09. kelarutan terhadap fungsi suhu ix a

26
LABORATORIUM KIMIA FISIKA Percobaan : KELARUTAN TERHADAP FUNGSI SUHU Kelompok : IX A Nama : 1. M. Reinaldo Ongky Billy Anando NRP. 2313 030 003 2. Gina Ayuningtiyas NRP. 2313 030 007 3. Rinny Retnoningsih NRP. 2313 030 011 4. Danny Chandra Septian NRP. 2313 030 013 5. Catur Puspitasari NRP. 2313 030 093 Tanggal Percobaan : 23 September 2013 Tanggal Penyerahan : 17 Oktober 2013 Dosen Pembimbing : Warlinda Eka Triastuti, ST, MT. Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandari W PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Upload: rinny-retnoningsih

Post on 23-Oct-2015

85 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN KELARUTAN TERHADAP FUNGSI SUHU

TRANSCRIPT

Page 1: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

LABORATORIUM

KIMIA FISIKA

Percobaan : KELARUTAN TERHADAP FUNGSI SUHU Kelompok : IX A

Nama :

1. M. Reinaldo Ongky Billy Anando NRP. 2313 030 003 2. Gina Ayuningtiyas NRP. 2313 030 007 3. Rinny Retnoningsih NRP. 2313 030 011 4. Danny Chandra Septian NRP. 2313 030 013 5. Catur Puspitasari NRP. 2313 030 093

Tanggal Percobaan : 23 September 2013

Tanggal Penyerahan : 17 Oktober 2013

Dosen Pembimbing : Warlinda Eka Triastuti, ST, MT.

Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandari W

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2013

Page 2: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

i

ABSTRAK

Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan kelarutan dan menghitung panas

pelarutan diferensial pada larutan jenuh asam oksalat.

Prosedur percobaan adalah asam oksalat dan NaOH digunakan pada praktikum ini.

Langkah pertama adalah melarutkan asam oksalat ke dalam aquades yang bersuhu 30◦,

40◦C, 50◦C, dan 60◦C. Hingga menjadi larutan jenuh. Selanjutnya adalah menitrasi larutan

asam oksalat tersebut dengan NaOH namun sebelum melakukan titrasi larutan asam oksalat

ditetesi dengan fenolptalein sebanyak dua tetes

Hasil yang diperoleh pada suhu aquades 30oC massa asam oksalat yang diperlukan

adalah 3 gram dengan volume titrasi NaOH 3,5 ml. Pada suhu 40oC massa asam oksalat

yang diperlukan 7 gram dengan volume titrasi NaOH 8 ml. Pada suhu 50oC massa asam

oksalat yang diperlukan 8,5 gram dengan volume titrasi NaOH 17 ml. Pada suhu 60oC

massa asam oksalat yang diperlukan 10 gram dengan volume titrasi NaOH 25 ml. Serta

semakin besar suhu nilai panas pelarutan differensial juga semakin besar yaitu pada suhu

30 nilai panas pelarutan differensialnya -3,3023. Suhu 40 o

C nilai panas pelarutan

differensialnya -2,4746. Pada suhu 50 o

C nilai panas pelarutan differensialnya -1,7209.

Pada suhu 60 nilai panas pelarutan differensialnya -1,3352.

Kesimpulan dari percobaan kelarutan terhadap fungsi suhu ini adalah bahwa hubungan

kelarutan terhadap suhu yaitu semakin tinggi suhu maka nilai kelarutan suatu zat dalam hal

ini asam oksalat akan semakin meningkat.

