wrap up etika sk1

23
LO 1. Memahami dan Menjelaskan Rekam Medis 1.1 Definisi Rekam Medis 1. Menurut Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008, Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 2. Menurut Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989, Rekam Medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap. 3. Menurut IDI, Rekam Medis adalah rekaman dalam bentuk tulisan dan gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien. 4. Menurut Edna K Huffman, Rekam Medis adalah berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana pelayanan yang diperoleh seorang pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan. 5. Menurut IFHRO (International Federation Health Record Organization), Rekam Medis adalah semua informasi mengenai pasien, penyakit, pengobatan, dan rekaman yang didalamnya sesuai dengan urutan pelayanan/perawatan. 6. Menurut Gemala Hatta, Rekam Medis adalah kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang, dan riwayat penyakitnya yang ditulis oleh para praktisi dalam mengupayakan pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien. 1.2 Tujuan Rekam Medis 1. Menurut International Federation Health Federation, Rekam Medis bertujuan untuk : a. Fungsi Komunikasi 7

Upload: faisal-indrasyah

Post on 06-Feb-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

etika sk1 2014

TRANSCRIPT

Page 1: Wrap Up etika SK1

LO 1. Memahami dan Menjelaskan Rekam Medis

1.1 Definisi Rekam Medis1. Menurut Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008, Rekam Medis adalah

berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

2. Menurut Permenkes No.749a/Menkes/Per/XII/1989, Rekam Medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

3. Menurut IDI, Rekam Medis adalah rekaman dalam bentuk tulisan dan gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medik/kesehatan kepada seorang pasien.

4. Menurut Edna K Huffman, Rekam Medis adalah berkas yang menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan, dan bagaimana pelayanan yang diperoleh seorang pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan.

5. Menurut IFHRO (International Federation Health Record Organization), Rekam Medis adalah semua informasi mengenai pasien, penyakit, pengobatan, dan rekaman yang didalamnya sesuai dengan urutan pelayanan/perawatan.

6. Menurut Gemala Hatta, Rekam Medis adalah kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang, dan riwayat penyakitnya yang ditulis oleh para praktisi dalam mengupayakan pemberian pelayanan kesehatan kepada pasien.

1.2 Tujuan Rekam Medis1. Menurut International Federation Health Federation, Rekam Medis

bertujuan untuk :a. Fungsi Komunikasi

Rekam Medis disimpan untuk komunikasi diantara dua orang yang bertanggungjawab terhadap kesehatan pasien untuk kebutuhan pasien saat ini dan yang akan datang.

b. Kesehatan Pasien yang BerkesinambunganRekam Medis dihasilkan atau dibuat untuk penyembuhan pasien setiap waktu dan sesegera mungkin.

c. Evaluasi Kesehatan PasienRekam Medis merupakan salah satu mekanisme yang memungkinkan evaluasi terhadap standar penyembuhan yang telah diberikan.

d. Rekaman BersejarahRekam Medis merupakan contoh yang menggambarkan tipe dan metode pengobatan yang dilakukan pada waktu tertentu.

7

Page 2: Wrap Up etika SK1

e. MedikolegalRekam Medis merupakan bukti dari opini yang bersifat prasangka mengenai kondisi, sejarah, dan prognosi pasien.

2. Dibagi menjadi 2 yaitu tujuan utama (Primer) dan tujuan sekunder :

A. Tujuan utama Rekam Medis terbagi dalam 5 kepentingan yaitu untuk:1. Pasien, rekam medis merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan mendapatka berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya.2. Pelayanan pasien, rekam medis mendokumentasikan pelayan yang diberika oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang bekerja dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian RM membantu pengambilan keputusan tentang terapi, tindaka, dan penentuan diagnosis pasien.3. Menenjemen Pelayanan, Rekam Medis yang lengkap memuat segala aktivitas yang terjadi dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisa berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan.4. Menunjang Pelayanan, Rekam Medis yang rinci mampu menjelaskan aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber yang ada pada oraganisasi pelayanan di Rumah Sakit, menganalisis kecenderungan yang terjadi dan mengomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda.5. Pembiayaan, Rekam Medis yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Informasi ini menentukan besarnya pembayaran yang harus dibayar, baik secara tunai ata ansuransi

B.Tujuan sekunder RMTujuan sekunder RM ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pembuatan kebijakan. Adapun yang dikelompokkan dalam kegunaan sekunder adalah kegiatan yang tidak berhubungan secar spesifik anatara pasien dan tenaga kesehatan (Dick, Steen, dan Detmer 1991, hlmn.76-77).

