wrap up sk1 musculo fffc

45
WRAP UP SKENARIO 3 “NYERI PANGGUL” Disusun oleh: KELOMPOK A-5 KETUA : GERY ALDILATAMA (1102014115) SEKRETARIS : ALVIN ARIANO (1102014014) ANGGOTA : AISYAH KHAIRINA P. (1102014010) ANNISA AYU RAHMAWATI (1102014031) ANTANIA SARASWATI H. (1102014036) AULIA ELMA AZZAHRA (1102014049) BAGUS DIAN PRANATA (1102013052) DHANA FITRIA SARI (1102014071) JUWITA KARTIKA (1102014039) FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: geryaldilatama

Post on 04-Jan-2016

86 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

WRAP UP SKENARIO 3

“NYERI PANGGUL”

Disusun oleh:

KELOMPOK A-5

KETUA : GERY ALDILATAMA (1102014115)

SEKRETARIS : ALVIN ARIANO (1102014014)

ANGGOTA : AISYAH KHAIRINA P. (1102014010)

ANNISA AYU RAHMAWATI (1102014031)

ANTANIA SARASWATI H. (1102014036)

AULIA ELMA AZZAHRA (1102014049)

BAGUS DIAN PRANATA (1102013052)

DHANA FITRIA SARI (1102014071)

JUWITA KARTIKA (1102014039)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2014/2015

SKENARIO

NYERI PANGGUL

Seorang perempuan berusai 60 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri panggul kanannya setelah jatuh dikamar mandi. Sejak terjatuh tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada panggul kanannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nyadi 104x/menit, frekuensi nafas 24x/menit terdapat hematom pada art. coxae dextra, posisi tungkai kanan sedikit flexi, abduksi, dan exorotasi. Ditemukan krepitasi tulang dan nyeri tekan dan juga pemendekan ekstremitas. Gerakan terbatas Karena nyeri. Neurovaskular distal baik. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur femoris tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.

KATA SULIT

1. Hematom : Penggumpalan darah yang terlokasi2. Composmentis : Sadar sepenuhnya3. Krepitasi : Suara yang dihasilkan oleh gesekan antar tulang4. Fraktur : Terputusnya kontinuitas dari tulang, lempeng epifisis atau tulang rawan

sendi.5. Neurovaskuler : Persarafan dan Perdarahan6. Fraktur tertutup : Fraktur yg tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar7. Femoris : Paha ( tungkai atas )8. Art. Coxae dxtra : Sendi yang berada di antara Caput femoris dan Aceta bulum

PERTANYAAN

1. Mengapa terjadi pemendekan ekstremitas ?2. Apa saja faktor yg memicu terjadinya fraktur ?3. Mengapa pada pemeriksaan radiologi terdapat fraktur tertutup ?4. Komplikasi yang mungkin terjadi akibat fraktur femoris ?

JAWABAN

1. Karena sudut inkuinasi pada fraktur bersifat tidak stabil dan terjadi in paks2. Faktor usia, trauma, beban berlebih3. Pada radiopak terlihat adanya celah radiolusen yang menandakan ada nya fraktur pada bagian tertentu4. Komplikasi segera, komplikasi dini, komplikasi lanjut

HIPOTESIS

Menopouse dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis, dan dapat meningkatkan risiko terjadinya fraktur pada tulang panjang. Pemeriksaan radiologi terlihat adanya celah radiolusen yg menandakan terjadinya fraktur. Komplikasi yang dapat terjadi menjadi 3 bagian komplikasi, yaitu komplikasi segera, komplikasi dini, dan komplikasi lanjut

SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Art. Coxae LO 1.1. Makroskopis LO 1.2. Mikroskopis

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femur LO 2.1. Definisi LO 2.2. Etiologi LO 2.3. Klasifikasi LO 2.4 Manifestasi Klinik LO 2.5 PatofisiologiLO 2.6 Diagnosis dan diagnosis bandingLO 2.7 KomplikasiLO 2.8 PenatalaksanaanLO 2.9 PencegahanLO 2.10 Prognosis

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Art. Coxae LO 1.1. Makroskopis

Articulatio coxae berada di antara caput femoris dan acetabulum. Jenis sendinya berupa enarthrosis spheroidea. Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata. Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Ia berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal colum femoris adalah di luar capsula articularis.

Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah:

Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.

Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna. Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi

externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur/gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

Pada femur atau tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot. Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus. Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut. Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.

Otot Otot Paha Anterior M. iliopsoas M.Psoas Major

Origo : Sisi vertebra T12-L5,Discus Invertebralis,dan Processus TransversusInsertio : Trochanter MinorFungsi : Bersama memfleksikan pada articulatio coxae dan menstabilkan articulatio coxae,

Ekstensi rotasi medial. M. Iliacus

Origo : Crista Illiaca,Fossa Illiaca,Ala Sacralis,dan Lig Sacro Illiaca anteriorInsertio : Tendo M.Psoas Major,dan Trochanter MinorFungsi : M.Psoas Major

M. Iliopsoas M.Psoas MinorOrigo : Permukaan Lateral Corpus Vertebra Thoracicus 2 dan lumbal 1Insertio : Fascia Miliopsoas dan Arcus IliopectinusFungsi : M.Psoas Major

M. Tensor Fasciae LataeOrigo : SIAS dan bagian anterior Crista IliacaInsertio : Tractus Ilictibialis yang melekat pada Condylus LateralisFungsi : Abduksi,Endorotasi,Fleksi paha,Ekstensi lutut, dan memantapkan batang tubuh

pada Paha. M. Sartorius

Origo : SIAS dan bagian takik dibawahnyaInsertio : Bagian Proksimal permukaan medial TibiaFungsi : Fleksi.Abduksi dan eksorotasi pada articulatio coxae dan flexi pada articulatio

genus M. Quadriceps Femoris

Origo : SIAI,dan os illi cranial dari acetabulumInsertio : Alas patela dan lewat ligamentum patela pada tuberositas tibiaeFungsi : Ekstensi pada tungka bawah pada art genus,M.Rectus femoris juga menstabilkan

dan membantu iliopsoas memfleksikan paha M. Quadriceps Femuris M.Vastus Lateralis

Origo : Trochanter major dan Labium Laterale Lineae Asperis Corporis Femoris M.Vastus Medialis

Origo : Linea interochoenteritica dan Labium Mediale Linea Aspera Corporis Femoris M.Vastus Intermedius

Origo : Permukaan anterior dan inferior corpus femoris

M.Articulatio GenusOrigo : ¼ distal fascies anterior femur

Otot-otot paha medial M. Rectineus

Origo : Ramus superior ossis pubisInsertio : Linea pectinata femur di bawah trochanter minorFungsi : Adduksi dan fleksi paha, membantu rotasi medial paha

M. Adductor longusOrigo : Corpus ossis pubis

Insertio : tengah linea aspera femorisFungsi : aduksi paha fleksi rotasi lateral sendi pinggul

M. adductor brevisOrigo : corpus ossis pubis dan ramus inferiorossis pubisInsertio : linea pectinata dan bagian proksimal linea aspera femorisFungsi : Adduksi paha, sedikit banyak fleksi paha

M. Adductor magnusOrigo : Ramus inferior ossis pubis , ramus ossis ichii (bagian aduktor), tuber ischiadicumInsertio : tuberositas glutealis, linea aspera, linea supra condylaris medialis, tuberculum

adductum femoris (bagian harmstring).Fungsi : adduksi paha, fleksi paha, ekstensi bagian harmstring

M. Bracilis Origo : Corpus ossis pubis dan ramus inferior ossis pubisInsertio : bagian superior permukaan medial tibicFungsi : adduksi paha- fleksi tungkai bawah dan membantu endorotasi tungkai bawah

M. Obturator externusOrigo : Tepi foramen obturatum dan membrane obturatoriaInsertio : Fosso trochanterica femorisFungsi : Eksorotasi paha, fiksasi caput femoris dalam acetabulum adduksi

