wrap up skenario 4

Upload: juwita-cheche-kartika-ii

Post on 03-Mar-2016

277 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tt

TRANSCRIPT

DAFTAR ISIDaftar isi ........1Skenario 4 .2Brain storming ...3Kerangka konsep .................................................................................................................. 4 Hipotesis ........4Sasaran belajar................5LI 1: Memahami dan menjelaskan rencana perawatan .........................................................6LI 2: Memahami dan menjelaskan prognosis ......................................................................17LI 3: Memahami dan menjelaskan rujukan ..........................................................................18Daftar pustaka.......................................................................................................................22

Skenario 4

Gigi Anto berjejal

Seorang ibu membawa anak laki-lakinya bernama Anto dengan usia 10 tahun ke RSMGP FKG Universitas YARSI karena susunan giginya tidak teratur. Hasil anamnesis bahwa anak tersebut minum susu botol hingga kelas satu SD dan memiliki kebiasaan mengunyah pada sisi sebelah kiri. Pemeriksaan ekstraoral bentuk wajah mesofasial, simetris, proporsi normal dan profil cembung. Pemeriksaan intraoral gingiva mudah berdarah, banyak terdapat plak, frenulum, tonsil, lidah, saliva normal. Pola penelanan, bicara penutupan mulut, mandibula normal. Analisis panoramik menunjukkan semua benih gigi permanen lengkap. Pada pemeriksaan intraoral gigi 12, 22 mesiopalatoversi, gigi 21 palatoversi, gigi 32 distolabiotorsoversi, gigi 36, 46 mesioversi, dan gigi 42 linguoversi. Kelainan gigi tidak terlalu rumit sehingga pasien dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum atau mahasiswa program profesi dan dapat dibuatkan alat orthodonti lepasan.

Brain stroming

Kata Sulit1. Bentuk wajah mesofasial: bentuk wajah normal2. Distolabialtorsoversi: badan gigi bagian distal berputar ke labial3. Mesiopalatoversi: bagian mesial gigi terletak di palatal4. Linguoversi: gigi terletak di lingual5. Mesioversi: gigi terletak di mesial6. Alat orthodonti lepasan: alat orthodonti yang dapat dilepas pasang oleh pasienPertanyaan1. Alat cengkram lepasan apa yang dipakai dalam kasus ini?2. Apakah mengunyah pada satu sisi mempengaruhi susunan gigi pada lengkungnya?3. Apa rencana perawatan dalam kasus ini?4. Pada kasus ini lebih baik menggunakan alat orthodonti lepasan/ cekat?5. Bagaimana prognosis dalam kasus ini?Jawab1. Labial bow, Z spring, Adams, Bumper terbuka dan tertutup2. Mempengaruhi pertumbuhan lengkung rahang pada pasien tumbuh-kembang3. Rencana perawatan:a. DHE (Dental Health Education)b. Scalling-root planningc. Restorasi (jika diperlukan)d. Analisis : Cephalometri, panoramik Model: Studi Kerja Pembuatan alate. Pencarian ruang: RME, ekstraksif. Menghilangkan kebiasaan burukg. Pemasangan alat4. Alat lepasan Interseptif5. Prognosis baik

Kerangka konsepAnamnesis

Rencana perawatan (alat orthodonti lepasan)PrognosisPemeriksaanDiagnosis

HipotesisPerawatan dengan alat orthodonti lepasan pada anak umur 10 tahun.

Sasaran belajarLI 1: Memahami dan menjelaskan rencana perawatan LI 2: Memahami dan menjelaskan prognosisLI 3: Memahami dan menjelaskan rujukan

LI 1: Memahami dan menjelaskan rencana perawatan Dalam kasus ini rencana perawatan yang dapat dibuat yaitu:a. DHE (Dental Health Education)b. Scalling dan root planningc. Restorasi jika diperlukand. Pencarian ruange. Analisis : Analisis cephalometri Analisis panoramik Analisis model studi dan kerjaf. Hilangkan kebiasaan burukg. Pemasangan alat

a. DHE (Dental Health Education)Tujuan Tujuan pendidikan kesehatan gigi adalah untuk: (Gray, J. Nicolay, S. Ostafie,C.2003) Memperoleh dan mengevaluasi informasi kesehatan gigi. Meningkatkan kesehatan gigi. Meningkatkan kepercayaan diri dan kesejahteraan sosial.

