ii - repo.apmd.ac.id

65

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II - repo.apmd.ac.id
Page 2: II - repo.apmd.ac.id

I

Page 3: II - repo.apmd.ac.id

II

Page 4: II - repo.apmd.ac.id

III

MOTTO

SEORANG PANGERAN HARUS MAMPU BERMAIN BAIK SEBAGAI

MANUSIA SEKALIPUN HARUS MENJADI BINATANG BUAS. SANG

PANGERAN HARUS MAMPU MEMAKAI KEDUA KODRAT ITU, YANG

SATU TANPA YANG LAIN TAK DAPAT ADA.

DAN KARNA SEORANG PANGERAN HARUS MAMPU BERMAIN

SEBAGAI MAKHLUK BUAS DIA HARUS MENCONTOH RUBAH DAN

SINGA KARNA SINGA TAK LEPAS DARI JERAT DAN RUBAH TAK BISA

LOLOS DARI SRIGALA. JADI DIA HARUS MENJADI RUBAH UNTUK

MENGENALI JERAT, DAN MENJADI SINGA UNTUK MENAKUT-NAKUTI

SRIGALA-SRIGALA.

MEREKA YG MENCONTOH SINGA TIDAK AKAN TAU APA-APA.

MERDEKA!!!

-Boeng Budi Prasetiyo-

Page 5: II - repo.apmd.ac.id

IV

PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK KEDUAN ORANG TUA

BAPAK MARSONO DAN IBU SRI WIDAYATI YANG SEJAUH INI TELAH

MENGISI DUNIA SAYA DENGAN BEGITU BANYAK KEBAHAGIAAN

SEHINGGA SEUMUR HIDUP TIDAK CUKUP UNTUK MENIKMATI

SEMUANYA.

TERIMAKASIH ATAS SEMUA CINTA DAN KASIH SAYANG YANG

TELAH BAPAK IBU BERIKAN KEPADA PUTRAMU INI.

MERDEKA !!!

Page 6: II - repo.apmd.ac.id

V

KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, oleh

karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia-Nya yang besar

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Strategi

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di Era Pandemic Covid-19.”

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh

mahasiswa untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Setelah dalam penantian cukup lama, dan

kadang-kadang terselip rasa panik dan cemas, skripsi ini pada akhirnya

terselesaikan juga, Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memungkinkan terselesainya

Skripsi ini, kepadanya :

1. Kedua Orang Tua Kandung saya, Ayahanda Marsono dan Ibunda

Sriwidayati.

2. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Guno Tri Tjahjoko, M.A. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.

4. Bapak Ir. Muhammad Barori, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Tridaya Rini Selaku Dosen STPMD “APMD” Yogyakarta yang

telah

memberikan motivasi untuk saya.

6. Bapak dan Ibu dosen serta segenap karyawan Program Studi Ilmu

Pemerintahan

STPMD “APMD” Yogyakarta.

7. Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, terutama Kepala Bapak M Krismono

Aji

Page 7: II - repo.apmd.ac.id

VI

S.Pd M.Pd. serta Kepada Wawan Agus Suharyanto Amd.

8. Keluarga Besar dan adik-adik saya yang telah mencurahkan perhatian dan

Kasih sayangnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan kapadanya, Febri

Kurniawan/Endong, Ayu, Ika Rosyana, Metha, dan Dimas Rendi.

9. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia “GMNI” Komisariat STPMD

“APMD” Yogyakarta atas ruang pembelajarannya.Badan Eksekutif

Mahasiswa STPMD “APMD” Yogyakarta 2017/2018

10. Dewan Pimpinan Cabang Yogyakarta, Abdan Sakura, Haji, Tophan,

Hendri, Arma, Fian, Jaka, Topik Hidayatullah, Aslam M Nur, Jhonifer

Aldin Waruwu, dan Misiano Lase.

11. IKPM Komisariat Sebiduk Sehaluan Oku Timur Yogyakarta

12. IKPM Sumatera Selatan Yogyakarta

13. Kando Uldan Tajri dan Kando Fahrial selaku Motivator saya

14. Sahabat sekaligus saudara tak sekandung saya selama menempuh

pendidikan Strata 1 (S1) di STPMD “APMD” Yogyakarta kepada Mifthul

Noor Syahbana.

15. Teman-teman seperjuangan selama menempuh pendidikan Strata 1 (S1)

di STPMD “APMD” Yogyakarta kepada Renata Yolanda, Bayu

Kurniawan, Aslam M Nur,Fitroh Berli, Ardiansyah, Hengki, Krispena

Apenalia, dan Jhonifer Aldin Waruwu.

16. Kawan-kawan Seperjuangan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

Yogyakarta, Jef Horison, Galuh, Aisyah, ochi, Fais, Reza, Iskandar,

Okky.

17. Sahabat Perantauan, Budi Mulya, Rama Gilang, Rimbo Pranata, Nanang

Andri, Mas Nandar, Bang Komo, Bro Pesek, Syabani Arif, Rizki Kopong,

Dul aak, Rio Krisdayanto, Welki Ketum, Ari Setiana, Jatra, Ambar, Arma

Gusti,Mahmud, dll.

Page 8: II - repo.apmd.ac.id

X

INTISARI

Pariwisata merupakan potensi ekonomi yang bertumpu pada kreativitas

masyarakat dan sumber daya alam yang bisa dapat diperbarui untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat. Dinas Pariwisata merupakan unsur

pelaksana urusan pemerintahan bidang pariwisata yang menjadi kewenangan

daerah. Di kondisi pandemi ini Dinas pariwisata harus menyesuaikan

rancangan rencana program untuk memastikan perputaran ekonomi agar tetap

terjaga. Penelitian ini menyangkut masalah tentang bagaimana penata

kelolaan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di Era Pandemi Covid-19.

Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana dampak covid-

19 terhadap pariwisata yang berada di Kota Yogyakarta. untuk mengetahui

upaya yang diambil oleh pemerintah agar pariwisata di Kota Yogyakarta dapat

berjalan secara optimal seperti semula. Penelitian ini menggunakan deskriptif

kualitatif, teknik penelitian informasi secara puposive. Sedangkan teknik

pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan wawancara. Adapun

sumber data yang digunakan adalah data-data primer dan sekunder, serta data

perkembangan covid-19 yang disajikan oleh portal resmi Dinas Pariwisata

Kota Yogyakarta, data yang dianalisa dengan metode deskriptif analisis.

Hasil analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa hasil

dari penemuan dilapangan penelitian ini menunjukan dalam tata kelola bidang

usaha pariwisata di Kota Yogyakarta di Era Pandemi Covid-19. Dinas

Pariwisata Kota Yogyakarta membuat sebuah kebijakan dan program Self

Assesment melalui Surat Edaran Walikota Terkait penyelenggaraan Protokol

Pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019 di bidang usaha

dan pariwiata.

Kata kunci : Tata Kelola, Dinas Pariwisata, Pandemi Covid-19.

Page 9: II - repo.apmd.ac.id

1

BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang

Sejak Desember 2019, Dunia dihadapkan kepada isu kesehatan yaitu

tersebarnya wabah covid-19. Wabah ini diduga penyebaran pertama di

Wuhan,Tiongkok. Organisasi internasional, World Health Organization (WHO)

menyatakan kondisi ini sebagai Pandemic Global pada 11 Maret 2020. Kampanye

pentingnya mencegah penyebaran virus menjadi krusial. Penggunaan masker,

mencuci tangan, dan menjaga jarak (pembatasan fisik) adalah protokol kesehatan

yang harus dijalankan. Sebagian daerah di Indonesia menerapkan kebijakan

pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus tersebut.

Operasional kantor (Pemerintah dan Swasta) menerapkan kerja di rumah (work

from home).

Beberapa sektor pendidikan dan Instansi kelembagaan melaksanakan aktivitas

di rumah. Namun demikian berdampak pada aktivitas masyarakat. Mobilitas orang

menjadi terbatas, dan bahkan terhenti. Aktivitas dilakukan di ruang privat (rumah).

Lebih jauh, hal ini juga berdampak pada aktivitas ekonomi. Pemenuhan kebutuhan

tertuju utama pada kebutuhan primer dan sekunder, bukan pada kebutuhan tersier.

Berdasarkan informasi Dcode Economic dan Financial Consulting (2020), melalui

infografis yang mengilustrasikan kondisi ekonomi di Mesir, sektor pariwisata adalah

Page 10: II - repo.apmd.ac.id

2

sektor terdampak terburuk akibat Pandemic Global ini. Bertolak belakang dengan

industri kesehatan yang memiliki potensi pemenang dalam kondisi ini.

Dunia internasional dihadapi kondisi penyebaran dengan peningkatan jumlah

pasien terkonfirmasi positif. Kebijakan Lockdown dan PSBB mempengaruhi arus

pergerakan barang dan manusia. Sektor bisnis yang bergantung pada arus antar

negara dan juga antar Provinsi/Daerah menghadapi tantangan terbesar. Industri

transportasi, khususnya yang memberikan pelayanan antar kota/provinsi dilakukan

pembatasan hingga dihentikan sementara. Pada Maret 2020, PT. Kereta Api

Indonesia secara bertahap melakukan penutupan jalur antar provinsi, dan juga

memberlakukan kebijakan pengembalian pemesanan tiket sebesar 100 persen.

Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk pelarangan pesawat komersil

mengangkut penumpang selama 24 April sampai dengan 1 Juni 2020. Bahkan

penyebrangan laut ditutup sementara pada 24-27 April 2020, contoh kasus Pelabuhan

Merak melakukan pembatasan layanan sampai dengan 31 Mei 2020.

Hal ini juga berhimbas terhadap destinasi wisata. Perkembangan teknologi

transportasi memiliki peranan terhadap arus wisatawan yang datang di tempat

tujuan wisata. Transportasi adalah satu dari tujuh faktor pendukung jalannya

pariwisata (Tambunan, 2009), berkaitan dengan ketersediaan dan kualitas perjalanan.

Kondisi Pandemic Covid-19 ini, dalam aspek ketersediaan menyebabkan masyarakat

tidak dapat mengakses transportasi. Masyarakat diminta untuk tetap diam di rumah,

tidak melakukan perjalanan. Dalam buku Consumer Behavior in Travel and Tourism

Page 11: II - repo.apmd.ac.id

3

(1999) menyampaikan pandangan dan perdebatan mengenai pemenuhan kebutuhan

pariwisata bagi manusia konsumtif. Hierarki kebutuhan Maslow memberikan

penyederhanaan dalam pemahaman kebutuhan manusia, dalam hal ini, pariwisata

digolongkan sebagai pemenuh kebutuhan akan pengakuan.

Kalau kita kaitkan disini pada kondisi nasional, Pandemi Covid-19 dan

Indonesia termasuk di dalamnya. Indonesia berjuang melawan wabah PandemiCovid-

19 dengan memodifikasi kebijakan karantina wilayah (lockdown) menjadi

pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang bersifat lokal sesuai tingkat keparahan

di wilayah Provinsi, Kabupaten, atau Kota. Selama masa pandemi ini, perekonomian

dunia dan Indonesia mengalami pelambatan. Untuk itu, Pemerintah berupaya

mengagendakan Kebijakan Normal Baru agar dampak ekonomi akibat pandemi tidak

sampai menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Situasi yang ditimbulkan Pandemi

Covid-19 ini memberikan tantangan baru kepada pemerintah tentunya, khususnya

pada Pemerintahan Kota Yogyakarta dalam menjalankan Penata kelolaan

pemerintahan. Kota Yogyakarta yang relatif aman dan nyaman dengan keramah-

tamahan masyarakatnya, menjadikan Yogyakarta banyak diminati orang/wisatawan

untuk berkunjung.

Hal lain yang menjadikan Yogyakarta mendapat sebutan sebagai Daerah 3

Tujuan Wisata disamping banyak dan ragamnya pesona Obyek dan Daya Tarik

Wisata juga karena telah tersedianya sarana dan prasarana sebagai penunjang

pariwisata seperti akomodasi, restoran/ rumah makan, telekomunikasi, tempat

Page 12: II - repo.apmd.ac.id

4

hiburan, toko souvenir, penginapan dan sebagainya. Masyarakat Yogyakarta juga

mempunyai kepedulian yang cukup tinggi dalam menjaga kelestarian Alam dan

Kebudayaan mereka, walaupun demikian Yogyakarta tidak menutup diri terhadap

tumbuhnya Budaya kontemporer maupun budaya lainnya.

Sebagai Kota yang disisi lain dinobatkan sebagai Kota Pelajar, Kota

Yogyakarta juga mendapati gelar sebagai Kota Pariwisata. Sebagai Kota Pariwisata,

dimana ekonomi berjalan seiring pertambahan jumlah kunjungan wisata domestik

maupun mancanegara, kota Yogyakarta mengalami dampak signifikan akibat

Pandemi Covid-19 ini. Bahwa berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta

berita resmi statistik No. 41/07/34 Th. XXII, 1 Juli 2020 tentang perkembangan

pariwisata dan transportasi udara dan darat mengalami penurunan yang drastis. Jika

dibandingkan pada januari-mei 2019 kunjungan wisatawan mancanegara mencapai

44.795 namun pada bulan januari-mei 2020 mengalami penurunan sebesar 58,40%

dengan capaian sebesar 18.633.

Penurunan jumlah Wisatawan di Kota Yogyakarta ini sangat berdampak pada

perekonomian dan pendapatan daerah. Tentu ini menjadikan pertanggung jawaban

serius oleh Pemerintah perlu menyiapkan suatu strategi agar sektor pariwisata tetap

memberikan kontribusi kepada kemajuan daerah Kota Yogyakarta. Dengan demikian

agar daya tarik wisata menjadi eksis kembali mungkin dengan melakukan suatu upaya

ataupun langkah-langkah yang secara sistematis untuk menghidupkan mesin

penggerak perekonomian daerah. Berdasarkan atas apa yang di paparkan penulis di

Page 13: II - repo.apmd.ac.id

5

atas, penulis mencoba untuk menguraikan dampak apa saja yang ditimbulkan dari

wabah PANDEMI COVID-19 bagi pariwisata di Kota Yogyakarta. Selain daripada

itu penulis akan sedikit memberikan gambaran terkait bagaimana tindakan Dinas

Pariwisata Kota Yogyakarta kedepannya untuk tetap mengoptimalkan pariwisata

kekondisi seperti semula sebelum adanya wabah COVID-19, lebih lanjut instrumen

kebijakan apa saja yang harus dipersiapkan oleh Pemerintah Dinas Pariwisata Kota

Yogyakarta agar dapat dijadikan pedoman bagi para pemangku kepentingan di Kota

Yogyakarta guna bersama-sama mewujudkan pemulihan pariwisata dan mampu

mendatangkan wisatawan.

Kajian mengenai dampak yang ditimbulkan akibat wabah Pandemic Covid-

19 bagi pariwisata di Kota Yogyakart diharapkan dapat memberikan gambaran

kondisi pariwisata kepada pihak-pihak yang terkait serta diharapkan adanya formula

kebijakan yang disusun dalam tulisan ini mampu dijadikan masukan/input bagi penata

kelolaan untuk merumuskan instrumen kebijakan pariwisata dalam menanggulangi

Pandemi Covid-19.

Page 14: II - repo.apmd.ac.id

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai

berikut :

Bagaimana Penata Kelolaan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di Era

Pandemic Covid-19?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan langkah tata kelola Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di

Era Pandemi Covid-19.

2. Untuk menggambarkan kendala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam Tata

Kelola Pariwisata di Era Pandemi Covid-19.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademik

Penelitian ini ditujukan untuk memperkaya literasi keilmuan dalam bidang disiplin

Ilmu Pemerintahan, dan dapat di jadikan bahan untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan Dinas Pariwisata dalam situasi bencana Non Alam.

2. Secara praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi Dinas Pariwisata tentang bagaiamana

Tata Kelola Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di tengah bencana Non Alam

“Pandemi Covid19” dan apa saja menjadi langkah-langkah yang dilakukan oleh

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam hal meningkatkan kemajuan daerah di

tengah situasi bencana yang Non alam seperti Pandemi Covid-19 dangan melibatkan

sektor wisata.

Page 15: II - repo.apmd.ac.id

7

E. Kerangka Konseptual

1. Konsep Tata Kelola Pariwisata

Istilah “kepemerintahan”atau dalam bahasa Inggris “Governance” yaitu: “the

act, fact, manner of governing” berarti tindakan, fakta, pola dan kegiatan atau

penyelenggaraan pemerintahan. Sementara menurut Farazmand (2004:7). Terdapat

tiga komponen kunci dari governance yaitu negara dan institusi, organisasi

masyarakat sipil yang diabaikan dalam sistem sebelumnya dan sektor swasta yang

seharusnya tidak terlibat dalam proses atau dinamika pemerintahan. Berdasarkan

pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa governance merupakan pengelolaan

urusan kepemerintahan yang melibatkan ketiga unsur yaitu pemerintah, masyarakat,

dan swasta dalam segala bidang baik bidang politik, sosial, budaya, maupun

administrasi. Istilah governance disebut juga dengan tata kelola. (Amnah dkk 2016:7

43).

Dalam pola kemitraan antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat; pemerintah

lebih memusatkan perannya sebagai fasilitator. Pemerintah memfasilitasi masyarakat

dan swasta dalam produksi dan distribusi pelayanan publik secara khusus bersifat

lokal, unik dan spesifik. Misalnya pelayanan pariwisata. Pemerintah memberikan

fasilitas seperti fasilitas surat izin pariwisata, fasilitas infrastruktur, fasilitas

pembinaan, pelatihan dan peyuluhan, serta memberikan informasi pariwisata kepada

Masyarakat. Masyarakat berperan dalam mengelola wisata pedesaan dan menjalin

hubungan (kontak) dan kerjasama dengan Pemerintah, Swasta dan Masyarakat.

