kelarutan sebagai fungsi suhu - iva
DESCRIPTION
laporan praktikum kimia fisika kelarutan terhadap fungsi suhu kelompok IV ATRANSCRIPT
LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Percobaan : KELARUTAN TERHADAP FUNGSI SUHU Kelompok : IV A
Nama : 1. Danissa Hanum Ardhyni NRP. 2313 030 033 2. Rahmani Amalia NRP. 2313 030 041 3. Muhammad Muhyiddin Salim NRP. 2313 030 053 4. Calvin Rostanto NRP. 2313 030 063 5. Mokhammad Faridhl Robitoh NRP. 2313 030 087
Tanggal Percobaan : 18 November 2013
Tanggal Penyerahan : 25 November 2013
Dosen Pembimbing : Warlinda Eka Triastuti, ST, MT.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandari W
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Praktikum Kelarutan sebagai fungsi suhu ini bertujuan untuk menentukan kelarutan dan
menghitung panas pelarutan diferensial pada larutan jenuh asam oksalat.
Pada percobaan ini asam oksalat dan NaOH. Prosedur percobaan ini, mula-mula melarutkan asam
oksalat kedalam aquadest yang bersuhu 10◦C hingga asam oksalat yang larut ke dalam air menjadi
larutan jenuh. Selanjutnya, menitrasi larutan asam oksalat tersebut dengan NaOH namun sebelum
melakukan titrasi larutan asam oksalat ditetesi dengan fenolftalein sebanyak dua tetes. Langkah tersebut
diulangi dengan menggunakan variabel suhu 20◦C,30◦C,dan 40◦C.
Hasil dari praktikum yang telah dilakukan hasil yang diperoleh pada suhu aquades 10oC massa
asam oksalat yang diperlukan adalah 0,5 gram. Pada suhu 20oC massa asam oksalat yang diperlukan 2,5
gram. Pada suhu 30oC massa asam oksalat yang diperlukan 3,5 gram. Pada suhu 40
oC massa asam
oksalat yang diperlukan 5 gram. Kesimpulan dari percobaan kelarutan ini adalah kelarutan suatu zat
akan bertambah seiring dengan semakin meningkatnya suhu. Hal ini karena semakin tinggi suhu
,tumbukan dalam zat tersebut semakin mempercepat terjadinya reaksi.
Kata kunci: Kelarutan fungsi suhu, kelarutan diferensial
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAKS ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ........................................................................................ I-1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................... I-2
I.3 Tujuan Percobaan ................................................................................... I-2
I.4 Manfaat ................................................................................................... I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ............................................................................................ II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan .............................................................................. III-1
III.2 Bahan Yang Digunakan ........................................................................ III-1
III.3 Alat Yang Digunakan ........................................................................... III-1
III.4 Prosedur Percobaan .............................................................................. III-2
III.5 Diagram Alir Percobaan ........................................................................ III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan ........................................................................ III-4
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Percobaan ................................................................................... IV-1
IV.2 Pembahasan .......................................................................................... IV-2
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ V-1
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ vi
DAFTAR NOTASI ................................................................................................ vii
APPENDIKS ......................................................................................................... viii
LAMPIRAN
- Laporan Sementara
- Fotokopi Literatur
- Lembar Revis
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan .................................................................... III-4
iv
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Hasil Kelarutan Asam Oksalat dengan Aquades..................................... IV-1
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik IV.1 Hubungan Ln S dan 1/T................................................................................... IV-2
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kelarutan, dimana kita tahu kelarutan itu
proses terlarutnya suatu zat dalam suatu pelarut,contohnya seperti garam (zat terlarut)
yang dilarutkan dalam suatu air (pelarut) yang bercampur menjadi larutan garam (larutan).
Definisi dari kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan
jenuh bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut
kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh, dan bila jumlah zat terlarut lebih dari
larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi
oleh jenis zat pelarut, temperatur, dan sedikit tekanan.
Pengaruh suhu terhadap kelarutan dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari yaitu
kelarutan gula dalam air. Gula yang dilarutkan ke dalam air panas, dan dilarutkan ke
dalam air dingin, maka gula yang akan lebih cepat larut pada air panas karena semakin
besar suhu semakin besar pula kelarutannya. Aplikasi kelarutan dalam dunia industri
adalah pada pembuatan reaktor kimia, pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan
integral, selain itu juga dapat digunakan untuk dasar atau ilmu dalam proses pembuatan
granul-granul pada industri baja. Oleh karena itu percobaan tentang kelarutan sebagai
fungsi suhu ini dilakukan agar mempelajari tentang kelarutan dan pengaruh suhu terhadap
kelarutan serta mengetahui aplikasi dalam kehidupan sehari-hari maupun bidang industri.
