
pengawasan pembangunan infrastruktur, belum ditemukan
penyimpangan-penyimpangan. Segala proses pembangunan
infrastruktur ini berjalan dengan baik karena peran pemerintah desa
dengan didukung oleh pengawasan yang cukup ketat yang melibatkan
Kejaksaan, Kepolisian, Inspektorat, BPK dan Bhabinkamtibmas.
Ada juga pendapat dari Bapak Pratignyo selaku Ketua LPMD
Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa :
“... Masyarakat turut serta dalam menjaga dan mengawasi pembangunan.
Karena dari pembangunan ini kan masyarakat yang dilibatkan supaya
masyarakat itu ikut istilah Jawa nya ‘nggarbeni’, ikut ‘nggarbeni’ memiliki,
saling menjaga.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa partisipasi
masyarakat dalam pembangunan dapat menimbulkan rasa memiliki,
sehingga dari partisipasi itu timbul lah sikap untuk menjaga dan
mengawasi setiap bentuk proses pembangunan.
96
Senada juga dengan yang disampaikan oleh Syaifudin Zuhfri
Zulkarnain selaku Tokoh Pemuda, Ia mengatakan bahwa :
“... Masyarakat juga turut mengawasi mas. Ntah itu nanti pengawasan bahan
baku, ntah itu kalau malam kan butuh penjagaan dari segi itu. Selain itu juga
ee nanti penjagaan dibidang misalnya pembuatan, misalnya pembuatannya
rencananya 10 cm nanti jangan sampai dibuat 20cm kan jadi membengkak itu
juga masyarakat ikut terlibat.”
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam proses
pembangunan, masyarakat juga turut mengawasi berjalan nya
pembangunan tersebut. Misalnya pengawasan bahan baku atau material
bangunan dan pengawasan konstruksi bangunan apakah sudah sesuai
dengan yang direncanakan atau tidak.
Ada juga pendapat yang dikemukakan oleh Mas Sutrisno selaku
masyarakat di Desa Girikerto, Ia mengatakan bahwa :
“... Ya Pemerintah Desa langsung turun ngawasi. Kalau untuk di Padukuhan
ya Pak Dukuh ya ngawasi aja, turun langsung. Kadang ya ikut, Pak Dukuh ikut
kerja.”
Dari kutipan diatas dapat diuraikan bahwa Pemerintah Desa
selaku penyelenggara pembangunan dan Tim Pelaksana Kegiatan juga
turut langsung mengawasi proses pembangunan. Untuk di wilayah
Padukuhan, Kepala Dukuh merupakan tim yang ikut mengawasi di
kewilayahan nya masing-masing dan ikut melaksanakan proses
pembangunan.
Ada juga pendapat dari Bapak Priyono selaku masyarakat Desa
Girikerto, Ia mengatakan bahwa :
“... Masyarakat itu sudah pasti menjaga pembangunan infrastruktur itu. Kita
yang ngerjain, kita yang menggunakan, ya kita yang harus merawat mas.”
97
Dari wawancara diatas dapat diuraikan bahwa masyarakat
selaku orang yang mengerjakan, menggunakan dan menikmati sudah
semsetinya merawat dan menjaga pembangunan infrastruktur tersebut.
Menurut Bapak Samija selaku Kepala Dukuh Nganggring
mengatakan bahwa Pemerintah Desa beserta tim selalu melakukan
monitoring terhadap pembangunan. Seperti pada kutipan dibawah ini :
“... Pemerintah Desa beserta tim itu nganu mas, melakukan monitoring
langsung ke setiap titik pembangunan termasuk kami sebagai Kepala Dukuh
juga terutama pada konstruksi bangunan apakah sudah sesuai atau belum.”
