129625072-keracunan-makanan-1

Upload: ichakayz

Post on 14-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    1/27

    3

    BAB II

    KERACUNAN MAKANAN

    A. Keracunan makanan

    Keracunan makanan adalah penyakit yang timbul setelah mengkonsumsi

    makanan dan minuman yang tercemar dengan kuman (bakteri, virus, parasit) atau

    bahan kimia. Gejala yang umum muncul berupa nyeri kram perut, diare, mual dan

    muntah, demam, sakit kepala. Namun gejala tesering berupa muntah dan diare.

    Gejala yang dialami dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya bergantung kepada ketahanan fisik, jenis racun, jumlah racun yang termakan, dan

    umur. Onset gejala mulai dari satu jam sampai lima hari setelah mengonsumsi

    makanan yang telah terkontaminasi. 5,6

    Racun ini dapat berasal dari: 5

    1) Makanan yang tercemar oleh kuman yang berbahaya.

    2) Makanan yang tercemar oleh bahan-bahan kimia.

    3)

    Makanan yang tercemar oleh lalat dan sebagainya.4) Makanan yang mengandung toksin atau racun.

    Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keracunan makanan, antara lain: 4

    1) Pendinginan yang tidak adekuat (63%).

    2) Makanan terlampau cepat disajikan (29%).

    3) Kondisi tempat mempertahankan panas yang tidak baik (27%).

    4) Higiene yang buruk pada pengonsumsi makanan atau telah terinfeksi

    (26%).

    5) Pemanasan ulang yang tidak optimal (25%).

    6) Alat pembersih yang tidak baik (9%).

    7) Mengonsumsi makanan basi (7%).

    8) Kontaminasi silang (6%).

    9) Memasak atau memanaskan makanan secara tidak optimal (5%).

    10) Wajan berlapis bahan kimia berbahaya (4%).

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    2/27

    4

    11) Bahan mentah tercemar (2%).

    12) Pengguanan zat aditif yang berlebihan (2%).

    13) Tidak sengaja menggunakan zat aditif kimia (1%).

    14) Sumber bahan makanan memang tidak aman (1%).

    Faktor yang berperan dalam meningkatkan insidens keracunan makanan: 4

    a. Industrialisasi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup

    Industrialisasi dan urbanisasi berpengaruh terhadap terjadinya kontaminasi

    makanan serta perubahan gaya hidup kearah peningkatan selera untuk

    mengonsumsi daging hewan juga ikut menambah risiko terpapar dengan

    bakteri patogen lewat daging, unggas dan susu olahan lainnya. Hal ini

    terjadi karena sebagian hewan ini kerap terinfeksi ole bakteri patogen

    seperti Salmonella. Selain itu, perubahan gaya hidup dengan

    meningkatnya konsumsi makan siap saji dan kebiasaan untuk makan

    diluar dapat berpengaruh juga dalam kejadian keracunan makanan.

    b. Populasi yang padat

    Jumlah masyarakat yang peka terhadap keracunan makanan juga semakin

    meningkat yakni kelompok lansia, penderita infeksi HIV, keganasan dan

    ereka yang tengah menjalami kemoterapi. Selain itu, kondisi perang,

    bencana alam dan bencana sosial dapat menyebabkan malnutrisi yang ikut

    mempermudah kejadian keracunan makanan lebih luas.

    c. Perdagangan bebas

    Pasar bebas baik tingkat regional maupn internasional berisiko

    menyebabkan keracunan lintas wilayah. Sebagai ilustrasi di tahun 1995,

    KLB shigellosis pernah melanda beberapa negara Eropa Utara akibat

    lobak impor dari Spanyol.

    d. Higiene lingkungan buruk, kemiskinan dan ketiadaan fasilitas menyiapkan

    makanan,

    Ketiadaan air, sanitasi pendingin makanan dan bahan bakar untuk

    memasak dapat menyulitkan penyiapan makanan secara tepat sehingga

    mendukung pertumbuhan mikroorganisme.

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    3/27

    5

    Kontaminasi 4

    Makanan yang bersial ialah makana yang tidak terkontaminasi oleh

    kotoran dan tidak menampakkan tanda pembusukan bakteri. Penyebab penyakit

    dapat ditularkan pada mnusia melalui banyak jalan yakni udara, air, tanah, kontak

    langsung antar orang, dan makanan. Ssebagian penyakit dapat ditularkan lewat

    makanan oleh hewan atau alat masak.

    Kontaminasi silang merupakan konsep keamanan makanan yang sangat

    penting. Kondisi ini erjadi jika zat pencemar berpindah dari satu makanan ke

    makanan lain melalui permukaan benda selain makanan, misal alat untuk

    memasak dan tangan manusia.

    Bahan makanan yang berisiko tinggi untuk terkontaminasi bakteri: 4,7

    1. Daging

    Daging hewan berkaki empat dan unggas merupakan sumber

    mikroorganisme patogen yang lazim. Hewan dapat mengalami infeksi yang

    bersifat subklinis dan mikroorganisme patogen yang terkandung pada

    jaringannya dapat berpidah langsung ke manusia, bila daging tersebut

    teramakan atau secara tidak langsung menularkan infeksi ke hewan lain

    melalui tinja atau permukaan tubuhnya.

    2. Unggas

    Salah satu unggas yang sering dikonsumsi adalah ayam. Mulai dari proses

    pemotongan sampai pembersihan melalui proses perendaman, pemanasan

    dan pendinginan. Bila proses tersebut tidak dilakukan dengan optimal, dapat

    memungkinkan terjadiny kontaminasi oleh mikroorganisme.

    3. Kulit telur

    Telur yang kotor dapat terjadinya kontaminasi oleh bakteri Salmonella, yang

    menempel di bagian luar kulit telur dapat dengan mudah berpindah ke

    makanan.

