percobaan v (tingkat kelarutan zat padat dalam berbagai pelarut) percobaan terbaik 1 revisi.docx

55
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA V JUDUL PERCOBAAN : TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI PELARUT Disusun : 1. Fitradhela Rachma Nadhia 24030114120015 2. Anggiet Susilaningtyas 24030114120016 3. Samuel 24030114120017 4. Lia Wijayanti 24030114120019 Asisten :

Upload: lia-wijayanti

Post on 08-Jul-2016

383 views

Category:

Documents


79 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA V

JUDUL PERCOBAAN :

TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI PELARUT

Disusun :

1. Fitradhela Rachma Nadhia 24030114120015

2. Anggiet Susilaningtyas 24030114120016

3. Samuel 24030114120017

4. Lia Wijayanti 24030114120019

Asisten :

Sovi Farnola 24030112140034

LABORATORIUM ANORGANIKJURUSAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKAUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANGNOVEMBER, 2015

Page 2: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan tingkat kelarutan zat padat dalam berbagai pelarut

yang bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di dalam

berbagai pelarut. Prinsip dari percobaan ini adalah perbedaan kelarutan, dimana suatu

senyawa hanya akan larut pada senyawa lain yang mempunyai sifat yang sama (like

dissolves like). Metode yang digunakan yaitu dengan melarutkan solute (zat terlarut)

pada berbagai jenis pelarut dengan range waktu tertentu sehingga dapat dibandingkan

tingkat kelarutan dari beberapa solute dalam berbagai jenis pelarut. Solute yang

dibandingkan adalah NaCl, CaCl2, dan NiCl2, sedangkan untuk pelarutnya adalah

aquades, HCl, NH4OH, etanol, dan kloroform. Hasil dari percobaan diperoleh bahwa

NaCl dapat larut dalam pelarut HCl dan NH4OH, namun tidak dapat larut dalam

pelarut etanol, aseton dan kloroform. CaCl2 dapat larut dalam pelarut etanol, HCl dan

NH4OH, namun tidak dapat larut dalam pelarut aseton dan terlarut sebagian dalam

kloroform. NiCl2 dapat larut dalam pelarut etanol, HCl dan NH4OH, namun tidak

dapat larut dalam pelarut aseton dan terlarut sebagian dalam kloroform.

(disebutin to waktunya biar tau dimana yang paling cepat larut, kan parameter

pembandingnya waktu)

Keywords : like dissolves like, perbedaan kelarutan, CaCl2, solute.

Page 3: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

ABSTRACT

Has conducted experiments solubility of solids in a variety of solvents which aims to

determine qualitatively the solubility of solids in a variety of solvents. Principle of this

experiment is the difference in solubility, where in a compound would only dissolve in

the other compounds that have the same properties (like dissolves like). The method

used is to dissolve the solute (the solute) in various types of solvents with a specific

time range that can be compared to the level of solubility of some solute in various

kinds of solvents. Solute compared are NaCl, CaCl2 and NiCl2, while the solvent is

distilled water, HCl, NH4OH, ethanol, and chloroform. Results of the experiments

showed that NaCl is soluble in solvents HCl and NH4OH, but not soluble in ethanol,

acetone and chloroform. CaCl2 soluble in ethanol, HCl and NH4OH, but not soluble in

acetone and partially dissolved in chloroform. NiCl2 soluble in ethanol, HCl and

NH4OH, but not soluble in acetone and partially dissolved in chloroform.

Keywords : like dissolves like, Solubility, CaCl2, solute.

Page 4: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

PERCOBAAN V

TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI

PELARUT

I. TUJUAN PERCOBAAN

1.1 Menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat didalam berbagai pelarut

II. DASAR TEORI

2.1 Larutan

Larutan adalah suatu sistem campuran homogen dari dua zat atau lebih partikel

didalam larutan memiliki ukuran atau dimensi molekuler. Perbedaan antara pelarut

dan zat terlarut sebenarnya relatif, suatu zat pada suatu saat dapat merupakan zat

terlarut (solute) dan pada saat lain merupakan pelarut (solvent), sehingga dapat

dikatakan bahwa zat terlarut (solute) adalah suatu komponen atau zat yang ada

dalam jumlah yang lebih kecil sedangkan pelarut (solvent) adalah suatu komponen

atau zat yang ada dalam jumlah yang lebih besar. Berdasarkan banyaknya zat

terlarut (solute), larutan dapat dibagi menjadi :

1. Larutan tidak jenuh

Larutan yang mana solute dapat ditambahkan secara bebas untuk membentuk

larutan dengan berbagai konsentrasi.

2. Larutan tepat jenuh

Larutan dimana proses penambahan solute hingga tercapai suatu kesetimbangan

dinamis antara zat dalam larutan dan zat yang tidak larut.

3. Larutan lewat jenuh

Penambahan solute tidak lagi mempengaruhi konsentrasi larutan (Petrucci, 1992).

2.2 Kelarutan

Kelarutan atau proses melarut adalah suatu proses perubahan dari zat asal ke

dalam medium. Pengertian kelarutan dapat digunakan dalam beberapa paham yaitu

bahwa kelarutan menyatakan pengertian secara kualitatif dari proses larutan yang

dapat didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua zat atau lebih membentuk

Page 5: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

disperse molekul hydrogen. Kelarutan juga digunakan secara kuantitatif untuk

menyatakan komposisi dari larutan yang didefinisikan sebagai konsentrasi zat

terlarut dalam larutan jenuh, serta kelarutan dapat juga diartikan sebagai banyaknya

zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut dan

temperatur konstan (Sukardjo,1985).

Kelarutan merupakan sifat suatu zat atau kemampuan suatu zat terlarut untuk

melarut dalam suatu pelarut dengan banyak tertentu menghasilkan suatu larutan.

Menurut banyaknya zat terlarut, larutan dibagi menjadi tiga macam yaitu larutan

jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh (Underwood, 1996).

2.2.1 Kelarutan Endapan/ Padatan

Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif

melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat-zat yang memisahkan

diri sebagai suatu fase padat yang keluar dari larutan. Endapan mungkin

berupa kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan

penyaringan atau sentrifuse.

Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang

praktis dalam analisis anorganik, semua pekerjaan dilakukan dalam bejana

terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit dari dalam bejana

terbuka pada tekanan atmosfer. Perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer

tak mempunyai pengaruh yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah

perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat dikatakan, bahwa

kelarutan kristal atau endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu,

meskipun dalam beberapa hal istimewa (seperti kalium sulfat), terjadi yang

sebaliknya. Laju kenaikan kelarutan dengan suhu berbeda-beda dalam

beberapa hal sangat kecil sekali, dalam hal-hal lainnya sangat besar. Pada

beberapa hal perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat menjadi

dasar pemisahan (Vogel, 1990).

