kelarutan wiwik

43
KELARUTAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA 150 2012 0357

Upload: ibnu-sultan

Post on 15-Jan-2016

86 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kelarutan

TRANSCRIPT

Page 1: kelarutan wiwik

KELARUTAN

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik

untuk obat atau kombinasi obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan

tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetik, dan lebih jauh

lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang

lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan

itu juga memberikan informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul

obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh

sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya obat

baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga

salah satu usaha untuk mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah

dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu

pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi

zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif

didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk

membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa

bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga

bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah

yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 2: kelarutan wiwik

KELARUTAN

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kelarutan dari asam

salisilat dan factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 3: kelarutan wiwik

KELARUTAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul. Pengionan struktur

dan ukuran molekul stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya akan

mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian terdahulu,

air membentuk ikatan hydrogen dengan ion atau dengan senyawa non ionik,

sedangkan polar melalui gugus –OH, -NH, atau dengan pasangan elektron tak

mengikat pada atom oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul akan

memperoleh sampel hidrat dan akan memisah dari bongkahan zat padat dan

artinya melarut (Thomas Nagrady, 1992)

Kelarutan dalam Farmakope Indonesia, diartikan dengan kelarutan

pada suhu 200C (FI III) atau 250C (FI IV) dinyatakan dalam satu bagian bobot

zatpadat atau 1 bagian volume zat cair dalam bagian volume tertentu pelarut,

kecuali dinyatakan lain.

Kelarutan yang tanpa angka adalah kelarutan pada suhu kamar (250C)

pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 gram zat padat atau 1 mL

zat cair dalam sejumlah mL pelarut (Anief Moh, 2007).

Istilah Kelarutan

Jumlah bagian pelarut yang

diperlukan untuk melarutkan 1

bagian zat

Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 – 10

Larut 10 – 30

Agak sukar larut 30 – 100

Sukar larut 100 – 1.000

Sangat sukar larut 1.000 – 10.000

Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 4: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Larutan yang mengandung zat terlarut dengan konsentrasi

maksimum sama dengan kelarutan yang disebut larutan jenuh. Pada suatu

larutan jenuh, zat terlarut berada dalamkesetimbangan antara fase padat

dengan ion-ionnya.

MX(s) M+(aq) + X-

(aq)

Karena reaksi merupakan kesetimbangan, maka dalam suatu

larutan jenuh terdapat suatu tetapan kesetimbangan yang disebut tetapan

hasil kali kesetimbangan (Ksp). (Anwar Budiman, 2004)

Larutan dibagi menjadi tiga yaitu :

a)      Larutan jenuh

Yaitu suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan

dengan fase padat (zat terlarut).

b)     Larutan hamper jenuh atau tidak jenuh

Yaitu suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi

di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna

pada temperatur tertentu.

c)      Larutan lewat jenuh

Yaitu suatu kelarutan yang mengandung zat terlarut dalam

konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya pada temperatur

tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak terlarut. (Martin, 1991).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat

adalah: (Anoniom , 2013)

1. pH

2. Temperatur

3. Jenis pelarut

4. Bentuk dan ukuran partikel

5. Konstanta dielektrik pelarut

6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion

sejenis dan lain-lain.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 5: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaan “cair

yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya

dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau

penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golongan produk lainnya”.

(Effendi, 2003).

Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan

konsentrasi maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut

tersebut. Bila suatu pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat

terlarut sampai batas daya melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.

(Effendi, 2003).

Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu

oleh momen dipolnya. Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionic dan zat

polar lainnya. Sesuai dengan itu, air bercampur dengan alcohol dalam

segala perbandingan dengan melarutkan gula dan senyawa polihidroksi

lain (Voight., 1994).

II.2 Uraian Bahan

1. Asam Salisilat (DITJEN POM, 1979)

Nama resmi : Acidum salicylicum

Nama lain : Asam salisilat

Rumus molekul : C3H6O3

Berat molekul : 138,12

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna, atau serbuk

berwarna putih, hampir tidak berbau.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 6: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Kelarutan : larut dalam 550 bagian air dan dalam 4bagian

etanol (95 %) p, mudah larut dalam kloroform

p dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai sampel uji

2. Air suling (DITJEN POM, 1979)

Nama resmi : Aqua destilata

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

3. Tween-80 (DITJEN POM, 1979)

Nama resmi : POLYSORBATIUM-80

Nama lain : Polisarbat-80

Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih dan kunig,bau

asam lemah khas.