    4. Hewan peliharaan dan hewan lain

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    4/27

    6

    Saluran cerna hean mengandung bakteri patogen, mikroorganisme yang

    paling sering adalah salmonella. Hewan peliharaan di dapur rumah tanggaa

    atau restoran dapat dengan mudah meneruskan zat pencemar di tubuhnya ke

    makanan atau permukaan tempat makanan yang diproses. Tikus dan hewan

    pengerat lain dapat membawa banyak penyakit menular ke makanan melalui

    air urin dan tinja, air liur ketika hewan tersebut mengerat zat makanan di

    gudang.

    5. Serangga

    Lalat secara mekanik mengantarkan bakteri dari satu tempat ke tempat lain

    dengan cara hinggap di atas permukaan yang kotor, kemudian berpindah ke

    makanan.

    6. Tanah

    Clostridium botulinum dan clostridium perfringens banyak ditemukan di

    tanah. Kedua bakteri ini dapat diterbangkan oeh angin dan tertangkap oleh

    burung atau hewan lain maupun tumbuhan.

    7. Tubuh manusia

    Stafilokokus dan mikroorganisme lain dapat ditemukan di tanga, sela kuku,

    luka biasa, luk bakar dan dalam hidung, tenggorokan orang yang terinfeksi

    dapat dengan mudah ditularkan lewat makanan. Stafilokokus aureus dapat

    menembus kulit dan berkembang biak di dalam pori-pori serta folikel rambut.

    Buruknya higiene seseorang sangat mempengaruhi dalam hal kontaminasi

    makanan.

    Penyebab keracunan makanan berupa: 6

    1. Mikroorganisme

    a. Bakteri, merupakan mikroorganisme yang paling sering menimbulkan

    keracunan makanan.

    - Bacterial infection, bakteri patogen terkonsumsi dan kemudian menetap dan

    bermultiplikasi di dalam tubuh.

    - Bacterial intoxications, mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh

    toksin bakteri.

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    5/27

    7

    b. Parasit

    c. Virus

    d. Bahan kimia seperti insektisida, cairan pembersih.

    Keracunan makanan oleh bakteri dapat terjadi melalui berbagai proses, sebagai

    berikut: 8

    - Terdapat bakteri atau toksin di dalam makanan.- Makanan tersebut cocok untuk perkembangan bakteri.- Lingkungan yang baik untuk bakteri seperti suhu hangat 5-60C dan

    kelembaban yang memadai.

    - Masa inkubasi bakteri untuk tumbuh berkembang.- Terdapat sejumlah bakteri dan toksin yang cukup untuk dapat

    menimbulkan penyakit.

    - Makanan tersebut dikonsumsi.

    Berikut ini merupakan rantai keracunan makanan

    Bakteri membutuhkan berbagai keadaan untuk dapt tumbuh dan berkembang,

    seperti: 6

    1. Suhu

    Bakteri dapat tumbuh dengan baik pada suhu 4-60C. Suhu dibawah 4C dan

    antara 60-74C tidak dapat membunuh bakeri tersebut dan juga tidak

    mendukung bakteri untuk berkembang. Namun suhu diatas 74C akan dapat

    membunuh bakteri.

    2. Protein

    Bakteri akan berkembang lebih cepat pada makanan yang tinggi akan protein,

    karena protein itu sendiri merupakan sumber utama untuk bakteri. Sehingga

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    6/27

    8

    pada daging dan seafood yang tinggi protein akan lebih mudah bakteri

    berkembang.

    3. Air

    Bakteri juga memerlukan air untuk kelangsungan hidup, sehingga kandungan

    air dalam makanan sebaiknya dikurangi dengan pemanggangan, penambahan

    garam pektin ataupun gula. Namun kandungan air yang rendah dalam

    makanan tidak aka membunuh bakteri, tapi hanya menghambat

    perkembangannya saja.

    4. pH

    Bakteri memerlukan pH netral untuk bertahan hidup, namun demikian tinggi

    ataupun rendah pH makanan tersebut tidak akan membunuh bakteri dan hanya

    menghambat perkembangannya.

    5. Oksigen

    Beberapa bakteri dapat hidup dan berkembang pada lingkungan yang kaya

    oksigen, dan sebagiannya lagi dapat hidup dan berkembang pada lingkungan

    yang rendah oksigen.

    6. Waktu

    Meninggalkan makanan dalam suhu kamar selama lebih dari 2 jam sudah

    dapat memberikan kesempatan bakteri untuk berkembangbiak dan berpotensi

    menyebabkkan keracunan makanan.

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    7/27

    9

    Jenis-jenis keracunan makanan 9

    Organisme dan masa inkubasi Sumber utama infeksi

    (kontaminasi

    makanan)

    Gejala

    Salmonellosis

    Salmonella species

    6-72 jam (umumnya 18-36

    jam)

    Daging mentah atau

    kurang matang,

    unggas, telur,

    makanan jadi, daging

    yang terkontaminasi

    kotoran, higiene

    makanan buruk,

    kontaminasi silang

    dari peralatan masak.

    Diare, kram perut,

    demam ringan, mual,

    sangat berat pada usia

    muda dan tua. Semakin

    berat bila berasal dari

    makanan berlemak (keju,

    harmburger, hot dog,

    cokelat)

    Stahylococcal food poisoning

    Staphylococcus aureus

    1-8 jam (umumnya 2-6 jam)

    Ditemukan di hidung,

    tenggorokan, kulit,

    dan tangan sekitar

    30-50% pada orang

    sehat.

    Terkontaminasi lewat

    orang yang terinfeksi,

    batuk, bersin, kulit

    kotor, jerawat.

    Tumbuh dengan

    cepat pada makanan

    kaya proteoin seperti

    daging, unggas, ikan,

    susu, keju.

    Muntah, mual, kram

    perut, diare, menggigil.

    Dapat membaik dalam

    24-48 jam.