2.2.2 Kelarutan dari Padatan Dalam Cairan

Gaya tarikan diantara partikel zat terlarut memainkan peranan yang lebih

besar. Dalam padatan molekul atau ion tersusun dalam pola yang sangat

teratur atau gaya tariknya maksimum. Agar larutan dapat terbentuk, tarik-

menarik antara partikel zat terlarut dan pelarut harus cukup besar untuk

Page 6: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

memungkinkan dorongan alami untuk mencapai ketidakteraturan. Dalam

padatan ini, dimana gaya tarik-menarik sangat kuat, sehingga pelarut yang

sangat polar seperti air dapat melarutkannya. Pelarut dengan kepolaran besar

seperti metil alkohol atau etil alkohol tidak akan mampu melakukannya, dan

garam seperti NaCl dapat dikatakan tak larut didalamnya tetapi larut dalam

air (Bird, 1987).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu:

a. Temperatur

Kebanyakan senyawa anorganik meningkat kelarutannya sejalan dengan

meningkatnya suhu.

b. Sifat Pelarut

Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai

kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent.

c. Sifat Zat Terlarut

Berdasarkan molarnya apabila konsentrasi tinggi maka kelarutannya lebih

tinggi atau besar.

d. Efek Ion Sekutu

Sebuah endapan secara umum lebih dapat larut dalam air murni dibanding

dalam larutan yang mengandung satu dari ion-ion endapan.

e. Efek Aktivitas

Banyaknya endapan menunjukan peningkatan kelarutan dalam larutan-larutan

yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimiawi dengan ion-ion dari

endapan.

f. Pengaruh pH

Kelarutan dari garam asam lemah tergantung pada pH larutan tersebut,

sehingga meningkatkan kelarutan.

g. Pengaruh Hidrolisis

Page 7: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Garam asam lemah dapat terurai di dalam air sehingga perubahan dalam

konsentrasi ion hidrogen cukup besar.

h. Pengaruh Pembentukan Kompleks

Banyaknya endapan membentuk kompleks-kompleks larut dengan ion dari

unsur pengendapan itu sendiri karena adanya efek ion sekutu.

i. Tekanan

Kelarutan semua gas akan naik bila tekanan parsial gas diatas larutan naik

(Underwood, 1996).

II.4Proses Melarutnya Zat Terlarut

Prinsip dasar yang digunakan untuk mengetahui proses melarutnya zat terlarut

kedalam pelarut biasa dikenal dengan istilah ”Like Dissolves Like” artinya pelarut

sejenis akan melarutkan molekul sejenis artinya pelarut dan molekul zat terlarut

saling berinteraksi antar molekul keduanya dengan membentuk suatu ikatan tertentu

diantara keduanya, sehingga secara termodinamika zat terlarut akan larut dalam

pelarut tersbut. Ada istilah lain yang menghasilkan proses melarutnya zat terlarut

dalam molekul pelarut, yaitu istilah solvasi pelarut. Solvasi pelarut adalah proses

dimana ion-ion solute dikelilingi oleh molekul pelarut dan dengan membentuk

semacam jembatan atau ikatan antara keduanya, misalnya garam dapur (Keenan,

1990).

II.5Proses Pelarutan

Proses terbentuknya suatu larutan hampir selalu terjadi bersamaan dengan

adsorpsi atau pelepasan energi. Jumlah panas yang diadsorpsi atau dilepaskan bila

suatu zat membentuk larutan disebut panas pelarutan yang diberi lambang ∆H

pelarutan. Panas pelarutan adalah perbedaan antara energi yang dipunyai larutan

setelah terbentuk dan energi yang dipunyai oleh komponen larutan sebelum

dicampur, jadi :

∆H pelarutan = H pelarutan – H komponen (Brady, 1999).

II.6Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Keseimbangan kelarutan yaitu keseimbangan antara sepertu elektrolit yang

sedikit larut dengan larutan jenuhnya. Bila dalam suatu larutan jenuh MA

mengandung elektrolit biner (menghasikan 2 ion) yang sedikit larut, terdapat

padatan MA maka padatan keseimbangan dapat dituliskan sebagai berikut:

Page 8: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

MA(s) M+(aq) + A-

(aq)

Untuk hal-hal yang keseimbangan larutan elektrolit yang sedikit larut biasanya

digunakan Ksp. Untuk elektrolit yang mudah larut seperti NaCl, asumsi bahwa K =

Ksp tidak berlaku, selain itu aktivitas ion-ion elektrolit yang mudah larut sama

dengan konsentrasinya. Kelarutan suatu elektrolit akan berkurang bila dilarutkan

dalam larutan yang mengandung ion senama. Akan tetapi jika ion tidak senama atau

efek garam, akan meningkatkan kelarutan.

Nilai hasil kali kelarutan juga dapat digunakan untuk menduga pengendapan

akan terjadi apabila dua elektrolit dicampurkan, bila hasil kali ion lebih kecil dari Ksp

maka tidak akan terjadi pengendapan dan jika hasil kali ion lebih besar daripada Ksp

maka akan mengendap (Bird, 1987).

II.7Garam Kompleks

Beberapa garam dapat mengkristal dari larutannya dengan mengikat sejumlah

molekul air sebagai hidrat. Contoh: CuSO4,5H2O, FeSO4.7H2O dan Al2(SO4)3.9H2O.

Bentuk struktur dalam kristal terdiri atas kation terhidrat dan anion terhidrat, seperti

Cu(H2O)42+ dan SO4(H2O)2- dalam CuSO4,5H2O. Selain itu banyak dijumpai ion

logam transisi dengan molekul atau ion ynag terikat lebih kuat daripada molekul air.

Contohnya, Co(NH3)63+ dan Fe(CN)6

3-.

Garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks misalnya

Heksaaminkobalt(II) Klorida, Co(NH3)6Cl3 dan Kaliumheksaaminferat(III),

K3Fe(CN)5. Garam rangkap adalah garam kristalin yang mempunyai dua anion atau

kation yang berbeda. Pembentukan garam rangkap terjadi apabila dua garam

mengkristal bersama-sama dalam perbandingan tertentu. Garam rangkap memiliki

struktur sendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya, misalnya

garam alumina KAl(SO4)2.12H2O dan Ferroaluminiumsulfat Fe(NH3)2(SO4).6H2O.

Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya

(biasanya terhidrat).

Garam rangkap dan garam kompleks yang dibuat dalam pelarut air dan

terionisasi menjadi ion-ion yang tidak sama persis jenisnya sehingga kedua jenis

garam tersebut mempunyai sifat yang berbeda, misalnya kelarutannya, warna

larutan, dan daya hantar listrik (Brady, 1999).

Page 9: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

2.8 Perpindahan Elektron Hibridisasi

Pembentukan ikatan, juga sering dikatakan sebagai penataan kembali orbital

atom menjadi orbital molekul, yang merupakan hasil tumpang tindih dari kedua

orbital atom. Contoh sederhana proses penataan orbital molekul dengan model ini

dapat ditunjukkan pada proses pembentukan molekul Asam Florida (HF).

Konfigurasi atom H : 1s1 dan atom F : 1s2 2s2 2px2 2py2 2pz1, tampak kemungkinan

terjadi pasangan elektron antara 1s1 dari atom H dan 2pz1, sehingga terjadi tumpang

tindih kedua obital tersebut, dan membentuk orbital molekul sp, dan menghasilkan

bentuk molekul yang linier, perhatikan Gambar 5.14.

Gambar 5.14. Model hibridisasi dan bentuk molekul sp

Seperti yang dibahas pada pembentukan molekul BF3, proses perpindahan

elektron dari tingkat orbital yang rendah ke yang lebih tinggi umum terjadi proses

perpindahan ini dikenal dengan proses hibridisasi. Orbital hasil hibridisasi disebut

orbital hibrid, dalam pembentukan BF3, terjadi orbital hibrid sp2, dimana ikatan akan

terjadi pada orbital tersebut.

Proses hibridisasi sp2, secara sederhana melalui tahap sebagai berikut. Elektron

yang berada pada orbital 2s dipromosikan dan berpindah pada orbital 2py.

Page 10: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Sehingga terbentuk orbital hibrid sp2, yang dapat bereaksi dengan atom lain

dengan membentuk ikatan yang hampir sama. Hal ini menyebabkan bentuk

molekulnya sebagai segi tiga datar, lihat Gambar 5.15.

Gambar 5.15. Bentuk molekul dengan hibridisasi sp2

Proses hibridisasi tipe lain, terjadi pada molekul gas metana CH4, atom

memiliki konfigurasi konfigurasi atom H: 1s1 dan konfigurasi atom C: 1s2 2s2 2px1

2py1 2pz0.

Dalam mengikat 4 atom H menjadi CH4, maka 1 elektron (orbital 2s) dari atom

C akan dipromosikan ke orbital 2pz0, sehingga konfigurasi elektronnya menjadi: 1s1

2s1 2px1 2py1 2pz1.

Perubahan yang terjadi meliputi 1 orbital 2s dan 3 orbital 2p, maka disebut

hibridisasi sp3, Kekuatan ikatan untuk keempat orbital relatif setara sehingga

membentuk molekul tetrahedron, seperti Gambar 5.16. Struktur molekul tetrahedral

cukup stabil, sehingga banyak molekul yang memiliki struktur ini.

Page 11: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Gambar 5.16. Bentuk molekul dengan hibridisasi sp3

Bentuk hibridisasi yang lebih kompleks jika banyak orbital yang terlibat dalam

proses promosi elektron seperti orbital s, p, dan d, seperti pada hibridisasi dsp3

dengan bentuk molekul trigonal bipiramidal, sp2d ; dsp2 dengan bentuk molekul

segiempat datar dan d2sp3 ; sp3d2 dengan bentuk molekul octahedron (Brady, 1999).

2.9. Ikatan Ionik dan Ikatan Kovalen

Ikatan ionik mempunyai hubungan sederhana antar struktur kristal yang

dinamakan kisi antara ion positif dan ion negatif dimana gaya tarik-menarik antara

muatan-muatan yang berlawanan maksimum dan gaya tolak tolak antara ion-ion

dengan muatan sama adalah seminimal mungkin. Ikatan kovalen mempunyai interaksi

antara unit-unit molekul yang relatif rendah (ikatan van der walls, ikatan antara dipol-

dipol dan ikatan hidrogen). Energi yang diperlukan untuk meleburkan padatan kovalen

relatif kecil karena hanya memutus ikatan interaksi molekular dan bukan ikatan

kovalen antar molekul (Brady, 1999).

2.10. Kepolaran

Polarisasi ion dalam kristal. Polarisasi anion oleh kation menunjukan adanya

ikatan kovalen sehingga kelarutan senyawa menurun. Dalam kasus perak halida,

kelarutan menurun dari AgF ke AgS karena adanya peningkatan polarisasi anion

halida yang disebabkan oleh kecilnya ukuran Ag+. AgI adalah senyawa kovalen yang

mempunyai struktur Zinc blende (Brady, 1999).

2.11. Macam-macam Pelarut (Solven)

Solven protonik dapat diklarifikasikan sebagai berikut :

a. Asam, mempunyai kecendrungan yang kuat untuk mendonorkan proton seperti

H2SO4 dan CH3COOH.

b. Basa, mempunyai afinitas kuat terhadap proton seperti amoniak.

c. Amfoter, dapat bereaksi baik sebagai donor proton maupun akseptor proton seperti

alkohol dan air

d. Non polar, tidak terionisasi dan tidak tersolvasi seperti benzena, karbon tetra

klorida

e. Polar tinggi, solven auto ionisasi seperti BrF3, yang sangat reaktif dan sulit untuk

menjaga kemurniannya (Petrucci, 1992).

Page 12: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

2.12. Padatan Ionik

Atom-atom dengan perbedaan elektronegatifitas yang besar dominan membentuk

senyawa ionik, misalnya NaCl. Senyawa ini terdiri dari ion negatif dan positif yang

tertata bersama dalam suatu kisi. Kisi ini terikat bersama oleh gaya elektrostatik tidak

langsung antara ion-ion yang muatannya berlawanan.

Sifat Padatan Ionik

a. Stereokimia

Ikatan ionik bersifat sangat kuat, gaya ionik berkecenderungan terdapat diseluruh

ruangan dan kekuatannya setara dalam semua arah.

b. Titik leleh dan titik didih

Interaksi elektronik kation-kation adalah kuat pada senyawa ionik. Hal tersebut

menyebabkan titik leleh maupun titik didihnya.

c. Kekerasan (Hardness)

Gaya tarik-menarik elektrostatik multivalen dalam kristal ionik membuat

kristalnya keras, kekerasan meningkat dengan meningkatnya muatan ionik.

d. Kelarutan (Solubility)

Senyawa ionik larut dalam pelarut dengan konstanta dielektrikan tinggi/rendah.

e. Mudah rusak (Birttleness) (Keenan, 1990).