Kegunaan : Sebagai surfaktan.

Kelarutan : : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) dalam

etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut

dalam paraffin dan minyak biji.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 7: kelarutan wiwik

KELARUTAN

II.3 Prosedur kerja (Anoniom , 2013)

Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif

1. Masukkan 1 g asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5

jam dengan stirrer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan

tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh

larutan yang jenuh.

2. Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam

masing-masing larutan.

3. Lalu keringkan endapannya.

Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

1. Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel di

bawah ini:

Pelarut Air % (v/v) Alkohol % (v/v) Propilen glilekol

% (v/v)

A

B

C

D

E

F

G

H

60

60

60

60

60

60

60

60

0

5

10

15

20

30

35

40

40

35

30

25

20

10

5

0

2. Ambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1

gke dalam masing-masing campuran pelarut.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 8: kelarutan wiwik

KELARUTAN

3. Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan

yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu

asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.

4. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.

5. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga

konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.

Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

1. Buatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1,0;

5,0; 10,0; 50,0; dan 100 mg/100 ml.

2. Tambahkan 1g asam salisilat ke dalam masing-masing larutan.

3. Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan

yang larut laryt selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah

tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh

kembali.

4. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.

5. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi

tween 80 yang digunakan.

6. Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.

Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

1. Buat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4, 5, 6,7, 8.

2. Ambil 25 ml masing-masing larutan lalu tambahkan 0,5 g natrium

diklofenak ke dalamnya.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 9: kelarutan wiwik

KELARUTAN

3. Kocok larutan dengan dengan stirrer selama1,5 jam. Jika ada

endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah

tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh.

4. Saring larutan dan tentukan kadar natrium diklofenat yang terlarut

dalam masing-masing larutan dapar dengan cara spektrofotometri

UV pada panjang gelombang 274-278 nm. Bila konsentrasi larutan

terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai.

5. Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh

dengan pH larutan.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 10: kelarutan wiwik

KELARUTAN

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas

kimia 50 ml, gelas kimia 100 ml, gelas erlenmeyer 25 ml, gelas

ukur 50 ml, magnetic stirrer, pipet volume 10 ml, buret 50 ml,

corong gelas, kertas grafik, sendok tanduk, botol semprot, pipet

pendek, pipet panjang.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah aquadest,

dapar fosfat pH 4, dapar fosfat pH 5, dapar fosfat pH 6, Dapar

fosfat pH 7, dapar fosfat pH 8, tween 80..

III.2.1 Cara Kerja (Anonim, 2013)

Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif

1. Dimasukkan 1 g asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5

jam dengan stirrer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan

tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh

larutan yang jenuh.

2. Disaring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam

masing-masing larutan.

3. Lalu keringkan endapannya.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 11: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

1. Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel di bawah ini:

Pelarut Air % (v/v) Alkohol % (v/v) Propilen glilekol

% (v/v)

A

B

C

D

E

F

G

H

60

60

60

60

60

60

60

60

0

5

10

15

20

30

35

40

40

35

30

25

20

10

5

0

2. Diambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak

1 gke dalam masing-masing campuran pelarut.

3. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan

yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu

asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.

4. Disaring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.

5. Dibuat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga

konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.

Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

1. Dibuat 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0,1; 0,5; 1,0;

5,0; 10,0; 50,0; dan 100 mg/100 ml.

2. Ditambahkan 1g asam salisilat ke dalam masing-masing larutan.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 12: kelarutan wiwik

KELARUTAN

3. Dikocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan

yang larut laryt selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah

tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh

kembali.

4. Disaring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.

5. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi

tween 80 yang digunakan.

6. Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.

Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

1. Dibuat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4, 5, 6,7, 8.

2. Diambil 25 ml masing-masing larutan lalu tambahkan 0,5 g

natrium diklofenak ke dalamnya.

3. Dikocok larutan dengan dengan stirrer selama1,5 jam. Jika ada

endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah

tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh.

4. Disaring larutan dan tentukan kadar natrium diklofenat yang

terlarut dalam masing-masing larutan dapar dengan cara

spektrofotometri UV pada panjang gelombang 274-278 nm. Bila

konsentrasi larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan

dapar yang sesuai.