Otot paha posterior M. Semitendinosus

Origo : Tuber ischiadicumInsertio : Permukaan medial bagian proksimal tibial/permukaan medial tuberositas tibiaeFungsi : Ekstensi paha, fleksi dan endorotasi sewaktu paha dan tungkai bawah terfleksi,

ekstensi batang tubuh M. Semimembranosus

Origo : TuberischiodicumInsertio : Bagian posterior condyles medialisFungsi : Ekstensi paha, fleksi dan endorotasi sewaktu paha dan tungkai bawah terfleksi,

ekstensi batang tubuh M. Biceps femoris

Origo : Caput longum tuberischiodicum Caput brevis linea asperme dan linea supracondylaris lateralis femur

Insertio : Sisi lateral caput fibulae, tendonya disini terbelah oleh ligacolateral fibulaeFungsi : Fleksi dan eksorotasi tungkai bawah, ekstensi paha (sewaktu mulai berjalan)

LO 1.2. Mikroskopis

Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.

Tulang panjang memiliki 2 struktur, yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa. Tulang kompakta merupakan tulang padat, yang terdiri atas serat kolagen yang tersimpan dalam lapisan – lapisan tipis yang disebut lamel. Sedangkan untuk tulang spongiosa terdiri atas daerah yang saling berhubungan seperti anyaman dan tidak padat. Celah-celah diantaranya diisi oleh sumsum tulang. Ruang diantara trabekula berisi sumsum tulang merah. Pada trabekula yang tebal dapat terlihat osteon.

http://media.opencurriculum.org/articles_manual/ck12_biology/the-skeletal-system/

5.png

Gambar. Pembagian daerah tulang

Tulang terdiri atas dua bagian yakni, diaphysis dan epiphysis. Diaphysis lebih banyak disusun oleh tulang kompakta, sedangkan bagian epiphysis lebih banyak disusun oleh tulang spongiosa karena dapat melakukan pemanjangan (pertumbuhan).

Gambar. Struktur Tulang

Gambar. Tulang Kompakta

Tulang kompakta memiliki lamellae yang tersusun dalam tiga gambaran umum yakni :

Lamelae sirkumfleksia sejajar terjadap permukan bebas periosteum dan endosteum.

System Havers (osteon) sejajar terhadap sumbuh sejajar tulang kompakta. Lapisan lamellar 4-

20 tersusun secara konsentris disekitar ruang vascular.

System intersisial adalah susunan tidak teratur dari lamel – lamel, secara garis besar membentuk segitiga dan segiempat.

Pada tulang kompakta juga terdapat saluran Havers, saluran Volkman, lacuna dan kanalikuli.

Gambar. Tulang Spongiosa

Sel-sel pada tulang spongiosa adalah : a. Osteoblast 

Osteoblast sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses formasi tulang ,berperan dalam kalsifikasi, mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast dapat mensekresi matriks organk tulang dengan bantuan vit.C. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek. Gambaran mikroskopisnya adalah sitoplasma biru, banyak apparatus golgi, alkali phosphate ,dll.

http://o.quizlet.com/i/Hi0RxO1ygDFZRIxUNtyAFg_m.jpg

b. Osteosit 

Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang yang

Osteoclast

disalurkan melalui kanalikuli. Osteosit berada di dalam lacuna dan dapat berhubungan dengan osteosit lain dengan gap junction.

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/69_04.jpg

c. Osteoclast

Osteoclast adalah sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses resorpsi tulang. Osteoclast mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoclast ini berasal dari deretan sel monosit makrofag. Aktifitas osteoclast akan meningkat dengan adanya hormone parathyroid dan dapat dihambar oleh calcitonin.

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/69_05.jpg

d. Sel osteoprogenitor

Osteoprogenitor merupakan sel induk tulang. Osteoprogenitor berperan sebagai bone repair dan pembentukan callus. Osteoprogenitor mempunyai sifat multipoten yaitu bisa berdiferensiasi menjadi osteoblast, fibroblast, chondroblast, dan sel lemak.

Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :

Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.

Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.

Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi .

Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.

Articulatio coxae merupakan sendi diartrosis. Pada jenis sendi ini permukaan sendi dari tulang ditutupi tulang rawan hialin yang dibungkus dalam simpai sendi. Simpai sendi ini terdiri atas lapis fibrosa luar dari jaringan ikat padat yang menyatu dengan periosteum tulang. Lapis dalamnya adalah lapisan sinovial. Jaringan ikat pada sinovial langsung berhubungan dengan cairan sinovial dalam rongga sendi.

Pada permukaan atau di dekatnya ditemukan sel mirip fibroblas yang menghasilkan kolagen, proteoglikan,dan komponen lain dari interstitium; sel makrofag yang membersihkan debris akibat aus dari sendi. Bisa terdapat limfosit pada lapisan yang lebih dalam.

Pendarahan sampai ujung os femur pada Art.Coxae dibentuk oleh tiga kelompok besar:

Cincin arteri Ekstracapsuler yang berada pada dasar collum femoris. Terdiri dari arteri circumleksa femoral medialis dan arteri circumfleksa femoral lateralis yang menjalar secara anterio maupun posterior.

Percabangan dari cincin arteri ascenden menjalar ke atas yang berada pada permukaan collum femoris sepanjang linea intertrochanterica.

Arteri pada Ligamentum teres dan pembuluh darah metafisial inferior bergabung membentuk pembuluh darah epifisial. Sehingga terbentuknya pembuluh cincin kedua sebagai pemasok darah pada caput femori

Pada fraktur collum femoris sering terjadi terganggunya aliran darah ke caput femori. Pembuluh darah Retinacular superior dan pembuluh epifisial merupakan sumber terpenting untuk suplai darah. Pada fraktur terbuka dapat menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya termasuk pembuluh darah dan synovial.

Terdapat dua macam proses penulangan:

Penulangan intramembranosa / desmal (tanpa dimulai dengan pembentukan tulang rawan)

Penulangan intrakartilaginosa / endokondral (dimulai dengan pembentukan tulang rawan)

Zona Istirahat : terdapat di lempeng epifisis,terdiri atas sel tulang rawan primitif yang tumbuh kesegala arah

Zona proliferasi : terletak di metafisis,terdiri atas kondrosit yang membelah,dan menghasilkan sel berbentuk gepeng atau lonjong yang tersusun berderet-deret longitudinal seperti tumpukan uang logam,sejajar dengan sumbu panjang model tulang rawan.

Zona maturasi dan hipertrofi kondrosit : ukuran kondrosit beserta lakunanya bertambah besar Zona klasifikasi : terjadi endapan kalsium fosfat didalam matriks tulang tawan.Matriks

menjadi basofil dan kondrosit banyak yang mati (perlekatan zat kapur,nutrisi kurang) Zona degenerasi : kondrosit berdegenerasi,banyak yg pecah,lakuna kosong dan saling

berhubungan satu dnegan yang lainnya.Daerah matriks yang hancur diisi oleh sel osteoprogenitor

Zona penulangan (osifikasi) : sel progenitor yang mengisi lakuna yang telah kosong berubah menjadi osteoblas,yang mulai mensekresi matriks tulang,sehingga terbentuklah balok-balok tulang. (dihancurkan oleh osteoklas)

DEFINISI FRAKTUR

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (trauma). (Mansjoer, 2003)

Memahami dan Menjelaskan Etiologi Fraktur

Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:

Cidera atau benturan Fraktur patologik

Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.

Fraktur beban Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari

Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Fraktur

Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).1. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.2. Fraktur Terbuka (Open/Compound),  merupakan fraktur dengan luka pada kulit

(integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi: Grade I : luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak

Ekstensif. Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur.

1. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.

2. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti: Hair Line Fraktur (patah retidak rambut) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi

tulang spongiosa di bawahnya. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya

yang terjadi pada tulang panjang. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.

3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang

Berdasarkan jumlah garis patah.1. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan.2. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.3. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang

yang sama. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.

1. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

2. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah  sumbu dan overlapping).

Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

Berdasarkan posisi frakurSebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :1. 1/3 proksimal

2. 1/3 medial3. 1/3 distal

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femur LO 2.1. Definisi

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada tulang femur dapat menimbulkan perdarahan cukup banyak serta mengakibatkan penderita mengalami syok (Sjamsuhidajat, 2004)..

LO 2.2. Etiologi

a. Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan fraktur di tempat tersebut, misalnya penderita jatuh dengan posisi miring di mana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.

b. Trauma tidak langsung : Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan, misalnya disebabkan oleh gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah collum femur.

c. Fraktur patologis : Fraktur yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, infeksi tulang dan tumor tulang. Fraktur collum femur sering tejadi pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopouse. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan basal, yang kesemuannya terletak di dalam simpai sendi panggul atau intrakapsular, fraktur intertrochanter dan sub trochanter terletak ekstra kapsuler.

d. Adanya tekanan varus atau valgus

LO 2.3. Klasifikasi

fraktur

Secara klinis, fraktur dibagi menurut ada tidaknya hubungan patahan tulang dengan dunia luar yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur terbuka memungkinkan masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Frakktur tulang terbuka dibagi menjadi 3 derajat:

Derajat Luka Fraktur

I Laserasi<1 cm, kerusakan jaringan tidak berarti, relative bersih.

Sederhana, dislokasi fragmen minimal.

II Laserasi>1 cm, tdk ada kerusakan jaringan yg hebat

Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar dan rusak hebat, atau hilangnya jaringan disekitarnya, kontaminasi hebat.

Kominutif, segmental, fragmen tulang ada yg hilang

Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplit dan tidak komplet.

Fraktur komplit: garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang

Fraktur tidak komplit: garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

Hairline fracture (patah retak rambut): tulang terputus seluruhnya tetapi masih tetap di tempat, biasa terjadi pada tulang pipih.

Buckle fracture (terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, atau fraktur di mana korteksnya melipat ke dalam). Fraktur ini umunya terjadi pada distal radius anak-anak.

Greenstick fracture (fraktur tangkai dahan muda). Mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak

Menurut bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

Garis patah melintang: trauma angulasi atau langsung Garis patah oblique: trauma angulasi Garis patah spiral: trauma rotasi Fraktur kompresi: trauma axial-fleksi pada tulang spongiosa Fraktur avulsi: trauma tarikan otot pada tulang misalnya fraktur patella

Berdasarkan jumlah garis patah

1. Fraktur kominutif: garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan2. Fraktur segmental: garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah

disebut pula fraktur bifocal3. Fraktur multiple: garis patah lebih dari 1 tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya misalnya

fraktur femur, cruris dan fraktur tulang belakang

Bergeser – tidak bergeser

1. Fraktur undisplaced: garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteum nya masih utuh

2. Fraktur displaced: terjadi pereseran fragmen fragmen fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan

overlapping) Dislokasi ad axim (disokasi yang membentuk sudut) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi)

Menurut lokasi patahan ditulang, fraktur dibagi menjad: fraktur epifisis, metafisis, diafisis.

Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur:

1. Undisplace – fragmen tulang fraktur masih terdapat pada tempat anatomisnya2. Displace – fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi atas:

Shifted Sideways – menggeser ke samping tapi dekat Angulated – membentuk sudut tertentu Rotated – memutar Distracted – saling menjauh karena ada interposisi Overriding – garis fraktur tumpang tindih Impacted – satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

fraktur collum femur

1. Fraktur intrakapsulerFraktur intracapsuler ini dapat disebabkan oleh trauma langsung dan trauma tidak langsung. Pada trauma langsung biasanya penderita terjatuh dalam posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras. Pada trauma tidak langsung biasanya karena gerakan eksorotasi mendadak pada tungkai bawah