2.10 Analisa Bahan

2.10.1 NiCl2

Sifat kimia : Higrokopis, larut dalam air, dan amonium hidroksida.

Sifat fisik : Kristal hijau (Budavery, 1989).

2.10.2 NaCl

Sifat kimia : Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, NaCl

dijumpai sebagai mineral.

Sifat fisik : Padatan kristalin putih, densitas 2,17 g ml-1, titik leleh 801

oC, titik didih 1413 oC (Budavery, 1989).

2.10.3 CaCl2

Sifat kimia : Senyawa putih lembab air yang larut dalam air. Larut dalam

air dan alkohol.

Sifat fisik : Titik leleh 272 oC, titik didih 7600 oC, densitas 2,15 g ml-1

(Budavery, 1989).

Page 13: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

2.10.4 Aseton

Sifat kimia : Cairan tidak berwarna yang mudah terbakar, memiliki bau

khas yang lemah, merupakan senyawa reaktif, larut dalam

air. Dibuat dari oksidasi propan-2-ol, atau hasil samping

pembuatan fenol dari kamera. Digunakan sebagai pelarut,

pembuat plastik, dan seluloit.

Sifat fisik : Berat jenis 0,79 g/ml. Titik leleh -95,40C, titik didih

56,20C (Daintith, 1994 ).

2.10.5 Etanol

Sifat kimia : Merupakan zat cair tidak berwarna, bersifat semipolar.

Larut dalam air, eter, kloroform, berbau menyengat,

volatil.

Sifat fisik : Bobot molekul 46,07 g mol-1, titik leleh -114,5 oC, titik

didih -102 oC, densitas 0,61 g ml-1 (Daintith, 1994).

2.10.6 Kloroform

Sifat kimia : Cairan atsiri, berbau manis, tidak warna. Dibuat melalui

reaksi haloform, volatil, larut dalam alkohol, eter, benzena,

sedikit larut dalam air.

Sifat fisik : Titik leleh -63 oC, titik didih 61 oC, densitas 1,48 g ml-1.

(Budavery, 1989).

2.10.7 Asam Klorida (HCl)

Sifat kimia : Gas berasap tanpa warna, dapat dibuat dengan memanaskan

NaCl dan metana atau reaksi haloform.

Sifat fisik : Titik leleh -114 oC, titik didih -85 oC, Bobot molekul

38,42 g mol-1, densitas 0,47 g ml-1 (Budavery, 1989).

2.10.8 NH4OH

Sifat kimia : Cairan pada temperatur -78 oC -33 oC dibawah tekanan 1

atm. Bersifat asam lemah, merupakan larutan NH3 dalam

air.

Sifat fisik : Titik didih 23oC, bobot molekul 325 g mol-1, konstanta

ionisasi 5.10-27 (Budavery, 1989).

Page 14: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

2.10.9 Aquadest (H2O)

Sifat kimia : Sebagai pelarut, rumus molekul H2O

Sifat fisik : Air murni dari penyulingan, titik didih 1000C, titik bekunya

00C tidak berwarna (bening), tidak berasa, tidak berbau

(Daintith, 1994).

III. METODE PERCOBAAN

3. 1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Tabung reaksi

Pengaduk gelas

Gelas arloji

Gelas ukur

Pipet tetes

Stopwatch

Neraca analitik

3.1.2 Bahan

Kloroform

Etanol

HCl 2 N

NH4OH

Aseton

Aquadest

NaCl

CaCl2

NiCl2

Page 15: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

3.2 Skema Kerja

Aquades

HCl

Hasil

Penambahan 0,25 g NaClPenghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Aquades

Hasil

Penambahan 0,25 g NaClPenghitungan waktu hingga larut

Tabungreaksi

10 ml HCl

Hasil

Penambahan 0,25 g CaCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabungreaksi

10 ml HCl

Hasil

Penambahan 0,25 g NiCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabungreaksi

10 ml HCl

Hasil

Penambahan 0,25 g CaClPenghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Aquades

Hasil

Penambahan 0,25 g NiCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Aquades

Page 16: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

NH4OH

Hasil

Penambahan 0,25 g NiCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml NH4OH

Hasil

Penambahan 0,25 g NaClPenghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml NH4OH

Hasil

Penambahan 0,25 g CaCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml NH4OH

Page 17: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Etanol

Kloroform

Hasil

Penambahan 0,25 g NaClPenghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Etanol

Hasil

Penambahan 0,25 g CaCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Etanol

Hasil

Penambahan 0,25 g NiCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Etanol

Hasil

Penambahan 0,25 g NaClPenghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Kloroform

Hasil

Penambahan 0,25 g CaCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Kloroform

Hasil

Penambahan 0,25 g NiCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Kloroform

Page 18: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Aseton

Hasil

Penambahan 0,25 g NiCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Aseton

Hasil

Penambahan 0,25 g NaClPenghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Aseton

Hasil

Penambahan 0,25 g CaCl2

Penghitungan waktu hingga larut

Tabung reaksi

10 ml Aseton

Page 19: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

IV. DATA PENGAMATAN

Solvent Solute NaCl CaCl2 NiCl2

H2O Larut sempurna

(t: 1 menit 40 s)

Bening

Larut sempurna

(t: 1 menit)

Bening

Larut sempurna

(t: 38 s)

Warna Hijau

HCl Larut sempurna

(t: 3 menit 46 s)

Bening

Larut sempurna

(t: 1 menit 4 s)

Bening

Larut sempurna

(t: 20 s)

Warna Hijau

Aseton Tidak larut

(t : > 10 menit)

Tidaklarut

(t : > 10 menit)

Tidak larut

(t : 8 menit 20 s )

Warna hijau

NH4OH Larut sempurna

(t: 51 s)

Larut

(t: 1 menit 30 s)

Larut sempurna

(t: 2 menit 29 s)

Biru tua

Kloroform Tidak larut

(t: > 4 menit)

Bening

Tidak larut

(t: > 4 menit)

Bening

Larut tidak sempurna

(t: > 4 menit)

Warna Hijau

Etanol Tidak larut

(t: > 4 menit)

Bening

Larut sempurna

(t: 1 menit )

Bening

Larut sempurna

(t: 1 menit 12 s)

Warna Hijau

Page 20: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

V. HIPOTESA

Percobaan yang berjudul tingkat kelarutan zat padat dalam berbagai

pelarut yang bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di

dalam berbagai pelarut. Prinsip yang dilakukan pada percobaan ini adalah

perbedaan kelarutan, dimana suatu senyawa hanya akan larut pada senyawa lain

yang mempunyai sifat yang sama (like dissolves like). Metode yang digunakan

yaitu dengan melarutkan solute (zat terlarut) pada berbagai jenis pelarut dan

dilakukan pengadukan dengan range waktu tertentu sehingga dapat dibandingkan

tingkat kelarutan dari beberapa solute dalam berbagai jenis pelarut. Hasil yang

akan diperoleh pada percobaan ini adalah NaCl dapat larut dalam pelarut HCl dan

NH4OH, namun tidak dapat larut dalam pelarut etanol, aseton dan kloroform.