Alasan dilakukannya pendidikan kesehatan gigi (dental health education)Menjaga kesehatan gigi pada masa kanak-kanak adalah bagian penting dari kesehatan yang baik, untuk perkembangan dasar dalam berbicara dan pengunyahan yang tepat dengan nutrisi yang cukup. Menjaga kesehatan dengan dapat menghindari perlunya perawatan yang mahal di kemudian hari. (Gray, J. Nicolay, S. Ostafie,C.2003)

Prinsip pendidikan kesehatan gigi Menyikat gigi, flossing, penggunaan fluorida & sealant, nutrisi yang tepat, dan kunjungan ke dokter gigi secara teratur secara rutin untuk menjaga kesehatan mulut dan tubuh yang sehat. Berikut hal-hal yang harus diajarkan pada anak dan orang dewasa dalam menjaga kesehatan gigi: (Gray, J. Nicolay, S. Ostafie,C.2003) Menyikat gigi, gusi dan lidah dengan sikat gigi lembut (Gambar 1) dua kali sehari, pagi dan malam. Melakukan flossing (Gambar 2) setiap hari untuk menghilangkan partikel plak dan makanan dari sela-sela gigi, flossing juga dilakukan di bagian gum line (servikal gigi) dapat membantu mencegah penyakit gusi (penyakit periodontal). Canadian Dental Association merekomendasikan menggunakan pasta gigi berflourida degan takaran pasta gigi seukuran kacang polong, dan mendidik anak agar tidak menelan pasta gigi. Penggunaan fluorida yang tepat. Fluoride adalah zat alami yang sangat penting gigi dan pembentukan tulang. Minum air dengan jumlah fluorida yang tepat adalah cara yang paling efektif dan paling murah untuk mencegah kerusakan gigi. Fluorida membantu memperkuat enamel gigi. Fluorida dapat ditemukan pada air minum, pasta gigi berfluorida, fluoride varnish, obat kumur yang mengandung fluorida, dan perawatan fluorida di dental office. Sealants merupakan cara yang efektif untuk mencegah kerusakan gigi. Sealant adalah plastik, pelindung coating yang digunakan pada permukaan mengunyah gigi belakang, di mana plak dan partikel makanan terjebak dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Sealant dapat digunakan pada gigi molar satu permanen, molar dua permanen, molar tiga dan premolar. Anak-anak dan orang dewasa harus makan-makanan sehat seperti yang dianjurkan CanadasFoodGuide toHealthy, yaitu membatasi mengonsumsi makanan mengandung gula. Makanan yang mengandung gula paling baik dikonsumsi saat selesai memakan makanan utama karena ketika itu, air liur lebih banyak di mulut untuk buffer karies yang menyebabkan asam. Semakin sering gula yang dikonsumsi sepanjang hari, semakin besar risiko pengembangan kerusakan gigi. Kunjungan ke dokter gigi harus dilakukan setidaknya sekali setahun.

Gambar 1: Teknik menyikat gigiSumber: (Gray, J. Nicolay, S. Ostafie,C.2003)

Gambar 2: Teknik menggunakan dental floss. (a) panjang benang gigi kurang lebih 5 cm. (b) belokan ujung bagian dental floss dengan jari, kemudian lakukan hal yang sama pada ujung lainnya. (c) pegang erat dental floss diantara jari. (d) lakukan pergerakan dengan perlahan diantara gigi, kemudian turun ke gum line (servikal gigi) saat dental floss berada pada gum line gerakan floss kearah atas dan bawah terhadap sisi gigi untuk menghilangkan plak. Sumber: (Gray, J. Nicolay, S. Ostafie,C.2003)b. Scalling-root planningDefinisi scallingScalling adalah prosedur periodontal pada gigi untuk menghilangkan plak dan kalkulus yang ada di supragingiva dan subgingiva. (Darby, M.L. Margaret, M. Walsh.2010)

