peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment.pdf

102
PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN MELALUI PENERAPAN ASSESSMENT Oleh: PUPUT SETIANI NIM: 103016227141 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

Upload: ihsan-pranata

Post on 14-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • PENINGKATAN PENGUASAAN KONSEP

    KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN

    MELALUI PENERAPAN ASSESSMENT

    Oleh: PUPUT SETIANI

    NIM: 103016227141

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1429 H/2008 M

  • ABSTRAK

    Penelitian berjudul Peningkatan Penguasaan Konsep Kelarutan dan Hasilkali

    Kelarutan Melalui Penerapan Assessment. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu

    Pengetahuan Alam (IPA), Program Studi Pendidikan Kimia, Desember 2007. Penelitian

    ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan

    dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment. Penelitian ini dilaksanakan pada

    bulan April-Juni 2007 yang bertempat di SMU Muhammadiyah 8 Ciputat. Metode yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan sampel berjumlah

    34 siswa yang diajarkan dengan pembelajaran melalui penerapan assessment. Instrument

    yang digunakan berupa assessment, assessment kinerja pada praktikum, kuisioner, dan

    hasil observasi. Berdasarkan hasil assessment pada siklus 1 yang dibagi menjadi 2 tahap

    yaitu mengalami peningkatan dari rata-rata assessment 1 yaitu 64,56 menjadi 71,12 pada

    assessment 2. Tetapi pada siklus 1 ini masih terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah

    nilai SKBM sekolah yaitu 65, sehingga perlu lakukan tindakan pada siklus 2. Pada siklus

    2 ini dibagi menjadi 3 tahap, dengan rata-rata nilai assessment 3 yaitu 72,12 menjadi

    82,26 pada assessment 4. Peningkatan juga terlihat pada praktikum dengan nilai rata-rata

    assessment kinerja siswa mencapai 86,767. Dari hasil penelitian ini dapat membuktikan

    bahwa siswa mengalami peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali

    kelarutan melalui penerapan assessment.

    Kata kunci: penguasaan konsep, kelarutan dan hasilkali kelarutan, assessment.

  • ABSTRACT The research entitled The increasing of authority concept of Solubility and

    (Math) product from that solubility through the application of Assessment. The Script,

    Program Study Chemistry Education, Major of IPA, December 2007. The objective of this

    research is to know is there any increasing of authorizing concept from Solubility and

    (Math) product from that solubility through by Assessment. This research was held in

    April-June 2007 which was located at 8 Muhammadiyah General High School in Ciputat.

    This research use the method of Class Action Research takes the sample from 34 students

    which had taught that using the Assessment. The instruments are use questioner,

    observation, assessment, and performance assessment. Based on the result of Assessment

    in the first cycle which divided into two steps, first assessment equally value 64.56 and it

    had been increasing at second assessment become 71.12. But there are still students who

    get value under SKBM school that is 65, because of that it must hold the second cycle.

    The second cycle divided into three steps, with equally value in third assessment is 72.12

    become 82.26 at forth assessment. The increasing also looked in the practical work with

    equally value of performance assessment which is reach 86.67. In conclusion, this

    research can prove that students got the increasing from the concept of Solubility and

    (Math) product from that solubility pass through the application of Assessment.

    Key words: authority concept, Solubility and (Math) product from that solubility,

    Assessment.

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, maha pengasih lagi

    maha penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

    penulis dapat menyusun dan menyelesikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

    dimaksudkan untuk melengkapi dan memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam

    memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dengan selesainya skripsi ini tidak

    lepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapakan

    terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPA.

    3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

    4. Ibu Dr. Zurinal, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan serta

    masukan yang bermanfaat bagi penulisan skripsi ini.

    5. Bapak Adi Riyadhi, M.Si, Pembimbing II yang telah membimbing penulis

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    6. Bapak/Ibu Dosen IPA yang dengan ikhlas memberikan ilmu dan

    bimbingannya.

    7. Bapak Drs. Endang Surahman, M.A, Kepala Sekolah SMU Muhammadiyah 8

    Ciputat.

    8. Bapak/Ibu guru dan Staf SMU Muhammadiyah 8 Ciputat, serta Adik-adik

    kelas XI IPA 1 dan 2 yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    9. Teman-teman kimia angkatan 2003, serta penghuni an-nur C5.

    10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuannya

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • Ucapan terima kasih yang teramat dalam dan pribadi penulis sampaikan

    kepada Mama dan Bapak atas kasih sayang dan dukungannya, kakak dan adeku,

    mas Maman dan Ali atas dukungan dan semangatnya.

    Atas semua amal baik yang diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT

    memberikan pahala yang berlipat ganda. Akhirnya besar harapan penulis, semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Jakarta, Januari 2008

  • DAFTAR ISI

    Lembar Persetujuan ............................................................................................... i

    Abstrak..................................................................................................................... ii

    Kata Pengantar ....................................................................................................... iv

    Daftar Isi .................................................................................................................. vi

    Daftar Gambar ........................................................................................................ viii

    Daftar Tabel............................................................................................................. ix

    Daftar Lampiran ..................................................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6

    C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 6

    D. Perumusan Masalah............................................................................ 6

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 7

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Teoritis ................................................................................ 8

    1. Penguasaan Konsep ....................................................................... 8

    2. Konsep Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan ................................... 11

    3. Assessment ..................................................................................... 16

    B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 28

    C. Kerangka Pikir..................................................................................... 29

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 31

    B. Populasi dan Sampel ........................................................................... 31

    C. Metode Penelitian................................................................................ 31

    D. Rancangan/ Desain Penelitian ............................................................. 36

    E. Tehnik Pengumpulan Data .................................................................. 51

    F. Tehnik Analisis Data ........................................................................... 56

  • BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil dan Analisis Reflektif ................................................................ 57

    1. Hasil Observasi, Wawancara, dan Kuisioner Awal...................... 57

    2. Hasil Tindakan.............................................................................. 60

    3. Hasil Belajar ................................................................................. 80

    4. Hasil Kuisioner Akhir Siklus........................................................ 82

    B. Pembahasan ........................................................................................ 83

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan.......................................................................................... 86

    B. Saran.................................................................................................... 87

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 88

    LAMPIRAN............................................................................................................. 91

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Proses Assessment .................................................................................. 22

    Gambar 2. Penyederhanaan Model Pembelajaran .................................................... 27

    Gambar 3. Kerangka Pikir......................................................................................... 30

    Gambar 4. Kajian berdaur 4 tahap PTK.................................................................... 32

    Gambar 5. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins, 1993)............ 33

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Perbedaan antara Measurement dan Evaluation. ........................................ 17

    Tabel 2. Rubrik untuk assessement essay ................................................................. 52

    Tabel 3. Rubrik Hasil Assessment 1.......................................................................... 62

    Tabel 4. Hasil Observasi Siklus 1 Tahap 1. .............................................................. 64

    Tabel 5. Rubrik Hasil Assessment 2.......................................................................... 66

    Tabel 6. Hasil Observasi Siklus 1 Tahap 2. .............................................................. 68

    Tabel 7. Rubrik Hasil Assessment 3.......................................................................... 70

    Tabel 8. Hasil Observasi Siklus 2 Tahap 1. .............................................................. 71

    Tabel 9. Rubrik Hasil Assessment 4.......................................................................... 74

    Tabel 10. Hasil Observasi Siklus 2 Tahap 2. ............................................................ 75

    Tabel 11. Hasil Assessment Kinerja. ......................................................................... 78

    Tabel 12. Hasil Observasi Siklus 2 Tahap 3 ............................................................. 79

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Silabus .................................................................................................. 91

    Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................................... 92

    Lampiran 3. Tabel Kuisioner dan Observasi............................................................. 96

    Lampiran 4. Kisi-Kisi Kuisioner dan Observasi ....................................................... 98

    Lampiran 5. Kuisioner Awal..................................................................................... 100

    Lampiran 6. Kuisioner Akhir .................................................................................... 101

    Lampiran 7. Lembar Observasi................................................................................. 102

    Lampiran 8. Kuisioner Akhir Assessment 1.............................................................. 103

    Lampiran 9. Kuisioner Akhir Assessment 2.............................................................. 104

    Lampiran 10. Kuisioner Akhir Assessment 3............................................................ 105

    Lampiran 11. Kuisioner Akhir Assessment 4............................................................ 106

    Lampiran 12. Lembar Wawancara............................................................................ 107

    Lampiran 13. Kisi-Kisi Assessment .......................................................................... 108

    Lampiran 14. Assessment 1 ....................................................................................... 113

    Lampiran 15. Assessment 2 ....................................................................................... 116

    Lampiran 16. Assessment 3 ....................................................................................... 117

    Lampiran 17. Assessment 4 ....................................................................................... 118

    Lampiran 18. LKS Assessment ................................................................................. 119

    Lampiran 19. Assessment Kinerja ............................................................................. 123

    Lampiran 20. Lembar Observasi Assessment Kinerja............................................... 124

    Lampiran 21. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 1 Siklus 1................................. 125

    Lampiran 22. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 2 Siklus 1................................. 126

    Lampiran 23. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 3 Siklus 1................................. 127

    Lampiran 24. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 4 Siklus 1................................. 128

    Lampiran 25. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 1 Siklus 2................................. 129

    Lampiran 26. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 2 Siklus 2................................. 130

    Lampiran 27. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 3 Siklus 2................................. 131

  • Lampiran 28. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 4 Siklus 2................................. 132

    Lampiran 29. Lembar Observasi Bebas Pertemuan 5 Siklus 2................................. 133

    Lampiran 30. Data Validasi Soal Pilihan Ganda ...................................................... 134

    Lampiran 31. Data Reliabilitas Soal Pilihan Ganda.................................................. 135

    Lampiran 32. Data Validasi dan Reliabilitas Soal Essay.......................................... 136

    Lampiran 33. Data Indeks Kesukaran (P) Soal Pilihan Ganda ................................. 137

    Lampiran 34. Presentase awal siklus ........................................................................ 138

    Lampiran 35. Presentase akhir siklus........................................................................ 139

    Lampiran 36. Presentase akhir kuisioner assessment 1 ............................................ 140

    Lampiran 37. Presentase akhir kuisioner assessment 2 ............................................ 141

    Lampiran 38. Presentase akhir kuisioner assessment 3 ............................................ 142

    Lampiran 39. Presentase akhir kuisioner assessment 4 ............................................ 143

    Lampiran 40. Presentase lembar observasi assessment 1 ......................................... 144

    Lampiran 41. Presentase lembar observasi assessment 2 ......................................... 145

    Lampiran 42. Presentase lembar observasi assessment 3 ......................................... 146

    Lampiran 43. Presentase lembar observasi assessment 4 ......................................... 147

    Lampiran 44. Presentase assessment kinerja ............................................................ 148

    Lampiran 45. Presentase observasi assessment kinerja ............................................ 149

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan permasalahan nasional yang sangat penting.

    Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan

    terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

    peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

    kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

    akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

    dan negara.1

    Unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem pendidikan adalah

    proses belajar mengajar. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

    banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar. Proses belajar mengajar

    adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai

    pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang

    mengajar.2 Kegiatan proses belajar mengajar selayaknya dipandang sebagai

    kegiatan sebuah sistem yang memproses input, yakni para siswa yang

    diharapkan terdorong untuk melakukan pembelajaran aneka ragam materi

    pelajaran yang disajikan di kelas. Hasil yang diharapkan dari proses belajar

    mengajar tersebut adalah output berupa para siswa yang telah mengalami

    perubahan positif baik dimensi ranah cipta, rasa, maupun karsanya, sehingga

    1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Edisi Revisi,h.1

    2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, h.237

  • cita-cita mencetak sumber daya manusia yang berkualitas pun tercapai. Dalam

    kesatuan ini terjadi interaksi resiprokal, yaitu suasana yang bersifat

    pengajaran.

    Dalam suatu lingkup proses belajar mengajar, terkadang guru

    mengalami hambatan atau pun permasalahan untuk mendapatkan suatu

    penguasaan konsep oleh siswa. Untuk mendapatkan suatu proses belajar

    mengajar yang baik, perlu kita ketahui dahulu apa sebenarnya belajar itu.

    Menurut Muhibbin Syah, pendidikan dalam pengertian yang luas dapat

    diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga

    orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

    sesuai dengan kebutuhan.3

    Menurut Wittig (dalam Muhibbin Syah, 2004: 114) dalam bukunya

    Psycology of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga

    tahapan:4

    1. Acquistion (tahap perolehan/penerimaan informasi).

    2. Storage (tahap penyimpanan).

    3. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).

    Pada tahap acquistion seorang siswa mulai menerima informasi

    sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan

    pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara

    pemahaman dengan perilaku baru dalam kesuluruhan perilakunya. Proses

    acquistion dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar.

    Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap

    berikutnya.

    Pada tahap storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami

    proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika

    menjalani proses acquistion. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short

    term dan long term memori.

    3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, h.10 4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, h.114

  • Pada tahap retrieval seorang siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-

    fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau

    memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau

    peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa

    yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan

    perilaku tertentu sebagai tanggapan atau stimulus yang sedang dihadapi.

    Pada tahap-tahapan proses belajar di atas, penerimaan informasi,

    pemahaman informasi, dan pengungkapan kembali informasi merupakan

    proses penting yang harus dimiliki oleh siswa untuk penguasaan suatu konsep.

    Siswa yang sedang mengalami proses pembelajaran harus dapat menguasai

    konsep mata pelajaran yang dipelajari secara menyeluruh, sehingga akan

    terbentuk pemahaman yang utuh.

    Pemerintah Indonesia secara terus menerus melakukan upaya

    peningkatan kualitas pendidikan dalam rangka mendukung pembangunan

    nasional. Upaya peningkatan kualitas pendidikan antara lain ditempuh melalui

    pengadaan fasilitas dan sarana pendidikan, menyelenggarakan penataran bagi

    guru, penyempurnaan kurikulum, dan pengembangan metode pembelajaran,

    pengembangan proses pembelajaran, dan pembinaan profesionalisme guru.

    Salah satu tujuan dari profesionalisme guru khususnya bagi guru

    bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah untuk memperbaiki

    lingkungan dan situasi pembelajaran siswa. Perbaikan ini dilakukan dengan

    cara meningkatkan mutu, efesiensi, serta meningkatkan relevansi pengajaran

    IPA melalui perubahan-perubahan yang mengarah pada pemantapan konsep

    materi pembelajaran, menyusun dan merencanakan pengalaman belajar siswa

    melalui demonstrasi kegiatan kelas dan pemanfaatan fasilitas laboratorium.5

    Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya mata pelajaran kimia

    merupakan mata pelajaran yang baru bagi siswa, sebab mereka baru

    mendapatkan materi kimia secara utuh sebagai suatu mata pelajaran pada saat

    memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini tidak menutup

    5 Teguh Triyanta dan Suandi Sidauruk, Kesulitan Murid Kelas IV Sekolah Dasar dalam

    Memehami Konsep IPA, dalam Jurnal Pendidikan , Volume 1 Nomor 1, Juni 2000, h. 63-70

  • kemungkinan adanya kesulitan bagi mereka dalam penguasaan konsep kimia.

    Kesulitan penguasaan konsep kimia ini dapat dilihat pada saat proses

    pembelajaran atau pada hasil evaluasi pembelajaran.6

    Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan belajar

    mengajar khususnya, dan dalam bidang pendidikan pada umumnya.

    Pendidikan merupakan proses untuk mengubah secara positif perilaku siswa

    yang belajar. Dengan demikian evaluasi berperan untuk memberikan

    informasi tentang ada tidaknya perubahan yang terjadi pada siswa dan

    seberapa besar perubahannya.

    Kegiatan evaluasi hasil belajar terdiri dari kegiatan pengukuran dan

    penilaian. Kegiatan pengukuran memerlukan alat ukur dalam hal ini adalah tes

    hasil belajar. Tujuan utama melaksanakan evaluasi pembelajaran adalah untuk

    mendapatkan informasi yang akurat mengenai tujuan pembelajaran yang

    diterima siswa, sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya, salah satu upaya

    menindak lanjuti hasil evaluasi yang kurang memuaskan adalah dengan

    pemberian assessment diagnostik. Assessment diagnostik merupakan penilaian

    yang diberikan kepada siswa sebagai akibat dari hasil tes formatif, mengenai

    kesulitan belajar yang dialami siswa, dan menentukan faktor-faktor yang

    menyebabkan terjadinya kesulitan belajar, serta menetapkan cara mengatasi

    kesulitan tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan cara tes dan non tes.7

    Tugas profesional guru adalah mengusahakan terjadinya

    perkembangan belajar siswa baik perkembangan kognitif, motorik, maupun

    afektif. Untuk mengetahui perkembangan siswa, guru harus melaksanakan

    assessment. Assessment (Latief, dalam I Wayan Merta, 2003: 103) adalah

    suatu kegiatan dalam proses belajar-mengajar yang dirancang oleh guru untuk

    mengetahui perkembangan belajar siswa. Fungsi assessment menurut Iskandar

    6Masbah dan Hamzah, Pengembangan Metode Pembelajaran Matematika Berdasarkan

    Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa SLTP, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 8, Nomor 1, Februari 2001, h. 50

    7 Darmiyati, Implementasi Asesmen Diagnostik Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SD Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007, h. 511

  • (dalam I Wayan Merta, 2003: 103) adalah: 1) sebagai alat untuk

    merencanakan, pedoman, dan memperkaya suatu pembelajaran di kelas; 2)

    sebagai alat komunikasi dengan siswa; 3) sebagai alat untuk memonitor hasil

    belajar dan perbaikan pembelajaran; 4) sebagai alat untuk memperbaiki

    kurikulum dan pengajaran.8 Dalam melakukan assessment (penilaian), seperti

    halnya pedagang, guru harus memperhatikan peringatan Allah dalam Al-

    Quran surat Al-Isra ayat 35 berikut ini:

    Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah

    dengan neraca yang benar, itulah yang lebih utama bagimu dan lebih baik

    akibatnya.

    Berdasarkan ayat tersebut di atas, sebagaimana pedagang, guru

    hendaknya bersikap adil dalam melakukan penilaian. Sehingga dari hasil

    penilaian ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan dalam penguasaan

    konsep.

    Landasan perlunya mengembangkan suatu sistem assessment dalam

    memantau kualitas pembelajaran dapat dirunut kepada acuan legal formal

    maupun profesional. Secara legal formal, dapat dirujuk misalnya Undang-

    Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya

    penjelasan pasal 43, yang menyatakan bahwa penilaian terhadap kegiatan

    belajar-mengajar seharusnya dimanfaatkan untuk membantu peserta didik

    mencapai tujuan pendidikannya (Depdikbud, 1989).