Page 16: II - repo.apmd.ac.id

8

Semakin besarnya kemampuan sektor swasta untuk berpartisipasi dalam

penyelenggaraan pelayanan publik memberi kesempatan kepada pemerintah untuk

memusatkan perhatiannya pada fungsinya yang lebih strategis sebagai regulator,

fasilitator dan promotor pelayanan publik. Kemitraan antara Pemerintah, Swasta dan

Sasyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik bisa menjadi satu upaya untuk

melakukan demokratisasi. Melalui cara ini, inisiatif dan partisipasi masyarakat untuk

memperbanyak alternatif sumber pelayanan publik disamping pemerintah akan dapat

ditingkatkan.

Disamping peran pemerintah, hendaknya swasta juga dilibatkan dalam

kemitraan ini. Peran swasta biasanya pada segi operasionalisasi atau implementasi

kebijakan dan program, kontribusi tenaga ahli, tenaga terampil maupun sumbangan

dana, alat atau teknologi. Sedangkan peran masyarakat pada umumnya disampaikan

dalam bentuk partisipasi non mobilisasi. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di

daerah, peran pemerintah sangat ditentukan oleh fungsi yang melekat, sifatnya

memberikan keuntungan kedua belah pihak atau positive sum game (Swasta dan

Masyarakat). Sedangkan peran pihak swasta adalah menyediakan beberapa fasilitas

atau akomodasi dan jasa yang sifatnya tidak dapat dipenuhi oleh pemerintah. Peran

masyarakat yaitu masyarakat berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan seluruh kegiatan

atau aktivitas kepariwisataan. (dalam Wahyuni, Eksi, Anggraeni E. RR (2014 hal 79).

Lebih lanjut dijelaskan peran masing-masing aktor yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

Page 17: II - repo.apmd.ac.id

9

1. Peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata adalah kemampuan

pemerintah di dalam menjalankan fungsi atau peran fasilitasi, regulasi, mediasi,

stimulasi dan koordinasi terhadap swasta dan masyarakat dalam pengembangan

pariwisata.

2. Peran swasta dalam pengembangan pariwisata adalah kemampuan swasta di

dalam menjalankan peran atau fungsinya sebagai penyedia dan penyelenggara

jasa pelayanan di bidang pariwisata dalam pengembangan pariwisata.

3. Peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata adalah kemampuan

masyarakat dalam menjalankan peran atau fungsinya sampai pada peran sebagai

mitra pemerintah dan swasta yaitu masyarakat memiliki daya yang relevan dalam

memberikan kontribusi terhadap pengembangan pariwisata.

Dari fenomena pengembangan pariwisata, ketiga faktor yang dimaksud

memiliki hubungan yang sinergis dalam menjalankan peranan dan fungsinya. Dari

aspek hubungan transnasional yang menyatakan bahwa hubungan yang bermakna

bukan hanya yang terjadi antar Negara, tetapi juga melibatkan mereka dengan swasta

seperti Perusahaan multinasional, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun

individu.

Page 18: II - repo.apmd.ac.id

10

2. Konsep Pariwisata

Terminologi Pariwisata terdiri dari dua kata yaitu “Pari” yang berarti banyak

atau berkali-kali dan “Wisata” yang berarti berpergian (Suwantoro, 2001).

(Soekadijo,2000) mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan didalam suatu

masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan, sedangkan (Wahab,2003)

mengemukakan bahwa pariwisata merupakan aktivitas perpindahan sementara yang

mempunyai pola hidup berbeda, menurut Undaang-undang Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan

masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Didasarkan kepada pemahaman pariwisata tersebut di atas, (Yoeti,2008)

mengemukakan bahwa pariwisata harus memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu: Pertama,

perjalanan dilakukan dari satu tempat ke tempat lainnya. Kedua, tujuan untuk

bersenang-senang. Ketiga, adanya uang yang dibelanjakan. Keempat, waktu

perjalanan setidaknya 24 (dua puluh empat) jam.

Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu

menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan

kerja,pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain didalam

negara penerima wisatawan. Lagi pula pariwisata sebagai suatu sektor yang

kompleks, meliputi industri-industri dalam arti klasik, misalnya industri kerajinan

Page 19: II - repo.apmd.ac.id

11

tangan dan industri cenderamata. Penginapan trasportasi secara ekonomi juga

dipandang sebagai industri. (Frans Gromang, 2003).

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka pariwisata merupakan aktivitas

mencari kesenangan/kebahagiaan dari suatu tempat baru yang dilakukan dalam kurun

waktu tertentu, dengan begitu perjalanan tersebut merupakan aktivitas temporer/

sementara yang bukan ditujukan untuk mencari keuntungan, adapun manfaat dari

pariwisata antara lain yaitu: memberikan pemasukan secara ekonomi, membuka

kesempatan kerja, mendorong pelestarian budaya asli serta menambah devisa Negara

(Spillane, 1987).

Menurut Happy Marpaung (2002 hal 24) pengertian pariwisata adalah

perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-

pekerjaan rutin keluar dari tempat kediamanya.

Pengertian pariwisata adalah secara lengkap dapat dilihat dalam Undang-

Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam pasal

1 menyatakan :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan

daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Page 20: II - repo.apmd.ac.id

12

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk

pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di

bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

penyelenggaraan pariwisata.

5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa

pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan obyek dan daya tarik wisata,

usaha pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

6. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadisasaran

wisata.

7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Kegiatan pariwisata tidak luput dari dua elemen penting, yaitu wisatawan dan

daya Tarik wisata. Wisatawan menurut Cohen (1974) diartikan sebagai pelancong

yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu untuk mendapatkan

kenbahagiaan atau kenikmatan, sejalan dengan pemahaman tersebut Fandefi (1995)

mengungkapkan bahwa wisatawan merupakan seseorang yang terdorong sesuatu

sehingga melakukan berpergian dengan maksud bukan mencari nafkah. Sedangkan

pengertian daya tarik wisata sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2009 diartikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan

Page 21: II - repo.apmd.ac.id

13

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Unsur yang terkandung dalam pengertian di atas dapat disimpulkan, yaitu:

a. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan, keindahan.

b. Daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia yangberseni

tinggi dan layak untuk dijadikan suatu produk.

c. Yang menjadi sasaran utama adalah wisatawan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa objek wisata yaitu suatutempat

yang menjadi kunjungan wisatawan karena mempunyai sumberdaya dimana

sumberdaya yang dimaksud adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup,

seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai

daya tarik untuk dikunjungi wisatawan sehingga terjadi interkasi antara sesama

manusia.

3. Konsep Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2008. Pada saat pertama kali didirikan, Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta berlokasi di Gedung Dwisatawarsa Jl.

Pekapalan Alun-alun Utara Yogyakarta, yang kemudian pada tahun 2001

berkedudukan di Jl. Suroto No. 11 Yogyakarta. Dan pada tahun 2016 pindah ke Jalan

Kenari. Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: PM.07/

Page 22: II - repo.apmd.ac.id

14

PW.007/ MKP/ 2010 gedung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

dilindungi oleh UU RI nomor 5 Tahun 1992.

Sebelum menjadi nama Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Dinas Pariwisata

telah beberapa kali berubah nama yaitu, Dinas Pariwisata yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah No.5 Tahun 1996 dengan nama Dinas Pariwisata Kota madya

Daerah Tingkat II Yogyakarta, kemudian pada tahun 2000 diubah lagi menjadi Dinas

Pariwisata Seni dan Budaya berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun

2000, lalu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dan terakhirt dibagi

kembali menjadi dua bagian yaitu Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dan Dinas

Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Visi & Misi

Visi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta adalah terwujudnya Kota Yogyakarta

sebagai kota tujuan wisata terkemuka yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan

budaya lokal serta mampu memperkokoh jati diri, memberikan manfaat yang positif

bagi masyarakat, serta dapat menjadi lokomotif pembangunan Kota Yogyakarta

secara menyeluruh.

Misi adalah sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan potensi obyek, daya tarik, seni dan budaya yang ada di

Kota Yogyakarta sebagai asset utama kepariwisataan Yogyakarta.

2. Membuat perencanaan pembangunan pariwisata, seni dan budaya

KotaYogyakarta secara komprehensif, terpadu dan berkelanjutan dengan

Page 23: II - repo.apmd.ac.id

15

tetap mengedepankan prinsip pelestarian dan pengembangan pariwisata

budaya.

3. Membangun kemitraan yang kondusif antara pemerintah, masyarakat, dan

swasta/ pengusaha dalam mengembangkan pariwisata, seni dan budaya Kota

Yogyakarta.

4. Meningkatkan peran aktif dan apresiasi masyarakat serta swasta/pengusaha

dalam memajukan pariwisata, seni dan budaya Kota Yogyakarta.

5. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumberdaya manusia bidang

pariwisata, seni dan budaya.

6. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya arti pelestarian

budaya.

7. Menumbuhkan sikap sadar wisata dan sadar budaya pada semua komponen

masyarakat Yogyakarta.

8. Memberikan pelayanan prima dan menyiapkan system informasi pariwisata,

seni dan budaya yang memadai.

9. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta baik secara material

maupun sosial.