Page 3: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL.................................................................................................................... iv

DAFTAR GRAFIK.................................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang..................................................................................................... I-1

I.2 Rumusan Masalah................................................................................................I-1

I.3 Tujuan Percobaan.................................................................................................I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kelarutan............................................................................................................ II-1

II.2 Hubungan Kelarutan terhadap Fungsi Suhu……...............................................II-2

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan..........................................................................................III-1

III.2 Alat yang Digunakan........................................................................................III-1

III.3 Bahan yang Digunakan....................................................................................III-1

III.4 Prosedur Percobaan..........................................................................................III-1

III.5 Diagram Alir Percobaan...................................................................................III-2

III.6 Gambar Alat Percobaan...................................................................................III-3

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan...............................................................................................IV-1

IV.2 Grafik dan Pembahasan...................................................................................IV-2

BAB V KESIMPULAN........................................................................................................V-1

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... vi

APENDIKS............................................................................................................................ vii

LAMPIRAN

Laporan Sementara

MSDS Bahan

Lembar Revisi

Page 4: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Diagram Alir Percobaan.......................................................................III-2

Gambar III.2 Gambar Alat Percobaan....................................................................... III-3

Gambar III.3 Gambar Bahan Percobaan.................................................................... III-4

Page 5: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

iv

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Hasil Kelarutan Asam Oksalat dengan Aquades..................................... IV-1

Page 6: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik IV.1 Hubungan Ln S dan 1/T................................................................................... IV-3

Page 7: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai

membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga

akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan dikatakan jenuh

pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila

jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh. Dan bila jumlah zat

terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain,

dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur dan sedikit tekanan.

Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat dilihat pada peristiwa sederhana yang terjadi

pada kehidupan sehari-hari. Salah satu yang menjadi pokok perhatian dalam percobaan kali ini

adalah pengaruh suhu (temperatur) terhadap kelarutan suatu zat, dimana literatur yang ada telah

membuktikan bahwa semakin tinggi suhu, maka semakin tinggi pula kelarutan suatu zat. Hal

inilah yang ingin dibuktikan dalam percobaan kali ini. Zat yang digunakan dalam praktikum kali

ini adalah asam oksalat. Digunakan asam oksalat karena kelarutan dari asam oksalat sangat

sensitive terhadap perubahan suhu.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana menentukan kelarutan dan menghitung pana pelarutan differensial pada

larutan jenuh asam oksalat?

2. Bagaimana hubungan kelarutan asam oksalat terhadap perubahan suhu?

1.3 Tujuan Percobaan

2. Menentukan kelarutan dan menghitung pana pelarutan differensial pada larutan jenuh

asam oksalat.

3. Mengetahui hubungan kelarutan asam oksalat dengan perubahan suhu.

Page 8: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

II-1

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Kelarutan

Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk

larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil sejumlah

tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian memperkirakan jumlah zat yang dapat

membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak

larut. Setelah dikocok ataupun diaduk akan terjadi kesetimbangan antara zat yang larut dengan

zat yang tidak larut.

Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah banyaknya

suatu zat yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu.Biasanya

dinyatakan dalam satuan mol/liter. Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent.Solute

adalah substansi yang melarutkan.Contoh sebuah larutan NaCl.NaCl adalah solute dan air adalah

solvent. Dari ketiga materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk memilki sembilan

tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cair dalam

cairan, dan sebagainya. Dari berbagai macam tipe ini, larutan yang lazim kita kenal adalah

padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas.

Jika kelarutan suhu suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan padatan, cairan atau

gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang

kandungan solutnya sudah mencapai maksimal sehingga penambahan solut lebih lanjut tidak

dapat larut.Konsentrasi solut dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solut padat maka

larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan

masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang

mengkristal menjadi fase padat.

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang

diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel – partikelnya tidak tepat habis

bereaksi dengan pereaksi.

Page 9: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

II-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada

yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi

melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Suatu larutan jenuh merupakan

kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu dinaikkan. Pada

umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan.

Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang tidak

larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut :

A(p) A(l)

Dimana :

A (l) : molekul zat terlarut

A (p) : molekul zat yang tidak larut

Tetapan kesimbangan proses pelarutan tersebut :

K =

Dimana :

az : keaktifan zat yang larut

az : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam

keadaan standar

yz : koefisien keaktifan zat yang larut

mz: kemolalan zat yang larut yang karena larutan jenuh disebut kelarutan

2.2 Hubungan Kelarutan Terhadap Suhu

Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda – beda. Pada suhu tertentu larutan jenuh

yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalah sebuah contoh

mengenai kesetimbangan dinamik.Karena dihadapkan dengan sistem kesetimbangn, dapat

menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganalisis bagaimana gangguan itu pada sistem akan

mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini antara lain perubahan pada suhu ini

cenderung menggeser kesetimbangan kearah penyerap kalor.

Page 10: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

II-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Jika pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa endoterm, seperti

dinyatakan dalam persamaan :

Kalor + zat terlarut + larutan (l1) larutan (l2)

Dengan larutan (l2) lebih pekat daripada larutan(l1) maka kenaikan suhu akan

meningkatkan kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena

meningkatnya suhu. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam pelarut cairan,

biasaarutannya kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu.

Untuk gas, pembentukan larutan dalam cairan hapir selalu eksoterm, sehingga

ketimbangan dapat dinyatakan dengan :

Gas + larutan (1) larutan (2) + kalor

Untuk kesetimbangan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan sebeb

pergeseran ini ke kiri adalah endoterm. Karena itu gas hamppir selalu menjadi kurang larut dalam

cairan jika suhunya dinaikkan

Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan o dengan

persamaan :

p =

Yang disebut persamaan van’t hoff. Pada reaksi endoterm konstanta kesetimbangan akan

naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi eksoterm konstanta kesetimbangan akan

turun dengan naiknya temperature.

Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat tidak

larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap. Artinya

konsentrasi zat dalam larutan akan selalu sama.

Menurut Vant Hoff pengaruh temperature terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai

berikut :

d ln s / dt =H/Rt"

Persamaan ini merupakan expresi secara sistematis azas Le Chatelier. Jikapersamaan ini

diintegralkan dari T1 ke T2, maka akan menghasilkan :

Ln s = - x + C

Page 11: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

II-4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

S1, S2 = Kelarutan zat pada temperature

T1 dan T2 (mol/100 gram solvent)

H = Panas pelarutan permol sel

R = Konstanta umum gas

C = Konstanta integrasi

Panas pelarutan ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan dilarutkan dalam larutan

yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda denganpanas pelarutan untuk larutan encer

yang biasa terdapat dalam table panaspelarutan. Panas pelarutan biasanya terdapat dalam table

merupakan panaspengenceran dari keadaan jenuh menjadi encer Pada umumnya panas pelarutan

bernilai positif, sehingga menurut VantHoff kenaikan temperature akan meningkatkan jumlah zat

yang terlarut. Begitu sebaliknya.

2.3 Titrasi

Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan

dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum

memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa

volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan

perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara

titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit

A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-

sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui.

Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan

suatu proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen

dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar

mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia,

yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan

warna. Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna

berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak

dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik

akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik

Page 12: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

II-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi

untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi

menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen.

Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan

tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran

volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur

volum gas.

Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi (larutan standar)

dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer yang konsentrasinya tidak

diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin

untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir

adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan

berubah warna pada saat titik ekivalensi—di mana volum dari peniter yang ditambahkan

dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mollarutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat,

titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika

larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain

titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.

Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi;

titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam

titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di

mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar

8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah

metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam

larutan alkali.

Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan

maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator".

Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai

peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak

Page 13: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

II-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan.

Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat

kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.

Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat

tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH

secara signifikan—sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung.

Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang

sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar

kesalahannya tidak dapat ditentukan.

2.4 MSDS Bahan

1. Asam Oksalat (H2C2O4)

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam

etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-

COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat.

Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor.

Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik

adalah kalsium oksalat (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering

ditemukan.

