tesis - repo.apmd.ac.id
TRANSCRIPT
1
STRATEGI KEPOLISIAN RESOR BANTUL, BNNK DAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDADAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL DALAM PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai DerajatMagister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan
Konsentrasi Pemerintahan Daerah
Disusun oleh :LANGGENG UTOMO
17610025
PROGRAM MAGISTERSEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA
2019
4
KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis telah dapat menyusun tesis ini.
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat
Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintah Daerah di Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “APMD” Yogyakarta.
Terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan doa, bimbingan maupun saran-saran yang berguna dalam penyusunan tesis.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Supardal, selaku Direktur Program Magister Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa (STPMD) “AMPD” Yogyakarta yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dengan penuh kesabaran sampai selesainya tesis ini.
2. Bapak Dr. R. Widodo Triputro, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sampai selesainya tesis ini.
3. Ibu Dra. B. Hari Saptaning Tyas, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sampai selesainya tesis
ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Magister Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa (STPMD) “AMPD” Yogyakarta, yang telah membekali banyak ilmu pengetahuan.
5. Bapak Kapolres beserta Wakapolres Kabupaten Bantul yang telah memberikan ijin
dalam melaksanakan penelitian di Polres Kabupaten antul.
6. Kepala Badaan Narkotika Nasional Kabupaten Bantul yang telah memberikan ijin bagi
penulis dalam mengumpulkan data dan informasi bagi penulisan tesis.
7. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul yang telah
memberikan ijin bagi penulis dalam mengumpulkan data dan informasi bagi penulisan
tesis.
8. Pihak Sekolah yang telah bersedia bekerjasama serta memberikan informasi bagi
penulis dalam menyelesaikan tesis.
9. Pengguna atau pemakai narkotika yang telah bersedia memberikan informasi berupa
pengalaman bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.
10. Saudara-saudari yang telah bersedia memberikan informasi dan menjadi motivator
untuk menyelesaikan tesis ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa (STPMD) “AMPD” Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam usaha penyusunan tesis ini tidak luput dari kekurangan,
kesulitan, hambatan maupun rintangan, sehingga tesis ini masih jauh dari kata sempurna.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
5
Bapak dan Ibu Dosen dan semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta
menambah wacana pemikiran bagi semua pihak yang berminat pada penelitian dibidang ini.
Yogyakarta, 11 September 2019
Penulis
Langgeng Utomo
6
MOTTO
Bekerja dengan ihklas dan selalu bersyukur kepada Allah SWT agarhati tenteram dan damai serta mensyukuri nikmat yang telah
diberikan kepadaNya
7
PERSEMBAHANDengan penuh rasa syukur dan sukacita tesis ini ku persembahkan kepada:
1. Kedua Orangtua yang sudah menghadap KepadaNya
2. Istriku tercinta Nuri Handayani, Amk,
3. Anak-anakku tersayang Vea dan Nanda
4. Teman-teman yang telah membantu dan mensuport selesainya Tesis ini.
5. Almamater ku tercinta Program Magister Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
(STPMD) “AMPD” Yogyakarta.
.
DAFTAR ISI
8
halaman
JUDUL ............................................................................................ …. i
PENGESAHAN............................................................................... …. ii
PERNYATAAN .............................................................................. …. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………......…. iv
MOTTO........................................................................................... …. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................ …. vii
DAFTAR ISI.................................................................................... …. viii
DAFTAR TABEL............................................................................. …. xi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK .................................................. … xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................… xiii
ABSTRAK....................................................................................... … xiv
ABSTRACT .................................................................................... … xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................… 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... … 1
B. Fokus Penelitian ....................................................................… 8
C. Rumusan Masalah.......................................................... … 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. ... 9
1. Tujuan Penelitian ............................................................. … 9
2. Manfaat Penelitian ........................................................... … 10
E. Kerangka Konseptual............................................................. … 10
1. Strategi.............................................................................. … 10
2. Penyalahgunaan Narkoba .................................................... … 14
3. Pelajar ………………………………………………….....…… 21
F. Metode Penelitian ..................................................................… 22
1. Jenis Penelitian ..................................................................… 23
9
2. Obyek Penelitian ................................................................ … 23
3. Lokasi Penelitian ................................................................ … 23
4. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian .................................… 23
5. Teknik Pengumpulan Data ............................................... … 24
6. Teknik Analisis Data......................................................... … 26
BAB II PROFIL POLRES BANTUL DAN SATRES NARKOBA ……..... .. 28
A. Profil Polres Bantul dan Satuan Reserse Narkoba ................. … 28
1. Polres Bantul .....................................................................… 28
2. Wilayah Administratif .......................................................... … 28
3. Visi dan Misi Polres Bantul …………………………………….. 31
4. Struktur Organisasi Polres Bantul ……………………………. 33
B. Satuan Reserse Narkoba Kabupaten Bantul .......................... … 48
1. Pertelaan Tugas (Job Discription) Satuan Reserse Narkoba …. 48
2. Struktur Organisasi Satuan Reserse Narkoba Kabupaten
Bantul………………………………………………………………….. 49
3. Proses Penyidikan Tindak Pidana Narkoba …………………… 54
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Satuan Reserse Narkoba
Polres Bantul ………………………………………………..……….. 55
C. Badan Narkotika Nasional Kabupaten Bantul ……………………. 59
1. Bentuk Organisasi ……………………………………………… 59
2. Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Bantul ………………………………………………………………… 61
3. Dana Operasional ……………………………………………….. 63
4. Tempat atau Lahan Kantor dan Sarana Prasarana ……………. 63
5. Sumber Daya Manusia ………………………………………… 64
D. Profil Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Bantul ……………………………………………….……………….. 67
10
1. Dasar Pembentukan ……………………………………………. 67
2. Visi dan Misi Bupati Kabupaten Bantul Tahun 2016-2021 …… 67
3. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga .. 71
4. Tugas Pokok Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga ………. 72
BAB III ANALISIS DATA .........................................................................… 74
A. Strategi Polres, BNNK, dan Dikpora dalam Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pelajar…………………… 74
1. Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba di
Kalang Pelajar………………………………………………. 74
2. Penyalahgunaan Narkoba .............................................. … 84
3. Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba .................. … 94
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kerjasama
Penanggulangan Narkoba di Kalangan Pelajar ………………….………… 122
1. Faktor Pendukung …………………………………..……………. 122
2. Faktor Penghambat…………………………………..…………… 125
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ … 129
A. Kesimpulan ........................................................................... … 129
B. Saran .................................................................................... … 131
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………..……………..….. 132
LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
DAFTAR TABEL
Tabel I.1Data Kasus Penyalahgunaan Narkoba di Kabupaten Bantul …… 2
Tabel II.1 Jumlah Siswa SMP di Kabupaten Bantul ………………………. 69
Tabel II.2 Jumlah Siswa SMA di Kabupaten Bantul…………………… 70
Tabel III.1 Daftar Pengguna Narkoba Berdasarkan Pekerjaan di Kabupaten
Bantul…………………………………………………………… 83
Tabel III.2 DataPengguna Narkoba Berdasarkan Usia…………………….. 84
Tabel III.3 Data Pengguna Narkoba Berdasarkan Pendidikan di Kabupaten
Bantul …………....................................................................... 84
12
DAFTAR GAMBARGambar II.1 Peta Wilayah Kabupaten Bantul………………………………… 29
Gambar II.2 Struktur Organisasi Polres Bantul ……………………………… 33
Gambar II.3Struktur Organisasi Satuan Reserse Narkoba Polres Bantul …... 49
Gambar II.4Proses Penyidikan Tindak Pidana Narkoba ……………………. 54
Gambar II.5 Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional Kabupaten
Bantul …………………………………………………………… 61
Gambar II.6 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bantul ……………………………………………….. 71
Gambar III.1 Sosialisasi di Kalangan Pelajar …………………………………. 74
Gambar III.2 Sidang Diversi …………………………………………………… 78
Gambar III.3 Sidang Asesmen…………………………………………………. 80
Gambar III 4 Kantor BNNK Kapupaten Bantul………………………….…….123
13
DAFTAR LAMPIRAN1. Surat Ijin Penelitian
2. Surat perintah yg dikeluarkan Polres Bantul
14
ABSTRAKPemuda adalah aset bangsa, sebagai garda utama untuk membangun tatanan baru
sebuah bangsa.Di tangan pemudalah bangsa ini hendak bermuara.Harus diakui bahwapemuda adalah generasi penerus perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagipembangunan nasional. Jika kita melihat kembali sejarah Indonesia, kita akan melihat begitudominannya peran pemuda dalam melakukan perubahan. Pemuda adalah cikal bakalpimpinan pada masa depan karena seringkali sebuah negara akan berkembang atau majuapabila negara tersebut memiliki pemuda yang berprestasi dan ada pula negara yang akanhancur apabila pemudanya tidak mempunyai kualifikasi yang jelas akan cita-cita bangsa. Darilatar belakang masalah judul penelitiannya adalah “Kerjasama Kepolisian Resor Bantul ,BNNKdan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul dalam PenanggulanganPenyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pelajar”, dengan fokus penelitiannya kerjasama antarakepolisian, BNNK dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam penanggulanganpenyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar di Kabupaten Bantul, faktor pendukung danpenghambat kerjasama penanggulangan narkoba di kalangan pelajar serta rumusanmasalahnya “Bagaimana kerjasama antara Kepolisian, BNNK, Dinas Pendidikan, Pemuda danOlahraga dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar di KabupatenBantul ? serta apa sajakah faktor pendukung dan penghambat kerjasama penanggulangannarkoba di kalangan pelajar ?.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancaradengan metode penelitian adalah deskriptif kualitatif guna menjelaskan fokus, permasalahan,dan tujuan. Setelah melakukan observasi, wawancara, dokumentasi selanjutnyamendiskripsikan hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisis data yaitu reduksi data,penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penulis mengambil data dari 16 informanyang terdiri dari : Kepala Unit 1 Sat Narkoba Polres Bantul (1 orang), Anggota penyidik (2orang), anggota operasional Sat Narkoba Polres Bantul (3orang), anggota administrasi PolresBantul (1 orang),Kepala Urusan Administrasi umum (1 orang), anggota BNNK (2 orang),bagian bina program Dikpora (1 orang), Guru (2 orang), Pengguna/pemakai narkoba (3 orang)
Sehingga diperoleh dari hasil pengamatan dan dokumntasi bahwa Penanggulanganpenyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar SMP dan SMA di Kabupaten Bantul dilakukandengan bentuk perjanjian kerjasama dalam penyuluhan dan pembinaan kesiswaan dilingkungan sekolah- sekolah dibawah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga KabupatenBantul dengan melibatkan Kepolisian dan BNNK Bantul sebagai pembina dan pendampingsiswa. Adapun bentuk kerjasama antara Polres Bantul, Dikpora dan BNNK dilakukan melaluipenyuluhan sekolah-sekolah mulai dari jenjang SD, SMP Negeri maupun swasta, dan SMA/KNegeri maupun swasta melalui surat perjanjian atau MoU antara kepolisian dan sekolah gunapengawasan dan pembinaan peserta didik terutama dalam hal penyalahgunaan narkoba dilingkungan sekolah. Adapun beberapa strategi penanggulangan yang telah dilaksanakanseperti : pre-emtif, preventif, represif serta program-program sosialisasi, sidang diversi danrehabilitasi.Kata-Kata Kunci :Strategi,Narkoba, Pelajar.
15
ABSTRACT
Young generation is nation’s assets as guard power for building a new national order.Important things, young generation as the center of the develop country power. We areknowing young generation as the first power of next generation into national development. Ifwe flash back to the history of Indonesia, we would see very important things the power ofyoung generation to be the best of the best a country. They are leadership of future becausethe country would be best country if they are had outstanding of young generation and somecountries will be destroyed if the youth does not have clear qualifications for the ideals of thenation. From the background of the problem the title of his research is "Cooperation of theBantul Resort Police, BNNK and the Education, Youth and Sports Agency in Bantul in theCountering of Drug Abuse among Students", with the focus of his research being thecollaboration between the police, BNNK and the Office of Education, Youth and Sports intackling Narcotics Abuse drug use among students in Bantul Regency, supporting factors andobstacles in drug management cooperation among students and the formulation of theproblem "What is the collaboration between the Police, BNNK, the Department of Education,Youth and Sports in tackling drug abuse among students in Bantul Regency? So what are thesupporting and inhibiting factors for collaborating with drug management among students?
The observe data in this study was conducted by conducting interviews with adescriptive qualitative research method to explain the focus, problems, and objectives. Afterconducting observations, interviews, documentation then describe the results of researchusing data analysis techniques, namely data reduction, data presentation, drawing conclusionsand verification. The author takes data from 16 informants consisting of: Unit Head 1 of theBantul Police Narcotics Unit (1 person), Members of the investigator (2 people), operationalmembers of the Bantul Police Narcotics Unit (3 people), members of the Bantul PoliceAdministration (1 person), Head General Administration Affairs (1 person), BNNK members (2people), part of the Dikpora program (1 person), Teachers (2 people), Drug users / users (3people).
So we have obtained from observations and documentations that the prevention ofdrug abuse in junior and senior high school students in Bantul Regency is carried out in theform of cooperation agreements in counseling and student coaching that schools under theYouth and Sports Education Office of Bantul Regency by involving the Police and BantulBNNK as the student coaches and mentors. The form of cooperation between Bantul Police,Dikpora and BNNK is done through counseling schools ranging from elementary, state andprivate junior high schools, and state and private high schools / private through an agreementletter or MoU between the police and schools for supervision and guidance of students,especially in drug abuse in the school environment. As for several coping strategies that havebeen implemented such as: pre-emptive, preventive, repressive and socialization programs,trial diversion and rehabilitation.Keywords: Strategic, Drug, Students.