Tugas Dan Fungsi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah

berdasarkan asas otonomi dantugas pembantuan di bidang pariwisata. Untuk

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Dinas mempunyai fungsi:

Page 24: II - repo.apmd.ac.id

16

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata;

b. Penyelenggaraan rusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pariwisata;

c. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan di bidang pariwisata;

d. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pariwisata;

e. Pengelolaan taman pintar dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum Daerah (PPK BLUD);

f. Pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan umum, kepegawaian,

keuangan, evaluasi dan pelaporan; dang.pelaksanaan pengawasan,

pengendalian evaluasi,dan pelaporan di bidang pariwisata.

Proses Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di Era Pandemi Covid-19

Dinas Pariwisata merupakan intansi pemerintah yang bergerak di bidang

usaha barang atau jasa untuk membantu memenuhi kebutuhan wisatawan dalam

penyelenggaraan pariwisata. Daerah Istimewa Yogyakarta salah satu wilayah yang

memiliki potensi terhadap pengembangan pariwisata tentu mempunyai pengaruh

penting dibeberapa aspek dalam bidang kepariwisataan diantaranya, aspek

pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, serta

daya dukung lingkungan hidup.

Pariwisata sebagai ruang kegiatan manusia, merupakan interaksi langsung

yang dilakukan oleh manusia antar manusia secara (individu atau kelompok) maupun

manusia dengan alam sebagai aktivitas sosial yang mengandung nilai-nilai terhadap

Page 25: II - repo.apmd.ac.id

17

lingkungan kehidupan. Dalam kalimat lain, adanya perubahan didalam ruang tersebut

sebagai suatu proses kegiatan atau perjalanan untuk melakukan perpindahan dari

tempat asal ke tempat lain dalam waktu tertentu sebagai tujuan. Sehingga dalam

pariwisata dikenal konsep wisatawan sebagai subjek integral sebagai pelaku utama

yang melakukan aktivitas kegiatan tersebut.

Di era-pandemi corana virus disease-2019 (Covid-19) sebagai bencana

Global Non Alam tentu berpengaruh besar terhadap aktivitas manusia. Dengan

diterapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai pilihan

pemerintah dalam menekan laju terhadap angka korban yang terpapar juga

berpengaruh besar disetiap lini kehidupan sosial. Termasuk pembatasan dalam

aktivitas kegiatan tersebut juga berdampak terhadap kinerja instansi pemerintah.

Dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta sangat berperan penting

dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan Industri pariwisata

yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha. Karena mengingat

Yogyakarta sebagai salah satu wilayah yang mempunyai potensi besar terhadap

pariwisata dimana hal tersebut juga dapat mendongkrak perekonomian masyarakat

setempat, sehingga stabilitas kinerja dinas terhadap penyelenggaraan dibidang

pariwisata ditengah-tengah pandemi perlu diupayakan agar kegiatan usaha masih

dapat berjalan walaupun terbatas.

Page 26: II - repo.apmd.ac.id

18

Di tengah kondisi yang tidak menentu, serta mengingat kebijakan pemerintah

mengenai (PSBB) tentu menjadi pertimbangan disetiap pemerintah untuk

menentukan langkah-langkah maupun upaya dalam menormalisasikan kegiatan

usaha. Oleh karenanya, dinas pariwisata dalam hal menyusun atau merencanakan

setiap program kerja yang mana hal tersubut diperlukan tindakan yang konkrit untuk

memformulasikan di setiap opsi yang dipilih sebagai pilihan alternatif.

Pada dasarnya tata kelola merupakan instrumen dalam suatu rencana model

dari bagian yang tidak terpisahkan dalam kerangka perencanaan, sebagai pendekatan

pola atau metode dalam mengarahkan suatu tujuan yang ingin dicapai. Jadi yang

dimaksud dengan tata kelola pariwisata adalah suatu bentuk atau rencana yang

mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan dan program sebuah rangkaian

tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Dalam penelitian

ini adalah tata kelola pariwisata di Kota Yogyakarta melalui kebijakan dan program

yang digunakan oleh Dinas Pariwisata, sebuah upaya untuk memberikan rasa aman

dan nyaman bagi masyarakat Kota Yogyakarta dan wisatawan saat berkunjung ke

Kota Yogyakarta.

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam hal ini telah mengeluarkan suatu

kebijakan dan program melalui Surat Edaran Wali Kota (SE) Nomor:

556/266/SE/2020 tentang Self Assesment (penilaian mandiri) Penyelenggaraan

Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease-2019 (COVID-19) Di Bidang

Page 27: II - repo.apmd.ac.id

19

Usaha Pariwisata Untuk Daya Tarik Wisata, Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan

Usaha Jasa Makanan Dan Minuman.

Melalui kebijakan dan program tersebut sebagai upaya pencegahan dan

pengendalian (covid-19), di klasifikasikan dalam tiga jenis bidang usaha dengan

menggunakan prinsip self assesment (penilaian mandiri) sebagai program di masing-

masing bidangnya adalah sebagai berikut :

1. Bidang Usaha Daya Tarik Wisata meliputi komponen :

a. Sarana Prasana.

b. Sumberdaya manusia.

c. Prosedur Operasional.

2. Bidang Usaha Penyediaan Akomodasi meliputi komponen :

a. Tamu akomodasi.

b. Petugas/karyawan Pengelola Akomodasi.

c. Pengelola akomodasi.

3. Bidang usaha jasa makanan dan minuman meliputi komponen :

a. Tamu usaha jasa maknan dan minuman.

b. Pengelola/karyawan jasa usaha makanan dan minuman.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup merupakan batasan penelitian yang digunakan untuk

memfokuskan penelitian agar berjalan sesuai dengan yang menjadi fokus didalam

Page 28: II - repo.apmd.ac.id

20

pelaksanaan penelitian ini agar data dan informasi yang diambil sesuai dengan yang

menjadi kebutuhannya.

Oleh karenanya menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini tentang Tata

Keloa Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Di Era Pandemi Covid-19 adapun dalam

melihat peneliti ini ada 3 komponen yang perlu di soroti dari ruang lingkup peneliti

yaitu:

1. Perencanaan Kebijakan dan Program Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di

Era Pandemi Covid-19

2. Pelaksanaan Kebijakan dan Program Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di era

Pandemi Covid-19.

3. Evaluasi Hasil Kebijakandan Program Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta di

era Pandemi Covid-19.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, sesuai dengan tema yang

Peneliti angkat yang mana Penelitia lebih cocok apabila menggunaka Penelitian

deskriptf yang mampu menggambakan peristiwa dan menjawab rumusan

masalah.

Penelitian yang bersifat deskriptif menuntut Peneliti untuk menjelaskan atau

mencatat kondisi atau sikap untuk menjelaskan apa yang ada saat ini. (Morisan,

2012 hal 166).

Page 29: II - repo.apmd.ac.id

21

Sedangkan pendengkatan yang Peneliti gunakan dalam Penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Mengenai Penelitian kulitatif yang berarti proses

eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan kelompok,

menggambarkan masalah sosial dan masalah kemanusian. (Sugiyono 2013 hal

347).

Sehingga pada Penelitian dengan, berfokus pada langkah strategis yang

dilakukan oleh Dinas Pariwisata dalam menangani Covid-19 menggunakan jenis

Penelitian deskriptif kualitatif karena jenis penelitan ini nanti akan mampu

menggambarkan secara keseluruhan tentang bagaiamana strategi yang dilakukan

oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.

2. Unit Analisis

a. Subjek Penelitian

Subyek Penelitian tidak selalu berupa orang, tetapi dapat benda, proses,

kegiatan, dan tempat. Dalam Penelitian ini yang menjadi subjek Penelitian adalah

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta berserta dengan aparatur dinas pariwisata kota

Yogyakarta, kemudian para perangkat pelaksana kegiatan, kemudian stakeholder

dan masyarakat kota Yogyakarta sebagai penerima dampak kegiatan. Arikunto

(2013 hal 89-90).

Penentuan subyek penelitian informan hasil dari metode penelitian yang di

gunakan ialah, observasi, wawancana, dan dokumentai. Di bawah peneliti

memberikan gambaran tabel informan sebagai berikut :

Page 30: II - repo.apmd.ac.id

22

Tabel 1.1 Deskripsi Informan Penelitian

Sumber : Dari wawancara di lapangan,2020.

NO NAMA JENIS

KELAMIN

UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN

1. M Krismono Aji S.Pd

M.Pd.

Laki-laki 53

Tahun

S2 Dinas pariwisata

kota yogyakarta

2. Wawan Agus

Suharyanto Amd.

Laki-laki 37

tahun

D3 Dinas Pariwisata

Kota Yogyakarta

3. Bima Abadi Sulistyo Laki-laki 26

Tahun

S2 Tour Guide

4. Suradianto Laki-laki 30

Tahun

SMA Pengelola Wisata

Bendhung Lepen

5. Muhammad Tegar

Pangestu

Laki-laki 21

Tahun

SMA Bendahara

Pengelola Wisata

Bendhung Lepen

6. Minarsih Perempuan 53

Tahun

SMP Pedagang bendhung

lepen

7. Yulastri Perempuan 57

Tahun

SD Pedagang asongan

malioboro

8. Vktor gisni Laki-laki 48

tahun

SMA Petugas Screnning

Malioboro

9. Sulekah Perempuan 45

tahun

SMP Pedagang Alun-alun

Utara

NO NAMA JENIS

KELAMIN

UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN

1. M Krismono Aji S.Pd

M.Pd.

