wrap up 1 anemia
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
1/35
WRAP UP SKENARIO 1
LEKAS LELAH BILA BEKERJA
BLOK HEMATOLOGI
Kelompok : A-2
KETUA : ABIYYA FARAH PUTRI (1102013003)
SEKRETARIS : ADITYA NUGRAHA ARTAR (1102013008)
ANGGOTA : ADELIA PUTRI SABRINA (1102013005)
ADELINA ANNISA PERMATA (1102013006)
ADINDA AMALIA SHOLEHA (1102013007)
EVA AMANDA RAHMAWATI (1102007103)
INDRI SUTANTI (1102009141)
MAYA INTAN ANDRIANY (1102012159)
IMADUDDIN BASKORO H (1102011123)
AGUSWAN PURWENDO (1102012010)
UNIVERSITAS YARSI
Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510.
Telepon: +62 21 4206675.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
2/35
1
SKENARIO 1
LEKAS LELAH BILA BEKERJA
Yani 19 tahun, memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan sering merasalekas lelah setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Keluhan ini sudah dialami 3
bulan terakhir. Sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini.
Pada anamnesis tambahan didapatkan keterangan bahwa pola makan bu Shinta
tidak teratur, jarang makan sayur, ikan, maupun daging, hanya tahu/tempe dan
kerupuk. Tidak dijumpai riwayat penyakit yang diderita sebelumnya dan riwayat
pengobatan tidak jelas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Wajah terlihat lelah, TD 110/60 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi
pernapasan 20x/menit, suhu tubuh 36,8 0C, TB=160 cm, BB=60 kg, konjungtiva
palpebra inferior pucat. Pemeriksaan jantung, paru dan abdomen dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan darah rutin dijumpai:
Pemeriksaan Kadar Nilai normal
Hemoglobin (Hb) 10,5 g/dl 12-14 g/dl
Hematokrit (Ht) 37% 37-42%
Eritrosit 4,75 x 10 /l 3,9-5,3 x 10 /l
MCV 70 fl 82-92 fl
MCH 20 pg 27-31 pg
MCHC 22% 32-36%
Leukosit 6500/l 5000-10.000/ l
Trombosit 300.000/l 150.000-400.000/l
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
3/35
2
Kata-kata Sulit
- Konjungtiva : Membran tipis yang melapisi sklera dan kelopak mata.
- Palpebra inferior : Kelopak mata bagian bawah
-
Anemia : Penurunan jumlah eritrosit, hemoglobin atau keduanya
sehingga tidak adekuat membawa oksigen ke jaringan.
-
Hemoglobin : Protein pembawa oksigen dalam eritrosit, terdiri dari
heme dan globin.
- Hematokrit : Persentasi volum eritrosit dalam 100 ml darah
-
Eritrosit : Sel darah merah
- MCV : Nilai rata-rata volum eritrosit
- MCH : Nilai rata-rata Hb dalam eritrosit
-
Leukosit : Sel darah putih
- MCHC : Jumlah Hb yang dinyatakan dalam persentasi volum
darah merah
-
Trombosit : Keping-keping darah
Pertanyaan
1. Mengapa konjungtiva palpebral terlihat pucat?
Karena penurunan kadar hemoglobin
2.
Apa yang menyebabkan Hb, MCH, MCV, MCHC menurun?
- Terjadi gangguan dalam pembentukan eritrosit
- Pendarahan
- Intake kurang
- Gangguan absorbs
3. Apa hubungannya pola makan dengan penyakit yang diderita pasien?
Karena makanan mengandung zat besi yang berguna untuk pembentukan
eritrosit
4. Apa diagnosis sementara?
Anemia defisiensi besi
5.
Kenapa pada wanita lebih berisiko terkena anemia?
Karena wanita sering mengalami pendarahan seperti menstruasi, melahirkan,
dll
6. Apa hubungannya MCV, MCH, MCHC terhadap anemia?
Karena MCV, MCH, MCHC adalah nilai rata-rata eritrosit sehingga jika
jumlah tidak seimbang akan ada gangguan
7. Apa ciri-ciri umum Hb menurun?
Pucat, lelah, ngantuk, nafsu makan menurun, dll
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
4/35
3
HIPOTESIS
Perempuan berusia 19 tahun dengan anamnesis pola makan yang kurang
teratur dan asupan gizi khususnya zat besi dan protein yang rendah mengeluh cepat
lelah setelah beraktivitas. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kadarhemoglobin, MCV, MCH, MCHC yang rendah, pemeriksaan fisik didapat palpebra
konjungtiva pucat. Diduga hal inilah yang menyebabkan ia pucat dan lekas lelah.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan diduga pasien mengalami anemia dengan
dugaan penyakitnya anemia defisiensi besi.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
5/35
4
SASARAN BELAJAR
LI.1. Memahami dan menjelaskan eritropoiesis
LO.1.1. Proses pembentukan eritrosit pada sumsum tulang
LO.1.2. Faktor yang diperlukan pada pembentukan eritrosit
LO.1.3. Morfologi eritrosit
LO 1.4. Kelainan eritrosit
LI.2. Memahami dan menjelaskan hemoglobin
LO.2.1. Biosintesis dan fungsi hemoglobin
LO.2.2. Peran zat besi
LO.2.3. Reaksi oksigen dan hemoglobin
LI.3. Memahami dan menjelaskan anemia
LO.3.1. Definisi
LO.3.2. Etiologi
LO.3.3. Klasifikasi
LO.3.4. Patofisiologi
LO.3.5. Manifestasi klinik
LO.3.6. Pemeriksaan laboratorium
LI.4. Memahami dan menjelaskan anemia defisiensi besi
LO.4.1. Definisi
LO.4.2. Etiologi
LO.4.3. Patofisiologi
LO.4.4. Manifestasi klinis
LO.4.5. Diagnosis
LO.4.6. Pencegahan
LO.4.7. Penatalaksanaan
LO.4.8. Prognosis
LO.4.9. Pemeriksaan laboratorium
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
6/35
5
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Eritropoeisis
LO.1.1. Proses pembentukan eritrosit pada sumsum tulang
Eritropoesis adalah proses pembuatan eritrosit, pada janin dan bayi
proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa
terbatas hanya pada sumsum tulang. (Dorland edisi 31)
Sel darah berasal dari sel stem hemopoetik pluripoten yang berada pada
sumsum tulang. Sel ini kemudian akan membentuk bermacam macam sel darah
tepI. Asal sel yang akan terbentuk selanjutnya adalah sel stem commited, Sel ini
akan dapat meghasilkan Unit pembentuk koloni eritrosit (CFU-E) dan Unit
granulosit dan monosit (CFU-GM).
