fgd kelompok 8 keracunan makanan fix

46
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali kasus kejadian keracunan makanan yang terjadi antara tahun 2014 dan tahun 2015 ini saja sudah banyak tercacat kejadian keracunan makanan yang dilaporkan. Menurut Sentra Informasi Keracunan (SIKer) nasional antara bulan Oktober sampai bulan Desember 2014, terdapat 55 berita insiden keracunan di Indonesia yang terjadi di wilayah Indonesia yang diperoleh dari 138 media massa online keracunan akibat pangan mendominasi sebanyak 38 insiden. Keracunan akibat pangan berturut-turut disebabkan oleh jasa boga sebanyak 15 insiden keracunan dengan jumlah korban 543 orang, 5 insiden keracunan akibat pangan olahan rumah tangga dengan jumlah korban sebanyak 72 orang dan 5 korban diantaranya meninggal dunia. Dua insiden keracunan disebabkan oleh campuran makanan minuman, yaitu 1 insiden yang terjadi di NTT dimana 300 anak menjadi korban keracunan setelah mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan saat acara. Insiden lain terjadi di qSumatera Utara dimana 9 orang menjadi korban keracunan setelah mengkonsumsi ikan dan minuman keras. 1

Upload: dudunglupito85

Post on 22-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

fgd keracunan

TRANSCRIPT

Sanitasi Perumahan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGDi Indonesia banyak sekali kasus kejadian keracunan makanan yang terjadi antara tahun 2014 dan tahun 2015 ini saja sudah banyak tercacat kejadian keracunan makanan yang dilaporkan. Menurut Sentra Informasi Keracunan (SIKer) nasional antara bulan Oktober sampai bulan Desember 2014, terdapat 55 berita insiden keracunan di Indonesia yang terjadi di wilayah Indonesia yang diperoleh dari 138 media massa online keracunan akibat pangan mendominasi sebanyak 38 insiden. Keracunan akibat pangan berturut-turut disebabkan oleh jasa boga sebanyak 15 insiden keracunan dengan jumlah korban 543 orang, 5 insiden keracunan akibat pangan olahan rumah tangga dengan jumlah korban sebanyak 72 orang dan 5 korban diantaranya meninggal dunia. Dua insiden keracunan disebabkan oleh campuran makanan minuman, yaitu 1 insiden yang terjadi di NTT dimana 300 anak menjadi korban keracunan setelah mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan saat acara. Insiden lain terjadi di qSumatera Utara dimana 9 orang menjadi korban keracunan setelah mengkonsumsi ikan dan minuman keras.Dan menurut salah satu media massa online liputan 6 publik health mengatakan pada tahun 2015 sendiri udh tercatat 6 kasus keracunan makanan besar yang terjadi antara minggu ke 11 sampai minggu ke 12 tahun 2015 yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, antara lain :

1. KLB Keracunan Pangan di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah sebanyak 51 kasus tanpa kematian yang diduga karena menkonsumsi nasi bungkus. 2. KLB Keracunan pangan terjadi di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah sebanyak 7 kasus tanpa kematian yang diduga karena saus dari mie ayam pangsit.3. KLB Keracunan pangan di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali sebanyak 89 kasus tanpa kematian yang diduga karena mengkonsumsi nasi bungkus setelah upacara adat.4. KLB keracunan pangan di Kabupaten Kolako, Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 38 kasus tanpa kematian yang diduga dikarenakan makanan catering. (http:/ health.liputan 6.com/read/2208781/2015-ini-dia-6-kasus-keracunan-makanan-besar diakses tgl 15 mei 2015 pukul 20.30 WIB).Keracunan makanan sendiri adalah suatu penyakit yang disebabkan mengkonsumsi makanan yang berbahaya atau terkontaminasi. Terjadinya penyakit karena makanan erat kaitannya dengan lingkungan yang digambarkan WHO sebagai diagram V, yaitu penularan penyakit melalui flay (lalat), fingers (tangan), fild (tanah), dan food (makanan).Keracunan makanan adalah penyakit yang timbul karena memakan makanan yang terkontaminasi atau makanan yang mengandung racun (misalnya jamur, ikan, dll). Kontaminasi dapat terjadi pada tahap produksi, pemrosesan, penyimpanan, pengiriman, atau penyiapan makanan.Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau yang terkontaminasi.Kontaminasi bisa oleh bakteri, virus, parasit, jamur, toksin.Keadaan yang dapat menyebabkan keracunan makanan, yaitu di mana terjadinya infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri, racun, virus dari kuman yang bisa masuk ke dalam manusia melalui makanan atau air yang sudah terkontaminasi. Biasanya organisme kausatif menyebabkan keracunan adalah E. Coli atau Staphylococcus. bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang dihasilkan oleh bakteri penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.,Gejala keracunan makanan bervariasi berdasarkan tingkat keparahannya. Beberapa gejala dapat berupa nyeri perut biasanya disebabkan oleh proses inflamasi, kram otot perut yang disebabkan oleh kekurangan elektrolit, muntah biasanya disebabkan oleh keracunan makanan akibat S. aureus, B. cereus, Novovirus, diare biasanya kurang dari 2 minggu, nyeri kepala, demam, feses berdarah atau feses seperti air cucian beras, Pada kasus yang parah, dapat menimbulkan gejala neurologik, kerusakan hepar, kerusakan ginjal, hingga kematian. (Arisman, 2009 ; http://emedicine.medscape.com/article/175569-overview).Penyebab terjadinya keracunan makanan, yaitu membiarkan makanan yang telah siap saji pada suhu yang baik bagi bakteri untuk tumbuh, kesalahan memasak atau menghangatkan makanan, kontaminasi oleh tangan pengelola makanan, intensifikasi pertanian mengakibatkan lebih banyak bahan pangan terkontaminasi oleh bakteri penyebab keracunan makanan. Bakteri penyebab keracunan makanan, antara lain : Staphylococus Aureus, Bacillus Cereus, Clostridium perfringens, Clostridium Botulinum, Vibro Parahemolyticus, Vibro Cholerae, Shigela Species, Salmonella species, Camphylobacter jejuni.Tujuan dari Focus Group Discussion ini adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan jenis makanan yang menjadi pemicu keracunan makanan. B. RUMUSAN MASALAHApakah jenis-jenis makanan yang menjadi pemicu keracunan makanan?

