zahrati fauza cover

66
HUBUNGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POSTPARTUM DENGAN SC (SECTIO CAESAREA) TERHADAP PROSES PERCEPATAN PEMULIHAN POSTPARTUM DI RUANG KEBIDANAN RSUDZA BANDA ACEH KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan SIKes U’Budiyah Banda Aceh Oleh : ZAHRATI FAUZA NIM : 10010111 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

Upload: verizal-sutan-pamenan

Post on 29-Dec-2015

830 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Zahrati Fauza Cover

HUBUNGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POSTPARTUM DENGAN SC (SECTIO CAESAREA) TERHADAP PROSES

PERCEPATAN PEMULIHAN POSTPARTUM DI

RUANG KEBIDANAN RSUDZA BANDA ACEH

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Program Studi Diploma III Kebidanan SIKes U’Budiyah Banda Aceh

Oleh :

ZAHRATI FAUZA

NIM : 10010111

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

Page 2: Zahrati Fauza Cover

ABSTRAK

HUBUNGAN MOBILISAS I DINI PADA IBU POS TPARTUM DENGAN SC(SECTIO

CAESAREA) TERHADAP PERCEPATAN PEMULIHAN POSTPARTUM DI RS UDZA

BANDA ACEH TAHUN 2013

Nurlaila Ramadhan, SST

Tenaga Pengajar Pada STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Abstract

Dari hasil survey data awal yang dilakukan di RSUDZA Banda Aceh, diperoleh data pad a tahun

2012 pasien post Secti Caesarea (SC) yang dirawat diruang kebidang sebanyak 145 orang. Dan

pada bulan Oktober ada 37 ibu postpartum Sc, bulan November 50 orang ibu postpartum sc dan

bulan Desember ada 58 ibu postpartum sc. Dari 10 orang ibu postpartum hanya 3 orang yang

melakukan mobilisasi dini sedangkan 7 orang lainnya tidak melakukan mobilisasi dini dengan

alasan takut. Tujuan penelitian in i untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu

postpartum dengan SC terhadap percepatan pemulihan pos tpartum SC di Ruang Kebidanan

RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013. Penelit ian ini bersifat Analit ik dengan pendekatan cross

sectional. Dengan populasi 38 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Accidental

Sampling. Cara pengumpulan data menggunakan lembaran Observasi. Penelit ian in i dilakukan

pada 16 Juni sampai 2 Agustus 2013. Didapatkan bahwa tidak ada hubungan mobilisasini dengan

penyembuhan luka dengan P value 0,959 dengan nilai OR 1,28, tidak ada hungan antara mobilisasi

dini dengan involusi uterus dengan P value 0,218 (< α 0,05), tidak ada hubungan antara mobilisasi

dini dengan pengeluaran lochea dengan P value 0,083 (< α 0,05) dengan nilai OR 4,27, tidak ada

hubungan antara mobilisasi dini dengan postpartum SC dengan p value 0,478 (< α 0,05) . Bahwa

dari 38 responden terdapat 18 o rang responden yang melakukan mobilisasi dini baik dengan

percepatan pemulihan postpartum baik ternyata tidak ada hubungan mobilisasi dini pada ibu

postpartum dengan section caesarea (SC) terhadap percepatan pemulihan postpartum di Rsudza

Banda Aceh Tahun 2013. Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan

informasi.

Kata Kunci : Penyembuhan Luka, Pengeluaran lochea, Involusi uterus

Page 3: Zahrati Fauza Cover

KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T, dimana atas

rahmat dan hidayah-Nya peneliti telah dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini dengan judul “Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum SC (Sectio

Caesarea) Terhadap Percepatan Penyemuhan Postpartum SC (Sectio

Caesarea) Di RSUDZA dr.Zainol Abidin Banda Aceh 2013 ” .

Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan kewajiban yang harus

di laksanakan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Kebidanan

STIKes U’budiyah Banda Aceh.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah banyak

menerima bimbingan dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, melalui kata pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dedi Zefrizal, S.T, Selaku Ketua Yayasan U’Budiyah Indonesia.

2. Ibu Marniati, M. Kes. Selaku Ketua STIKes U’budiyah Banda aceh.

3. Ibu Nuzulul Rahmi, SST. Selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan STIKes

U’budiyah Banda Aceh. .

4. Ibu Nurlaila Ramadhan S, SST selaku pembimbing saya yang telah banyak

meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Page 4: Zahrati Fauza Cover

5. Terima kasih yang istimewa kepada Waled dan Ibunda Siti raziah tercinta

yang telah memberikan pengorbanan baik material maupun do’a bagi

peneliti sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan.

6. Teman-teman seangkatan yang telah banyak membantu khususnya untuk

kelas IIIB sehingga selesainya penulisan ini.

7. Terima kasih kepada Rifka Ajirna, Riska Salfida dan Yenni Milda yang

terlibat untuk membantu, memotifasi, memfasilitasi dan membimbing

peneliti dalam menyelesaikan pendidikan Akademi Kebidanan.

peneliti menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna, banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan,

maupun isinya. Oleh sebab itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan

dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak yang dapat

membantu dalam pembuatan penulisan pada penelitian selanjutnya.

Akhirnya kepada Allah SWT kita sepantasnya berserah diri, tiada

satupun yang terjadi tanpa kehendaknya.

Banda Aceh, 14 Agustus 2013

Peneliti

Page 5: Zahrati Fauza Cover

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii

PENGESAHAN PENGUJI ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR.......................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ..xii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8

A. Postpartum ................................................................................... 8

B. Section Caesarea........................................................................... 14

C. Mobilisasi Dini............................................................................. 16

D. Penyembuhan Luka ...................................................................... .24

E. Pengeluaran Lochea ..................................................................... .31

F. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Proses Percepatan Penyembuhan

Postpartum ........................................................................................ 32

BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................... 34

A. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 34

B. Defenisi Operasional .................................................................... 35

C. Hipotesis Penelitian...................................................................... 36

D. Cara Pengukuran Variabel ........................................................... 36

BAB IV METODE PENELITI

A. Jenis Penelitian............................................................................. 38

B. Populasi dan Sampel .................................................................... 38

C.Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 38

D.Instrument Penelitian .................................................................... 39

Page 6: Zahrati Fauza Cover

Pengumpulan Data ................................................................................................. 39

Pengolahan dan Analisa Data................................................................................. 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 42

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 42

B. Hasil Penelitian ................................................................................... 42

C. Pembahasan ......................................................................................... 47

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 53

A. Kesimpulan.......................................................................................... 53

B. Saran .................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: Zahrati Fauza Cover

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam membantu jalannya penyembuhan ibu pasca secsio caesaria

disarankan untuk melakukan mobilisasi dini. tetapi pada ibu yang yang

mengalami seksio caesaria, disarankan untuk melakukan mobolisasi dini. Tetapi,

pada ibu yang mengalami seksio caesaria rasanya sulit untuk melaksanakan

mobilisasi karena ibu merasa letih dan sakit. Salah satu penyebabnya adalah

ketidaktahuan pasien mengenai mobilisasi dini. Untuk itu diperlukan pendidikan

kesehatan tentang mobilisasi dini pasca operasi seksio caesaria sehingga

pelaksanaan mobilisasi dini lebih maksimal dilakukan. Sebenarnya ibu yang

mengalami seksio caesaria mengerti dalam pelaksanaan mobilissasi dini, namun

ibu tidak mengerti apa manfaat dilakukan mobilisasi dini (Suriniah, 2004 ).

Menurut WHO memperkirakan bahwa angka persalinan dengan sectio

caesarea sekitar 10% sampai 15% dari semua proses persalinan di negara-negara

berkembang dibandingkan dengan 20% di Britania Raya dan 23% di Amerika

Serikat, Kanada 2003 memiliki angka 21%.

Di Indonesia sendiri, persentase sectio caesarea 5%. Dirumah sakit

pemerintah rata-rata 11%, sementara di Rumah Sakit Swasta bisa lebih dari 30%

(Anonymous, 2007).

Angka kejadian sectio caesarea di indonesia menurut data survey nasional

tahun 2007 adalah 927.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8 %.

(Anonymous, 2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi

Page 8: Zahrati Fauza Cover

Medan pada tanggal 26 Oktober 2010 di dapatkan informasi dari 10 orang ibu

bersalin dengan operasi sectio caesarea mengatakan bahwa sangat takut untuk

melakukan mobilisasi dini pasca operasi sectio caesarea. Hal ini disebabkan

karena ibu merasa sangat sakit saa sakit efek dari anastesi telah hilang sehingga

tidak mampu untuk melakukan mobilisasi dini dan khawatir jahitan luka bekas

operasi akan merengang atau terbuka, sehingga menyebabkan terjadi ruam atau

lecet pada bagian punggung bagian bawah, kekuatan atau penegangan o tot-otot

seluruh tubuh, pusing dan susah bernafas, juga susah buang air besar maupun

berkemih serta bengkak pada tunggakai kaki.