5. Dibuat kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh

dengan pH larutan.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 13: kelarutan wiwik

KELARUTAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Data perhitungan

a.Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif

Berat sampel Berat kertas

saring

Sampel dan

kertas saring

Residu sampel Sampel yang

larut

1 gr 0,82 gr 1,54 gr 0,72 0,28 gr

b. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

pelarut Berat sampel

Berat kertas saring

Sampel dan kertas saring

Residu sampel

Sampel yang larut

A 1,5 gr 0,81 gr 1,6512 gr 0,8412 gr 0,6588 gr

B 2 gr 0,81 gr 1,41 gr 0,6 gr 1,4 gr

C 1,5 gr 0,80 gr 0,9646 gr 0,1646 gr 1,3354 gr

D 2 gr 0,81 gr 0,9620 gr 0,152 gr 1,848 gr

E 2 gr 0,81 gr 0,9583 gr 0,1483 gr 1,8517 gr

F 2 gr 1 gr 2,06 gr 1,06 gr 0,94 gr

G 2 gr 1 gr 2,05 gr 1,05 gr 0,95 gr

H 2 gr 1 gr 1,79 gr 0,79 gr 1,21 gr

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 14: kelarutan wiwik

KELARUTAN

c. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap suatu zat

% tween Berat sampel

Berat kertas saring

Sampel dan kertas saring

Residu sampel

Sampel yang larut

Tween 1 % 1 gr 1,05 gr 3,17 gr 2,12 gr 0,38 gr

Tween 2 % 1 gr 1,05 gr 3,19 gr 2,14 gr 0,36 gr

Tween 3 % 1 gr 1,05 gr 2,86 gr 1,81 gr 0,69

Tween 4 % 1,5 gr 0,4340 gr 0,8882 gr 0,4542 1,0458

Tween 5 % 1 gr 1,29 gr 2,19 gr 0,9 gr 1,1 gr

Tween 6 % 1 gr 1,29 gr 2,59 gr 1,3 gr 1,2 gr

Tween 7 % 1 gr 1,35 gr 2,78 gr 1,43 gr 1,07 gr

Tween 8 % 1 gr 1,08 gr 2,64 gr 1,56 gr 0,44 gr

Tween 9 % 1 gr 1,03 gr 2,51 gr 1,48 gr 0,52 gr

Tween 10 % 2,5 gr 0,43 gr 0,60 gr 0,71 gr 2,5 gr

d. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

pH larutan

Berat sampel

Berat kertas saring

Sampel dan kertas saring

Residu sampel

Sampel yang larut

5 1 gr 0,42 gr 1,04 gr 0,62 gr 0,38 gr

6 1,5 gr 0,40 gr 1,35 gr 0,95 gr 0,55 gr

7 2 gr 0,36 gr 1,63 gr 1,276 gr 0,73 gr

8 1,5 gr 0,33 gr 1,07 gr 0,74 gr 0,76 gr

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 15: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Perhitungan:

Ket: residu sampel = sampel dan kertas saring – berat kertas saring

Sampel yang larut = berat sampel- residu sampel

a. menentukan kelarutan secara kuantitatif

Residu sampel = 1,54 - 0,82

= 0,72 g

Sampel yang larut = 1 – 0,72

= 0,28 g

Kelarutan = 50

0,28

= 178,57 (sukar larut)

b. pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat

Pelarut A

Residu sampel = 1,6512 - 0,81

= 0,8412 g

Sampel larut = 1,5 – 0,8412

= 0,6588 g

Kelarutan = 100

0,6588 = 151,79 (sukar larut )

Pelarut B

Residu sampel = 1,41 - 0,81

= 0,6 g

Sampel larut = 2 – 0,6

= 1,4 g

Kelarutan = 1001,4

= 71,42 ( agak sukar larut )

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 16: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Pelarut C

Residu sampel = 10,9646 - 0,80

= 0,1646 g

Sampel larut = 1,5 – 0,1646

= 1,3354 g

Kelarutan = 100

1,3354= 74,88( agak sukar larut )

Pelarut D

Residu sampel = 10,9620 - 0,81

= 0,152 g

Sampel larut = 2 – 0,152

= 1,848 g

Kelarutan = 100

1,848= 54,11( agak sukar larut )

Pelarut E

Residu sampel = 0,9583 - 0,81

= 1,483 g

Sampel larut = 2 – 0,1483

= 1, 8517 g

Kelarutan = 100

1,8517= 54,00( agak sukar larut )