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berbicara mengenai pemuda berarti berbicara mengenai masa depan
bangsa. Pemuda adalah aset bangsa, sebagai garda utama untuk
membangun tatanan baru sebuah bangsa. Di tangan pemudalah bangsa ini
hendak bermuara. Harus diakui bahwa pemuda adalah generasi penerus
perjuangan bangsa dan sumber daya insani bagi pembangunan nasional. Jika
kita melihat kembali sejarah Indonesia, kita akan melihat begitu dominannya
peran pemuda dalam melakukan perubahan. Pemuda adalah cikal bakal
pimpinan pada masa depan karena seringkali sebuah negara akan
berkembang atau maju apabila negara tersebut memiliki pemuda yang
berprestasi dan ada pula negara yang akan hancur apabila pemudanya tidak
mempunyai kualifikasi yang jelas akan cita-citabangsa.
Banyak faktor yang menyebabkan terhambatnya perkembangan pelajar
sebagai generasi muda, diantaranya adalah masalah keluarga, lingkungan
pergaulan dan sekolah. Lingkungan pergaulan yang salah akan menjadi
penyebab rusaknya generasi muda. Pada zaman yang modern ini, kasus
tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja terus meningkat dari
tahun ke tahun. Banyaknya para remaja yang telah menjadi kecanduan
dengan barang haram tersebut karena pergaluan mereka yang kurang baik.
Hal ini bukan saja dapat membawa pengaruh buruk bagi remaja, tetapi juga
membawa pengarung buruk bagi negara karena negara yang maju berasal
dari generasi penerusnya yang sehat, cerdas dan berakhlak baik.
2
Para remaja menjadi sasaran utama bagi para pengedar narkoba bukan
karena tanpa alasan tetapi, ini semua di karenakan para remaja yang mudah
terpengaruh oleh iming-iming apalagi di usia mereka yang memiliki rasa ingin
tahu tinggi dan masih dalam penjajakkan pencarian jati diri. Tidak heran
apabila penjualan narkoba dikalangan remaja menjadi laris manis yang
membuat untung besar bagi para penjual narkoba. Sekitar 4,7 % pengguna
narkoba adalah pelajar dan mahasiswa. Badan Narkotika Nasional (BNN)
mengakui pengaruh narkoba telah merambah ke berbagai kalangan.
Berdasarkan survei BNN, penggunaan narkoba tercatat sebanyak 921.695
orang adalah pelajar dan mahasiswa.1
Pemerintah Kabupaten Bantul mempunyai data jumlah penyalahgunaan
narkoba cukup tinggi. Sebagaimana data yang berhasil dihimpun oleh penulis
penyalahgunaan Narkoba dikalangan pelajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1
Data kasus Penyalahgunaan Narkoba di Kabupaten Bantul
No Tahun Jumlah kasusTersangka
Pelajar
Pengguna
Pelajar
1 2016 45 - -
2 2017 44 kasus 5 25
3 2018 71 kasus 7 35
Jumlah 160 kasus 12 60
Sumber : Polres Bantul 2018
1http://nasional.sindonews.com diakses tanggal 4 Maret 2019)
3
Maraknya jumlah penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar
menimbulkan keprihatinan berbagai kalangan. Seyogyanya, Penanggulangan
narkoba merupakan tanggungjawab bersama yaitu adanya sinergi peran
orang tua, guru, kepolisian dan Badan Narkotika Nasional tingkat Kabupaten.
Upaya preventif maupun represif mutlak diperlukan, mengingat bahaya
narkoba sangatlah besar dilingkungan pelajar dan generasi muda.
Penyalahgunaan narkoba jika tidak ditangani secara serius sejak dini,
dikhawatirkan merusak masa depan generasi penerus bangsa. Maka dari itu,
perlu upaya yang dilakukan secara terus menerus demi mengontrol dan
mencegah peredaran gelap narkoba untuk Indonesia bisa terlepas dari
bahaya narkobatersebut.
Peran pemerintah dalam hal penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar
diwujudkan dengan adanya kerjasama Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah
raga (Dikpora), Kepolisian dan BNN. BNN telah menetapkan lingkungan
pendidikan sebagai salah satu sasaran strategis pencegahan
penyalahgunaan narkoba. BNN juga sebagai garda terdepan dalam
pencegahan penyalahgunaan narkoba.
BNN melalui paradigma baru berperan lebih humanis dalam menangani
penyalahgunaan dan korban penyalahgunaan narkoba. BNN juga sebagai
rujukan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. Implemetasi kebijakan
berupa pemberian informasi didukung penuh partisipasi sekolah,keluarga, dan
masyarakat. Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai
tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan,
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
4
Kepolisian Republik Indonesia (selanjutnya di singkat dengan POLRI)
selaku alat Negara penegak hukum dituntut untuk mampu melaksanakan
tugas penegakan hukum secara profesional dengan memutus jaringan
sindikat narkoba melalui kerjasama dengan instansi terkait dalam
memberantas kejahatan penyalahgunaan narkoba, dimana pengungkapan
kasus narkoba bersifat khusus yang memerlukan proaktif POLRI dalam
mencari dan menemukan pelakunya serta senantiasa berorientasi kepada
tertangkapnya pelaku tindak pidana penerapan peraturan perundang-
undangan di bidang narkoba.
Sedangkan sekolah sebagai institusi dan lembaga pendidikan memiliki 4
(empat) komponen penting antara lain :
1. Sekolah menyediakan kerangka kerja bagi perencanaan,
pengimplementasian dan pengevaluasian dalam upaya
pencegahan dan pengurangan penyalahgunaan drug (termasuk
alkohol dan rokok).
2. Sekolah menyediakan lingkungan fisik dan sosial bagi
pengembangan kesehatan siswa berkaitan dengan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai sesuai dengan jenjang pendidikan.
3. Membantu siswa berperilaku (skills-based drug education) dan
menciptakan kondisi yang sehat bagi siswa.
4. Sekolah berperan dalam membentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperlukan remaja nantinya dalam memilih dan
mengambil keputusan untuk tidak menggunakan drug.
5
Diknas sebagai anggota Badan Narkotika Nasional (BNN) salah satu
tugas dan fungsinya untuk melakukan pencegahan narkoba khususnya di
lingkungan sekolah dan universitas. Pencegahan berbasis sekolah dan mudah
dilaksanakan karena sekolah dan universitas lebih berstruktur sehingga
mudah diadakan pengawasan meskipun dilakukan secara komprehensif dan
terpadu.
Pada saat ini, BNN Kabupaten Bantul, Kepolisian Resot Bantul dan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul, melakukan upaya
penanggulangan peredaran penyalahgunaan Narkoba di lingkungan pelajar.
Penanggulangn peredaran narkoba tersebut dituangkan dengan MOU antara
BNNK, Kepolisian serta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Strategi
yang dilakukan antara ketiga lembaga tersebut diharapkan dapat
menanggulangi peredaran dan penggunaan narkoba di lingkungan pelajar
khususnya di Kabupaten Bantul yang saat ini terus meningkat. Atas dasar
latar belakang permasalahan tersebut maka penulis tertarik mengangkatnya
dalam penelitian dengan judul Strategi Kepolisian Resot Bantul, BNNK dan
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga Kabupaten Bantul dalam
penanggulangan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
Strategi-strategi yang selama ini dilakukan dan diterapkan oleh ketiga
instansi Polres, BNNK, dan Dikpora yaitu dengan melibatkan pihak sekolah,
masyarakat serta keluarga dalam penanggulangan penggunaan narkoba di
kalangan pelajar. Dimana strategi-strategi yang akan dilaksanakan bersama
dengan pihak-pihak terkait dapat menekan angka pengguna narkoba di
kalangan pelajar sesuai harapan bersama.
6
Strategi-Strategi yang dilaksanakan berupa peningkatan komunikasi
dalam lingkup keluarga, baik itu antar orang tua dan anak; memperketat
aturan sekolah bagi para siswa/siswi; membentuk team atau kelompok
pemuda anti narkoba di lingkungan sekitar tempat tinggal serta dapat pula
melibatkan LSM agar dapat bersama-sama berupaya dalam
penanggunalangan penyalhgunaan narkoba di kalangan pelajar atau
masyarakat.
Adapun program – program yang dimiliki oleh Polres Bantul, BNNK dan
Dikpora Kabupaten Bantul dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba
di kalangan pelajar sebagai berikut :
a. Polres Bantul,
Strategi-strategi atau program yang dilaksanakan oleh Polres
Bantul yaitu dapat memutus jaringan, pengedar, dan menangkap
bandar narkoba serta produsen pembuat narkoba, mengentaskan para
pengguna serta pemakai dari ketergantungan, sehingga dapat
terwujudnya kader-kader pemuda anti terhadap narkoba.
b. BNNK
Badan Narkotika Nasional Kabupaten Bantul dalam
penanggulangan penyalahgunaan narkoba berupaya melaksanakan
program-program di antaranya : melakukan workshop atau FDG di
sekolah-sekolah, melakukan sosialisasi serta melakukan berbagai
perlombaan, yang di dalamnya juga terdapat kegiatan tes Urine bagi
setiap pelajar.
7
c. Dikpora
Strategi atau program yang dilakukan oleh Dikpora sebagai
salah satu pihak yang juga terlibat dalam kerjasama dalam
penanggulangan penyalhgunaan narkoba di kalangan pelajar antara
lain : mengunjungi sekolah-sekolah serta mengadakan sosialisasi,
melakukan berbagai kegiatan perlombaan terkait dengan
penanggulangan penyalhgunaan narkoba,menetapkan kebijakan serta
sanksi bagi para pelajar apabila telibat dalam penyalahgunaan narkoba.
Dalam memperoleh data penulis melakukan kajian terhadap
beberapa penelitian terdahulu melalui penelusuran oleh peneliti yaitu:
1. Judul : Implementasi Kebijakan Pencegahan Dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) pada Kalangan
Pelajar dibadan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Daerah Istimewa
Yogyakarta, Tri Wulandari, Skripsi, UNY, 2016. Perumusan
masalahyang diajukan adalah Bagaimana implementasi kebijakan
P4GN pada kalangan pelajar di BNNP DIY? Bagaimana hasil dari
implementasi kebijakan P4GN pada kalangan pelajar di BNNP DIY? Apa
faktor pendukung dalam mengimplementasi kebijakan P4GN? Apa
faktor penghambat dalam mengimplementasi kebijakan P4GN?
2. Judul : Upaya Kepolisian Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan
Narkoba Di Kalangan Remaja (Studi Kasus Di Polresta Surakarta), Ika
Fiyana, Skripsi, UNS, 2017. Perumusan masalah yang diajukan adalah
bagaimanakah strategi Kepolisian Polresta Surakarta dalam upaya
menanggulangi penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Apa
sajakah hambatan yang dihadapi oleh Kepolisian Polresta Surakarta
dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba di kalangan
remaja.
8
Yang menjadi perbedaan dengan hasil penelitian terdahulu, sekalipun
meneliti ditempat yang sama, dalam penelitian ini lebih fokus pada
penyalahgunaan Narkoba yang setiap tahunnya semakin meningkat,
khususnya di kalangan pelajar, baik itu pengguna ataupun pengedar. Selain
itu, adanya kerjasama yang dituangkan melalui MOU antara BNNK, Kepolisian
dan Dikpora yang telah menetapkan lingkungan pelajar sebagai salah satu
sasaran strategis pencegahan penyalahgunaan Narkoba. Hal tersebut
tentunya tidak terlepas dari dukungan dan partisipasi pihak sekolah, keluarga
dan masyarakat untuk bersama-sama memberikan pengarahan atau informasi
kepada pelajar terkait bahaya narkoba bagi masa depan generasi bangsa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merasa perlu untuk
mengangkat isu ini sebagai sebuah tema dalam penulisan karya ilmiah yang
berjudul: “Strategi Resor Bantul, BNNK dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Bantul Dalam Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkoba di Kalangan Pelajar. Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten
Bantul”.
B. FOKUS PENELITIAN
Melihat latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap strategi Kepolisian Resor Bantul, BNNK dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Bantul dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba di
kalangan pelajar. Penulis memilih permasalahan dalam upaya
penanggulangan peredaran penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh
Kepolisian, BNNK dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Fokus dalam
penelitian ini adalah :
9
1. Strategi Kepolisian, BNNK, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga
dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar
SMP dan SMA di KabupatenBantul.
2. Faktor pendukung dan penghambat strategi penanggulangan narkoba di
kalanganpelajar.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasar latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu :
1. Bagaimanakah Strategi Kepolisian, BNNK, Dinas Pendidikan, Pemuda
dan Olah raga dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkoba di
kalangan pelajar SMP dan SMA di Kabupaten Bantul?
2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam strategi
penanggulangan narkoba di kalangan pelajar?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berkembangnya penyalahgunaan narkoba dikalangan pelajar di
Kabupaten Bantul penulis ingin memberikan gagasan maupun masukan
kepada Kepolisian, BNNK dan Dinas Pendidikan pemuda dan olahraga untuk
dapat efektif dalam melakukan strategi sehingga penyalahgunaan narkoba di
kalangan pelajar dapat diminimalisir, maka tujuan dari penelitian ini antara lain
:
1. Untuk mendiskripsikan strategi Kepolisian, BNNK, dan Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olah raga Kabupaten Bantul dalam penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar SMP dan SMA di Kabupaten
Bantul.