C. TUJUANMengidentifikasi kemungkinan jenis makanan yang menjadi pemicu keracunan makananBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, inhalasi atau kontak langsung yang menimbulkan tanda dan gejala klinis khas. Pada dasarnya semua zat kimia dapat menimbulkan keracunan tergantung pada jumlah dan caranya masuk kedalam tubuh. Gejala klinis yang timbul sesuai dengan pengaruh zat racun yang terkandung pada sistem tubuh. Umumnya pada penyakit akibat keracunan makanan, gejala-gejala terjadi tak lama setelah menelan bahan peracun tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan beracun itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun. Salah satu penyebab keracunan bisa disebabkan pengkonsumsian suatu makanan yang mengandung bahan yang bersifat racun bagi tubuh.

Keracunan makanan adalah istilah yang diberikan kepada infeksi dengan bakteri, parasit, virus, atau racun dari kuman yang mempengaruhi manusia melalui terkontaminasi makanan atau air. Organisme kausatif yang paling umum adalah Staphylococcus atau Escherechia coli.Keracunan makanan ini bisa diakibatkan karena adanya bentuk kerusakan bahan pangan oleh mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan ataupun makanan dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik dan kimiawi. Apabila perubahan tersebut tidak diinginkan atau tidak dapat diterima konsumen maka bahan pangan tersebut dinyatakan telah rusak. Bentuk kerusakan bahan pangan ataupun makanan oleh karena mikroorganisme adalah sebagai berikut:a. Berjamur, disebabkan oleh kapang aerobik, banyak tumbuh pada permukaan bahan.b. Pembusukan (rots), bahan menjadi lunak dan berair.c. Berlendir, pertumbuhan bakteri di permukaan yang basah akan dapat menyebabkan flavor dan bau yang menyimpang serta pembusukan bahan pangan dengan pembentukan lendir.d. Perubahan warna, beberapa mikroorganisme menghasilkan koloni-koloni yang berwarna atau mempunyai pigmen yang memberi warna pada bahan yang tercemar.e. Berlendir kental seperti tali.f. Kerusakan fermentative.g. Pembusukan bahan berprotein.Makanan yang pada dasarnya telah mengandung zat berbahaya, tetapi tetap dikonsumsi manusia karena ketidaktahuan mereka dapat dibagi menjadi 3 golongan :a. Secara alami makanan itu memang telah mengandung zat kimia beracun, misalnya, singkong yang mengandung HCN, ikan dan kerang yang mengandung unsur toksik tertentu (logam berat, misalnya Hg dan Cd) yang dapat melumpuhkan sistem saraf dan napas.b. Makanan dijadikan sebagai media perkembangbiakan sehingga dapat menghasilkan toksin yang berbahaya bagi manusia, misalnya dalam kasus keracunan makanan akibat bakteri (bacterial food poisoning).c. Makanan sebagai perantara. Jika suatu makanan yang terkontaminasi dikonsumsi manusia, di dalam tubuh manusia agent penyakit pada makanan itu memerlukan masa inkubasi untuk berkembang biak dan setelah beberapa hari dapat mengakibatkan munculnya gejala penyakit. Contoh penyakitnya antara lain typhoid abdominalis dan disentri basiler. Sejumlah survei terhadap kejadian luar biasa (KLB) penyakit bawaan makanan yang berjangkit di seluruh dunia memperlihatkan bahwa sebagian besar kasus penyakit bawaan makanan terjadi akibat kesalahan penanganan pada saat penyiapan makanan tersebut baik di rumah, jasa katering, kantin rumah sakit, sekolah atau di pangkalan militer atau pada saat jamuan makan atau pesta (WHO, 2006).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, terdapat beberapa aspek yang diatur dalam penanganan makanan jajanan, yaitu penjamah makanan, peralatan, air, bahan makanan, bahan tambahan makanan, penyajian dan sarana penjaja. Beberapa aspek tersebut sangat mempengaruhi kualitas makanan.

Menurut Tamaroh (2002) dalam Zulkifli (2008) beberapa faktor yang menentukan keamanan makanan di antaranya jenis makanan olahan, cara penanganan bahan makanan, cara penyajian, waktu antara makanan matang dikonsumsi dan suhu penyimpanan baik pada bahan makanan mentah maupun makanan matang dan perilaku penjamah makanan itu sendiri.

Menurut Kusmayadi (2007) terdapat 4 (empat) hal penting yang menjadi prinsip higiene dan sanitasi makanan meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang mengelola makanan, sanitasi makanan, sanitasi peralatan dan sanitasi tempat pengolaha Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena beberapa hal, di antaranya adalah menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja, perabotan bersih dan lain-lainnya serta makanan disimpan tanpa tutup sehingga serangga dan tikus dapat menjangkaunya serta pengolah makanan yang sakit atau karier penyakit (Slamet, 1994).B. Klasifikasi Keracunan Makanan

Sumber : Taking A Bite out of Food Poisoning, The Canadian journal of CME ,September 2005

C. Penatalaksanaan

Keracunan makanan dapat ditangani dengan cara :

Episode pendek muntah dan sejumlah kecil diare berlangsung kurang dari 24 jam biasanya dapat dirawat di rumah1. Jangan makan makanan padat saat masih mual atau muntah tapi minum banyak cairan.a) Minum cairan dengan sedikit dan sering untuk menjaga tubuh agar tetap rehidrasi. b) Hindari alkohol, kafein, atau minuman manis.c) Obat untuk mengobati mual atau diare seperti teh dengan lemon dan jahe dapat digunakan untuk mengobati gejala. Tidak ada obat herbal yang terbukti mengobati keracunan makanan. Konsultasikan dengan praktisi kesehatan sebelum minum obat herbal untuk keracunan makanan.2. Setelah berhasil mentoleransi cairan, maka harus mulai perlahan-lahan ketika mual dan muntah telah berhenti. Makanan biasa yang mudah pada perut harus dimulai dalam jumlah kecil. Awalnya mempertimbangkan makan nasi, gandum, roti, kentang, sereal rendah gula, daging, dan ayam (tidak digoreng). Susu dapat diberikan secara aman, meskipun beberapa orang mungkin mengalami masalah pada perut karena laktosa intoleransi.