Pelarut F

Residu sampel = 2,06 - 1

= 1,06 g

Sampel larut = 2 – 1,06

= 0,94 g

Kelarutan = 1000,94

= 106,38 (sukar larut )

Pelarut G

Residu sampel = 2,05 - 1

= 1,05 g

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 17: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Sampel larut = 2 – 1,05

= 0,95 g

Kelarutan = 1000,95

= 105,26 (sukar larut )

Pelarut H

Residu sampel = 1,79 - 1

= 0,79 g

Sampel larut = 2 – 0,79

= 1,21 g

Kelarutan = 1001,21

= 82,64 ( agak sukar larut )

Perhitungan pelarut campur antara konstanta dielektrik dengan zat yang

terlarut

Diketahui:

- konstanta dielektrik alcohol : 23,3

- konstanta dielektrik propolen glikol : 32,0

- konstanta dielektrik air : 80,4

Penyelesaian :

a. untuk pelarut A

air 60 % = 60

100 x 80,4 = 48,24

alcohol 0 % = 0 = 0

propilenglikol 40% = 40

100 x 32,0 = 12,8

+

Jumlah = 61

b. untuk pelarut B

air 60 % = 60

100 x 80,4 = 48,24

alcohol 5 % = 5

100 x 24,3 = 1,215

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 18: kelarutan wiwik

KELARUTAN

propilenglikol 35% = 35

100 x 32,0 = 11,2

+

Jumlah = 60,655

c. untuk pelarut C

air 60 % = 60

100 x 80,4 = 48,24

alcohol10 % = 10

100 x 24,3 = 2,43

propilenglikol 30% = 30

100 x 32,0 = 9,6

+

Jumlah = 60,27

d. untuk pelarut D

air 60 % = 60

100 x 80,4 = 48,24

alcohol 15 % = 15

100 x 24,3 = 3,645

propilenglikol 25 % = 25

100 x 32,0 = 8

+

Jumlah = 59,885

e. untuk pelarut E

air 60 % = 60

100 x 80,4 = 48,24

alcohol 20 % = 20

100 x 24,3 = 4,86

propilenglikol 20 % = 20

100 x 32,0 = 6,4

+

Jumlah = 59,5

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 19: kelarutan wiwik

KELARUTAN

f. untuk pelarut F

air 60 % = 60

100 x 80,4 = 48,24

alcohol 30 % = 30

100 x 24,3 = 7,29

propilenglikol 10% = 10

100 x 32,0 = 3,2

+

Jumlah = 58,73

g. untuk pelarut G

air 60 % = 60

100 x 80,4 = 48,24

alkohol 35 % = 35

100 x 24,3 = 8,505

propilenglikol 5% = 5

100 x 32,0 = 1,6

+

Jumlah = 58,345

h. untuk pelarut H

air 60 % = 60

100 x 80,4 = 48,24

alkohol 40 % = 40

100 x 24,3 = 9,72

propilenglikol 0 % = 0

100 x 32,0 = 0

+

Jumlah = 57,96

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 20: kelarutan wiwik

KELARUTAN

c. Pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat

Tween 1 %

Residu sampel = sampel dan kertas saring – berat kertas saring

Residu sampel = 3,17 g – 1,0 g

= 2,12 g

Sampel yang larut = berat sampel – residu sampel

Sampel yang larut = 2,5 g – 2,12 g

= 0,38 g

Kelarutan = 100 ml 0,38 gr

= 263,15 ml/gr ( sukar larut).

Tween 2 %

Residu sampel = sampel dan kertas saring – berat kertas saring

Residu sampel = 3,19 g – 1,05 g

= 2,14 g

Sampel yang larut = berat sampel – residu sampel

Sampel yang larut = 2,5 g – 2,14 g

= 0,36g ( sangat mudah larut)

Kelarutan = 100 ml 0,36 gr

= 277,77 ml/gr (sukar larut). Tween 3 %

Residu sampel = sampel dan kertas saring – berat kertas saring

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 21: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Residu sampel = 2,86 g – 1,05 g

= 1,81 g

Sampel yang larut = berat sampel – residu sampel

Sampel yang larut = 2,5 g – 1,81 g

= 0,69 g

Kelarutan = 100 ml 0,69 gr

= 144,92 ml/gr (sukar larut).