Kelarutan sering digunakan dalam beberapa pengertian kelarutan dinyatakan secara
kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga digunakan secara kualitatif untuk menyatakan
komposisi dalam larutan.
Berdasarkan prinsipnya, kelarutan sebagai fungsi suhu didasari oleh pergeseran
kesetimbangan antara zat yang beraksi dengan hasilnya. Dimana bila suhu dinaikkan
maka kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan akan bergeser. Tetapi bila suhu
diturunkan maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh pergeseran
kesetimbangan.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu pada
asam oksalat dengan menggunakan suhu yang bervariasi dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan.
I-2
BAB I PENDAHULUAN
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana cara menentukan kelarutan dan menghitung panas pelarutan differensial
pada larutan jenuh asam oksalat ?
1.3 TUJUAN
1.Menentukan kelarutan dan menghitung panas pelarutan differensial pada larutan jenuh
asam oksalat.
1.4 MANFAAT
1. Menambah pengetahuan secara umum tentang menentukan kelarutan dan menghitung
panas pelarutan differensial pada larutan jenuh asam oksalat.
.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kelarutan
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk
larutan jenuh. Cara menentukan kelarutan suatu zat adalah dengan mengambil sejumlah
tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian menimbang zat yang akan dilarutkan
misalnya 5 gram. Jumlah zat yang dilarutkan harus dapat diperkirakan agar dapat membentuk
larutan lewat jenuh yang ditandai dengan masih terdapatnya zat yang tidak dapat larut.
Setelah dicampur, dikocok dan didiamkan sampai terbentuk kesetimbangan zat yang tidak
larut dengan zat yang larut. Kemudian padatan yang tidak larut disaring, dikeringkan dan
ditimbang, misalnya didapat 1,5 gram. Larutan yang telah disaring itu mengandung (5-1,5)
gram : 3,5 gram/liter, dan dapat dinyatakan dalam mol/liter dengan mencari molnya terlebih
dulu (syukri, 1999, hal. 360).
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut hingga membentuk
larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil sejumlah
tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter (Atkins, 1999).
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah banyaknya
suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu.Biasanya
dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang
dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi
larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan
kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (sukardjo, 1997).
Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda – beda. Pada suhu tertentu larutan jenuh yang
bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalh sebuah contoh
mengenai kesetimbangan dinamik. Karena dihadapkan dengan sistem kesetimbangan, dapat
menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganalisis bagaimana gangguan itu pada sistem
akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini antara lain perubahan pada
suhu ini cenderung menggeser kesetimbangan kearah penyerap kalor (syukri, 1999).
Jika pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa endoterm, seperti
dinyatakan dalam persamaan :
Kalor + zat terlarut + larutan (l1) larutan (l2)
II-2
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
Dengan larutan (l2) lebih pekat daripada larutan (l1) maka kenaikan suhu akan
meningkatkan kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena
meningkatnya suhu. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam pelarut
cairan, biasa urutannya kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu (syukri, 1999, hal. 360).
Pengaruh kenaikan suhu pada kelarutan zat berbeda satu sama lain. Perbedaan itu dapat
dipakai untuk memisahkan campuran dua zat atau lebih dengan cara kristalisasi bertingkat.
Contohnya memisahkan KNO3 dengan KBr. Kelarutan KNO3¬ sangat terpengaruh dengan
kenaikan suhu, sedang KBr kecil sekali. Jika campuran ini dimasukkan dalam air panas, maka
kelarutan KNO3 lebih besar daripada KBr sehingga KBr lebih banyak mengkristal pada suhu
tinggi dan KBr dapat dipisahkan dengan menyaring dalam keadaan panas (syukri, 1999, hal.
360).
Untuk gas, pembentukan larutan dalam cairan hampir selalu eksoterm, sehingga
ketimbangan dapat dinyatakan dengan :
Gas + larutan (1) larutan (2) + kalor
Untuk kesetimabngan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan sebeb
pergeseran ini ke kiri adalah endoterm. Karena itu gas hampir selalu menjadi kurang larut
dalam cairan jika suhunya dinaikkan (Atkins, 1994).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan Δ𝐻o dengan
persamaan : 𝜕 ln 𝐾
𝜕𝑇 p =
Δ𝑟𝐻𝑜
RT 2 yang disebut persamaan van’t hoff. Pada reaksi endoterm
konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi eksoterm
konstanta kesetimbangan akan turun dengan naiknya temperatur (Alberty, 1996).