Asam oksalat dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8% pada 10o C) dan

larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam netral dengan logam alkali (Na,K), yang

larut dalam air (5-25 %), sementara itu dengan logam dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan

logam berat, mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam air. Jadi kalsium oksalat secara

praktis tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut asam oksalat digunakan untuk

menentukan jumlah kalsium. Asam oksalat ini terionisasi dalam media asam kuat.

Asam oksalat mempunyai massa molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07 g/mol (dihidrat), rupa

putih, kepadatan dalam fase 1,90 g/cm³ (anhidrat) dan 1.653 g/cm³ (dihidrat), kelarutan dalam air

Page 14: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

II-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

9,5 g/100 mL (15°C), 14,3 g /100 mL (25°C?), dan 120 g/100 mL (100°C), dan titik didih sebesar

101-102°C (dihidrat) (Anonim, 22 oktober 2010).

2. Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida murni merupakan padatan putih; tersedia di pellet, serpih, butiran dan sebagai

larutan 50% jenuh. Ini adalah higroskopis dan mudah menyerap air dari udara, sehingga harus

disimpan dalam kedap udara wadah. Sangat larut dalam air dengan pembebasan panas. Ini juga

larut dalam etanol dan metanol, meskipun pameran kelarutan rendah dalam larutan daripada

kalium hidroksida. Natrium hidroksida cair juga merupakan basa kuat, tapi suhu tinggi batas yang

diperlukan aplikasi. Hal ini tidak larut dalam eter dan pelarut non-polar. Sebuah natrium

hidroksida larutan akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonim, 22 oktober

2010).

NaOH mempunyai sifat Δ H ° pembubaran untuk diencerkan berair -44,45 kJ / mol. Dari larutan

berair pada 12,3-61,8 ° C, mengkristal di monohidrat, dengan titik lebur 65,1 ° C dan densitas

1,829 g / cm 3. Δ H° form -734.96 kJ / mol. Monohidrat dari -28 ke -24 ° C. Heptahidrat dari -24

ke -17,7 ° C. -17,7 Ke Pentahydrate dari -5,4 ° C. Tetrahydrate (α-berubah), di -5, 4-12,3 ° C juga

tahu metastabil β-NaOH 4 * H 2 O. Yang di atas 61,8 ° C adalah mengkristal (Anonim, 22

oktober 2010).

Page 15: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

III-1

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan

1. Variabel Bebas : Serbuk Asam Oksalat

2. Variabel Terikat : Volume Titran

3. Variabel Kontrol : Suhu 30oC, 40

oC, 50

oC, dan 60

oC

III.2 Alat yang Digunakan

1. Erlenmeyer

2. Pipet tetes

3. Buret

4. Corong

5. Spatula

6. Gelas ukur

7. Termometer

8. Piknometer

III.3 Bahan yang Digunakan

1. Asam Oksalat

2. NaOH

3. Indikator PP

4. Aquades

III.4 Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Mengukur aquades 100 ml dalam Erlenmeyer lalu mengukurnya hingga suhu air

30oC

3. Memasukkan asam oksalat secara perlahan-lahan kedalam aquades dan

mengaduk perlahan hingga menjadi larutan jenuh.

4. Mengambil 5 ml larutan asam oskalat lalu memasukkan ke dalam picnometer lalu

ukur dengan ketelitian 0,01 gram

5. Menitrasi larutan yang tersisa dalam Erlenmeyer dengan NaOH yang sebelumnya

telah ditetesi PP sebanyak 2 tetes.

6. Mengulangi tahap 2-5 dengan variable suhu 40oC, 50

oC, 60

oC.

Page 16: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

III-2

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

III.5 Diagram Alir

Gambar III.1. Diagram air percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu

Panaskan 100 ml aquades pada becker

glass yang diberi termometer hingga

suhu 30oC

Masukkan serbuk asam oksalat sedikit

demi sedikit sembari menimbang

massa yang dimasukkan

Aduk larutan hingga berada pada titik

jenuhnya.

