perilaku tidak memilm dalam pemilman umum …repo.apmd.ac.id/690/1/skripsi_putri anggreny...

40
PERILAKU TIDAK MEMILm DALAM PEMILmAN UMUM KEPALA DAERAH GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR TABUN 2018 (Studi Pellelidan Deskripd/ Kllalitatif di Kecamatan Kambera, Kabupatell Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur) SKRIPSI Disusun oleh: PUTRI ANGGRENY REMIJA WA 14520014 JENJANG PENDIDIKAN 8-1 ILMU PEMERINTAHAN PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA "APMD" YOGYAKARTA TAHUN2019

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERILAKU TIDAK MEMILm DALAM PEMILmAN UMUM KEPALA DAERAH GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR TABUN 2018

    (Studi Pellelidan Deskripd/ Kllalitatif di Kecamatan Kambera, Kabupatell Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur)

    SKRIPSI

    Disusun oleh:

    PUTRI ANGGRENY REMIJA WA 14520014

    JENJANG PENDIDIKAN 8-1 ILMU PEMERINTAHAN PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

    SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA "APMD" YOGYAKARTA

    TAHUN2019

  • ii

    PERILAKU TIDAK MEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM KEPALA

    DAERAH GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

    TAHUN 2018

    (Studi Penelitian Deskriptif Kualitatif di Kecamatan Kambera,

    Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur)

    SKRIPSI

    Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

    Memperoleh Gelar Sarjana jenjang Pendidikan Strata Satu (S1)

    Program Studi Ilmu Pemerintahan

    Disusun Oleh:

    PUTRI ANGGRENY REMIJAWA

    14520014

    PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

    SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

    YOGYAKARTA

    TAHUN 2019

  • HALAMANPENGESAHAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji memenuhi persyaratan

    memperoleh gelar SaIjana (S 1) Program Studi Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi

    Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" Yogyakarta pada:

    : Rabu

    : 20 Maret 2019

    : 09.00 WIB

    Hari

    Tanggal

    PukuJ

    Tempat : Ruang Ujian Skripsi STPMD "APMD" Yogyakarta

    TIMPENGUJI

    Nama

    1. Drs. Jaka Triwidaryanta, M.Si

    Ketua Penguji / Pembimbing

    2.

    Penguji Samping I

    3. Drs. Hastowiyono, M.S

    Penguji Samping II

    Tanda Tangan

    JR~~mtio Purnomo Rabarjo, BE., M.Si

    1I1

  • HALAMAN PERNY AT AAN KEASLIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    : Putri Anggreny Remijawa

    NIM : 14520014

    Program Studi : llmu Pemerintahan

    Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul "Perilaku Tidak Memilib Dalam

    Pemiliban Umum Kepala Daerab Gubernur Nusa Tenggara Timur Tabun

    2018" adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri , dan seluruh sumber

    yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

    IV

    Yogyakarta, 20 Maret 2018

    Yang Membuat Pernyataan

    Putri Anggreny Remijawa . 14520014

  • v

    MOTTO

    Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

    Filipi 4:13

    Jangan takut, sebab Aku menyertai engkau, jangan bimbang, sebab Aku ini

    Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

    memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

    Yesaya 41:10

    Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai

    kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan

    kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

    Yeremia 29:11

  • vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    setiap berkat, rahmat, serta tuntunan-Nya selama ini sehingga saya dapat

    menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu saya ingin mempersembahkan skripsi ini

    untuk semua orang yang berarti dalam hidup saya:

    Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan doa dari

    berbagai pihak. Oleh karena kepada:

    1. Untuk “PAPA MAMA” Djitro Remidjawa dan Elisabeth Lomi yang telah

    memberi dukungan moril maupun materi serta doa dan semangat tiada henti

    untuk masa depan saya. Karya ini saya persembahkan untukmu meskipun ini

    tidak sebanding dengan pengorbananmu untukku. Sehat terus untuk papa

    semoga Tuhan selalu menyertaimu, terimakasih untuk segalanya yang engkau

    berikan.

    2. Untuk adikku Fenti Remijawa karya ini kupersembahkan sebagai motivasi

    untuk masa depan kita, untuk saling menjaga dan menguatkan agar masa

    depan kita cerah dan menjadi pribadi yang baik. Terimakasih sudah menjadi

    bagian dari semangatku sehingga aku bisa menyelesaikan studi S1 ku.

    3. Untuk Dosen Pembimbingku Bapak Drs. Jaka Triwadaryanta, M.Si

    terimakasih telah sabar membimbing dan mengajarkanku dengan segala

    kebaikan hati Bapak, tanpa Bapak tidak mungkin bisa menyelesaikan karya

    ilmiah ini, hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikan hati Bapak. Maaf jika

    ada salah kata yang menyinggung perasaan Bapak.

  • vii

    4. Untuk orang terdekatku Putra Anugrah dan Anggreny Bandi, karya ini

    kupersembahkan untukmu karena sudah mendukung secara moril, materil

    serta doa dan semangat. Terimakasih untuk kebaikanmu yang sudah

    mengajarkan saya banyak hal.

    5. Untuk teman-teman terdekatku di Kota Yogyakarta Nadin Pratama dan

    Gabriella Mudamakin terimakasih banyak untuk kalian sudah mendukung

    saya dan memberikan semangat kepada saya.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    segala berkat dan kemudahan yang dilimpahklan kepada penulis, sehingga

    penyusunan skripsi ini berjalan dengan baik.

    Tentu saja skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari bantuan dan

    dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Maka penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebasar-besarnya kepada:

    1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si, selaku ketua STPMD “APMD”

    Yogyakarta.

    2. Bapak Drs. YB Widyo Hari Murdianto, M.Si, selaku ketua Prodi Ilmu

    Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.

    3. Bapak Drs. Jaka Triwidaryanta, M.Si yang telah bersedia menjadi dosen

    pembimbing skripsi sekaligus Bapak yang selalu sabar membimbing dan

    memberi motivasi kepada penulis dalam mendukung selesainya ksripsi ini.

    4. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE., M.Si selaku dosen Penguji

    Samping I, yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan.

    5. Bapak Drs. Hastowiyono, M.S selaku dosen Penguji Samping II, yang

    telah bersedia menguji dan memberikan masukan.

    6. Semua dosen jurusan Ilmu Pemerintahan dan Keluarga besar STPMD

    “APMD” Yogyakarta yang telah membekali ilmu yang sangat berguna

    dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dan memberikan pengetahuan

  • ix

    serta pengalaman yang dapat membantu memperlancar penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    7. Seluruh staf STPMD “APMD” yang telah membantu melayani penulis

    untuk proses perkuliahan.