10
2. Untuk menunjukkan Faktor pendukung dan penghambat strategi
penanggulangan narkoba di kalangan pelajar.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan konsep dan moril bagi
pihak Kepolisian, BNNK dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bantul dalam upaya mencegah dan memberantas peredaran
Narkoba dikalangan pelajar Kabupaten Bantul.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi Kepolisian,
BNNK dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dalam peningkatan
sarana dan prasarana, kualitas sumber daya manusia dan peningkatan
kinerja dalam penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dikalangan
pelajar.
F. KERANGKA KONSEPTUAL
1. Strategi
Pengertian strategi ada beberapa macam sebagaimana dikemukakan oleh para
ahli dalam bukunya masing-masing. Kata strategi berasal dari kata Strategos
dalam bahasa yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau
pemimpin. Satu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran
yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.
“strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpinpuncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi , disertai
penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat
dicapai“(Marrus 2002).
11
Dalam strategi yang sangat penting dan tidak boleh dilupakan ialah seperti
pendapat Donelly dalam bukunya ada enam informasi, “Yang peratama apa yang
akan dilaksanakan kemudian mengapa demikian suatu uraian tentang alasan yang
akan dipakai dalam menentukan hal sebelumnya, lalu siapa yang akan
bertanggungjawab untuk atau mengoprasionalkan strategi, kemudian berapa biaya
yang harus dikeluarkan untuk mensukseskan strategi, lalu berapa lama waktu
yang diperlukan untuk mengoprasionalkan strategi, dan hasil apa yang diperoleh
dari strategi tersebut”(Donelly 1996).
Tahap memformulasikan strategi antara lain menetapkan visi dan misi,
mengidentifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi dari sudut
pandang eksternal, menetapkan kelemahan dan keunggulan yang dimiliki
organisasi dari sudut pandang internal, menyusun rencana jangka panjang,
membuat strategi-strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan
dicapai.
Tahap mengimplementasikan strategi memerlukan suatu keputusan dari pihak
yang berwenang dalam mengambil keputusan untuk menetapkan tujuan
tahunan,membuat kebijakan, memotivasi pegawai, dan mengalokasikan sumber
daya yang dimiliki sehingga strategi yang sudah diformulasikan dapat
dilaksanakan. Pada tahap ini dilakukan pengembangan strategi pendukung
budaya, merencanakan struktur organisasi yang efektif, mengatur ulang usaha
pemasaran yang dilakukan, mempersiapkan budget, mengembangkan dan
utilisasi sistem informasi serta menghubungkan kompensasi karyawan terhadap
kinerja organisasi. Mengimplementasikan strategi sering disebut sebagai “action
stage” dari manajemen strategis. Pengimplementasian strategi memiliki maksud
memobilisasi para pegawai dan manajer untuk menterjemahkan strategi yang
sudah diformulasikan menjadi aksi.Tahap mengevaluasi strategi adalah tahap
terakhir dalam manajemen strategis. Para manajer sangat perlu untuk mengetahui
ketika ada strategi yang sudah diformulasikan tidak berjalan dengan baik. Evaluasi
12
strategi memiliki tiga aktifitas yang fundamental, yaitu mereview faktor-faktor
internal dan eksternal yang menjadi dasar untuk strategi saat ini, mengukur
performa dan mengambil langkah korektif.
Di lingkungan organisasi atau perusahaan, strategi memiliki peranan yang
sangat penting untuk mencapai tujuan, karena strategi memberikan arah tindakan,
dan cara bagaimana tindakan tersebut harus dilakukan agar tujuan yang
diinginkan dapat tercapai. Menurut Grant strategi memiliki 3 peranan penting
dalam mengisi tujuan manajemen yaitu, “Strategi sebagai pendukung untuk
pengambilan keputusan yang dapat memberikan kesatuan hubungan antara
keputusan-keputusan yang diambil individu atau organisasi, lalu strategi sebagai
sarana koordinasi dan komunikasi untuk memberikan kesamaan arah bagi
perusahaan atau organisasi, kemudian strategi sebagai target dimana strategi
akan digabungkan dengan visi misi untuk menentukan dimana perusahaan berada
dalam masa yang akan datang, penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk
memberikan arah bagi penyusun strategi tetapi juga untuk membentuk aspirasi
bagi perusahaan”(Grant 1999).
Maraknya tingkat penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, menimbulkan
keprihatinan dari berbagai kalangan. Demi menyelamatkan generasi muda dalam hal
ini pelajar yang melakukan penyalahgunaan narkoba, kepolisian bersama-sama
dengan BNNK, dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul
melakukan upaya penanggulangan peredaran narkoba dituangkan dalam MOU
antara tiga lembaga tersebut. .Polri dalam upaya mencegah penyalahgunaan
narkoba bersama-sama dengan instansi terkait melakukan penyuluhan terutama
kepada pelajar- pelajar di sekolah-sekolah. Upaya tersebut sebagai upaya preventif
dengan program diantaranya adalah penanaman disiplin melalui pembinaan pribadi
dan kelompok, pengendalian situasi khususnya yang menyangkut aspek budaya,
ekonomi dan politik yang cenderung dapat merangsang terjadinya penyalahgunaan
13
narkoba, pengawasan lingkungan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan
terjadinya penyalahgunaan narkoba dan pembinaan atau bimbingan dari partisipasi
masyarakat secara aktif untuk menghindari penyalahgunaan tersebut dengan
mengisi kegiatan-kegiatan yang positif. (B.P. Dharma Bhakti,1999:13)
Dengan merujuk pada pandangan Dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins
(1985) menjelaskan adanya empat tingkatan strategi. Keseluruhannya disebut
Master Strategy, yaitu:
a) Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi
mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang
berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam masyarakat yang
tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti
kelompok penekan, kelompok politik dan kelompok sosial lainnya.
Jadi dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat
luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan
organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-
sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap
tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
b) Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut
Grand Strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi.
Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita
mengendalikan bisnis itu, tidak semata-mata untuk dijawab oleh organisasi
bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi non
profit.
c) Business Strategy
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di
tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para
14
penguasa, para pengusaha, para investor dan sebagainya. Semua itu
dimaksudkan untuk dapat memperoleh keuntungan – keuntungan strategi
yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang
lebih baik.
d) Functional Strategy
Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang
suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi functional yaitu:
1) Strategi functional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi yang
memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang
sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran,
sumber daya, penelitian dan pengembangan.
2) Strategi functional manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen
yaitu planning, organizing, implementating, controlling, staffing, leading,
motivating, communicating,decision making, representing, dan
integrating.
3) Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik
situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum
diketahui atau yang selalu berubah.
(https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-strategi/, diakses tanggal
20 September 2019).
2. Penyalahgunaan Narkoba
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan
adiktif. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum
seperti polisi (termasuk di dalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim
dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk
pada ketiga zat tersebut adalah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif. Istilah NAPZA biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi
15
kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua
istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama. Secara etimologi
narkoba berasala dari bahasa Inggris yaitu narcotics yang berarti obat bius,
yang artinya sama dengan narcosis dalam bahasa Yunani yang berarti
menidurkan atau membiuskan. Sedangkan dalam kamus Inggris Indonesia
narkoba berarti bahan-bahan pembius, obat bius atau penenang. (Hasan
Sadly, 2000: 390). Secara terminologis narkoba adalah obat yang dapat
menenangkan syaraf, menghiangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk
atau merangsang (Anton M. Mulyono, 1988: 609)
Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan umat manusia,
khususnya untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan, namun dengan
semakin berkembangnya zaman, narkoba digunakan untuk hal-hal negatif.
(Dikdik M. Arief Mansyur dan Elisatris Gultom, 2007: 100).
Sejarah penyalahgunaan narkoba di dunia menunjukkan bahwa jenis
narkoba yang disalahgunakan berubah dari masa ke masa. Dahulu jenis
narkoba, sekarang jenis amfetamin yang banyak disalahgunakan.
Penyalahgunaan narkoba juga berbeda dari kawasan satu ke kawasan
lainnya, tetapi yang paling penting adalah penyalahgunaan narkoba
menunjukkan peningkatan tajam diseluruh dunia. (advokasi pencegahan
penyalahgunaan Narkoba, 2010: 75)
Penyalahgunaan narkotika telah menjadi masalah yang sangat serius
bukan hanya pada tingkat lokal, nasional, melainkan juga pada tingkat
internasional. Ketergantungan pada narkotika bila dianalisa secara medis
pada dasarnya merupakan penyakit otak. Oleh karena itu pada pecandu
narkotika bukan dikarenakan kurang motivasi untuk pulih, melainkan oleh
perubahan mekanisme yang ada di dalam otak yang pada umumnya
memerlukan waktu yang lama untuk dapat beradaptasi kembali dengan
kondisi bebas zat (abstinensis).
16
Narkotika bukan lagi istilah asing bagi masyarakat mengingat begitu
banyaknya berita, baik dari media cetak maupun elektronika yang
memberitakan tentang penggunaan narkotika dan bagaimana korban dari
berbagai kalangan dan usia berjatuhan akibat penggunaannya. Narkotika
menurut Merriam Webster adalah :
a. A drug (as opium or morphine) that in moderate doses dulls the senses,
relieves pain, and induces profound sleep but the excessive doses causes
stupor, coma or convulsions Sebuah obat (seperti opium
ataumorphine)yang dalam dosis tertentu dapat menumpulkan indra,
mengurangi rasa sakit, dan mendorong tidur, tetapi dalam dosis berlebihan
menyebabkan pingsan, koma atau kejang.
b. A drug as marijuana or LSD subject to restriction similar to that of addictive
narcotics whether physiologically addictive and narcotic ornot
c. Something that soothes, relieves, or lulls (untuk menenangkan) (www.
meriam-webster.com/dictionary/narcotic) Istilah narkotika yang
dipergunakan disini bukanlah “narcotics pada farmacologie (farmasi)
melainkan sama artinya dengan drug yaitu sejenis zat yang apabila
dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh-pengaruh tertentu pada
tubuh sipemakai yaitu:
1. Mempengaruhi kesadaran
2. Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku
manusia
3. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa;
a. Penenang
b. Perangsang (bukan rangsangansex)
c. Menimbulkan halusinasi (pemakainya tidak mampu membedakan
antara kayalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu
dan tempat). (Soedjono D, 1993:1)
17
Sehubungan dengan pengertian narkotika, menurut Sudarto, dalam
bukunya Kapita Selekta Hukum Pidana mengatakan bahwa Perkataan
“narkotika berasal dari perkataan Yunani “narke” yang berarti terbius
sehingga tidak berasa apa-apa”. (Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany dan
Mukhsin, 2005:480). Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan
Narkotika ini, maka perlu diingat beberapa dasar hukum yang diterapkan
menghadapi pelaku tindak pidana narkotika berikut ini:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang
KUHAP;
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1997 tentang
Pengesahan United Nation Convention Against Illicit Traffic in Narcotic
Drug and Pshychotriphic Suybstances 1988 ( Konvensi PBB tentang
Pemberantasan Peredaran Gelap narkotika dan Psikotrapika,1988);
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun1997;
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika;
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
Untuk pelaku penyalahgunaan Narkotika dapat dikenakan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, hal ini dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sebaga ipengguna.
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan Pasal 116 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman
hukuman paling lama 15tahun.
18
b. Sebagai pengedar
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan Pasal 81 dan 82 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, dengan ancaman
hukuman paling lama 15 + denda.
c. Sebagai produsen
Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan Pasal 113 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009, dengan ancaman hukuman paling lama 15
tahun/ seumur hidup/ mati + denda.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dijelaskan ada tiga jenis golongan narkotika, yaitu :
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Daun Koka, Opium, Ganja,
Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis
lainnya.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon danlain-lain.
c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan
penelitian. Golongan III narkotika ini banyak digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :Codein,
Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina, Polkodina, Propiram,
19
dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk beberapa campuran lainnya.
Untuk informasi lebih mendalam tentang jenis narkotika dalam ketiga
golongan tersebut dapat dilihat di lampiran Undang-Undang Narkotika
Nomor 35 Tahun 2009.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika, dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika yang berkhasiat melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
prilaku. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah :
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan
kesehatan dan ilmu pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalah gunaan psikotropika.
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut, psikotropika
memegang peranan penting. Psikotropika juga digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan meliputi penelitian, pengembangan,
pendidikan dan pengajaran sehingga ketersediaannya perlu dijamin melalui
kegiatan produksi dan impor. Penyalahgunaan psikotropika dapat
mengakibatkan sindroma ketergantungan apabila penggunaannya tidak
dibawah pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu. Hal ini tidak saja merugikan bagi
20
penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial,ekonomi, dan keamanan
nasional, sehingga hal ini merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan
negara. Contoh narkoba jenis psikotropika :Alprazolam, Clonazipam,
Diazepam, Lexotan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Yang dimaksud kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009). Dalam Undang-Undang
kesehatan ini setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan
dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan dan
mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat. Ketentuan mengenai
pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan
farmasi dan alat kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan
farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Orang yang melanggar dalam ketentuan diatas dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Contoh narkoba yang termasuk dalam golongan
Undang-Undang Kesehatan : Thryhexipynidil, Heximer. Selain Undang–
Undang kesehatan sebagai payung hukum dalam penindakan dan
pemberantasan di wilayah Kabupaten Bantul juga menerapkan Peraturan
Daerah Nomor 04 Tahun 2019 tentang Pelanggaran dan Penanggulangan
Peredaran Miras.