Masukkan 5 ml larutan kedalam

piknometer

Larutan yang tersisa ditetesi indikator

PP sebanyak 2 tetes

Titrasi larutan hingga warna larutan

berubah menjadi merah muda yang

keruh

Ulangi langkah paling awal tetapi pada

suhu 40oC, 50

oC, dan 60

oC

Selesai

Page 17: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

III-3

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

III.6 Gambar Alat Percobaan

Gambar III.2.1 Erlenmeyer

Gambar III.2.2 Pipet tetes

Gambar III.2.3 Buret

Gambar III.2.4. Corong

Gambar III.2.5. Spatula

Gambar III.2.6. Gelas Ukur

Page 18: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

III-4

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Gambar III.2.7. Termometer

Gambar III.2.8. Piknometer

III.7 Gambar Bahan Percobaan

Gambar III.3.1. Asam Oksalat (H2C2O4)

Gambar III.3.2. NaOH

Page 19: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

III-5

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FTI-ITS

Gambar III.3.3 Fenolftalein

Gambar III.3.4. Aquades

Page 20: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

IV-1

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

4.1 Data hasil percobaan dan pembahasan

Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut,

juga bergantung pada faktor temperatur.Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda-beda

antara yang satu dengan yang lainnya. Tetapi pada umumnya kelarutan zat padat dalam cairan

bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan proses pembentukan larutannya bersifat

endoterm. Akan tetapi ada zat yang sebaliknya, yaitu eksoterm dalam melarut.

Dalam percobaan kali ini, tujuan yang ingin dicapai adalah mencoba membuktikan

adanya pengaruh suhu (temperatur) dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat. Dalam perlakuan,

digunakan Asam Oksalat sebagai sampel yang akan diamati kelarutannya pada suhu 30◦C, 40◦C,

50◦C, dan 60◦C. Sebelum perlakuan terlebih dahulu menyiapkan semua bahan dan alat yang

akan digunakan, dimana dalam fase ini dibuat larutan baku NaOH 1 M sebanyak 100 ml, yakni

dengan menimbang 40 gram NaOH kemudian memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml,

menambahkan sedikit demi sedikit aquades, dan mengocoknya hingga homogen, kemudian

volumenya dicukupkan sampai 100 ml. Kemudian memasukkan dalam wadah yang sesuai, lalu

diberikan label.

Perlakuan selanjutnya memanaskan aquades sebanyak 100 ml dalam gelas kimia hingga

mencapai suhu 30◦C kemudian memasukan asam oksalat kedalam aquades secara perlahan

hingga larutan menjadi larutan jenuh. Mengambil larutan asam oksalat sebanyak 5 ml kemudian

memasukkannya kedalam picnometer lalu menimbang dengan ketelitian 0,01 gram. Setelah itu

sisa larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan NaOH.Sebelum di titrasi larutan diberi PP

sebanyak 2-3 tetes.Kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi pada larutan hingga

larutan berubah warna menjadi merah muda.

Page 21: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

IV-2

BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Hasil yang diperoleh pada pengamatan yaitu sebagai berikut:

Suhu Massa asam oksalat Aquades Titrasi NaOH

30◦C 3 gram 100 ml 3.5 ml

40◦C 7 gram 100 ml 8 ml

50◦C 8.5 gram 100 ml 17 ml

60◦C 10 gram 100 ml 25 ml

Alasan digunakan asam oksalat pada praktikum ini adalah karena kelarutan asam oksalat

sangat sensitive terhadap perubahan suhu. Sedangkan alasan digunakannya NaOH sebagai larutan

baku untuk titrasi karena sampel yang digunakan (asam oksalat) bersifat asam, sementara NaOH

sendiri bersifat basa, sehingga titrasi yang dilakukan disebut titrasi alkimetri. Kemudian

ditambahkan indikator PP . Fungsi indikator PP adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi yang

ditandai dengan perubahan warna titran (asam oksalat) menjadi warna merah muda.