    8. Seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini.

    Terimakasih atas dukungan, masukan, ide-ide, dan saran yang diberikan

    kepada penulis untuk proses penyelesaian skripsi ini.

    Demikian skripsi ini penulis buat, penulis menyadari masih terdapat

    kekurangan dalam hal penulisan, maka penulis sangat mengharapkan masukan

    dan saran serta kritikan yang membangun dari pembaca, agar karya skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan almamater STPMD “APMD”

    Yogyakarta. Terimakasih.

    Yogyakarta, 20 Maret 2019

    Penulis

    Putri Anggreny Remijawa

  • x

    INTISARI

    Pemilu merupakan salah satu ciri demokrasi dimana secara langsung

    rakyat dilibatkan dalam menentukkan pemimpinnya. Pelaksanaan pemilu di

    Indonesia selalu diwarnai dengan munculnya golongan putih. Di Kecamatan

    Kambera, Kabupaten Sumba Timur ada warga yang tidak menggunakan hak

    pilihnya dalam pemilihan Kepala Daerah karena masyarakat memiliki presepsi,

    pertama mereka tidak mengenal pasangan calon, kedua tidak suka dengan

    pasangan calon, ketiga tak mewakili kepentingan masyarakat, keempat

    masyarakat kurang memiliki kesadaran kritis. Karena adanya keempat isu pokok

    tersebut dan disebabkan kurang maximalnya sosialisasi dari pihak KPUD Sumba

    Timur sehingga masyarakat Kecamatan Kambera memilih untuk tidak menvoting

    pada saat pemilu. Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Bagaimana terjadinya

    perilaku tidak memilih dalam pemilihan umum Kepala Daerah Gubernur Nusa

    Tenggara Timur tahun 2018”.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif.

    Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan perilaku tidak

    memilih dalam pemilihan umum Kepala Daerah Gubenur NTT tahun 2018.

    Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,

    dan dokumentasi. Sedangkan dalam menentukan informan peneliti secara

    purposive dengan narasumber sebanyak 13 orang. Teknik analisis data

    menggunakan analisis data secara kualitatif.

    Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya angka golput di

    Kecamatan Kambera yang sangat tinggi hingga mengalahkan angka kemenangan

    pasangan calon dikarenakan kendala dari informan yang perlu di perhatikan oleh

    pemerintah dan KPU untuk meningkatkan kesadaran masyarakat pada saat

    pemilu, dari pihak KPUD Sumba Timur sudah melakukan sosialisasi dengan

    membagikan selebaran, menyiarkan pengumuman di radio, bener-bener di tempat

    keramaian akan tetapi angka golput masih saja ada dan bahkan melewati angka

    kemenangan pasangan calon gubernur hal ini disebabkan dengan kurang maximal

    kinerja dari pihak KPU sehingga masih banyak masyarakat yang belum paham

    dengan pentingnya satu suara pada saat pemilu. Kurang maximalnya kinerja

    KPUD Sumba Timur dikarenakan kurangnya anggota KPU dalam melaksanakan

    tugas sehingga masih banyak masyarakat yang acuh tak acuh dengan pemilu dan

    masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi mereka sendiri karena

    mereka belum memahami pentingnya pemilu itu sendiri. Hal ini membutuhkan

    kerjasama yang baik antara pihak KPUD Sumba Timur dan pemerintah dalam

    mengatasi golput sehingga sosialisasi yang dilaksanakan KPUD Sumba Timur

    dengan maximal dan pihak KPU bisa terjun langsung ke lapangan untuk bertemu

    dengan masyarakat dan memberikan pendidikan pemilu agar masyarakat paham

    arti penting dari pemilu itu sendiri tidak tidak acuh tak acuh lagi.

    Kata Kunci: Perilaku tidak memilih, Pemilihan umum, Gubernur.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

    HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

    INTISARI ......................................................................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    A. Latar Belakang ........................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian ................................ 5

    D. Kerangka Teori .......................................................................... 5

    1. Pemilihan Umum ................................................................. 5

    2. Pemilihan Umum Kepala Daerah ........................................ 8

    E. Fokus Dan Ruang Lingkup ........................................................ 19

    F. Metode Penelitian ...................................................................... 19

    1. Jenis Penelitian .................................................................... 19

    2. Unit Analisis ........................................................................ 20

    3. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 22

    4. Teknik Analisis Data ........................................................... 24

  • xii

    BAB II PROFIL KECAMATAN KAMBERA ............................................ 26

    A. Sejarah dan Kondisi Umum Wilayah ........................................ 26

    B. Keadaan Geografis .................................................................... 26

    C. Kondisi Demografis ................................................................... 27

    D. Kondisi Sosial Ekonomi ............................................................ 32

    E. Sosial dan Budaya ..................................................................... 33

    F. Pemerintahan ............................................................................. 33

    G. Struktur Organisasi Pemerintah ................................................. 34

    H. Tugas Pokok dan Fungsi Perangka Kecamatan Kambera ......... 37

    I. Tahapan Dan Sistem KPUD Sumba Timur ............................... 46

    BAB III ANALISIS PERILAKU TIDAK MEMILIH .................................. 48

    A. Perilaku Masyarakat dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah . 48

    B. Faktor-faktor Apa yang Mempengaruhi Perilaku Golput

    Masyarakat kecamatan Kambera dalam Proses Pemilihan

    Umum ........................................................................................ 54

    BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 59

    A. Kesimpulan ................................................................................ 59

    B. Saran .......................................................................................... 59

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Informan Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Jabatan ....... 21

    Tabel 1.2 Dokumen Pribadi dengan Dokumen Resmi................................... 24

    Tabel 2.1 Jumlah Penduduk di Kecamatan kambera ..................................... 28

    Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat ........................................ 29

    Tabel 2.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................................. 30

    Tabel 2.4 Jumlah Pendudukan Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) .... 31

    Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ..................................... 32

    Tabel 2.6 Jumlah Kelurahan, RT, RW di Kecamatan Kambera .................... 34

    Tabel 3.1 Dokumen Data ............................................................................... 58

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemilu merupakan implementasi dari salah satu ciri demokrasi dimana

    secara langsung rakyat dilibatkan dalam menentukan arah dan kebijakan

    politik negara untuk lima tahun ke depan. Mariam Budiarjo mengatakan

    (1981) mengatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau

    sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu

    dengan jalan memilih pimpinan Negara dan secara langsung atau tidak

    langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Pada umumnya politik adalah

    bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut

    proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu.

    Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sarana

    sekaligus upaya mewujudkan sistem demokrasi secara utuh sebagai langkah

    merealisasikan kedaulatan rakyat. Dengan sistem ini maka harapan

    terwujudnya kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan diyakini dan

    terealisasi secara menyeluruh, mengingat sistem demokrasi merupakan

    perintah langsung yang diamanatkan oleh UUD 1945. Pelaksanaan pemilu,

    baik pemilu legislatif, pilpres ataupun pemilu kepala daerah (pilkada) selalu

    diwarnai dengan munculnya golongan putih. Perilaku tidak memilih pemilih

    Indonesia dikenal dengan sebutan golput. Entah kenapa golongan yang satu

    ini selalu menjadi sosok yang mengkhawatirkan dan menakutkan. Disebut

  • 2

    mengkhawatirkan karena golongan ini dinilai sosok yang tidak mendukung

    pesta demokrasi yang sudah ada sejak dulu di negeri ini, dan jumlahnya cukup

    banyak bahkan menyamai dan melebihi dengan jumlah suara tertinggi dalam

    suatu pemilu. Dalam kajian perilaku pemilih hanya ada dua konsep utama,

    yaitu; perilaku memilih dan perilaku tidak memilih. Dalam pemilihan Kepala

    Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016. Tentang

    Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Masyarakat perlu mengerti apa

    makna demokrasi dalam sebuah negara dan bagaimana mencapainya.

    Kata golput adalah singkatan dari golongan putih. Maka inti dari kata

    golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai

    faktor dan alasan. Fenomena golput sudah terjadi sejak diselenggarakan

    pemilu pertama tahun 1955. Biasanya mereka tidak datang ke tempat

    pemungutan suara. Golput sesungguhnya merupakan fenomena politik dalam

    sebuah negara demokrasi. Pelaku golput memiliki tujuan mendelegitimasi

    pemilu yang diselenggarakan pemerintah. Golput secara tidak langsung

    berhubungan dengan perasaan terkait dengan rasa kepuasan atau

    ketidakpuasan dari masyarakat itu sendiri sebagai pemilih. Ketidakhadiran

    dalam golput juga dapat dikaitkan dengan perhitungan untung dan rugi

    seseorang sebagai pemilih. Ketidakpuasan juga dapat dikaitkan sebagai bentuk

    protes terhadap sesuatu yang telah terjadi. Protes tersebut tentunya berkaitan

    dengan hal politik. Sasaran protes masyarakat golput adalah pemilu dan

    tujuannya mewujudkan demokrasi dalam kehidupan masyarakat dan

    kenegaraan sebagai dari cita-cita kemerdekaan. Perilaku tidak memilih atau

  • 3

    lebih dikenal dengan golput merupakan bentuk pemikiran yang terbentuk dari

    pribadi masing-masing yang terbentuk sendiri maupun terbentuk dari

    pengaruh lingkungan/orang lain. Golput dapat diartikan sebagai suatu gerakan

    sekelompok orang (masyarakat) atau individu yang tidak menggunakan hak

    pilihnya. Sekelompok orang atau individu tersebut memiliki alasan yang

    sengaja untuk tidak memilih serta memiliki tujuan yang jelas mengenai hal

    yang dilakukannya tersebut dan juga dengan dampak atau akibat yang akan

    terjadi nantinya. Golput juga sebagai wujud protes politik dikarenakan adanya

    perasaan yang tidak puas dalam kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh

    sistem dan objek politik yang ada disekitarnya.

    Rendahnya tingkat partisipasi politik rakyat direfleksikan dalam sikap

    golongan putih (golput) dalam pemilu. Partisipasi sebenarnya tidak hanya

    keterlibatan dalam proses pemilu. Partisipasi masyarakat pada momen pemilu

    tidak hanya dilihat dari tingginya angka pemilih yang hadir menggunakan hak

    suara di tempat pemungutan suara. Namun, diukur dari tingkat kesadaran

    masyarakat serta keterlibatan aktif dalam seluruh tahapan penyelenggaraan

    pemilu. Masyarakat di Kecamatan Kambera harus sadar bahwa yang mereka

    lakukan dalam kegiatan pemilu merupakan kegiatan yang berguna bagi

    Negara kedepannya. Dengan begitu mereka harus memposisikan diri sebagai

    warga Negara yang mempunyai hak untuk menggunakan haknya sebagai

    warga negara. Dalam proses pemilihan umum masyarakat di Kecamatan

    Kambera memerlukan pendidikan politik untuk membimbing mereka menjadi

    sadar akan hak dan kewajibannya dan menggunakannya secara rasional.

  • 4

    Dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur ada empat pasangan

    yang mencalonkan diri yaitu Esthon L Foenay – Christian Rotok (Esthon-

    Chris) dengan nomor urut 1, Benny K Harman – Benny A Litelnoni

    (Harmoni) dengan nomor urut 2, Marianus Sae – Emmilia Nomleni

    (Marianus-Emmi) dengan nomor urut 3 dan yang terakhir Viktor Bungtilu

    Laiskodat – Joseph Nae Soi (Victory-Joss) dengan nomor urut 4.

    Masyarakat Kabupaten Sumba Timur dalam pemilihan Gubernur dan

    Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (Pemilukada NTT) yang berlangsung

    pada 27 Juni 2018 dari daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 149.011 pemilih

    dengan total suara yang sah sebanyak 72.56%, sementara suara tidak sah

    sebanyak 0.59%. Dan total keseluruhan antara suara sah dan tidak sah

    sebanyak 73.15%, sementara yang tidak ikut memilih sebanyak 26.84%.

    Dari 26.84% orang yang tidak memilih di Kabupaten Sumba Timur

    terdapat 37.23% yang tidak memilih dari Kecamatan Kambera. Daftar pemilih

    tetap di Kecamatan kambera terdapat 22.876 DPT yang menggunakan hak

    pilihnya terdapatnya 62.77% dan yang tidak memilih terdapat 37.23%.

    Dalam hal ini penulis meneliti masyarakat yang tidak memilih yang

    telah terdaftar sebagai pemilih tetapi tidak menggunakan hak pilihnya pada

    Pilkada. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat sehingga tidak

    menggunakan hak pilihnya pada pilkada. Dan untuk mengetahui seperti apa

    perilaku masyarakat dalam pemilihan umum Kepala Daerah, maka perlu

    diadakan penelitian terhadap hal tersebut, adapun penelitian diadakan di

  • 5

    Kecamatan Kambera, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi

    Nusa Tenggara Timur.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, perumusan

    masalah yang akan di teliti yaitu : ”Bagaimana terjadinya perilaku tidak

    memilih pada pemilihan Gubernur Nusa Tenggara Timur tahun 2018”.

    C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

    a. Tujuan Penelitian

    Untuk mendiskripsikan perilaku tidak memilih dalam pemilihan

    umum Kepala Daerah Gubernur Nusa Tenggara Timur tahun 2018.

    b. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refleksi tentang

    partisipasi politik (khususnya dalam pemilihan kepala daerah), sehingga

    dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan

    partisipasi masyarakat dalam pilkada.

