wrap up skenario 1

20
DAFTAR ISI Daftar Isi………………………………………………………………………………….1 SASARAN BELAJAR……………………………………………………......................2 LO. 1. Mampu Memahami Tugas-tugas Dokter di Rumah Sakit…………………….3 LO. 2. Mampu Memahami Peran Dokter Sebagai Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional………………………………………………………………………..6 LO. 3. Mampu Memahami Kemampuan dan Keterbatasan Diri Berkaitan dengan Praktik Kedokterannya……………………………………………………….....11 LO. 4. Mampu Menjelaskan Tentang Kewajiban Belajar / Menuntut Ilmu Dalam Islam………………………………………………………………...12 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………16 1

Upload: amalia-fatmasari

Post on 15-Apr-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dgfd

TRANSCRIPT

Page 1: Wrap Up Skenario 1

DAFTAR ISI

Daftar Isi………………………………………………………………………………….1

SASARAN BELAJAR……………………………………………………......................2

LO. 1. Mampu Memahami Tugas-tugas Dokter di Rumah Sakit…………………….3

LO. 2. Mampu Memahami Peran Dokter Sebagai Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional………………………………………………………………………..6

LO. 3. Mampu Memahami Kemampuan dan Keterbatasan Diri Berkaitan dengan Praktik Kedokterannya……………………………………………………….....11

LO. 4. Mampu Menjelaskan Tentang Kewajiban Belajar / Menuntut Ilmu Dalam Islam………………………………………………………………...12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………16

1

Page 2: Wrap Up Skenario 1

SASARAN BELAJAR

LO. 1. Mampu Memahami Tugas-tugas Dokter di Rumah Sakit

LO. 2. Mampu Memahami Peran Dokter Sebagai Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional

LO. 3. Mampu Memahami Kemampuan dan Keterbatasan Diri Berkaitan dengan Praktik Kedokterannya

LO. 4. Mampu Menjelaskan Tentang Kewajiban Belajar / Menuntut Ilmu Dalam Islam

2

Page 3: Wrap Up Skenario 1

LO. 1. Mampu Memahami Tugas-tugas Dokter di Rumah Sakit

Secara operasional, definisi “Dokter” adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral. Layanan yang diselenggarakannya adalah sebatas kompetensi dasar kedokteran yang diperolehnya selama pendidikan kedokteran (Soetono, 2010).

Kompetensi yang harus dicapai seorang dokter meliputi tujuh area kompetensi atau kompetensi utama yaitu:1. Keterampilan komunikasi efektif.2. Keterampilan klinik dasar.3. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku dan epidemiologi dalam praktik kedokteran.4. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada indivivu, keluarga ataupun masyarakat denga cara yang komprehensif, holistik, bersinambung, terkoordinasi dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer.5. Memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi.6. Mawas diri dan mengembangkan diri/belajar sepanjang hayat.7. Menjunjung tinggi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik.Ketujuh area kompetensi itu sebenarnya adalah “kemampuan dasar” seorang “dokter” yang menurut WFME (World Federation for Medical Education) disebut “basic medical doctor”(Soetono, 2010).

Tugas seorang “dokter” adalah meliputi hal-hal sebagai berikut:a. Melakukan pemeriksaan pada pasien untuk mendiagnosa penyakit pasien secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.b. Memberikan terapi untuk kesembuhan penyakit pasien.c. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit.d. Menangani penyakit akut dan kronik.e. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standar.f. Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS.g. Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di

3

Page 4: Wrap Up Skenario 1

RS dan memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan.h. Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya.i. Memberikan nasihat untuk perawatan dan pemeliharaan sebagai pencegahan sakit.j. Seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran, pengobatan pasien sekarang harus komprehensif, mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dokter berhak dan juga berkewajiban melakukan tindakan tersebut untuk kesehatan pasien. Tindakan promotif misalnya memberikan ceramah, preventif misalnya melakukan vaksinasi, kuratif memberikan obat/ tindakan operasi, rehabilitatif misalnya rehabilitasi medis.k. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.l. Mawas diri dan mengembangkan diri/ belajar sepanjang hayat dan melakukan penelitian untuk mengembangkan ilmu kedokteran.m. Tugas dan hak eksklusif dokter untuk memberikan Surat Keterangan Sakit dan Surat Keterangan Berbadan Sehat setelah melakukan pemeriksaan pada pasien (Soetono, 2010).