Pada eritropoesis, CFU-E membentuk banyak sel Proeritroblas sesuai
dengan rangsangan. Proeritroblas akan membelah berkali-kali menghasilkan
banyak sel darah merah matur ya itu Basofil Eritroblas. Sel ini sedikit sekali
mengumpulkan hemoglobin. Selanjutnya sel ini akan berdifferensiasi menjadiRetikulosit dengan sel yang sudah dipenuhi dengan hemoglobin. Retikulosit
masih mengandung sedikit bahan basofilik. Bahan basofilik ini akan
menghilang dalam waktu 1-2 hari dan menjadi eritrosit matur.
Eritropoeisis terjadi di sumsum tulang hingga terbentuk eritrosit matang
dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin.
Eritropoietin adalah hormon glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh sel-sel
interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap kekurangan oksigen atas
bahan globulin plasma, untuk digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang.
Eritropoietin mempercepat produksi eritrosit pada semua stadium terutama saat
sel induk membelah diri dan proses pematangan sel menjadi eritrosit. Disamping mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga memudahkan
pengambilan besi, mempercepat pematangan sel dan memperpendek waktu
yang dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
7/35
6
Selama perkembangan intrauterus, eritrosit mula-mula dibentuk olehyolk sac
dan kemudian oleh hati dan limpa sampai sumsum tulang terbentuk dan mengambil
alih produksi eritrosit secara ekslusif.
Pada anak, sebagian tulang terisi oleh sumsum tulang merah yang mampu
memproduksi sel darah. Namun, seiring dengan pertambahan usia, sumsum tulanh
kuning yang tidak mampu melakukan eritropoiesis secara perlahan menggantikan
sumsum merah, yang tersisa hanya di beberapa tempat, misalnya sternum, iga dan
ujung-ujungg atas tulang oanjang ekstremitas.
Sumsum tulang tidak hanya memproduksi SDM tetapi juga merupakan
sumber leukosit dan trombosit.Di sumsum tulang terdapat sel punca pluripotent tak
berdiferensiasi yang secara terus menerus membelah diri dan berdiferensiasi untuk
menghasilkan semua jenis sel darah.
Ginjal mendeteksi penurunan/ kapasitas darah yang mengakngkut oksigen.Jika
O2 yang disalurkan ke ginjal berkurang, maka ginjal mengeluarkan hormone
eritropoietin dalam darah yang berfungsi merangsang eritropoiesis (produksi eritrosit)
dalam sumsum tulang.Tambahan eritrosit di sirkulasi meningkatkan kemampuan
darah mrngangkut O2.Peningkatan kemampuan darah mengangkut O2menghilangkan rangsangan awal yang memicu sekresi eritropoietin.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
8/35
7
LO.1.2. Faktor yang diperlukan pada pembentukan eritrosit
Keseimbangan jumlah eritrosit yang beredar di dalam darah
mencerminkan adanya keseimbangan antara pembentukan dan destruksi
eritrosit. Keseimbangan ini sangat penting, karena ketika jumlah eritrosit turun
akan terjadi hipoksia dan ketika terjadi kenaikan jumlah eritrosit akan
meningkatkan kekentalan darah.
Untuk mempertahankan jumlah eritrosit dalam rentang hemostasis, sel-
sel baru diproduksi dalam kecepatan yang sangat cepat yaitu lebih dari 2 juta
per detik pada orang yang sehat. Proses ini dikontrol oleh hormone dan
tergantung pada pasokan yang memadai dari besi, asam amino dan vitamin B
tertentu.
Hormonal ControlStimulus langsung untuk pembentukan eritrosit disediakan oleh hormone
eritropoetin (EPO)dan hormon glikoprotein.Ginjal memainkan peranan utama
dalam produksi EPO. Ketikasel-sel ginjal mengalami hipoksia (kekurangan O2),
ginjal akan mempercepat pelepasaneritropoetin. Penurunan kadar O2 yang
memicu pembentukan EPO :
1. Kurangnya jumlah sel darah merah atau destruksi eritrosit yang berlebihan
2.
Kurang kadar hemoglobin di dalam sel darah merah (seperti yang terjadi
pada defisiensi besi)
3.
Kurangnya ketersediaan O2 seperti pada daerah dataran tinggi dan padapenderita pneumonia.
Peningkatan aktivitas eritropoesis ini menambah jumlah sel darah
merah dalam darah, sehingga terjadi peningkatan kapasitas darah mengangkut
O2 dan memulihkan penyaluranO2 ke jaringan ke tingkat normal.Apabila
penyaluran O2 ke ginjal telah normal, sekresieritropoetin dihentikan sampai
diperlukan kembali. Jadi, hipoksia tidak mengaktifkanlangsung sumsum tulang
secara langsung, tapi merangsang ginjal yang nantinya memberikanstimulus
hormone yang akan mengaktifkan sumsum tulang.Selain itu, testosterone pada
pria juga meningkatkan produksi EPO oleh ginjal.Hormone sexwanita tidak
berpengaruh terhadap stimulasi EPO, itulah sebabnya jumlah RBC padawanitalebih rendah daripada pria.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
9/35
8
LO.1.3. Morfologi Eritrosit
Morfologi, sifat, karakteristik, fungsi serta kadar normal eritropoiesis
Eritrosit normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter 7,8 m,dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 m dan pada bagian
tengah1 m atau kurang. Volume eritrosit adalah 90 - 95 m3.Jumlah eritrosit
normal pada pria 4,6 - 6,2 juta/Ldan pada wanita 4,2 - 5,4 juta/L. Kadarnormalhemoglobin pada pria 14 - 18 g/dL dan pada wanita12 - 16g/dL.