    D. Kerangka Teori

    1. Pemilihan Umum

    Pemilihan umum merupakan salah satu proses untuk

    memperjuangkan kepentingan politik dalam bentuk proses seleksi terhadap

    lahirnya wakil rakyat dan pemimpin dalam rangka perwujudan demokrasi,

  • 6

    karena pemilihan umum merupakan suatu rangkaian kegiatan politik untuk

    menampung kepentingan rakyat, yang kemudian dirumuskan dalam

    berbagai bentuk kebijakan. Pemilihan umum adalah sarana demokrasi

    untuk membentuk sistem kekuasaan negara yang berkedaulatan rakyat dan

    permusyawaratan perwakilan yang digariskan oleh UUD 1945 kekuasaan

    yang lahir melalui pemilihan umum adalah kekuasaan yang lahir dari

    bawah menurut kehendak rakyat dan dipergunakan sesuai dengan

    keinginan rakyat begitu juga dengan pemilihan kepala daerah. Pemilihan

    kepala daerah adalah pemilihan kepala daerah untuk memilih gubernur,

    bupati dan wali kota sebagai pemimpin daerah. Oleh karena itu,

    pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak dapat dilepaskan dari pemilihan

    umum karena pemilihan umum merupakan konsekuensi logis yang dianut

    prinsip kedaulatan rakyat (Demokrasi) dalam kehidupan berbangsa dan

    bernegara. Jadi prinsip dasar kehidupan kenegaraan yang demokratis

    adalah setiap warga negara berhak ikut aktif dalam proses politik. Baik

    dipilih maupun memilih dalam proses ini diselenggarakan Pemilihan

    Umum. Oleh karena itu, lembaga yang berwenang untuk

    menyelenggarakan pemilihan umum adalah komisi pemilihan umum yang

    disingkat KPU. Sebagai bentuk realisasi kedaulatan rakyat dalam bingkai

    demokratisasi adalah terselanggaranya Pemilihan Umum (selanjutnya

    disingkat Pemilu) secara regular dengan prinsip yang bebas, langsung,

    umum dan rahasia. Pemilu merupakan mandat dari konstitusi yang wajib

    dilaksanakan oleh pemerintah, dalam hal ini memastikan dan melindungi

  • 7

    pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam menyalurkan hak-hak politiknya

    dalam Pemilu. Pemilu sebagai salah satu praktek berlangsungnya

    kekuasaan dan pemerintahan harus berdasarkan prinsip-prinsip hukum

    yang berkeadilan dan nilai-nilai kemanfaatan. Salah satu prinsip dasar dari

    negara hukum demokratis adalah adanya jaminan yang berkeadilan bagi

    rakyat dalam mengekspresikan kedaulatannya.

    Ada beberapa definisi pemilu menurut para ahli adalah sebagai

    berikut :

    a. Menurut Ali Murtopo (1974, 61), Pemilihan Umum adalah sarana

    yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatan rakyat sesuai

    dengan yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

    1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu lembaga

    demokrasi yang memilih anggota perwakilan dalam majelis

    permusyawaratan rakyat, DPR, dan DPRD, yang pada gilirannya

    bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah menetapkan politik

    dan jaan pemerintahan.

    b. Menurut Arbit Sanit (1997), menyatakan pemilu bertujuan untuk

    menetukan wakil rakyat yang sekaligus melayani penguasa dan rakyat

    secara seimbang (Arbit sanit 1997:182).

    Dari beberapa definisi para ahli diatas peneliti menyimpulkan

    bahwa Pemilu adalah suatu alat atau sarana bagi setiap warga Negara yang

    mempunyai hak sesuai dengan perturan perundang-undangan yang berlaku

    dalam memberikan dan menentukan pilihan untuk memilih wakil rakyat

  • 8

    maupun pemimpin pemerintahan dalam menjalankan roda pemerintahan

    untuk menjalankan aspirasi setiap warga Negara.

    2. Pemilihan Umum Kepala Daerah

    Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 Pemilihan

    Gubernur, Bupati dan Walikota yang disebut pemilihan adalah sarana

    pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah Provinsi dan/atau

    kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

    Republik Indonesia tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil

    Kepala Daerah. Pemilukada merupakan pelaksanaan pemilu dalam rangka

    memilih kepala daerah.

    Sebagai aktivitas politik, pemilihan umum pastinya memiliki

    fungsi-fungsi yang saling berkaitan. Adapun fungsi-fungsi dari Pemilihan

    Umum Kepala daerah adalah :

    1. Sebagai Sarana Legitimasi Politik

    Fungsi legitimasi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah

    dan sistem politik. Melalui pemilihan umum kepala daerah, keabsahan

    pemerintah daerah yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu pula

    program dan kebijakan yang dihasilkan. Ada tiga alasan pemilihan

    umum dapat menjadi legitimasi politik bagi pemerintahan yang

    berkuasa. Pertama, melalui pemilihan umum pemerintah dapat

    menyakinkan atau memperbaharui kesepakatan-kesepakatan politik

    dengan rakyat. Kedua, melalui pemilihan umum pemerintah dapat pula

    mempengaruhi perilaku rakyat atau warga Negara. Ketiga, dalam

  • 9

    dunia modern para penguasa dituntut untuk mengadakan kesepakatan

    dari rakyat ketimbang pemaksaan untuk mempertahankan legitimasi.

    2. Fungsi Perwakilan Politik

    Fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat. Baik

    mengevaluasi maupun mengontrol perilaku pemerintahan dan program

    serta kebijakan yang dihasilkan. Pemilihan umum dalam kaitan ini

    merupakan mekanisme demkratis bagi rakyat untuk menentukan

    wakil-wakil yang dapat dipercaya untuk duduk dalam pemerintahan.

    3. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

    Sebagai pergantian atau sirkulasi elit penguasa tingkat daerah,

    keterkaitan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

    dengan sirkulasi elit berasal dari dan bertugas mewakili masyarakat

    luas atau rakyat. Dalam kaitan itu, pemilihan umum merupakan saran

    dan jalur langsung untuk mencapai posisi elit penguasa. Dengan begitu

    diharapkan selama pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala

    daerah dapat berlangsung pergantian atau sirkulasi elit penguasa

    tingkat daerah secara kompetitif dan demokratis.

    4. Sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat

    Pemilihan umum merupakan salah satu bentuk pendidikan

    politik bagi rakyat yang bersifat langsung, terbuka dan massal, yang

    diharapkan bisa mencerdaskan pemahaman politik dan meningkatkan

    kesadaran masyarakat tentang demokrasi.

