wrap up 1 anemia

Upload: abiyya-farah-putri

Post on 02-Jun-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    1/35

    WRAP UP SKENARIO 1

    LEKAS LELAH BILA BEKERJA

    BLOK HEMATOLOGI

    Kelompok : A-2

    KETUA : ABIYYA FARAH PUTRI (1102013003)

    SEKRETARIS : ADITYA NUGRAHA ARTAR (1102013008)

    ANGGOTA : ADELIA PUTRI SABRINA (1102013005)

    ADELINA ANNISA PERMATA (1102013006)

    ADINDA AMALIA SHOLEHA (1102013007)

    EVA AMANDA RAHMAWATI (1102007103)

    INDRI SUTANTI (1102009141)

    MAYA INTAN ANDRIANY (1102012159)

    IMADUDDIN BASKORO H (1102011123)

    AGUSWAN PURWENDO (1102012010)

    UNIVERSITAS YARSI

    Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510.

    Telepon: +62 21 4206675.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    2/35

    1

    SKENARIO 1

    LEKAS LELAH BILA BEKERJA

    Yani 19 tahun, memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan sering merasalekas lelah setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Keluhan ini sudah dialami 3

    bulan terakhir. Sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini.

    Pada anamnesis tambahan didapatkan keterangan bahwa pola makan bu Shinta

    tidak teratur, jarang makan sayur, ikan, maupun daging, hanya tahu/tempe dan

    kerupuk. Tidak dijumpai riwayat penyakit yang diderita sebelumnya dan riwayat

    pengobatan tidak jelas.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan:

    Wajah terlihat lelah, TD 110/60 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi

    pernapasan 20x/menit, suhu tubuh 36,8 0C, TB=160 cm, BB=60 kg, konjungtiva

    palpebra inferior pucat. Pemeriksaan jantung, paru dan abdomen dalam batas normal.

    Hasil pemeriksaan darah rutin dijumpai:

    Pemeriksaan Kadar Nilai normal

    Hemoglobin (Hb) 10,5 g/dl 12-14 g/dl

    Hematokrit (Ht) 37% 37-42%

    Eritrosit 4,75 x 10 /l 3,9-5,3 x 10 /l

    MCV 70 fl 82-92 fl

    MCH 20 pg 27-31 pg

    MCHC 22% 32-36%

    Leukosit 6500/l 5000-10.000/ l

    Trombosit 300.000/l 150.000-400.000/l

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    3/35

    2

    Kata-kata Sulit

    - Konjungtiva : Membran tipis yang melapisi sklera dan kelopak mata.

    - Palpebra inferior : Kelopak mata bagian bawah

    -

    Anemia : Penurunan jumlah eritrosit, hemoglobin atau keduanya

    sehingga tidak adekuat membawa oksigen ke jaringan.

    -

    Hemoglobin : Protein pembawa oksigen dalam eritrosit, terdiri dari

    heme dan globin.

    - Hematokrit : Persentasi volum eritrosit dalam 100 ml darah

    -

    Eritrosit : Sel darah merah

    - MCV : Nilai rata-rata volum eritrosit

    - MCH : Nilai rata-rata Hb dalam eritrosit

    -

    Leukosit : Sel darah putih

    - MCHC : Jumlah Hb yang dinyatakan dalam persentasi volum

    darah merah

    -

    Trombosit : Keping-keping darah

    Pertanyaan

    1. Mengapa konjungtiva palpebral terlihat pucat?

    Karena penurunan kadar hemoglobin

    2.

    Apa yang menyebabkan Hb, MCH, MCV, MCHC menurun?

    - Terjadi gangguan dalam pembentukan eritrosit

    - Pendarahan

    - Intake kurang

    - Gangguan absorbs

    3. Apa hubungannya pola makan dengan penyakit yang diderita pasien?

    Karena makanan mengandung zat besi yang berguna untuk pembentukan

    eritrosit

    4. Apa diagnosis sementara?

    Anemia defisiensi besi

    5.

    Kenapa pada wanita lebih berisiko terkena anemia?

    Karena wanita sering mengalami pendarahan seperti menstruasi, melahirkan,

    dll

    6. Apa hubungannya MCV, MCH, MCHC terhadap anemia?

    Karena MCV, MCH, MCHC adalah nilai rata-rata eritrosit sehingga jika

    jumlah tidak seimbang akan ada gangguan

    7. Apa ciri-ciri umum Hb menurun?

    Pucat, lelah, ngantuk, nafsu makan menurun, dll

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    4/35

    3

    HIPOTESIS

    Perempuan berusia 19 tahun dengan anamnesis pola makan yang kurang

    teratur dan asupan gizi khususnya zat besi dan protein yang rendah mengeluh cepat

    lelah setelah beraktivitas. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kadarhemoglobin, MCV, MCH, MCHC yang rendah, pemeriksaan fisik didapat palpebra

    konjungtiva pucat. Diduga hal inilah yang menyebabkan ia pucat dan lekas lelah.

    Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan diduga pasien mengalami anemia dengan

    dugaan penyakitnya anemia defisiensi besi.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    5/35

    4

    SASARAN BELAJAR

    LI.1. Memahami dan menjelaskan eritropoiesis

    LO.1.1. Proses pembentukan eritrosit pada sumsum tulang

    LO.1.2. Faktor yang diperlukan pada pembentukan eritrosit

    LO.1.3. Morfologi eritrosit

    LO 1.4. Kelainan eritrosit

    LI.2. Memahami dan menjelaskan hemoglobin

    LO.2.1. Biosintesis dan fungsi hemoglobin

    LO.2.2. Peran zat besi

    LO.2.3. Reaksi oksigen dan hemoglobin

    LI.3. Memahami dan menjelaskan anemia

    LO.3.1. Definisi

    LO.3.2. Etiologi

    LO.3.3. Klasifikasi

    LO.3.4. Patofisiologi

    LO.3.5. Manifestasi klinik

    LO.3.6. Pemeriksaan laboratorium

    LI.4. Memahami dan menjelaskan anemia defisiensi besi

    LO.4.1. Definisi

    LO.4.2. Etiologi

    LO.4.3. Patofisiologi

    LO.4.4. Manifestasi klinis

    LO.4.5. Diagnosis

    LO.4.6. Pencegahan

    LO.4.7. Penatalaksanaan

    LO.4.8. Prognosis

    LO.4.9. Pemeriksaan laboratorium

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    6/35

    5

    LI.1. Memahami dan Menjelaskan Eritropoeisis

    LO.1.1. Proses pembentukan eritrosit pada sumsum tulang

    Eritropoesis adalah proses pembuatan eritrosit, pada janin dan bayi

    proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa

    terbatas hanya pada sumsum tulang. (Dorland edisi 31)

    Sel darah berasal dari sel stem hemopoetik pluripoten yang berada pada

    sumsum tulang. Sel ini kemudian akan membentuk bermacam macam sel darah

    tepI. Asal sel yang akan terbentuk selanjutnya adalah sel stem commited, Sel ini

    akan dapat meghasilkan Unit pembentuk koloni eritrosit (CFU-E) dan Unit

    granulosit dan monosit (CFU-GM).