21
3. Pelajar
Pelajar atau sering juga disebut dengan siswa atau peserta didik
merupakan pelajar yang duduk dimeja belajar strata Sekolah Dasar maupun
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA). Siswa-
siswa tersebut belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan untuk
mencapai pemahaman ilmu yang telah didapat dunia pendidikan. Siswa atau
peseta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang
tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah,
dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan,
berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan
mandiri. Sebutan “Pelajar” diberikan kepada peserta didik yang mengikuti
proses pendidikan dan pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuannya.
Secara umum, pelajar merupakan individu-individu yang ikut serta dalam
proses belajar. Sedangkan, dalam arti sempit pelajar adalah peserta didik.
(https://pelajarindo.com/pengertian-pelajar/, di akses tanggal 5 Maret 2019)
Menurut pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2013 mengenai sistem pendidikan nasional siswa adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui proses
pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sedangkan
menurut tokoh Abu Ahmadi (2002) yang juga menuliskan pengertian peserta
didik atau siswa adalah orang yang belum mencapai dewasa, yang
membutuhkan usaha, bantuan bimbingan dari orang lain yang telah dewasa
guna melaksanakan tugas sebagai salah satu makhluk Tuhan, sebagai umat
manusia, sebagai warga negara yang baik, dan sebagai salah satu
masyarakat serta sebagai suatu pribadi atau individu.
22
Pengertian siswa menurut Wikipedia, siswa adalah anggota masyarakat
yang berusaha meningkatkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada
jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, pada jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Istilah siswa dalam dunia pendidikan
meliputi:
a. Siswa : siswa atau siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
b. Mahasiswa: mahasiswa atau mahasiswi istilah umum bagi peserta
didik pada jenjang pendidikan tinggi.
c. Warga belajar: istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non
formal seperti pusat kegiatan belajar masyarakat (PKMB), Baik paket
A, Paket B, Paket C.
d. Pelajar: istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti
pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat
menengah (Kompasina,2013).
G. METODE PENELITIAN
Untuk mengkaji Strategi Kepolisian Resor Bantul, BNNK dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Bantul dalam penanggulangan penyalahgunaan
narkotika di kalangan pelajar maka diperlukan suatu metode penelitian yang
sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Metode penelitian
kualitatif adalah metode yang dipakai untuk penelitian ini. Dalam metode
penelitian ini berisi tentang :
23
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif dengan maksud untuk menjelaskan gambaran yang menyeluruh
dan jelas terhadap fenomena atau situasi sosial yang diteliti. Peneliti
menggunakan jenis penelitian deskriptif karena peneliti akan melakukan
penelitian langsung dan pengamatan (observasi) untuk mengetahui
Strategi Kepolisian Resot Bantul, BNNK dan Dikpora Kabupaten Bantul
dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika di kalangan pelajar.
Dari hasil pengamatan akan ditulis secara sistematis, faktual dan seakurat
mungkin berdasarkan sumber data-data atau gambar yang didapatkan.
(Sugiyono, 2009).
2. Obyek penelitian
Objek penelitian adalah Strategi Kepolisian Resor Bantul, BNNK dan
Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul dalam penanggulangan
penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam hal ini adalah Kepolisian Resor Bantul,
BNNKdan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul.
4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian
Teknik pemilihan subyek penelitian yang digunakan peneliti yaitu
menggunakan teknik Purposive Sampling dimana peneliti menentukan
pengambilan sample dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai
dengan tujuan penelitian, sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan penelitian (https://statistika.com, diakses tanggal 11 April
2019).
24
Sesuai dengan pemilihan subyek penelitian, maka yang dijadikan
informan dalam penelitian adalah:
a. Pejabat dan Staf Satuan Narkoba Kepolisian ResorBantul;
b. Pejabat dan Staf BNNKBantul;
c. Pejabat dan Staf Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Bantul;
d. Guru SMP/ SMA Swasta; dan
e. Pengguna atau pengedar narkoba di kalangan pelajar.
5. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian untuk mendapatkan data, maka cara atau teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Observasi (pengamatan)
Observasi diklasifikasikan menjadi observasi partisipasi
(partisipasi observasi), observasi yang secara terang-terangan dan
tersamar (over observation and convert observation), dan observasi
yang tak terstruktur (Unstructured observation). (Sugiyono, 2014:64)
Dalam observasi ini, penyusun melakukan pengamatan dan ikut serta
melakukan apa yang dilakukan oleh informan.
b. Interview (wawancara)
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian kualitatif hal
penting yang dikembangkan adalah teknik observasi partisipatif
dengan wawancara mendalam selama melakukan observasi. Tujuan
25
wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam
pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang hal-hal
yang tidak diketahui melalui observasi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai pelengkap data yang didapat melalui
observasi dan wawancara dari bagian Narkoba Polres Bantul, BNN
Kabupaten Bantul, dan Dinas Dikpora Kabupaten Bantul. Bentuk
dokumentasi yang dimaksud berupa foto, gambar, naskah-naskah,
karya tulis, ataupun karya ilmiah yang biasa peneliti dapatkan dari
lokasi penelitian atau dengan kata lain merupakan teknik pengumpulan
data berdasarkan pada dokumen-dokumen yang ada pada bagian
Narkoba Kepolisian Resor Bantul, BNNK Bantul dan Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul.
d. Trianggulasi
Trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan trianggulasi teknik
pengumpulan data dengan observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dan dokumentasi untuk mendapatkan data yang secara
serempak. Bila melakukan pengumpulan data dengan trianggulasi,
maka sebenarnya data yang dikumpulkan sudah sekaligus diuji
kredibilitasnya, karena kredibilitas data dicek dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data.
26
6. Teknik Analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola,memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan saat wawancara,peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang di wawancarai.Aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai
tuntas.(Sugiyono, 2014:91).
Dari pendapat tersebut maka teknik analisis data dilakukan secara
interaktif yang terdiri 3 komponen utama, yaitu:
a. Reduksi data (data reduction)
Merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan
keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi. Data yang diperoleh
di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara
teliti dan rinci, melalui reduksi data maka merangkum, memilih hal-hal
pokok, berfokus pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran
yang lebihnjelas.
27
b. Penyajian data (data display)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam
bentuk tabel, grafik, dan sebagainya.
c. Kesimpulan danverifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah bila yang dikemukakan bukti-bukti yang kuat
mendukung pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif danteori.
28
BAB II
PROFIL POLRES BANTUL DAN SATRESNARKOBA
A. Profil Polres Bantul dan Satresnarkoba
1. Polres Bantul
Polres Bantul terletak di Jalan Jenderal Sudirman 202 Bantul Yogyakarta.
Polres Bantul dipimpin oleh seorang Kapolres berpangkat Ajun Komisaris Polisi.
Jumlah personil Polres Bantul tahun 2018 sebanyak 1566 personil yang terdiri
dari Perwira menengah sebanyak 15 orang, Perwira Pertama 18 orang, Bintara
1316 orang, ASN 47 orang. Polres Bantul membawahi 17 Polsek yang tersebar di
17 Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bantul. Letak geografis wilayah
Kabupaten Bantul, berada di Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta bagian
selatan, berupa dataran rendah dan dataran tinggi, pegunungan. Kabupaten
Bantul dengan luas wilayah 506.85 km² dan jumlah penduduk 823.242 jiwa terdiri
dari WNI laki-laki 402.480 jiwa, perempuan 420.719 jiwa sedangkan WNA laki-laki
14 jiwa dan perempuan 29 jiwa mempunyai korelasi terhadap perkembangan
Kamtibmas di wilayah hukum Polres Bantul.
2. Wilayah Administratif
Wilayah Polres Bantul Terletak antara 110” 12″ 34″ sampai 110″ 31″ 08″ Bujur
Timur dan Antara 7″ 44″ 04″ sampai 8″ 00″ 27″ Lintang Selatan. Adapun batas
wilayah yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kodya Yogyakarta & Kabupaten Sleman
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo
29
Gambar 2.1
PETA KABUPATEN BANTUL
Sumber : Polres Bantul,2019
Kabupaten Bantul, beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 23° sd 34° C.
Sedangkan luas daerah Kabupaten Bantul : 506.85 km. Secara fisik Jaringan
jalan raya dapat di bagi menjadi jalan Negara : 42,24 km, Jalan Propinsi : 154,05
km, Jalan Kabupaten : 899,83 Km. Kondisi jalan terdiri dari : Keadaan baik
584,05 km, Keadaan Sedang 416,04 km dan Keadaan rusak 96,03 km. Jumlah
penduduk Kabupaten Bantul sebanyak 925.633 jiwa. Kepadatan Penduduk
sebanyak 1.825 jiwa/km². Mata Pencaharian sekitar 27,7 % petani/buruh, sekitar
1,2% buruh dan sekitar 23 % Pegawai Negeri, TNI, POLRI, Pengusaha dan
Dagang. Sumber Daya Alam Kabupaten Bantul yaitu batu kapur di wilayah
Pajangan dan Kretek, batu lintang diwilayah Dlingo dan Imogiri dan Pasir di
sungai progo.
Dalam sektor Sosial dan Ekonomi, Kabupaten Bantul mempunyai Obyek Vital
yaitu Depo pertamina di Rewulu PG.Madukismo, PT. Samitex di Sewon, PT.
Sampurna, PT. Merapi Agung lestari gardu induk PLN Tempat
pembuangan/pengolahan limbah cair di Sewon. Di Kabupaten Bantul juga
terdapat kurang lebih 228 perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan,
mebelair, handicraf, keramik tanah liat, elektonik, perikanan, batik, furniture,
30
pakaian jadi, rokok, konsultan, ekspor impor. Di sektor sosial budaya, di
Kabupaten Bantul terdapat SD sebanyak 444, SMP sebanyak 86, SLTA sebanyak
36, SMK sebanyak 31, Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta sebanyak 22.
Kabupaten Bantul secara administratif terdiri dari 17 Kecamatan, yang dibagi
menjadi 75 Desa, dan 933 Pedukuhan. 17 Kecamatan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Kecamatan Srandakan (2 desa)
2. Kecamatan Sanden (4 desa)
3. Kecamatan Sedayu (4 desa)
4. Kecamatan Pandak (4 desa)
5. Kecamatan Kasihan (4 desa)
6. Kecamatan Pajangan (3 desa)
7. Kecamatan Kretek (5 desa)
8. Kecamatan Bambanglipuro (3 desa)
9. Kecamatan Pundong (3 desa)
10. Kecamatan Bantul (5 desa)
11. Kecamatan Sewon (4 desa)
12. Kecamatan Jetis (4 desa)
13. Kecamatan Dlingo (6 desa)
14. Kecamatan Piyungan (3 desa)
15. Kecamatan Banguntapan (8 desa)
31
16. Kecamatan Pleret (5 desa)
17. Kecamatan Imogiri (8 desa)
3. Visi dan Misi Polres Bantul
Visi Polres Bantul
Polres Bantul bertekad mewujudkan postur polri yang profesional,bermoral dan
modern sebagai pelindung pengayom dan pelayan masyarakat yang terpercaya
dalam memelihara kamtibmas dan penegakan hukum di wilayah hukum polres
Bantul sebagai kota budaya dan pariwisata dalam suatu kehidupan sosial yang
demokratis dan budaya serta masyarakat yang sejahtera.
Misi Polres Bantul
a. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
yang membutuhkan sehingga masyarakat Bantul bebas dari gangguan psikis
dan fisik.
b. Memberikan bimbingan kepada masyarakat Bantul melalui upaya pre-emtif
dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta
kepatuhan hukum masyarakat.
c. Menegakan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung
tinggi supremasi hukum dan hak asasi manusia serta budaya setempat
menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.
d. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap
memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku dalam
masyarakat Bantul dalam rangka mendukung pembagunan daerah.
e. Meningkatkan sumber daya manusia dan sarana prasarana / matlog Polres
Bantul secara profesional untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban
masyarakat sehingga dapat mendorong gairah kerja masyarakat Bantul
sebagai kota pendidikan dan pariwisata guna mencapai kesejahteraan.
32
f. Meningkatkan konsolidasi kedalam sebagai upaya menyamakan visi dan misi
Polres Bantul kedepan, agar mampu melaksanakan tugas sesuai keinginan
masyarakat.
g. Meningkatkan kerjasama dengan intansi terkait / pemda dalam rangka
kelancaran tugas pokok fungsi Polres Bantul.
h. Memelihara solidaritas institusi Polres Bantul dari berbagai pengaruh external
yang sangat merugikan organisasi.
i. Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa mengingat Bantul
sebagai kota budaya dan pariwisata banyak turis baik domestik maupun
manca negara.