Terminologi “dokter” memberikan sejumlah predikat, tanggung jawab, dan peran-peran eksistensial lainnya. Tanpa melupakan sisi dominan proses pembelajaran dan pengembangan intelektual, seorang dokter juga pada prinsipnya diamanahkan untuk menjalankan tugas-tugas antropososial dan merealisasikan tanggung jawab individual kekhalifaan, mewujudkan “kebenaran” dan keadilan, yang tentunya tidak akan terlepas pada konteks dan realitas dimana dia berada. Dengan tetap mengindahkan tanggung jawab dispilin keilmuan, maka entitas dokter haruslah mampu mempertemukan konsepsi dunia kedokterannya dengan realitas masyarakat hari ini (Soetono, 2010).

Seorang dokter penting memahami secara benar konsepsi dan melakukan pembacaan terhadap realitas yang terjadi didepan mata. Pada paradigma kedokteran, konsepsi dunia kedokteran adalah humanisasi, sosialisme, penghargaan atas setiap nyawa, pembelajaran dan peningkatan kualitas hidup, keseimbangan hak dan kewajiban tenaga medis dengan pasien.Sebagai kaum intelektual, yang setiap saat mengkonsumsi pengetahuan akan kehidupan sains, sosial, keadilan, kebenaran dan fungsi-fungsi peradaban, maka profesi dokter memiliki tanggung jawab intelektual yang tidak boleh dinafikkan, selain karena profesi ini telah menjelma menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, juga karena intelektualitas merupakan salah satu parameter pencerahan kehidupan yang didalamnya terkandung rahmat sekaligus amanah bagi yang memilikinya. (Soetono, 2010)

4

Page 5: Wrap Up Skenario 1

Berdasarkan tinjauan historisnya, dunia kedokteran (pengobatan) pada awalnya dipandang sebagai sebuah profesi yang sangat mulia, sehingga dengan asumsi tersebut, maka orang-orang yang terlibat dalam proses hidup dan berlangsungnya dunia kedokteran kemudian dinisbahkan sebagai orang-orang yang juga memiliki kemuliaan; baik pada kata, sikap maupun tabiat yang dimilikinya. Dengan memandang profesi kedokteran sebagai pekerjaan yang senantiasa bergelut untuk menutup pintu kematian dan membuka lebar-lebar kesempatan untuk dapat mempertahankan dan meneruskan hidup seseorang, maka berkembanglah kesepakatan sosial (social aggrement) akan urgensi dari ilmu kedokteran sebagai salah satu prasyarat utama untuk dapat mempertahankan hidup (Soetono, 2010)

Pada akhirnya, lambat namun pasti, profesi kedokteran seakan menjadi ilmu pengetahuan utama (master of science), dimana setiap dokter dipandang sebagai seorang jenius dan tahu segalanya dan semua orang akan berusaha menjadi dan memegang peran besar dalam pekerjaan terhormat ini (Soetono, 2010)

Profesi kedokteran dianggap sebagai sebuah seni (art) dalam kehidupan, karenanya tidak setiap orang dapat dengan mudah mendapatkan kecakapan akan tindakan-tindakan medis, walaupun itu hanya tindakan medis sederhana yang dapat dimiliki oleh setiap orang saat ini (Soetono, 2010)

Dengan semakin bertambahnya kompleksitas kehidupan manusia, maka ragam lingkup ilmu pengobatan (kedokteran) menjadi terdesak untuk melakukan pengembangan dan peningkatan kualitas, sesuai dengan kompleksitas objek pengobatan yang dijumpai dalam realitas (Soetono, 2010).

Maka mulailah terjadi proses desakralisasi ilmu kedokteran (pengobatan), dimana setiap orang memiliki kesempatan untuk dapat memahami dan memilikinya, tentunya setelah menyanggupi syarat-syarat yang diajukan, melalui proses pendidikan yang lebih sistematik. Pada aras yang lain, pengembangan ilmu pengobatan yang sudah ada sebelumnya menjadi bagian yang tak terpisahkan, mulailah dilakukan penelitian-penelitian (medical research) dengan menggunakan teknologi modern, untuk menyempurnakan pengetahuan pengobatan yang telah ada (Soetono, 2010).

