kata pengantarsecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut...

29
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Karena hanya dengan kodrat dan iradat-Nyalah saya dapat menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Adapun isi dari laporan ini adalah tentang Kelarutan. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Harapan saya adalah mudah-mudahan dapat berguna, bermanfaat serta mudah dipahami isi daripada laporan ini. Manakala ada kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan ini, saya mohon maaf. Dan segala kritik-saran yang yang sifatnya membangun guna perbaikan laporan ini kedepannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya selaku penyusun pada khususnya dan pada pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Upload: zacky

Post on 04-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen. (Tungadi, Robert. 2009)Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. (Tungadi, Robert. 2009)Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.(Brady, 1999 : 217-218)Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen. (Tungadi, Robert. 2009)Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya. (Tungadi, Robert. 2009)Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.(Brady, 1999 : 217-218)Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500

TRANSCRIPT

Page 1: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Karena hanya dengan kodrat dan

iradat-Nyalah saya dapat menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun isi dari laporan ini adalah tentang Kelarutan. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat

telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi

zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu, dan secara kualitatif didefinisikan sebagai

interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk disperse molekular homogen. Kelarutan suatu

senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor

temperature, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang kecil, bergantung pada hal terbaginya zat

terlarut.

Harapan saya adalah mudah-mudahan dapat berguna, bermanfaat serta mudah dipahami isi

daripada laporan ini. Manakala ada kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan ini, saya mohon

maaf. Dan segala kritik-saran yang yang sifatnya membangun guna perbaikan laporan ini kedepannya.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya selaku penyusun pada khususnya dan pada pembaca pada

umumnya. Terima kasih.

Page 2: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam bidang farmasi, untuk memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi

obat, akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan

farmasetik, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kemurnian. Pengetahuan yang

lebih mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan dengan itu juga memberikan

informasi mengenai struktur obat dan gaya antarmolekul obat. Selain itu, pelepasan zat dari bentuk

sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsipnya

obat baru dapat diabsorbsi setelah zat aktifnya telarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk

mempertinggi efek farmakologi dari sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan zat aktifnya.

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat telarut melarut pada suatu pelarut. Kelarutan didefinisikan

dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu,

dan secara kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk

disperse molekular homogen. Kelarutan suatu senyawa bargantung pada sifat fisika, dan kimia zat terlarut

dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang kecil,

bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.

Pada percobaan ini, akan ditentukan kelarutan zat secara kuantitas, pengaruh pelarut campur yakni

air, alkohol, dan gliserin ; dan penambahan surfaktan yakni tween 80 terhadap kelarutan suatu zat yakni

Asam benzoat.

Page 3: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan kelarutan suatu zat

Menjelaskan pengaruh consolvent terhadap kelarutan zat

Menjelaskan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan zat

Page 4: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan

jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat

melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500 mL air. Kelarutan juga

dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen. (Tungadi, Robert. 2009)

Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika zat

tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam

cairan usus, sehingga salah satu usaha untuk mempertinggi efek Farmakologi dari sediaaan adalah dengan

menaikkan kelarutan zat aktifnya. (Tungadi, Robert. 2009)

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk

larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut

dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut

dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih

dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang

dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.

Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida

dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun

sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam

beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang

disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil. (Brady, 1999 : 217-218)

Page 5: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :

                     pH

                     temperatur

                     jenis pelarut

                     bentuk dan ukuran partilel zat

                     konstanta dielektrik pelarut

Kelarutan juga tergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari

suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non polar suatu zat makin zat tersebut larut dalam air. Selain

itu, penambahan surfaktan dapat juga ditambahkan zat-zat pembentuk kompleks untuk menaikkan

kelarutan suatu zat, misalnya penambahan uretan dalam pembuatan injeksi khinin. (Tungadi, Robert.

2009)

Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat

atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen

karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,

bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat

misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula

dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada

bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena,

kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya

larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan

garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan).

Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan

garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air

misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai

pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40

Page 6: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

% air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena

dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut

(menyerupai air).

Sebutir kristal gula pasir merupakan gabungan dari beberapa molekul gula. Jika kristal gula itu

dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul gula akan memisah dari permukaan kristal gula menuju

ke dalam air (disebut melarut). Molekul gula itu bergerak secara acak seperti gerakan molekul air,

sehingga pada suatu saat dapat menumbuk permukaan kristal gula atau molekul gula yang lain. Sebagian

molekul gula akan terikat kembali dengan kristalnya atau saling bergabung dengan molekul gula yang

lain sehingga kembali membentuk kristal (mengkristal ulang). Jika laju pelarutan gula sama dengan laju

pengkristalan ulang, maka proses itu berada dalam kesetimbangan dan larutannya disebut jenuh.