33
4. STRUKTUR ORGANISASI POLRES KABUPATEN BANTUL
Gambar 2.2
STRUKTUR ORGANISASI POLRES BANTUL
KAPOLRES
WAKA POLRES
SUBBAG DALOPS
SIUMSIKEUSIPROPAMSIWAS
SUBBAG BINOPS SUBBAGPERSONEL
BAGSUMDA
SUBBAGPROGAR
BAGRENBAGOPS
SUBBAGDALGAR
SUBBAGSARPRAS
SUBBAGHUKUM
SPKTTERPADU
SUBBAG HUMAS
SITIPOL
SATINTELKAM
SAT RESKRIM SATNARKOBA
SATTAHTI
SATPOLAIR
SATLANTAS
SATSABHARA
SATBINMAS
POLSEK BANTUL
POLSEK KASIHAN POLSEKPIYUNGAN
POLSEKBANGUNTAPAN
POLSEK SEWON
POLSEK SEDAYU
POLSEKPANDAK
POLSEKIMOGIRI
POLSEKPLERET
POLSEK JETIS
POLSEKKRETEK
POLSEK SANDENPOLSEKBAMBANGLIPURO
POLSEKPAJANGAN
POLSEKSRANDAKAN
POLSEK DLINGO POLSEKPUNDONG
Sumber : Polres Bantul,2019
34
Keterangan Gambar 2.2 Struktur Organisasi Polres Bantul :
1) Kapolres : Kepala Kepolisian Resor
2) Waka Polres : Wakil Kepala Kepolisian Resor
3) Siwas : Seksi Pengawas
4) Sipropam : Seksi Profesi dan Pengamanan
5) Sikeu : Seksi Keuangan
6) Sium : Seksi Umum
7) Bagops : Bagian Operasional
8) Bagren : Bagian Perencanaan
9) Bagsumda : Bagian Sumber Daya
10) Subbag Binops : Sub Bagian Bina Operasional
11) Subbag dalops : Sub Bagian Pengendalian Operasional
12) Subbag Humas : Sub Bagian Hubungan Masyarakat
13) Subbag Prograr : Sub Bagian Program Anggaran
14) Subbag Dalgar : Sub Bagian Pengendalian Anggaran
15) Subbag Personel : Sub Bagian Personel
16) Subbag Sarpras : Sub Bagian Sarana Prasarana
17) Subbag Hukum : Sub Bagian Hukum
18) SPKT Terpadu : Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu
19) Sat Intelkam : Satuan Intelegen Keamanan
20) Sat Reskrim : Satuan Reserse Kriminal
21) Sat Narkoba : Satuan Narkotika dan Obat-obatan
22) Sat Binmas : Satuan Bimbingan Masyarakat
23) Sat Sabhara : Satuan Bhayangkara
24) Sat Lantas : Satuan Lalu Lintas
25) Sat Polair : satuan Polisi Air
26) Sat Tahti : Satuan Tahanan dan Barang Bukti
35
27) Sitipol : Seksi telekomunikasi Polisi
Selanjutnya adapun tugas dan fungsi masing-masing bagian sebagai berikut :
1. Bagops (Bagian Operasional) Polres Bantul
Bagops bertugas merencanakan dan mengendalikan administrasi operasi
kepolisisan, pengamanan kegiatan masyarakat dan/atau instansi pemerintah,
menyajikan informasi dan dokumentasi kegiatan Polres serta mengendalikan
pengamanan markas.
Bagops menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan administrasi dan pelksanaan operasi kepolisisan;
b. Perencanaan pelaksanaan pelatihan praoperasi, termasuk kerja sama dan
pelatihan dalam rangka operasi kepolisian;
c. Perencanaan dan pengendalian operasi kepolisian, termasuk
pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta pelaporan data operasi dan
pengamanan kegiatan masyarakat dan/atau instansi pemerintah;
d. Pembinaan manajemen operasional meliputi rencana operasi, perintah
pelaksanaan operasi, pengendalian, dan administrasi operasi kepolisian
serta tindakan kontinjensi (keadaaan yang masih diliputi ketidakpastian dan
berada diluar jangkauan);
e. Pengkoordinasan dan pengendalian pelaksanaan pengamanan markas di
lingkungan Polres; dan
f. Pengelolaan informasi dan dokumentasi kegiatan Polres.
36
2. Bagren ( Bagian Perencanaan ) Polres Bantul
Bagren bertugas menyusun Rencana Kerja (Renja),
mengendalikan program dan anggaran, serta menganalisis dan
mengevaluasi atas pelaksanaannya, termasuk merencanakan
pengembangan satuan kewilayahan.
Bagren melaksanakan fungsi :
a. Penyusunan perencanaan jangka sedang daan jangka pendek
Polres, antara lain Rencana Strategis (Renstra) , Rancangan
Rencana Kerja (Renja), dan Renja;
b. Penyusunan rencana kebutuhan anggaran Polres dalam bentuk
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), penyusunan penetapan
kinerja, Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term Of Reference
(TOR), dan Rincian Anggaran Biaya (RAB);
c. Pembuatan administrasi otorisasi anggaran tingkat Polres; dan
d. Pemantauan, penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan
pembuatan laporan akuntabilitas kinerja satuan kerja dalam
bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
meliputi analisis target pencapaian kerja, program, dan anggaran.
3. Bag Sumda ( Bagian Sumber Daya ) Polres Bantul
Bagsumda bertugas melaksanakan pembinaan administrasi
personel, sarana dan prasarana, pelatihan fungsi, pelayanan kesehatan,
bantuan dan penerapan hukum.
Bagsumda menyelenggarakan fungsi :
a. Pembinaan dan administrasi personel, meliputi :
37
1) Pembinaan karier personel Polres antara lain Usulan
Kenaikan Pangkat (UKP), Kenaikan Gaji Berkala (KGB),
mutasi, pengangkatan, dan pemberhentian dalam jabatan
yang menjadi lingkup kewenangan Polres;
2) Perawatan personel antara lain pembinaan kesejahteraan
rohani, mental, jasmani, moril dan materiil, mengusulkan
tanda kehormatan;
3) Pembinaan psikologi personel antara lain kesehatan jiwa
personel dan pemeriksaan psikologi bagi pemegang
senjata api;
4) Pelatihan fungsi antara lain fungsi teknis kepolisian,
keterpaduan antar fungsi teknis kepolisian dan fungsi
pendukung; dan
5) Pelayanan kesehatan bagi anggota Polri dan PNS Pori
beserta keluarganya.
b. Pembinaan administrasi sarana prasarana, antara lain :
1) Menginventarisir, merawat, dan menyalurkan pembekalan
umum, peralatan khusus, senjata api, dan angkutan;
2) Melaksanakan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi
Barang Milik Negara (SIMAK BMN); dan
3) Memelihara fasilitas jasa dan kontruksi, listrik, air, dan
telepon.
c. Pelayanan bantuan dan penerapan hukum, anatara lain :
1) Memberikan pelayanan bantuan hukum kepada institusi
dan personel Polres beserta keluarganya;
2) Memberikan pendapat dan saran hukum;
38
3) Melaksanakan penyuluhan hukum kepada personel Polres
beserta keluarga dan masyarakat;
4) Menganalisis sistem dan metode terkait dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di ingkungan Polres; dan
5) Berperan serta dalam pembinaan hukum yang berkaitan
dengan penyusunan Peraturan Daerah.
4. Sat Binmas ( Satuan Pembinaan Masyarakat) Polres Bantul
Satbinmas bertugas melaksanakan pembinaan masyarakat yang
meliputi kegiatan penyuluhan masyarakat, pemberdayaan Perpolisian
Masyarakat (Polmas), melaksanakan koordinasi, pengawasan dan
pembinaan terhadap bentuk-bentuk pengaman swakarsa (Pam
Swakarsa), kepolisian khusus (Polsus), serta kegiatan kerja sama dengan
organisasi, lembaga, instansi dan/atau tokoh masyarakat guna
peningkatan kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum dan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta terpeliharanya
keamanan dan ketertiban masyarakat.
SatBinmas meenyelenggarakan fungsi :
a. Pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa dalam rangka peningkatan keesadaran dan ketaatan
masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Pengembangan peran serta masyarakat dalam pembinaan
keamanan, ketertiban, dan perwujudan kerja sama Polres dengan
masyarakat;
c. Pembinaan di bidang ketertiban masyarakat terhadap komponen
masyarakat antar lain remaja, pemuda, wanita, dan anak;
39
d. Pembinaan teknis, pengkoordinasian, dan pengawasan Polsus
serta Satuan Pengamanan (Satpam); dan
e. Pemberdayaan kegiatan Polmas yang meliputi pengembangan
kemitraan dan kerja sama antara Polres dan masyarakat,
organisasi, lembaga, instansi dan/atau tokoh masyarakat.
5. Sat Intelkam ( Satuan Intelejen dan Keamanan) Polres Bantul
Satintelkam bertugas menyelenggrakan dan membina fungsi
intelejen bidang keamanan, pelayanan yang berkaitan dengan ijin
keramaian umum dan penerbitan SKCK (Surat Keterangan Catatan
Kepolisian), menerima pemberitahuan kegiatan masyarakat atau kegiatan
politik, serta membuat rekomendasi atas permohonan izin pemegang
senjata api dan penggunaan bahan peledak.
Satintelkam menyelenggarakan fungsi :
a. Pembinaan kegiatan intelijen dalam bidang keamanan, antara lain
persandian dan produk intelijen di lingkungan Polres;
b. Pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna
terselenggranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini
(early warning), pengembangan jaringan informasi melalui
pemberdayaan personel pengembangan fungsi intelijen;
c. Pengumpulan, penyimpanan, pemutakhiran biodata tokoh formal
atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan
pemerintah daerah;
d. Pengdokumentasian dan penganalisisan terhadap pengembangan
lingkungan strategik serta penyusunan produk intelijen untuk
mendukung kegiatan Polres;
40
e. Penyusunan prakiraan intelijen keamanan dan menyajikan hasil
analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian
pimpinan;
f. Penerbitan surat izin untuk keramaian dan kegiatan masyarakat
antara lain dalam bentuk pesta (festival,bazar,konser), pawai,
pasar malam, pameran, pekan raya, dan pertunjukkan/permainan
ketangkasan;
g. Penerbitan STTP (Surat Tanda Terima Pemberitahuan) untuk
kegiatan masyarakat, antara lain dalam bentuk rapat, sidang,
muktamar, kongres, seminar,sarasehan,temu kader,diskusi panel,
dialog interaktif, outward bound, dan kegiatan politik; dan
h. Pelayanan SKCK serta rekomendasi penggunaan senjata api dan
bahan peledak.
6. Sat Lantas (Satuan Lalu Lintas) Polres Bantul
Satlantas bertugas melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan
masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan
identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan
lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.
Satlantas menyelenggarakan fungsi :
a. Pembinaan lalu lintas Kepolisian;
b. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas
sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bisang lalu
lintas;
c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka
penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban,
kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);
41
d. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan
bermotor serta pengemudi;
e. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta
penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan
hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;
f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; dan
g. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.
7. Sat Reskrim (Satuan Reserse Kriminal) Polres Bantu
Satreskrim bertugas melaksanakan penyelidikan, penyidikan , dan
pengawasan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi dan laboratorium
forensik lapangan serta pembinaan, koordinasi dan pengawasan PPNS
(Penyidik Pegawai Negeri Sipil).
Satreskrim menyelenggarakan fungsi :
a. Pembinaan teknis terhadap administrasi penyelidikan dan
penyidikan, serta identifikasi dan laboratorium forensik lapangan;
b. Pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan
wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Pengidentifikasian untuk kepentingan penyidik dan pelayanan
umum;
d. Penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mengkaji
efektifitas pelaksanaan tugas Satreskrim;
e. Pelaksanaan pengawasan penyidikan tindak pidana yang
dilakukan oleh penyidik pada unit Reskrim Polsek dan Satreskrim
Polres;
42
f. Pembinaan, koordinasi, dan pengawasan PPNS baik di bidang
operasional maupun administrasi penyidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana umum dan khusus,
antara lain tindak pidana ekonomi, korupsi, dan tindak pidana
tertentu di daerah hukum Polres.
8. Sat Resnarkoba (Satuan Reserse Narkoba) Polres Bantul
Satresnarkoba bertugas melaksanakan pembinaan fungsi
penyelidikan, penyidikan, pengawasan penyidikan tindak pidana
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba berikut prekursornya,
serta pembinaan dan penyuluhan dalam rangka pencegahan dan
rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.
Satresnarkoba meenyelenggarakan fungsi :
a. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba dan prekursor;
b. Pembinaan dan penyuluhan dalam rangka pencegahan dan
rehabilitasi korban penyalhgunaan narkoba;
c. Pengawasan terhadap pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan
tindak pidana penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh unit
Reskrim Polsek dan Satresnarkoba Polres; dan
d. Penganalisisan kasus beserta penanganannya, serta mengkaji
efektifitas pelaksanaan tugas Satresnarkoba.
9. Sat Sabhara (Satuan Samapta Bhayangkara) Polres Bantul
Sat sabhara bertugas melaksanakan Pengaturan, penjagaan
pengawalan, patrol (Turjawali) dan pengamanan kegiatan masyarakat
43
dan instansi pemerintah, objek vital, TPTKP (Tindakan Pertama di
Tempat Kejadian Perkara), penanganan Tipiring, dan pengendalian
massa dalam rangka pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat
serta pengamanan markas.