    Pada eritropoesis, CFU-E membentuk banyak sel Proeritroblas sesuai

    dengan rangsangan. Proeritroblas akan membelah berkali-kali menghasilkan

    banyak sel darah merah matur ya itu Basofil Eritroblas. Sel ini sedikit sekali

    mengumpulkan hemoglobin. Selanjutnya sel ini akan berdifferensiasi menjadiRetikulosit dengan sel yang sudah dipenuhi dengan hemoglobin. Retikulosit

    masih mengandung sedikit bahan basofilik. Bahan basofilik ini akan

    menghilang dalam waktu 1-2 hari dan menjadi eritrosit matur.

    Eritropoeisis terjadi di sumsum tulang hingga terbentuk eritrosit matang

    dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin.

    Eritropoietin adalah hormon glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh sel-sel

    interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap kekurangan oksigen atas

    bahan globulin plasma, untuk digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang.

    Eritropoietin mempercepat produksi eritrosit pada semua stadium terutama saat

    sel induk membelah diri dan proses pematangan sel menjadi eritrosit. Disamping mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga memudahkan

    pengambilan besi, mempercepat pematangan sel dan memperpendek waktu

    yang dibutuhkan oleh sel untuk masuk dalam sirkulasi.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    7/35

    6

    Selama perkembangan intrauterus, eritrosit mula-mula dibentuk olehyolk sac

    dan kemudian oleh hati dan limpa sampai sumsum tulang terbentuk dan mengambil

    alih produksi eritrosit secara ekslusif.

    Pada anak, sebagian tulang terisi oleh sumsum tulang merah yang mampu

    memproduksi sel darah. Namun, seiring dengan pertambahan usia, sumsum tulanh

    kuning yang tidak mampu melakukan eritropoiesis secara perlahan menggantikan

    sumsum merah, yang tersisa hanya di beberapa tempat, misalnya sternum, iga dan

    ujung-ujungg atas tulang oanjang ekstremitas.

    Sumsum tulang tidak hanya memproduksi SDM tetapi juga merupakan

    sumber leukosit dan trombosit.Di sumsum tulang terdapat sel punca pluripotent tak

    berdiferensiasi yang secara terus menerus membelah diri dan berdiferensiasi untuk

    menghasilkan semua jenis sel darah.

    Ginjal mendeteksi penurunan/ kapasitas darah yang mengakngkut oksigen.Jika

    O2 yang disalurkan ke ginjal berkurang, maka ginjal mengeluarkan hormone

    eritropoietin dalam darah yang berfungsi merangsang eritropoiesis (produksi eritrosit)

    dalam sumsum tulang.Tambahan eritrosit di sirkulasi meningkatkan kemampuan

    darah mrngangkut O2.Peningkatan kemampuan darah mengangkut O2menghilangkan rangsangan awal yang memicu sekresi eritropoietin.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    8/35

    7

    LO.1.2. Faktor yang diperlukan pada pembentukan eritrosit

    Keseimbangan jumlah eritrosit yang beredar di dalam darah

    mencerminkan adanya keseimbangan antara pembentukan dan destruksi

    eritrosit. Keseimbangan ini sangat penting, karena ketika jumlah eritrosit turun

    akan terjadi hipoksia dan ketika terjadi kenaikan jumlah eritrosit akan

    meningkatkan kekentalan darah.

    Untuk mempertahankan jumlah eritrosit dalam rentang hemostasis, sel-

    sel baru diproduksi dalam kecepatan yang sangat cepat yaitu lebih dari 2 juta

    per detik pada orang yang sehat. Proses ini dikontrol oleh hormone dan

    tergantung pada pasokan yang memadai dari besi, asam amino dan vitamin B

    tertentu.

    Hormonal ControlStimulus langsung untuk pembentukan eritrosit disediakan oleh hormone

    eritropoetin (EPO)dan hormon glikoprotein.Ginjal memainkan peranan utama

    dalam produksi EPO. Ketikasel-sel ginjal mengalami hipoksia (kekurangan O2),

    ginjal akan mempercepat pelepasaneritropoetin. Penurunan kadar O2 yang

    memicu pembentukan EPO :

    1. Kurangnya jumlah sel darah merah atau destruksi eritrosit yang berlebihan

    2.

    Kurang kadar hemoglobin di dalam sel darah merah (seperti yang terjadi

    pada defisiensi besi)

    3.

    Kurangnya ketersediaan O2 seperti pada daerah dataran tinggi dan padapenderita pneumonia.

    Peningkatan aktivitas eritropoesis ini menambah jumlah sel darah

    merah dalam darah, sehingga terjadi peningkatan kapasitas darah mengangkut

    O2 dan memulihkan penyaluranO2 ke jaringan ke tingkat normal.Apabila

    penyaluran O2 ke ginjal telah normal, sekresieritropoetin dihentikan sampai

    diperlukan kembali. Jadi, hipoksia tidak mengaktifkanlangsung sumsum tulang

    secara langsung, tapi merangsang ginjal yang nantinya memberikanstimulus

    hormone yang akan mengaktifkan sumsum tulang.Selain itu, testosterone pada

    pria juga meningkatkan produksi EPO oleh ginjal.Hormone sexwanita tidak

    berpengaruh terhadap stimulasi EPO, itulah sebabnya jumlah RBC padawanitalebih rendah daripada pria.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    9/35

    8

    LO.1.3. Morfologi Eritrosit

    Morfologi, sifat, karakteristik, fungsi serta kadar normal eritropoiesis

    Eritrosit normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter 7,8 m,dengan ketebalan pada bagian yang paling tebal 2,5 m dan pada bagian

    tengah1 m atau kurang. Volume eritrosit adalah 90 - 95 m3.Jumlah eritrosit

    normal pada pria 4,6 - 6,2 juta/Ldan pada wanita 4,2 - 5,4 juta/L. Kadarnormalhemoglobin pada pria 14 - 18 g/dL dan pada wanita12 - 16g/dL.