Fungsi Sel darah Merah
Sel darah merah berfungsi mengedarkan O2 ke seluruh tubuh.
1.
Berfungsi dalam penentuan golongan darah.
2.
Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah
merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka
hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas
yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta
membunuhnya.
3. Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin
terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah
dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang
kekurangan oksigen.
LO.1.4. Kelainan Eritrosit
1.
KELAINAN UKURAN
a. Makrosit, diameter eritrosit 9 m dan volumenya 100 fLb. Mikrosit, diameter eritrosit 7 dan volumenya 80 fLc.
Anisositosis, ukuran eritrosit tidak sama besar
2.
KELAINAN WARNA
a. Hipokrom, bila daerah pucat pada bagian tengah eritrosit 1/3diameternya
b. Hiperkrom, bila daerah pucat pada bagian tengah eritrosit 1/3
diameternya
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
10/35
9
c. Polikrom, eritrosit yang memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit matang,
warnanya lebih gelap.
3. KELAINAN BENTUK
a. Sel sasaran (target cell), Pada bagian tengah dari daerah pucat eritrosit
terdapat bagian yang lebih gelap/merah.b. Sferosit, Eritrosit < normal, warnanya tampak lebih gelap.
c.
Ovalosit/Eliptosit, Bentuk eritrosit lonjong seperti telur (oval), kadang-
kadang dapat lebih gepeng (eliptosit).
d. Stomatosit ,Bentuk sepeti mangkuk.
e. Sel sabit (sickle cell/drepanocyte) Eritosit yang berubah
bentukmenyerupai sabit akibat polimerasi hemoglobin S pada kekurangan
O2.
f. Akantosit, Eritrosit yang pada permukaannya mempunyai 3 12duridengan ujung duri yang tidak sama panjang.
g. Burr cell (echinocyte), Di permukaan eritrosit terdapat 10 - 30 duri
kecilpendek, ujungnyatumpul.
h. Sel helmet, Eritrosit berbentuk sepeti helm.
i. Fragmentosit (schistocyte), Bentukeritrosit tidak beraturan.
j.
Teardropcell, Eritrositseperti buahpearatau tetesan air mata.
k. Poikilositosis, Bentukeritrosit bermacam-macam.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
11/35
10
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
12/35
11
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
13/35
12
LI.2. Memahami dan Menjelaskan Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel arah merah yang berfungsi
sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi
yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah bewarna merah.
Nilai normal hemoglobin adalah sebagai berikut:
- Anak-anak 1113 gr/dl- Lelaki dewasa 1418 gr/dl- Wanita dewasa 1216 gr/dl
Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya
kelebihan akan mengakibatkan polinemis.
Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus
heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin tersusun dari
empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain.Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains
dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan
atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul
hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan
sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung
4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta
yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan
berukuran hampir sama
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/lokaikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme Tiap subunit
hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin
memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi
melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah, zat ini
pula yang menjadikan darah kita berwarna merah.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
14/35
13
LO.2.1. Biosintesis dan Fungsi
Sintesis hemoglobin membutuhkan produksi dari heme dan globin yang
terkoordinasi. Heme adalah kelompok prostetik yang menjembatani pengikatan
oksigen melalui hemoglobin. Globin adalah protein yang mengelilingi dan
melindungi molekul heme
Sintesis Heme
Gambar 1 Sintesis heme
Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html
Sintesis heme adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan banyak
langkah-langkah enzimatik. Proses ini dimulai di mitokondria dengan
kondensasi dari suksinil-CoA dan glisin membentuk 5-aminolevulinic acid.Serangkaian langkah-langkah di dalam sitoplasma menghasilkan
coproporphrynohen III yang akan masuk kembali ke dalam mitokondria.
Langkah-langkah enzimatik akhir menghasilkan heme.
Sintesis globin
Dua rantai globin yang berbeda, alpha dan non-alpha (masing-masing
dengan molekul heme sendiri) bergabung membentuk hemoglobin. Dengan
pengecualian pada minggu pertama perkembangan embrio, salah satu rantai
globin selalu alpha. Sejumlah variabel mempengaruhi sifat dasar dari rantai
non-alpha di dalam molekul hemoglobin. Fetus mempunyai sebuah rantai non-
alpha yang berbeda yaitu gamma. Setelah lahir, rantai globin non-alpha berbeda
dinamakan beta, berpasangan dengan rantai alpha. Gabungan dari dua rantai
alpha dan dua rantai non alpha menghasilkan sebuah molekul hemoglobin yang
lengkap (total 4 rantai per molekul).
Gabungan dari dua rantai alpha dan dua rantai gamma membentuk
hemoglobinfetal(janin) yakni Hb F. Dengan pengecualian bahwa 10 hingga 12
minggu pertama setelah pembuahan, Hb F sebagai hemoglobin dasar di dalam
perkembangan janin. Gabungan dua rantai alpha dan dua rantai beta membentuk
hemoglobin adult (dewasa) yang juga disebut sebagai Hb A. Walaupun Hb A
dinamankan dewasa, Hb A menjadi hemoglobin yang menonjol sekitar 18
hingga 24 minggu kelahiran.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
15/35
14
Sepasang dari satu rantai alpha dan satu rantai non-alpha menghasilkan
sebuah dimer (dua rantai) hemoglobin. Dimer hemoglobin tidak efisien
membawa oksigen. Dua dimer bergabung membentuk sebuah tetramer
hemoglobin yang merupakan bentk fungsional dari hemoglobin. Ciri-ciri
biofisika lengkap dari tetramer hemoglobin yakni mengontrol pengambilan
oksigen di paru-paru dan melepaskannya di jaringan yang membutuhkan untukmempertahankan hidup.