Tween 4 %

Residu sampel = 0,88882 – 0,4340

= 0,4542 g

Sampel yang larut = 1,5 – 0,4542

= 1,0458 g

Kelarutan = 100 ml 1,0458 gr

= 95,62 ml/gr (agak sukar larut).

Tween 5 %s

Residu sampel = sampel dan kertas saring – berat kertas saring

Residu sampel = 2,19 g – 1,29 g

= 0,9 g

Sampel yang larut = berat sampel – residu sampel

Sampel yang larut = 2 g – 0,9 g

= 1,1 g

Kelarutan = 100 ml 1,1 gr

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 22: kelarutan wiwik

KELARUTAN

= 90,90 ml/gr ( agak sukar larut).

Tween 6 %

Residu sampel = sampel dan kertas saring – berat kertas saring

Residu sampel = 0,607 – 0,434

= 0,713 g

Sampel yang larut = berat sampel – residu sampel

Sampel yang larut = 2,5 – 0,713

= 2,327 g

Kelarutan = 100 ml 2,327 gr

= 42,973 ml/gr ( agak sukar larut).

Tween 7 %

Residu sampel = 2,78 gr – 1,35 gr

= 1,43 gr

Sampel yang larut = 2,5 gr – 1,43 gr

=1,07

Kelarutan = 100 ml 1,07 gr

= 69,93 ml/gr (agak sukar larut)

Tween 8 %

Residu sampel = 2,64 gr – 1,08 gr

= 1,56 gr

Sampel yang larut = 2 gr – 1,56 gr

= 0,44 gr

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 23: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Kelarutan = 100 ml 0,44 gr

= 227,27 ml/gr

Tween 9 %

Residu sampel = 2,51 gr – 1,03 gr

= 1,48 gr

Sampel yang larut = 2 gr – 1,48 gr

= 052 gr

Kelarutan = 100 ml 0,52 gr

= 192,30 ml/gr

Twen 10 %

Residu sampel = sampel dan kertas saring – berat kertas saring

Residu sampel = 0,607 – 0,434

= 0,713 g

Sampel yang larut = berat sampel – residu sampel

Sampel yang larut = 2,5 – 0,713

= 2,327 g

Kelarutan = 100 ml 2,327 gr

= 42,97 ml/gr ( agak sukar larut).

d. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

pH 5

Residu sampel = 1,04 - 0,42

= 0,62 g

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 24: kelarutan wiwik

KELARUTAN

Sampel larut = 1 – 0,62

= 0,38 g

Kelarutan = 50

0,38= 131,57 ( sukar larut )

pH 6

Residu sampel = 1,35 - 0,40

= 0,95 g

Sampel larut = 1,5 – 0,95

= 0,55 g

Kelarutan = 50

0,55= 90,90 ( agak sukar larut )

pH 7

Residu sampel = 1,63 - 0,36

= 1,27 g

Sampel larut = 2 – 1,27

= 0,73 g

Kelarutan = 50

0,73= 68,49 ( agak sukar larut )

pH 8

Residu sampel = 1,07 - 0,33

= 0,74 g

Sampel larut = 1,5 – 0,74

= 0,76 g

Kelarutan = 50

0,76= 65,78 ( agak sukar larut )

e. Kurva

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 25: kelarutan wiwik

KELARUTAN

a) Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat

Pelaru

t A

Pelaru

t B

Pelaru

t C

Pelaru

t D

Pelaru

t E

Pelaru

t F

Pelaru

t G

Pelaru

t H56

57

58

59

60

61

62

konstanta dielektrik

b) Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat

Ph 4 Ph 5 Ph 6 Ph 7 Ph 80

20

40

60

80

100

120

140

konsentrasi zat

konsentrasi zat

c).