1.3 Fungsi Rekam Medis1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang

ikut ambil bagian dalam member pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien

2. Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien

3. Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat dirumah sakit

4. Sebagai dasar analisis studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien

5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya

8

Page 3: Wrap Up etika SK1

6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan

7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien

8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan Untuk lebih memudahkan kegunaan atau manfaat dari Rekam Medis sering

disingkat menjadi CI.ALFREDS, yaitu :. C = Comunication

Sarana komunikasi antar karyawan kesehatan, medik dan paramedik tentang pasien

I = Information Sebagai sistem informasi yang berisi data -data yang dipilih, disusun dan dapat diolah untuk pendidikan, pelayanan dan penelitian

A = Administration Sebagai sarana administrasi kegiatan rumah sakit

L = Legal Sebagai alat bukti apabila terjadi silang pendapat dan tuntutan dari pasien kepada staf medic

F = Finance Sebagai sarana untuk menghitung biaya perawatan dan pengobatan

R = Research Sebagai lembar pengumpulan data untuk penelitian

E = Education Sebagai alat pembantu utama untuk pendidikan agar peserta didik mampu memecahkan masalah secara ilmiah

D = Documentation Sebagai alat dokumentasi

S = Service Sebagai sarana menjamin pelayanan

1.4 Isi Rekam Medis1. Isi Rekam Medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan

kesehatan sekurang-kurangnya memuat :a. Identitas pasienb. Tanggal dan Waktuc. Hasil Anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan

riwayat penyakitd. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medike. Diagnosisf. Rencana penatalaksanaang. Pengobatan dan/atau tindakanh. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasieni. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinikj. Persetujuan tindakan bila diperlukan

9

Page 4: Wrap Up etika SK1

2. Isi Rekam Medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat :

a. Identitas pasienb. Tanggal dan Waktuc. Hasil Anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan

riwayat penyakitd. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medike. Diagnosisf. Rencana penatalaksanaang. Pengobatan dan/atau tindakanh. Persetujuan tindakan bila diperlukani. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatanj. Ringkasan pulang (Discharge Summary)k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan

tertentu yang memberikan pelayanan kesehatanl. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentum. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik

3. Isi Rekam Medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya memuat:

a. Identitas pasienb. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayan kesehatanc. Identitas pengantar pasiend. Tanggal dan Waktue. Hasil Anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan

riwayat penyakitf. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medikg. Diagnosish. Pengobatan dan/atau tindakani. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit

gawat darurat dan rencana tindak lanjutj. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan

tertentu yang memberikan pelayanan kesehatank. Sarana transportasi yang digunakan pasien yang akan dipindahkan

ke sarana pelayanan kesehatan lainl. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

4. Isi Rekam Medis pasien dalam keadaan bencana, selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah dengan :

a. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukanb. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masalc. Identitas yang menemukan pasien

10

Page 5: Wrap Up etika SK1

1.5 Hak dan Kewajiban Pasien yang terkait dengan Rekam Medis Hak Pasien (PP Nomor 32 Tahun 1996, Pasal 23) :

a. Pasien berhak atas ganti rugi akibat terganggunya kesehatan, cacat, atau kematian karena kelalaian tenaga kesehatan.

b. Ganti rugi dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Pasien (UU Nomor 29 Tahun 2004, Pasal 52) :a. Mendapatkan penjelasan lengkap tentang tindakan medis.b. Meminta pendapat dokter lain.c. Mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis.d. Menolak tindakan medis.e. Mendapatkan isi rekam medis.

Kewajiban Pasien (UU Nomor 29 Tahun 2004, Pasal 53) :a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya.b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.

1.6 Undang-Undang yang berhubungan dengan Rekam Medis1. UU Nomor 29 Tahun 2004, Pasal 46 ayat (1) Praktik Kedokteran :

Bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis.