II.2 Pengertian Larutan
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran homogen dari dua zat atau lebih yang
terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Disebut
homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam (satu fasa) sehingga tidak dapat
diamati bagian-bagian komponen penyusunnya meskipun dengan mikroskop ultra. Dalam
campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat diamati antara fase-fase yang
terpisah (Koesman, 2007).
Suatu larutan terdiri dari dua komponen yang penting. Biasanya salah satu komponen
yang mengandung jumlah zat terbanyak disebut sebagai pelarut (solven). Sedangkan
komponen lainnya yang mengandung jumlah zat sedikit disebut zat terlarut (solut). Kedua
II-3
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
komponen dalam larutan dapat sebagai pelarut atau zat terlarut tergantung komposisinya.
Misalnya dalam alkohol 70% (70 : 30), maka alkohol merupakan pelarut dan air sebagai zat
terlarut. Sedangkan dalam keadaan yang sukar ditentukan seperti alkohol 50% (50 : 50),
karena jumlah kedua zat dalam larutan sama, maka baik alkohol maupun air dapat dianggap
pelarut atau zat terlarut. Untuk campuran zat padat dalam air, seperti sirop 60% (60 : 40),
kebanyakan orang memilih air sebagai pelarut karena air tetap mempertahankan keadaan
fisiknya, dan gula sebagai zat terlarut karena berubah keadaan fisiknya (Koesman, 2007).
Dalam istilah kimia fisik, larutan dapat disiapkan dari campuran yang mana saja dari tiga
macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas. Misalnya suatu zat terlarut padat dapat
dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas, dengan cara yang sama untuk zat
terlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen yang mungkin dibuat (Ansel, 2005).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent. Solute adalah substansi yang
melarutkan. Contoh sebuah larutan NaCl. NaCl adalah solute dan air adalah solvent. Dari
ketiga materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk memilki Sembilan tipe larutan
yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cair dalam cairan, dan
sebagainya. Dari berbagai macam tipe ini, larutan yang lazim kita kenal adalah padatan dalam
cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas (sukardjo, 1997).
Efek panas dalam pembentukan larutan dapat digunakan dalam penerapan prinsip Le.
Chateliers untuk menghitung efek temperatur pada kelarutan. Dengan menggunakan
terminology dari thermodinamika, bahwa kandungan panas atau entalpi dari sistem telah
meningkat sesuai dengan jumlah energi thermal (heat molar vaporization atau Hv).
Perubahan entalpi untuk proses diberikan dengan mengurangi entalpi akhir sistem dengan
entalpi mula-mula.
H = Hhasil – Hhasil
Secara umum H positif untuk setiap perubahan makroskopik yang terjadi pada tekanan
konstan jika energi panas mengalir keluar. Proses dimana entalpi dalam sistem meningkat
disebut proses endotermik, sedangkan entalpi yang mengalami penurunan disebut eksotermik.
Perubahan entalpi terbatas hanya pada aliran panas jika proses tersebut terbawa keluar
sehingga tekanan mula-mula dan akhir adalah sama, dan sistem adalah tertutup. Pembentukan
dari larutan apakah itu eksotermik atau endotermik tergantung pada temperatur dan sifat
alamiah solute dan solvent untuk memprediksi efek dari perubahan temperatur. Kita dapat
menggunakan prinsip Le-Chatekiers, sangatlah diperlukan untuk memperhitungkan
II-4
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
perubahan entalpi untuk proses pelarutan dari kondisi larutan jenuh. Entalpi molar dari larutan
(H1) sebagai jumlah kalor dari energi panas yang seharusnya tersedia (H1 positif) ataupun
yang seharusnya dipindahkan (H1 negatif) untuk menjaga agar temperatur tetap konstan yang
mana didalamnya terdapat satu mol zat terlarut dalam volume yang sangat besar yang
mendekati larutan jenuh untuk menghasilkan larutan jenuh (sukardjo, 1997).
Jika entalpi dari larutan adalah negatif peningkatan temperatur menyebabkan penurunan
kelarutan. Kebanyakan padatan solute memiliki entalpi positif dari larutan sehingga kelarutan
mereka meningkat sesuai dengan kenaikkan temperatur. Hampir semua perubahan kimia
merupakan proses eksotermik ataupun proses endotermik. Hampir semua perubahan kimia
merupakan proses eksotermik. Kebanyakan, tetapi tidak semua reaksi yang terjadi secara
spontan adalah reaksi eksotermik (sukardjo, 1997).
II.3 Jenis-Jenis Larutan
Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan disebut jenuh pada
temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Bila jumlah
zat terlarut kurang dari ini, disebut larutan tidak jenuh dan bila lebih disebut lewat jenuh. Zat
yang dapat membentuk larutan jenuh, misalnnya natrium tiosulfat (sukarjdo, 1989).
