kelarutan (1)

43
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Suatu produk obat dapat berbeda dari produk pabrik lain dalam hal bahan baku, komposisi/formula, serta fabrikasinya. Perbedaan tersebut dapat menyebabkan perbedaan dalam pelepasan bahan obat dari sediaan yang akhirnya akan berpengaruh pada efikasi/kemanjuran produk tersebut. (Abdou, 1989, Blanchard, Swachuck, Brodie, 1979). Pada umumnya produk obat mengalami absorbsi sistemik melalui suatu rangkaian proses yang meliputi : 1. Disintegrasi produk yang diikuti dengan pelepasan obat 2. Pelarutan obat dalam media “aqueous” 3. Absorbsi melalui membran sel menuju sirkulasi sistemik Pada ketiga proses di atas ditentukan oleh tahap yang paling lambat di dalam suatu rangkaian proses kinetic yang sering disebut tahap penentu kecepatan (Rate Limiting Step). Untuk obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju pelarutan seringkali merupakan tahap yang paling lambat di dalam, oleh karena itu mengakibatkan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas obat. Sebaliknya untuk obat yang 1

Upload: indah-c-kadullah

Post on 21-Jan-2016

154 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KELARUTAN (1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Suatu produk obat dapat berbeda dari produk pabrik lain dalam hal bahan

baku, komposisi/formula, serta fabrikasinya. Perbedaan tersebut dapat

menyebabkan perbedaan dalam pelepasan bahan obat dari sediaan yang akhirnya

akan berpengaruh pada efikasi/kemanjuran produk tersebut. (Abdou, 1989,

Blanchard, Swachuck, Brodie, 1979). Pada umumnya produk obat mengalami

absorbsi sistemik melalui suatu rangkaian proses yang meliputi :

1.Disintegrasi produk yang diikuti dengan pelepasan obat

2.Pelarutan obat dalam media “aqueous”

3.Absorbsi melalui membran sel menuju sirkulasi sistemik

Pada ketiga proses di atas ditentukan oleh tahap yang paling lambat di dalam

suatu rangkaian proses kinetic yang sering disebut tahap penentu kecepatan (Rate

Limiting Step). Untuk obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju

pelarutan seringkali merupakan tahap yang paling lambat di dalam, oleh karena

itu mengakibatkan terjadinya efek penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas

obat. Sebaliknya untuk obat yang mempunyai kelarutan besar dalm air, laju

pelarutannya cepat sedangkan laju lintas atau tembus obat melewati membran

merupakan yahap penentu kecepatannya.

Telah banyak publikasi yang menyatakan adanya hubungan yang bemakna antar

kecepatan disolusi berbagai bahan obat dari sediaannya dan absorbsinya. Obat-

obat tersebut umumya meliputi obat-obat yang kecepatan disolusinya sangat

lambat yang disebabakan kelarutannya sangat kecil. Obat-obat yang memiliki

kecepatn disolusi intrinsik yang < 0,1 mg/menit.cm2 biasanya menimbulkan

masalah serius pada absorbsinya, seangkan obat-obat yang memiliki kecepatan

disolusi intrinsic > 1,0 mg/menit.cm2. Pada umunya kecepatan disolusi bukan

menjadi langkah penentu, tapi kecepatan absorbsinya.

1

Page 2: KELARUTAN (1)

Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam

pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses

dimana zat padat melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat

padat dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk

sediaan padat terlibat berbagai proses disolusi yang melibatkan zat murni.

Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi

media disolusi ke dalam sediaan, proses pengembangan, proses ddisintegrasi, dan

degradasi sediaan, merupakan sebagaian dari faktor yang mempengaruhi

karakteristik disolusi obat dari sediaan.

2

Page 3: KELARUTAN (1)

I.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud percobaan

1. Mengetahui cara penentuan kelarutan secara kuantitas.

2. Mempelajari pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat.

3. Mempelajari pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.

I.2.2 Tujuan percobaan

1. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitas.

2. Menjelaskan pengaruh pelarut campur seperti air, alkohol dan gliserin

terhadap kelarutan Asam benzoat.

3. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan seperti tween 80 terhadap

kelarutan zat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu,

zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan

dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut

pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat

larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah

3

Page 4: KELARUTAN (1)

etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut

miscible (7).