Tindakan operasi akan mengakibatkan penurunan gangguan terhadap

mobilisasi pasien. Oleh karena itu mobilisasi merupakan kegiatan yang penting

pada periode post operasi secsio untuk mencegah komplikasi. Kemampuan

pasien untuk bergerak dan berjalan pada post operasi akan menentukan kegiatan

yang harus dilaksanakan untuk memberi kesempatan pada pergerakan yang

maksimal. Bergerak dan beraktifitas diatas tempat tidur menbantu mencegah

komplikasi pada sistem pernafasan, kardiovaskular, mencegah dekubitus,

merangsang peristaltic usus dan mengurangi rasa nyeri (Kasdu, 2005).

Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan

pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya.

Dokter kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi caesar untuk

tidak berdiam diri ditempat tidur tetapi harus menggerakkan badan atau mobilisasi

(Kasdu, 2005).

Page 9: Zahrati Fauza Cover

Mobilisasi segera secara bertahap sangat berguna untuk proses

penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi serta trombosis vena. Bila

terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka

operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang diikuti dengan latihan

adalah hal yang paling dianjurkan (Roper, 2005).

Proses penyembuhan luka akan melalui beberapa tahapan yaitu inflamasi,

proliferasi, fibroblastikdan maturasi (Johnson, 2005).

Kesembuhan luka operasi sangat dipengaruhi oleh suplai oksigen dan

nutrisi kedalam jaringan, Oksigen yang berikatan dengan molekul protein

hemoglobin diedarkan ke jaringan dan sel-sel tubuh melalui sistem peredaran

darah. Oksigen ini berfungsi selain untuk oksidasi biologi juga oksigenasi

jaringan (Johnson, 2005).

Secara klinis luka sudah tidak menunjukkan tanda edema, hangat pada

kulit, oedema dan rasa sakit (fase inflamasi) setelah hari ke-3 atau ke-4. Sehingga

dalam perawatan normal ibu post partum akan lebih aman pulang setelah hari ke-4

atau ke-5. Akan tetapi secara teori luka harus di observasi sampai 7 hari setelah

operasi. Dimana penyembuhan luka fase pembentukan kolagen dimulai dengan

ditandai menyatunya jaringan kulit (Johnson, 2005).

Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat

mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan

mobilisasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk

mempertahankan fisik secara optimal , maka sistem saraf, otot dan skeletal harus

tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter, Perry, 2005).

Page 10: Zahrati Fauza Cover

Menurut sepengetahuan penulis, penelitian tentang pasca partum sudah

pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu Harfa Aini pada bulan juni-juli

tahun 2012 dengan judul Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu postpartum Sectio

Caesarea(SC) Dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi Di Ruang Kebidanan

Rumah Sakit Tingkat III Iskandar Muda Kesdam Tahun 2012, peneliti mengukur

perbedaan waktu kesembuhan antara mobilisasi dini lambat pada pasien pasca

sectio caesarea. Hasil penelitian didapatkan pada mobilisasi dini waktu

kesembuhan luka cepat 32 0rang ( 78,0%) dan kesembuhan lambat 9 orang

(22,0%), sementara mobilisasi cepatnya 24 orang (58,5%) dan mobilisasi dini

lambat 17 orang (41,5%). Dan pada tanggal 23 Agustus- 10 September 2012

penelitian tentang post partum juga pernah diteliti oleh Nova Desi Sari dengan

judul Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengerahui Mobilisasi Dini Pada Ibu

Postpartum Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Sigli, peneliti

mengukur respon melakukan mobilisasi dini berada pada katagori cukup yaitu 17

responden (54,8%) dan minoritas berada pada katagori kurang yaitu 5 responden

(16,1%). Dan mayoritas mendapatkan imformasi tentang mobilisasi dini pasca

sectio caesarea yaitu sebanyak 27 responden (87,1%), sedangkan yang minoritas

tidak mendapatkan imformasi yaitu sebanyak 4 responden (12,9%).

Dari hasil survey data awal yang dilakukan di RSUDZA Banda Aceh,

diperoleh data pada tahun 2012 pasien post Secti Caesarea (SC) yang dirawat

diruang kebidang sebanyak 145 orang. Dan pada bulan Oktober ada 37 ibu

postpartum Sc, bulan November 50 orang ibu postpartum sc dan bulan Desember

ada 58 ibu postpartum sc. Dari 10 orang ibu postpartum hanya 3 orang yang

Page 11: Zahrati Fauza Cover

melakukan mobilisasi dini sedangkan 7 orang lainnya tidak melakukan mobilisasi

dini dengan alasan takut.

Hanya sebagian besar ibu- ibu post partum Sectio caesarea melakukan

mobilisasi dini setelah 6-24 jam pasca operasi, ibu yang tidak mau melakukan

mobilisasi dini yang disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya ibu merasa

nyeri apabila digerakkan, dan ibu mengatakan takut jahitannya terlepas,

seharussnya ibu- ibu post sectio caesarea harus bergerak karena akan mencegah

trombosis atau trombo emboli dan kekuatan otot-otot sendi sehingga juga

mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah dan mengembalikan

kerja fisiologis yang pada akhirnya akan mempercepat penyembuhan (Kusmawan,

2008).

Berdasarkan fenomena tersebut dan pentingnya mobilisasi dini untuk

penyembuhan luka post sectio caesarea dan pemulihan kesehatan ibu. Alasan

peneliti memilih judul tentang “Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum

Dengan SC(Secti Caesarea) Terhadap Proses Percepatan Pemulihan Postpartum

Di Ruang Kebidanan RSUDZA Tahun 2013”. Karena peneliti ingin mengetahui

apakah ada hubungan antar mobilisasi dini dengan percepatan pemulihan

postpartum dan ingin mengetahui efek dan ingin mengetahui efek dari tidak

melakukan mobilisasi dini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang

diangkat adalah “Bagaimanakah Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum

Page 12: Zahrati Fauza Cover

Dengan SC (Sectio Caesarea) Terhadap proses Percepatan Pemulihan

Postpartum Di RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013 ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan

sectio caesaria (SC) terhadap percepatan pemulihan postpartum SC (Sectio

Caesarea) di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui mobilisasi dini pada ibu post partum SC di ruang

kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

b. Untuk mengetahui proses penyembuhan ibu post partum SC (Sectio

Caesare) di ruang kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak yang terkait, antara lain:

1. Bagi peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman, ilmu terbaru,

kemampuan skill dalam melakukan penelitian karya tulis ilmiah.

2. Bagi institusi pendidikan

Untuk menambah literature atau bacaan di perpustakaan sebagai bahan kajian

dan menambah informasi yang berkaitan dengan mobilisasi dini pada ibu post

partum SC (Sectio Caesarea).

Page 13: Zahrati Fauza Cover

3. Bagi petugas kesehatan

Sebagai bahan informasi dan memacu petugas kesehatan untuk memberikan

imformasi bagi bidan tentang penatalaksanaan mobilisasi dini dan manfaat

mobilisasi dini terhadap penyembuhan pasien pasca section caesarea.

Page 14: Zahrati Fauza Cover

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Postpartum

1. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

(puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu (Vivian, 2011).

Masa nifas adalah 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya.

Waktu yang tepat disebut postpartum adalah 2-6 jam, 2 jam sampai 6 hari, 2 jam

sampai 6 minggu (boleh juga disebut 6 jam, 6 hari, dan 6 minggu) pasca

melahirkan (Ahmad, 2012).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Mendeteksi adanya perdarahan masa njfas. Tujuan perawatan masa nifas adalah

untuk menghindarkan/mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan postpartum

dan infeksi. Oleh karena penolong persalinan sebaiknya tetap waspada,sekurang-

kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan Terjadinya

komlikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih

bila partus berlangsung lama (Vivian, 2011).

Menjaga kesehtan ibu dan bayinya. Baik fisik maupun psikologis harus

diberikan oleh penolong persalinan. Ibi dianjurkan untuk menjaga kebersihan

Page 15: Zahrati Fauza Cover

seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan

daerah kelamin dengan sabun dan air. Melaksanakan skiring secara komprehensif

dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayinya. Seorang bidan bertugas untuk melakukan pengawasan kala

IV yang meliputi pemerilsaan plasenta, pengawasan TFU, konsistensi rahim,

keadaan umum. Bila ada masalah maka harus melakukan tindakan sesuai standar

pelayanan (Vivian, 2011).

3. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Pada Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post

partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain:

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas.

2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan

anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang

baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

Page 16: Zahrati Fauza Cover

7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk

mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

8. Memberikan asuhan secara professional (Vivian, 2011).

Tahapan – tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:

a) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan.

b) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya 6-8 minggu.

c) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi (Vivian, 2011).

4. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Post Partum

a. Perubahan Fisiologi

1. Involusi Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.otot uterus berkontraksi segera

pada post partum.pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara otot-

otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah

plasenta lahir (Vivian, 2011).