Jika kelarutan suhu suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan padatan, cairan atau
gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh adalah larutan
yang kandungan solutnya sudah mencapai maksimal sehingga penambahan solut lebih lanjut
tidak dapat larut. Konsentrasi solut dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solut padat
maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan
fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari
fase cair yang mengkristal menjadi fase padat (sukarjdo, 1989)
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel – partikelnya tidak tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (syukri, 1999).
Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada yang
diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan. Suatu larutan jenuh
merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu
II-5
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan
(syukri, 1999).
Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat tidak
larut. Dalam kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap.
Artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu sama.
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang tidak
larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut :
A(p) A(l)
Dimana :
A (l) : molekul zat terlarut
A (p) : molekul zat yang tidak larut
Tetapan kesimbangan proses pelarutan tersebut :
K = 𝑎𝑧
𝑎𝑧∗ =
𝑎𝑧
1
Dimana :
az : keaktifan zat yang larut
az : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam
keadaan standar
yz : koefisien keaktifan zat yang larut
mz : kemolalan zat yang larut yang karena larutan jenuh disebut kelarutan
(Fisika T. K., 2011)
Hubungan antara keseimbangan tetap dan temperature subsolut atau kelarutan dengan
temperature dirumuskan van’t hoff :
𝑑𝑙𝑛𝑠
𝑑𝑇 =
𝑑∆𝐻
𝑅𝑇2
𝑑 ln 𝑠 = Δ𝐻
R𝑇2 𝑑𝑇
ln s = −Δ𝐻
𝑅𝑇+ 𝐶
log s = −Δ𝐻
2,303R
1
𝑇+ 𝐶
atau ln𝑆2
𝑆1 =
∆𝐻
𝑅 𝑇2− 𝑇1
𝑇2 .𝑇1
Dimana :
ΔH = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)
R = konstanta gas ideal (1,987 kal/g mol K)
II-6
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
T = suhu (K)
s = kelarutan per 1000 gr solut
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding
solvent.
2. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair, tetapi
berpengaruh pada daya larut gas.
Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan
dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam table panas pelarutan. Pada umumnya
panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut van’t hoff kenaikan suhu akan meningkatkan
jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk zat – zat yang panas
pelarutannya (-) adalah eksotermis. Kenaikan suhu akan menurunkan jumlah zat yang terlarut
(Fisika T. K., 2011).
Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan
bergeser bila suhu dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila
suhu dinaikan (Dogra, 1984).
Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama
sistematis asam etanadioat. Asam karboksilat paling sederhana ini bisa digambarkan dengan
rumus HOOC – COOH. Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat
dari asam asetat. Dianionnya, dikenal sebagai oksalat, juga akan pereduktor. Banyak ion
logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah
kalsium (CaOOC-COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan. Asam
oksalat memiliki massa molar 90.30 gr mol-1, dengan penampilan berupa kristal putih,
densitasnya 1,90 gr cm-3.
Kelarutan dalam air yaitu 90 gr dm-3
(pada suhu 2OoC) dan
keasamannya (pKa) yaitu 1, 38, 4, 28. Titik nyala yaitu 166oC. Senyawa-senyawa yang terkait
yaitu Oksalil klorida, Dinadium oksalat, Kalsium oksalat, dan Fenil oksalat ester. Data diatas
berlaku pada temperatur dan tekanan standar (25oC, 100 kPa) (wikipedia, 2013).
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau soda hidroksida
adalah sejenis basa logam kauslik. NaOH membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan kedalam air. Ia digunkan diberbagai macam industri, kebanyakan digunakan
II-7
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
sebagai basa dalam proses tekstil, air minum, sabun dan detergen. NaOH adalah basa yang
paling umum digunakan dilabolatorium kimia. NaOH murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Bersifat lembab
cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH sangat larut dalam
air dan akan melepaskan panas ketika larutan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol.
Walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil dari pada kelarutan KOH.
Tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya, meninggalkan noda kuning pada
kain dan kertas. Massa molar NaOH yaitu 39,9971 gr/mol. Penampilan berupa zat padat putih,
densitasnya 2,1 gr/cm3, padat, titik lelehnya 3,8
oC (591 K), titik didih 1390
oC (1663 K),
kelarutan dalam air 111 gr/100 ml (20oC), kebebasan (pKe) yaitu – 2, 43, titik nyalanya yairu
tidak mudah menguap (wikipedia, 2013)
.