CaCl2 dapat larut dalam pelarut etanol, HCl dan NH4OH, namun tidak dapat larut

dalam pelarut aseton dan kloroform. NiCl2 dapat larut dalam pelarut etanol, HCl

dan NH4OH, namun tidak dapat larut dalam pelarut aseton dan kloroform.

Page 21: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas-Asas dan Struktur. Erlangga : Jakarta

Budavery, Susan. 1989. The Merck Index. Merk and Corp : Railway

Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta

Keenan. 1990. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta

Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar. Jilid 2. Erlanggan : Jakarta

Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Bina Aksara : Yogyakarta

Taslimah dan Sriyanti. 2002. Reaksi Anorganik. Jurusan Kimia Undip : Semarang

Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman

Madia Pustaka : Jakarta

Page 22: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

VI. PEMBAHASAN

Percobaan yang berjudul “tingkat kelarutan zat padat dalam berbagai pelarut”

bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan zat padat di dalam berbagai

pelarut. Prinsip dari percobaan ini adalah perbedaan kelarutan, dimana suatu senyawa

hanya akan larut pada senyawa lain yang mempunyai sifat yang sama (like dissolves like).

Metode yang digunakan yaitu dengan melarutkan solute (zat terlarut) pada berbagai jenis

pelarut dengan range waktu tertentu sehingga dapat dibandingkan tingkat kelarutan dari

beberapa solute dalam berbagai jenis pelarut. Dengan didasarkan pada prinsip tersebut,

maka reaksi pelarutan senyawa dalam berbagai pelarut yang berbeda kepolarannya ini

dapat diamati secara visual. Dalam percobaan ini pelarut yang digunakan adalah etanol,

aseton, kloroform, amonium hidroksida asam klorida dan aquadest sedangkan zat terlarut

yang digunakan adalah NaCl, CaCl2 dan NiCl2 dimana ketiga garam itu bersifat

higroskopis. Ketiga garam tersebut akan diuji daya larutnya kedalam pelarut etanol,

kloroform, NH4OH, HCl, dan aseton. Untuk mengetahui tingkat kelarutan dari garam-

garam itu dengan cara mengukur waktu yang diperlukan untuk melarutkan garam dalam

masing-masnig pelarut. Dengan menggunakan zat pelarut yang berbeda-beda maka dapat

diketahui perbedaan waktu yang dibutuhkan zat terlarut untuk melarut.

6.1 Pelarut HCl (NILAI KONSTANTA DIELEKTRIKNYA BERAPA? NILAI

MOMENT DIPOLNYA BERAPA?) (PENGERTIAN KONSTANTA DIELEKTIRK,

PENGERTIAN MOMENT DIPOL)

HCl adalah pelarut yang bersifat polar sehingga mampu melarutkan zat terlarut

yang bersifat polar seperti garam-garam dari NaCl, CaCl2, dan NiCl2. Pelarut HCl

dapat melarutkan padatan ionik karena HCl merupakan pelarut protonik yang hampir

sama dengan air yaitu sangat baik untuk melarutkan zat terlarut yang bersifat ionik

meskipun konstanta dielektriknya lebih rendah daripada H2O (air). Jika konstanta

dielektrik tinggi maka kelarutan zat juga tinggi.

Hubungan konstanta dielektrik dengan kelarutan yaitu apabila semakin tinggi

konstanta dielektriknya maka kelarutan zat semakin meningkat dan begitu pula

sebaliknya. Senyawa dengan konstanta dielektrik tinggi akan lebih mudah melarutkan

zat-zat yang memiliki tetapan dielektrik yang hampir sama. Hal ini menyebabkan

pelarut polar akan lebih mudah larut pada zat-zat polar dan ionik yang memiliki

konstanta dielektrik tinggi.

Page 23: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Reaksi yang terjadi pada setiap zat terlarut:

NaCl(s) + H+(aq) Na+

(aq) + HCl(aq)

CaCl2(s) + 2H+(aq) Ca2+

(aq) + 2HCl(aq)

NiCl2(s) + 2H+(aq)

Ni2+(aq) + 2HCl(aq)

Proses pelarutan ini dilakukan dengan penggojogan. Hal ini dilakukan dengan

tujuan untuk mempercepat kelarutan garam dalam pelarut etanol, dimana penggojogan

ini mengakibatkan gerakan partikel yang semakin cepat serta makin banyaknya terjadi

tumbukan antar partikel sehingga reaksinya berlangsung lebih cepat (lebih cepat

melarut).

Hasil dari percobaan ini adalah kelarutan pada NaCl tercatat pada waktu 03:40

menit, pada CaCl2 tercatat pada waktu 01:00 menit dan pada NiCl2 tercatat pada waktu

20 detik. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kelarutan pada waktu yang paling

singkat (cepat) pada zat terlarut NiCl2, kemudian CaCl2, lalu NaCl. Karena HCl

merupakan pelarut polar dan zat terlarut NaCl, CaCl2 dan NiCl2 juga bersifat polar

sehingga keduanya dapat bereaksi secara spontan dan masing-masing zat terlarut

membentuk ion-ionnya (Keenan, 1990). NiCl2 memiliki tingkat keasaman lebih tinggi

karena jari-jari Ni2+ lebih kecil dibandingkan Ca2+ sehingga rapat muatannya besar. Hal

ini membuat NiCl2 lebih asam dari CaCl2 sehingga lebih mudah larut. Lalu pada zat

terlarut NaCl larut lebih lambat daripada CaCl2 dan NiCl2 dikarenakan pengaruh

energi kisi yang dimiliki NaCl lebih kuat sehingga sulit diputus atau diuraikan dan

khusus pada penambahan HCl, adanya pengaruh ion sekutu atau ion senama dapat

meningkatkan kelarutan suatu zat. Sedangkan pada CaCl2 dan NiCl2 telah memiliki

dua ion Cl- lebih banyak daripada NaCl karena pada NaCl hanya memiliki satu ion Cl-

(Keenan, 1990).