    Fungsi Sel darah Merah

    Sel darah merah berfungsi mengedarkan O2 ke seluruh tubuh.

    1.

    Berfungsi dalam penentuan golongan darah.

    2.

    Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah

    merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka

    hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas

    yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta

    membunuhnya.

    3. Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin

    terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah

    dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang

    kekurangan oksigen.

    LO.1.4. Kelainan Eritrosit

    1.

    KELAINAN UKURAN

    a. Makrosit, diameter eritrosit 9 m dan volumenya 100 fLb. Mikrosit, diameter eritrosit 7 dan volumenya 80 fLc.

    Anisositosis, ukuran eritrosit tidak sama besar

    2.

    KELAINAN WARNA

    a. Hipokrom, bila daerah pucat pada bagian tengah eritrosit 1/3diameternya

    b. Hiperkrom, bila daerah pucat pada bagian tengah eritrosit 1/3

    diameternya

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    10/35

    9

    c. Polikrom, eritrosit yang memiliki ukuran lebih besar dari eritrosit matang,

    warnanya lebih gelap.

    3. KELAINAN BENTUK

    a. Sel sasaran (target cell), Pada bagian tengah dari daerah pucat eritrosit

    terdapat bagian yang lebih gelap/merah.b. Sferosit, Eritrosit < normal, warnanya tampak lebih gelap.

    c.

    Ovalosit/Eliptosit, Bentuk eritrosit lonjong seperti telur (oval), kadang-

    kadang dapat lebih gepeng (eliptosit).

    d. Stomatosit ,Bentuk sepeti mangkuk.

    e. Sel sabit (sickle cell/drepanocyte) Eritosit yang berubah

    bentukmenyerupai sabit akibat polimerasi hemoglobin S pada kekurangan

    O2.

    f. Akantosit, Eritrosit yang pada permukaannya mempunyai 3 12duridengan ujung duri yang tidak sama panjang.

    g. Burr cell (echinocyte), Di permukaan eritrosit terdapat 10 - 30 duri

    kecilpendek, ujungnyatumpul.

    h. Sel helmet, Eritrosit berbentuk sepeti helm.

    i. Fragmentosit (schistocyte), Bentukeritrosit tidak beraturan.

    j.

    Teardropcell, Eritrositseperti buahpearatau tetesan air mata.

    k. Poikilositosis, Bentukeritrosit bermacam-macam.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    11/35

    10

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    12/35

    11

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    13/35

    12

    LI.2. Memahami dan Menjelaskan Hemoglobin

    Hemoglobin adalah molekul protein pada sel arah merah yang berfungsi

    sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan

    membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi

    yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah bewarna merah.

    Nilai normal hemoglobin adalah sebagai berikut:

    - Anak-anak 1113 gr/dl- Lelaki dewasa 1418 gr/dl- Wanita dewasa 1216 gr/dl

    Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa dikatakan anemia, dan apabila nilainya

    kelebihan akan mengakibatkan polinemis.

    Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus

    heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin tersusun dari

    empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain.Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains

    dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan

    atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul

    hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan

    sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung

    4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta

    yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan

    berukuran hampir sama

    Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan

    porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/lokaikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme Tiap subunit

    hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin

    memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi

    melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah, zat ini

    pula yang menjadikan darah kita berwarna merah.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    14/35

    13

    LO.2.1. Biosintesis dan Fungsi

    Sintesis hemoglobin membutuhkan produksi dari heme dan globin yang

    terkoordinasi. Heme adalah kelompok prostetik yang menjembatani pengikatan

    oksigen melalui hemoglobin. Globin adalah protein yang mengelilingi dan

    melindungi molekul heme

    Sintesis Heme

    Gambar 1 Sintesis heme

    Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html

    Sintesis heme adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan banyak

    langkah-langkah enzimatik. Proses ini dimulai di mitokondria dengan

    kondensasi dari suksinil-CoA dan glisin membentuk 5-aminolevulinic acid.Serangkaian langkah-langkah di dalam sitoplasma menghasilkan

    coproporphrynohen III yang akan masuk kembali ke dalam mitokondria.

    Langkah-langkah enzimatik akhir menghasilkan heme.

    Sintesis globin

    Dua rantai globin yang berbeda, alpha dan non-alpha (masing-masing

    dengan molekul heme sendiri) bergabung membentuk hemoglobin. Dengan

    pengecualian pada minggu pertama perkembangan embrio, salah satu rantai

    globin selalu alpha. Sejumlah variabel mempengaruhi sifat dasar dari rantai

    non-alpha di dalam molekul hemoglobin. Fetus mempunyai sebuah rantai non-

    alpha yang berbeda yaitu gamma. Setelah lahir, rantai globin non-alpha berbeda

    dinamakan beta, berpasangan dengan rantai alpha. Gabungan dari dua rantai

    alpha dan dua rantai non alpha menghasilkan sebuah molekul hemoglobin yang

    lengkap (total 4 rantai per molekul).

    Gabungan dari dua rantai alpha dan dua rantai gamma membentuk

    hemoglobinfetal(janin) yakni Hb F. Dengan pengecualian bahwa 10 hingga 12

    minggu pertama setelah pembuahan, Hb F sebagai hemoglobin dasar di dalam

    perkembangan janin. Gabungan dua rantai alpha dan dua rantai beta membentuk

    hemoglobin adult (dewasa) yang juga disebut sebagai Hb A. Walaupun Hb A

    dinamankan dewasa, Hb A menjadi hemoglobin yang menonjol sekitar 18

    hingga 24 minggu kelahiran.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    15/35

    14

    Sepasang dari satu rantai alpha dan satu rantai non-alpha menghasilkan

    sebuah dimer (dua rantai) hemoglobin. Dimer hemoglobin tidak efisien

    membawa oksigen. Dua dimer bergabung membentuk sebuah tetramer

    hemoglobin yang merupakan bentk fungsional dari hemoglobin. Ciri-ciri

    biofisika lengkap dari tetramer hemoglobin yakni mengontrol pengambilan

    oksigen di paru-paru dan melepaskannya di jaringan yang membutuhkan untukmempertahankan hidup.