II.4 Indikator
Indikator adalah suatu zat pennjuk yang dapat membedakan larutan, asam atau basa atau
netral. Alearts dan Santika (1984) melampirkan beberapa indikator dan perubahannya pada
trayek pH tertentu, kegunaan indikator ini adalah untuk mengetahi beberapa kira-kira pH
suatu larutan. Disamping itu juga digunakan untuk mengetahui titik akhir konsentrasi pada
beberapa analisa kuantitatif senyawa organik dan senyawa anorganik (wikipedia, 2013).
Fenol ftalein adalah indkator titrasi yang lain yang sering digunakan dan fenol ftalein
ini merupakan bentuk asam lemah yang lain. Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan
ion-ionnya berwanra merah muda terang. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser
posisi kesetimbangan kearah kiri dan mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan
ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah kekanan
untuk menggantikannya mengubah indikator menjadi merah muda. Setelah tingkat terjadi
pada pH 9,3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak berwarna menghasilkan warna
merah muda pucat, hal ini sulit untuk mendeteksinya dengan akurat (wikipedia, 2013).
NaOH (natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa lebur, berbentuk
pellet serpihan atau batang atau bentuka lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukan
pecahan hablur. Cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. Kelarutannya mudah larut
dalam air dan dalam etanol. Tetapi tidak larut dalam eter. Titik leleh 3180C serta titik didih
13900C. hidratnya mengandung 7 ; 5 ; 3,5 ; 3 ; 2 ;dan 1 molekul air. NaOH membentuk basa
kuat bila dilarutkan dalam air. NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas
II-8
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
NaOH adalah 2,1. Senyawa ini mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida
(Dogra, 1984).
Asam okslat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat, asam
oksalat anhidrat (C2H2O4) yang memiliki berat molekul 90.04 gr/mol dan mempunyai melting
point 1870C. sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak berbau, berwarna putih dan tidak
menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual dipasaran yang
mempunyai rumus bangun (C2H4O2.H2O) dengan berat molekul 126,07 gr/mol an melting
point 101,50C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58% air, bersifat tidak
berbau dan dapat kehilangan molekul air dipanaskan hingga suhu 1000C (Dogra, 1984).
Indikator PP memiliki sifat fisik dan kimianya adalah massa molar 318,329 gr/mol,
massa jenis 1,277 gr/mol pada suhu 320C, titik leleh : 262,5
0C indikator asam basa
menunjukan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa, indikator PP (fenolftalein)
mempunyai warna tertentu pada trayek pH/ rentang pH tertentu yang ditunjukan dengan
perubahan warna indikator. Bila indikator PP, merupakan indikator yang menunjukan pH
basa, berarti ia berada pada rentang pH antara 8,3 – 10,0 (dari tidak bewarna hingga merah
pink). Indikator PP tidak larut dalam air, benzene, tetapi larut dalam etanol dan eter (Dogra,
1984).
Proses apa saja yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam arah
yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan berlangsung
dengan laju dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama dengan
kesetimbangan maka perubahan energy netto adalah nol. Tetapi jika suhu dinaikkan maka
proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebih disukai. Segera setelah
sushu dinaikkan tidak berada pada kesetimbangan karena ada lagi zat yang melarut. Suatu zat
yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih mudah larut pada suhu tinggi (Kleinfelter,
1996).
.
II.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelarutan, Jenis Pelarut, Suhu, Pengadukan, Kimia -
Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (solut) dan pelarut (solven). Pada contoh yang telah
diberikan, zat yang dilarutkan adalah obat puyer sakit kepala berbentuk serbuk. Sedangkan
yang berperan sebagai pelarut adalah air. Kelarutan adalah nilai konsentrasi maksimum yang
II-9
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
dapat dicapai oleh suatu zat dalam larutan. Jadi, kelarutan digunakan untuk menyatakan
jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam larutan jenuh.
Berdasarkan pengertian kelarutan pada uraian di atas, larutan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Larutan tidak jenuh adalah suatu larutan yang masih dapat melarutkan zat terlarutnya
pada suhu tertentu.
2. Larutan jenuh adalah suatu larutan dengan jumlah zat terlarut (molekul atau ion) yang
telah maksimum pada suhu tertentu.
3. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan dengan zat terlarut yang melebihi jumlah
maksimum kelarutannya pada suhu tertentu.
Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Jenis Pelarut
Pernahkan kalian mencampurkan minyak dengan air? Jika pernah, pasti kalian telah
mengetahui bahwa minyak dan air tidak dapat bercampur. Sebab, minyak merupakan senyawa
non polar, sedangkan air merupakan senyawa polar. Senyawa non polar tidak dapat larut
dalam senyawa polar, begitu juga sebaliknya. Jadi, bisa disimpulkan bahwa kedua zat bisa
bercampur, asalkan keduanya memiliki jenis yang sama.