2. UU Nomor 29 Tahun 2004, Pasal 46 ayat (1) Praktik Kedokteran :Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

3. UU Nomor 29 Tahun 2004, Pasal 47 Praktik Kedokteran :a. Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46

merupakan milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.

b. Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

c. Ketentuan mengenai Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

4. Dalam KUHP, berterkaitan dengan pembukaan rahasia medis Pasal 48 :Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa (overmacht), tidak dipidana.Pasal 50 :Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana.Pasal 51 :(1) Barang siapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah

jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana.

11

Page 6: Wrap Up etika SK1

(2) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika yang diperintah, dengan itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan wewenang dan pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.

1.7 Membuka Rahasia Medis ditinjau dari Aspek IslamHadits-hadits mengenai Larangan Berburuk Sangka, Mencari-cari Aib Orang Lain, dan Anjuran untuk Menahan Amarah :

a. Hadits riwayat Ibnu Umar ra :Bahwa Rasulullah SAW, bersabda : Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, dia tidak boleh menzaliminya dan menghinakannya. Barang siapa yang membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan memenuhi keperluannya. Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat nanti. Dan, barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari akhir (Shahih Muslim No.4677)

b. Hadits Riwayat Imam Ahmad :Tidak ada iman bagi yang tidak ada amanah padanya (menjaga amanah) dan tidak ada agama bagi yang tidak ada janji baginya (memenuhi janji)

c. QS. An-Nisaa’ (4): 58

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendegar lagi Maha Melihat.”

12

Page 7: Wrap Up etika SK1

d. QS. Al-Anfal (8):27

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.”

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Kode Etik Dokter

2.1 Definisi Kode Etik

Definisi Kode Etik dalam berbagai pengertian sebagai berikut :1. Kode etik adalah prinsip tertentu yang wajib ditegakkan anggota dari

komunitas profesi tertentu.2. Norma dan asas yang berlaku bagi para dokter sebagai landasan dalam

menjalankan profesinya sebagai dokter.3. Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang

secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

4. Kode etik Kedokteran adalah suatu landaskan atas norma-norma etik dalam praktik seorang dokter yang mengatur hubungan manusia umumnya dan dimiliki azas-azasnya dalam falsafah masyarakat yang diterima dan dikembangkan terus. Khusus di Indonesia- azas itu adalah Pancasila sebagai landasan idiil dan UndangUndang Dasar 1945 sebagai landasan struktural.

2.2 Tujuan Kode Etik Dokter1. Mengantisipasi atau mencegah terjadinya perkembangan yang buruk

terhadap profesi dokter.2. Mencegah agar dokter dalam menjalani profesinya dapat bersikap

profesional.3. Agar seorang dokter dan dokter gigi dapat bekerja dengan sepenuh hati

dalam memberikan pelayan kesehatan.4. Agar tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dengan etik dan

moral.5. Agar seorang dokter dapat menaati dan mengamalkan petunjuk-petunjuk

yang tertera dalam kode etik kedokteran.

13

Page 8: Wrap Up etika SK1

6. Menjungjung tinggi norma luhur dalam menjalankan pekerjaan maupun kehidupan pribadinya.

7. Agar tidak memberikan keterangan palsu tentang pasien.2.3 Fungsi Kode Etik Dokter

1. Memberikan perlindungan kepada pasien.2. Meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan medis yang diberikan

oleh dokter dan dokter gigi.3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan dokter gigi.

2.4 Isi Kode Etik Dokter (Hak dan Kewajiban Dokter)

Kewajiban DokterA. Kewajiban Umum1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan

sumpah dokter ( Pasal 1)2. Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai

dengan standar profesi yang tertinggi (Pasal 2)3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh

dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi (Pasal 3)

4. Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersikap memuji diri (Pasal 4)

5. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien (Pasal 5)

6. Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat (Pasal 6)

7. Seorang dokter hanya memberikan surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya (Pasal 7)

8. Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh ( promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya (Pasal 8)

9. Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di biadng kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati (Pasal 9)

B. Kewajiban Dokter terhadap Pasien1. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu

dan keterampilan untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini, ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut (Pasal 10)

14

Page 9: Wrap Up etika SK1

2. Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya (Pasal 11)

3. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia (Pasal 12)

4. Seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya (Pasal 13)

C. Kewajiban Dokter terhadap Teman Sejawat1. Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri

ingin diperlakukan (Pasal 14)2. Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat,

kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang etis (Pasal 15)D. Kewajiban Dokter terhadap Diri Sendiri1. Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja

dengan baik (Pasal 16)2. Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi kedokteran/kesehatan (Pasal 17) Hak Dokter

a) Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur

b) Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur

c) Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.