Secara kuantitatif kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat

terarut didalam lerutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu (3;9). Kelarutan

suatu zat pada suhu tertentu dalam suatu pelarut tertentu adalah banykanya zat

yang dilarutkan oleh sejumlah pelarut yang diketahui bobotnya, ketika zat itu

berada dalam keadaan seimbang dengan pelarut (4;477).

Kelarutan zat terlarut diketahui dari konsentrasi dalam larutan

jenuhnya ,biasanya dinyatakan dalam banyaknya mol zat terlarut per liter larutan

jenuh, Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut

dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam

perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau

dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa

satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta ( part per million ,

ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai

encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi) (6).

Alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan

larutan baku asam, bisa asam kuat atau asam lemah.Titrasi adalah proses

mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam

larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna (5).

Larutan terdiri dari beberapa tipe yakni larutan encer merupakan jumlah

zat terlarut yang terlalu kecil, larutan pekat yaitu larutan yang mengandung fraksi

zat terlarut yang besar, sedangkan larutan jenuh adalah larutan yang mengandung

sejumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam air pada suhu dan tekanan

tertentu dan larutan lewat jenuh larutan yang mengandung sejumlah zat terlarut

melebihi batas maksimum kelarutannya didalam air pada suhu dan tekanan

tertentu (1;82).

Terdapat istilah dalam kelarutan, yakni (8) :

Sangat mudah larut < 1

4

Page 5: KELARUTAN (1)

Mudah larut 1 – 10

Larut 10 – 30

Agak sukar larut 30 – 100

Sukar larut 100 – 1000

Sangat sukar larut 1000 – 10000

Praktis tidak larut > 10000

Pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat

kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat

diabsorbsi setelah zat aktfnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu

usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan

menaikkan kelarutan zat aktifnya (3;9).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah (8):

a. Pengaruh pH

Zat aktif yang sering digunakan di dalam dunia pengobtan umumnya adalah

zat organic yang bersifat asam lemah, dimana kelarutannya sangat dipengaruhi

oleh pH pelarutnya. Kelarutan akan bertambah dengan naiknya pH untuk larutan

asam-asam organic lemah seperti barbiturate dan sulfonamide karena terbentuk

garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan untuk basa-basa organic lemah

seperti alkoholida dan anestetika local pada umumnya sukar larut dalam air. Bila

pH dala air diturunkan dengan penambahan asam kuat maka akan terbentuk garam

yang mudah larut dalam air.

Hubungan pH dengan kelarutan asam basa lemah digambarkan oleh

persamaan berikut :

Untuk asam lemah :

pH = pKw + log S-S/So

untuk basa lemah :

5

Page 6: KELARUTAN (1)

pH = pKw – pKb + log S – So/So

b. Pengaruh temperatur (suhu)

Kelarutan zat padat paa larutan ideal tergantung kepada temperature, titik

leleh zat padat dan panas peleburan molar zat tersebut. Kelarutan suatu zat padat

dalam air akan semakin tinggi bila suhunya dinaikkan. Adanya panas (kalor)

mengakibatkan semakin renggangnya jarak antar molekul zat padat tersebut.

Merenggangnya jarak antar molekul zat padat menjadikan kekuatan gaya antar

molekul tersebut menjadi lemah sehingga mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-

molekul air. Berbeda dengan zat padat, adannya pengaruh kenaikan suhu akan

menyebabkan kelarutan gas dalam air berkurang. Hal ini disebabkan karena gas

yang terlarut di dalam air akan terlepas meninggalkan air bila suhu meningkat.

c. Pengaruh jenis pelarut

Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas suatu pelarut. Pelarut

polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik, begitu pula sebaliknya.

Kelarutan juga bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar

dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat,

makin sukar zat tersebut larut dalam air. Menurut Hilderbrane : kemampuan zat

terlarut untuk membentuk ikatan hydrogen lebih penting dari pada kemolaran

suatu zat. Senyawa polar (mempunyai kutub muatan) akan mudah larut dalam

senyawa polar. Misalnya gula, NaCl, alkohol, dan semua asam merupakan

senyawa polar sehingga mudah larut dalam air yang juga merupakan senyawa

polar.

Sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar,

misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak

larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak larut dalam minyak tanah. Pelarut

non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena

konstanta dielektiknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan

kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat

6

Page 7: KELARUTAN (1)

melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalui induksi

antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran

molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (Intermediete

Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar.

d. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel

Kelarutan suatu zat akan naik dengan berkurangnya ukuran partikel suatu

zat. Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap

kelarutan zat. Partikel yang bentuknya tidak simetris lebih mudah larut bila

dibandingkan dengan partikel yang bentuknya simetris.

e. Pengaruh konstanta dielektrik

Karutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar

mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar

sukar larut di dalamnya, begitu pula sebaliknya. Besarnya tetapan dielektrik ini

menurut moore dapat diatur dengan penambahan pelarut lain. Tetapan dielektrik

sutu campuran pelarut merupakan hasil penjumlahan dari tetapan dielektrik

masing-masing yang sudah dikalikan dengan dengan % volume masing-masing

komponen.

Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran

dibandingkan pelarut tunggalny. Fenomena ini dikenal dengan istilah co-solvency

dan pelarut yang mana dalam bentuk campuran dapat menaikkan kelarutan suatu

zat diseut co-solvent. Etanol, gliserin dan propilen glikol adalah co-solvent yang

umum digunakan dalam bidang farmasi untuk pembuatan eliksir.

f. Pengaruh penambahan zat-zat lain

Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan

kelarutan suatu zat. Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu bagian polar

dan non polar. Apabila didispersikan dalam air pada konsentrasi yang rendah,

7

Page 8: KELARUTAN (1)

akan berkumpul pada permukaan dengan mengorientasikan bagian polar ke arah

air dan bagian non polar kearah udara, surfaktan mempunyai kecenderungan

berasosiasi membentuk agregat yang dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada saat

misel mulai terbentuk disebut konsentrasi misel kritik (KMK).

Kelarutan bertambah beasar jika ukuran partikel semakin kecil, disebabkan

oleh semakin meningkatnya peranan yang dimainkan oleh efek-efek permukaan

(4;478). Surfaktan dapat ditambahkan pada larutan untuk menurunkan tegangan

permukaan pada larutan, sehingga dua jenis larutan yang tidak dapat bercampur

akan larut dengan penambahan surfaktan.(3;10)

II.2 Uraian Bahan

1. Asam benzoat (2 : 49)

Nama resmi : Acidum benzoicum

Nama lain : Asam benzoat

Rumus molekul : C7H6O2

Rumus sturktur :

Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna,

tidak berbau.

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 350 bagian air,

dalam lebih kurang 3 bagian etanol (95%)

P, dalam 8 bagian kloroform P dan

dalam 3 bagian eter.

Khasiat : Antiseptikum ekstern, antijamur

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Air suling (2 : 96)

Nama resmi : Aqua destilata

Nama lain : Air suling

Rumus molekul : H2O

8

Page 9: KELARUTAN (1)

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Kegunaan : Sebagai pelarut

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

3. Alkohol (2 : 65 )

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol, alkohol

Rumus molekul : C2H5OH

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter.

Kegunaan : sebagai pelarut

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala

api.

4. Tween 80 ( 2 : 509 )

Nama resmi : Polysorbatum-80

Nama lain : Polisorbat-80, Tween 80

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, jernih,

kuning, bau asam lemak khas.

Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)

P, dalam etil asetat P, sukar larut dalam

parafin cair dan dalam minyak biji kapas.

Kegunaan : sebagai pelarut

Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

5. Gliserin ( 2 :271 )

Nama resmi : Glycerolum

Nama lain : Gliserol, Gliserin

Rumus molekul : C3H8O3

9

Page 10: KELARUTAN (1)

Rumus struktur : CH2OH-CHOH-CH2OH

Pemerian : Cairan seperti sirop, jernih, tidak berwarna,

tidak berbau, manis diikuti rasa hangat,

higroskopik. Jika disimpan beberapa lama

pada suhu rendah dapat memadat

membentuk massa hablur tidak berwarna

yang tidak melebur hingga suhu mencapai

lebih kurang 20o.

Kelarutan : dapat campur dengan air, dan dengan

etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam

kloroform P, dalam eter P dan dalam

minyak lemak.