3. Sebagian besar keracunan makanan tidak memrlukan penggunaan obat-obatan untuk menghentikan diare, tetapi mereka umumnya aman jika digunakan sesuai petunjuk. Hal ini tidak dianjurkan bahwa obat-obat ini digunakan untuk mengobati anak-anak. Jika ada pertanyaan atau kekhawatiran, selalu periksa dengan dokter.

4. Penggantian cairan yang hilang. Cairan dan elektrolit mineral seperti natrium, kalium dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Terutama yang mengalami diare resisten. Anak-anak dan orang dewasa yang sangat membutuhkan pengobatan dehidrasi di rumah sakit, dimana mereka dapat menerima garam dan cairan melalui vena (intravena) bukan melalui per oral. Hidrasi intravena memberikan tubuh dengan air dan nutrisi penting jauh lebih cepat daripada larutan oral.

5. Antibiotik jarang diperlukan untuk keracunan makanan. Dalam beberapa kasus, antibiotik dapat memperburuk kondisi. Hanya beberapa penyebab spesifik dari keracunan makanan dapat menggunakan obat-obat ini. Diare pada wisatawan/ traveler's diarrhea (Shigellae) dapat dikurangi dengan antibiotik,

Keracunan makanan sesungguhnya bukan masalah yang tidak bisa ditengarai dan sulit dicegah. Dengan mengetahui rantai produksi pangan, mulai dari tempat pembiakan, tempat penangkapan hingga tersaji di meja makan, tempat kontaminan menyusup cukup mudah dianalisis. Pada tataran pengelola makanan dalam jumlah besar (misalnya, pabrik dan jasa boga), adanya kemungkinan celah tempat kontaminan menyusup ke dalam rantai makanan perlu dicermati untuk selanjutnya dicari pemecahannya. Pada tingkat perorangan, resiko keracunan makanan dapat diperkecil dengan jalan menjaga makanan agar tidak tercemar, mencegah pertumbuhan bakteri yang terlanjur mencemari makanan, dan membasmi bakteri dalam makanan. (Arisman, 2009).D. Pencegahan Keracunan PanganHal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan pangan akibat bakteri patogen adalah:a. Mencuci tangan sebelum dan setelah menangani atau mengolah pangan. b. Mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

c. Mencuci dan membersihkan peralatan masak serta perlengkapan makan sebelum dan setelah digunakan.d. Menjaga area dapur/tempat mengolah pangan dari serangga dan hewan lainnya.

e. Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan bahan pangan mentah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.f. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah kadaluarsa atau pangan dalam kaleng yang kalengnya telah rusak atau menggembung.g. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak enak.h. Tidak memberikan madu pada anak yang berusia di bawah satu tahun untuk mencegah terjadinya keracunan akibat toksin dari bakteri Clostridium botulinum.i. Mengkonsumsi air yang telah dididihkan.j. Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar bakteri dapat terbunuh. Proses pemanasan harus dilakukan sampai suhu di bagian pusat pangan mencapai suhu aman (>70C) selama minimal 20 menit.k. Menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari pendingin (sebaiknya suhu penyimpanan di bawah 50C).l. Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam, karena mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang.m. Mempertahankan suhu pangan matang lebih dari 60C sebelum disajikan. Dengan menjga suhu di bawah 50C atau di atas 60C, pertumbuhan mikroba akan lebih lambat atau terhenti.n. Menyimpan produk pangan yang harus disimpan dingin, seperti susu pasteurisasi, keju, sosis, dan sari buah dalam lemari pendingin.o. Menyimpan produk pangan olahan beku, seperti nugget, es krim, ayam goreng tepung beku, dll dalam freezer.p. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingin.q. Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.r. Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum digunakan, terutama yang dikonsumsi mentah. (Sentra Informasi Keracunan Nasional, Badan POM RI)E. Peraturan Pemerintah Tentang Pangan

PP No.69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Institusi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap peredaranproduk panganolahan di seluruh Indonesia adalah BadanPengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI.

Jenis Nomor PendaftaranNomor SP adalah Sertifikat Penyuluhan, merupakan nomor pendaftaran yang diberikan kepada pengusaha kecil dengan modal dan pengawas diberikan oleh Dinas Kesehatan/ Kodya, sebatas penyuluhan. Nomor MD diberikan kepada produsen makanan dan minuman bermodal besar yang diperkirakan mampu untuk mengikuti persyaratan keamanan pangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan nomor ML, diberikan untuk produk makanan dan minuman olahan yang berasal dari produk impor, baik berupa kemasan langsung maupun dikemas ulang.

Proses Pendaftaran

Sejauh ini pendaftaran makanan dan minuman untuk seluruh wilayah Indonesia ditangani langsung oleh Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Badan POM. Untuk makanan dalam negeri diperlukan fotokopi izin industri dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Penilaian untuk mendapatkan nomor pendaftaran disebut penilaian keamanan pangan. Pada dasarnya klasifikasi penilaian pangan ada dua macam, yaitu penilaian umum dan penilaian ODS (One Day Service). Penilaian umum adalah untuk semua produk beresiko tinggi dan produk baru yang belum pernah mendapatkan nomor pendaftaran. Penilaian ODS adalah untuk semua produk beresiko rendah dan produk sejenis yang pernah mendapatkan nomor pendaftaran.Sumber: Subdit. Evaluasi dan Registrasi, DITWAS Makanan & Minuman, DITHEN POM, DEPKES RI.

