new sekolah tinggi pembangunan masyarakat desa “apmd”repo.apmd.ac.id/618/1/repo tesis...
TRANSCRIPT
EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RELOKASI
PASCA ERUPSI MERAPI 2010
(StudiDeskriptifEvaluatif diDesaKepuharjodanDesaWukirsariKecamatanCangkringanKabupatenSleman)
TESIS
UntukMemenuhiSebagianPersyaratanMencapaiDerajatMagister
Pada Program StudiIlmuPemerintahan
KonsentrasiKepemerintahanDesa
Diajukanoleh:
RUSWANTORO
16610053
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RELOKASI
PASCA ERUPSI MERAPI 2010
(StudiDeskriptifEvaluatif diDesaKepuharjodanDesaWukirsariKecamatanCangkringanKabupatenSleman)
TESIS
UntukMemenuhiSebagianPersyaratanMencapaiDerajatMagister
Pada Program StudiIlmuPemerintahan
KonsentrasiKepemerintahanDesa
Diajukanoleh:
RUSWANTORO
16610053
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RELOKASI
PASCA ERUPSI MERAPI 2010
(StudiDeskriptifEvaluatif diDesaKepuharjodanDesaWukirsariKecamatanCangkringanKabupatenSleman)
TESIS
UntukMemenuhiSebagianPersyaratanMencapaiDerajatMagister
Pada Program StudiIlmuPemerintahan
KonsentrasiKepemerintahanDesa
Diajukanoleh:
RUSWANTORO
16610053
PROGRAM MAGISTER
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2018
PENGESAHAN
TESIS
EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RELOKASI
PASCA ERUPSI MERAPI 2010
(StudiDeskriptifEvaluatif diDesaKepuharjodanDesaWukirsariKecamatanCangkringanKabupatenSleman)
oleh:
RUSWANTORO
16610053
Disahkanoleh Tim Penguji
Padatanggal, 31Juli 2018
Susunan Tim Penguji
Pembimbing (KetuaTim Penguji)
Rr. Leslie Retno Angeningsih, Ph.D. …………………….
Penguji I
Gregorius Sahdan, S.IP, M.A ..……………………
Penguji II
Ir. Muhammad Barori, M.Si ………………………
Yogyakarta, 31Juli 2018
Mengetahui
Direktur Program Magister IlmuPemerintahan
Dr. R. WidodoTriputro,MM
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawahini :
Nama : Ruswantoro
NomorMahasiswa : 16610053
Jurusan : PemerintahanDesa
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EVALUASI DAMPAKKEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG RELOKASI PASCA ERUPSI MERAPI 2010,Studi di Desa Kepuharjo dan Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan KabupatenSleman, adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya sendiriyang dipakai sebagai acuan atau kutipan telah disebutkan dalam teks dengan mengikutitata penulisan karyailmiah yang telah lazim dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersediamenerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dariProgram Magister IlmuPemerintahan STPMD “APMD”
Yogyakarta, 16Juli 2018
Yang menyatakan
Ruswantoro
16610053
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarohkatuh, Salam sejahtera
bagikita semua. Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wata’ala, Tuhan Yang Maha Esa, Zat pengatur segala urusan,
penggenggam kehidupan alam semesta, sutradara abadi kehidupan sepanjang
masa yang telah tiada henti-hentinya melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kita, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik dengan
judul : “EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANGRELOKASI PASCA ERUPSI MERAPI 2010” (Penelitian Deskriptif Evaluatif
dengan metode Kualitatif di Desa Kepuharjo dan Desa Wukirsari Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman). Tesis ini disusun dan diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi dan mencapai gelar Magister Ilmu Pemerintahan
pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
Keberhasilan penyusunan tesis ini tidak lepas dari bimbingan, arahan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat dan rendah hati
sebagai ungkapan rasa syukur ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. R. WidodoTriputro,MM selaku Direktur Program Magister Ilmu
Pemerintahan STPMD”APMD” Yogyakarta.
2. IbuRr. Leslie Retno Angeningsih, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I yang
dengan sabar, teliti dan ketulusannya memberikan bimbingan, arahan serta
bantuannya sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
3. Bapak Gregorius Sahdan, S.IP., MA, selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan sabar dan ketulusannya telah banyak meluangkan waktu untuk
membimbing, mengarahankan dan memberikan bantuannya kepada peneliti
sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan tesis ini.
4. Para Dosen dan semua Staf Karyawan Program Magister Ilmu Pemerintahan
STPMD ”APMD” Yogyakarta yang telah mendukung terselesainya tesis ini.
v
5. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sleman yang telah
membantu memberikan informasi dan mengizinkan melaksanakan penelitian
ini.
6. Camat Cangkringan yang telah memberikan izin penelitian.
7. Kepala Desa Kepuharjo danDesa Wukirsari yang telah memberikan data dan
izin penelitian.
8. Para Tokoh Masyarakat Hunian Tetap (HUNTAP) Pagerjurang Desa
Kepuharjo dan Dongkelsari Desa Wukirsari yang telah meluangkan waktu
dengan jujur dan ketulusan hati memberikan masukan data dan informasi
untuk penelitian ini.
9. Teman-teman seperjuangan di Program Magister Ilmu Pemerintahan STPMD
”APMD” Yogyakarta terimakasih buat candatawanya, kebersamaan, masukan
dan dukungannya selama ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu pelaksanaan penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu peneliti mohon kepada para pembaca atas masukan, saran dan kritik
yang membangun guna kesempurnaan tesis ini. Peneliti berharap tesis yang
sederhana ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Atas segala bantuan
selama proses penelitian peneliti sampaikan banyak terimakasih, semoga
menjadi amal dan ibadah serta Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa memberikan
balasan yang terbaik.
Yogyakarta, 16Juli 2018
Penulis
Ruswantoro
vi
MOTTO
1. Memulai dengan penuh keyakinan, menjalankan dengan penuhkeikhlasan, menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.
2. Manusia dalam hidupnya selalu terombang ambing antara suka dan duka,antara senyum dan tangis.
3. Keikhlasan dan rasa syukur dalam menjalani hidup adalah kunci utamamenghilangkan beban hidup yang dirasaberat.
4. Bekerjakeraslah untuk menjadi baik dan berjalanlah lebih cepat agarmenjadi yang terbaik.
5. Orang-orang yang berhenti belajara kanmenjadi pemilik masa lalu danorang-orang yang masih terus belajarakan menjadi pemilik masa depan.(Mario Teguh)
6. Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba,karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan membangunkesempatan untuk berhasil.(Mario Teguh)
7. Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang bolehdirebut oeh manusia ialah menundukkan diri sendiri.(IbuKartini)
8. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapibangkit kembali setiap kali kita jatuh.(Confosius)
9. Di sebalik orang anak yang badung, ada doadan nasehat yang tidak pernahhabis dari ayah dani bunya dan disebalik orang tua yang kurang terpuji,ada doadan usaha yang tak pernah putus dari seoranganaknya.(AnungWidowati)
10. Kun Fayakuun, apabila Allah menghendaki cukupberkata “Jadilah”.
vii
PERSEMBAHAN
Tesisini aku persembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku yang sangat saya hormati dan sayangi, bapakH. Suradi. HS(Alm) dan ibu Haris Santoso, terimakasih untuk semua do’a, kasih sayang,bimbingan, dorongan dan motivasinya. Sungguh Allah memberikan apa yang kitabutuhkan bukan yang kita inginkan. Anakmu tidak menginginkan bapak untukpergi selamanya, tapi anakmu sadar bahwa Allah punya rahasia besar dibalikkembalimu kepada Allah Yang MahaKuasa, dan keyakinan menuntunku bahwaAllah punya rahasia besar dibalik semua ini. Ya Allah ampunilah dosa keduaorang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku diwaktukecil.
2. IstrikuA. Widowati, S.Pd,dan anak-anakku yang akusayangi, M. GanangRiswantoro Jati,SS.Tp, M. Seylendra Riswantoro Ajidan M. GalihNalendra Jati yang selama ini banyak waktu meninggalkan mereka untuk belajar,terimakasih atas dukungan do’a dan motivasinya selama ini.
3. Bapak Camat Cangkringan, EdyHermana,SH,M.Hum, bapak KadesWukirsari, Fuad Jauhari Ludfi dan bapak Kades Kepuharjo, HeriSupraptoyang telah memberikan izin dan kesempatan untuk belajar, member semangat sertamembantu kelancaran kepada penulis.
4. Teman-temanbaikku, sekantor Kecamatan Cangkringan dan Desa Wukirsari,yang selalu memberikan dukungan, motivasi, semangat, bantuan dan telah banyakberkorban membantu menyelesaikan tugas-tugas kuliah dan tesis ini.