Page 17: Zahrati Fauza Cover

Table:tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi (Saleha, 2009)

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir

Plasenta lahir

1 minggu

2 minggu

6 minggu

8 minggu

Setinggi Pusat

2 jari dibawah pusat

Pertengahan pusat simpisis

Tidak teraba diatas simpisis

Bertambah kecil

Sebesar normal

1000 gram

750 gram

500 gram

350 gram

50 gram

30 gram

2. Servik

Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek, kenur,

dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama dibagian

anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya

yang tinggi, lubang serviks lamban laun mengecil, beberapa hari setelah

persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher

serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada

saat 4 minggu pospartum (Saleha, 2009).

Perubahan – perubahan yang terdapat pada servik setelah post partum

bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan

corpus uterus yang dapat mengadakan kontraksi sedangkan servik tidak

berkontraksi, sehingga pada perbatasan antara corpus dan servik uteri

Page 18: Zahrati Fauza Cover

terbentuk semacam cincin. Warna servik merah kehitaman karena penuh

pembuluh darah dan konsisitensinya lunak, segera setelah janin dilahirkan,

tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan kedalam kavum uteri, setelah 2

jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1 minggu hanya dapat

dimasukkan 1 jari kedalam kavum uteri. Hal ini baik diperhatikan dalam

menangani kala III(uri) (Soleha, 2009).

3. Payudara (Mamae)

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara

alami. Laktasi adalah proses pembentukan dan pengeluaran ASI. Fisiologi

laktasi itu sedangkan prolaktin meningkat. Hisapan bayi pada puting susu

memacu atau merangsang sendiri adalah pada saat persalinan hormone

estrogen dan progesteron menurun kelenjar hipofise anterior untuk

mempruduksi atau melepaskan proklatin sehingga terjadi sekreksi ASI.

Pada wanita menyusui involusi menjadi lebih efesien, yang kemungkinan

berkaitan dengan peningkatan aliran oksitosin (meningkat kontraksi,

retraksi, serat otot uterus). Hal ini berarti bahwa involusi akan

berlangsung lebih lambat bila uterus tidak dapat melakukan kontraksi,

retaksi secara efektif. Ini dapat terjadi setelah sectio caesarea, uterus robek

atau sisa produk konsepsi (Johnson, 2005).

b. Perubahan Psikologis

1. Fase taking in atau tahap tergantungan

Terja

Page 19: Zahrati Fauza Cover

di pada hari 1-2 post partum, perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya, pasif

dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan

berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah

informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.

2. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung sampai kira-kira 10 hari. Ibu berusaha mandiri

dan berinisiatif, perhatian terhadap dirinya mengatasi tubuhnya, misalnya

kelancaran miksi dan defikasi, melakukan aktefitas duduk, jalan, belajar

tentang perawatan diri dan bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga

mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan. Pada saat ini sangat

dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi bagi ibu muda atau primipara

karena pada phase ini seiring dengan terjadinya post partum blues.

3. Fase letting Go atau saling ketergantungan

Dimulai sekarang minggu ke 5-6 pasca kelahiran.Tubuh ibu telah

sembuh, secara fisik ibu mampun menerima tanggung jawab normal dan

tidak lagi menerima peran sakit. Kegiatan seksualnya telah dilakukan

kembali (Soleha, 2009).

5. Tanda – Tanda Bahaya Pada Masa

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin

meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi

penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga

terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan

Page 20: Zahrati Fauza Cover

patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan

merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan

infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua

alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya

suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut

selama dua hari (Enkin, 2005).

Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :

1. Infeksi Lokal

Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna lokal,

pengeluaran lochia bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa nyeri,

temperatur badan dapat meningkat.

2. Infeksi General

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat diatas 39 oC, tekanan darah

dapat menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan napas

terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan

involusi uterus, lochia : berbau, bernanah serta kotor.

B. SECTIO CAESARIA

1. Pengertian

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui

insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

utuh serta berat janin diatas 500 gram. Bobak (2004) menjelaskan bahwa sectio

caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan

kelahiran janin melalui insisi transabdomen atau membuka dinding perut

Page 21: Zahrati Fauza Cover

(laparatomi) dan dinding uterus ( histerektomi). Persalinan sectio caesaria adalah

persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang masih utuh

dengan berat janin > 1. 000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Winknjosasto,

2005).

2. Keuntungan dan Kerugian Sectio Caesaria

Sebelum keputusan untuk melakukan tindakan sectio caesaria diambil, harus

dipertimbangkan secara teliti dengan resiko yang mungkin terjadi. Pertimbangan

tersebut harus berdasarkan penilaian pra bedah secara lengkap yang mengacu

pada syarat – syarat pembedahan dan pembiusan dalam menghadapi kasus gawat

darurat ( Saifuddin, 2009).

Tindakan sectio caesaria memang memiliki keuntungan dn kerugian.

Keuntungannya diantara lain adalah proses melahirkan memakai waktu yang lebih

singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir.

Sedangkan kerugian tindakan ini dapat menimpa baik ibu atau bayi yang

dikandungnya.

a. Kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain:

1. Resiko kematian empat kali lebih besar dibanding persalinan normal.

2. Darah yang dikeluarkan dua kali lipat dibanding persalinan normal.

3. Rasa nyeri dan penyembuhan luka pascaoperasi lebih lama dibandingkan

persalinan normal.

Page 22: Zahrati Fauza Cover

4. Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan itu berlapis- lapis

dan proses keringnya bisa tidak merata.

5. Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah tidak bersih.

6. Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi.

7. Harus di caesaria lagi saat melahirkan kedua dan seterusnya.

8. Pembuluh darah dan kandung kemih bisa tersayat pisau bedah.

9. Air ketuban masuk pembuluh darah yang bisa mengakibatkan

10. kematian mendadak saat mencapai paru – paru dan jantung (Sunaryo,

2008).

b. Sedangkan kerugian yang dapat menimpa bayi antara lain :

1. Resiko kematian 2 – 3 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi yang

lahir melalui proses persalinan biasa.

2. Cenderung mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru – parunya

tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan itu keluar saat terjadi

tekanan.

3. Sering mengantuk karena obat penangkal nyeri yang diberikan kepada

sang ibu jug mengenai bayi. (Widjarnako, 2008 ).

C. MOBILISASI DINI

1. Pengertian

Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan

aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat

pemulihan pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting

Page 23: Zahrati Fauza Cover

pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk mempertahankan kemandirian.

Dengan demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan

kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk

mempertahankan fungsi fisiologi. Bahwa mobilisasi dini adalah kebijaksanaan

untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan

membimbing selekas mungkin berjalan (Wirnata, 2010)

Mobilisasi dini post sectio caesarea adalah suatu pergerakan,posisi atau

adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jammelahirkan dengan

persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi sectio caesarea ibu

harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah

mengalami secsio saesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak

pasca operasi secsio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak

itu semakin baik, namun mobilisasi dini harus tetap dilakukan secara hati – hati.

(Wirnata,2010).

Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada

pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segara

menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan adalah

menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari – jarinya agar kerja organ pencernaan

segara kembali normal. (Kasdu, 2005 )

2. Tujuan Mobilisasi

Menurut Fitriyahsari (2009) tujuan dari mobilisasi adalah untuk

Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu

pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi urin, mengembalikan

Page 24: Zahrati Fauza Cover

aktifimas tertentu,sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat memenuhi

kebutuhan gerak harian., memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi

atau komunikasi.

Menurut Vivian, (2011) Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan,

Menglancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi infeksi puerperium,

mempercepat involusi uteri, melancarkan fungsi alat grastrointestinal dan alat

kelamin, meningkatkan kelancaran perdaran darah sehingga mempercepat fungsi

ASI dan pengeluaran sisa metabolisme, kesempatan yang baik untuk mengajar ibu

memeliha/merawat anaknya

3. Manfaat Mobilisasi

Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung,

memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung,

menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena, pada sistem respirator

meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan ventilasi

alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafgragma

pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal, peningkatkan

penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril,

meningkatkan mobilisasi lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, pada

sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi

sendiri.memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa

otot pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan,

meningkatkan toleransi terhadap sters, perasaan lebih baik, dan berkurangnya

penyakit(Potter, 2005).

Page 25: Zahrati Fauza Cover

4. Tahap –Tahap Mobilisasi

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap - tahap mobilisasi dini

pada ibu post partum operasi secsio caesarea (Kasdu, 2002).6 jam pertama Ibu

post secsio caesarea istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukang

adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar

pergelangan kaki , mengangkat tumit, menegakkan otot betis serta menekuk dan

menggeser kaki.

a) 6 -10 jam

Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah

trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat

tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, menggeser badan.

Setelah 24 jam

Ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat

tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan

pernafasan serta makan dan minum tanpa dibantu

b. Setelah ibu dapat duduk,dianjurkan ibu belajar berjalan.

5. Pelaksanaan Mobilisasi

Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum

secsio caesarea terdiri dari:

a. Hari ke 1:

1. Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6 -10

jam setelah ibu sadar.