Sudah ada UU Nomor 7 Tahun 1996 yang mengatur tentang pangan, pasal-pasal dan ayat-ayatnya mengatur kesehatan pangan dan keselamatan manusia. Tetapi makanan yang busuk dapat menimbulkan akibat yang fatal, muntah, buang-buang air bahkan dapat menimbulkan kematian. Perlindungan konsumen dibidang makanan berdasarkan peraturan perundang-undangan.Berdasarkan UU Barang N0.10 th.1961 dapat diatur berdasarkan atas peraturan pemerintah mengenai hal berikut :a) Susunan bahan, bentuk dan kegunaan barang tersebut, bahan baku dan bahan penolong serta alat yang digunakan dalam memproduksi dan menjual barang tersebut.

b) Pembungkus, bentuknya, pemakaian alat pembungkus, sifat dan bahan pembungkus tersebut.

c) Mengenai penandaan (labeling) baik yang menyangkut susunan bahan sifatnya, bentuknya, banyaknya kegunaan, cara penandaan, pengiklanan, tempat penjualan dan syarat- syarat lainya.

d) Ketentuan tentang laarangan pedagangan. Pembuatan barang yang tidak memenuhi syarat baik dilihat dari sudut pandang kesehatan ataupun politik ekspor.

e) Hal yang berhubungan dengan penyidikan dan pengawasan.

Berdasarkan UUD No.11 th.1962 tentang hygiene usaha-usaha bagi umum. Menurut pasal 2 hygiene adalah segala usaha untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan.

Mengenai sanksi, maka yang dicantumkan dalam Peraturan Menkes tersebut di atas hanyalah sanksi administrasi berupa pencabutan ijin dan pencabutan nomor pendaftaran. Peraturan Menkes No. 329/Men.Kes./Per./XII/1976 merupakan peraturan yang memuat ketentuan pokok mengenai makanan yang masih memerlukan sejumkah peraturan pelaksanaan, yaitu :1. Wadah harus dibuat dari bahan yang tidak melepaskan zat yang dapat mengganggu kesehatan.2. Larangan memproduksi makanan yang tidak memenuhi standar mutu yang ditetapkan MenKes.3. Karyawan tidak boleh yang mendaerita penyakit menular atau penyakit lain yang ditetapkan MenKes.4. Penandaan (Labeling) tidak boleh yang menimbulkan tafsiran yang salah.5. Pengiklanan harus menyatakan hal yang benar sesuai dengan kenyataan yang bersangkutan.6. Bahan Tambahan makanan tidak boleh melampaui batas tertinggi yang diperbolehkan.

BAB IIIANALISIS DAN PEMBAHASANA. ANALISIS1. SkenarioSatu keluarga mengadakan pesta ulang tahun dengan mengundang teman sekantornya, serta tetangga dekat untuk menghadiri makan malam bersama di sebuah restoran yang cukup terkenal, sejumlah orang yang hadir dalam pesta tersebut sebanyak 30 orang termasuk anggota keluarga.Hidangan yang disajikan terdiri dari:a. Nasi goreng

b. Nasi putih

c. Ayam panggang

d. Burung dara goreng

e. Sup kepiting

f. Salad

g. Gurami asam manis

h. Es cream

i. Air es

j. Es buah

k. Buah buahan

3 jam setelah pesta selesai ada berita bahwa ada keluarga yang memberitahu tuan rumah bahwa salah satu keluarganya menderita muntah dan berak sesampainyadi rumah, sehingga terpaksa di rawat di rumah sakit, keluarga tuan rumahpun dua orang juga terserang mual mual serta sedikit mules perutnya. Teryata beberapa keluarga lainya juga terserang muntah berak tetapi sudah sembuh setelah berobat ke dokter praktekTuan rumah segera melaporkan kejadian tersebut ke puskesmas setempat bahwa kemungkinan telah terjadi keracunan makanan setelah makan di restoran X tersebut.Puskesmas mengirim tim survailans untuk memeriksa restoran X tersebut, juga mendata keluarga yang ikut pesta. Tim survailans sudah tidak menemukan sampel makanan karena sudah di buang. Bahan muntahan dan feses tidak di temukan. Periode inkubasi antara 3 jam sampai dengan 60 jam.Tim survailans memeriksa kesehatan seluruh pelayan dan penjamah makanan dengan melakukan swab (hidung, telingg, kulit tangan, mulut dan rektal) petugas restoran tersebut.Hasil pendataan terhadap anggota keluarga dan undangan yang makan di restoran dengan gejala sebagai berikut :Tabel 1. Prosentase menurut gejala penderitaGejalaJumlah%

Nausea930

Muntah827

Kram perut620

Mencret413

Dehidrasi27

Sub febril13

Kejang/gg. Neurologi00

Total30100 %

Hasil pendataan penderitaan (perhitungan attack rate dan relative risk Penderita yang makan makanan tertentu dan tidak makan makanan tertentu).Tabel 2. Attack rate dan relative risk penderita yang makan makanan tertentu dan tidak makan makanan tertentu.Makan makanan tertentuTidak makan makanan tertentu

Jenis makananSakitTidak sakitAR

-1SakitTidak sakitAR

-2Selisih AR(1-2)RR

1.Nasi Goreng10532

2.Nasi Putih6446

3.Ayam Panggang4574

4.Burung Dara4628

5.Sup Kepiting11621

6.Gurami Asam Manis4844

7.Salad3557

8.Es Cream26111

9.Es Buah31414

10.Air Es26102

DIAGRAM SEBAB AKIBAT

B. PEMBAHASAN

Attributable risk (AR) adalah selisih antara insidens dipopulasi yang terpapar dan insidens dipopulasi yang tidak terpapar.