Kegunaan : sebagai pelarut

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

6. NaOH (2:412)

Nama resmi : Natrii Hydroxydum

Nama lain : Natrium Hidroksida

Rumus molekul : NaOH

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

kering, keras, rapuh dan menunjukkan

susunan hablur: ptih, mudah meleleh basah.

Sangat alkalis dan korosif. Segera

menyerap karbondioksida.

Kelarutan : Sangat muda larut dalam air dan dalam

etanol (95%) P

Kegunaan : sebagai titran

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

7. Fenolftalein (9:662)

Nama resmi : Phenolphthaleinum

Nama lain : Fenolftalein

Rumus molekul : C20H14O4

10

Page 11: KELARUTAN (1)

Rumus stuktur :

Pemerian : Serbuk hablur,putih atau putih kekuningan

lemah;tidak berbau;stabil di udara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air;larut dalam

etanol;agak sukar larut dalam eter.

Kegunaan : sebagai indikator

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat Dan Bahan

III.1.1 Alat-alat yang digunakan :

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

Batang pengaduk

Buret

Corong

Gelas kimia 20 ml dan 250 ml

Gelas ukur 10 ml dan 100 ml

Kaca arloji

Labu erlenmeyer

Mixer

Pipet

Sendok tanduk

Tabung reaksi

Timbangan analitik

III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan :

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

Air suling

11

Page 12: KELARUTAN (1)

Alkohol

Asam benzoat

Gliserin

Kertas saring

Kertas perkamen

Lap halus

NaOH

Phenolftalein

Tissue

Tween 80

III.2 Cara Kerja

a) Pengaruh pelarut campuran terhadap kelautan zat

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dibuat 20ml campuran pelarut-pelarut seperti yang tertera dibawah

ini :

Air

% v/v

Alkohol

% v/v

Gliserin

% v/v

60 0 40

60 10 30

60 20 20

60 30 10

60 40 0

3. Dilarutkan asam benzoat sidekit demi sedikit dalam masing-masing

campuran pelarut sampai didapat larutan yang jenuh.

4. Dikocok larutan dengan mixer 15 menit, jika ada endapan yang larut

selama pengocokan ditambahkan lagi asam benzoat sampai didapat

larutan yang jenuh kembali.

5. Disaring larutan dan ditentukan kadar asam benzoat yang larut

dengan cara alkalimetri.

12

Page 13: KELARUTAN (1)

6. Dibuat grafik antara kelarutan asam benzoat dengan % pelarut yang

ditambahkan.

b)Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dibuat 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi : 0,1 ; 0,5 ; 1,0 ;

5,0 ; 10,0/ml air.

3. Ditambahkan asam benzoate seikit demi sedikit ampai diperoleh

larutan yang jenuh.

4. Dikocok larutan selama 15 menit dengan pengocokan mixer, kalau

ada endapan yang larut selama pengocokan, ditambahkan lagi asam

benzoate sampai didapat larutan yang jenuh kembali.

5. Disaring dan ditentukan kadar asam benzoate yang terlarut dalam

masing-masing larutan.

6. Dibuat grafik antara kearutan asam benzoate dengan konsentrasi

tween 80 yang digunakan.

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

1. Hasil pengamatan percobaan A

NO Campuran Vol.titrat

Vol. Titran (ml)

IndikatorPerubahan

warnaV1 V2 X

1 A 5 ml 4,3 4 4,15 Penoftalein Bening ke

13

Page 14: KELARUTAN (1)

(air 60%+

gliserin

40%)

merah

muda

2

B

(air 60%+

alcohol

10%+

glisein 30)

5 ml 4,3 4,4 4,35 Penoftalein

Bening ke

merah

muda

3

C

(air 60%+

alcohol

20%l+

gliserin

20%)

5 ml 4,7 4,9 4,8 Penoftalein

Bening ke

merah

muda

4

D

(air 60%+

alcohol

30%+

gliserin

10%)

5 ml 5,8 5,5 5,65 Penoftalein

Bening ke

merah

muda

5 E

(air 60%+

alkohol

5 ml 9,6 9,3 9,45 Penoftalein Bening ke

merah

muda

14

Page 15: KELARUTAN (1)

40%)

Perhitungan :

1. Molaritas NaOH

Dik : Normalitas NaOH = 0,1 N

Dit : Molaritas NaOH…….?