    Kemudian UU Nomor 2 Tahun 1989 diganti dengan UU Nomor 20

    Tahun 2003, khususnya pasal 58 ayat (1), jelas mengungkapkan bahwa

    Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau

    8 I Wayan Merta, Aplikasi Asesmen dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV SD No.4 Kaliuntu Singaraja (Suatu Upaya Meningkatan Efektivitas Pelaksanaan Evaluasi di Sekolah Dasar), dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.2 TH.XXXVI April 2003, h. 103

  • proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara

    berkesinambungan. Dengan merujuk pada kutipan pasal 58 ayat (1) UUSPN

    Tahun 2003, kata evaluasi yang juga berarti assessment secara tersurat dan

    tersirat sebaiknya dipakai untuk perbaikan pembelajaran, yang berakhir pada

    perbaikan hasil atau prestasi belajar peserta didik dan kualitas pendidikan.9

    Pelajaran kimia memiliki sub-sub mata pelajaran, salah satunya adalah

    mata pelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan. Penelitian yang akan

    dilakukan adalah melihat apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa

    khususnya pada mata pelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan. Penelitian

    akan dilakukan pada mata pelajaran kelarutan dan hasilkali kelarutan di siswa

    SMA kelas XI IPA semester 1. Dengan memperhatikan latar belakang

    masalah di atas, maka penelitian ini berjudul PENINGKATAN

    PENGUASAAN KONSEP KELARUTAN DAN HASILKALI

    KELARUTAN MELALUI PENERAPAN ASSESSMENT

    B. Pembatasan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut penulis membatasi ruang lingkup

    permasalahan yang dibahas agar menjadi jelas dan tidak menyimpang.

    Pembatasan permasalahan dibatasi pada hal-hal berikut:

    1. Siswa yang dimaksud adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah

    8 Ciputat.

    2. Pada indikator manakah siswa mengalami kesulitan dalam menguasai

    konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment?

    3. Apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali

    kelarutan melalui penerapan assessment?

    4. Peningkatan penguasaan konsep dapat dilihat dari assessment dan

    assessment kinerja dari percobaan yang akan dikerjakan oleh siswa.

    C. Perumusan Masalah

    9 Kumaidi, Sistem Asesmen untuk Menunjang Kualitas Pembelajaran, dalam Jurnal

    Pembelajaran, Volume 27, Nomor 02, Agustus 2004, h. 95

  • Dari pembatasan masalah di atas, penelitian ini dirumuskan pada:

    Bagaimana peningkatan penguasaan siswa terhadap konsep kelarutan dan

    hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment?

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

    untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan konsep kelarutan

    dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment pada siswa.

    Hasil penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat sebagai

    berikut:

    1. Bagi guru, dapat mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan

    konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment,

    dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan penguasaan konsep kelarutan

    dan hasilkali kelarutan selanjutnya sehingga dapat dipahami dengan baik

    oleh siswa.

    2. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat karena diharapkan

    dapat membantu siswa untuk meningkatkan penguasaan konsep kelarutan

    dan hasilkali kelarutan melalui penerapan assessment yang diberikan oleh

    guru.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Deskripsi Teoritis 1. Penguasaan Konsep

    Beragam definisi tentang konsep dikemukakan oleh para pakar.

    Menurut Rosser, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas

    objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-

    hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. 10 Suatu konsep

    adalah suatu kelas atau kategori stimuli (objek-objek atau orang) yang

    memiliki ciri-ciri umum.11 Sedangkan dalam Kamus Besar Indonesia

    konsep adalah gambaran mental dari objek, proses atau apa pun di luar

    bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.12

    Dahar mengemukakan bahwa pengetahuan kimia disusun oleh

    konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi, artinya pengetahuan kimia

    merupakan serangkaian konsep-konsep, dimana satu sama lain saling

    berhubungan sehingga melahirkan suatu pemahaman yang bermakna.

    Konsep-konsep kimia dapat dikelompokkan berdasarkan atribut-atribut

    konsep menjadi beberapa kelompok konsep, yaitu:13

    a. Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat, misalnya

    gelas kimia, tabung reaksi, spektrum

    b. Konsep abstrak, yaitu konsep yang contohnya tidak dapat dilihat,

    misalnya atom, molekul, inti

    c. Konsep dengan atribut kritis yang bastrak tetapi contohnya dapat

    dilihat, misalnya unsur, senyawa

    10 Nancy Susianna, Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan Siswa SLTP, (Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA, 2004), h.3

    11 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 162

    12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi Ketiga, h. 588

    13 Nancy Susianna, Model Pembelajaran, h. 3-4

  • d. Konsep yang berdasarkan prinsip, misalnya mol, campuran, larutan

    e. Konsep yang melibatkan penggambaran simbol, misalnya lambang

    unsur, rumus kimia, persamaan reaksi

    f. Konsep yang menyatakan suatu sifat, misalnya elektropositif,

    elektronegatif

    g. Konsep-konsep yang menunjukkan atribut ukuran meliputi ton, kg, g,

    (ukuran massa), M, m, pH (ukuran konsentrasi)

    Tujuan pendidikan IPA adalah untuk menghantarkan siswa

    menguasai konsep-konsep IPA dan keterkaitannya untuk dapat

    memecahkan masalah terkait dalam kehidupan sehari-hari. Kata

    menguasai mengisyaratkan bahwa pendidikan IPA harus menjadikan

    siswa tidak sekedar tahu (knowing) dan hafal (memorizing) tentang

    konsep-konsep IPA, melainkan harus menjadikan siswa untuk mengerti

    dan memahami (to understand) konsep-konsep tersebut dan

    menghubungkan keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain.14

    Beberapa hasil penelitian, diantaranya Wiseman, Nakhleh, Carter,

    Kirkwood, dan Symington, menunjukkan banyak siswa yang dapat dengan

    mudah mempelajari mata pelajaran lain, tetapi mengalami kesulitan dalam

    memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Hal ini disebabkan

    karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya.15

    Wiseman (dalam Rumansyah, 2002: 172) mengemukakan bahwa

    ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa

    menengah dan mahasiswa. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait

    dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan

    Middlecamp (dalam Rumansyah, 2002: 172) sebagai berikut:16

    14 Wahyudi, Tingkatan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran IPA, dalam

    Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 036, Tahun Ke-8, Mei 2002 15 Rumansyah, Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Kimia Karbon Melalui

    Strategi Peta Konsep (Concept Mapping), dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 042, Tahun Ke-9, Mei 2003

    16 Rumansyah dan Yudha Irhasyuarna, Penerapan Metode Latihan Berstruktur dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa terhadap Konsep Persamaan Kimia, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 035, Tahun Ke-8, Maret 2002, h. 172

  • a. Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak.

    Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak

    nampak, yang menuntut siswa dan mahasiswa membayangkan

    keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung.

    Karena atom merupakan pusat kegiatan kimia, maka walaupun kita

    tidak melihat atom secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita

    dapat membentuk suatu gambar untuk mewakili sebuah atom,

    misalnya sebuah atom oksigen kita gambarkan sebagai bulatan.

    b. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya.

    Kebanyakan objek yang ada di dunia ini merupakan campuran zat-zat

    kimia yang kompleks dan rumit. Agar mudah dipelajari, maka

    pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, dimana

    zat-zat dianggap murni atau hanya dua atau tiga zat saja.

    c. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat.

    Seringkali topik-topik ilmu kimia harus dipelajari dengan urutan

    tertentu. Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk

    membentuk molekul, jika atom karakteristiknya tidak dipelajari

    terlebih dahulu. Di samping itu, perkembangan ilmu kimia itu sangat

    cepat, seperti pada bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa

    genetika, kloning, dan sebagainya. Hal ini menuntut kita semua untuk

    lebih cepat tanggap dan selektif dalam menerima semua kemajuan

    tersebut.

    d. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal.

    Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik)

    merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia. Namun,

    kita juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta kimia, aturan-aturan

    kimia, peristilahan kimia, dan lain-lain.

    e. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak.

    Dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa ataupun

    mahasiswa dituntut untuk dapat merencanakan belajarnya dengan baik,

    sehingga waktu yang tersedia dapat digunakan seefisien mungkin.

  • Menurut Arifin (dalam Rumansyah, 2002: 172), kesulitan siswa

    dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada:

    a. Kesulitan dalam memahami istilah.

    Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah

    dan tidak memahami dengan benar maksud dari istilah yang sering

    digunakan dalam pelajaran kimia.

    b. Kesulitan dalam memahami konsep kimia.

    Kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu kimia maupun materi kimia

    secara keseluruhan merupakan konsep atau materi bersifat abstrak.

    c. Kesulitan Angka.

    Dalam pengajaran kimia siswa dituntut untuk terampil dalam

    rumusan/operasi matematis. Namun, sering dijumpai siswa yang

    kurang memahami rumusan tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa

    tidak mengetahui dasar-dasar matematika dengan baik, siswa tidak

    hafal rumusan matematika yang banyak digunakan dalam perhitungan-

    perhitungan kimia, sehingga siswa tidak terampil dalam menggunakan

    operasi-operasi dasar matematika.

    Berdasarkan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang bersifat abstrak,

    merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya, berurutan dan

    berkembang cepat, tidak hanya memecahkan soal, dan materinya yang

    sangat banyak. Kemudian dari ciri-ciri tersebut ditemukan sumber

    kesulitan yang siswa hadapi dalam mempelajari ilmu kimia yaitu:

    kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan dalam memahami konsep,

    dan kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal perhitungan.

    2. Konsep Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan Kelarutan dan hasilkali kelarutan merupakan salah satu konsep

    kimia yang sulit. Di dalam konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan ini

    terdapat konsep dasar persamaan kimia dan konsep dasar matematika.