Ada juga pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Juliantara
selaku Kepala Seksi Kesejahteraan, Ia mengatakan bahwa ;
“... Dalam pengawasan itu kan ya nanti pengawasan nya dari tim tadi setiap
satu minggu sekali kontrol cek lokasi pembangunan, sudah sesuai anjuran apa
belum. Nanti kalau seandainya kurang pas nanti ditegur. Terus volume nya itu
umpama nya 15 meter umpama nya ya itu harus 15 meter tidak boleh kurang,
tapi kalau lebih malah gak apa-apa karena nanti itu bisa untuk anu di swadaya,
dari dana swadaya masyarakat. Tapi ya harus sesuai dengan aturan atau
perencanaan tadi, kalau kurang gak boleh tapi kalau lebih boleh. Nah nanti
setelah berlangsung nya pembangunan infrastruktur atau setelah selesai
pembangunan, dari tim tadi tetap menerangkan kepada Padukuhan,
masyarakat, Pak Dukuh, LPMD untuk menjaga hasil pembangunan tadi,
karena kalau yang menjaga itu bukan Padukan siapa lagi? Kalau desa kan gak
setiap saat itu mengerti keadaan lingkungan nya itu. Terus nanti dititipkan di
Padukuhan-Padukuhan yang ada di daerah pembangunan itu. Tetap untuk
menjaga merawat untuk pembangunan tadi supaya pembangunan itu utuh,
terus kuat, seandainya nanti ada kekurangan maksud e ada kerusakan-
kerusakan ini kalau bisa di kerjakan oleh masyarakat ya dikerjakan
masyarakat.”
Dari hasil wawancara diatas dapat diuraikan bahwa dalam
pembangunan infrastruktur, Tim Pelaksana Kegiatan selalu melakukan
kontrol dan pengecekan ke lokasi pembangunan. Untuk kendala-
kendala yang ada akan di musyawarahkan bersama agar proses
pembangunan tetap berjalan sesuai aturan. Pada saat pembangunan itu
berlangsung dan telah selesai, tim tersebut juga akan menerangkan
98
kepada Padukuhan, masyarakat, Kepala Dukuh dan LPMD agar
menjaga dan mengawasi hasil pembangunan yang ada. Hal itu bertujuan
agar Pemerintah Desa dan tim beserta Perangkat desa seperti Kepala
Dukuh, masyarakat dan LPMD bisa bersinergi dan mengcover segala
sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan.
Beranjak dari hasil wawancara peneliti di lapangan, dapat
diuraikan bahwa manajemen Pemerintah Desa Girikerto dalam
pengawasan pembangunan infrastruktur adalah dengan membentuk
forum atau tim pelaksana kegiatan. Dalam tim tersebut dibagi beberapa
bidang yang khusus untuk mengawasi semua jalan nya proses
pembangunan. Secara umum, Kepala Desa selaku penangung jawab dan
Kepala Seksi Kesejahteraan selaku Ketua Tim Pelaksana Kegiatan serta
masing-masing Kepala Padukuhan di wilayahnya yang dibantu oleh
LPMD Padukuhan untuk mengawasi jalan nya pembangunan
infrastruktur. Pemerintah desa bersama tim melakukan monitoring,
crosscheck, controlling dan terlibat langsung dalam pembangunan.
Sebagai satu kesatuan desa, masyarakat juga ikut menjaga
berlangsungnya kegiatan pembangunan tersebut agar beban yang
diberikan kepada Pemerintah Desa dan tim pelaksana dapat sedikit
berkurang. Selama penyelenggaraan pembangunan, belum ditemukan
penyimpangan-peyimpangan baik dalam sosial dan budaya masyarakat.
99
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah mengadakan pengamatan langsung membahas dan menganalisis
hasil penelitian, maka dalam bab ini penyusun memberikan kesimpulan sesuai
dengan kajian tentang manajemen pemerintah desa dalam pembangunan
infrastruktur di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
A. Kesimpulan
Manajemen Pemerintah Desa Girikerto dalam pembangunan
infrastruktur di Desa Girikerto terdiri atas 4 (empat) yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Berdasarkan penelitian ini
dapat dilihat bahwa peran pemerintah desa secara umum adalah sebagai
stakeholder atau pelaku pembangunan infrastruktur, pemberi dana,
menyampaikan aspirasi masyarakat desa kepada pemerintah kabupaten atau
provinsi dan sebagai penyalur barang atau jasa. Manajemen tersebut sudah
dijalankan dengan baik oleh pemerintah Desa Girikerto, sehingga dapat
mendorong masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam setiap kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan perencanaan ingin dirumuskan berbagai kegiatan pembangunan
yang secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam
100
memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi
yang tersedia dalam pembangunan. Perencanaan Pembangunan
Infrastruktur di Desa Girikerto termuat didalam RPJMDes Desa Girikerto.