Definisi root planningRoot planing adalah prosedur untuk menghilangkan bagian-bagian sakit atau berubah dari permukaan akar, sementum, dan dentin juga permukaan baru yang dihasilkan dibuat halus dan bersih. Semakin banyak akumulasi plak dan kalkulus di permukaan akar, semakin dibutuhkan root planing. (Darby, M.L. Margaret, M. Walsh.2010)

Fungsi scalling & root planningUntuk mengeliminasi mikroorganisme, endotoksin dan kalkulus, mengurangi inflamasi, memajukan regenerasi jaringan, dan membuat permukaan akar secara biologis diterima jaringan gingiva. (Darby, M.L. Margaret, M. Walsh.2010) c. Restorasi (jika diperlukan)Pembuatan restorasi setelah perawatan endodonti merupakan kelanjutan dari rangkaian perawatan saluran akar yang telah dilakukan, untuk mengembalikan fungsi fisiologis dan fungsi estetis gigi ke keadaan yang baik. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan dan menentukan perawatan restorasi: (Tarigan,R.2006) Besarnya karies dan banyaknya pengambilan jaringan sewaktu melakukan perawatan endodonti Kurangnya retensi ketika pembuatan restorasi gigi akan mengurangi kekuatan gigi pada waktu pembuatan restorasi akhir Harus sesuai dengan indikasi kasus

d. Analisis : Analisis cephalometriAnalisis cephalometri diperlukan oleh klinisi untuk memperhitungkan hubungan fasial dan dental dari pasien dan membandingkannya dengan morfologi fasial dan dental yang normal. Analisis ini akan membantu klinisi dalam perawatan ortodontik ketika membuat diagnosis dan rencana perawatan, serta melihat perubahan-perubahan selama perawatan dan setelah perawatan ortodontik selesai. (Bishara,S.E.2001)

Analisis panoramikPenentuan gigi-gigi yang ada, gigi-gigi apa yang akan erupsi dan gigi-gigi apa yang tidak ada (missing), mendeteksigigi impaksi, mengevaluasi keadaan molar 3, mendeteksi gigi berlebih (supernumerary), pemeriksaan apeks akar dari setiap gigi untuk menganalisa kemungkinan resorpsi akar yang potensial. (Alexander, R.G. Wick.2001) Analisis model: Analisis model studiAnalisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal. (Rakosi,T.,et al.1993)Model pra-perawatan (Gambar 3) adalah kunci dalam menentukan diagnosis, hal pertama yang dilihat pada bagian model ini adalah kelas maloklusi, overbite dan overjet. Hal ini dapat diperoleh dari model studi pasien. (Alexander, R.G. Wick. 2001)

Gambar 3: Model pra-perawatan adalah salah satu elemen kunci diagnostikSumber: (Alexander, R.G. Wick. 2001) Analisis model kerja1. Dilakukan pemeriksaan kembali pada pasien2. Dilakukan pencetakan3. Pembuatan alat yang akan digunakan pada pasien e. Pencarian ruang Arch expansion adalah suatu metode untuk mendapatkan ruang dengan pemakaian sistem orthodontik, tanpa ekstraksi. Arch expansion terbagi menjadi low atau rapid dan removable atau fixed. Slow arch expansion memperluas bagian dentoalveolar saja sementara, rapid arch expansion memperluas bagian skeletal dan dentoalveolar. (Phulari,B.S.2011) Ekstraksi di lakukan sebagai bagian dari rencana perawatan, salah satunya untuk perawatan orthodonti. Ekstraksi di orthodonti termasuk ke dalam serial extraction, yang merupakan prosedur interseptif. Ekstraksi dilakukan biasanya pada periode mixed dentition dan ekstraksi terapetik di lakukan saat prosedur perawatan untuk mendapatkan ruang. Ada beberapa keadaan gigi yang harus di ekstraksi sebagai bagian rutin dari perawatan orthodonti yaitu: (Iyyas,B.S.2006) Arch length tooth material discrepancy ( ketidak kesesuaian gigi) Koreksi hubungan dari sagittal inter-arch Kelainan ukuran dan bentuk gigi Kelainan hubungan rahang skeletal