    Dengan menguasai kedua konsep ini akan mempermudah siswa dalam

    memahami konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan. Ironisnya kedua

  • konsep inilah yang sering menjadi kendala siswa dalam menyelesaikan

    soal-soal kelarutan dan hasilkali kelarutan. Dengan penerapan assessment

    diharapkan dapat mengetahui apakah terjadi peningkatan penguasaan

    konsep siswa tentang kelarutan dan hasilkali kelarutan. Karena dalam

    assessment ini dapat dilihat kesulitan siswa dalam menyelesaikan suatu

    permasalahan. Kesulitan-kesulitan ini direfleksi kemudian diperbaiki

    dalam penelitian tindakan kelas.

    Materi kelarutan dan hasilkali kelarutan merupakan materi untuk

    kelas XI pada semester genap. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    (KTSP) atau disebut juga kurikulum 2006, Depdiknas hanya menentukan

    Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, sedangkan Indikator dan kegiatan

    pembelajarannya ditentukan oleh sekolah masing-masing. Berikut silabus

    dan uraian materi kelarutan dan hasilkali kelarutan:

    a. Standar Kompetensi: Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode

    pengukuran, dan terapannya.

    1) Kompetensi Dasar: Memprediksikan terbentuknya endapan dari

    suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasilkali kelarutan.

    2) Indikator

    a) Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan

    garam yang sukar larut.

    b) Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat

    kelarutan atau pengendapannya.

    c) Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut

    berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya.

    d) Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan.

    e) Menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya.

    f) Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp.

    b. Materi Pokok Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan17. Dalam

    pembelajaran materi ini dibagi menjadi dua siklus. Siklus pertama

    17 Irfan Anshory, Kimia SMU untuk Kelas 3, (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 26-32

  • dibagi menjadi dua tahap dan siklus kedua dibagi menjadi tiga tahap,

    dengan tahap yang terakhir adalah percobaan laboratorium. Berikut

    materi-materi yang disampaikan dalam pembelajaran, adalah sebagai

    berikut:

    1) Siklus 1 tahap 1

    Larutan Jenuh

    Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan

    pelarut. Zat terlarut adalah zat yang terdispersi dalam pelarut. Zat

    pelarut adalah zat yang mendispersi komponen terlarut.18

    Partikel-partikel zat terlarut, baik berupa molekul maupun

    berupa ion, selalu berada dalam keadaan terhidrasi (terikat oleh

    molekul-molekul pelarut air). Makin banyak partikel zat terlarut

    makin banyak pula molekul air yang diperlukan untuk menghidrasi

    partikel zat terlarut itu.

    Jika sejumlah air kita tambahkan terus-menerus zat terlarut,

    lama-kelamaan tercapai suatu keadaan di mana semua molekul air

    terpakai untuk menghidrasi partikel yang dilarutkan sehingga

    larutan itu tidak mampu lagi menerima zat yang ditambahkan. Kita

    katakan larutan itu mencapai keadaan jenuh.

    Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang telah

    mengandung zat terlarut dalam konsentrasi maksimum (tidak dapat

    ditambah lagi). Harga konsentrasi maksimum yang dapat dicapai

    oleh suatu zat dalam larutan disebut kelarutan (solubility), dengan

    lambang s. Jadi, kelarutan (s) suatu zat adalah konsentrasi zat

    tersebut dalam larutan jenuh. Suatu zat tidak memiliki konsentrasi

    yang lebih besar dari harga kelarutannya.

    Elektrolit-elektrolit mempunyai harga kelarutan (s) yang

    berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, satu liter larutan dapat

    menampung NaCl sebagai zat terlarut maksimum 357 gram. Harga

    18 Maria Suharsini, Kimia dan Kecakapan Hidup untuk SMA, (Jakarta: Ganeca Exact,

    2007), h. 170

  • kelarutan dalam satuan molar adalah 357/58,5 atau 6,1 M. Kita

    katakan bahwa kelarutan NaCl sangat besar atau mudah larut

    dalam air. Sedangkan satu liter larutan hanya mampu melarutkan

    AgCl sebanyak 1,45 mg. Harga kelarutan AgCl adalah

    0,00145/143,5 atau 10-5 M. Kita katakan bahwa kelarutan AgCl

    sangat kecil atau sukar larut dalam air.

    Dalam suatu larutan jenuh dari suatu elektrolit yang sukar

    larut, terdapat kesetimbangan antara zat padat yang tidak larut dan

    ion-ion zat itu yang larut.

    MA(s) M+(aq) + A- (aq)

    Karena zat padat tidak mempunyai konsentrasi, maka

    tetapan kesetimbangan reaksi ini adalah hasilkali konsentrasi ion-

    ion, dan disebut hasilkali kelarutan, dengan lambang Ksp.

    Ksp = [ ][ ]+ A M Hubungan Kelarutan (s) dengan Hasilkali Kelarutan

    Kelarutan (s) dan hasilkali kelarutan (Ksp) sama-sama

    dihitung pada larutan jenuh, maka antara keduanya terdapat

    hubungan yang erat.

    AgCl Ag+ + Cl s s s

    Ksp AgCl [ ][ ]-Cl Ag+ s s

    Ksp AgCl = s x s

    = s2

    s = Ksp

    PbCl2 Pb2+ + 2Cl- s s (2s)2

    Ksp PbCl2 = s x (2s)2

    = 4s3

  • 34

    Ksp s =

    Dari dua contoh di atas, hubungan antara kelarutan (s)

    dengan hasilkali kelarutan (Ksp) dapat disimpulkan sebagai

    berikut:

    ( ) n1-n s1-n Ksp = Keterangan:

    n = jumlah ion dari elektrolit

    s = kelarutan elektrolit dalam molar (M)

    Untuk elektrolit biner (n = 2), berlaku rumus berikut:

    Ksp = s2 atau Ksp s = Untuk elektrolit terner (n = 3), berlaku rumus berikut:

    Ksp = 4s3 atau 34

    Ksp s =

    2) Siklus 1 tahap 2

    Pengaruh Ion Sejenis

    Jika AgCl dilarutkan dalam larutan NaCl atau larutan

    AgNO3, ternyata kelarutan AgCl dalam larutan tersebut lebih kecil

    jika dibandingkan dengan kelarutan AgCl dalam air murni. Hal ini

    disebabkan adanya ion sejenis yang ada dalam larutan. Ion Cl- dari

    NaCl atau ion Ag+ dari AgNO3 akan mempengaruhi

    kesetimbangan.

    Jadi, adanya ion sejenis akan memperkecil kelarutan suatu

    elektrolit. Makin banyak ion sejenis yang ada dalam larutan, makin

    kecil kelarutan elektrolit tersebut.

    3) Siklus 2 tahap 1

    Prakiraan Pengendapan

    Harga Ksp suatu elektrolit dapat digunakan untuk

    memperkirakan apakah elektrolit itu larut atau mengendap dalam

  • suatu larutan. Seperti kita ketahui, larutan jenuh MA berlaku

    hubungan: Ksp = [ ][ ]+ A M Jika larutan itu belum jenuh (MA yang larut masih sedikit),

    sudah tentu harga [ ][ ]+ A M lebih kecil daripada harga Ksp. Sebaliknya, jika [ ][ ]+ A M lebih besar daripada Ksp, maka hal ini berarti larutan itu lewat jenuh, sehingga MA akan mengendap.

    Jika [ ][ ]+ A M < Ksp, larutan belum jenuh (tak terjadi endapan). Jika [ ][ ]+ A M = Ksp, larutan tepat jenuh (tak terjadi endapan). Jika [ ][ ]+ A M > Ksp, larutan lewat jenuh (elektrolit mengendap).

    4) Siklus 2 tahap 2

    Hubungan Ksp dengan pH

    Harga pH sering digunakan untuk meghitung Ksp suatu

    basa yang sukar larut. Sebaliknya harga Ksp suatu basa dapat

    digunakan untuk menentukan pH larutan.

    3. Assessment a. Pengertian Assessment

    Assessment merupakan suatu prosedur yang secara lengkap untuk

    memperoleh informasi tentang belajar siswa (observasi, penilaian kinerja

    atau proyek, tes tertulis) dan penentuan penilaian mengenai kemajuan

    pembelajaran. Tes merupakan tipe khusus assessment yang terdiri dari

    sekumpulan pertanyaan yang dapat mengelola kesulitan dan

    memperbaikinya pada semua siswa.19 Assessment meliputi tes tertulis

    seperti jawaban uraian (contoh: essay), dan tes kinerja (contoh:

    percobaan laboratorium). Assessment dapat berarti proses

    mengumpulkan, mengartikan, merekam, dan menggunakan informasi

    tentang jawaban siswa pada task pendidikan, tanggapan guru, dan

    19 Robert L. Linn & Norman E. Gronlund, Measurement and Assessment in Teaching,

    (Prentice-Hall: Upper Saddle River, New Jersey, 2001) h. 5

  • menggunakan data yang diperoleh dari assessment untuk perimbangan,

    perencanaan, memilih dan membuat keputusan.20

    Menurut Aiken bahwa assessment merupakan karakteristik

    seseorang dengan mengakses tingkah laku manusia dan proses mental

    dapat dilakukan dengan cara observasi, interview, skala rating, chick

    lish, teknik proyektif dan tes.21 Pengertian assessment (to assess =

    assessment) merupakan kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi

    terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak

    sampai ke taraf pengambilan keputusan. Setelah pengukuran

    (measurement) kemudian dilakukan pembandingan (assessment) dan

    selanjutnya diambil sebuah keputusan (evaluation).22

    Kata measurement, assessment, dan evaluation dalam dunia

    pendidikan penggunaannya sering tertukar. Pada dunia pendidikan,

    measurement adalah menentukan karakteristik dari individu atau

    kelompok siswa. Bagaimanapun evaluation merupakan gabungan antara

    pengukuran dengan informasi lain untuk menentukan suatu yang kita

    inginkan dan pentingnya yang kita amati. Evaluation adalah hasil dari

    measurement setelah nilai di dapat. Berikut Tabel 1 perbedaan antara

    measurement dan evaluation.23

    Tabel 1. Perbedaan antara Measurement dan Evaluation.