Gen-gen yang mengkode rantai globin alpha terletak pada kromosom 16,
sedangkan gen-gen yang mengkode rantai globin non-alpha terletak pada
kromosom 11. Kompleks alpha disebut lokus globin alpha, sedangkan kompleks
non-alpha disebut lokus globin beta. Keseimbangan ekspresi gen pada rantai
globin dibutukan untuk fungsi normal sel darah merah. Gangguan
keseimbangan ekspresi gen pada rantai globin menghasilkan sebuah penyakit
yang dinamakan talasemia
(Bunn dan Forget, Saunders, 2002)
Gambar 2 Sintesis globin
Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
16/35
15
Tabel 1 Hemoglobin manusia
Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html
Biosintesis hemoglobinSintesis hemoglobin di mulai dalam proteoblast dan berlanjut bahkan dalam
stadium retikulosit pada pembentukan sel darah merah.
Oleh karena itu ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke
aliran darah, retikulosit tetap membentuk sejumlah kecil hemoglobin satu hari
sesudah dan seterusnya sampai sel tersebut menjadi eritrosit yang matur.
Tahap dasar pembentukan secara kimiawi :
Suksinil-KoA, di bentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin membentuk
molekul priol.
Empat priol bergabung membentuk protoporfirin IX bergabung dengan besi
membentuk molekul heme.Setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yaitu globin
yang di sintesis oleh ribosom membentuk sub unit hemoglobin yang di sebut
rantai hemoglobin.
Fungsi hemoglobin
Menurut Depkes RI fungsi hemoglobin adalah
a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam jaringan
b. Mengambil oksigen dalam paru-paru kemudian dibawa keseluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah apa tidak.
LO.2.2. Peran zat besi
Penting untuk pembentukan hemoglobin namun juga penting untuk
elemen lainnya (contoh : myoglobin, sitokrom, sitokrom oksidase, peroksidase,
katalase)
Embryonic hemoglobinsFetal hemoglobin Adult hemoglobins
gower 1- zeta(2),
epsilon(2)
gower 2- alpha(2),epsilon (2)
Portland- zeta(2), gamma
(2)
hemoglobin F- alpha(2),gamma(2)
hemoglobin A- alpha(2),
beta(2)hemoglobin A2- alpha(2),
delta(2)
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
17/35
16
Jumlah total besi rata-rata dalam tubuh sebesar 4 sampai 5 gram,
kira-kira 65 persen di jumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persen dalam
bentuk myoglobin, 1 persen dalam bentuk varisasi senyawa heme yang memicu
oksidasi intra sel 0,1 persen bergabung dengan protein transferrin dalam plasma
darah, 15 sampai 30 persen di simpan untuk penggunaan selanjutnya terutama
di system retikuloendotelial dan sel parenkim hati, dalam bentuk ferritin.
Guyton 11th edition, 2006
LO.2.3. Reaksi oksigen dan hemoglobin
Reaksi haemoglobin dengan O2 menjadikanya sebagai suatu sistem
pengangkut O2yang tepat.Hem yang merupakan ssusunan dari porfirin dengan
inti fero. Masing masing dari tiap atom fero. Dalam pengikatan ini ion besi tetap
berbentuk ferro karena itu reaksi yang terjadi dengan O2 adalah reaksi
oksigenasi.Hb4+ 4 O2 Hb4O. Reaksi pengikatan ini berlangsung sangat cepat
dan membutuhkan waktu kurang dari 0,01 detik
Pada proses pengikatan O2 terbentuklah konfigurasi rilex yang akan
memaparkan lebih banyak tempat pengikatan O2.Dapat meningkatkan affinitas
terhadap O2 hingga 500 kali lipat. Pada reaksi deoksihemoglobin unit globin
akan terikat erat dalam konfigurasi tense / tegang yang akan menurunkan
affinitas terhadap O2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengikatan antara oksigen dan
hemoglobin adalah suhu, pH, dan 2,3 bifosfogliserat. Peningkatan pada suhu
dan penurunan pH akan menggeser kurva ke kanan. Jika kurva bergeser kanan
maka akan diperlukan PO2yang lebih tinggi agar hemoglobin dapat mengikat
sejumlah O2. Penurunan suhu dan peningkatan pH menggeser kurva oksigen ke
kiri dimana diperlukan lebih sedikit PO2 untuk mengikat sejumlah O2.
Berkurangnya affinitas terhadap O2 ketika pH darah turun sering disebut
sebagai reaksi Bohr 2,3 bifosfogliserat banyak terdapat pada eritrosit,
merupakan suatu rantai anion bermuatan tinggi yang berikatan pada -deoksihaemoglobin.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
18/35
17
Peningkatan 2,3 bifosfogliserat akan menggerser kurva ke kanan yang
akan mengakibatkan banyak O2 yang dilepas ke jaringan. 2,3 bifosfogliserat
akan menurun jika pH darah turun akibat dari terhambatnya proses glikolisis.
Hormon tiroid, pertumbuhan dan androgen akan meningkatkan kadar 2,3
bifosfogliserat
Mendaki ke permukaan yang lebih tinggi akan meningkatkan kadar 2,3bifosfogliserat sehingga terjadi peningkatan penyediaan O2 pada jaringan, hal
ini terjadi karena meningkatnya pH darah.