5. Almamaterku tercinta STPMD “APMD” yang telah menyemangati,membesarkan dan membekaliku ilmu untuk menyelesaikan tesis ini.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
MOTTO ................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR PETA ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... xv
INTISARI ............................................................................................... xvii
ABSTRACT............................................................................................ xix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................... 12
C. Perumusan Masalah ............................................................ 13
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 13
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 14
F. Kerangka Konseptual............................................................ 15
1. Implementasi ................................................................... 15
ix
2. Kebijakan ......................................................................... 15
3. Pemerintah ...................................................................... 17
4. Relokasi ........................................................................... 19
5. Kebijakan Publik Penanganan Bencana .......................... 20
a. Pengertian Bencana .................................................... 20
b. Konsep Penanggulangan Bencana ............................. 20
c. Sistim Penanggulangan Bencana ................................ 21
d. Upaya Penanggulangan Bencana ............................... 22
G.Metode Penelitian ................................................................ 22
1. Desain dan Jenis Penelitian ............................................. 22
2. Unit Analisis dan Penentuan Informan ............................. 24
3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................... 25
4. Teknik Analisis Data ........................................................ 28
BAB II. DESKRIPSI WILAYAH RELOKASI DESA WUKIRSARI DANDESA KEPUHARJO
A. Kondisi umum Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo ........... 31
1. Kondisi Fisik ..................................................................... 31
a. Kondisi Geografis ........................................................ 31
b. Topografi ..................................................................... 37
c. Kondisi Hidrologis ........................................................ 37
d. Kondisi Iklim ................................................................ 39
e. Kondisi Tata Guna Lahan ............................................ 40
2. Kondisi Demografis .......................................................... 42
a. Jumlah Penduduk ........................................................ 42
b. Tingkat Kepadatan Penduduk ..................................... 44
x
c. Tingkat Usia Penduduk ............................................... 45
3. Kondisi Fasilitas Umum, Sosial dan Ekonomi .................. 47
a. Fasilitas Pendidikan ..................................................... 47
b. Fasilitas Kesehatan ..................................................... 49
c. Fasilitas Ekonomi ........................................................ 50
d. Fasilitas Olah Raga ..................................................... 52
e. Fasilitas Ibadah ........................................................... 53
B. Karakteristik Informan .......................................................... 54
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN EVALUASIDAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANGRELOKASI KORBAN ERUPSI MERAPI 2010
A. Tahapan Proses Perencanaan ............................................ 58
1. Dari Sisi Masukan (Input) Kebijakan Relokasi ................. 58
a. Pedoman Pelaksanaan Kebijakan Relokasi ................ 58
b. Kesipan dan Ketersediaan Lahan Relokasi ................. 61
c. Efektifitas dan Efisiensi Perencanaan Pembangunan . 65
d. Responsivitas Masyarakat Dalam Perencanaan
Pembangunan ............................................................. 66
e. Perataan dan Kesamaan Dalam Perencanaan
Pembangunan ............................................................. 67
2. Darisisi Konteks (Context) Kebijakan Relokasi ................ 68
a. Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Relokasi .. 68
b. Dukungan Lingkungan Fisik Terhadap Kebijakan
Relokasi ...................................................................... 69
xi
B. Tahapan Proses (Process) Pelaksanaan Kebijakan ............ 71
1. Efektifitas Program dan Kebijakan relokasi ..................... 71
2. Efisiensi dan Ketepatan Waktu Pelaksanaan dan
Kebijakan Relokasi .......................................................... 73
3. Responsivitas Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Pembangunan ................................................................. 74
C. Produk (Product) Hasil Pelaksanaan Kebijakan Relokasi .... 77
1. Hasil dan Kelayakan Pembangunan Sarana dan
Prasarana ........................................................................ 77
2. Kecukupan Dana Yang Digunakan .................................. 80
3. Efektifitas dan Efisiensi Dana Yang Digunakan ............... 81
4. Responsivitas Kepuasan dan Dampak Sosial Kebijakan
Relokasi ........................................................................... 82
a. Responsivitas Kepuasan Hasil Pelaksanaan
Kebijakan Relokasi ...................................................... 82
b. Dampak Sosial Hasil Pelaksanaan Kebijakan
Relokasi ....................................................................... 87
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ...................................................................... 92
2. Saran-Saran .................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 100
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perkembangan Masalah Sosial 4 Tahun Terakhir .................. 8
Tabel 2. Tata Guna Lahan Desa Wukirsari ........................................... 41
Tabel 3. Tata Guna Lahan Desa Kepuharjo ......................................... 42
Tabel 4. Sebaran Penduduk Desa Wukirsari Menurut Jenis Kelamin ... 43
Tabel 5. Sebaran Penduduk Desa Kepuharjo Menurut Jenis Kelamin . 44
Tabel 6. Sebaran Penduduk Desa Wukirsari Menurut Tingkat Usia ..... 46
Tabel 7. Sebaran Penduduk Desa Kepuhajo Menurut Tingkat Usia ..... 47
Tabel 8. Fasilitas Pendidikan Desa Wukirsari dan Kepuharjo ............... 48
Tabel 9. Fasilitas Kesehatan Desa Wukirsari dan Kepuharjo ............... 49
Tabel 10. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Wukirsari dan
Dan Kepuharjo ...................................................................... 51
Tabel 11. Fasilitas Ekonomi di Desa Wukirsari dan Kepuharjo ............. 52
Tabel 12. Fasilitas Olah Raga di Desa Wukirsari dan Kepuharjo ......... 53
Tabel 13. Sebaran Pemeluk Agama di Desa Wukirsari dan Kepuharjo. 54
Tabel 14. Fasilitas Ibadah di Desa Wukirsari dan Kepuharjo ................ 55
Tabel 15. Karakteristik Informan ........................................................... 55
xiii
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 1. Peta Kecamatan Cangkringan .................................................. 32
Peta 2. Peta Jumlah Rumah Yang Rusak Akibat Bencana Letusan
Gunung Merapi Kecamatan Cangkringan ................................ 33
Peta 3. Peta Administrasi Desa Wukirsari ............................................ 35
Peta 4. Peta Administrasi Desa Kepuharjo ........................................... 36
Peta 5. Peta Kawasan Rawan Bencana Merapi ................................... 63
Peta 6. Peta Rencana Sebaran Hunian Tetap ...................................... 64
Peta 7. Peta Sebaran Hunian Tetap ..................................................... 64
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Hunian Tetap Pagerjurang Desa Kepuharjo ....................... 84
Gambar 2. Hunian Tetap Dongkelsari Desa Wukirsari ......................... 85
Gambar 3. Limbah Kandang Komunal Huntap Pagerjurang Kepuharjo 86
Gambar 4. Kandang Komunal Pagerjurang Kepuharjo Yang Kosong . 91
xv
DAFTAR SINGKATAN
1. BNPB : BadanNasionalPenanggulanganBencana
2. BPBD : BadanPenanggulanganBencana Daerah
3. BPD : BadanPermusyawaratanDesa
4. DMP : Disaster Management Paln
5. FASEK : FasilitasEkonomi
6. FASOS : FasilitasSosial
7. FASUM : FasilitasUmum
8. HUNTAP : HunianTetap
9. HUNTARA : HunianSementara
10.KADES : KepalaDesa
11.KEPMEN : KeputusanMenteri
12.KEPRES : KeputusanPresiden
13.KP : KelompokPemukim
14.KRB : KawasanRawanBencana
15.LPMD : LembagaPemberdayaanPemerintahanDesa
16.LSM : LembagaSwadayaMasyarakat
17.PAUD : PendidikanUsiaDini
18.PERBUP : PeraturanBupati
19.PERDA : Peraturan Daerah
20.PERDES : PerangkatDesa
21.PERGUB : PeraturanGubernur
22.PERKA : PeraturanKepala
23.PKK : PemberdayaanKesejahteraanKeluarga
24.PNS : PegawaiNegeriSipil
25.PP : PeraturanPemerintah
26.PT : PerguruanTinggi
27.PUSKESMAS : PusatKesehatanMasyarakat
28.PUSTU : PuskesmasPembantu
29.REHAB-REKON : RehabilitasidanRekontruksi
xvi
30.REKOMPAK :
RehabilitasidanRekontruksiMasyarakadanPermukimanBer
basisKomunitas
31.RENAKSI-RR : RencanaAksiRehabilitasidanRekonstruksi
32.RUKIT : RumahSakit
33.SARA : Suku Agama RasdanAdatIstiadat
34.SD : SekolahDasar
35.SMP : SekolahMenengahPertama
36.SMTA : SekolahMenengah Tingkat Atas
37.SOP : StandarOperasionalProsedur
38.TK : Taman KanakKanak
39.TKD : Tanah KasDesa
40.TNI-AD : TentaraNasional Indonesia-AngkatanDarat
41.UGM : Universitas Gajah Mada
xvii
INTISARI
Seiring dengan berjalannya waktu 8 tahun setelah erupsi (2010-2018),pemerintah melakukan relokasi para korban erupsi Merapi 2010 yang awalpertimbangan dasar hanya didasarkan pada aspek aman dari ancaman bencanasemata belum sepenuhnya mempertimbangkan aspek sosial yang lain kenyataanyakebijakan relokasi belum sepenuhnya mampu menjawab dan menyelesaikanmasalah yang di hadapi para korban erupsi. Evaluasi Kebijakan Relokasi pentinguntuk dilaksanakan di HunianTetap Dongkelsari Desa Wukirsari dan Hunian TetapPagerjurang Desa Kepuharjo dengan tujuan untuk mengetahui dan mendekripsikankeberhasilan, kekurangan, faktorpendukung dan penghambat atas ke bijakanRelokasi di kedua desa tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian deskriptifevaluative dengan metode kualitatif. Obyek penelitiannya tentang Relokasi KorbanBencana Erupsi Merapi 2010 dengan mengambil lokasi di Hunian TetapPagerjurang Desa Kepuharjo dan Hunian Tetap Dongkelsari Desa WukirsariKecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Metode dalam penentuan informanmenggunakan teknik Purposive dengan informan sebanyak 26 orang Teknikpengumpulan datanya dengan menggunakan Observasi, Wawancara mendalamdan Dokumentasi. Teknik analisis data peneliti menggunakan teknik mengolah datadengan Editing, Coding danTabulasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh dari lapanganmayoritas kalangan secara umum berpendapat bahwa kebijakan relokasi di keduadesa cukup berhasil dan sangat baik. Persiapan relokasi berjalan lancar, lokasirelokasi tersedia serta pelaksanaan pembangunan Huntap dan sarana prasaranapendukungnya cukup baik dan pembangunannya dapat selesai tepat waktu, tetapibukan berarti semuanya tanpa ada masalah. Kekurangan atas adanya Kebijakanrelokasi dilihat dari aspek Persiapan Tempat atau Lokasi Relokasi, PembangunanHunianTetap dan Sarana Prasarana Pendukung serta Penyediaan Lahan untukberaktifias baik Lahan Pertanian, Peternakan, maupun Perikanandisetiaplokasidiantara, Lokasi relokasi yang disediakan dan diberikan relativesempit, HunianTetap (HUNTAP) dibangun secara berjajar memanjang danberhimpitan, Pembangunan Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial dan Fasilitas Ekonomibelum merata serta tidak tercukupinya lahan untuk beraktifitas untukPertanian,Peternakan dan Perikanan di setiap HunianTetap.
xviii
Faktor pendukung kegiatan relokasi: adanya SOP (Standar OperasionalProsedur) yang jelas, tersedianya lahan relokasi, tingkat kesadaran masyarakatakan pentingnya keamanan terhadap resiko ancaman bencana yang cukuptinggi,melibatkan warga masyarakat secara kongkrit dan riil dalam setiap pengambilankeputusan, adanya sarana dan prasarana yang mendukung, serta kuatnya swadayadan rasa kegotong-royongan masyarakat.
Faktor yang menghambat kegiatan relokasi : belum tersosialisasinya SOP(Standar Operasional Prosedur) sampai lapisan masyarakat yang terendah,lokasirelokasi yang sempit dan tidak rata (terasering), rendah nyatingkat pendidikandan pengalaman masyarakat dibidang pembangunan, kurangnya relawanpendamping, masihadanya ego pribadi yang kuat serta kurang percayanya terhadapprogram ini, serta masih adanya aturan dankebijakan yang saling berbenturan.
Dengan melihat faktor-faktor pendukung dan penghambat di atas penelitimenyarankan agar semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah mampumenjaga, memelihara dan mengembang kanapa yang sudah dicapai dan dikatakanberhasil selama ini, menghilangkan apa yang menjadikan hambatan-hambatan yangada dan menambah serta memperkuat faktor-faktor pendukung yang ada selamaini, baik yang di miliki warga masyarakat, pemerintah maupun lembaga-lembagayang lain yang terlibat.
Kata-kata Kunci :Bencana,Kebijakan, Relokasi.
xix
ABSTRACT
As time goes by 8 years after the eruption (2010-2018), the government
relocates the victims of the 2010 Merapi eruption, whose initial basic considerations
based solely on safe aspects of disaster threats have not fully considered other social
aspects. In fact, the relocation policy has not been fully able to answer and solve the
problems faced by the eruption victims. Relocation Policy Evaluation is important to be
carried out in Dongkelsari Permanent Residential in Wukirsari Village and Permanent
Residential Shelter in Kepuharjo Village with the aim of knowing and describing
successes, deficiencies, supporting factors and obstacles to Relocation policies in both
villages.
The research method used is a descriptive evaluative research approach with
qualitative methods. The object of his research was the Relocation of Merapi Eruption
Disaster Victims in 2010 by taking the location in Pagerjurang Permanent Residential,
Kepuharjo Village and Dongkelsari Permanent Residential in Wukirsari Village,
Cangkringan District, Sleman Regency. The method in determining the informant uses
Purposive techniques with 26 informants. Data collection techniques using observation,
in-depth interviews and documentation. Data analysis techniques researchers use data
processing techniques with editing, coding and tabulation.
Based on the results of research and analysis of data obtained from the field
the majority of people in general argue that the relocation policy in both villages is quite
successful and very good. The relocation preparation went smoothly, the relocation
location was available and the implementation of the Huntap construction and
supporting infrastructure was quite good and the construction could be completed on
time, but that did not mean that all without problems. Disadvantages of the relocation
policy seen from the aspect of the preparation of the location or location of relocation,
construction of permanent housing and supporting infrastructure facilities as well as the
provision of land for activities both agricultural, animal husbandry and fisheries in each
location, the location of relocation provided and given relatively narrow, permanent
xx
occupancy (HUNTAP ) built in a row extending and coinciding, Construction of Public
Facilities, Social Facilities and Economic Facilities not evenly distributed and
inadequate land for activities for Agriculture, Livestock and Fisheries in each Permanent
Residential.
Supporting factors for relocation activities: the existence of a clear SOP
(Standard Operating Procedure), availability of relocation land, high level of public
awareness of the importance of security against the risk of disaster threat, involving
citizens in a concrete and real way in every decision making, facilities and infrastructure
support, as well as strong self-help and a sense of community cooperation.