    Campylobacteriosis

    Campylobacter jejuni

    2-7 hari (umumnya 3-5 hari)

    Ditemukan dalam

    saluran pencernaan

    hewan liar dan

    Demam, diare, kram

    perut, BAB berdarah.

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    8/27

    10

    peliharaan. Banyak

    ditemukan pada

    daging dan unggas

    yang berkontak

    dengan feses. Suber

    lain berupa susu

    mentah, kerang,

    daging sapi, ayam.

    Clostridium perfringens

    8-27 jam (umumnya 10 jm)

    Tumbuh cepat pada

    makanan yang

    pendinginan tidak

    optimal dan disimpan

    dalam suhu kamar,

    terutama daging dan

    unggas. Terdapat di

    tanah dan usus hewan

    dan menyebar ke

    daging.

    Nyeri perut, diare,

    terkadang mual dan

    muntah. Gejala biasanya

    ringan namun dapat

    berat.

    Botulism

    Clostridium botulinum

    2 jam-8 hari (umumnya 18-36

    jam)

    Terdapat di tanah, air

    laut. Sayura dan

    seafood sering

    terkontaminasi.

    Ditransmisikan lewat

    makanan kaleng.

    Menyerang ke sistem

    saraf dan menimbulkan

    mual, muntah, fatigue,

    sakit kepala, mulut dan

    kulit kering, konstipasi,

    paralisis, diplopia, sulit

    bernafas.

    Listeriosis

    Listeria monocytogenes

    4-21 hari

    Tumbuh pada suhu

    pendingin. Air,

    produk susu mentah,

    sosis.

    Demam, sakit kepala

    berat, mual, muntah,

    meningoencephalitis,

    delirium, koma.

    Foodborne infections BAB cair atau darah,

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    9/27

    11

    1. Enterohemorrhagic

    Escherichia coli

    0157:H7

    3-7 hari (umumnya 3-

    4 hari)

    2. Infeksi E. Coli lainnya

    Spesies yang berbeda

    24-72 jam

    Air dan makanan

    yang terkontaminasi

    oelh feses, daging

    tidak matang, ham,

    sayuran mentah, susu

    mentah, dan kerang

    yang terkontaminasi

    oleh limbah.

    kram perut, mual,

    muntah. Beberapa orang

    dengan infeksi 0157:H7

    berkembang menjadi

    sindrom uremik

    hemolitik dengan

    kerusakan ginjal

    permanen.

    Shigellosis

    Shigella

    1-3 hari

    Sangat menular

    melalui makanan, air

    atau susu yang telah

    terkontaminasi oleh

    orang yang terinfeksi.

    Diare, demam, mual,

    muntah, kram perut,

    BAB berisi darah,

    mukus dan pus. Pada

    anak-anak dapat timbul

    kejang.

    Bacillus cereus

    1. Diare: dari sup, daging

    dan unggas. 8-16 jam

    2. Muntah: dari nasi. 30

    menit-5 jam

    Makanan dengan

    higiene yang buruk,

    sup, sereal, daging

    atau unggas, dan nasi.

    Gejala biasanya ringan

    1. Mual, kram

    perut, diare

    2. Mual, muntah,

    diare

    Yersiniosis

    Yersinia enterocolitica

    3-7 hari

    Daging babi dan

    produk olahan babi,

    cokelat, dan susu.

    Diare terkadang disertai

    darah, kram perut, nyeri

    sendi.

    Hepatitis

    Virus hepatitis A

    10-50 hari (umumnya 25 hari)

    Makanan

    terkontaminasi oleh

    orang yang terinfeksi.

    Salad, kerang yang

    terkontaminasi oleh

    kotoran, air minum

    yang tercemar.

    Gejala ringan

    Fatigue, jaundice,

    demam, mual, anoreksia,

    urin berwarna gelap,

    BAB pucat.

    Amebiasis Air dan makanan Demam, menggigil,

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    10/27

    12

    Entamoeba histolytica

    2-4 minggu

    yang terkontaminasi

    oleh feses. Makanan

    yang diolah oleh

    orang yang telah

    terinfeksi.

    kram perut, diare

    berdarah dan mukus.

    Giardiiasis

    Giardia lamblia

    5-25 hari (umumnya 7-10

    hari)

    Air yang telah

    terkontaminasi oleh

    feses, air sungai.

    Makanan yang diolah

    oleh orang yang telah

    terinfeksi.

    Kram perut, penurunan

    berat badan, fatigue,

    diare.

    Cryptosporidiosis

    Cryptosporidiosis parvum

    2-10 hari

    Air minum yang

    tercemar dan air

    kolam renang.

    Makanan yang diolah

    oleh orang yang telah

    terinfeksi.

    Diare, kram perut, mual,

    muntah dan demam

    ringan.

    Diagnosis 4

    a. Anamnesis

    Informasi yang harus diperoleh meliputi masa inkubasi dan durasi

    penyakit, jens makanan yang disantap, tempat makan, karakteristik dan

    frekuensi muntah dan diare, serta keterkaitan dengan gejala sistemik lain.

    b. Pemeriksaan fisik

    Menentukan derajat kehilangan cairan. Mulut kering, tak ada keringat,

    uriasi berkurang menandakan dehidrasi ringan. Hipotensi ortosttik, turgor

    kulit lambat, mata cekung menandakan dehidrasi sedang. Sementara itu,

    dehidrasi berat timbul sebagai hipotensi yang dikompensasi oleh

    takikardia, delirium dan syok.

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    11/27

    13

    c. Pemeriksaan laboratorium

    Pemeriksaan darah, urin, feses. Kultur feses diindikasikan terutama bila

    pasien mengalami diare erdarah, nyeri perut hebat. Spesimen yang harus

    dikumpulkan meliputi tinja, urin, darah, muntahan penderita, serta apusa

    peralatan masak.

    d. Pemeriksaan penunjang

    Foto polos abdomen dilakukan bila pasien mengeluh perut kembung, sakit

    perut hebat, karena dicurigai adanya obstruksi atau perforasi. Jika feses

    bercampur darah, sigmoidoskopi dilakukan untuk menyingkirkan

    kemungkinan diagnosis lain yang bersamaan.