Kristal gula + air ⇔ larutan gula

Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk

adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut

dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan

(solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per

100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram

pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).

Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh

(unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh. Jika

jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya.

a. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan

Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air

dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang

terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada

temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang

Page 7: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara

proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses

sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri

Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses

pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya

jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.

Suhu mempengaruhi kelarutan suatu zat. Bayangkan dalam gedung bioskop yang banyak penonton

sedang asyik menonton film dan tiba-tiba gedung tersebut terbakar. Pasti keadaan orang-orang tersebut

akan berbeda, dari keadaan tenang menjadi saling berdesakan dan menyebar. Demikian pula pada suhu

tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah. Akibatnya kontak

antara zat terlarut dengan pelarut menjadi lebih sering dan efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut

menjadi lebih mudah larut pada suhu tinggi.

Jika kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu, maka kelarutan gas berkurang bila suhu

dinaikkan, karena gas menguap dan meninggalkan pelarut. Ikan akan mati dalam air panas karena

kelarutan oksigen berkurang. Minuman akan mengandung CO2 lebih banyak bila disimpan dalam lemari

es dibandingkan di udara terbuka.

b. Pengadukan

Pengadukan juga menentukan kelarutan zat terlarut. Semakin banyak jumlah pengadukan, maka zat

terlarut umumnya menjadi lebih mudah larut.

Luas Permukaan Sentuhan Zat Kecepatan kelarutan dapat dipengaruhi juga oleh luas permukaan

(besar kecilnya partikel zat terlarut). Luas permukaan sentuhan zat terlarut dapat di diperbesar melalui

proses pengadukan atau penggerusan secara mekanis. Gula halus lebih mudah larut daripada gula pasir.

Hal ini karena luas bidang sentuh gula halus lebih luas dari gula pasir, sehingga gula halus lebih mudah

berinteraksi dengan air.

c. Pengaruh tekanan pada kelarutan

Page 8: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan

sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas

sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas

yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang

dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya

kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum

ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.

Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut dalam sejumlah tertentu larutan. Secara

fisika konsentrasi dapat dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per million) = bpj (bagian per juta).

Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan dalam molar(M), molal (m) atau normal (N).

a) Molaritas (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.

b) Molalitas (m)

Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo gram (1 000 gram) pelarut.

c) Normalitas (N)

Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.

Massa ekuivalen adalah massa zat yang diperlukan untuk menangkap atau melepaskan 1 mol

elektron dalam reaksi (reaksi redoks). Partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul

senyawa CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H+ dan CH3COO−. Molekul senyawa CH3COOH tidak

dapat menghantarkan arus listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi ion-ion H+ dan CH3COO−

untuk menghantarkan arus listrik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa larutan elektrolit lemah daya

hantar listriknya kurang kuat. Senyawa nonelektrolit adalah senyawa yang di dalam air tidak terion,

sehingga partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa yang terlarut.

Dalam larutan tidak terdapat ion, sehingga larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Page 9: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

Kecuali asam atau basa, senyawa kovalen adalah senyawa nonelektrolit, misalnya: C6H12O6,

CO(NH2)2, CH4, C3H8, C13H10O.

d. Sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit

Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat empat sifat fisika yang penting yang

besarnya bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak bergantung pada jenis zat

terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus

dengan jumlah partikel zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih, titik beku, dan

tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif, selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu

larutan dengan tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya berbanding langsung dengan

konsentrasi molal zat terlarut. Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut larutan ideal.

Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika sangat encer.

   Tekanan Uap Larutan

Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Pada larutan ideal,

menurut hukum Raoult, tiap komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang sama dengan

fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni. Dalam larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak

mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya disebabkan oleh pelarut, sehingga PA

dapat dianggap sebagai tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.