Factors that hinder relocation activities: not yet socialized SOP (Standard
Operating Procedure) to the lowest level of society, location of narrow and uneven
relocation (terracing), low level of education and experience of the community in the
field of development, lack of companion volunteers, still a strong personal ego and lack
of trust in this program, as well as the existence of rules and policies that clash with
each other.
By looking at the supporting and inhibiting factors above, the researcher
suggests that all parties, both the community and the government, are able to maintain,
maintain and develop what has been achieved and said to be successful so far,
eliminating what makes the obstacles and increases and strengthens the factors.
supporting factors that have existed so far, both those owned by community members,
the government and other institutions involved.
Key Words: Disaster, Policy, Relocation.
1
BAB I
PENDAHULUHAN
A. LatarBelakang Masalah
Bencana Erupsi Merapi 2010 yang tepatnya terjadi pada tanggal 26 Oktober
2010 dan 5 November 2010 disamping mendatangkan korban jiwa juga
menimbulkan kerugian harta benda, kerusakan pemukiman, infrastrukturdan
kerusakan vegetasi di masyarakat lereng Merapi juga memberikan dampak yang
luar biasa pada kondisi sosial masyarakatnya antara lain berdampak pada aspek
mental, spiritual, pendidikan, sumberdaya alam, menurunnya ekonomi lokal dan
hilangnya mata pencaharian sebagian besar masyarakat lereng Merapi, yang hidup
dengan berbagai macam kegiatan yang produktif yaitu bertani, berkebun, beternak,
berdagang, menjual jasa serta kehidupan ekonomi lainnya.
Awalnya lingkungan seputaran daerah lereng Merapi merupakan lingkungan
alam yang mampu menjadi daya tarik bagi orang-orang yang hidupnya
menggantungkan pada sumber daya alam khususnya lahan pertanian, sehingga
menyebabkan orang-orang berdatangan, mengadu nasip dan akhirnya bermukim di
lereng Merapi dengan cara berkelompok membangun rumah dan membentuk
komunitas masyarakat.Letusan Merapi 2010 dengan awan panas dan material
vulkanik yang tertimbun di puncak Merapi telah mengakibatkan kerusakan yang
cukup hebat. Luncuran awan Panas yang menimbulkan dampak primer terutama
terjadi disekitar lereng puncak Merapi dan meluas melalui alur sungai yang berhulu
2
dipuncak Merapi.Curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi mampu
menggelontorkan material vulkanik dan menimbulkan dampak sekunder seperti
kerusakan infrastruktur pemukiman, pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan,
kehutanan, menimbulkan dampak pada sektor ekonomi, sosial, budaya dan
kesehatan masyarakat.
Perubahan lingkungan pemukiman serta perubahan kawasan rawan bencana
menyebabkan sebagian lingkungan pemukiman tidak sesuai dan tidak
memungkinkan lagi diperuntukkan sebagai kawasan hunian.Untuk mengatasi hal
tersebutagar tidak berkepanjangan menjadi beban berat masyarakat, pemerintah
telah melakukan proses pembangunan kembali pasca bencana Erupsi Gunung
Merapi yang dimulai setelah diresmikannya Rencana Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (RENAKSI-RR) pasca Bencana Erupsi Merapi melalui Keputusan
Presiden Nomor 16 Tahun 2011.Pada wilayah aksinyaPeraturan Kepala BNPB
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca
Bencana mengamanatkan prinsip pembangunan yang lebih baik,prinsip
pengurangan resiko bencana,dan prinsip berkelanjutan dalam pelaksanaan
rehabilitasi dan rekonstruksi.
Salah satu aksinya saat tanggap darurat dalam jangka pendek adalah
disamping mencarikan tempat dengan cara mengungsikan, jugamerelokasi warga
korban erupsi Merapi kedaerah yang dirasa lebih aman dengan cara membuatkan
Hunian Sementara (HUNTARA).Memasuki pertengahan tahun 2011 pelaksanaan
kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi mulai berjalan lebih efektif, dengan diawali
3
pembenahan infrastuktur serta persiapan pembuatan Hunian Tetap baik di relokasi
mandiri ataupun ditempat yang telah disediakan pemerintah.
Pelaksanaan kegiatan pembuatan Hunian Sementara (HUNTARA) murni
dilakukan oleh pemerintah dan dilanjutkan pembangunan Hunian Tetap (HUNTAP)
yang didampingi oleh para relawan Rehabilitasi dan Rekontruksi Masyarakat dan
Pemukiman Berbasis Komunitas (REKOMPAK) dilaksanakan dengan cara
pemberdayaan yang melibatkan langsung warga masyarakat calon penghuni
Hunian Tetap.Salah satu pilihan pembangunan kembali pemukiman bagi korban
pasca erupsi Merapi adalah dengan menyediakan lahan hunian baru (resettlement),
baik yang dilaksanakan di lahan milik sendiri atau yang disediakan secara
berkelompok(Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 2011 tentang Rehap dan
Rekon Merapi).
Dana bantuan pemerintah yang diberikan lewat REKOMPAK untuk
pembangunan Hunian Tetap (HUNTAP) sebesar Rp. 30.000.000,-(tiga puluh juta
rupiah). Dana tersebut digunakan untuk membangun Huntap sampai berdiri
menjadi rumah sederhana, dalam kondisi lantai dan dinding belum di plester, belum
ada jendela dan pintu.Karena sebagian besar anggaran banyak terserap di
kerangka besinya yang diharapkan agar bangunan hunian tetaptersebut tahan
gempa sehingga mengharuskan dibagian kerangka harus kuat.Bagi yang
berperekonomian cukup mapan, rumah yang tadinya senilaiRp. 30.000.000,- (tiga
puluh juta rupiah), telah dikembangkan menjadi senilai 40 sampai dengan 60 juta.
4
Sebagian warga mengatakan bahwa Hunian Tetap bagi warga korban Erupsi
Merapi memaksa masyarakat untuk beradaptasi dan merubah pola kehidupan,
terutama aspek sosial, ekonomi maupun politik warga masyarakat karena tata
kelola dan tata ruang pembangunan pemukiman yang mirip dengan pembangunan
perumahan di perkotaan.Keluasan Hunian Tetap untuk masing masing kepala
keluarga yang hanya berkisar kurang lebih 150 m2 masih dikurangi untuk Fasilitas
Umum (FASUM) dan dihuni tidak kurang dari 5-7 orang sudah barang tentu
dikemudian hari akan memunculkan dan menyebabkan masalah baru, karena
warga korban erupsi Merapi sebelumnya terbiasa melakukan aktivitas dilingkungan
hunian yang relatif luas.Tempat untuk melakukan kegiatan ekonomi, peternakan
dan pertanian juga relatif sangat terbatas dan lokasi Huntap juga termasuk jauh dari
kampung asalnya, kampung yang terdampak langsung erupsi Merapi dimana
sebagian besar masyarakat korban erupsi merapi sebelumnya bermata
pencahariansebagai petani, peternak dan pedagang..(Data Primer Desa Wukirsari
dan Desa Kepuharjo 2017)
Banyak program yang ditawarkan, baik dari lembaga pemerintah maupun LSM,
dari program trauma healling, recoveryekonomi, sampai relokasi semua ada.Tetapi
adakah yang memikirkan mereka nanti tentang masalah sosial di hunian tetap bagi
yang bersedia direlokasi?Akibat dari bencana alam tersebut dapat
menimbulkangejala-gejala yang akan disebut sebagai perilaku. Menurut
SoerjonoSoekanto (2002:15) perilaku itu mungkin bersifat mental atau
eksternal : perilaku itu mungkin merupakan aktifitas atau
keadaanpasif.SoerjonoSoekanto (2002:37):
5
Perilaku sosial mungkin berorientasi pada masa lampau, dewasaini, atauperilaku masa mendatang dari orang-orang lain. Olehkarenanya hal itumungkin disebabkan karena adanya rasa dendampada masa lampau,pertahanan terhadap bahaya yang mengancamdewasa ini atau pada masa-masa mendatang.
Berdasarkan uraian tersebut perilaku sosial yang disebabkanbencana
alam berorientasi pada perilaku pertahanan hidup, minimal terhadap bahaya yang
mengancam dewasa ini atau pada masa-masa mendatang.Perilaku-perilaku ini
dapat mengalami perubahan tergantung dengan situasi yangdihadapi oleh
masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat SoerjonoSoekanto (2006:53) yang
mengungkapkan bahwa :
Memang tidak dapat disangkal bahwa masyarakat mempunyaibentuk-bentu
strukturalnya seperti, kelompok-kelompoksosial,kebudayaan, lembaga sosial,
stratifikasi, dan kekuasaan tetapisemuanya itu mempunyai suatu derajat tertentu
yang menyebabkanpola-polaperilaku yang berbeda, tergantung dari masing-
masingsituasi yang dihadapi.
Dengandemikian, pola-pola perilaku masyarakat akan berubah mana kala
masyarakat menghadapi situasi yang menguntungkan atau sebaliknya. Situasi ini
beragam bentuknya, salah satunya adalah ketika masyarakat dihadapkan pada
situasi bencana alam yang termasuk dalam situasi yang bersifat ancaman.
Perubahanpola-pola perilaku masyarakat yang disebabkan oleh bencana alam
inilah yang terjadi pada masyarakat korban bencana letusan Merapi tahun 2010
khususnya di Desa Kepuharjo dan Desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman,
Yogyakarta merupakan bagian dari problem sosial, kami menyakini kejadian
6
seperti ini juga dialami oleh desa-desa lain sekitar lokasi terdampak erupsi Merapi.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jalaluddin Rakhmat (2000) yang
mengumpamakan perubahan merupakan rekayasa sosial yang muncul akibat
adanya problem-problem sosial.Problem adalah (adanya) perbedaan antara das
sollen (yang seharusnya) dan das sein (yang nyata).Akibat bencana yang
memporak-porandakan desa mereka, makaakan terjadi perubahandi dalam
kehidupan mereka pasca Merapi, baikperubahan pola perilaku sosialatau
budaya, termasuk ketika harus direlokasi kelingkungan Huntap.
Warga beranggapan bahwa konsep Huntap yang dibangun untuk korban
bencana Merapi 2010 hanya cocok untuk orang yang bermata pencaharian sebagai
pegawai, baik pegawai negeri maupun swasta, terus bagaimana dengan warga
yang berprofesi sebagai petani dan peternak? Bagaimana mereka mencari rumput,
bagaimana bercocok tanam, sedangkan lokasi Huntap jaraknya jauh dengan tanah
dan lahan milik warga yang berada di area terdampak langsung erupsi merapi
2010, ini yang menjadi perhatian khusus dalam prinsip relokasi. Jha et al
(2010:121) dalam bukunya Safer Homes, Stronger Communities: A Handbook for
Reconstructing After Natural Disaster: World Bank Publicationsmenyebutkan bahwa
ada 6 (enam) prinsip dalam relokasi bencana yaitu:
1. Perencanaan relokasi yang efektif adalah yang bisa membantu membangun
dan melihat secara positif;
7
2. Relokasi bukanlah sebuah pilihan yang harus dilakukan karena risiko bisa
dikurangi dengan mengurangi jumlah penduduk pada suatu permukiman
daripada memindahkan seluruh permukiman;
3. Relokasi bukan sekedar merumahkan kembali manusia, namun juga
menghidupi dan membangun kembali masyarakat, lingkungan dan modal
sosial;
4. Lebih baik menciptakan insentif yang mendorong orang untuk merelokasi
daripada memaksa mereka untuk meninggalkan;
5. Relokasi seharusnya mengambil tempat sedekat mungkin dengan lokasi asal
mereka;
6. Masyarakat di lokasi yang akan ditempati merupakan salah satu yang
mendapat dampak dari relokasi dan harus dilibatkan dalam perencanaan.