    B. Dampak Keracunan makanan

    1. Keracunan makanan oleh bakteri

    a. Staphylococcus aureus keracunan makanan dapat terjadi ketika anak

    Anda makan makanan yang terkontaminasi dengan enterotoksin

    (biasanya makanan dibiarkan pada suhu ruang terlalu lama), yang

    dengan cepat menyebab kan gejala (dalam waktu 2-7 jam) termasuk

    muntah-muntah, diare berair dan tidak baik demam atau demam.

    Untungnya, gejala biasanya hilang secepat mereka datang, dalam

    waktu 12 sampai 24 jam. 10

    b. Salmonella keracunan makanan cukup terkenal karena semua dari

    wabah Salmonella terakhir. Gejala keracunan Salmonella makanan

    biasanya mulai sekitar 6 sampai 72 jam setelah terpapar bakteri ini dan

    termasuk diare berair, demam, sakit perut, mual dan muntah. Gejala

    biasanya berlangsung 4 sampai 7 hari dan biasanya hilang tanpa

    pengobatan. 10

    c. E. Coli O157 adalah jenis tertentu dari bakteri E. coli yang dapat

    menyebabkan keracunan makanan dengan kram perut parah, diare

    berdarah dan kadang-kadang demam derajat rendah. Meskipun

    kebanyakan anak dengan E. coli O157 sembuh tanpa pengobatan

    dalam 5 sampai 7 hari, beberapa mengembangkan kondisi yang

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    12/27

    14

    mengancam jiwa yang disebut "sindrom uremik hemolitik" (HUS).

    Anak-anak dapat mengembangkan E. coli O157 infeksi sekitar 1

    sampai 10 hari setelah makan produk daging yang terkontaminasi yang

    kurang matang, khususnya hamburger. Minum susu mentah, air yang

    tercemar dan jus yang tidak dipasteurisasi dan memiliki kontak dengan

    hewan ternak merupakan faktor risiko lainnya. 10

    d. Shigella merupakan bakteri yang dapat menyebabkan diare berdarah,

    di samping kram perut dan demam tinggi. Anak-anak dapat

    mengembangkan infeksi Shigella (Shigellosis) sekitar 1 atau 2 hari

    setelah makan makanan yang telah terkontaminasi dengan bakteri

    Shigella, seperti kentang, susu salad ayam, dan sayuran mentah. Tidak

    seperti kebanyakan penyebab lain keracunan makanan, Shigellosis

    dapat diobati dengan antibiotik, meskipun sebagian besar infeksi

    tersebut pergi pada mereka sendiri dalam 5 sampai 7 hari. 10,11

    e. Campylobacter keracunan makanan sering dikaitkan dengan makan

    ayam setengah matang dan minum susu mentah, dengan gejala

    berkembang sekitar 2 sampai 5 hari setelah paparan. Gejala dapat

    termasuk diare berair, demam, kram perut, mual, nyeri otot dan sakit

    kepala. Meskipun gejala biasanya hilang dalam 7 sampai 10 hari pada

    mereka sendiri, pengobatan dengan antibiotik eritromisin mengurangi

    berapa lama orang yang menular. 10,11

    f. Clostridium perfringens keracunan makanan adalah bakteri yang lain

    menghasilkan racun dalam makanan. Gejala mulai 8 sampai 22 jam

    setelah makan makanan yang terkontaminasi, terutama daging dan

    kaldu yang tidak diolah atau disimpan dengan benar, dan termasuk

    diare dan kram perut yang intens, yang bisa berlama-lama selama

    sekitar 24 jam. 10,11

    g. Clostridium botulinum keracunan makanan atau botulisme, yang

    menghasilkan spora dan racun yang dapat mengkontaminasi sayuran

    dan makanan lain yang diawetkan dan kaleng di rumah, madu (yang

    mengapa bayi tidak seharusnya makan madu) dan beberapa makanan

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    13/27

    15

    lainnya. Selain mual, muntah dan kram perut, anak-anak dengan

    botulisme dapat memiliki gejala neurologis, seperti penglihatan ganda,

    bicara cadel, kesulitan menelan dan kelemahan otot. Bayi mungkin

    memiliki kelemahan, sembelit dan makan miskin. Dalam kedua anak-

    anak dan bayi, kelemahan otot bahkan dapat mempengaruhi

    kemampuan mereka untuk napas. 10

    h. Bacillus cereus keracunan makanan menyebabkan diare dan kram

    perut sekitar 6 sampai 15 jam setelah makan makanan yang

    terkontaminasi, termasuk daging, ikan, sayuran dan susu.

    Terkontaminasi padi biasanya menyebab kan diare mual dan muntah,

    tapi tidak. Dengan kedua jenis gejala, mereka biasanya hilang dalam

    waktu sekitar 24 jam tanpa pengobatan. 10,11

    i. Bakteri Vibrio parahaemolyticus masuk ke dalam tubuh manusia yang

    mengkonsumsi produk makanan laut seperi udang, kerang, ataupun

    ikan mentah yang dimasak kurang sempurna. Penularan juga dapat

    terjadi pada makanan yang telah dimasak sempurna namun tercemar

    oleh penjamah yang pada saat bersamaan menangani produk ikan

    mentah. Gejala yang muncul adalah tiba-tiba dan kejang perut yang

    berlangsung selama 48 72 jam dengan masa inkubasi 8 72 jam.