    Gen-gen yang mengkode rantai globin alpha terletak pada kromosom 16,

    sedangkan gen-gen yang mengkode rantai globin non-alpha terletak pada

    kromosom 11. Kompleks alpha disebut lokus globin alpha, sedangkan kompleks

    non-alpha disebut lokus globin beta. Keseimbangan ekspresi gen pada rantai

    globin dibutukan untuk fungsi normal sel darah merah. Gangguan

    keseimbangan ekspresi gen pada rantai globin menghasilkan sebuah penyakit

    yang dinamakan talasemia

    (Bunn dan Forget, Saunders, 2002)

    Gambar 2 Sintesis globin

    Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    16/35

    15

    Tabel 1 Hemoglobin manusia

    Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html

    Biosintesis hemoglobinSintesis hemoglobin di mulai dalam proteoblast dan berlanjut bahkan dalam

    stadium retikulosit pada pembentukan sel darah merah.

    Oleh karena itu ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke

    aliran darah, retikulosit tetap membentuk sejumlah kecil hemoglobin satu hari

    sesudah dan seterusnya sampai sel tersebut menjadi eritrosit yang matur.

    Tahap dasar pembentukan secara kimiawi :

    Suksinil-KoA, di bentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin membentuk

    molekul priol.

    Empat priol bergabung membentuk protoporfirin IX bergabung dengan besi

    membentuk molekul heme.Setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yaitu globin

    yang di sintesis oleh ribosom membentuk sub unit hemoglobin yang di sebut

    rantai hemoglobin.

    Fungsi hemoglobin

    Menurut Depkes RI fungsi hemoglobin adalah

    a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam jaringan

    b. Mengambil oksigen dalam paru-paru kemudian dibawa keseluruh

    jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.c. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil

    metabolisme ke paru-paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah

    seseorang itu kekurangan darah apa tidak.

    LO.2.2. Peran zat besi

    Penting untuk pembentukan hemoglobin namun juga penting untuk

    elemen lainnya (contoh : myoglobin, sitokrom, sitokrom oksidase, peroksidase,

    katalase)

    Embryonic hemoglobinsFetal hemoglobin Adult hemoglobins

    gower 1- zeta(2),

    epsilon(2)

    gower 2- alpha(2),epsilon (2)

    Portland- zeta(2), gamma

    (2)

    hemoglobin F- alpha(2),gamma(2)

    hemoglobin A- alpha(2),

    beta(2)hemoglobin A2- alpha(2),

    delta(2)

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    17/35

    16

    Jumlah total besi rata-rata dalam tubuh sebesar 4 sampai 5 gram,

    kira-kira 65 persen di jumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 persen dalam

    bentuk myoglobin, 1 persen dalam bentuk varisasi senyawa heme yang memicu

    oksidasi intra sel 0,1 persen bergabung dengan protein transferrin dalam plasma

    darah, 15 sampai 30 persen di simpan untuk penggunaan selanjutnya terutama

    di system retikuloendotelial dan sel parenkim hati, dalam bentuk ferritin.

    Guyton 11th edition, 2006

    LO.2.3. Reaksi oksigen dan hemoglobin

    Reaksi haemoglobin dengan O2 menjadikanya sebagai suatu sistem

    pengangkut O2yang tepat.Hem yang merupakan ssusunan dari porfirin dengan

    inti fero. Masing masing dari tiap atom fero. Dalam pengikatan ini ion besi tetap

    berbentuk ferro karena itu reaksi yang terjadi dengan O2 adalah reaksi

    oksigenasi.Hb4+ 4 O2 Hb4O. Reaksi pengikatan ini berlangsung sangat cepat

    dan membutuhkan waktu kurang dari 0,01 detik

    Pada proses pengikatan O2 terbentuklah konfigurasi rilex yang akan

    memaparkan lebih banyak tempat pengikatan O2.Dapat meningkatkan affinitas

    terhadap O2 hingga 500 kali lipat. Pada reaksi deoksihemoglobin unit globin

    akan terikat erat dalam konfigurasi tense / tegang yang akan menurunkan

    affinitas terhadap O2.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengikatan antara oksigen dan

    hemoglobin adalah suhu, pH, dan 2,3 bifosfogliserat. Peningkatan pada suhu

    dan penurunan pH akan menggeser kurva ke kanan. Jika kurva bergeser kanan

    maka akan diperlukan PO2yang lebih tinggi agar hemoglobin dapat mengikat

    sejumlah O2. Penurunan suhu dan peningkatan pH menggeser kurva oksigen ke

    kiri dimana diperlukan lebih sedikit PO2 untuk mengikat sejumlah O2.

    Berkurangnya affinitas terhadap O2 ketika pH darah turun sering disebut

    sebagai reaksi Bohr 2,3 bifosfogliserat banyak terdapat pada eritrosit,

    merupakan suatu rantai anion bermuatan tinggi yang berikatan pada -deoksihaemoglobin.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    18/35

    17

    Peningkatan 2,3 bifosfogliserat akan menggerser kurva ke kanan yang

    akan mengakibatkan banyak O2 yang dilepas ke jaringan. 2,3 bifosfogliserat

    akan menurun jika pH darah turun akibat dari terhambatnya proses glikolisis.

    Hormon tiroid, pertumbuhan dan androgen akan meningkatkan kadar 2,3

    bifosfogliserat

    Mendaki ke permukaan yang lebih tinggi akan meningkatkan kadar 2,3bifosfogliserat sehingga terjadi peningkatan penyediaan O2 pada jaringan, hal

    ini terjadi karena meningkatnya pH darah.

    Kadar 2,3 bifosfogliserat akan meningkat pada anemia dan penyakit

    yang menimbulkan hipoksia kronik. Keaadaan ini akan memudahkan

    pengangkutan O2 ke jaringan melalui peningkatan PO2 saat O2 dilepaskan di

    kapiler perifer.

    LI.3. Memahami dan Menjelaskan Anemia

    LO.3.1. Definisi

    Anemia berarti kurangnya hemoglobin di dalam darah, yang dapat di

    sebabkan oleh jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit atau jumlah

    hemoglobin dalam sel yang terlalu sedikit.