2. Fraktur intertrochanterMerupakan fraktur Antara trochanter mayor dan trochanter minor femur. Fraktur ini termasuk fraktur ekstrakapsuler. Banyak terjadi pada wantita diatas 60 tahun biasanya trauma ringan karna kepeleset karna tulang sudah mengalami osteoporosis post menopouse

Pada umunya pembagian klasifikasi fraktur collum femur berdasarkan:

Lokasi anatomi1. Fraktur subcapital2. Fraktur transcervical3. Fraktur basis collum femur

Arah sudut garis patah dibagi menurut pauwel1. Tipe 1: sudut 30°2. Tipe 2: sudut 50°3. Tipe 3: sudut 70°

Dislokasi atau tidak dari fragmennya dibagi menurut garden1. Garden I: incomplete (impacteed)2. Garden II: fraktur collum femur tanpa diskokasi3. Garden III: fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi4. Garden IV: fraktur collum femur dengan dislokasi total

LO 2.4 Manifestasi Klinik

Menurut Smeltzer & Bare (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme

otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritasnya tulang tempat melekatnya otot.

Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).

Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

Tidak semua tanda dan gejala tersebut terdapat pada setiap fraktur. Kebanyakan justru tidak ada pada fraktur linear atau fisur atau fraktur impaksi (permukaan patahan saling terdesak satu sama lain). Diagnosis fraktur bergantung pada gejala, tanda fisik, dan pemeriksaan sinar-x pasien. Biasanya pasien mengeluhkan mengalami cedera pada daerah tersebut.

LO 2.5 Patofisiologi

Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan energi kinetik yang lebih besar dari yang dapat tulang serap. Fraktur itu sendiri dapat muncul sebagai akibat dari berbagai peristiwa diantaranya pukulan langsung, penekanan yang sangat kuat, puntiran, kontraksi otot yang keras atau karena berbagai penyakit lain yang dapat melemahkan otot. Pada dasarnya ada dua tipe dasar yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, kedua mekanisme tersebut adalah Yang pertama mekanisme direct force dimana energi kinetik akan menekan langsung pada atau daerah dekat fraktur. Dan yang kedua adalah dengan mekanisme indirect force, dimana energy kinetik akan disalurkan dari tempat tejadinya tubrukan ke tempat dimana tulang mengalami kelemahan. Fraktur tersebut akan terjadi pada titik atau tempat yang mengalami kelemahan.

Pada saat terjadi fraktur periosteum, pembuluh darah, sumsum tulang dan daerah sekitar jaringan lunak akan mengalami gangguan. Sementara itu perdarahan akan terjadi pada bagian ujung dari tulang yang patah serta dari jaringan lunak (otot) terdekat. Hematoma akan terbentuk pada medularry canal antara ujung fraktur dengan bagian dalam dari periosteum. Jaringan tulang

akan segera berubah menjadi tulang yang mati. Kemudian jaringan nekrotik ini akan secara intensif menstimulasi terjadinya peradangan yang dikarakteristikkan dengan terjadinya vasodilatasi, edema, nyeri, hilangnya fungsi, eksudasi dari plasma dan leukosit serta infiltrasi dari sel darah putih lainnya. Proses ini akan berlanjut ke proses pemulihan tulang yang fraktur tersebut.

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf.

LO 2.6 Diagnosis dan diagnosis banding

Anamnesis : pada penderita didapatkan riwayat trauma ataupun cedera dengan keluhan bagian dari tungkai tidak dapat digerakkan Pemeriksaan fisik :- Look : Pembengkakan, memar, dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka- Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan- Movement : Krepitasi dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk

menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi-sendi dibagian distal cedera.

PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari : Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak

terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Foto RontgenPada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya

fraktur pada kasus yang impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosisavaskular.

Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur. Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur. Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.Bone Scanning

Bone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau infeksi.Bone scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%.

Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam waktu 24 jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femur.