    Gejala lain adalah mual, muntah, sakit kepala, badan agak panas dan

    dingin. Pada sebagian kecil kasus, bakteri juga menyebabkan

    septisemia. 12

    2. Keracunan makanan virus 10 a. Hepatitis A adalah virus penyebab keracunan makanan. Tidak seperti

    kebanyakan penyebab lain dari keracunan makanan, itu adalah satu-

    satunya yang ada adalah vaksin (anak-anak mendapatkannya dimulai

    pada usia 12 bulan) yang dapat mencegahnya. Anak-anak dapat

    mengembangkan gejala hepatitis A 10 sampai 50 hari setelah makan

    air yang terkontaminasi, sayuran, kerang dan makanan yang

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    14/27

    16

    terkontaminasi oleh pekerja restoran.

    b. Norwalk virus adalah virus lain yang dapat menyebabkan keracunan

    makanan dan sering dikaitkan dengan kapal pesiar. Anak-anak dapat

    mengembangkan virus Norwalk keracunan makanan setelah minum air

    yang tercemar atau makan makanan yang terkontaminasi, termasuk

    kerang, bahan salad, kerang mentah, tiram mentah dan makanan lain

    yang terkontaminasi oleh pekerja restoran sakit. 12

    3. Keracunan makanan karena mengonkonsumsi ikan yang tercemar limbah

    merkuri 13

    Sebagian senyawa merkuri yang dilepas ke lingkungan akan diubah menjadi

    metilmerkuri (MeHg) oleh mikroorganisme dalam air dan tanah. MeHg dengan

    cepat akan diakumulasikan dalam ikan atau tumbuhan dalam air permukaan.

    Kadar merkuri dalam ikan dapat mencapai 100.000 kali dari kadar air

    disekitarnya, jika ikan tersebut berada di lingkungan pabrik yang menggunakanlogam merkuri. Orang-orang yang mempunyai potensial terkena merkuri (Hg)

    diantaranya :

    Pekerja pabrik yang menggunakan Hg. Janin, bayi dan anak-anak :

    o MeHg dapat menembus plasenta.

    o Sistem saraf sensitif terhadap keracunan Hg.o MeHg pada ASI, maka bayi yang menyusu dapat terkena racun.

    Masyarakat pengkonsumsi ikan yang berasal dari daerah perairan yang

    tercemar merkuri.

    Merkuri termasuk bahan teratogenik. MeHg didistribusikan keseluruh jaringan

    terutama di darah dan otak. MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak,

    90 % ditemukan dalam darah merah. Efek toksisitas merkuri terutama pada

    susunan saraf pusat (SSP) dan ginjal, dimana merkuri terakumulasi yang dapat

    http://id.wikipedia.org/wiki/Ikanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Teratogenikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Darah_merahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Darah_merahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Teratogenikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Ikan
  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    15/27

    17

    menyebabkan kerusakan SSP dan ginjal antara lain tremor (gerakan fluktuatif

    gemetar pada tubuh) dan kehilangan daya ingat. MeHg mempunyai efek pada

    kerusakan janin dan terhadap pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi

    baru lahir dibandingkan dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan. Bayi

    yang dilahirkan dari ibu yang terkena racun MeHg dapat menderita kerusakan

    otak dengan akibat :

    1. Retardasi mental, yaitu keadaan dengan intelegensia yang kurang

    (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).

    2. Tuli.

    3. Buta.

    4. Mikrocephali (campak).

    5. Cerebral palsy.

    6. Gangguan menelan makanan.

    Efek terhadap sistem pernapasan dan pencernaan makanan dapat menyebabkan

    terjadinya keracunan yang parah.Keracunan merkuri dari lingkungan dapat

    mengakibatkan kerusakan berat pada jaringan paru-paru, sedangkan keracunan

    makanan yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan liver.

    4. Dampak terhadap sosio-ekonomi

    Dampak terhadap ekonomi dapat dihitung melalui perkiraan biaya yang

    dikeluarkan untuk biaya pengobatan, kerugian yang ditimbulkan akibat tidak bisa

    bekerja, permasalahan hukum yang ditimbulkan dan sebagainya. Untuk konteks

    Indonesia, Badan POM (2005) mencoba mengkalkulasikan kerugian yang

    ditimbulkan akibat masalah keamanan pangan selama tahun 2004. toal kehilangan

    mencapai 6.7 miliar Rupiah. Sebagai rujukan, di Amerika Serikat diperkirakan

    kerugian yang ditimbulkan akibat masalah keamanan pangan tiap tahunnya

    mencapai 5 hingga 6 millar dollar. Suplai makanan di Amerika Serikat dapat

    dikatakan sebagai yang paling aman di dunia. Tetapi tetap saja angka kesakitan

    dan angka kematian karena masalah keamanan pangan tinggi sekali. CDC

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tremor&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Retardasi_mentalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulihttp://id.wikipedia.org/wiki/Butahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%28campak%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Cerebral_palsyhttp://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Liverhttp://id.wikipedia.org/wiki/Liverhttp://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cerebral_palsyhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=%28campak%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Butahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tulihttp://id.wikipedia.org/wiki/Retardasi_mentalhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tremor&action=edit&redlink=1
  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    16/27

    18

    memperkirakan setiap tahunnya 76 juta orang Amerika menderita sakit akibat

    masalah keamanan pangan, 300 ribu diantaranya harus dirawat di rumah sakit dan

    5000 orang meninggal akibat masalah keamanan pangan. 17

    Dampak masalah keamanan pangan(Available at http://gizi.depkes.go.id/wp-

    content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdf)

    5. Keracunan Makanan yang sering Dijumpai Di Indonesia

    Keracunan makanan yang sering dijumpai di Indonesia adalah : 1. Keracunan

    singkong (Manihot Utilissima), 2. Keracunan jengkol (Pithecolobium

    lobatum), 3.