Rumus : AR = { a/ (a+b)}- { c/ (c+d)}

Relative Risk (RR) merupakan angka yang menunjukkan berapa kali lipat insidens dipopulasi yang terpapar jika dibandingkan dengan populasi yang tidak terpapar.

Rumus : RR = a/ (a+b)

c/ (c+d)SakitTidak Sakit

Makan makanan tertentuAba+b

Tidak makan makanan tertentuCdc+d

a+bb+d

Tabel perhitungan attack rate (AR) dan relavite risk (RR) dari masing-masing makananMakan makanan tertentuTidak makan makanan tertentu

Jenis makananSakitTidak sakitAR

-1(%)SakitTidak sakitAR

-2

(%)Selisih AR

(1-2)RR

1.Nasi Goreng10566,6 3260 6,6%1,1

2.Nasi Putih6460 4640 20 %1,5

3.Ayam Panggang4544,4 7463,6 - 19,2 %0,6

4.Burung Dara4640 2820 20 %2

5.Sup Kepiting11664,7 2166,6 -1,9 %0,97

6.Gurami Asam Manis4833,3 4450 -16,7 %0,6

7.Salad35605741,618,4 %1,4

8.Es Cream26251118,316,7 %3,0

9.Es Buah317541422,252,8 %3,4

10.Air Es262510283,3-58,3 %0,3

Tabel urutan jenis makanan yang mempunyai relavite risk (RR) teringgiMakan makanan tertentuTidak makan makanan tertentu

Jenis makananSakitTidak sakitAR

-1(%)SakitTidak sakitAR

-2

(%)Selisih AR

(1-2)RR

1.Es Buah317541422,252,8 %3,4

2.Es Cream26251118,316,7 %3,0

3.Burung Dara4640 2820 20 %2

4.Nasi Putih6460 4640 20 %1,5

5.Salad35605741,618,4 %1,4

6.Nasi Goreng10566,6 3260 6,6%1,1

Kesimpulan : RR = 1 ( Tidak menjadi factor resiko

RR < 1 ( Merupakan protektif

RR >1 ( merupakan factor resikoBerdasarkan hasil perhitungan attack rate (AR ) dan relative risk (RR) dari masing-masing makanan didapatkan:

1. Nasi goreng dengan relative risk (RR) 1,1 merupakan faktor resiko terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan nasi goreng disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus dengan masa inkubasi 1-16 jam.

2. Nasi putih dengan relative risk (RR) 1,5 merupakan faktor resiko terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan nasi putih disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus dengan masa inkubasi 1-16 jam.

3. Ayam panggang dengan relative risk (RR) 0,6 merupakan protektif terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan ayam panggang disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus dengan masa inkubasi 1-16 jam dan Camphylobacter jejuni dengan masa inkubasi 24-48 jam.

4. Burung Dara dengan relative risk (RR) 2 merupakan faktor resiko terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan burung dara disebabkan oleh bakteri Camphylobacter jejuni dengan masa inkubasi 24-48 jam.

5. Sup kepiting dengan relative risk (RR) 0,97 merupakan protektif terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan sup kepiting disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus dengan masa inkubasi 12 (2-48) jam.

6. Gurami asam manis dengan relative risk (RR) 0,6 merupakan protektif terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan gurami asam manis disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus dengan masa inkubasi 12 (2-48)jam.

7. Salad dengan relative risk (RR) 1,4 merupakan faktor resiko terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan salad disebabkan oleh bakteri Escherichia colli dengan masa inkubasi 24-96 jam, Shigella sp. dengan masa inkubasi 24 jam dan Staphylococcus aereus dengan masa inkubasi 1-6 jam.

8. Es cream dengan relative risk (RR) 3,0 merupakan faktor resiko terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan es cream disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus dengan masa inkubasi 1-16 jam

9. Es buah dengan relative risk (RR) 3,4 merupakan faktor resiko terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan es buah disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus dengan masa inkubasi 1-16 jam.

10. Air es dengan relative risk (RR) 0,3 merupakan protektif terjadinya keracunan makanan. Berdasarkan Food Poisoning Classification,keracunan air es disebabkan oleh Norwalk virus dengan masa inkubasi 12-48 jam.Dari hasil penjabaran di atas diketahui bahwa yang berpontesi menjadi factor resiko dari jenis-jenis makanan yang adalah Es buah, Es cream, Nasi Putih dan Nasi Goreng yang mungkin disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus, Burung dara yang mungkin disebabkan oleh bakteri Camphylobacter jejuni, dan Salad yang mungkin disebabkan oleh bakteri Escherichia colli atau Shigella sp dan atau Staphylococcus aereus Shigella sp.

BAB IVRENCANA PROGRAMKeracunan makanan masih merupakan gejala yang merajalela di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, walaupun telah banyak menelan korban jiwa dan para pejabat tidak henti-hentinya memperingatkan kepada para penjual makanan untuk memperhatikan kebersihan. (Arisman, 2009).Banyak orang yang bergerak dalam bisnis makanan dan konsumen sendiri tidak menghiraukan kebersihan dan kesehatan. Masih banyak pula orang belum menyadari bahwa mereka mempunyai hak utama sebagai konsumen untuk menolak pengelolaan makanan yang tidak bersih dan sehat. (Arisman,2009).

Tindakan Preventif melalui komunikasi yaitu sesuaikan dengan metode komunikasi sesuai dengan target grup dan situasi:

1. Informatif, mempengaruhi melalui penerangan. Misalnya penyuluhan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan.

2. Persuasif, mengubah kesadaran/sikap. Contoh penyuluhan keamanan pangan terhadap target grup yang telah tersugesti terlebih dahulu.