Laki-laki 53

Tahun

S2 Dinas pariwisata

kota yogyakarta

2. Wawan Agus

Suharyanto Amd.

Laki-laki 37

tahun

D3 Dinas Pariwisata

Kota Yogyakarta

3. Bima Abadi Sulistyo Laki-laki 26

Tahun

S2 Tour Guide

4. Suradianto Laki-laki 30

Tahun

SMA Pengelola Wisata

Bendhung Lepen

5. Muhammad Tegar

Pangestu

Laki-laki 21

Tahun

SMA Bendahara

Pengelola Wisata

Bendhung Lepen

6. Minarsih Perempuan 53

Tahun

SMP Pedagang bendhung

lepen

7. Yulastri Perempuan 57

Tahun

SD Pedagang asongan

malioboro

8. Vktor gisni Laki-laki 48

tahun

SMA Petugas Screnning

Malioboro

9. Sulekah Perempuan 45

tahun

SMP Pedagang Alun-alun

Utara

Page 31: II - repo.apmd.ac.id

23

3. Objek Penelitian

Segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karna penilai

menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. (Arikunto 2009 hal 20). Objek

pada Penelitian ini ialah tentang bagaiamana strategi yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata Kota Yogyakarta di Era Pandemi Covid-19.

4. Lokasi Penelitian

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

Penelitian, karena tujuan utama adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data akan niscaya data tidak akan terkumpul dan memiliki

akredibilitas data. (Sugiyono 2010 Hal 224).

Pengumpulan data adalah Penelitian kualitatif membutuhkan tekhnik

kualitatif yang umum digunakan seperti obsevasi, wawancara bertahap dan

mendalam, dan diskusi terfokus. (Bungin 2007 Hal 77)

a. Observasi

Kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata

sebagai alat bantu utamanya selain panca indra lainya seperti telinga,

penciuman, mulut, dan kulit. (Basrowi 2008 hal 94).

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana

Peneliti melihat dan mengamati secara visual sehingga validitas data sangat

tergantung pada observasi. (Bungin 2007 hal 115).

Page 32: II - repo.apmd.ac.id

24

Yang menjadi titik fokus peneliti ialah, tentang bagaimana langkah

strategis yang di lakukan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta terhadap kepada

yang terdampak Covid-19 seperti halnya Stakeholder dan Masyarakat yang

mana nanti peneliti mengamati dari sisi Dinas Pariwisata Kota Yogayakarta

dan juga Apartur Dinas Pariwisata tentang bagaimana langkah strategis itu

direncanakan dan impelementasikan serta dampak apa yang telah dirasakan

oleh Masyarakat Kota Yogyakarta.

b. Wawancara

Wawancara secara umum adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan Penelitian dengan caratanya jawab bertatap muka antara

pewawancara dengan informan atau orang diwawancarai, dengan

atau, tanpa menggunakan pedoman wawancara dimana pewawancara

terlibat dalam kehidupan Social relative lama. (Bungin 2007 hal 108).

Pihak yang akan menjadi informan Peneliti dalam hal ini ialah Dinas

Pariwisata Kota Yogyakarta, Aparatur Dinas Pariwisata Kota

Yogyakarta, Stakeholder dan Masyarakat Kota Yogyakarta, karena

dari beberapa informan tersebut memiliki hubungan keterkaitan yang

saling mempengaruhi apabila ada suatu kebijakan dan program

ataupun upaya yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Kota

Yogyakarta.

Page 33: II - repo.apmd.ac.id

25

c. Dokumentasi

Dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah

metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat lengger, agenda dan sebagainya. Dibandingkan

dengan metode lain, maka metode ini agak begitu sulit, dalam arti

apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap belum berubah

.dengan metode dokumentasi yang di amati bukan benda hidup atau

benda mati. (Arikunto 1993 hal 202).

Dokumen yang di kumpulkan di antaranya visi dan misi Dinas

Pariwisata Kota Yogyakarta, Agenda kerja kegiatan Dinas Pariwisata

dan dokumen-dokumen lainnya yang di anggap mendukung data.

H. Teknik Analisis Data

a. Penyajian Data

Penyajian data secara tekstual (naratif) atau dapat juga berupa tabel, grafik,

diagram dan sejenisnya. Dengan adanya proses penampilan data ini akan lebih

mudah dalam hal memahami data.

b. Reduksi data

Teknik analisis data yang dilakukan bertujuan untuk mencari jawaban pokok,

mencari tema, dan pola, kemudian memfokuskan pada hal yang dianggap

penting. Data yang telah direduksi akan mempermudah dalam pengumpulan

Page 34: II - repo.apmd.ac.id

26

karena data tersebut akan memberikan gambaran yang lebih jelas. (Sugiono,

2013 hal 234).

Data Peneliti reduksi dari hasil penerlitan dan beberapa dokumen yang

berhasil dikumpulkan untuk mencari jawaban pokok kemudian menjadi hal yang

dianggap penting berhubungan dengan topik bahasan serta menjawab dari

rumusan masalah.

c. Penarikan Kesimpulan

Merupakan langkah selanjutnya setelah melakukan penyajian data. Penarikan

kesimpulan yang dilakukan Peneliti bertujuan untuk menjawab rumusan masalah

sehingga dengan adanya penarikan kesimpulan maka terjawablah apa yang

menjadi permasalah dalam Penelitian. Dari rangkaian kegiatan Penelitian yang

dilaksanakan terlihat apa yang menjadi intisari dari Penelitian ini.

Page 35: II - repo.apmd.ac.id

27

BAB II

GAMBARAN UMUM PEMKOT YOGYAKARTA DAN DINAS PARIWISATA

KOTA YOGYKARTA

A. Sejarah Umum Pemerintah Kota Yogyakarta

Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada

Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda

tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi

Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak

Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam

perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah

Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing

Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram

(Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah

mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro,

Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu,

Wonosari, Grobogan.

Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi

yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah

Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta

Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini

Page 36: II - repo.apmd.ac.id

28

diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755. Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan

pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah

desa kecil bernama Pachetokan, sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai

Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya

kemudian diubah menjadi Ayodya.

Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono

segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.

Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati

pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga.

Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari

tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang

sedang dikerjakan. Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan

memasuki Istana Baru sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota

Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Pesanggrahan Ambar ketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk

berpindah menetap di Kraton yang baru. Peresmian mana terjadi Tanggal 7 Oktober

1756.

Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya

Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan

Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi

tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono

Page 37: II - repo.apmd.ac.id

29

IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi

Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada

tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa

daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang

menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.

Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang

menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan

dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII

bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional Meskipun Kota Yogyakarta baik

yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman

telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang

dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota

Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi

yang meliputi berbagai bidang pemerintahan massih tetap berada di tangan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru

menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17

Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang

meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten

Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan

sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakarta. Untuk

Page 38: II - repo.apmd.ac.id

30

melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh

mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah

Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan

adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan

Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja

Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.

Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman Poerwokusumo

yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap

menjadi Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota

25 orang. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan

anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955. Dengan kembali ke UUD 1945 melalui

Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti

dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan

di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala

Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya

Yogyakarta.

Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan

Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang

dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak

terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengankatan bagi Kepala

Page 39: II - repo.apmd.ac.id

31

Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliiau Sri Sultan

Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya

Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya

Kepala Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan

cara pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.

Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan

pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah

Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur

kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas,nyata dan

bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II

Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya

disebut dengan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta

sebagai Kepala Daerahnya.

B. Visi dan Misi

Visi Kota Yogyakarta

Meneguhkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Nyaman Huni dan Pusat

Pelayanan Jasa yang Berdaya Saing Kuat untuk Keberdayaan Masyarakat dengan

Berpijak pada Nilai Keistimewaan.

Page 40: II - repo.apmd.ac.id

32

Misi Kota Yogyakarta

1. Meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat.

2. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan daya saing Kota Yogyakarta.

3. Memperkuat moral, etika dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta.

4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya.

5. Memperkuat tata kota dan kelestarian lingkungan.

6. Membangun sarana prasarana publik dan permukiman.

7. Meningkatkan tatakelola pemerintah yang baik dan bersih.

C. Kewilayahan Kota Yogyakarta

Wilayah Kota Yogyakarta meliputi terbagi dalam 14 kecamatan 45 kelurahan,

617 RW dan 2532 RT.

D. Sejarah Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Kota Yogyakarta No. 5 Tahun 2016. Pada saat pertama kali didirikan, Dinas

Pariwisata Kota Yogyakarta berlokasi di Gedung Dwisatawarsa Jl.Pekapalan Alun-

alun Utara Yogyakarta. Yang kemudian pada 1 Juli tahun 2017 hingga saat ini

berkedudukan di Jl. Suroto No. 11 Yogyakarta. Bangunan kantor Dinas

Pariwisata Kota Yogyakarta saat ini adalah salah satu Bangunan Cagar Budaya

(BCB) dan masuk dalam Kawasan Cagar Budaya (KCB). Menurut Peraturan

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata.