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 26: kelarutan wiwik

KELARUTAN

tween 1 tween 2 tween 3 tween 4 tween 5 tween 6 tween 7 tween 8 tween 9 tween 10

0 0 0 0 0

42973

0 0 0 0

Series 1

Series 1

IV.2 Pembahasan

Kelarutan merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

proses formulasi sediaan obat. Pada sediaan liquida, data kelarutan juga

sangat diperlukan karena sediaan tersebut memerlukan suatu pembawa

cair.. pada sediaan tablet data kelarutan sangat penting untuk

memperkirakan kecepatan absorpsi obat dalam saluran cerna. Dan

merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan hayati suatu

obat (zat aktif) didalam tubuh khususnya Pengaruh Pelarut Campuran

(cosolven). Terhadap Kelarutan Suatu Zat Cosolvensi adalah suatu

peristiwa dimana suatu zat lebih mudah larut didalam pelarut gabungan

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 27: kelarutan wiwik

KELARUTAN

dibandingkan dengan pelarut tunggal. Hal tersebut dikarenakan pengaruh

nilai konstanta dieletrik. Konstanta dielektrik pelarut harus mendekati nilai

konstanta dielektrik zat, agar zat tersebut mudah melarut. Sehingga

digunakan pelarut campuran agar didapat nilai konstanta dielektrik pelarut

yang mendekati nilai konstanta dielektrik zat. Pada praktikum kali ini

digunakan pelarut campuran air, alkohol dan propilen glikol dengan

perbandingan yang berbeda-beda.

Pengaruh Penambahan Surfaktan Terhadap Kelarutan Suatu Zat

Surfaktan adalah zat aktif permukaan yang diserap pada permukaan untuk

menurunkan tegangan permukaan zat sampai dengan titik KMK. Titik

KMK adalah titik dimana penambahan surfaktan tidak lagi mempengaruhi

tegangan permukaan. Setelah dilalui titik KMK maka penambahan

surfaktan berpengaruh terhadap solubilisasi miselar dimana pada keadaan

ini akan terjadi pelarutan spontan zat melalui interaksi misel dan surfaktan

sehingga terbentuk suatu larutan yang stabil secara termodinamika.

Pada percobaan kali ini, digunakan surfaktan tween 8o dengan konsntrasi

berbeda-beda. Pengaruh pH terhadap Kelarutan Suatu Zat. Salah satu

faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah pH. Hal ini karena reaksi

asam basa yang terjadi dari asam salisilat dan NaOH dan akan membentuk

garam. Sehingga asam salisilat dapat terionisasi dan menjadi mudah larut.

Asam salisilat merupakan zat yang bersifat asam, sehingga kelarutannya

akan meningkat seiring dengan peningkatan pH. KESIMPULAN

Kecepatan pengadukan suatu larutan, mempengaruhi tingkat kelarutan

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 28: kelarutan wiwik

KELARUTAN

suatu zat. Semakin tinggi proses pengadukan, semakin tinggi tigkat

kelarutannya. Penambahan ion sejenis menurukan tingkat kelarutan ,

sedangkan penambahan surfaktan meningkatkan kelarutan suatu zat.

Semakin tinggi nilai konstanta dielektrik, maka kelarutan zat semakin

meningkat. Konsentrasi asam salisilat yang paling tinggi, didapat dengan

gabungan pelarut air: Semakin tinggi konsentrasi surfaktan, maka

kelarutan semakin meningkat karena terjadi proses solubilisasi miselar.

Titik KMK terjadi pada saat konsentrasi surfaktan 2 g/100 ml.

Kelarutan asam salisilat meningkat seiring dengan peningkatan pH.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 29: kelarutan wiwik

KELARUTAN

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Semakin lama pengocokan maka kelarutan suatu zat semakin besar.

Semakin tinggi konstanta dielektrik suatu zat maka semakin tinggi pula

kelarutan suatu zat.

Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan maka semakin

tinggi pula kelarutan suatu zat.

Semakin tinggi pH suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat.

V.2 Saran

Adapun saran pada percobaan ini yaitu, sebaiknya para praktikan

berhati-hati pada proses penimbangan dapat mempengaruhi keakuratan hasil

yang diperoleh.

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 30: kelarutan wiwik

KELARUTAN

DAFTAR PUSTAKA

Arief. Moh,2007. ” Farmasetika “, UGM Press. Jakarta

Anonim, 2013, “ Penuntun praktikum farmasi fisika “, UMI. Makassar

Direktorat jendral POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi ke III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Leon, 1989. “ teori dan praktek farmasi industry”, UI Press. Jakarta Martin, A. 1990. Farmasi Fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisika. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.

Parrot, L, E. 1970. Pharmaceutical Technologi. Mineapolish : Burgess Publishing Company

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran teknologi Farmasi edisi V Cetakan I. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press

Budiman. Anwar, 2004, Bimbingan Pemantapan Kimia untuk SMA/MA, Yrama

Widya, Bandung

Nogrady. Thomas, 1992, Kimia Medisinal, University Press, Tokyo

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357

Page 31: kelarutan wiwik

KELARUTAN

WIWIK FADILAH AMIR NURHAWA VITALIA150 2012 0357