Seiring dengan berjalannya waktu8 tahun,setelah erupsi (2010-2018) masalah
sosial menghantui dan menjadi ancaman yang serius masyarakat penghuni huntap.
Pertimbangan dasar kebijakan pemerintah atau pemangku kebijakan hanya
didasarkan pada aspek aman dari ancaman erupsi Merapi semata tanpa
pertimbangan antisipasi masalah sosial yang lain. Dengan sempitnya lokasi hunian
disamping berpengaruh pada lapangan usaha juga rentan terhadap permasalahan
keluarga dan tetangga, saat ini sudah muncul kebiasaan atau budaya konsumtif
yang mengakibatkan melemahnya kondisi social ekonomimasyarakat.Sudah
barang tentu kalaupermasalahan-permasalahan ini tidak segera mendapatkan
perhatianakanmemunculkansederetan permasalahan baru yang selalu kait
mengkait satu dengan yang lainnya misalnya munculnya gangguan keamanan
8
dengan munculnya ketidakharmonisan keluarga, kenakalan remaja dan lain
sebagainya.
Data perkembangan permasalahan sosial dari waktukewaktu menunjukkan
adanya gejala kenaikan hal ini dapat dilihat dalam tablel 4 (empat) tahun terakhir
perkembangan masalah sosial yang terjadi disebagian lingkungan wilayah Hunian
Tetap sebagai berikut :
Tabel 1.
Perkembangan Permasalahan Sosial 4 (empat) Tahun Terakhir di LingkunganHunian Tetap Desa Wukirsari dan Kepuharjo Kecamatan Cangkringan
2014 2015 2016 20171 Perselisihan/Pertengkaran 1 7 7 6 Wukirsari/Kepuharjo2 Pencurian 0 3 4 2 Wukirsari/Kepuharjo3 Perselingkuhan 1 3 7 6 Wukirsari/Kepuharjo4 Pelecehan Sexsual 0 0 2 1 Wukirsari/Kepuharjo5 Vandalisme 0 3 3 6 Wukirsari/Kepuharjo6 Klithih 0 0 2 1 Wukirsari/Kepuharjo
J U M L A H 2 16 25 22
VOLUME KEJADIANNO JENIS KEJADIAN LOKASI
Sumber: Data Primer Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2017
Melihat data di atas dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan
permasalahan sosial yang muncul dan terjadi di lingkunganrelokasi yang jumlahnya
cenderung naik.
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa merelokasi dan memindahkan warga
itu tidak semudah membalikkan telapak tangan karena butuh proses menyesuaikan
diri di tempat yang baru danitu adalah hal yang tidak mudah, sehingga dapat
9
dikatakan bahwa tujuan pemerintah untuk merelokasi warga kedaerah yang dirasa
pemerintah itu bisa menciptakan rasa aman belum sepenuhnya membuat rasa
nyaman bagi penghuninya, hanya bisa menyelesaikan satu masalah saja rasa
aman menghindari resiko adanya ancaman bencana.(Data Primer Desa Wukirsari
dan Desa Kepuharjo 2017)
Program relokasi dari pemerintah belum sepenuhnya memperhatikan faktor
lainyang dirasa bisa menciptakan rasa nyaman ditempat relokasi. Kondisi yang
seperti ini memancing masyarakat memilih untuk cenderung kembali ke daerah asal
karena berbagai macam faktor dan alasan.Adapun faktor positif yang terdapat di
daerah asal yang menyebabkan penduduk memilih untuk tidak meninggalkan
daerah asalnya menurut Ida Bagus Mantra, (1985:88) berkaitan dengan:
a. Jalinan persaudaraan dan kekeluargaan diantara warga desa sangat erat.
b. Sistem gotong royong pada masyarakat pedesaan Jawa sangat erat pula.
c. Penduduk sangat terkait pada tanah pertanian.
d. Penduduk sangat terkait pula kepada daerah (desa) dimana mereka dilahirkan.
Pada umumnya, bencana dilihat sebagai kejadian tiba-tiba, yang tidak bisa
diprediksi sebelumnya dan mengakibatkan kerusakan yang serius bagi masyarakat
atau lingkungannya.Namun akhir-akhir ini berkembang sebuah cara pandang lain
terhadap bencana. Bencana dipandang sebuah fase dalam satu siklus kehidupan
normal manusia yang dipengaruhi dan mempengaruhi keseluruhan kehidupan itu
sendiri, manakala pembangunan disini dilihat sebagai proses perubahan terencana
yang menciptakan kondisi dan konteks dimana masyarakat hidup dan
10
berpartisipasi, dan juga yang menyebabkan segala hal lain dapat terjadi, terencana
atau tidak,termasuk ancaman dan bencana(James Lewis, 1999).Dalam artian itulah
penanganan bencana perlu diintegrasikan, yang dilihat sebagai de
liberateprocesses,proses yang teratur dan terarah yang bertujuan mencegah
(prevent) terjadinya bencana, dan secara progresif mengurangi dampak-dampak
serta mengantisipasi risiko bencana yang mungkin akan terjadi.
Menurut Spicker (dalam Suharto, 2009:9), kesejahteraan sosial itu memiliki tiga
fokus kegiatan, yaitu pelayanan sosial, perlindungan sosial, dan pemberdayaan
masyarakat.Untuk menangani sebuah persoalan atau permasalahan perlu
mengedepankan kearifan lokal,agar para pemangku kebijakan lebih mampu
melibatkan banyak masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program kegiatan pembangunan yang akan dilakukansehingga akan sesuai dengan
aspirasi maupun kepentingan dan keinginan dari masyarakat itu sendiri.
Konsepliving harmony with disaster mungkin lebih tepat diterapkan di Kawasan
Rawan Bencana (KRB) di Merapi, dengan cara penguatan kapasitas terhadap
pengelolaan risiko bencana, walaupun pengalaman selama ini jika Merapi meletus
pasti akan memberi tanda, sehingga perlu mengenali ancamannya, amati tanda
tandanya dan kurangi risikonya.Dengan demikian rasa aman dan nyaman bisa
dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat yang ada di hunian tetap lereng Merapi.
Permasalahan yang muncul pasca relokasi ini menarik untuk dikaji secara lebih
mendalam lagi, sehingga diharapkan bisa ditemukan model kebijakan yang lebih
tepat bagi para pemangku kepentingan untuk menangani korban bencana alam.
11
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan
relokasi korban erupsi Merapi 2010 di Desa Kepuharjo dan Desa Wukirsari
Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.Terkait dengan penelitian ini sebagai
referensi dan pertimbangan, peneliti cantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu
yang relevan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari Romeon
(2007)tentang Perpindahan Lokasi Pemukiman Pengungsi Pasca Konflik Sosial
Kasus di Desa Batumerah kotaAmbon dengan hasil penelitian bahwa konflik sosial
berdampak pada terbentuknya pemukiman penduduk menurut agama dimana
lokasi-lokasi pemukiman pengungsi cenderung mengarah dan tersebar di daerah
pegunungan, dengan prosentase pengungsi terbanyak berada di kawasan
pemukiman dibandingkan dengan dikawasan lindung, sehingga pada kawasan
lindung telah terjadi alih fungsi lahan karena dibangun pemukiman untuk
perumahan pengungsi oleh Pemerintah Daerah sedangkan dikawasan pemukiman
terjadi kepadatan karena banyaknya jumlah pengungsi yang tinggal dikawasan ini.
Berikutnya penelitian yang dilakukanoleh Nur Khotimah Suri pada tahun 2016
dengan JudulAnalisis Kinerja BPBD Kabupaten Karo dalam Upaya
Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo dengan
hasil penelitian bahwa Kinerja BPBD Kabupaten Karo dalam Penanggulangan
Bencana Erupsi Gunung Sinabung dilihat dari indikator kinerja yakni produktivitas,
kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas dapat disimpulkan
bahwa kinerja BPBD Kabupaten Karo dalam Penanggulangan Bencana Erupsi
Gunung Sinabung belum optimal dilihat dari keterlambatan pembentukan BPBD
12
Kabupaten Karo yang dibuat setelah bencana yang peran penanggulangannya
sebelumnya diambil alih oleh TNI-AD.
Dari kedua hasil penelitian tersebut diatas peneliti menyimpulkan dan
berpandangan bahwa, dalam penanganan atau penanggulangan bencana baik itu
yang diakibatkan oleh Konflik Sosial maupun akibat Erupsi Gunung belum
sepenuhnya menyelesaikan masalah yang ada dan cenderung memunculkan
masalah baru hal ini disebabkan karena ketidaksiapan Pemerintah Daerah
diantaranya belum terbentuknya badan yang menangani kebencanaan seperti
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
B. Fokus Penelitian
Untuk bisa menangani dan mendapatkan suatu permasalahan yang akan dikaji,
peneliti akan memfokuskan penelitian dengan cara melakukan pembatasan kajian
yang akan diteliti.
Kebijakan pemerintah untuk melaksanakan relokasi korban erupsi merapi 2010
di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang dituangkan dalam bentuk Keputusan
Presiden Nomor. 16 tahun 2011 tentang Rehabilitasi dan Rekontruksi (Rehab-
Rekon) Merapi, maka peneliti memfokuskan penelitiannya pada evaluasi
ketercapaian atas pelaksanaanRehap dan Rekon Merapi di desa Kepuharjo dan
desa Wukirsari kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman yang meliputi :
1. Persiapan tempat atau lokasi untuk relokasi.
13
2. Pembangunan hunian tetap dan sarana prasarana di tempat relokasi baik itu
yang berupa Fasilitas Umum/Fasum (Jalan dan Jembatan, Tempat bermain
dan lain lain) maupun Fasilitas Sosial/Fasos (Sarana Ekonomi/Pengembangan
Pasar Desa, Kandang Komunal, Ipal Komunal, Tempat Ibadah, Kesehatan,
Pendidikan dan Pemerintahan).
3. Penyediaan Lahan untuk beraktivitas baik Lahan Pertanian, Peternakan dan
Perikanan.
C. PerumusanMasalah
Berdasarkan LatarBelakang dan Fokus Penelitian di atas, maka peneliti dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanapelaksanaan kebijakan pemerintah tentang relokasi korban erupsi
Merapi 2010 di Desa Wukirsari dan Kepuharjo Kecamatan Cangkringan
kabupaten Sleman?
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan tersebut?
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka bisa ditetapkan bahwa tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program
pemerintah sebagai berikut:
14
1. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan tentang relokasi
korban erupsi Merapi 2010 di Desa Wukirsari dan Kepuharjo Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman.
2. Untuk mengetahui faktor-faktoryang mempengaruhipelaksanaan kebijakan.
3. Untuk mengetahui perkembangan pemulihan kehidupan ekonomi masyarakat
pasca relokasi.
E. Manfaat
Dengan tujuan tersebut, maka diharapkan hasil makalah ini akan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini disamping untuk menambah danmemperkaya
perbendaharaan ilmu pengetahuan terutama dalam pengembangan ilmu
kebencanaan juga memberi gambaran dan pemahaman kepada masyarakat
atas implementasi kebijakan Pemerintah tentang Relokasi sehingga akan
diketahui kekurangan dan kelebihan atas pelaksanaan kebijakan tersebut.
2. Secara praktis, hasil ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
pembuatan peraturan dan implementasi kebijakan strategi yang konsisten,
efektif,dan efisien bagi pemerintah/para pemangku kebijakan dalam
menentukan model kebijakan-kebijakan yang tepat dalam penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi.
15
F. Kerangka Konseptual1. Implementasi
Secara sederhana implementasi bias diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapan. Solichin Abdul Wahab(1997:63) berpendapat bahwa yang
dimaksud implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu, pejabat-pejabat, atau kelompok-kelompok pemerintah
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
digariskan dalam keputusan kebijakan.Menurut Majone dan Wildavsky
(dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) berpendapat bahwa implementasi
adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Pendapat yang sama
juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004).