3. Edukatif, mengubah perilaku secara teratur dan terencana dan butuh waktu lama namun efektif.

4. Kuratif, mempengaruhi dengan cara memaksa. Contoh menyampaikan pendapat, bahaya dan ancaman tentang kebersihan makanan. (Arisman,2009)

Banyak sekali kondisi atau faktor, yang memengaruhi insidens keracunan makanan. Faktor-faktor tersebut adalah industrialisasi, urbanisasi, perubahan gaya hidup, populasi yang padat, perdagangan bebas, higiene lingkungan yang buruk, kemiskinan, dan ketiadaan fasilitas menyiapkan makanan (Arisman, 2009).Selain itu perlu juga perlu juga pengawasan dalam hal mutu dan hiegene produk makanan yang berdasarkan pada peraturan peraturan yang berlaku seperti UU Nomor 7 Tahun 1996 yang mengatur tentang pangan dan pengaturan tentang kesehatan pangan dan keselamatan manusia, UU Nomor 10 Tahun 1961 mengenai susunan bahan pangan, pembungkusnya, pemakaian alat bungkus, sifat dan bahan pembungkus, dan labeling.

Berdasarkan UUD Nomor 11 Tahun 1962 tentang hiegene dan pemeliharaan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Serta Menkes No.329/Men.Kes/Per/XII/1976 yang memuat peraturan ketentuan pokok mengenai makanan (wadah, larangan memproduksi makanan yang tidak memenuhi standar mutu, karyawan tidak boleh menderita penyakit menular, penandaan atau labeling tidak boleh menimbulkan tafsiran yang salah, dan bahan makanan tambahan tidak boleh melampaui batas tertinggi yang diperbolehkan).

Berdasarkan gejala, penyebab, dan derajat keparahan keracunan makanan; terapi keracunan makanan dapat meliputi: rehidrasi oral, antibiotik, dan antitoksin. (http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/food-poisoning).Keracunan makanan dapat ditangani dengan cara :

Episode pendek muntah dan sejumlah kecil diare berlangsung kurang dari 24 jam biasanya dapat dirawat di rumah1. Jangan makan makanan padat saat masih mual atau muntah tapi minum banyak cairan.a. Minum cairan dengan sedikit dan sering untuk menjaga tubuh agar tetap rehidrasi. b. Hindari alkohol, kafein, atau minuman manis.c. Obat untuk mengobati mual atau diare seperti teh dengan lemon dan jahe dapat digunakan untuk mengobati gejala. Tidak ada obat herbal yang terbukti mengobati keracunan makanan. Konsultasikan dengan praktisi kesehatan sebelum minum obat herbal untuk keracunan makanan2. Setelah berhasil mentoleransi cairan, maka harus mulai perlahan-lahan ketika mual dan muntah telah berhenti. Makanan biasa yang mudah pada perut harus dimulai dalam jumlah kecil. Awalnya mempertimbangkan makan nasi, gandum, roti, kentang, sereal rendah gula, daging, dan ayam (tidak digoreng). Susu dapat diberikan secara aman, meskipun beberapa orang mungkin mengalami masalah pada perut karena laktosa intoleransi.

3. Sebagian besar keracunan makanan tidak memrlukan penggunaan obat-obatan untuk menghentikan diare, tetapi mereka umumnya aman jika digunakan sesuai petunjuk. Hal ini tidak dianjurkan bahwa obat-obat ini digunakan untuk mengobati anak-anak. Jika ada pertanyaan atau kekhawatiran, selalu periksa dengan dokter.

4. Penggantian cairan yang hilang. Cairan dan elektrolit mineral seperti natrium, kalium dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Terutama yang mengalami diare resisten. Anak-anak dan orang dewasa yang sangat membutuhkan pengobatan dehidrasi di rumah sakit, dimana mereka dapat menerima garam dan cairan melalui vena (intravena) bukan melalui per oral. Hidrasi intravena memberikan tubuh dengan air dan nutrisi penting jauh lebih cepat daripada larutan oral.

5. Antibiotik jarang diperlukan untuk keracunan makanan. Dalam beberapa kasus, antibiotik dapat memperburuk kondisi. Hanya beberapa penyebab spesifik dari keracunan makanan dapat menggunakan obat-obat ini. Diare pada wisatawan/ traveler's diarrhea (Shigellae) dapat dikurangi dengan antibiotik.

6. Keracunan jamur atau makan makanan yang terkontaminasi dengan pestisida, pengobatan agresif dapat mencakup intravena (IV) cairan, intervensi darurat untuk gejala yang mengancam jiwa, dan memberikan obat-obatan seperti penangkal, seperti karbon aktif. Ini keracunan sangat gawat dan mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. (Cunha,2013)

Keracunan makanan sesungguhnya bukan masalah yang tidak bisa ditengarai dan sulit dicegah. Dengan mengetahui rantai produksi pangan, mulai dari tempat pembiakan, tempat penangkapan hingga tersaji di meja makan, tempat kontaminan menyusup cukup mudah dianalisis. Pada tataran pengelola makanan dalam jumlah besar (misalnya, pabrik dan jasa boga), adanya kemungkinan celah tempat kontaminan menyusup ke dalam rantai makanan perlu dicermati untuk selanjutnya dicari pemecahannya. Pada tingkat perorangan, resiko keracunan makanan dapat diperkecil dengan jalan menjaga makanan agar tidak tercemar, mencegah pertumbuhan bakteri yang terlanjur mencemari makanan, dan membasmi bakteri dalam makanan. (Arisman, 2009)

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan pangan akibat bakteri patogen adalah:

a. Mencuci tangan sebelum dan setelah menangani atau mengolah pangan. b. Mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

c. Mencuci dan membersihkan peralatan masak serta perlengkapan makan sebelum dan setelah digunakan.d. Menjaga area dapur/tempat mengolah pangan dari serangga dan hewan lainnya.

e. Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan bahan pangan mentah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.f. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah kadaluarsa atau pangan dalam kaleng yang kalengnya telah rusak atau menggembung.g. Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak enak.h. Tidak memberikan madu pada anak yang berusia di bawah satu tahun untuk mencegah terjadinya keracunan akibat toksin dari bakteri Clostridium botulinum.i. Mengkonsumsi air yang telah dididihkan.j. Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar bakteri dapat terbunuh. Proses pemanasan harus dilakukan sampai suhu di bagian pusat pangan mencapai suhu aman (>70C) selama minimal 20 menit.k. Menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari pendingin (sebaiknya suhu penyimpanan di bawah 50C).l. Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam, karena mikroba dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang.m. Mempertahankan suhu pangan matang lebih dari 60C sebelum disajikan. Dengan menjga suhu di bawah 50C atau di atas 60C, pertumbuhan mikroba akan lebih lambat atau terhenti.n. Menyimpan produk pangan yang harus disimpan dingin, seperti susu pasteurisasi, keju, sosis, dan sari buah dalam lemari pendingin.o. Menyimpan produk pangan olahan beku, seperti nugget, es krim, ayam goreng tepung beku, dll dalam freezer.p. Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingin.q. Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.r. Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum digunakan, terutama yang dikonsumsi mentah. (Sentra Informasi Keracunan Nasional, Badan POM RI)Selain tips sederhana diatas dan pencegahan yang telah dianjurkan WHO, ada beberapa hal yang harus pemerintah lakukan berkaitan dengan masalah keracunan makanan yaitu :

1. Perlunya upaya perlindungan konsumen makanan secara medis dan yuridis.2. Perlunya peningkatan pengetahuan / pendidikan melalui penyuluhan mengenai makanan, supaya masyarakat tidak membeli makanan yang kadaluwarsa atau yang sudah rusak kemasannya.

3. Sebelum diedarkan di masyarakat atau produksi, seharusnya jenis makanan (dalam kemasan kaleng) diuji secara laboratories oleh pabriknya dan secara prefentif juga dilakukan oleh Direktorat POM (Pengawasan Obat dan Makanan). Disini Direktorat POM harus secara rutin dan aktif melakukan rasia terhadap makanan yang beredar di masyarakat terutama yang tidak ada registernya. Pemerintah melalui media massa perlu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri makanan yang sudah kadaluwarsa.

4. Didirikan pos pusat pelayanan penanganan kasus keracunan yang tugasnya memberikan informasi, yaitu pengenalan atas identifikasi kasus serta faktor-faktor penyebabnya, memberikan nasehat-nasehat upaya pertolongan pertama, memberikan penerangan kepada masyarakat luas tenang upaya pencegahan timbulnya dampak negatif penggunaan beragam bahan kimia. (Pratiknjo, 2007)

Dalam hal ini, penderita keracunan makanan dapat ditangani sesuai kondisi umum penderita. Sedangkan pada penjual makanan dapat dilakukan penyuluhan dengan: menghindari kontak antara bahan mentah dan makanan matang, karena makanan matang yang aman dapat menjadi tercemar lewat kontak dengan bahan makan mentah, memasak makanan sampai matang, karena banyak bahan makanan yang tercemar oleh organisme penyebab penyakit, menyimpan makanan yang sudah dimasak dengan hati-hati, karena makanan yang disiapkan lebih cepat atau sisa harus disimpan baik dalam keadaan panas atau dingin, memanaskan kembali makanan sepenuhnya, karena cara ini merupakan perlindungan paling baik terhadap mikroba yang mungkin berkembang biak selama penyimpanan dan menjaga agar semua peralatan dapur selalu bersih.

Pasca Kejadian Keracunan Makanan sangat perlu untuk dilakukan :1. Pelatihan

a. Pelatihan Asisten Epidemiologi Lapangan (PAEL) yang diikuti oleh petugas dinas kesehatan propinsi, kab/kota

b. Hazard Analisys Critical Control Point (HACCP)

c. Pelatihan/Kursus Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman

2. Pembelian alat

Untuk menunjang penanggulangan keracunan makanan diperlukan peralatan pengambilan dan pemeriksaan sampel makanan dan specimen bagi BBTKLPM, KKP dan Dinas Kesehatan.3. Menyusun Pedoman dan Peraturan

Untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan dalam menunjang investigasi keracunan makanan, maka sangat diperlukan adanya pedoman dan peraturan.

Langkah-langkah dalam menghadapi informasi/berita KLB keracunan makanan dari media cetak / elektronik: 1. Menghubungi Petugas Dinas Kesehatan (Propinsi, Kab/Kota) tempat terjadinya KLB keracunan Makanan melalui Telpon, HP/SMS

2. Mencatat data/informasi tentang :

a. Penderita

b. Waktu Kejadian

c. Tempat kejadian

d. Upaya yang dilakukan

e. Solusi / Pemecahan masalah

3. Meminta hasil investigasi lapangan dikirim ke Ditjen PPM & PL (SD-HSMM & SD SE) melalui fax, surat, e-mail

4. Kunjungan ke lokasi KLB untuk investigasi/ Pasca KLB Keracunan Makanan (Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2013)Perlengkapan yang dibutuhkan dalam penanganan kasus keracunan makanan meliputi seperangkat alat untuk pemeriksaan, perlengkapan transportasi, perkakas pengumpul sampel makanan sisa, serta alat penunjang yang mungkin diperlukan. Alat pemeriksaan terdiri dari: kuesioner tentang penyakit, kotak plastik untuk menyimpan materi, kemasan sampel steril, lembar informasi tentang pengambilan sampel, sarung tangan plastik sekali pakai, sendok plastik, dan kantung aluminium foil.

Perlengkapan transportasi mencakup freezer kecil, label, data barang, jadwal perjalanan, dan catatan pengiriman barang. Jika media khusus dibutuhkan, segera konsultasikan dengan ahli mikrobiologi.

Pengumpul sampel makanan terdiri atas sendok, tongue depressor, kemasan steril, kantung plastik, swab media tube, termometer digital, kapas alkohol, sarungan tangan disposable, dan buku catatan tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan sampel.