Bentuk molekul HCl :

HCl

6.2 Pelarut Etanol NILAI MOMENT DIPOLNYA)

Page 24: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Etanol merupakan pelarut yang bersifat semi polar, karena memiliki kepolaran

seperti air tetapi lebih rendah dari air dan karena memiliki gugus alkil yang bersifat

nonpolar. Etanol memiliki sifat yang mirip dengan air, maka etanol cukup baik

digunakan sebagai pelarut, walaupun konstanta dielektrik rendah yaitu sebesar 25

(Taslimah, 2002) dengan penurunan energi solvasi ion. Seperti juga air, autoionisasi

pada etanol dapat terjadi pada reaksi:

ROH + ROH ROH2+ + RO-

(Braddy,1999)

Reaksi yang terjadi :

NaCl(s) Na+(aq) + HCl(aq)

CaCl2(s) Ca2+(aq) + 2Cl-

(aq)

NiCl2(s) Ni2+(aq) + 2HCl(aq)

(Vogel,1985)

Berdasarkan literature, urutan garam yang mudah larut adalah NiCl2, CaCl, dan

NaCl2. Hal ini disebabkan rapat muatan Ni yang lebih kecil sehingga dapat larut dalam

etanol yang konstanta dielektriknya lebih kecil dari air. NaCl tidak larut dalam etanol

karena NaCl adalah garam yang sangat ionik yang terbentuk dari Na dengan

elektronegatifitas rendah,sedangkan Cl mempunyai elektronegatifitas yang tinggi.

Kontanta dielektrik etanol yang kecil tidak mampu mengurangi gaya tarik-menarik ion

NaCl dan akibatnya tidak ada interaksi dipole, sehingga tidak ada energi yang cukup

untuk memutuskan kisi ionik NaCl sehingga tidak dapat larut dalam etanol

(Brady,1999).

Hasil yang diperoleh pada perlakuan ini yaitu zat yang mudah larut adalah

CaCl2,NiCl2,dan NaCl dengan rentang waktu berturut-turut yaitu CaCl2 dapat larut

pada etanol dengan waktu 01:05 menit, NiCl2 dengan waktu 02:18 menit disertai

dengan adanya perubahan warna menjadi warna hijau, dan yang terakhir NaCl dengan

waktu 03:24 menit. Perubahan warna larutan setelah penambahan NiCl dikarenakan

terjadinya pembentukan reaksi kompleks. Dalam perlakuan ini CaCl2 lebih cepat larut

daripada zat terlarut lainnya. Hal ini dimungkinkan karena ketidaktelitian praktikan

dalam menentukan waktu.

Page 25: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Reaksi yang terjadi :

CaCl2 Ca2+ + 2Cl-

NiCl2 Ni2+ + 2Cl-

NaCl Na+ + Cl-

(Vogel,1985)

Bentuk molekul Etanol :

Etanol

6.3 Pelarut NH4OH

Pelarut NH4OH memiliki sifat basa lemah, polar, memiliki konstanta

dielektrikum 22 ε0 at 239 K dan momen dipol 1,46. (Sriyanti, 2002) Larutan NH4OH

merupakan larutan NH3 dalam air, tergolong solvent yang baik untuk senyawa ionik.

Reaksi yang terjadi dalampelarutanialah :

NiCl2(s)+ 6NH4OH [Ni(NH3)6]Cl2 biru + 6H2O

CaCl2(s) + 2NH4OH Ca(OH)2 + 2NH4Cl

NaCl(s)+ NH4OH NaOH + NH4Cl

(Vogel,1985)

Semua garam dapat larut dalam pelarut ini. Garam CaCl2 larut selama 49 detik.

NaCl larut dalam waktu 68 detik. Garam NiCl2 melarut tercepat dalam pelarut ini

dengan waktu 15 detik. Saat melarut, terjadi perubahan warna larutan dari bening

menjadi biru. Warna ini menunjukkan terjadinya reaksi pembentukan senyawa

kompleks antara atom pusat Ni dari garam NiCl2 dan ligan NH3 oleh NH4OH.

Penggaraman sendiri terjadi karena kulit d pada Ni memiliki orbital kosong yang akan

mengikat electron dari ammonia secara kovalen koordinasi :

Page 26: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

28Ni = [Ar] 4s2 3d8

Ni2+ = [Ar] 4s0 3d8

NH3 NH3 NH3 NH3 NH3

NH3 NH3

(Vogel, 1985)

6.4 Pelarut Aseton (NILAI MOMENT DIPOL)

Aseton adalah pelarut yang bersifat non polar sehingga tidak dapat melarutkan

padatan polar (NaCl, CaCl2, NiCl2) Hal ini terjadi karena aseton mempunyai konstanta

dielektrik yang cukup rendah (konstanta dielektrik aseton = 21) sehingga tidak dapat

mensolvasi padatan ionik. Reaksi :

NiCl2 (s) + CH2COCH3

NaCl (s) + CH2COCH3

CaCl2 (s) + CH2COCH3

(Brady, 1999)

Pada percobaan ini didapatkan NaCl dan CaCl2 dengan waktu > 10 menit

kedua garam tidak larut, sedangkan pada NiCl2 dengan waktu 8 menit 20 detik , garam

larut sebagian, sehingga tingkat kelarutan garam dalam aseton adalah NiCl2, CaCl,

dan NaCl2. Hal ini disebabkan rapat muatan Ni yang lebih kecil sehingga dapat larut

dalam aseton yang konstanta dielektriknya lebih kecil dari air (konstanta dielektrik

aseton = 21). NaCl tidak larut dalam aseton karena NaCl adalah garam yang sangat

3d 4s 4p 4d

oo oo oo Oo o

o

oo oo

Page 27: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

ionik yang terbentuk dari Na dengan elektronegatifitas rendah, sedangkan Cl

mempunyai elektronegatifitas yang tinggi. Konstanta dielektrik aseton yang kecil tidak

mampu mengurangi gaya tarik-menarik ion NaCl dan akibatnya tidak ada interaksi

dipole, sehingga tidak ada energi yang cukup untuk memutuskan kisi ionik NaCl

sehingga tidak dapat larut dalam aseton (Brady,1999).