Dari definisi implementasi di atas menunjukkan bahwa kata implementasi
bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu
system.Sehingga dapat dikatakan bahwa implementasi bukan hanya
sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilaksanakan
secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Kebijakan
Beberapa ahli dengan latar belakang yang berbeda-beda berpendapat
tentang konsep dan istilah kebijakan, salah satunya pendapat yang
disampaikan James Anderson (Leo Agustino,2012: 7) bahwa yang
dimaksud dengan Kebijakan adalah serangkaian kegiatan yang memiliki
maksud dan tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan seorang aktor
16
atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan permasalahan atau
suatu hal yang diperhatikan sedangRS.Parker (Ekowati, 2005: 5)
berpendapat bahwa yang dimaksud Kebijakan Publik adalah suatu tujuan
tertentu atau serangkaian prinsip atau tindakan yang dilakukan suatu
pemerintah pada periode tertentu ketika terjadi suatu subyek atau krisis dan
Anderson (Ekowati 2005: 5) mengatakan bahwa yang dimaksud Kebijakan
Publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh lembaga
(badan-badan) Pemerintah dan Pejabat-pejabatnya.Kamus Besar Bahasa
Indonesia atau KBBI dijelaskan bahwa yang dimaksud kebijakan adalah
merupakan serangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan
cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi dan sebagainya) ;
pernyataan cita-cita tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman
untuk menejemen dalam usaha mencapai sasaran.
Jadi implikasi definisi dari pengertian Kebijakan Publik menurut penulis
adalah sebagai berikut:
1. Setiap kebijakan itu selalu mempunyai tujuan tertentu atau segala
aktifitas/tindakan yang selalu berorientasi pada maksud dan tujuan.
2. Selalu berisi tindakan-tindakan atau pola tindakan Pemerintah/Pejabat
Pemerintah.
3. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan Pemerintah.
4. Kebijakan itu bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa
bentuk tindakan pemerintah mengenai suatu masalah-masalah tertentu
17
atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pejabat
pemerintah untuk tidak melakukan tindakan sesuatu yang dilarang
dalam kebijakan.
5. Didasarkan pada peraturan atau perundang-undangan yang bersifat
memaksa.
Berdasarkan beberapa uraian pendapat mengenai apa itu kebijakan maka
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kebijakan
adalah pedoman untuk melakukan tindakan-tindakan baik tindakan yang
bersifat positif ataupun tindakan yang bersifat negatif. Kebijakan adalah
pilihan alternatif yang diambil dalam rangka untuk menjawab persoalan
yang ada, dimana alternatif yang diambil atau yang dipilih sebagai
kebijakan merupakan alternatif yang telah diperhitungkan dan dianggap
lebih tepat dibanding dengan alternatif lainya. Dengan kata lain kebijakan
merupakan solusi yang bijaksana untuk mengambil tindakan dalam sebuah
perkara dalam pemerintahan.
3. Pemerintah
Secara umum yang dimaksud pemerintah adalah sekelompok individu yang
mempunyai wewenang tertentu untuk melaksanakan
kekuasaan.Pemerintah berasal dari kata perintah dan memiliki dua unsur
yaitu ada dua pihak yang terkandung didalammya, kedua pihak tersebut
saling memiliki hubungan, pihak yang memerintah memiliki wewenang dan
pihak yang diperintah memiliki ketaatan (Inu Kencana,2001:20). Menurut
W.S. Sayre (1986), yang dimaksud pemerintah adalah sebuah organisasi
18
dari Negara yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya.
Sedangkan C.F Strong (1960)berpendapat bahwa yang dinamakan
pemerintah dalam arti luas mempunai kewenangan untuk memelihara
kedamaian dan keamanan Negara. Oleh karenanya harus mempunyai
kekuatan militer atau kemampuan mengendalikan angkatan perang, harus
ada apa yang di namakan kekuatan legislasi atau pembuat undang-undang,
dan harus mempunyai kekuatan finansial atau kemampuan untuk
mencukupi keuangan masyarakat dalam rangka membiayai anggaran
keberadaan Negara dalam penyelenggaraan peraturan, untuk
penyelenggaraan kepentingan Negara.
Selain para ahli diatas Woodrow Wilson (1924) berpendapat, pemerintah
adalah merupakan suatu organisasi kekuatan, tidak selalu berhubungan
dengan organisasi kekuatan angkatan bersenjata, tetapi dua atau
sekelompok orang dari sekian banyak kelompok orang yang dipersiapkan
oleh organisasi untuk mewujudkan maksud-maksud bersama mereka,
dengan hal-hal yang memberikan keterangan bagi urusan-urusan umum
kelompok kemasyarakatan. Pemerintah adalah sekelompok individu yang
mempunya dan melaksanakan wewenang yang sah dan melindungi serta
meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui perbuatan dan melaksanakan
keputusan (Surianingrat, 1980:12).
Dengan demikian dari berbagai definisi pemerintahan tersebut diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dinamakan pemerintah adalah sekelompok
orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi kekuatan dan
19
mempunyai legitimasi dan mempunyai kemampuan serta kewenangan
untuk menjalankan kekuasaannya untuk mewujudkan maksud dan tujuan
bersama mereka, dalam tubuh pemerintahan itu sendiri.
4. Relokasi
Secara harafiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:97) yang
dimaksud Relokasi disini adalah pemindahan tempat atau pemindahan dari
suatu lokasi ke lokasi lain. Jika dikaitkan dalam kontek kebencanaan,
relokasi dapat diartikan pemindahan suatu/lokasi rawan bencana ke
tempat/lokasi baru yang lebih aman dari ancaman bencana.
Nurjana, dkk (2010: 56) berpendapat bahwa relokasi merupakan salah satu
upaya pemerintah atau kelompok lain dalam penanggulangan bencana
yang dialami masyarakat yang kehilangan tempat tinggal. Sedangkan
menurut Yudohusodo (1991;34) menyampaikan konsep relokasi, bahwa
relokasi dilakukan terhadap pemukiman yang tidak diperuntukkan bagi
perumahan atau lokasi pemukiman yang rawan terhadap bencana atau
bahkan yang terkena bencana.Relokasi salah satu alternative untuk
memberikan kesempatan kepada warga atau masyarakat yang tinggal di
lingkungan kumuh, setatus lahannya tidak legal (ilegal)yang bermukim di
lingkungan rawan bencana untuk menata kembali kehidupan ditempat yang
baru.
Saat bencana erupsi Merapi 2010 pemerintah melakukan berbagai macam
upaya penanggulangan bencana. Salah satu contoh wujud nyatanya dalam
20
menangani bencana adalah kebijakan tentang merelokasi atau melakukan
relokasi korban secara bertahap.
5. Kebijakan Publik Penanganan Bencana
a. Pengertian Bencana
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana bahwa yang dimaksud Bencana adalah
merupakan peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Menurut Asian Disaster Reduction Center(Wijayanto, 2012: 26),
bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang
menimbulkan kerugian secara meluas dan dirasakan baik oleh
masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak
yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya
dengan sumberdaya yang ada.
b. Konsep Penanggulangan Bencana
Agus Rahmat (Purnomo, 2010: 93) seluruh kegiatan yang meliputi
aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat
dan sesudah terjadinya bencana yang lebih dikenal dengan sebutan
Siklus Manajemen Bencana. Dimana menurut mereka kegiatan ini
bertujuan untuk mencegahkehilangan jiwa, mengurangi penderitaan
21
manusia, memberi informasi masyarakat dan pihak berwenang
mengenai risiko, dan mengurangi kerusaan infrastruktur utama, harta
benda dan kehilangan sumber ekonomi.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, Pasal 1 ayat (2), (3) dan (4), bencana
dikelompokkan kedalam tiga (3) kategori , yaitu :
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan dan tanah longsor;
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwanon alam antara lain, gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemic, dan wabah penyakit;
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa ata
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas dan teror.
c. Sistem Penanggulangan Bencana
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, mengamanatkan untuk membangun system penanggulangan
bencana (Disaster Management Paln). Adapun sistem Penanggulangan
Bencana yang dibangun dalam Undang-Undang ini menyangkut :
1. Legitimasi
2. Kelembagaan
22
3. Perencanaan
4. Pendanaan
5. Peningkatan Kapasitas
d. Upaya Penanganan Bencana
Saat terjadi bencana erupsi Merapi 2010 pemerintah melakukan
berbagai macam upaya penanggulangan bencana salah satunya
adalah kebijakan tentang relokasidengan cara melakukan pemindahan
dan menempatkan korban erupsi ke tempat yang lebih aman secara
bertahap.Menempatkan korban kedaerah yang lebih aman adalah
sesuatu yang segera dan mutlakharus dilakukan.
G. MetodePenelitian
1. Desain dan Jenis Penelitian
Desain Penelitian adalah suatu rencana tentang tata cara
pengumpulan, mengolah, dan menganalisa data secara sistematis dan
terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai
dengan tujuannya (Pabundu Tika, 2005:12). Menurut M. Iqbal Hasan
(2002:31) desain penelitian adalah keseluruhan proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, sehingga pertanyaan-
pertanyaan yang ada dapat dijawab.Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan mengevaluasi atas implementasi kebijakanpemerintah
dalam menangani korban erupsi Gunung Merapi 2010, sehingga peneliti
23
akan menggunakanpendekatan penelitian deskriptif evaluatifmelalui metode
kualitatif.
Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang mengarah pada
pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan
mengungkap fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan
interprestasi atau analisis.(Pabundu Tika, 2005: 4).Peneliti berusaha
mendiskripsikan dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada dilapangan
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti terkait bagaimana
implementasi kebijakan pemerintah tentang relokasi korban erupsi merapi
2010 di desa Wukirsari dan Kepuharjo kecamatan Cangkringan kabupaten
Sleman khususnya didalam penyiapan tempat atau lahan relokasi, tempat
hunian, Fasilitas Umum (Fasum), Fasilitas Sosial (Fasos) dan pemulian
kehidupan perekonomian masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhi dan mendukung keberhasilan atau ketidak berhasilan
(kegagalan).
Menurut DavidWilliams (dalam Moleong, 2011:5) yang dimaksud
dengan penelitian kualitatif adalahpengumpulan kata dalam suatu latar
alamiah, denganmenggunakanmetode alamiah, dan dilakukan oleh orang
atau peneliti yang tertariksecara alamiah.Data diperoleh dengan melakukan
wawancara dan observasi/pengamatan dilapangan.Dari data hasil
wawancara dan observasi/pengamatan dilapangan lalu dikumpulkan dalam
bentuk data-data selanjutnya dipakai untuk mengevaluasi dan
mendiskriptifkan fenomena social yang diteliti.Metode kualitatif dipakai
24
untuk mendapatkan data yang mendalam, dari suatu data yang
mengandung makna.Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak.
2. Unit Analisis dan Penentuan Informan
Unit analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi obyek
penelitian. Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010:12) dalam kutipan Andi
Prastowo (2012:199) obyek adalah keseluruhan gejala yang ada disekitar
kehidupan manusia. Dilihat dari sumbernya, obyek dari penelitian kualitatif
disebut social situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen
penting yaitu tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara sinergis (Sugiyono,2007:49)
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti membuat obyek penelitianya
pada Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Relokasi Korban
Bencana Erupsi Merapi 2010 dengan mengambil lokasi Penelitiandi Hunian
Tetap yang berada di desa Kepuharjo dan di Desa Wukirsari Kecamatan
Cangkringan Kabupaten Sleman. Adapun alasan penulis mengambil lokasi
ini dengan pertimbangan bahwa lokasi di kedua desa tersebut merupakan
desa yang termasuk paling luas terdampak langsung erupsi merapi 2010
dan juga termasuk sebagai tempat yang paling luas untuk merelokasi
korban erupsi gunung merapi.