Perencanaannya meliputi pembangunan talud sungai, jembatan, talud jalan,
saluran irigasi, pengaspalan jalan, bendungan, pengerasan jalan, dan lain
sebagainya. Didalam perencanaan pembangunan, pemerintah desa berperan
penting dalam pembentukan tim khusus umtuk merencanakan
pembangunan, mengadakan MUSDUS di 13 kewilayahan padukuhan yang
kemudian hasil dari MUSDUS tersebut di musyawarahkan dalam
MUSDES agar perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat
terencana dengan baik. Selain pemerintah desa, masyarakat juga ikut terlibat
dalam menyampaikan aspirasi-aspirasi nya. Sinergitas antara masyarakat
dan pemerintah desa dalam perencanaan pembangunan ini yang meliputi
Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Seksi Kesejahteraan, Kepala Urusan
Perencanaan, BPD, LPMD, Tokoh Masyarakat dan Tim Pelaksana Kegiatan
(TPK) serta 13 (tiga belas) Kepala Dukuh di kewilayahan Desa Girikerto.
2. Manajemen pemerintah desa dalam pengorganisasian pembangunan
infrastruktur sangatlah penting sebagai upaya penyusunan struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya
agar dapat mencapai tujuan organisasi yang efisien. Pengorganisasian
Pembangunan Infrastruktur di Desa Girikerto berfungsi sebagai wadah
pengelolaan atau pelaksana kegiatan yang sesuai dengan tujuan-tujuan serta
fungsi pembangunan agar apa yang ingin dicapai dapat terorganisir dengan
101
baik. Didalam pengorganisasian ini, Pemerintah Desa membentuk Tim
Pelaksana Kegiatan pembangunan (TPK) sebagai upaya pelaksanaan yang
terorganisir dengan melibatkan berbagai pihak antara lain Pemerintah Desa,
Tokoh Masyarakat, Badan Permusyawaratan Desa, LPMD, Kepala Dukuh
serta Masyarakat setempat. Dari pengorganisasian ini, segala bentuk urusan
pembangunan dimulai dari pelaksanaan sampai kepada pengawasan dapat
dijalankan dengan baik. Dengan adanya Tim Pelaksana Kegiatan ini arah
dan tujuan pembangunan dapat diselesaikan.
3. Pelaksanaan suatu program pembangunan yang telah ditetapkan harus
sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar
lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur
disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat penunjang.
Manajemen pemerintah desa dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur
itu adalah sebagai fasilitator dalam penyedian anggaran baik itu dari dana
desa maupun dari pemerintah daerah atau provinsi. Kemudian pemerintah
desa dapat menggali dan mencari sumber daya manusia atau tenaga ahli
yang bisa dan mampu menangani masalah-masalah teknis yang terjadi
dilapangan. Selain itu, dalam pelaksanaan pembangunan pemerintah desa
berperan dalam memonitoring atau mengawasi pelaksanaan pembangunan
infrastruktur ini serta pemerintah juga berperan sebagai pelaku atau
pelaksana langsung kegiatan pembangunan bersama swadaya atau
partisipasi masyarakat. Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur di Desa
Girikerto sudah berjalan dengan baik dengan perencanaan yang telah
102
ditetapkan dalam musyawarah-musyawarah bersama dari setiap
kewilayahan padukahan sampai ke musyawarah desa. Program
pembangunan ini telah termuat dalam RPJMDes. Program pembangunan
infrastruktur itu secara administratif sudah termuat di RKPDes agar dapat
dijalankan selama 1 tahun anggaran. Beberapa program sudah terlaksana,
contohnya pembangunan talud, jembatan, pengerasan jalan dan Jalan Usaha
Tani. Sedangkan pengaspalan jalan dan pembuatan talud lainnya sudah
terprogram di RKPDes namun untuk pelaksanaan nya akan dilakukan di
tahun berikutnya.
4. Di dalam suatu kegiatan, kami harus menyadari bahwa pentingnya suatu
pengawasan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan, pemborosan,
kebocoran dan penyelewengan dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Manajemen pemerintah desa dalam pengawasanan pembangunan
infrastruktur dimulai dari pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)
yang sudah dibagi dalam bidangnya masing-masing. Secara umum, tim
pelaksana kegiatan tersebut memiliki tim yang khusus mengawasi
pembangunan secara menyeluruh yaitu Kepala Desa dan Kepala Seksi
Kesejahteraan. Pada setiap kewilayahan, Kepala Dukuh ditunjuk sebagai
orang-orang yang juga mengawasi setiap wilayah nya masing-masing.