6.5 Pelarut Kloroform

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan NaCl,

CaCl2 dan NiCl2 di dalam pelarut kloroform. Prinsip dari percobaan ini adalah

perbedaan kelarutan (like dissolves like).

Kloroform ini mempunyai nilai konstanta dielektrik 5,10 dan mempunyai

momen dipol 1,10 (Taslimah,2002). Kloroform adalah pelarut yang sangat reaktif dan

juga bersifat volatile. Kloroform merupakan pelarut semipolar tetapi tidak dapat

melarutkan CaCl2 dan NaCl, hal ini disebabkan karena kloroform tidak dapat

mensolvasi spesies ionik melainkan untuk senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan

kovalen, sedangkan NaCl dan CaCl2 merupakan senyawa ionik sehingga tidak dapat

diikat oleh kloroform dan kloroform tidak dapat memutuskan ikatan NaCl dan CaCl2

yang menyebabkan solute tersebut tidak dapat larut. Sedangkan NiCl2 dapat larut

walaupun hanya sedikit dan dalam waktu yang lama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

kloroform adalah pelarut yang kurang baik untuk padatan garam, karena tidak dapat

melarutkan NaCl dan CaCl2.

NiCl2 + CHCl3 Ni2+ + 2CHCl

NaCl + CHCl3

CaCl2 + CHCl3

Page 28: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Pada percobaan ini dilakukan pengadukan yang berfungsi untuk

mempercepat kelarutan garam dalam pelarut Kloroform, dimana pengadukan

mengakibatkan gerakan partikel yang semakin cepat serta makin banyaknya terjadi

tumbukan antar partikel sehingga reaksinya berlangsung lebih cepat (lebih cepat

melarut).

Jadi tingkat kelarutan pada NaCl, CaCl2 dan NiCl2dalam pelarut kloroform yaitu :

NiCl2 > CaCl2 > NiCl

6.6 Pelarut Aquades

Percobaan ini bertujuan untuk menentukan secara kualitatif kelarutan

NaCl, CaCl2 dan NiCl2 di dalampelarut air. Prinsip dari percobaan ini adalah

perbedaan kelarutan(like dissolves like).

Molekul air (H2O) merupakan molekul yang bersifat polar karena terjadi

polarisasi antara muatan negatif dan muatan positif yang disebut dipol (dwi kutub).

Suatu padatan ionik (kristal) yang dilarutkan akan mengalami interaksi dipol. Jika

ion dipol lebih besar daripada gaya ikat padatan ionik tersebut akan melarut dan

membentuk suatu sistem ion terhidrat. Molekul air memiliki struktur yang tidak

linier dengan sudut 104,5 oC. Molekul air ini mempunyai nilai konstanta dielektrik

81,3 pd 288 K dan mempunyai momen dipol 1,84 (Taslimah,2002)

Pada palarut akuades, padatan NaCl dapat larut karena terjadi interaksi ion

dipol yang lebih kuat daripada energi ikatnya dan perbandingan momen dipol

diantara keduanya jauh sehingga molekul NaCl akan lebih mudah berikatan dengan

H2O. Molekul H2O akan lebih mudah memutus ikatan NaCl sehingga NaCl akan

terdispersi secara homogen oleh H2O. Ion-ion NaCl yang telah putus dikelilingi oleh

ion solvent yang mempunyai muatan berlawanan dimana ionisasi dari NaCl yaitu

Na+ dan Cl- . Disamping itu NaCl mempunyai kelarutan lebih tinggi didalam akuades

yang mempunyai konstanta dielektrik lebih tinggi (81.3 (Taslimah,2002)) dan NaCl

mempunyai energi kisi yang rendah sehingga menyebabkan NaCl lebih mudah larut.

Reaksi yang terjadi ialah :

Page 29: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Padatan CaCl2 dan NiCl2 juga bersifat polar sehingga kedua padatan tersebut

dapat larut didalam akuades.

NaCl CaCl2 NiCl2

Aquades

Sedangkan yang digunakan sebagai pembanding adalah waktu. Perubahan dan

selisih waktu yang dicatat merupakan parameter untuk menentukan cepat atau

tidaknya padatan NaCl, CaCl2 dan NiCl2 untuk melarut. Hasil dari percobaan ini

dalam pelarut akuades yang lebih cepat melarut adalah NiCl2 dibandingkan dengan

NaCl dan CaCl2.Dengan waktu pada NiCl2, yaitu 39 detik. Kemudian waktu yang

dibutuhkan untuk melarutkan NaCl adalah 1 menit 40 detik, sedangkan waktu yang

dibutuhkan untuk melarutkan CaCl2 adalah 1 menit. Pada percobaan ini dilakukan

pengadukan yang berfungsi untuk mempercepat kelarutan garam dalam pelarut H2O,

dimana pengadukan mengakibatkan gerakan partikel yang semakin cepat serta makin

banyaknya terjadi tumbukan antar partikel sehingga reaksinya berlangsung lebih

cepat (lebih cepat melarut). Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan

pada percobaan ini jauh lebih lambat daripada percobaan kelompok sebelumnya

yang dilakukan di suhu kamar. Pada suhu kamar, mobilitas ion-ion tidak menurun,

tidak seperti yang terjadi pada kelarutan di suhu rendah.

Page 30: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Jadi tingkat kelarutan pada NaCl, CaCl2 dan NiCl2dalam pelarut aquades yaitu :

NiCl > CaCl2 > NiCl

(PADA MASING-MASING PELARUT DISEBUTIN URUTANNYA KAYA AQUADEST

INI YA) (MAAF GEDE2 BIAR KELIATAN)

Page 31: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

VII. PENUTUP

7. 1 Kesimpulan

7.1.1 Tingkat kelarutan zat padat dalam pelarut bergantung pada sifat alamiah

antara keduanya yang sesuai dengan sifat “Like Dissolves Like”.

7.1.2 Hasil yang didapat pada percobaan, NaCl dapat larut dalam pelarut

aquadest, HCl dan NH4OH, namun tidak dapat larut dalam pelarut etanol,

aseton dan kloroform. CaCl2 dapat larut dalam pelarut etanol, HCl dan

NH4OH, namun tidak dapat larut dalam pelarut aseton dan kloroform.

NiCl2 dapat larut dalam pelarut etanol, HCl dan NH4OH, namun tidak

dapat larut dalam pelarut aseton dan kloroform.

(DISEBUTIN TO WAKTUNYA DAN URUTANNYA)

7.2 Saran

7.2.1 Kenali bahan-bahan yang akan digunakan.

7.2.2 Jangan terlalu lama membiarkan reagen dalam keadaan terbuka.

7.2.3 Praktikan harus lebih teliti pada saat proses penimbangan, pengamatan

perubahan kelarutan dan menentukan waktu suatu zat karena dapat

mempengaruhi hasil yang diperoleh.