    Measurement Evaluation

    Pelaksaan tes menunjukkan bahwa siswa tidak dapat mengungkapkan sedikit kata daripada seribu kata.

    Pelaksanaan ini merupakan perhatian yang penting, karena merupakan penyebutan sejumlah kata yang merupakan prasyarat untuk unit selanjutnya, dalam tes tulis.

    20 Louis Cohen, dkk., A Guide to Teaching Practice, (London: Routledge, 2004), h. 323 21 Darmiyati, Implementasi Asesmen Diagnostik Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

    Matematika di SD Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 067, Tahun Ke-13, Juli 2007, h. 513

    22 Ahmad Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 2

    23 Albert Oosterhof, Developing and Using Classroom Assessments, (New Jersey: Prentice Hall, 1999), Second Edition. P. 2

  • Guru melihat siswa berbicara di kelas tanpa ditunjuk terlebih dahulu.

    Tindakan ini adalah harapan bagi siswa yang tidak aktif dalam diskusi.

    Perbedaan antara measurement dan assessment sangat kecil.

    Assessment biasa digunakan sebagai gaya bahasa pilihan untuk

    measurement. Beberapa kalimat lebih baik menggunakan kata

    assessment dari pada measurement. measurement seakan terlihat seperti

    kwantitatif, tidak menarik, dan sedikit diingini. Sedangkan assessment

    adalah terlihat seperti kwalitatif dan dekat.24

    b. Landasan Assessment

    Assessment adalah suatu kegiatan dalam proses belajar mengajar

    yang dirancang oleh guru untuk mengetahui perkembangan belajar

    siswa.25 Berbeda dengan pengukuran hasil belajar, assessment sangat

    terkait dengan teori belajar. Berikut beberapa teori yang dijadikan

    landasan bagi pelaksanaan assessment:

    1) Teori Fleksibilitas Kognitif dari R. Spiro (1990)

    Teori fleksibilitas kognitif menjelaskan bahwa belajar menghasilkan

    kemampuan secara spontan dalam melakukan restrukturisasi

    pengetahuan yang telah dimiliki, guna merespon perubahan atau

    kenyataan yang dihadapi atau tuntutan situasi seketika. Berdasarkan

    teori belajar tersebut maka jelas bahwa assessment selalu dilakukan

    pada konteks belajar yang tidak terpisah dari situasi yang sedang

    dihadapi.

    2) Teori belajar J. Bruner (1966)

    Belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh siswa dengan

    jelas mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep-konsep baru

    atas dasar konsep, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki.

    24 Albert Oosterhof, Developing and, p. 3 25 I Wayan Merta, Aplikasi Asesmen dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV SD No.4

    Kaliuntu Singaraja (Suatu Upaya Meningkatan Efektivitas Pelaksanaan Evaluasi di Sekolah Dasar), dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No.2 TH.XXXVI April 2003, h. 103

  • Konsep belajar sebagai suatu proses pengembangan diri menurut

    struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa secara mandiri dan dapat

    melebihi informasi yang diperoleh dalam teori belajar Bruner,

    menjadi dasar yang kuat untuk menumbuhkan prinsip-prinsip

    assessment kinerja.

    3) Teori Experiential Learning yang dikembangkan oleh C. Rogers

    (1969).

    Teori membedakan dua jenis belajar yaitu: 1) Cognitif Learning

    yaitu teori belajar yang berhubungan dengan pengetahuan akademik,

    dan 2) Experiential Learning yaitu teori belajar yang berhubungan

    dengan pengetahuan terapan.

    4) Teori Kemampuan Multipel dari Howard Gardner

    Menurut Gardner setidak-tidaknya ada tujuh kemampuan dasar, yaitu

    Visual-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical rhytmical, Interpersonal,

    Intrapersonal, Logical Mathematical dan Verbal-linguistic. Teori ini

    memperlihatkan secara jelas, bahwa assessment hasil maupun proses

    belajar tidak hanya mengukur salah satu atau beberapa aspek

    kemampuan siswa, tetapi harus mengukur seluruh aspek kemampuan

    siswa. Sehingga tertutup kemungkinan bahwa assessment hanya

    dilakukan melalui tes baku, tetapi proses assessment (terutama

    assessment kinerja) menjadi fokus utama assessment.26

    c. Assessment kinerja

    Assessment kinerja atau performance assessment adalah suatu

    penilaian yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan dan

    mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai

    dengan kriteria yang diinginkan.27 Performance assessment adalah suatu

    26 Asmawi Zainul, Alternative Assessment, (Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk

    Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka, 2001), h. 4-8 27 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,

    (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 200

  • penilaian yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan dari kriteria

    yang diinginkan.28

    Performance assessment ialah pengumpulan informasi tentang

    hasil percobaan/demonstrasi yang meliputi task, seperti melakukan

    eksperimen, mengungkapkan pendapat, menulis cerita, atau

    mengoperasikan mesin. 29Performance assessment mempunyai dua

    bagian yaitu: task dan rubric. Task diartikan sebagai tugas dan rubric

    diartikan sebagai kriteria penilaian.30

    d. Tujuan Assessment

    Assessment dapat meningkatkan hasil yang dicapai siswa,

    membantu untuk memilih kegiatan atau matapelajaran yang akan datang,

    menambah keefektifan matapelajaran dan guru, dan memberikan tujuan

    jangka panjang pembelajaran.31 Tujuan utama penggunaan assessment

    dalam pembelajaran sains adalah membantu guru dan siswa dalam

    mengambil keputusan professional untuk memperbaiki pembelajaran.

    Menurut Martyn Rouse tujuan assessment adalah sebagai berikut:32

    1) Membantu untuk membuat penempatan siswa.

    2) Untuk mendiagnosis kelebihan dan kelemahan individu.

    3) Memberikan feedback pada guru dan siswa.

    Feedback atau umpan balik diberikan melalui tes-tes formatif. Tes

    formatif yang dilakukan menjadi alat diagnosa untuk menentukan

    kemajuan atau keberhasilan peserta didik. Tes formatif menurut S.

    28 Sri Wahyuni, Authentic Assessment dalam Pembelajaran Bahasa, dalam Jurnal

    Pendidikan dan Pembelajaran, Th. 18, No. 1, Februari 2005, h. 46 29 David W. Johnson, Meaningful Assessment A Manageable and Cooperative Process,

    (Boston: Allyn & Bacon A Person Education Company, 2002), h. 6 30 Jo Anne Wangsatorntanakhun, Designing Performance Assessment: Challenges for the

    Three-Story Intellect, (Thailand: Redeemer Internasional School, 2004), h. 2 31 Geoff Petty, Teaching Today, (London: Nelson Thornes Ltd, 2004), Third Edition, h. 449 32 Martyn Rouse, James G. Shriner and Lou Danielson, National Assessment and Special

    Education in the United States and England and Wales, (London: Routledge, 2000), First Publised, p. 66

  • Nasution (dalam Martinis Yamin, 2007:129) adalah umpan balik

    yang memiliki fungsi bermacam-macam, seperti berikut:33

    a) Mempercepat anak belajar dan memberi motivasi untuk bekerja

    sungguh-sungguh dalam waktu secukupnya.

    b) Untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya

    syarat-syarat atau bahan apersepsi yang diperlukan untuk

    memahami bahan yang baru.

    c) Berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apersepsi yang

    diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya.

    d) Bagi siswa yang masih kurang menguasai bahan pelajaran, tes

    formatif merupakan alat untuk mengungkapkan di mana

    sebetulnya letak kesulitannya.

    e) Tes formatif dimaksud sebagai alat "assessment" yaitu

    memperoleh keterangan dengan maksud baik.

    f) Memberikan umpan balik kepada guru agar mengetahui di mana

    tardapat kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar.

    4) Memberikan fakta-fakta untuk keputusan tentang sertifikat atau

    kelulusan.

    5) Untuk evaluasi dan akuntabilitas.

    6) Memberikan informasi pada orang tua dan yang lainnya tentang

    perkembangan siswa.

    e. Prinsip-prinsip Assessment

    Proses assessment dalam pelaksanaannya dapat mengetahui

    perkembangan belajar siswa secara menyeluruh. Prosesnya akan efektif

    jika mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:34

    1) Dengan jelas menentukan penilaian pada proses assessment.

    2) Memilih prosedur assessment karena harus relevan dengan

    karakteristik yang akan diukur. Prosedur assessment sering dipilih

    33 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada

    Press, 2007), h. 129-130 34 Robert L. Linn & Norman E. Gronlund, Measurement and Assessment, h. 6-8

  • dengan didasarkan pada objektivitas dan keakuratan. Berikut Gambar

    1 proses assessment:

    Dan/atau

    Gambar 1. Proses Assessment

    3) Assessment yang menyeluruh memerlukan prosedur yang bervariasi.

    4) Menggunakan prosedur assessment yang tepat beserta batasannya.

    5) Assessment adalah cara untuk mancapai tujuan, bukan tujuan itu

    sendiri.

    f. Langkah-langkah Assessment

    Tujuan dari pembelajaran adalah membantu siswa untuk menerima

    tujuan pembelajaran yang diharapkan. Tujuan tersebut meliputi

    perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketika pembelajaran mulai

    berjalan, assessment merupakan bagian dari proses belajar-mengajar.