f. Menghilangkan kebiasaan burukDalam kasus ini, pasien memiliki kebiasaan buruk yaitu mengunyah makanan disatu sisi dan meminum susu botol. Mengunyah makanan disatu sisiKebiasaan ini bisa disebabkan karena gigi disalah satu sisi terasa sakit atau tidak nyaman apabila digunakan mengunyah. Apabila kebiasaan ini tidak dihilangkan lama-kelamaan dapat mengakibatkan kelainan pada sendi rahang yang disbebkan oleh ketidak seimbangan beban pengunyahan. Selain itu, biasanya gigi di sisi lawan yang tidak pernah digunakan mengunyah akan lebih kotor dan banyak karang giginya karena proses pengunyahan mempunyai kemampuan membersihkan gigi. Jika hal ini terjadi karena disalah gigi di salah satu sisi terdapat masalah, seperti karies maka hubungi dokter gigi untuk dilakukan perawatan sehingga sisi yang bermasalah tersebut dapat kembali dipakai untuk mengunyah. Namun, apabila gigi tidak ada yang bermasalah secara perlahan diintruksikan untuk mencoba membiasakan mengunyah pada dua sisi, dengan memberi pengarahan. (Rahmadan,A.G.2010)

Meminum susu botolKebiasaan meminum susu dalam botol yang sulit dihentikan, misalnya sampai usia Sekolah Dasar, cenderung akan mempengaruhi bentuk rahang anak. Susu dari botol yang diminum oleh bayi melaui cara mengisap ini kan memproduksi akibat yang negatif yaitu dapat mengkerutkan pipi dan menekan rahang. Kemudian efek dari hal tersebut akan mengakibatkan rahang atas tertarik kedepan, membuat tinggi palatum dan septum nasal dan dapat mengakibatkan pengurangan ukuran lateral dari palatum. (Houston,W.J.B.1989)

g. Pemasangan alatPada pemeriksaan intraoral pasien, gigi 12, 22 mesiopalatoversi, gigi 21 palatoversi, gigi 32 distolabiotorsoversi, gigi 36, 46 mesioversi, dan gigi 42 linguoversi. Berikut gambaran gigi pasien: (Gambar 4)

Gambar 4: Gambaran gigi pasien dalam kasus.

Pemasangan alat yang digunakan dalam kasus ini yakni: Pada lengkung gigi atas dan bawah dilakukan pemasangan labial bow Gigi 12, 22, 21, 32, dan 42 dilakukan pemasangan double cantilever spring (Z spring) Gigi 16, 26, 37, dan 47 dilakukan pemasangan klemer Adam Gigi 36 dan 46 dilakukan pemasangan finger spring(single cantilever spring)Berikut beberapa alat ortodontik lepasan yang digunakan dalam kasus ini: 1. Labial bowLabial bowdapat digunakan menjadi aktif atau pasif.Labial bowaktif digunakan untuk retraksi gigi insisivus. Ada berbagai macam desainlabial bow.Pemilihannya tergantung pada pilihan operator dan besarnya retraksi yang diperlukan.Labial bowyang fleksibel sepertiRoberts retractoradalah yang pilihan yang tepat untuk mengurangioverjetyang besar. Jika retraksi yang diperlukan sedikit denganminor irregularityperlu dikoreksi,labial bowyang kurang fleksibel dapat dipilih karena lebih tepat untuk pergerakan ini dan hanya memerlukan sedikit aktivasi. (Isaacson K.G, Muir J.D, Reed R.T.2002)Berikut ini beberapa contoh desainlabial bow: Roberts retractorIni merupakanlabial bowyang fleksibel yang terbuat dari kawat berdiameter 0,5 mm. Fleksibilitasnya tergantung padavertical limbdancoil-nya sehingga diperlukan ukuran yang adekuat (diameter internal minimal 4 mm). Kesalahan yang umumnya terjadi adalah bagian horizontalnya terlalu pendek sehingga gagal untuk mengontrol insisivus lateralnya. Aktivasilabial bowini diperlukan sekitar 4 mm, tetapi daerah pengaktifan sangat penting.Labial bow diaktivasi denganbendingpadavertical limbdi bawahcoil. (Isaacson K.G, Muir J.D, Reed R.T.2002)