5

Page 6: Wrap Up Skenario 1

LO. 2. Mampu Memahami Peran Dokter Sebagai Tim Pelayanan Kesehatan yang Profesional

Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk semua penyakit yang diderita oleh pasiennya, sedangkan perawatan tetap harus diberikan sehingga membutuhkan bantuan dokter spesialis lain dan profesi kesehatan yang memiliki keterampilan khusus seperti perawat, ahli farmasi, fisioterapis, teknisi laboratorium, pekerja social dan lainnya (Subijanto, 2009).

Seorang dokter sebagai anggota profesi kesehatan, diharapkan memperlakukan profesi kesehatan lain lebih sebagai anggota keluarga dibandingkan sebagai orang lain, bahkan sebagai teman. Deklarasi Geneva dari WMA juga memuat janji: ”Kolega saya akan menjadi saudara saya”. Interpretasi janji ini bervariasi dari satu negara dan negara lain sepanjang waktu (Subijanto, 2009).                        

Dalam tradisi etika kedokteran Hippocrates, dokter memiliki hutang penghargaan khusus terhadap guru mereka. Deklarasi Geneva menyatakan: ”Saya akan memberikan guru saya penghormatan dan terima kasih yang merupakan hak mereka” (Subijanto, 2009).                                                             

Sebagai balasan atas kehormatan yang diberikan masyarakat dan kepercayaan yang diberikan oleh pasien, maka profesi kesehatan harus membangun standar perilaku yang tinggi untuk anggotanya dan prosedur pendisiplinan dalam menyelidiki tuduhan adanya tindakan yang tidak benar dan jika perlu menghukum yang berbuat salah. Kewajiban untuk melaporkan kolega yang melakukan tindakan yang tidak kompeten, mencelakakan, perbuatan tidak senonoh ditekankan dalam Kode Etik Kedokteran Internasional yang dikeluarkan oleh WMA menyatakan: ”Dokter harus berusaha keras untuk menyatakan kekurangan karakter dan kompetensi dokter ataupun yang terlibat dalam penipuan atau kecurangan”. Penerapan prinsip ini tidaklah mudah, di satu sisi seorang dokter mungkin menyerang reputasi koleganya karena motif yang tidak benar seperti karena rasa iri atau terhina oleh koleganya. Dokter juga merasa sungkan atau ragu untuk melaporkan tindakan koleganya yang tidak benar karena simpati atau persahabatan. Konsekuensi pelaporan tersebut dapat berakibat kurang baik bagi yang melapor, yang tertuduh atau bahkan dari kolega lain (Subijanto, 2009).

6

Page 7: Wrap Up Skenario 1

Kerjasama Dokter Dengan Sejawat Menurut KKI

1. Merujuk pasien

Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harus merujuk pasien pada sejawat lain untuk mendapatkan saran, pemeriksaan atau tindakan lanjutan. Bagi dokter yang menerima rujukan, sesuai dengan etika profesi, wajib menjawab/memberikan advis tindakan akan terapi dan mengembalikannya kepada dokter yang merujuk. Dalam keadaan tertentu dokter penerima rujukan dapat melakukan tindakan atau perawatan lanjutan dengan persetujuan dokter yang merujuk dan pasien. Setelah selesai perawatan dokter  rujukan mengirim kembali kepada dokter yang merujuk (Subijanto, 2009).

Pada pasien rawat inap, sejak awal pengambilan kesimpulan sementara, dokter dapat menyampaikan kepada pasien kemungkinan untuk dirujuk kepada sejawat lain karena alasan kompetensi. Rujukan dimaksud dapat bersifat advis, rawat bersama atau alih rawat. Pada saat meminta persetujuan pasien untuk dirujuk, dokter harus memberi penjelasan tentang alasan, tujuan dan konsekuensi rujukan termasuk biaya, seluruh usaha ditujukan untuk kepentingan pasien. Pasien berhak memilih dokter rujukan, dan dalam rawat bersama harus ditetapkan dokter penanggung jawab utama (Subijanto, 2009).

Dokter yang merujuk dan dokter penerima rujukan, harus mengungkapkan segala informasi tentang kondisi pasien yang relevan dan disampaikan secara tertulis serta bersifat rahasia (Subijanto, 2009).