Titik Didih Larutan

Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika zat terlarutnya lebih

mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka titik didih larutan

menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya

larutan etil alkohol dalam air titik didihnya lebih rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi dari 78,3 °C

(titik didih etil alkohol 78,3 °C dan titik didih air 100 °C). Jika zat terlarutnya tidak mudah menguap

(tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih tinggi), maka titik didih

larutan menjadi lebih tinggi dari titik didih pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan naik. Pada

contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya adalah etil alkohol, maka titik

Page 10: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

didih larutan juga naik. Kenaikan titik didih larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan.

Berdasar hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik didih pelarut murninya

berbanding lurus dengan molalitas larutan.

Titik Beku Larutan

Penurunan tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan menjadi lebih rendah dari titik

beku pelarut murninya. Hukum sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan berlaku pada larutan

dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun tak-atsiri (nonvolatile). Berdasar hukum tersebut,

penurunan titik beku larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas

larutan.

Sifat Larutan.

Sifat fisik zat dapat dikelmpokkan dalam sifat koligatif, aditif dan konstitutif. Dalam bidang

termodinamika, sifat termodinamika dari sistem digolongkan, dalam sifat ekstensif, bergantung pada

jumah zat dalam sistem (misalnya massa dan volume) dan sifat intensif , yang tidak bergantung jumlah

zat dalam sistem (misalnya temperatur, tekanan kerapatan, tegangan permukaan, dan viskositas dari

cairan murni).

Sifat koligatif

Terutama bergantung pada jumlah partikel dalam larutan. Sifat koligatif larutan adalah tekanan

osmosis, penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, dan kenaikan titik didih. Harga sifat koligatif kira-

kira sama untuk konsentrasi yang setara dari berbagai zat nonelektrolit dalam larutan tanpa mengindahkan

jenis atau sifat kimiawi dari konstituen. Dalam menetapkan sifat koligatif dari larutan zat padat dalam

cairan, dianggap zat padat tidak menguap dan tekanan uap di atas larutan seluruhnya berasal dari pelarut.

Sifat Aditif

Bergantung pada andil atom total dalam molekul atau pada jumlah sifat konstituen dalam larutan.

Contoh sifat aditif dari suatu senyawa adalah berat molekul, yaitu jumlah massa atom konstituen. Massa

Page 11: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

dari komponen suatu larutan juga bersifat aditif, massa total dari larutan adalah jumlah massa masing-

masing komponen.

Sifat Konstitutif

Bergantung pada penyusunan dan untuk jumlah yang lebih sedikit, pada jenis dan jumlah atom

dalam suatu molekul. Sifat ini memberikan petunjuk terhadap aturan senyawa tunggal, dan kelompok

molekul dalam sistem. Banyak sifat fisik yang sebagian aditif dan sebagian konstitutif. Pembiasan

cahaya, sifat listrik, sifat permukaan dan antarpermukaan dan kelarutan obat setidak-tidaknya sebagian

berupa sifat konstitutif dan sebagian sifat aditif.

Tipe Larutan

Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan pelarut, dan karena

tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan kemungkinan sifat campuran homogen antara zat

terlarut dan pelarut. (Martin, A. 1990)

Zat Terlarut Pelarut Contoh

Gas Gas Udara

Zat Cair Gas Air dalam oksigen

Zat Padat Gas Uap iodium dalam udara

Gas Zat Cair Air berkarbonat

Zat Cair Zat Cair Alakohol dalam air

Zat Padat Zat Cair Larutan NaCl dalam air

Gas Zat Padat Hidrogen dalam paladium

Zat Cair Zat Padat Minyak mineral dalam parafin

Zat Padat Zat Padat Campuran emas-perak, campuran alum

Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase

padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat

terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada

temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam

Page 12: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut

yang tidak larut. (Martin, A. 1990)

2.2 URAIAN BAHAN

1. Aquades (FI III : 96)

Nama Latin : AQUA DESTILLATA

Sinonim : Air Suling, H2O

Pemerian : Cairan jenih ; tidak berwarna ; tidak berbau ; tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. Alkohol (FI III : 65)

Nama Latin : AETHANOLUM

Sinonim : Etanol, Alkohol

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak ; bau khas ; rasa

panas ; mudah terbakar ; dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap

Kelarutan : Mudah larut dalam air ; dalam kloroform P dan eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ; di tempat sejuk ; jauh dari nyala

api

Khasiat : Zat tambahan

3. Propilenglikol (FI III : 534)

Nama Latin : PROPYLENGLYCOLUM

Sinonim : Gliserol, Gliserin

Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; tidak berbau; rasa agak manis; higroskopik.