Gambar 5: Roberts retractor Sumber: (Mitchell, L. 2001)

Labial bowdenganU loopsIni terbuat dari kawat 0,7 mm. Fleksibilitasnya tergantung pada tinggi vertikalloop.Sedikit pergerakan pada masing-masing gigi dapat diperoleh dengan membuatbayonet bendpada titik yang tepat. Keuntungan darilabial bowdenganU loopadalah jika hanya perlu mengurangi sedikit overjetatau diperlukanalignmentinsisivus. Untuk mengurangioverjet, labial bowini diaktivasi padaU loops-nya. Aktivasi harus minimal.Labial bow sebaiknya bergeser ke arah palatal hanya 1 mm . (Isaacson K.G, Muir J.D, Reed R.T.2002)

Gambar 6: Labial bowdenganU loops.Sumber: (Singh,G.2007)

Extended labial bowLabial bowini terbuat dari kawat dengan diameter 0,7 mm dan fleksibilitasnya bertambah dengan memperbesarloop-nya. Labial bowini merupakan alternatif untukRoberts retractoruntuk mengurangioverjetdan juga sesuai untukalignmentgigi insisivus. Karena ukuranloop-nya,labial bow ini kurang nyaman digunakan oleh pasien.Labial bowiniharus diaktivasi dengan hati-hati untuk menghindari trauma pada mukosa bukal. (Isaacson K.G, Muir J.D, Reed R.T.2002)

Gambar 7: Extended labial bow (0,7mm)Sumber: (Isaacson K.G, Muir J.D, Reed R.T.2002)

2. Finger spring(single cantilever spring)Finger springterbuat dari kawat 0,5 atau 0,6 mm.Finger springdibuat dengancoilatauhelixdi dekat titikattachment-nya dan free enduntuk pergerakan.Finger springdiindikasikan untuk pergerakan mesio-distal gigi, misalnya untuk menutup diastema anterior.Finger springdiaktivasi dengan membukacoil (gambar 8B) atau menggerakkan lengan aktifnya ke gigi yang digerakkan (gambar 8C). Aktivasi optimal untuk kawat 0,5 adalah 3 mm, sedangkan untuk kawat 0,6 aktivasinya 1,5 mm. (Singh,G.2007)

Gambar 8: A) Finger spring. B) Aktivasi Finger spring dengan membuka coil/helix. C) Aktivasi Finger spring dengan menggerakkan lengan aktif. Sumber: (Singh,G.2007)

3. Double cantilever spring (Z spring)Z spring(Gambar 9)digunakan untuk memproklinasikan gigi insisivus. Pegas ini terbuat dari kawat 0,5 mm dan dipasang pada permukaan palatal gigi. Z springmemiliki duahelixdengan diameter internal yang kecil.Z springdiaktivasi dengan membuka keduahelix2-4 mm. Hanya satuhelixdiaktivasi untuk koreksi rotasi ringan.Z springideal untuk koreksicrossbiteanterior. (Singh,G.2007)

Gambar 9: Z spring Sumber: (Singh,G.2007)4. Klamer AdamKlamer retentifyang paling sering digunakan pada alat lepasan saat ini adalah klamer Adam. Klamer ini terbuat dari kawatstainless steel0,7 mm. Titik retentif pada klamer harus terletak dengan baik padaundercutmesiobukal dan distobukal. Pada anak-anak dimana mahkota gigi belum erupsi penuh, maka akan sedikit sulit untuk meletakkannya padaundercutsehingga perlu untuk memasukkan sedikit di bawah margin gingiva. Tahap ini dilakukan dengantrimmingmodel untuk membentuk kontur anatomis mahkota, sehingga klamer dapat terletak sedikit jauh untuk meletakkanundercutdi bawah tinggi kontur. (Isaacson K.G, Muir J.D, Reed R.T.2002)

Gambar 10: Klamer AdamSumber: (Singh,G.2007)