    Keracunan tempe bongkrek, 4. Keracunan Aflatoksin. 14:

    a. KERACUNAN SINGKONG (MANIHOT UTILISSlMA)

    Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau cassava ialah umbi

    akarnya dan daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu

    glikosidaccyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan

    racun biru atau HCN (cyanida) yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini

    diberi nama Linamarin. Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida

    yang terkandung didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam

    cyanida berbeda-beda. Namun tidak semua orang yang makan singkong

    menderita keracunan. Hal ini selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam

    singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengoahannya sampai di

    makan. 5 Diketahui bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di

    http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdf
  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    17/27

    19

    dalam air dalam jangka waktu tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam

    singkong akan berkurang oleh karena

    HCN akan larut dalam air. HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan

    asfiksia. Asam ini akan mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan

    dengan jalan mengikat enzym sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan

    ini, 02 tidak dapat digunakan oleh jaringan sehingga organ yang sensitif

    terhadap kekurangan 02 akan sangat menderita terutama jaringan otak.

    Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi daripada

    susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul

    kejang oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan.

    Kadang-kadang dapat timbul detak jantung yang ireguler. 14

    GEJALA 15

    Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong.

    1. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.

    2. Sesak nafas

    dan cyanosis.

    . Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai

    koma.

    6. Renjatan.

    DIAGNOSA 5,6

    Diagnosa keracunan singkong ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik dan

    anamnese makanan, ditopang oleh data laboratorik hasil pemeriksaan contoh

    muntahan dan bahan makanan yang tersisa.

    PENGOBATAN 15

    Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Bila makanan diperkirakan masih ada

    di dalam lambung (kurang dari 4 jam setelah makan singkong), dilakukan

    pencucian lambung atau membuat penderita muntah. Diberikan Natrium

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    18/27

    20

    thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena perlahan. Bila

    timbul cyanosis dapat diberikan 02.

    b. KERACUNAN JENGKOL (PITHECOLOBIUM LOBATUM)

    Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan

    tersebut ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung

    belerang yang dapat diisolasi dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum).

    Timbulnya keracunan tidak bergantung dari jumlah biji jengkol yang di makan

    dan apakah jengkol itu di makan mentah atau di masak lebih dahulu.

    Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang

    di makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya gejala

    keracunan tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol. 15

    GEJALA

    Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang

    menyumbat tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-

    12 jam setela memakan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang

    terlambat 36 jam

    sesudah makan biji jengkol. Umumnya penderita menceritakan setelah

    memakan beberapa biji jengkol, ia akan merasa nyeri perut, kadang-kadang

    disertai muntah, adanya serangan kolik pada waktu berkemih. Volume air

    kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-kadang terdapat

    hematuria. Nafas dan urine berbau jengkol. 16

    LABORATORIUM

    Pada pemeriksaan urine dengan mikroskop dapat ditemukan hablur asam

    jengkol berupa jarum runcing yang kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan

    atau berupa roset. 16

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    19/27

    21

    PENGOBATAN

    Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perutjpinggang saja) penderita tidak

    perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan

    natrium bikarbonat saja. Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria

    dan tidak dapat minum) penderita perlu dimuat dan diberi infus natrium

    bikarbonat dalam larutan glukosa 5%. 16

    c. KERACUNAN TEMPE BONGKREK

    Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur

    dengan ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini

    terjadi kontaminasi dengan Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang

    membentuk spora atau dan Bacterium cocovenenans yang mengubah

    gliserinum menjadi racun toksoflavin. 16

    GEJALA

    Gejala timbul setelah 12-48 jam. Gejala intoksikasi ini serupa dengan gejala

    yang ditumbulkan oleh kurare yaitu : pusing, diplopia, anorexia, merasa

    lemah, ptosis, strabismos, kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.

    Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Biasanya sekaligus beberapa anggota

    suatu keluarga terkena. 16

    PENGOBATAN

    Lavase lambung, katarsis, dapat pula diberikan antitoxin yang disertai dengan

    pemberian glukosa intravena. Pemberian glukosa intravena ini sebaiknya

    disertai dengan larutan garam fisiologis dan plasma. Cairan ini harus diberikan

    secepatcepatnya bila ada persangkaan. 16

    d. KERACUNAN AFLATOKSIN

    Aflatoksin ialah sejenis racun yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus

    dan penicillium. Racun inibanyak terdapat pada bahan makanan yang

    dikontaminiasi oleh jamur tersebut. Aflatoksin tidak menyebabkan keracunan

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    20/27

    22

    secara akut tetapi secara kronik dapat menimbulkan kelainan hati pada

    binatang dan manusia. Sifat khas aflatoksin ialah menunjukkan fluoresensi

    jika terkena sinar ultraviolet dan sifat khas ini dipakai dalam penentuan kadar

    kwantitatif maupun kwalitatif. Aflatoksin dapat dibagi dalam jenis B1, B2, G1

    dan G2, M1 dan M2. Aflatoksin jenis B2 yang paling toksik. Jenis aflatoksin

    M1 dan M2 banyak ditemukan dalam susu dan kacang yang berjamur.

    Aflatoksin banyak ditemukan dalam makanan misalnya : susu, kacang tanah,

    oncom, tembakau, minyak kacang dan jamu-jamuan di duga mengandung

    aflatoksin tersebut. Penyimpananm lama menyebabkan kerusakan pada bahan

    makanan ole mikroorganisme dan jamur yang dapat menghasilkan aflatoksin.

    Cara penyimpanan bahan makanan yang terdapat di Indonesia dewasa ini

    belum dapat mencegah kontaminasi jamur atas bahan manakan tersebut.