Page 26: Zahrati Fauza Cover

2. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini

mungkin setelah sadar.

b. Hari ke 2 :

1. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam –dalam lalu

menghembuskannya disertai batuk – batuk kecil yang gunanya untuk

melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan

pada diri ibu bahwa ia mulai pulih.

2. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk

3. Selanjunya secara berturut- turut, hari demi hari ibu yang sudah

melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari.

c. Hari ke 3 sampai ke 5

1. Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari sete lah operasi

2. Mobolisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat

dapat membantu penyembuhan luka.

Sedangkan menurut (Handiyani, 2009) prosedur pelaksanaan mobilisasi

terdiri dari :

1. Hari 1 – 4

a. Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan

Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak lingkaran

dengan telapak tangan kaki satu demi satu. Gerakan ini seperti sedang

menggambar sebuah lingkaran dengan ibu jari kaki ke satu arah, lalu kearah

lainnya. Kemudian regangkan masing –masing telapak kaki dengan cara

menarik jari – jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan ujung telapak kaki

Page 27: Zahrati Fauza Cover

kearah sebaliknya sehingga ibu merasakan otot betisnya berkontraksi.

Lakukan gerakan ini dua atau tiga kali sehari.

b. Bernafas dalam – dalam

Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan kedua tangan ibu di

bagian dada atas dan tarik nafas. Arahkan nafas ke arah tangan ibu, lalu

tekanlah dada saat ibu menghembus nafas. Kemudian tarik nafas sedikit

lebih dalam. Tempatkan kedua tangan diatas tulang rusuk,sehingga ibu

dapat merasakan paru –paru mengembang, lalu hembuskan nafas seperti

sebelumnya. Cobalah untuk bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut .

hal ini akan merangsang jaringan – jaringan disekitar bekas luka. Sanggah

insisi ibu dengan cara menempatkan kedua tangan secara lembut diatas

daerah tersebut. Kemudian, tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam

lagi beberapa kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali (Handiyani ,2009).

c. Duduk tegak

Tekuk lutut dan miring kesampin,putar kepala ibu dan gunakan

tangan- tangan ibu untuk membantu dirinya ke posisi duduk. Saat

melakukan gerakan yang pertama, luka akan tertarik dan terasa sangat tidak

nyaman, namun teruslah berusaha dengan bantuan lengan samapai ibu

berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa saat. Kemudian,

mulailah memindahkan berat tubuh ke tangan, sehingga ibu dapat

menggoyangkan pinggul kearah belakang. Duduk setegak mungkin dan

tarik nafas dalam – dalam beberapa kali. Luruskan tulang punggung dengan

Page 28: Zahrati Fauza Cover

cara mengangkat tulang – tulang rusuk. Gunakan tangan ibu untuk

menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali (Handiyani, 2009).

d. Bangkit dari tempat tidur

Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan kaki pelan –

pelan kesisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu untuk mendorong kedepan

dan perlahan turunkan telapak kaki ke lantai. Tekanlah sebuah bantal

dengan ketat diatas bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian cobalah

bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh lalu luruskan kaki

– kaki ibu (Aliahani, 2010).

e. Berjalan

Dengan bantal tetap tertekan diatas bekas luka, berjalanlah kedepan.

Saat berjalan usahakan kepala tetap tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah

berjalan selama beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur

(Handiyani, 2009).

f. Berdiri dan meraih

Duduklah dibagian tepi tempat tidur, angkat tubuh hingga

berdiri.Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan otot – otot punggung agar

dada mengembang dan merenggang,cobalah untuk mengangkat tubuh ,

mulai dari pinggang perlahan –lahan, melawan dorongan alamiah untuk

membungkuk, lemaskan tubuh kedepan selama satu menit (Handiyani,

2009).

g. Menarik perut

Page 29: Zahrati Fauza Cover

Berbaringlah ditempat tidur dan kontraksikan otot-otot dasar pelvis,

dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan – lahan letakkan kedua tangan

diatas bekas luka dan berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan

ibu, lakukan 5 kali tarikan dan lakukan 2 kali sehari.

h. Saat menyusui

Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot – otot perut selama

beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5 sampai 10 kali setiap kali ibu

menyusui (Alihani, 2010).

2. Hari 4 – 7

a. Menekuk pelvis

Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian bawah ketempat

tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis akan menekuk. Lakukan 4 hingga

8 tekukkan selama 2 detik.

b. Meluncurkan kaki

Berbaring dengan lutut ditekuk dan bernafaslah secara normal. Lalu

luncurkan kaki diatas tempat tidur , menjauhi tubuh .Seraya mendorong

tumit, ulurkan kaki, sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan

disekitar insisi. Lakuakan 4 kali dorongan untuk satu kaki.

c. Sentakan pinggul

Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki keatas dan

rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan gerakan menunjuk ke arah jari –

jari kaki. Dorong pinggul pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke

arah bahu,lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi kaki menjauhi tubuh

Page 30: Zahrati Fauza Cover

dengan lurus. Lakuakn 6 hingga 8 pengulangan untuk masing – masing

tubuh.

d. Menggulingkan lutut

Berbaring ditempat tidur, kemudian letakkan tangan disamping tubuh

untuk menjaga keseimbangan. Perlahan – lahan gerakkan kedua lutut ke

satu sisi. Gerakkan lutut hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar.

Lakukan 3 kali ayunan lutut kemasing - masing sisi. Akhiri dengan

meluruskan kaki.

e. Posisi jembatan

Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut tertekuk.

Bentangkan kedua tangan ke bagian samping untuk keseimbangan. Tekan

telapak kaki kebawah dan perlahan – lahan angkat pinggul dari tempat

tidur. Rasakan tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali

sehari.

f. Posisi merangkak

Perlahan – lahan angkat tubuh dengan bertopang kedua tangan dan kaki

diatas tempt tidur. Saat ibu mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa

tidak nyaman sedikitpun ibu dapat menambah beberpa gerakan dalam

rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur dan cobalah untuk

melakukan gerakan yang sama dengan sentakan pinggul, sehingga pinggul

terdorong kearah bahu. Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan

merasa seolah – olah menggoyang – goyangkan ekor. Lakukan gerakan ini 5

kali sehari.

Page 31: Zahrati Fauza Cover

D. PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan uka dimulai sejak terjadinya cidera pada tubuh, luka

memiliki tepi berlawanan, misalnya luka operasi, sembuh dengan cepat

denganintensi pertama atau primer. Luka dalam dan menganga lebih lama

penyembuhan melalui intensi sekunder. Ada 4 fase penyembuhan luka,

hemostasis, inflamasi, prolifeasi, maturasi (Johnson, 2005).

Untuk mempercepat penyembuhan luka operasi sebaiknya dijaga agar

tidak terkena air. Untuk itu penderita disarankan tidak mandi, cukup menyeka.

Tidak sedikit penderita kanker yang menderita luka –luka karena berbagai

sebab:bekas operasi, efek radiasi, terlalu lama berbaring, terjatuh atau

pertumbuhan sel-sel kanker samapai keluar kulit. Sebagian diantaranya

merupakan luka kronis yang tidak sembuh dlam waktu 14 hari. Supaya tidak

menimbulkan infeksi dan menjadi semakin parah, luka memerlukan perawatan

khusus (Ismail , 2008).

Menurut Johnson (2005) proses fisiologi penyembuhan luka dapat dibagi

ke dalam 3 fase utama, yaitu:

a. Fase Inflamasi (0-3 hari)

Jaringan yang rusak dan sel yang mati melepaskan histamine dan

mediator lain, sehingga dapat menyebabkan vasodilatsi dari pembuluh

darah sekeliling masih utuh serta meningkatkannya penyediaan daerah

tersebut, sehingga menyebabkan merah dan hangat. Permiabilitas kapiler

darah meningkat dan cairan yang kaya akan protein mengalir ke interstitial

menyebabkan oedema local.

Page 32: Zahrati Fauza Cover

b. Fase Destruksi ( 1-6 hari)

Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi

dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan

menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya

singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel

tersebut.

c. Fase Proliferasi (durasi 3-24 hari)

Fibrolas memperbanyak diri dan membentuk jaringan-jaringan untuk

sel-sel yang bermagrasi. Fibrolast melakukan sintesis kolagen dan

mukopolisakarida.

d. Fase Maturasi (durasi 24-365 hari)

Dalam setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel

pada pinggir luka dan sisa-sisa folikel membelah dan mulai berimigrasi

diatas jaringan glanurasi baru.

1. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Sectio Caesarea

a. Faktor luka

1. Kontaminasi Luka

Tehnik pembalutan yang tidak adekuat, bila terlalu kecil

memungkinkan invasi dan kontaminasi bakteri jika terlalu kencang

dapat mengurangi Suplay oksigen yang membawa nutrisi dan oksigen.