Dalam praktikum ini dilakukan proses titrasi. Tujuan dari proses titrasi dari praktikum

ini adalah untuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titran

dalam proses titrasi ini adalah asam oksalat.

Setelah menghitung kelarutan asam oksalat dan entalpi panas pelarutan dapat diperoleh

grafik sebagai berikut:

Page 22: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

IV-3

BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan

Laboratorium Kimia Fisika Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI-ITS

Grafik VI.1 Hubungan Ln S dan 1/T

Dari grafik hubungan antara Ln S dan 1/T diperoleh hasil bahwa semakin besar

nilai kelaruan asam oksalat maka suhu yang diperlukan akan semakin tinggi pula. Hal ini

disebabkan karena suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kelarutan.

Karena kebanyakan bahan kimia dapat menyerap panas bila dilarutkan, sehingga dikatakan

mempunyai panas larutan negatif yang menyebabkan kelarutannya meningkat ketika suhu

bertambah. Kelarutan zat padat dalam cairan bertambah dengan naiknya suhu, karena

kebanyakan proses pembentukan larutannya bersifat endoterm. Akan tetapi ada zat yang

sebaliknya, yaitu eksoterm dalam melarut.

Page 23: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

V-1

BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil:

1. Pada suhu 30 massa asam oksalat yang diperlukan adalah 3 gram dengan volume titrasi

NaOH 3,5 ml. Pada suhu 40 massa asam oksalat yang diperlukan adalah 7 gram

dengan volume titrasi NaOH 8 ml. Pada suhu 50 massa asam oksalat yang diperlukan

adalah 8 gram dengan volume titrasi NaOH 17 ml. Pada suhu 60 massa asam oksalat

yang diperlukan adalah 10 gram dengan volume titrasi NaOH 25 ml.

2. Pada suhu 30 nilai panas pelarutan differensial -3,3023. Pada suhu 40 nilai panas

pelarutan differensial -2,4746. Pada suhu 50 nilai panas pelarutan differensial -1,7209.

Pada suhu 60 nilai panas pelarutan differensial -1,3352.

Page 24: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

vi

DAFTAR PUSTAKA

Atkins. 1999.Kimia Fisika Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia

Maron, Samuel H dan Lando, Jerome B. 1974. Fundamentals of Physical and Chemistry.

New York: Macmillan Publishing

Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Wahyuni, Ita Trie. 2012. Laporan Praktikum. Diakses dari

(http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-kimia-fisika-kelarutansebagai.html),

pada tanggal 19 September 2013.

Page 25: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

vii

APPENDIKS

Dengan data yang telah diperoleh dari percobaan maka dapat ditentukan kelarutan dan

panas pelarutan diferensial pada larutan jenuh asam oksalat adalah sebagai berikut:

1. Menghitung kelarutan dan menghitung panas pelarutan diferensial pada

larutan jenuh asam oksalat.

1.1) Pada suhu 30◦C

V1N1 =V2N2

(3.5)(1)=(95)N2

N2 = 0.0368 N=M. Jadi, kelarutan asam oksalat pada 95 ml air di

suhu 30◦C adalah 0.0368 N

Ln S =

-3,3023 =

= 8318.3 J/mol

1.2) Pada suhu 40◦C

V1N1 =V2N2

(8)(1) =(95)N2

N2 = 0.0842 M

Ln S =

-2,4746 =

= 6439.5 J/mol

1.3) Pada suhu 50◦C

V1N1 =V2N2

(17)(1)=(95)N2

N2 = 0.1789 M

Ln S =

-1.7209 =

= 4621.3 J/mol

Page 26: 09. Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu Ix A

viii

1.4) Pada suhu 60◦C

V1N1 =V2N2

(25)(1)=(95)N2

N2 = 0.2631

Ln S =

-1.3352 =

= 3696.469 J/mol

2. Menghitung massa jenis larutan asam oksalat dengan menggunakan

picnometer. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

=

=

= 1 gr/ml