Page 13: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P ; larut

dalam 6 bagian eter P ; tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan

minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Zat tambahan; pelarut

4. Asam Salisilat (FI III : 56)

Nama Latin : ACIDUM SALICYLICUM

Sinonim : Asam Salisilat

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih ; hampir tidak berbau; rasa

agak manis dan tajam

Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam

kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium

hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat : Keratolitikum, anti fungi

5. Tween 80 (FI III : 509)

Nama Latin : POLYSORBATUM-80

Sinonim : Polisorbat-80

Pemerian : Cairan kental seperti minyak ; jernih, kuning ; bau asam lemak, khas

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P ; dalam etil astetat P dan dalam metanol

P ; sukar larut dalam parafin cair dan dalam minyak biji kapas P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat : Zat tambahan

Page 14: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

BAB III

METODE KERJA

3.1 ALAT YANG DIGUNAKAN

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu :

1. Buret2. Gelas ukur 100ml3. Batang pengaduk4. Klem dan statif5. Erlenmeyer6. Gelas kimia7. Corong 8. Pipet gondok

3.2 BAHAN YANG DIGUNAKAN

Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :

1. Asam salisilat2. Alkohol 70%3. Propilenglikol4. Tween 805. NaOH 0,1M 200 ml6. Indikator PP7. Kertas saring

3.3 CARA KERJA

A. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Zat

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2. Buat 30 ml campuran pelarut seperti tertera pada table dibawah ini

Air Alkohol Gliserin

Page 15: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

% v/v % v/v % v/v

60 0 40

60 10 30

60 20 20

60 40 0

3. Larutkan asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai diperoleh larutan jenuh

4. Kocok larutan dengan batang pengaduk magnetic selama 15 menit, jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali

5. Saring larutan. Tentukan kadar asam salisilat dengan cara pipet 10ml larutan kemudian tambahkan 3 tetes indicator PP lalu titrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda

6. Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut yang ditambahkan.

B. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Zat

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Buatlah 30ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 5; 10; 153. Larutkan asam salisilat sedikit demi sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai

diperoleh larutan jenuh4. Kocok larutan dengan batang pengaduk magnetic selama 15 menit, jika ada endapan yang

larut selama pengocokan tambahkan lagi asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali

5. Saring larutan. Tentukan kadar asam salisilat dengan cara pipet 10ml larutan kemudian tambahkan 3 tetes indicator PP lalu titrasi dengan NaOH 0,1 M sampai timbul warna merah muda

6. Dibuat grafik antara kelarutan Asam salisilat dengan % pelarut yang ditambahkan.

Page 16: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

BAB IV

PERHITUNGAN DAN HASI PENGAMATAN

4.1PERHITUNGANA. Pembuatan NaOH 0,1 M sebanyak 200 ml

N= grMr

x1000ml

x valensi

0,1= gr40

x1000200

x 1

gr=45

gr=0,8 g

Page 17: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Campuran Pelarut terhadap Kelarutan ZatPada percobaan ini, akan dilihat pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat. Kelarutan

zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah kelarutan asam salisilat pada pelarut campur yaitu air, alcohol dan propilenglikol. Masing-masing pelarut campur telah ditentukan konsentrasinya, sebagaimana telah tertera pada hasil pengamatan di atas. Pencampuran pelarut-pelarut tersebut dilakukan pada beaker glass yang masing-masing telah diberi label. Kemudian dilarutkan asam salisilat sedikit demi sedikit kedalam masing-masing beaker glass tersebut. Lalu diaduk larutan tersebut dengan menggunakan batang pengaduk hingga larutan jenuh, tetapi jika ada endapan yang larut selama pengadukkan maka tambahkan lagi asam salisilat hingga larutan jenuh kembali. Larutan yang telah jenuh tersebut disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring. Hasil penyaringan tersebut dititrasi sedangkan sisanya dibuang.

Filtrat yang telah di dapat kemudian di titrasi dengan larutan basa yaitu NaOH 0,1M. Larutan NaOH tersebut dimasukkan kedalam buret 50ml. Larutan yang akan di titrasi tadi diambil sebanyak 10ml menggunakan pipet gondok dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Untuk mengamati titik ekivalen ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (PP). Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir titrasi bukan titik ekivalen (cara ini digunakan sebagaimana teori dari syukri,1999 : 428). Titrasi diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu merah muda. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999 : 217-218).