Kadar 2,3 bifosfogliserat akan meningkat pada anemia dan penyakit
yang menimbulkan hipoksia kronik. Keaadaan ini akan memudahkan
pengangkutan O2 ke jaringan melalui peningkatan PO2 saat O2 dilepaskan di
kapiler perifer.
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Anemia
LO.3.1. Definisi
Anemia berarti kurangnya hemoglobin di dalam darah, yang dapat di
sebabkan oleh jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau jumlah
hemoglobin dalam sel yang terlalu sedikit.
Guyton 11th edition,2006
Ketidak cukupan massa eritrosit di dalam darah yang mengakibatkan tidak
adekuatnya hantaran oksigen ke jaringan perifer
Wintrobes clinical hematology 10th edition,1998
LO.3.2. Etiologi
1. Karena cacat sel darah merah (SDM)Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali.
Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan
masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai manamestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
19/35
18
Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa
protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein,
sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.
2. Karena kekurangan zat gizi
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan olehfaktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan
dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut.
Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya
memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya,
mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang
terjadi.
3. Karena perdarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan
kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena
perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi.Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang
diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan
untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah
ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.
4. Karena otoimun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan
menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan
ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut
terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat
dihancurkan oleh sistem imun. 1.
Anemia akibat kehilangan darah
Setelah mengalami perdarahan tubuh mengganti cairan plasma dengan cepat 1
hingga 3 hari, yang menyebabkan konsenrasi sel darah merah menjadi rendah.
Bila tidak terjadi perdarahan berikutnya kondisi konsentrasi sel darah merah
akan kembali ke dalan jumlah normal 3 hingga 6 minggu.
Anemia aplasticAplasia sumsum tulang berarti tidak berfungsinya sumsum tulang, sehingga
pembentukan sel darah merah terganggu.Penyebab terjadinya aplasia adalah adanya paparan sinar-x secara berlebihan,
zat kimia tertentu pada industry, bahkan obatobatan pada pasien yang sensitifAnemia megaloblastik
Anemia hemolitikBerbagai kelainan sel darah merah kebanyakan di dapat secara keturunan. Sel-
sel tersebut bersifat rapuh, sehingga mudah pecah sewaktu melewati kapiler,
terutama sewaktu melalui limpa. Walaupun sel darah merah yang terbentuk
jumlahnya dapat mencapai normal, atau bahkan lebih besar dari normal pada
penyakit-penyakit hemolitik, masa hidup sel darah merah sangat singkat
sehingga sel ini di hancurkan lebih cepat di bandingkan pembentukannyasehingga mengakibatkan anemia yang parah.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
20/35
19
LO.3.3 Klasifikasi
A. Berdasarkan Etiologi
1.
Kehilangan darah (akut, kronis)
2. Gangguan pembentukan eritrosit
- Insuficient eritropoiesis (eritropoiesis tidak cukup)
- Ineffective eritropoiesis (eritropoiesis tidak efektif)
3. Berkurangnya masa hidup eritrosit
- Kelainan kongenital : Membran, enzim, kelainan Hb
- Kelainan didapat : Malaria, obat, infeksi, proses imunologis
B. Berdasarkan Morfologi
a. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah ataudestruksi darah
yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulangharus bekerja lebih keras
lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang
terlihat pada gambaran darah tepi. Padakelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel
darah merah normal sertamengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal
tetapi individumenderita anemia. Anemia ini dapat terjadi karena hemolitik,
pasca pendarahan akut, anemia aplastik, sindrom mielodisplasia,
alkoholism,dan anemia pada penyakit hati kronik.
b. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normaltetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal inidiakibatkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNAseperti yang ditemukan
pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi
kanker, sebab terjadi gangguan pada metabolisme sel
KLASIFIKASI
ANEMIA
ETIOLOGI
MORFOLOGI
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
21/35
20
c. Anemia mikrositik hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobindalam
jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnyamenggambarkan insufisiensi
sintesis hem (besi), seperti pada anemiadefisiensi besi, keadaan sideroblastik
dan kehilangan darah kronik, ataugangguan sintesis globin, seperti padatalasemia (penyakit hemoglobinabnormal kongenital)
KadarMikrositer
hipokrom
Normositer
normokromMakrositer
MCV < 80 fl 8095 fl > 95 fl
MCH < 27 pg 2734 pg -
Jenis
penyakit
1. Anemia
defisiensi
besi
2. Thalasemia
3. Anemia
penyakit
kronik4. Anemia
sideroblastik
1.
Anemia pasca
perdarahan
2. Anemia aplastik hipoplastik
3. Anemia hemolitik
4. Anemia penyakit
kronik
5. Anemia
mieloptisik
6. Anemia gagal
ginjal7. Anemia
mielofibrosis
8. Anemia sindrom
mielodisplastik
9. Anemia leukimia
akut
Megaloblastik
1. Anemia defisiensi
folat
2.
Anemia defisiensi vit
B12
Nonmegaloblastik
a) Anemia
penyakit hati
kronikb) Anemia
hipotiroid
c) Anemia
sindroma
mielodisplastik
LO.3.4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
22/35
21
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkanikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang,
maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja
organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel
bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang
memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa
diperbaiki
Sjaifoellah, 1998
LO.3.5. Manifestasi Klinis
Gejala anemia dapat dibagi menjadi 3 jenis gejala yaitu :
a. Gejala Anemia Umum
Disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemia organ
target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar
hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penuruan
hemoglobin sampai kadar tertentu ( Hb
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
23/35
22
Anemia hemolitik : icterus, splenomegaly dan hepatomegaly
Anemia aplastic : perdarahan dan tanda-tanda infeksi
c. Gejala Penyakit Dasar
Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemiasangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala
akibat infeksi cacing tambang : sakit perut, pembengkakan parotis dan warna
kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar
lebih dominan, seperti misalnya pada anemia akibat penyakit kronik oleh karena
artritis rheumatoid.
Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat
penting pada kasus anemia untuk mengaarahkan diagnosis anemia. Tetapi pada
umumnya diagnosis anemia memerlukan pemeriksaan laboratorium.
LO.3.6. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi anemia:
1. Hemoglobin (Hb)
o Suatu protein terkonjugasi yang berfungsi dalam transport oksigen dan
karbondioksida.
o Protein ini merupakan komponen utama eritrosit.
o Setiap gram Hb dapat mengandung 1,34 mL O2
o Kadar Hb tergantung umur, jenis kelamin, geografi, faktor sosial-ekonomi,
ras
2. Hematokrit (Ht)
o
Menggambarkan volume eritrosit per volume darahoNormal: 40 48%, 37-42%
3. Sediaan apus darah tepi (SADT)
o Dapat menilai unsur-unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit,
trombosit.
o Penting sekali membuat sediaan apus yang baik agar mendapatkan
informasi maksimal.
4. Retikulosit
o Merupakan eritrosit muda yang masih mempunyai sisa RNA pada
sitoplasma.
oNormal: 0,5 -1,5 % (25.00075.000/L).o Hitung retikulosit dapat digunakan untuk menilai peningkatan eritropoiesis,
fungsi sumsum tulang, dan respon terhadap terapi.
5. Indeks eritrosit
o Digunakan untuk mengetahui ukuran eritrosit dan kandungan Hb dalam
eritrosit
o MCV (Mean Corpuscular Volume/Volume Eritrosit Rata-rata)
o MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin/Hb Eritrosit Rata-rata)
o
MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration/Konsentrasi HbEritrosit Rata-rata)
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
24/35
23
Nilai rujukan Kadar
Batas normal kadar terendah Hb orang
dewasa:
= 14 /dL dan = 12 /dL
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
25/35
24
LI.4. Memahami dan Menjelaskan Anemia Defisiensi Besi
LO.4.1. Definisi Anemia Defisiensi Besi
Jenis anemia mikrositik hipokrom yang di sebabkan oleh rendahnya
atau tidak adanya simpanan besi dan konsentrasi besi serum, terdapatpeningkatan porfirin eritrosit bebas, saturasi transferrin rendah, transferrin
meninggi, feritinin serum rendah dan kondisi hemoglobin rendah.
LO.4.2. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Terjadinya ADB sangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diit yang
mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang.
Kekurangan besi dapat disebabkan:
Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis
Pertumbuhan
Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan
masa remaja kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada periode ini
insiden ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya
meningkat 3 kali dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2
kali lipat dibanding saat lahir. Bayi premature dengan pertumbuhan
sangat cepat, pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai 6 kali
dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat
lahir.
Menstruasi
Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada perempuan adalahkehilangan darah lewat menstruasi.
Kurangnya besi yang diserap
a.
Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat
b. Malabsorpsi besi
Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa
ususnya mengalami perubahan secara histology dan fungsional. Pada
orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering
disertai ADB walaupun penderita mendapat makanan yang cukup besi.
Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makananlebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan
besi heme dan non heme
Perdarahan
Merupakan penyebab penting terjadinya ADB. Kehilangan darah akan
mempengaruhi keseimbangan status besi. Kehilangan darah 1 ml akan
mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4
ml/ hari (1,5-2 mg besi) dapat mengakibatkan keseimbangan negative
besi.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
26/35
25
Perdarahan dapat berupa perdarahan saluran cerna, milk induced
enteropathy, ulkus peptikum, karena obat-obatan (asam asetil salisilat,
kortikosteroid, indometasin, obat anti inflamasi non steroid) dan infestasi
cacing (Ancylostoma duodenale dan Necaor americanus) yang menyerang
usus halus bagian proksimal dan menghisap darah dari pembuluh darahsubmukosa usus.
Transfuse feto-maternal
Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan
ADB pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonates.
Hemoglobinuria
Dijumpai pada anak yang memakai katup jantung buatan. Pada
Paroxismal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) kehilangan besi melalui
urin rata-rata 1,8-7,8 mg/hari. Iatrogenic blood loss
Pada saat pengambilan darah vena (yang banyak) untuk pemeriksaan
laboratorium.
Idiopathic pulmonary hemosiderosis
Jarang terjadi. Ditandai dengan perdarahan paru yang hebat dan berulang
serta adanya infiltrate pada paru yang hilang timbul. Keadaan ini dapat
menyebabkan kadar Hb menurun drastic hingga 1,5-3g/dl dalam 24 jam.
Latihan yang berlebihan
Pada atlit yang berolahraga berat, sekitar 40% remaja perempuan dan 17%remaja laki-laki kadar feritin serumnya < 10ug/dl. Perdarahan saluran
cerna yang tidak tampak sebagai akibat iskemia yang hilang timbul pada
usus selama latihan berat terjadi pada 50% pelari.
Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang berasal dari :
Saluran cerna: kanker lambung, kanker colon, infeksi cacing tambang
Saluran genital: menorhagia / metiorhagia
Saluran kemih: hematuria
Saluran nafas: hemoptoe
Faktor nutrisi: kurangnya jumlah besi di makanan / kualitas besi
Kebutuhan besi meningkat: anak pada pertumbuhan, kehamilan, dan
prematuritas
Gangguan absorbsi besi: gastroektomi, tropical sprue / kolitis kronis
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
27/35
26
LO.4.3. Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan
besi semakin menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini di sebut iron
depletestate atau negative iron balan. Keadaan ini di tandai oleh penurunan
kadar feritinin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta pengecatan
besi dalam sumsum tulang negative. Apabila kekurangan besi berlanjut terus
maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk
eritropoiesis berkurang hingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit
tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini di sebut sebagai :iron
defeifient erythropoiesis.
a.