2. Suhu
Kalian sudah mengetahui bahwa gula lebih cepat larut dalam air panas daripada dalam air
dingin, bukan? Kelarutan suatu zat berwujud padat semakin tinggi, jika suhunya dinaikkan.
Dengan naiknya suhu larutan, jarak antarmolekul zat padat menjadi renggang. Hal ini
menyebabkan ikatan antarzat padat mudah terlepas oleh gaya tarik molekul-molekul air,
sehingga zat tersebut mudah larut.
3. Pengadukan
Dari pengalaman sehari-hari, kita tahu bahwa gula lebih cepat larut dalam air jika diaduk.
Dengan diaduk, tumbukan antar partikel gula dengan pelarut akan semakin cepat, sehingga
gula mudah larut dalam air. Dalam suatu larutan, semua partikel (solut dan solven) berukuran
sebesar molekul atau ion-ion. Partikel itu tersebar secara merata dalam larutan dan
menghasilkan satu fase homogen. Karena sedemikian menyatunya penyebaran solut dan
solven dalam larutan, sifat fisik larutan sedikit berbeda dengan solven murninya (Premono,
2009).
Suatu substansi dapat dikelompokkan sangat mudah larut, dapat larut (Moderately
Soluble), sedikit larut (Slightly Soluble), dan tidak dapat larut. Beberapa variabel, misalnya
II-10
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
ukuran ion-ion, muatan dari ion-ion, interaksi atara ion-ion, interaksi antara solute dan
solvent, temperature, mempengaruhi kelarutan. Kelarutan dari solute relatif mudah diukur
melalui percobaan. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kelarutan antara lain:
1. Sifat alami dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya.
Substansi non polar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan
tidak miscible dengan substansi polar lainnya.
2. Efek dari temperature terhadap kelarutan
Kebanyakan zat terlarut mempunyai kelarutan yang terbatas pada sejumlah solvent tertentu
dan pada temperatur tertentu pula. Temperature dari solvent memiliki efek yang besar dari
zat yang telah larut. Untuk kebanyakan padatan yang terlarut pada liquid, kenaikkan
temperatur akan berdampak pada kenaikkan kelarutan (Solubilitas).
3. Efek tekanan pada kelarutan
Perubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang kecil pada kelarutan dari padatan
dalam cairan tetapi memiliki efek yang besar pada kelarutan gas dalam cairan. Kelaruatn
gas dalam cairan berbanding langsung pada tekanan dari gas diatas larutan. Sehingga
sejumlah gas yang terlarut dalam larutan akan menjadi dua kali lipat jika tekanan dari gas
diatas larutan adalah dua kali lipat.
4. Kelajuan dari zat terlarut
a. Ukuran partikel
b. Temperatur dari solvent
c. Pengadukan dari larutan
d. Konsentrasi dari larutan
(sukardjo, 1997).
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
Variabel Bebas : Aquades, NaOH 1N, Asam oksalat (H2C2O4), Indikator PP, Es
Batu, Kertas Label, Tisu.
Variabel Kontrol : 10oC, 20
oC, 30
oC dan 40
oC
Variabel Terikat : Pengaruh fungsi suhu terhadap kelarutan suatu larutan
III.2 Bahan Praktikum
1. Aquades
2. Es batu
3. Indikator pp
4. Kertas label
5. Larutan H2C2O4
6. Larutan NaOH 0
7. Tissu
III.3 Alat Praktikum
1. Beaker Glass
2. Buret
3. Corong kaca
4. Erlenmeyer
5. Gelas ukur
6. Kaca arloji
7. Piknometer
8. Pipet tetes
9. Spatula
10. Termometer
11. Timbangan digital
III-2
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.4 Prosedur Percobaan
III.4.1 Percobaan Kelarutan Terhadap Fungsi Suhu
Dalam percobaan ini, kelarutan asam oksalat akan diselidiki pada variabel suhu 100
C, 200C, 30
0C dan 40
0C. Tahapan percobaannya yaitu :
a. Membuat larutan oksalat yang jenuh pada variabel suhu 100C, 20
0C, 30
0C
dan 400C. Dengan melarutkan asam oksalat kristal ke dalam aquades, kocok
hingga kristalnya tidak mau larut.
b. Membuat larutan NaOH 1N dalam 100 ml aquades
c. Masukkan 2-3 tetes indikator PP ke dalam larutan asam oksalat
d. Menuangkan larutan NaOH yang sudah dibuat ke dalam buret
e. Menitrasi larutan asam okalat jenuh yang sudah diberi indikator PP dengan
menggunakan NaOH sampai larutan jenuh asam oksalat berubah menjadi
warna merah muda.
f. Mencatat volume NaOH yang berkurang
g. Mengulangi tahap a sampai f untuk variable suhu 100C, 20
0C, 30
0C dan
400C.