Jika dokter memberi pengobatan dan nasihat kepada seorang pasien yang diketahui sedang dalam perawatan dokter lain, maka dokter yang memeriksa harus menginformasikan kepada dokter pasien tersebut tentang hasil pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan penting lainnya demi kepentingan pasien (Subijanto, 2009).

2. Bekerjasama dengan sejawat

Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membedakan jenis kelamin, ras, kecacatan, agama/kepercayaan, usia, status social atau perbedaan kompetensi yang dapat

7

Page 8: Wrap Up Skenario 1

merugikan hubungan profesional antar sejawat (Subijanto, 2009).

Seorang dokter tidak dibenarkan mengkritik teman sejawat melalui pasien yang mengakibatkan turunnya kredibilitas sejawat tersebut. Selain itu tidak dibenarkan seorang dokter memberi komentar tentang suatu kasus, bila tidak pernah memeriksa atau merawat secara langsung (Subijanto, 2009).

3. Bekerjasama dalam tim

Asuhan kesehatan selalu ditingkatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin. Apabila bekerja dalam sebuah tim, dokter harus :a.    Menunjuk ketua tim selaku penanggung jawabb.    Tidak boleh mengubah akuntabilitas pribadi dalam perilaku keprofesian dan asuhan yang diberikan c.    Menghargai kompetensi dan kontribusi anggota timd.    Memelihara hubungan profesional dengan pasiene.    Berkomunikasi secara efektif dengan anggota tim di dalam dan di luar timf.    Memastikan agar pasien dan anggota tim mengetahui dan memahami siapa yang bertanggung jawab untuk setiap aspek pelayanan pasieng.    Berpartisipasi dalam review secara teratur, audit dari standar dan kinerja tim, serta menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja dan kekurangan timh.    Menghadapi masalah kinerja dalam pelaksanaan kerja tim dilakukan secara terbuka dan sportif (Subijanto, 2009).

4. Memimpin tim

Dalam memimpin sebuah tim, seorang dokter harus memastikan bahwa :a.    Anggota tim telah mengacu pada seluruh acuan yang berkaitan dengan pelaksanaan dan pelayanan kedokteranb.    Anggota tim telah memenuhi kebutuhan pelayanan pasienc.    Anggota tim telah memahami tanggung jawab individu dan tanggung jawab tim untuk keselamatan pasien. Selanjutnya, secara terbuka dan bijak mencatat serta mendiskusikan permasalahan yang dihadapid.    Acuan dari profesi lain dipertimbangkan untuk kepentingan pasiene.    Setiap asuhan pasien telah terkoordinasi secara benar, dan setiap pasien harus tahu siapa yang harus dihubungi apabila ada pertanyaan atau kekhawatiranf.    Pengaturan dan pertanggungjawaban pembiayaan sudah tersedia

8

Page 9: Wrap Up Skenario 1

g.    Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut dari audit standar pelayanan kedokteran dan audit pelaksanaan tim dijalankan secara berkala dan setiap kekurangan harus diselesaikan segerah.    Sistem sudah disiapkan agar koordinasi untuk mengatasi setiap permasalahan dalam kinerja, perilaku atau keselamatan anggota tim dapat tercapaii.    Selalu mempertahankan dan meningkatkan praktek kedokteran yang benar dan baikj. Menjadi manajer dalam sebuah tim (Subijanto, 2009).

5. Mengatur dokter pengganti

Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta mengatur proses pengalihan yang efektif dan komunikatif dengan dokter pengganti. Dokter pengganti harus diinformasikan kepada pasien (Subijanto, 2009).

Dokter harus memastikan bahwa dokter pengganti mempunyai kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan keahlian untuk mengerjakan tugasnya sebagai dokter pengganti. Dokter pengganti harus tetap bertanggung jawab kepada dokter yang digantikan atau ketua tim dalam asuhan medis (Subijanto, 2009).

6. Mematuhi tugas

Seorang dokter yang bekerja pada institusi pelayanan/ pendidikan kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter pengganti.Dokter penanggung jawab tim harus memastikan bahwa pasien atau keluarga pasien mengetahui informasi tentang diri pasien akan disampaikan kepada seluruh anggota tim yang akan memberi perawatan. Jika pasien menolak penyampaian informasi tersebut, dokter penanggung jawab tim harus menjelaskan kepada pasien keuntungan bertukar informasi dalam pelayanan kedokteran (Subijanto, 2009).