Page 41: II - repo.apmd.ac.id

33

Nomor: PM.07/PW.007/MKP/2010. Gedung Dinas Pariwisata Kota

Yogyakarta dilindungi oleh UU RI nomor 5 Tahun 1992. Sebelum menjadi Dinas

Pariwisata, nama organisasi ini telah mengalami tiga kali perubahan nama yaitu

Dinas Pariwisata yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1996

dengan nama Dinas Pariwisata Kota madya Daerah Tingkat II Yogyakarta,

kemudian pada tahun 2000 diubah menjadi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya

berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000, dan Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kota Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun

2008.

Page 42: II - repo.apmd.ac.id

34

E. Sejarah Bangunan

Tabel 1.2. Seajarah Bangunan

NO REGNAS RNCB.20100108.02.000180

SK PENETAPAN SK Menteri

NoPM.07/PW.007/MKP/2010

PERINGKAT CAGAR BUDAYA -

KATEGORI CAGAR BUDAYA Bangunan

KABUPATAEN/KOTA Kota Yogyakarta

PROVINSI D.I Yogyakarta

NAMA PEMILIK -

NAMA PENGELOLA -

Keberadaan bangunan ini dikaitkan dengan rute Gerilya Jenderal Sudirman

yang merupakan rute terakhir setelah 7 bulan bergerilya. Sebelumnya merupakan

tempat tinggal Jenderal Urip Sumoharjo.

(Sumber : http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id)

F. Visi Dan Misi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Visi Dinas Pariwisata kota Yogyakarta adalah, terwujudnya Kota Yogyakarta

sebagai kota tujuan wisata terkemuka yang bertumpu pada kekuatan dan keunggulan

pariwisata lokal serta mampu memperkokoh jati diri, memberikan manfaat yang

positif bagi masyarakat, serta dapat menjadi lokomotif pembangunan Kota

Yogyakarta secara menyeluruh.

Misi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Page 43: II - repo.apmd.ac.id

35

1. Mengoptimalkan potensi obyek dan daya tarik wisata yang ada di

Kota Yogyakarta sebagai aset utama kepariwisataan.

2. Membuat perencanaan pembangunan pariwisata Kota Yogyakarta secara

komprehensif, terpadu dan berkelanjutan dengan tetap mengedepankan

prinsip pelestarian dan pengembangan pariwisata lokal.

3. Membangun kemitraan yang kondusif antara pemerintah, masyarakat,

dan swasta atau pengusaha dalam mengembangkan pariwisata Kota

Yogyakarta.

4. Meningkatkan peran aktif dan apresiasi masyarakat serta swasta/pengusaha

dalam memajukan pariwisata Kota Yogyakarta.

5. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumberdaya manusia

bidang pariwisata.

6. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pariwisata bagi

Kota Yogyakarta.

7. Menumbuhkan sikap sadar wisata pada semua komponen masyarakat

Yogyakarta.

8. Memberikan pelayanan prima dan menyiapkan system informasi

pariwisata yang memadai.

9. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta baik secara

material maupun sosial.

Page 44: II - repo.apmd.ac.id

36

G. Tugas Dan Fungsi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor: 61 Tahun 2017 tentang Susunan

Organisasi, Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Kota

Yogyakarta menetapkan bahwa Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mempunyai tugas

pokok menyelenggarakan kewenangan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam rangka

desentralisasi di bidang pariwisata. Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut,

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pariwisata.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pariwisata.

3. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan urusan di bidang pariwisata.

4. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pariwisata.

5. Pengelolaan Taman Pintar dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah.

6. Pengelolaan kesekretariatan meliputi perencanaan umum, kepegawaian,

keuangan, evaluasi dan pelaporan.

7. Pelaksanaan pengawasan, pengendalian evaluasi,dan pelaporan di bidang

pariwisata.

H. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta merupakan unsur pelaksana

penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan susunan organisasi sebagai berikut :

Page 45: II - repo.apmd.ac.id

37

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUB BAGIAN UMUM & KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN PERENCANAAN, EVALUASI

DAN PELAPORAN

BIDANG PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN

PARIWISATA

BIDANG ATRAKSI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

BIDANG PENGELOLAAN TAMAN PINTAR

SEKSI PENGEMBANGAN OBYEK DAYA TARIK

WISATA

SEKSI EKONOMI KREATIF SEKSI PENATAUSAHAAN

BLUD

SEKSI PROMOSI DAN PEMASARAN PARIWISATA

SEKSI ATRAKSI PARIWISATA

SEKSI PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN

SEKSI HUMAS KERJASAMA DAN

PEMASARAN

UPT

Page 46: II - repo.apmd.ac.id

38

Adapun rincian tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Kota, Yogyakarta sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan

daerah di bidang pariwisata.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas

membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan,

membina, dan mengendalikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,

monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang umum, perlengkapan, kepegawaian, dan

keuangan.

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang

mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi,

pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang

pengelolaan administrasi umum, tatalaksana, kehumasan, perpustakaan, kearsipan,

dokumentasi, perlengkapan, pengelolaan barang, dan administrasi kepegawaian.

4. Sub Bagian Keungan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang mempunyai

tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi, pembinaan,

pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang pengelolaan

administrasi keuangan dan pelaporan pertanggung jawaban.

Page 47: II - repo.apmd.ac.id

39

5. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan

Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian

yang mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi,

pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang perencanaan,

monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

6. Bidang pengembangan dan pemasaran Pariwisata

Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata dipimpin oleh Kepala

Bidang yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam merumuskan

kebijakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan program

bidang pengembangan dan pemasaran pariwisata.

7. Seksi Pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata

Seksi Pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata dipimpin oleh Kepala Seksi

yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,

koordinasi, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan

kegiatan di bidang pengembangan obyek daya tarik wisata.

8. Seksi Promosi dan Pemasaran Pariwisata

Seksi Promosi dan Pemasaran Pariwisata dipimpin oleh Kepala Seksi yang

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,

pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang

promosi dan pemasaran pariwisata.

Page 48: II - repo.apmd.ac.id

40

9. Bidang Atraksi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Bidang Atraksi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dipimpin oleh Kepala Bidang

yang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,

mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan program di bidang

atraksi pariwisata dan ekonomi kreatif .

10. Seksi Ekonomi Kreatif

Seksi Ekonomi Kreatif dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,

pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang ekonomi

kreatif.

11. Seksi Atraksi Pariwisata

Seksi Atraksi Pariwisata dipimpin oleh Kepala Seksi yang mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan,

pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang atraksi

pariwisata.

12. Bidang Pengelolaan Taman Pintar

Bidang Pengelolaan Taman Pintar dipimpin oleh Kepala Bidang yang

mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,

mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan program bidang

pengelolaan taman pintar.

Page 49: II - repo.apmd.ac.id

41

13. Seksi Penatausahaan Badan Layanan Umum Daerah

Seksi Penatausahaan Badan Layanan Umum Daerah dipimpin oleh Kepala

Seksi yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,

koordinasi, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan

kegiatan di bidang penatausahaan badan layanan umum daerah taman pintar.

14. Seksi Pelayanan dan Pengembangan

Seksi Pelayanan Dan Pengembangan dipimpin oleh Kepala Seksi yang

mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,

mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan kegiatan di bidang pelayanan dan

pengembangan keprograman serta peralatan peraga taman pintar.

15. Seksi Humas Kerjasama dan Pemasaran

Seksi Humas, Kerjasama Dan Pemasaran dipimpin oleh Kepala Seksi yang

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi,

pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pemberian bimbingan kegiatan di bidang

humas, kerjasama dan pemasaran.

16. Sub Bagian Umum Dan Kepegawaian

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang

mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam merumuskan kebijakan, koordinasi,

pembinaan, pengawasan, pengendalian, dan pemberian bimbingan di bidang

pengelolaan administrasi umum, tatalaksana, kehumasan, perpustakaan, kearsipan,

dokumentasi, perlengkapan, pengelolaan barang, dan administrasi kepegawaian.

Page 50: II - repo.apmd.ac.id

42

I. Sumber Daya Perangkat Daerah

Jumlah personil yang mendukung tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Kota

Yogyakarta sampai akhir tahun 2017 sebanyak 33 orang PNS, yang terdiri atas

pejabat struktural sebanyak 15 orang dan pejabat fungsional umum sebanyak 18

orang. Personil Non PNS yang terdiri dari 3 orang tenaga bantuan (naban) dan Non

PNS Taman Pintar sebanyak 90 orang. Pejabat struktural meliputi:

Jumlah personil yang mendukung tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Kota

Yogyakarta sampai akhir tahun 2017 sebanyak 33 orang PNS, yang terdiri atas

pejabat struktural sebanyak 15 orang dan pejabat fungsional umum sebanyak 18

orang. Personil Non PNS yang terdiri dari 3 orang tenaga bantuan (naban) dan Non

PNS Taman Pintar sebanyak 90 orang. Pejabat struktural meliputi:

1. Pejabat eselon II : -

2. Pejabat eselon III : 3 orang.

3. Pejabat eselon IV : 12 orang.

Jika dilihat dari jenjang pendidikan formal, jumlah personil PNS yang ada di Dinas

Pariwisata sebagai berikut:

1. Pasca Sarjana : 7orang.

2. Sarjana : 13 orang.

3. D4 : -

4. D III : 7 orang.

5. D II/I : -

6. SLTA Sederajat : 5 orang.

Page 51: II - repo.apmd.ac.id

43

7. SLTP : 1 orang

Berdasarkan pangkat dan golongan.