2. Edema

Page 33: Zahrati Fauza Cover

Penurunan suplay oksigen melalui gerakan meningkat tekanan

intersisial pada pembuluh darah. Hemoragi Akumulasi darah

menciptakan ruang rugi sel-sel mati yang harus disingkirkan.

b. Faktor Umum

1. Usia

Makin tua pasien,makin kurang lentur jaringan.

2. Nutrisi

Pada penyembuhan luka kebutuhan luka akan nutrisi

meningkat seiring dengan stress fisiologis yang menyebabkan

defisiensi protein, nutrisi yang kurang dapat menghambat sintesi

kolagen dan terjadi penurunan fungsi leokosit.

3. Obesitas

Pada pasien obesitas jaringan adipose biasanya mengalami

avaskuler sehingga mekanisme pertahanan terhadap mikroba sangat

lemah dan mengganggu suplay nutrisi kearah luka, akibatnya

penyembuhan luka menjadi lambat.

4. Medikasi

Pada beberapa obat dapat mempengaruhi penyembuhan luka,

seperti steroid, anti koagulan, anti biotic spectrum luas.

c. Faktor local

1. Sifat injuri

Kedalaman luka dan luas jaringan yang rusak mempengaruhi

penyembuhan luka, bahkan bentuk luka.

Page 34: Zahrati Fauza Cover

2. Adanya infeksi

Jika pada luka terdapat kuman pathogen penyebab infeksi, maka

penyembuhan luka menjadi lambat.

3. Lingkungan setempat

Dengan adanya drainase pada luka. PH yang harusnya antara 7,0

sampai 7,6 menjadi berubah sehingga mempengaruhi penyembuhan

luka. Selain itu, adanya tekanan pada area luka dapat mempengaruhi

sirkulasi daerah pada daerah luka.

2. Indikator Pemulihan Pasca Sectio Caesarea dengan Mobilisasi dini

Pada hari ke tiga sampai kelima setelah operasi ibu diperbolehkan

pulang kerumah apabila tidak terjadi komplikasi. Perkembangan

kesembuhan ibu pasca sectio carsarea dapat dilihat dari hari kehari. Hari

kedua setelah operasi ibu berusaha buang air kecil sendiri tanpa bantuan

kateter, dan melakukannya dikamar mandi dengan dibantu suami atau

keluarga. Hari ketiga umumnya inu baru akan buang air besar, dimana saat

awal setelah persalinan ibu mengalami sembelit. Pada hari ke empat

lochea pada ibu pasca operasi normalnya 2x ganti doek/hari, perubahan

ini menunjukkan bahwa rahim berkontraksi yaitu mengalami proses untuk

kembali ke kondisi dan ukuran yang normal. Pada hari kelima fundus uteri

berada pada pertengahan pusat simfisis dan hari ketujuh setelah operasi

luka bekas sayatan mengering ( Kasdu, 2005).

3. Perawatan luka

Page 35: Zahrati Fauza Cover

Luka insisi diinspeksikan setiap hari, sehingga pembalut yang

relative ringan tampak banyak plester sangat menguntungkan. Secara

normal jahitan kulit diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.

Paling lambat pada hari ketiga post partum pasien sudah dapat mandi

tanpa membahayakan luka insisi.

Perawatan persalinan sectio caesarea meliputi perawatan luka

insisi, diet, mobilisasi dini, aspek kontrol ulang, aktivitas seksual paska

melahirkan, dan involusi uterus. Perawatan pertama selesai operasi

adalah pembalutan luka dengan baik, sebelum penderita dipindahkan

dari kamar operasi (Ismail, 2008).

Perawatan luka insisi diperiksa setiap hari dan jahitan kulit atau

kelp diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan. Pada hari ketiga

port partum, mandi dengan pancuran tidak membahayakan insisi.

Jaringan subkutis yang tebal (lebih dari 3 cm) merupakan faktor resiko

untuk infeksi luka operasi(Ismail, 2008).

4. Cara merawat bekas sayatan operasi

Menurut Kasdu (2002) merawat bekas sayatan biasanya benang operasi

terserap secara otomatis. Beberapa cara merawat bekas sayatan operasi sebagai

berikut:

a. Bagi ibu yang sudah bisa mandi tanpa diseka, sebaiknya mandi dengan

shower atau mandi bersiram, kalau ingin mandi bersiram, kalau ingin

mandi di Bath up bersihkan tempat mandi sebelum dan setelah

digunakan.

Page 36: Zahrati Fauza Cover

b. Setelah mandi segera keringkan bekas sayatan tersebut dengan handuk

yang lembut, kertas, tisu atau kapas.

c. Jangan memakai celana dalam yang pendek (jenis bikini) karena celana

seperti ini akan menekan bekas sayatan sehingga akan terasa sakit.

d. Kalau bekas sayatan menjadi bengkak kemerahan dan terasa sakit

segera periksa ke dokter karena tanda-tanda ini menunjukkan terjadinya

infeksi.

5. Pemberian cairan

Pasien dengan masalah perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi

pembedahan biasanya menjalani prosedur pembedahan yang mencakup

pemberian anestesi local, regional atau umum. Perkembangan preparat

anastesik,akhir-akhir ini telah difokuskan pada obat-obatan kerja singkat dan

pemulihan yang lebih cepat. Anestesi secara umum sering dapat menimbulkan

mual dan muntah pada saat digunakan, yang kemudian menimbulkan

komplikasi yang serius dan bersifat fatal, sehingga perawat menyampaikan

kepada pasien untuk berpuasa sebelum operasi. Hal ini dilakukan untuk

menghentikan semua asupan oral hingga 4 jam dan makanan padat antara 2

sampai 6 jam sebelum operasi. Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca

operasi, maka pemberian cairan peri infus, harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi hipertermia,

dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh. Cairan tubuh yang diberikan

biasanya dektrosa 5% gram fisioligis dan ringer laktat secara bergantian.

Jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya 20n tetes

Page 37: Zahrati Fauza Cover

permenit, jumlah cairan yang keluar ditampung dan diukur, hal ini dapat

dipakai sebagai pedoman pemberian cairan (Perry dan Potter, 2005).

E. PENGELUARAN LOKHEA

Lokhea adalah cairan yang dikeluarkan uetrus melalui vagina dalam masa

nifas sifat lokhea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran dan lendir waktu

menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari tempat melekatnya plasenta).

Lokhea dibagi dalam beberapa jenis (Soleha, 2009) :

a. Lokhea rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks

kaseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lokhea sanguinolenta

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca

persalinan.

c. Lokhea serosa

Bewarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 hari pasca

persalinan.

d. Lokhea alba

Cairan putih, setelah 2 minggu.

Page 38: Zahrati Fauza Cover

e. Lokhea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk

f. Lochiostasis

Lokhea tidak lancar keluarnya, apabila pengeluaran lokhea lebih lama dari

pada yang disebabkan kemungkinan adanya :

a. Tertinggalnya plasenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang

kurang baik.

b. Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lokhea rubra lebih

banyak karena kontraksi uterus dengan cepat.

c. Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga

lebih lama mengeluarkan lokhea dan lokhea berbau anyir atau amis.

Bila lokhea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah

kemungkinan diagnosisnya adalah metrisis. Metritis adalah infeksi uterus setelah

persalinan yang merupakan salah satu penyebab tersebar kematian ibu. Bila

pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abseb pelvik,

peritonitis, syok septik (Soleha, 2009).

F. HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PROSES PERCEPATAN

PENYEMBUHAN POSTPARTUM

Menurut Kasdu, 2005 mobilisasi akan membantu memperoleh kekuatan,

mempercepat kesembuhan postpartum SC dan memudahkan kerja usus besar

serta kandung kemih.

Dengan adanya mobilisasi secara langsung berdampak pada akselerasi

proses penyembuhan post partum hasil penulisan yang dilakukan oleh Jensen

Page 39: Zahrati Fauza Cover

Situmarong (2010) menyebutkan bahwa ibu post sectio caesarea yang melakukan

mobilisasi dini dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

Mobilisasi dini dilakukan oleh ibu post sectio, baik yang mengalami

persalinan normal maupun persalinan dengan tindakan dan mempunyai variasi

tergantung pada keadaan umum, jenis persalinan atau tindakan persalinan.

Adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain dapat mempercepat proses

pengeluaran lokhea dan membantu proses penyembuhan luka (Manuaba, 2003).

Bobak (2004), menjelaskan mobilisasi dini sangat bermanfaat untuk

melancarkan sirkulasi, trombosit. Sebagian besar ibu pasca Sectio Caesarea dapat

melakukan mobilisasi dini setelah efek-efek obat-obatan yang diberi saat

melahirkan telah hilang aktifitas tersebut sangat berguna bagi semua s istem tubuh

paru terutama bagi fundus usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Hal

tersebut juga membantu mencegah pembekuan (trombosit) pada pembuluh.