LO 3.Memahami dan Menjelaskan Narkotika

c.1 Definisi Narkotika

Pengertian narkotika menurut Undang Undang Nomor 22 tahun 1997 Pasal 1 tentang Narkotika :

Zat atau obat yang berasal dari tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Sedangkan yang dimaksud ketergantungan narkotika menurut UU tersebut adalah gejala dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala putus narkotika apabila penggunaan dihentikan.

Narkotik berarti segala bahan kecuali makanan, air dan oksigen, yang jika masuk ke dalam tubuh akan mengubah fungsinya secara fisik atau psikologis. Istilah narkotik mencakup berbagai jenis bahan sebagai berikut.

-     obat terlarang, seperti kafeina, tembakau dan alkohol

15

Page 10: Wrap Up etika SK1

-     obat yang dapat dibeli di apotek atau pasar swalayan, seperti analgesik, misal aspirin, kodin dan parasetamol serta obat anti-radang non-steroid

-     obat resep seperti obat penenang, missal Valium, Rohypnol dan Serepax-     obat terlarang, seperti ganja, heroin, halusinogen dan amfetamina-     bahan lain yang disalahgunakan, seperti pelarut dan bensin.

Istilah narkotik dalam pengobatan merujuk kepada bahan candu dan turunannya atau bahan sintetik yang bertindak seperti candu. Berdasarkan definisi tersebut maka  bahan narkotik hanya boleh digunakan dalam bidang pengobatan, yaitu sebagai sejenis obat penahan sakit.  Misalnya, akibat patah tulang ataupun pada saat pembedahan. Penggunaan narkotik selain untuk tujuan pengobatan, dikatakan sebagai penyalahgunaan.

c.2 Klasifikasi Narkotika1. Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan

ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan (pasal 8 ayat 1). Dalam jumlah terbatas, Narkotika Golongan I dapat digunakan untuk pengembangan IPTEK, reagensia dan laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (pasal 8 ayat 2). Narkotika golongan I merupakan yang paling berbahaya dengan daya adiktif yang sangat tinggi. Contohnya ganja, heroin,kokain, morfin, dan opium.

2. Narkotika Golongan IIadalah Narkotika yang memiliki khasiat pengobatan, digunakan sebagai

pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan II memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya benzetidin, betametadol, petidin dan turunannya.

3. Narkotika Golongan IIIadalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika golongan III memiliki daya adiktif atau potensi ketergantungan ringan. Contohnya kodein dan turunannya, metadon, naltrexon dan sebagainya.

c.3 Fungsi Narkotika dalam Pengobatan(a) Kokain digunakan sebagai penekan rasa sakit dikulit, digunakan untuk anestesi

(bius) khususnyauntuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan.(b) Kodein merupakan analgesik lemah. Kekuatannya sekitar 1/12 dari morfin. Oleh

karena itu, kodein tidak digunakan sebagai analgesik, tetapi sebagai anti batuk yang kuat.

(c) Morfin adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin mempunyai rasa pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau cairan berwarna putih. Morfin, terutama digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat yang tidak dapat diobati dengan analgetik non narkotika. Apabila rasa nyeri makin hebat maka

16

Page 11: Wrap Up etika SK1

dosis yang digunakan juga makin tinggi. Semua analgetik narkotika dapat menimbulkan adiksi (ketagihan). Morfin juga digunakan untuk mengurangi rasa tegang pada penderita yang akan dioperasi.

(d) Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat seseorang kecanduan karena efeknya sangat kuat. Obat ini bisa ditemukan dalam bentuk pil, bubuk, dan juga dalam bentuk cairan. Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan sering disalahgunakan orang. Heroin disebut juga putaw.