Sat Shabara menyelenggarakan fungsi :
a. Pemberian arahan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
tugas satshabara;
b. Pemberian bimbingan, arahan, dan pelatihan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas di lingkungan Satshabara;
c. Perawatan dan pemeliharaan peralatan serta kendaraan
Satshabara;
d. Penyiapan kekuatan personel dan peralatan untuk kepentingan
tugas Turjawali, pengamanan unjuk rasa dan objek vital,
pengendalian massa, negosiator, serta pencarian dan
penyelamatan atau Search and Rescue (SAR);
e. Pembinaan teknis pemeliharaan ketertiban umum berupa
penegakan hukum Tipiring dan TPTKP; dan
f. Pengamanan markas dengan melaksanakan pengaturan dan
penjagaan.
10. Sat Tahti (Satuan Tahanan dan Barang Bukti) Polres Bantul
SatTahti bertugas menyelenggarakan perawatan tahanan meliputi
pelayanan kesehatan tahanan, pembinaan tahanan serta menerima,
menyimpan, dan mengamankan barang bukti beserta administrasinya di
lingkungan Polres, melaporkan jumlah dan kondisi tahanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sattahti menyelenggrakan fungsi :
44
a. Pembinaan dan pemberian petunjuk tata tertib yang berkaitan
dengan tahanan, yang meliputi pemeriksaan fasilitas ruang
tahanan, jumlah dan kondisi tahanan beserta administrasinya;
b. Pelayanan kesehatan, perawatan, pembinaan jasmani dan rohani
tahanan;
c. Pengelolaan barang titipan milik tahanan; dan
d. Pengamanan dan pengelolaan barang bukti beserta administrasi.
11. Sikeu (Seksi keuangan) Polres Bantul
Sikeu bertugas melaksanakan pelayanan fungsi keuangan yang
meliputi pembiayaan, pembukuan, akuntansi, dan verifikasi, serta laporan
pertanggungjawaban keuangan.
Sikeu menyelenggarakan fungsi :
a. Pelayanan administrasi keuangan meliputi pembayaran,
pengendalian, pembukuan, akuntansi, dan verifikasi;
b. Pembayaran gaji personel Polri; dan
c. Penyusunan laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) serta
pertanggungjawaban keuangan.
12. Sipropam (Seksi Profesi dan Keamanan) Polres Bantul
Sipropam bertugas melaksanakan pembinaan dan pemeliharaan
disiplin, pengaman internal, pelayanan pengaduan masyarakat yang
diduga dilakukan oleh anggota Polri dan/atau PNS Polri, melaksanakan
sidang disiplin dan/atau kode etik profesi Polri, serta rehabilitasi personel.
Sipropam menyelenggarakan fungsi :
a. Pelayanan pengaduan masyarakat tentang penyimpangan
perilaku dan tindakan personel Polri;
45
b. Penegakan disiplin, ketertiban dan pengamanan internal personel
Polres;
c. Pelaksanaan sidang disiplin dan/atau kode etik profesi serta
pemuliaan profesi personel;
d. Pengawasan dan penilaian terhadap personel Polres yang sedang
dan telah menjalankan hukuman disiplin dan/atau kode etik
profesi; dan
e. Penerbitan rehabilitasi personel Polres yang telah melaksanakan
hukuman dan yang tidak terbukti melakukan pelanggaran disiplin
dan/atau kode etik profesi.
13. Sitipol (Seksi Teknologi Informasi Polri) Polres Bantul
Sitipol bertugas menyelenggrakan pelayanan teknologi
komunikasi dan informasi, meliputi kegiatan komunikasi kepolisian,
pengumpulan dan pengolahan serta penyajian data, termasuk informasi
kriminal dan pelayanan multimedia.
Sitipol menyelenggarakan fungsi :
a. Pemeliharaan jaringan komunikasi kepolisian dan data, serta
pelayanan telekomunikasi;
b. Penyelenggaraan sistem informasi kriminal yang meliputi
penyiapan dan penyajian data serta statistic kriminal; dan
c. Penyelenggaraan koordinasi dalam penggunaan teknologi
komunikasi dan informasi dengan satuan fungsi di lingkungan
Polres.
46
14. Sium ( Seksi Umum ) Polres Bantul
Sium bertugas melaksanakan pelayanan aadministrasi umum dan
ketatausahaan serta pelayanan markas di lingkungan Polres.
Sium menyelenggarakan fungsi :
a. Pelayanan administrasi umum dan ketatausahaan antara lain
kesekretariatan dan kearsipan di lingkungan Polres; dan
b. Pelayanan markas antara lain pelayanan fasilitas kantor,rapat,
angkutan, perumahan, protokoler untuk upacara, pemakaman,
dan urusan dalam di lingkungan Polres.
15. Siwas (Seksi Pengawas) Polres Bantul
Siwas bertugas melaksanakan monitoring dan pengawasan umum
baik secara rutin maupun insidentil terhadap pelaksanaan kebijakan
pimpinan Polri di bidang pembinaan dan operasional yang dilakukan oleh
semua unit kerja, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pencapaian kinerja serta memberikan saran tindak terhadap
penyimpangan yang ditemukan.
Siwas menyelenggarakan fungsi :
a. Pengawasan dan monitoring secara umum dan insidentil terhadap
pelaksanaan kebijakan pimpinan Polri di bidang pembinaan dan
operasional yang dilakukan oleh semua unit kerja;
b. Pengawasan dan monitoring proses perencanaan, pelaksanaan,
dan pencapaian kinerja;
c. Pengawasan dan monitoring terhadap sumber daya yang meliputi
bidang personel, materiil, fasilitas serta jasa; dan
d. Pemberian saran dan pertimbangan kepada pimpinan atas
penyimpangan dan pelanggaran yang ditemukan.
47
16. SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) Polres Bantul
SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu
terhadap laporan atau pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan
pertolongan,serta memberikan pelayanan informasi.
SPKT menyelenggarakan fungsi :
a. Pelayanan kepolisian kepada masyarakat secara terpadu antara
lain dalam bentuk Laporan Polisi (LP), Surat Tanda Terima
Laporan Polisi (STTLP), Surat Pemberitahuan Perkembangan
Hasil Penyidikan (SP2HP), Surat Keterangan Tanda Lapor
Kehilangan (SKTLK), Surat Keterangan Catatan Kepolisian
(SKCK), Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP), Surat
Keterangan Lapor Diri (SKLD), Surat Izin Keramaian dan Kegiatan
Masyarakat Lainnya, Surat Izin Mengemudi (SIM), dan Surat
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK);
b. Pengkoordinasian dan pemberian bantuan serta pertolongan
antara lain Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara
(TPTKP), Turjawali, dan pengamanan kegiatan masyarakat dan
instansi pemerintah;
c. Pelayanan masyarakat melalui surat dan alat komunikasi antara
lain telephone, pesan singkat, facsimile, jejaring sosial (internet);
d. Pelayanan informasi yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
e. Penyiapan registrasi pelaporan,penyusunan dan penyampaian
laporan harian kepada Kapolres melalui Bagops.
48
B. Satuan Reserse Narkoba Kabupaten Bantul
1. Pertelaan Tugas (Job Discription) Satuan Reserse narkoba (Satresnarkoba)
Satresnarkoba Polres Bantul sebagai bagian dari kesatuan
kewilayahan Resor Bantul, dimana tugas dan tanggung jawabnya dalam
rangka pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat khususnya di
bidang represif, pengoperasikan fungsi-fungsi kesatuan unit dan bagian pada
tingkat Resor Bantul untuk memenuhi penjabaran pelaksanaan optimal dan
dinamisasi mempunyai nilai stategis bagi Polri dalam menyelesaikan perkara
pidana. Upaya untuk menemukan, mengenali dan mempertajam
penyelesaian tugas tanggung jawab perlu adanya keterpaduan antar unit
internal kesatuan agar kegiatan operasional itu melibatkan hasil kesatuan
Polri artinya bukan hasilkesatuan fungsi saja. Pelaksanaan tugas yang
dilaksanakan oleh Satuan Narkoba Polres Bantul sesuai dangan dasar
hukum yaitu :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, tanggal 8
Januari 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
b. Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep /07/I/2005 tanggal 31 Januari 2005
tentang Perubahan Atas Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep/54/X/2002
tanggal 17 Oktober 2002 tentang Validasi Organisasi Polri dan Tata
Kerja Satuan-Satuan Pada Tingkat Polda;
c. Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun 2010, tanggal 30 September 2010
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian
Resor dan Kepolisian Sektor;
49
KAPOLRES
WAKAPOLRES
KANIT II
KASAT NARKOBA
KANIT IDIK I
2. Struktur Organisasi Satuan Narkoba Polres Bantul
Gambar 2.3
STRUKTUR ORGANISASI SATUAN NARKOBA POLRES BANTUL
BAUR YANMIN
BANUM
BAMIN
KAUR BIN OPS
ANGGOTA ANGGOTA
Sumber : Polres Bantul, 2019
50
Keterangan Gambar 2.3 Struktur Organisasi Satuan Narkoba Polres Bantul :
1) Kapolres : Kepala Kepolisian Resor
2) Waka Polres : Wakil Kepala Kepolisian Resor
3) Kasat Narkoba : Kepala Satuan Narkotika dan Obat-obatan
4) Kaur Bin ops : Kepala Urusan Operasional
5) Bamin : Bintara Administrasi
6) Banum : Bintara Umum
7) Baur Yanmin : Bintara Urusan Pelayanan Admnistrasi
8) Kanit Idik : Kepala Unit Penyelidikan
Sat Resnarkoba adalah unsur pelaksana utama pada Polres yang
berada di bawah Kapolres. Sedangkan tugas Satuan Resnarkoba adalah :
a. Menyelenggarakan, membina fungsi penyelidikan dan penyidikan terhadap
tindak pidana penyalahgunaan narkoba.
b. Menyelenggarakan fungsi pembinaan dan penyuluhan baik dilingkungan
pendidikan maupun masyarakat umum.
c. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi terkait guna penanggulangan
dan penyelesaian kasus pidana penyalahgunaan narkoba, sesuai ketentuan
hukum danundang-undang.
Sat Resnarkoba dipimpin oleh Kepala Satuan Reserse Narkoba disingkat Kasat
Resnarkoba yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari dibawah kendali Waka Polres. Kasat Resnarkoba dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dibawah kendali Kapolres. Sat
Resnarkoba terdiri dari unsure administratif dan ketatausahaan serta sejumlah
unit.
51
Adapun rincian tugas dari masing-masing bagan diatas adalah sebagai berikut:
1) Kasat Resnarkoba
a. Memberikan bimbingan teknis atas pelaksanaan fungsi unit lidik dan
sidik serta administrasi Satresnarkoba.
b. Melaksanakan dan menyelenggarakan kegiatan penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba dan prekursor.
c. Melaksanakan dan menyelenggarakan pembinaan dan penyuluhan
dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan
narkoba.
d. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba yang
dilakukan oleh unit reskrim polsek dan sat resnarkoba Polres.
e. Menganalisa kasus beserta penanganannya, serta mengkaji
efektifitas pelaksanaan tugas Satresnarkoba.
f. Menentukan penyelenggaraan dan pelaksanaan operasi-operasi
khusus yang diperintahkan pimpinan.
2) Kaur Bin Opsnal Sat Resnarkoba
Dalam melaksanakan tugas membantu Kasat Resnarkoba :
a. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap administrasi.
b. Melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana
penyalahgunaan narkoba.
c. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan dalam rangka
pencegahan dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba.
52
d. Menganalisis penanganan kasus dan mengevaluasi efektifitas
pelaksanaan tugas satresnarkoba.
e. Dalam pelaksanaan tugas Kaur bin opsnal bertanggungjawab
kepada Kasat Resnarkoba.
3) Kaur Mintu (Kepala Urusan Administrasi Umum) Sat Resnarkoba
Dalam melaksanakan tugas membantu Kasat Resnarkoba :
a. Membuat dan menyiapkan laporan rutin untuk penyajian kepada
pimpinan satuan atas.
b. Menyiapkan data yang diperlukan oleh pimpinan.
c. Mengecek dan mengisi serta menutup buku administrasi penyidikan
untuk pelaksanaan penyidikan yang diketahui oleh pimpinan.
d. Mengagendakan dan mengarsipkan surat-surat
serta mendistribusikan sesuai dengan disposisi pimpinan.
e. Membuat rencana kegiatan fungsi resnarkoba baik harian,
mingguan dan bulanan serta tabulasinya.
f. Dalam pelaksanaan tugas kaurmintu bertanggungjawab kepada
Kasat Resnarkoba.
g. Mendapatkan keterangan ahli.
h. Dalam pelaksanaan tugas penyelidikan dan penyidikan
bertanggungjawab kepada Kasat Resnarkoba.
53
4) Unit Lidik DanSidik (Unit Penyelidikan dan Penyidikan)
Dalam melaksanakan tugas membantu Kasat Resnarkoba :
a. Melaksanakan penyelidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba dan
precursor (Zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika dan psikotropika) di wilayah
hukum Polres Bantul dan sekitarnya.
b. Melaksanakan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba sampai
kirim keJPU (Jaksa Penuntut Umum).
c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan
keterangan ahli.
d. Dalam pelaksanaan tugas penyelidikan dan penyidikan
bertanggungjawab kepada Kasat Resnarkoba.
54
3. PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA
GAMBAR 2.4
PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA NARKOBA
a.
b.c.