  • 10

    Tahapan pemilihan kepala daerah harus dilakukan sesuai jadwal

    yang sudah ditentukan. Dengan demikian maka ketetapan jadwal dalam

    pemilihan kepala daerah merupakan hal yang sangat serius. Adapun

    tahapan-tahapan yang dimaksud dalam proses pelaksanaan tersebut

    meliputi :

    1. Pendaftaran pemilih

    Di lakukan pendafataran untuk daftar pemilih tetap (DPT) dan

    daftar pemilih sementara (DPS). Dari daftar pemilihan terakhir akan

    dilakukan pendaftaran ulang untuk mengecek ada penambahan atau

    perbaikan nama yang salah, bagi warga yang telah berusia 17 tahun

    atau telah menikah mempunyai hak pilih.

    2. Pendaftaran calon pasangan

    Pasangan yang telah memenuhi syarat dan masih menunggu

    putusan dari KPU RI dan bawaslu RI setelah itu calon pasangan

    mendapatkan nomor urut.

    3. Kampanye

    Kampanye merupakan ajakkan dari para peserta pemilu.

    Kampanye dilakukan untuk meyakinkan para calon pemilih serta

    menjelaskan kepada para calon pemilih tentang program, visi, serta

    misi. Kampanye dilakukan selama 14 hari dan berakhir 3 hari sebelum

    tanggal pemungutan suara.

  • 11

    4. Pemungutan suara

    Pemungutan suara merupakan inti dari penyelenggaraan

    pemilu. Dalam kegiatan ini para pemilih memberikan suaranya melalui

    kartu suara di TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang sudah

    disediakan. Penyelenggaraan pemungutan suara dilaksanakan

    selambat-lambatnya 30 hari sebelum masa jabatan berakhir.

    5. Perhitungan suara

    Perhitungan suara dilakukan oleh tiap TPS secara terbuka

    dihadapan saksi dan masyarakat. Dan setelah perhitungan suara

    hasilnya dikirim ke kantor KPU pusat. Pelaksanaan pemungutan suara

    di TPS adalah kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

    6. Penetapan dan pemungutan hasil pemilu

    Penetapan atau pengumuman hasil pemilu dilakukan secara

    nasional oleh KPU. Batas waktu dari penetapan atau pengumuman

    tersebut selambat-lambatnya 30 hari setelah pemungutan suara.

    7. Pelantikan/pengucapan sumpah janji

    Melakukan upacara sumpah janji yang dilaksanakan di Istana

    Negara dan akan dilaktik oleh Presiden RI.

    Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah memiliki dua sistem,

    antara lain sebagai berikut :

    Sistem mayoritas biasa dikatakan two round system (TRS) adalah

    dimana proses pemilu tahap 2 diadakan jika pemilu tahap 1 tidak ada yang

    memperoleh suara mayoritas yang ditentukan sebelumnya (50% + 1).

  • 12

    Dalam system ini calon atau partai yang menerima proporsi suara tertentu

    memenangkan pemilu, tanpa harus diadakan putaran ke-2. Putaran ke-2

    hanya diadakan jika suara yang diperoleh pemenang tidak mayoritas. Jika

    diadakan putaran kedua, maka system ini bervariasi. Untuk meraih

    mayoritas (system majoritarian) jika pada putaran pertama (misalnya 4

    pasang gubernur) belum ada yang mencerminkan mayoritas dari suara sah

    (pasang calon A 24%, pasangan calon B 30%, pasangan calon C 32%,

    pasangan calon D 14%) dilakukan pilihan lagi dengan pesertan pasangan

    calon B dan pasangan calon C. Pada putaran kedua siapapun partai yang

    menang dia terpilih jadi gubernur dan wakil gubernur. Ini disebut majority

    run-off, dan akan menghasilkan suara mayoritas bulat (50%+1).

    C. Non Voting Behavior (Perilaku Tidak Memilih)

    Konsep perilaku pemilih merupakan tindakan pemilih terkait

    pemilihan langsung, tetapi ada sebuah pandangan lain yang berseberangan dan

    bertolak belakang dengan konsep perilaku pemilih. Konsep tersebut adalah

    perilaku tidak memilih atau yang lebih dikenal dengan sebutan golongan putih

    (golput). Di negara manapun yang menjalankan sistem demokrasi, bahkan di

    negara yang sudah maju demokrasinya sekalipun. Golput selalu ada pada

    setiap pesta demokrasi dimanapun terutama yang menggunakan sistem

    pemilihan secara langsung. Golput sesungguhnya merupakan fenomena politik

    dalam sebuah negara demokrasi. Pelaku golput memiliki tujuan

    mendelegitimasi pemilu yang diselenggarakan pemerintah. Kenyataan itu

  • 13

    menyebabkan golput sering disebut juga sebagai barometer kualitas

    demokrasi.

    Golput adalah mereka yang dengan sengaja dan dengan suatu maksud

    dan tujuan yang jelas menolak memberikan suara dalam pemilu (Joko

    Prihatmoko, 2003:150). Beberapa para ahli berpandangan bahwa warga yang

    berhalangan hadir di tempat pemilihan suara (TPS) karena alasan teknis,

    seperti jauhnya TPS atau luput dari pendaftaran, otomatis tidak termasuk

    kategori golput. Pandangan tersebut diperkuat dengan pandangan yang

    dikemukakan oleh Muhammad Asfar dalam Efriza (2012:534) yang

    mengatakan bahwa :

    “Batasan perilaku non voting tidak berlaku bagi para pemilih yang

    tidak memilih karena faktor kelalaian atau situasi-situasi yang tidak

    bisa dikontrol oleh pemilih, seperti karena sakit atau kondisi cuaca

    termasuk sedang berada di suatu wilayah tertentu seperti tempat

    terpencil atau ditengah hutan yang tidak memungkinkan untuk

    memilih. Dalam konteks semacam ini, nonvoting adalah suatu sikap

    politik yang tidak menggunakan hak pilih pada saat hari H Pemilu

    karena faktor tidak adanya motivasi.”

    Pandangan lain seperti yang dikemukakan Pahmi Sy (2010:65)

    mengatakan bahwa:

    “Golput sebagai kelompok orang yang tidak menggunakan hak

    pilihnya dalam suatu pemilihan. Sejak awal ada sekelompok orang

    yang tidak mau didaftarkan sebagai pemilih sehingga tahapan pemilu

    tidak diikutinya. Selain itu ada juga sekelompok orang yang terdaftar

    sebagai pemilih, tetapi tidak menggunakan hak pilihnya pada hari

    pemungutan suara”.

    Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat Susan Welch dalam Efriza

    (2012:534) yang menyatakan sebagai berikut :

  • 14

    “Ketidakhadiran seseorang dalam pemilu berkaitan dengan kepuasan

    atau ketidakpuasan pemilih. Kalau seseorang memperoleh kepuasan

    dengan tidak menghadiri pemilu tentu ia akan tidak hadir ke bilik

    suara, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, ketidakhadiran juga

    berkaitan dengan kalkulasi untung rugi. Kalau seseorang merasa lebih

    beruntung secara finansial dengan tidak hadir dalam pemilu, tentu ia

    akan lebih suka melakukan pekerjaan lain yang lebih menguntungkan.”

    Ketidakpuasan juga dapat dikaitkan sebagai bentuk protes terhadap

    sesuatu yang telah terjadi. Protes tersebut tentunya berkaitan dengan hal

    politik. Arbi Sanit (1992:190) menilai bahwa golput adalah gerakan protes

    politik yang didasarkan pada segenap problem kebangsaan. Sasaran protes

    masyarakat golput adalah pemilu dan tujuannya mewujudkan demokrasi

    dalam kehidupan masyarakat dan kenegaraan sebagai dari cita-cita

    kemerdekaan.

    Arief Budiman secara tidak langsung mengatakan golput itu adalah hal

    yang dilakukan seseorang dengan sengaja datang ke TPS dan membuat

    pilihannya tidak sah dengan merusak atau mencoblos diluar ketentuan yang

    ada. Dia juga menghubungkan golput dengan orang yang tidak percaya

    dengan hasil pemilu dan tidak mau berpartisipasi. Orang tersebut bisa tidak

    datang ke TPS atau juga bisa datang ke TPS, tetapi membuat suaranya tidak

    sah. Perilaku tidak memilih atau lebih dikenal dengan golput merupakan

    bentuk pemikiran yang terbentuk dari pribadi masing-masing yang terbentuk

    sendiri maupun terbentuk dari pengaruh lingkungan/orang lain. Berdasarkan

    penjelasan dan pendapat mengenai golput dari para ahli di atas, golput dapat

    diartikan sebagai suatu gerakan sekelompok orang (masyarakat) atau individu

    yang tidak menggunakan hak pilihnya. Sekelompok orang atau individu

  • 15

    tersebut memiliki alasan yang sengaja untuk tidak memilih serta memiliki

    tujuan yang jelas mengenai hal yang dilakukannya tersebut dan juga dengan

    dampak atau akibat yang akan terjadi nantinya. Golput juga sebagai wujud

    protes politik dikarenakan adanya perasaan yang tidak puas dalam kehidupan

    masyarakat yang disebabkan oleh sistem dan objek politik yang ada

    disekitarnya.

    Pada tahun 1971, Golput dipopulerkan Oleh sejumlah aktivis dan

    kelompok pro demokrasi seperti Arief Budiman, Imam Waluyo dan Julius

    Usman serta Husin Umar. Langkah mereka didasari pada pandangan bahwa

    aturan main berdemokrasi tidak ditegakkan, cenderung diinjak-injak. Dalam

    Pemilu dimasa Orde Baru pada saat itu mereka menolak terlibat dalam Pemilu

    di masa Orde Baru. Saat itu, Pemilu dilihat sebagai kewajiban. Warga negara

    yang mempunyai hak pilih dipaksa untuk terlibat atau berpartisipasi sebagai

    pemilih.

    Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat tidak

    menggunakan hak pilihnya, antara lain sebagai berikut :

    a. Faktor Internal

    Faktor internal memiliki dua alasan yang datang dari individu

    pemilih yang mengakibatkan mereka tidak menggunakan hak pilih.

    Diantaranya alasan teknis dan pekerjaan pemilih.

    1. Faktor Teknis

    Adanya kendala yang bersifat teknis yang dialami oleh pemilih

    sehingga menghalanginya untuk menggunakan hak pilih. Seperti pada

  • 16

    hari pencoblosan pemilih sedang sakit, pemilih sedang ada kegiatan

    yang lain serta berbagai hal lainnya yang sifatnya menyangkut pribadi

    pemilih. Kondisi itulah yang secara teknis membuat pemilih tidak

    dating ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya.

    2. Faktor Pekerjaan

    Faktor pekerjaan adalah pekerjaan sehati-hari pemilih. Faktor

    pekerjaan pemilih ini memiliki kontribusi terhadap jumlah orang yang

    tidak memilih. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja disektor

    informal yang baru mendapatkan penghasilan ketika mereka bekerja,

    tidak bekerja berarti tidak ada penghasilan. Seperti tukang ojek, buruh

    harian, nelayan, petani harian. Kemudian ada pekerjaan masyarakat

    yang mengharuskan mereka untuk meninggalkan tempat tinggalnya

    seperti para pelaut, penggali tambang. Kondisi ini membuat mereka

    harus tidak memilih, karena faktor lokasi mereka yang bekerja jauh

    dari TPS. Faktor pekerjaan cukup signifikan pada faktor internal

    membuat pemilih untuk tidak memilih. Pemilih dalam kondisi seperti

    ini dihadapkan dengan dua pilihan menggunakan hak pilih yang akan

    mengancam berkurang penghasilannya atau pergi bekerja dan tidak

    memilih.

    b. Faktor Eksternal

    Faktor eksternal yang berasal dari luar yang mengakibatkan

    pemilih tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Ada tiga yang

  • 17

    masuk kategori faktor eksternal yaitu : administratif, sosialisasi, dan

    politik.

    1. Faktor Administratif

    Faktor administatif adalah faktor yang berkaitan dengan aspek

    administrasi yang mengakibatkan pemilih tidak bisa menggunakan hak

    pilihnya. Diantaranya tidak terdata sebagai pemilih, tidak mendapatkan

    kartu pemilihan. Faktor berikut yang menjadi penghalang dari aspek

    administrasi adalah permasalahan kartu identitas. Masi ada masyarakat

    yang tidak memiliki KTP. Jika masyarakat tidak memiliki KTP maka

    tidak akan terdaftar di DPT (Daftar Pemilih Tetap) karena secara

    administratif KTP yang menjadi rujukan dalam mendata dan membuat

    DPT.

    2. Sosialisasi

    Sosialisasi atau menyebarluaskan pelaksanaan pemilu di

    Indonesia sangat penting dilakukan dalam rangka meminimalisir

    golput. Kondisi lain yang mendorong sosialisasi sangat penting dalam

    upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat adalah dalam setiap

    pemilu terutama pemilu di era reformasi selalu diikuti oleh sebagian

    peserta pemilu yang berbeda. Kondisi menuntuk perlunya sosialisasi

    terhadap masyarakat. Diadakannya sosialisasi oleh KPU untuk

    mendorong kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi pada saat

    pemilu.