(e) Methadone, saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opium. Antagonis opioid (analgetik narkotika) telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid dan digunakan sebagai analgesia bagi penderita rasa nyeri.

(f) Meperidin (sering juga disebut petidin, demerol, atau dolantin), digunakan sebagai analgesia.Obat ini efektif untuk diare. Daya kerja meperidin lebih pendek dari morfin

Penggunaan Psikotropika Dalam Bidang Kedokteran

Penggunaan obat-obat yang tergolong psikotropika dalam bidang kesehatan antara lain:

a) Asam barbiturat (pentobarbital dan secobarbitol) sering digunakan untuk menghilangkan cemas sebelum operasi (obat penenang)

b) Amfetamin (dan turunannya), digunakan untuk mengurangi depresi, kecanduan alkohol, mengobati parkinson kegemukan, keracunan zat tertentu, menambah kewaspadaan, menghilangkan rasa kantuk dan lelah, menambah keyakinan diri dan konsentarsi

Penggunaan Zat Adiktif dalam Bidang Kedokteran.

a) Pada dosis tertentu, nikotin yang terdapat pada rokok dapat digunakan sebagai obat untuk memulihkan ingatan seseorang. Hal ini karena nikotin dapat merangsang sensor penerima rangsangan di otak.

b) Alkohol dapat membunuh kuman penyakit, sehingga biasanya digunakan untuk membersihkan alat-alat kedokteran pada proses sterilisasi.

c.4 Undang-undang penyalahgunaan Narkotika Penyalahgunaan Narkotika diatur dalam UU Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 111,

Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal 129.

Pada Pasal 127, diatur :(1) Setiap Penyalah Guna :

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun

b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

17

Page 12: Wrap Up etika SK1

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103.

(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Penyalahgunaan Narkotika diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 1997 Pasal 78 hingga Pasal 100. Berikut adalah kutipan Pasal 80 :(1) Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum :

a. Memproduksi, mengolah, mengekstraksi, mengkonversi, merakit, atau menyediakan narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah);

b. memproduksi, mengolah, mengkonversi, merakit, atau menyediakan narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); c.memproduksi, mengolah, mengkonversi, merakit, atau menyediakan narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

(2) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam :

a. ayat (1) huruf a didahului dengan permufakatan jahat, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah);

b. ayat (1) huruf b didahului dengan permufakatan jahat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 18 (delapan belas) tahun, dan denda  paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah);

c. ayat (1) huruf c didahului dengan permufakatan jahat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun, dan denda paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).

(3) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam :a. ayat (1) huruf a dilakukan secara terorganisasi, dipidana dengan

pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara

18

Page 13: Wrap Up etika SK1

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah);

b. ayat (1) huruf b dilakukan secara terorganisasi, dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah); c.ayat (1) huruf c dilakukan secara terorganisasi, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah).

(4) Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam :

a. ayat (1) huruf a dilakukan oleh korporasi, dipidana denda paling banyak Rp 7.000.000.000,00 (tujuh milyar rupiah);

b. .ayat (1) huruf b dilakukan oleh korporasi, dipidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat milyar rupiah);

c. ayat (1) huruf c dilakukan oleh korporasi, dipidana denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah).

Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002, Tentang Badan Narkotika Nasional yang bertugas membantu Presiden dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif lainnya.

c.5 Penggunaan Narkotika ditinjau dari Aspek Islam1. Dalil Pengharaman Narkoba

Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Narkoba sama halnya dengan zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak memabukkan” (Majmu’ Al Fatawa, 34: 204). Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:

Pertama: Allah Ta’ala berfirman,

�ه�م� �ي ع�ل م� �ح�ر� و�ي �ات� �ب الط�ي �ه�م� ل �ح�ل� و�ي�ث� �ائ ب �خ� ال

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” (QS. Al A’rof: 157). Setiap yang khobits terlarang dengan ayat ini. Di antara makna khobits adalah yang memberikan efek negatif.

Kedua: Allah Ta’ala berfirman,

�ل�ى إ �م� �د�يك ي� �أ ب �ق�وا �ل ت و�ال�

�ة� �ك �ه�ل الت

19

Page 14: Wrap Up etika SK1

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al Baqarah: 195).