III-3
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.5 Diagram Alir Percobaan
III.5.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis
MULAI
Membuat larutan oksalat yang jenuh pada variabel suhu 100C, 20
0C, 30
0C dan 40
0C.
Dengan melarutkan asam oksalat kristal ke dalam aquades, kocok hingga kristalnya
tidak mau larut.
.
Membuat larutan NaOH 1N dalam 100 ml aquades
Masukkan 2-3 tetes indikator PP ke dalam larutan asam oksalat
.
.
Menuangkan larutan NaOH yang sudah dibuat ke dalam buret
Menitrasi larutan asam okalat jenuh yang sudah diberi indikator PP dengan
menggunakan NaOH sampai larutan jenuh asam oksalat berubah menjadi warna merah
muda.
Mencatat volume NaOH yang berkurang
Mengulangi tahap a sampai f untuk variable suhu 100C, 20
0C, 30
0C dan 40
0C.
SELESAI
III-4
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.6 Gambar Alat Percobaan
Beaker Glass
Buret
Corong Kaca
Erlenmeyer
Gelas ukur
Kaca arloji
Piknometer
Pipet tetes
Spatula
III-5
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Termometer
Timbangan elektrik
II-1
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Tabel IV.1 Hasil Pelarutan Asam Oksalat dengan Aquadest
Suhu Massa asam oksalat Aquades Titrasi NaOH
10◦C 0.5 gram 10 ml 4.4 ml
20◦C 2.5 gram 10 ml 9.3 ml
30◦C 3.5 gram 10 ml 16.55 ml
40◦C 5 gram 10 ml 21.6 ml
IV.2 Pembahasan
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur. Pengaruh kenaikan suhu pada
kelarutan zat berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Pada umumnya
kelarutan zat padat dalam cairan bertambah dengan naiknya suhu, karena kebanyakan
proses pembentukan larutannya bersifat endoterm. Tetapi ada zat yang sebaliknya,
yaitu eksoterm dalam melarut.
Hasil yang diperoleh pada pengamatan percobaan ini yakni pada suhu 10◦C
banyak asam oksalat 0,5 gram, volume titrasi sebanyak 4.4 ml, pada suhu 20◦C
dengan jumlah asam oksalat 2.5 gram, volume titrasi sebanyak 9.3 ml, pada suhu
30◦C dengan banyak asam oksalat 3.5 gram, volume titrasi sebanyak 16.55 ml, pada
suhu 40◦C, dengan jumlah asam oksalat 5 gram,volume titrasi sebanyak 21.6 ml. Dari
hasil yang diperoleh ini dapat digambarkan bahwa semakin tinggi suhu, maka
semakin tinggi kelarutan dari asam oksalat. Dapat dilihat dalam Tabel IV.1 dimana
massa asam oksalat makin bertambah apabila semakin meningkatnya suhu. Hal ini
dikarenakan semakin meningkatnya suhu larutan membuat reaksi semakin cepat
sehinngga terjadi tumbukan di dalam larutan. Hal itu menyebabkan larutan semakin
mudah larut dan membutuhkan
Alasan digunakannya NaOH sebagai larutan baku untuk titrasi karena sampel
yang digunakan Asam Oksalat yang memiliki sifat asam lemah, sementara NaOH
IV-2
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
LABORATORIUM KIMIA FISIKA PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FTI-ITS
sendiri bersifat basa kuat, sehingga titrasi yang dilakukan disebut titrasi alkalimetri.
Kemudian ditambahkan indikator PP. Sedangkan kegunaan titrasi dalam percobaan
ini untuk mengetahui konsentrasi Asam oksalat.
Suhu merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kelarutan.
Karena kebanyakan bahan kimia dapat menyerap panas bila dilarutkan, sehingga
dikatakan mempunyai panas larutan negatif yang menyebabkan kelarutannya
meningkat ketika suhu bertambah.
Setelah menghitung kelarutan asam oksalat dan entalpi panas pelarutan asam
oksalat maka dapat digambarkan dalam sebuah grafik sebagai berikut:
Grafik VI.1 Hubungan Ln S dan 1/T
Dari grafik hubungan antara Ln S dan I/T diperoleh kesimpulan bahwa masuk
grafik mengarah ke panas pelarutan differensial. Dimana panas pelarutan differensial
adalah perubahan panas sebagai jumlah mol zat terlarut , dan panas pelarutan
diferensial dapat diperoleh dengan mendapatkan kemiringan kurva pada setiap
konsentrasi. Jadi panas pelarutan diferensial tergantung pada konsentrasi larutan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa besar nilai kelarutan asam oksalat membuat
konsentrasi larutan semakin besar, serta mengakibatkan suhu yang dihasilkan akan
semakin tinggi pula.