7. Pendelegasian wewenang

Pendelegasian wewenang kepada perawat, mahasiswa kedokteran, peserta program pendidikan dokter spesialis, atau dokter pengganti dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan pemberian terapi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dokter yang mendelegasikan tetap menjadi penanggung jawab atas penanganan pasien secara keseluruhan (Subijanto, 2009). 

9

Page 10: Wrap Up Skenario 1

 Hubungan dan kinerja teman sejawat

Seorang dokter harus melindungi pasien dari risiko diciderai oleh teman sejawat lain, kinerja maupun kesehatan. Keselamatan pasien harus diutamakan setiap saat. Jika seorang dokter memiliki kekhawatiran bahwa teman sejawatnya tidak dalam keadaan fit untuk praktek, dokter tersebut harus mengambil langkah yang tepat tanpa penundaan, kemudian kekhawatiran tersebut ditelaah dan pasien terlindungi bila diperlukan. Hal ini berarti seorang dokter harus memberikan penjelasan yang jujur mengenai kekhawatiran terhadap seseorang dari tempat ia bekerja dan mengikuti prosedur yang berlaku (Subijanto, 2009).

Jika sistem setempat tidak memadai atau sistem setempat tidak dapat menyelesaikan masalah dan seorang dokter masih mengkhawatirkan mengenai keselamatan pasien, maka dokter harus menginformasikan badan pengatur terkait (Subijanto, 2009).

Menghormati teman sejawat

Seorang dokter harus memperlakukan teman sejawatnya dengan adil dan rasa hormat. Seorang dokter tidak boleh mempermainkan atau mempermalukan teman sejawatnya, atau mendiskriminasikan teman sejawatnya dengan tidak adil (Subijanto, 2009).Seorang dokter harus tidak memberikan kritik yang tidak wajar atau tidak berdasar kepada teman sejawatnya yang dapat mempengaruhi kepercayaan pasien dalam perawatan atau terapi yang sedang dijalankan, atau dalam keputusan terapi pasien (Subijanto, 2009).

Berbagi informasi dengan teman sejawat

Berbagi informasi dengan teman sejawat lain sangatlah penting untuk keselamatan dan keefektifan perawatan pasien. Ketika seorang dokter merujuk pasien, dokter tersebut harus memberikan semua informasi yang relevan mengenai pasiennya, termasuk riwayat medis dan kondisi saat itu (Subijanto, 2009).

Jika seorang dokter spesialis memberikan terapi atau saran untuk seorang pasien kepada dokter umum, maka ia harus memberitahu hasil pemeriksaan, terapi yang diberikan dan informasi penting lainnya kepada dokter yang ditunjuk untuk kelangsungan perawatan pasien, kecuali pasien tersebut menolak (Subijanto, 2009).

Jika seorang pasien belum dirujuk dari dokter umum kepada dokter spesialis, dokter spesialis tersebut harus menanyakan kepastian pasien tersebut untuk memberitahu dokter

10

Page 11: Wrap Up Skenario 1

umumnya sebelum memulai terapi, kecuali dalam keadaan gawat darurat atau saat keadaan yang tidak memungkinkan. Jika dokter spesialis tersebut tidak memberitahu dokter umum yang merawat pasien tersebut, dokter spesialis tersebut harus bertanggung jawab untuk menyediakan atau merencanakan semua kebutuhan perawatan (Subijanto, 2009).

 

LO. 3. Mampu Memahami Kemampuan dan Keterbatasan Diri Berkaitan dengan Praktik Kedokterannya

Seorang dokter harus memahami kemampuan dan keterbatasan diri berkaitan dengan praktik kedokterannya. Salah bertindak, akibatnya akan fatal bagi pasien. Seorang dokter harus mengutamakan keselamatan seorang pasien. Seorang dokter dapat meminta bantuan teman sejawat yang mampu dan ahli dalam menangani suatu kasus penyakit.