Metode dalam penentuan informan peneliti menggunakan teknik
purposive sampling dimana informan dipilih atas dasar pertimbangan
informasi yang mengalami langsung pada saat situasi dan proses
25
pelaksanaan kebijakan relokasi korban erupsi merapi 2010 di Desa
Kepuharjo dan Desa Wukirsari kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman
untuk di jadikan informan. Diantaranya Aparatur BPBD Kabupaten Sleman,
Camat Cangkringan, Aparatur Perangkat Desa Kepuharjo dan Desa
Wukirsari serta beberapa warga penghuni Hunian Tetap di desa Kepuharjo
dan di desa Wukirsari.
3. Teknik dan InstrumenPengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat bantubagi peneliti dalam
mengumpulkan data.Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomenaalam maupun sosial (Sugiyono, 2009:102).Data
yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data pimer dan
data sekunder.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan
yang diteliti (Moh. Pabundu Tika, 2005: 44). Data primer diperoleh
dengan cara wawancara yang dilakukan kepada responden di Hunian
Tetap yang berada di desa Kepuharjo dan desa Wukirsari.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dan di ambil dari instansi-
instansi yang berhubungan dengan masalah penelitian (instansi terkait),
meliputi laporan-laporan tertulis yang diperoleh dari kantor BPBD
kabupaten Sleman, kecamatan Cangkringan, desa Kepuharjo dan desa
Wukirsari.
26
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan aktifitas pencatatan fenomena
yang dilakukan secara sistematis (Muhammad Idrus,
2009:101).Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto, 2010: 199).
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin
timbul dan akan diamati. Proses observasi, Observatory (pengamatan)
tinggal memberikan tanda atau tally pada kolom tempat peristiwa
muncul.Cara ini disebut system tanda (sign system).(Suharsimi
Arikuntoko, 2010; 200).Observasi dapat dibedakan menjadi participant
observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation.Participant observation atau observasi berperan serta
adalah peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati.Non participant observation adalah observasi dengan peneliti
tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independen.
Observasi digunakan untuk mendapatkan data awal penelitian. Adapun
alat yang digunakan dalam observasi antara lain :
a. Daftar catatan (chek list)
27
b. Catatan lapangan
c. Kamera
Penelitian ini menggunakan teknik observasi non-partisipasif.Dimana
peneliti melakukan observasi dengan melihat dan mengamati secara
langsung kondisi pemukiman Hunian Tetap di seluruh desa di
kecamatan Cangkringan. Observasi yang dilakukan lebih mendalam
dilakukan pada Hunian Tetap di desa Kepuharjo dan di desa Wukirsari
kecamatan Cangkringan, dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
pemukiman Hunian Tetap di kedua desa tersebut baik itu yang
berkaitan Hunian Tetapnya, infrastruktur (fasum/fasos)nya dan fasilitas-
fasilitas yang lain yang mestinya harus ada di setiap lingkungan tempat
relokasi.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya
jawab yang dikerjakan sistematis dan berlandaskan pada tujuan peneliti
(Pabundu Tika, 2005: 49). Proses wawancara dilakukan oleh dua pihak
atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang berbeda.
Pihak pertama sebagai peminta informasi dan pihak yang lainnya
sebagai pemberi informasi.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara kombinasi
berstruktur dan tidak berstruktur, ini dilakukan dalam rangka untuk
28
menggali dan mencari informasi sedalam-dalamnya keterangan dari
pihak responden. Adapun alat yang dipergunakan dalam proses
wawancara adalah berupa daftar pertanyaan dengan jawaban tertutup
dimana pertanyaan tersebut di lengkapi dengan alternative jawaban
selain itu juga menggunakan daftar pertanyaan dengan jawaban
terbuka yakni responden bebas meberikan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan.
3. Dokumentasi
Dalam bukunya Sugiyono (2013: 82), yang dimaksud dokumentasi
adalah merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan sumber-sumber data sekunder yang berhubungan
dengan masalah penelitian yang ada di lokasi penelitian yang
merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu dokumentasi dapat
berupa tulisan ataupun berita media online, arsip-arsip tertlis dari dari
kecamatan maupun desa baik itu yang berupa Monografi, peta
administrative serta gambar-gambar pemukiman Hunian Tetap,
Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial yang ada di lingkungan relokasi
yang mendukung penelitian.
4. Teknik AnalisisData
Tahap akhir dalam penelitian adalah analisis data. Iqbal Hasan (2004:
24) mendefinisikan analisis data atau pengolahan data adalah merupakan
29
suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan
dengan menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Sebelum data-
data yang diperoleh dianalisis terlebih dahulu dilakukan editing, coding dan
tabulasi. MenuruIqbal Hasan (2004: 24), pengolahan data adalah sebagai
berikut :
1. Editing
Editing adalah pengecekanatau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau
data yang dikumpulkan tidak logis atau meragukan.Tujuan editing
adalah untuk menghilangkankesalahan-kesalahan yang terdapat
pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi.
2. Coding
Coding adalah pemberian/pembuatan kode-kode pada tiap-tiap
data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah
isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka/huruf-huruf yang
memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi yang
akan dianalisis.
3. Tabulasi
Tabulasi adalah membuat tabel-tabel yang berisikan data yang
telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.Dalam
30
melakukan tabulasi dibutuhkan kehati-hatian agar tidak terjadi
kesalahan.
Teknik analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data agar
mudah untuk dipahami dan di interprestasikan.Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan secara diskriptif untuk menganalisis data dengan
memaparkan, mengelola, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian
dengan susunan kata-kata dan kalimat sebagai menjawab atas
permasalahan yang diteliti.
31
31
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH RELOKASI DESA WUKIRSARI DAN DESA KEPUHARJO
A. Kondisi Umum Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo
1. Kondisi Fisik
Kondisi fisik desa penelitian merupakan aspek fisik pada wilayah desa
dimana dilakukannya penelitian. Aspek fisik dapat berupa geografis (letak,
batas dan luas wilayah), topografis, jenis tanah, hidrologis, dan tata guna lahan.
a. Geografis (letak, batas dan luas wilayah)
Kecamatan Cangkringan merupakan salah satu dari 17 kecamatan di
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Cangkringan
tepatnya berada di sebelah Timur Laut dari Ibukota Kabupaten Sleman
jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten
Sleman berjarak kurang lebih 25 km. Wilayah Kecamatan Cangkringan
berbatasan dengan :
Sebelah Utara: Kecamatan Selo
Sebelah Timur : Kecamatan Kemalang
Sebelah Selatan : Kecamatan Ngemplak
Sebelah Barat : Kecamatan Pakem
Luas wilayah Kecamatan Cangkringan kurang lebih 4.799 ha. Secara
administratif Kecamatan Cangkringan terdiri 5 Desa yakni Desa Argomulyo,
32
Wukirsari, Umbulharjo, Kepuharjo dan Glagaharjo serta memiliki 43
padukuhan yang tersebar di 5 Desa.
Peta1.
Peta Kecamatan Cangkringan
Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia Dokumen Tiem BKO KecamatanCangkringan
33
Adapun sebaran jumlah rumah yang rusak akibat bencana LetusanGunung Merapi di gambarkan dalam Peta berikut :
Peta 2.
Peta Jumlah Rumah Yang Rusak Akibat BencanaLetusan GunungMerapi Kecamatan Cangkringan
Sumber: Kementrian PU(Kab. Sleman)Perkembangan Gunung MerapiPertanggal 19 November 2010
34
Geografis (Letak, Batas, dan Luas Wilayah) penelitian di kedua Desa,
baik Desa Wukirsari maupun Desa Kepuharjo adalah sebagai berikut :
1) Desa Wukirsari
Desa Wukirsari berada sekitar 5 km arah Barat Kecamatan
Cangkringan memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung
dengan daerah-daerah lain di sekitarnya jalur transportasi jalan raya. Desa
Wukirsari secara geografis berada di koordinat 07038,01,,LS – 07040,20,,LS
dan 110025,58,,BT – 110027,540,,BT. Luas wilayah Desa Wukirsari adalah
1.456 Ha dengan batas Desa sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Umbulharjo dan Desa Kepuharjo
Sebelah Timur : Desa Glagaharjo dan Desa Argomulyo
Sebelah Selatan : Desa Argomulyo dan Kecamatan Ngemplak
Sebelah Barat : Desa Umbulharjo dan Kecamatan Pakem
Secara marfologi, Desa Wukirsari merupakan daerah yang relatif datar,
berada kurang lebih 12 km dari puncak Gunung Merapi dan membuktikan
berada di wilayah yang lebih landai serta jauh dari lereng Gunung Merapi.
Secara administrasi dapat digambarkan dalam Peta Desa Administrasi
Wukirsari berikut:
35
Peta 3.
Peta Administrasi Desa Wukirsari
Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia Dokumen Tiem BKO KecamatanCangkringan
2) Desa Kepuharjo
Desa Kepuharjo berada sekitar 7 km arah Utara Kecamatan
Cangkringan memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung
dengan daerah-daerah lain di sekitarnya jalur transpotasi jalan
raya.Wilayah Desa Kepuharjo secara geografis berada di koordinat
07040,42,,LS – 07043,00.9,,LS dan 110027,59.9,,BT – 110028,51.4,,BT.Luas
36
wilayah Desa Kepuharjo adalah 875 Ha dengan batas Desa sebagai berikut
:
Sebelah Utara : Gunung Merapi dan Kecamatan Selo
Sebelah Timur : Desa Glagaharjo
Sebelah Selatan : Desa Wukirsari
Sebelah Barat : Desa Umbulharjo
Secara marfologi, Desa Kepuharjo merupakan daerah yang relatif
bergelombang, berada di dataran tinggi dan berjarak kurang lebih 5 km dari
puncak Gunung Merapi.
Peta 4.
Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia Dokumen Fakultas Teknik UGM
37
b. Topografi
Secara umum, topografi Kecamatan Cangkringan berada di lereng
Gunung Merapi dengan ketinggian 442 m di atas permukaan air laut.
(Kecamatan Cangkringan Dalam angka,2011:8). Topografi Desa Wukirsari
dan Desa Kepuharjo adalah sebagai berikut :
1) Desa Wukirsari
Desa Wukirsari berada di bagian bawah Kecamatan
Cangkringan.Dilihat dari topografinya, berada di ketinggian 450 m di
atas permukaan air laut dan merupakan daerah yang relatif datar.
2) Desa Kepuharjo
Desa Kepuharjo berada di bagian atas Kecamatan
Cangkringan.Dilihat dari topografinya Desa Kepuharjo, berada di
ketinggian 826 m di atas permukaan air laut dan merupakan daerah
yang relatif bergelombang karena posisinya berada pada daerah lereng
Gunung Merapi.
c. Kondisi Hidrologis
Kondisi hidrologis Kecamatan Cangkringan secara keseluruhan dilalui
oleh 3 sungai cukup besar yang berhulu di Merapi, yaitu sisi sebelah timur
Sungai Gendol, tengah Sungai Opak dan sebelah barat Sungai Kuning.
Sepanjang Sungai Gendol yang melintas di wilayah Kecamatan
Cangkringan di musim kemarau sebagian besar 2/3-nya tidak dialiri air,
hanya 1/3-nya yang dialiri air dan volume airnya relatif kecil, sedang
38
untukSungai Opak terjadi sebaliknya alirannya membelah wilayah
Kecamatan Cangkringan 1/3-nya tidak teraliri air dan 2/3-nya teraliri air
yang volume airnya semakin besar di saat musim penghujan. Kedua
Sungai tersebut saat erupsi Gunung Merapi 2010 sama-sama dilalui baik
lahar panas maupun lahar dingin yang mengakibatkan kerusakan
ekosistem di sekitar sungai dan banyak memakan korban jiwa. Sangat
berbeda dengan yang terjadi di Sungai Kuning walaupun sama-sama
berhulu di Merapi.Sungai Kuning selalu dialiri air baik musim penghujan
maupun kemarau. Volume airnya akan semakin besar disaat musim hujan
dan semakin kecil disaat kemarau tetapi belum pernah kering.