Parameter Diagnostik Untuk Mengevaluasi Maloklusi: Tujuan penggunaan parameter ini adalah membantu klinisi secara efisien membedakan antara kasus yang memerlukan perawatan ortodonti terbatas dan kasus yang memerlukan perawatan ortodonti secara komprehensif. Perawatan ortodonti terbatas dapat dilakukan oleh dokter gigi umum bergantung pada kemampuan dokter gigi umum tersebut. Untuk kasus maloklusi komprehensif maka dokter gigi umum harus waspada karena pada kasus maloklusi yang kompleks jika tidak ditangani dengan seksama dengan teknik perawatan yang tepat, maka kemungkinan akan dihadapi berbagai kesulitan dan bahkan dapat menyebabkan timbulnya maloklusi baru. (Mardiati, E.2009) Parameter diagnostik yang dapat digunakan oleh klinisi untuk menentukan tingkat kesulitan suatu kasus maloklusui, adalah sebagai berikut: (Mardiati, E.2009) 1. Relasi gigi kaninus dan gigi molarKelas I, kelas II , kelas III, yang belum erupsi penuh. Relasi kelas II dan kelas III menunjukkan perawatan ortodonti secara komprehensif.

1. Klasifikasi maloklusi 1. Maloklusi kelas 1 1. Maloklusi kelas II divisi 11. Maloklusi kelas II divisi 2

1. Overbite 1. Overbite normal Overbite normal jika gigi insisif rahang atas menutupi 5%- 20 % tinggi mahkota gigiinsisif rahang bawah.1. Deep bite moderat Jika gigi insisif rahang atas menutupi gigi insisif rahang bawah 20%-50 %. 1. Deep bite parah lebih dari 50% , edge to edge, openbite anterior. Jika gigi insisif rahang atas menutupi gigi insisif rahang bawah lebih dari 50%

1. Relasi gigi insisif rahang atas dan rahang bawah yang perlu dicermati overjet. Overjet dikatakan normal jika relasi dalam arah horisontal gigi insisif rahang atas dengan permukaan labial gigi insisif rahang bawah berjarak 1-3 mm, jika lebih besar dari 3 mm maka overjet dikatakan besar. Jika gigi insisif rahang atas dan gigi insisif rahang atas beroklusi pada tepi insisal maka dikatakan edge to edge. Overjet dapat negatif jika gigi insisif rahang atas terletak lebih ke posterior dari gigi insisif rahang bawah. Overjet negatif disebut juga underjet. Overjet negatif atau underjet pada keadaan tertentu merupakan faktor penyulit yang memerlukan perawatan ortodonti secara komprehensif dan sulit dirawat dengan alat ortodonti sederhana. (Mardiati, E.2009)

1. Tahap perkembangan gigi Ada tahap gigi sulung, awal gigi campuran, akhir gigi campuran dan gigi dewasa. (Mardiati, E.2009) 1. Periode gigi sulung mulai dari erupsi gigi sulung sampai erupsi gigi molar pertama permanen. 1. Periode awal gigi campuran mulai dari gigi insisif permanen erupsi tetapi sebelum gigi kaninus dan gigi premolar erupsi. 1. Periode akhir gigi campuran di mulai jika gigi kaninus sulung atau gigi molar sulung telah tanggal.1. Periode gigi dewasa dimulai jika seluruh gigi sulung telah tanggal dan digantikan oleh gigi permanen.

Tahap perkembangan gigi penting untuk diperhatikan adalah pada masa transisi antara gigi sulung ke gigi dewasa. Pada tahap ini faktor genetik dan faktor lingkungan dapat menyebabkan timbulnya maloklusi. (Mardiati, E.2009)

1. Gigitan silang (crossbite) anterior, posterior atau keduanya dengan atau tanpa disertai pergeseran seringkali bukan suatu kasus sederhana. Pada keadaan tertentu gigitan silang anterior, posterior atau keduanya dapat merupakan faktor penyulit dalam perawatan ortodonti, oleh karena itu seringkali memerlukan perawatan yang lebih komprehensif. (Mardiati, E.2009)