    Guyton 11th edition,2006

    Ketidak cukupan massa eritrosit di dalam darah yang mengakibatkan tidak

    adekuatnya hantaran oksigen ke jaringan perifer

    Wintrobes clinical hematology 10th edition,1998

    LO.3.2. Etiologi

    1. Karena cacat sel darah merah (SDM)Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali.

    Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan

    masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai manamestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    19/35

    18

    Pada umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa

    protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein,

    sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.

    2. Karena kekurangan zat gizi

    Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan olehfaktor luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan

    dalam SDM disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut.

    Anemia jenis ini tidak dapat diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya

    memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur yang seharusnya,

    mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi penyulit yang

    terjadi.

    3. Karena perdarahan

    Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan

    kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena

    perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi.Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang

    diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan

    untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah

    ke keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.

    4. Karena otoimun

    Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan

    menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan

    ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut

    terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan cepat

    dihancurkan oleh sistem imun. 1.

    Anemia akibat kehilangan darah

    Setelah mengalami perdarahan tubuh mengganti cairan plasma dengan cepat 1

    hingga 3 hari, yang menyebabkan konsenrasi sel darah merah menjadi rendah.

    Bila tidak terjadi perdarahan berikutnya kondisi konsentrasi sel darah merah

    akan kembali ke dalan jumlah normal 3 hingga 6 minggu.

    Anemia aplasticAplasia sumsum tulang berarti tidak berfungsinya sumsum tulang, sehingga

    pembentukan sel darah merah terganggu.Penyebab terjadinya aplasia adalah adanya paparan sinar-x secara berlebihan,

    zat kimia tertentu pada industry, bahkan obatobatan pada pasien yang sensitifAnemia megaloblastik

    Anemia hemolitikBerbagai kelainan sel darah merah kebanyakan di dapat secara keturunan. Sel-

    sel tersebut bersifat rapuh, sehingga mudah pecah sewaktu melewati kapiler,

    terutama sewaktu melalui limpa. Walaupun sel darah merah yang terbentuk

    jumlahnya dapat mencapai normal, atau bahkan lebih besar dari normal pada

    penyakit-penyakit hemolitik, masa hidup sel darah merah sangat singkat

    sehingga sel ini di hancurkan lebih cepat di bandingkan pembentukannyasehingga mengakibatkan anemia yang parah.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    20/35

    19

    LO.3.3 Klasifikasi

    A. Berdasarkan Etiologi

    1.

    Kehilangan darah (akut, kronis)

    2. Gangguan pembentukan eritrosit

    - Insuficient eritropoiesis (eritropoiesis tidak cukup)

    - Ineffective eritropoiesis (eritropoiesis tidak efektif)

    3. Berkurangnya masa hidup eritrosit

    - Kelainan kongenital : Membran, enzim, kelainan Hb

    - Kelainan didapat : Malaria, obat, infeksi, proses imunologis

    B. Berdasarkan Morfologi

    a. Anemia normositik normokrom

    Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah ataudestruksi darah

    yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulangharus bekerja lebih keras

    lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang

    terlihat pada gambaran darah tepi. Padakelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel

    darah merah normal sertamengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal

    tetapi individumenderita anemia. Anemia ini dapat terjadi karena hemolitik,

    pasca pendarahan akut, anemia aplastik, sindrom mielodisplasia,

    alkoholism,dan anemia pada penyakit hati kronik.

    b. Anemia makrositik normokrom

    Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normaltetapi

    normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal inidiakibatkan oleh

    gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNAseperti yang ditemukan

    pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi

    kanker, sebab terjadi gangguan pada metabolisme sel

    KLASIFIKASI

    ANEMIA

    ETIOLOGI

    MORFOLOGI

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    21/35

    20

    c. Anemia mikrositik hipokrom

    Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobindalam

    jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnyamenggambarkan insufisiensi

    sintesis hem (besi), seperti pada anemiadefisiensi besi, keadaan sideroblastik

    dan kehilangan darah kronik, ataugangguan sintesis globin, seperti padatalasemia (penyakit hemoglobinabnormal kongenital)

    KadarMikrositer

    hipokrom

    Normositer

    normokromMakrositer

    MCV < 80 fl 8095 fl > 95 fl

    MCH < 27 pg 2734 pg -

    Jenis

    penyakit

    1. Anemia

    defisiensi

    besi

    2. Thalasemia

    3. Anemia

    penyakit

    kronik4. Anemia

    sideroblastik

    1.

    Anemia pasca

    perdarahan

    2. Anemia aplastik hipoplastik

    3. Anemia hemolitik

    4. Anemia penyakit

    kronik

    5. Anemia

    mieloptisik

    6. Anemia gagal

    ginjal7. Anemia

    mielofibrosis

    8. Anemia sindrom

    mielodisplastik

    9. Anemia leukimia

    akut

    Megaloblastik

    1. Anemia defisiensi

    folat

    2.

    Anemia defisiensi vit

    B12

    Nonmegaloblastik

    a) Anemia

    penyakit hati

    kronikb) Anemia

    hipotiroid

    c) Anemia

    sindroma

    mielodisplastik

    LO.3.4. Patofisiologi

    Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang

    atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum

    tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau

    kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang

    melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,

    masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan

    sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang

    menyebabkan destruksi sel darah merah.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    22/35

    21

    Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik

    atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai

    hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan

    masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah

    (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma

    (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkanikterik pada sclera.

    Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya

    kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah

    membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang,

    maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja

    organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel

    bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang

    memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa

    diperbaiki

    Sjaifoellah, 1998

    LO.3.5. Manifestasi Klinis

    Gejala anemia dapat dibagi menjadi 3 jenis gejala yaitu :

    a. Gejala Anemia Umum

    Disebut juga sebagai sindrom anemia, timbul karena iskemia organ

    target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar

    hemoglobin. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penuruan

    hemoglobin sampai kadar tertentu ( Hb

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    23/35

    22

    Anemia hemolitik : icterus, splenomegaly dan hepatomegaly

    Anemia aplastic : perdarahan dan tanda-tanda infeksi

    c. Gejala Penyakit Dasar

    Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemiasangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala

    akibat infeksi cacing tambang : sakit perut, pembengkakan parotis dan warna

    kuning pada telapak tangan. Pada kasus tertentu sering gejala penyakit dasar

    lebih dominan, seperti misalnya pada anemia akibat penyakit kronik oleh karena

    artritis rheumatoid.