    Bahaya aflatoksin terhadap manusia seperti telah disebutkan diatas ialah

    menyebabkan kelainan pada hati yang dapat berupa : 14,15

    1. Serosis hepatis.

    Robinson (1967) melaporkan bahwa urine anak yangmenderita serosis hepatis

    menunjukkan adanya aflatoksin yang diduga jenis B1. Keracunan aflatoksin

    ini dapat pula terjadi atas bayi yang sedang menyusu. Hal ini disebabkan

    karena aflatoksin didapat oleh bayi melalui air susu ibu. 14,15

    2. Karsinoma hepatis primer.

    Telah didapatkan hubungan karsinoma hepatis primer dengan aflatoksin. Pada

    kasus karsinoma hepatis primer telah diselidiki bahwa penderita dalam jangka

    waktu tertentu telah memakan makanan yang diduga sangat mungkin

    terkontaminasi jamur yan menghasilkan aflatoksin. Hubungan aflatoksin

    dengan karsinoma hepatis primer akibat bahan makanan yang terontaminasi,

    telah dilaporkan di Indoensia oleh Pang dkk (1971). 15

    3. Sindrom Reye.

    Reye dkk (1963) pertama-tama melaporkan suatu kasus edema otak,

    perlemakan, visera yang terjadi akut dan fatal dalam suatu sindrom patologi

    klinis. Mula-mula penyakit ini sisangka disebabkan oleh infeksi virus, tetapi

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    21/27

    23

    kemudian dugaan ini dapat disingkirkan. Dugaan yang kuat ialah aflatoksin

    merupakan penyebab sindrom Reye. 15

    C. Penanggulangan Keracunan Makanan

    Angka kejadian keracunan makanan, sebagai salah satu manifestasi

    masalah keamanan pangan dapat menjadi indikator situasi keamanan pangan di

    Indonesia. Badan POM (2005) melaporkan bahwa selama tahun 2004, terdapat

    152 KLB keracunan pangan, sebanyak 7295 orang mengalami keracunan

    makanan, 45 orang diantaranya meninggal dunia. Badan kesehatan dunia (WHO,

    1998) memperkirakan bahwa rasio antara kejadian keracunan yang dilaporkan

    dengan kejadian yang terjadi sesungguhnya di masyarakat adalah 1:10 untuk

    negara maju dan 1:25 untuk negara berkembang. Jika merujuk pada asumsi WHO

    di atas, kemungkinan yang terjadi sesungguhnya di Indonesia pada tahun 2004

    adalah sekitar 180-ribuan orang mengalami keracunan makanan dan seribu orang

    diantaranya meninggal dunia. Situasi ini sangat tidak menguntungkan bagi

    Indonesia, selain berdampak langsung terhadap masalah kesehatan, kondisi ini

    juga mempengaruhi aspek-aspek sosio-ekonomi lainnya, seperti produktifitas

    kerja, aspek perdagangan, kepariwisataan dan sebagainya.

    Mengingat persoalan keamanan pangan di Indonesia memiliki implikasi

    yang sangat luas maka perlu segera mendapatkan perhatian yang lebih serius.

    Terciptanya system keamanan yang ideal memerlukan keterlibatan berbagai

    institusi untuk menjamin keamanan pangan, mulai dari hulu hingga ke hilir (from

    farm to fork) , mulai dari proses pemanenan, distribusi, pengolahan, hingga di

    meja konsumen. Terciptanya kondisi keamanan pangan yang ideal adalah

    tanggung jawab bersama. 17

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    22/27

    24

    Keamanan Pangan Adalah Tanggung Jawab Bersama(Available at http://gizi.depkes.go.id/wp-

    content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdf)

    Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan masalah kesehatan nasional yang

    harus ditangani dengan serius. WHO menyebutkan bahwa setiap satu kasus yang berkaitan dengan KLB keracunan pangan di suatu negara berkembang, maka

    paling tidak terdapat 99 kasus lain yang tidak dilaporkan. Tidak hanya di negara

    berkembang, di negara maju, termasuk Amerika Serikat yang dipandang memiliki

    tingkat kesehatan yang lebih tinggi, diperkirakan satu dari tiga orang penduduk di

    negara maju mengalami KLB keracunan pangan setiap tahunnya (Jenie dan

    Rahayu, 2002). Bahkan di Eropa, keracunan pangan merupakan penyebab

    kematian kedua terbesar setelah Infeksi Saluran Pernapasan Atas atau ISPA

    http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Food_Safety_Dadi.pdf
  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    23/27

    25

    (Sharp dan Reilly, 2000). Terbatasnya data KLB keracunan pangan ini, antara lain

    disebabkan oleh ketidak jelasan mekanisme penyelidikan dan pelaporan KLB

    keracunan pangan; kesalahan penanganan sampel; lemahnya koordinasi antar

    lembaga yang menangani KLB; keterbatasan sumberdaya; keterbatasan kapasitas

    SDM dan fasilitas laboratorium; serta keterbatasan dalam akses ke laboratorium

    rujukan. Badan POM RI melalui Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan

    Pangan telah membuat program untuk mengatasi masalahtersebut di atas, antara

    lain : 18

    Penyusunan Draft Mekanisme dan Protap Penyelidikan dan Penanggulangan

    KLB Keracunan Pangan: Mekanisme, 17 protap, 31 formulir, referensi, dan daftar

    istilah medis keracunan pangan (dalam tahap evaluasi dengan Ditjen PP&PL

    untuk dijadikan Peraturan Menteri Kesehatan/Permenkes)

    Perkiraan kerugian ekonomi akibat KLB keracunan pangan

    Pelatihan SDM untuk surveilan KLB keracunan pangan (sejak 2004)

    Program Kewaspadaan dan Penanggulangan Keamanan Pangan

    Pemetaan kemampuan laboratorium Badan POM RI dalam pengujian agent

    penyebab KLB keracunan pangan

    Pengembangan jejaring laboratorium rujukan untuk penyakit akibat pangan di

    Indonesia.

    Pertemuan/ komunikasi dengan lembaga/ instansi terkait untuk memperkuat

    koordinasi dan keterpaduan dalam surveilan KLB keracunan pangan (aktivitas

    rutin) Kewenangan Instansi dalam Investigasi KLB Keracunan Pangan tercantum

    pada PP 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, Pasal 25-28

    tentang KLB Keracunan Pangan.