Kondisi hidrologis Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo adalah sebagai
berikut :
1) Desa Wukirsari
Desa Wukirsari sisi sebelah timur dialiri Sungai Gendol, sebelah
barat dialiri Sungai Kuning dan di tengah dibelah oleh Sungai
Opak.Keberadaan ketiga sungai ini disamping sebagai sumber air untuk
mengairi tanah pertanian juga dipakai untuk memenuhi kebutuhan air
sehari-hari.Kondisi yang demikian ini sangat menguntungkan
membantu dan berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian
wargasetempat.Warga merasa mudah mendapatkan air untuk
kebutuhan sehari-hari, mengairi tanah pertanian dan memanfaatkan
Sungai Gendol untuk diambil pasir dan batunya untuk menopang dan
menambah perekonomian mereka.
39
2) Desa Kepuharjo
Desa Kepuharjo dialiri oleh Sungai Gendol untuk sebelah timur dan
sebelah barat dialiri oleh sungai Opak, karena sebagian besar di ke dua
sungai tersebut disaat musim kemarau tidak ada airnya maka sebagian
besar warga masyarakatnya memanfaatkannya untuk diambil pasir dan
batunya sebagai sumber mata pencaharian dan perekonomian mereka.
d. Iklim
Untuk menentukan iklim sangat dipengaruhi dua unsur yang sangat
penting dalam hal ini adalah temperatur dan curah hujan. Suhu
maksimum/minimum Kecamatan Cangkringan 330 C / 230 C. Berdasarkan
data Kecamatan Cangkringan dalam Angka tahun 2011, dapat diketahui
curah hujan dan suhu rata-rata per tahun di Desa Wukirsari an Desa
Kepuharjo sebagai berikut:
1) Desa Wukirsari
Curah hujan Desa Wukirsari rata-rata 2.225 mm/tahun serta suhu
rata-rata per tahun adalah 19-240 C. Desa Wukirsari berada tepat di
sebelah selatan Desa Kepuharjo dimana wilayah desanya pada posisi
yang lebih rendah, sehingga rata-rata suhu per tahun lebih tinggi dari
pada Desa Kepuharjo.
2) Desa Kepuharjo
Curah hujan Desa Kepuharjo rata-rata 2.500 mm/tahun serta suhu
rata-rata per tahun adalah 16-170 C. semakin tinggi suatu wilayah,
40
maka suhu akan semakin rendah. Desa Kepuharjo berada di dataran
tinggi, sehingga suhu rata-rata per tahunya cukup rendah di bandingkan
dengan suhu rata-rata pertahun Desa Wukirsari.
e. Tata Guna Lahan
Luas Kecamatan Cangkringan 4.799 ha dengan tata guna lahan secara
keseluruhan adalah tanah sawah 1.093 ha, tanah kering 1.807,6 ha, tanah
basah 24,5 ha tanah hutan 904,5 ha, tanah untk keperluan fasilitas umm
dan sosial 42,5 ha dan untuk kepentingan lain (tanah tandus/pasir) 926,9
ha. Tata guna lahan di Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo adalah sebagai
berikut:
1) Desa Wukirsari
Wilayah Desa Wukirsari yang relatif datar sehingga sebagian besar
lahannya banyak dimanfaatkan untuk sektor pertanian atau tanah
persawahan. Penggunaan lahan sebagai sawah sebanyak 623,00 ha,
tanah untuk bangunan dan pekarangan seluas 143,00 ha tanah kering
seluas 373,00 ha, dan tanah yang digunakan untuk keperluan lain
(fasum, fasos, fasek dan lainnya) seluas 32,30 ha. Berikut tabel
penggunaan lahan Desa Wukirsari :
41
Tabel 2.
Tata Guna Lahan Desa Wukirsari
No Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha)
1 Tanah Sawah 623
2 Bangunan dan Pekarangan 143
3 Tanah Kering 373
4 Tanah Keperluan Lain 32,3
Jumlah 1171,3
Sumber: Monografi Desa Wukirsari 2017
2) Desa Kepuharjo
Wilayah Desa Kepuharjo sebagian besar lahannya berupa tanah
kering yaitu seluas 644,4 ha, karena wilayahnya berada didaerah
dataran tinggi sehingga tidak memungkinkan lahan digunakan sebagai
lahan sawah, kondisi lereng Gunung Merapi wilayahnya bergelombang
dan kering.
Lahan yang di pakai untuk bangunan dan pekarangan seluas 43,5
ha dan tanah keperluan lain (fasum, fasos, tegalan dan tempat rereasi)
seluas 187,1 ha. Berikut tabel penggunaan lahan Desa Kepuharjo:
42
Tabel 3.
Tata Guna Lahan Desa Kepuharjo
No Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha)
1 Bangunan dan Pekarangan 43,5
2 Tanah Kering 644,4
3 Tanah Keperluan Lain 187,1
Jumlah 875
Sumber: Monografi Desa Kepuharjo 2017
2. Kondisi Demografis
Data demografis dalam penelitian ini merupakan data kependudukan yang
menggambarkan tentang jumlah penduduk, usia, sebaran penduduk dan
tingkat kepadatan penduduk di suatu wilayah penelitian.
a. Jumlah Penduduk
Data Monografi Desa Wukirsari (2017) menunjukkan bahwa jumlah
penduduk di Desa Wukirsari adalah 11.432 Jiwa yang tersebar di 24
Padukuhan. Berikut tabel sebaran penduduk Desa Wukirsari :
43
Tabel 4.
Sebaran Penduduk Desa Wukirsari Menurut Jenis Kelamin
No Nama PadukuhanPenduduk Menurut Jenis
Kelamin RumahTanggaLaki-laki Perempuan Jumlah
1 Karangpakis 323 345 668 224
2 Glagahwero 201 244 445 156
3 Pusmalang 255 263 518 157
4 Sruni 329 375 704 183
5 Sintokan 306 300 606 216
6 Rejosari 184 195 379 120
7 Sempon 103 94 197 68
8 Ngemplak 90 91 181 65
9 Kiyaran 350 346 696 179
10 Sembungan 350 346 696 189
11 Tanjung 250 255 505 181
12 Bedoyo 318 300 618 203
13 Selorejo 176 178 354 118
14 Plupuh 310 322 632 227
15 Kregan 117 117 234 76
16 Salam 78 74 152 59
17 Cakran 304 307 611 199
18 Duwet 159 153 312 107
19 Gungan 342 355 697 224
20 Ngepringan 157 192 349 122
21 Gondang 155 163 318 112
22 Bulaksalak 358 363 721 241
23 Cancangan 169 170 339 125
24 Surodadi 293 313 606 199
Jumlah 5.624 5.808 11.432 3.750Sumber: Monografi Desa Wukirsari 2017
44
Data Monografi Desa Kepuharjo (2017) menunjukkan bahwa jumlah
penduduk di Desa Kepuharjo adalah 3.378 Jiwa yang tersebar di 8
Padukuhan. Berikut tabel sebaran penduduk Desa Kepuharjo:
Tabel 5.
Sebaran Penduduk Desa Kepuharjo Menurut Jenis Kelamin
No Nama PadukuhanPenduduk Menurut Jenis
Kelamin RumahTanggaLaki-laki Perempuan Jumlah
1 Kepuharjo 184 194 378 127
2 Pagerjurang 269 246 515 165
3 Manggong 135 135 270 97
4 Batur 252 258 510 175
5 Kopeng 210 239 449 164
6 Petung 170 187 357 126
7 Kaliadem 251 273 524 171
8 Jambu 176 197 373 133
Jumlah 1.647 1.729 3.376 1.158
Sumber: Monografi Desa Kepuharjo 2017
Dari kedua data sebaran tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
Desa Wukirsari tingkat sebarannya lebih merata dibandingkan dengan
Desa Kepuharjo dan jumlah penduduknya juga relatif lebih banyak.
45
b. Tingkat Kepadatan Penduduk
Tingkat Kepadatan Penduduk merupakan perbandingan antara luas
wilayah dengan jumlah penduduk di suatu daerah. Tingkat kepadatan
penduduk per kilometer di Desa Wukirsari menurut data monografi
(2017) sebesar 14,56artinya menggambarkan tingkat kepadatan
penduduk di Desa wukirsari di setiap 1 km di tempati oleh785Jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk per kilometer di Desa Kepuharjo menurut
data monografi (2017) sebesar8,75artinya menggambarkan tingkat
kepadatan penduduk di Desa Kepuharjo di setiap 1 km di tempati
oleh166Jiwa. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kepadatan
penduduk Desa Wukirsari lebih padat di bandingkan dengan Desa
Kepuharjo.
Melihat perbandingan tingkat kepadatan penduduk per kilometernya
antara Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 5 berbanding 1 sehingga
dapat diartikan bahwa tingkat kepadatan pendduknya Desa Wukirsari
lebih padat dibanding dengan Desa Kepuharjo.
c. Tingkat Usia Penduduk
Data Monografi Desa Wukirsari (2017) menunjukkan bahwa
perbandingan tingkat usiapenduduk di Desa Wukirsari yang tersebar di
24 Padukuhan. Berikut tabel gambaran sebaran penduduk Desa
Wukirsari yang didasarkan pada Tingkat Usia Penduduk:
46
Tabel 6.
Sebaran Penduduk Desa Wukirsari Menurut Tingkat Usia
No PadukuhanTingkat Usia Penduduk (th)
Balita(<5)
Anak(5-10)
Remaja(11-16)
Dewasa(17-60)
Lanjut usia(>60)
1 Karangpakis 37 60 57 423 91
2 Glagahwero 21 40 38 263 83
3 Pusmalang 27 51 45 300 95
4 Sruni 45 61 54 417 127
5 Sintokan 31 49 54 353 119
6 Rejosari 22 35 37 229 56
7 Sempon 11 16 14 115 41
8 Ngemplak 8 12 15 107 39
9 Kiyaran 28 66 54 446 102
10 Sembungan 22 52 45 370 101
11 Tanjung 29 40 31 327 78
12 Bedoyo 35 50 56 362 116
13 Selorejo 23 28 35 200 68
14 Plupuh 32 70 50 390 90
15 Kregan 9 24 13 155 33
16 Salam 9 13 13 101 16
17 Cakran 36 58 48 369 100
18 Duwet 15 25 25 189 58
19 Gungan 46 68 61 444 78
20 Ngepringan 24 31 34 202 58
21 Gondang 17 18 22 216 45
22 Bulaksalak 35 64 67 453 102
23 Cancangan 19 28 31 206 55
24 Surodadi 25 42 60 388 81
Jumlah 605 1.011 959 7.025 1.832Sumber: Monografi Desa Wukirsari 2017
47
Data Monografi Desa Kepuharjo(2017) menunjukkan bahwa
perbandingan tingkat usia penduduk di Desa Kepuharjo yang tersebar
di 8 Padukuhan di gambarkan dalam tabel sebaran penduduk Desa
Kepuharjo yang di dasarkan pada Tingkat Usia Penduduk sebagai
berikut:
Tabel 7.