Intracapsular Fracture Intertrochanteric Fracture

Subtrokchanteric fractureDiagnosis Banding

a. Osteitis PubisOsteitis pubis adalah peradangan simfisis pubis dan sekitarnya insersi otot. Osteitis pubis biasanya dialami oleh atlet. Gejala yang muncul dari pubis osteitis dapat hampir semua keluhan tentang pangkal paha atau perut bagian bawah serta perbedaan panjang kaki.

http://www.orthoclinic.com.sg/wp-content/uploads/2013/10/osteitis_pubis.jpg

b. Slipped Capital Femoral EpiphysisSlipped capital femoral epiphysis adalah ketidakstabilan growth plate (lempeng pertumbuhan) femoralis proksimal. Ada pemisahan epiphysis femoralis proksimal melalui pelat pertumbuhan sehingga menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

http://www.orthopediatrics.com/binary/org/ORTHOPEDIATRICS/images/hipimages/child_hip_slipped_cfe_anatomy05.jpg

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00052

c. Snapping Hip SyndromeSnapping Hip Syndrome atau Iliopsoas Tendinitis adalah suatu kondisi dimana terdengar suara derik atau merasakan sensasi gertak di pinggul ketika sedang berjalan, berlari, bangun dari kursi, atau mengayunkan kaki. Gertakan pinggul terjadi akibat hasil dari kekakuan otot dan tendon di sekitar pinggul. Orang-orang yang terlibat dalam olahraga lebih mungkin untuk mengalami patah pinggul. Penari dan Atlet muda lebih rentan memiliki patah pinggul.

http://www.caringmedical.com/wp-content/uploads/2013/11/Snapping_Hip_syndrome.jpg

LO 2.7 KomplikasiKomplikasi Trauma

Pasien dengan fraktur intertrokanter femur mempunyai risiko menderita penyakit tromboemboli dan mempunyai risiko kematian sama halnya pada fraktur kolum femur. Karena suplai darah yang baik pada region femur maka risiko osteonekrosis dan nonunion minimal.

Komplikasi Terapi

Deformitas bentuk varus pada bagian proksimal dari fragmen fraktur. Biasanya berhubungan dengan fraktur tidak stabil akibat kurangnya bantalan pada bagian posteromedial.

Malrotasi, malrotasi umumnya terjadi karena rotasi internal dari bagian distal fragmen fraktur yang tidak stabil pada saat pemasangan implant.

Nonunion, jarang terjadi, tetapi bila fraktur tidak menyatu dengan kuat selam 6 bulan, fraktur ini mungkin tidak akan mnyambung dan sebaiknya dilakukan operasi lanjutan, fraktur direposisi, alat fiksasi dipasang lebih kuat dan cangkokan tulang ditempelkan di sekitar fraktur.

Komplikasi awal

1. Syok : Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.

2. Sindrom emboli lemak : Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

3. Sindrom kompartemen : merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk). Sindrom ini dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari elevasi.

4. Trombo-emboli : obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama. Misalnya dengan di traksi di tempat tidur yang lama.

5. Infeksi : pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat terjadi setelah tindakan operasi.

6. Osteonekrosis (avaskular) : tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama (jaringan tulang mati dan nekrotik)

7. Osteoatritis : terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemuk

8. Koksavara : berkurangnya sudut leher femur.

9. Anggota gerak memendek (ektremitas).

Komplikasi lambat

1. Delayed union : proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan).

2. Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

3. Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

4. Kekakuan pada sendi.

5. Refraktur : terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid.

LO 2.8 Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing dipilih bergantung sifat fraktur

1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

3. Reduksi terbuka, dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisasi fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi  atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal.

1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.

2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intratrochanterica 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

c. Mempertahankan  dan mengembalikan fungsi, segala upaya  diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;(1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi(2) Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan

(3) Memantau status neurologi.(4) Mengontrol kecemasan dan nyeri(5) Latihan isometrik dan setting otot(6) Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari(7) Kembali keaktivitas secara bertahap.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :

Imobilisasi fragmen tulang. Kontak fragmen tulang minimal. Asupan darah yang memadai. Nutrisi yang baik. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang. Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik. Potensial listrik pada patahan tulang.