Dalam pengawasan pembangunan infrastruktur, belum ditemukan
penyimpangan-penyimpangan. Segala proses pembangunan infrastruktur
ini berjalan dengan baik karena manajemen pemerintah desa dengan
103
didukung oleh pengawasan yang cukup ketat yang melibatkan Kejaksaan,
Kepolisian, Inspektorat, BPK dan Bhabinkamtibmas.
5. Beberapa kendala dalam pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto
adalah masalah waktu pelaksanaan pembangunan yang tidak sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan, kurangnya tenaga ahli dalam pembangunan,
faktor cuaca yang tidak menentu, keterlambatan dana desa,partisipasi
pemerintah desa yang kurang dan ketersediaan bahan material yang kurang.
B. SARAN
Setelah menarik kesimpulan atau hasil kajian pada uraian di atas, maka
dibagian akhir penyusun mencoba memberikan saran kepada semua pihak
yang terkait dan berkepentingan pada manajemen pemerintah desa dalam
pembangunan infrastruktur di Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
1. Diharapkan mengadakan perbaikan mutu dalam menjalankan perannya
sebagai Pemerintah Desa Girikerto dalam program pembangunan
infrastruktur dengan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang
mendorong jiwa kemampuam kreativitas dan kepemimpinan.
2. Pemerintah Desa Girikerto diharapkan dapat mendukung pelaksanaan
pembangunan infrastruktur dengan cara membantu dalam bentuk
mendorong Pemerintah Kabupaten untuk segera merealisasikan
anggaran anggaran yang sudah ditetapkan.
3. Diharapkan lebih meningkatkan pengawasan terhadap pembangunan
infrastruktur agar dapat berjalan sesuai rencana dengan menguatkan lagi
104
tim-tim yang telah dibentuk untuk menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik.
4. Diharapkan Pemerintah Desa Girikerto dapat bekerja semaksimal
mungkin agar hasil dari pembangunan dapat mensejahterakan
masyarakat desa dengan menyusun perencanaan yang baik dari
administrasi desa sampai kepada partisipasi.
5. Pemerintah Desa Girikerto diharapkan dapat menyelesaikan
pembangunan infrastruktur tepat pada waktu yang telah ditentukan
dengan membuat jadwal atau time table sehingga memiliki target.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2011. Manajemen Pemerintah Desa. Yogyakarta: Graha
Ilmu
105
C.S.T. Kansil. 1983. Desa Kita Dalam Peraturan Tata Pemerintah Desa. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Effendi. Bachtiar. 2002. Pembangunan Daerah Otonom Berkeadilan. Yogyakarta:
Kurnia Alam Semesta, Uhaindo Media dan Offset
Juliantara, Dadang. 2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam
Pelayanan Publik. Yogyakarta, Pembaruan
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta:
Universitas Indonesia Press
Kodoatie, Robert J. 2005. Pengaturan Manajemen Infrastruktur. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Maschab, Mashuri. 2013. Politik Pemerintahan Desa di Indonesia. Yogyakarata:
POLGOV UGM
Moleong, Lexy J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Namawi, Hadiri. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Wali Pers
Nain, Umar. 2017. Relasi Pemerintah Desa dan Supradesa dalam Perencanaan
dan Penganggaran Desa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rakhmat. 2013. Dimensi Strategis Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Salam, Dharma Setyawan. 2004. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta:
Penerbit Djambatan
Sarinah. 2017. Pengaturan Manajemen. Yogyakarta: CV. Budi Utama
106
Siswanto, Victorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Soamole, Junaidi. 2018. Skripsi “Peran Pemerintah Desa Dalam Pembangunan
Infrastruktur di Desa Potorono, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD”. Yogyakarta
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sumaryadi, I Nyoman. 2010. Sosiologi Pemerintahan. Jakarta: Ghalia Indonesia
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Bandung :
CV.Sinar Baru
Wiludjeng, Sri. 2007. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu
UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Permendagri No. 84 Tahun 2015 Tentang SOTK Pemerintah Desa
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.
6 Tahun 2014 Tentang Desa
0
LAMPIRAN