Dari hasil titrasi ini kita dapat menghitung kadar atau konsentrasi dari asam salisilat, yaitu

dengan menghitungnya menggunakan rumus : V 1 x M 1=V 2 x M 2.

Dan dari masing-masing konsentrasi asam salisilat dan % pelarut yang digunakan berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semakin banyak % alcohol dan 0% propilenglikol dengan % air yang konstan maka konsentrasi asam salisilat semakin sedikit. Namun sebaliknya, jika semakin banyak % gliserin dan 0 % alcohol dengan % air yang konstan maka konsentrasi asam salisilat semakin banyak. Jadi pelarut campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat.

B. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan ZatSebagaimana halnya pelarut campur, pada percobaan ini pun akan dilihat pengaruh

penambahan surfaktan terhadap kelarutan zat. Kelarutan zat yang dimaksud dalam percobaan ini adalah asam salisilat pada pelarut air dengan menambahkan surfaktan yaitu Tween 80. Masing-masing konsentrasi tween telah ditentukan yaitu 0g : 0,15g : 0,3g : 0,45g dalam 30ml air. Pencampuran air dengan Tween 80 tersebut dilakukan pada beaker gelas yang masing-masing telah diberi label. Kemudian dilarutkan asam salisilat sedikit demi sedikit kedalam masing-masing beaker glass tersebut. Lalu diaduk larutan tersebut dengan menggunakan batang pengaduk hingga larutan jenuh, tetapi jika ada endapan yang larut selama pengadukkan maka tambahkan lagi asam salisilat hingga larutan jenuh

Page 18: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

kembali. Larutan yang telah jenuh tersebut disaring dengan menggunakan corong dan kertas saring. Hasil penyaringan tersebut dititrasi sedangkan sisanya dibuang.

Filtrat yang telah di dapat kemudian di titrasi dengan larutan basa yaitu NaOH 0,1M. Larutan NaOH tersebut dimasukkan kedalam buret 50ml. Larutan yang akan di titrasi tadi diambil sebanyak 10ml menggunakan pipet gondok dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Untuk mengamati titik ekivalen ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein (PP). Dalam titrasi yang diamati adalah titik akhir titrasi bukan titik ekivalen (cara ini digunakan sebagaimana teori dari syukri,1999 : 428). Titrasi diberhentikan setelah terjadi perubahan warna yaitu merah muda. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady, 1999 : 217-218).

Dari hasil titrasi ini kita dapat menghitung kadar atau konsentrasi dari asam salisilat, yaitu

dengan menghitungnya menggunakan rumus : V 1 x M 1=V 2 x M 2.

Dan dari masing-masing konsentrasi asam salisilat dan Tween 80 yang digunakan berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semakin banyak konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka semakin banyak konsentrasi Asam salisilat yang didapatkan. Jadi penambahan surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat.

Page 19: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

Semakin banyak % alkohol dan 0% gliserin dengan % air yang konstan maka konsentrasi Asam

Salisilat semakin sedikit. Namun sebaliknya, jika semakin banyak % gliserin dan 0% alkohol

dengan % air yang konstan maka konsentrasi Asam salisilat semakin banyak. Jadi, pelarut

campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat.

Semakin banyak konsentrasi Tween 80 yang digunakan maka konsentrasi Asam salisilat

semakin banyak yang didapatkan. Jadi, penambahan surfaktan dapat mempengaruhi kelarutan

suatu zat.

V.2 Saran

Saran untuk laboratorium, sebaiknya dibangun laboratorium khusus Farmasi Fisika dan dengan

alat-alat yang memadai agar praktikum lebih lancar.

Saran untuk percobaan, sebaiknya percobaan ini digunakan bahan lainnya yang bersifat asam dan

kemudian dititrasi dengan bahan basa lain serta pelarut campuran dan surfaktan yang berbeda.

Page 20: Kata PengantarSecara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam

DAFTAR PUSTAKA

1.Tim Revisi, (2015). “Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”. Jurusan Farmasi Akfar Yarsi.

Pontianak

2.Tungadi, Robert. (2009).“Penuntun Praktikum Farmasi Fisika“. Jurusan Farmasi Universitas

Negeri Gorontalo. Gorontalo

3.Martin, A., (1990), “Farmasi Fisika”, Buku I, UI Press, Jakarta

4.Atkins' Physical Chemistry, 7th Ed. by Julio De Paula, P.W. Atkins

5.http:////tinz08.wordpress.com/2009/05/02/asidimetri-alkalimetri