    Hasil pembelajaran yang diharapkan tidak akan tercapai tanpa tujuan

    pembelajaran, dan rencana pelaksanaan pembelajaran harus membawa

    perubahan bagi siswa, hal ini dapat melalui penilaian secara periodik

    dengan tes dan assessment yang lain.

    Keterkaitan antara pengajaran, pembelajaran, dan assessment

    dalam pendidikan akan terlihat jelas dengan mengikuti langkah-langkah

    proses pembelajaran sebagai berikut:

    1) Memperkenalkan tujuan pembelajaran

    Langkah pertama adalah pengajaran dan assessment

    merupakan penentu hasil belajar yang diharapkan dari kelas belajar,

    Assessment

    Tanpa pengukuran (informal observasi)

    Pertimbangan penilaian (kemajuan pembelajaran)

    Pengukuran (tes)

  • bagaimana cara berpikir dan bertindak ketika siswa telah mengikuti

    pembelajaran? Pengetahuan dan pemahaman apa yang harus siswa

    miliki? Keterampilan apa yang dapat siswa lakukan? Minat perilaku

    siswa apa yang harus berkembang? perubahan apa yang terjadi pada

    kebiasaan berpikir, karsa dan apa yang dilakukan setelah perubahan?.

    Kesimpulan, secara spesifik perubahan apa yang terjadi setelah kami

    berusaha? Dan apakah siswa akan senang ketika kami berhasil

    merubahnya?

    2) Menyiapkan penilaian siswa

    Ketika tujuan pembelajaran telah ditentukan, biasanya

    membuat beberapa assessment yang diperlukan oleh siswa agar hasil

    pembelajaran tercapai. Kemampuan dan keterampilan apakah yang

    siswa miliki dari hasil pengajaran? Apakah keterampilan dan

    pemahaman siswa yang berkembang? Penilaian keterampilan dan

    pengetahuan siswa dimulai dari kemungkinan dalam menjawab

    pertanyaan. Informasi ini sangat berguna pada rencana kerja untuk

    siswa dimana masih terdapat kekurangan pada keterampilan dan

    memodifikasi rencana pembelajaran yang dibutuhkan siswa. Berikut

    prinsip-prinsip penilaian:35

    a) Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan

    dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses

    pembelajaran (a part of, not apart from, instruction).

    b) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real word

    problems).

    c) Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda, dan

    kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman

    balajar.

    d) Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek

    dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).

    35 Sri Wahyuni, Authentic Assessment, h. 46

  • Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada

    hal berikut:36

    a) Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran

    anak didik tetap sesuai dengan rencana.

    b) Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan

    yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran.

    c) Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang

    menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses

    pembelajaran.

    d) Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah

    mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.

    3) Menyediakan pembelajaran yang relevan

    Adanya relevansi pembelajaran antara materi dan metode

    belajar dalam desain rencana pembelajaran untuk membentuk siswa

    dalam mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan selama tahap

    pembelajaran, pengukuran, dan pemberian assessment. Hal tersebut

    berarti dapat memonitor kemajuan belajar dan mendiagnosis

    kesulitan belajar. Jadi, pelaksanaan assessment secara periodik

    selama pembelajaran dapat memberikan feedback untuk membantu

    cara memperbaiki pembelajaran baik secara individu maupun

    kelompok.

    4) Menilai hasil yang diharapkan.

    Tahap terakhir dalam proses pembelajaran adalah

    menentukan tahap belajar yang diterima oleh siswa. Penyempurnaan

    tahap ini dengan menggunakan assessment yang dapat mengukur

    hasil belajar yang diharapkan. Idealnya, tujuan pembelajaran akan

    jelas menentukan keinginan perubahan pada siswa dan instrumen

    assessment akan memberikan relevansi pengukuran atau gambaran

    tingkat perubahan yang terjadi. Kesesuaian prosedur assessment

    36 Bahrul Hayat, Penilaian Kelas (Classroom Assessment) dalam Penerapan Standar

    Kompetensi, (Jakarta: Depdiknas, 2004), h. 7

  • yang akan digunakan akan dapat mengetahui hasil yang diharapkan,

    dengan memperhatikan keterangan yang dapat dijadikan

    pertimbangan penting untuk keefektifan kelas assessment dan

    perhatian yang sungguh-sungguh untuk bab selanjutnya.

    Penilaian ini harus memiliki kerangka berpikir (kognitif),

    sikap mental (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Domain

    kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall),

    pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mancakup

    tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan sikap, nilai,

    perasaan, dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan

    yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak

    (motor).37 Semua ini terangkum di dalam hasil belajar yang telah

    dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil

    belajar yang dimiliki masing-masing siswa ini diharapkan mampu

    berwujud menjadi kecakapan hidup (life skill). Menurut Achjar

    kecakapan hidup (life skill) dapat dibagi menjadi beberapa bagian,

    yaitu (www.dikmenum.go.id):38

    a) Personal Skill (kecakapan personal)

    (1) Kesadaran diri (eksistensi diri)

    (2) Kecakapan berpikir (menggali informasi, mengolah

    informasi, mengambil keputusan, memecahkan masalah).

    b) Social Skill (kecakapan sosial)

    (1) Kecakapan komunikasi lisan

    (2) Kecakapan komunikasi tertulis

    (3) Kecakapan tertulis

    (4) Kecakapan kerja sama

    c) Academic Skill (kecakapan akademik)

    37 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),

    Cetakan Ke-17, h. 34 38 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Kecakapan Hidup (Life Skill), dari

    www.dikmenum.go.id, 10 Desember 2007

  • (1) Kecakapan mengidentifikasi variabel

    (2) Kecakapan menghubungkan variabel

    (3) Kecakapan merumuskan hipotesis

    (4) Kecakapan melakukan penelitian

    d) Spiritual Skill

    Kecakapan memahami posisi dan makna diri di hadapan Tuhan.

    e) Vocational Skill (kecakapan keterampilan)

    Kecakapan seseorang memberdayakan panca indera, intuisi dan

    penalaran dalam merefleksikan jalan pemikiran melalui lisan,

    tulisan, perbuatan dan atau memanfaatkan alat dan bahan untuk

    memperbaiki, membuat dan atau memodifikasi suatu produk.

    Aspek-aspek kecakapan hidup yang akan dinilai sebagai

    bagian hasil belajar adalah: kecakapan berpikir, kesadaran diri, dan

    komunikasi lisan.

    5) Penggunaan hasil

    Siswa yang dikenai penerapan assessment, pada dasarnya

    dapat digunakan untuk kepentingan guru dan penyelenggara.

    Prosedur assessment yang digunakan dengan tepat dapat secara

    langsung meningkatkan hasil belajar siswa dengan: 1) Menjelaskan

    hasil belajar yang diharapkan. 2) Memberikan tujuan jangka pendek

    menjelang pelaksanaan. 3) Memberikan timbal balik mengenai

    pembelajaran. 4) Memberikan informasi untuk mengatasi kesulitan

    belajar dan memilih pengalaman pembelajaran untuk selanjutnya.

    Tujuan pemberian assessment secara berkala selama pembelajaran,

    maupun assessment terakhir memberikan hasil yang diharapkan.

    Informasi yang dihasilkan dari tes dan tipe assessment yang lain

    digunakan untuk meningkatkan pembelajaran. Seperti informasi yang

    dapat membantu mempertimbangkan: 1) Kepantasan dan tujuan

    pembelajaran itu dapat tercapai. 2) Kegunaan dari bahan-bahan

    pembelajaran. 3) Keefektifan metode pembelajaran. Prosedur assessment

  • dapat memberikan secara langsung kemajuan dalam proses belajar-

    mengajar.

    Hasil assessment juga dapat digunakan untuk menentukan angka

    dan laporan kemajuan siswa kepada orang tua. Sistematika yang

    digunakan pada banyak prosedur assessment menjadi dasar keobjektifan

    untuk laporan setiap kemajuan belajar siswa. Selain untuk menilai dan

    melaporkan, hasil assessment juga dapat berguna untuk keperluan

    berbagai administrasi dan keperluan pimpinan, pengembangan

    kurikulum, membantu siswa dalam belajar, mengambil kejuruan, dan

    keefektifan program sekolah dalam penilaian. Penyederhanaan model

    pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 2 Ringkasan langkah dasar

    proses pembelajaran dan menjelaskan hubungan pengajaran,

    pembelajaran, dan assessment:

    Menyiapkan penilaian siswa

    Memberikan pengajaran yang relevan: 1. Memantau kemajuan belajar 2. Mendiagnosis kesulitan belajar

    Memperkenalkan tujuan pembelajaran

    Menilai hasil yang diharapkan

    Kemuajuan belajar &

    pembelajaran

    Penilaian & laporan pada

    orang tua

    Sekolah menggunakan

    hasil untuk tujuan yang lainnya

  • Gambar 2. Penyederhanaan Model Pembelajaran

    Prosedur assessment meliputi: tehnik observasi, penilaian, dan

    laporan individu. Observasi secara langsung merupakan cara yang

    terbaik untuk menilai beberapa aspek kemajuan belajar. Penggunaan

    catatan anekdotal dapat dilakukan guru melalui observasi informal yang

    dapat menjadi sumber informasi tentang perkembangan siswa. Pendapat

    dan laporan dapat dibuat oleh siswa sendiri, selain itu dapat juga menjadi

    sumber yang berharga dalam perkembangan pembelajaran dalam bentuk:

    (1) pendapat tentang penggunaan penilaian perkembangan baik individu

    maupun kelompok. (2) metode pelaporan memberikan keterangan secara

    lengkap tentang yang dibutuhkan siswa, permasalahan, penyesuaian diri,

    minat, dan sikap.39

    Assessment yang digunakan pada penelitian ini disesuaikan dengan

    materi kelarutan dan hasilkali kelarutan. Karena dalam pembelajaran

    kelarutan dan hasilkali kelarutan ini diperlukan adanya penjelasan teori

    kelarutan dan hasilkali kelarutan, dan praktikum, sehingga assessment

    yang digunakan adalah assessment (pilihan ganda dan essay), dan

    assessment kinerja.