Perhitungan :

N=M x ek

M=N\ek

M = 0,1 grek/L : 1 grek/mol

M= 0,1 mol/L

2. Kadar asam asam benzoat

Campuran 1 (air 12ml + gliserin 8ml)

Dik : V NaOH = 4,15 mL

M NaOH = 0,1 M

15

Page 16: KELARUTAN (1)

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

4,15 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoat = 0,083 M

Campuran 2 (air 12ml + alcohol 2ml + gliserin 6ml)

Dik : V NaOH = 4,35 mL

M NaOH = 0,1 M

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

4,35 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoat = 0,087 M

Campuran 3 (air 12ml + alcohol 4ml + gliserin 4ml)

Dik : V NaOH = 4,8 mL

M NaOH = 0,1 M

V asam benzoat = 5 mL

16

Page 17: KELARUTAN (1)

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

4,8 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoat = 0,096 M

Campuran 4 (air 12ml + alcohol 6ml + gliserin 2ml)

Dik : V NaOH = 5,65 mL

M NaOH = 0,1 M

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

5,65 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoat = 0,113 M

Campuran 5 (air 12ml + alcohol 8ml)

Dik : V NaOH = 9,45 mL

M NaOH = 0,1 M

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

17

Page 18: KELARUTAN (1)

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

9,45 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoate = 0,189 M

3. Konstanta dielektrik (ε) masing-masing pelarut dalam pelarut campuran

1. Konstanta dielektrik air dalam pelarut campur

Pada pecobaan A, B, C, D, dan E

Dik : ε air = 80,4

V air = 12 (% v/v)

Dit : ε air dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε air dalam pelarut campur = ε air × % v/v air

= 80,4 x 12/20

= 48,24

2. Konstanta dielektrik etanol

Percobaan 1

18

Page 19: KELARUTAN (1)

Dik : ε etanol = 25,7

V etanol = 0 (% v/v)

Dit : ε etanol dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε etanol dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol

= 25,7 × 0/20

= 0

Percobaan 2

Dik : ε etanol = 25,7

V etanol = 2 (% v/v)

Dit : ε etanol dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε etanol dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol

= 25,7 × 2/20

= 2,57

Percobaan 3

Dik : ε etanol = 25,7

V etanol = 4 (% v/v)

Dit : ε etanol dalam pelarut campur…….?

19

Page 20: KELARUTAN (1)

Peny :

ε etanol dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol

= 25,7 × 4/20

= 5,14

Percobaan 4

Dik : ε etanol = 25,7

V etanol = 6 (% v/v)

Dit : ε etanol dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε etanol dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol

= 25,7 × 6/20

= 7,71

Percobaan5

Dik : ε etanol = 25,7

V etanol = 8 (% v/v)

Dit : ε etanol dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε etanol dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol

= 25,7 × 8/20

20

Page 21: KELARUTAN (1)

= 10,28

3. Konstanta dielektrik gliserin

Percobaan 1

Dik : ε gliserin = 42,5

V gliserin = 8 (% v/v)

Dit : ε gliserin dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε gliserin dalam pelarut campur = ε glisein × % v/v gliserin

= 42,5 × 8/20

= 17

Percobaan 2

Dik : ε gliserin = 42,5

V gliserin = 6 (% v/v)

Dit : ε gliserin dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε gliserin dalam pelarut campur = ε gliserin × % v/v gliserin

= 42,5 × 6/20

= 12,75

21

Page 22: KELARUTAN (1)

Percabaan 3

Dik : ε gliserin = 42,5

V gliserin = 4 (% v/v)

Dit : ε gliserin dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε gliserin dalam pelarut campur = ε gliserin × % v/v gliserin

= 42,5 × 4/20

= 8,5

Percobaan 4

Dik : ε gliserin = 42,5

V gliserin = 2 (% v/v)

Dit : ε gliserin dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε gliserin dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol

= 42,5 × 2/20

= 4,25

Percobaan 5

22

Page 23: KELARUTAN (1)

Dik : ε gliserin = 42,5

V etanol = 0 (% v/v)

Dit : ε gliserin dalam pelarut campur…….?