1. Pembina Utama (IV/d) : -

2. Pembina Tingkat I (IV/b) : 1 orang.

3. Pembina (IV/a) : 4 orang.

4. Penata Tingkat I (III/d) : 8 orang.

5. Penata (III/c) : 5 orang.

6. Penata Muda Tk. I (III/b) : 5 orang.

7. Penata Muda (III/a) : 4 orang.

8. Pengatur Tk.I (II/d) : 1 orang.

9. Pengatur (II/c) : 5 orang.

10. Pengatur Muda Tk. I (II/b) : -

11. Pengatur Muda (II/a) : -

J. Sarana Dan Prasarana Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Keadaan Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta saat ini

menempati bangunan bersejarah bekas kantor Jenderal Sudirman sekaligus akhir rute

gerilya Jenderal Sudirman yang terletak di Jalan Suroto 11 Kotabaru Yogyakarta.

Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang penting serta termasuk bangunan cagar

budaya. Lokasinya juga mudah dijangkau karena aksesibilitas transportasinya mudah.

Page 52: II - repo.apmd.ac.id

44

Untuk menjalankan tugas dan fungsi sehari-hari Dinas Pariwisata Kota

Yogyakarta didukung oleh sarana dan prasarana yang meliputi:

a. Gedung Kantor

Prasarana gedung kantor yang ditempati oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

merupakan gedung milik Pemerintah Kota Yogyakarta.

b. Jaringan Internet dan Telepon PABX

Untuk menjalankan tugas dan fungsi sehari-hari kantor Dinas Pariwisata telah

disambungkan dengan fasilitas komunikasi yang berupa sambungan telepon

PABX sejumlah 6 (enam) titik sambungan yang menghubungkan antar ruangan

dan antar bidang/sekretariat di lingkungan Dinas Pariwisata, dan 1 (satu)

sambungan SLJJ, sedangkan untuk keperluan komunikasi dengan berbagai pihak

yang membutuhkan data/informasi melalui jaringan internet maupun intranet

telah disambungkan jaringan internet sebanyak 13 (tiga belas) titik sambungan

desk top dan 2 (dua) titik hot-spot.

c. Meubelair

Jenis meubelair minimal dibutuhkan untuk menunjang tugas dan fungsi sehari-

hari berupa meja-kursi kerja sebanyak jumlah personil yang ada di Dinas

Pariwisata, meja komputer, almari, filling cabinet, meja-kursi rapat, dan meja-

kursi tamu.

d. Komputer/Mesin Ketik

Jumlah komputer yang dimiliki untuk mendukung tugas dan fungsi ada 13 unit,

printer 6 (enam) unit, scanner 2 (dua) unit dan jumlah mesin ketik manual

Page 53: II - repo.apmd.ac.id

45

sebanyak 2 (dua) buah dengan kondisi rusak sehingga seringkali memerlukan

perawatan.

e. Sarana mobilitas

Mengingat tugas dan fungsinya berupa rapat koordinasi dengan instansi lain baik

di tingkat pemerintah kota maupun provinsi, serta operasional teknis kegiatan,

maka diperlukan sarana transportasi berupa kendaraan roda 2 (dua), roda 3 (tiga),

roda 4 (empat) dan roda 6 (enam). Kendaraan roda 2 (dua) yang dimiliki sebanyak

10 (sepuluh) unit, roda 3 (tiga) sebanyak 2 (dua) unit, roda 4 (empat) sebanyak 4

(empat) unit dan roda 6 (enam) sebanyak 1 unit.

Page 54: II - repo.apmd.ac.id

46

K. Logo Dinas Pariwisata Kota Yogtakarta

Ketetapan DPRD Nomor 2 Tahun 1952 tentang Penetapan Lambang Kota Praja

Yogyakarta.

a. Makna Lambang dan Identitas :

Perbandingan ukuran 18 : 25 untuk memperingati tahun permulaan perjuangan

Pangeran Diponegoro di Yogyakarta (tahun 1825).

Warna Hitam : Simbol Keabadian.

Warna Kuning dan Keemasan : Simbol Keluhuran.

Warna Putih : Simbol Kesucian.

Warna Merah : Simbol Keberanian.

Warna Hijau : Simbol Kemakmuran.

Page 55: II - repo.apmd.ac.id

47

Mangayu Hayuning Bawono : Cita-cita untuk menyempurnakan masyarakat

Bintang Emas : Cita-cita kesejahteraan yang dapat dicapai dengan

usaha dibidang kemakmuran.

Padi dan kapas : Jalan yang ditempuh dalam usaha kemakmuran

pangan dan sandang.

Perisai : Lambang Pertahanan.

Tugu : Ciri khas Kota Yogyakarta.

Dua sayap : Lambang kekuatan yang harus seimbang.

Gunungan : Lambang kebudayaan.

Beringin Kurung : Lambang Kerakyatan.

Banteng : Lambang semangat keberanian.

Keris : Lambang perjuangan.

Terdapat dua sengkala Gunaning Keris Anggatra Kota Praja :

Tahun 1953 merupakan tahun permulaan pemakaian Lambang Kota Yogyakarta.

Warna Hasta Samadyaning Kotapraja : Tahun 1884.

Page 56: II - repo.apmd.ac.id

48

b. Flora Dan Fauna Identitas Kota Yogyakarta

Dalam rangka menumbuhkan menjadi kebanggaan dan maskot daerah telah

ditetapkan pohon Kelapa Gading (Cocos Nuciferal vv.Gading) dan Burung Tekukur

(Streptoplia Chinensis Tigrina) sebagai flora dan fauna identitas Kota Yogyakarta.

Keberadaan pohon Kelapa Gading begitu melekat pada kehidupan masyarakat

Yogyakarta, karena dikenal sebagai tanaman raja serta mempunyai nilai filosofis dan

budaya yang sangat tinggi, sebagai kelengkapan pada upacara tradisional atau

religius, mempunyai makna simbolis dan berguna sebagai obat tradisional.

Burung tekukur dengan suara merdu dan sosok tubuh yang indah mampu

memberikan suasana kedamaian bagi yang mendengar, menjadi kesayangan para

pangeran dilingkungan kraton. Dengan mendengar suara burung tekukur diharapkan

orang akan terikat kepada Kota Yogyakarta.

L. Program Terkait Internal Perangkat Daerah (Sekretariat)

Rumusan Program dan Kegiatan Tahun 2019 dan perkiraan maju tahun 2019

memiliki beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan diantaranya adalah:

1. Program yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta telah

mengacu pada program yang terdapat pada Peraturan Daerah Kota

Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2015 – 2025.

Page 57: II - repo.apmd.ac.id

49

2. Program yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta telah

mengacu pada program yang terdapat pada dokumen RPJMD tahun 2017-

2022 dan renstra Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta tahun 2017-2022.

3. Program dan Kegiatan mengacu pada pencapaian visi dan misi Walikota

Yogyakarta Tahun 2017-2022.

4. Program di bidang pariwisata mengacu pada program dan kebijakan nasional.

Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta pada tahun 2019 akan menjalankan 3 (tiga)

program internal (sekretariat), dan 3 (tiga) program yang langsung mendukung tugas

fungsi pengembangan kepariwisataan. Sedangkan jumlah kegiatan yang

direncanakan untuk mendukung 6 (enam) program tersebut adalah 6 (enam) kegiatan

untuk program internal dan 6 (enam) kegiatan untuk program teknis kepariwisataan.

Program dan kegiatan yang direncanakan sebagai berikut :

Program terkait internal Perangkat Daerah (sekretariat) program pelayanan

administrasi perkantoran kegiatan penyediaan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi

kegiatan penyediaan jasa, peralatan dan perlengkapan kantor kegiatan penyediaan

jasa pengelola pelayanan perkantoran 23 program pemeliharaan dan peningkatan

sarana dan prasarana aparatur kegiatan pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor

kegiatan pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas operasional program

peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan kegiatan

penyusunan dokumen perencanaan, pengendalian dan laporan capaian kinerja

perangkat daerah program terkait tugas dan fungsi perangkat daerah program

Page 58: II - repo.apmd.ac.id

50

pengembangan dan pemasaran wisata kegiatan pengelolaan dan pengembangan

obyek daya tarik wisata kegiatan promosi dan pemasaran pariwisata.