1. Analisis ruangan (Descrepancy)Ketidak sesuaian antara lebar mesio-distal gigi-gigi dengan ukuran rahang dapat menyebabkan timbulnya keadaan gigi berjejal atau spacing. Hasil analisis ketidak sesuaian ukuran gigi dengan lengkung rahang dapat di klasifikasikan menjadi: (Mardiati, E.2009) 1. Berjejal ringan : 2 3 mm1. Keadaan berjejal sedang : 4-6 mm 1. Berjejal berat : >6 mm

Keadaan berjejal sedang sampai parah merupakan faktor penyulit dalam perawtan ortodonti sehingga memerlukan perawatan ortodonti secara komprehensif. (Mardiati, E.2009) Spasi normal : 1-3 mm Spasi sedang : 4-6 mm Spasi berat : >6 mm

1. Interpretasi foto panoramikUntuk mengetahui apakah erupsi gigi dalam batas normal, ada tidaknya missing teeth; supernumerary, gigi ektopik dan gigi impaksi. Erupsi gigi yang tidak normal membutuhkan perawatan ortodonti yang komprehensif. (Mardiati, E.2009) 1. Interpretasi cephalogram lateral Apakah dalam dalam batas normal, melebihi batas normal (ANB >50 - < -10). Interpretasi cephalogram lateral digunakan untuk membantu menentukan diagnosis dan membuat rencana perawatan, untuk menentukan tingkat keparahan dan kesulitan perawatan ortodonti yang akan dilakukan. (Mardiati, E.2009)

1. Maloklusi untuk perawatan ortodontik oleh dokter gigi umum. (Mardiati, E.2009) 1. Berjejal ringan1. spacing ringan1. penutupan diastema1. space maintenance1. space regaining1. crossbite anterior1. crossbite posterior

LI 2: Memahami dan menjelaskan prognosisDefinisi Prognosis adalah kemungkinan yang akan timbul, lama perawatan, dan hasil akhir dari perawatan suatu kasus berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tentang patogenesis dari suatu penyakit dan faktor resiko penyakit tersebut. Prognosis dibuat setelah menentukan diagnosis dan sebelum menentukan rencana perawatan untuk pasien. (Reddy, S.2008)

Seringkali dalam menentukan prognosis, dokter dibingungkan oleh istiah risiko. Semakin banyak faktor resiko yang dimiliki pasien makan prognosis dari perawatan yg akan dijalaninya semakin buruk. Faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan prognosis diantaranya adalah keadaan umum pasien seperti umur, berat badan, ras faktor selanjutnya adalah kesehatan sistemik pasien baik secara genetik maupun secara lingkungan, lalu faktor kesehatan rongga mulut pasien. (Reddy, S.2008)

Terdapat beberapa status prognosis yang dapat ditetapkan dokter: (Reddy, S.2008)0. Excellent prognosis(prognosis sempurna)0. Good prognosis(prognosis bagus)0. Fair prognosis(prognosis sedang)0. Poor prognosis(prognosis jelek)0. Questionable prognosis(prognosis yang dipertanyakan)0. Hopeless prognosis(prognosis tanpa harapan)

Macam prognosis:1. Ad vitam (hidup)2. Ad functionam (fungsi)3. Ad sanationam (sembuh)

Jenis prognosis:1. Sanam (sembuh)2. Bonam (baik)3. Malam (buruk/jelek)4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)1. Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik)2. Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)

Dikutip dari: http://id.wikibooks.org/wiki/Catatan_Dokter_Muda/Prognosis 30 September 2014, pukul 21.00 WIB.

Prognosis pada kasus skenario:Prognosis perawatan pada pasien dalam kasus ini diperkirakan dubia ad bonam atau prognosis bagus (good prognosis), karena pasien yang dirawat masih dalam kondisi tumbuh kembang. Pada pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, pasien memiliki bentuk wajah yang normal, frenulum, tonsil lidah dan saliva normal, pola penelanan, bicara dan penutupan mulut serta mandibula normal, pasien juga memiliki benih gigi permanen yang lengkap. Perlu keoperatifan pasien dan orang tua untuk mengarahkan oral hygiene pasien yang buruk dan kebiasaan buruk pasien seperti minum susu botol dan mengunyah pada satu sisi.