Sebaran Penduduk Desa Kepuharjo Menurut Tingkat Usia
No PadukuhanTingkat Usia Penduduk (th)
Balita(<5)
Anak(5-10)
Remaja(11-16)
Dewasa(17-60)
Lanjut Usia(>60)
1 Kepuharjo 18 36 32 309 9
2 Pagerjurang 25 41 33 355 16
3 Manggong 9 33 27 298 6
4 Batur 24 39 39 317 18
5 Kopeng 21 48 34 322 20
6 Petung 12 37 27 316 11
7 Kaliadem 28 35 44 336 21
8 Jambu 18 39 30 288 8
Jumlah 155 308 266 2.541 109Sumber: Monografi Desa Kepuharjo 2017
3. Kondisi Fasilitas Umum, Sosial dan Ekonomi
Fasilitas Umum dan Sosial merupakan salah satu sarana untuk memenuhi
kebutuhan.Fasilitas Umum dan Sosial sangat berpengaruh pada masyarakat
dalam menjalankan kehidupannya sehari-harinya. Fasilitas Umum dan Sosial
dapat berupa sekolah, rumah sakit, lapangan, pasar, tempat ibadah dan lain
48
sebagainya. Berikut ini beberapa Fasum dan Fasos yang ada di Desa Wukirsari
dan Desa Kepuharjo.
a. Fasilitas Pendidikan
Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas disamping disiapkan
tenaga pendidik juga perlu di persiapkan fasilitas lain sebagai sarana
penunjangnya diantaranya fasilitas sekolah. Data banyaknya fasilitas
sekolah untuk berbagai tingkatan di Desa Wukirsari dan Desa
Kepuharjo sebagai berikut:
Tabel 8.
Fasilitas Pendidikan di Desa Wukirsari dan Kepuharjo
No Jenis SekolahJumlah Sekolah
Desa Wukirsari Desa Kepuharjo1 PAUD 6 2
2 SETINGKAT TK 7 2
3 SETINGKAT SD 9 2
4 SETINGKAT SMP 1 1
5 SETINGKAT SMTA 2 -
Jumlah 25 7Sumber: Monografi Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2017
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa penyediaan prasarana
dasar pendidikan dan sebaran yang berupa fasilitas pendidikan Desa
Wukirsari lebih banyak dan lebih merata dibandingkan fasilitas
pendidikan di Desa Kepuharjo.
49
b. Fasilitas Kesehatan
Untuk mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani maupun rohani
disamping disiapkan tenaga kesehatan juga perlu di persiapkan fasilitas
lain sebagai sarana penunjangnya. Data menunjukkan sebaran tenaga
kesehatan dan sarana prasaranadi berbagai tingkatan dan berbagai
jenis di Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo sebagai berikut:
Tabel 9.
Fasilitas Kesehatan di Desa Wukirsari dan Kepuharjo
No Jenis FasilitasJumlah Fasilitas
Desa Wukirsari Desa Kepuharjo1 Puskesmas Pembantu 1 1
2 Praktek Mantri/Bidan 9 2
Jumlah 10 3Sumber: Monografi Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2017
Dari tabel diatas dapat diketahui dan disimpulkan bahwa sebaran
tenaga dan fasilitas kesehatan di kedua Desa baik di Desa Wukirsari
maupun di Desa Kepuharjomasih sangat minim, belum sebanding
dengan masyarakat dan luas wilayah yang harus ditangani, ini perlu
mendapatkan perhatian yang lebih serius terlebih juga tidak adanya
dokter praktek dan sarana transportasi yang berupa mobil ambulan di
masing-masing Desa di wilayah tersebut meskipun lintas Kecamatan
dan Desa mungkin juga dekat dan lebih baik fasilitas kesehatannya
(Rumah Sakit Pantinugroho, PKU. Pakem, PKU.
50
Cangkringan,Puskesmas Induk),tetapi jugatidak ada jeleknya jika
tenaga kesehatan tetap pelu diperhatikan dan ditambah demi untuk
memberi pelayanaan yang terbaik untuk masyarakat.
c. Fasilitas Ekonomi
Kondisi perekonomian di kedua Desa sangatlah berbedadan sangat
bervariatif. Desa Wukirsari yang kebetulan sesuai kondisi geografisnya
terletak didaerah yang bawah dan cukup landai mayoritas
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani, peternak dan
pedagang,sebagian kecil lainnya bermata pencaharian sebagai
pegawai swasta, PNS dan TNI/Polri, sedangkan Desa Kepuharjo yang
posisinya terletak di dataran yang lebih tinggi ada di atas Desa
Wukirsari tentunya juga berpengaruh terhadap mata pencaharian
masyarakatnya.
Sebagian besar masyarakat Desa Kepuharjo bermata pencaharian
sebagai petani, pertukangan, peternak dan penambang, sebagian kecil
lainnya bermata pencaharian sebagai pegawai swasta, PNS dan
TNI/Polri. Tabel gambaran sebaran mata pencaharian di kedua desa
secara lebih rinci dapat di lihat dan digambarkan dalam tabel sebagai
berikut:
51
Tabel 10.
Mata Pencaharian Penduduk di Desa Wukirsari dan Kepuharjo
No Jenis MataPencaharian
Jumlah Penduduk Menurut JenisMata Pencaharian
Desa Wukirsari Desa Kepuharjo
1 Petani 1.860 312
2 Peternak 4 87
3 Penambang 86 165
4 Pedagang 114 73
5 Pegawai Swasta 1.527 49
6 PNS/TNI/Polri 405 47
7 Pertukangan 124 187
8 Pensiunan 225 28
9 Jasa 600 58
10 Lain-Lain 6.487 2.373
Jumlah 11.432 3.379Sumber: Monografi Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2017
Untuk menggerakkan kegiatan perekonomian warga pemerintah
menyediakan dan membangun beberapa Fasilitas Ekonomi yang bisa
dipakai dan manfaatkan masyarakat.Gambaran Fasilitas Ekonomi
sebagai sarana pendukung kegiatan ekonomi dalam rangka
meningkatkan sumber penghasilan masyarakat secara rinci dapat
digambarkan sebagai beriku:
52
Tabel 11.
Fasilitas Ekonomi di Desa Wukirsari dan Kepuharjo
No Fasilitas EkonomiJumlah Fasilitas Ekonomi
Desa Wukirsari Desa Kepuharjo
1 Toko 5 1
2 Kios 115 35
3 Pasar 1 -
4 Pabrik Pakan Ternak 1 -
5 Kandang Komunal 3 2
6 Pengolahan Kayu/Batu 7 3
Jumlah 132 41Sumber: Monografi Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2017
Ke dua tabel diatas menggambarkan bahwa kegiatan ekonomi di ke
dua kawasan sangat bervaritif termasuk juga fasilitas ekonomi yang
mendukungnya walaupun posisi kawasan wilayahnya sama-sama di
lereng Merapi namun Fasilitas Ekonomi sebagai sarana pendukung
kegiatan ekonomi masyarakatnya lebih banyak jumlah dan jenisnya
seiring dengan besarnya jumlah penduduk Desa Wukirsari meskipun
belum sepenuhnya mencukupi dan sesuai dengan harapan
masyarakat.
d. Fasilitas Olah Raga
Dalam rangka meningkatkan prestasi dan menjaga kebugaran
tubuh, Pemerintah Desa Wukirsari dan Kepuharjo telah menyediakan
beberapa fasilitas olah raga, tetapi karena tingkat kesadaran
53
masyarakatnya tentang olah raga masih rendah dan hari-harinya
terkesan cenderungbekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Kegiatan olah raga sebagai sarana kebugaran dan hiburan cenderung
terabaikan.Kondisi alam yang cukup sejuk memberikan udara yang
bersih dan segar ternyata belum sepenuhnya masyarakat
memanfatkan,sebagian besar fasilitas olah raga dimanfaatkan warga
dari luar daerah.
Adapun tabel fasilitas olah raga di Desa Wukirsari dan Kepuharjo di
sajikan pada tabel berikut:
Tabel 12.
Fasilitas Olahraga di Desa Wukirsari dan Kepuharjo
No Fasilitas Olah RagaJumlah Fasilitas Olah Raga
Desa Wukirsari Desa Kepuharjo1 Lap. Bulutangkis 4 12 Lap. Sepak Bola 2 13 Lap. Golf - 14 Gedung Olah Raga 1 -
Jumlah 7 3Sumber: Monografi Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2017
e. Fasilitas Ibadah
Data Monografi Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2018
menunjukkan ada 5 agama yang diyakini dan dianut penduduk lereng
Merapi khususnya Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo, ada sebagian
54
kecil penduduknya beragama Kristen, Katholik, Hindu, Buda dan
sebagian besar adalah beragama Islam. Toleransi antar umat
beragama berjalan sangat baik, yang mayoritas menghormati yang
minoritas dan sebaliknya yang minoritas menghormati yang mayoritas
sehingga suasana kebatinan dan kedamaian sangat terjaga, tidak
pernah dan tidak akan terjadi permasalahan-permasalahan yang
berbau SARA. Ini terbukti tempat ibadah berdampingan dan
berdekatan tidak pernah terjadi apa-apa. Sebaran pemeluk agama dan
fasilitas tempat ibadah menurut agama yang diyakini di Desa Wukirsari
dan Desa Kepuharjo dapat digambarkan pada table berikut :
Tabel 13.
Sebaran Pemeluk Agama di Desa Wukirsari dan Kepuharjo
NoJenis Agama Yang
Dianut dan Diyakini
Jumlah Pemeluk
Desa Wukirsari Desa Kepuharjo
1 Kristen 141 -
2 Katholik 192 4
3 Islam 11.238 3.373
4 Budha 1 -
5 Hindu - 7
Jumlah 11.595 3.384
Sumber: Monografi Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2018
55
Tabel 14.
Fasilitas Ibadah di Desa Wukirsari dan Kepuharjo
No Jenis Tempat IbadahJumlah Tempat Ibadah
Desa Wukirsari Desa Kepuharjo
1 Mushola 9 6
2 Masjid 33 7
3 Gereja 3 -
Jumlah 45 13Sumber: Monografi Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2017
B. Karakteristik Informan
Agar peneliti mendapatkan informasi yang cukup, benar dan tepat maka peneliti
mencari dan mengambil informan dari berbagai kalangan danlatar belakang
tingkatan pendidikan baik itu dari kalangan pemerintah, swasta, pendamping,
lembaga, relawan dan para korban, selengkapnya sebagai berikut:
Tabel 15.
Karakteristik Informan
No Nama Umur(Th)
TingkatPendidikan Jabatan
1 Yuhanes Dwi Ari H,S.T,M.Eng 53 S2 Kasi RekonstruksiBPBD
2 Guntur Sugiyanto 45 S1 Staf Seksi BPBD
3 Edi Hermana,SH,M.Hum 54 S2 Camat
4 Agung Dwi Maryanto,SH,M.Si 48 S2 Kasi Pemerintahan
5 Heri Suprapto 60 SLTA Kepala Desa
6 Fuad Jauhari Ludfi 33 SLTA Kepala Desa
56
7 Tulus Budi Wiratno,S.Sos 50 S1 Sekretaris Desa
8 Nana Widiatmanta 49 DIII Kepala BagianPemerintahan
9 Supriyana 50 SLTA Kepala BagianPemerintahan
10 Wiyana Suhadi 37 SLTAKepala BagianKesejahteraan
Masyarakat
11 Drs.H.Marsudi 73 S1 Ketua LPMD
12 Suyatno,SPd 52 S1 TokohMasyarakat/RW
13 Lanjar Widodo 33 SLTATokoh
Masyarakat/KetuaKP
14 Sumarwi 42 SLTATokoh
Masyarakat/KetuaKP
15 Amad Kardan 34 SLTA Swasta/Korban
16 Radi 80 SLTA Toma/Pensiunan
17 Ludmanto 47 SLTATokoh
Masyarakat/KetuaJatilan
18 Joko Irianto 38 SLTA Ketua SARCangkringan
19 Hamid Kurniawan,ST 36 S1 Relawan
20 Dwi Kurniawan 42 SLTA PendampingTeknis
21 H.Sukir 49 SLTA Pengurus Koperasi
22 Marjo Tumar 80 SD Korban
23 Hadi Wiyono 78 SD Korban
24 Dirjo 85 SD Korban
25 Anwar Sidiqi 36 SLTA TokohMasyarakat/RW
26 Ngadiran 75 SMP Ketua Rois
Sumber: Data Primer Desa Wukirsari dan Desa Kepuharjo 2017
57