Sumber : Polres Bantul, 2019
LAPORANINFORMASI 30, 60, 90,
120 HARI20 HARI
PEMBERKASAN :
1. RIKSA SAKSI2. RIKSA TSK3. SPDP4. SP. SIDIK
HASIL LIDIK /UPAYA PAKSA :1. PENANGKAPAN2. PENGGELEDAHAN3. PENYITAAN4. PENAHANAN
LIDIK
KIRIM TSK & BBJPU TAHAP II
KIRIM BPJPU TAHAP ILP
P.21P.19
TPBUKAN TPPENYIDIKANDIHENTIKAN
GelarPerkara I Gelar
Perkara III
GelarPerkara II
SP2HP I SP2HP II SP2HP III
55
Keterangan gambar 2.4 Proses Penyidikan Tindak Pidana Narkoba :
a. Lidik : Penyelidik
b. LP : Laporan Polisi
c. Riksa Saksi : Pemeriksaan Saksi
d. Riksa TSK : Pemeriksaan Tersangka
e. SPDP : Surat Perintah Dimulainya Penyidikan
f. SP. Sidik : Surat Perintah Penyidikan
g. BP : Berkas Perkara
h. JPU : Jaksa Penuntut Umum
i. BB : Barang Bukti
j. P.19 : Surat dari Kejaksaan kepada penyidik untuk
membetulkan hasil pemeriksaan yang masih kurang
(Untuk dilengkapi)
k. P.21 : Berkas sudah lengkap
4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Satuan Narkoba Polres Bantul
Standar operasional prosedur pelayanan yang dterapkan oleh Satuan Narkoba
Bantul : Pelaksanaan Pelayanan terhadap masyarakat oleh Satuan Narkoba
Polres Bantul :
a. Tugas pelayanan dibidang Reserse Narkoba meliputi :
1) Penerimaan laporan / pengaduan.
2) Petugas pelayanan pada Polres Bantul dilaksanakan oleh SPKT (Sentra
Pelayanan Kepolisian Terpadu) dan langsung dilakukan pemeriksaan awal
sebagai pelapor oleh piket Serse.
SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat
dalam bentuk penerimaan dan penanganan pertama laporan atau
pengaduan, pelayanan bantuan atau pertolongan kepolisian, bersama fungsi
56
terkait mendatangi TKP (Tempat Kejadian Perkara) untuk melaksanakan
kegiatan pengamanan dan olah TKP sesuai ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku.
3) Pelapor/pengadu mendapat penjelasan tentang masalah yang dilaporkan,
dilakukan pemeriksaan awal sebagai saksi untuk didengar keterangannya
dan dituangkan dalam BAP (Berita Acara Pemeriksaan) serta dimintakan
bukti pendukung yang akan dijadikan sebagai alat bukti pada pemberkasan.
4) Petugas cepat melayani pelapor dengan melakukan pemeriksaan awal
dengan waktu pemeriksaan paling lama 3 jam dan menjelaskan
permasalahan yang diterima sesuai dengan pemeriksaan awal dengan hasil
pemeriksaannya apakah laporan tersebut dapat dikategorikan Tindak Pidana
atau bukan. Dan mencatat dalam buku Register 1.
5) Petugas menyiapkan laporan sesuai dengan format dan ketentuan yang
berlaku dan memberikan surat tanda laporan kepada pelapor/pengadu tanpa
memungut biaya.
b. Prosedur penyampaian laporan tindak pidana penyalahgunaan Narkoba
adalah :
1) Laporan dari Pa Siaga /Piket SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian
Terpadu) yang sudah dilengkapi dengan pemeriksaan awal dengan
dilampirkan bukti pendukung yang akan dijadikan sebagai alat bukti, jika
pada saat laporan diterima bisa dilengkapi bukti pendukung dan apabila
pada saat pemeriksaan awal, saksi belum dapat menunjukan bukti
pendukung maka piket SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu)
melampirkan laporan analisa laporan polisi kemudian diteruskan ke Kasat
Resnarkoba.
2) Dari Kasat Resnarkoba diteruskan kepada para Kanit Resnarkoba sesuai
57
untuk dilakukan penyelidikan.
3) Waktu yang yang dibutuhkan dalam penanganan laporan polisi dari Kasat
Resnarkoba kepada Kanit Resnarkoba sesuai jenis narkoba yang
dilaporkannya.
c. Cara bertindak Petugas pelayanan oleh Satuan Narkoba :
1) Petugas yang menerima laporan disiapkan melalui program pelatihan.
2) Kebutuhan sarana dan prasarana dicukupi.
3) Anggaran Operasional dicukupi.
4) Tersedianya Prosedur tetap tentang penerimaan laporan.
5) Secara khusus untuk penerimaan laporan pengaduan atas penanganan
pertama oleh fungsi/instansi lain,agar melalui jalur Ka/Pimpinan/Dan di
wilayahnya kemudian disalurkan ke Satuan fungsi Resnarkoba untuk
ditangani lebih lanjut.
d. Penyelidikan tindak pidana Narkoba .
1) Petugas yang melaksanakan penyelidikan adalah :
a) Seluruh anggota Polri.
Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1982 tentang Kitab
Undang-Undang hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 6 ayat (1),
penyidik adalah : Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dan
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh Undang-Undang.
Adapun tugas penyidik adalah melakukan penyidikan, yaitu
serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana untuk mencari
dan mengumpulkan barang bukti yang dengan bukti tersebut
58
membuat terang tindak pidana terjadi dan guna menentukan
tersangkanya.
b) Dalam hal penyelidikan terhadap kasus yang sedang ditangani,
disamping menerima masukan dari seluruh anggota Polri dan
masyarakat, masing-masing satuan wilayah dapat menunjukan
anggota-anggota tertentu guna melakukan penyelidikan
mendapatkan informasi untuk pengungkapan kasus tersebut.
2) Penyelidikan penyalahgunaan Narkoba diharapkan.
a) Bagi anggota yang ditugaskan melakukan penyelidikan harus
dilengkapi dengan Surat Perintah.
Surat perintah dikeluarkan sebagai kelengkapan anggota dalam
melaksanakan tugas, baik operasional di lapangan maupun dalam
penyidikan. Surat perintah ini dikeluarkan oleh Kepala Satuan
maupun Kepala Resor setempat atas dasar adanya informasi
maupun laporan pengaduan.
b) Petugas penyelidik menguasai teknik dan taktik penyelidikan serta
mampu menerapkan dengan baik tentang tujuan Penyelidikan,
sasaran penyelidikan serta obyek penyelidikan sehingga hasil
penyelidikan dapat menjadikan terang suatu peristiwa apakah
termasuk tindak pidana atau bukan.
c) Petugas penyelidik harus menguasai sasaran/obyek penyelidikan.
d) Petugas penyelidik dilengkapi dengan dukungan sarana dan
anggaran yang cukup sehingga tidak membebani masyarakat.
e) Penyelidikan yang dilakukan harus segera dilaporkan kepada
pimpinan/pejabat dengan memberikan penegasan baik secara lisan
maupun tertulis.
59
3) Cara bertindak dalam penyelidikan :
a) Menyiapkan anggota yang berkemampuan dasar penyelidik.
Berkemampuan penyidik karena sudah melaksanakan pendidikan
khusus Reserse yang dilaksanakan oleh Lembaga Pendidikan dan
Latihan, baik di tingkat Polda maupun Mabes Polri.
b) Menyiapkan rencana kegiatan dan program pelatihan di satuan
wilayah untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan.
c) Melengkapi sarana yang diperlukan dalam tugas penyelidikan.
d) Mencukupi ATK (Alat Tulis Kertas) dan anggaran yang digunakan
tugas penyelidikan.
e) Menyiapkan protap (Program Tetap) tentang penyelidikan pada tiap
satuan wilayah.
f) Pejabat yang memberikan penugasan harus dapat mengendalikan
kegiatan anggotanya dengan baik.
g) Kegiatan penyelidikan diberi batasan waktu dan dianalisa hasil
penyelidikan sehingga dapat ditentukan apakah penyelidikan sudah
cukup dengan tujuan dan untuk dianalisa apakah dapat memenuhi
alat bukti atau penyelidikan diarahkan ke lain sasaran. Waktu yang
diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan dari hasill analisa
penyelidikan.
B. Badan Narkotika Nasional Kabupaten Bantul
1. Bentuk Organisasi
Waktu pertama kali dibentuk Tahun 2007, Badan Narkotika Kabupaten Bantul
berdasarkan Keputusan Bupati Bantul, dan hingga saat ini masih berdasarkan
60
Surat Keputusan Bupati Bantul Nomor 32 Tahun 2009, dengan Ketua Bapak Wakil
Bupati Bantul dan Sekretaris sekaligus sebagai Kalakhar adalah Kepala Dinas
Sosial Kabupaten Bantul, sehingga tugas pokok dan fungsi Badan Narkotika
Kabupaten Bantul hingga saat ini diampu oleh Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi
Sosial, Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban Napza di Dinas Sosial
Kabupaten Bantul.
Pada saat terbitnya Peraturan Kepala BNN Nomor : PER/04/V/2010/BNN Tanggal
12 Mei 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja (OTK) BNN Provinsi dan BNN
Kabupaten/Kota, Kabupaten Bantul belum mengacu pada aturan dimaksud karena
pertimbangan tempat, personil, dan kelembagaan yang belum siap. Pada Bulan
Agustus 2012, BNK Bantul sudah melakukan studi banding ke Cilacap dan
mengirim rekomendasi Bupati Bantul ke BNNP DIY untuk diusulkan
menjadilembagavertikal. Namun karena satu dan lain hal, di wilayah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta baru disetujui dan dibentuk BNNK di 3 (tiga) lokasi,
yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman.
61
2. STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKORIKA NASIONAL KABUPATEN BANTUL
GAMBAR 2.5
STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKORIKA NASIONAL KABUPATEN BANTUL
Sumber : BNNK Bantul,2019
62
Adapun Tupoksi dari Badan Narkotika Nasinal Kabupaten Bantul sebagai berikut :
a. Kepala BNNK mempunyai fungsi :
1) Memimpin BNNK/Kota dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan
wewenang BNN dalam wilayah Kabupaten/Kota;
2) Mewakili Kepala BNN dalam melaksanakan hubungan kerja sama
P4GN dengan instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat
dalam wilayah Kabupaten/Kota.
b. Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana program dan anggaran,
pengelolaan sarana prasarana dan urusan rumah tangga, pengelolaan data
informasi P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba), layanan hukum dan kerja sama, urusan tata
persuratan, kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumentasi, hubungan
masyarakat, dan penyusunan evaluasi dan pelaporan dalam wilayah
BNNK/Kota.
c. Seksi Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana
strategis dan rencana kerja tahunan P4GN, kebijakan teknis P4GN,
diseminasi informasi dan advokasi, pemberdayaan alternatif dan peran serta
masyarakat, dan evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pemberdayaan masyarakat dalam wilayah Kabupaten/Kota.
d. Seksi Rehabilitasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
tahunan, kebijakan teknis P4GN, asesmen penyalah guna dan/atau pecandu
narkotika, peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial penyalah guna dan/atau pecandu narkotika baik yang
diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat, peningkatan kemampuan
63
layanan pascarehabilitasi dan pendampingan, penyatuan kembali ke dalam
masyarakat, dan evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi dalam wilayah
Kabupaten/Kota.
e. Seksi Pemberantasan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana strategis dan rencana kerja
tahunan, kebijakan teknis P4GN (Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba), administrasi penyelidikan
dan penyidikan terhadap tindak pidana narkotika, pengawasan distribusi
prekursor sampai pada pengguna akhir, dan evaluasi dan pelaporan di bidang
pemberantasan dalam wilayah Kabupaten/Kota.
3. Dana Operasional
Sejak Tahun 2012, semua kegiatan Badan Narkotika Kabupaten Bantul dibiayai
melalui dana hibah Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. Namun setelah
dikeluarkannya Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian
Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran pendapatan dan
Belanja Negara, dana kegiatan dibiayai melalui kegiatan rutin Dinas Sosial
Kabupaten Bantul.
4. Tempat / Lahan Kantor & Sarana Prasarana
a. Tempat
Selama ini Sekretariat Badan Narkotika Kabupaten Bantul bergabung menjadi
satu dengan Kantor Dinas Sosial, namun Pemerintah Kabupaten Bantul
sudah menyiapkan tanah seluas 1.187 m² dengan sertifikat No. AM 038296
yang berada di Jalan Raya Bantul di wilayah Dusun Dagen, Desa
Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul dengan mekanisme
pinjam pakai. Berikut bangunan gedung yang dahulu di gunakan sebagai
Kantor Dinas Pariwisata seluas ±1.010 m², namun bangunan ini perlu
64
direnovasi karena sudah beberapa waktu tidak dimanfaatkan.
b. Sarana & Prasarana
Sarana dan Prasarana yang kami sediakan berupa Barang Milik Daerah terdiri
dari Mobil Operasional, Motor, Almari/Filling Kabinet, Almari Kayu, Komputer,
Laptop, Printer, LCD Proyektor dan Screen. (data terlampir).
5. Sumber Daya Manusia
Susunan personil sesuai dengan SK Bupati Bantul Nomor 32 Tahun 2009 adalah
sebagai berikut :
Pelindung : a. Bupati Bantul
b. Ketua DPRD Kabupaten Bantul
c. Komandan KODIM 0729 Bantul
d. Kepala Polres Bantul
e. Kepala Kejaksaan Negeri Bantul
f. Ketua Pengadilan Negeri Bantul
Ketua Umum : Wakil Bupati Bantul
KetuaI : Sekertaris Daerah Kabupaten Bantul
KetuaII : Asisten Pembangunan Setda Kab. Bantul
SekertarisI/Kalakhar : Kepala Dinas Sosial Kab. Bantul
SekertarisII : Waka. Polres Bantul
a. Sub.Bag.Perencanaan Program:
1. Kepala Bappeda Kab.Bantul
2. Ka.Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kab.Bantul
b. Sub.Bag.Pembinaan :
1. Ka. Kantor Depag Kab.Bantul
65
2. Ka. Kantor Pemuda dan Olahraga Kab.
Bantul
3. Kabid. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas
Sosial Kab.Bantul
c. Seksi Pengembangan Pendidikan
1. Rektor/Direktur Perguruan Tinggi Negeri/
Swastase-Kab.Bantul.