LI 3: Memahami dan menjelaskan rujukanRujukan memiliki beberapa macam, antara lain:0. Rujukan MedisMerupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien. Jenis-jenis rujukan medis: (McWhinney, 2009)

Rujukan pasienMerupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

Rujukan ilmu pengetahuanMerupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Rujukan bahan pemeriksaan laboratoriumMerupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.

0. Rujukan KesehatanMerupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan masyarakat. Tujuan rujukan ini yakni, meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat. Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah : (McWhinney, 2009) Rujukan tenagaMerupakan pengiriman dokter/ tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.

Rujukan saranaPengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan yg lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak lanjut.

Rujukan operasionalPelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatanmasyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak lanjut.

Karakteristik konsultasi dan rujukan: (McWhinney, 2009) Ruang lingkup kegiatan Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga. Rujukan, melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.

Kemampuan dokterKonsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli atau yang lebih pengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.

Wewenang dan tanggung jawabKonsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

Manfaat konsultasi dan rujukan: (McWhinney, 2009) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan sesuai dengan yang seharusnya). Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk team work).

Masalah konsultasi dan rujukan: (McWhinney, 2009) Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter) Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas permintaan pasien) Bila tidak ada jawaban dari konsultasi Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi) Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.

Tata laksana konsultasi dan rujukan: (McWhinney, 2009)Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama, dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.

Konsultasi: (McWhinney, 2009) Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus, catatan di rekam medis, formal/ informal lewat telefon) Keterangan lengkap tentang pasien Konsultan bersedia memberirikan konsultasi

Tata cara rujukan: (McWhinney, 2009) Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli tertentu. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh dokter keluarga. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat pengobatan atau yang lainnya. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya, harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak.

Pembagian wewenang & tanggungjawab: (McWhinney, 2009) Interval referralPelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.

Collateral referralMenyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.

Cross referralMenyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.

Split referralMenyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.

Daftar pustaka1. Alexander, R.G. Wick.2001.Teknik Alexander Konsep dan Filosofi Kontemporer.Jakarta:EGC hal. 80,83-842. Bishara, S.E. 2001. Textbook of Orthodontics. Pennsylvania: W.B. Saunders Company3. Darby, M.L. Margaret, M. Walsh.2010.Procedures Manual to Accompany Dental Hygiene: Theory and Practice.USA:Saunders, an imprint of Elsevier Inc. hal. 3114. Dikutip dari: http://id.wikibooks.org/wiki/Catatan_Dokter_Muda/Prognosis 30 September 2014, pukul 21.00 WIB.5. Gray, J. Nicolay, S. Ostafie,C.2003.Dental Health Education. Canada:Saskatchewan Health. hal. 1,10 6. Houston,W.J.B.1989.Diagnosis Orthodonti.Jakarta: Hipokrates7. Isaacson K.G, Muir J.D, Reed R.T.2002.Removable orthodontic appliances.Singapore:Mosby Elsevier.8. Iyyas,B.S.2006.Orthodontics The Art and Science Third Edition.New Delhi:Arya.Publishing House. 9. Mardiati, E.2009.Peranan Dokter Gigi Umum Untuk Perawatan Ortodontik.Seminar Wisata Dentistry : Yogyakarta10. Mc Whinney.2009.A textbook of Family Medicine, Third Edition.New York:Oxford University Press 11. Mitchell, L. 2001. An introduction to orthodontics, 2ndedition. London : Oxford University Press12. Phulari, B.S.2011.Orthodontics: Principles and Practice.New Delhi: Jaypee Brothers.Medical Publishers. hal. 31013. Rahmadan,A.G.2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi & Mulut.Jakarta:Bukune. page 52-5314. Rakosi, T., et al.1993.Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis. Edisi I. Germany: Thieme Medical Publishers. 15. Reddy S. Essentials of clinical periodontology and periodontics. Ed 2. New delhi. sJaypee; 200816. Singh,G.2007.Textbook of Orthodontics.New Delhi:Jaypee17. Tarigan,R.2006.Perawatan Pulpa gigi (Endodonti).Jakarta:EGC. hal. 195

1