    Meskipun tidak spesifik, anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat

    penting pada kasus anemia untuk mengaarahkan diagnosis anemia. Tetapi pada

    umumnya diagnosis anemia memerlukan pemeriksaan laboratorium.

    LO.3.6. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi anemia:

    1. Hemoglobin (Hb)

    o Suatu protein terkonjugasi yang berfungsi dalam transport oksigen dan

    karbondioksida.

    o Protein ini merupakan komponen utama eritrosit.

    o Setiap gram Hb dapat mengandung 1,34 mL O2

    o Kadar Hb tergantung umur, jenis kelamin, geografi, faktor sosial-ekonomi,

    ras

    2. Hematokrit (Ht)

    o

    Menggambarkan volume eritrosit per volume darahoNormal: 40 48%, 37-42%

    3. Sediaan apus darah tepi (SADT)

    o Dapat menilai unsur-unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit,

    trombosit.

    o Penting sekali membuat sediaan apus yang baik agar mendapatkan

    informasi maksimal.

    4. Retikulosit

    o Merupakan eritrosit muda yang masih mempunyai sisa RNA pada

    sitoplasma.

    oNormal: 0,5 -1,5 % (25.00075.000/L).o Hitung retikulosit dapat digunakan untuk menilai peningkatan eritropoiesis,

    fungsi sumsum tulang, dan respon terhadap terapi.

    5. Indeks eritrosit

    o Digunakan untuk mengetahui ukuran eritrosit dan kandungan Hb dalam

    eritrosit

    o MCV (Mean Corpuscular Volume/Volume Eritrosit Rata-rata)

    o MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin/Hb Eritrosit Rata-rata)

    o

    MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration/Konsentrasi HbEritrosit Rata-rata)

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    24/35

    23

    Nilai rujukan Kadar

    Batas normal kadar terendah Hb orang

    dewasa:

    = 14 /dL dan = 12 /dL

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    25/35

    24

    LI.4. Memahami dan Menjelaskan Anemia Defisiensi Besi

    LO.4.1. Definisi Anemia Defisiensi Besi

    Jenis anemia mikrositik hipokrom yang di sebabkan oleh rendahnya

    atau tidak adanya simpanan besi dan konsentrasi besi serum, terdapatpeningkatan porfirin eritrosit bebas, saturasi transferrin rendah, transferrin

    meninggi, feritinin serum rendah dan kondisi hemoglobin rendah.

    LO.4.2. Etiologi Anemia Defisiensi Besi

    Terjadinya ADB sangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diit yang

    mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang.

    Kekurangan besi dapat disebabkan:

    Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis

    Pertumbuhan

    Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama dan

    masa remaja kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada periode ini

    insiden ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya

    meningkat 3 kali dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2

    kali lipat dibanding saat lahir. Bayi premature dengan pertumbuhan

    sangat cepat, pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai 6 kali

    dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat

    lahir.

    Menstruasi

    Penyebab kurang besi yang sering terjadi pada perempuan adalahkehilangan darah lewat menstruasi.

    Kurangnya besi yang diserap

    a.

    Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat

    b. Malabsorpsi besi

    Keadaan ini sering dijumpai pada anak kurang gizi yang mukosa

    ususnya mengalami perubahan secara histology dan fungsional. Pada

    orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total sering

    disertai ADB walaupun penderita mendapat makanan yang cukup besi.

    Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makananlebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan

    besi heme dan non heme

    Perdarahan

    Merupakan penyebab penting terjadinya ADB. Kehilangan darah akan

    mempengaruhi keseimbangan status besi. Kehilangan darah 1 ml akan

    mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4

    ml/ hari (1,5-2 mg besi) dapat mengakibatkan keseimbangan negative

    besi.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    26/35

    25

    Perdarahan dapat berupa perdarahan saluran cerna, milk induced

    enteropathy, ulkus peptikum, karena obat-obatan (asam asetil salisilat,

    kortikosteroid, indometasin, obat anti inflamasi non steroid) dan infestasi

    cacing (Ancylostoma duodenale dan Necaor americanus) yang menyerang

    usus halus bagian proksimal dan menghisap darah dari pembuluh darahsubmukosa usus.

    Transfuse feto-maternal

    Kebocoran darah yang kronis ke dalam sirkulasi ibu akan menyebabkan

    ADB pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonates.

    Hemoglobinuria

    Dijumpai pada anak yang memakai katup jantung buatan. Pada

    Paroxismal Nocturnal Hemoglobinuria (PNH) kehilangan besi melalui

    urin rata-rata 1,8-7,8 mg/hari. Iatrogenic blood loss

    Pada saat pengambilan darah vena (yang banyak) untuk pemeriksaan

    laboratorium.

    Idiopathic pulmonary hemosiderosis

    Jarang terjadi. Ditandai dengan perdarahan paru yang hebat dan berulang

    serta adanya infiltrate pada paru yang hilang timbul. Keadaan ini dapat

    menyebabkan kadar Hb menurun drastic hingga 1,5-3g/dl dalam 24 jam.

    Latihan yang berlebihan

    Pada atlit yang berolahraga berat, sekitar 40% remaja perempuan dan 17%remaja laki-laki kadar feritin serumnya < 10ug/dl. Perdarahan saluran

    cerna yang tidak tampak sebagai akibat iskemia yang hilang timbul pada

    usus selama latihan berat terjadi pada 50% pelari.

    Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang berasal dari :

    Saluran cerna: kanker lambung, kanker colon, infeksi cacing tambang

    Saluran genital: menorhagia / metiorhagia

    Saluran kemih: hematuria

    Saluran nafas: hemoptoe

    Faktor nutrisi: kurangnya jumlah besi di makanan / kualitas besi

    Kebutuhan besi meningkat: anak pada pertumbuhan, kehamilan, dan

    prematuritas

    Gangguan absorbsi besi: gastroektomi, tropical sprue / kolitis kronis

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    27/35

    26

    LO.4.3. Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi

    Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan

    besi semakin menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini di sebut iron

    depletestate atau negative iron balan. Keadaan ini di tandai oleh penurunan

    kadar feritinin serum, peningkatan absorbsi besi dalam usus, serta pengecatan

    besi dalam sumsum tulang negative. Apabila kekurangan besi berlanjut terus

    maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali, penyediaan besi untuk

    eritropoiesis berkurang hingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit

    tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini di sebut sebagai :iron

    defeifient erythropoiesis.

    a.