    Untuk menjalankan amanat PP 28 Tahun 2004 tersebut, Badan POM RI

    bekerjasama dengan Departemen Kesehatan telah menyusun rancangan peraturan

    terkait KLB Keracunan Pangan sebagai peraturan pelaksanaan dari PP No. 28

    tahun 2008. Saat ini sudah disusun Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan yang

    berjudul Prosedur Tetap Tindakan Pertolongan Kepada Korban, Pengambilan

    Contoh Spesimen dan Pengujian Spesimen Serta Pelaporan Kejadian Luar Biasa

    Keracunan Pangan dan rancangan Peraturan Kepala Badan POM RI yang berjudul

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    24/27

    26

    Tata Cara Pengambilan Contoh Pangan, Pengujian Laboratorium dan Pelaporan

    Penyebab Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan. Rancangan tersebut

    diharapkan dapat disahkan menjadi peraturan pada tahun 2009. Tata laksana

    mekanisme penyelidikan dan penanggulangan KLB Keracunan Pangan diuraikan

    berdasarkan tiga tingkatan administrasi pemerintahan, yaitu mulai tingkat

    Pemerintahan Kabupaten/Kota, tingkat Pemerintahan Provinsi dan tingkat

    Pemerintahan Pusat. Di ketiga tingkatan pemerintahan tersebut sangat

    memerlukan informasi yang akurat dalam menetapkan dan mengambil

    keputusan/kebijakan yang berkaitan dengan penanggulangan masalah keracunan

    pangan. Pada era otonomi daerah saat ini, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

    merupakan leader terhadap penyelidikan dan penanggulangan KLB Keracunan

    Pangan di daerahnya. 18

    Penyelidikan KLB Keracunan Pangan adalah serangkaian kegiatan yang

    dilakukan secara sistematis terhadap KLB Keracunan Pangan untuk mengungkap

    penyebab, sumber dan cara pencemaran serta distribusi KLB Keracunan Pangan

    menurut variabel tempat, orang dan waktu. Menurut WHO, langkah-langkah yang

    dilakukan dalam penyelidikan KLB keracunan pangan : 18

    Mengidentifikasi terjadinya KLB Keracunan Pangan

    Memverifikasi diagnosis;

    Menemukan dan menghitung kasus;

    Menentukan populasi yang terkena risiko;

    menghasilkan gambaran epidemiologi;

    Membangun hipotesis;

    Mengevaluasi hipotesis;

    Melakukan studi epidemiologi, lingkungan dan laboratorium;

    Melakukan tindakan penanggulangan dan pencegahan

    Mengkomunikasikan temuan.

    Setelah diketahui penyebab KLB Keracunan Pangan, langkah selanjutnya

    adalah penanggulangan KLB Keracunan Pangan yang merupakan serangkaian

    kegiatan untuk menanggulangi KLB Keracunan

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    25/27

    27

    Pangan yang dilakukan berdasarkan hasil kajian tim penyelidikan KLB

    Keracunan Pangan atas faktor-faktor yang berkontribusi dalam KLB

    Keracunan Pangan Keracunan Pangan. Penanggulangan KLB Keracunan Pangan

    dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

    Menetapkan masalah dengan mengkaji faktor-faktor yang berkontribusi

    Menetapkan tindakan penanggulangan yang akan dilakukan

    Menentukan target group dari tindak lanjut

    Mengidentifikasi instansi yang bertanggung jawab untuk melakukan

    penanggulangan

    Monitoring dan review

    Mengevaluasi penanggulangan secara menyeluruh Penyelidikan dan

    penanggulangan KLB Keracunan Pangan dilaksanakan oleh Tim. Keanggotaan

    bervariasi tergantung kondisi daerah Anggota tim hendaknya: 17,18

    Praktisi kesehatan masyarakat atau epidemiologis; Praktisi keamanan dan pengendalian pangan; Spesialis laboratorium (mikrobiologis, toksikologis atau yang

    dibutuhkan;

    Administrasi dan logistik. Ahli pangan (kimia, mikrobiolog pangan, teknologi pangan) Paramedis (dokter) Veterinarian Virologis Ahli-ahli yang lain Kalangan pers Perwakilan otoritas setempat (pimpinan, dll) Direktur rumah sakit, anggota dari tim rumah sakit.

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    26/27

    28

  • 7/27/2019 129625072-Keracunan-makanan-1

    27/27

    BAB III

    KESIMPULAN

    Keracunan makanan adalah penyakit yang timbul setelah mengkonsumsi

    makanan dan minuman yang yang mengandung racun. Racun pada makanan

    dapat berrasal dr pencemaran oleh bakteri, virus, parasit atau bahan kimia.

    Sebanyak 63% kasus keracunan makanan terjadi akibat pendinginan yang tidak

    adekuat, disusul dengan makanan yang tidak dimasak sempurna dan kebersihan

    yang buruk saat membuat atau mengkonsumsi makanan.

    Gejala keracunan makanan yang tersering berupa muntah dan diare,

    namun gejala yang dialami dapat berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya

    bergantung kepada ketahanan fisik, jenis racun, jumlah racun yang termakan, dan

    umur.

    Dampak keracunan makanan dapat berakibat fatal karena itu perlu di

    diagnosis dan ditangani secara tepat. Dari anamnesis perlu diperoleh informasi

    mengenai masa inkubasi dan durasi penyakit, jens makanan yang disantap, tempat

    makan, karakteristik dan frekuensi muntah dan diare, serta keterkaitan dengan

    gejala sistemik lain. Pemeriksaan fisik dilakukan terutama untuk melihat gejala

    dehidrasi. Pemeriksaan penunjang dan laboratorium dapat dilakukan terutama

    pada kasus diare berdarah dan bila ada keluhan nyeri perut hebat.