  • 18

    3. Faktor politik

    Faktor politik adalah alasan atau penyebab yang timbul oleh

    aspek politik masyarakat yang tidak mau memilih. Seperti ketidak

    percaya dengan partai, tidak punya pilihan dari kandidat yang tersedia

    atau tak percaya bahwa pilpres, pileg/pilkada akan membawa

    perubahan dan perbaikan.

    Sikap orang-orang golput, menurut Arbi Sanit dalam memilih

    memang berbeda dengan kelompok pemilih lain atas dasar cara

    penggunaan hak pilih. Apabila pemilih umumnya menggunakan hak

    pilih sesuai peraturan yang berlaku atau tidak menggunakan hak pilih

    karena berhalangan di luar kontrolnya, kaum golput tidak

    menggunakan hak pilih dengan tiga kemungkinan. Pertama, menusuk

    lebih dari satu gambar partai. Kedua, menusuk bagian putih dari kartu

    suara. Ketiga, tidak mendatangi kotak suara dengan kesadaran untuk

    tidak menggunakan hak pilih. Bagi mereka, memilih dalam pemilu

    sepenuhnya adalah hak. Kewajiban mereka dalam kaitan dengan hak

    pilih ialah menggunakannya secara bertanggungjawab dengan

    menekankan kaitan penyerahan suara kepada tujuan pemilu, tidak

    hanya membatasi pada penyerahan suara kepada salah satu kontestan

    pemilu. Jadi berdasarkan hal di atas, golput adalah mereka yang

    dengan sengaja dan dengan suatu maksud dan tujuan yang jelas

    menolak memberikan suara dalam pemilu. Begitu pula persyaratan

  • 19

    yang diperlukan untuk menjadi golput bukan lagi sekedar memiliki

    rasa enggan atau malas ke TPS tanpa maksud yang jelas.

    Dalam penelitian ini kaum tidak memilih tidak menggunakan hak pilih

    disebabkan tidak mendatangi kotak suara dengan kesadaran tidak

    menggunakan hak pilih.

    D. Fokus Dan Ruang Lingkup

    Dalam penelitian ini dibatasi ada dalam satu dimensi saja, yaitu

    perilaku golput masyarakat dalam pemilihan umum. Ruang lingkup yang

    diteliti Penulis meliputi 2 aspek sebagai berikut :

    1. Perilaku Masyarakat dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah.

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku golput masyarakat Kecamatan

    Kambera dalam proses pemilihan umum.

    E. Metode Penelitian

    a. Jenis Penelitian

    Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskripstif

    kualitatif. King dan Miller (1986:9), mengatakan penelitian kualitatif pada

    awalnya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan

    dengan pengamatan kualitatif. Untuk mengadakan pengkajian selanjutnya

    terhadap istilah penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan definisi.

    Bogdan dan Taylor (Lexy Moleong, 2017), mendefinisikan metode

    kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

  • 20

    berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

    dapat diamati. Sedangkan menurut King dan Miller (Lexy Moleong,

    2017), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

    dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari

    pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam

    peristilahannya.

    Meloeng (2011), mengatakan laporan penelitian deskriptif

    kualitatif yang berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran

    penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah

    wawancara, catatan lapangan, foto, videoscape, dokumen pribadi, catatan

    atau memo dan dokumen resmi lainnya.

    b. Unit Analisis

    a. Subjek Penelitian

    Dalam penelitian ini yang akan menjadi subjek penelitian adalah :

    1. 10 orang masyarakat Kecamatan Kambera,

    2. Ketua KPUD dan Komisioner KPUD Sumba Timur

    Teknik penentuan subjek penelitian ini secara purposive.

    Adapun deskriptif informan sebagai berikut:

    Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan jawaban-jawaban

    dari informan sebagai salah satu landasan analisis sebab itu peneliti

    melakukan analisis berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang

    diajukan. Oleh karena itu peneliti lebih dahulu melakukan identifikasi

    mengenai gambaran informan sebelum melakukan analisi data, dengan

  • 21

    asumsi data yang diperoleh benar-benar akurat yang dapat dipertanggung

    jawabkan.

    Peneliti yang dilakukan di Kecamatan Kambera mengenai perilaku

    tidak memilih dalam pemilihan kepala daerah gubernur NTT tahun 2018

    ini melibatkan beberapa informan yang berpengaruh dalam menyusun

    analisis penelitian.

    Informan tersebut sebagai berikut:

    1. Ketua KPUD Sumba Timur

    2. Komisioner KPUD Sumba Timur

    3. Masyarakat Kecamatan Kambera

    Adapun data tentang informan yang dapat dilihat pada tabel berikut

    ini:

    Tabel 1.1

    Informan Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Jabatan

    No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Keterangan

    1 Ir. Robert Gana, M.Si 58 S2 Ketua KPUD

    Sumba Timur

    Ketua KPUD

    Sumba Timur

    2 KH. Umbu Tamu

    Hawu, SH., M.Si

    46 S2 Sekretaris KPUD

    Sumba Timur

    Sekretaris

    KPUD Sumba

    Timur

    3 Oktavianus Landi, ST 44 S1 Komisioner

    KPUD Sumba

    Timur

    Divisi SDM

    dan Hupmas

    4 Nalce Hambandima 27 D3 PNS Masyarakat

    tidak memilih

    5 Anto Ndiki

    Wanduwulang

    48 SMP Petani Masyarakat

    tidak memilih

    6 Mbati Atahiu 52 SD Petani Masyarakat

    tidak memilih

    7 Yunita Kanora

    Hammu

    36 SMA Wiraswasta Masyarakat

    tidak memilih

    8 Resni Aryanti Hammu 25 SMA Pembantu rumah Masyarakat

  • 22

    No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Keterangan

    tangga tidak memilih

    9 Kaita Anah Amah 64 SD Petani Masyarakat

    tidak memilih

    10 Siprianus Kristian

    Manggading

    39 SD Petani Masyarakat

    tidak memilih

    11 Kristiawati Hana

    Anahida

    35 S1 Guru Masyarakat

    tidak memilih

    12 Chasles Langi Amah 56 SMP Petani Masyarakat

    tidak memilih

    13 Melkianus Radjah

    Lomi

    55 SMA Nelayan Masyarakat

    tidak memilih

    (Sumber: Data Primer 2019)

    b. Objek Penelitian

    Yang menjadi obyek dalam penelitian adalah Perilaku tidak

    memilih dalam pemilihan umum Kepala Daerah Gubernur NTT tahun

    2018.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Observasi (Pengamatan)

    Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan

    pengamatan melalui hasil kerja pancaindra mata dan dibantu

    pancaindra lainnya. Dari pemahaman observasi diatas, sesungguhnya

    yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan

    data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

    pengamatan dan pengindraan. Teknik observasi juga memungkinkan

    melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan

    kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.Menurut

    Selltiz (Bugin, 2013), yang maksud dengan observasi adalah

  • 23

    pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data peneliti,

    data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti.

    b. Wawancara

    Metode Wawancara adalah percakapan dengan maksud

    tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

    (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

    (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud

    mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba

    (1985,266) dalam Lexy Moleong (2017, 186) antara lain:

    mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

    motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

    Di jaman modern ini komunikasi dapat dilakukan dengan

    berbagai cara bisa lewat telepon, Email dan lain-lain.Dalam penelitian

    ini yang akan dilakukan adalah wawancara secara langsung terhadap

    nasasumber dengan berdialog langsung dengan anggota masyarakat

    dan anggota KPU Sumba Timur. Wawancara yang dilakukan kepada

    masyarakat dan KPU Sumba Timur, bertujuan untuk mendapatkan

    hasil yang bias memperkuat data observasi (pengamatan) mengenai

    golput yang terjadi di Kecamatan Kambera. Karena banyaknya

    pendapat dari berbagai kalangan mengenai golput untuk itu dalam

    wawancara hanya mengambil 10 orang masyarakat dari Kecamatan

    Kambera dan juga melipatkan 3 orang KPU Sumba Timur. Dengan

    demikian diharapkan data yang diberikan oleh responden adalah data

  • 24

    yang benar dan sesuai dengan realita atau keadaan yang terjadi,

    sehingga pada saat analisis akan mendapatkan hasil yang sesuai.

    c. Dokumentasi

    Kajian dokumen merupakan sarana pembantu peneliti dalam

    mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat,

    pengumuman, dan bahan-bahan lainnya. Metode ini dilakukan dengan

    melihat dokumen seperti berbentuk surat-surat, laporan, dan

    sebagainya.

    Dokumentasi dibagi 2 yaitu dokumen pribadi dan dokumen

    resmi.

    Tabel 1.2

    Dokumen Pribadi dengan Dokumen Resmi

    Asal Dokumen Data Kualitatif

    KPUD DPT, pemungutan suara, suara rusak,

    jumlah suara tidak memilih

    Masyarakat Profesi, umur, jenis kelamin, pendidikan

    4. Teknik Analisis Data

    Menurut Bogdan dan Biklen dalam Lexy Moleong (2017, 248)

    analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

    dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

    yang dapat dikelola, mengsistesiskannya, mencari dan menemukan pola,

    menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

    apa yang dapat diceritakan kepada orng lain.

  • 25

    Analisis data, menurut Patton dalam Lexy Moleong (2017,280)

    adalah proses mengatur urutan data, mengirganisasikannya kedalam suatu

    pola, kategori, dansatuan uraian dasar. Menurut Lexy Moleong (2017,

    280) akhirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu di lakukan dalam

    suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai di lakukan sejak

    pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah

    meninggalkan lapangan penelitian.

    Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data secara

    kualitatif yaitu :

    a. Pengumpulan data.

    Mengumpulkan data-data baik kepustakaan maupun data dari lapangan

    yang sesuai dengan permasalahan.

    b. Indetifikasi data

    Mengelompokkan data-data untuk disusun secara sistemasis.

    c. Interprestasi data

    Pembahasan data hasil berupa kenyataan yang ada di lapangan. Dalam

    hal ini peneliti juga melakukan check dan recheck data.

    d. Pengambilan kesimpulan

    Mendeskripsikan hasil pembahasan dan analisa data sehingga

    diketahui jawaban dari permasalahan yang ada, serta diharapkan

    mampu memberikan solusi terbaik.

  • 26

    BAB II

    PROFIL KECAMATAN KAMBERA

    A. Sejarah dan Kondisi Umum Wilayah

    Kecamatan Kambera adalah Kecamatan hasil pemekaran yang

    terbentuk melalui Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007 tentang

    Pembentukan Kecamatan Kambata Mapambuhang dan Kecamatan Kambera,

    yang diremikan oleh bapak Bupati Sumba Timur pada tanggal 28 April 2007

    dan terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Prailiu, Wangga, Kambaniru,

    Mauhau, Mauliru, Lambanapu, Malumbi dan 1 (satu) Desa Kiritana.

    Dari awal pemekaran secara berurutan Kecamatan Kambera dipimpin

    oleh :

    1. Christo Umbu Ndawa Njurumana S,sos. M,si

    Menjabat dari tahun 2007 sampai dengan 2017

    2. Melkianus Etu Dondu S,E

    Menjabat dari tahun 2017 sampai dengan 2018

    3. Drs, Anderias Marumata

    Menjabat pada tahun 2018 sampai sekarang

    B. Keadaan Geografis

    Kecamatan Kambera terletak dibagian barat dari pusat Kecamatan

    Kota Waingapu. Kondisi alam yang terdiri dari lembah dan perbukitan dengan

    curah hujan yang sangat rendah dan tidak merata setiap tahun. Dimana musim

    penghujan relatif pendek bila dibandingkan musim kemarau.

  • 27

    1. Batas Wilayah Kecamatan

    Kecamatan Kambera perbatasan dengan Kecamatan lainnya yang

    berada dalam satu Kabupaten dan satu selat, adapun batas-batas

    Kecamatan Kambera adalah:

    a. Sebelah Utara dengan Selat Sumba

    b. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Kambata Mapambuhang

    c. Sebelah Timur dengan Kecamatan Pandawai

    d. Sebelah barat dengan Kecamatan Kota Waingapu.

    2. Luas Wilayah

    Kecamatan Kambera mempunyai luas tanah secara keseluruhan

    seluas 52 km2 atau 5.200 Ha.

    C. Kondisi Demografis

    Kecamatan Kambera mempunyai 7 (Tujuh) Kelurahan dan 1 (Satu)

    Desa yaitu, Kelurahan Wangga, Kelurahan Prailiu, Kelurahan Lambanapu,

    Kelurahan Malumbi, Kelurahan Mauliru, Kelurahan Mauhau, Kelurahan

    Kambaniru, dan Desa Kiritana. Berdasarkan laporan penduduk per tanggal 31

    Desember 2018 jumlah penduduk Kecamatan Kambera 33,057 jiwa penduduk

    yang terdiri dari 17,065 jumlah penduduk laki-laki dan 15,992 jumlah

    penduduk perempuan dari 5,943 kepala keluarga (KK).

    Jumlah penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran,

    kematian dan imigrasi atau perpindahan penduduk. Perkembangan jumlah

    penduduk Kecamatan Kambera mengalami perubahan setiap tahunnya.