Terkait UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Kewajiban Dokter ialah merujuk ke dokter atau dokter gigi lain yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan (Pasal 51) Ketentuan pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak 50.000.000,- setiap dokter atau dokter gigi yang sengaja tidak memenuhi kewajiban tersebut (luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/Kode-Etik-Kedokteran.pdf.

Tabel 1: Aspek Keselamatan pasien dalam praktik kedokteranAspek keselamatan pasien dalam praktek kedokteran

Menerapkan standar keselamatan pasien:

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan

program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Menerapkan 7 (tujuh) langkah keselamatan pasien:

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

11

Page 12: Wrap Up Skenario 1

2. Memimpin dan mendukung staf

3. Integrasikan aktifitas pengelolaan risiko

4. Kembangkan sistem pelaporan

5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

7. Cegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

LO. 4. Mampu Menjelaskan Tentang Kewajiban Belajar / Menuntut Ilmu Dalam Islam

مسلم كل علي فريضة العلم طلب"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim" HR Baihaqi

بالصين ولو العلم اطلبوا“Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina.”

Alasan menuntut ilmu bagi seorang dokter muslim:

1. Diorientasikan Untuk Masuk Surga

Para dokter muslim di masa kejayaan Islam di masa lalu sejak mengabdi di dunianya semata-mata untuk mendapatkan nilai pahala yang besar di sisi Allah. Ilmu yang didapatnya itu sejak awal dipelajari dengan motivasi yang jelas, yaitu memudahkan jalannya ke surga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

ة الجن إلى طريقا به الله سهل علما فيه يلتمس طريقا سلك من

Orang yang meniti jalan dalam rangka menuntut ilmu agama, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR. Muslim)

12

Page 13: Wrap Up Skenario 1

Para mahasiswa muslim di masa itu belajar dengan sekuat tenaga, menghabiskan masa bertahun-tahun, menekuni buku, melakukan berbagai penelitian di dalam laboratorium, melakukan diskusi dan tanya jawab dengan para dokter yang sudah senior, dengan ikhlas semata-mata karena memandang bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah salah satu bentuk ibadah yang akan membawanya menuju pintu surga.(http://www.ustsarwat.com)

2. Kewajiban Agama

Umat Islam di masa lalu ketika belajar ilmu kedokteran dan kemudian berpraktek sebagai dokter yang menjalani usaha untuk menyembuhkan, dilatar-belakangi dengan kefahaman bahwa semua itu hukumnya bukan hanya sunnah, tetapi sudah mencapai derajat fardhu kifayah.

Dalam hal perintah untuk mencari kesembuhan atas suatu penyakit, Rasulullah SAW telah bersabda :

: داء لكل فجعل والدواء الداء أنزل الله إن قال بي الن أن الدرداء أبي عن

بحرام تتداووا وال فتداووا دواء

Dari Abi Ad-Darda` radhiyallahuanhu bahwa Nabi saw. bersabda,`Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat. Dan Dia menjadikan buat tiap-tiap penyakit ada obatnya. Maka, makanlah obat, tapi janganlah makan obat dari yang haram`. (HR. Abu Daud)

Para dokter muslim meyakini bahwa penyakit dan obat itu turun dari sisi Allah. Maka bila ada penyakit menyerang manusia, ada kewajiban untuk mengobatinya dengan cara mencari obatnya.

Dan kalimat fatadawu (فتداووا) berbentuk fi`il amr atau kata dalam bentuk perintah. Dan yang namanya kata perintah itu aslinya menunjukkan kewajiban. Para ulama punya kaidah dalam hal ini yaitu al-maru lil wujub ( للوجوب .(األمر

Namun karena tidak semua orang punya bakat dan minat pada bidang kesehatan dan

13

Page 14: Wrap Up Skenario 1

kedokteran, para ulama sepakat tidak menjadikan belajar ilmu kedokteran ini sebagai kewajiban yang sifatnya individual, melainkan bersifat kolektif (fardhu kifayah).(http://www.ustsarwat.com)

3. Tolong Menolong

Islam adalah agama yang mendorong tiap manusia untuk selalu memberikan pertolongan kepada orang lain. Menyembuhkan orang lain termasuk di antara sekian banyak bentuk tolong menolong yang nyata.