Banyak manfaat melakukan mobilisasi dini yang telah dikonfirmasikan oleh

sejumlah penulis, para wanita, menyatakan bahwa mereka merasa lebih baik dan

kuat setelah melakukan mobilisasi dini dan komplikasi kandung kemih dan

konstifasi jarang terjadi (Farrer, 2000).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2007) dengan judul

hubungan mobilisasi dini pada ibu post SC (Sectio caesarea) dengan proses

penyembuhan luka operasi diruang kebidanan Rsudam provinsi lampung dengan

hasil penelitian tidak ada hubungan secara statistik antara mobilisasi dini post

operasi dengan penyembuhan luka (p < 0,05).

Page 40: Zahrati Fauza Cover

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut Kasdu, 2005 mobilisasi dini akan membantu memperoleh

kekuatan, mempercepat kesembuhan postpartum SC dan memudahkan kerja usus

besar serta kandung kemih dan adapun manfaat dari mobilisasi dini antara lain

dapat mempercepat prosees pengeluaran lochea dan membantu proses

penyembuhan luka (Manuaba, 2003). Dari teori tersebut peneliti membuat

kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Mobilisasi Dini Pada

Ibu Post Partum SC

Percepatan Pemulihan

postpartum SC

- Penyembuhan luka

- Involusi uterus

- Lokhea

Page 41: Zahrati Fauza Cover

B. Defenisi Operasional

Tabel Defenisi Operasional

No Variabel

Definisi

Oprasional

Alat Ukur Cara Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

Variabel Depend

1 Percepatan

Pemulihan

postpartum

SC

Proses

pemulihan

pasca bersalin

meliputi:

Penyembuhan

luka, involusi

uterus dan

pengeluaran

lochea

Lembaran

Observasi

Mengobservasi

dengan cara :

-Baik, bila luka

sembuh.

- involusi uterus

baik.

- lochea normal

pada hari ke 6

pospartum (x ≥

)

-tidak baik bila

luka tidak

sembuh .

- involusi uterus

tidak baik.

- lochea tidak

normal pada hari

ke 6 postpartum.

(x<7,4).

a. B

aik b. K

urang

Baik

Ordinal

Variabel Independen

Page 42: Zahrati Fauza Cover

2 Mobilisasi

Dini

Suatu gerakan

yang dilakukan

ibu setelah

sectio caesarea

dalam6 jam post

sectio

Lembaran

Observasi

Mengobservasi

dengan cara :

a. B

aik jika. x ≥ 5

b. Tidak baik

jika,

x <

c. Baik

d. Kurang

Baik

Ordinal

C. Hipotesis Penulisan

Ada hubungan antara mobilisasi dini dengan percepatan pemulihan ibu

postpartum dengan SC (Sectio Caesarea) di ruang Kebidan Rumah Sakit Umum

Daerah dr.zainol Abidin Banda Aceh tahun 2013.

D. Cara Pengukuran Variabel

Cara pengukuran variabel penelitian ini adalah dengan cara:

1. Luka Operasi

Untuk mengetahui penyembuhan luka peneliti membuat cekhlist

berjumlah 4 soal untuk setiap pertanyaan kriteria penilaian sebagai

berikut :

a. Baik : Bila (luka sembuh hari ke 6 postpartum)

b. Kurang Baik: Bila (luka tidak sembuh hari ke 6 postpartum)

2. Mobilisasi Dini

Page 43: Zahrati Fauza Cover

Untuk mengetahui mobilisasi, peneliti membuat cekhlist berjumlah 9

soal, untuk setiap kriteria penilaian sebagai berikut :

a. Baik : Bila ( x ≥ )

b. Kurang baik: Bila (x < )

3. Involusi Uterus

Untuk mengetahui involusi uterus, peneliti membuat cekhlis berjumlah

3 soal, untuk setiap kriteria penilaian sebagai berikut :

a. Baik: Bila (involusi uterus baik).

b. Kurang Baik: Bila (involusi uterus tidak baik)

4. Lochea

Untuk mengetahui lochea, peneliti membuat cekhlist berjumlah 3 soal

untuk setiap kriteria peniliannya sebagai berikut:

a. Baik : Bila (Lochea normal hari ke 6 postpartum)

b. Kurang Baik: Bila (Lochea tidak normal hari ke 6 postpartum)

Page 44: Zahrati Fauza Cover

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain pendekatan cross

sectional,yaitu untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post partum

dengan SC(Sectio Caesarea) terhadap percepatan pemulihan postpartum di

RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu post partum dengan tindakan

SC di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh sebanyak.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2002) sampel adalah bagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Dalam pengambilan sampel peneliti menunakan metode Accisidental

sampling yaitu sampel penelitian diambil secara kebetulan atau yang berada

pada saat penelitian sebanyak 38 orang..

C. Tempat Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun

2013.

Page 45: Zahrati Fauza Cover

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Juni sampai 2 Agustus 2013 di

Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013.

D. Instrument Penelitian

Instrument yang dilakukan untuk mendukung penelitian ini adalah

kuesioner terdiri soal yaitu 9 soal tentang mobilisasi dini, 4 soal tentang

penyembuhan luka, 3 soal tentang involusi uterus dan 3 soal tentang lokhea,

berbentuk cheklist dengan skor 1 bila ya dan 0 bila tidak.

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh langsung dilokasi penelitian mengenai hubungan

mobilisasi dini pada ibu post partum SC terhadap penyembuhan luka yang

diperoleh langsung melalui angket dengan responden dengan menggunakan

kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari bidan yang bertugas di ruang Kebidanan

Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin dan berbagai revisi dari buku

perustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengolahan data

Dalam proses pengolahan data terdapat langkah – langkah yang harus

ditempuh, diantaranya (Hidayat, 2009).

Page 46: Zahrati Fauza Cover

a. Editing

Adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau

dikumpulkan.

b. Coding

Adalah merupakan kegiatan pemberian kode numerik(angka)terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Transfering

Dimana data yang diberi kode disusun secara berturut –turut dari responden

pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel.

d. Tabulating

Yaitu data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diolah dan

dipindahkan kedalam tabel untuk masing – masing tabel dan untuk masing –

masing variabel.

A. Teknis Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang digunakan dengan menjabarkan

secara deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti, baik variabel dependen

maupun independen. Data dikumpulkan dalam bentuk kuesioner, jawaban

tersebut diberi skor nilai, kemudian semua variabel ditampilkan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi terdiri dari nilai presentase, dengan rumus(Budiarto,

2002).

Perhitungan persentase tiap kategori dilakukan rumus sebagai berikut :

Page 47: Zahrati Fauza Cover

Keterangan : P = Angka Persentase

f = Frekuensi yang di cari persentasinya

n = Jumlah seluruh responden

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel bebas diduga

mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan

adalah hasil tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa

statistik dengan uji Chi – square test (x) pada tingkat kemaknaan 95% ( p.

Value < 0,05). Sehingga dapat diketahui perbedaan tidaknya yang bermakna

secara statistik, dengan menggunakan program khusus SPSS for windows.

Melalui perhitungan Chis – Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan, bila

nilai P lebih kecil dari nilai α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel

bebas.

Perhitungan yang digunakan pada uji Chi – Square untuk Program

komputerisasi seperti program SPSS adalah sebagai berikut(Hartono, 2005) :

1. Bila pada tabel contingensy 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari

5,maka uji yang digunakan adalah fisher axact tes.

Page 48: Zahrati Fauza Cover

2. Bila pada tabel contigency 2x2 dan tidak dijumpai nilai e(harapan)kurang

dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah contiuty correction.

3. Bila pada tabel 2x2 masih juga terdapat frekuensi(harapan) e kurang dari

5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus yate’s correction

continu.

4. Pada uji chi-square hanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan tiga variabel.

Page 49: Zahrati Fauza Cover

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh merupakan

rumah sakit kelas A pendidikan dan Rumah sakit rujukan untuk provinsi daerah

istimewa Aceh dengan SK Menkes RI No.233/Sk/IV/1983 tanggal 11 juni 1983,

beralamat di jalan Teungku Daud Bereueh No.18 Banda Aceh, Memiliki luas area

196,480M2. Adapun batas letak Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin

Banda Aceh sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Bandar Baru

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lambuk

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Keluharan Kuta Baro

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Keluran Beurawe

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Mobilisasi Dini

Tabel : 5.1 Distribusi Frekuensi Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum di Ruang

Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013

No Mobilisasi Dini f %

1 Baik 18 47,7

2 Kurang Baik 20 52,6

Jumlah 38 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Page 50: Zahrati Fauza Cover

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diketahui bahwa dari 38 responden

mayoritas melakukan mobilisasi dini kurang baik yaitu sebanyak 20

orang(52, 6%).

b. Penyembuhan Luka

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Penyembuhan Luka Pada Ibu Postpartum Banda Aceh Tahun 2013

No Penyembuhan Luka f %

1 Baik 28 73,7

2 Kurang Baik 10 26,3

Jumlah 38 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diketahui bahwa dari 38 responden

mayoritas yang penyembuhan lukanya baik yaitu sebanyak 28 0rang

(73,7%).

c. Involusi Uterus

Tabel : 5.3

Distribusi Frekuensi Involusi Uterus Pada Ibu Postpartum Di Ruang

Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013

No Involusi Uterus f %

1 Baik 30 78,9

2 Kurang Baik 8 21,1

Jumlah 38 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diketahui bahwa dari 38 responden

mayoritas yang involusinya baik yaitu sebanyak 30 0rang (78,9%).