    Kegagalan sintesis hemoglobin

    (Hoffbrand AV, Petit TE, Moss PAH. Essential Haematology 4th

    ed. London : Blackwell

    Scientific Publication. 2001; 1-97.)

    b. Berkurangnya masa hidup eritrosit, biasanya pada anemia berat

    Kekurangan besi Hb turun adanya penurunan formabilitas dan

    fleksibilitas membran mudah didestruksi oleh limpa sel pensil,

    ovalosit, sel target

    Bentuk dan fleksibilitas membran eritrosit dipertahankan oleh O2 dan

    Co2.

    LO.4.4. Manifestasi klinis Anemia Defisiensi Besi

    Gejala umum anemia yang di sebut sebagai sindrom anemia di jumpai

    pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl.

    Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang kunang, serta

    telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar

    hemoglobin yang terjadi secara perlahan.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    28/35

    27

    Ciri khas :

    Pucat

    KoilonychiasKuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertical mejadi cekung

    sehingga mirip seperti sendok

    Athrofipapil lidahPermukaan lidah mejadi licin dan mengkilat di karnakan papil lidah

    menghilang

    Satomatitis angularisAdanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak bercak berwarna

    pucat keputihan

    DisfalgiaNyeri menelan di karnakan kerusakan hipofaring

    Atrofi mukosa gaster

    Pica

    Keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti tanah liat, es,lem, dan lain lain

    http://medicalpicturesinfo.com/wp-content/uploads/2011/11/Koilonychia-1.jpg

    LO.4.5. Pemeriksaan Anemia Defisiensi Besi

    Tahapan dasar Diagnosis Anemia:

    1.Pemeriksaan Darah Tepi Lengkap

    Hb, Ht, MCV, MCH, dan MCHC

    Kadar besi tubuh (Serum iron, TIBC, Saturasi Transferin), kadar feritin

    serum, sTfR (soluble Transferin Reseptor) N: serum Iron 70-180 mg/dl dan TIBC 250-400 mg/dl.

    Saturasi Transferin: SI / TIBC x 100%

    Normal: 25-40% Anemia def. besi: < 5%

    N: kadar feritin serum: wanita 14-148 g/L dan pria 40-340 g/L.

    Kadar feritin serum < 10g/L menunjukkan cadangan besi tubuh

    berkurang.

    http://medicalpicturesinfo.com/wp-content/uploads/2011/11/Koilonychia-1.jpghttp://medicalpicturesinfo.com/wp-content/uploads/2011/11/Koilonychia-1.jpg
  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    29/35

    28

    2. Evaluasi Sediaan Hapus Darah Tepi

    Eritrosit

    -

    Mikrositik hipokrom anisopoikilositosis: sel pensil, sel target, danovalosit/eliptosit

    - Mikrositik ringanHt < 34% atau Hb < 10 g/dl.

    - Mikrositik hipokromHt < 27% atau Hb < 9 g/dl.

    Trombosit

    - Normal/ meningkat, jumlah trombosit meningkat pada anemia defisiensi Fe

    karena perdarahan

    Leukosit

    - jumlahnya biasanya normal

    3. Pemeriksaan dan evaluasi sumsum tulang

    Hiperselulerdengan eritropoiesis yang hiperaktif,

    Hemosiderin sumsum tulang berkurang.

    4. Pemeriksaan khusus untuk mencari etiologi: misalnya analisa makanan,

    tumor marker, pemeriksaan tinja untuk mencari darah samar dan parasit,

    serta pemeriksaan terhadap adanya hemoglobinuria dan hemosiderinuria.

    (Lee GR, Iron Deficiency and Iron-Deficiency Anemia. In: Lee GR et al. (eds). Wintrobes

    clinical hematology. Philadelphia : Lee&Febiger. 1999: 979-1010)

    Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus di lakukan

    anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti di sertai pemeriksaan laboratorium

    yang tepat. Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi.

    Tahap pertamaadalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar

    hemoglobin atau hematocrit. Cut off point anemia.

    Tahap ke duamemastikan adanya defisiensi besi

    Tahap ke tigamenentukan penyakit dasar penyebab defisinsi

    Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V 2009

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    30/35

    29

    Nilai batas ambang (cut off point) anemia di Indonesia menurut Departemen

    Kesehatan sebagai berikut :

    Bayi baru lahir (aterm) : 16,5 + 3,0 g/dL

    Bayi 3 bulan : 11,5 + 2,0 g/dL

    Anak usia 1 tahun : 12,0 + 1,5 g/dL

    Anak usia 10-12 tahun : 13,0 + 1,5 g/dL

    Wanita tidak hamil : 14,0 + 2,5 g/dL

    Pria dewasa : 15,5 + 2,5 g/dL

    Anak prasekolah : 11 g/dL

    Anak sekolah : 12 g/dL

    Wanita hamil : 11 g/dL

    Ibu menyusui (3 bln post partus) : 12 g/dL Wanita dewasa : 12 g/dL

    Pria dewasa : 13 g/dL

    Nilai normal Hb pada berbagai umur dan jenis kelamin (WHO).

    (Menkes RI 736 a/menkes/XI/1989)

    LO.4.6. Pencegahan Anemia Defisiensi Besi

    Beberapa tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan

    besi pada awal kehidupan adalah sebagai berikut :

    - Meningkatkan pemberian ASI eksklusif

    -

    Menunda pemakaian susu sapi sampai usia 1 tahun

    - Memberi makanan kepada bayi yang mengandung zat besi serta

    makanan yang kaya dengan asam askorbat (jus buah)

    Pencegahan Penyakit Anemia dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi

    makanan sehat diantaranya adalah :

    Zat besi : Kandungan zat besi dapat kita temukan pada daging,

    kacang-kacangan. Buah yang dikeringkan, sayuran yang mempunyai warna

    hijau gelap dan makanan lain nya yang mengandung zat besi

    Folat : Pisang, Jeruk, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-

    kacangan dan pasta

    Vitamin C : Untuk membantu penyerapan zat besi di dalam tubuh

    dan dapat dikonsumsi dari jeruk, melon dan buah-buahan lainnya

    Vitamin B12 : Dapat ditemukan di dalam susu, daging, dll

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    31/35

    30

    LO.4.7. Penatalaksanaan Anemia Defisiensi Besi

    1.