Kegiatan pengelolaan Kawasan Malioboro Program Peningkatan Kualitas Atraksi

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, kegiatan pembinaan dan pengembangan

ekonomi kreatif kegiatan penyelenggaraan atraksi pariwisata program pengembangan

taman pintar kegiatan operasional layanan BLUD Taman Pintar program dan

kegiatan tersebut berlokasi di dalam Kota Yogyakarta, luar daerah dan luar negeri

menyesuaikan dengan tujuan program dan kegiatan tersebut dalam mendukung

pengembangan kepariwisataan.

Fokus program dan kegiatan melibatkan berbagai stakeholder pariwisata,

yaitu pelaku pariwisata, pengelola destinasi wisata, pengelola jasa usaha pariwisata,

masyarakat, dan sebagainya. Program dan kegiatan yang direncanakan membutuhkan

pagu anggaran sebesar Rp 27.881.328.049 yang berasal dari APBD sebesar Rp

12.946.328.049 dan jasa layanan BLUD sebesar Rp 14.935.000.000. Kebutuhan pagu

anggaran untuk mendukung program dan kegiatan lebih besar dari pagu anggaran di

rancangan awal RKPD yang sebesar Rp 26.375.575.973, beberapa hal yang

menyebabkan peningkatan pagu diantaranya untuk mengakomodir pokok pikiran

dewan yang sesuai dengan output kegiatan yang sudah direncanakan, mengakomodir

usulan dari kelurahan maupun kecamatan sesuai musrenbang, mengakomodir

kebijakan penyediaan THR bagi pekerja penerima upah, mendukung pelaksanaan

PORDA DIY 2019 dan dikarenakan kenaikan standar harga barang jasa maupun

UMP di tahun yang akan datang.

Page 59: II - repo.apmd.ac.id

51

M. Faktor-faktor yang Mendukung Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Adapun yang dimiliki oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam rangka

mendukung penyelenggaraan kepariwisataan adalah :

Tabel 1.3. Sarana Penunjang Pariwisata Kota Yogyakarta

No Jenis 2018 2019

1 Pramuwisata 178 178

2 Gedung pertemuan 18 18

3 Industri kerajinan 450 450

4 Atraksi budaya/kesenian 628 628

5 Asosiasi wisata 27 27

6 Kampung/desa wisata 6 6

Sumber : Data Kepariwisataan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.

Page 60: II - repo.apmd.ac.id

52

N. Kemitraan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta

Kemitraan yang dijalin oleh Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dalam

membangun pariwisata di Kota Yogyakarta adalah dengan pihak swasta maupun

masyarakat. Sehingga dari 3 elemen penting dalam pembangunan pariwisata di Kota

Yogyakarta yaitu, Pemerintah, ,Masyarakat dan Swasta harus berjalan seiringan tanpa

ada ketimpangan apapun. Agar tercipta sinergitas dan hubungan yang solid antar

stakeholder dalam pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta.

Kemitraan yang telah dijalin sampai saat ini dengan pihak swasta meliputi

organisasi atau komunitas pengusaha hotel dan restoran PHRI (Persatuan Hotel dan

Resoran Indonesia), GPY (Gabungan Perhotan Yogyakarta), APJI (Asosiasi

Pengusaha Jasa Boga Indonesia). untuk PHRI di khususkan untuk hotel-hotel

berbintang, sedangkan GPY untuk Hotel non bintang. Dengan pramuwisata antara lain

HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), Rumah Guide, PPTSY (Pguyuban Pemandu

Taman Sari Yogyakarta), P2WKS (Paguyuban Pemandu Wisata Keraton dan

Sekitarnya. Kemitraan yang dilakukan dengan pihak swasta biasanya berupa

sponsorship, promosi, menyelenggarakan event-event yang bersifat momentum dan

insidental, juga monitoring dan pembinaan bagi pelaku wisata Kota Yogyakarta baik

itu swasta maupun masyarakat.

Sedangkan kemitraan yang dijalin dengan masyarakat meliputi organisasi

berbasis masyarakat yang sering dikenal dengan nama paguyuban. Paguyuban

merupakan sebuah kumpulan orang atau masyarakat yang mempunyai visi dan misi

yang sama dan memiliki struktur organisasi seperti organisasi pada umumnya,

Page 61: II - repo.apmd.ac.id

53

perbedaannya dengan organisasi yang lain, organisasi ini merupakan organisasi yang

lebih bersifat fleksibel, dan dibentuk atas dasar kesamaan hobi, profesi dan

kepentingan. Paguyuban atau komunitas yang ada di Kota Yogyakarta dan

berhubungan dengan pariwisata antara lain Paguyuban becak yaitu Aspabeta (Asosiasi

Paguyuban Becak Pariwisata), PBWY (Paguyuban Becak Wisata Yogyakarta),

paguyuban pedagang kaki lima antara lain, Pelmani (PKL yang membelakangi toko),

Paguyuban Tridharma (Pedagang kaki lima menghadap toko), Paguyuban Padma

(Pedagang kaki lima angkringan), Paguyuban Handayani (Pedagang kaki lima

makanan siang hari), paguyuban pasar sore, PPLM (Pedagang kaki lima lesehan malam

hari). Selain Paguyuban Pedagang Kaki Lima, ada pula paguyuban kusir andong, juru

parkir, Kelompok Forum masyarakat Penggiat Pariwisata “Rumangsa” yang tersebar

di 14 Kecamatan Kota Yogyakarta, dan juga pengelola kampung wisata yang relative

sudah aktif di Kota Yogyakarta yaitu kampung wisata Dipowinatan, Cokrodiningratan,

Kadipaten, Purbayan, Sosromenduran. Semua paguyuban tersebut menjadi mitra kerja

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dalam rangka membangun

pariwisata berbasis masyarakat.

Page 62: II - repo.apmd.ac.id

75

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Astomo, Putra. Terbitan 2014. Hukum Tata Negara. Teori dan Praktek Hal 234.

Bryson, John. 2007 hal 197. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial.

Pustaka Belajar Offset. Yogyakarta.

David , R, FRED. 2006.Manajemen strategis. Jakarta . Salemba Empat

Salusu. 1998. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik

danOrganisasi Nonprofit. Jakarta: Rineka Cipta.

Frans Gromang, 2003 hal 78. Manajemen Kepariwisataan

Fandefi, Khalid. 1995. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta:

Liberty.

Pizam, A., & Mansfeld, Y. (Eds.). (1999). Consumer Behavior in Travel and Tourism. New

York: The Howard Hospitality Presss.

Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata Sebagai Systemic

Linkage.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Spillane, James J. 1987. Pariwisata Di Indonesia Sejarah Dan Prospeknya. Yogyakarta:

Kanisius.

Suwantoro, Gamal. 2001. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Tambunan, N. (2009, Januari-Juni). Posisi Transportasi dalam Pariwisata. Majalah Ilmiah

Panorama. Nusantara, Vi, 39-48.

Page 63: II - repo.apmd.ac.id

76

Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paranita.

Yoeti, Oka. A. 2008. Perencanaaan Dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradaya

Pratama.

JURNAL/INTERNET :

Astomo, Putra. 2014. Penerapan Prinsip-Prinsip Pemerintahan Yang Baik Dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan. Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 64 Th. XV.

Amnah dkk 2016:7 43

Bank Indonesia. (2020, Mei 5). Siaran Pers . Retrieved from Bank Sentral Repubik Indonesia:

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_223620.aspx.

Dcode Economic & Financial Consulting. (2020).

Bryson, John. 2007. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial.

Pustaka Belajar Offset. Yogyakarta.

Farazmand (2004:7)

Happy Marpaung (2002 hal 24)

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1335/5/141801018_file%205.pdf.

https://jogjaprov.go.id/berita/detail/8685-persiapan-pariwisata-diy-pasca-pandemi-covid-

19.

Infographic | Dcode Economic & Financial Consulting. Retrieved Mei 7, 2020, from Dcode

Economic & Financial Consulting: https://dcodeefc.com/infographics Fennel, D. A. (2015).

Ecotourism (Forth ed.). Oxon: Routledge.

Suyitno. (2001). Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Kanisius.

Page 64: II - repo.apmd.ac.id

77

Syamsinar. 2016. Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan Yang Baik Dalam

Pelayanan. Ejournal Administrasi Negara, Vol. 4 No. 4.

Sugi Rahayu dan Hidayat Khoirul Isna. 2017. Good Tourism Governance Dalam

Pengelolaan Kampung Wisata Di Kawasan Kota Gede Kota Yogyakarta. Universitas Negeri

Yogyakarta.

Wahyuni, Eksi, Anggraeni E. RR Terbitan (2014 vol 79).

Wahab, Salah. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramitha. Wardiyanta.

Yoeti, Oka A. (2008). Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, Dan Implementasi. Penerbit.

Kompas. Jakarta.

Yurianto, Achmad, Kirana Pritasari, Bambang Wibowo, and Siswanto. 2020. Pedoman

Penanganan Cepat Medis Dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 Di Indonesia. Jakarta:

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.

UNDANG-UNDANG :

Undang-Undang 1945

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

Undang Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

Undang-Undang RI nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya.

Page 65: II - repo.apmd.ac.id

78

Peraturan Daerah No.5 Tahun 1996 dengan nama Dinas Pariwisata Kota madya Daerah

Tingkat II Yogyakarta.

Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2000.

Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2008.

Undaang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.