Peny :

ε gliserin dalam pelarut campur = ε etanol × % v/v etanol

= 42,5 × 0/20

= 0

4. Konstanta dielektrik pelarut campur

Percobaan

keε air E atanol ε gliserin

ε pelarut campur(ε air

+ ε etanol + ε gliserin)

1 48,24 0 17 65,24

2 48,24 2,57 12,75 63,56

3 48,24 5,14 8,5 61,88

4 48,24 7,71 4,25 60,2

5 48,24 10,28 0 58,52

5. Kelarutan asam benzoate

NO Kelarutan asam benzoat (M) Campuran pelarut

1 0,083 1

2 0,087 2

3 0,096 3

4 0,113 4

23

Page 24: KELARUTAN (1)

5 0,189 5

6. Grafik Kelarutan Asam Benzoat Dengan % Pelarut yang Ditambahkan

2. Hasil Pengamatan B

NO Campuran Vol.titrat

Vol. Titran (ml)

IndikatorPerubaha

n warnaV1 V2 X

1 A 5 ml 5 5,2 5,1 Penoftalein Bening ke

24

Kelarutan asam benzoat

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

0.2

1 2 3 4 5

campuran pelarut

Kelarutan asam benzoat(M)

kelarutan asam benzoat (M)

Page 25: KELARUTAN (1)

( 0,2 gr/10 ml )

merah

muda

2

B

( 0,4 gr/10 ml )

5 ml 6,1 6 6,05 Penoftalein

Bening ke

merah

muda

3

C

( 0,6 gr/10 ml)

5 ml 7,4 7,2 7,3 Penoftalein

Bening ke

merah

muda

4

D

( 0,8 gr/10 ml)

5 ml 9,4 9,4 9,4 Penoftalein

Bening ke

merah

muda

5

E

( 1 gr/10 ml)

5 ml10,

5

10,

2

10,3

5Penoftalein

Bening ke

merah

muda

Perhitungan :

2. Molaritas NaOH

25

Page 26: KELARUTAN (1)

Dik : Normalitas NaOH = 0,1 N

Dit : Molaritas NaOH…….?

Perhitungan :

N=M x ek

M=N\ek

M = 0,1 grek/L : 1 grek/mol

M= 0,1 mol/L

3. Kadar asam asam benzoat

Campuran 1 ( 0,2 gr/10 ml)

Dik : V NaOH = 5,1 mL

M NaOH = 0,1 M

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

5,1 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoate = 0,102 M

Campuran 2 ( 0,4 gr/10 ml)

Dik : V NaOH = 6,05 mL

26

Page 27: KELARUTAN (1)

M NaOH = 0,1 M

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

6,05 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoat = 0,121 M

Campuran 3 ( 0,6 gr/10 ml )

Dik : V NaOH = 7,3 mL

M NaOH = 0,1 M

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

7,3 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoat = 0,146 M

Campuran 4 ( 0,8 gr/10 ml )

Dik : V NaOH = 9,4 mL

M NaOH = 0,1 M

27

Page 28: KELARUTAN (1)

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

9,4 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoat = 0,188 M

Campuran 5 ( 1 gr/10 ml )

Dik : V NaOH = 10,35 mL

M NaOH = 0,1 M

V asam benzoat = 5 mL

Dit : M asam benzoate….?

Peny :

V NaOH x M NaOH = V asam benzoat x M asam benzoat

10,35 mL x 0,1 M = 5 mL x M asam benzoat

M asam benzoat = 0,207 M

4. Kelarutan Asam benzoate

28

Page 29: KELARUTAN (1)

5. Grafik

kelarutan Asam benzoate dengan konsentrasi Tween 80

IV.2 Pembahasan

Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat

terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif

didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk

dispersi molekuler homogen. Menurut U.S. Pharmacopeia dan National

Formulary definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1

gram zat terlarut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH, temperatur, jenis

pelarut, bentuk dan ukuran partikel, konstanta dielekrik pelarut, dan surfaktan,

serta efek garam. Semakin tinggi temperature maka akan mempercepat kelarutan

zat, semakin kecil ukuran partikel zat maka akan mempercepat kelarutan zat, dan

dengan adanya garam akan mengurangi kelarutan zat.