    B. Penelitian yang Relevan Diah Rusnawati, Penggunaan Penilaian Kinerja (Performance

    Assessment) dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Penguasaan

    Konsep (PTK di SMPN I Tangerang). Skripsi Jurusan Pendidikan IPA FITK

    UIN Jakarta 2006. Dalam penelitiannya mengatakan konsepsi awal dan akhir

    siswa terhadap konsep kandungan zat-zat pada makanan pada siklus 1 setelah

    dihitung tes hasil belajar diperoleh rata-rata skor gain sebesar 31,4 dengan

    simpangan baku 73,4. Dan pada siklus 1 diperoleh rata-rata 39,8, serta

    simpangan baku 69,0 dengan uji-t 4,9. Dari hasil tersebut membuktikan bahwa

    siswa diajarkan dengan menggunakan pembelajaran praktikum dengan

    39 Robert L. Linn & Norman E. Gronlund, Measurement and Assessment, h. 265

  • menggunakan penilaian kinerja siswa terdapat peningkatan yang signifikan.

    Maka distribusi kelas normal, dengan ini dapat dilihat dari hasil pengujian

    hipotesis yang menolak Ho, yaitu terdapat peningkatan penguasaan konsep

    yang signifikansi antara siklus I dan siklus II.

    Hasil pengujian hipotesis dengan uji-t pda taraf signifikansi 0,01 yaitu

    membuktikan bahwa siswa yang diajarkan dengan menggunakan penilaian

    kinerja ada peningkatan signifikan dalam hal penguasaan konsep. Jika dilihat

    dari perolehan nilai berdasarkan distribusi frekuensi, maka didapat siklus II

    lebih tinggi dari siklus I. Dari data-data di atas, dapat diambil kesimpulan

    bahwa selisih hasil belajar (gain) siklus I dan siklus II terdapat peningkatan

    penguasaan konsep yang signifikan antara siklus I dan siklus II.

    C. Kerangka Pikir Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam, khususnya mata pelajaran kimia

    merupakan mata pelajaran yang baru bagi siswa, sebab mereka baru

    mendapatkan materi kimia secara utuh sebagai suatu mata pelajaran pada saat

    memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini tidak menutup

    kemungkinan adanya kesulitan bagi mereka dalam penguasaan konsep kimia.

    Kesulitan penguasaan konsep kimia ini dapat dilihat pada saat proses

    pembelajaran atau pada hasil evaluasi pembelajaran.

    Evaluasi berperan untuk memberikan informasi tentang ada tidaknya

    perubahan yang terjadi pada siswa dan seberapa besar perubahannya.

    Perubahan ini harus meliputi perkembangan kognitif, afektif, maupun

    motorik. Untuk mengetahui perkembangan siswa, harus dilaksanakan

    assessment. Assessment merupakan penilaian yang diberikan kepada siswa

    sebagai akibat dari hasil tes formatif, mengenai kesulitan belajar yang dialami

    siswa, dan menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan

    belajar, serta menetapkan cara mengatasi kesulitan tersebut. Penilaian dapat

    dilakukan dengan cara tes dan non tes Dengan diterapkannya assessment ini,

    diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali

  • kelarutan pada siswa. Berikut gambar 3 kerangka berpikir penguasaan konsep

    kelarutan dan hasilkali kelarutan adalah sebagai berikut:

    Gambar 3. Kerangka Berpikir Penguasaan Konsep Kelarutan dan Hasilkali

    Kelarutan

    Konsep Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan

    Assessment

    Kesulitan Belajar

    Non tes Tes

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 8 Ciputat Jl. Raya

    Dewi Sartika Gg. Nangka No. 4 Ciputat pada bulan April-Juni 2007.

    B. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang penulis inginkan,

    diperlukan beberapa teknik, sebagai berikut:

    1. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

    2. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.40

    Populasi penelitian ditentukan semua murid kelas XI jurusan IPA

    SMA Muhammadiyah 8 Ciputat. Sedangkan sampel diambil dengan cara

    purposive sample yaitu cara mengambil sampel bukan didasarkan atas strata,

    random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan tertentu.41 Dari jumlah 2

    kelas XI jurusan IPA peneliti tetapkan kelas XI IPA 1 yang berjumlah 34

    orang karena dibandingkan kelas XI IPA 2 dengan XI IPA 1 sebagian besar

    siswanya mengalami kesulitan dalam belajar kimia sehingga cocok dijadikan

    sebagai kelas sampel.

    C. Metode Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli

    psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti

    gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli seperti

    Stephen Kemmis, Robin Mc. Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt, Rapoport,

    Dewey, dan sebagainya. Salah satu dari definisi tersebut adalah dikutip dalam

    40 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT

    Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi V, h. 108-109

    41Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 117

  • D. Hopkins dalam bukunya yang berjudul A Teachers Guide To Classroom

    Research, Bristol. PA. Menyatakan bahwa Action Research adalah:

    ...a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in asocial (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practces, and (c) the situations in which practices are carried out.42

    ...penelitian tindakan adalah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan

    secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk

    meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari (a) kegiatan praktik sosial atau

    pendidikan mereka, (b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan

    praktek pendidikan ini, (c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan

    praktek ini.43

    Pengertian PTK atau Class-room Action Research (CAR) adalah suatu

    bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan

    untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka

    dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

    tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-

    praktek pembelajaran tersebut dilakukan.

    Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa

    proses pengkajian berdaur (cyclical) yang terdiri dari 4 tahap:

    Gambar 4. Kajian berdaur 4 tahap PTK

    Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis,

    sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil

    tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan baru sehingga perlu dilakukan

    42 Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research),

    (Jakarta: Depdikbud, 1999), hal. 6-7

    43 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2006), hal. 11

    MERENCANAKAN MELAKUKAN TINDAKAN MEREFLEKSI MENGAMATI

  • perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang, serta diikuti pula

    refleksi ulang. Keempat fase dari suatu siklus dalam sebuah PTK biasa

    digambarkan dengan sebuah spiral PTK seperti ditunjukkan dalam Gambar 5

    berikut:

    Gambar 5. Spiral Penelitian Tindakan Kelas (adaptasi dari Hopkins,

    1993, hl.48).44

    PTK dapat dilakukan untuk menyelesaikan bermacam-macam

    permasalahan yang muncul di dalam kelas/sekolah. Sebagai contoh, seorang

    guru mungkin menghadapi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan tugas-

    tugasnya dari hari ke hari seperti meningkatkan motivasi belajar murid,

    44 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (untuk: guru), (Bandung: CV. Yrama Widya,

    2006), h. 31

    Identifikasi Masalah

    Perecanaan

    Aksi Refleksi

    Observasi

    Perencanaan Ulang

    Refleksi

    Obervasi

    Aksi

  • menerapkan berbagai macam metode pembelajaran, mengembangkan kegiatan

    laboratorium, mengembangkan bentuk pekerjaan rumah, mengembangan

    bentuk-bentuk karya ilmiah, mengembangkan pendekatan-pendekatan baru

    dalam assessment pencapaian murid, menerapkan berbagai pendekatan untuk

    memenuhi kebutuhan individual murid yang berbeda-beda, dan sebagainya.45

    Sebelum pelaksanaan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan

    sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik.

    Langkah-langkah persiapan yang perlu diempuh adalah: (1) membuat skenario

    pembelajaran. (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang

    diperlukan di kelas. (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data

    mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan. (4) melakukan simulasi

    pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

    Jika semua tindakan persiapan telah rampung, maka skenario tindakan

    perbaikan yang telah direncanakan itu dilaksanakan dalam situasi yang aktual.

    Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok

    dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada saat yang

    bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga dibarengi dengan kegiatan observasi

    dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

    Dalam hal pelaksanaan PTK dilakukan secara kolaboratif, maka

    pelaksanaan observasi perlu dilakukan dalam 3 fase kegiatan yaitu:46 (i)

    pertemuan perencanaan, (ii) pelaksanaan observasi kelas, (iii) pembahasan

    balikan. Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan

    bersama untuk untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan

    persepsi antara observer (pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai

    fokus, kriteria atau kerangka pikir interpretasi di samping teknik observasi

    termasuk perekaman hasil observasi yang akan digunakan. Fokus observasi

    adalah segala sesuatu yang menjadi titik incar dalam pelaksanaan observasi.

    Dalam rangka PTK, fokus observasi dibatasi pada sasaran-sasaran

    tertentu yang diprioritaskan dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang

    45 Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas, h. 4 46 Tim Pelatih Proyek PGSM, Penelitian Tindakan Kelas, h. 53

  • tengah digelar dalam sesuatu siklus PTK. Sebagaimana telah ditekankan

    sebelumnya, kehadiran pengamat mitra berperan melengkapi amatan aktor

    pelaksana tindakan perbaikan. Kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan

    observasi adalah kerangka pikir yang digunakan dalam menafsirkan makna

    dari berbagai fakta yang terekam sebagai indikator dari berbagai gejala yang

    diharapkan terjadi sebagai perwujudkan dari proses dan/atau dampak dari

    tindakan perbaikan yang diimplementasikan.