Page 51: Zahrati Fauza Cover

d. Lochea

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengeluaran Lochea Pada Ibu Postpartum Di Ruang

Kebidanan RSUDZA Banda Aceh Tahun 2013

No Lochea f %

1 Baik 11 28,9

2 Kurang Baik 27 71,1

Jumlah 38 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 38

responden mayoritas yang pengeluaran locheanya kurang baik yaitu

sebanyak 27 0rang (71,1%).

e. Percepatan Pemulihan Postpartum

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Percepatan Pemulihan Postpartum Pada Ibu

Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA

Banda Aceh Tahun 2013

No Percepatan Pemulihan Postpartum f %

1 Baik 22 57,9

2 Kurang Baik 16 42,1

Jumlah 38 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 38

responden mayoritas yang percepatan pemulihan postpartum baik

yaitu sebanyak 22 0rang (57,9%).

Page 52: Zahrati Fauza Cover

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Penyembuhan Luka

Tabel 5.6

Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea)

Terhadap Penyembuhan Luka Di Ruang Kebidanan RSUDZA Banda Aceh tahun 2013

Mobilisasi

Dini

Penyembuhan Luka

P

value

OR

α Baik Kurang

Baik Total

f % F % F %

Baik 14 77,8 4 22,2 18 100

0,719 1,50 0,05 Kurang

Baik 14 70,0 6 30,0 20 100

Total 28 73,7 10 26,3 38 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa dari 20 responden

yang melakukam mobilisasi dini kurang baik yang mengalami

penyembuhan lukanya baik sebanyak 14 orang (70,0%) dan dari 18

responden yang mobilisasinya baik mengalami penyembuhan luka dengan

baik sebanyak 14 orang (77,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=

value = 0,719, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan

penyembuhan luka sectio cesarea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa

ibu yang yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 1,50 x lebih baik

penyembuhan lukanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

Page 53: Zahrati Fauza Cover

b. Hubungan mobilisasi dini dengan involusi uetrus

Tabel 5.7

Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea)

Terhadap Involusi Uterus Di Ruang Kebidanan RSUDZA

Banda Aceh tahun 2013

Mobilisasi

Dini

Involusi Uterus

P

value

OR

α Baik Kurang

Baik Total

f % f % f %

Baik 13 72,2 5 27,8 18 100

0,438 0,45 0,05 Kurang

Baik 17 85,0 3 15,0 20 100

Total 30 78,9 8 21,1 38 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diketahui bahwa dari 20 responden

yang yang melakukan mobilisasi dini kurang baik mengalami involusi

uterus baik sebanyak 17 orang (85,0%) dan dari 18 responden yang

mobilisasi dininya baik mengalami involusi uterus baik sebanyak 13

orang (72,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,438 berarti

tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan involusi uterus. Namun nilai

OR menunjukkan bahwa ibu yang yang melakukan mobilisasi dini

berpeluang 0,45 x lebih baik penyembuhan lukanya daripada yang tidak

melakukan mobilisasi dini.

Page 54: Zahrati Fauza Cover

c. Hubungan Mobilisasi Dini dengan lochea

Tabel 5.8

Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea)

Terhadap Pengeluaran Lochea Di Ruang Kebidanan RSUDZA

Banda Aceh tahun 2013

Mobilisasi

Dini

Pengeluaran Lochea

P

value

OR

α Baik Kurang

Baik Total

f % f % F %

Baik 8 44,4 10 55,6 18 100

0,10 4,53 0,05 Kurang

Baik 3 15,0 17 85,0 20 100

Total 11 28,9 27 71,1 38 100

Sumber Data Primer diolahTahun 2013

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang

melakukan mobilisasi dini kurang baik pengeluaran lochea baik sebanyak 3

orang (15,0%) dan dari 18 responden yang melakukan mobilisasinya baik

pengeluaran lochea baik sebanyak 8 orang (44,4%). Hasil uji statistik

didapatkan nilai p= value = 0,10, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi

dengan pengeluaran lochea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang

melakukan mobilisasi dini berpeluang 4,53 x lebih baik pengeluaran

lokheanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

d. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Percepatan Pemulihan Postpartum

Tabel 5.9

Hubungan Mobilisasi Dini Pada Ibu Postpartum Dengan SC (Sectio Caesarea)

Terhadap Percepatan Pemulihan Postpartum Di Ruang Kebidanan RSUDZA

Banda Aceh tahun 2013

Mobilisasi Percepatan Pemulihan Postpartum P

Α

Page 55: Zahrati Fauza Cover

Dini Baik

Kurang

Baik Total

value

OR

f % f % f %

Baik 12 66,7 6 33,3 18 100

0,478 2,00 0,05 Kurang

Baik 10 50,0 10 50,0 20 100

Total 22 57,9 16 42,1 38 100

Berdasarkan tabel 5.9 diatas diketahui bahwa dari 20 responden yang

melakukan mobilisasi dini kurang baik percepatan pemulihan postpartum

baik sebanyak 10 orang ( 50,0%) dan dari 18 responden yang melakukan

mobilisasinya dengan baik percepatan pemulihan postpartum baik

sebanyak 12 orang (66,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value =

0,478, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan percepatan

pemulihan postpartum. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang

melakukan mobilisasi dini berpeluang 2,00 x lebih baik percepatan

pemulihan postpartum daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

C. PEMBAHASAN

1. Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Penyembuhan Luka

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden yang

melakukan mobilisasi dini kurang baik yang mengalami penyembuhan

lukanya baik sebanyak 14 orang (70,0%) dan dari 18 responden yang

mobilisasinya baik mengalami penyembuhan luka dengan baik sebanyak

14 orang (77,8%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,719,

berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan penyembuhan luka

Page 56: Zahrati Fauza Cover

sectio cesarea. Namun nilai OR menunjukkan bahwa ibu yang yang

melakukan mobilisasi dini berpeluang 1,50 x lebih baik penyembuhan

lukanya daripada yang tidak melakukan mobilisasi dini.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mulayani (2007) dengan

judul hubungan mobilisasi dini pada ibu post sc (section caesarea) dengan

proses penyembuhan luka operasi Di Ruang Kebidanan Rsudam Propinsi

lampung dengan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan secara statistik

antar mobilisasi dini post operasi Sc dengan penyembuhan luka operasi

(p<=0,05)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harfa Aini (2012) dengan

judul hubungan mobilisasi dini pada ibu post sc (section caesarea) dengan

proses penyembuhan luka operasi Di Ruang Kebidanan Rumah Sakit

Tk.III Kesdam IM Banda Aceh dengan hasil penelitian bahwa tidak ada

hubungan antara mobilisasi dini pada ibu post section caesarea dengan

proses penyembuhan luka operasi (p value=1,000).

Menurut Manuaba (2001), dengan adanya mobilisasi dini secara

langsung berdampak pada akselerasi proses penyumbuhan post partum

hasil penelitian yang dilakukan Jensen Situmarong (2010) menyebutkan

bahwa ibu post section caesarea yang melakukan mobilisasi dini dapat

mempercepat proses penyembuhan luka.

Menurut asumsi peneliti tidak ada hubungan antara mobilisasi dini

dengan penyembuhan luka dikarenakan sebagian besar responden banyak

yang kurang melakukan mobilisasi dini tetapi penyembuhan lukanya tetap

Page 57: Zahrati Fauza Cover

baik, dan penyembuhan luka juga dapat dipengaruhi oleh beberapa factor

seperti kebersiahan luka, nutrisi, status gizi, personal hygiene dan penyakit

DM(Diabetes Melitus). Kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi

proses penyembuhan luka, karena kuman setiap saat dapat masuk melalui

luka bila kebersihan diri kurang.

2. Hubungan Mobilisasi dini Dengan involusi Uterus

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden

yang yang melakukan mobilisasi dini kurang baik mengalami involusi

uterus baik sebanyak 17 orang (85,0%) dan dari 18 responden yang

mobilisasi dininya baik mengalami involusi uterus baik sebanyak 13

orang (72,2%) Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,438 berarti

tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan involusi uterus. Namun nilai

OR menunjukkan bahwa ibu yang yang melakukan mobilisasi dini

berpeluang 0,45 x lebih baik penyembuhan lukanya daripada yang tidak

melakukan mobilisasi dini.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori (Varney H, 2000)

yang menyebutkan bahwa pada ibu postpartum sebaiknya melakukan

mobilisasi dini karena mempunyai pengaruh yang baik terhadap proses

penyembuhan dan proses pemulihan kesehtan sebelum hamil. Oleh karena

itu sangat penting pula perhatikan pengawasan terhadap tinggi fundus

uteri, ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya lebih lambat karena

semakin sering hamil uterus juga sering kali mengalami regangan. Dalam

Page 58: Zahrati Fauza Cover

teori ini juga dikatakan factor- faktor yang dapat mempengaruhi involusi

uterus adalah gizi, usia, paritas, menyusui, dan senam nifas. Namun dalam

lapangan involusi uterus juga dipengaruhi factor pengetahuan, lingkungan,

dan prilaku dimana dalam menunjang untuk mempercepat proses involusi

uterus.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ratna Kautsar (2011)

dengan judul hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus pada

ibu nifas di BPS Vensentia Ismijati SST Surabaya dengan hasil penelitian

bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus

(p= 3,84).

Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan antara mobilisasi

dini dengan involusi uterus dikarenakan banyak responden yang kurang

melakukan mobilisasi dini akan tetapi proses perubahn involusi uterusnya

baik dan involusi dipengaruhi oleh status gizi , usia, paritas, menyusui, dan

senam nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakuakn ibu- ibu setelah

melahirkan guna mengembalikan kondisi kesehatan dan memperbaiki

regangan pada otot-otot, pada senam nifas terjadi pergerakan fisik

sehingga aliran darah akan meningkaat dan lancar.apabila otot rahim

dirangsang dengaan latihan dan gerakan senam maka kontraksi uterus

akan semakin baik sehingga mempengaruhi proses pengecilan involusi

Pada ibu postpartum dengan status gizi yang baik akan mampu

menghindarkan serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa

nifas dan mempercepat proses involussi uterus. Sedangkan pada proses

Page 59: Zahrati Fauza Cover

menyusui ada reflek let down dari isapan bayi yang merangsang hipofise

posterior mengeluarkan hormone oxitosin yang oleh darah hormone ini

diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga

proses involusi uterus terjadi.

3. Hubungan Mobilisasi Dini dengan lochea

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden

yang melakukan mobilisasi dini kurang baik pengeluaran lochea baik

sebanyak 3 orang ( 15,0%) dan dari 18 responden yang melakukan

mobilisasinya baik pengeluaran lochea baik sebanyak 8 orang (44,4%)

Hasil uji statistik didapatkan nilai p= value = 0,10, berarti tidak ada

hubungan antara mobilisasi dengan pengeluaran lochea. Namun nilai OR

menunjukkan bahwa ibu yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 4,53

x lebih baik pengeluaran lokheanya daripada yang tidak melakukan

mobilisasi dini.

Penelitian ini sesuai dengan pernyataan teori Ihsan (2006), pada

seorang wanita pasca bersalin ditemui adanya lochea dalam jumlah sedikit

sewaktu ia berbaring dan jumlahnya meningkat sewaktu ia berdiri. Dalam

hal ini pergerakan yang dilakukan ibu dapat memperbanyak proses

pengeluaran lochea sehingga dapat menyebabkan kekhawatiran kepada ibu

postpartum SC (Section Caesarea) akan berbahaya jika tanpa penjelasan

yang khusus, dan dianjurkan untuk tidak melakuakan mobilisasi dini.

Page 60: Zahrati Fauza Cover

Menurut Manuaba (2003) mobilisasi dini dilakukan oleh ibu

postpartum, baik yang mengalami persalian normal maupun persalinan

dengan tindakan dan mempunyai variasi tergantung pada keadaan umum

ibu, jenis persalinan atau tindakan persalinan.

Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan mobilisasi dini

dengan pengeluaran lochea dikarenakan sebagian besar responden banyak

yang kurang melakukan mobilisasi dini akan tetapi pengeluaran locheanya

bagus. Dan pada saat melakukan mobilisasi dini pengeluaran lochea atau

volume lochea meningkat sehingga ibu- ibu di RSUDZA jarang melakuakn

mobilisasi dini karena bertambah banyak keluar lochea saat bergerak

mebuat ibu- ibu postpartum pasca SC merasa tidak nyaman dengan

banyaknya pengeluaran lochea. Menurut peneliti Pada saat melakukan

mobilisasi dini kondisi kesehatan ibu dapat memperbaiki regangan pada

otot-otot, terjadi pergerakan fisik sehingga aliran darah akan meningkaat

dan lancar.apabila otot rahim dirangsang dengaan latihan dan gerakan

maka kontraksi uterus akan semakin baik.

4. Hubungan mobilisasi dini dengan perceptan pemulihan postpartum

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden

yang melakukan mobilisasi dini kurang baik percepatan pemulihan

postpartum baik sebanyak 10 orang ( 50,0%) dan dari 18 responden yang

melakukan mobilisasinya dengan baik percepatan pemulihan postpartum

baik sebanyak 12 orang (66,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p=

value = 0,478, berarti tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan

Page 61: Zahrati Fauza Cover

percepatan pemulihan postpartum. Namun nilai OR menunjukkan bahwa

ibu yang melakukan mobilisasi dini berpeluang 2,00 x lebih baik

percepatan pemulihan postpartum daripada yang tidak melakukan

mobilisasi dini

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hanida (2003) dengan

judul factor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan postpartum hasil

penelitian bahwa tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan

involusi uterus (p= 0,11).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dina Dwi (2004) dengan

judul hubungan mobilisasi dini perceptan pemulihan postpartum di seluruh

puskesmas singosari kabupaten malang menyatakan bahwa mobilisasi dini

tidak berhubungan dengan pemulihan postpartum dengan p value=1,000

menurut Dina Dewi yang berhubungan mobilisasi dini adalah budaya

makan atau pola konsumsi

Menurut asumsi penelitian tidak ada hubungan mobilisasi dini

dengan percepatan pemulihan postpartum dikarenakan sebagian besar

responden banyak yang kurang melakukan mobilisasi dini akan tetapi

percepatan pemulihan postpartum bagus.. Menurut peneliti dapat

disimpulkan bahwa antara mobilisasi dini dengan pemulihan postpartum

yang meliputi penyembuhan luka, involusi uterus dan pengeluaran lochea

tidak ada hubungan karena factor yang mempengaruhi proses pemulihan

postpartum termasuk tingkat energy, kenyamanan psikologis dan

fisik,kesehatan BBL, perawatan dan motivasi yang diberikan oleh tenaga

Page 62: Zahrati Fauza Cover

kesehatan professional dan keluarga sangat berperan dalam percepatan

pemulihan postpartum, dimana pada periode ini lebih ditekankan pada

kesejahteraan ibu dan respon dari bayi

Page 63: Zahrati Fauza Cover

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka

sc(section caesarea) terhadap proses percepatan pemulihan postpartum di

Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p

value= 0,719).

2. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan involusi uterus di Rumah

Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p value=

0,438).

3. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dini dengan pengeluaran lochea di

Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 (p

value= 0,10).

4. Tidak ada hubungan antara mobilisasi dengan percepatan pemulihan

postpartum.( p= value = 0,478)

B. Saran

1. Bagi peneliti dapat menjadikan penelitian ini sebagai inspirasi, data dasar

maupun sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya secara

mendalam tentang hubungan mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan

sc(section caesarea) terhadap proses percepatan pemulihan postpartum.

Page 64: Zahrati Fauza Cover

2. Bagi institusi pendidikan menambah literature atau bacaan diperpustakaan

sebagai bahan kajian dan menambah informasi yang berkaitan dengan

mobilisasi dini pada ibu postpartum dengan sc(section caesarea).

3. Bagi petugas kesehatan dapat dijadikan sebagai bahan inforrmasi dan

memacu petugas untuk melakukan penatalaksanaan mobilisasi dini dan

manfaat mobilisasi dini terhadap pasien pasca sc(section caesarea).

Page 65: Zahrati Fauza Cover

DAFTAR PUSTAKA

Kasdu Deni, 2005. Operasi Caesarea Masalah dan Solusinya. Puspa Swara,

Jakarta.

Enkin, 2002.Persalinan Dengan Kala II Memanjang.

http:/www.bascommetro.com. diakses tanggal 29 Januari 2013.

Jonhson Ruth, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EDC,Jakarta.

Ismail, 2008. Luka dan Perawatan

.http://www.images.mailmkes.multipy.multiplycontent. com. diakases tanggal 29

Januari 2013.

Dahro Ahmad, 2012. Psikologis Kebidanan. Salemba, Jakarta.

Winkjosastro,2006. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.http://wirnursing.blogspot.com.diakses tanggal 29 Januari 2013.

Bobak,2005. Keperawatan Maternitas.http://indonesiannursing.com.di akses

tanggal 28 Januari 2013.

Syaifuddin, 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal.http://syaifuddin.blogspot.com.diakses tanggal 29 Januari 2013.

Saleha Sitti, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas,Salemba, Jakarta.

Page 66: Zahrati Fauza Cover

Aliahani,2010. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio

Caesaria,http://honey72.wordpress.com,diakses tanggal 28 Januari 2013.

Handiani, 2009, Mobilisasi dan Immobilisasi,http://pdfsearchpro.com,diakases

tanggal 29 Januari 2013.

Dewilia Nanny Vivian,2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas,Salemba,Jakarta.

Saleha Sitti,2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Salemba,Jakarta.