7.2.4 Praktikan harus melakukan sesuai dengan prosedur kerja sehingga

kecelakaan laboratorium dapat dihindari

Page 32: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas-Asas dan Struktur. Erlangga : Jakarta

Budavery, Susan. 1989. The Merck Index. Merk and Corp : Railway

Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta

Keenan. 1990. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta

Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar. Jilid 2. Erlanggan : Jakarta

Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Bina Aksara : Yogyakarta

Taslimah dan Sriyanti. 2002. Reaksi Anorganik. Jurusan Kimia Undip : Semarang

Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT Kalman

Madia Pustaka Jakarta

Page 33: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

LEMBAR PENGESAHAN

PERCOBAAN V

TINGKAT KELARUTAN ZAT PADAT DALAM BERBAGAI PELARUT

Semarang, 2 Desember 2015

Praktikan 2 Praktikan 1

Anggiet Susilaningtyas Fitradhela Rachma Nadhia

NIM : 24030114120016 NIM : 24030114120015

Praktikan 4 Praktikan 3

Lia Wijayanti Samuel

NIM : 24030114120019 NIM : 24030114120017

Mengetahui,

Asisten

Sovi Farnola

Page 34: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

NIM : 24030112140034

PRAKONSENTRASI DAN PENENTUAN Cu (II) DALAM SAMPEL AIR TAWAR

MENGGUNAKAN SILIKA GEL YANG DIMODIFIKASI SEBAGAI ADSORBEN

EKSTRAKSI FASE PADAT

Judul penelitian ini adalah Prakonsentrasi dan penentuan Cu(II) dalam sampel air

tawar menggunakan silica gel yang dimodifikasi sebagai adsorben ekstraksi fase padat ,

tujuan dari penelitian adalah menentukan konsentrasi sebelum dan menentukan kadar Cu (II)

dalam air tawar menggunakan silica gel yang dimodifikasi sebagai adsorben ekstraksi fase

padat. Prinsip yang digunakan adalah adsorbsi fase padat, metode yang digunakan adalah

Atomic Absorption Spectrometry . hasil yang didapat adalah reaksi fungsionalisasi

permukaan dilakukan dengan agen silylant chloropropyltrimethoxysilane (Si-CPTS) dan

produk Si- AMP, ditandai dengan FT-IR dan unsure analisis untuk mengevaluasi modifikasi

permukaan

Kata kunci : Modifikasi Silika, Medium Larutan, Copper, Prekonsentrasi

Refferensi :

Pereira, A.S, et al. 2009. Preconsentration and Determination of Cu (II) in a

Fresh Water Sample Using Modified Silica Gel as a Solid – Phase

Extraction Adsorbent. Estadual Paulista University. Brazil.

Page 35: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Fitradhela Rachma Nadhia24030114120015JURINT ANGGIT MANA YA?

Page 36: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

EKSTRAKSI FASA PADAT DARI TEMBAGA (II) DALAM AIR DAN SAMPEL MAKANAN MEMAKAI GEL SILIKA TERMODIFIKASI BIS(3-AMINOPROPIL)

AMMIN DAN PENENTUANNYA DENGAN F-AAS

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui keefektifitasan absorben gel silica

termodifikasi bis (3 aminopropil) ammin dalam penyerapan tembaga (II) dari air dan sampel

makanan , serta menganalisis secara kuantitatif hasil percobaan dengan F-AAS . prinsip yang

digunakan penjerapan ion tertentu /spesifik oleh absorbent tertentu, dan penentuan konsentrasi

suatu ion melalui absorbs atomic. Metode yang dipakai dalam percobaaan adalah adsorpsi

dengan absorben spesifik dan absorbs atomic spektrofotometri, hasil dari percobaan

menunjukkan metode ini sederhana, ekonomis, efisien, dan sensitif untuk separasi dan

prekonsentrasi dari ion Cu (II) dalam air dan sampel makanan. Hal ini diperkuat dengan bukti

analaisis kuantitatif ion Cu (II) hasil absorbs dengan F- AAS yang memberikan hasil yang

lebih baik dibanding metode metode sebelumnya

Kata Kunci : Tembaga II, Silika Gel Termodifikasi, Adsorbsi, Flame – Atomic Absoption

Spectrometry (F -AAS)

Refferensi :

Cagirdi , et al. 2014. Solid –Phase Extraction of Copper (II) Ion in Water and Food Samples

Using Silica Gel Modified With Bis (3-Aminopropyl)- Ammine and Determination by

Flame Atomic Absorption Spectrometry. Journal of AUAL Internation : Residues and

Trace Elements

Samuel

24030114120017

Page 37: PERCOBAAN V (Tingkat Kelarutan Zat Padat dalam Berbagai Pelarut) PERCOBAAN TERBAIK 1 REVISI.docx

Niobium carbide as permanent modifier for silicon determination

in petrochemical products by emulsion-based sampling GF AAS

Jurnal ini dengan judul Niobium carbide as permanent modifier for silicon

determinationin petrochemical products by emulsion-based sampling GF AAS bertujuan

untuk mengetahui Niobium karbida sebagai pengubah permanen untuk penentuan silikon

dalam produk petrokimia sampling berbasis emulsi GF AAS. Prinsip yang digunakan dari

percobaan ini adalah pengenceran sampel berbasis bahan emulsi. Adapun metode yang

digunakan adalah Spektrometri Serapan Atom (HR-CS FAAS) . hasil dari percobaan ini

adalah Persiapan sampel emulsi berbasis sangat cepat dan sederhana dan tidak ada masalah

apapun homogenitas selama analisa. Penggunaan NbC sebagai pengubah permanen dan

paladium sebagai co-disuntikkan pengubah untuk penentuan silikon dalam minyak mentah,

diesel dan bensin menunjukkan cukup memuaskan. Sensitivitas meningkat sekitar enam kali

dan standar deviasi relatif adalah menurun sekitar 10 kali. Dan kombinasi dari NbC dan Pd

sebagai pengubah kimia adalah fundamental bagi keberhasilan metode dan memungkinkan

kuantifikasi akurat total silikon dalam sampel dengan spesies yang berbeda dari Si.

(Maciel S. Luz, etc, 2013)

Kata Kunci : Niobium Carbide, GF AAS, Silicon, Petrochemical

Lia Wijayanti

24030114120019