Kegagalan sintesis hemoglobin
(Hoffbrand AV, Petit TE, Moss PAH. Essential Haematology 4th
ed. London : Blackwell
Scientific Publication. 2001; 1-97.)
b. Berkurangnya masa hidup eritrosit, biasanya pada anemia berat
Kekurangan besi Hb turun adanya penurunan formabilitas dan
fleksibilitas membran mudah didestruksi oleh limpa sel pensil,
ovalosit, sel target
Bentuk dan fleksibilitas membran eritrosit dipertahankan oleh O2 dan
Co2.
LO.4.4. Manifestasi klinis Anemia Defisiensi Besi
Gejala umum anemia yang di sebut sebagai sindrom anemia di jumpai
pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl.
Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang kunang, serta
telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar
hemoglobin yang terjadi secara perlahan.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
28/35
27
Ciri khas :
Pucat
KoilonychiasKuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertical mejadi cekung
sehingga mirip seperti sendok
Athrofipapil lidahPermukaan lidah mejadi licin dan mengkilat di karnakan papil lidah
menghilang
Satomatitis angularisAdanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak bercak berwarna
pucat keputihan
DisfalgiaNyeri menelan di karnakan kerusakan hipofaring
Atrofi mukosa gaster
Pica
Keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti tanah liat, es,lem, dan lain lain
http://medicalpicturesinfo.com/wp-content/uploads/2011/11/Koilonychia-1.jpg
LO.4.5. Pemeriksaan Anemia Defisiensi Besi
Tahapan dasar Diagnosis Anemia:
1.Pemeriksaan Darah Tepi Lengkap
Hb, Ht, MCV, MCH, dan MCHC
Kadar besi tubuh (Serum iron, TIBC, Saturasi Transferin), kadar feritin
serum, sTfR (soluble Transferin Reseptor) N: serum Iron 70-180 mg/dl dan TIBC 250-400 mg/dl.
Saturasi Transferin: SI / TIBC x 100%
Normal: 25-40% Anemia def. besi: < 5%
N: kadar feritin serum: wanita 14-148 g/L dan pria 40-340 g/L.
Kadar feritin serum < 10g/L menunjukkan cadangan besi tubuh
berkurang.
http://medicalpicturesinfo.com/wp-content/uploads/2011/11/Koilonychia-1.jpghttp://medicalpicturesinfo.com/wp-content/uploads/2011/11/Koilonychia-1.jpg -
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
29/35
28
2. Evaluasi Sediaan Hapus Darah Tepi
Eritrosit
-
Mikrositik hipokrom anisopoikilositosis: sel pensil, sel target, danovalosit/eliptosit
- Mikrositik ringanHt < 34% atau Hb < 10 g/dl.
- Mikrositik hipokromHt < 27% atau Hb < 9 g/dl.
Trombosit
- Normal/ meningkat, jumlah trombosit meningkat pada anemia defisiensi Fe
karena perdarahan
Leukosit
- jumlahnya biasanya normal
3. Pemeriksaan dan evaluasi sumsum tulang
Hiperselulerdengan eritropoiesis yang hiperaktif,
Hemosiderin sumsum tulang berkurang.
4. Pemeriksaan khusus untuk mencari etiologi: misalnya analisa makanan,
tumor marker, pemeriksaan tinja untuk mencari darah samar dan parasit,
serta pemeriksaan terhadap adanya hemoglobinuria dan hemosiderinuria.
(Lee GR, Iron Deficiency and Iron-Deficiency Anemia. In: Lee GR et al. (eds). Wintrobes
clinical hematology. Philadelphia : Lee&Febiger. 1999: 979-1010)
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus di lakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti di sertai pemeriksaan laboratorium
yang tepat. Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi.
Tahap pertamaadalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar
hemoglobin atau hematocrit. Cut off point anemia.
Tahap ke duamemastikan adanya defisiensi besi
Tahap ke tigamenentukan penyakit dasar penyebab defisinsi
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V 2009
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
30/35
29
Nilai batas ambang (cut off point) anemia di Indonesia menurut Departemen
Kesehatan sebagai berikut :
Bayi baru lahir (aterm) : 16,5 + 3,0 g/dL
Bayi 3 bulan : 11,5 + 2,0 g/dL
Anak usia 1 tahun : 12,0 + 1,5 g/dL
Anak usia 10-12 tahun : 13,0 + 1,5 g/dL
Wanita tidak hamil : 14,0 + 2,5 g/dL
Pria dewasa : 15,5 + 2,5 g/dL
Anak prasekolah : 11 g/dL
Anak sekolah : 12 g/dL
Wanita hamil : 11 g/dL
Ibu menyusui (3 bln post partus) : 12 g/dL Wanita dewasa : 12 g/dL
Pria dewasa : 13 g/dL
Nilai normal Hb pada berbagai umur dan jenis kelamin (WHO).
(Menkes RI 736 a/menkes/XI/1989)
LO.4.6. Pencegahan Anemia Defisiensi Besi
Beberapa tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan
besi pada awal kehidupan adalah sebagai berikut :
- Meningkatkan pemberian ASI eksklusif
-
Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun
- Memberi makanan kepada bayi yang mengandung zat besi serta
makanan yang kaya dengan asam askorbat (jus buah)
Pencegahan Penyakit Anemia dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi
makanan sehat diantaranya adalah :
Zat besi : Kandungan zat besi dapat kita temukan pada daging,
kacang-kacangan. Buah yang dikeringkan, sayuran yang mempunyai warna
hijau gelap dan makanan lain nya yang mengandung zat besi
Folat : Pisang, Jeruk, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-
kacangan dan pasta
Vitamin C : Untuk membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh
dan dapat dikonsumsi dari jeruk, melon dan buah-buahan lainnya
Vitamin B12 : Dapat ditemukan di dalam susu, daging, dll
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
31/35
30
LO.4.7. Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi
1.