-1
-0,7
-0,4
-0,1
0,2
0,5
0,8
0,0035 0,0034 0,0033 0,0032Ln S
1/T
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu, maka
semakin tinggi kelarutan dari asam oksalat. Sehingga asam oksalat yang perlu dilarutkan
semakin banyak. Hal ini dikarenakan partikel yang ada dalam asam oksalat semakin cepat
bertumbukan apabila suhu dinaikkan. Hasil pengamatan dalam percobaan yakni pada suhu
10◦C banyak asam oksalat 0,5 gram, volume titrasi sebanyak 4.4 ml, pada suhu 20◦C
dengan jumlah asam oksalat 2.5 gram, volume titrasi sebanyak 9.3 ml, pada suhu 30◦C
dengan banyak asam oksalat 3.5 gram, volume titrasi sebanyak 16.55 ml, pada suhu 40◦C,
dengan jumlah asam oksalat 5 gram,volume titrasi sebanyak 21.6 ml, didapatkan suatu
hasil bahwa kelarutan asam oksalat semakin besar sehingga membuat suhu yang dihasilkan
semakin tinggi.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, R. A. (1996). Physical Chemistry 2nd edition. USA: John Wiley and sons inc.
Ansel, H. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Atkins. (1999). Kimia Fisika Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Atkins, P. (1994). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Dogra, S. (1984). Kimia Fisika dan Soal-Soal. jakarta: UI-Press.
Fisika, T. K. (2011). Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. semarang: Laboratorium Kimia
Universitas Negeri Semarang.
Kleinfelter. (1996). Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Koesman, r. (2007). Bahan Ajar Kimia Fisika. Makassar.
Premono, s. W. (2009). Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta.
sukardjo. (1997). Kimia Fisika. yogyakarta: Rineka Cipta.
sukarjdo. (1989). kimia fisika. yogyakarta: BINA AKSARA.
syukri. (1999). kimia dasar 2. bandung: ITB.
wikipedia. (2013, april 8). wikipedia. Dipetik november 24, 2013, dari wikipedia web site:
http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_oksalat
vii
DAFTAR NOTASI
Notasi Nama Notasi Satuan
M molaritas Molaritas (M) atau
Normalitas (N)
V volume mililiter
gr gram gram
massa jenis gram/cm3
atau
gram/ml
Mr massa relatif gram/mol
t waktu Sekon atau menit
k konstanta kecepatan
reaksi
M-1
.s-1
x jumlah mol etil asetat
yang bereaksi
mmol atau milimol
a jumlah mol mula-mula
etil asetat
mmol atau milimol
vii
APPENDIKS
Dengan data yang telah diperoleh dari percobaan maka dapat ditentukan kelarutan dan
panas pelarutan diferensial pada larutan jenuh asam oksalat adalah sebagai berikut:
1. Menghitung kelarutan dan menghitung panas pelarutan diferensial pada
larutan jenuh asam oksalat.
1.1) Pada suhu 10◦C
V1 N1 = V2 N2
(4.4 )(1) = (10) N2
N2 = 0.44 N=M.
Jadi, kelarutan asam oksalat pada 10 ml air di suhu 10◦C adalah 0.44 N
Ln S =
-0.8209 =
= 1931.74 J/mol
1.2) Pada suhu 20◦C
V1 N1 = V2 N2
(9.3)(1) = (10) N2
N2 = 0.93 M
Jadi, kelarutan asam oksalat pada 10 ml air di suhu 20◦C adalah 0.93 N
Ln S =
-0,0725 =
= 175.39 J/mol
1.3) Pada suhu 50◦C
V1N1 = V2N2
(16.55)(1) = (10)N2
N2 = 1.655 M
Jadi, kelarutan asam oksalat pada 10 ml air di suhu 30◦C adalah 1.655 N
Ln S =
0.5038 =
= -1269.16 J/mol
viii
1.4) Pada suhu 40◦C
V1N1 ` = V2N2
(21.6)(1) = (95)N2
N2 = 2.16 N
Jadi, kelarutan asam oksalat pada 10 ml air di suhu 40◦C adalah 2.16 N
Ln S =
0.7701 =
= 2004.0345 J/mol
2. Menghitung Banyaknya padatan NaOH 1N dalam 100ml
N = M . e
M = 1
M =
1 =
Massa = 4 gram
Jadi massa NaOH padatan yang dibutuhkan untuk membuat NaOH 1N dalam
100ml 4gram
3. Menghitung massa jenis larutan asam oksalat dengan menggunakan
picnometer. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
=
=
= 1 gr/ml