Perlengkapan penunjang berupa peralatan fotografi, senter, petunjuk jalan, kartu identitas petugas, buku catatan sampel dan segel pemerintah, buku catatan petugas, dan buku peraturan perundang-undangan. (Arisman, 2009)

Masalah utama penanganan keracunan makanan:

1. Koordinasi dan kerjasama antar instalasi yang menangani KLB keracunan makanan yang meliputi:

a) Koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah daerah/dinas kesehatan setempat kurang, terutama dengan dihapusnya lembaga Kanwil sebagai penanggung jawab Tim Penanggulangan Keracunan Pangan di Propinsi

b) Prosedur pelaporan maupun penanganan keracunan pangan belum dipahami sepenuhnya oleh petugas di lapangan

2. Penanganan dan analisis sampel, diantaranya:

a) sampel yang diduga sebagai penyebab keracunan sering terlambat atau tidak dapat diperoleh sehingga tidak dapat dilakukan analisis penyebab KLB

b) Seringkali balai POM mendapat sampel dari pihak luar/kepolisian yang umumnya tidak mengetahui bagaimana mengambil dan menangani sampel tersebut

c) Akses yang terbatas terhadap laboratorium rujukan dan kurang memadai dalam identifikasi patogen/bahan berbahaya penyebab keracunan makanan

3. Masalah lain seperti:

a) Masih rendahnya kejadian yang dilaporkan

b) Lebih banyak diarahkan untuk menghitung jumlah kasus keracunan makanan saja

c) Tidak banyak manfaat yang dapat digunakan dalam program keamanan makanan

d) KLB tidak dapat ditangani secara tuntas (Food Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu, 2005) BAB VPENUTUPA. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang ada, maka kami menyimpulkan bahwa:1. Kemungkinan penyebab keracunan makanan yang terjadi di restaurant X adalah toksin Bacillus cereus, Champhylobacter jejuni, Vibrio para haemolyticus, Staphylococcus aureus, Escherichia colli, Shigella Sp., dan Norwalk virus. 2. Jenis makanan yang memiliki factor resiko terjadinya keracunan makanan (RR > 1) adalah nasi goring, nasi putih, burung dara, salad, es krim,dan es buah dengan masa inkubasi dan gejala yang bervariasi.3. Jenis makanan yang protektif terjadinya keracunan (RR < 1) adalah ayam panggang, sup kepiting, gurami asam manis dan air es dengan masa inkubasi dan gejala yang bervariasi. 4. Tidak didapatkan jenis makanan yang tidak memiliki faktor resiko keracunan makanan (RR = 1) di dalam skenario ini.5. Rencana Program yang dibisa diambil antara lain : Tindakan Preventif melalui komunikasi, tindakan melalui pengawasan, dan jika sudah terjadi maka harus bisa melakukan penatalaksanaan terhadap keracunan makanan.B. SARAN

Adapun saran yang dapat kami berikan untuk mencegah terjadinya kasus yang serupa, antara lain :1. Memperbaiki manajemen restaurant dan cetering dengan melakukan pemilihan dan pengolahan bahan makanan serta penyimpanan makanan jadi. 2. Tindakan pencegahan yang dilakukan berupa sanitasi yang baik, penyuluhan kesehatan, pembinaan dan pengawasan serta pemberian sanksi.DAFTAR PUSTAKA

Arisman, Dr. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan, cetakan I, Jakarta 2009.

Berita Liputan 6 online, 2015. Di unduh : http:// health.liputan6.com/read/2208781/2015-ini-dia-6-kasus-keracunan-makanan-besar diakses tgl 15 mei 2015 pukul 20.30 WIB

BPOM.2015.peraturan-peraturan pangan dan obat-obatan di unduh : http://perkosmi.com/wp-content/uploads/2010/12/logo-bpom.jpgCunha, John, et all. 2013. Food Poisoning. tersedia http://www.emedicinehealth.com/food_poisoning/article_em.htmDepartemen Kesehatan RI, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi Pengusaha Makanan da Minuman, Yayasan Pesan, JakartaDepartemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Pencegahan Keracunan Makanan pada Industri Katering,wwwnakertrans.go.id/Kkhiperkes.Dharwiyanti, 2004, Bahaya pencemaran timbal pada makanan dan minuman,http:// dharwiyanti,blogdrive.com, Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2013. Strategi Penanggulangan KLB Keracunan Pangan. Jakarta: Badan POM RIFood Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu, 2005. Diunduh dari http://skpt.pom.go.id/v1/berita/4fw/foodwatch2.pdfFrank C.LU, Toksikologi Dasar, Universitas Indonesia Press 1995 (Termahan Edi Nugroho).Keamanan pangan , Gizi Buruk Serta Dampak Sosio-Ekonominya, http://www.gizi.net/makalah/Food_Safety_Dadi.pdfPratiknjo, Laksomono. 2007. Keracunan Makanan Merupakan Salah Satu Indikator Lemahnya Kontrol Pemerintah dan Masyarakat terhadap Produk Makanan yang Beredar. Dalam Jurnal Ilmiah [Online], vol 1 (30), 4 halaman. http://elib.fk.uwks.ac.id/jurnal/edisi/Volume.I.Nomor.2.Januari.2007 [20 Mei 2013]Sentra Informasi Keracunan(SIKer) Nasional, 2015. Di unduh dari http://ik.pom.gi.id/v2014/berita-keracunan/berita-keracunan-bulan-oktober-desember-2014 tgl 15 mei 2015 pukul 20.30 WIB.Keracunan Makanan

Kebersihan Makanan

Petugas Restoran

Pengolahan Makanan

Kualitas bahan makanan

Bakteri Patogen

Penyimpanan Produk Makanan

Kurangnya hygiene pada produk pangan

Kurangnya hygiene & sanitasi personal

Kematangan yang kurang sempurna

Rendahnya kualitas bahan makanan

a.Kontaminasi

b.Pertumbuhan

c.Daya Hidup

Penyimpanan produk pangan tertentu pada suhu yang tidak tepat

16