Terapi kausal: tergantung penyebab penyakitnya, misalnya: pengobatan
cacing tambang, pengobatan hematoid. Terapi ini harus dilakukan, apabila
tidak dilakukan maka anemia akan kambuh kembali.
2.Pemberian preparat besi untuk pengganti kekurangan besi dalam tubuh:
a)
Besi peroral
ferrous sulphat dosis 3 x 200 mg (murah) ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferros succinate
(lebih mahal)
Sebaiknya diberikan pada saat lambung kosong, tetapi efek samping
lebih banyak dibanding setelah makan. Efek sampingnya yaitu mual, muntah,
serta konstipasi. Pengobatan diberikan selama 6 bulan setelah kadar hemoglobinnormal untuk mengisi cadangan besi tubuh. Kalau tidak, maka akan kembali
kambuh.
b)
Besi parenteral
Efek sampingnya lebih berbahaya, dan harganya lebih mahal, indikasi:
Intoleransi oral berat
Kepatuhan berobat kurang
Kolitis ulserativa
Perlu peningkatan Hb secara cepat
Preparat yang tersedia: iron dextran complex, iron sorbital citric acidcomplex diberikan secara intramuskuler atau intravena pelan.Efek samping: reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah,
nyeri perut, dan sinkop.
c)
Pengobatan lain
Diet: makanan bergizi dengan tinggi protein (protein hewani)
Vitamin c: diberikan 3 x 100 mg perhari untuk meningkatan absorpsi besi
Transfusi darah: jarang dilakukan
Teraphy
Dengan memberikan preparat besi iron dextran complex mengandung 50
mg besi/ml, iron sorbitol critic acid dan iron sucrose yang lebih aman.
Besi parenteral dapat di berikan secara intramuscular dalam atau intravena
pelan. Pemberian secara intramuscular memberikan rasa nyeri dan
memberikan warna hitam pada kulit. Efek saming yang dapat timbul
adalah reaksi anafilaksis, meskipun jarang.
Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg
Pengobatan lainnya :
Diet : pemberian makanan bergizi seperti protein hewani Vitamin c 3x100mg/hari
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
32/35
31
Transfuse darah
Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V 2009
LO.4.8. Prognosis Anemia Defisiensi BesiDalam pengobatan dengan preparat besi, seorang pasien dinyatakan
memberikan respon baik bila retikulosit naik pada minggu pertam, mencapai
puncak pada hari ke 10 dan normal lagi setelah hari ke 14 di ikuti kenaikan Hb
0,15 g/hari atau 2 g/dl setelah 3-4 minggu. Hemoglobin menjadi normal setelah
4-10 minggu.
Jika respon terhadap teraphy tidak baik, maka perlu di pikirkan :
Pasien tidak patuh hingga obat yang di berikan tidak di minum Dosis besi kurang
Masih ada perdarahan cukup banyak
Ada penyakit lain seperti penyakit kronik, keradangan menahun atau pada
saat yang sama ada defisiensi asam folat
Diagnosis defisinsi besi salah
LO.4.9. Pemeriksaan Laboratorium Anemia Defisiensi Besi
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis,pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan
gejala klinis yang sering tidak khas. Ada beberapa kriteria diagnosis yang
dipakai untuk menentukan ADB:
Kriteria diagnosis ADB menurut WHO:
Kadar HB kurang dari normal sesuai usia.
Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (N:32-25%)
Kadar Fe serum < 50 ug/dl (N:80-180ug/dl)
Saturasi Transferin < 15% (N:20-50%)
Dasar diagnosis ADB menurut Cook dan Monsen Anemia hipokrom mikrositik
Saturasi transferin < 16%
Nilai FEP > 100% Ug/dl eritrosit
Kadar feritin serum < 12 ug/dl
Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria (ST, feritin serum
dan FEP) harus dipenuhi.
Lanzkowsky menyimpulkan ADB dapat diketahui melalui:
Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang dikonfirmasi
dengan kadar MCV, MCH, dan MCHC yang menurun Red cell distributionwidth (RDW) > 17%
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
33/35
32
FEP meingkat
Feritin serum menurun
Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST < 16%
Respon terhadap pemberian preparat besi- Retikulosis mencapai puncak pada hari ke 5-10 setelah pemberian besi
- Kadar hemoglobin meningkat rata-rata 0,25-0,4 g/dl/hari atau PCV
meningkat 1%/hari
Sumsum tulang
- Tertundanya maturasi sitoplasma
- Pada pewarnaan sumsum tulang tidak ditemukan besi atau besi
berkurang
Cara lain untuk menentukan adanya ADB adalah dengan trialpemberian
preparat besi. Penentuan ini penting untuk mengetahui adanya ADB subklinisdengan melihat respons hemoglobin terhadap pemberian preparat besi. Bila
dengan pemberian preparat besi dosis 6 mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu
terjadi peningkatan kadar Hb 1-2 g/dl maka dapat dipastikan bahwa yang
bersangkutan menderita ADB.
-
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
34/35
33
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. 2010. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 31. Jakarta: EGC.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical
Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill,
1995 : 72-85.
Hoffbrand AV, Petit TE, Moss PAH. Essential Haematology 4thed. London :
Blackwell Scientific Publication. 2001; 1-97.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology.
Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Lee GR, Iron Deficiency and Iron-Deficiency Anemia. In: Lee GR et al. (eds).
Wintrobes clinical hematology. Philadelphia : Lee&Febiger. 1999: 979-1010
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and
Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan JA,
DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oskis Pediatrics :
Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia; Lippincott William &
Wilkins, 1999 : 1447-8.
Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, Jakarta: Widia Medika.
Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM,
Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16.
Philadelphia ; Saunders, 2000 : 1469-71.
Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi
V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta
http://www.pediatrik.com
http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/ -
8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia
35/35