2. Ka. Dinas Pendidikan Menengah & Non Formal
Kabupaten Bantul
3. Kepala. Dinas Pendidikan Dasar KabupatenBantul.
d. Seksi Kesehatan dan Rehabilitasi Medis
1. Kepala Dinas Kesehatan Kab.Bantul.
2. Direktur RSUD Panembahan Senopati
Kab.Bantul.
e. Seksi Penegakan Hukum :
1. Kepala Sat.Pol PP Kab.Bantul.
2. Ka. Kesbangpol linmas Kab.Bantul
f. Seksi Penyuluhan :
1. Kabag. Hukum Setda Kab.Bantul
2. Kabid Pemberdayaan Masyarakat Sehat Dinas
Kesehatan Kab.Bantul.
3. Kasat. Narkoba PolresBantul
4. Kasi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban
Napza Dinas Sosial Kab.Bantul.
g. Satuan Tugas : Unsur Kecamatan se-Kabupaten Bantul
66
Sedangkan Pelaksana Harian Badan Narkotika Kabupaten Bantul terdiri dari
1. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bantul
2. Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
3. Kasie Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban Napza
4. Staf Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban Napza sebanyak 3 orang.
Dalam menjalankan tugas, Dinas Sosial selalu bekerja sama dengan :
1. Polres Bantul;
2. SKPD terkait;
3. KPAN (Komunitas Penyuluh Anti Narkoba);
4. Forlanza (Forum Pelajar Anti Napza);
5. Panti Sosial Hafara;
6. RSUD Panembahan Senopati (IPWL);
7. Puskesmas Banguntapan II (IPWL : Ijin Pengguna Wajin Lapor);
8. SPN (Sekolah Polisi Negara) sebagaiI PWL;
9. RSJ Grasia;
10. Victory Plus (LSM HIV dan AIDS);
11. Rumah Tahanan Negara Pajangan;
12. PKK Kabupaten Bantul;
13. Babinsa ( Badan Pembinaan Masyarakat ) dan Babinkantibmas ( BadanPembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ) se- Kabupaten Bantul
14. Lembaga Sosial Masyarakat lainnya.
Adapun Sumber Daya Manusia yaitu Personil dari Aparat Sipil Negara yang
akan menduduki jabatan struktural sesuai struktur organisasi lembaga BNNK/Kota
4 orang, dan staf sebanyak 6 orang, dengan status dipekerjakan, dan personil lain
secara bertahap sesuai kemampuan daerah.
67
D. Profil Dinas Pendidikan Dan Olahraga Kabupaten Bantul
1. Dasar Pembentukan
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12Tahun 2016
tentangPembentukan dan Susunan Organisasi Daerah Kabupaten Bantul. Rincian
tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Bantul diatur dalam Peraturan Bupati Bantul Nomor 108 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas
Pendidikan, Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Bantul.
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga merupakan unsur pelaksana
Pemerintah Daerah di bidang Pendidikan yang dipimpin oleh Kepala Dinas dan
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah.
2. Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bantul Tahun 2016 - 2021
Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cia dan citra yang ingin diwujudkan insansi pemerintah. Visi Bupati dan
wakil Bupati terpilih yang dituangkan dalam RPJMD Kabupaten Bantul Tahun
2016-2021 adalah : “Terwujudnya masyarakat Kabupaten Bantul yang sehat,
cerdas dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan
kebangsaan dalam wadah negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).”
Secara filosofis visi tersebut adalah cita-cita untuk mewujudkan masyarakat
Kabupaten Bantul yang:
a) Sehat, yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki kesehatan jasmani,
rohani dan sosial;
68
b) Cerdas, yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki kecerdasan
intelektual, emosional dan spiritual;
c) Sejahtera, yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang produkif, mandiri, memiliki
tingkat penghidupan yang layak dan mampu berperan dalam kehidupan
sosial;
d) Kemanusiaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang peduli dan saling
menghargai dan mengembangkan semangat gotongroyong;
e) Kebangsaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki rasa
patriotisme cinta tanah air dan tumpah darah untuk bersama-sama
mewujudkan pembangunan;
f) Keagamaan yaitu masyarakat Kabupaten Bantul yang beriman, menjalankan
ibadah dan mengembangkan toleransi beragama.
Dengan memperhatikan seluruh aspek pembangunan yang dibutuhkan oleh
Kabupaten Bantul dan dengan memperhatikan langkah-langkah yang harus
ditempuh untuk mencapai visi pembangunan Kabupaten Bantul tahun 2016- 2021
maka dirumuskan misi sebagai berikut:
a) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik, efektif, efisien dan bebas
dari KKN melalui percepaan reformas birokrasi;
b) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, cerdas,terampil dan
berkepribadian luhur;
c) Mewujudkan kesejahteraan masyarakat difokuskan pada percepatan
pengembangan perekonomian rakyat dan pengentasan kemiskinan;
d) Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana umum,
69
pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup dan pengelolaan resiko bencana.
e) Meningkatkan tata kehidupan masyarakat Bantul yang agama, nasionalis,
aman, progresif dan harmonis serta berbudaya istimewa.
Dikaitkan dengan visi dan misi RPJMD Kabupaten Bantul tahun 2016- 2021 maka
tugas dan fungsi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga terkait erat dengan
pencapaian misi ke -2 yaitu: “meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
sehat, cerdas, terampil, dan berkepribadian luhur dan misi ke-5 yaitu meningkatkan
tata kehidupan masyarakat Bantul yang agamis, nasionalis, aman, progresif dan
harmonis serta berbudaya istimewa.”
Adapun data sekolah SMP di Kabupaten Bantul sebagai berikut:
Tabel 2.1
Jumlah siswa SMP di Kabupaten Bantul
Sumber : Dikpora Kabupaten Bantul, 2019
Berdasarkan Tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Bantul terdapat
beberapa SMP, baik SMP Negeri dan SMP Swasta. Akan tetapi yang lebih banyak
diminati yaitu SMP Negeri sebesar 60,83% dibandingkan dengan SMP Swasta dan
MTS Negeri/Swasta.
No Jenjang Jumlah Sekolah Jumlah Siswa Persentase (%)
1. SMP Negeri 47 24.412 60.83
2. SMP Swasta 42 6.642 16.56
3. MTS Negeri 9 4.104 10.22
4. MTS Swasta 15 4.974 12.39
Jumlah 113 40.132 100
70
Tabel 2.2
Jumlah Siswa SMA di Kabupaten Bantul
No Jenjang Jumlahsekolah
Jumlah siswa Persentase (%)
1 SMA dan swasta53 18.493 62.64
2 SMK N dan Swasta49 11.028 37.36
Jumlah 102 29.521 100
Sumber : Dikpora Kabupaten Bantul 2019
Berdasarkan Tabel 2.2 dapat disimpulkan bahwa SMA Negeri/ Swasta
berjumlah lebih banyak yaitu 62,64 %, sedangkan SMK Negeri/ Swasta hanya
sebesar 37,36%, maka dapat disimpulkan pelajar SMA di Kabupaten Bantul lebih
banyak yang bersekolah di SMA Negeri/ Swasta.
71
3. Struktur Organisasi Dikpora
Gambar 2.6STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANTUL
KEPALA DINAS
Sekretaris Daerah
Kelompok JabatanFungsional
Kasi Kurikulum SD
Kepala BagianSD
Kasubag Umumdan Kepegawaian
Kasubag Keuangandan Aset
Kasubag Program
Kasi Peserta Didikdan Pemb.KarakterSD
KORWIL
Kasi Kelembagaandan SaranaPrasarana SMP
Kasi KurikulumSMP
Kasi Peserta Didikdan Pemb.KarakterSMP
Kepala Bagian SMP
Kasi Kelembagaandan SaranaPrasarana SD
Kabag PAUD danPendidikan NonFormal
Kasi Pendidik danTenaga KependidikanPAUD dan PendidikanFormal
Kasi Pendidik danTenaga KependidikanSD
Kasi Pendidik danTenaga KependidikanSMP
Kabid Pendidik danTenaga Pendidikan
Kasi Sarana danPrasarana
Kabag Pemuda danOlahraga
Kasi Peserta Didik danPemb.Karakter AnakUsia Dini danPendidikan Non Formal
Kasi KurikulumPAUD danPendidikan NonFormal
Kasi Kelembagaandan PrasaranaPAUD danPendidikan NonFormal
KORWIL
Kasi Pemuda
Kasi Olahraga
Sumber : Dikpora,2019
72
4. Tugas Pokok Dikpora
Tugas pokok Dinas Pendidikan dan Olahraga adalah membantu Bupati
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan
tugas pembantuan bidang pendidikan, kepemudaan dan olahraga. Dinas
pendidikan pemuda dan olahraga memiliki fungsi yang cukup luas dan
strategis dalam menjalankan roda pemerintahan antara lain:
a. Perumusan kebijakan bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan non formal serta kepemudaan dan olahraga.
b. Pelaksanaan kebijakan bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan non formal serta kepemudaan dan olahraga;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang pendidikan anak suai dini,
pendidikan dasar, pendidikan non formal serta kepemudaan dan
olahraga;
d. Pelaksanaan adminisrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
e. Pelaksanaan kesekretariatan Disdikpora;
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai bidang tugas
dan fungsinya.
Tujuan yang akan dicapai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bantul Sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kependidikan yang
professional;
b. Mewujudkan adannya pengelolaan dana yang efektif efisien, transparan
serta memiliki akuntabilitas publik yang tinggi pada setiap lembaga
kegiatan;
c. Mewujudkan adanya output pendidikan yang berkualitas yang memiliki
akhlak mulia kecerdasan, keunggulan, kemandirian serta kompetitif;
73
d. Melaksanakan inovasi pembelajaran dengan multi media serta multi
metode, menuju terlaksananya sistem pembelajaran yang efektif untuk
mengembangkan kreatifitas siswa;
e. Mewujudkan pelayanan prima semua lembaga pendidikan dengan
pendekatan kepuasan masyarakat;
f. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta terhadap
pembangunan pendidikan dengan perilaku, partisipasi secara
proporsional menuju terciptanya paradigma pendidikan.
132
DAFTAR PUSTAKA
AhmadiAbu. 2007. SosiologiPendidikan,Rineka Cipta, Jakarta.
Arif, Didik, Mansyur dan Elisatris Gultom. 2007.Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Bhakti,B.P. Dharma. 1999.Mari Bersatu Berantas Penyalahgunaan Narkotika,
B.P.Dharma Bhakti dan Yayasan Penerus nilai-nilai luhur perjuangan 1945,
Jakarta.
Engkoswara dan Aan Komariah. 2012.Administrasi Pendidikan,Alfabeta,
Bandung.
Fiyana, Ika. 2017. Upaya Kepolisian Dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba
Di Kalangan Remaja (Studi Kasus Di Polresta Surakarta), Skripsi, UNS.
Surakarta.
Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1996. Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses, Binarupa
Aksara, Jakarta Barat.
Grant, Robert M. 1999. Analisis Strategi Kontemporer : Konsep, Teknik, Aplikasi. Edisi
ke 2, Alih Bahasa Thomas Secokusumo, Erlangga, Jakarta.
Marrur. 2002. Manajemen Pelayanan Umum Indonesia, PT. Bumi Aksa, Jakarta.
Mulyono, Anton M. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta.
Narwoko,Dwi. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Prenada Media,
Jakarta.
Prakoso, Djoko Bambang Riydi Lany dan Mukhsin. 2005.Kejahatan-Kejahatan yang
Merugikan dan Membahayakan Negara, Bina Aksara, Jakarta.
Sadly, Hasan. 2000. Kamus Inggiris Indonesia, Gramedia,
Jakarta.
133
Soedjono D. 1993. Segi Hukum Tentang Narkotikadi Indonesia, PT. Karya Nusantara,
Bandung.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta,
Bandung.
Tri Wulandari. 2016.Implementasi Kebijakan Pencegahan Dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) pada Kalangan Pelajar
di Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Daerah Istimewa Yogyakarta,
Skripsi, UNY, Yogyakarta.
Perundang-undangan :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan PIdana Anak.
Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep/08/X/1997 tanggal 10 Oktober 1997 tentang
Penyempurnaan Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Badan-Badan Pada Tingkat
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Petunjuk Teknis Kapolri No.Pol. : Juknis /11 / III / 1993 tanggal 1 Maret 1993 tentang
Peningkatan Pelayanan Polri di Bidang Operasional dan Pembinaan.
Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2015 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi Dan Badan Narkotika Nasional
Kabupaten/Kota.
134
Web-site :
https://belajarpsikologi.com/dampak-penyalahgunaan-narkoba, diunduh tanggal 9
Agustus2019.
https://statistika.com, diakses tanggal 11 April 2019).
http://pelajarindo.com/pengertian-pelajar/, di akses tanggal 5 maret 2019.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-strategi/, diakses tanggal 20 September
2019.