    Beberapa kriteria observasi dalam rangka PTK adalah sebagai berikut:

    1. Peningkatan proses pembelajaran

    a) Peningkatan frekuensi dan/atau kualitas siswa dalam interaksi belajar-

    mengajar.

    b) Peningkatan perhatian siswa terhadap guru

    c) Peningkatan ketepatan siswa dalam mengikuti kelas

    2. Peningkatan hasil belajar

    a) Peningkatan perasaan ingin tahu siswa

    b) Peningkatan siswa dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan.

    c) Peningkatan hasil assessment yang diberikan.

    Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dapat berwujud:47

    1. Pedoman pengamatan

    Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif

    dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dapat dilaksanakan

    dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek), catatan lapangan,

    jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam

    kelas, alat perekam elektronik atau pemetaan kelas.

    2. Pedoman wawancara

    Untuk memperoleh data dan atau informasi yang lebih rinci dan untuk

    melengkapi data hasil observasi, peneliti dapat melakukan wawancara

    kepada guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator yang berkolaborasi.

    3. Angket atau kuisioner

    47 Herawati Susilo dan Kisyani Laksono, Implementasi Penelitian Tindakan Kelas, dari

    www.ekofeum.or.id, 5 November 2007

  • 4. Pedoman pengkajian data dokumen

    Dokumen yang dikaji dapat berupa: daftar hadir, silabus, hasil karya

    peserta didik, hasil karya guru, arsip, lembar kerja, dll.

    5. Tes dan assessment alternatif

    6. Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap,

    bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal

    atau hasil belajar dengan berbagai prosedur assessment.

    Untuk dapat melakukan secara efektif pengambilan keputusan

    sebelum, selama, dan setelah sesuatu program pembelajaran dilaksanakan,

    guru sebagai pelaksana PTK, melakukan refleksi dalam arti merenungkan

    secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu

    terjadi dan/atau tidak terjadi, serta menjajangi alernatif-alternatif solusi yang

    perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang

    dikehendaki.

    D. Rancangan/ Desain Penelitian 1. Fokus Masalah

    Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan

    penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan

    assessment pada siswa.

    2. Hasil yang diharapkan

    Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan

    penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan melalui penerapan

    assessment pada siswa.

    3. Solusi Masalah

    Dengan penerapan assessment dapat diketahui apakah terjadi peningkatan

    penguasaan konsep kelarutan dan hasilkali kelarutan pada siswa.

    4. Indikator

    a. Kecakapan personal (kecakapan dan kesadaran diri)

    b. Kecakapan sosial (kecakapan komunikasi)

    c. Hasil assessment

  • 5. Prosedur Penelitian

    a. Analisis kebutuhan

    1) Observasi

    2) Wawancara dengan guru

    3) Kuisioner siswa

    4) Assessment

    b. Siklus 1

    Pada siklus 1 dibagi menjadi 2 tahap:

    1) Tahap 1

    a) Perencanaan tindakan

    (1) Membuat rencana pelaksanaan pembalajaran pada sub

    pokok bahasan tentang larutan jenuh (hubungan kelarutan

    dan hasilkali kelarutan).

    (2) Membuat assessment 1 tentang larutan jenuh (hubungan

    kelarutan dan hasilkali kelarutan).

    b) Pelaksanaan tindakan

    (1) Guru memberitahukan tujuan pembelajaran tentang

    larutan jenuh dan hubungan kelarutan dan hasilkali

    kelarutan pada siswa.

    (2) Melaksanakan pembelajaran (materi pada halaman 12)

    dan memberikan contoh-contoh latihan soal.

    (3) Memberi perlakuan assessment 1

    c) Monitoring dan pemberian assessment pada siswa

    (1) Pengamat mencatat aktivitas siswa pada format observasi

    siswa.

    (2) Pengamat mencatat aktivitas guru pada format observasi

    guru.

    (3) Memberikan kuisioner setelah pelaksanaan assessment1.

    d) Refleksi proses pembelajaran

    (1) Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari

    assessment 1.

  • (2) Menemukan kekurangan pada assessment 1

    (3) Merefleksi kekurangan assessment1

    Berikut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

    assessment1:

    Langkah-langkah Pembelajaran Siklus 1 Tahap 1 (5 Jam Pelajaran)

    Kegiatan Pendahuluan Menanyakan kabar siswa (absensi) Memperkenalkan diri kepada siswa Menjelaskan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Menyimak pengertian larutan jenuh, kelarutan dan hasilkali

    kelarutan. Menyimak dan memberikan contoh hubungan kelarutan (s)

    dengan hasilkali kelarutan (Ksp) Menuliskan rumus Ksp berdasarkan jumlah elektrolit Mengerjakan contoh-contoh soal tentang kelarutan dan hasilkali

    kelarutan (Ksp) Menerima perlakuan assessment 1 tentang kelarutan dan hasilkali

    kelarutan dan hubungannya. Kegiatan Akhir Membuat kesimpulan dengan dibantu siswa lainnya Menyimak informasi tentang pelajaran yang akan dipelajari

    selanjutnya. Mengakhiri pembelajaran dengan berdoa

    Assessment 1 Nama : Kelas : XI IPA 1 Materi : Larutan jenuh (hubungan kelarutan dan hasilkali kelarutan) Waktu : 60 menit Isilah pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar, untuk soal pilihan ganda disertai dengan uraian alasan jawaban! 1. Pada saat proses pelarutan AgCl, maka sebagian AgCl larut dan sebagian

    akan tetap mengendap, sehingga terjadi kesetimbangan, dan akan terus menjadi endapan apabila ditambahkan AgCl padatan. Apa yang terjadi jika di larutan jenuh tersebut ditambahkan air? a. AgCl tetap mengendap b. AgCl yang mengendap akan terlarut dan terionisasi c. AgCl yang terlarut akan mengendap d. AgCl yang mengendap sebagian akan terlarut dan terionisasi e. Semua jawaban salah

  • 2. Rumusan hasilkali kelarutan (Ksp) Ag2SO4 dinyatakan sebagai

    a. [ ] [ ]-242 SO Ag+ d. [ ] [ ]-242 SO 2Ag+ b. [ ][ ]-24SO 2Ag+ e. [ ][ ]2-24SO Ag+ c. [ ][ ]2-24SO 2Ag+

    3. Ksp AgCl = 1,6x10-10. Satu mol AgCl dimasukkan ke dalam satu liter air, maka dalam larutan jenuh AgCl terdapat a. Konsentrasi AgCl = 1,6x10-10 M b. Konsentrasi ion Ag+ = 1,6x10-10 M c. Konsentrasi ion Cl- = 1,6x10-10 M d. [ ] [ ]-Cl Ag ++ = 1,6x10-10 e. [ ][ ]-Cl Ag+ = 1,6x10-10

    4. Diperoleh data sebagai berikut:

    Senyawa ion Ksp Kelarutan mol/L BaSO4 Mg(OH)2 Mn(OH)2

    1,0 x 10-10 1,6 x 10-11 1,9 x 10-13

    1,0 x 10-5 1,58 x 10-4 3,5 x 10-5

    Apa yang dapat Anda simpulkan antara senyawa Mg(OH)2 dan Mn(OH)2 tentang harga Ksp dan kelarutannya? a. Senyawa elektrolit yang berbeda, maka Ksp dan kelarutannya berbeda. b. Senyawa elektrolit yang memiliki jumlah ion yang sama, maka elektrolit

    dengan Ksp terbesar akan memiliki kelarutan (s) terbesar. c. Senyawa elektrolit yang memiliki jumlah ion yang sama, maka elektrolit

    dengan Ksp terbesar akan memiliki kelarutan (s) terkecil. d. Senyawa elektrolit yang berbeda, maka elektrolit yang memiliki Ksp

    terbesar akan memiliki kelarutan (s) terbesar. e. Semua jawaban salah.

    5. Diperoleh data sebagai berikut: Senyawa ion Ksp Kelarutan mol/L AgCl AgBr Ag2CO3

    10-10 5 x 10-13 5 x 10-13

    10-5 7 x 10-7 5 x 10-5

    Apa yang dapat Anda simpulkan antara senyawa AgBr dan Ag2CO3 tentang harga Ksp dan kelarutannya? a. Jika elektrolit-elektrolit memiliki Ksp yang sama, maka elektrolit dengan

    jumlah ion terbesar akan memiliki kelarutan (s) terbesar. b. Jika elektrolit-elektrolit memiliki Ksp yang sama, maka elektrolit dengan

    jumlah ion terbesar akan memiliki kelarutan (s) terkecil. c. Jika elektrolit-elektrolit memiliki Ksp yang sama, maka elektrolit dengan

    jumlah ion terkecil akan memiliki kelarutan (s) terbesar.

  • d. Jawaban a, b, c adalah benar. e. Jawaban a, b, c adalah salah.

    6. Jika kelarutan Ca(OH)2 dalam air adalah s mol.L-1, maka hasilkali kelarutan Ca(OH)2 adalah....................................................................................................................

    7. Jika Ksp Ag2S adalah a, maka kelarutannya dalam mol.L-1 adalah .

    8. Kelarutan PbI2 dalam air adalah 1,5 x 10-3 molar. Hasilkali kelarutannya adalah

    9. Diketahui hasilkali kelarutan CaCO3 = 1,6 x 10-9. Besarnya kelarutan CaCO3 dalam air adalah.mol.L-1

    10. Jika Ksp CaCO3 = 2,5 x 10-9. Berapa gram CaCO3 (Mr = 100) yang terkandung dalam 500 mL larutan jenuh?.................................................................................................................

    2) Tahap 2

    a) Perencanaan