No Kelarutan Asam benzoate

(M)

Campuran pelarut

1 0,102 1

2 0,121 2

3 0,146 3

4 0,188 4

5 0,207 5

29

Page 30: KELARUTAN (1)

Pada percobaan ini ditentukan kelarutan asam benzoate pada pelarut

campuran serta pada penambahan zat lain seperti surfaktan. Dimana pada

percobaan pertama Asam benzoate dilarutkan pada pelarut campur alcohol, air

dan gliserin dengan konsentrasi yang berbeda dan dihitung kadar asam benzoate

maka akan ditemukan besar kelarutan dari asam benzoat. Pada percobaan pertama

didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa asam benzoate lebih mudah larut pada

pelarut campur air dan alcohol yang berkonsentrasi lebih tinggi dibandingkan

dengan pelarut campur air dan gliserin yang berkonsentrasi tinggi.

Hal ini berdasarkan kelarutan dari asam benzoate yang dapat larut pada

350 bagian air dan 3 bagian etanol (95%) P dan 3 bagian eter P. Oleh karena itu,

asam benzoate akan lebih mudah larut terhadap pelarut campur air dan alcohol

dan tidak mudah larut pada pelarut campur air dan gliserin.

Dari hasil percobaan diatas didapatkan hasil kelarutan dari asam benzoate

yang berangsur meningkat dengan menggunakan pelarut campur air, alcohol dan

gliserin yakni 0.083, 0.087, 0.096, 0.113, 0.189.

Pada percobaan kedua yang merupkan penambahan zat lain berupa

surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan antara dua zat yang tidak

dapat larut sehingg zat tersebut dapat bercampur atau larut. Percobaan kedua ini

menggunaka tween-80 sebagai surfaktan untuk mengetahui kelarutan asam

benzoate terhadap pelarutnya. Dimana dalam larutan yang berbeda-beda

mengandung jumlah tween-80 yang berbeda dengan konsentrasi yang berbeda

pula.

Pada larutan yang mengandung tween-80 dengan konsentrasi tinggi

menunjukkan bahwa kelarutan asam benzoate lebih tinggi jika dibandingkan

dengan larutan yang mengandung tween-80 dengan konsentrasi yang lebih

rendah. Pada percobaan didapatkan angka 0.207 yang menunjukkan kelarutan

asam benzoate yang lebih tinggi karena mengandung tween-80 dengan

konsentrasi tinggi.

Hal ini semakin membuktikan bahwa factor kelarutan dari suatu zat juga

dapat ditentukan oleh penambahan zat lain seperti surfaktan yang dapat

30

Page 31: KELARUTAN (1)

meningkatkan kelarutan dengan menurunkan tegangan permukaan kedua zat

tersebut sehingga zat yang tidak dapat bercampur akan lebih mudah larut.

BAB V

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleah maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Kelarutan dinyatakan secara kuantitatif merupakan kelarutan dari suatu zat

sebagai konsentrasi dari zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu dan

tekanan tertentu.

2. Asam benzoate lebih larut pada pelarut campur alkohol dan air dari pada

pelarut campur air dan gliserin.

3. Penambahan surfaktan ( Tween 80 ) pada larutan dapat meningkatkan

kelarutan Asam benzoate.

VI.2 Saran

Sebaiknya dalam parktikum ini kita juga menggunakan pelarut lain agar

dapat dibandingkan kelarutannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. H. A. Syamsuni, Apt. 2006. “Ilmu Resep”. EGC. Jakarta

2. Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan

RI, Jakarta.

31

Page 32: KELARUTAN (1)

3. Robert Tungadi S.Si, M.Si, Apt.. 2009. “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”,

Jurusan farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar.

4. Dr. A. Hadiyana Pudjaatmaka. 1994. “Buku Ajar Vogel Kimia Analisis

Kuantitatif Anorganik”. EGC. Jakarta

5. http://arifqbio.multiply.com/journal/item/7,22 November 2010

6. http://www.scribd.com/doc/24716752/Kelarutan, 22 Nov 2010

7. http:// id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan, 22 Nov 2010

8. http://ahmad-my-farmasi07.blogspot.com/2009/09/laporan-kelarutan-

farfis.html

9. Ditjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Departemen Kesehatan

RI, Jakarta.

32