Di dalam Al-Quran Al-Karim Allah SWT telah memerintahkan tolong menolong dengan sesama :

العقاب شديد الله إن الله قوا وات والعدوان اإلثم على تعاونوا وال قوى والت البر على وتعاونوا

Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.(QS. Al-Maidah : 2)

Dan Rasulullah SAW telah memerintahkan setiap muslim untuk dapat bermanfaat buat saudaranya lewat hadits beliau :

فلينفعه أخاه ينفع أن منكم استطاع من

Siapa yang mampu untuk dapat bermanfaat buatsaudaranya, maka berilah manfaat (HR. Muslim)(http://www.ustsarwat.com)

Hadapi era globalisasi, dokter dituntut tingkatkan kompetensi

Globalisasi di berbagai sektor yang mengarah pada pasar bebas tidak bisa dihindari oleh negara-negara anggota World Trade Organization (WTO) termasuk Indonesia. Di era ini, batas negara semakin menghilang, sementara kemajuan teknologi dan informasi berkembang cepat. Globalisasi memengaruhi perubahan di semua sektor, tidak terkecuali dunia kedokteran (http://www.umy.ac.id/hadapi-era-globalisasi-dokter-dituntut-tingkatkan-kompetensi.html).

14

Page 15: Wrap Up Skenario 1

Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta menjadi pasar yang potensial bagi masyarakat dunia di era globalisasi pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, masuknya tenaga dokter asing ke Indonesia tidak dapat dihindari. Kondisi ini akan bedampak negatif apabila tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Tidak diragukan lagi, jika Indonesia terlambat atau tertinggal dalam melakukan up-grading SDM, maka akan semakin terpuruk posisi bangsa ini dan bukan tidak mungkin menyebabkan berkurangnya  bargaining position sebuah negara dalam kompetisi pertarungan posisi dalam dunia globalisasi (http://www.umy.ac.id/hadapi-era-globalisasi-dokter-dituntut-tingkatkan-kompetensi.html).

Dunia kedokteran selalu berkembang baik teknologi, penyakit-penyakit baru, obat-obat dan system pengobatan yang baru. Sehingga dokter-dokter dituntut untuk selalu lifelong learner.Seorang dokter harus selalu mengupgrade ilmunya, dia harus selalu belajar dan belajar. Sehingga dia juga akan memahami perkembangan penyakit, obat maupun hal-hal mengenai kesehatan lainnya (http://www.umy.ac.id/hadapi-era-globalisasi-dokter-dituntut-tingkatkan-kompetensi.html).

Kompetensi dokter harus selalu ditingkatkan, dimana dokter tidak hanya paham mengenai pengobatan atau kuratif semata melainkan dokter juga harus melakukan tindakan promotif maupun preventif. Promotif misalnya melakukan sosialisasi atau ajakan untuk hidup sehat. Preventif adalah tindakan pencegahan agar tidak sakit atau tindakan agar penyakit tidak semakin parah. Sedangkan kuratif yaitu tindakan pengobatan (http://www.umy.ac.id/hadapi-era-globalisasi-dokter-dituntut-tingkatkan-kompetensi.html).

Dengan terus belajar pada akhirnya akan menjadi lebih siap ketika terjun di masyarakat (http://www.umy.ac.id/hadapi-era-globalisasi-dokter-dituntut-tingkatkan-kompetensi.html).

15

Page 16: Wrap Up Skenario 1

DAFTAR PUSTAKA

Prihatiningsih, TS. (2006). Standar Kompetensi Inti Dokter”. Http://www.fk.unair.ac.id/docfiles/Standar%20Kompetensi%20DRFINAL.doc.

Soetono, G (2010). Tugas Dokter. Info Askes. Juni 2010.Subijanto, Achmad Arman (2009). PERAN KOMUNIKASI DALAM MENJALANKAN

PROFESI DOKTER YANG BERKUALITAS DI MASYARAKAT .http://pustaka.uns.ac.id/?menu=news&option=detail&nid=150. 27 Maret 2009.

Hadapi Era Globalisasi, Dokter Dituntut Tingkatkan Kompetensi (2011). http://www.umy.ac.id/hadapi-era-globalisasi-dokter-dituntut-tingkatkan-kompetensi.html. 11 September 2011.

Alasan Dokter Muslim Belajar. http//www.ustsarwat.com.

16