Pengobatan

Garden I :- Internal fiksasi dengan multiple pins atau screwing

Garden II :- Internal fiksasi dengan pinning/ screwing

- Konservatif dapat mengakibatkan displacement

Garden III dan IV (displaced) - Non operatif :

· Traksi dilanjutkan spica cepat· Pinning perkutan dengan lokal anesthesi· Closed reduction dan spica cast dalam abduksi

- Operatif :

· Dilakukan operasi urgent namun penderita statusnya seoptimal mungkin· Pada orang muda → OMPG (osteomuscular pedicle graft)· Pada orang tua → hemiarthroplasty dengan Austin Moore Prosthesis (AMP) atau bipolar

prostesis a. Terapi Konservatif

Dilakukan apabila fraktur memiliki kemungkinan sebagai berikut :

•  Gangguan peredaran darah pada fragmen proksimal•  Kesulitan mengamati fragmen proksimal•  Kurangnya penanganan hematom fraktur karena adanya cairan synovial.

Penanganan konservatif dapat dilakukan dengan :

- Skin traction, dengan buckex tension.

- Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut Pearson.- Cast-bracing.- Spika panggul.

b. Terapi Operatif

Terapi operatif dianjurkan pada orang tua berupa penggantian kaput femurdengan prosthesis atau eksisi kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaputfemur diikuti dengan mobilisasi dini pasca bedah. Pada umumnya terapi yang dilakukan adalah terapi operasi, fraktur yang bergeser tidak akan menyatu tanpa fiksasi internal. Karena fraktur ini bersifat intra-artikuler, maka sebaiknya dilakukan terapi operatif dengan fiksasi interna yang rigid, untuk memperoleh posisi anatomis sendi dan segera dilakukan mobilisasi.

Indikasi operasi antara lain:1) Penanggulangan non-operatif gagal2) Fraktur multipel3) Robeknya arteri femoralis4) Fraktur patologik5) Fraktur pada orang yang tua

LO 2.9 Pencegahan

Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati-hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal.

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya.

Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap.

LO 2.10 Prognosis

Patah tulang intrakapsuler umumnya sukar mengalami pertautan dan cenderung terjadi nekrosis avaskuler kaput femur. Patah tulang kolum femur yang terletak intraartikuler sukar sembuh karena bagian proksimal pendarahannya sangat terbatas, sehingga memerlukan fiksasi kokoh untuk waktu yang cukup lama. Semua patah tulang didaerah ini umumnya tak stabil sehingga tak ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini.

Adanya osteoporosis tulang mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi kokoh oleh pin pada fiksasi intern. Pertautan fragmen fraktur hanya bergantung pada pembentukan kalus endosteal. Yang penting sekali ialah aliran darah kekolum dan kaput femur yang robek pada saat terjadinya fraktur

DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, V. P. (2010). Atlas Histologi diFiore: dengan Korelasi Fungsional, Ed. 11. Jakarta: EGC.

Moore, K. L., Dalley, A. F., Agur, A. M. R. (2013). Clinically Oriented Anatomy, Ed.7. Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.

Sjamsuhidjat R,Wim de J. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.

Syamsir, H. M. 2015. Kinesiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

http://emedicine.medscape.com/article/91596-overview Diakses pada tanggal 26 September 2015 pukul 19:35 WIB

http://emedicine.medscape.com/article/87420-overview Diakses pada tanggal 26 September 2015 pukul 20.00 WIB

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-nurhidayah-6731-2-babii.pdf Diakses pada tanggal 27 September 2015 pukul 17.00 WIB

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22361/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada tanggal 27 September 2015 pukul 18.10 WIB

http://eprints.ums.ac.id/22045/21/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Diakses pada tanggal 29 September 2015 pukul 19.30