    Terapi kausal: tergantung penyebab penyakitnya, misalnya: pengobatan

    cacing tambang, pengobatan hematoid. Terapi ini harus dilakukan, apabila

    tidak dilakukan maka anemia akan kambuh kembali.

    2.Pemberian preparat besi untuk pengganti kekurangan besi dalam tubuh:

    a)

    Besi peroral

    ferrous sulphat dosis 3 x 200 mg (murah) ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferros succinate

    (lebih mahal)

    Sebaiknya diberikan pada saat lambung kosong, tetapi efek samping

    lebih banyak dibanding setelah makan. Efek sampingnya yaitu mual, muntah,

    serta konstipasi. Pengobatan diberikan selama 6 bulan setelah kadar hemoglobinnormal untuk mengisi cadangan besi tubuh. Kalau tidak, maka akan kembali

    kambuh.

    b)

    Besi parenteral

    Efek sampingnya lebih berbahaya, dan harganya lebih mahal, indikasi:

    Intoleransi oral berat

    Kepatuhan berobat kurang

    Kolitis ulserativa

    Perlu peningkatan Hb secara cepat

    Preparat yang tersedia: iron dextran complex, iron sorbital citric acidcomplex diberikan secara intramuskuler atau intravena pelan.Efek samping: reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah,

    nyeri perut, dan sinkop.

    c)

    Pengobatan lain

    Diet: makanan bergizi dengan tinggi protein (protein hewani)

    Vitamin c: diberikan 3 x 100 mg perhari untuk meningkatan absorpsi besi

    Transfusi darah: jarang dilakukan

    Teraphy

    Dengan memberikan preparat besi iron dextran complex mengandung 50

    mg besi/ml, iron sorbitol critic acid dan iron sucrose yang lebih aman.

    Besi parenteral dapat di berikan secara intramuscular dalam atau intravena

    pelan. Pemberian secara intramuscular memberikan rasa nyeri dan

    memberikan warna hitam pada kulit. Efek saming yang dapat timbul

    adalah reaksi anafilaksis, meskipun jarang.

    Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg

    Pengobatan lainnya :

    Diet : pemberian makanan bergizi seperti protein hewani Vitamin c 3x100mg/hari

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    32/35

    31

    Transfuse darah

    Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V 2009

    LO.4.8. Prognosis Anemia Defisiensi BesiDalam pengobatan dengan preparat besi, seorang pasien dinyatakan

    memberikan respon baik bila retikulosit naik pada minggu pertam, mencapai

    puncak pada hari ke 10 dan normal lagi setelah hari ke 14 di ikuti kenaikan Hb

    0,15 g/hari atau 2 g/dl setelah 3-4 minggu. Hemoglobin menjadi normal setelah

    4-10 minggu.

    Jika respon terhadap teraphy tidak baik, maka perlu di pikirkan :

    Pasien tidak patuh hingga obat yang di berikan tidak di minum Dosis besi kurang

    Masih ada perdarahan cukup banyak

    Ada penyakit lain seperti penyakit kronik, keradangan menahun atau pada

    saat yang sama ada defisiensi asam folat

    Diagnosis defisinsi besi salah

    LO.4.9. Pemeriksaan Laboratorium Anemia Defisiensi Besi

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis,pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan

    gejala klinis yang sering tidak khas. Ada beberapa kriteria diagnosis yang

    dipakai untuk menentukan ADB:

    Kriteria diagnosis ADB menurut WHO:

    Kadar HB kurang dari normal sesuai usia.

    Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (N:32-25%)

    Kadar Fe serum < 50 ug/dl (N:80-180ug/dl)

    Saturasi Transferin < 15% (N:20-50%)

    Dasar diagnosis ADB menurut Cook dan Monsen Anemia hipokrom mikrositik

    Saturasi transferin < 16%

    Nilai FEP > 100% Ug/dl eritrosit

    Kadar feritin serum < 12 ug/dl

    Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria (ST, feritin serum

    dan FEP) harus dipenuhi.

    Lanzkowsky menyimpulkan ADB dapat diketahui melalui:

    Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang dikonfirmasi

    dengan kadar MCV, MCH, dan MCHC yang menurun Red cell distributionwidth (RDW) > 17%

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    33/35

    32

    FEP meingkat

    Feritin serum menurun

    Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST < 16%

    Respon terhadap pemberian preparat besi- Retikulosis mencapai puncak pada hari ke 5-10 setelah pemberian besi

    - Kadar hemoglobin meningkat rata-rata 0,25-0,4 g/dl/hari atau PCV

    meningkat 1%/hari

    Sumsum tulang

    - Tertundanya maturasi sitoplasma

    - Pada pewarnaan sumsum tulang tidak ditemukan besi atau besi

    berkurang

    Cara lain untuk menentukan adanya ADB adalah dengan trialpemberian

    preparat besi. Penentuan ini penting untuk mengetahui adanya ADB subklinisdengan melihat respons hemoglobin terhadap pemberian preparat besi. Bila

    dengan pemberian preparat besi dosis 6 mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu

    terjadi peningkatan kadar Hb 1-2 g/dl maka dapat dipastikan bahwa yang

    bersangkutan menderita ADB.

  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    34/35

    33

    DAFTAR PUSTAKA

    Dorland, W. A. 2010. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 31. Jakarta: EGC.

    Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.

    Jakarta: EGC.

    Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical

    Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill,

    1995 : 72-85.

    Hoffbrand AV, Petit TE, Moss PAH. Essential Haematology 4thed. London :

    Blackwell Scientific Publication. 2001; 1-97.

    Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology.

    Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.

    Lee GR, Iron Deficiency and Iron-Deficiency Anemia. In: Lee GR et al. (eds).

    Wintrobes clinical hematology. Philadelphia : Lee&Febiger. 1999: 979-1010

    Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and

    Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.

    Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan JA,

    DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oskis Pediatrics :

    Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia; Lippincott William &

    Wilkins, 1999 : 1447-8.

    Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, Jakarta: Widia Medika.

    Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM,

    Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16.

    Philadelphia ; Saunders, 2000 : 1469-71.

    Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi

    V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

    Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta

    http://www.pediatrik.com

    http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/http://www.pediatrik.com/
  • 8/10/2019 Wrap Up 1 Anemia

    35/35