�م� �ك ب �ان� ك �ه� الل �ن� إ �م� ك �ف�س� �ن أ �وا �ل �ق�ت ت و�ال�ح�يم/ا ر�

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An Nisa’: 29).

Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau membinasakan diri sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak badan dan akal seseorang. Sehingga dari ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa narkoba itu haram.

Ketiga: Dari Ummu Salamah, ia berkata,

- �ل� - ك ع�ن� وسلم عليه الله صلى �ه� الل س�ول� ر� ه�ى�ر8 و�م�ف�ت ك�ر8 م�س�

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari segala yang memabukkan dan mufattir (yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud no. 3686 dan Ahmad 6: 309. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if). Jika khomr itu haram, maka demikian pula dengan mufattir atau narkoba.

Keempat: Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

, م�ن� و� �د/ا �ب ا فيه�ا �د/ا ل م�خ� �د/ا ال خ� ف�يه�ا د�ى �ر� �ت ي �م� ه�ن ج� �ار� ن في ف�ه�و� ه� �ف�س� ن �ل� ف�ق�ت �ل8 ب ج� م�ن� د�ى �ر� ت م�ن� , م�ن� و �د/ا �ب أ فيه�ا �د/ا ل م�خ� �د/ا ال خ� �م� ج�ه�ن �ار� ن في اه� �ح�س� �ت ي �د�ه� ي في م�ه� ف�س� ه� �ف�س� ن �ل� ف�ق�ت م�ا س� �ح�س�ى ت

�د/ا �ب أ �ه�ا ف�ي �د/ا ل م�خ� �د/ا ال خ� �م� ج�ه�ن �ار� ن ف�ي� �ه� �ط�ن ب في � أ �و�ج� �ت ي �د�ه� ي ف�ي �ه� �د�ت ف�ح�د�ي �د�ة8 �ح�د�ي ب ه� �ف�س� ن �ل� ق�ت

“Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu, kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga mati maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya” (HR Bukhari no. 5778 dan Muslim no. 109).

Hadits ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang menyebabkan dirinya sendiri binasa. Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi sebab yang bisa mengantarkan pada kebinasaan karena narkoba hampir sama halnya dengan racun. Sehingga hadits ini pun bisa menjadi dalil haramnya narkoba.

Kelima: Dari Ibnu ‘Abbas, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ض�رار� وال ر� ض�ر� ال

20

Page 15: Wrap Up etika SK1

“Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak bahaya” (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Dalam hadits ini dengan jelas terlarang memberi mudhorot pada orang lain dan narkoba termasuk dalam larangan ini.

Haramnya Narkotika menurut Hadits

Ummu Salamah berkata, yang artinya :“Rasulullah SAW melarang dari segala yang memabukkan dan mufattir(yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud no.3686 dan Ahmad 6:309)

Dapat disimpulkan, jika khomr itu haram, maka demikian juga dengan mufattir atau narkotika itu.

Kedua, dari Abu Hurairah, Rasulullah bersadba yang artinya :“Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di(gunung dalam) neraka itu, kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenngak racun hingga mati maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya” (HR. Bukhari no.5778 dan Muslim no.109)

2. Penggunaan Narkotika diperbolehkan

Para ulama telah sepakat bahwa narkoba adalah haram dikonsumsi ketika tidak dalam keadaan darurat. Memang terkadang beberapa jenis narkoba dibutuhkan paramedis untuk mengobati luka dan meredam rasa sakit. Dalam hal ini ada keadaan darurat disana. Hala ini dapat ditolerir mengingat kaedah yang sering dikemukakan oleh para ulama

المحظورات تبيح الضرورة

“Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang”

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Seandainya dibutuhkan untuk mengkonsumsi sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika mengamputasi tangan, maka ada dua pendapat di kalangan Syafi’iyah. Yang tepat adalah dibolehkan.”

Al Khotib Asy Syarbini dari kalangan Syafi’iyah berkata, “Boleh menggunakan sejenis napza dalam pengobatan ketika tidak didapati obat lainnya walau nantinya menimbulkan efek memabukkan karena kondisi ini adalah kondisi darurat”.

21

Page 16: Wrap Up etika SK1

22